Maksud saya Nasionalisasi itu bukan masalah jual-beli  saham devestasi 
PT.Freeport, seperti sekarang yang dilakukan oleh Indonesia; Nasionalisasi PT. 
Freeport itu artinya mengambil keseluruhan 100% tanpa bayar sepeserpun, karena 
Freeport itu milik NKRI dan Rakyat Indinesia. Ini hanya bisa dilakukan oleh 
seorang pemimpin yang pemberani dan tegas, dan memahami betul-betul dalam 
menyusun  strategi sebelum dan sesudah berhasil melakukan penyitaan PT 
Freeport.  Karena bisa dipercaya bahwa setelah PT Freeport hengkang, mereka 
tidak meninggalkan humen capital yang bermutu, karena keberhasilan Freeport itu 
hampir sepenuhnya ditentukan oleh pemanfaatan humen capital dengan bayaran 
rendah. 

 

Roeslan

 

Von: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Gesendet: Sonntag, 3. September 2017 17:02
An: GELORA45@yahoogroups.com
Betreff: RE: [GELORA45] Kuasai 51% Saham Freeport, Indonesia Tak Memiliki Untung

 

  

Hehehehehe dulu dengan sombongnya bilang nasionalisasi (eh nasionalisasi yg 
ente maksud = beli saham) freeport. Sekarang rejim Jokowi sudah setuju beli 51% 
saham yg duitnya gak tahu dari mana, eh ente ngomong ini seperti menyuntik duit.

Sombongnya (baca: gobloknya) minta ampun. Persoalan freeport itu bukan hanya 
persoalan bisnis saja. Itu persoalan “Corporate America” yg menjadi soko guru 
negara ente. Disinggung sedikit saja bisa ngamuk negara ente. Kenapa ngamuk? 
Karena “Corporate America” itu adalah alat yg digunakan utk menjajah dalam 
sejarah modern dunia ini terutama setelah menang PD2.

Baca tulisan chan yg gak sok tahu. Teknis main saham nya saja ente ngak ngerti 
(mana ngerti ente kalau jual beli saham pakai blok blokan?!!). Belum lagi isi 
perut dalamnya freeport. Begitu juga: kemampuan teknis Indonesia dalam 
mengelola; apakah masih feasible utk dikelola; USA kalau marah akan ganggu RI 
tidak plus serangan2 baik langsung maupun pre emptive dll.

 

SUDAH DIAM KAN?!!! KABUR KEMANA ENTE?!!! 

 

Ni baca tulisan ente yg dulu:

 

12/6/2015

Oon, nasionalisasi itu perlu biaya baik itu di BUMN-kan ataupun di provatisasi, 
terkecuali Indonesia mau menjadi negara "tirai rotan".

---In GELORA45@yahoogroups.com, <nesare@...> wrote :

Bung Roeslan ngerti tidak apa yang dimaksud oleh jonathan dengan nasionalisasi 
Freeport itu?

 

Ini tulisan jonathan selanjutnya: Harga saham Freeport saat ini lagi murah2nya, 
ditambah berita licensing tidak akan diperpanjang harganya bisa "dirt-cheap". 
Saat yang tepat sekali untuk nasionalisasi.

 

Nasionalisasi Freeport versi jonathan itu adalah beli saham Freeport yang 
sedang murah.

Dia ini lagi ngomong dalam konteks neoliberal.

Dari dulu jonathan ini sudah saya telanjangi bahwa dia itu bukan democrat. Dia 
ngomongnya adalah registered democratic party di USA. Tetapi isi sebetulnya, 
dia itu adalah anggota partai democrat krn unsur pragmatisme saja, tetapi bukan 
idealisme. Jadi jonathan itu bukan orang kiri.

 

Beda dengan bung Roeslan yang memang orang kiri. Hati2 kalau menyetujui ide 
seseorang.

 

Memangnya ini yang dimaksud nasionalisasi bung Roeslan?

 

Salam

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Friday, December 04, 2015 2:53 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com; 'Jonathan Goeij'
Subject: AW: [GELORA45] Re: #sastra-pembebasan# Soal Freeport, Fokuslah Ke 
Persoalan Pokok: Neokolonialisme!

 

  

Usulan yang bagus bung JG, saya juga setuju, karena menasionalisasi Freeport 
itu sejalan dengan Pasal 33 UUD45.

 

Salam, 

 

Roeslan

 

Von: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Gesendet: Freitag, 4. Dezember 2015 21:31
An: GELORA45@yahoogroups.com
Betreff: [GELORA45] Re: #sastra-pembebasan# Soal Freeport, Fokuslah Ke 
Persoalan Pokok: Neokolonialisme!

 

 

Saya kok setuju Freeport di nasionalisasi, dengan demikian kepentingan US di 
Papua akan berkurang banyak bahkan mungkin tidak ada lagi, resolusi PBB agar 
diadakan referendum penentuan nasib sendiri bisa gol karena tidak ada lagi 
negara besar yg menghalangi.

---In GELORA45@yahoogroups.com, <lusi_d@...> wrote :

Karakter penguasa pemerintahan Indonesia sekarang ini komprador atau
bukan? Apa mungkin komprador mensita milik tuannya?

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Saturday, September 2, 2017 10:22 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Kuasai 51% Saham Freeport, Indonesia Tak Memiliki Untung

 

  


Melihat apa yg akan dilakukan dgn divestasi 51% ini, kok sepertinya pihak 
Indonesia jadinya kayak menyuntik dana. Freeport Indonesia go public di BEJ dan 
telah terjamin ada yg beli 51% sahamnya.

---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote :

Dilihat sepintas apa yang bung ajukan point ketiga itu ada betulnya! Tapi, 
apakah masalah Freeport, tambang emas terbesar di Nusantara ini begitu 
sederhana? Kalau begitu sederhana kenapa pula kedua-b elah pihak, RI dan 
Freeport saling ngotot bertahan pada pendapat masing-masing, dan diahri 
terakhir pihak Freeport baru ngalah dan bersedia devestasi untuk bisa 
memperpanjang KK sampai 2041? Apa dan dimana masalahnya? PASTI KEUNTUNGAN yang 
masih bisa didapat lebih BESAR! Bagi siapa? RI atau Freeport yang lebih 
diuntungkan, ..?

 

Saya melihat KESALAHAN pihak RI, dari penandatanganan menyerahkan Freeport 
membuka tambang emas ini di tahun 1967! Dimana Suharto sepenuhnya menyerahkan 
pada Freeport tanpa ada usaha memperjuangkan keuntungan/kepentingan bangsa dan 
rakyat Indonesia sebagai PEMILIK HARTA BUMI kekayaan Nusantara ini! Disini 
perbedaan PRINSIP antara Suharto dan Deng saat jalankan politik buka-pintu, 
mengundang masuk MODAL-ASING! Deng b erusaha dengan masuk modal-asing, rakyat 
TIongkok bisa diuntungkan, belajar dan akhirnya menguasai usaha yang dijalankan 
itu! Tidak lebih dari 20 tahun, rakyat Tiongkok bisa menguasai dan bikin 
sendiri segala produksi yang dikerjakan modal-asing itu! Bahkan dengan prinsip 
BERDIKARI, KREATIF, rakyat Tiongkok berhasil mengembangkan prinsip-prinsip 
teknologi yang berhasil dikuasai itu! Sedang Suharto, TIDAK! Yang 
diperhitungkan berapa besar KOMISI yang bisa masuk kantong sendiri, bagaimana 
kesejahteraan rakyat tidak peduli, ... begitulah akhirnya rakyat banyak tetap 
menderita kemiskinan, ekonomi nasional belum berhasil keluar dari lembah 
keterpurukkan sampai sekarang. 

 

Yang menjadi problem Freeport kalau dihentikan KK di tahun 2021, sudah bisa dan 
mampukah RI meneruskannya sendiri? Pertanyaan yang harus diperhitungkan serius 
oleh pemerintah untuk menjamin kelanjutan kerja buruh Freeport yang jumlahnya 
belasan atau puluhan ribu itu! Kalau masih belum mampu, tentu ada 2 cara, 
melanjutkan KK Freeport atau menemukan modal-asing lain. Nampaknya RI memilih 
Freeport bisa meneruskan dgn bisa memberikan keuntungan LEBIH BESAR pada RI! 
Saya tidak tahu bagaimana perhitungan rinci RI mengambil cara minta 51% saham 
dan menaikkan pajak penghasilan/keuntungan Freeport sebagai jalan yang dianggap 
paling baik, dengan membiarkan Freeport menerusakan usaha sampai 2041. Dan 
jelas, areal operasi tambang diperluas entah sampai kemana-mana! Dan sangat 
saya sesalkan, ... dalam perjanjian perpanjangan KK itu, kemungkinan juga tidak 
menegaskan KEHARUSAN pihak Freeport mengoper teknologi penampangan pada pihak 
pekerja Indonesia! Agar pihak Indonesia bisa menjalani sendiri usaha tambang 
emas itu sebelum emasnya habis diangkut ke AS!

 

Salam,

ChanCT

 

 

From: Jonathan Goeij jonathangoeij@... [GELORA45] 

Sent: Saturday, September 2, 2017 2:59 AM

To: Yahoogroups 

Subject: [GELORA45] Kuasai 51% Saham Freeport, Indonesia Tak Memiliki Untung

 

  

Kelihatannya banyak yang bermata jernih bisa melihat hal simple seperti ini.

 

---

Ketiga, Redhi menilai pembelian saham divestasi di masa akan berakhirnya 
Kontrak Karya (KK) merupakan kebijakan yang sesungguhnya merugikan bagi 
Indonesia, karena tanpa membeli saham divestasi pun maka pada tahun 2021 atau 
setelah KK berakhir maka wilayah eks PT Freeport menjadi milik Pemerintah 
Indonesia.

...

30 August 2017 09:10 WITA


Kuasai 51% Saham Freeport, Indonesia Tak Memiliki Untung 
<http://news.rakyatku.com/read/63302/2017/08/30/kuasai-51-saham-freeport-indonesia-tak-memiliki-untung>
 


Editor: Adil Patawai Anar

 Kuasai 51% Saham Freeport, Indonesia Tak Memiliki Untung 
<http://news.rakyatku.com/thumbs/img_660_442_kuasai-51-_1504055463x400.jpg> 

RAKYATKU.COM - Pengamat Energi dan Sumberdaya Alam Universitas Tarumanegara, 
Ahmad Redhi menilai disetujuinya poin kesepakatan melalui perundingan antara 
PTFI dan Pemerintah, sesungguhnya tidak memberikan keuntungan bagi Pemerintah 
Indonesia. Hal ini karena, poin-poin kesepakatan perundingan mengandung masalah.

 

Ia menilai, Pemberian IUPK kepada PT Freeport tidak sesuai dengan UU Minerba. 
Menurut UU Minerba IUPK dapat diberikan melalui penetapan WPN yang harus 
disetujui DPR. IUPK pun diprioritaskan diberikan kepada BUMN.

 

Kedua, Pembangunan smelter merupakan kewajiban lama PT Freeport yang di waktu 
yang lalu pun diperjanjikan oleh PT Freeport untuk dibangun. Namun hingga saat 
ini belum ada progres terkait hal tersebut.

 

"Toh hingga detik ini pun tidak terbangun. Harusnya pemerintah punya langkah 
strategis untuk bisa menekan Freeport untuk bisa konsekuen dengan janji ini," 
ujar Redhi, dilansir republika.co.id, Rabu (29/8/2017).

 

Ketiga, Redhi menilai pembelian saham divestasi di masa akan berakhirnya 
Kontrak Karya (KK) merupakan kebijakan yang sesungguhnya merugikan bagi 
Indonesia, karena tanpa membeli saham divestasi pun maka pada tahun 2021 atau 
setelah KK berakhir maka wilayah eks PT Freeport menjadi milik Pemerintah 
Indonesia.

 

Terkait divestasi saham oleh PT Freeport, sesungguhnya dalam KK perpanjangan 
1991 sudah ada kewajiban divestasi saham PT Freeport yang harusnya pada tahun 
2011 sudah 51 persen dimiliki pemerintah, namun faktanya hingga detik ini 
kewajiban divestasi 51 persen ini tidak juga direalisasikan PT Freeport.

 

Ia menilai, hasil perundingan ini malah bentuk mengukuhkan kembali PT Freeport 
untuk mengeksploitasi SDA Indonesia yang kemanfaatannya bagi bangsa Indonesia 
sangat rendah. 
"Pemerintah sekarang pun menjadi pewaris potensi masalah PT Freeport 
sebagaimana tahun 1967 dan 1991 ketika Orde baru mewariskan masalah PT Freeport 
kepada generasi saat ini," ujar Redhi.



Kirim email ke