[teknologia] Re: top posting
On 11/22/05, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote: On 11/22/05, enda nasution [EMAIL PROTECTED] wrote: On 11/22/05, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote: Sebenarnya pengembang Gmail ini sangat kreatif. *Siapa coba yang kepikiran bikin sistem email model percakapan kayak gini?* Makanya, sangat bagus buat mailing list, 'Re:'-nya ga usah banyak - banyak dan ga bikin pusing hehehe :) ...Siapa coba yang kepikiran bikin sistem email model percakapan kayak gini? Para insinyur di Google lah. OOT: Halah... iki ketularan posting di milis gajah ini... Informasi yang BASBANG! :-) IMHO, pertanyaan model retoris yang kamu ajukan yang basbang. Gue menikmati sih pertanyaan retoris sebagai bagian dari gaya bahasa, yg dalam hal ini mencoba menggambarkan betapa cerdas para engineer di Google karena mereka yang pertema mewujudkan sistem email reader ber-thread. Pertanyaan retoris sah-sah aja diajukan karenanya, yg jadi masalah adalah, kalo kemudian pertanyaan retoris [yg iya saya tahu memang sebenarnya tidak perlu dijawab] terus dijawab, lalu memangnya kenapa? Apa lalu jadi basbang? Kalo tidak ingin mendapat jawaban, lebih baik tidak usah ditanya atau tidak usah mengajukan pertanyaan retoris. Karena memberi jawaban adalah hak semua orang.--enda Visit my blog. Click herehttp://enda.goblogmedia.com
[teknologia] Re: top posting
yg dalam hal ini mencoba menggambarkan betapa cerdas para engineer di Google karena mereka yang pertema mewujudkan sistem email reader ber-thread. Kayak yang gua bilang di email sebelumnya,si Google recruit orang-orang IT terbaik di seluruh dunia dengan harga tinggi. Coba deh bayangin,kenapa web-based produk seperti Google mau recruit hardware/ASIC developer atau penulis kode routing-protocol BGP. Gak make sense kalau dari sisi bisnis karena core competency antara kandidat dan perushaan beda jauh. Tapi,itulah Google,yang tiap inovasinya bisa bikin kita terhenyak. Carlos
[teknologia] Re: Google (was: Re: Gosip IT :) )
On 11/21/2005 at 7:59 PM David Sudjiman wrote: Sekarang Google, saya sekali lagi masi bingung dan setuju sekali kalo sebenarnya apa yang Google punya sekarang masih berupa prediksi dan expectasi saja dan belum bisa di convert ke duit. Eh, AdSense itu terobosan yang luar biasa lho. iklan lagi, iklan lagi, mungkin begitu komentar kita. Tapi kalau kita perhatikan old media, iklan itu justru segalanya ! Coba kita lihat revenue perusahaan TV, radio, koran, dll - dari mana? Ya, iklan. Karena itu dulu sampai zaman dot com, semuanya berusaha merebut porsi iklan di Web. Tapi yang dulu gagal mereka sadari adalah perbedaan fundamental di antara kedua medium ini (old/new media). Di TV, kita tidak bisa menghindari iklan. Mau ganti channel, takut kalau iklannya terlanjur habis dan kita kelewatan lanjutan acaranya. Di Web, content dan iklan tampil bersamaan. Sehingga, kita bisa menikmati content tanpa perlu memperhatikan iklan. Ketika advertiser menyadari ini, maka nilai iklan di Web jatuh drastis. Sementara di old media, mereka berani bayar gila-gilaan. Yang di Amrik tentu sudah tahu betapa mahalnya untuk pasang iklan di (misalnya) acara Super Bowl. Nah, Google menemukan solusinya : iklan yang relevan. Maka, iklan di Web kini mulai menghasilkan dampak yang diinginkan oleh para advertiser. Akibatnya sangat besar. Bayangkan kalau di old media cuma ada CNN, pasti CNN akan kaya raya tidak keruan. Nah, di new media, pada saat ini (practically) cuma ada Google sendirian. Google = banjir duit :) Tapi Web berbeda dengan TV; TV itu satu arah, sedangkan Web 2 arah / interaktif. Sehingga, revenue di Web bisa tidak hanya dari iklan saja. Ini sudah dibuktikan oleh Amazon, eBay, dll. Saya rasa, Google pun nanti akan arahnya kesini. Sudah mulai kelihatan misalnya dari Google Answers. Mungkin itu dulu - CMIIW :) Salam, Harry
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
On 11/22/2005 at 10:14 AM Pakcik wrote: Wah harus disamakan dulu yang dimaksud dengan customization. Coba kalau kita lihat produk seperti SAP, Oracle, dsb. Produk ini membutuhkan customization untuk client2nya. Sekali customization = US$1 juta cing! Sekarang udah banyak di Jakarta ginian Pak. Gak perlu BHTV. Intinya mereka reseller. Jualan di Indonesia. Reseller belum tentu bisa melakukan customization, yang saya temukan biasanya mereka cuma jual, lalu untuk customizenya mereka refer ke third-party. Duitnya gila-gilaan lho, harga produknya mungkin cuma 100 ribu dolar, tapi biaya customizationnya (agar sesuai dengan kebutuhan dari customer ybs) bisa sejuta dolar, dan memakan waktu berbulan-bulan. Saya sudah lihat sendiri ada sebuah perusahaan kecil ( 10 orang), tapi mereka kaya bukan main karena mereka bisa customize SAP, berbagai produk CRM, dst. (eh, ternyata sebetulnya mereka cuma sub-kontrakkan lagi sebetulnya, hehe) Salam, Harry
[teknologia] Re: konvergensi jaringan PABX dan data
On 11/22/05, didik achmadi [EMAIL PROTECTED] wrote: kira2 berapa ya harga sistem PABX+DATA tersebut secara keseluruhan ? Silahkan lihat http://www.clarisense.co.id (Ini start-up yang dibuat dari lab di tempat kami. Itu start-up-nya pak Armein.) -- budi
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
On 11/22/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote: tahap requirement udah gagal? dan itu pengalaman develope product? hi hi hi. tentu saja ada yang lain. tapi yang lain itu didevelop dengan tidak mengacu ke standar software engineering yang baku (alias dibuat dengan cara tukang ngoprek). yang gini ... malu ceritanya. he he he. [dulu saya buat mailbased-archive-server, jamannya orang akses internet lewat email. kemudian buat juga program bbs. tapi kalau sekarang lihat kodenya, saya malu ... he he he. support, via email.] pakcik sudah buat produk? boleh tahu produknya apa? boleh cerita pengalamannya? PS: produk2 yang kami maksudkan baru muncul sekarang2 ini. We were ahead of our time. pantesan suka gak realistis. sukanya ahead of time. nah sekarang sudah banyak yang realistis. (jadi gak buat produk lagi. he he he.) Wah harus disamakan dulu yang dimaksud dengan customization. Coba kalau kita lihat produk seperti SAP, Oracle, dsb. Produk ini membutuhkan customization untuk client2nya. Sekali customization = US$1 juta cing! Sekarang udah banyak di Jakarta ginian Pak. Gak perlu BHTV. Intinya mereka reseller. Jualan di Indonesia. Itu kan hanya sekedar contoh. PS: yang penting bukan masalah reseller SAPnya, tapi maslaah customizationnya. Atau emang BHTV itu pengen diarahkan jad seperti ide Stallman? free software? Ingat bahwa BHTV itu *TIDAK* harus software :) Dia bisa biotech, dsb. ini gak ahead of time juga Pak? tidak. malah sekarang ... terlambat. :( hahahaha .. baru dengar ada customization begini. misalnya product di develope di US. trus di suruh orang di Indonesia, yang bukan developer productnya supaya customizable. Ini benar2 cara gila. doomed. wah ... jadi gimana? semua harus didevelop di US? udah baca blognya si Danny 'the sexer' yang kerja di Riya (sebuah perusahaan baru yang mencoba mengidentifikasi seseorang dari foto. perusahaan ini lagi rame dapat sorotan.) di blognya dia cerita bagaimana enaknya punya cabang di Bangalore. ketika kantor mereka tutup di amerika (tutup jam kerja, maksudnya) maka pekerjaan pindah ke Bangalore. kerjaan bug hunting (dan tentunya memperbaiki) dikerjakan di Bangalore. pagi hari di amerika (besoknya), bug hunting pindah lagi ke amerika. cerita dari kawan di amerika, customization product mereka tidak dikerjakan di amerika tapi di negara lain di eropa (eastern europe? saya lupa negaranya apakah romania? atau ukraina, atau apa lupa saya). yang pasti, customization produk mereka dilakukan di eropa timur, bukan di amerika. ps: pekerjaan ini sudah lazim dikerjakan di india. mungkin bentar lagi vietnam nyusul. indonesia? dilewatin aja deh. Ini menandakan bahwa pak Budi hanya user. Tidak pernah develope product. waduh, benar2 gawat. kalau produk yang seorang diri, ada. tapi malu-maluin. kalau produk yang besrrr, terus ikut porsi yang besar, gakpernah tapi kalau ikut ngoprek bagian software gede, udah pernah. (hanya porsi saya juga sangat minor sehingga memalukan kalau untuk bragging.) kalau produk yang proprietary dan one shot (misal untuk proyekan, bukan yang retail) sih ada banyak. :) Jadi, saya mengklaim bahwa saya bukan pakar software eng. (Meskipun saya mengerti, tapi saya bukan pakarnya. Harus tahu diri. he he he. Jadi tentu kami2 membutuhkan bantuan, cerita, pengalaman dari rekan-rekan semua.) Bukannya pak Budi dosen Object Oriented di Elektro? am I incorrect about that? he he he. ada beda mengajarkan pemrograman dengan mengajarkan software engineering. kalau untuk software engineering, saya harus mengakui bahwa bu inge mungkin jauh lebih mumpuni dari saya. pemahaman saya mengenai software engineering hanya sebatas membaca (banyakkk referensi). jadi saya merasa belum pantas disebut pakar sofwtare engineering. gitu? [soal non-customization windows] Inilah yang membuat saya lebih suka Linux :) tapi pak Budi mau mendatangkan Microsoft. :) yup. ada kepentingan pribadi dan ada kepentingan orang banyak. kadang terpaksa kita mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan orang banyak :( Coba deh ke Silicon Valley. Jalan2... aja. Nanti baru kebayang. hehe .. bayarin ongkosnya dong Pak minta apa Carlos tuh. he he he. ada banyak cara. misalnya, ngelamar pekerjaan di sana. siapa tahu dikasih tiket untuk wawancara :) Saya malah memimimpikan adanya biotech di BHTV. :( [Life sciences di Singapore maju banget euy!] ahead to time lagi? :) waktu nonton video 100 tahun renaisance silicon valley (ya baca: 100 TAHUN!) di situ ada cerita seorang profesor yang ditarik ke stanford karena bidang dia adalah biotech. saya lupa tahunnya (mungkin tahun 1960-an ya?) entah kalau 1960-an itu mau dibilang ahead of its time sekarang ... proyek genome sudah beres(?) genentech sudah besar di silicon valley. saya rasa ... kita sudah terlambat. (ketika ke singapore 2 minggu lalu, saya ngobrol2 dengan guru di sana. lomba2 siswa/mahasiswa sudah ada yang lari ke biotech. dan mungkin yang menang dapat
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
2005/11/22, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]: Terus diskusinya, pakcik... Terlalu banyak yang mau di komentarin Pak. Panjang banget nanti. :) Gak akan ada abis2nya, tapi intinya saya merasa pak Budi dengan BHTV lebih memilih yang gak realistis. Pertama kali saya masuk milis ini, ada wacana tentang bikin journal. Sebenarnya saya mau ketawa saat itu (saya juga sindir kalau gak salah di salah satu email, i forgot). But that's your style. It's ok. Buat saya mimpi itu penting, tapi yang paling penting adalah realistis. Ketika saya tanya data SDM di Indonesia, data kerjaan yang bisa kerjakan BHTV, itulah gaya gue, pengen tau apa yang real. -- Pakcik Under Construction
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
On 11/22/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote: Terlalu banyak yang mau di komentarin Pak. Panjang banget nanti. :) Gak akan ada abis2nya, tapi intinya saya merasa pak Budi dengan BHTV lebih memilih yang gak realistis. Saya justru melihat itu realistis. Coba ngobrol-ngobrol dengan developer atau researcher India [india lagi india lagi...], pakcik nanti mungkin bisa melihat optimisme mereka dalam menyampaikan ide dan itu mereka lakukan [get the job done kalau mengutip istilah dari om Carlos]. Tidak hanya india, orang srilanka juga punya optimisme. Cerita2 dari Pak Armein juga mungkin perlu didengarkan langsung. :-) Tinggal manusia-manusianya yang lainnya ini mau tuning ke mana. Membimbing orang itu memang susah. Saya sendiri di lab sekarang membimbing beberapa mahasiswa S2 itu benar2 repot. Timingnya susah, dan motivasi mereka hanya naik kalau sudah dikejar profesor. Ada istilah lebih baik mendidik orang bodoh daripada mendidik orang malas.
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
2005/11/22, baskara [EMAIL PROTECTED]: On 11/22/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote: Terlalu banyak yang mau di komentarin Pak. Panjang banget nanti. :) Gak akan ada abis2nya, tapi intinya saya merasa pak Budi dengan BHTV lebih memilih yang gak realistis. Saya justru melihat itu realistis. Gak tau juga yah. Gue yang gitu begonya atau gimana. Pas tanya SDM apa yang kita punya, gak jelas dan sepertinya rada anti orang yang kerjakan kind of accounting software. Padahal mungkin sebagian besar adalah orang yang kita punya adalah yang jenis2 begini. Pas tanya apa yang bisa di kerjakan BHTV? Saya sama sekali gak ketemu clue (component, i18n, art work, ngoprek). Tapi ini subjektif, loh. Yah, mudah2an lah sukses om Baskara dan teman2 yang lain mungkin banyak juga yang merasa itu realistis dan gak muluk2, ok, go ahead. Sampai saat ini yang realistis saya liat itu adalah usaha2 kecil itu. Karna itu yang ADA (REAL) di Indonesia. Itu yang perlu dirame kan, di bagusin. bukan mengharap2kan big company, bukan long digits dollar. :) Tapi kalau sukses bagi 3 digit dong yah, pengen jalan2 ke palley liat bang Carlos. :p -- Pakcik Under Construction
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
Pada hari Selasa, tanggal 22/11/2005 pukul 18:01 +0700, Budi Rahardjo menulis: ps: pekerjaan ini sudah lazim dikerjakan di india. mungkin bentar lagi vietnam nyusul. indonesia? dilewatin aja deh. Saya ada tau sebuah perusahaan IT Finlandia yang para pengembangnya sebagian ada di Vietnam. Dari segi kualitas hasil jadi produknya, ternyata mengecewakan. Produknya sekilas bagus, namun jika ditilik pada kode sumber programnya ternyata dibuat acakadul dan tidak mengindahkan tata tertib pemrograman C (mengingat untuk melakukan free kalau sudah alloc). Memang benar kata teman saya, seseorang harus punya surat izin kalau ingin memrogram dalam bahasa C [0]. Ternyata (untuk kasus ini) lebih canggih (dan rapi) program-program buatan beberapa orang yang saya kenal di Indones. ... Menurut hemat saya urusan ekspor impor nanti dulu saja, yang diperlukan sekarang ada jalur dari luar negeri untuk menggiring pekerjaan2 yang di luar untuk masuk ke dalam. Jadi, ide-ide startup jangan startdown ini dibuatnya di luar Indon saja, tapi punya cabang di Indones. Di luarnya itu cuman urusan marketing dan sekretaris saja, tapi urusan cangkul mencangkul langsung dioper ke dalam. 0. Tidak terima balasan berupa ide untuk mengganti bahasa pemrograman (C tambah tambah apalagi Erlangga *-P) -- budi
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
On 11/22/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote: Terlalu banyak yang mau di komentarin Pak. Panjang banget nanti. :) Gak akan ada abis2nya, tapi intinya saya merasa pak Budi dengan BHTV lebih memilih yang gak realistis. Saya sampai kepada titik ini juga membutuhkan waktu :) Ini juga berkat didikan dari pak Samaun. Pasalnya, kita sudah coba cara lama / konvensional (seperti yang diceritakan Pakcik dengan software house kecil2), tapi gak jalan. (Sama seperti mengharapkan PT Telkom mau berubah kali? he he he. Sorry for the cheap shot.) Contoh yang paling sederhana. Saya pernah ditanya: - berapa sih kontribusi software house Indonesia? (dalam # pekerja, # devisa) Banyakan mana dengan pekerjaan merakit komponen di pabrik2 yang sering dikatakan orang industri menjahit saja? Kalau ditanya begitu, saya hanya biasa mengaku kalah. Industri elektronika Indonesia, saat ini EKSPOR ke luar negeri adalah sekitar 6 milyar US. Tenaga kerjanya puluhan ribu orang. Pakcik mungkin bisa membantu saya menjawab tantangan itu? Emangnya industri software Indonesia bisa menghasilkan apa? (Dan seberapa besar?) Pertama kali saya masuk milis ini, ada wacana tentang bikin journal. Sebenarnya saya mau ketawa saat itu (saya juga sindir kalau gak salah di salah satu email, i forgot). But that's your style. It's ok. Wah. Saya lupa. Yang mana ini ya? Journal online atau yang hardcopy? ;-) Iya, soal journal ini sudah saya dimulai (waktu itu siapa yang sudah mbukain wikinya ya?) tapi gak jalan juga. This is exactly our problem: Tidak bisa GET THE JOB DONE :( ps: soal buat journal. Sama juga permasalahan di luar negeri ;-) he he he. Soalnya salah seorang profesor saya dulu ada yang jadi editor dari sebuah jurnal top. Nulis artikel juga bisa kekeluargaan he he he. Buat saya mimpi itu penting, tapi yang paling penting adalah realistis. Ketika saya tanya data SDM di Indonesia, data kerjaan yang bisa kerjakan BHTV, itulah gaya gue, pengen tau apa yang real. Apa yang saya tulis itu realistis pak. Serius lho. It's not rocket science. Tanya aja sama Carlos tentang situasi di Silicon Valley. Gak hebat2 amat (SDM, infrastructure, dsb.). [Makanya Carlos heran, kok inovasi / ide yang mungkin kelihatan sederhana dari aplikasi2 baru munculnya di sana?] Kalau udah gabung/main/bergaul dengan orang2 sono itu baru kerasa bahwa mereka tuh sama seperti kita2 ini. Contoh lagi nih. Waktu main-main ke Silicon Valley tahun 2000 (atau 1999 atau 2001, saya lupa), saya tinggal di tempat sobat saya. (Orang Kanada teman sekelas waktu S2.) Nah waktu itu dia sudah 11 tahun di Intel. Mungkin sudah layer ketiga di Intel. Sudah biasa rapat dengan para bos2 Intel. (Tapi kayaknya belum sering rapat dengan Andy Grove. he he he.) Berkali-kali dia mbujukin saya untuk kerja di Intel. Saya gak mau. Dia bilang di tempat dia ada anak buahnya dia yang gobloknya (maaf) minta ampun, masih dipekerjakan juga. Berikutnya, waktu pak Armein jadi sabatical researcher di Stanford University saya juga sempat main ke kampusnya dia. (Juga kampusnya pak Samaun.) Kami sempat jalan2 ke Brassring. Itu acara perekrutan SDM besar-besar. Mungkin sebesar JCC. Semuanya perusahaan yang menawarkan pekerjaan. Setiap ke booth selalu ditanya: - kamu bisa apa? - kapan bisa diinterview? he he he. Waktu saya bilang saya dosen di Indonesia, dia tanya tentang mahasiswa2nya. Apa saja yang diajarkan, kapan lulus, kapan bisa ke Amerika untuk interview. Waktu itu saya lama ngelihatin lowongan kerja di NVIDIA ;-) Kemudian saya ke Palm, Fujitsu (labs of America), dll. Sama. Ditawarin kerjaan juga. My point is, orang di sana juga tidak sedemikian hebat kok. Saya yang termasuk biasa aja di Indonesia bisa masuk jajaran orang2 di sana, apalagi rekan-rekan yang pinter2. Makanya, saya pingin pakcik jalan2 ke Silicon Valley. Tinggal di sana barang 2 mingguan. Wake up and smell the coffee. [ps: kalau dilihat, yang semangat2 ini adalah orang yang pernah mampir di Silicon Valley ya. Mungkin kena racun di sana. he he he.] Pakcik, kalau saya mikir yang realistis2, mungkin nggak repot2 nulis (blog, email, buku, tulisan, dll.) Asyik aja mroyek di Pemerinatahan. (Atau sekalian jadi anggota DPR atau birokrat Pemerintah) Untungnya saya mikir aneh (out of the box) :) Beberapa waktu yang lalu (2 bulan lalu), saya diundang IBM untuk ikut Deep Dive Session mereka di New Delhi. Tugasnya adalah terlibat dalam pemikiran tentang inovasi (memprediksi next generation business mereka) :) Ini bagian dari program Global Inovation Outlook mereka. Mulai dari memperkirakan bisnis energi, sampah, lingkungan, dan seterusnya. Saya paksakan diri ikut acara ini karena saya ingin tahu how does IBM manage innovation? Ini adalah bagian dari proses belajar saya. Beberapa tahun yang lalu saya dua kali diundang oleh Schlumberger untuk mendiskusikan internal business mereka. (Sempat ngobrol2 dengan CEOnya. dsb.) Again, it's part of my education. Kembali ... point saya: mereka sama-sama orang biasa seperti kita-kita ini. hanya ...
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
... On 11/22/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote: om Baskara dan teman2 yang lain mungkin banyak juga yang merasa itu realistis dan gak muluk2, ok, go ahead. Sampai saat ini yang realistis saya liat itu adalah usaha2 kecil itu. Karna itu yang ADA (REAL) di Indonesia. Itu yang perlu dirame kan, di bagusin. bukan mengharap2kan big company, bukan long digits dollar. :) ... Gak papa pakcik. Saya sudah mencoba menjelaskan hal ini di darat, dengan ngomong langsung ke beberapa orang, membutuhkan waktu yang cukup lama. Apalagi via email ya. Saya coba sekali lagi, setelah itu saya akan mencari cara lain untuk menjelaskan dengan lebih baik. Begini. Kita-kita, atau saya saja deh, ini tidak punya pendidikan dalam mengembangkan sebuah produk/servis dari industri besar (sungguhan). Kebanyakan kita belajar dari sekolah sehingga kita lulusan sekolah. Nah, untuk mengetahui pendidikan industri maka semestinya juga kita bersekolah di industri. Menurut pak Samaun, inilah yang dilakukan oleh Singapura. Mereka dengan sadar mendatangkan perusahaan2 besar itu untuk bersekolah di perusahaan tersebut. Tentu saja untuk bersekolah ini ada biayanya dan tidak murah juga. Tapi tujuannya adalah bukan sekedar membuka perusahaan besar tersebut saja. Di sekolah ini kita bisa belajar: - bagaimana memanage project besar (misal, bagaimana memanage pekerjaan dengan 100 programmer?) - bagaimana melakukan pemecahan project2 itu? - dst. dst. dst. Setelah lulus, baru kita bisa buat sekolah sendiri. Jadi orang-orang seperti Carlos, MDAMT, Ariya, dsb. itu mereka sedang bersekolah di perusahaan besar. Suatu saat nanti (10? 15? 20? 25? years down the road) mereka kembali ke Indonesia dan dapat mengajarkan cara kerja mereka ... dengan membuka perusahaan di Indonesia. Begitu pakcik. Saya berharap juga pakcik bisa tetap berjalan dengan yang kecil-kecil. Siapa tahu yang kecil-kecil ini bisa membuat lapangan pekerjaan bagi 100.000 pekerja, seperti yang ada di industri lain. Prove me wrong, pak. ps: sekarang di tempat pakcik ada berapa orang pekerja? -- budi
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
On 11/22/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: Again ... sebenarnya sih kita mampu. Asal MAU... Sependapat pak. Yang kurang itu informasi mengenai how to get the job done. Untuk Pak Budi yang wawasannya banyak mungkin bisa membayangkan how to get the job done saat ada tawaran pekerjaan atau kesempatan baru. Saya pernah mendapatkan masalah culture. Ada sebuah kerjaan outsource dari luar negeri. Dasar modal nekat warisan ala di himpunan mahasiswa, kita terima saja. Kita bilang bisa! OK, satu per satu kerjaan bisa dilakukan hingga akhirnya ada satu bagian yang driver untuk sebuah device tidak ada (linux based). Ditambah lagi pihak pemberi pekerjaan ternyata menganggap budaya kerja kita sama dengan mereka (laporan tiap hari! at least once in a week). Kita bingung laporan seperti apa yang mereka inginkan. Sudah dicoba berbagai macam deskripsi laporan tetapi dianggap masih kurang. Padahal sudah berjalan sekitar 2 bulan. Akhirnya cannot get the job done. :-(
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
2005/11/22, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]: Saya berharap juga pakcik bisa tetap berjalan dengan yang kecil-kecil. Siapa tahu yang kecil-kecil ini bisa membuat lapangan pekerjaan bagi 100.000 pekerja, seperti yang ada di industri lain. Prove me wrong, pak. boleh tau progress reportnya BHTV Pak? Udah berapa lapangan pekerjaan yang di create BHTV Pak selama ini dengan nunggu2 Big Company? ps: sekarang di tempat pakcik ada berapa orang pekerja? 1 Pak, bikin software accouting lagi. :( -- Pakcik Under Construction
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
2005/11/22, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]: Pasalnya, kita sudah coba cara lama / konvensional (seperti yang diceritakan Pakcik dengan software house kecil2), tapi gak jalan. pak Budi berharap kita bisa jalan dengan yang gede, tapi gak jalan dengan yang kecil? Industri elektronika Indonesia, saat ini EKSPOR ke luar negeri adalah sekitar 6 milyar US. Tenaga kerjanya puluhan ribu orang. Ini saya setuju Pak. Terus di perjuangkan ini. Pakcik mungkin bisa membantu saya menjawab tantangan itu? Emangnya industri software Indonesia bisa menghasilkan apa? (Dan seberapa besar?) Mungkin zero Pak. Jadi BHTV gak ada agenda buat software industry? Jadi buat apa Microsoft, Google, dan lain2 itu ditunggu Pak? Suruh orang itu bikin pabrik elektronika? Tanya aja sama Carlos tentang situasi di Silicon Valley. Gak hebat2 amat (SDM, infrastructure, dsb.). [Makanya Carlos heran, kok inovasi / ide yang mungkin kelihatan sederhana dari aplikasi2 baru munculnya di sana?] Ini fact, kenapa disana? SDM nya emang lebih baik. My point is, orang di sana juga tidak sedemikian hebat kok. Saya yang termasuk biasa aja di Indonesia bisa masuk jajaran orang2 di sana, apalagi rekan-rekan yang pinter2. hehe .. Pernah dengar begini gak Pak? Dia itu gak hebat/pinter kok, karna rajin aja bisa begitu Bukankah orang yang gak bisa rajin itu adalah orang goblok? Sama dengan mereka itu gak ada apa2nya kok, hanya bisa GET THE JOB DONE. Sekali lagi, bukankah orang yang gak bisa GET THE JOB DONE itu orang goblok? Tapi mungkin ini bisa di perbaiki. Makanya selalu gue bilang Task no.1 itu adalah SDM. Selama ini gak bisa dipecahkan, no way. Karna industri ini tentang SDM. Issue kerjaan di US lari ke India bukankah itu tentang issue SDM? Ada SDM untuk mengerjakan kerjaan di India. And don't tell me that India is nothing, hanya bisa GET THE JOB DONE. Kecuali emang BHTV maunya industri yang padat karya, yang pake otot. Saya sangat mendukung ini. Karna kita punya banyak otot. Makanya, saya pingin pakcik jalan2 ke Silicon Valley. Tinggal di sana barang 2 mingguan. Wake up and smell the coffee. iya nih. :) pengen .. lagi tunggu siapa tau kecipratan, mungkin bentar lagi ada yang IPO disini, with 10 digits business :) -- Pakcik Lagi Mimpi ke Palley
[teknologia] Re: top posting
On 11/22/05, Jay [EMAIL PROTECTED] wrote: Banyak orang salah mengartikan thread dilihat dari subyek, sama seperti Gmail membuat konsep conversation hanya dilihat dari subyek, subyek diganti --dalam mode reply, bukan new compose email-- jadi thread baru padahal jika diurut secara teknis tetap satu thread. Yup, saya tetap lebih senang gaya penampilan ulir diskusi (thread view) di Mutt dibanding Gmail. Di Gmail pemakai memang mudah melihat bahwa ada respon/email baru untuk sebuah percakapan, namun tetap sulit mendapatkan gambaran sebuah email menjawab email yang mana dalam sebuah percakapan, karena semua ditumpuk secara linier, begitu saja urut dari awal ke akhir. *sambil menunggu janji antarmuka Yahoo! Mail yang konon lebih baik lagi. -- amal
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
My point is, orang di sana juga tidak sedemikian hebat kok. Saya yang termasuk biasa aja di Indonesia bisa masuk jajaran orang2 di sana, apalagi rekan-rekan yang pinter2. hehe .. Pernah dengar begini gak Pak? Dia itu gak hebat/pinter kok, karna rajin aja bisa begitu Bukankah orang yang gak bisa rajin itu adalah orang goblok? Sama dengan mereka itu gak ada apa2nya kok, hanya bisa GET THE JOB DONE. Sekali lagi, bukankah orang yang gak bisa GET THE JOB DONE itu orang goblok? Maksudnya BBR itu begini lho,ini karena pengalaman sich. Kalau di perusahaan inovatif,pada umumnya,yang mendirect company maju memang top engineering dan top management,dari level software director,Project Management/Business Development director keatas.Ini memang orang-orang SUPER-SMART dan frankly susah untuk orang Indonesia bersaing dengan mereka secara massive. Tapi,Kalau di level mid-level engineering,middle management seperti manager,dan engineer2 di TAC,DevTest,sebagian hardware engineering,kita masih bisa bersaing. Kalau infrastruktur ya bedalah,gua download redhat semuanya cuman 10 menit doang,tapi ini bukan jadi alasan. Makanya, saya pingin pakcik jalan2 ke Silicon Valley. Tinggal di sana barang 2 mingguan. Wake up and smell the coffee. iya nih. :) pengen .. lagi tunggu siapa tau kecipratan, mungkin bentar lagi ada yang IPO disini, with 10 digits business :) Kalau mau 10 digit-bisnis revenue dan growth,jangan ke valley Pak,anda sudah terlambat,mending ke Bangalore aja(atau shanghai) dan join InfoSys...mulai dari call centre,CRM sampai troubleshooting CIsco mereka kerjakan...disono engineer2nya pada semangat habis kalo mereka bisa mengalahkan silicon valley... Carlos
[teknologia] Re: REDHAT Revenues ...more detail (was: Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities)
Budi Rahardjo wrote: -- budi Wah topik diskusi-nya jadi kemana-mana nih. Tapi seru juga sih, saya jadi semangat bacanya. Baca dari #1-#49. Kalau topiknya spesifik soal BHTV-BHTV-an, kenapa gak memanfaatkan milis BHTV saja Pak Budi? Jadi bisa lebih fokus. Kecuali kalau memang diharapkan terjadi diskursus mendalam dengan menganggap pembaca milis teknoblogia lebih beragam. Sekian -za,
[teknologia] Cara Singapore Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
Nah, untuk mengetahui pendidikan industri maka semestinya juga kita bersekolah di industri. Menurut pak Samaun, inilah yang dilakukan oleh Singapura. Mereka dengan sadar mendatangkan perusahaan2 besar itu untuk bersekolah di perusahaan tersebut. Tentu saja untuk bersekolah ini ada biayanya dan tidak murah juga. Tapi tujuannya adalah bukan sekedar membuka perusahaan besar tersebut saja. Saya yakin Pak Budi sudah tahu. Tapi memang Singapore punya kerjasama pendidikan dengan Pemerintah AS dimana mereka bias mengirimkan student singaporenya ke perushaan di US untuk magang disini,termasuk Valley,ini nama programnya H1B Singapore kalau saya ndak salah. Mereka dikirim ke leading perushaan seperti Cisco dan Genentech. Ada bond-nya juga sich setelah itu but that's not big deal. Lucunya saya jadi malah lebih sering ketemu Indonesian yang punya PR di Singapore dan diangkut pemerintah Singapur untuk dimagangkan di perushaan di AS. Carlos
[teknologia] Re: REDHAT Revenues ...more detail (was: Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities)
On Tue, Nov 22, 2005 at 07:51:34AM -, Muhamad Carlos Patriawan wrote: Redhat 80% revenuenya berasal dari _penjualan_software_ tidak. subscription ya subscription. kalau redhat menggunakan kata 'jual', ada implikasi legal. go figure ... tapi, beware, kalau diterusin ini menyangkut (lagi) topik soal kapitalisme. anda sudah menyebutkan implisit di email anda yang lain. soal resistensi orang :-) mestinya, saya hakul yakin, itu 100% bisa di-apply ke diri anda sendiri. Salam, P.Y. Adi Prasaja -- Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
On Tue, Nov 22, 2005 at 03:05:44PM +0200, Mohammad DAMT wrote: 0. Tidak terima balasan berupa ide untuk mengganti bahasa pemrograman (C tambah tambah apalagi Erlangga *-P) nyindir siapa hayoo :-)) untuk telco, kabarnya erlangga ini juga menjadi pendamping yang seimbang untuk java. java kebanyakan dipasang di sisi 'frontend' dan interkoneksi dengan billing (oracle dan sejenisnya). dibelakangnya erlangga dan C. dulu saya ketemu orang yang bilang: kalau anda ndak ngerti java, anda belum pantas berurusan dengan operator :-) background: padahal saya itu datang untuk menawarkan jasa web development (mereka yang minta kita presentasi sih), saya usul pakai php+smarty lebih asik dan bilang untuk interkoneksi dengan *frontend* (wrapper) smsc pun bisa pakai php, karena saya tahu ybs pakai http juga untuk keperluan ini. kalau saya bilang saya bisa kirim sms ke gateway dia pakai shell script, barangkali langsung dipanggilin satpam dan diusir :-)) btw, kebanyakan operator seluler di sini masih mendatangkan vendor dari luar untuk banyak porsi yang sebenarnya bisa diselesaikan sendiri. barangkali karena belum 'sadar' kalau bisa. ada bbrp yang sudah bisa develope sendiri sih, dan ada juga yang sudah dioutsource ke perusahaan lokal (sukurlah). tapi nafas bule minded-nya masih kental. Salam, P.Y. Adi Prasaja -- Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
On Tue, Nov 22, 2005 at 05:33:21PM +0700, Budi Rahardjo wrote: saya rasa bukan itu. waktu itu rms menjelaskan bahwa tidak benar bahwa kalau semua program adalah free software maka tidak ada gunanya sekolah di jurusan komputer. kemudian dia mengeluarkan statistik bahwa sebagian besar para programmer itu tidak membuat produk proprietary. (betul juga ya? memangnya berapa persen lulusan sekolahan yang kerja di mikrosoft?) dia bilang bahwa sebagian besar lulusan jurusan komputer pun (dari dulu dan sekarnag) tidak menghasilkan produk proprietary. tentu saja itu dari kacamata rms :) thx kasih info backgroundnya. masuk akal. tapi, walaupun saya ndak punya statistik, tapi saya berani taruhan kalau rms salah :-) Salam, P.Y. Adi Prasaja -- Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
On Tue, Nov 22, 2005 at 11:15:01PM -, Muhamad Carlos Patriawan wrote: Nah,disinilah salah satu pentingnya BHTV untuk menunjukkan harga diri engineer Indonesia kalau kita can do the job.Tapi tentu saja,profesionalisme juga harus ditingkatkan supaya kita lebih credible baik didalam dan diluar (meskupun secara teknis mampu). Terus terang saya tidak bisa menarik ide BHTV ini, berhubung saya lebih setuju ke arah pengembangan perusahaan-perusahaan kecil (accounting, web development dll). Pada akhirnya dampaknya sama (in the long run). Dengan mengerjakan yang kecil-kecil gini kan 'trust' orang bisa naik juga, bahkan tidak sedikit yang mendapat kesempatan mengerjakan sesuatu yang lebih besar dengna mengerjakan yang kecil-kecil ini dulu. Di sisi yang lain, masih di sini juga, ada bbrp rekan yang berjuang mati-matian untuk mengenalkan opensource. seperti pak rus dkk (pak budi masuk juga di sini lho melalui infolinux misalnya). Kebetulan di sini pun, misalnya pembuatan distro lokal seperti blankon, saya juga kurang setuju :-) But it DOES work! mau bilang apa :-) Note: usaha-usaha menggali potensial demand seperti ini (opensource/linux cuman kendaraan), jarang yang tertarik melakukan loh. Pak Rus dkk sudah bercucuran keringat untuk ini (sorry, saya cuman kenal/tahu Pak Rus, buat yang lain yang tidak saya sebut, respect saya sama sekali tidak lebih kecil), untuk satu seminar paling dibayar cuman 500 perak (he..he.. ini ngaco berat, saya tidak tahu berapa yang didapat, tapi seandainya mereka bisa mendatangkan rejeki dari sini so be it, mereka pantas untuk itu). Coba bayangkan kalau 'kue-nya' sudah besar, pasti bejibun yang mau berebut, say bye-bye to Pak Rus dkk. Jadi, semuanya itu soal pilihan, kalau setuju bantulah, kalau tidak setuju kritiklah. Tapi saya sangat tidak setuju kalau kritik terhadap BHTV, misalnya, bergeser menjadi budi rahardjo bashing (Pak, anda tidak perlu capek-capek menunjukkan who you are hanya untuk membuktikan bahwa ide BHTV itu benar hi..hi..). Saya ndak bisa bayangkan kalau ide BHTV itu dicetuskan oleh orang yang sama sekali tidak dikenal :-) (paimo, paimin dll). Ide itu bisa datang dari siapa saja. Rule of thumb: kalau kita mengumpulkan orang-orang yang berpengalaman saja, itu akan menghasilkan gangster dan mafia, kalau kita berprinsip pada rasionalisme dan obyektifitas, itu akan melahirkan kompetisi bebas dan profesionalisme. dan untuk ini pun, saya tidak berniat menghakimi, kembali ke soal pilihan. Kalau suka, ya pakai, kalau ndak yo wis. Salam, P.Y. Adi Prasaja -- Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
adi wrote: On Tue, Nov 22, 2005 at 11:15:01PM -, Muhamad Carlos Patriawan wrote: Nah,disinilah salah satu pentingnya BHTV untuk menunjukkan harga diri engineer Indonesia kalau kita can do the job.Tapi tentu saja,profesionalisme juga harus ditingkatkan supaya kita lebih credible baik didalam dan diluar (meskupun secara teknis mampu). Terus terang saya tidak bisa menarik ide BHTV ini, berhubung saya lebih setuju ke arah pengembangan perusahaan-perusahaan kecil (accounting, web development dll). BHTV isinya semuanya Pak,dari yang kecil sampai besar. Tapi gak papa,semua jalan terus,kita semua sebenarnya satu ide,cuman jalanya saja yang berbeda-beda karena beda pengalaman dan beda wawasan. Untuk melihat apakah BHTV realistis atau tidak,cukup beli tiket pesawat ke Bangalore dan jangan ke Silikon valley.Cuman 2 jam perjalanan dari Bangkok koq. Karena ini pilihan,ya stop ber-bashing-ria,apalagi tukang cukur. Salah satu naturenya orang India,mereka sangat respect dengan guru (whatever that means). Carlos
[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities
terus terang saya nggak ngerti bisnis biotech.apa sih hebatnya. kemudian saya tanya ke salah satu entrepreneur hebat indonesia: iskandar alisyahbana.dia menjelaskan kepada saya. barulah saya ngeh.Tolong di share pak -- Andriansah
[teknologia] Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia
Sukseskan pembentukan Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia demi masa depan perpajakan yang lebih berkeadilan, transparan, berimbang dan tetap berorientasi pada kesejahteraan publik. Dapatkan: - Proposal pembentukan asosiasi - Draft AD/ART - Formulir pendaftaran calon anggota asosiasi - Alamat-alamat sementara asosiasi. Milis - http://groups.yahoo.com/group/appindo Email - [EMAIL PROTECTED] Telepon - 021-4531068 Fax - 021-4524937 Kantor - Jl. Boulevard Raya Blok FW I/5 Kelapa Gading Permai Jakarta 14240 Contact Person: Retno Pay attention now or pay more tommorow!
[teknologia] Re: Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia
On 11/23/05, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: Sukseskan pembentukan Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia demi masa depanperpajakan yang lebih berkeadilan, transparan, berimbang dan tetap berorientasi pada kesejahteraan publik.Dapatkan:- Proposal pembentukan asosiasi- Draft AD/ART- Formulir pendaftaran calon anggota asosiasi- Alamat-alamat sementara asosiasi.Milis - http://groups.yahoo.com/group/appindoEmail - [EMAIL PROTECTED]Telepon - 021-4531068Fax - 021-4524937Kantor - Jl. Boulevard Raya Blok FW I/5 Kelapa Gading Permai Jakarta 14240Contact Person: RetnoPay attention now or pay more tommorow! Hmm pengorganisasian diri para pembayar pajak seperti ini yang saya bayangkan bakal terjadi setelah NPWP kemarin digalakkan. Bakal kuat ga nanti lobby-nya? :D Om solusipajak, cerita lebih banyak dong [mana websitenya kok ga ada website?] ini asosiasi tujuannya buat apa? Apa cuma sebatas technicality + info + kemudahan pembayar pajak dan berhubungan dengan pajak, atau dimaksudkan sebagai watchdog praktek pembayaran/pungutan pajak? --enda Visit my blog. Click herehttp://enda.goblogmedia.com
[teknologia] Re: Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia
Pada hari Selasa, tanggal 22/11/2005 pukul 18:16 -0800, [EMAIL PROTECTED] menulis: Sukseskan pembentukan Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia demi masa depan perpajakan yang lebih berkeadilan, transparan, berimbang dan tetap berorientasi pada kesejahteraan publik. Ini sih namanya mau bikin negara baru, sebab seluruh warganegara adalah pembayar pajak.
[teknologia] Re: top posting
On 11/23/05, Arie Reynaldi Z [EMAIL PROTECTED] wrote: Inilah perbedaan antara orang awam dengan orang teknis. Mereka akan nambah pusing kalau baca model thread yang ditawarin mutt. Karena lebih sulit dibacanya. Saya lebih seneng pake pine, karena plain and simple :). gmail menurut saya juga seperti ini, sederhana gak harus direpotin sama tree conversationnya. Simple aja, seperti yang dibutuhkan orang awam.. Jadi, selamat datang di dunia orang awam. :) Sebenarnya tidak terlalu awam-awam sekali, pun bukan ahli, misalnya begini: di sebuah ulir diskusi saya sedang menunggu respon peserta diskusi lain yang menimpali pendapat saya, atau terdapat dua kelompok yang membicarakan sebuah topik (sehingga menjadi subtopik) dan saya lebih condong membahas dari subtopik-A. Nah, jika ditumpuk begitu saja (linear), saya perlu memeriksa setiap ada pesan baru di ulir diskusi tersebut (seperti yang saya lakukan di Gmail). Ternyata, email baru yang masuk *bukan* respon terhadap pendapat saya. (kecele?) -- amal
[teknologia] Re: top posting
On 11/23/05, Ikhlasul Amal [EMAIL PROTECTED] wrote: On 11/23/05, Arie Reynaldi Z [EMAIL PROTECTED] wrote: Inilah perbedaan antara orang awam dengan orang teknis. Mereka akan nambah pusing kalau baca model thread yang ditawarin mutt. Karena lebih sulit dibacanya. Saya lebih seneng pake pine, karena plain and simple :). gmail menurut saya juga seperti ini, sederhana gak harus direpotin sama tree conversationnya. Simple aja, seperti yang dibutuhkan orang awam..Jadi, selamat datang di dunia orang awam. :)Sebenarnya tidak terlalu awam-awam sekali, pun bukan ahli, misalnyabegini: di sebuah ulir diskusi saya sedang menunggu respon peserta diskusi lain yang menimpali pendapat saya, atau terdapat dua kelompokyang membicarakan sebuah topik (sehingga menjadi subtopik) dan sayalebih condong membahas dari subtopik-A. Nah, jika ditumpuk begitu saja (linear), saya perlu memeriksa setiap ada pesan baru di ulir diskusitersebut (seperti yang saya lakukan di Gmail). Ternyata, email baruyang masuk *bukan* respon terhadap pendapat saya. (kecele?)--amal Ngobrolin ttg gmail, sampe sekrang saya engga ngerti kenapa Gmail masih Beta, padahal udah punya banyak programmer terhebat di dunia. Kalo masih belum beres di email kenapa juga bikin service baru model googlemap. dll . Ini menyalahin aturan get the job done engga sih ? coba liat produk lain yg masih beta froogle.google.com ada yg tau informasi dapur google kenapa bisa gimana ? trias
[teknologia] Re: google labs, beta
On Wed, Nov 23, 2005 at 12:57:52PM +0700, Trias Adijaya wrote: Ngobrolin ttg gmail, sampe sekrang saya engga ngerti kenapa Gmail masih Beta, padahal udah punya banyak programmer terhebat di dunia. Beta bisa diartikan selalu dikembangkan dan diperbaiki. Ada malah yg permanent beta, saya lupa apa, kalo gak salah tapeitofftheinternet.com. Kalo masih belum beres di email kenapa juga bikin service baru model googlemap. dll . Development dan innovation ada yg depth ada juga yg breadth. Kenapa nggak dua2nya bareng kalo memang bisa? Saya orgnya suka big picture dan suka rapid prototyping, top-down, liat garis besarnya baru worry about details later, maka saya lebih condong ke improve breadth dulu, baru selectively improve depth. Lebih make sense, apalagi kalo saya jadi Google, saya akan begitu juga researchnya. Try many ideas, see what works, then improve the ones that work first. Ini menyalahin aturan get the job done engga sih ? Aturan dr mana? Hehe. Done bisa diartikan dikerjakan, belum tentu selalu berarti selesai. Ronny pgpTl5Xyhl61f.pgp Description: PGP signature
[teknologia] Amerika engga jadi outsource ke luar negerinya
Selagi kita (Indonesia) ribut2 mo ikutan jadi outsource spt India dan China eh Amerika lebih seneng kirim kerjaan ke daerah rural-nya mereka . http://wired-vig.wired.com/news/business/0,1367,69585,00.html?tw=wn_tophead_2 Trias Adijaya
[teknologia] Re: google labs, beta
Ronny Haryanto wrote: On Wed, Nov 23, 2005 at 12:57:52PM +0700, Trias Adijaya wrote: Ngobrolin ttg gmail, sampe sekrang saya engga ngerti kenapa Gmail masih Beta, padahal udah punya banyak programmer terhebat di dunia. Beta bisa diartikan selalu dikembangkan dan diperbaiki. Kemungkinan masa Beta-nya Google bertahun-tahun berdasarkan metode yang mereka pakai. Kurang lebih software dev cycle ini begini untuk vendor produk/appliance : 1. In house software coding(design,architecture,coding,unit testing)---masuk ke Alpha Cycle--small testing cycle--Beta Cycle-- terus Masuk ke software QA Group untuk long period Testing cycle--nanti sampai beberapa stable release,Beta code akan diberikan kepada customer-customer khusus,ini biasanya dinamakan FCS. 2. FCS Code (First Customer Shipment) adalah beta release untuk Beta customer,code diharapkan stable enough untuk customer2 tertentu,biasanya akan ketemu beberapa bugs dan issue lagi disini,dari step ini,customer akan beri input masalah dan bugs yang mereka temukan. 3. Software Dev. membetulkan kembali bugs dari customer code --Retesting di QA (biasanya dilakukan Regression Group)---kemudian code direlease sebagai Full Builds dengan status General Availability(GA),yang artinya qualitasnya diharapkan bisa digunakan semua customer. Kalo masih belum beres di email kenapa juga bikin service baru model googlemap. dll . Development dan innovation ada yg depth ada juga yg breadth. Kenapa nggak dua2nya bareng kalo memang bisa? Sebenarnya pertanyaan anda sudah di level software management. Di networking misalnya,kita bisa saja punya 2 atau lebih produk,satu produk adalah existing produk,sementara produk lain berupa Next-Generation produk,misalnya. Dua-duanya harus bisa berjalan secara parallel.Jadi ada small-scale software team yang mengerjakan bug fixes di existing produk release 10.0,ada yang mengerjakan new feature di existing produk di release 11.0.Nanti sesuai deadline,kedua code tersebut bisa saja di merging. Sementara diteam next-gen produk,mereka punya Alpha,Beta release cycle dari release 1.0 yang produk dan cycle-nya sama sekali beda dengan produk existing produk. Jadi,untuk membuat produk,gak perlu menunggu produk yang ada selesai dulu karena bisa diselesaikan secara parallel.Ini masalah software resource dan project management saja (yang saya sependapat dengan BBR,orang Indonesia kebanyakan belum berpengalaman untuk ini). Kalau mengikuti model software development ala small-scale proyek ini,biasanya developer gak reports ke software director(walaupun secara hirarki iya),tapi report ke Product Manager dan Release manager masing2 software. Approach ini banyak dipakai perushaan vendor seperti di Networking. Ini menyalahin aturan get the job done engga sih ? Aturan dr mana? Hehe. Done bisa diartikan dikerjakan, belum tentu selalu berarti selesai. Done itu artinya meet deadline dan requirement. Requirement bisa berasal dari Functional dan Technical Specification.Plus,explicit Acceptance test misalnya produk ini gak bisa direlease jika masih ada 10 bugs showstopper. Carlos
[teknologia] Re: top posting
Pada hari Rabu, tanggal 23/11/2005 pukul 11:49 +0700, Arie Reynaldi Z menulis: *Lirik email sesudahnya dari bung MDAMT * Ternyata evolution tergerak untuk bikin group mail converstation seperti gmail. Jadi jawaban saya: iya :) Sponsor duit US$4500 untuk pembuatan fitur percakapan di Evolution itu google loh. *-) -- Arie Reynaldi Zanahar reymanx at gmail.com http://www.reynaldi.or.id
[teknologia] Re: Amerika engga jadi outsource ke luar negerinya
Trias Adijaya wrote: Selagi kita (Indonesia) ribut2 mo ikutan jadi outsource spt India dan China eh Amerika lebih seneng kirim kerjaan ke daerah rural-nya mereka . http://wired-vig.wired.com/news/business/0,1367,69585,00.html?tw=wn_tophead_2 Halo Pak, Yang anda tangkap diatas itu masih salah satu bentuk terkecil outsourcing. Kalau anda baca bukanya thomas friedman,dia beri contoh studi kasus outsourcing ke India,China,Thailand dan daerah rural amerika. Contoh untuk daerah rural amerika adalah perushaan Airlines JetBlue yang menyerahkan proses reservation/call center ke Ibu-ibu di Utah (orang mormon). Kalau mau saya jelaskan satu-satu outsourcing yang ke India,wah.banyak bangeet,mulai dari software maintenance release,call-center untuk mass-marketing/nyepam lewat telepon sampai customer-call-center Citibank. Yang orangnya ngaku-ngaku namanya John padahal aslinya Jayesh :) Ini mereka disekolahin accent neutralization dulu lho ... Carlos