Ayam Dubes, what's next?

1999-07-09 Terurut Topik Ali Simplido

 Roland wrote:


 Halo semuanya,
 Ini baru tanya jawab sama pak dubes yang kebetulan
 mampir ke Hawaii.


deleted===
 Tentang politik, rakyat Indonesia sebetulnya udah
 berpikiran lebih maju dan terbuka karena kalo
 dilihat dari pemilu contohnya,  partai yang
 andalannya cuma agama Islam aja atau Kristen doang
 atau religious group banyak yang nggak dipilih
 karena seperti yang kita
 tahu rakyat Indonesia sekarang lebih pentingin
 gimana supaya bisa kerja lagi dan makan ayam tiap 
hari.


Saya menulis e-mail di bawah ini dengan asumsi
paragraph di atas adalah statement Pak Dubes (Pak
Dorodjatun)

Firstly, makin hari makin bingung saya lihat negara
kita ini.  Kok sekarang "ayam" adalah hewan yang
paling populer.  Dulu cuman ada beberapa jenis ayam
antara lain: ayam kampung dan ayam ras dll.  Kalau
sekarang ada ayam Gus Dur, ayam Permias, and the
latest breed ada lagi ayam Dubes.

Secondly, I am so curious kenapa banyak negara2 dan
partai2 yang memakai gambar binatang sebagai lambang
negara dan partai (termasuk juga di Amerika).

Bukankah ini merupakan suatu contradiction dalam
ajaran beberapa agama, di mana binatang menempati
kelas yang lebih rendah dari manusia?

Dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kita (manusia)
sering meng-identifikasikan sifat manusia yang jelek
sebagai sifat binatang. Contohnya kalau mobil kita
kesenggol dikit oleh kendaraan lain, terus tanpa sadar
atau tidak sadar kita memanggil orang itu (maaf)
"anjing" dsb, padahal saya sendiri belum pernah
membaca dan dengar scientific studies, discovery atau
research tentang anjing yang suka nyenggol mobil:-)

Thirdly, negara kita ini juga adalah sebuah negara
"calon", ada calon president, calon legislative, dan
jangan lupa, kita masih mempunyai seorang calon
astronout seumur hidup.

Sebagai tambahan, mungkin yang dimaksud Pak Dubes
bukan hanya "rakyat Indonesia" tapi termasuk juga
"pejabat2" (dan tentunya termasuk beliau sendiri),
yang juga berusaha untuk bisa bekerja dan tetap makan
ayam sambil memikirkan "calon" jabatan berikutnya.

Finally, for those of you yang sering bertanya kenapa
milis-milis Permias isinya kebanyakan sampah, yah kita
harus terima aja kenyataan yang ada- maksudnya, wong
Pak Dubes (salah satu jabatan perwakilan RI yang
paling tinggi di luar negeri) bisanya hanya menjawab
seperti di atas kok:-)


wassalam

Ali Simplido






_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Ayam Dubes, what's next?

1999-07-09 Terurut Topik Alexander Hutapea

On Fri, 9 Jul 1999, Ali Simplido wrote:

|o|Secondly, I am so curious kenapa banyak negara2 dan
|o|partai2 yang memakai gambar binatang sebagai lambang
|o|negara dan partai (termasuk juga di Amerika).

Pernah denger metaphora?

|o|Finally, for those of you yang sering bertanya kenapa
|o|milis-milis Permias isinya kebanyakan sampah, yah kita
|o|harus terima aja kenyataan yang ada- maksudnya, wong
|o|Pak Dubes (salah satu jabatan perwakilan RI yang
|o|paling tinggi di luar negeri) bisanya hanya menjawab
|o|seperti di atas kok:-)

tapi terkadang diantara serakan sampah ada barang berharga dan orang
banyak beranggapan, sekali sampah tempat sampah.

|o|Ali Simplido

salam,
Alex
*tukang baca sampah*



Re: Ayam Dubes, what's next?

1999-07-09 Terurut Topik Anna F. Poerbonegoro

Hallo,

Rasanya Sdr. Ali nggak perlu menanggapi pernyataan tersebut secara terlalu
harafiah. Saya hadir pada pertemuan itu, dan Pak Dubes menekankan bahwa yang
dikehendaki oleh rakyat Indonesia saat ini adalah perbaikan taraf hidup. Di
mana-mana banyak orang yang menggunakan bahasa ekspresi seprti itu ;-)
(di lain pihak, kalau digunakan ekspresi "makan tempe" bisa2 dianggap bangsa
Indonesia menurun taraf hidupnya, gara2 tempe dianggap makanan inferior,
padahal tempe jeuh lebih bergizi dari kambing guling ;-[))
Dalam kehidupan berpolitik, bangsa kita terlihat bergerak ke tengah, tidak
mengutub ke kekuatan2 tertentu, itu yang dimaksud Beliau dengan menyinggung
sedikit banyaknya kekalahan partai berhaluan keagamaan dan juga partai2
buruh: masyarakat kita mulai menyadari bahwa yang dibutuhkan adalah demokrasi.
Sayang Sdr. Ali tidak menghadiri pertemuan tersebut, sehingga hanya bisa
mengomentari sumber sekunder ;-) Saya pribadi menilai Pak Dubes adalah
seseorang yang berpikiran maju dan reformis.
But that's me.


Nina Poerbonegoro



Re: Ayam Dubes, what's next?

1999-07-09 Terurut Topik Roland Wibisono

Thanks Nina,

Saya cuma mau memperjelas aja, sebetulnya emang Pak Dubes nggak nyinggung sama sekali 
tentang ayam, walaupun dimeja makan emang ada ayam goreng.
Inikan saya cuma kasih tahu rangkumannya aja, sama
sekali nggak ada " " quote-nya.  Dan ini cuma saya
ambil intinya yang menurut kemampuan otak saya yah
hasilnya jadi begitu.

Untuk teman-teman yang kiranya kalo mau kasih komentar,
dalam hal apapun, hendaknya dicerna dulu di kepala
masing-masing, kalo bisa dengan tidur yang cukup.
Kalau orang bilang sesuatu, dipikirin dulu, apa iya
mana yang bener, apa yang bisa masuk diakal.
Kalo terlalu sering pake asumsi yah susah juga untuk
ngebedain mana yang bener dan mana yang kaga.

Peace,

Roland


  you wrote:
 Hallo,

 Rasanya Sdr. Ali nggak perlu menanggapi pernyataan tersebut secara terlalu
 harafiah. Saya hadir pada pertemuan itu, dan Pak Dubes menekankan bahwa yang
 dikehendaki oleh rakyat Indonesia saat ini adalah perbaikan taraf hidup. Di
 mana-mana banyak orang yang menggunakan bahasa ekspresi seprti itu ;-)
 (di lain pihak, kalau digunakan ekspresi "makan tempe" bisa2 dianggap bangsa
 Indonesia menurun taraf hidupnya, gara2 tempe dianggap makanan inferior,
 padahal tempe jeuh lebih bergizi dari kambing guling ;-[))
 Dalam kehidupan berpolitik, bangsa kita terlihat bergerak ke tengah, tidak
 mengutub ke kekuatan2 tertentu, itu yang dimaksud Beliau dengan menyinggung
 sedikit banyaknya kekalahan partai berhaluan keagamaan dan juga partai2
 buruh: masyarakat kita mulai menyadari bahwa yang dibutuhkan adalah demokrasi.
 Sayang Sdr. Ali tidak menghadiri pertemuan tersebut, sehingga hanya bisa
 mengomentari sumber sekunder ;-) Saya pribadi menilai Pak Dubes adalah
 seseorang yang berpikiran maju dan reformis.
 But that's me.


 Nina Poerbonegoro




Get free personalized email at http://lifetime.iname.com



Re: [Kisah nyata: Menanggapi kisah: Pemurtadan itu Ada di Minangkabau]

1999-07-09 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Pendapat saya soal kristenisasi ataupun islamisasi, dua-duanya oke saja
asalkan prosesnya tidak melalui kekerasan ataupun ancaman. Perlu disadari dan
dipahami bahwa pada kedua agama selalu diajarkan untuk menyebarkan ajaran
agama ke orang lain. Saya yakin orang yang telah membaca kedua kitab suci ini
paham apa yang saya maksud. Namun saya juga yakin bahwa orang yang mengerti
agama sadar bahwa kebebasan meyakini agama ataupun kebebasan memiliki tingkat
iman tertentu adalah kebebasan yang paling asasi yang diberikan Tuhan kepada
individu manusia. Dengan demikian kembali kepada individu masing-masing untuk
memilih kepercayaannya dan keimanannya. Jika yakin kepada Islam pilih Islam,
jika yakin kepada Kristen pilih Kristen atau Hindu atau Budha atau Kong Hu Tju
atau tidak percaya sama sekali. Apalah hak saya sebagai manusia, jika Tuhan
Yang Maha Kuasa saja memberikan kebebasan kepada manusia, apalah hak manusia
untuk mencampuri keimanan seseorang.
Sayangnya dikita sudah banyak terbentuk pemikiran sempit yang malas
mendengarkan soal agama yang berasal dari penganut agama yang lain. Apalagi
soal iman ini dijadikan hal yang menegangkan, seakan-akan berebutan pasar
karena semakin banyak yang memilih agamanya seakan-akan yang seagama lebih
berbahagia. Sungguh lucusungguh ironiskarena banyak yang mendewakan
agama banyak orang mudah diadu domba karena agamabanyak perang terjadi
karena agamabanyak percintaan gagal karena agamabanyak persahabatan
terhalang karena agamabanyak sumpah serapah, kata murtad dan kafir, kata
benci dan dendam karena agamabahkan banyak tempat ibadah saling dibakar
karena agama.
Kalau kembali kita berfikir kebelakang kenapa ada agama Kristen dan Islam,
maka terlihat bahwa Kristen diturunkan untuk membawa berita suka cita dan
menyelamatkan manusia berdosa, tetapi apa yang dilakukan para tokoh kristen
masa lalu bahkan sampai sekarangekh malah berebutan harta dan kuasa. Islam
juga diturunkan untuk membawa kedamaian dibumi terutama pada saat jaman
jahilliyah dan banyak orang berbuat dosa...ekh malah banyak yang hobi perang
dan menggunakan kata jihad dan mati syahid sebagai alasan untuk menganiaya
bahkan membunuh orang lain.
Agamamu agamamu, agamaku agamaku. Suatu kalimat yang indah yang saya tafsirkan
adalah memahami ajaran masing-masing dan saling menghormati dengan penganut
agama yang berbeda. Tetapi jika ditafsirkan sebagai: "hai orang yang berbeda
iman, jangan coba kritik kami, karena kami tidak akan mendengarkan
pendapatmu..karena engkau bukanlah bagian dari kami"kalau begitu yach apa
gunanya kalimat: "belajarlah kamu sampai kenegeri Cina" kalau kita tidak ingin
mendengarkan pendapat dari orang lain.
Saya pikir dengan hati yang tulus persahabatan antar umat akan tetap dapat
ditegakan, bukan saja yang beda agama, juga yang beda mata, kulit ataupun
hidung. Kenapa kita benci, rendahkan atau anak-tirikan yang beda dengan kita,
padahal kita semua berasal dari satu ibu (Hawa/Eve) dan kita semua berasal
dari satu ayah (Adam) melalui ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha
Penyayang.
Panjang lebar saya yang penuh dosa ini cuma ingin berkata, silahkan saja sebar
agama apa saja asalkan jangan melewati kekerasan, intimidasi ataupun ancaman.
Janganlah kebebasan manusia yang paling asasi dari Tuhan malah dibatasi
manusia.

Dayang Sumbi wrote:

 Hallo Ira sayang.., assalamu'alaikum!
 Semoga Rahmat, Taufiq  Hidayah Allah tetap beserta Ira  keluarga.
 Ukhti Iraya begitulah kenyataannya.
 Masih banyak oknum-oknum kristiani,
 yang seenaknya sendiri melanggar kebebasan beragama.
 Senaknya saja masuk ke rumah orang lain sambil berusaha mengajak
 masuk ke agama kristen, bacain Bible lah!.
 Meski mereka itu tahu bahwa kita2 ini jelas2 muslim/ah.
 Keluarga kami juga pernah mengalami hal seperti yang
 dialami keluarga Ira. Tapi alhamdulillah, segala puji bagi Allah,
 keyakinan  keimanan kami justru makin tebal terhadap keesaan-Nya.
 Buat saudara-saudaraku umat kristiani,
 sadarlah perbuatan seperti ini samasekali tidak terpuji!
 Saya yakin, Bible tidak mengajarkan bentuk "pemaksaan"
 seperti itu. Itu samasekali bukan ajaran kasih-sayang!
 Saya yakin sekali ajaran Kristen juga mengajarkan berdakwah dengan
 cara baik-baik  gentleman. Hanya masih ada umatnya (oknum2) yang berada
 di jalan yang salah dan tidak terpuji.

 Terus, saya juga heran, dengan kasus di Minang,
 kok masih ada segelintir orang yang membenarkan perbuatan
 yang tidak bertanggung jawab, menyakiti keluarga  umat lain.
 Wahai sahabat-sahabat yang mengaku nasionalis,
 marilah kita saling mengingatkan,
 untuk tidak lagi mendakwah-dakwahi ummat agama lain.
 Ingatkan-lah bila ada kawan atau anggota keluarga kalian yang
 berbuat seperti ini, bahwa perbuatan ini bukanlah perbuatan
 yang diajarkan ajaran Kristen.
 Biarlah kita saling menghargai bahwa
 keyakinan kita bukanlah sesuatu yang bisa dipaksa2kan.
 Marilah kita bangun Indonesia baru dengan saling
 menghargai, dan menghormati keyakinan saudara kita
 sebangsa  

JANGAN MENGOLOK2 MARGA BATAK (was:Re: Aberson Marle Sihaloho...)

1999-07-09 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 7/8/99 11:47:50 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED]
writes:

 Caranya gini mending PKB sama PAN ndak usah ikut-ikut dengan pemerintahan
  PDIP sajalah. Biar saja PDIP menangndak apa-apa. Yang penting ndak usah
  ikut-ikut dosa dan plin-plan kayak Aberson si lholhak-lholok ini..
  Hih...ngisin-ngisini waris saja

Irwan:
Bung Jaya, anda boleh benci dengan PDIP, anda boleh
tidak suka dengan orang batak, tapi tolong
jangan mengolok2 marga (nama keluarga) karena tindakan
seperti ini menurut saya sangat tidak etis dan sangat tidak
terpelajar. Ketika anda mengolok2 (dalam artian negatif)
suatu marga batak, maka anda telah mengolok2 paling tidak
seluruh orang batak yg mempunyai marga seperti itu.

Semoga anda bisa lebih peka dan sedikit lebih beradab.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: JANGAN MENGOLOK2 MARGA BATAK (was:Re: Aberson Marle Sihaloho...)

1999-07-09 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Mungkin Jaya pikir itu lucu, tapi buat yang punya marga (puluhan generasi) itu
tidak lucu.
Atau jangan-jangan si Jaya tidak tahu Sihaloho itu marga...biasanya dia nyebut
duluan baru nanya belakangan.

Irwan Ariston Napitupulu wrote:

 In a message dated 7/8/99 11:47:50 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED]
 writes:

  Caranya gini mending PKB sama PAN ndak usah ikut-ikut dengan pemerintahan
   PDIP sajalah. Biar saja PDIP menangndak apa-apa. Yang penting ndak usah
   ikut-ikut dosa dan plin-plan kayak Aberson si lholhak-lholok ini..
   Hih...ngisin-ngisini waris saja

 Irwan:
 Bung Jaya, anda boleh benci dengan PDIP, anda boleh
 tidak suka dengan orang batak, tapi tolong
 jangan mengolok2 marga (nama keluarga) karena tindakan
 seperti ini menurut saya sangat tidak etis dan sangat tidak
 terpelajar. Ketika anda mengolok2 (dalam artian negatif)
 suatu marga batak, maka anda telah mengolok2 paling tidak
 seluruh orang batak yg mempunyai marga seperti itu.

 Semoga anda bisa lebih peka dan sedikit lebih beradab.

 jabat erat,
 Irwan Ariston Napitupulu



Re: [Aberson Marle Sihaloho...]

1999-07-09 Terurut Topik Yuni Wilcox

Saya setuju dengan bung Jaya, memang si Aberson ini kayak anak kecil yang mau
walk out karena nggak di kasih permen.

Saya juga nggak habis pikir pola pikir orang orang seperti ini, sama sekali
nggak menghormati tata negara Indonesia. Kalau mau merubah system politik ya
jauh jauh hari sebelum pemilu, diatur, aturan mainnya itu bagaimana. Bukannya
sekarang ini setelah pemilu berjalan, aturan main sudah ada demikian rupa, mau
mbelot katanya aturan mainnya nggak bener.

yuni




FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:
Lha orang kayak gini kok dijadikan caleg nomor 4.
Kalau mau menghendaki rakyat benar-benar berdaulat dalam memilih presiden,
sudah barang tentu UUD45 juga mesti diganti. Biar saja rakyat memilih langsung
presidennya. Caranya ya sudah barang tentu ngganti dulu UUD yg ngatur.

Sekarang maunya nggak ngganti UUD, tapi mau meniadakan peran MPR. Lha
kalau MPR cuman jadi cap jempol ya sudah dibubarin saja. Ini baru melihat
peluang
kalah voting saja sudah sibuk. Nanti kalo voting menang baru kaok-kaok bahwa
bentuk voting adalah yg paling demokratis. Model-model bunglon kayak gini kok
ya masih ada.

Kemarin mereka-mereka sepakat kalo faktor pembagi suara berbeda-beda,
di mana suara di Jawa faktornya lebih besar. Waktu belum tahu bakal panen di
Jawa
lalu sibuk nuntut tentang pemerataan wakil rakyat dari luar Jawa. Giliran
dengan tata cara
ini disusul parte lain lalu sibuk menggunakan isu jumlah absolut 23 juta
pemilih
Orang sudah mau masuk liang kubur kok ya nggak malu sama anak kecil yang
kalo eker-ekeran sama persis dengan dia.

Caranya gini mending PKB sama PAN ndak usah ikut-ikut dengan pemerintahan
PDIP sajalah. Biar saja PDIP menangndak apa-apa. Yang penting ndak usah
ikut-ikut dosa dan plin-plan kayak Aberson si lholhak-lholok ini..
Hih...ngisin-ngisini waris saja



'--suara merdeka--

Tolak Voting

Secara terpisah tokoh PDI Perjuangan, Aberson Marle Sihaloho, berpendapat PDI
Perjuangan sebaiknya menolak ajakan pemungutan suara atau voting, jika hal itu
ditawarkan
dalam sidang umum MPR mendatang.

'Kami akan menolak pemungutan suara, kalau mereka memaksa kami akan walk
out,''
katanya kepada wartawan di press room Gedung DPR, kemarin.

Tentang alasan penolakan, calon legislatif (caleg) nomor empat dari DKI
Jakarta (caleg jadi)
itu menjelaskan, sidang umum MPR mendatang seharusnya tinggal menetapkan
kehendak
rakyat mengenai calon presiden. ''Karena rakyatlah yang berdaulat, bukan
MPR,'' imbuh dia.

Kini rakyat yang berdaulat telah melaksanakan hak melalui pemilu, dan 23,5
juta memilih
Megawati sebagai calon presiden melalui PDI Perjuangan. Dia mengatakan, hasil
itu
merupakan suara terbesar dibandingkan dengan perolehan suara partai lain.
(D19,bu,nas-50g)



Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: [Ayam Dubes, whats next?]

1999-07-09 Terurut Topik Yuni Wilcox

Mungkin yang pak Dubes maksud kalau partai Islam yang menang, berarti tiap
hari kita harus ngaji melulu, puasa melulu, dan dilarang makan ayam,
makanannya ganti Al Quran.

Seadangkan kalau partai kristen yang menang berarti kita nggak boleh kerja,
aturan ke gereja diganti bukan hanya hari minggu, tapi setiap hari, ayam tidak
boleh dihidangkan, diganti dengan Injil.

Wah pak dubes ini bagaimana sih masa segitu amat menilai partai yang
agamis.

Yuni


Ali Simplido [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Roland wrote:


 Halo semuanya,
 Ini baru tanya jawab sama pak dubes yang kebetulan
 mampir ke Hawaii.


deleted===
 Tentang politik, rakyat Indonesia sebetulnya udah
 berpikiran lebih maju dan terbuka karena kalo
 dilihat dari pemilu contohnya,  partai yang
 andalannya cuma agama Islam aja atau Kristen doang
 atau religious group banyak yang nggak dipilih
 karena seperti yang kita
 tahu rakyat Indonesia sekarang lebih pentingin
 gimana supaya bisa kerja lagi dan makan ayam tiap 
hari.


Saya menulis e-mail di bawah ini dengan asumsi
paragraph di atas adalah statement Pak Dubes (Pak
Dorodjatun)

Firstly, makin hari makin bingung saya lihat negara
kita ini.  Kok sekarang "ayam" adalah hewan yang
paling populer.  Dulu cuman ada beberapa jenis ayam
antara lain: ayam kampung dan ayam ras dll.  Kalau
sekarang ada ayam Gus Dur, ayam Permias, and the
latest breed ada lagi ayam Dubes.

Secondly, I am so curious kenapa banyak negara2 dan
partai2 yang memakai gambar binatang sebagai lambang
negara dan partai (termasuk juga di Amerika).

Bukankah ini merupakan suatu contradiction dalam
ajaran beberapa agama, di mana binatang menempati
kelas yang lebih rendah dari manusia?

Dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kita (manusia)
sering meng-identifikasikan sifat manusia yang jelek
sebagai sifat binatang. Contohnya kalau mobil kita
kesenggol dikit oleh kendaraan lain, terus tanpa sadar
atau tidak sadar kita memanggil orang itu (maaf)
"anjing" dsb, padahal saya sendiri belum pernah
membaca dan dengar scientific studies, discovery atau
research tentang anjing yang suka nyenggol mobil:-)

Thirdly, negara kita ini juga adalah sebuah negara
"calon", ada calon president, calon legislative, dan
jangan lupa, kita masih mempunyai seorang calon
astronout seumur hidup.

Sebagai tambahan, mungkin yang dimaksud Pak Dubes
bukan hanya "rakyat Indonesia" tapi termasuk juga
"pejabat2" (dan tentunya termasuk beliau sendiri),
yang juga berusaha untuk bisa bekerja dan tetap makan
ayam sambil memikirkan "calon" jabatan berikutnya.

Finally, for those of you yang sering bertanya kenapa
milis-milis Permias isinya kebanyakan sampah, yah kita
harus terima aja kenyataan yang ada- maksudnya, wong
Pak Dubes (salah satu jabatan perwakilan RI yang
paling tinggi di luar negeri) bisanya hanya menjawab
seperti di atas kok:-)


wassalam

Ali Simplido






_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge

1999-07-09 Terurut Topik meydi rianto

hallo bung Ismail..
saya cuman mo tanya tentang penny plan 38 cents...apakah ada connecting fee
setiap kali kita mau telp?
terima kasih atas perhatian nya...
wassalam


From: Ismail Rahim [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: 27 cents/min ke Indo, no surcharge
Date: Wed, 7 Jul 1999 13:02:14 -0500

Bagi yang sering menelpon Long Distance ini ada info bagus (bukan calling
card, anda tinggal dial langsung)

1. Talkxchanger (32 cents/min ke Indo, 5 c domestic)
Cukup dial 10-10-275  lalu 011+62, no sign-up, no surcharge, $4.95 monthly
fee
(at prompt enter this code: 208960)

2. Penny plan (38 cents/min ke Indo)
Cukup dial 10-10-629 lalu 011+62, no sign up, no surcharge,  no monthly fee
(at prompt enter this code: 208960)

3. Absolute cents (27 cents/min ke Indo)
Perlu sign up (sign up di web site below), no surcharge, no monthly fee

Complete info-nya
http://www.worldxchange.com/agent/208960

Kalau ada pertanyaan silahkan aja direply ke saya
selamat memakai

ISMAIL RAHIM
The Univ. Of Oklahoma
WolrdxChange Communications Independent Representative
535 Sooner Dr. #C, Norman, OK 73072
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
http://www.worldxchange.com/agent/208960




___
Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com



Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge

1999-07-09 Terurut Topik Ismail Rahim

Untuk Penny Plan (38 c/min ke Indo)

Connection fee ...nggak ada
Monthly fee.nggak ada
Contract fee...nggak ada

Pokoknya kita bayar sesuai apa yg kita pakai
Bill-nya nanti datang di local phone comp.bill

check lagi di
http://www.worldxchange.com/agent/208960



Wassalam


ISMAIL RAHIM
The Univ. Of Oklahoma
535 Sooner Dr. #C, Norman, OK 73072
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
http://www.geocities.com/Eureka/Boardroom/5731
-Original Message-
From: meydi rianto [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, July 09, 1999 1:48 PM
Subject: Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge


hallo bung Ismail..
saya cuman mo tanya tentang penny plan 38 cents...apakah ada connecting fee
setiap kali kita mau telp?
terima kasih atas perhatian nya...
wassalam


From: Ismail Rahim [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: 27 cents/min ke Indo, no surcharge
Date: Wed, 7 Jul 1999 13:02:14 -0500

Bagi yang sering menelpon Long Distance ini ada info bagus (bukan calling
card, anda tinggal dial langsung)

1. Talkxchanger (32 cents/min ke Indo, 5 c domestic)
Cukup dial 10-10-275  lalu 011+62, no sign-up, no surcharge, $4.95 monthly
fee
(at prompt enter this code: 208960)

2. Penny plan (38 cents/min ke Indo)
Cukup dial 10-10-629 lalu 011+62, no sign up, no surcharge,  no monthly
fee
(at prompt enter this code: 208960)

3. Absolute cents (27 cents/min ke Indo)
Perlu sign up (sign up di web site below), no surcharge, no monthly fee

Complete info-nya
http://www.worldxchange.com/agent/208960

Kalau ada pertanyaan silahkan aja direply ke saya
selamat memakai

ISMAIL RAHIM
The Univ. Of Oklahoma
WolrdxChange Communications Independent Representative
535 Sooner Dr. #C, Norman, OK 73072
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
http://www.worldxchange.com/agent/208960




___
Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com




Re: [Ayam Dubes, whats next?]

1999-07-09 Terurut Topik Ramadhan Pohan

Salam,
Mengikuti perbincangan Ali, Nina, Yuni, Roland memang menarik. Semua pihak
berupaya tampak obyektif, netral, kritis dan memberi pencerahan. Yang menjadi
masalah barangkali ketiadaan klarifikasi dari Dubes Dorodjatun saja. Jadi
gimana ya caranya supaya Dubes bersedia memberi klarifikasi. Adakah pihak
KBRI yang bersedia memberi klarifikasi?

Atau lebih baik Dubes Dorodjatun diundang jadi pembicara Politik Indonesia
Baru: Masalah dan Prospe? Atau temanya begini, Politik Kepartaian Indonesia
Pasca Pemilu: Sebuah Telaah Kritis.

Tempatnya, mungkin bisa diadakan di KBRI saja. Gimana? Oke nggak?
Paling-paling butuh waktu satu minggu untuk persiapan penyelenggaraannya.
Moderatornya: Drs Chiristianto Wibisono dan Ketua PKB Dr Alwi Shihab
(Kebetulan masih di sini, di Amrik, sampai minggu depan.

Bagaimana? Setuju? Atau ide ini berlebihan ya? Sing penteng, niatku baek kok.

salam,
ramadhan pohan
(arek pinggiran)
# # #
In a message dated 7/9/99 8:09:35 PM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes:


 Mbak Yuni,

 dan juga teman2 permias lainnya, sekali lagi tolong jangan langsung men-judge
 pernyataan pak Dubes dari sumber sekunder. Roland berusaha berbagi rasa
 dengan kita semua. Dan berhubung ini pernyataan untuk kalangan sendiri dan
 bukan pernyataan pers, tentu saja bisa diungkapkan dengan kata-kata yang
 berbeda. Namun saya yakin, masyarakat ilmiah permias bisa menangkap maksud
 Pak Dubes. Kalau lantas ditanggapi dengan "was, kok pak Dubes begitu, sih?",
 ini bisa menimbulkan permasalahan baru - misalnya, Dubes dianggap tidak
 kompeten, dsb... Sebelum yakin *betul-betul* ucapan kata-per-kata, rasanya
 penanggapan secara harafiah tidak bijaksana.

 Nina Poerbonegoro

  



Re: Ayam Dubes, what's next?

1999-07-09 Terurut Topik Donald Saluling

Menimpali pak Dubes,
saya menilai pak Dubes cuma bisa tahu omong kosong. Komentar2 yang beliau
berikan (walaupun sekunder) adalah komentar2 tak berharga dan terlalu hambar.
I wish next time ada script lebih lengkap tentang omongan beliau supaya kita2
ini bisa menyerang lebih langsung. Komentar2 yang saya baca mah ... tukang
becak juga bisa ngomong gitu.
Kalau pak Dubes adalah seorang reformis tunjukkan budaya reformis yang
demokratik, yang terbuka dan jauh dari stereotypical orde baru. Ngomongnya
masih seperti para pejabat masa Soeharto tapi berani memanggil diri sendiri
reformis. Bukti satu lagi, pak Dubes takut mahasiswa2 dari LN untuk pulang
kampung karena nggak mau kita2 ini menyebarkan atau menyaksikan langsung
bagaimana kebiadaban pemerintah transisi ini dan kebobrokan pelaksanaan (so
called) demokratik PEMILU. By the way, what do PKB and PPP represent --
regarding runtuhnya partai yang mengandalkan keagamaan ?  Kalu beliau masih
pakai otak, tentu pas Dubes harus jujur dan mengatakan bahwa semua partai
yang menang adalah partai ber-duit  titik! Lihat apa yang dilakukan para
aparat kepada warga PRD (partai buruh) ... pak Dubes bilang apa soal ini?


Sekian dulu cuap2,
Donald



Agama? Ayam? Enggak bosan nih?

1999-07-09 Terurut Topik Yohanes Sulaiman, University of Wisconsin-Madison, WI

Ini hanya perasaan saya atau gimana ya, tapi beberapa
bulan terakhir ini terasa banget suasana di Permias ini
penuh tulisan-tulisan yang prejudice dan saling menjelek-
jelekan agama. Apalagi terasa dari tulisan kalau sudah
menyangkut PDI-P. Sekarang soal ayam yang kagak tahu
datang dari mana; langsung dimasukkan juga seksi-seksi
keagamaannya. Hebat, bisa-bisanya kepikir, ya... dari segi ayam
yang harusnya isu kemiskinan mendadak bisa ke isu agama.
Enggak salah nih tinggal di Amerika?

Saya yakin pasti saya dapat banyak flame dengan ajakan saya
ini yakni coba tolong masalah agama sekali-kali dipisahkan
dari rasionalitas perdebatan. Kalau sudah debat agama seperti
Islam VS Kristen ginian, 1000 tahun juga enggak akan selesainya.
Kalau PDI jelek, ya sudah, bilang aja jelek. Tapi alasannya juga
yang beres donk; misalnya kandidatnya koruptor semua, antek
Cendana, dsb. JIka kita masukkan soal agama beginian, akhirnya
rasional kita tak bekerja, yang bekerja hanya emosi dan akan
semakin memecah kaum mahasiswa. Saya tak ingat tahun lalu semua
orang demonstrasi menjatuhkan sang babeh agar sekarang kita bisa
ribut soal agama

Anyway, saya harap tolong diskusi yang soal agama ini direm dulu
agar semuanya bisa tenang dan bisa berpikir lebih kritis. Saat
habis pemilu ini memang saat paling panas dan masih untung di
Indonesia belum terjadi kerusuhan besar-besaran.

Satu lagi; buat Dayang Sumbi (kalau enggak salah), tolong kalau
nulis pakai nama aslinya, enggak usah takut sama anak-anak
Permias. Rasanya ada guidelinesnya juga soal hal ini khan di
Permias untuk tak memakai nama samaran. Entar disangka ninja
kesasar. Habis sama-sama nyamar.

YS



Re: [Re: [Ayam Dubes, whats next?]]

1999-07-09 Terurut Topik Yuni Wilcox

Tawaran yang menarik,
sayang sekali saya nggak bakalan bisa terbang ke DC. tolong dikirimin makalah
mereka aja deh.

yuni

Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote:
Salam,
Mengikuti perbincangan Ali, Nina, Yuni, Roland memang menarik. Semua pihak
berupaya tampak obyektif, netral, kritis dan memberi pencerahan. Yang menjadi
masalah barangkali ketiadaan klarifikasi dari Dubes Dorodjatun saja. Jadi
gimana ya caranya supaya Dubes bersedia memberi klarifikasi. Adakah pihak
KBRI yang bersedia memberi klarifikasi?

Atau lebih baik Dubes Dorodjatun diundang jadi pembicara Politik Indonesia
Baru: Masalah dan Prospe? Atau temanya begini, Politik Kepartaian Indonesia
Pasca Pemilu: Sebuah Telaah Kritis.

Tempatnya, mungkin bisa diadakan di KBRI saja. Gimana? Oke nggak?
Paling-paling butuh waktu satu minggu untuk persiapan penyelenggaraannya.
Moderatornya: Drs Chiristianto Wibisono dan Ketua PKB Dr Alwi Shihab
(Kebetulan masih di sini, di Amrik, sampai minggu depan.

Bagaimana? Setuju? Atau ide ini berlebihan ya? Sing penteng, niatku baek kok.

salam,
ramadhan pohan
(arek pinggiran)
# # #
In a message dated 7/9/99 8:09:35 PM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes:


 Mbak Yuni,

 dan juga teman2 permias lainnya, sekali lagi tolong jangan langsung men-judge
 pernyataan pak Dubes dari sumber sekunder. Roland berusaha berbagi rasa
 dengan kita semua. Dan berhubung ini pernyataan untuk kalangan sendiri dan
 bukan pernyataan pers, tentu saja bisa diungkapkan dengan kata-kata yang
 berbeda. Namun saya yakin, masyarakat ilmiah permias bisa menangkap maksud
 Pak Dubes. Kalau lantas ditanggapi dengan "was, kok pak Dubes begitu, sih?",
 ini bisa menimbulkan permasalahan baru - misalnya, Dubes dianggap tidak
 kompeten, dsb... Sebelum yakin *betul-betul* ucapan kata-per-kata, rasanya
 penanggapan secara harafiah tidak bijaksana.

 Nina Poerbonegoro

  



Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: [Re: [Ayam Dubes, whats next?]]

1999-07-09 Terurut Topik Yuni Wilcox

Mbak Nina,
Iya deh saya ngerti kok. Saya juga tadinya nggak begitu peduli dengan omongan
Pak Dubes yang paling paling begitu begitu juga. cuma masalahnya saya jadi
risih karena ada yang ngomentari kok diingatkan jangan ngomentari. Lagi pula
jaman sekarang ini khan jaman informasi, hidup kita ini sudah serba rumit,
mana mungkin kita harus selalu mendapatkan informasi dari sumber utamanya
terus menerus, itu khan nggak mungkin, sumber sekuler pun nggak apa apa
asalkan memang disajikan paling tidak 80 % kebenarannya. Wartawan aja ada yang
 tidak menyajikan berita 100% obyektif kadang kadang mereka bumbui sana sini.

Seperti yang anda sebutkan ini intern Permias, jadi seharusnya malah pak
Dubesnya berterima kasih dikritik seperti itu. Masih untung loh dikritik
sesama daripada dikrirtik orang lain, khan lebih malu.Lagipula  khan bukan
ngritik pribadi Pak Dubes, melainkan ucapannya sebagai seorang yang dianggap
wakil Indonesia nomor satu.

Lagi pula Mbak Nina, ngriktik Pak Dubes sekarang ini saya anggap fair, sebagai
kontrol sosial terhadap jabatan beliau sendiri. Jangan kita ini merasa takut
mengemukakan pendapat karena dia seorang dubes.Hormat, pasti saja kita masih
hormat terhadap bliau, tetapi tidak berarti kita harus selalu angguk angguk
kepala jika dia bicara.

Justru masih menjabat sebagai dubes itulah saat yang tepat. Jangan seperti
yang kita lakukan terhadap Suharto, sekarang aja dia sudah digulingkan banyak
yang berani sinis kepada dia, sebelumnya, hanya orang orang tertentu saja yang
berani.

Saya yakin (kalau memang Pak Dubesnya berjiwa besar) Pak dubes nggak akan
keberatan dikritik "anak anak"nya sendiri.Sesuai dengan perkataan beliau khan
mengenai keterbukaan dan reformasi, iya nggak mbak Anna (atau Nina?) ???

Yuni


"Anna F. Poerbonegoro" [EMAIL PROTECTED] wrote:
Mbak Yuni,

dan juga teman2 permias lainnya, sekali lagi tolong jangan langsung men-judge
pernyataan pak Dubes dari sumber sekunder. Roland berusaha berbagi rasa
dengan kita semua. Dan berhubung ini pernyataan untuk kalangan sendiri dan
bukan pernyataan pers, tentu saja bisa diungkapkan dengan kata-kata yang
berbeda. Namun saya yakin, masyarakat ilmiah permias bisa menangkap maksud
Pak Dubes. Kalau lantas ditanggapi dengan "was, kok pak Dubes begitu, sih?",
ini bisa menimbulkan permasalahan baru - misalnya, Dubes dianggap tidak
kompeten, dsb... Sebelum yakin *betul-betul* ucapan kata-per-kata, rasanya
penanggapan secara harafiah tidak bijaksana.

Nina Poerbonegoro



Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: Ayam Dubes, what's next? (Ali S.)

1999-07-09 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 7/9/99 3:58:01 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED]
writes:

Ali:
 Firstly, makin hari makin bingung saya lihat negara
  kita ini.  Kok sekarang "ayam" adalah hewan yang
  paling populer.  Dulu cuman ada beberapa jenis ayam
  antara lain: ayam kampung dan ayam ras dll.  Kalau
  sekarang ada ayam Gus Dur, ayam Permias, and the
  latest breed ada lagi ayam Dubes.

Irwan:
Gue ngga ngerti anda ngomong apa di atas?
Bisa dijelaskan maksud penggunaan kata ayam
dihubungkan dengan tulisan awal dari bung Roland?
Bukannya apa2 soale gue lihat ngga nyambung tuh
komentar di atas dengan posting awal.

Ali:
  Secondly, I am so curious kenapa banyak negara2 dan
  partai2 yang memakai gambar binatang sebagai lambang
  negara dan partai (termasuk juga di Amerika).

Irwan:
Ini juga satu lagi gue ngga ngerti nyambungnya kemana
ya dari posting awal?

Ali:
  Bukankah ini merupakan suatu contradiction dalam
  ajaran beberapa agama, di mana binatang menempati
  kelas yang lebih rendah dari manusia?

Irwan:
Lagi2 komentar yg ngga jelas juntrungannya dengan
posting awal. Dari awal udah nariknya ke arah salah
trus ditarik2 sampai mengeluarkan pernyataan2 yg
rada aneh jadinya. Makanya gue ngga heran deh
banyak yg akhirnya ngasih komentar aneh bin ajaib
dan jauh dari konteks pembicaraan awal.
Lha, yg dipakai juga sumber ketiga dimana sumber
ketiga ini cuma mengacu pada sumber kedua dalam
hal ini bung Roland. Gue masih lebih bisa ngerti
kalau komentar2 yg masuk tuh mengacu pada
posting bung Roland yg sumber kedua karena sumber
pertama (dubes) mungkin dimilis ini ngga bisa dihubungi.
Aneh bin ajaib, koq anggota milis permias pada gampang
sekali ya ikut2an seperti bebekhehehe...tuh khan
pake pengandaian binatang:)


Ali:
  Dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kita (manusia)
  sering meng-identifikasikan sifat manusia yang jelek
  sebagai sifat binatang. Contohnya kalau mobil kita
  kesenggol dikit oleh kendaraan lain, terus tanpa sadar
  atau tidak sadar kita memanggil orang itu (maaf)
  "anjing" dsb, padahal saya sendiri belum pernah
  membaca dan dengar scientific studies, discovery atau
  research tentang anjing yang suka nyenggol mobil:-)

Irwan:
Ngga semua pengandaian yg menggunakan binatang
itu artinya negatif.
Contohnya: tulus seperti merpati, lucu seperti kelinci,
larinya cepat seperti kijang, dll.
Nah bung Ali, makanya kalau ngasih komentar
itu kurangi dikit emosinya dan coba lihat permasalahan
dengan lebih jelas dan ngga gampangan ambil kesimpulan:)

Ali:
  Thirdly, negara kita ini juga adalah sebuah negara
  "calon", ada calon president, calon legislative, dan
  jangan lupa, kita masih mempunyai seorang calon
  astronout seumur hidup.

Irwan:
Ngga ngerti nyambungnya kemana kalau dikaitkan
ke posting awal.

Ali:
  Finally, for those of you yang sering bertanya kenapa
  milis-milis Permias isinya kebanyakan sampah, yah kita
  harus terima aja kenyataan yang ada- maksudnya, wong
  Pak Dubes (salah satu jabatan perwakilan RI yang
  paling tinggi di luar negeri) bisanya hanya menjawab
  seperti di atas kok:-)

Irwan:
Coba tunjukin ke saya yg mana sih pendapat dari
dubes yg menurut anda masuk kategori sampah?
Sekalian kasih argumentasi anda dan bagaimana
menurut anda sebaiknya dubes itu ngomong.
Kalau ngga bisa, maka tulisan anda ini berarti
asbun dan bisa dikategorikan sampahhehehhee..:)


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Ketemu dubes

1999-07-09 Terurut Topik Budi Haryanto

Nanti malam (7.00 pm) kita-kita yang di LA akan diskusi dengan Dubes
Indonesia untuk AS dengan topik 'Indonesia pasca pemilu'.

Sebelum diskusi akan didahului oleh makan malam, mudah-mudahan menunya
 ayam...

Ada yang mau titip omongan soal 'ayam', welcome
Saya sendiri sudah punya bahan untuk disampaikan ke beliau (4 pages).
Mudah-mudahan lain kali saya bisa sharing tulisan saya tsb ke
teman-teman.

Salam,
Budi



Omongan dubes (was: Re: Posting dr Roland...)

1999-07-09 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

Setelah melihat ada pihak2 yg entah kenapa koq
cara mikirnya aneh bin ajaib menurut gue,
gue jadi mau kasih komentar atas posting awal
bung Roland yg sekaligus sumber kedua dari pernyataan
dubes.


  Pesan pertama:
  Jangan pulang, kalo bisa cari kerja disini mendingan
  stay di Amrik aja.  Kalo pulang yang ada nambah
  jumlahnya pengangguran
  di Indo yang saat ini masih
  sekitar 25-30 juta orang.

Irwan:
Ini pernyataan dari dubes sejak tahun lalu seingat
saya. Dan ini menurut saya sangat dan sangat
realistis sekali.
Saya pribadi cenderung memberi kebebasan
kepada setiap individunya. Mau langsung pulang
bagus, mau stay dulu juga bagus.
Ada yg mau nyanggah?

  Tentang ekonomi, ya yang jelas keadaan udah makin
  membaik  Tapi untuk bisa stabil, yang jelas butuh
  waktu seperti negara-negara lainnya yang pernah
  mengalami resesi.  Bisa
  dibawah lima tahun bisa juga
  sampe sepuluh tahun, tergantung pulihnya kepercayaan
  foreign investor sama support dari masyarakat Indo
  yang saat ini masih bingung nggak tahu mau ngapain.
  (termasuk pengusaha domestic yang sebagian udah pusing
  tujuh turunan karena rupiahnya naik turun)

Irwan:
Ini juga pernyataan yg masih realistis.
Saya mendukung pernyataan dubes di atas bahwa
fundamental dalam membangun suatu ekonomi
negara itu adalah KEPERCAYAAN. Kepercayaan
dari investor dan terutama dari rakyatnya sendiri.
Ada yg mau nyanggah?


  Tentang politik, rakyat Indonesia sebetulnya udah
  berpikiran lebih maju dan terbuka karena kalo dilihat
  dari pemilu contohnya,  partai yang andalannya cuma
  agama Islam aja atau Kristen doang atau religious
  group banyak yang
  nggak dipilih karena seperti yang kita
  tahu rakyat Indonesia sekarang lebih pentingin gimana
  supaya bisa kerja lagi dan makan ayam tiap hari.

Irwan:
Ini juga sangat didukung oleh fakta. Tepatnya, dubes
hanya nyampain dan coba interpretasiin fakta yg ada.
Saya sangat mendukung hal ini karena memang
pernah pula saya tulis di milis ini ketika mengomentari
tulisan bung Jaya yg sempat mengatakan bahwa
isu agama itu isu penting dalam pemilu ini dengan
melihat dari banyaknya jumlah partai2 yg menggunakan
asas agama. Waktu itu saya lempengkan kesimpulan
yg menurut saya kurang tepat dengan mengatakan
isu agama adalah isu penting yg digunakan oleh partai2
peserta pemilu tapi bukan isu penting bagi sebagian
besar rakyat Indonesia yg ikut pemilu terbukti dari
fakta suara pemilu yg hasilnya justru sebagian besar
(besar banget malahan) jatuh ke partai2 yg tidak
menggunakan asas agama tertentu, (PDIP, PKB, Golkar,
PAN).
Ada yg berani ngasih sanggahan?


  Tentang yang lainnya, katanya sekarang ada mobil baru
  mereknya "Kuda" dari Mitsubisi untuk nyaingin Kijang.
  Nggak tahu deh yang mampu beli siapa.  Terus ada
  satu mobil lagi yang baru keluar namanya saya lupa,
  tapi yang jelas berarti udah ada yang optimis lagi
  dengan keadaan di Indo dan itu pertanda baik.
  Plus, kalo ada yang mau usulin sesuatu yang
  berhubungan dengan
  undang-undang di Indo, bisa tulis surat atau
  bikin petisi dan kirimin ke partai yang anda pilih,
  atau
  melalui wakil-wakilnya (yang semoga mereka peduli)

Irwan:
Suatu ajakan yg sangat realistis dan bahkan sangat
baik karena mengundang partisipasi aktif.
Tentunya ajakan ini akan bisa dipandang sebagai ancaman
kredibilitas kemampuan khususnya bagi pihak2 yg
kerjaannya cuma bisa cari2 kesalahan trus caci maki
tanpa bisa kasih alternatif solusinya.:)


  Oya, kalo ada yang mau tanya-tanya tentang apa yang
  kita sebagai mahasiswa Amrik bisa dapetin dari
  pemerintah Indo, dia
  saranin untuk menghubungi atase
  pendidikan dan kebudayaan di Washington.  Kali aja
  bisa berguna bagi student yang lagi bingung cari ide.

Irwan:
Ini juga sangat informatif sekali.
Dengan kata lain, atase pendidikan dan kebudayaan
di Washington mau membuka jalur untuk membantu
siswa2 yg mungkin mengalami kesulitan selama
kuliah di AS.


  Ya, segitu dulu deh, nanti kalo ada yang saya inget
  lagi
  gua kasih tahu.

  Best regards,

  Roland

Irwan:
Makasih bung Roland, anda sudah mau capek2 bagi
informasi dan pengalaman.

Nah, coba itu rekan2 yg bilang macem2 tentang
dubes. Ada2 saja dah:)

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: [Ayam Dubes, whats next?]

1999-07-09 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 7/9/99 12:35:06 PM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Mungkin yang pak Dubes maksud kalau partai Islam yang menang, berarti tiap
  hari kita harus ngaji melulu, puasa melulu, dan dilarang makan ayam,
  makanannya ganti Al Quran.

  Seadangkan kalau partai kristen yang menang berarti kita nggak boleh kerja,
  aturan ke gereja diganti bukan hanya hari minggu, tapi setiap hari, ayam
 tidak
  boleh dihidangkan, diganti dengan Injil.

  Wah pak dubes ini bagaimana sih masa segitu amat menilai partai
yang
  agamis.

  Yuni


Irwan:
Yun...yunloe koq ngga tobat2 sih ngasih kesimpulan
yg aneh2 dan kejauhan.
Lha dubes cuma coba menggambarkan dari
fenomena masyarakat yg ada sekarang koq di tanah
air. Jadi dia cuma ngomong fakta bukan seperti anda yg
kelihatannya sering ngambil fakta yg sesuai aja dengan
anda tapi cenderung menutup mata dengan fakta yg
ada dilapangan.

Kurang gencar apanya sih partai2 agama waktu kampanye
pemilu kemarin bawa2 atau ngangkat2 masalah agama?
Tapi apa coba hasilnya? Apa sebagian besar rakyat
pada dengerin alias ngikutin ajakan mereka?
Ngga khan? Sebagian rakyat tetap pada pendirian mereka.
Mereka punya pendapat sendiri soal agama vs politik.
Mereka tampaknya ingin memisahkan dua hal tersebut,
mungkin karena selama ini mereka kecewa melihat
fakta lapangan dimana mereka masih hidup susah,
susah makan, susah punya tempat tinggal yg layak,
susah dapat kerjaan, dan susah2 lainnya.
Jadi buat gue mereka, rakyat kebanyakan itu, sangat
realistis dalam bertindak.

Lha, koq gue perhatiin ada aja yg masih terus nganggap
rakyat kita itu goblok, buta, dlsb. Gue jadi mikir, sebenarnya
yg buta dan goblok itu sapa sih?.:)

Gue pribadi akan terus berpihak kepada rakyat kebanyakan
yg memang selama ini sudah sering dibohongi, ditindas,
dibuat susah oleh sekelompok orang.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge

1999-07-09 Terurut Topik meydi rianto

wah thanx banget nih utk bung Ismail
saya mo make ah lumayan separo harga,,,heheheheh
thx banget nih atas informasinya...


From: Ismail Rahim [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge
Date: Fri, 9 Jul 1999 14:31:40 -0500

Untuk Penny Plan (38 c/min ke Indo)

Connection fee ...nggak ada
Monthly fee.nggak ada
Contract fee...nggak ada

Pokoknya kita bayar sesuai apa yg kita pakai
Bill-nya nanti datang di local phone comp.bill

check lagi di
http://www.worldxchange.com/agent/208960



Wassalam


ISMAIL RAHIM
The Univ. Of Oklahoma
535 Sooner Dr. #C, Norman, OK 73072
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
http://www.geocities.com/Eureka/Boardroom/5731
-Original Message-
From: meydi rianto [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, July 09, 1999 1:48 PM
Subject: Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge


 hallo bung Ismail..
 saya cuman mo tanya tentang penny plan 38 cents...apakah ada connecting
fee
 setiap kali kita mau telp?
 terima kasih atas perhatian nya...
 wassalam
 
 
 From: Ismail Rahim [EMAIL PROTECTED]
 Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: 27 cents/min ke Indo, no surcharge
 Date: Wed, 7 Jul 1999 13:02:14 -0500
 
 Bagi yang sering menelpon Long Distance ini ada info bagus (bukan
calling
 card, anda tinggal dial langsung)
 
 1. Talkxchanger (32 cents/min ke Indo, 5 c domestic)
 Cukup dial 10-10-275  lalu 011+62, no sign-up, no surcharge, $4.95
monthly
 fee
 (at prompt enter this code: 208960)
 
 2. Penny plan (38 cents/min ke Indo)
 Cukup dial 10-10-629 lalu 011+62, no sign up, no surcharge,  no monthly
fee
 (at prompt enter this code: 208960)
 
 3. Absolute cents (27 cents/min ke Indo)
 Perlu sign up (sign up di web site below), no surcharge, no monthly fee
 
 Complete info-nya
 http://www.worldxchange.com/agent/208960
 
 Kalau ada pertanyaan silahkan aja direply ke saya
 selamat memakai
 
 ISMAIL RAHIM
 The Univ. Of Oklahoma
 WolrdxChange Communications Independent Representative
 535 Sooner Dr. #C, Norman, OK 73072
 [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
 http://www.worldxchange.com/agent/208960
 
 
 
 
 ___
 Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com
 


___
Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com



Re: Bahaya Y2K.

1999-07-09 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 7/7/99 9:13:43 PM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Yw: Menurut saya, masalah Y2K terlalu dibesar-besarkan.
  Seperti ibaratnya: masalah AIDS. Bahaya sih bahaya,
  tapi sebenernya, banyak pihak 'sangat jauh'
  peluangnya utk kena penyakit itu.

Irwan:
Gue juga ngerasa awalnya gitu. Cuma aja koq gue perhatiin
masalah ini cukup serius ditangani oleh AS baik pemerintah
dan swastanya. Anggaran perusahaan2 untuk ngatasin
masalah ini juga cukup besar. Ini dari hasil obrolan gue
dengan rekan2 yg pada kerja di perusahaan2 AS.
Jadi gue pikir, kalau masalahnya ngga seserius itu, ngga
mungkin lah perusahaan swasta mau ngeluarin duit besar2an.

Yusuf:
  Kalau Y2K itu yg paling kritis adalah utk sistem-
  sistem yg real time yg hidup 24 jam terus-terusan
  (atau at least almost 24j). Itu pun, yg mengolah
  fungsi terkait waktu. (Sistem real time di pabrik
  mobil, robot-robotnya, etc. misalnya, tdk terpengaruh).

Irwan:
Ada rekan2 yg kerja di perusahaan AS spt di atas yg
bisa kasih info apakah memang benar ngga akan
terpengaruh?


  Yw: Itu kurang masuk akal. Dan gampang sekali dimentahkan.
  Katakanlah: banyak sistem keuangan akan di shut down
  pada jam 11 malam tg 31Des99 sampe jam 1 malam
  tg 1Jan99. Utk tutup buku rutin akhir tahun, dsb.
  Mana bisa orang akses ke komputer yg dimatiin?

Irwan:
Apa memang iya begitu?
Apa memang mungkin untuk men shut down terminal
komputer itu walau hanya untuk waktu 2 jam saja?
Gimana soal kartu kredit yg sifatnya sudah mendunia?
Malam di AS bisa berarti siang di Indonesia dan tempat2
lainnya dan sebaliknya.

Yusuf:
  Tinggal diumumin aja: berhubung konsolidasi/tutup-buku
  akhir tahun, dari jam 11 s/d jam 1 di penghujung tahun,
  anda tdk dapat memanfaatkan ATM kami. Harap maklum.
  Selesai. Dan ini sudah biasa terjadi (di Indonesia).

Irwan:
Sekedar informasi saja, ada rekan saya yg kerja di bank
besar di AS (part time) yg kerjaannya memindahkan data2
(kalau tidak salah) ke software yg baru yg sudah lulus Y2K
dan itu sudah dikerjakan dari tahun lalu. Nah, gimana dengan
bank2 di Indonesia, koq kelihatannya adem ayem saja?

Dari obrolan dengan rekan2 lainnya, juga gue dapat
gambaran bahwa memindahkan suatu sistem lama ke
sistem yg baru itu ngga gampang seperti yg kita bayangkan.
Belum lagi kalau perusahaan itu adalah perusahaan yg cukup
kompleks, banyak divisi, dan sudah terintegrasi sebelumnya.

Setahu saya, mereka saat ini terus bekerja keras untuk
dapat mengatasi masalah Y2K.

Ada rekan2 yg bekerja di perusahaan2 Indonesia yg mau
bagi2 pengalaman tentang bagaimana masing2 perusahaan
tersebut menyikapi bahaya Y2K.?

Bung Yusuf, sepengamatan anda, bagaimana telkom
menyikapi akan bahaya Y2K ini?
Apakah ada upaya2 khusus, atau menganggap masalah
Y2K ini adalah masalah biasa2 saja yg ngga perlu
disikapi secara serius:)

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: Omongan dubes (was: Re: Posting dr Roland...)

1999-07-09 Terurut Topik Anna F. Poerbonegoro

Hallo, Mas Irwan:
Very good comments. Itulah *tepatnya* yang dimaksudkan oleh Pak Dubes.

Aloha,
Nina Poerbonegoro



Re: [Bahaya Y2K.]

1999-07-09 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 7/8/99 12:09:16 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Sepertinya bung YW sudah menjelaskan panjang lebar saya cuma mau nambah
dikit.

Irwan:
Banyak juga ngga apa2 koq:)

Yuni:
  Dari informasi yang saya dapat kesulitan utama dari Y2K, yaitu sulitnya
  penyebaran produk makanan. Karena untuk negara maju transpotasi bahan
pangan
  itu udah menggunakan komputer, begitu tahun 2000 tiba, maka untuk sementara
  waktu transpotasi akan tersendat, sehingga penyebaran pangan akan tersendat
  pula. Sebenarnya tersendatnya ini nggak hanya disektor pangan, hampir
  diseluruh sektor, tetapi yang utama adalah pangan.

Irwan:
Saya bisa mengerti. Memang ini salah satu resiko yg
harus ditanggung dari suatu negara yg mengandalkan teknologi
tinggi. Seperti pepatah bilang, there is a will there is a way:)

Cuma saja koq saya bingung ya tulisan anda di atas
ini sempat disalahtangkapi oleh beberapa rekan.
Padahal jelas2 anda tulis di atas bahwa kasusnya pada
negara maju yg memang sudah ngandelin komputer:)

Yuni:
  Ketakutan yang sebenarnya yaitu adanya histeris dari masyarakat. Misalnya
  karena takut nggak bisa nguangin duit mereka di bank, akhirnya mereka tarik
  semua uang, kemudian mereka borong semua makanan, sehingga akhirnya bahan
  makanan jadi langkah (seperti yang pernah terjadi di Indonesia). Jadi Kalau
  masyarakat tetap tenang, ngambil uang dan nyimpan makanan secukupnya, maka
  kondisi nggak akan terlalu buruk.

Irwan:
Lha, sapa yg mau ngambil resiko?:)
Contohnya aja kasus di Indonesia tahun lalu dimana banyak
yg borong dan nyetok persediaan makanan. Maunya
sih mereka ngga ikut2an, tapi koq makin hari makin
ramai dan makin menggila. Nah, dari pada nanti malah
ngga kebagian karena kehabisa, ya jadinya makin menggila lah..:)
Ini menurut saya sih wajar2 saja.

Nah, mencermati kemungkinan peristiwa tersebut,
tentunya pihak pemerintah dan swasta sudah jauh2 hari
mempersiapkan diri akan kemungkinan terjadinya
lonjakan permintaan bahan makan karena kemungkinan
masyarakat akan menyimpan/menimbun makanan.
Adalah tugas pemerintah untuk mengontrol harga bahan
pangan agar tidak terjadi lonjakan2 dan dipermainkan
oleh spekulan2.

Yuni:
  Untuk AS dan negara maju lainnya yang tingkat ketergantungannya lebih
tinggi
  akan lebih banyak terkena dampaknya, tetapi tidak untuk negara negara yang
  tidak begitu mengandalkan komputer. Namun bagaimanapun juga mereka tetap
 akan
  terkena imbasnya, cuma nggak banyak.

Irwan:
Tuh khan, tulisan anda sebenarnya menurut saya sudah
cukup kuat dalam menjelaskan asumsi2nya. Tapi koq
masih ada juga ya yg salah ngartiin...:)

Yuni:
  Dari beberapa nasehat, mereka meminta kita supaya menyetok makanan, air,
dan
  kas secukupnya(jika bank kita belum menyesuaikan sistemnya, sebaiknya
tanya
 ke
  bank kamu)

  Yuni

Irwan:
Suatu nasehat yg sangat wajar sekali menurut saya.
Makasih Yun, sering2 lah nulis yg seperti ini. Khan
enak juga bacanya serta ngobrolnya tentunya...:)

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: [Bahaya Y2K.]

1999-07-09 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 7/8/99 12:28:48 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Sebetulnya ada bug yg lebih 'besar' lagi dari Y2K, tapi orang belom banyak
  yg mengambil tindakan. (sistim tangalan unix yg 32 bit)


Irwan:
Wah, menarik juga nih informasinya. Bisa dijelaskan
masalah yg ada dengan sistem tanggalan unix yg 32 bit
itu apa?

Makasih sebelumnya.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: Omongan dubes (was: Re: Posting dr Roland...)

1999-07-09 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 7/9/99 7:20:41 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED]
writes:

 Hallo, Mas Irwan:
  Very good comments. Itulah *tepatnya* yang dimaksudkan oleh Pak Dubes.

  Aloha,
  Nina Poerbonegoro

Irwan:
Ah, itu khan komentar biasa2 aja. Cuma butuh sedikit
kemauan untuk melihat permasalah atau pemikiran
yg disampaikan. Kalau gue mau sih, banyak tulisan
di milis bisa aja bisa gue tarik2in kemasalah seenak
udelnya gue. Tapi ya buat apa toh, capek2in aja
dan malah hanya nunjukin diri bahwa gue cara mikir
dan pandangnya sempit banget plus aneh:)

Yang paling gampang itu ya tulisan2 bung Nasrullah.
Tulisannya paling gampang ditarikin ke hal2 yg bisa
bikin ramai. Cuma gue males aja deh selama mostingnya
ngga terlalu. Tapi koq gue lama2 perhatiin bung Nasrullah
ini ngga bosen2nya ya nyerempet2hehehhee.
Sebagian besar postingnya gue tahu arahnya kemana
tapi males ngeladenin semuanya.

Kalau Nina mau perhatiin, sebenarnya penulis2 di
milis pemias ini sangat mudah koq dikenali karakternya.
Termasuk juga saya inihehehhee.

Ada yg mau nilai karakter gue nulis?:)
Ya, itung2 coba lihat kelakuan sendiri di mata orang:)

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



PBS: Indonesia: Inching Towards Democracy? July 8, 1999

1999-07-09 Terurut Topik Yohanes Sulaiman

ELIZABETH FARNSWORTH:
Last month, millions of Indonesians flocked to the polls for
that nation's first truly open election since 1955.

Election observers, including former President Jimmy Carter,
commended the orderly and apparently fair manner in the vote
for members of a new parliament.

FORMER PRESIDENT CARTER:
I don't have any indication, no evidence yet, I don't even have
any allegations coming to me from any of the major party
officials, that such illegalities have been perpetrated or that
the ultimate outcome of the will of the Indonesian people
has been subverted.





CARTER: A WARNING ABOUT CREDIBILITY

ELIZABETH FARNSWORTH:
But Carter was among those warning that the credibility of the
election process could be damaged if it took too long to count
the votes, not just in big cities like the capital, Jakarta, but in
the 14,000 islands that make up the Indonesian archipelago.

The elections were part of a package of reforms promised last
year by Indonesia's new president B.J. Habibie. He came to
power after weeks of massive demonstrations that brought an
end to 33 years of authoritarian rule by President Suharto.
Habibie also inherited an economy shattered by the financial
crisis that hit East Asia in 1997. Hundreds of thousands of
Indonesians who had risen from poverty to middle class status
lost jobs and found themselves falling back into lives of hunger
and unemployment. Many had taken out their anger at Suharto,
who was accused to enriching his family and friends with
so-called "crony capitalism."

Habibie's reforms for this country of 212 million people included
promising a free press, allowing the formation of opposition
political parties and holding democratic elections. The press has
become vocal and spirited and two major political groups, as well
as smaller parties, rose up to challenge the ruling Golkar party in
the elections.

And the 500-member parliament was supposed to combine with
200 provincial leaders in a people's consultative assembly that
would choose a new president later in the year.




HABIBIE: INDONESIA SHOULD EMBRACE DEMOCRACY

ELIZABETH FARNSWORTH: On election day Habibie urged all
parties to embrace the democratic process and respect the
results of the ballot.

B. J. HABIBIE, Indonesian President:
In every game there's a winner and loser, and the party that wins
should act with nobility and think of the responsibility it has over
the next five years.

ELIZABETH FARNSWORTH:
But one month after the elections, only sixty percent of the votes
have been tallied. Final results were due today, were once again
postponed, this time until July 21.

Based on the official count so far, the principal opposition party
known as the Indonesian Democratic Party of Struggle is ahead
with 36% of the vote. Its leader is Megawati Sukarnoputri-- the
daughter of Indonesia's former president Sukarno, who lead the
struggle against Dutch colonialism and who was ousted by
Suharto in a bloody coup in 1965 in which thousands were killed.


Habibie's party -- the Golkar Party -- is running a distant second
with 20 percent of the vote.

Forty-six other parties, including several Muslim groups in this
overwhelmingly Muslim nation, share the remaining vote.

Officials said the counting was complicated by Indonesia's
sprawling geography. But opposition groups raised accusations
of corruption and vote tampering, and that has led to violence.

Last Thursday, fifteen hundred protesters in Jakarta hurled rocks
and demanded that the ruling Golkar Party be disqualified. Police
moved in, firing shots and using tear gas to control the crowd.
About two dozen people were wounded.

The next day heavily armed police suppressed demonstrators
who tried to march on the election commission headquarters.
And Indonesia is also facing violence in East Timor.





THE EAST TIMOR QUESTION

ELIZABETH FARNSWORTH:
Habibie had promised a referendum on autonomy or
independence for residents of East Timor, a former Portuguese
colony that Indonesia seized in 1975. A vote was scheduled
but then postponed by U.N. election monitors because of
violence.

Last week, there were several attacks on U.N. election officials
by militias, which have also attacked pro-independence leaders.
Some say the militias are armed by the Indonesian military, which
still has responsibility for overall security in East Timor.

At least twelve U.N. workers have been injured, and U.N. officials
said the violence could derail the referendum.

Yesterday the head of the U.N. mission in East Timor demanded
that Indonesia rein in the militias. U.N. Secretary General Kofi
Annan is expected to announce a final decision on the East Timor
ballot date within the next few days.


ELIZABETH FARNSWORTH:
For more on all this, we turn now to
Paul Wolfowitz, U.S. Ambassador to Indonesia during the Reagan

Administration-- he was in Indonesia last month observing the
elections for the Carter Center and the National Democratic
Institute;

Donald Emmerson, Professor of