Ayam Dubes, what's next?
Roland wrote: Halo semuanya, Ini baru tanya jawab sama pak dubes yang kebetulan mampir ke Hawaii. deleted=== Tentang politik, rakyat Indonesia sebetulnya udah berpikiran lebih maju dan terbuka karena kalo dilihat dari pemilu contohnya, partai yang andalannya cuma agama Islam aja atau Kristen doang atau religious group banyak yang nggak dipilih karena seperti yang kita tahu rakyat Indonesia sekarang lebih pentingin gimana supaya bisa kerja lagi dan makan ayam tiap hari. Saya menulis e-mail di bawah ini dengan asumsi paragraph di atas adalah statement Pak Dubes (Pak Dorodjatun) Firstly, makin hari makin bingung saya lihat negara kita ini. Kok sekarang "ayam" adalah hewan yang paling populer. Dulu cuman ada beberapa jenis ayam antara lain: ayam kampung dan ayam ras dll. Kalau sekarang ada ayam Gus Dur, ayam Permias, and the latest breed ada lagi ayam Dubes. Secondly, I am so curious kenapa banyak negara2 dan partai2 yang memakai gambar binatang sebagai lambang negara dan partai (termasuk juga di Amerika). Bukankah ini merupakan suatu contradiction dalam ajaran beberapa agama, di mana binatang menempati kelas yang lebih rendah dari manusia? Dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kita (manusia) sering meng-identifikasikan sifat manusia yang jelek sebagai sifat binatang. Contohnya kalau mobil kita kesenggol dikit oleh kendaraan lain, terus tanpa sadar atau tidak sadar kita memanggil orang itu (maaf) "anjing" dsb, padahal saya sendiri belum pernah membaca dan dengar scientific studies, discovery atau research tentang anjing yang suka nyenggol mobil:-) Thirdly, negara kita ini juga adalah sebuah negara "calon", ada calon president, calon legislative, dan jangan lupa, kita masih mempunyai seorang calon astronout seumur hidup. Sebagai tambahan, mungkin yang dimaksud Pak Dubes bukan hanya "rakyat Indonesia" tapi termasuk juga "pejabat2" (dan tentunya termasuk beliau sendiri), yang juga berusaha untuk bisa bekerja dan tetap makan ayam sambil memikirkan "calon" jabatan berikutnya. Finally, for those of you yang sering bertanya kenapa milis-milis Permias isinya kebanyakan sampah, yah kita harus terima aja kenyataan yang ada- maksudnya, wong Pak Dubes (salah satu jabatan perwakilan RI yang paling tinggi di luar negeri) bisanya hanya menjawab seperti di atas kok:-) wassalam Ali Simplido _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Ayam Dubes, what's next?
On Fri, 9 Jul 1999, Ali Simplido wrote: |o|Secondly, I am so curious kenapa banyak negara2 dan |o|partai2 yang memakai gambar binatang sebagai lambang |o|negara dan partai (termasuk juga di Amerika). Pernah denger metaphora? |o|Finally, for those of you yang sering bertanya kenapa |o|milis-milis Permias isinya kebanyakan sampah, yah kita |o|harus terima aja kenyataan yang ada- maksudnya, wong |o|Pak Dubes (salah satu jabatan perwakilan RI yang |o|paling tinggi di luar negeri) bisanya hanya menjawab |o|seperti di atas kok:-) tapi terkadang diantara serakan sampah ada barang berharga dan orang banyak beranggapan, sekali sampah tempat sampah. |o|Ali Simplido salam, Alex *tukang baca sampah*
Re: Ayam Dubes, what's next?
Hallo, Rasanya Sdr. Ali nggak perlu menanggapi pernyataan tersebut secara terlalu harafiah. Saya hadir pada pertemuan itu, dan Pak Dubes menekankan bahwa yang dikehendaki oleh rakyat Indonesia saat ini adalah perbaikan taraf hidup. Di mana-mana banyak orang yang menggunakan bahasa ekspresi seprti itu ;-) (di lain pihak, kalau digunakan ekspresi "makan tempe" bisa2 dianggap bangsa Indonesia menurun taraf hidupnya, gara2 tempe dianggap makanan inferior, padahal tempe jeuh lebih bergizi dari kambing guling ;-[)) Dalam kehidupan berpolitik, bangsa kita terlihat bergerak ke tengah, tidak mengutub ke kekuatan2 tertentu, itu yang dimaksud Beliau dengan menyinggung sedikit banyaknya kekalahan partai berhaluan keagamaan dan juga partai2 buruh: masyarakat kita mulai menyadari bahwa yang dibutuhkan adalah demokrasi. Sayang Sdr. Ali tidak menghadiri pertemuan tersebut, sehingga hanya bisa mengomentari sumber sekunder ;-) Saya pribadi menilai Pak Dubes adalah seseorang yang berpikiran maju dan reformis. But that's me. Nina Poerbonegoro
Re: Ayam Dubes, what's next?
Thanks Nina, Saya cuma mau memperjelas aja, sebetulnya emang Pak Dubes nggak nyinggung sama sekali tentang ayam, walaupun dimeja makan emang ada ayam goreng. Inikan saya cuma kasih tahu rangkumannya aja, sama sekali nggak ada " " quote-nya. Dan ini cuma saya ambil intinya yang menurut kemampuan otak saya yah hasilnya jadi begitu. Untuk teman-teman yang kiranya kalo mau kasih komentar, dalam hal apapun, hendaknya dicerna dulu di kepala masing-masing, kalo bisa dengan tidur yang cukup. Kalau orang bilang sesuatu, dipikirin dulu, apa iya mana yang bener, apa yang bisa masuk diakal. Kalo terlalu sering pake asumsi yah susah juga untuk ngebedain mana yang bener dan mana yang kaga. Peace, Roland you wrote: Hallo, Rasanya Sdr. Ali nggak perlu menanggapi pernyataan tersebut secara terlalu harafiah. Saya hadir pada pertemuan itu, dan Pak Dubes menekankan bahwa yang dikehendaki oleh rakyat Indonesia saat ini adalah perbaikan taraf hidup. Di mana-mana banyak orang yang menggunakan bahasa ekspresi seprti itu ;-) (di lain pihak, kalau digunakan ekspresi "makan tempe" bisa2 dianggap bangsa Indonesia menurun taraf hidupnya, gara2 tempe dianggap makanan inferior, padahal tempe jeuh lebih bergizi dari kambing guling ;-[)) Dalam kehidupan berpolitik, bangsa kita terlihat bergerak ke tengah, tidak mengutub ke kekuatan2 tertentu, itu yang dimaksud Beliau dengan menyinggung sedikit banyaknya kekalahan partai berhaluan keagamaan dan juga partai2 buruh: masyarakat kita mulai menyadari bahwa yang dibutuhkan adalah demokrasi. Sayang Sdr. Ali tidak menghadiri pertemuan tersebut, sehingga hanya bisa mengomentari sumber sekunder ;-) Saya pribadi menilai Pak Dubes adalah seseorang yang berpikiran maju dan reformis. But that's me. Nina Poerbonegoro Get free personalized email at http://lifetime.iname.com
Re: [Kisah nyata: Menanggapi kisah: Pemurtadan itu Ada di Minangkabau]
Pendapat saya soal kristenisasi ataupun islamisasi, dua-duanya oke saja asalkan prosesnya tidak melalui kekerasan ataupun ancaman. Perlu disadari dan dipahami bahwa pada kedua agama selalu diajarkan untuk menyebarkan ajaran agama ke orang lain. Saya yakin orang yang telah membaca kedua kitab suci ini paham apa yang saya maksud. Namun saya juga yakin bahwa orang yang mengerti agama sadar bahwa kebebasan meyakini agama ataupun kebebasan memiliki tingkat iman tertentu adalah kebebasan yang paling asasi yang diberikan Tuhan kepada individu manusia. Dengan demikian kembali kepada individu masing-masing untuk memilih kepercayaannya dan keimanannya. Jika yakin kepada Islam pilih Islam, jika yakin kepada Kristen pilih Kristen atau Hindu atau Budha atau Kong Hu Tju atau tidak percaya sama sekali. Apalah hak saya sebagai manusia, jika Tuhan Yang Maha Kuasa saja memberikan kebebasan kepada manusia, apalah hak manusia untuk mencampuri keimanan seseorang. Sayangnya dikita sudah banyak terbentuk pemikiran sempit yang malas mendengarkan soal agama yang berasal dari penganut agama yang lain. Apalagi soal iman ini dijadikan hal yang menegangkan, seakan-akan berebutan pasar karena semakin banyak yang memilih agamanya seakan-akan yang seagama lebih berbahagia. Sungguh lucusungguh ironiskarena banyak yang mendewakan agama banyak orang mudah diadu domba karena agamabanyak perang terjadi karena agamabanyak percintaan gagal karena agamabanyak persahabatan terhalang karena agamabanyak sumpah serapah, kata murtad dan kafir, kata benci dan dendam karena agamabahkan banyak tempat ibadah saling dibakar karena agama. Kalau kembali kita berfikir kebelakang kenapa ada agama Kristen dan Islam, maka terlihat bahwa Kristen diturunkan untuk membawa berita suka cita dan menyelamatkan manusia berdosa, tetapi apa yang dilakukan para tokoh kristen masa lalu bahkan sampai sekarangekh malah berebutan harta dan kuasa. Islam juga diturunkan untuk membawa kedamaian dibumi terutama pada saat jaman jahilliyah dan banyak orang berbuat dosa...ekh malah banyak yang hobi perang dan menggunakan kata jihad dan mati syahid sebagai alasan untuk menganiaya bahkan membunuh orang lain. Agamamu agamamu, agamaku agamaku. Suatu kalimat yang indah yang saya tafsirkan adalah memahami ajaran masing-masing dan saling menghormati dengan penganut agama yang berbeda. Tetapi jika ditafsirkan sebagai: "hai orang yang berbeda iman, jangan coba kritik kami, karena kami tidak akan mendengarkan pendapatmu..karena engkau bukanlah bagian dari kami"kalau begitu yach apa gunanya kalimat: "belajarlah kamu sampai kenegeri Cina" kalau kita tidak ingin mendengarkan pendapat dari orang lain. Saya pikir dengan hati yang tulus persahabatan antar umat akan tetap dapat ditegakan, bukan saja yang beda agama, juga yang beda mata, kulit ataupun hidung. Kenapa kita benci, rendahkan atau anak-tirikan yang beda dengan kita, padahal kita semua berasal dari satu ibu (Hawa/Eve) dan kita semua berasal dari satu ayah (Adam) melalui ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Penyayang. Panjang lebar saya yang penuh dosa ini cuma ingin berkata, silahkan saja sebar agama apa saja asalkan jangan melewati kekerasan, intimidasi ataupun ancaman. Janganlah kebebasan manusia yang paling asasi dari Tuhan malah dibatasi manusia. Dayang Sumbi wrote: Hallo Ira sayang.., assalamu'alaikum! Semoga Rahmat, Taufiq Hidayah Allah tetap beserta Ira keluarga. Ukhti Iraya begitulah kenyataannya. Masih banyak oknum-oknum kristiani, yang seenaknya sendiri melanggar kebebasan beragama. Senaknya saja masuk ke rumah orang lain sambil berusaha mengajak masuk ke agama kristen, bacain Bible lah!. Meski mereka itu tahu bahwa kita2 ini jelas2 muslim/ah. Keluarga kami juga pernah mengalami hal seperti yang dialami keluarga Ira. Tapi alhamdulillah, segala puji bagi Allah, keyakinan keimanan kami justru makin tebal terhadap keesaan-Nya. Buat saudara-saudaraku umat kristiani, sadarlah perbuatan seperti ini samasekali tidak terpuji! Saya yakin, Bible tidak mengajarkan bentuk "pemaksaan" seperti itu. Itu samasekali bukan ajaran kasih-sayang! Saya yakin sekali ajaran Kristen juga mengajarkan berdakwah dengan cara baik-baik gentleman. Hanya masih ada umatnya (oknum2) yang berada di jalan yang salah dan tidak terpuji. Terus, saya juga heran, dengan kasus di Minang, kok masih ada segelintir orang yang membenarkan perbuatan yang tidak bertanggung jawab, menyakiti keluarga umat lain. Wahai sahabat-sahabat yang mengaku nasionalis, marilah kita saling mengingatkan, untuk tidak lagi mendakwah-dakwahi ummat agama lain. Ingatkan-lah bila ada kawan atau anggota keluarga kalian yang berbuat seperti ini, bahwa perbuatan ini bukanlah perbuatan yang diajarkan ajaran Kristen. Biarlah kita saling menghargai bahwa keyakinan kita bukanlah sesuatu yang bisa dipaksa2kan. Marilah kita bangun Indonesia baru dengan saling menghargai, dan menghormati keyakinan saudara kita sebangsa
JANGAN MENGOLOK2 MARGA BATAK (was:Re: Aberson Marle Sihaloho...)
In a message dated 7/8/99 11:47:50 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Caranya gini mending PKB sama PAN ndak usah ikut-ikut dengan pemerintahan PDIP sajalah. Biar saja PDIP menangndak apa-apa. Yang penting ndak usah ikut-ikut dosa dan plin-plan kayak Aberson si lholhak-lholok ini.. Hih...ngisin-ngisini waris saja Irwan: Bung Jaya, anda boleh benci dengan PDIP, anda boleh tidak suka dengan orang batak, tapi tolong jangan mengolok2 marga (nama keluarga) karena tindakan seperti ini menurut saya sangat tidak etis dan sangat tidak terpelajar. Ketika anda mengolok2 (dalam artian negatif) suatu marga batak, maka anda telah mengolok2 paling tidak seluruh orang batak yg mempunyai marga seperti itu. Semoga anda bisa lebih peka dan sedikit lebih beradab. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: JANGAN MENGOLOK2 MARGA BATAK (was:Re: Aberson Marle Sihaloho...)
Mungkin Jaya pikir itu lucu, tapi buat yang punya marga (puluhan generasi) itu tidak lucu. Atau jangan-jangan si Jaya tidak tahu Sihaloho itu marga...biasanya dia nyebut duluan baru nanya belakangan. Irwan Ariston Napitupulu wrote: In a message dated 7/8/99 11:47:50 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Caranya gini mending PKB sama PAN ndak usah ikut-ikut dengan pemerintahan PDIP sajalah. Biar saja PDIP menangndak apa-apa. Yang penting ndak usah ikut-ikut dosa dan plin-plan kayak Aberson si lholhak-lholok ini.. Hih...ngisin-ngisini waris saja Irwan: Bung Jaya, anda boleh benci dengan PDIP, anda boleh tidak suka dengan orang batak, tapi tolong jangan mengolok2 marga (nama keluarga) karena tindakan seperti ini menurut saya sangat tidak etis dan sangat tidak terpelajar. Ketika anda mengolok2 (dalam artian negatif) suatu marga batak, maka anda telah mengolok2 paling tidak seluruh orang batak yg mempunyai marga seperti itu. Semoga anda bisa lebih peka dan sedikit lebih beradab. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: [Aberson Marle Sihaloho...]
Saya setuju dengan bung Jaya, memang si Aberson ini kayak anak kecil yang mau walk out karena nggak di kasih permen. Saya juga nggak habis pikir pola pikir orang orang seperti ini, sama sekali nggak menghormati tata negara Indonesia. Kalau mau merubah system politik ya jauh jauh hari sebelum pemilu, diatur, aturan mainnya itu bagaimana. Bukannya sekarang ini setelah pemilu berjalan, aturan main sudah ada demikian rupa, mau mbelot katanya aturan mainnya nggak bener. yuni FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Lha orang kayak gini kok dijadikan caleg nomor 4. Kalau mau menghendaki rakyat benar-benar berdaulat dalam memilih presiden, sudah barang tentu UUD45 juga mesti diganti. Biar saja rakyat memilih langsung presidennya. Caranya ya sudah barang tentu ngganti dulu UUD yg ngatur. Sekarang maunya nggak ngganti UUD, tapi mau meniadakan peran MPR. Lha kalau MPR cuman jadi cap jempol ya sudah dibubarin saja. Ini baru melihat peluang kalah voting saja sudah sibuk. Nanti kalo voting menang baru kaok-kaok bahwa bentuk voting adalah yg paling demokratis. Model-model bunglon kayak gini kok ya masih ada. Kemarin mereka-mereka sepakat kalo faktor pembagi suara berbeda-beda, di mana suara di Jawa faktornya lebih besar. Waktu belum tahu bakal panen di Jawa lalu sibuk nuntut tentang pemerataan wakil rakyat dari luar Jawa. Giliran dengan tata cara ini disusul parte lain lalu sibuk menggunakan isu jumlah absolut 23 juta pemilih Orang sudah mau masuk liang kubur kok ya nggak malu sama anak kecil yang kalo eker-ekeran sama persis dengan dia. Caranya gini mending PKB sama PAN ndak usah ikut-ikut dengan pemerintahan PDIP sajalah. Biar saja PDIP menangndak apa-apa. Yang penting ndak usah ikut-ikut dosa dan plin-plan kayak Aberson si lholhak-lholok ini.. Hih...ngisin-ngisini waris saja '--suara merdeka-- Tolak Voting Secara terpisah tokoh PDI Perjuangan, Aberson Marle Sihaloho, berpendapat PDI Perjuangan sebaiknya menolak ajakan pemungutan suara atau voting, jika hal itu ditawarkan dalam sidang umum MPR mendatang. 'Kami akan menolak pemungutan suara, kalau mereka memaksa kami akan walk out,'' katanya kepada wartawan di press room Gedung DPR, kemarin. Tentang alasan penolakan, calon legislatif (caleg) nomor empat dari DKI Jakarta (caleg jadi) itu menjelaskan, sidang umum MPR mendatang seharusnya tinggal menetapkan kehendak rakyat mengenai calon presiden. ''Karena rakyatlah yang berdaulat, bukan MPR,'' imbuh dia. Kini rakyat yang berdaulat telah melaksanakan hak melalui pemilu, dan 23,5 juta memilih Megawati sebagai calon presiden melalui PDI Perjuangan. Dia mengatakan, hasil itu merupakan suara terbesar dibandingkan dengan perolehan suara partai lain. (D19,bu,nas-50g) Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.
Re: [Ayam Dubes, whats next?]
Mungkin yang pak Dubes maksud kalau partai Islam yang menang, berarti tiap hari kita harus ngaji melulu, puasa melulu, dan dilarang makan ayam, makanannya ganti Al Quran. Seadangkan kalau partai kristen yang menang berarti kita nggak boleh kerja, aturan ke gereja diganti bukan hanya hari minggu, tapi setiap hari, ayam tidak boleh dihidangkan, diganti dengan Injil. Wah pak dubes ini bagaimana sih masa segitu amat menilai partai yang agamis. Yuni Ali Simplido [EMAIL PROTECTED] wrote: Roland wrote: Halo semuanya, Ini baru tanya jawab sama pak dubes yang kebetulan mampir ke Hawaii. deleted=== Tentang politik, rakyat Indonesia sebetulnya udah berpikiran lebih maju dan terbuka karena kalo dilihat dari pemilu contohnya, partai yang andalannya cuma agama Islam aja atau Kristen doang atau religious group banyak yang nggak dipilih karena seperti yang kita tahu rakyat Indonesia sekarang lebih pentingin gimana supaya bisa kerja lagi dan makan ayam tiap hari. Saya menulis e-mail di bawah ini dengan asumsi paragraph di atas adalah statement Pak Dubes (Pak Dorodjatun) Firstly, makin hari makin bingung saya lihat negara kita ini. Kok sekarang "ayam" adalah hewan yang paling populer. Dulu cuman ada beberapa jenis ayam antara lain: ayam kampung dan ayam ras dll. Kalau sekarang ada ayam Gus Dur, ayam Permias, and the latest breed ada lagi ayam Dubes. Secondly, I am so curious kenapa banyak negara2 dan partai2 yang memakai gambar binatang sebagai lambang negara dan partai (termasuk juga di Amerika). Bukankah ini merupakan suatu contradiction dalam ajaran beberapa agama, di mana binatang menempati kelas yang lebih rendah dari manusia? Dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kita (manusia) sering meng-identifikasikan sifat manusia yang jelek sebagai sifat binatang. Contohnya kalau mobil kita kesenggol dikit oleh kendaraan lain, terus tanpa sadar atau tidak sadar kita memanggil orang itu (maaf) "anjing" dsb, padahal saya sendiri belum pernah membaca dan dengar scientific studies, discovery atau research tentang anjing yang suka nyenggol mobil:-) Thirdly, negara kita ini juga adalah sebuah negara "calon", ada calon president, calon legislative, dan jangan lupa, kita masih mempunyai seorang calon astronout seumur hidup. Sebagai tambahan, mungkin yang dimaksud Pak Dubes bukan hanya "rakyat Indonesia" tapi termasuk juga "pejabat2" (dan tentunya termasuk beliau sendiri), yang juga berusaha untuk bisa bekerja dan tetap makan ayam sambil memikirkan "calon" jabatan berikutnya. Finally, for those of you yang sering bertanya kenapa milis-milis Permias isinya kebanyakan sampah, yah kita harus terima aja kenyataan yang ada- maksudnya, wong Pak Dubes (salah satu jabatan perwakilan RI yang paling tinggi di luar negeri) bisanya hanya menjawab seperti di atas kok:-) wassalam Ali Simplido _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.
Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge
hallo bung Ismail.. saya cuman mo tanya tentang penny plan 38 cents...apakah ada connecting fee setiap kali kita mau telp? terima kasih atas perhatian nya... wassalam From: Ismail Rahim [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: 27 cents/min ke Indo, no surcharge Date: Wed, 7 Jul 1999 13:02:14 -0500 Bagi yang sering menelpon Long Distance ini ada info bagus (bukan calling card, anda tinggal dial langsung) 1. Talkxchanger (32 cents/min ke Indo, 5 c domestic) Cukup dial 10-10-275 lalu 011+62, no sign-up, no surcharge, $4.95 monthly fee (at prompt enter this code: 208960) 2. Penny plan (38 cents/min ke Indo) Cukup dial 10-10-629 lalu 011+62, no sign up, no surcharge, no monthly fee (at prompt enter this code: 208960) 3. Absolute cents (27 cents/min ke Indo) Perlu sign up (sign up di web site below), no surcharge, no monthly fee Complete info-nya http://www.worldxchange.com/agent/208960 Kalau ada pertanyaan silahkan aja direply ke saya selamat memakai ISMAIL RAHIM The Univ. Of Oklahoma WolrdxChange Communications Independent Representative 535 Sooner Dr. #C, Norman, OK 73072 [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] http://www.worldxchange.com/agent/208960 ___ Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com
Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge
Untuk Penny Plan (38 c/min ke Indo) Connection fee ...nggak ada Monthly fee.nggak ada Contract fee...nggak ada Pokoknya kita bayar sesuai apa yg kita pakai Bill-nya nanti datang di local phone comp.bill check lagi di http://www.worldxchange.com/agent/208960 Wassalam ISMAIL RAHIM The Univ. Of Oklahoma 535 Sooner Dr. #C, Norman, OK 73072 [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] http://www.geocities.com/Eureka/Boardroom/5731 -Original Message- From: meydi rianto [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, July 09, 1999 1:48 PM Subject: Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge hallo bung Ismail.. saya cuman mo tanya tentang penny plan 38 cents...apakah ada connecting fee setiap kali kita mau telp? terima kasih atas perhatian nya... wassalam From: Ismail Rahim [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: 27 cents/min ke Indo, no surcharge Date: Wed, 7 Jul 1999 13:02:14 -0500 Bagi yang sering menelpon Long Distance ini ada info bagus (bukan calling card, anda tinggal dial langsung) 1. Talkxchanger (32 cents/min ke Indo, 5 c domestic) Cukup dial 10-10-275 lalu 011+62, no sign-up, no surcharge, $4.95 monthly fee (at prompt enter this code: 208960) 2. Penny plan (38 cents/min ke Indo) Cukup dial 10-10-629 lalu 011+62, no sign up, no surcharge, no monthly fee (at prompt enter this code: 208960) 3. Absolute cents (27 cents/min ke Indo) Perlu sign up (sign up di web site below), no surcharge, no monthly fee Complete info-nya http://www.worldxchange.com/agent/208960 Kalau ada pertanyaan silahkan aja direply ke saya selamat memakai ISMAIL RAHIM The Univ. Of Oklahoma WolrdxChange Communications Independent Representative 535 Sooner Dr. #C, Norman, OK 73072 [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] http://www.worldxchange.com/agent/208960 ___ Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com
Re: [Ayam Dubes, whats next?]
Salam, Mengikuti perbincangan Ali, Nina, Yuni, Roland memang menarik. Semua pihak berupaya tampak obyektif, netral, kritis dan memberi pencerahan. Yang menjadi masalah barangkali ketiadaan klarifikasi dari Dubes Dorodjatun saja. Jadi gimana ya caranya supaya Dubes bersedia memberi klarifikasi. Adakah pihak KBRI yang bersedia memberi klarifikasi? Atau lebih baik Dubes Dorodjatun diundang jadi pembicara Politik Indonesia Baru: Masalah dan Prospe? Atau temanya begini, Politik Kepartaian Indonesia Pasca Pemilu: Sebuah Telaah Kritis. Tempatnya, mungkin bisa diadakan di KBRI saja. Gimana? Oke nggak? Paling-paling butuh waktu satu minggu untuk persiapan penyelenggaraannya. Moderatornya: Drs Chiristianto Wibisono dan Ketua PKB Dr Alwi Shihab (Kebetulan masih di sini, di Amrik, sampai minggu depan. Bagaimana? Setuju? Atau ide ini berlebihan ya? Sing penteng, niatku baek kok. salam, ramadhan pohan (arek pinggiran) # # # In a message dated 7/9/99 8:09:35 PM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Mbak Yuni, dan juga teman2 permias lainnya, sekali lagi tolong jangan langsung men-judge pernyataan pak Dubes dari sumber sekunder. Roland berusaha berbagi rasa dengan kita semua. Dan berhubung ini pernyataan untuk kalangan sendiri dan bukan pernyataan pers, tentu saja bisa diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda. Namun saya yakin, masyarakat ilmiah permias bisa menangkap maksud Pak Dubes. Kalau lantas ditanggapi dengan "was, kok pak Dubes begitu, sih?", ini bisa menimbulkan permasalahan baru - misalnya, Dubes dianggap tidak kompeten, dsb... Sebelum yakin *betul-betul* ucapan kata-per-kata, rasanya penanggapan secara harafiah tidak bijaksana. Nina Poerbonegoro
Re: Ayam Dubes, what's next?
Menimpali pak Dubes, saya menilai pak Dubes cuma bisa tahu omong kosong. Komentar2 yang beliau berikan (walaupun sekunder) adalah komentar2 tak berharga dan terlalu hambar. I wish next time ada script lebih lengkap tentang omongan beliau supaya kita2 ini bisa menyerang lebih langsung. Komentar2 yang saya baca mah ... tukang becak juga bisa ngomong gitu. Kalau pak Dubes adalah seorang reformis tunjukkan budaya reformis yang demokratik, yang terbuka dan jauh dari stereotypical orde baru. Ngomongnya masih seperti para pejabat masa Soeharto tapi berani memanggil diri sendiri reformis. Bukti satu lagi, pak Dubes takut mahasiswa2 dari LN untuk pulang kampung karena nggak mau kita2 ini menyebarkan atau menyaksikan langsung bagaimana kebiadaban pemerintah transisi ini dan kebobrokan pelaksanaan (so called) demokratik PEMILU. By the way, what do PKB and PPP represent -- regarding runtuhnya partai yang mengandalkan keagamaan ? Kalu beliau masih pakai otak, tentu pas Dubes harus jujur dan mengatakan bahwa semua partai yang menang adalah partai ber-duit titik! Lihat apa yang dilakukan para aparat kepada warga PRD (partai buruh) ... pak Dubes bilang apa soal ini? Sekian dulu cuap2, Donald
Agama? Ayam? Enggak bosan nih?
Ini hanya perasaan saya atau gimana ya, tapi beberapa bulan terakhir ini terasa banget suasana di Permias ini penuh tulisan-tulisan yang prejudice dan saling menjelek- jelekan agama. Apalagi terasa dari tulisan kalau sudah menyangkut PDI-P. Sekarang soal ayam yang kagak tahu datang dari mana; langsung dimasukkan juga seksi-seksi keagamaannya. Hebat, bisa-bisanya kepikir, ya... dari segi ayam yang harusnya isu kemiskinan mendadak bisa ke isu agama. Enggak salah nih tinggal di Amerika? Saya yakin pasti saya dapat banyak flame dengan ajakan saya ini yakni coba tolong masalah agama sekali-kali dipisahkan dari rasionalitas perdebatan. Kalau sudah debat agama seperti Islam VS Kristen ginian, 1000 tahun juga enggak akan selesainya. Kalau PDI jelek, ya sudah, bilang aja jelek. Tapi alasannya juga yang beres donk; misalnya kandidatnya koruptor semua, antek Cendana, dsb. JIka kita masukkan soal agama beginian, akhirnya rasional kita tak bekerja, yang bekerja hanya emosi dan akan semakin memecah kaum mahasiswa. Saya tak ingat tahun lalu semua orang demonstrasi menjatuhkan sang babeh agar sekarang kita bisa ribut soal agama Anyway, saya harap tolong diskusi yang soal agama ini direm dulu agar semuanya bisa tenang dan bisa berpikir lebih kritis. Saat habis pemilu ini memang saat paling panas dan masih untung di Indonesia belum terjadi kerusuhan besar-besaran. Satu lagi; buat Dayang Sumbi (kalau enggak salah), tolong kalau nulis pakai nama aslinya, enggak usah takut sama anak-anak Permias. Rasanya ada guidelinesnya juga soal hal ini khan di Permias untuk tak memakai nama samaran. Entar disangka ninja kesasar. Habis sama-sama nyamar. YS
Re: [Re: [Ayam Dubes, whats next?]]
Tawaran yang menarik, sayang sekali saya nggak bakalan bisa terbang ke DC. tolong dikirimin makalah mereka aja deh. yuni Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote: Salam, Mengikuti perbincangan Ali, Nina, Yuni, Roland memang menarik. Semua pihak berupaya tampak obyektif, netral, kritis dan memberi pencerahan. Yang menjadi masalah barangkali ketiadaan klarifikasi dari Dubes Dorodjatun saja. Jadi gimana ya caranya supaya Dubes bersedia memberi klarifikasi. Adakah pihak KBRI yang bersedia memberi klarifikasi? Atau lebih baik Dubes Dorodjatun diundang jadi pembicara Politik Indonesia Baru: Masalah dan Prospe? Atau temanya begini, Politik Kepartaian Indonesia Pasca Pemilu: Sebuah Telaah Kritis. Tempatnya, mungkin bisa diadakan di KBRI saja. Gimana? Oke nggak? Paling-paling butuh waktu satu minggu untuk persiapan penyelenggaraannya. Moderatornya: Drs Chiristianto Wibisono dan Ketua PKB Dr Alwi Shihab (Kebetulan masih di sini, di Amrik, sampai minggu depan. Bagaimana? Setuju? Atau ide ini berlebihan ya? Sing penteng, niatku baek kok. salam, ramadhan pohan (arek pinggiran) # # # In a message dated 7/9/99 8:09:35 PM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Mbak Yuni, dan juga teman2 permias lainnya, sekali lagi tolong jangan langsung men-judge pernyataan pak Dubes dari sumber sekunder. Roland berusaha berbagi rasa dengan kita semua. Dan berhubung ini pernyataan untuk kalangan sendiri dan bukan pernyataan pers, tentu saja bisa diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda. Namun saya yakin, masyarakat ilmiah permias bisa menangkap maksud Pak Dubes. Kalau lantas ditanggapi dengan "was, kok pak Dubes begitu, sih?", ini bisa menimbulkan permasalahan baru - misalnya, Dubes dianggap tidak kompeten, dsb... Sebelum yakin *betul-betul* ucapan kata-per-kata, rasanya penanggapan secara harafiah tidak bijaksana. Nina Poerbonegoro Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.
Re: [Re: [Ayam Dubes, whats next?]]
Mbak Nina, Iya deh saya ngerti kok. Saya juga tadinya nggak begitu peduli dengan omongan Pak Dubes yang paling paling begitu begitu juga. cuma masalahnya saya jadi risih karena ada yang ngomentari kok diingatkan jangan ngomentari. Lagi pula jaman sekarang ini khan jaman informasi, hidup kita ini sudah serba rumit, mana mungkin kita harus selalu mendapatkan informasi dari sumber utamanya terus menerus, itu khan nggak mungkin, sumber sekuler pun nggak apa apa asalkan memang disajikan paling tidak 80 % kebenarannya. Wartawan aja ada yang tidak menyajikan berita 100% obyektif kadang kadang mereka bumbui sana sini. Seperti yang anda sebutkan ini intern Permias, jadi seharusnya malah pak Dubesnya berterima kasih dikritik seperti itu. Masih untung loh dikritik sesama daripada dikrirtik orang lain, khan lebih malu.Lagipula khan bukan ngritik pribadi Pak Dubes, melainkan ucapannya sebagai seorang yang dianggap wakil Indonesia nomor satu. Lagi pula Mbak Nina, ngriktik Pak Dubes sekarang ini saya anggap fair, sebagai kontrol sosial terhadap jabatan beliau sendiri. Jangan kita ini merasa takut mengemukakan pendapat karena dia seorang dubes.Hormat, pasti saja kita masih hormat terhadap bliau, tetapi tidak berarti kita harus selalu angguk angguk kepala jika dia bicara. Justru masih menjabat sebagai dubes itulah saat yang tepat. Jangan seperti yang kita lakukan terhadap Suharto, sekarang aja dia sudah digulingkan banyak yang berani sinis kepada dia, sebelumnya, hanya orang orang tertentu saja yang berani. Saya yakin (kalau memang Pak Dubesnya berjiwa besar) Pak dubes nggak akan keberatan dikritik "anak anak"nya sendiri.Sesuai dengan perkataan beliau khan mengenai keterbukaan dan reformasi, iya nggak mbak Anna (atau Nina?) ??? Yuni "Anna F. Poerbonegoro" [EMAIL PROTECTED] wrote: Mbak Yuni, dan juga teman2 permias lainnya, sekali lagi tolong jangan langsung men-judge pernyataan pak Dubes dari sumber sekunder. Roland berusaha berbagi rasa dengan kita semua. Dan berhubung ini pernyataan untuk kalangan sendiri dan bukan pernyataan pers, tentu saja bisa diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda. Namun saya yakin, masyarakat ilmiah permias bisa menangkap maksud Pak Dubes. Kalau lantas ditanggapi dengan "was, kok pak Dubes begitu, sih?", ini bisa menimbulkan permasalahan baru - misalnya, Dubes dianggap tidak kompeten, dsb... Sebelum yakin *betul-betul* ucapan kata-per-kata, rasanya penanggapan secara harafiah tidak bijaksana. Nina Poerbonegoro Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.
Re: Ayam Dubes, what's next? (Ali S.)
In a message dated 7/9/99 3:58:01 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Ali: Firstly, makin hari makin bingung saya lihat negara kita ini. Kok sekarang "ayam" adalah hewan yang paling populer. Dulu cuman ada beberapa jenis ayam antara lain: ayam kampung dan ayam ras dll. Kalau sekarang ada ayam Gus Dur, ayam Permias, and the latest breed ada lagi ayam Dubes. Irwan: Gue ngga ngerti anda ngomong apa di atas? Bisa dijelaskan maksud penggunaan kata ayam dihubungkan dengan tulisan awal dari bung Roland? Bukannya apa2 soale gue lihat ngga nyambung tuh komentar di atas dengan posting awal. Ali: Secondly, I am so curious kenapa banyak negara2 dan partai2 yang memakai gambar binatang sebagai lambang negara dan partai (termasuk juga di Amerika). Irwan: Ini juga satu lagi gue ngga ngerti nyambungnya kemana ya dari posting awal? Ali: Bukankah ini merupakan suatu contradiction dalam ajaran beberapa agama, di mana binatang menempati kelas yang lebih rendah dari manusia? Irwan: Lagi2 komentar yg ngga jelas juntrungannya dengan posting awal. Dari awal udah nariknya ke arah salah trus ditarik2 sampai mengeluarkan pernyataan2 yg rada aneh jadinya. Makanya gue ngga heran deh banyak yg akhirnya ngasih komentar aneh bin ajaib dan jauh dari konteks pembicaraan awal. Lha, yg dipakai juga sumber ketiga dimana sumber ketiga ini cuma mengacu pada sumber kedua dalam hal ini bung Roland. Gue masih lebih bisa ngerti kalau komentar2 yg masuk tuh mengacu pada posting bung Roland yg sumber kedua karena sumber pertama (dubes) mungkin dimilis ini ngga bisa dihubungi. Aneh bin ajaib, koq anggota milis permias pada gampang sekali ya ikut2an seperti bebekhehehe...tuh khan pake pengandaian binatang:) Ali: Dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kita (manusia) sering meng-identifikasikan sifat manusia yang jelek sebagai sifat binatang. Contohnya kalau mobil kita kesenggol dikit oleh kendaraan lain, terus tanpa sadar atau tidak sadar kita memanggil orang itu (maaf) "anjing" dsb, padahal saya sendiri belum pernah membaca dan dengar scientific studies, discovery atau research tentang anjing yang suka nyenggol mobil:-) Irwan: Ngga semua pengandaian yg menggunakan binatang itu artinya negatif. Contohnya: tulus seperti merpati, lucu seperti kelinci, larinya cepat seperti kijang, dll. Nah bung Ali, makanya kalau ngasih komentar itu kurangi dikit emosinya dan coba lihat permasalahan dengan lebih jelas dan ngga gampangan ambil kesimpulan:) Ali: Thirdly, negara kita ini juga adalah sebuah negara "calon", ada calon president, calon legislative, dan jangan lupa, kita masih mempunyai seorang calon astronout seumur hidup. Irwan: Ngga ngerti nyambungnya kemana kalau dikaitkan ke posting awal. Ali: Finally, for those of you yang sering bertanya kenapa milis-milis Permias isinya kebanyakan sampah, yah kita harus terima aja kenyataan yang ada- maksudnya, wong Pak Dubes (salah satu jabatan perwakilan RI yang paling tinggi di luar negeri) bisanya hanya menjawab seperti di atas kok:-) Irwan: Coba tunjukin ke saya yg mana sih pendapat dari dubes yg menurut anda masuk kategori sampah? Sekalian kasih argumentasi anda dan bagaimana menurut anda sebaiknya dubes itu ngomong. Kalau ngga bisa, maka tulisan anda ini berarti asbun dan bisa dikategorikan sampahhehehhee..:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Ketemu dubes
Nanti malam (7.00 pm) kita-kita yang di LA akan diskusi dengan Dubes Indonesia untuk AS dengan topik 'Indonesia pasca pemilu'. Sebelum diskusi akan didahului oleh makan malam, mudah-mudahan menunya ayam... Ada yang mau titip omongan soal 'ayam', welcome Saya sendiri sudah punya bahan untuk disampaikan ke beliau (4 pages). Mudah-mudahan lain kali saya bisa sharing tulisan saya tsb ke teman-teman. Salam, Budi
Omongan dubes (was: Re: Posting dr Roland...)
Setelah melihat ada pihak2 yg entah kenapa koq cara mikirnya aneh bin ajaib menurut gue, gue jadi mau kasih komentar atas posting awal bung Roland yg sekaligus sumber kedua dari pernyataan dubes. Pesan pertama: Jangan pulang, kalo bisa cari kerja disini mendingan stay di Amrik aja. Kalo pulang yang ada nambah jumlahnya pengangguran di Indo yang saat ini masih sekitar 25-30 juta orang. Irwan: Ini pernyataan dari dubes sejak tahun lalu seingat saya. Dan ini menurut saya sangat dan sangat realistis sekali. Saya pribadi cenderung memberi kebebasan kepada setiap individunya. Mau langsung pulang bagus, mau stay dulu juga bagus. Ada yg mau nyanggah? Tentang ekonomi, ya yang jelas keadaan udah makin membaik Tapi untuk bisa stabil, yang jelas butuh waktu seperti negara-negara lainnya yang pernah mengalami resesi. Bisa dibawah lima tahun bisa juga sampe sepuluh tahun, tergantung pulihnya kepercayaan foreign investor sama support dari masyarakat Indo yang saat ini masih bingung nggak tahu mau ngapain. (termasuk pengusaha domestic yang sebagian udah pusing tujuh turunan karena rupiahnya naik turun) Irwan: Ini juga pernyataan yg masih realistis. Saya mendukung pernyataan dubes di atas bahwa fundamental dalam membangun suatu ekonomi negara itu adalah KEPERCAYAAN. Kepercayaan dari investor dan terutama dari rakyatnya sendiri. Ada yg mau nyanggah? Tentang politik, rakyat Indonesia sebetulnya udah berpikiran lebih maju dan terbuka karena kalo dilihat dari pemilu contohnya, partai yang andalannya cuma agama Islam aja atau Kristen doang atau religious group banyak yang nggak dipilih karena seperti yang kita tahu rakyat Indonesia sekarang lebih pentingin gimana supaya bisa kerja lagi dan makan ayam tiap hari. Irwan: Ini juga sangat didukung oleh fakta. Tepatnya, dubes hanya nyampain dan coba interpretasiin fakta yg ada. Saya sangat mendukung hal ini karena memang pernah pula saya tulis di milis ini ketika mengomentari tulisan bung Jaya yg sempat mengatakan bahwa isu agama itu isu penting dalam pemilu ini dengan melihat dari banyaknya jumlah partai2 yg menggunakan asas agama. Waktu itu saya lempengkan kesimpulan yg menurut saya kurang tepat dengan mengatakan isu agama adalah isu penting yg digunakan oleh partai2 peserta pemilu tapi bukan isu penting bagi sebagian besar rakyat Indonesia yg ikut pemilu terbukti dari fakta suara pemilu yg hasilnya justru sebagian besar (besar banget malahan) jatuh ke partai2 yg tidak menggunakan asas agama tertentu, (PDIP, PKB, Golkar, PAN). Ada yg berani ngasih sanggahan? Tentang yang lainnya, katanya sekarang ada mobil baru mereknya "Kuda" dari Mitsubisi untuk nyaingin Kijang. Nggak tahu deh yang mampu beli siapa. Terus ada satu mobil lagi yang baru keluar namanya saya lupa, tapi yang jelas berarti udah ada yang optimis lagi dengan keadaan di Indo dan itu pertanda baik. Plus, kalo ada yang mau usulin sesuatu yang berhubungan dengan undang-undang di Indo, bisa tulis surat atau bikin petisi dan kirimin ke partai yang anda pilih, atau melalui wakil-wakilnya (yang semoga mereka peduli) Irwan: Suatu ajakan yg sangat realistis dan bahkan sangat baik karena mengundang partisipasi aktif. Tentunya ajakan ini akan bisa dipandang sebagai ancaman kredibilitas kemampuan khususnya bagi pihak2 yg kerjaannya cuma bisa cari2 kesalahan trus caci maki tanpa bisa kasih alternatif solusinya.:) Oya, kalo ada yang mau tanya-tanya tentang apa yang kita sebagai mahasiswa Amrik bisa dapetin dari pemerintah Indo, dia saranin untuk menghubungi atase pendidikan dan kebudayaan di Washington. Kali aja bisa berguna bagi student yang lagi bingung cari ide. Irwan: Ini juga sangat informatif sekali. Dengan kata lain, atase pendidikan dan kebudayaan di Washington mau membuka jalur untuk membantu siswa2 yg mungkin mengalami kesulitan selama kuliah di AS. Ya, segitu dulu deh, nanti kalo ada yang saya inget lagi gua kasih tahu. Best regards, Roland Irwan: Makasih bung Roland, anda sudah mau capek2 bagi informasi dan pengalaman. Nah, coba itu rekan2 yg bilang macem2 tentang dubes. Ada2 saja dah:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: [Ayam Dubes, whats next?]
In a message dated 7/9/99 12:35:06 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Mungkin yang pak Dubes maksud kalau partai Islam yang menang, berarti tiap hari kita harus ngaji melulu, puasa melulu, dan dilarang makan ayam, makanannya ganti Al Quran. Seadangkan kalau partai kristen yang menang berarti kita nggak boleh kerja, aturan ke gereja diganti bukan hanya hari minggu, tapi setiap hari, ayam tidak boleh dihidangkan, diganti dengan Injil. Wah pak dubes ini bagaimana sih masa segitu amat menilai partai yang agamis. Yuni Irwan: Yun...yunloe koq ngga tobat2 sih ngasih kesimpulan yg aneh2 dan kejauhan. Lha dubes cuma coba menggambarkan dari fenomena masyarakat yg ada sekarang koq di tanah air. Jadi dia cuma ngomong fakta bukan seperti anda yg kelihatannya sering ngambil fakta yg sesuai aja dengan anda tapi cenderung menutup mata dengan fakta yg ada dilapangan. Kurang gencar apanya sih partai2 agama waktu kampanye pemilu kemarin bawa2 atau ngangkat2 masalah agama? Tapi apa coba hasilnya? Apa sebagian besar rakyat pada dengerin alias ngikutin ajakan mereka? Ngga khan? Sebagian rakyat tetap pada pendirian mereka. Mereka punya pendapat sendiri soal agama vs politik. Mereka tampaknya ingin memisahkan dua hal tersebut, mungkin karena selama ini mereka kecewa melihat fakta lapangan dimana mereka masih hidup susah, susah makan, susah punya tempat tinggal yg layak, susah dapat kerjaan, dan susah2 lainnya. Jadi buat gue mereka, rakyat kebanyakan itu, sangat realistis dalam bertindak. Lha, koq gue perhatiin ada aja yg masih terus nganggap rakyat kita itu goblok, buta, dlsb. Gue jadi mikir, sebenarnya yg buta dan goblok itu sapa sih?.:) Gue pribadi akan terus berpihak kepada rakyat kebanyakan yg memang selama ini sudah sering dibohongi, ditindas, dibuat susah oleh sekelompok orang. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge
wah thanx banget nih utk bung Ismail saya mo make ah lumayan separo harga,,,heheheheh thx banget nih atas informasinya... From: Ismail Rahim [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge Date: Fri, 9 Jul 1999 14:31:40 -0500 Untuk Penny Plan (38 c/min ke Indo) Connection fee ...nggak ada Monthly fee.nggak ada Contract fee...nggak ada Pokoknya kita bayar sesuai apa yg kita pakai Bill-nya nanti datang di local phone comp.bill check lagi di http://www.worldxchange.com/agent/208960 Wassalam ISMAIL RAHIM The Univ. Of Oklahoma 535 Sooner Dr. #C, Norman, OK 73072 [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] http://www.geocities.com/Eureka/Boardroom/5731 -Original Message- From: meydi rianto [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, July 09, 1999 1:48 PM Subject: Re: 27 cents/min ke Indo, no surcharge hallo bung Ismail.. saya cuman mo tanya tentang penny plan 38 cents...apakah ada connecting fee setiap kali kita mau telp? terima kasih atas perhatian nya... wassalam From: Ismail Rahim [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: 27 cents/min ke Indo, no surcharge Date: Wed, 7 Jul 1999 13:02:14 -0500 Bagi yang sering menelpon Long Distance ini ada info bagus (bukan calling card, anda tinggal dial langsung) 1. Talkxchanger (32 cents/min ke Indo, 5 c domestic) Cukup dial 10-10-275 lalu 011+62, no sign-up, no surcharge, $4.95 monthly fee (at prompt enter this code: 208960) 2. Penny plan (38 cents/min ke Indo) Cukup dial 10-10-629 lalu 011+62, no sign up, no surcharge, no monthly fee (at prompt enter this code: 208960) 3. Absolute cents (27 cents/min ke Indo) Perlu sign up (sign up di web site below), no surcharge, no monthly fee Complete info-nya http://www.worldxchange.com/agent/208960 Kalau ada pertanyaan silahkan aja direply ke saya selamat memakai ISMAIL RAHIM The Univ. Of Oklahoma WolrdxChange Communications Independent Representative 535 Sooner Dr. #C, Norman, OK 73072 [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] http://www.worldxchange.com/agent/208960 ___ Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com ___ Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com
Re: Bahaya Y2K.
In a message dated 7/7/99 9:13:43 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Yw: Menurut saya, masalah Y2K terlalu dibesar-besarkan. Seperti ibaratnya: masalah AIDS. Bahaya sih bahaya, tapi sebenernya, banyak pihak 'sangat jauh' peluangnya utk kena penyakit itu. Irwan: Gue juga ngerasa awalnya gitu. Cuma aja koq gue perhatiin masalah ini cukup serius ditangani oleh AS baik pemerintah dan swastanya. Anggaran perusahaan2 untuk ngatasin masalah ini juga cukup besar. Ini dari hasil obrolan gue dengan rekan2 yg pada kerja di perusahaan2 AS. Jadi gue pikir, kalau masalahnya ngga seserius itu, ngga mungkin lah perusahaan swasta mau ngeluarin duit besar2an. Yusuf: Kalau Y2K itu yg paling kritis adalah utk sistem- sistem yg real time yg hidup 24 jam terus-terusan (atau at least almost 24j). Itu pun, yg mengolah fungsi terkait waktu. (Sistem real time di pabrik mobil, robot-robotnya, etc. misalnya, tdk terpengaruh). Irwan: Ada rekan2 yg kerja di perusahaan AS spt di atas yg bisa kasih info apakah memang benar ngga akan terpengaruh? Yw: Itu kurang masuk akal. Dan gampang sekali dimentahkan. Katakanlah: banyak sistem keuangan akan di shut down pada jam 11 malam tg 31Des99 sampe jam 1 malam tg 1Jan99. Utk tutup buku rutin akhir tahun, dsb. Mana bisa orang akses ke komputer yg dimatiin? Irwan: Apa memang iya begitu? Apa memang mungkin untuk men shut down terminal komputer itu walau hanya untuk waktu 2 jam saja? Gimana soal kartu kredit yg sifatnya sudah mendunia? Malam di AS bisa berarti siang di Indonesia dan tempat2 lainnya dan sebaliknya. Yusuf: Tinggal diumumin aja: berhubung konsolidasi/tutup-buku akhir tahun, dari jam 11 s/d jam 1 di penghujung tahun, anda tdk dapat memanfaatkan ATM kami. Harap maklum. Selesai. Dan ini sudah biasa terjadi (di Indonesia). Irwan: Sekedar informasi saja, ada rekan saya yg kerja di bank besar di AS (part time) yg kerjaannya memindahkan data2 (kalau tidak salah) ke software yg baru yg sudah lulus Y2K dan itu sudah dikerjakan dari tahun lalu. Nah, gimana dengan bank2 di Indonesia, koq kelihatannya adem ayem saja? Dari obrolan dengan rekan2 lainnya, juga gue dapat gambaran bahwa memindahkan suatu sistem lama ke sistem yg baru itu ngga gampang seperti yg kita bayangkan. Belum lagi kalau perusahaan itu adalah perusahaan yg cukup kompleks, banyak divisi, dan sudah terintegrasi sebelumnya. Setahu saya, mereka saat ini terus bekerja keras untuk dapat mengatasi masalah Y2K. Ada rekan2 yg bekerja di perusahaan2 Indonesia yg mau bagi2 pengalaman tentang bagaimana masing2 perusahaan tersebut menyikapi bahaya Y2K.? Bung Yusuf, sepengamatan anda, bagaimana telkom menyikapi akan bahaya Y2K ini? Apakah ada upaya2 khusus, atau menganggap masalah Y2K ini adalah masalah biasa2 saja yg ngga perlu disikapi secara serius:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Omongan dubes (was: Re: Posting dr Roland...)
Hallo, Mas Irwan: Very good comments. Itulah *tepatnya* yang dimaksudkan oleh Pak Dubes. Aloha, Nina Poerbonegoro
Re: [Bahaya Y2K.]
In a message dated 7/8/99 12:09:16 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Sepertinya bung YW sudah menjelaskan panjang lebar saya cuma mau nambah dikit. Irwan: Banyak juga ngga apa2 koq:) Yuni: Dari informasi yang saya dapat kesulitan utama dari Y2K, yaitu sulitnya penyebaran produk makanan. Karena untuk negara maju transpotasi bahan pangan itu udah menggunakan komputer, begitu tahun 2000 tiba, maka untuk sementara waktu transpotasi akan tersendat, sehingga penyebaran pangan akan tersendat pula. Sebenarnya tersendatnya ini nggak hanya disektor pangan, hampir diseluruh sektor, tetapi yang utama adalah pangan. Irwan: Saya bisa mengerti. Memang ini salah satu resiko yg harus ditanggung dari suatu negara yg mengandalkan teknologi tinggi. Seperti pepatah bilang, there is a will there is a way:) Cuma saja koq saya bingung ya tulisan anda di atas ini sempat disalahtangkapi oleh beberapa rekan. Padahal jelas2 anda tulis di atas bahwa kasusnya pada negara maju yg memang sudah ngandelin komputer:) Yuni: Ketakutan yang sebenarnya yaitu adanya histeris dari masyarakat. Misalnya karena takut nggak bisa nguangin duit mereka di bank, akhirnya mereka tarik semua uang, kemudian mereka borong semua makanan, sehingga akhirnya bahan makanan jadi langkah (seperti yang pernah terjadi di Indonesia). Jadi Kalau masyarakat tetap tenang, ngambil uang dan nyimpan makanan secukupnya, maka kondisi nggak akan terlalu buruk. Irwan: Lha, sapa yg mau ngambil resiko?:) Contohnya aja kasus di Indonesia tahun lalu dimana banyak yg borong dan nyetok persediaan makanan. Maunya sih mereka ngga ikut2an, tapi koq makin hari makin ramai dan makin menggila. Nah, dari pada nanti malah ngga kebagian karena kehabisa, ya jadinya makin menggila lah..:) Ini menurut saya sih wajar2 saja. Nah, mencermati kemungkinan peristiwa tersebut, tentunya pihak pemerintah dan swasta sudah jauh2 hari mempersiapkan diri akan kemungkinan terjadinya lonjakan permintaan bahan makan karena kemungkinan masyarakat akan menyimpan/menimbun makanan. Adalah tugas pemerintah untuk mengontrol harga bahan pangan agar tidak terjadi lonjakan2 dan dipermainkan oleh spekulan2. Yuni: Untuk AS dan negara maju lainnya yang tingkat ketergantungannya lebih tinggi akan lebih banyak terkena dampaknya, tetapi tidak untuk negara negara yang tidak begitu mengandalkan komputer. Namun bagaimanapun juga mereka tetap akan terkena imbasnya, cuma nggak banyak. Irwan: Tuh khan, tulisan anda sebenarnya menurut saya sudah cukup kuat dalam menjelaskan asumsi2nya. Tapi koq masih ada juga ya yg salah ngartiin...:) Yuni: Dari beberapa nasehat, mereka meminta kita supaya menyetok makanan, air, dan kas secukupnya(jika bank kita belum menyesuaikan sistemnya, sebaiknya tanya ke bank kamu) Yuni Irwan: Suatu nasehat yg sangat wajar sekali menurut saya. Makasih Yun, sering2 lah nulis yg seperti ini. Khan enak juga bacanya serta ngobrolnya tentunya...:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: [Bahaya Y2K.]
In a message dated 7/8/99 12:28:48 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Sebetulnya ada bug yg lebih 'besar' lagi dari Y2K, tapi orang belom banyak yg mengambil tindakan. (sistim tangalan unix yg 32 bit) Irwan: Wah, menarik juga nih informasinya. Bisa dijelaskan masalah yg ada dengan sistem tanggalan unix yg 32 bit itu apa? Makasih sebelumnya. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Omongan dubes (was: Re: Posting dr Roland...)
In a message dated 7/9/99 7:20:41 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Hallo, Mas Irwan: Very good comments. Itulah *tepatnya* yang dimaksudkan oleh Pak Dubes. Aloha, Nina Poerbonegoro Irwan: Ah, itu khan komentar biasa2 aja. Cuma butuh sedikit kemauan untuk melihat permasalah atau pemikiran yg disampaikan. Kalau gue mau sih, banyak tulisan di milis bisa aja bisa gue tarik2in kemasalah seenak udelnya gue. Tapi ya buat apa toh, capek2in aja dan malah hanya nunjukin diri bahwa gue cara mikir dan pandangnya sempit banget plus aneh:) Yang paling gampang itu ya tulisan2 bung Nasrullah. Tulisannya paling gampang ditarikin ke hal2 yg bisa bikin ramai. Cuma gue males aja deh selama mostingnya ngga terlalu. Tapi koq gue lama2 perhatiin bung Nasrullah ini ngga bosen2nya ya nyerempet2hehehhee. Sebagian besar postingnya gue tahu arahnya kemana tapi males ngeladenin semuanya. Kalau Nina mau perhatiin, sebenarnya penulis2 di milis pemias ini sangat mudah koq dikenali karakternya. Termasuk juga saya inihehehhee. Ada yg mau nilai karakter gue nulis?:) Ya, itung2 coba lihat kelakuan sendiri di mata orang:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
PBS: Indonesia: Inching Towards Democracy? July 8, 1999
ELIZABETH FARNSWORTH: Last month, millions of Indonesians flocked to the polls for that nation's first truly open election since 1955. Election observers, including former President Jimmy Carter, commended the orderly and apparently fair manner in the vote for members of a new parliament. FORMER PRESIDENT CARTER: I don't have any indication, no evidence yet, I don't even have any allegations coming to me from any of the major party officials, that such illegalities have been perpetrated or that the ultimate outcome of the will of the Indonesian people has been subverted. CARTER: A WARNING ABOUT CREDIBILITY ELIZABETH FARNSWORTH: But Carter was among those warning that the credibility of the election process could be damaged if it took too long to count the votes, not just in big cities like the capital, Jakarta, but in the 14,000 islands that make up the Indonesian archipelago. The elections were part of a package of reforms promised last year by Indonesia's new president B.J. Habibie. He came to power after weeks of massive demonstrations that brought an end to 33 years of authoritarian rule by President Suharto. Habibie also inherited an economy shattered by the financial crisis that hit East Asia in 1997. Hundreds of thousands of Indonesians who had risen from poverty to middle class status lost jobs and found themselves falling back into lives of hunger and unemployment. Many had taken out their anger at Suharto, who was accused to enriching his family and friends with so-called "crony capitalism." Habibie's reforms for this country of 212 million people included promising a free press, allowing the formation of opposition political parties and holding democratic elections. The press has become vocal and spirited and two major political groups, as well as smaller parties, rose up to challenge the ruling Golkar party in the elections. And the 500-member parliament was supposed to combine with 200 provincial leaders in a people's consultative assembly that would choose a new president later in the year. HABIBIE: INDONESIA SHOULD EMBRACE DEMOCRACY ELIZABETH FARNSWORTH: On election day Habibie urged all parties to embrace the democratic process and respect the results of the ballot. B. J. HABIBIE, Indonesian President: In every game there's a winner and loser, and the party that wins should act with nobility and think of the responsibility it has over the next five years. ELIZABETH FARNSWORTH: But one month after the elections, only sixty percent of the votes have been tallied. Final results were due today, were once again postponed, this time until July 21. Based on the official count so far, the principal opposition party known as the Indonesian Democratic Party of Struggle is ahead with 36% of the vote. Its leader is Megawati Sukarnoputri-- the daughter of Indonesia's former president Sukarno, who lead the struggle against Dutch colonialism and who was ousted by Suharto in a bloody coup in 1965 in which thousands were killed. Habibie's party -- the Golkar Party -- is running a distant second with 20 percent of the vote. Forty-six other parties, including several Muslim groups in this overwhelmingly Muslim nation, share the remaining vote. Officials said the counting was complicated by Indonesia's sprawling geography. But opposition groups raised accusations of corruption and vote tampering, and that has led to violence. Last Thursday, fifteen hundred protesters in Jakarta hurled rocks and demanded that the ruling Golkar Party be disqualified. Police moved in, firing shots and using tear gas to control the crowd. About two dozen people were wounded. The next day heavily armed police suppressed demonstrators who tried to march on the election commission headquarters. And Indonesia is also facing violence in East Timor. THE EAST TIMOR QUESTION ELIZABETH FARNSWORTH: Habibie had promised a referendum on autonomy or independence for residents of East Timor, a former Portuguese colony that Indonesia seized in 1975. A vote was scheduled but then postponed by U.N. election monitors because of violence. Last week, there were several attacks on U.N. election officials by militias, which have also attacked pro-independence leaders. Some say the militias are armed by the Indonesian military, which still has responsibility for overall security in East Timor. At least twelve U.N. workers have been injured, and U.N. officials said the violence could derail the referendum. Yesterday the head of the U.N. mission in East Timor demanded that Indonesia rein in the militias. U.N. Secretary General Kofi Annan is expected to announce a final decision on the East Timor ballot date within the next few days. ELIZABETH FARNSWORTH: For more on all this, we turn now to Paul Wolfowitz, U.S. Ambassador to Indonesia during the Reagan Administration-- he was in Indonesia last month observing the elections for the Carter Center and the National Democratic Institute; Donald Emmerson, Professor of