[teknologia] Re: top posting

2005-11-22 Terurut Topik enda nasution
On 11/22/05, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote:
On 11/22/05, enda nasution [EMAIL PROTECTED] wrote:

On 11/22/05, Oskar Syahbana 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Sebenarnya pengembang Gmail ini sangat kreatif. *Siapa coba yang
kepikiran bikin sistem email model percakapan kayak gini?* Makanya,
sangat bagus buat mailing list, 'Re:'-nya ga usah banyak - banyak dan
ga bikin pusing hehehe :)

...Siapa coba yang
kepikiran bikin sistem email model percakapan kayak gini?

Para insinyur di Google lah.

OOT: Halah... iki ketularan posting di milis gajah ini...
Informasi yang BASBANG! :-)

IMHO, pertanyaan model retoris yang kamu ajukan yang
basbang. Gue menikmati sih pertanyaan retoris sebagai bagian dari gaya
bahasa, yg dalam hal ini mencoba menggambarkan betapa cerdas para
engineer di Google karena mereka yang pertema mewujudkan sistem email
reader ber-thread.

Pertanyaan retoris sah-sah aja diajukan karenanya, yg jadi masalah
adalah, kalo kemudian pertanyaan retoris [yg iya saya tahu memang
sebenarnya tidak perlu dijawab] terus dijawab, lalu memangnya kenapa?
Apa lalu jadi basbang?

Kalo tidak ingin mendapat jawaban, lebih baik tidak usah ditanya atau
tidak usah mengajukan pertanyaan retoris. Karena memberi jawaban adalah
hak semua orang.--enda Visit my blog. Click herehttp://enda.goblogmedia.com


[teknologia] Re: top posting

2005-11-22 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 yg dalam hal ini
 mencoba menggambarkan betapa cerdas para engineer di Google karena mereka
 yang pertema mewujudkan sistem email reader ber-thread.


Kayak yang gua bilang di email sebelumnya,si Google recruit orang-orang
IT terbaik di seluruh dunia dengan harga tinggi.

Coba deh bayangin,kenapa web-based produk seperti Google mau recruit
hardware/ASIC developer atau penulis kode routing-protocol BGP.

Gak make sense kalau dari sisi bisnis karena core competency antara
kandidat dan perushaan beda jauh.

Tapi,itulah Google,yang tiap inovasinya bisa bikin kita terhenyak.

Carlos



[teknologia] Re: Google (was: Re: Gosip IT :) )

2005-11-22 Terurut Topik Harry Sufehmi

On 11/21/2005 at 7:59 PM David Sudjiman wrote:
Sekarang Google, saya sekali lagi masi bingung dan setuju sekali kalo
sebenarnya apa yang Google punya sekarang masih berupa prediksi dan
expectasi saja dan belum bisa di convert ke duit.

Eh, AdSense itu terobosan yang luar biasa lho.
iklan lagi, iklan lagi, mungkin begitu komentar kita. Tapi kalau kita 
perhatikan old media, iklan itu justru segalanya !

Coba kita lihat revenue perusahaan TV, radio, koran, dll - dari mana? Ya, iklan.
Karena itu dulu sampai zaman dot com, semuanya berusaha merebut porsi iklan di 
Web.

Tapi yang dulu gagal mereka sadari adalah perbedaan fundamental di antara kedua 
medium ini (old/new media).

Di TV, kita tidak bisa menghindari iklan. Mau ganti channel, takut kalau 
iklannya terlanjur habis dan kita kelewatan lanjutan acaranya.
Di Web, content dan iklan tampil bersamaan. Sehingga, kita bisa menikmati 
content tanpa perlu memperhatikan iklan.

Ketika advertiser menyadari ini, maka nilai iklan di Web jatuh drastis. 
Sementara di old media, mereka berani bayar gila-gilaan. Yang di Amrik tentu 
sudah tahu betapa mahalnya untuk pasang iklan di (misalnya) acara Super Bowl.

Nah, Google menemukan solusinya : iklan yang relevan.
Maka, iklan di Web kini mulai menghasilkan dampak yang diinginkan oleh para 
advertiser.

Akibatnya sangat besar. Bayangkan kalau di old media cuma ada CNN, pasti CNN 
akan kaya raya tidak keruan.
Nah, di new media, pada saat ini (practically) cuma ada Google sendirian.

Google = banjir duit :)

Tapi Web berbeda dengan TV; TV itu satu arah, sedangkan Web 2 arah / 
interaktif. Sehingga, revenue di Web bisa tidak hanya dari iklan saja. Ini 
sudah dibuktikan oleh Amazon, eBay, dll.
Saya rasa, Google pun nanti akan arahnya kesini. Sudah mulai kelihatan misalnya 
dari Google Answers.

Mungkin itu dulu - CMIIW :)


Salam,
Harry





[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Harry Sufehmi

On 11/22/2005 at 10:14 AM Pakcik wrote:
 Wah harus disamakan dulu yang dimaksud dengan customization.
 Coba kalau kita lihat produk seperti SAP, Oracle, dsb.
 Produk ini membutuhkan customization untuk client2nya.
 Sekali customization = US$1 juta cing!
Sekarang udah banyak di Jakarta ginian Pak. Gak perlu BHTV. Intinya
mereka reseller. Jualan di Indonesia.

Reseller belum tentu bisa melakukan customization, yang saya temukan biasanya 
mereka cuma jual, lalu untuk customizenya mereka refer ke third-party.

Duitnya gila-gilaan lho, harga produknya mungkin cuma 100 ribu dolar, tapi 
biaya customizationnya (agar sesuai dengan kebutuhan dari customer ybs) bisa 
sejuta dolar, dan memakan waktu berbulan-bulan.

Saya sudah lihat sendiri ada sebuah perusahaan kecil ( 10 orang), tapi mereka 
kaya bukan main karena mereka bisa customize SAP, berbagai produk CRM, dst.
(eh, ternyata sebetulnya mereka cuma sub-kontrakkan lagi sebetulnya, hehe)


Salam,
Harry




[teknologia] Re: konvergensi jaringan PABX dan data

2005-11-22 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/22/05, didik achmadi [EMAIL PROTECTED] wrote:

  kira2 berapa ya harga sistem PABX+DATA tersebut secara keseluruhan  ?

Silahkan lihat http://www.clarisense.co.id
(Ini start-up yang dibuat dari lab di tempat kami.
Itu start-up-nya pak Armein.)

-- budi


[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/22/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:

 tahap requirement udah gagal? dan itu pengalaman develope product?

hi hi hi. tentu saja ada yang lain.
tapi yang lain itu didevelop dengan tidak mengacu ke standar
software engineering yang baku (alias dibuat dengan cara
tukang ngoprek). yang gini ... malu ceritanya. he he he.

[dulu saya buat mailbased-archive-server, jamannya orang
akses internet lewat email. kemudian buat juga program bbs.
tapi kalau sekarang lihat kodenya, saya malu ... he he he.
support, via email.]


pakcik sudah buat produk?
boleh tahu produknya apa?
boleh cerita pengalamannya?


  PS: produk2 yang kami maksudkan baru muncul sekarang2 ini.
  We were ahead of our time.

 pantesan suka gak realistis. sukanya ahead of time.

nah sekarang sudah banyak yang realistis.
(jadi gak buat produk lagi. he he he.)



  Wah harus disamakan dulu yang dimaksud dengan customization.
  Coba kalau kita lihat produk seperti SAP, Oracle, dsb.
  Produk ini membutuhkan customization untuk client2nya.
  Sekali customization = US$1 juta cing!

 Sekarang udah banyak di Jakarta ginian Pak. Gak perlu BHTV. Intinya
 mereka reseller. Jualan di Indonesia.

Itu kan hanya sekedar contoh.
PS: yang penting bukan masalah reseller SAPnya, tapi maslaah
customizationnya.


   Atau emang BHTV itu pengen diarahkan jad
   seperti ide Stallman?  free software?
 
  Ingat bahwa BHTV itu *TIDAK* harus software :)
  Dia bisa biotech, dsb.

 ini gak ahead of time juga Pak?

tidak. malah sekarang ... terlambat. :(


 hahahaha .. baru dengar ada customization begini. misalnya product di
 develope di US. trus di suruh orang di Indonesia, yang bukan developer
 productnya supaya customizable. Ini benar2 cara gila. doomed.

wah ... jadi gimana? semua harus didevelop di US?
udah baca blognya si Danny 'the sexer' yang kerja di Riya
(sebuah perusahaan baru yang mencoba mengidentifikasi
seseorang dari foto. perusahaan ini lagi rame dapat sorotan.)
di blognya dia cerita bagaimana enaknya punya cabang di Bangalore.

ketika kantor mereka tutup di amerika (tutup jam kerja, maksudnya)
maka pekerjaan pindah ke Bangalore. kerjaan bug hunting
(dan tentunya memperbaiki) dikerjakan di Bangalore.
pagi hari di amerika (besoknya), bug hunting pindah lagi
ke amerika.

cerita dari kawan di amerika, customization product mereka tidak
dikerjakan di amerika tapi di negara lain di eropa (eastern europe?
saya lupa negaranya apakah romania? atau ukraina, atau apa
lupa saya). yang pasti, customization produk mereka dilakukan
di eropa timur, bukan di amerika.

ps: pekerjaan ini sudah lazim dikerjakan di india.
mungkin bentar lagi vietnam nyusul.
indonesia? dilewatin aja deh.


 Ini menandakan bahwa pak Budi hanya user. Tidak pernah develope
 product.  waduh, benar2 gawat.

kalau produk yang seorang diri, ada. tapi malu-maluin.
kalau produk yang besrrr, terus ikut porsi yang besar, gakpernah
tapi kalau ikut ngoprek bagian software gede, udah pernah.
(hanya porsi saya juga sangat minor sehingga memalukan
kalau untuk bragging.)

kalau produk yang proprietary dan one shot (misal untuk proyekan,
bukan yang retail) sih ada banyak. :)


  Jadi, saya mengklaim bahwa saya bukan pakar software eng.
  (Meskipun saya mengerti, tapi saya bukan pakarnya.
  Harus tahu diri. he he he. Jadi tentu kami2 membutuhkan
  bantuan, cerita, pengalaman dari rekan-rekan semua.)

 Bukannya pak Budi dosen Object Oriented di Elektro? am I incorrect about that?

he he he. ada beda mengajarkan pemrograman dengan mengajarkan
software engineering. kalau untuk software engineering, saya harus
mengakui bahwa bu inge mungkin jauh lebih mumpuni dari saya.

pemahaman saya mengenai software engineering hanya sebatas
membaca (banyakkk referensi). jadi saya merasa belum
pantas disebut pakar sofwtare engineering. gitu?


[soal non-customization windows]
  Inilah yang membuat saya lebih suka Linux :)

 tapi pak Budi mau mendatangkan Microsoft. :)

yup. ada kepentingan pribadi dan ada kepentingan orang banyak.
kadang terpaksa kita mengorbankan kepentingan pribadi untuk
kepentingan orang banyak :(



  Coba deh ke Silicon Valley. Jalan2... aja.
  Nanti baru kebayang.

 hehe .. bayarin ongkosnya dong Pak

minta apa Carlos tuh. he he he.
ada banyak cara. misalnya, ngelamar pekerjaan di sana.
siapa tahu dikasih tiket untuk wawancara :)


  Saya malah memimimpikan adanya biotech di BHTV. :(
  [Life sciences di Singapore maju banget euy!]

 ahead to time lagi? :)

waktu nonton video 100 tahun renaisance silicon valley
(ya baca: 100 TAHUN!) di situ ada cerita seorang profesor
yang ditarik ke stanford karena bidang dia adalah biotech.
saya lupa tahunnya (mungkin tahun 1960-an ya?)
entah kalau 1960-an itu mau dibilang ahead of its time

sekarang ...
proyek genome sudah beres(?)
genentech sudah besar di silicon valley.
saya rasa ... kita sudah terlambat.
(ketika ke singapore 2 minggu lalu, saya ngobrol2 dengan
guru di sana. lomba2 siswa/mahasiswa sudah ada yang
lari ke biotech. dan mungkin yang menang dapat 

[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Pakcik

2005/11/22, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:
 Terus diskusinya, pakcik...

Terlalu banyak yang mau di komentarin Pak. Panjang banget nanti. :)
Gak akan ada abis2nya, tapi intinya saya merasa pak Budi dengan BHTV
lebih memilih yang gak realistis.

Pertama kali saya masuk milis ini, ada wacana tentang bikin journal.
Sebenarnya saya mau ketawa saat itu (saya juga sindir kalau gak salah
di salah satu email, i forgot). But that's your style.  It's ok.

Buat saya mimpi itu penting, tapi yang paling penting adalah
realistis.  Ketika saya tanya data SDM di Indonesia, data kerjaan yang
bisa kerjakan BHTV, itulah gaya gue, pengen tau apa yang real.

--
Pakcik
Under Construction


[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik baskara

On 11/22/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Terlalu banyak yang mau di komentarin Pak. Panjang banget nanti. :)
 Gak akan ada abis2nya, tapi intinya saya merasa pak Budi dengan BHTV
 lebih memilih yang gak realistis.

Saya justru melihat itu realistis. Coba ngobrol-ngobrol dengan
developer atau researcher India [india lagi india lagi...], pakcik
nanti mungkin bisa melihat optimisme mereka dalam menyampaikan ide dan
itu mereka lakukan [get the job done kalau mengutip istilah dari om
Carlos]. Tidak hanya india, orang srilanka juga punya optimisme.
Cerita2 dari Pak Armein juga mungkin perlu didengarkan langsung.  :-)

Tinggal manusia-manusianya yang lainnya ini mau tuning ke mana.
Membimbing orang itu memang susah. Saya sendiri di lab sekarang
membimbing beberapa mahasiswa S2 itu benar2 repot. Timingnya susah,
dan motivasi mereka hanya naik kalau sudah dikejar profesor. Ada
istilah lebih baik mendidik orang bodoh daripada mendidik orang
malas.


[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Pakcik

2005/11/22, baskara [EMAIL PROTECTED]:

 On 11/22/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Terlalu banyak yang mau di komentarin Pak. Panjang banget nanti. :)
  Gak akan ada abis2nya, tapi intinya saya merasa pak Budi dengan BHTV
  lebih memilih yang gak realistis.

 Saya justru melihat itu realistis.

Gak tau juga yah. Gue yang gitu begonya atau gimana. Pas tanya SDM apa
yang kita punya, gak jelas dan sepertinya rada anti orang yang
kerjakan kind of accounting software.  Padahal mungkin sebagian besar
adalah orang yang kita punya adalah yang jenis2 begini. Pas tanya apa
yang bisa di kerjakan BHTV? Saya sama sekali gak ketemu clue
(component, i18n, art work, ngoprek). Tapi ini subjektif, loh. Yah,
mudah2an lah sukses

om Baskara dan teman2 yang lain mungkin banyak juga yang merasa itu
realistis dan gak muluk2, ok, go ahead.  Sampai saat ini yang
realistis saya liat itu adalah usaha2 kecil itu.  Karna itu yang ADA
(REAL) di Indonesia. Itu yang perlu dirame kan, di bagusin. bukan
mengharap2kan big company, bukan long digits dollar. :) Tapi kalau
sukses bagi 3 digit dong yah, pengen jalan2 ke palley liat bang
Carlos. :p

--
Pakcik
Under Construction


[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Mohammad DAMT

Pada hari Selasa, tanggal 22/11/2005 pukul 18:01 +0700, Budi Rahardjo
menulis:
 ps: pekerjaan ini sudah lazim dikerjakan di india.
 mungkin bentar lagi vietnam nyusul.
 indonesia? dilewatin aja deh.

Saya ada tau sebuah perusahaan IT Finlandia yang para pengembangnya
sebagian ada di Vietnam. Dari segi kualitas hasil jadi produknya,
ternyata mengecewakan. Produknya sekilas bagus, namun jika ditilik pada
kode sumber programnya ternyata dibuat acakadul dan tidak mengindahkan
tata tertib pemrograman C (mengingat untuk melakukan free kalau sudah
alloc). Memang benar kata teman saya, seseorang harus punya surat izin
kalau ingin memrogram dalam bahasa C [0].

Ternyata (untuk kasus ini) lebih canggih (dan rapi) program-program
buatan beberapa orang yang saya kenal di Indones. 

...

Menurut hemat saya urusan ekspor impor nanti dulu saja, yang diperlukan
sekarang ada jalur dari luar negeri untuk menggiring pekerjaan2 yang di
luar untuk masuk ke dalam. Jadi, ide-ide startup jangan startdown ini
dibuatnya di luar Indon saja, tapi punya cabang di Indones. Di luarnya
itu cuman urusan marketing dan sekretaris saja, tapi urusan cangkul
mencangkul langsung dioper ke dalam.

0. Tidak terima balasan berupa ide untuk mengganti bahasa pemrograman (C
tambah tambah apalagi Erlangga *-P)

 -- budi



[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/22/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Terlalu banyak yang mau di komentarin Pak. Panjang banget nanti. :)
 Gak akan ada abis2nya, tapi intinya saya merasa pak Budi dengan BHTV
 lebih memilih yang gak realistis.

Saya sampai kepada titik ini juga membutuhkan waktu :)
Ini juga berkat didikan dari pak Samaun.
Pasalnya, kita sudah coba cara lama / konvensional (seperti
yang diceritakan Pakcik dengan software house kecil2),
tapi gak jalan.
(Sama seperti mengharapkan PT Telkom mau berubah kali?
he he he. Sorry for the cheap shot.)

Contoh yang paling sederhana. Saya pernah ditanya:
- berapa sih kontribusi software house Indonesia?
  (dalam # pekerja, # devisa)
Banyakan mana dengan pekerjaan merakit komponen di pabrik2
yang sering dikatakan orang industri menjahit saja?
Kalau ditanya begitu, saya hanya biasa mengaku kalah.

Industri elektronika Indonesia, saat ini EKSPOR ke luar negeri
adalah sekitar 6 milyar US. Tenaga kerjanya puluhan ribu orang.

Pakcik mungkin bisa membantu saya menjawab tantangan itu?
Emangnya industri software Indonesia bisa menghasilkan apa?
(Dan seberapa besar?)


 Pertama kali saya masuk milis ini, ada wacana tentang bikin journal.
 Sebenarnya saya mau ketawa saat itu (saya juga sindir kalau gak salah
 di salah satu email, i forgot). But that's your style.  It's ok.

Wah. Saya lupa. Yang mana ini ya?
Journal online atau yang hardcopy? ;-)

Iya, soal journal ini sudah saya dimulai (waktu itu siapa yang
sudah mbukain wikinya ya?) tapi gak jalan juga.
This is exactly our problem: Tidak bisa GET THE JOB DONE :(

ps: soal buat journal. Sama juga permasalahan di luar negeri ;-)
he he he. Soalnya salah seorang profesor saya dulu ada yang
jadi editor dari sebuah jurnal top. Nulis artikel juga bisa
kekeluargaan he he he.


 Buat saya mimpi itu penting, tapi yang paling penting adalah
 realistis.  Ketika saya tanya data SDM di Indonesia, data kerjaan yang
 bisa kerjakan BHTV, itulah gaya gue, pengen tau apa yang real.

Apa yang saya tulis itu realistis pak. Serius lho.
It's not rocket science.
Tanya aja sama Carlos tentang situasi di Silicon Valley.
Gak hebat2 amat (SDM, infrastructure, dsb.).
[Makanya Carlos heran, kok inovasi / ide yang mungkin kelihatan
sederhana dari aplikasi2 baru munculnya di sana?]
Kalau udah gabung/main/bergaul dengan orang2 sono itu
baru kerasa bahwa mereka tuh sama seperti kita2 ini.

Contoh lagi nih. Waktu main-main ke Silicon Valley tahun 2000
(atau 1999 atau 2001, saya lupa), saya tinggal di tempat sobat
saya. (Orang Kanada teman sekelas waktu S2.)
Nah waktu itu dia sudah 11 tahun di Intel.
Mungkin sudah layer ketiga di Intel. Sudah biasa rapat dengan
para bos2 Intel. (Tapi kayaknya belum sering rapat dengan
Andy Grove. he he he.)
Berkali-kali dia mbujukin saya untuk kerja di Intel.
Saya gak mau.
Dia bilang di tempat dia ada anak buahnya dia yang gobloknya
(maaf) minta ampun, masih dipekerjakan juga.

Berikutnya, waktu pak Armein jadi sabatical researcher di
Stanford University saya juga sempat main ke kampusnya dia.
(Juga kampusnya pak Samaun.)
Kami sempat jalan2 ke Brassring. Itu acara perekrutan SDM
besar-besar. Mungkin sebesar JCC. Semuanya perusahaan
yang menawarkan pekerjaan. Setiap ke booth selalu ditanya:
- kamu bisa apa?
- kapan bisa diinterview?
he he he. Waktu saya bilang saya dosen di Indonesia, dia
tanya tentang mahasiswa2nya. Apa saja yang diajarkan,
kapan lulus, kapan bisa ke Amerika untuk interview.
Waktu itu saya lama ngelihatin lowongan kerja di NVIDIA ;-)

Kemudian saya ke Palm, Fujitsu (labs of America), dll.
Sama. Ditawarin kerjaan juga.

My point is, orang di sana juga tidak sedemikian hebat kok.
Saya yang termasuk biasa aja di Indonesia bisa masuk
jajaran orang2 di sana, apalagi rekan-rekan yang pinter2.

Makanya, saya pingin pakcik jalan2 ke Silicon Valley.
Tinggal di sana barang 2 mingguan.
Wake up and smell the coffee.

[ps: kalau dilihat, yang semangat2 ini adalah orang yang pernah
mampir di Silicon Valley ya. Mungkin kena racun di sana.
he he he.]

Pakcik, kalau saya mikir yang realistis2, mungkin nggak
repot2 nulis (blog, email, buku, tulisan, dll.)
Asyik aja mroyek di Pemerinatahan.
(Atau sekalian jadi anggota DPR atau birokrat Pemerintah)

Untungnya saya mikir aneh (out of the box) :)

Beberapa waktu yang lalu (2 bulan lalu), saya diundang IBM
untuk ikut Deep Dive Session mereka di New Delhi.
Tugasnya adalah terlibat dalam pemikiran tentang inovasi
(memprediksi next generation business mereka) :)
Ini bagian dari program Global Inovation Outlook mereka.
Mulai dari memperkirakan bisnis energi, sampah, lingkungan,
dan seterusnya.
Saya paksakan diri ikut acara ini karena saya ingin tahu
how does IBM manage innovation? Ini adalah bagian dari
proses belajar saya.

Beberapa tahun yang lalu saya dua kali diundang oleh
Schlumberger untuk mendiskusikan internal business mereka.
(Sempat ngobrol2 dengan CEOnya. dsb.)
Again, it's part of my education.

Kembali ... point saya:
mereka sama-sama orang biasa seperti kita-kita ini.

hanya ... 

[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Budi Rahardjo

...
On 11/22/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:

 om Baskara dan teman2 yang lain mungkin banyak juga yang merasa itu
 realistis dan gak muluk2, ok, go ahead.  Sampai saat ini yang
 realistis saya liat itu adalah usaha2 kecil itu.  Karna itu yang ADA
 (REAL) di Indonesia. Itu yang perlu dirame kan, di bagusin. bukan
 mengharap2kan big company, bukan long digits dollar. :)
...

Gak papa pakcik. Saya sudah mencoba menjelaskan hal ini di darat,
dengan ngomong langsung ke beberapa orang, membutuhkan waktu
yang cukup lama. Apalagi via email ya.
Saya coba sekali lagi, setelah itu saya akan mencari cara lain
untuk menjelaskan dengan lebih baik.

Begini.

Kita-kita, atau saya saja deh, ini tidak punya pendidikan
dalam mengembangkan sebuah produk/servis dari industri besar
(sungguhan). Kebanyakan kita belajar dari sekolah sehingga
kita lulusan sekolah.

Nah, untuk mengetahui pendidikan industri maka semestinya
juga kita bersekolah di industri. Menurut pak Samaun,
inilah yang dilakukan oleh Singapura. Mereka dengan sadar
mendatangkan perusahaan2 besar itu untuk bersekolah
di perusahaan tersebut. Tentu saja untuk bersekolah ini
ada biayanya dan tidak murah juga. Tapi tujuannya adalah
bukan sekedar membuka perusahaan besar tersebut saja.
Di sekolah ini kita bisa belajar:
- bagaimana memanage project besar
  (misal, bagaimana memanage pekerjaan dengan 100 programmer?)
- bagaimana melakukan pemecahan project2 itu?
- dst. dst. dst.

Setelah lulus, baru kita bisa buat sekolah sendiri.
Jadi orang-orang seperti Carlos, MDAMT, Ariya, dsb. itu
mereka sedang bersekolah di perusahaan besar.
Suatu saat nanti (10? 15? 20? 25? years down the road)
mereka kembali ke Indonesia dan dapat mengajarkan
cara kerja mereka ... dengan membuka perusahaan di Indonesia.

Begitu pakcik.

Saya berharap juga pakcik bisa tetap berjalan dengan yang
kecil-kecil. Siapa tahu yang kecil-kecil ini bisa membuat
lapangan pekerjaan bagi 100.000 pekerja, seperti yang
ada di industri lain. Prove me wrong, pak.

ps: sekarang di tempat pakcik ada berapa orang pekerja?

-- budi


[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik baskara

On 11/22/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Again ... sebenarnya sih kita mampu. Asal MAU...

Sependapat pak. Yang kurang itu informasi mengenai how to get the job
done. Untuk Pak Budi yang wawasannya banyak mungkin bisa membayangkan
how to get the job done saat ada tawaran pekerjaan atau kesempatan
baru.

Saya pernah mendapatkan masalah culture. Ada sebuah kerjaan
outsource dari luar negeri. Dasar modal nekat warisan ala di himpunan
mahasiswa, kita terima saja. Kita bilang bisa! OK, satu per satu
kerjaan bisa dilakukan hingga akhirnya ada satu bagian yang driver
untuk sebuah device tidak ada (linux based). Ditambah lagi pihak
pemberi pekerjaan ternyata menganggap budaya kerja kita sama dengan
mereka (laporan tiap hari! at least once in a week). Kita bingung
laporan seperti apa yang mereka inginkan. Sudah dicoba berbagai macam
deskripsi laporan tetapi dianggap masih kurang. Padahal sudah berjalan
sekitar 2 bulan. Akhirnya cannot get the job done. :-(


[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Pakcik

2005/11/22, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:
 Saya berharap juga pakcik bisa tetap berjalan dengan yang
 kecil-kecil. Siapa tahu yang kecil-kecil ini bisa membuat
 lapangan pekerjaan bagi 100.000 pekerja, seperti yang
 ada di industri lain. Prove me wrong, pak.

boleh tau progress reportnya BHTV Pak? Udah berapa lapangan pekerjaan
yang di create BHTV Pak selama ini dengan nunggu2 Big Company?

 ps: sekarang di tempat pakcik ada berapa orang pekerja?

1 Pak, bikin software accouting lagi. :(

--
Pakcik
Under Construction


[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Pakcik

2005/11/22, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:
 Pasalnya, kita sudah coba cara lama / konvensional (seperti
 yang diceritakan Pakcik dengan software house kecil2),
 tapi gak jalan.

pak Budi berharap kita bisa jalan dengan yang gede, tapi gak jalan
dengan yang kecil?

 Industri elektronika Indonesia, saat ini EKSPOR ke luar negeri
 adalah sekitar 6 milyar US. Tenaga kerjanya puluhan ribu orang.

Ini saya setuju Pak. Terus di perjuangkan ini.

 Pakcik mungkin bisa membantu saya menjawab tantangan itu?
 Emangnya industri software Indonesia bisa menghasilkan apa?
 (Dan seberapa besar?)

Mungkin zero Pak.  Jadi BHTV gak ada agenda buat software industry? 
Jadi buat apa Microsoft, Google, dan lain2 itu ditunggu Pak?  Suruh
orang itu bikin pabrik elektronika?

 Tanya aja sama Carlos tentang situasi di Silicon Valley.
 Gak hebat2 amat (SDM, infrastructure, dsb.).
 [Makanya Carlos heran, kok inovasi / ide yang mungkin kelihatan
 sederhana dari aplikasi2 baru munculnya di sana?]

Ini fact, kenapa disana? SDM nya emang lebih baik.

 My point is, orang di sana juga tidak sedemikian hebat kok.
 Saya yang termasuk biasa aja di Indonesia bisa masuk
 jajaran orang2 di sana, apalagi rekan-rekan yang pinter2.

hehe ..  Pernah dengar begini gak Pak? Dia itu gak hebat/pinter kok,
karna rajin aja bisa begitu  Bukankah orang yang gak bisa rajin itu
adalah orang goblok? Sama dengan mereka itu gak ada apa2nya kok, hanya
bisa GET THE JOB DONE. Sekali lagi, bukankah orang yang gak bisa GET
THE JOB DONE itu orang goblok?

Tapi mungkin ini bisa di perbaiki. Makanya selalu gue bilang Task no.1
itu adalah SDM. Selama ini gak bisa dipecahkan, no way. Karna industri
ini tentang SDM.  Issue kerjaan di US lari ke India bukankah itu
tentang issue SDM? Ada SDM untuk mengerjakan kerjaan di India. And
don't tell me that India is nothing, hanya bisa GET THE JOB DONE.

Kecuali emang BHTV maunya industri yang padat karya, yang pake otot.
Saya sangat mendukung ini. Karna kita punya banyak otot.

 Makanya, saya pingin pakcik jalan2 ke Silicon Valley.
 Tinggal di sana barang 2 mingguan.
 Wake up and smell the coffee.

iya nih. :) pengen .. lagi tunggu siapa tau kecipratan, mungkin bentar
lagi ada yang IPO disini, with 10 digits business :)


--
Pakcik
Lagi Mimpi ke Palley


[teknologia] Re: top posting

2005-11-22 Terurut Topik Ikhlasul Amal

On 11/22/05, Jay [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Banyak orang salah mengartikan thread dilihat dari subyek, sama
 seperti Gmail membuat konsep conversation hanya dilihat dari subyek,
 subyek diganti --dalam mode reply, bukan new compose email-- jadi
 thread baru padahal jika diurut secara teknis tetap satu thread.


Yup, saya tetap lebih senang gaya penampilan ulir diskusi (thread
view) di Mutt dibanding Gmail. Di Gmail pemakai memang mudah melihat
bahwa ada respon/email baru untuk sebuah percakapan, namun tetap sulit
mendapatkan gambaran sebuah email menjawab email yang mana dalam
sebuah percakapan, karena semua ditumpuk secara linier, begitu saja
urut dari awal ke akhir.

*sambil menunggu janji antarmuka Yahoo! Mail yang konon lebih baik lagi.

--
amal


[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

  My point is, orang di sana juga tidak sedemikian hebat kok.
  Saya yang termasuk biasa aja di Indonesia bisa masuk
  jajaran orang2 di sana, apalagi rekan-rekan yang pinter2.

 hehe ..  Pernah dengar begini gak Pak? Dia itu gak hebat/pinter kok,
 karna rajin aja bisa begitu  Bukankah orang yang gak bisa rajin itu
 adalah orang goblok? Sama dengan mereka itu gak ada apa2nya kok, hanya
 bisa GET THE JOB DONE. Sekali lagi, bukankah orang yang gak bisa GET
 THE JOB DONE itu orang goblok?

Maksudnya BBR itu begini lho,ini karena pengalaman sich.
Kalau di perusahaan inovatif,pada umumnya,yang mendirect company maju
memang top engineering dan top management,dari level software
director,Project Management/Business Development director keatas.Ini
memang orang-orang SUPER-SMART dan frankly susah untuk orang Indonesia
bersaing dengan mereka secara massive.

Tapi,Kalau di level mid-level engineering,middle management seperti
manager,dan engineer2 di TAC,DevTest,sebagian hardware engineering,kita
masih bisa bersaing.

Kalau infrastruktur ya bedalah,gua download redhat semuanya cuman 10
menit doang,tapi ini bukan jadi alasan.


  Makanya, saya pingin pakcik jalan2 ke Silicon Valley.
  Tinggal di sana barang 2 mingguan.
  Wake up and smell the coffee.

 iya nih. :) pengen .. lagi tunggu siapa tau kecipratan, mungkin bentar
 lagi ada yang IPO disini, with 10 digits business :)


Kalau mau 10 digit-bisnis revenue dan growth,jangan ke valley Pak,anda
sudah terlambat,mending ke Bangalore aja(atau shanghai)  dan join
InfoSys...mulai dari call centre,CRM sampai troubleshooting CIsco
mereka kerjakan...disono engineer2nya pada semangat habis kalo
mereka bisa mengalahkan silicon valley... 


Carlos



[teknologia] Re: REDHAT Revenues ...more detail (was: Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities)

2005-11-22 Terurut Topik Zaki Akhmad


Budi Rahardjo wrote:

 -- budi

Wah topik diskusi-nya jadi kemana-mana nih. Tapi seru juga sih, saya
jadi semangat bacanya. Baca dari #1-#49. Kalau topiknya spesifik soal
BHTV-BHTV-an, kenapa gak memanfaatkan milis BHTV saja Pak Budi? Jadi
bisa lebih fokus. Kecuali kalau memang diharapkan terjadi diskursus
mendalam dengan menganggap pembaca milis teknoblogia lebih beragam.

Sekian
-za,



[teknologia] Cara Singapore Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 Nah, untuk mengetahui pendidikan industri maka semestinya
 juga kita bersekolah di industri. Menurut pak Samaun,
 inilah yang dilakukan oleh Singapura. Mereka dengan sadar
 mendatangkan perusahaan2 besar itu untuk bersekolah
 di perusahaan tersebut. Tentu saja untuk bersekolah ini
 ada biayanya dan tidak murah juga. Tapi tujuannya adalah
 bukan sekedar membuka perusahaan besar tersebut saja.

Saya yakin Pak Budi sudah tahu.
Tapi memang Singapore punya kerjasama pendidikan dengan Pemerintah AS
dimana mereka bias mengirimkan student singaporenya ke perushaan di US
untuk magang disini,termasuk Valley,ini nama programnya H1B Singapore
kalau saya ndak salah.

Mereka dikirim ke leading perushaan seperti Cisco dan Genentech.
Ada bond-nya juga sich setelah itu but that's not big deal.

Lucunya saya jadi malah lebih sering ketemu Indonesian yang punya PR di
Singapore dan diangkut pemerintah Singapur untuk dimagangkan di
perushaan di AS.


Carlos



[teknologia] Re: REDHAT Revenues ...more detail (was: Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities)

2005-11-22 Terurut Topik adi

On Tue, Nov 22, 2005 at 07:51:34AM -, Muhamad Carlos Patriawan wrote:
 Redhat 80% revenuenya berasal dari _penjualan_software_

tidak. subscription ya subscription. kalau redhat menggunakan kata
'jual', ada implikasi legal. go figure ...

tapi, beware, kalau diterusin ini menyangkut (lagi) topik soal
kapitalisme. anda sudah menyebutkan implisit di email anda yang lain.
soal resistensi orang :-) mestinya, saya hakul yakin, itu 100% bisa
di-apply ke diri anda sendiri.

Salam,

P.Y. Adi Prasaja

-- 
Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)



[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik adi

On Tue, Nov 22, 2005 at 03:05:44PM +0200, Mohammad DAMT wrote:
 0. Tidak terima balasan berupa ide untuk mengganti bahasa pemrograman (C
 tambah tambah apalagi Erlangga *-P)

nyindir siapa hayoo :-))

untuk telco, kabarnya erlangga ini juga menjadi pendamping yang seimbang
untuk java. java kebanyakan dipasang di sisi 'frontend' dan interkoneksi
dengan billing (oracle dan sejenisnya). dibelakangnya erlangga dan C.

dulu saya ketemu orang yang bilang: kalau anda ndak ngerti java, anda
belum pantas berurusan dengan operator :-) background: padahal saya itu
datang untuk menawarkan jasa web development (mereka yang minta kita
presentasi sih), saya usul pakai php+smarty lebih asik dan bilang untuk
interkoneksi dengan *frontend* (wrapper) smsc pun bisa pakai php, karena
saya tahu ybs pakai http juga untuk keperluan ini.

kalau saya bilang saya bisa kirim sms ke gateway dia pakai shell script,
barangkali langsung dipanggilin satpam dan diusir :-))

btw, kebanyakan operator seluler di sini masih mendatangkan vendor dari
luar untuk banyak porsi yang sebenarnya bisa diselesaikan sendiri.
barangkali karena belum 'sadar' kalau bisa. ada bbrp yang sudah bisa
develope sendiri sih, dan ada juga yang sudah dioutsource ke perusahaan
lokal (sukurlah). tapi nafas bule minded-nya masih kental.

Salam,

P.Y. Adi Prasaja

-- 
Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)



[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik adi

On Tue, Nov 22, 2005 at 05:33:21PM +0700, Budi Rahardjo wrote:
 saya rasa bukan itu.  waktu itu rms menjelaskan bahwa tidak benar
 bahwa kalau semua program adalah free software maka tidak ada gunanya
 sekolah di jurusan komputer.  kemudian dia mengeluarkan statistik
 bahwa sebagian besar para programmer itu tidak membuat produk
 proprietary.  (betul juga ya? memangnya berapa persen lulusan
 sekolahan yang kerja di mikrosoft?) dia bilang bahwa sebagian besar
 lulusan jurusan komputer pun (dari dulu dan sekarnag) tidak
 menghasilkan produk proprietary.
 
 tentu saja itu dari kacamata rms :)

thx kasih info backgroundnya. masuk akal. tapi, walaupun saya ndak punya
statistik, tapi saya berani taruhan kalau rms salah :-)

Salam,

P.Y. Adi Prasaja

-- 
Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)



[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik adi

On Tue, Nov 22, 2005 at 11:15:01PM -, Muhamad Carlos Patriawan wrote:
 Nah,disinilah salah satu pentingnya BHTV untuk menunjukkan harga diri
 engineer Indonesia kalau kita  can do the job.Tapi tentu
 saja,profesionalisme juga harus ditingkatkan supaya kita lebih credible
 baik didalam dan diluar (meskupun secara teknis mampu).

Terus terang saya tidak bisa menarik ide BHTV ini, berhubung saya lebih
setuju ke arah pengembangan perusahaan-perusahaan kecil (accounting, web
development dll).

Pada akhirnya dampaknya sama (in the long run). Dengan mengerjakan yang
kecil-kecil gini kan 'trust' orang bisa naik juga, bahkan tidak sedikit
yang mendapat kesempatan mengerjakan sesuatu yang lebih besar dengna
mengerjakan yang kecil-kecil ini dulu.

Di sisi yang lain, masih di sini juga, ada bbrp rekan yang berjuang
mati-matian untuk mengenalkan opensource. seperti pak rus dkk (pak budi
masuk juga di sini lho melalui infolinux misalnya). Kebetulan di sini
pun, misalnya pembuatan distro lokal seperti blankon, saya juga kurang
setuju :-) But it DOES work! mau bilang apa :-) Note: usaha-usaha
menggali potensial demand seperti ini (opensource/linux cuman
kendaraan), jarang yang tertarik melakukan loh. Pak Rus dkk sudah
bercucuran keringat untuk ini (sorry, saya cuman kenal/tahu Pak Rus,
buat yang lain yang tidak saya sebut, respect saya sama sekali tidak
lebih kecil), untuk satu seminar paling dibayar cuman 500 perak
(he..he.. ini ngaco berat, saya tidak tahu berapa yang didapat, tapi
seandainya mereka bisa mendatangkan rejeki dari sini so be it, mereka
pantas untuk itu). Coba bayangkan kalau 'kue-nya' sudah besar, pasti
bejibun yang mau berebut, say bye-bye to Pak Rus dkk.

Jadi, semuanya itu soal pilihan, kalau setuju bantulah, kalau tidak
setuju kritiklah.  Tapi saya sangat tidak setuju kalau kritik terhadap
BHTV, misalnya, bergeser menjadi budi rahardjo bashing (Pak, anda tidak
perlu capek-capek menunjukkan who you are hanya untuk membuktikan bahwa
ide BHTV itu benar hi..hi..). Saya ndak bisa bayangkan kalau ide BHTV
itu dicetuskan oleh orang yang sama sekali tidak dikenal :-) (paimo,
paimin dll). Ide itu bisa datang dari siapa saja. Rule of thumb: kalau
kita mengumpulkan orang-orang yang berpengalaman saja, itu akan
menghasilkan gangster dan mafia, kalau kita berprinsip pada rasionalisme
dan obyektifitas, itu akan melahirkan kompetisi bebas dan
profesionalisme. dan untuk ini pun, saya tidak berniat menghakimi,
kembali ke soal pilihan. Kalau suka, ya pakai, kalau ndak yo wis.

Salam,

P.Y. Adi Prasaja

-- 
Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)



[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

adi wrote:
 On Tue, Nov 22, 2005 at 11:15:01PM -, Muhamad Carlos Patriawan wrote:
  Nah,disinilah salah satu pentingnya BHTV untuk menunjukkan harga diri
  engineer Indonesia kalau kita  can do the job.Tapi tentu
  saja,profesionalisme juga harus ditingkatkan supaya kita lebih credible
  baik didalam dan diluar (meskupun secara teknis mampu).

 Terus terang saya tidak bisa menarik ide BHTV ini, berhubung saya lebih
 setuju ke arah pengembangan perusahaan-perusahaan kecil (accounting, web
 development dll).

BHTV isinya semuanya Pak,dari yang kecil sampai besar.

Tapi gak papa,semua jalan terus,kita semua sebenarnya satu ide,cuman
jalanya saja yang berbeda-beda karena beda pengalaman dan beda wawasan.

Untuk melihat apakah BHTV realistis atau tidak,cukup beli tiket pesawat
ke Bangalore dan jangan ke Silikon valley.Cuman 2 jam perjalanan dari
Bangkok koq.

Karena ini pilihan,ya stop ber-bashing-ria,apalagi tukang cukur.
Salah satu naturenya orang India,mereka sangat respect dengan guru
(whatever that means).


Carlos



[teknologia] Re: Infrastruktur TI Indonesia was [teknologia] Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-22 Terurut Topik Andriansah
terus terang saya nggak ngerti bisnis biotech.apa sih hebatnya. kemudian saya tanya ke salah
satu entrepreneur hebat indonesia: iskandar alisyahbana.dia menjelaskan kepada saya. barulah saya ngeh.Tolong di share pak -- Andriansah 


[teknologia] Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia

2005-11-22 Terurut Topik [EMAIL PROTECTED]

Sukseskan pembentukan Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia demi masa depan
perpajakan yang lebih berkeadilan, transparan, berimbang dan tetap
berorientasi pada kesejahteraan publik.

Dapatkan:

- Proposal pembentukan asosiasi
- Draft AD/ART
- Formulir pendaftaran calon anggota asosiasi
- Alamat-alamat sementara asosiasi.

Milis - http://groups.yahoo.com/group/appindo
Email - [EMAIL PROTECTED]
Telepon - 021-4531068
Fax - 021-4524937
Kantor - Jl. Boulevard Raya Blok FW I/5 Kelapa Gading Permai Jakarta
14240
Contact Person: Retno

Pay attention now or pay more tommorow!



[teknologia] Re: Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia

2005-11-22 Terurut Topik enda nasution
On 11/23/05, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote:
Sukseskan pembentukan Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia demi masa depanperpajakan yang lebih berkeadilan, transparan, berimbang dan tetap
berorientasi pada kesejahteraan publik.Dapatkan:- Proposal pembentukan asosiasi- Draft AD/ART- Formulir pendaftaran calon anggota asosiasi- Alamat-alamat sementara asosiasi.Milis - 
http://groups.yahoo.com/group/appindoEmail - [EMAIL PROTECTED]Telepon - 021-4531068Fax - 021-4524937Kantor - Jl. Boulevard Raya Blok FW I/5 Kelapa Gading Permai Jakarta
14240Contact Person: RetnoPay attention now or pay more tommorow!

Hmm pengorganisasian diri para pembayar pajak seperti ini yang saya
bayangkan bakal terjadi setelah NPWP kemarin digalakkan. Bakal kuat ga
nanti lobby-nya? :D

Om solusipajak, cerita lebih banyak dong [mana websitenya kok ga ada website?] ini asosiasi tujuannya buat apa?

Apa cuma sebatas technicality + info + kemudahan pembayar pajak dan
berhubungan dengan pajak, atau dimaksudkan sebagai watchdog praktek
pembayaran/pungutan pajak?


--enda Visit my blog. Click herehttp://enda.goblogmedia.com


[teknologia] Re: Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia

2005-11-22 Terurut Topik Yulian Firdaus H.

Pada hari Selasa, tanggal 22/11/2005 pukul 18:16 -0800,
[EMAIL PROTECTED] menulis:
 Sukseskan pembentukan Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia demi masa depan
 perpajakan yang lebih berkeadilan, transparan, berimbang dan tetap
 berorientasi pada kesejahteraan publik.

Ini sih namanya mau bikin negara baru, sebab seluruh warganegara adalah
pembayar pajak.





[teknologia] Re: top posting

2005-11-22 Terurut Topik Ikhlasul Amal

On 11/23/05, Arie Reynaldi Z [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Inilah perbedaan antara orang awam dengan orang teknis. Mereka akan
 nambah pusing kalau baca model thread yang ditawarin mutt. Karena
 lebih sulit dibacanya. Saya lebih seneng pake pine, karena plain and
 simple :). gmail menurut saya juga seperti ini, sederhana gak harus
 direpotin sama tree conversationnya. Simple aja, seperti yang
 dibutuhkan orang awam..  Jadi, selamat datang di dunia orang awam. :)


Sebenarnya tidak terlalu awam-awam sekali, pun bukan ahli, misalnya
begini: di sebuah ulir diskusi saya sedang menunggu respon peserta
diskusi lain yang menimpali pendapat saya, atau terdapat dua kelompok
yang membicarakan sebuah topik (sehingga menjadi subtopik) dan saya
lebih condong membahas dari subtopik-A. Nah, jika ditumpuk begitu saja
(linear), saya perlu memeriksa setiap ada pesan baru di ulir diskusi
tersebut (seperti yang saya lakukan di Gmail). Ternyata, email baru
yang masuk *bukan* respon terhadap pendapat saya. (kecele?)

--
amal


[teknologia] Re: top posting

2005-11-22 Terurut Topik Trias Adijaya
On 11/23/05, Ikhlasul Amal [EMAIL PROTECTED] wrote:
On 11/23/05, Arie Reynaldi Z [EMAIL PROTECTED] wrote: Inilah perbedaan antara orang awam dengan orang teknis. Mereka akan nambah pusing kalau baca model thread yang ditawarin mutt. Karena
 lebih sulit dibacanya. Saya lebih seneng pake pine, karena plain and simple :). gmail menurut saya juga seperti ini, sederhana gak harus direpotin sama tree conversationnya. Simple aja, seperti yang
 dibutuhkan orang awam..Jadi, selamat datang di dunia orang awam. :)Sebenarnya tidak terlalu awam-awam sekali, pun bukan ahli, misalnyabegini: di sebuah ulir diskusi saya sedang menunggu respon peserta
diskusi lain yang menimpali pendapat saya, atau terdapat dua kelompokyang membicarakan sebuah topik (sehingga menjadi subtopik) dan sayalebih condong membahas dari subtopik-A. Nah, jika ditumpuk begitu saja
(linear), saya perlu memeriksa setiap ada pesan baru di ulir diskusitersebut (seperti yang saya lakukan di Gmail). Ternyata, email baruyang masuk *bukan* respon terhadap pendapat saya. (kecele?)--amal


Ngobrolin ttg gmail, sampe sekrang saya engga ngerti kenapa Gmail masih
Beta, padahal udah punya banyak programmer terhebat di dunia. Kalo
masih belum beres di email kenapa juga bikin service baru model
googlemap. dll . 
Ini menyalahin aturan get the job done engga sih ?
coba liat produk lain yg masih beta froogle.google.com
ada yg tau informasi dapur google kenapa bisa gimana ? 


trias





[teknologia] Re: google labs, beta

2005-11-22 Terurut Topik Ronny Haryanto
On Wed, Nov 23, 2005 at 12:57:52PM +0700, Trias Adijaya wrote:
 Ngobrolin ttg gmail, sampe sekrang saya engga ngerti kenapa Gmail
 masih Beta, padahal udah punya banyak programmer terhebat di dunia.

Beta bisa diartikan selalu dikembangkan dan diperbaiki.

Ada malah yg permanent beta, saya lupa apa, kalo gak salah
tapeitofftheinternet.com.

 Kalo masih belum beres di email kenapa juga bikin service baru
 model googlemap. dll .

Development dan innovation ada yg depth ada juga yg breadth. Kenapa
nggak dua2nya bareng kalo memang bisa?

Saya orgnya suka big picture dan suka rapid prototyping, top-down,
liat garis besarnya baru worry about details later, maka saya lebih
condong ke improve breadth dulu, baru selectively improve depth. Lebih
make sense, apalagi kalo saya jadi Google, saya akan begitu juga
researchnya. Try many ideas, see what works, then improve the ones
that work first.

 Ini menyalahin aturan get the job done engga sih ?

Aturan dr mana? Hehe.

Done bisa diartikan dikerjakan, belum tentu selalu berarti
selesai.

Ronny


pgpTl5Xyhl61f.pgp
Description: PGP signature


[teknologia] Amerika engga jadi outsource ke luar negerinya

2005-11-22 Terurut Topik Trias Adijaya
Selagi kita (Indonesia) ribut2 mo ikutan jadi outsource spt India dan China 
eh Amerika lebih seneng kirim kerjaan ke daerah rural-nya mereka .

http://wired-vig.wired.com/news/business/0,1367,69585,00.html?tw=wn_tophead_2

Trias Adijaya


[teknologia] Re: google labs, beta

2005-11-22 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Ronny Haryanto wrote:
 On Wed, Nov 23, 2005 at 12:57:52PM +0700, Trias Adijaya wrote:
  Ngobrolin ttg gmail, sampe sekrang saya engga ngerti kenapa Gmail
  masih Beta, padahal udah punya banyak programmer terhebat di dunia.

 Beta bisa diartikan selalu dikembangkan dan diperbaiki.

Kemungkinan masa Beta-nya Google bertahun-tahun berdasarkan metode
yang mereka pakai.

Kurang lebih software dev cycle ini begini untuk vendor
produk/appliance :

1. In house software coding(design,architecture,coding,unit
testing)---masuk ke Alpha Cycle--small testing cycle--Beta Cycle--
terus Masuk ke software QA Group untuk long period Testing
cycle--nanti sampai beberapa stable release,Beta code akan diberikan
kepada customer-customer khusus,ini biasanya dinamakan FCS.

2. FCS Code (First Customer Shipment) adalah beta release untuk Beta
customer,code diharapkan stable enough untuk customer2
tertentu,biasanya akan ketemu beberapa bugs dan issue lagi disini,dari
step ini,customer akan beri input masalah dan bugs yang mereka temukan.

3. Software Dev. membetulkan kembali bugs dari customer code
--Retesting di QA (biasanya dilakukan Regression Group)---kemudian
code direlease sebagai Full Builds dengan status General
Availability(GA),yang artinya qualitasnya diharapkan bisa digunakan
semua customer.



  Kalo masih belum beres di email kenapa juga bikin service baru
  model googlemap. dll .

 Development dan innovation ada yg depth ada juga yg breadth. Kenapa
 nggak dua2nya bareng kalo memang bisa?

Sebenarnya pertanyaan anda sudah di level software management.

Di networking misalnya,kita bisa saja punya 2 atau lebih produk,satu
produk adalah existing produk,sementara produk lain berupa
Next-Generation produk,misalnya.

Dua-duanya harus bisa berjalan secara parallel.Jadi ada small-scale
software team yang mengerjakan bug fixes di existing produk release
10.0,ada yang mengerjakan new feature di existing produk di release
11.0.Nanti sesuai deadline,kedua code tersebut bisa saja di merging.

Sementara diteam next-gen produk,mereka punya Alpha,Beta release cycle
dari release 1.0 yang produk dan cycle-nya sama sekali beda dengan
produk existing produk.

Jadi,untuk membuat produk,gak perlu menunggu produk yang ada selesai
dulu karena bisa diselesaikan secara parallel.Ini masalah software
resource dan project management saja (yang saya sependapat dengan
BBR,orang Indonesia kebanyakan belum berpengalaman untuk ini).

Kalau mengikuti model software development ala small-scale proyek
ini,biasanya developer gak reports ke software director(walaupun secara
hirarki iya),tapi report ke
Product Manager dan Release manager masing2 software.

Approach ini banyak dipakai perushaan vendor seperti di Networking.



  Ini menyalahin aturan get the job done engga sih ?

 Aturan dr mana? Hehe.

 Done bisa diartikan dikerjakan, belum tentu selalu berarti
 selesai.

Done itu artinya meet deadline dan requirement.

Requirement bisa berasal dari Functional dan Technical
Specification.Plus,explicit Acceptance test misalnya produk ini gak
bisa direlease jika masih ada 10 bugs showstopper.


Carlos



[teknologia] Re: top posting

2005-11-22 Terurut Topik Mohammad DAMT

Pada hari Rabu, tanggal 23/11/2005 pukul 11:49 +0700, Arie Reynaldi Z
menulis:
 *Lirik email sesudahnya dari bung MDAMT * Ternyata evolution tergerak
 untuk bikin group mail converstation seperti gmail. Jadi jawaban saya:
 iya :)

Sponsor duit US$4500 untuk pembuatan fitur percakapan di Evolution itu
google loh. *-)

 --
 Arie Reynaldi Zanahar
 reymanx at gmail.com
 http://www.reynaldi.or.id



[teknologia] Re: Amerika engga jadi outsource ke luar negerinya

2005-11-22 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Trias Adijaya wrote:
 Selagi kita (Indonesia) ribut2 mo ikutan jadi outsource spt India dan China
 eh Amerika lebih seneng kirim kerjaan ke daerah rural-nya mereka .

 http://wired-vig.wired.com/news/business/0,1367,69585,00.html?tw=wn_tophead_2

Halo Pak,

Yang anda tangkap diatas itu masih salah satu bentuk terkecil
outsourcing.

Kalau anda baca bukanya thomas friedman,dia beri contoh studi kasus
outsourcing ke India,China,Thailand dan daerah rural amerika.

Contoh untuk daerah rural amerika adalah perushaan Airlines JetBlue
yang menyerahkan proses reservation/call center ke Ibu-ibu di Utah
(orang mormon).

Kalau mau saya jelaskan satu-satu outsourcing yang ke
India,wah.banyak bangeet,mulai dari software maintenance
release,call-center untuk mass-marketing/nyepam lewat telepon  sampai
customer-call-center Citibank.

Yang orangnya ngaku-ngaku namanya John padahal aslinya Jayesh :)
Ini mereka disekolahin accent neutralization dulu lho ...


Carlos