Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Mas Hadi saya coba untuk mencerahkan anda. bila tidak puas silahkan komplen. --- thanks untuk pencerahannya. Pertama saya tidak pernah memangak kata "menentang". saya memakai kata memilih. gampangnya gini. amien rais dipilih 7 %, sisanya yah tidak memilih amien rais lah.. sama dengan contoh2 lainnya. ok nah sekarang megawati. yang milih dia jadi presiden hanya 35 % .. sisanya.. 65 % yah tidak milih megawati lah.. gimana.. gampang kok.. anda saya liat coba mempermainkan kata2 dengan memakai kata menentang (konotasi negatif). -- Saya perlu menegaskan bahwa saya tidak terbersit sedikit pun keinginan untuk mempermainkan kata, karena saya juga bukan politisi, siapa yang menang, Gus Dur atau Mega sama baiknya bagi Bangsa Indonesia, tapi saya pusing sekali melihat begitu didengunkannya tidak BERHAKnya Mega untuk memimpin Indonesia karena 65% tidak memilihnya, jadi saya berusaha untuk bisa mengerti jalur logika ini. Terus terang, saya sampai saat ini masih belum mengerti jalur logika "MEGAWATI TIDAK BERHAK menjadi PEMIMPIN karena tidak dipilih oleh 65%" Anyway, Presiden Ke 4 RI, sudah terpilih, yang bukan seseorang yang bergelimangan dengan KASUS-KASUS KKN, dan juga dikenal sebagai seorang Humanis, so saya gembira dan MENGUCAPKAN SELAMAT ATAS TERPILIHNYA GUS DUR sebagai Presiden RI. thanks regards HADI
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Anda itu ngomong apa sih? - oh nggak ngerti bahasa indonesia ??? pantesan. :-D regards HADI OH .. saya baru ngerti.. anda ngomongin RAKYAT mulu.. rupanya RAKYAT yang anda maksud RAKYAT MEGAWATI.. anda yang suka ngaku analisis pasti ngerti kan beda angka 35 dan 65 gedean mana ? --- Saya sering sekali membaca tentang logika 35% (pro) vs 65 % (anti), Kalau anda salah seorang pendukung anti (65%), bisakah anda sebutkan 1 nama yang dalam pemilu yang lalu mendapat suara yang lebih besar dari PDI-P ? Apakah ? 1. Amin Rais -- 7%, calon resmi dari PAN 2. Habibie -- 20%, calon resmi dari GOLKAR 3. Gus DUr -- 10%, calon dari PKB 4. Yusril ??? 5. HAmzah HAz ??? Dengan sendiri-nya logika tersebut sama sekali tidak bisa dipertanggung jawabkan, karena dengan logika itu, AMin rais ditentang oleh 93% rakyat indo yang tidak memilihnya, sedangkan Gus Dur ditentang oleh 90% rakyat indo, dst. Jadi tolong berikan saya pencerahan tentang jalur logika anda itu ? regards HADI __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/18/99 3:56:34 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Rakyat kecil yang mana? --- rakyat pendukung PDIP Wujudnya bagaimana dalam mendukung PAN --- dukung Faisal dan menjelekkan Amien Rais. Wujudnya bagaimana dalam mendukung PKB --- dukung Matori Irwan: Susahnya ngomong sama orang yg baru bergabung di milis permias dan ngga ngikutin sejak jaman pra pencoblosan (tanggal 7 Juni kalau anda lupa). Setelah tanggal 7 Juni seperti yg saya katakan, saya akan berdiri bersama rakyat. Rakyat mana? Ya rakyat Indonesia yg sudah jelas2 memilih partai yg mereka lebih percayai. Ngomong2 anda tahu ngga Clinton itu presiden mana? Presiden AS, bukan? Nah, kenapa dia bisa menjadi presiden AS? Karena dia dipilih orang rakyat AS, dia adalah presiden yg mendapat suara terbanyak. Apakah semua rakyat AS memilih Clinton? Jelas tidak. Rakyat Indonesia sudah milih capres mana yg mereka ingini. Tentunya, ada juga pihak2 yg memilih capres lain. Ini ngga bisa dipungkiri. Nah, kalau mau demokrasi rakyat ditegakan, maka yg mendapat suara terbanyaklah yg berhak atas kepercayaan tersebut. Pola pikir Megawati hanya dipilih oleh 35% suara sementara 65% lainnya menolak adalah jelas dagelan logika yg bisa bikin saya sakit perut:) Kalau dagelan logika ini yg dipakai, maka tidak ada pun capres yg akan memenuhi persyaratan. Hal ini mengingat capres Habibie hanya dipilih oleh 20% suara sementara 80% lainnya menolak. Ini kalau kita mau konsisten memakai dagelan logika. Saya menjelekkan Amien Rais? Sejak kapan? Saya tidak pernah menjelekkan Amien Rais, karena apa yg saya ucapkan semua tentang AR adalah fakta. Jadi, AR sendirilah yg menjelekkan dirinya. Coba lihat lagi, sebelum pencoblosan AR sempat berkoar bahwa siapa pun yg nantinya menang antara PAN, PKB, PDIP, maka yg lainnya harus mendukung capres partai pemenang. Tapi apa yg dilakukan setelahnya? Dia ingkar. Tidak hanya ingkar, tapi dia akhirnya membentuk poros tengah yg kemudian mencapreskan GD. Lebih parah lagi, ketika sudah menjadi ketua MPR, AR yg mengaku reformis malah menghalangi terjadi tanya jawab antara anggota MPR dengan Habibie seputar jawaban atas pertanyaan LPJ. Tidak hanya itu, AR juga tidak melemparkan ke forum apa yg menjadi tuntutan mahasiswa dimana sehari sebelumnya dia bertemu dengan mahasiswa. Inikah reformasinya AR? Apakah saya menjelekkan AR bila menyebutkan fakta2 yg ada? Terserah anda menilainya gimana. Irwan: Ketika rakyat telah memberikan suaranya melalui pemilu, ketika rakyat sudah menyampaikan keinginannya, siapa yg mereka lebih percayai, maka sejak itulah saya bergeser untuk berdiri bersama rakyat, bersama keinginan rakyat. Garis sikap saya jelas, berusaha untuk menjadikan capres pilihan rakyat menjadi capres jadi. Jeffrey: Capres pilihan rakyatnya siapa sih? Megawati kan? Hehee... Irwan: Itulah sulitnya ngomong dengan anda. Capres pilihan rakyat itu adalah capres pemenang pemilu. Jadi, ngga harus Megawati. Pemilu kali ini saja yg menang Megawati. Pemilu berikutnya belum tentu. Makanya saya lebih suka memakai kata2 capres pilihan rakyat. Mau tanya lagi rakyat mana? Silahkan lihat kembali contoh Clinton yg saya berikan di atas. Atau mungkin mau John Adams yg hanya mendapat 26% suara saja?...:) Mbok ya jangan nerapin demokrasi aneh2 kalau kita mau maju. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
OH .. saya baru ngerti.. anda ngomongin RAKYAT mulu.. rupanya RAKYAT yang anda maksud RAKYAT MEGAWATI.. anda yang suka ngaku analisis pasti ngerti kan beda angka 35 dan 65 gedean mana ? --- Saya sering sekali membaca tentang logika 35% (pro) vs 65 % (anti), Kalau anda salah seorang pendukung anti (65%), bisakah anda sebutkan 1 nama yang dalam pemilu yang lalu mendapat suara yang lebih besar dari PDI-P ? Apakah ? 1. Amin Rais -- 7%, calon resmi dari PAN 2. Habibie -- 20%, calon resmi dari GOLKAR 3. Gus DUr -- 10%, calon dari PKB 4. Yusril ??? 5. HAmzah HAz ??? Dengan sendiri-nya logika tersebut sama sekali tidak bisa dipertanggung jawabkan, karena dengan logika itu, AMin rais ditentang oleh 93% rakyat indo yang tidak memilihnya, sedangkan Gus Dur ditentang oleh 90% rakyat indo, dst. Jadi tolong berikan saya pencerahan tentang jalur logika anda itu ? regards HADI
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/19/99 4:19:19 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Mas Hadi saya coba untuk mencerahkan anda. bila tidak puas silahkan komplen. Pertama saya tidak pernah memangak kata "menentang". saya memakai kata memilih. gampangnya gini. amien rais dipilih 7 %, sisanya yah tidak memilih amien rais lah.. sama dengan contoh2 lainnya. nah sekarang megawati. yang milih dia jadi presiden hanya 35 % .. sisanya.. 65 % yah tidak milih megawati lah.. gimana.. gampang kok.. anda saya liat coba mempermainkan kata2 dengan memakai kata menentang ( konotasi negatif). selamat bercerah ! faran Irwan: Pertanyaan sederhana untuk anda. Dengan menggunakan kerangka berpikir seperti di atas, siapa menurut anda yg saat ini pantas menduduki jabatan presiden. Dengan kata lain, adakah capres yg angka tidak dipilihnya lebih kecil dari Megawati? Dengan menggunakan logika dagelan anda di atas, maka tidak ada satu pun capres yg layak jadi presiden. Gimana kalau kita sewa saja Clinton yg kebetulan sebentar lagi akan pensiun dari White House:) Anda ini memang kocak jugahehehehe. Ya, hitung2 hiburan dipagi hari deh sambil mantau perkembangan berita di tanah air:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Gimana kalau kita sewa saja Clinton yg kebetulan sebentar lagi akan pensiun dari White House:) Jangan ah, entar Lewinskinya dibawa-bawa lagi. Sudah enek tiap hari denger soal dia Mendingan bawa si Ventura, gantikan Prez kita sekalian; jadi kita bisa bentuk dinasti badut Indonesia. Mending ketawa melulu, daripada pusing tiap hari
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/15/99 1:25:26 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Well, Bung Irwan. Terlepas dari kesan ekonom partisan (hehe... dan sejujurnya memang saya melihat anda sebagai partisan), saya dengan tulus meng-encourage anda untuk terus berkarya. Irwan: Bung Jeffrey, terima kasih atas encouragement yg diberikan:) Sekedar konfirmasi atau penjelasan dari saya saja, saya bukan partisan (anggota partai) PDIP. Sikap politik saya dari dulu sudah jelas yaitu berdiri bersama rakyat, khususnya rakyat kecil. Siapapun yg akan berjuang menolong rakyat kecil, saya akan dukung mereka. Partai manapun yg telah merebut hati rakyat sehingga menjadi pemenang pemilu, capresnyalah yg akan saya dukung penuh. Ini sudah saya ucapkan jauh2 hari sebelum pencoblosan di mulai. Saya akan konsisten dengan ucapan saya dulu. Seorang Amien Rais boleh tidak konsisten dengan janjinya sebelum pemilu, tapi tidak dengan seorang Irwan Ariston Napitupulu. Irwan Ariston Napitupulu akan terus konsisten berjuang dan berdiri bersama rakyat kecil. Ini komitmen saya pribadi. Jeffrey: Benar salah adalah biasa, dan semua bersifat relatif atau conditional. Bila memang betul anda tidak mengajukannya sendiri kepada Detik.com, mungkin wartawan Detik.com mempunyai alasan tersendiri untuk memuatnya dan melakukan perubahan redaksional. Cuman itu pendapat saya. Irwan: Seperti yg sudah saya jelaskan sebelumnya tentang artikel tersebut, tulisan dasar dari artikel yg dimuat di detik.com awalnya adalah untuk konsumsi milis rupiah dan saham. Tulisan dasar itu pun sudah saya kirimkan ke milis ini dan juga saya berikan link nya. Walau detik.com melakukan pengeditan dan memuatnya secara terbuka sebelum minta konfirmasi ke saya terlebih dahulu (permintaan konfirmasi dilakukan beberapa saat setelah dimuat), saya pada dasarnya tidak berkeberatan pihak detik.com memuat edisi editan tersebut. Hendaknya ini menjadi jelas ke rekan2. Poin yg dilihat oleh detik.com pada tulisan saya tersebut seperti yg diungkapkan oleh editornya kepada saya adalah poin 'perlunya keseimbangan atau kontrol atas pemerintahan nantinya'. Editornya tampaknya tertarik dengan poin pemikiran saya yg bila nanti Gus Dur yg menjadi presidennya, AR akan segan untuk melakukan fungsi kontrolnya. Seorang rekan disini (saya lupa namanya), sempat menanyakan logika dari pemikiran saya tersebut dengan dasar berpikir bahwa seorang AR hanyalah ketua MPR saja dan yg mengontrol ada 699 orang lainnya nanti. Jadi, katanya kurang tepat kalau saya sampai punya pemikiran tersebut. Setelah membaca ucapan tersebut, saya lalu bertanya pada diri sendir, kalau memang kekuatan jabatan ketua MPR hanya segitu saja, kenapa kemarin orang ribut2 dan ramai2 serta bertarung penuh untuk jabatan Ketua MPR? Saat itu saya hanya yakin pada diri sendiri bahwa jabatan Ketua MPR memiliki kekuatan yg mungkin belum saya ketahui. Dan saya yakin berjalan dengan waktu, nanti akan terbukti omongan saya. Ternyata kecurigaan saya tidak harus menunggu waktu yg lama untuk pembuktiannya. AR sudah mulai menunjukkan diri, siapa dia sebenarnya, apa garis perjuangannya. Silahkan lihat contoh2 artikel/berita nya di: http://www.mediaindo.co.id/detail_news.asp?id=1999101800060472 http://www.detik.com/berita/199910/19991017-1316.htm http://www.detik.com/berita/199910/19991017-1540.htm Bagaimana mungkin seorang ketua MPR menghalangi anggotanya yg ingin minta kejelasan atas hal2 yg dia anggap perlu dijelaskan dari jawaban atas pertanyaan2 yg diajukan sehubungan LPJ Presiden? Kenapa alasan habisnya waktu yg digunakan oleh AR? Bukankah tidak sulit menambah waktu sekitar 1-2 jam untuk tanya jawab? Kenapa masalah sepenting itu dihalangi2 oleh AR? Seorang Clinton harus menghabiskan berjam2 lamanya ketika dia harus menghadapi pertanyaan2 seputar kasusnya dengan Monica khususnya masalah "kebohongan" ucapan atau pengakuan dia terdahulu. Hendaknya ini menjadi kewaspadaan kita semua atas pihak2 mana saja yg murni berjuang bersama rakyat, dan pihak2 mana saja yg sebenarnya pro kebejatan. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/18/99 2:48:22 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: bung Irwan, peserta milis ini mengetahui sikap politik anda selama ini. Irwan: Apakah mereka tahu bahwa saya dari dulu selalu berusaha berdiri bersama rakyat? Apakah mereka tahu bahwa sebelum pencoblosan saya mendukung 3 partai reformasi, PAN, PKB, PDIP? Apakah mereka tahu bahwa wujud nyata dari partisipasi aktif tersebut saya memberikan suara ke PDIP dengan alasan kebetulan garis perjuangannya adalah sama dengan garis perjuangan saya yaitu membela rakyat kecil? Apakah mereka tahu bahwa saya tetap mendukung PAN, PKB, PDIP, walau beberapa orang disini yg mengaku2 mendukung PAN banyak menulis hal2 negatif tentang PDIP sebelum pencoblosan tersebut? Ketika rakyat telah memberikan suaranya melalui pemilu, ketika rakyat sudah menyampaikan keinginannya, siapa yg mereka lebih percayai, maka sejak itulah saya bergeser untuk berdiri bersama rakyat, bersama keinginan rakyat. Garis sikap saya jelas, berusaha untuk menjadikan capres pilihan rakyat menjadi capres jadi. RI: Jadi saya pikir wajar bila ada yg mempertanyakan obyektivitas analisa anda yg di dasarkan pd faktor politik, sementara anda partisan/simpatisan parpol dan capres tertentu. Irwan: Silahkan, tidak masalah buat saya. Selama berada di sisi rakyat, saya tidak perlu khawatir:) Silahkan tunjukkan bagian analisa saya tersebut yg tidak memiliki dasar. Bukankah semuanya sudah saya jelaskan? Kalau curiga awalnya, saya masih lihat wajar2 saja karena apa yg ada di detik.com memang tidak lengkap. Tapi bila setelah saya sampaikan landasannya tapi orang tersebut tetap saja hanya komentar dengan tidak menunjukkan kelemahan dari apa yg disampaikan. Makanya saya kutipkan analisa orang luar yg menunjukkan nada2 sama dengan apa yg saya tulis, dan saya balikkan ke mereka2 yg bertanya, apakah penulis tersebut adalah partisan PDIP hanya karena membuat analisa bahwa terpilihnya Megawati bisa berdampak positif pada penguatan rupiah atau pun bursa? RI: Menurut saya ini bisa jadi pelajaran buat anda bila ingin berprofesi sbg analis pasar uang/saham yg dipercaya/reliable. Irwan: Masalah saya dipercaya atau tidaknya, orang yg menentukan. Silahkan anda lihat sendiri di milis rupiah dan saham, sampai sejauh mana mereka mempercayai analisa2 saya yg tentunya setelah mereka memperhatikan analisa2 saya selama ini. Bagi saya pribadi, pihak2 yg meragukan terpilihnya Megawati menjadi presiden bisa berdampak positif terhadap pergerakan rupiah dan indeks saham, saya yakin dia tidak mengikut perkembangan pergerakan rupiah dan indeks selama setahun belakangan ini termasuk analisa2 atau pun komentar2 dari analis luar atau pun pasar. Silahkan sanggah tulisan saya dengan data2 dan jangan asbun...:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
bung Irwan, peserta milis ini mengetahui sikap politik anda selama ini. Irwan: Apakah mereka tahu bahwa saya dari dulu selalu berusaha berdiri bersama rakyat? Apakah mereka tahu bahwa sebelum pencoblosan saya mendukung 3 partai reformasi, PAN, PKB, PDIP? Apakah mereka tahu bahwa wujud nyata dari partisipasi aktif tersebut saya memberikan suara ke PDIP dengan alasan kebetulan garis perjuangannya adalah sama dengan garis perjuangan saya yaitu membela rakyat kecil? Apakah mereka tahu bahwa saya tetap mendukung PAN, PKB, PDIP, walau beberapa orang disini yg mengaku2 mendukung PAN banyak menulis hal2 negatif tentang PDIP sebelum pencoblosan tersebut? Rakyat kecil yang mana? --- rakyat pendukung PDIP Wujudnya bagaimana dalam mendukung PAN --- dukung Faisal dan menjelekkan Amien Rais. Wujudnya bagaimana dalam mendukung PKB --- dukung Matori Ketika rakyat telah memberikan suaranya melalui pemilu, ketika rakyat sudah menyampaikan keinginannya, siapa yg mereka lebih percayai, maka sejak itulah saya bergeser untuk berdiri bersama rakyat, bersama keinginan rakyat. Garis sikap saya jelas, berusaha untuk menjadikan capres pilihan rakyat menjadi capres jadi. Capres pilihan rakyatnya siapa sih? Megawati kan? Hehee... __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Well, Bung Irwan. Terlepas dari kesan ekonom partisan (hehe... dan sejujurnya memang saya melihat anda sebagai partisan), saya dengan tulus meng-encourage anda untuk terus berkarya. Benar salah adalah biasa, dan semua bersifat relatif atau conditional. Bila memang betul anda tidak mengajukannya sendiri kepada Detik.com, mungkin wartawan Detik.com mempunyai alasan tersendiri untuk memuatnya dan melakukan perubahan redaksional. Cuman itu pendapat saya. Jeffrey Anjasmara. '-- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut]) Date: Fri, 15 Oct 1999 04:29:59 EDT In a message dated 10/15/99 2:54:12 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Saya juga melihat ketidak-benaran argumen anda tuh, tepatnya kebenaran yg tidak mutlak. Teori anda tentang berbagai currency cuman teori umum. Anda sendiri bilang bidang sosial tidak ada yang pasti. Irwan: Ada salah pengertiandisini. Saya tidak pernah mengatakan bahwa saya punya suatu teori atas pergerakan currency. Saya pun tidak pernah mengatakan bahwa apa yg saya katakan dalam analisa2 pergerakan currency adalah berdasarkan teori tertentu. Analisa2 yg saya lakukan cenderung menggunakan analisa logika yg didukung dengan data2 lapangan. Silahkan lihat kembali pemaparan saya tentang asal muasal angka 5000 yg saya berikan. Lihat juga alasan2 saya dalam memprediksi trend berdasarkan apa yg pernah terjadi sebelumnya. Walau demikian, saya bisa memaklumi bahwa analisa2 saya mengenai pergerakan saham dan indeks bisa jadi adalah suatu yg baru buat beberapa rekan sehingga masih sulit untuk bisa diterima. Bahkan, ketika dulu saya memberikan analisa2 grafik untuk mengantisipasi suatu pergerakan mata uang atau pun indeks dan harga saham, beberapa anggota di milis tersebut sempat sulit menerima. Mereka berpikir bagaimana mungkin suatu nilai tukar atau pun harga saham bisa ditentukan/diprediksi hanya dari melihat grafiknya. Tapi, sejalan dengan waktu akhirnya banyak sekarang yg menggunakan grafik untuk dijadikan acuan kapan saat masuk kapan saat keluar dalam trading currency atau pun saham. Nyatanya anda tidak mampu memprediksi dengan baik kejadian rupiah yg anjlok sampai menembus 15,000. Saya masih ingat yang itu. Kalau model menebak-nebak sih bukan kerjaan sulit. Maaf saja ini bukannya memandang rendah anda. Nyatanya analisis KKG (yg kadung didaulat ahli ekonomi) saja tidak ada yang menyenggol kebenaran sama sekali. Bahkan sampai sekarangpun. Irwan: Dalam salah satu posting saya beberapa hari yg lalu, saya dengan terbuka menyatakan bahwa saya dulu pernah salah dalam memperkirakan penurunan rupiah. Kemudian saya coba lihat kembali, kenapa dulu saya salah. Akhirnya saya menyadari karena saat itu rupiah baru dilepas dari managed floating menjadi free floating, grafik belum terbentuk. Menjadi kurang tepat bila saat itu menggunakan grafik. Walau demikian, pada bulan Desember 1997 (minggu ketiga kalau tidak salah ingat), saya sempat mencium adanya ketidakberesan pada pergerakan rupiah. Silahkan lihat kembali arsip di milis ini atau pun apakabar@. Saya waktu itu mengatakan bahwa tampaknya ada suatu gerakan dari orang yg menguasai informasi. Orang tersebut bisa saja berasal dari orang2 yg dekat dengan lingkaran kekuasaan (pejabat2 atau pun menteri2) yg mungkin dengan tujuan menyelamatkan aset pribadi dari rupiah ke dolar. Sekitar seminggu kemudian, hal ini menjadi ramai. Bahkan menkeu saat itu sampai perlu mengeluarkan pernyataan akan menyelediki apakah benar ada para pejabat pemerintah yg bermain dolar. Seorang wapemred majalah nasional termuka sampai menghubungi saya lewat japri karena tertarik dengan apa yg saya tulis. Dia meminta saya untuk membuat tulisan2. Sayangnya saat itu kondisi saya kurang memungkinkan. Bagi saya adalah bukan bidang keahlian KKG untuk memperkirakan pergerakan rupiah secara teknis. Dia punya pengetahuan untuk menganalisa secara fundamental, tapi kurang dalam hal pengalaman menganalisa secara teknis. Hendaknya ini bisa dimaklumi terlebih dahulu. Banyak orang saat itu yg mempunyai kemampuan jauh di atas saya dalam melakukan analisa grafik. Hanya saja bedanya, saya suka menulis secara terbuka (berhubung amatiran) mereka cenderung menulis untuk nasabah/klien nya mengingat profesionalisme pekerjaan mereka. Sementara pendapat analis2 ekonomi yg sering anda baca di media cetak/online nasional, sepengetahuan saya adalah bukan bidang mereka dalam membuat analisa2 teknis atas pergerakan suatu mata uang. Pengecualian untuk Theo Toemion yg memang profesinya adalah sebagai pengamat sekaligus consultant dalam masalah pergerakan mata uang (rupiah). Yang membedakan saya dengan Theo adalah dia mungkin punya posisi long or short di rupiah, sementara saya tidak memiliki posisi apa pun selain pegang dolar untuk kebutuhan hidup disini...hehehehehe:) Satu hal dari yg di
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
heheheh... saya sih udah dari dulu ngetawain analisa anda bung irwan. saya coba jelasin pake analisa saya. mentok2nya nanya bukunya yang mana. hhehehehe.. selamat beranalisa.. faran -- On Fri, 15 Oct 1999 02:15:50 Irwan Ariston Napitupulu wrote: In a message dated 10/14/99 5:31:50 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Wah bang Irwan, masa saya dibilang dikelabui sih ;) Saya tidak merespon (reply) balik e-mail yg itu, karena saya berpikiran ngak ada gunanya diskusi lagi ttg topik itu. Saya ngak sependapat "pada level berapa pun suatu nilai tukar mata uang, asalkan stabil maka tidak bermasalah" Dan nampaknya Faransyah Jaya tetap berkeras dgn teori tsb. Dan bung Faransyah juga berpendapat walaupun $ vs Rp. besarnya unlimited tetapi stabil, NPV akan tetap positip. Kan ini ngak bener banget (menurut saya). Jadi saya mengambil keputusan, mundur sajalah. :) Begitu penjelasan dari saya. salam, Alex Hehehehebener juga ya bung Alex:) Jangan2 netters lainnya disini banyak yg punya pikiran seperti anda, sudah bisa melihat letak ketidakbenaran teori yg disampaikan oleh Faran. Gue denger2, malah ada yg sampai tertawa membaca teorinya Faran (gue ngga mengada2, tapi ini fakta yg gue denger dari seorang rekan). Wah, dari pada nanti gue malah ikut ditertawain karena ngeladenin hal2 yg ngga perlu ngeladenin, mending mundur juga ah. Toh ternyata banyak rekan2 disini sebenarnya yg sudah tahu dan ngga akan tertipu walau pake embel2 "menurut teori":) Udah ah, gue juga mau hemat tenaga untuk topik2 lain yg lebih menarik:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
hehehehehe.. kan saya makin ketawa... faran -- On Fri, 15 Oct 1999 04:29:59 Irwan Ariston Napitupulu wrote: In a message dated 10/15/99 2:54:12 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Saya juga melihat ketidak-benaran argumen anda tuh, tepatnya kebenaran yg tidak mutlak. Teori anda tentang berbagai currency cuman teori umum. Anda sendiri bilang bidang sosial tidak ada yang pasti. Irwan: Ada salah pengertiandisini. Saya tidak pernah mengatakan bahwa saya punya suatu teori atas pergerakan currency. Saya pun tidak pernah mengatakan bahwa apa yg saya katakan dalam analisa2 pergerakan currency adalah berdasarkan teori tertentu. Analisa2 yg saya lakukan cenderung menggunakan analisa logika yg didukung dengan data2 lapangan. Silahkan lihat kembali pemaparan saya tentang asal muasal angka 5000 yg saya berikan. Lihat juga alasan2 saya dalam memprediksi trend berdasarkan apa yg pernah terjadi sebelumnya. Walau demikian, saya bisa memaklumi bahwa analisa2 saya mengenai pergerakan saham dan indeks bisa jadi adalah suatu yg baru buat beberapa rekan sehingga masih sulit untuk bisa diterima. Bahkan, ketika dulu saya memberikan analisa2 grafik untuk mengantisipasi suatu pergerakan mata uang atau pun indeks dan harga saham, beberapa anggota di milis tersebut sempat sulit menerima. Mereka berpikir bagaimana mungkin suatu nilai tukar atau pun harga saham bisa ditentukan/diprediksi hanya dari melihat grafiknya. Tapi, sejalan dengan waktu akhirnya banyak sekarang yg menggunakan grafik untuk dijadikan acuan kapan saat masuk kapan saat keluar dalam trading currency atau pun saham. Nyatanya anda tidak mampu memprediksi dengan baik kejadian rupiah yg anjlok sampai menembus 15,000. Saya masih ingat yang itu. Kalau model menebak-nebak sih bukan kerjaan sulit. Maaf saja ini bukannya memandang rendah anda. Nyatanya analisis KKG (yg kadung didaulat ahli ekonomi) saja tidak ada yang menyenggol kebenaran sama sekali. Bahkan sampai sekarangpun. Irwan: Dalam salah satu posting saya beberapa hari yg lalu, saya dengan terbuka menyatakan bahwa saya dulu pernah salah dalam memperkirakan penurunan rupiah. Kemudian saya coba lihat kembali, kenapa dulu saya salah. Akhirnya saya menyadari karena saat itu rupiah baru dilepas dari managed floating menjadi free floating, grafik belum terbentuk. Menjadi kurang tepat bila saat itu menggunakan grafik. Walau demikian, pada bulan Desember 1997 (minggu ketiga kalau tidak salah ingat), saya sempat mencium adanya ketidakberesan pada pergerakan rupiah. Silahkan lihat kembali arsip di milis ini atau pun apakabar@. Saya waktu itu mengatakan bahwa tampaknya ada suatu gerakan dari orang yg menguasai informasi. Orang tersebut bisa saja berasal dari orang2 yg dekat dengan lingkaran kekuasaan (pejabat2 atau pun menteri2) yg mungkin dengan tujuan menyelamatkan aset pribadi dari rupiah ke dolar. Sekitar seminggu kemudian, hal ini menjadi ramai. Bahkan menkeu saat itu sampai perlu mengeluarkan pernyataan akan menyelediki apakah benar ada para pejabat pemerintah yg bermain dolar. Seorang wapemred majalah nasional termuka sampai menghubungi saya lewat japri karena tertarik dengan apa yg saya tulis. Dia meminta saya untuk membuat tulisan2. Sayangnya saat itu kondisi saya kurang memungkinkan. Bagi saya adalah bukan bidang keahlian KKG untuk memperkirakan pergerakan rupiah secara teknis. Dia punya pengetahuan untuk menganalisa secara fundamental, tapi kurang dalam hal pengalaman menganalisa secara teknis. Hendaknya ini bisa dimaklumi terlebih dahulu. Banyak orang saat itu yg mempunyai kemampuan jauh di atas saya dalam melakukan analisa grafik. Hanya saja bedanya, saya suka menulis secara terbuka (berhubung amatiran) mereka cenderung menulis untuk nasabah/klien nya mengingat profesionalisme pekerjaan mereka. Sementara pendapat analis2 ekonomi yg sering anda baca di media cetak/online nasional, sepengetahuan saya adalah bukan bidang mereka dalam membuat analisa2 teknis atas pergerakan suatu mata uang. Pengecualian untuk Theo Toemion yg memang profesinya adalah sebagai pengamat sekaligus consultant dalam masalah pergerakan mata uang (rupiah). Yang membedakan saya dengan Theo adalah dia mungkin punya posisi long or short di rupiah, sementara saya tidak memiliki posisi apa pun selain pegang dolar untuk kebutuhan hidup disini...hehehehehe:) Satu hal dari yg di atas, apa yg anda sebutkan bisa salah bisa betul. Irwan: Seperti yg saya katakan, tidak ada seorang pun analis yg bisa memberikan jaminan 100% terhadap pergerakan satu mata uang. Siapa pun itu orangnya, tanpa terkecuali seorang Soros sekali pun. Hal ini hendaknya disadari terlebih dahulu dari awalnya. Analisa yg saya berikan adalah berdasarkan trend yg sempat saya indikasikan. Jelas, bisa benar dan bisa salah. Saya pun di milis rupiah atau saham sering kali juga mengingatkan bahwa resiko untuk rugi selalu terbuka bagi para trader yg jual/beli mata uang atau pun saham. Analisa saya di detik.com itu pun awalnya hanya untuk
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/13/99 1:15:53 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: hehehe.. samaaa ... saya juga udah pada di box.. males bongkarnya.. dilibrary apa lagi.. sampe 10 lantai Bung Faran, anda ini aneh. Anda sendiri yg kemarin2 mengatakan bahwa apa yg anda katakan adalah sesuai dengan teori bahwa tidak peduli pada level berapa pun, asal suatu mata uang stabil maka bisa diterima. Sementara saya katakan pada anda bahwa saya belum pernah membaca teori yg bunyinya seperti itu. Saya minta anda memberikan referensi dari ucapan anda yg anda katakan banyak termuat dibuku2 itu, satu buku saja dan sebutkan halaman yg memuat teori tersebut. Tapi apa respon anda? Anda jawab seperti di atas. Sementara pada posting sebelumnya saya memberikan satu pertanyaan situasi pada anda yg untuk menjawabnya tidak perlu cari2 dibuku teori, tapi cukup menggunakan nalar anda. Apakah ekonomi Jepang tidak akan bermasalah bila saat ini dibuat Yen stabil di Y10 (sepuluh yen) per dolarnya. Apakah ekonomi Jepang tidak akan bermasalah bila saat ini dibuat Yen stabil di Y300 (tigaratus yen) per dolarnya. Apakah ekonomi Indonesia tidak akan bermasalah bila saat ini dibuat Rupiah stabil di Rp100 (seratus rupiah) per dolarnya. Apakah ekonomi Indonsia tidak akan bermasalah bila saat ini dibuat Rupiah stabil di Rp200,000 (dua ratus ribu rupiah) per dolarnya. Kenapa anda tidak berani menjawab pertanyaan saya tersebut? Apakah karena anda kini menyadari bahwa bila Yen saat ini stabil di 10 yen per dolarnya anda bermasalah untuk ekonomi Jepang? Tidak butuh teori yg hebat2 untuk mencoba menjawab pertanyaan2 di atas yg saya sengaja lemparkan dalam bentuk ekstrim untuk melihat kembali "teori" yg anda katakan bahwa ==tidak peduli diberapapun nilai tukar, asal stabil maka akan bisa diterima/tidak bermasalah== adalah sangat tidak bisa diterima kebenarannya alias SALAH! Kalau anda bertanggung jawab dengan pernyataan yg sudah anda lontarkan, bahkan sampai menyebut2 atas nama "teori", adalah sudah menjadi tugas anda untuk mensupport teori yg anda ungkapkan tersebut dengan memberikan referensinya. Ini kalau kita mau diskusi secara sehat. Saya sendiri dari awal diskusi tidak mengatasnamakan teori, tidak juga mengagung2kan teori, tidak juga dalam analisa2 saya menggunakan kata2 "menurut teori", karena memang analisa2 saya tersebut adalah gabungan antara teori dengan kondisi dilapangan. Saya cenderung mengajak rekan2 disini menggunakan nalar yg ada karena saya tahu anggota milis ini punya latar pendidikan yg bisa beragam, karenanya dalam menulis saya mencoba menggunakan bahasa sederhana yg mudah2an bisa diterima/ditangkap. (Perhatikan, bagaimana anda dalam satu posting coba2 pakai istilah2 ekonomi seperti FIFO/LIFO tapi ternyata anda salah dalam menerapkan pengertian dari FIFO/LIFO itu sendiri) Saya memang bukan theory minded tapi juga bukan anti theory. Hal ini karena saya sadari ketika berhubungan dengan masalah ilmu sosial seperti ekonomi, maka akan banyak kondisi2 yg perlu diperhatikan bila kita ingin menerapkan suatu teori. Rekan2 di milis sekarang semakin tahu, siapa sebenarnya di milis ini yg asbun, siapa sebenarnya yg "hanya segitu saja", siapa sebenarnya yg "tidak berdasarkan teori", siapa sebenarnya yang "tidak mau mendengarkan orang lain". Saya masih memberikan kesempatan pada anda untuk membuktikan bahwa apa yg anda ucapkan sebelumnya bahwa "pada level berapapun nilai tukar suatu mata uang asalkan stabil maka tidak akan bermasalah" adalah memang benar ada landasan teorinya dengan cara memberikan referensi (satu saja) nama buku dan halaman yg memuat hal tersebut. Semoga diskusi di milis ini bisa lebih berbobot dan tidak asbun. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
hehehehe.. next time deh.kalo ada kesempatan ketemu langsung. kita bisa diskusi langsung. kalo perlu dilibrary. jadi enak langsung saya kasih liat bukunnya. dengan saya hanya point out bukunya apa. menurut saya useless. terus terang saya sangat sibuk dengan sekolah. jadi nggak sempet nulis analisa plus theory dibelakangnya. bagaimana kalo seminar permias mendatang kita janjian untuk diskusi ? mungkin rekan2 yang lain dapat berpartisipasi juga ? faran -- On Thu, 14 Oct 1999 08:47:25 Irwan Ariston Napitupulu wrote: In a message dated 10/13/99 1:15:53 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: hehehe.. samaaa ... saya juga udah pada di box.. males bongkarnya.. dilibrary apa lagi.. sampe 10 lantai Bung Faran, anda ini aneh. Anda sendiri yg kemarin2 mengatakan bahwa apa yg anda katakan adalah sesuai dengan teori bahwa tidak peduli pada level berapa pun, asal suatu mata uang stabil maka bisa diterima. Sementara saya katakan pada anda bahwa saya belum pernah membaca teori yg bunyinya seperti itu. Saya minta anda memberikan referensi dari ucapan anda yg anda katakan banyak termuat dibuku2 itu, satu buku saja dan sebutkan halaman yg memuat teori tersebut. Tapi apa respon anda? Anda jawab seperti di atas. Sementara pada posting sebelumnya saya memberikan satu pertanyaan situasi pada anda yg untuk menjawabnya tidak perlu cari2 dibuku teori, tapi cukup menggunakan nalar anda. Apakah ekonomi Jepang tidak akan bermasalah bila saat ini dibuat Yen stabil di Y10 (sepuluh yen) per dolarnya. Apakah ekonomi Jepang tidak akan bermasalah bila saat ini dibuat Yen stabil di Y300 (tigaratus yen) per dolarnya. Apakah ekonomi Indonesia tidak akan bermasalah bila saat ini dibuat Rupiah stabil di Rp100 (seratus rupiah) per dolarnya. Apakah ekonomi Indonsia tidak akan bermasalah bila saat ini dibuat Rupiah stabil di Rp200,000 (dua ratus ribu rupiah) per dolarnya. Kenapa anda tidak berani menjawab pertanyaan saya tersebut? Apakah karena anda kini menyadari bahwa bila Yen saat ini stabil di 10 yen per dolarnya anda bermasalah untuk ekonomi Jepang? Tidak butuh teori yg hebat2 untuk mencoba menjawab pertanyaan2 di atas yg saya sengaja lemparkan dalam bentuk ekstrim untuk melihat kembali "teori" yg anda katakan bahwa ==tidak peduli diberapapun nilai tukar, asal stabil maka akan bisa diterima/tidak bermasalah== adalah sangat tidak bisa diterima kebenarannya alias SALAH! Kalau anda bertanggung jawab dengan pernyataan yg sudah anda lontarkan, bahkan sampai menyebut2 atas nama "teori", adalah sudah menjadi tugas anda untuk mensupport teori yg anda ungkapkan tersebut dengan memberikan referensinya. Ini kalau kita mau diskusi secara sehat. Saya sendiri dari awal diskusi tidak mengatasnamakan teori, tidak juga mengagung2kan teori, tidak juga dalam analisa2 saya menggunakan kata2 "menurut teori", karena memang analisa2 saya tersebut adalah gabungan antara teori dengan kondisi dilapangan. Saya cenderung mengajak rekan2 disini menggunakan nalar yg ada karena saya tahu anggota milis ini punya latar pendidikan yg bisa beragam, karenanya dalam menulis saya mencoba menggunakan bahasa sederhana yg mudah2an bisa diterima/ditangkap. (Perhatikan, bagaimana anda dalam satu posting coba2 pakai istilah2 ekonomi seperti FIFO/LIFO tapi ternyata anda salah dalam menerapkan pengertian dari FIFO/LIFO itu sendiri) Saya memang bukan theory minded tapi juga bukan anti theory. Hal ini karena saya sadari ketika berhubungan dengan masalah ilmu sosial seperti ekonomi, maka akan banyak kondisi2 yg perlu diperhatikan bila kita ingin menerapkan suatu teori. Rekan2 di milis sekarang semakin tahu, siapa sebenarnya di milis ini yg asbun, siapa sebenarnya yg "hanya segitu saja", siapa sebenarnya yg "tidak berdasarkan teori", siapa sebenarnya yang "tidak mau mendengarkan orang lain". Saya masih memberikan kesempatan pada anda untuk membuktikan bahwa apa yg anda ucapkan sebelumnya bahwa "pada level berapapun nilai tukar suatu mata uang asalkan stabil maka tidak akan bermasalah" adalah memang benar ada landasan teorinya dengan cara memberikan referensi (satu saja) nama buku dan halaman yg memuat hal tersebut. Semoga diskusi di milis ini bisa lebih berbobot dan tidak asbun. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/14/99 1:23:16 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: hehehehe.. next time deh.kalo ada kesempatan ketemu langsung. kita bisa diskusi langsung. kalo perlu dilibrary. jadi enak langsung saya kasih liat bukunnya. Irwan: Anda ini benar2 aneh. Pertama anda bilang ada puluhan buku di perpustakaan yg akan memuat teori yg anda maksud. Lalu saya tanyakan tolong sebutkan satu buku saja sekaligus halamannya yg memuat teori tersebut. Kemudian posting tersebut anda respon dengan menjawab buku anda sudah ada di box. Kemudian saya kasih kesempatan lagi untuk anda memberikan salah satu referensi buku yg memuat teori tersebut. Eh, lagi2 anda hanya bilang seperti di atas. Sebenarnya anda punya referensi ngga sih? Kalau memang seperti kata anda di atas bahwa anda bisa kasih unjuk langsung bukunya, kenapa saat ini anda sulit sekali menyebutkan referensi buku plus halaman yg memuat teori yg anda sebutkan terdahulu? Ini khan ngga masuk akal namanya. Jadi anda meminta saya datang ke satu tempat bertemu dengan anda, baru nanti anda mau bongkar box buku anda, trus kita lihatnya di library? Lho koq muter2 sih. Padahal tinggal nyebut buku dan halaman yg memuat teori yg anda sebutkan khan gampang banget. Apalagi anda di milis ini sudah menyatakan bahwa anda termasuk orang yg theory minded. dengan saya hanya point out bukunya apa. menurut saya useless. terus terang saya sangat sibuk dengan sekolah. jadi nggak sempet nulis analisa plus theory dibelakangnya. Irwan: Alasan "terus terang saya sangat sibuk dengan sekolah" itu alasan orang2 yg hanya mau cari amannya saja. Lari dari permasalahan yg sebenarnya. Dengan memberikan referensi nama buku dan halaman yg memuat teori yg anda sebutkan terdahulu, maka saya dengan mudah mengeceknya di library untuk membuktikan teori yg anda sebutkan itu memang benar ada. Anda ngga perlu nulis analisa, cuma saya minta anda bertanggung jawab atas ucapan anda dengan menyebutkan bahwa "pada level berapa pun suatu nilai tukar mata uang, asalkan stabil maka tidak bermasalah" adalah suatu teori yg tertulis di buku. Saudara Alex H mungkin bisa anda kelabui dengan mengatakan bahwa itu sesuai dengan teori. Tapi maaf, saya tidak ingin anda kelabui karena seumur2 saya tidak pernah mendengar teori tersebut. Ditambah lagi hal tersebut sangat tidak masuk akal dan sangat mudah dipatahkan. Ini posting respon anda kedua yg belum bersedia menjawab pertanyaan situasi (Yen dan rupiah) yg saya berikan. Kenapa anda tidak bersedia menjawab? Apakah terlalu sulit buat anda untuk menjawab pertanyaan yg kalau ditanyakan ke rekan non ekonomi pun dengan mudah dan cepat menjawabnya. bagaimana kalo seminar permias mendatang kita janjian untuk diskusi ? mungkin rekan2 yang lain dapat berpartisipasi juga ? Irwan: Ini mengalihkan topik pembicaraan? Mbok ya jangan lari2 dong kalau lagi membahas satu masalah. Apa yg saya tanyakan ke anda itu, mengenari referensi, adalah untuk melihat anda itu asbun atau tidak. Beberapa kali kesalahan mendasar yg anda buat sehubungan dengan diskusi kita ini. Anda memberi contoh mobil dengan sudut pandang tidak konsisten (skenario pertama dari sudut produsen pas skenario kedua dari sudut konsumen). Kemudian, anda mencoba menerangkan dengan menggunakan istilah FIFO/LIFO yg ternyata anda salah mengartikan apa itu sebenarnya FIFO/LIFO yg terlihat dari cara anda membahasnya yg ngawur. Rekan2 di milis ini menjadi saksi dan melihat seperti apakah anda sebenarnya. Siapa yg sebenarnya asbun. Rekan2 yg undergrade bahkan high school pun saya yakin bisa melihat kesalahan2 fatal yg anda lakukan seperti yg saya lihat dan sudah saya bahas pada posting saya terdahulu. Silahkan buktikan bahwa ucapan anda terdahulu memang berasal dari buku. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
hehehehe.. lagian saya juga emang nggak mau mengelabui. ngapain juga lagi.. saya kan cuman ngasih pendapat dan ide dasar dari ilmu yang saya terima. kalo nggak sependapat sih nggak masalah.. mana mungkin didunia ini semua orang setuju dengan satu ide. dengan banyaknya perbedaan membuat dunia maju. faran -- On Thu, 14 Oct 1999 15:14:05 Alexander Hutapea wrote: Wah bang Irwan, masa saya dibilang dikelabui sih ;) Saya tidak merespon (reply) balik e-mail yg itu, karena saya berpikiran ngak ada gunanya diskusi lagi ttg topik itu. Saya ngak sependapat "pada level berapa pun suatu nilai tukar mata uang, asalkan stabil maka tidak bermasalah" Dan nampaknya Faransyah Jaya tetap berkeras dgn teori tsb. Dan bung Faransyah juga berpendapat walaupun $ vs Rp. besarnya unlimited tetapi stabil, NPV akan tetap positip. Kan ini ngak bener banget (menurut saya). Jadi saya mengambil keputusan, mundur sajalah. :) Begitu penjelasan dari saya. salam, Alex DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Saya kira juga demikian sekarang mari kita kembali topik pembahasan semula. terus terang saya sangat tertarik dengan diskusi ini. sebagai seorang yang berlatarbelakang ekonomi (lokal) barangkali utk sementara saya memposisikan diri sebagai penyimak yang baik dan ingin lebih banyak lagi mendengar analisa-analisa bung Irwan dan yang lainnya, perihal ekonomi Indonesia untuk menambah wawasan saya. Dan jika bung Irwan dan yang lain tidak keberatan, tolong analisa-analisa seputar Kurs rupiah (masalah ekonomi yang lain) yang pernah anda tulis di forward ke saya. Terima kasih sebelumnya. salam arez Irwan Ariston Napitupulu wrote: In a message dated 10/14/99 3:20:54 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Saya kira berpikir 'bijaksana' dan 'matang' sangat diperlukan dalam berdiskusi dan terutama menghormati dan tetap menghargai teman dan lawan bicara. Salam, Budi Memang demikian bung Budi. Ada satu lagi yg perlu ditambahkan, "mengakui telah salah ucap/kutip" jauh lebih bijaksana dan terhormat ketimbang lari kiri lari kanan, ngeles kiri ngeles kanan ngga karuan. Setiap orang bisa punya keterbatasan dan kekurangan. Hendaknya ini disadari dan oleh karenanya kita tidak perlu malu atau gengsi mengakui kesalahan atau kekurangan kita. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/14/99 5:31:50 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Wah bang Irwan, masa saya dibilang dikelabui sih ;) Saya tidak merespon (reply) balik e-mail yg itu, karena saya berpikiran ngak ada gunanya diskusi lagi ttg topik itu. Saya ngak sependapat "pada level berapa pun suatu nilai tukar mata uang, asalkan stabil maka tidak bermasalah" Dan nampaknya Faransyah Jaya tetap berkeras dgn teori tsb. Dan bung Faransyah juga berpendapat walaupun $ vs Rp. besarnya unlimited tetapi stabil, NPV akan tetap positip. Kan ini ngak bener banget (menurut saya). Jadi saya mengambil keputusan, mundur sajalah. :) Begitu penjelasan dari saya. salam, Alex Hehehehebener juga ya bung Alex:) Jangan2 netters lainnya disini banyak yg punya pikiran seperti anda, sudah bisa melihat letak ketidakbenaran teori yg disampaikan oleh Faran. Gue denger2, malah ada yg sampai tertawa membaca teorinya Faran (gue ngga mengada2, tapi ini fakta yg gue denger dari seorang rekan). Wah, dari pada nanti gue malah ikut ditertawain karena ngeladenin hal2 yg ngga perlu ngeladenin, mending mundur juga ah. Toh ternyata banyak rekan2 disini sebenarnya yg sudah tahu dan ngga akan tertipu walau pake embel2 "menurut teori":) Udah ah, gue juga mau hemat tenaga untuk topik2 lain yg lebih menarik:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Saya juga melihat ketidak-benaran argumen anda tuh, tepatnya kebenaran yg tidak mutlak. Teori anda tentang berbagai currency cuman teori umum. Anda sendiri bilang bidang sosial tidak ada yang pasti. Nyatanya anda tidak mampu memprediksi dengan baik kejadian rupiah yg anjlok sampai menembus 15,000. Saya masih ingat yang itu. Kalau model menebak-nebak sih bukan kerjaan sulit. Maaf saja ini bukannya memandang rendah anda. Nyatanya analisis KKG (yg kadung didaulat ahli ekonomi) saja tidak ada yang menyenggol kebenaran sama sekali. Bahkan sampai sekarangpun. Satu hal dari yg di atas, apa yg anda sebutkan bisa salah bisa betul. Ada dua issue yg anda jadikan modal untuk meyakinkan peserta milis, yaitu teori currency, dan situasi politik. Berhubung yg menyangkut currency cuman global saja, saya atau siapapun tidak akan menyalahkan. Tetapi giliran anda hubungkan dengan politik, anda menjadi keluar dari sikap ilmiah anda karena spekulasi sudah mulai anda masukkan. Ingat lho, kemarin anda hanya menghubungkan teori currency dengan text book, dan memberikan sekelumit teori di sini. Jelas yang begituan segudang dong. Cuman giliran anda menghubungkan dengan keyakinan pasar dengan naiknya Megawati, nah itu menjadi sekedar spekulasi saja. Namanya juga spekulasi, jelas anda tidak akan dapat memberikan data berupa referensi textbook. Hasilnya ya seperti kita ngobrol di warung kopi. Tidak ada yg bisa membantah, tetapi tidak ada pula yang bisa membenarkan. Yah namanya juga rumour mas...;). Ngomong-ngomong kenapa anda tidak memasukkan policy keuangan RI saat ini, dan juga pengaruh policy luar negeri macam Singapura dan Jepang ke dalam analisis anda sih? Jeffrey Anjasmara '-- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut]) Date: Fri, 15 Oct 1999 02:15:50 EDT In a message dated 10/14/99 5:31:50 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Wah bang Irwan, masa saya dibilang dikelabui sih ;) Saya tidak merespon (reply) balik e-mail yg itu, karena saya berpikiran ngak ada gunanya diskusi lagi ttg topik itu. Saya ngak sependapat "pada level berapa pun suatu nilai tukar mata uang, asalkan stabil maka tidak bermasalah" Dan nampaknya Faransyah Jaya tetap berkeras dgn teori tsb. Dan bung Faransyah juga berpendapat walaupun $ vs Rp. besarnya unlimited tetapi stabil, NPV akan tetap positip. Kan ini ngak bener banget (menurut saya). Jadi saya mengambil keputusan, mundur sajalah. :) Begitu penjelasan dari saya. salam, Alex Hehehehebener juga ya bung Alex:) Jangan2 netters lainnya disini banyak yg punya pikiran seperti anda, sudah bisa melihat letak ketidakbenaran teori yg disampaikan oleh Faran. Gue denger2, malah ada yg sampai tertawa membaca teorinya Faran (gue ngga mengada2, tapi ini fakta yg gue denger dari seorang rekan). Wah, dari pada nanti gue malah ikut ditertawain karena ngeladenin hal2 yg ngga perlu ngeladenin, mending mundur juga ah. Toh ternyata banyak rekan2 disini sebenarnya yg sudah tahu dan ngga akan tertipu walau pake embel2 "menurut teori":) Udah ah, gue juga mau hemat tenaga untuk topik2 lain yg lebih menarik:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/9/99 7:09:16 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: hehehehehe saya tetap dengan angka "stabil" dalam jangka panjang. angka 10,000 bila dihitung secara harfiah memang terkesan modar. tapi bila kita memang menetapkan 10,000 untuk angka stabil, awalnya terlihat berat, tapi para pelaku bisnis akan dapat menghitung proyek2 yang akan dilaksanakan. minimal bila memang membutuhkan pinjaman luar negeri mereka akan dapat menghitung jumlah biaya yang akan dikeluarkan dan berapa lama break even yang akan dicapai. Irwan: Kelemahan anda adalah selalu melihat dari sudut pelaku bisnis yg pengusaha (menghitung proyek2). Padahal pelaku bisnis atau ekonomi itu tidak hanya pengusaha2 yg kerjaannya ngitung2 proyek saja tapi juga masyarakat atau konsumen dari barang2 produksi atau pun jasa. Kita tidak bisa membangun ekonomi yg baik bila daya beli masyarakat rendah. Perhatikan bagaimana kebijakan tim ekonomi presiden Clinton untuk memacu ekonominya. Padahal salah satu kebijakan ekonominya adalah mempertahankan atau menaikkan pajak. Berbeda dengan pesainnya dari Republik yg justru menawarkan program ekonomi dengan pemotongan pajak. Mbok ya kalau menganalisa itu jangan dari satu sisi saja tapi coba lihat secara lebih makro lagi. mudah2an text book saya ini dapat dimengerti oleh mas alex. terakhir, sejak sd saya nggak pernah melihat analisa yang tidak pakai text book. mungkin hanya analisa orang indonesia yang cuman pake asbun or even "orang pinter" Irwan: Teks book mana yg anda gunakan dalam menyampaikan pemikiran di atas? Saya koq belum pernah baca tuh teks book yg mengatakan bahwa pada level berapun nilai tukar suatu mata uang tidak akan bermasalah selama nilai tukar itu stabil. Ditambah lagi, hati2 dengan teori2 ekonomi yg ada di buku. Jangan terlalu cepat menerapkan apa yg ditulis dibuku ke dunia nyata tanpa memperhatikan situasinya terlebih dahulu khususnya hal2 yg berkaitan dengan ekonomi. Masih ingat ketika IMF menyarankan penerapan suku bunga tinggi dan kenaikan pajak untuk meredam laju inflasi yg ada dan juga penurunan nilai tukar rupiah beberapa waktu yg lalu? Buntut2 nya bukan inflasinya yg turun dan mata uangnya menguat tapi malah sebaliknya. Padahal kalau kita baca teori2 yg ada tertulis kalau suku bunga dinaikan maka inflasi bisa diredam dan nilai tukar mata uangnya bisa menguat. Kenapa koq yg terjadi malah sebaliknya? Saat itu saya termasuk yg paling keras menentang kebijakan ini bahkan memberikan analisa bila pemerintah mau inflasi turun dan kurs rupiah menguat, maka caranya adalah dengan menurunkan suku bunga yg sudah tinggi tersebut. Ketika saya menyampaikan pemikiran ini, banyak yg protes karena saya dianggap gila, karena apa yg saya sampaikan bertentangan dengan teori. Tapi dasarnya saya memang bukan tipe text book minded, akhirnya saya ajak mereka yg protes untuk melihat akar masalahnya kenapa inflasi tinggi dan kenapa kurs menurun. Intinya kenali dulu permasalah yg ada baru cari solusinya. Jangan langsung sebentar2 nerapin teori yg ada dibuku tanpa melihat lagi permasalahan yg terjadi. Saya tidak berniat menulis ulang apa yg dulu saya sampaikan. Yang perlu saya ingatkan lagi, berhatilah menerapkan suatu teori khususnya bila itu berkaitan dengan masalah sosial. Suatu teori dibuat berdasarkan kejadian disatu atau beberapa tempat dengan kondisi2 tertentu. Karenanya, bila suatu teori berhasil di satu tempat bukan jaminan akan berhasil pula ditempat lain yg bisa jadi punya karakter yg berbeda. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
hehehe.. nggak nangkep juga khann.. mengenai text book.. gimana kalo anda cari sendiri diperpustakaan sekolah anda. ketik keywordnya "currency or exchange rate" saya mau kasih bukunya banyak banget mas... tapi percaya deh.. saya dapetnya dari sekolahan disini kok.. :) lalu kenapa saya melihat dari pelaku bisnis yah jelas saja. mereka kan memang kebanyakan berbisnis dengan mata uang dollar. dan memang sangat memerlukan exchange rate yang stabil. demikian juga dengan investor luar negeri. gituh mas... kelemahan anda tau nggak apa.. nggak mau nerima pendapat orang laen.. hehehe.. pasti dicari aja kelemahannya.. :) kapan2 deh kalo ada seminar kita datang dan berdebat langsung.. gimana ? faran -- On Tue, 12 Oct 1999 20:28:51 Irwan Ariston Irwan: Kelemahan anda adalah selalu melihat dari sudut pelaku bisnis yg pengusaha (menghitung proyek2). Padahal pelaku bisnis atau ekonomi itu tidak hanya pengusaha2 yg kerjaannya ngitung2 proyek saja tapi juga masyarakat atau konsumen dari barang2 produksi atau pun jasa. Kita tidak bisa membangun ekonomi yg baik bila daya beli masyarakat rendah. Perhatikan bagaimana kebijakan tim ekonomi presiden Clinton untuk memacu ekonominya. Padahal salah satu kebijakan ekonominya adalah mempertahankan atau menaikkan pajak. Berbeda dengan pesainnya dari Republik yg justru menawarkan program ekonomi dengan pemotongan pajak. Mbok ya kalau menganalisa itu jangan dari satu sisi saja tapi coba lihat secara lebih makro lagi. mudah2an text book saya ini dapat dimengerti oleh mas alex. terakhir, sejak sd saya nggak pernah melihat analisa yang tidak pakai text book. mungkin hanya analisa orang indonesia yang cuman pake asbun or even "orang pinter" Irwan: Teks book mana yg anda gunakan dalam menyampaikan pemikiran di atas? Saya koq belum pernah baca tuh teks book yg mengatakan bahwa pada level berapun nilai tukar suatu mata uang tidak akan bermasalah selama nilai tukar itu stabil. Ditambah lagi, hati2 dengan teori2 ekonomi yg ada di buku. Jangan terlalu cepat menerapkan apa yg ditulis dibuku ke dunia nyata tanpa memperhatikan situasinya terlebih dahulu khususnya hal2 yg berkaitan dengan ekonomi. Masih ingat ketika IMF menyarankan penerapan suku bunga tinggi dan kenaikan pajak untuk meredam laju inflasi yg ada dan juga penurunan nilai tukar rupiah beberapa waktu yg lalu? Buntut2 nya bukan inflasinya yg turun dan mata uangnya menguat tapi malah sebaliknya. Padahal kalau kita baca teori2 yg ada tertulis kalau suku bunga dinaikan maka inflasi bisa diredam dan nilai tukar mata uangnya bisa menguat. Kenapa koq yg terjadi malah sebaliknya? Saat itu saya termasuk yg paling keras menentang kebijakan ini bahkan memberikan analisa bila pemerintah mau inflasi turun dan kurs rupiah menguat, maka caranya adalah dengan menurunkan suku bunga yg sudah tinggi tersebut. Ketika saya menyampaikan pemikiran ini, banyak yg protes karena saya dianggap gila, karena apa yg saya sampaikan bertentangan dengan teori. Tapi dasarnya saya memang bukan tipe text book minded, akhirnya saya ajak mereka yg protes untuk melihat akar masalahnya kenapa inflasi tinggi dan kenapa kurs menurun. Intinya kenali dulu permasalah yg ada baru cari solusinya. Jangan langsung sebentar2 nerapin teori yg ada dibuku tanpa melihat lagi permasalahan yg terjadi. Saya tidak berniat menulis ulang apa yg dulu saya sampaikan. Yang perlu saya ingatkan lagi, berhatilah menerapkan suatu teori khususnya bila itu berkaitan dengan masalah sosial. Suatu teori dibuat berdasarkan kejadian disatu atau beberapa tempat dengan kondisi2 tertentu. Karenanya, bila suatu teori berhasil di satu tempat bukan jaminan akan berhasil pula ditempat lain yg bisa jadi punya karakter yg berbeda. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/12/99 9:52:45 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: hehehe.. nggak nangkep juga khann.. mengenai text book.. gimana kalo anda cari sendiri diperpustakaan sekolah anda. ketik keywordnya "currency or exchange rate" saya mau kasih bukunya banyak banget mas... tapi percaya deh.. saya dapetnya dari sekolahan disini kok.. :) Irwan: Ngga usah ngomong banyak, silahkan kasih satu buku saja judul + pengarangnya dan sebutkan halaman berapa yg memuat pernyataan bahwa suatu negara tidak akan bermasalah nilai tukar mata uangnya pada kurs berapa saja selama nilainya stabil. Coba pikirkan kenapa Jepang kurs Yen nya di Y105 saja sudah ribut2 dan minta bantuan sewaktu di G7 lalu agar Yen nya jangan terlalu menguat. Coba pikirkan, apakah menurut anda ekonomi Jepang tidak akan mendapat masalah bila kurs Yen ada di Y10 per dolarnya. Kemudian, apakah ekonomi Jepang tidak akan bermasalah bila kursnya sekarang ada di Y300 per dolarnya. Coba deh anda buka buku International Finance yg sampulnya biru ada gambar bola dunia atau bendera2, gue lupa karena bukunya ada di kardus dan males bongkar. Buka deh chapter2 awal. Disana anda bisa baca bahwa ada titik equilibrium pada nilai tukar suatu mata uang. Di chapter tersebut juga diberikan salah satu cara untuk melihat suatu mata uang nilai tukarnya undervalued atau pun overvalued dengan cara melihat purchasing power parity nya. Standar ukurnya biasanya digunakan Big Mac nya Mc Donald. Dulu, tahun 1997 atau 1998 saya lupa, KKG pernah membahas hal ini di Kompas. Melihat nilai rupiah berdasarkan teori Big Mac. Ukuran ini jelas sangat sederhana. Saya cenderung memakainya hanya sebagai ancar2 saja karena nilai suatu mata uang itu banyak faktor penentunya seperti tingkat inflasi, country risk, dll Nah, rupiah sekarang itu merosot sangat jauh dibanding Thailand dan Philipina ya karena country risk kita saat ini tinggi dibanding dengan Thailand dan Philipina. Mungkin hal ini sulit anda bayangkan. Gini aja deh biar gampangnya. Mengingat anda belum kasih referensi bacaan yg memuat tulisan bahwa ekonomi suatu negara tuh ngga akan bermasalah nilai tukar mata uangnya ada di tingkat mana saja selama stabil, saya kasih satu pertanyaan ke anda. Menurut anda, pake logika aja jawabnya untuk sementara ini, apakah ekonomi Indonesia tidak akan bermasalah bila kurs rupiah stabil di 200 ribu per dolar nya? Saya sengaja kasih contoh ekstrim biar sedikit kerasa bedanya.:) Trus juga, menurut anda apakah ekonomi Indonesia tidak akan bermasalah bila kurs rupiah stabil di 100 (seratus) rupiah per dolarnya. Untuk dua kondisi di atas, asumsi nilai mata uang Asia lainnya adalah tetap seperti sekarang. Gaji pegawai dan upah buruh sama seperti sekarang. Kondisi lingkungan ekonomi sama seperti sekarang dalam artian ada ekspor dan impor barang dan jasa. Silahkan anda bayangkan dua kondisi yg saya berikan. Apakah benar ekonomi Indonesia menurut anda tidak akan bermasalah? Faran: lalu kenapa saya melihat dari pelaku bisnis yah jelas saja. mereka kan memang kebanyakan berbisnis dengan mata uang dollar. dan memang sangat memerlukan exchange rate yang stabil. demikian juga dengan investor luar negeri. Irwan: Ini dia anda kurang teliti melihat komponen2 barang dan jasa yg ada disekitar kehidupan kita sehari2 yg sebenarnya mengandung dolar. Anda naik taksi di Jakarta, bensin + busi + mobilnya + oli (dll) semuanya mengandung unsur dolar. Jangankan taksi, lah bajaj saja juga mengandung unsur dolar koq. Masyarakat belanja ke Hero, belanjaan yg dia beli banyak mengandung unsur dolarnya. Bisa mulai dari plastik belanjaan sampai barang belanjaan. Ingat, pinjaman perusahaan dalam dolar (cost of capitalnya) nantinya akan dibebankan ke konsumen Sadar atau tidak sadar, sebenarnya banyak sekali barang2 dalam kehidupan sehari2 kita di Indonesia yg mengandung unsur dolar. Makanya, kalau rupiah merosot sampai 200 ribu (ambil contoh ekstrimnya) walaupun stabil di level tersebut maka kondisi ekonomi Indonesia akan porak poranda. Faran: gituh mas... kelemahan anda tau nggak apa.. nggak mau nerima pendapat orang laen.. hehehe.. pasti dicari aja kelemahannya.. Irwan: Gimana kalau saya balik, kelemahan anda tuh sering sukanya menjadi oposisi saya dalam segala hal...hehehehe. Faran: kapan2 deh kalo ada seminar kita datang dan berdebat langsung.. gimana ? Irwan: Ngga usah repot2 dan nunggu lama2, disini aja sekarang. Toh anda punya kesempatan buka2 buku referensi...:) Saya pribadi sih lebih senang buku referensi hanya digunakan untuk membuka wawasan kita saja, khususnya bidang ekonomi. Bidang lainnya saya ngga mau ikut campur karena ngga nguasai medannyahehehhe. Selanjutnya, setelah baca2 teori yg ada lalu lihat kondisi lapangan. Sekedar anda tahu saja, teori2 di ekonomi itu biasanya menggunakan asumsi2. Makanya, kalau anda menggunakan satu teori ekonomi, jangan lupa perhatikan asumsi2 yg digunakan. Misalkan saja ada hukum ekonomi yg mengatakan bila harga turun
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Begitulah analisa saya.. percaya atau tidak kan terserah. tapi tetep saya nggak ngerti.. maksud anda "ngomong yang ada di textbook". jadi anda lebih mendukung ngomong tanpa ada base on thorynya yah mas alex.. wah.. itu sih asbun namanya... :( kalo saya sih.. nggak tau bener ato salah.. kalo analisa yah mesti ada theorynya.. lalu diaplikasinya dengan praktek nyatanya.. gituh... faran -- On Sun, 10 Oct 1999 00:47:10 Alexander Hutapea wrote: artinya berapapun angkanya (Rp vs $) asal stabil, NPV kebanyakan akan positif? Kalau memang fluktusasi yg tinggi, kan ada hedging :) |o|mudah2an text book saya ini dapat dimengerti oleh mas alex. |o|terakhir, sejak sd saya nggak pernah melihat analisa yang tidak pakai text book. |o|mungkin hanya analisa orang indonesia yang cuman pake asbun or even "orang pinter" Maksud saya, kalau emang cuman ngomong yg ada di textbook, kasih aja url Amazon atau bigwords. salam, Alex DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Alexander Hutapea wrote: Lae Alex wrote: *deleted* " Buat analisa yg 'baruan' dikit dong, jgn yg textbook". Saya jadi tertarik dan ingin tau lebih jauh dengan analisa yang tidak textbook, yang anda harapkanKarena saya pun masih menggunakan kerangka berpikir "textbook" dalam soal kurs yang stabil ini. Saya setuju dengan Mas Farhan bahwa 1 US = Rp. 5000 (atau berapapun) bukanlah tujuan yang paling utama, namun yang lebih penting adalah Apakah kurs yang dicapai itu bisa stabil. Karena nilai tukar yang tidak stabil akan berdampak sangat luas terhadap dunia usaha (sektor riil), salah satu contohnya adalah spt yang di ilustrasikan oleh mas farhan. saya senang membaca tulisan mas farhan, dengan textbook-nya, dan jika ada yang tidak sependapat sebaiknya dibantah dengan analisa tertentu juga (siapa tau justru analisa yang terbaru itu justru lebih relevan). salam arez...
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Hehehe.. semoga tulisan saya ini tidak membuang2 waktu rekan2 lain yang mau membaca. saya coba sesingkat mungkin. banyak hal2 lain yang saya ingin analisa. tapi berhubungan saya juga masih banyak analisa2 lain buat presentasi kelas saya jadi saya tulis tentang satu ini dulu. kenapa indonesia butuh mata uang stabil ? Pertama. Bila suatu perusahaan ingin membuka usaha atau melakukan ekspansi tentu saja dia harus menghitung cost-benefit dari suatu usaha yang akan dilaksanakannya. Selalu pada akhirnya akan dihitung Present Value dari project tersebut. Nah, seperti yang namanya cost-benefit atau untuk mempermudah pengertiannya anggap saja uang masuk dan uang keluar. Seperti kita ketahui semua project itu pasti ada biaya dan akan ada pendapat. bila ternyata project ini membutuhkan bahan baku yang harus dibeli dengan dollar, maka bila rupiah tidak stabil tentu akan mempersulit penghitungan feasibility project tsb. contoh: misal project mobil. asumsi: semua bahan baku lokal kecuali ban mobil. asumsi biaya: 10 jt lokal dan variable untuk ban 50 dolar. disini kita sudah bisa menghitung betapa pentingnya nilai rupiah yang stabil. berapapun nilai rupiah tidak terlalu dipermasalahkan. jika memang rupiah pada saat periode 1 10,000 maka mobil itu akan dijual dengan biaya 10,5 juta. nah tapi karena tidak stabilnya rupiah maka pada saat periode 2 dollar 5000, yang mestinya terjadi mestinya harga mobil = rp. 10.25 juta. bila ini terjadi, maka pabrik mobil akan rugi karena menggunakan sistem inventory (FIFO/LIFO)yang mengharuskan mereka melakukan penghitungan ulang untuk harga jual. Sedangkan bila tiba2 dollar menjadi 2, pabrik mobil pun akan rugi karena harga jual akan naik, menjadi 11 juta. kenapa rugi, harga mobil akan terlalu mahal. mereka yang telah menyiapkan uang 10.5 juta akan berpikir 2 kali untuk membeli mobil. diatas adalah salah satu contoh mudah kenapa mata uang mesti stabil. in conclussion, untuk mempermudah penghitungan bisnis ataupun rapbn pemerintah yah diperlukan kestabilan. sehingga pengeluaran dan pemasukan dapat diproyeksikan seakurat mungkin. begitu pak irwan.. lagian masyarakat bisnis kita mesti dilatih untuk menggunakan bahan lokal sehingga flukuasi diharapkan tidak akan terlalu mengganggu lagi. nah.. semoga berguna.. jadi 5000 .. 2.. berapupun juga sama saja.. asal stabil... so next time.. kalo bisa mau analisa ekonomi wes politiknya jadi dikedepankan banget.. banyak faktor yang membuat rupiah berfluktuasi. kalo anda masih ingat kuliah statistik atau quant. method pasti diajarkan bahwa regressi yang paling sederhana saja paling tidak butuh 2 faktor. untuk memperkecil error semakin banyak faktor semakin bagus. kalo hanya dengan satu faktor yaitu megawati maka rupiah bisa 5000.. wah om soros dan pangeran brunei pun bisa kalah nanti duitnya sama anda.. salam ekonomi .. faran -- Irwan: Atas dasar asumsi atau logika apa anda mengatakan pada tingkat 5000 tidak membuat ekonomi Indonesia membaik? Coba dong kalau anda memberikan argumentasi didukung paling tidak dengan logika kalau tidak bisa dengan data. Tahukah anda bisnis susah berkembang sekarang di Indonesia karena daya beli masyarakat rendah apalagi ditambah barang/jasa kita masih banyak mengandung komponen importnya. Dikalimat berikutnya anda mengatakan bahwa yg kita butuhkan adalah rupiah yg stabil. Sadarkah anda bahwa dua kalimat anda tersebut tidak berkaitan satu sama lain? Saya setuju bahwa pelaku bisnis kita membutuhkan rupiah yg stabil. Yang menjadi masalah sekarang adalah stabil dimana? Stabil di 10 ribu, 8 ribu, atau 5 ribu? Saya mengajukan pemikiran dengan memperhatikan kepentingan banyak pihak yaitu importir, eksportir, dan masyarakat, bahwa tingkat 5000 itulah yg saat ini merupakan tingkat ekuilibrium dengan menggunakan asumsi masalah politik dan keamanan sudah bisa diminimumkan, kepercayaan sudah bisa dipulihkan (saya memberikan perkiraan 4-8 minggu setelah Megawati terpilih secara aklamasi). Apakah para eksportir masih bisa survive di tingkat 5000 tersebut? Bisa dilihat tulisan saya di: http://www.detik.com/berita/199906/19990623-0945.html Faran: so buat rekan2 yang memang lagi belajar disini seperti saya.. kita masih perlu banyak belajar dari orang amerika. bukan bermaksud sombong. tapi orang indonesia ini emang typicallnya kalo punya lebih sedikit merasa lebih segunung. Irwan: Satu lagi yg bisa saya tambahkan, kelemahan sebagian orang Indonesia kurang punya confidence kalau harus berhadapan dengan asing. Rekan Nasrullah Idris sering kali mengajak kita di milis ini untuk tidak takut dengan mereka. Christianto Wibisono dalam beberapa tulisannya sering secara implisit menunjukkan bahwa orang bule itu sebenarnya tidak jauh berbeda kemampuannya dengan kita. Seorang rekan saya disini yg juga seorang dosen di Cleveland dan sering membuat tulisan di media cetak nasional yg kumpulan tulisannya juga sudah dibukukan, Budi Soetjipto, sering kali mensupport kami2 yg di Cleveland untuk punya confidence yg
Re: [Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])]
aauw senangnya ada yang nanggapin, padahal niatnya mau jadi provokator loh he...he...he... Tapi serius yah... mambaca tulisan/reply dari anda, saya berkesimpulan bahwa point yang anda kasih ke saya, adalah: 1. Tidak ada jaminan... yah itu benar dan saya rasa itu berlaku untuk semuanya, tidak terbatas di kalangan "trader" saja. Tidak ada jaminan karena yang bikin manusia juga. Kemampuan berpikir, menterjemahkan sesuatu dan kemampuan untuk mambikin "intelectual guess", relative dari kemampuan masing2 orang. Di lain pihak, "Tidak ada jaminan" adalah kalimat paling mujarab untuk menyelamatkan muka, ego, menghindar dari tanggung jawab dan reaction orang lain terhadap perkataan orang tersebut. Jadi... sudah dapat dipastikan anda, semua yang ada di milis rupiah dan saham anda, termasuk KKG tidak akan mungkin menggunakan kata2 "MENJAMIN", karena itu sesuatu yang mustahil, at least untuk orang2 Indonesia, karena ego dan gengsi mereka yang terlalu besar. Anyway kalau anda bisa "MENJAMIN", either anda beli rumah di Seattle, sebelahan sama Bill Gates, atau anda bunuh diri karena malu...:))) "Kalangan trader"...he..he...he...he..., jadi trader/analis, sama saja dengan pembawa weather di channel2 TV, chances 50-50, di tambah data/graph,dll mentok +10 atau 15%, kalau salah..."ooppps, sorry tidak menjamin seee". Seperti joke pedagang kain orang Arab "Luntur tidak di jamin!!!" (Warkop waktu masih lucu2nya..:)). Point anda yang ke-2: Kepercayaan. h ini lebih menarik lagi, apalagi pemerintahan yang jujur...he...he...he... Pelajaran yang saya dapat (mungkin saya pesimis yah..:)), bahwa TIDAK ada satu pemerintahanpun di dunia ini yang jujur (mungkin waktu jaman nabi Sulaiman/ king Solomon), karena pemerintahan terbuat dari politik dan... politik itu kotor!. Clinton dipilih karena rakyat Amerika ingin dia tetap di WH??? you've got to be kidding me!!!. Hanya 1 alasan kenapa si "amoral prick" itu tetap di WH, karena dia telah nge-boost-up ekonomi US. Mengerti rakyat Amerika benci dengan Sadam Hussein yang mereka anggap dictactor dan terrorist, Clinton bom Iraq. Nge-bom Iraq, membikin orang2 "powerful"senang, karena mereka bisa kebagian tender, yang "in return" akan mengsupport dia dari belakang, ngeluarin uang buat ngelobby politian2, senators, dan other "influential people" di Washington. Seperti yang anda tahu, informasi adalah sarana paling penting di sini. Siapa yang bisa control media dia yang menang!!!. That's exactly what Clinton did, dan bukan karena rakyat Amerika... rakyatnya sendiri itu buta kalau engga' ada di berita, iya engga' sih??? Amerika bisa maju karena menempatkan suara rakyat dalam posisi tertinggi? You've got to be blind!!!. Rakyat mana yang suaranya ditempatkan tertinggi?. Eh bung, masih bagus kita mau ngakuin kemerdekaan Tim2. Emangnya mereka mau apa ngasih sebagian dari Montana, atau Oklahoma kalau tuh Indian2 minta tanahnya balik dan memproklamirkan kemerdekaannya? atau orang2 Mexico minta southern california di kebaliin ke mereka. Eh Irwan, orang Amerika itu hypocrite. Amerika hebat karena hukumnya yang sudah "matang". ITU cara mereka mengkontrol rakyatnya. Kemanapun kita gerak pasti ada hukumnya. Jadi jangan deh deh ngomongin soal Amerika dengan "menjunjung tinggi suara rakyat dan asas kemanuasiaannya", karena biar sudah merdeka ratusan tahun + perang saudara aja, mereka masih memperlakuan black and woman like S*** !!!, dan sampai sekarang nasib orang2 Indianpun terluntang-lantung. dan Next time, kalau ada orang yang minta opinion anda mau di kemanakan uangnya yang ratusan ribu dollars atau ratusan juta rupiah itu. Bilang sama manusia2 itu untuk tanam uangnya balik lagi ke Indonesia, supaya chaos di negara kita cepat berhenti. Aah kadang2 saya itu salut sama orang2 china dan yahudi, kok bisa yah mereka2 itu engga' hilang rasa cintanya terhadap negri sendiri, walaupun sudah generation after generation tinggal di negri orang. Begitu negaranya membutuhkan, dengan sukarela mereka menanmkan uangnya di sana begitu negaranya membutuhkan. Ingat investasi Liem di China?, atau yahudi amerika yang invest di Israel?? itu contoh yang patut kita tiru, contoh kacang yang tidak lupa dengan kulit-nya...:). I Tetang kepercayaan? he...he...he...kita lanjutkan nanti saja yah. bersambung nih kaya ko ping ho... tenang aja...:). tapi yang jelas saya tidak bisa berargue dengan anda, yang majornya di business/finance, sementara saya... cuma gambar2, ngurusin bangunan, batu dan besi...:). ichal Irwan: KKG mengatakan "TIDAK MENJAMIN". Siapapun akan maklum dalam floating system, apalagi free floating system yg kita anut sekarang, pergerakan rupiah itu ditentukan oleh kekuatan pasar. Sekali2 bisa saja digerakan dengan intervensi, tapi buntut2nya ya kekuatan pasar lagi nanti yg akan lebih berperan. Jadi jelas tidak ada yg bisa menjamin, kalau justru ada yg berani bilang bisa menjamin, itu yg perlu dipertanyakan. Bank sentral Jepang saja sering kewalahan menghadapi kekuatan pasar seperti sempat 1-3 minggu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
On Sat, 9 Oct 1999, Faransyah Jaya wrote: *Corporate finance stuff delted* |o|diatas adalah salah satu contoh mudah kenapa mata uang mesti stabil. |o|in conclussion, untuk mempermudah penghitungan bisnis ataupun rapbn pemerintah yah |diperlukan kestabilan. sehingga pengeluaran dan pemasukan dapat diproyeksikan |seakurat mungkin. |o| Mas masalahnya stabilnya dimana? Kalo stabilnya di 10.000 mah mendingan 'modar' aja. Buat analisa yg 'baruan' dikit dong, jgn yg textbook. salam, Alex
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
hehehehehe saya tetap dengan angka "stabil" dalam jangka panjang. angka 10,000 bila dihitung secara harfiah memang terkesan modar. tapi bila kita memang menetapkan 10,000 untuk angka stabil, awalnya terlihat berat, tapi para pelaku bisnis akan dapat menghitung proyek2 yang akan dilaksanakan. minimal bila memang membutuhkan pinjaman luar negeri mereka akan dapat menghitung jumlah biaya yang akan dikeluarkan dan berapa lama break even yang akan dicapai. mudah2an text book saya ini dapat dimengerti oleh mas alex. terakhir, sejak sd saya nggak pernah melihat analisa yang tidak pakai text book. mungkin hanya analisa orang indonesia yang cuman pake asbun or even "orang pinter" faran -- On Sat, 9 Oct 1999 10:05:21Alexander Hutapea wrote: Mas masalahnya stabilnya dimana? Kalo stabilnya di 10.000 mah mendingan 'modar' aja. Buat analisa yg 'baruan' dikit dong, jgn yg textbook. salam, Alex DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
On Sat, 9 Oct 1999, Faransyah Jaya wrote: |o|hehehehehe |o|saya tetap dengan angka "stabil" dalam jangka panjang. |o|angka 10,000 bila dihitung secara harfiah memang terkesan modar. |o|tapi bila kita memang menetapkan 10,000 untuk angka stabil, awalnya terlihat berat, |tapi para pelaku bisnis akan dapat menghitung proyek2 yang akan dilaksanakan. |o|minimal bila memang membutuhkan pinjaman luar negeri mereka akan dapat menghitung |jumlah biaya yang akan dikeluarkan dan berapa lama break even yang akan dicapai. artinya berapapun angkanya (Rp vs $) asal stabil, NPV kebanyakan akan positif? Kalau memang fluktusasi yg tinggi, kan ada hedging :) |o|mudah2an text book saya ini dapat dimengerti oleh mas alex. |o|terakhir, sejak sd saya nggak pernah melihat analisa yang tidak pakai text book. |o|mungkin hanya analisa orang indonesia yang cuman pake asbun or even "orang pinter" Maksud saya, kalau emang cuman ngomong yg ada di textbook, kasih aja url Amazon atau bigwords. salam, Alex
Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/8/99 12:01:46 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Untuk Irwan... Yaaahhh segitu aja kemampuannya... di challange tuh sama KKG... kalau saya sih... udah bisa tulisan saya masuk koran, saya langsung bikin analisa baru deh yang menyokong pendapat saya. Hancurin KKG sekalian, liat sampai dimana dia bisa ber"argue" Irwan: KKG mengatakan "TIDAK MENJAMIN". Siapapun akan maklum dalam floating system, apalagi free floating system yg kita anut sekarang, pergerakan rupiah itu ditentukan oleh kekuatan pasar. Sekali2 bisa saja digerakan dengan intervensi, tapi buntut2nya ya kekuatan pasar lagi nanti yg akan lebih berperan. Jadi jelas tidak ada yg bisa menjamin, kalau justru ada yg berani bilang bisa menjamin, itu yg perlu dipertanyakan. Bank sentral Jepang saja sering kewalahan menghadapi kekuatan pasar seperti sempat 1-3 minggu terakhir ini menghadapi penguatan Yen terlalu cepat buat mereka. Saya pribadi juga tidak pernah mengeluarkan kata2 menjamin karena memang kata2 "MENJAMIN" itu sangat diharamkan dilingkungan trader. Yang saya berikan hanyalah sebuah prediksi berdasarkan analisa2 yg saya lakukan. Silahkan mau dipercayai atau tidak, tidak ada paksaan alias bebas karena memang untung dan rugi ditanggung sendiri2:) Di milis [EMAIL PROTECTED] pun saya belum memberikan rekomendasi borong rupiah seperti yg sudah2 saya lakukan bila melihat sinyal kuat karena memang saya belum melihat sinyal kuat tersebut baik secara situasi atau pun grafik. Dari secara grafik saat ini sedang tahap konsolidasi untuk gerakan kencang berikutnya. Tunggu tanggal mainnya, pada saatnya nanti saya akan lepaskan rekomendasi (jual atau beli), bila sinyal itu sudah datang. Sudah beberapa kali saya memberikan rekomendasi borong rupiah di milis tersebut ketika rupiah beberapa kali mencoba menyentuh 10 ribu beberapa waktu yg lalu dan saat itu sudah beredar rumors kuat rupiah akan menembus 10 ribu bahkan bisa lebih parah lagi. Saya lemparkan rekomendasi berikut analisa baik secara situasi dan juga grafik yg ada (para trader/spekulan sering menggunakan grafik sebagai salah satu pedoman gerakan). Faktanya? Beberapa kali rupiah gagal dipaksa tembus 10 ribu dan malah menguat menembus 8000 dan bahkan pernah menembus 7000. Selain rekomendasi borong rupiah, saya pun beberapa kali kasih rekomendasi profit taking dan saat itu rupiah memang akhirnya melemah. Apakah saya yg menggerakan rupiah? Jelas tidak, saya hanya mencoba mengantisipasi gerakan rupiah ke depan berdasarkan data2 yg saya miliki dan juga para trader lainnya miliki. Saya sebagai trader memang terbiasa dalam analisa2 memberikan angka2 target. Ini yg tampaknya belum terbiasa dikonsumsi oleh sebagian masyarakat. Apakah di artikel tersebut KKG memberi jaminan bahwa rupiah tidak akan ke Rp5000 bila kondisi yg saya sebutkan terpenuhi? Tidak juga toh...:) Di akhir paragraf KKG menambahkan komentarnya bahwa rupiah saat ini undervalued. Dengan bahasa lain, KKG mengatakan rupiah akan menguat di waktu mendatang hanya saja dia tidak tahu bisa sampai berapa. Saya bisa menerima pendapatnya sebagai suatu pendapat. Pendapat saya tidak ditentukan atau pun dibatasi oleh pendapat orang lain. Dari mana angka Rp5000 itu saya peroleh? Perhatikan perhitungan dengan menggunakan asumsi situasi dibawah ini. Saya kutipkan saja cuplikan dari tulisan susulan saya ke detik.com untuk melengkapi yg kemarin itu, belum dimuat sampai saat ini dan kemungkinan besar tampaknya tidak akan dimuat seperti tanggapan saya atas komentar pembaca, Rizal, di detik.com yg saya kirim pada hari yg sama ketika komentar itu dimuat. --cuplikan dari tulisan susulan-- Walau demikian, angka Rp5000 itu bukan lahir begitu saja. Saya menggunakan ukuran perbandingan situasi dengan negara Thailand dan Philipina. Sebelum krisis Juli 1997 lalu per dolar AS, nilai kurs rupiah adalah Rp2400, Baht Thailand 24 dan Peso Philipina 26. Pagi tadi jam 9:43 AM waktu Jakarta, kurs Rupiah 7825, Baht Thailand 40.05, Peso Philipina 40.5. Dari angka2 di atas kita ketahui nilai Baht Thailand merosot 40% dan Peso Philipina 35.8% sejak sebelum krisis terjadi. Bila kita ambil penurunan yang terburuk saja, maka penurunan 40% dari Rp2400 itu adalah Rp4000. Karenanya angka Rp5000 yang saya berikan itu adalah angka konservatif yang sebenarnya sudah pernah diberikan oleh Stanley Fischer pada bulan Juni lalu. Saat ini rupiah berada di sekitar Rp7800 menurut saya karena pasar masih mendiskon negatif unsur kepercayaan yang memang saat ini sangat rendah. Seperti kita ketahui, krisis yang terjadi di Indonesia selama ini sumbernya karena krisis kepercayaan. Karenanya bagi saya, untuk bisa memulihkan segera krisis yang bekepanjangan ini mau tidak mau unsur kepercayaan tersebut baik dari investor lokal, luar negeri atau pun masyarakat luas harus segera dikembalikan. Indonesia jelas tidak bisa dibandingkan dengan Thailand dan Philipina. Tidak bisa dibandingkan disini bukan dalam artian lebih buruk tapi malah lebih
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Jelas paruh atas dari posting Bung Irwan tidak berhubungan dengan separuh yang bagian bawah dari posting ini. Mengapa? - Sudah ngomongin AR yang didukung banyak pihak kecuali PDIP+PKB. Ingat lho, PKB waktu itu belum tahu keseriusan pengangkatan Gusdur sebagai capres. Coba kalau sudah tahu, PDIP bakalan sendirian. Paling dibelain sama Matori yang sempet diiming-imingin jadi wapres. - Sudah ngomongin AT yang juga didukung oleh PDIP - Lagi-lagi kepercayaan RAKYAT untuk Megawati - Tidak memperhitungkan manuver PDIP yang berusaha merangkul Golkar dengan mengiming-imingi AT jawaban wakil presiden. - Jadi mana tuh kepercayaan rakyat bahwa PDIP anti Golkar? +anjas From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut]) Date: Fri, 8 Oct 1999 17:51:50 EDT In a message dated 10/8/99 12:01:46 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Untuk Irwan... Yaaahhh segitu aja kemampuannya... di challange tuh sama KKG... kalau saya sih... udah bisa tulisan saya masuk koran, saya langsung bikin analisa baru deh yang menyokong pendapat saya. Hancurin KKG sekalian, liat sampai dimana dia bisa ber"argue" Irwan: KKG mengatakan "TIDAK MENJAMIN". Siapapun akan maklum dalam floating system, apalagi free floating system yg kita anut sekarang, pergerakan rupiah itu ditentukan oleh kekuatan pasar. Sekali2 bisa saja digerakan dengan intervensi, tapi buntut2nya ya kekuatan pasar lagi nanti yg akan lebih berperan. Jadi jelas tidak ada yg bisa menjamin, kalau justru ada yg berani bilang bisa menjamin, itu yg perlu dipertanyakan. Bank sentral Jepang saja sering kewalahan menghadapi kekuatan pasar seperti sempat 1-3 minggu terakhir ini menghadapi penguatan Yen terlalu cepat buat mereka. Saya pribadi juga tidak pernah mengeluarkan kata2 menjamin karena memang kata2 "MENJAMIN" itu sangat diharamkan dilingkungan trader. Yang saya berikan hanyalah sebuah prediksi berdasarkan analisa2 yg saya lakukan. Silahkan mau dipercayai atau tidak, tidak ada paksaan alias bebas karena memang untung dan rugi ditanggung sendiri2:) Di milis [EMAIL PROTECTED] pun saya belum memberikan rekomendasi borong rupiah seperti yg sudah2 saya lakukan bila melihat sinyal kuat karena memang saya belum melihat sinyal kuat tersebut baik secara situasi atau pun grafik. Dari secara grafik saat ini sedang tahap konsolidasi untuk gerakan kencang berikutnya. Tunggu tanggal mainnya, pada saatnya nanti saya akan lepaskan rekomendasi (jual atau beli), bila sinyal itu sudah datang. Sudah beberapa kali saya memberikan rekomendasi borong rupiah di milis tersebut ketika rupiah beberapa kali mencoba menyentuh 10 ribu beberapa waktu yg lalu dan saat itu sudah beredar rumors kuat rupiah akan menembus 10 ribu bahkan bisa lebih parah lagi. Saya lemparkan rekomendasi berikut analisa baik secara situasi dan juga grafik yg ada (para trader/spekulan sering menggunakan grafik sebagai salah satu pedoman gerakan). Faktanya? Beberapa kali rupiah gagal dipaksa tembus 10 ribu dan malah menguat menembus 8000 dan bahkan pernah menembus 7000. Selain rekomendasi borong rupiah, saya pun beberapa kali kasih rekomendasi profit taking dan saat itu rupiah memang akhirnya melemah. Apakah saya yg menggerakan rupiah? Jelas tidak, saya hanya mencoba mengantisipasi gerakan rupiah ke depan berdasarkan data2 yg saya miliki dan juga para trader lainnya miliki. Saya sebagai trader memang terbiasa dalam analisa2 memberikan angka2 target. Ini yg tampaknya belum terbiasa dikonsumsi oleh sebagian masyarakat. Apakah di artikel tersebut KKG memberi jaminan bahwa rupiah tidak akan ke Rp5000 bila kondisi yg saya sebutkan terpenuhi? Tidak juga toh...:) Di akhir paragraf KKG menambahkan komentarnya bahwa rupiah saat ini undervalued. Dengan bahasa lain, KKG mengatakan rupiah akan menguat di waktu mendatang hanya saja dia tidak tahu bisa sampai berapa. Saya bisa menerima pendapatnya sebagai suatu pendapat. Pendapat saya tidak ditentukan atau pun dibatasi oleh pendapat orang lain. Dari mana angka Rp5000 itu saya peroleh? Perhatikan perhitungan dengan menggunakan asumsi situasi dibawah ini. Saya kutipkan saja cuplikan dari tulisan susulan saya ke detik.com untuk melengkapi yg kemarin itu, belum dimuat sampai saat ini dan kemungkinan besar tampaknya tidak akan dimuat seperti tanggapan saya atas komentar pembaca, Rizal, di detik.com yg saya kirim pada hari yg sama ketika komentar itu dimuat. --cuplikan dari tulisan susulan-- Walau demikian, angka Rp5000 itu bukan lahir begitu saja. Saya menggunakan ukuran perbandingan situasi dengan negara Thailand dan Philipina. Sebelum krisis Juli 1997 lalu per dolar AS, nilai kurs rupiah adalah Rp2400, Baht Thailand 24 dan Peso Philipina 26. Pagi tadi jam 9:43 AM waktu Jakarta, kurs Rupiah 7825, Baht Thailand 40.05, Peso Philipina 40.5. Dari angka2 di atas kita ketahui nilai Baht
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Hehehehe... emang paling susah mengakui kelemahan seseorang. :) Kalo boleh saya kasih analisa tentang rupiah sedikit. Menurut saya pribadi fluktuasi rupiah di Indonesia memang benar2 tidak tahu diri. kenapa begitu. karena bila dilihat dari semua teori ekonomi tidak mungkin rupiah seperti sekarang ini. Bahkan soros sendiri yang ngancurin asia mengakui bahwa saat dia mencoba berspekulasi dengan mata uang asia, dia sendiri tidak pernah memiliki analisa rupiah akan free fall seperti ini. Beberapa proffesor saya di American Uni. sendiri paling males kalo udah bahas masalah Indonesia beserta currencynya. alasannya: apapun teori yang dipake pasti salah. terlalu aneh.. bukan sulit ... terlalu aneh untuk diprediksi. terlalu banyak faktor x yang berperan. Politik memang ikut berperan tapi tidak banyak. paling 10 % .. sisanya banyak banget.. itulah makanya waktu saya baca tulisan mr. irwan ini senyum2 sendiri. kok bisa begitu dengan mega jadi presiden rupiah jadi 5000. menurut saya sendiri dengan rupiah 5000 tidak akan membuat ekonomi indonesia membaik. yang kita butuhkan adalah rupiah yang stabil. yang bisa dipakai/dipatok para pelaku bisnis kita untuk berdagang. so buat rekan2 yang memang lagi belajar disini seperti saya.. kita masih perlu banyak belajar dari orang amerika. bukan bermaksud sombong. tapi orang indonesia ini emang typicallnya kalo punya lebih sedikit merasa lebih segunung. Wassalam, Faran -- On Fri, 8 Oct 1999 17:51:50Irwan Ariston Napitupulu wrote: In a message dated 10/8/99 12:01:46 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Untuk Irwan... Yaaahhh segitu aja kemampuannya... di challange tuh sama KKG... kalau saya sih... udah bisa tulisan saya masuk koran, saya langsung bikin analisa baru deh yang menyokong pendapat saya. Hancurin KKG sekalian, liat sampai dimana dia bisa ber"argue" Irwan: KKG mengatakan "TIDAK MENJAMIN". Siapapun akan maklum dalam floating system, apalagi free floating system yg kita anut sekarang, pergerakan rupiah itu ditentukan oleh kekuatan pasar. Sekali2 bisa saja digerakan dengan intervensi, tapi buntut2nya ya kekuatan pasar lagi nanti yg akan lebih berperan. Jadi jelas tidak ada yg bisa menjamin, kalau justru ada yg berani bilang bisa menjamin, itu yg perlu dipertanyakan. Bank sentral Jepang saja sering kewalahan menghadapi kekuatan pasar seperti sempat 1-3 minggu terakhir ini menghadapi penguatan Yen terlalu cepat buat mereka. Saya pribadi juga tidak pernah mengeluarkan kata2 menjamin karena memang kata2 "MENJAMIN" itu sangat diharamkan dilingkungan trader. Yang saya berikan hanyalah sebuah prediksi berdasarkan analisa2 yg saya lakukan. Silahkan mau dipercayai atau tidak, tidak ada paksaan alias bebas karena memang untung dan rugi ditanggung sendiri2:) Di milis [EMAIL PROTECTED] pun saya belum memberikan rekomendasi borong rupiah seperti yg sudah2 saya lakukan bila melihat sinyal kuat karena memang saya belum melihat sinyal kuat tersebut baik secara situasi atau pun grafik. Dari secara grafik saat ini sedang tahap konsolidasi untuk gerakan kencang berikutnya. Tunggu tanggal mainnya, pada saatnya nanti saya akan lepaskan rekomendasi (jual atau beli), bila sinyal itu sudah datang. Sudah beberapa kali saya memberikan rekomendasi borong rupiah di milis tersebut ketika rupiah beberapa kali mencoba menyentuh 10 ribu beberapa waktu yg lalu dan saat itu sudah beredar rumors kuat rupiah akan menembus 10 ribu bahkan bisa lebih parah lagi. Saya lemparkan rekomendasi berikut analisa baik secara situasi dan juga grafik yg ada (para trader/spekulan sering menggunakan grafik sebagai salah satu pedoman gerakan). Faktanya? Beberapa kali rupiah gagal dipaksa tembus 10 ribu dan malah menguat menembus 8000 dan bahkan pernah menembus 7000. Selain rekomendasi borong rupiah, saya pun beberapa kali kasih rekomendasi profit taking dan saat itu rupiah memang akhirnya melemah. Apakah saya yg menggerakan rupiah? Jelas tidak, saya hanya mencoba mengantisipasi gerakan rupiah ke depan berdasarkan data2 yg saya miliki dan juga para trader lainnya miliki. Saya sebagai trader memang terbiasa dalam analisa2 memberikan angka2 target. Ini yg tampaknya belum terbiasa dikonsumsi oleh sebagian masyarakat. Apakah di artikel tersebut KKG memberi jaminan bahwa rupiah tidak akan ke Rp5000 bila kondisi yg saya sebutkan terpenuhi? Tidak juga toh...:) Di akhir paragraf KKG menambahkan komentarnya bahwa rupiah saat ini undervalued. Dengan bahasa lain, KKG mengatakan rupiah akan menguat di waktu mendatang hanya saja dia tidak tahu bisa sampai berapa. Saya bisa menerima pendapatnya sebagai suatu pendapat. Pendapat saya tidak ditentukan atau pun dibatasi oleh pendapat orang lain. Dari mana angka Rp5000 itu saya peroleh? Perhatikan perhitungan dengan menggunakan asumsi situasi dibawah ini. Saya kutipkan saja cuplikan dari tulisan susulan saya ke detik.com untuk melengkapi yg kemarin itu, belum dimuat sampai saat ini dan kemungkinan besar tampaknya tidak akan dimuat
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/8/99 6:08:47 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Jelas paruh atas dari posting Bung Irwan tidak berhubungan dengan separuh yang bagian bawah dari posting ini. Mengapa? - Sudah ngomongin AR yang didukung banyak pihak kecuali PDIP+PKB. Ingat lho, PKB waktu itu belum tahu keseriusan pengangkatan Gusdur sebagai capres. Coba kalau sudah tahu, PDIP bakalan sendirian. Paling dibelain sama Matori yang sempet diiming-imingin jadi wapres. - Sudah ngomongin AT yang juga didukung oleh PDIP - Lagi-lagi kepercayaan RAKYAT untuk Megawati - Tidak memperhitungkan manuver PDIP yang berusaha merangkul Golkar dengan mengiming-imingi AT jawaban wakil presiden. - Jadi mana tuh kepercayaan rakyat bahwa PDIP anti Golkar? +anjas Irwan: Bung Anjas, ini dari posting saya tersebut adalah menjawab hal yg berhubungan dengan angka "5000". Saya lihat anda tidak memberikan komentar atas apa yg saya sampaikan seputar dasar dari saya memberikan angka "5000". Mudah2an anda dan rekan2 lainnya kini melihat bahwa sebenarnya angka 5000 itu bukan angka yg terlalu mengada2 atau pun terlalu optimis. Mengenai komentar anda di atas, saya hanya bisa menyampaikan sudut pandang anda dan saya berbeda. Saya berusaha agar kita kembali ke demokrasi rakyat ketimbang demokrasi arisan, sementara anda tidak keberatan dengan demokrasi arisan. Bila diskusi dengan landasan yg berbeda ini diteruskan, sampai kapan pun tidak akan ketemu. Sama juga dengan diskusi yg mengatakan konstitusi kita mengatakan bahwa presiden dipilih oleh MPR dan bukan rakyat. Siapa pun tahu ini, itulah sebabnya kenapa saya sering nulis agar para wakil di MPR mau menghormati pilihan rakyat. Justru akan menjadi aneh kalau saya menulis hal yg sama bila presidennya sudah dipilih langsung oleh rakyat. Saya menulis hal tersebut karena sebenarnya saya dan mereka para wakil rakyat punya semangat yg sama yg menginginkan pemilihan langsung oleh rakyat untuk memilih presiden pada pemilu tahun 2004. Bedanya, semangat saya itu langsung diterapkan saja pada hasil pemilu sekarang yg sama2 kita ketahui bahwa pemilu kemarin diadakan untuk memilih presiden yg baru sehingga kita bisa melihat pemilu yg lalu partai2 mayoritas banyak yg berkampanye dengan mengajukan capresnya masing2. Capres dijadikan "alat jual" mendapatkan suara. Sayangnya menurut saya, wakil2 yg sekarang sebagian masih mencoba memanfaatkan konstitusi untuk kepentingan2 tertentu ketimbang mendahulukan semangat rakyat yg bisa kita lihat dari hasil pemilu lalu. Jangan kaget dan heran nanti kalau dari mulut yg sama mereka meminta konstitusi yg memuat tentang pemilihan presiden dirubah agar presiden bisa dipilih secara langsung oleh rakyat. Aneh bukan, bila nantinya mereka meminta konstitusi dirubah tapi sementara ini memanfaatkan konstitusi yg sama untuk membenarkan penolakan atas capres pilihan rakyat dari hasil pemilu lalu. Inilah politik. Dagang kiri dagang kanan seperti merupakan hal biasa saja. Sementara sebagian rakyat menanti dengan was2 akan nasib mereka dan mereka dipaksa harus menyadari dan menerima bahwa ternyata suara mereka di pemilu kemarin bukan suara final jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Bung +Anjas, Faran, Soe YMT sudahlah, nggak usah ribut2 (apalagi pakai voting:), musyawarah aja deh. Biar $ bisa turun ke 5,000 perak. Bagaimanapun kita harus hargai "keberanian" penulis, - berani nekad, dan - berani mengelabui Detik.com --- Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote: Jelas paruh atas dari posting Bung Irwan tidak berhubungan dengan separuh yang bagian bawah dari posting ini. Mengapa? - Sudah ngomongin AR yang didukung banyak pihak kecuali PDIP+PKB. Ingat lho, PKB waktu itu belum tahu keseriusan pengangkatan Gusdur sebagai capres. Coba kalau sudah tahu, PDIP bakalan sendirian. Paling dibelain sama Matori yang sempet diiming-imingin jadi wapres. - Sudah ngomongin AT yang juga didukung oleh PDIP - Lagi-lagi kepercayaan RAKYAT untuk Megawati - Tidak memperhitungkan manuver PDIP yang berusaha merangkul Golkar dengan mengiming-imingi AT jawaban wakil presiden. - Jadi mana tuh kepercayaan rakyat bahwa PDIP anti Golkar? +anjas From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut]) Date: Fri, 8 Oct 1999 17:51:50 EDT In a message dated 10/8/99 12:01:46 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Untuk Irwan... Yaaahhh segitu aja kemampuannya... di challange tuh sama KKG... kalau saya sih... udah bisa tulisan saya masuk koran, saya langsung bikin analisa baru deh yang menyokong pendapat saya. Hancurin KKG sekalian, liat sampai dimana dia bisa ber"argue" Irwan: KKG mengatakan "TIDAK MENJAMIN". Siapapun akan maklum dalam floating system, apalagi free floating system yg kita anut sekarang, pergerakan rupiah itu ditentukan oleh kekuatan pasar. Sekali2 bisa saja digerakan dengan intervensi, tapi buntut2nya ya kekuatan pasar lagi nanti yg akan lebih berperan. Jadi jelas tidak ada yg bisa menjamin, kalau justru ada yg berani bilang bisa menjamin, itu yg perlu dipertanyakan. Bank sentral Jepang saja sering kewalahan menghadapi kekuatan pasar seperti sempat 1-3 minggu terakhir ini menghadapi penguatan Yen terlalu cepat buat mereka. Saya pribadi juga tidak pernah mengeluarkan kata2 menjamin karena memang kata2 "MENJAMIN" itu sangat diharamkan dilingkungan trader. Yang saya berikan hanyalah sebuah prediksi berdasarkan analisa2 yg saya lakukan. Silahkan mau dipercayai atau tidak, tidak ada paksaan alias bebas karena memang untung dan rugi ditanggung sendiri2:) Di milis [EMAIL PROTECTED] pun saya belum memberikan rekomendasi borong rupiah seperti yg sudah2 saya lakukan bila melihat sinyal kuat karena memang saya belum melihat sinyal kuat tersebut baik secara situasi atau pun grafik. Dari secara grafik saat ini sedang tahap konsolidasi untuk gerakan kencang berikutnya. Tunggu tanggal mainnya, pada saatnya nanti saya akan lepaskan rekomendasi (jual atau beli), bila sinyal itu sudah datang. Sudah beberapa kali saya memberikan rekomendasi borong rupiah di milis tersebut ketika rupiah beberapa kali mencoba menyentuh 10 ribu beberapa waktu yg lalu dan saat itu sudah beredar rumors kuat rupiah akan menembus 10 ribu bahkan bisa lebih parah lagi. Saya lemparkan rekomendasi berikut analisa baik secara situasi dan juga grafik yg ada (para trader/spekulan sering menggunakan grafik sebagai salah satu pedoman gerakan). Faktanya? Beberapa kali rupiah gagal dipaksa tembus 10 ribu dan malah menguat menembus 8000 dan bahkan pernah menembus 7000. Selain rekomendasi borong rupiah, saya pun beberapa kali kasih rekomendasi profit taking dan saat itu rupiah memang akhirnya melemah. Apakah saya yg menggerakan rupiah? Jelas tidak, saya hanya mencoba mengantisipasi gerakan rupiah ke depan berdasarkan data2 yg saya miliki dan juga para trader lainnya miliki. Saya sebagai trader memang terbiasa dalam analisa2 memberikan angka2 target. Ini yg tampaknya belum terbiasa dikonsumsi oleh sebagian masyarakat. Apakah di artikel tersebut KKG memberi jaminan bahwa rupiah tidak akan ke Rp5000 bila kondisi yg saya sebutkan terpenuhi? Tidak juga toh...:) Di akhir paragraf KKG menambahkan komentarnya bahwa rupiah saat ini undervalued. Dengan bahasa lain, KKG mengatakan rupiah akan menguat di waktu mendatang hanya saja dia tidak tahu bisa sampai berapa. Saya bisa menerima pendapatnya sebagai suatu pendapat. Pendapat saya tidak ditentukan atau pun dibatasi oleh pendapat orang lain. Dari mana angka Rp5000 itu saya peroleh? Perhatikan perhitungan dengan menggunakan asumsi situasi dibawah ini. Saya kutipkan saja cuplikan dari tulisan susulan saya ke detik.com untuk melengkapi yg kemarin itu, belum dimuat sampai saat ini dan kemungkinan besar tampaknya tidak akan dimuat seperti tanggapan saya atas komentar pembaca, Rizal, di detik.com yg saya kirim pada hari yg sama ketika komentar it
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
Kalau saya ingin menghimbau, tulisan Bung Irwan belum tentu benar, tetapi paling tidak beliau telah berani mengeluarkan hasil pemikirannya. Dan mudah2an ide-nya adalah 'genuine'... Nah, bagi yang kurang (atau tidak) setuju dengan pandangan beliau, akan lebih baik lagi kalau penyanggahannya dibuat dengan baik (dan manis). Jangan malah dengan umpatan, ledekan atau apapun namanya. Salam, bRidWaN At 04:35 PM 10/8/99 -0700, Priyo Pujiwasono wrote: Bung +Anjas, Faran, Soe YMT sudahlah, nggak usah ribut2 (apalagi pakai voting:), musyawarah aja deh. Biar $ bisa turun ke 5,000 perak. Bagaimanapun kita harus hargai "keberanian" penulis, - berani nekad, dan - berani mengelabui Detik.com --- Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] wrote: Jelas paruh atas dari posting Bung Irwan tidak berhubungan dengan separuh yang bagian bawah dari posting ini. Mengapa? - Sudah ngomongin AR yang didukung banyak pihak kecuali PDIP+PKB. Ingat lho, PKB waktu itu belum tahu keseriusan pengangkatan Gusdur sebagai capres. Coba kalau sudah tahu, PDIP bakalan sendirian. Paling dibelain sama Matori yang sempet diiming-imingin jadi wapres. - Sudah ngomongin AT yang juga didukung oleh PDIP - Lagi-lagi kepercayaan RAKYAT untuk Megawati - Tidak memperhitungkan manuver PDIP yang berusaha merangkul Golkar dengan mengiming-imingi AT jawaban wakil presiden. - Jadi mana tuh kepercayaan rakyat bahwa PDIP anti Golkar? +anjas From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut]) Date: Fri, 8 Oct 1999 17:51:50 EDT In a message dated 10/8/99 12:01:46 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Untuk Irwan... Yaaahhh segitu aja kemampuannya... di challange tuh sama KKG... kalau saya sih... udah bisa tulisan saya masuk koran, saya langsung bikin analisa baru deh yang menyokong pendapat saya. Hancurin KKG sekalian, liat sampai dimana dia bisa ber"argue" Irwan: KKG mengatakan "TIDAK MENJAMIN". Siapapun akan maklum dalam floating system, apalagi free floating system yg kita anut sekarang, pergerakan rupiah itu ditentukan oleh kekuatan pasar. Sekali2 bisa saja digerakan dengan intervensi, tapi buntut2nya ya kekuatan pasar lagi nanti yg akan lebih berperan. Jadi jelas tidak ada yg bisa menjamin, kalau justru ada yg berani bilang bisa menjamin, itu yg perlu dipertanyakan. Bank sentral Jepang saja sering kewalahan menghadapi kekuatan pasar seperti sempat 1-3 minggu terakhir ini menghadapi penguatan Yen terlalu cepat buat mereka. Saya pribadi juga tidak pernah mengeluarkan kata2 menjamin karena memang kata2 "MENJAMIN" itu sangat diharamkan dilingkungan trader. Yang saya berikan hanyalah sebuah prediksi berdasarkan analisa2 yg saya lakukan. Silahkan mau dipercayai atau tidak, tidak ada paksaan alias bebas karena memang untung dan rugi ditanggung sendiri2:) Di milis [EMAIL PROTECTED] pun saya belum memberikan rekomendasi borong rupiah seperti yg sudah2 saya lakukan bila melihat sinyal kuat karena memang saya belum melihat sinyal kuat tersebut baik secara situasi atau pun grafik. Dari secara grafik saat ini sedang tahap konsolidasi untuk gerakan kencang berikutnya. Tunggu tanggal mainnya, pada saatnya nanti saya akan lepaskan rekomendasi (jual atau beli), bila sinyal itu sudah datang. Sudah beberapa kali saya memberikan rekomendasi borong rupiah di milis tersebut ketika rupiah beberapa kali mencoba menyentuh 10 ribu beberapa waktu yg lalu dan saat itu sudah beredar rumors kuat rupiah akan menembus 10 ribu bahkan bisa lebih parah lagi. Saya lemparkan rekomendasi berikut analisa baik secara situasi dan juga grafik yg ada (para trader/spekulan sering menggunakan grafik sebagai salah satu pedoman gerakan). Faktanya? Beberapa kali rupiah gagal dipaksa tembus 10 ribu dan malah menguat menembus 8000 dan bahkan pernah menembus 7000. Selain rekomendasi borong rupiah, saya pun beberapa kali kasih rekomendasi profit taking dan saat itu rupiah memang akhirnya melemah. Apakah saya yg menggerakan rupiah? Jelas tidak, saya hanya mencoba mengantisipasi gerakan rupiah ke depan berdasarkan data2 yg saya miliki dan juga para trader lainnya miliki. Saya sebagai trader memang terbiasa dalam analisa2 memberikan angka2 target. Ini yg tampaknya belum terbiasa dikonsumsi oleh sebagian masyarakat. Apakah di artikel tersebut KKG memberi jaminan bahwa rupiah tidak akan ke Rp5000 bila kondisi yg saya sebutkan terpenuhi? Tidak juga toh...:) Di akhir paragraf KKG menambahkan komentarnya bahwa rupiah saat ini undervalued. Dengan bahasa lain, KKG mengatakan rupiah akan menguat di waktu mendatang hanya saja dia tidak tahu bisa sampai berapa. Saya bisa menerima pendapatnya sebagai suatu pendapat. Pendapat saya tidak ditentukan atau pun dibatasi
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/8/99 6:52:54 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Hehehehe... emang paling susah mengakui kelemahan seseorang. :) Irwan: Jangan takut, saya bukan tipe orang yg merasa diri super...:) Di milis rupiah atau pun saham, kalau saya salah saya akan katakan terus terang. Kalau saya bingung akan suatu gerakan, saya juga katakan terus terang. Bung Ridwan dan bung Yusuf yg kebetulan ikutan milis saham bisa mengkonfirmasikan apa yg saya katakan ini. Saya manusia biasa mengakui keterbatasan saya, tapi bukan berarti saya harus rendah diri atas keterbatasan yg saya miliki. Faran: Kalo boleh saya kasih analisa tentang rupiah sedikit. Menurut saya pribadi fluktuasi rupiah di Indonesia memang benar2 tidak tahu diri. kenapa begitu. karena bila dilihat dari semua teori ekonomi tidak mungkin rupiah seperti sekarang ini. Bahkan soros sendiri yang ngancurin asia mengakui bahwa saat dia mencoba berspekulasi dengan mata uang asia, dia sendiri tidak pernah memiliki analisa rupiah akan free fall seperti ini. Irwan: Soal Soros? Jangan khawatir, dia tetap manusia biasa yg terbuka kemungkinan salah. Keberhasilan di Poundsterling tidak menjadikan garansi dia akan berhasil di Yen yg memang terbukti dia loss sewaktu bermain Yen. Kenapa dia (juga saya) tidak pernah menyangka rupiah kemarin2 itu bisa sampai free fall? Menurut saya karena dia (juga) tidak bisa memperkirakan berapa banyak rupiah yg kabur dari tanah air dalam bentuk dolar yg dilakukan oleh para pengusaha dan pejabat kita serta juga sebagian masyarakat lainnya. Seiring dengan berjalannya waktu, kini grafik rupiah sudah terbentuk. Dulu belum terbentuk karena kita yg mengenal manage floating system. Tampaknya pasar saat itu sedang mencari arah. Saya termasuk yg dibilang gila ketika memberikan prediksi rupiah akan kembali menembus 10 ribu ketika saat itu berada di 14 ribu. Beberapa kali analisa saya harus bertentangan dengan rekan Theo Toemion akan arah gerakan rupiah, dan tampaknya rekan2 di milis rupiah seperti yg pernah salah seorang ungkapkan secara terbuka dia lebih mempercayai analisa saya ketimbang Theo. Apakah saya lebih jago dari Theo? Jelas itu bukan ukuran menentukan jago karena kami para trader analis sama2 mengakui bahwa analisa hanyalah sebuah analisa yg bisa memiliki perbedaan asumsi. Seorang rekan di milis rupiah bahkan pernah ada yg meminta agar saya juga memberikan analisa2 atas tulisan dari pemain/analis asing yg sering dimuat reuter dan dikirimkan secara periodik oleh seorang netter. Saya hanya menjawab bahwa setiap analisa itu biasanya punya asumsi2. Biarlah analisa2 pihak asing dan saya tersebut di milis rupiah tetap tampil apa adanya. Tinggal terserah anggota milis melihat dan menilai mana yg menurut mereka lebih tepat ke lapangan. Saya pun sering mengingatkan pada mereka bahwa jangan percaya penuh dengan apa yg dikatakan oleh analisa baik lokal mau pun internasional. Mereka juga perlu melakukan juga riset (DD) sendiri sebelum mengambil keputusan. Karena memang seorang analis tidak akan pernah memberikan jaminan 100% atas kebenaran analisanya. Faran: Beberapa proffesor saya di American Uni. sendiri paling males kalo udah bahas masalah Indonesia beserta currencynya. alasannya: apapun teori yang dipake pasti salah. terlalu aneh.. bukan sulit . .. terlalu aneh untuk diprediksi. terlalu banyak faktor x yang berperan. Irwan: Ini yg mungkin menjadi nilai tambah saya karena kebetulan saya orang Indonesia dan bisa tahu lebih cepat dari mereka...:) Saya pun dulu yg termasuk menentang arus dengan membuat analisa yg keluar dari teori biasa dimana saya menyarankan bila ingin melihat rupiah menguat dan inflasi menurun, maka pemerintah harus menurunkan suku bunga:) Terbukti setelah akhirnya pemerintah lewat BI mengambil kebijakan seperti itu, inflasi dan rupiah menguat:) Bandingkan dengan IMF yg saat itu malah menyarankan menaikkan suku bunga dan pajak agar mencegah hyperinflation dan jatuhnya mata uang lebih jauh. Pernah saya singgung dalam analisa panjang yg pernah saya buat bulan Januari (bukan Februari) 1998. Ringkasannya bisa dilihat disini: http://www.geocities.com/WallStreet/2055/ringk.html Anda juga bisa perhatikan apa2 saja usulan saya tersebut yg dilakukan pemerintah dan mana2 saja yg belum. Baca juga analisa panjangnya yg dapat didownload dari alamat dengan mengunjungi alamat di atas. Faran: Politik memang ikut berperan tapi tidak banyak. paling 10 % .. sisanya banyak banget.. Irwan: Dan anda percaya ucapan dosen asing anda tersebut atas angka 10%? Anda tidak bersikap kritis dengan bertanya kenapa 10%? Kenapa tidak 5% atau 25%? Apa dasarnya dia mengatakan 10%, apakah didukung oleh data ataukah hanya ngira2 saja? Ataukah karena dia dosen anda maka anda amin-kan semua pendapatnya? Sudah saatnya kita lebih kritis walau itu diucapkan oleh bule sekalipun. Mereka sama2 manusia seperti kita, bedanya mereka bule kita bukan, itu saja...hehehehe Faran: itulah makanya waktu saya baca
Re: Tanggapan atas komentar KKG (was: Re: [cakit peut])
In a message dated 10/8/99 8:31:24 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Kalau saya ingin menghimbau, tulisan Bung Irwan belum tentu benar, tetapi paling tidak beliau telah berani mengeluarkan hasil pemikirannya. Dan mudah2an ide-nya adalah 'genuine'... Irwan: Betul bung bridwan. Dalam suatu analisa/prediksi saya tidak pernah membuat "JAMINAN 100%" . Mungkin karena masih ada bagian masyarakat yg belum bisa membedakan mana opini seseorang dan mana berita. Opini atau pun analisa2 saya atas rupiah dan saham semuanya berdasarkan pengamatan atas pasar, karakter pasar, sentimen pasar. Saya hanya coba terjemahin dalam bentuk kata2 dan sekaligus mencoba mengantisipasi bila suatu skenario terjadi. Saya katakan bahwa bila Megawati bisa terpilih secara aklamasi rupiah akan mencoba menembus Rp5000 hendaknya tidak diartikan bahwa kalau capres lain terpilih, katakanlah Gus Dur, maka rupiah akan anjlok. Di dalam artikel tersebut pun saya tidak membuat prediksi sedikitpun akan rupiah dan saham bila capres yg terpilih adalah Gus Dur. Kenapa? Karena memang saya kurang data untuk hal tersebut. Selama ini sepengamatan saya terhadap pergerakan2 yg ada ya mengidentifikasikan hal demikian. Nah, kalau mau menyangkal opini saya, silahkan tunjukan hal tersebut. Tapi jangan hanya mengirimkan komentar2 yg hanya penuh emosional saja. Walau demikian saya maklum koq, tampaknya analisa yg saya berikan tidak sesuai dengan harapan mereka atau bahkan mungkin interest mereka...:) Makanya, saya mah bisa maklum bila ada ketakutan rakyat2 kecil yg memilih Megawati bisa ngamuk bila jagoannya/harapannya tidak terpenuhi. Lah yg katanya educated bisa ngamuk/emosional membaca pendapat yg tidak sesuai dengan pikiran ataupun kepentingannya. Bukankah jadi aneh dilihat, di satu sisi mereka meminta pemilih Megawati untuk bisa menerima bila nanti capres yg terpilih tidak sesuai dengan yg mereka mauin, eh di sisi lain mereka ngamuk/emosional ketika membaca suatu opini yg tidak sesuai dengan harapan/kepentingan mereka. Ironis memang...:) bridwan: Nah, bagi yang kurang (atau tidak) setuju dengan pandangan beliau, akan lebih baik lagi kalau penyanggahannya dibuat dengan baik (dan manis). Jangan malah dengan umpatan, ledekan atau apapun namanya. Irwan: Ini yg saya tunggu2 sebenarnya. Soal 35% yg katanya tidak bisa dikatakan mewakili rakyat, sudah saya berikan landasan berpikirnya. Soal angka Rp5000 pun sudah saya berikan perhitungan atas dasar perbandingan negara dan situasi. Soal kenapa Megawati, juga sudah saya berikan dasar pemikirannya. Soal kenapa sebaiknya tidak voting tapi secara aklamasi pun sudah saya berikan dasar pemikirannya. Walau demikian, saya sadar koq kemungkinan tidak voting itu kecil, tapi itu tidak menyurutkan saya untuk menyuarakan kebenaran yg menurut saya perlu kita terapkan. Sama juga seperti upaya menghapus korupsi yg bisa dibilang hampir tidak mungkin. Tapi, walau hampir tidak mungkin itu toh bukan berarti kita jadikan alasan untuk tidak bersuara, bukan? Namanya opini itu masih bisa diperdebatkan. Umumnya sih akan berkisar pada asumsi yg digunakan. Tapi, bagaimana kita bisa adu argumentasi kalau yg memberi respon hanya kasih komentar2 seperti: "detik.com kecolongan", "koq cuma segitu doang analisanya", "terlalu optimis", "sudahlah, irwan ngga usah diladeni", "jauh2 sekolah bisanya cuma nulis segitu", dan komentar2 sejenis yg sudah rekan2 lihat sendiri. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu