[psikologi_net] Titik Awal dan Titik Akhir

2008-11-04 Terurut Topik Vincent Liong
Titik Awal dan Titik Akhir

Ditulis oleh :  Vincent Liong dan Anton Widjojo 
Tempat, Hari, dan Tanggal :  Jakarta, Selasa, 4 November 2008

e-link tempat diskusi:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/4128 
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24828 
http://groups.yahoo.com/group/kompatiologi/message/83 
(balasan untuk email ini harap di cc ke email: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL 
PROTECTED] )



Gara-gara ada titik, selanjutnya orang belajar membuat garis. Setelah bisa 
membuat garis, lalu membuat gambar di bidang yang datar; misalnya dengan 
membuat tattoo di tangan atau melukis di tembok goa, untuk melukiskan hal-hal 
yang dia kenal dalam hidupnya. Akibat bisa menggambar, selanjutnya orang bisa 
merencanakan untuk membangun
bangunan ruang.

Gara-gara duduk di atas kompor lima menit terasa satu jam, dan duduk di atas 
pangkuan wanita satu jam terasa lima menit; maka terdefinisilah dimensi waktu 
yang relatif. Gara-gara waktu dipahami sebagai dimensi, maka ditemukanlah hukum 
kekekalan energi.

Setelah adanya pemahaman ‘kompatiologi’ bahwa yang tadinya titik tanpa dimensi 
itu, ketika dia memiliki ‘range’(jangkauan dan skala) maka dia menjadi 
berdimensi; yaitu berupa garis sehingga kita kenal bahwa garis itu adalah satu 
dimensi. Ini dapat dikembangkan terus diharapkan menjadi dimensi-dimensi 
selanjutnya.

---

Ada hal-hal yang sifatnya hasil akhir yang kita anggap pasti. Ketika kita 
melihat ada suatu garis kita menganggapnya sebagai suatu kepastian, seperti 
kita melihat; gambar di permukaan bidang datar, melihat sebuah bangunan ruang, 
atau tepat jam berapakah detik ini… 

Bagaimana kalau kita mengamati situasi di sekitar kita dengan sudutpandang yang 
berbeda. Bilamana diri kita adalah sebuah titik; kita bisa menjadi bagian dari 
suatu garis, bagian dari suatu gambar, bagian dari suatu bangunan ruang, atau 
bagian dari perjalanan waktu; atau bagian dari kesemuanya… Apa yang akan 
terjadi ?





Download e-book Kompatiologi :
* Kompatiologi Logika Komunikasi Empati 
http://rapidshare.com/files/137418283/kompatiologi_logika_komunikasi_empati.pdf.html
 
http://rapidshare.com/files/137418284/kompatiologi_logika_komunikasi_empati.rtf.html
* Catatan Harian Seorang Pendekon Kompatiologi Andy Ferdiansyah
http://rapidshare.com/files/137418285/catatan_harian_seorang_pendekon_kompatiologi_andy_ferdiansyah.pdf.html
http://rapidshare.com/files/137418286/catatan_harian_seorang_pendekon_kompatiologi_andy_ferdiansyah.rtf.html
* Kitab Angin Kompatiologi
http://rapidshare.com/files/137418287/Kitab_Angin_Kompatiologi_Juswan_Setyawan.rar.html



Perkembangan terakhir Kompatiologi ke ranah Tekhnik Audio Video Profesional

Per tgl 1 November 2008 Vincent Liong (pendiri Kompatiologi) tidak terasa masuk 
ke penerapan kompatiologi di bidang tekhnik audio dan video (berbagai tekhnik 
yang berkaitan dengan 5 panca indra). Sejak awal disebarluaskan di tahun 2006an 
kompatiologi dikembangkan di bidang-bidang non-tekhnik seperti metafisika, 
psikologi, kedokteran alternatif, dlsb.

Mulai dengan pengumuman ini kompatiologi akan dikembangkan di bidang
'tekhnik'(berhubungan dengan alat/mesin, dlsb) untuk membantu 
pekerjaan-pekerjaan tekhnik. Untuk sementara Vincent Liong akan fokus ke 
hal-hal penerapan tekhnik daripada kompatiologi.

Bilamana ada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan/jasa audio dan video
profesional dari sekala kecil sampai besar yang bisa saja kami kerjakan dapat 
contact langsung dengan Vincent Liong dan 'Anton Widjojo' (mentor tekhnik 
Vincent Liong).

Contact Person:
* Anton Widjojo (sms ke 08164827424)
* Vincent Liong 021-5482193,5348567/46(Home) 021-70006775(CDMA Flexi)
021-98806892(CDMA Esia) 08881333410(CDMA Fren)


  Stay informed with Yahoo!Xtra News - http://nz.news.yahoo.com


[psikologi_net] Renungan Malam Idul Fitri : Kasih dan Keadilan Tuhan

2008-09-28 Terurut Topik Vincent Liong
Renungan Malam Idul Fitri : Kasih dan Keadilan Tuhan 

Ditulis oleh: Vincent Liong 
Tempat, Hari  Tanggal: Jakarta, Senin, 29 September 2008 



Tujuan dibuatnya agama-agama dan berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan 
dengan ranah kemanusiaan adalah; untuk membebaskan manusia dari 
gangguan-gangguan manusiawi manusia, baik yang dibawa sejak lahir dan yang 
tumbuh dalam perjalanan hidup si manusia. 

Yang dibawa sejak lahir misalnya iri dan dengki Yang tumbuh dalam perjalanan 
hidup si manusia misalnya trauma dan berbagai kemelekatan pada hal-hal di 
sekitar dirinya. 

Sayangnya dalam mempelajari agama dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan 
ranah kemanusiaan, manusia menyalahartikan tujuan tersebut dengan menganggap 
bahwa; bilamana telah mengerti dan menguasai agama dan berbagai ilmupengetahuan 
tersebut, maka ada suatu kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari 
gangguan-gangguan manusiawi manusia. 

Kondisi merasa memiliki kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari 
gangguan-gangguan manusiawi manusia, membuat manusia merasa memiliki hak untuk 
memenuhi dorongan rasa keadilan dengan menghakimi pihak lain; sebagai yang 
benar terhadap pihak yang salah, sebagai yang sadar terhadap yang belum sadar. 
Masalah yang serupa, yaitu ‘merasa diperlakukan tidak adil’ (dorongan keadilan) 
juga tumbuh di pihak yang merasa diperlakukan tidak adil, oleh mereka yang 
merasa memiliki kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari gangguan-gangguan 
manusiawi manusia. Baik di pihak pelaku maupun penderita mengalami kondisi yang 
sama. 

Dulu saya sendiri selalu menuntut keadilan karena merasa diri saya diperlakukan 
tidak adil, saya bisa melihat kekurangan di pihak yang telah memperlakukan saya 
tidak adil tanpa bisa melihat ke diri saya sendiri.

Sesuatu dapat disebut adil bilamana; siapa yang diberi kebebasan lebih dituntut 
lebih dan siapa yang diberi kebebasan kurang dituntut kurang, keadilan juga 
dihubungkan dengan prilaku yang sama di hadapan hukum yang adalah kesepakatan 
yang dibuat bersama. Bilamana Tuhan Yang Esa itu adil kepada saya dengan 
menimbang segala baik dan buruk saya tentunya saya hanya pantas terbuang dengan 
tinggal di kolong jembatan. Untungnya Tuhan Yang Esa itu maha pengasih.

Orang menuntut keadilan dan diberi keadilan akan menemukan bahwa menurut 
takaran yang adil dirinya hanya pantas terbuang dengan tinggal di kolong 
jembatan. Orang yang menyadari bahwa dirinya masih terikat dengan 
gangguan-gangguan manusiawi manusia dan merasa tidak memiliki nilai apa-apa 
bilamana dinilai dengan aturan keadilan, maka dia bisa menikmati dan mensyukuri 
kasih Tuhan Yang Esa, yang tidak mengadili tetapi mengasihi. Kita sebagai 
manusia hanya hidup berdasarkan belas kasihan Tuhan tanpa memiliki nilai atas 
hak keadilan apa-apa. 

Tuhan Yang Esa itu seorang tuan yang bijaksana. Seorang yang bijaksana tahu 
kapan harus berlaku kasih dan kapan harus berlaku adil. 


  Need a holiday? Check out Yahoo!Xtra Travel - http://nz.travel.yahoo.com/


[psikologi_net] Posisi Kompatiologi dalam ranah Sumberdaya Manusia

2008-01-29 Terurut Topik Vincent Liong
Posisi Kompatiologi dalam ranah Sumberdaya Manusia 

Ditulis oleh: Vincent Liong
Tempat, Hari  Tanggal: Jakarta, Selasa 29 Januari
2008



Berbicara tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
sumberdaya manusia ada dua sudutpandang yang
bertolakbelakang tentang cara belajar seorang manusia;

* Kelompok pertama (sudutpandang pengukuran objective)
beranggapan bahwa manusia harus meningkatkan kwalitas
dirinya dengan belajar hal-hal dari luar dirinya
termasuk dari manusia lain. Untuk menjadi manusia yang
sempurna seorang manusia harus meningkatkan kwalitas
dirinya. Sudutpandang ini banyak dianut oleh ilmu-ilmu
sumberdaya manusia di pendidikan berbudaya barat
(moderen). 
* Kelompok kedua (sudutpandang pengukuran subjective)
beranggapan bahwa manusia harus belajar ke dalam
dirinya sendiri (bukan orang lain) karena setiap
manusia sudah memiliki segala kemampuan dalam dirinya
sendiri, pendalaman terhadap diri sendiri bisa
membantu manusia itu untuk mempelajari dirinya sendiri
dan lingkungan di luar dirinya. Sudutpandang ini
misalnya seperti ilmu kompatiologi yang menggunakan
mekanisme tekhnis; bukan ceramah, seminar 
pembelajaran di ruang kelas.


Dalam praktiknya dua sudutpandang ini mengambil titik
start dan finish yang berbeda meskipun pada akhirnya
keseluruhan pengalaman yang diperoleh bisa saja sama.
Menjadi baik atau buruk hasilnya kembali lagi pada
pilihan bebas manusianya masing-masing;

* Manusia kelompok pertama (sudutpandang pengukuran
objective) akan mulai dengan mempelajari sebanyak
mungkin ilmu dan kemampuan agar pada tiap ilmu dan
kemampuan yang dipelajari bisa dicapai kwalitas titik
maksimum. Misalnya dengan sekolah, mengikuti trainning
dan seminar untuk meningkatkan Motivasi, Emotional
Intelligence, Spiritual Intelligence, Positive
Thingking, ilmu intuisi, spiritual, dlsb. Pada
akhirnya meskipun begitu banyak ilmu bisa diikuti
pelajarannya (kelas, ceramah, seminar, training,
workshop, dlsb) tantangannya adalah apakah si manusia
tsb setelah mengikuti kelas pada berbagai ilmu tsb
benar-benar berusaha menerapkan konsep yang dipelajari
setelah keluar dari ruang kelas di dunia nyata, atau
sekedar semangat dan komitment omong-kosong selama di
ruang kelas saja. 

1 + ? = 2 
[keadaan awal + tindakan yang bisa dilakukan atau
tidak = hasil yang diharapkan]

* Manusia kelompok kedua (sudutpandang pengukuran
subjective) akan memulai dengan mempelajari penggunaan
praktis dari mekanisme otomatis pengukuran subjective
itu sendiri. Setelah digunakan maka dalam kehidupan
sehari-hari si individu akan sadar bahwa tiap pilihan
yang dipilih adalah paket untung-rugi
(membelimembayar) dengan konsekwensinya
masing-masing. Tidak ada pilihan yang baik atau buruk.
Pelajaran moralnya adalah; kita berusaha baik karena
mengetahui konsekwensi tidak baik dari memilih
bertindak tidak baik.

1 + 1 = ?
[keadaan awal + pilihan tindakan yang sudah
diperkirakan untung-ruginya = hasil sesuai untung-rugi
yang dipilih.]


Manusia kelompok kedua (sudutpandang pengukuran
subjective) yang menerapkan pengukuran dengan data
mentah (data yang belum diberi judgement/dogma),
setelah membuat sudutpandangnya sendiri bisa saja
menceritakan judgementnya ke orang lain sama seperti
yang dilakukan manusia kelompok pertama (sudutpandang
pengukuran objective); sharing pengalaman atau
bersifat mengajar dogma kepada yang dianggap kurang
menguasai suatu hal. 
Manusia kelompok kedua bisa juga memilih untuk tidak
menceritakan judgementnya kepada orang lain, hanya
penggunaan praktis dari mekanisme otomatis pengukuran
subjective itu saja yang diajarkan ;misalnya melalui
dekon-kompatiologi kepada orang lain yang bersifat
tekhnis bukan menggunakan ceramah, seminar, dlsb. 
Manusia kelompok pertama (sudutpandang pengukuran
objective) yang berpikir dengan data matang
(judgement/dogma) tidak bisa memproses data matang tsb
kembali menjadi data mentah; yang bisa dilakukan
adalah meyakini sesuatu dan tidak meyakini yang lain.


Bila mau dicari benar salahnya dengan diskusi antar
dua sudutpandang ini seperti membicarakan ‘lebih dulu
ada telur atau ayam’ tentunya kedua pihak yang
berdiskusi akan bertengkar tanpa ada habisnya.

* Manusia kelompok pertama (pengukuran objective) akan
mengatakan bahwa pilihan yang diambil manusia kelompok
kedua salah, karena manusia itu tidak mampu untuk
memilih pilihan yang benar (cenderung liar seperti
binatang/ instingtif naluriah) bilamana dibiarkan
bebas dari dogma, ajaran Tuhan, ajaran norma, etika,
dlsb.

* Manusia kelompok kedua (pengukuran subjective) akan
mengatakan bahwa pilihan yang diambil manusia kelompok
pertama untuk mengikat diri pada dogma salah karena;
membuat manusia itu tidak mampu kontrol diri misalnya
dalam hal bermoral bilamana suatu saat di kondisi
tidak terikat pada dogma. Manusia jenis ini dianggap
bisa bicara yang baik-baik tetapi belum tentu mampu
melakukan di kehidupan sehari-hari di luar dogma
karena tidak mengerti benar dogma warisan pihak lain
yang bukan hasil pertimbangan pengukurannya sendiri.
Bilamana

[psikologi_net] Dasar Penelitian adalah Kejujuran

2008-01-19 Terurut Topik Vincent Liong
Dasar Penelitian adalah Kejujuran

Ditulis oleh: Vincent Liong
Tempat, Hari  Tanggal: Sabtu, 19 Januari 2008

Note: email ini adalah balasan untuk email dari Adhi
Purwono yang terlampir di bagian bawah email ini.



Yang paling harus dihindari dari sebuah persahabatan
dan juga konfik adalah PENGHIANATAN atas kepercayaan
antar individu yang terlibat. 

Dua pihak bisa saja bermusuhan tetapi selama terjadi
konflik yang tetap menjaga harga diri dan kredibilitas
masing-masing tanpa bermain curang maka dua orang
musuh berkonflik tanpa saling membenci karena tidak
merasa dikhianati.

Bilamana saya berkonflik pendapat/pemikiran misalnya
dengan ilmu psikologi saya tidak menggunakan cara yang
curang; misalnya dengan menyusupkan orang internal di
psikologi untuk mengubah contain suatu ilmu psikologi
dan mengatakan bahwa pengembangan berbeda itu adalah
bagian dari suatu aliran ilmu psikologi tertentu
tetapi contain yang telah ada diubah menjadi contain
ala pihak lawan teori/keilmuan ilmu tsb. Ini adalah
bagian ketidakjujuran pertama yang dilakukan Adhi
Purwono dengan memasukkan contain ilmu yang berlawanan
dasarnya dengan kompatiologi ke kompatiologi dengan
alasan/menggunakan posisinya sebagai bekas kompatiolog
yang pernah saya orbitkan cumup tinggi di masyarakat
umum. Jadi ketika diskusi yang seolah-olah teori
internal kompatiologi sendiri dilakukan akan membuat
kompatiologi tampak kropos dan antar satu pendapat
dengan yang lain saling menjatuhkan. Alasan mengerti
benar kompatiologi digunakan untuk meyakinkan
masyarakat umum bahwa; Adhi purwono mengerti benar
kompatiologi dan menjelaskan kompatiologi versinya,
yang tidak lain teori yang sama persis dengan
teori-teori gerakan pabrik tontonan (yang merencanakan
berbagai teror untuk menjatuhkan kompatiologi) hanya
menggunakan tatabahasa yang sedikit dibuat mirip
dengan kompatiologi. 

Bilamana Vincent Liong menjaga agar kompatiologinya
tidak keropos karena disusupi teori yang berlawanan
maka Adhi Purwono sebagai kakitangan pihak gerakan
pabrik tontonan yang menyalahgunakan kepercayaan yang
telah diberikan Vincent Liong sebagai sahabat maka
Adhi Purwono mengumumkan bahwa Vincent Liong otoriter
dan tidak mengijinkan kompatiologi berkembang atau
dikembangkan oleh pengguna kompatiologi selain
dirinya. Sampai sebelum clue-clue bahwa Adhi Purwono
sudah ber-dealing untuk menukar keselamatannya dari
teror dengan kepercayaan yang diberikan Vincent Liong
terhadap dirinya tampak, Vincent Liong masih
membiarkan Adhi Purwono menulis yang berkaitan dengan
kompatiologi tanpa berkomentar yang sifatnya melarang
perkembangan kompatiologi ala Adhi Purwono dengan
KMA(kitab masuk angin)nya yang disebarluaskan oleh
Vincent Liong. Keberadaan KMA turut menyulitkan Adhi
purwono untuk meyakinkan masyarakat umum bahwa Vincent
Liong itu sifatnya otoriter dan melarang Adhi Purwono
mengembangkan kompatiologi lebih jauh di luar Vincent
Liong, makanya Adhi Purwono tidak suka kalau orang
tahu bahwa karya ini ada dan diakui oleh Vincent
Liong. Adhi Purwono bahkan membawa-bawa mang Iyus
seolah-olah Vincent Liong turut berkonflik dengan mang
Iyus.

Sebagai pendiri kompatiologi Vincent Liong
bertanggungjawab seperti kerja Anti Virus pada
komputer untuk melindungi birokrasi teori dan
mekanisme kompatiologi agar tidak corrupted dari dalam
menggunakan penghianatan ilmuannya sendiri yang takut
teror sehingga bisa menurut dan berkhianat hanya
dengan bayaran dirinya tidak dijadikan target teror
oleh gerakan pabrik tontonan. Pilih berkhianat atau
jadi sasaran teror? Adhi lebih memilih berkhianat
dengan mengubah sudutpandang 180’ dari pendapatnya
satu-dua bulan yang lalu tentang teror non-stop ini.

Cara persaingan semacam ini adalah cara persaingan
eksistensi ilmu yang bahkan lebih kotor dari teror
keluarga yang hanya ada di gerakan cacimaki pabrik
tontonan yang kebanyakan anggotanya berkepentingan
dalam menjaga eksistensi psikologi mainstream terhadap
keberadaan kompatiologi. Penelitian apapun didasari
oleh kejujuran, kalau kejujuran sudah tidak ada lalu
mau apa lagi. Segala strategi teror ini awalnya
diharapkan akan menyelamatkan psikologi mainstream
dari saingan baru, tetapi kejadian-kejadian yang
terjadi yang berhubungan dengan masalah kepercayaan
tentunya membuat tanda Tanya baru tentang
kredibilitas, kejujuran dan harga diri oknum-oknum
psikologi yang turut menjadi pelaku.
  
Note buat Adhi Purwono: Kredibilitas, harga diri dan
kepercayaan antar teman adalah hal mendasar yang
membuat seseorang bisa tetap hidup, kalau ini sudah
dilanggar pihak musuhpun tidak akan mempercayai;
karena seorang yang mengkhianati sahabat lamanya
sendiri untuk musuhnya sangat mungkin mengkhianati
sahabat barunya suatu hari nanti. 

Ttd,
Vincent Liong
Sabtu, 19 Januari 2008





Email sebelumnya…
Subject: Re: Vincent tolol!
From: Merkurius Adhi Purwono [EMAIL PROTECTED]
DTT: Sat Jan 19, 2008 3:59 pm 
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/38047



Aryoputro Nugroho wrote:

Kamu memang ular penyebar

[psikologi_net] Kompatiologi ilmu Mengalami bukan Pemikiran dan Pengkonsepan

2008-01-17 Terurut Topik Vincent Liong
Kompatiologi ilmu Mengalami bukan Pemikiran dan
Pengkonsepan

Ditulis oleh: Vincent Liong
Tempat, Hari  Tanggal: Jakarta, Kamis, 17 Januari
2008



Kemarin teman saya bercerita bahwa sebelum Panembahan
Senopati pendiri kerajaan Mataram menjadi seorang
pemimpin, dirinya hanyalah seorang yang dianggap gila.
Bisa berhari-hari dia berendam di air panas lalu
beberapa hari berendam di air dingin. Pernah sampai
empat puluh hari, lalu kemudian dia keluar
meninggalkan prilaku anehnya begitu saja dan tiba-tiba
menjadi seorang pemimpin yang disegani masyarakat.

Kegiatan berendam itu menghasilkan suatu ketrangka
tekhnis dalam diri si Panembahan Senopati bahwa antara
panas sekali dan dingin sekali terdapat begitu banyak
skala yang dialami. Dari situ muncul pemahaman tentang
range  scale, pengaris ukur dengan maksimum dan
minimum yang diantara kedua ujungnya terdapat
skala-skala. 

Bicara tentang konsep pemikiran dan mengalami; Jika
kita berpikir yang muncul adalah konsep dengan
gambaran, imajinasi utuh. Jika dialami yang muncul
adalah posisi pada skala-skala indrawi kurang atau
lebih, kira-kira. Dalam hal skala ukur indrawi ada
bermacam-macam misalnya; pengelihatan, pendengaran,
sentuhan, pengecapan, dlsb. Pengelihatan, pendengaran,
sentuhan adalah input dari luar ; rasa/pengecapan
adalah input yang terjadi di dalam diri, itu mengapa
pengecapan yang paling penting sehingga
dekon-kompatiologi memilih menggunakan pengecapan.

Permainan dekonstruksi yang sifatnya indrawi (beda
dengan dekonstruksi yang bermain di pemikiran dan
kata-kata seperti Derrida) adalah suatu simulasi yang
lebih sederhana dibanding kehidupan itu sendiri yang
lebih kompleks. Maka dari itu biasanya seseorang yang
ikut dekonstruksi misalnya dekon-kompatiologi; setelah
bisa membaca skala-skala antara minimum dan maksimum,
maka ada jangka waktu tertentu hingga dekonstruksi dan
rekonstruksi yang sesungguhnya muncul di kehidupan
sehari-hari yang real. Jadi fungsi dekonstruksi yang
di ranah indrawi adalah; untuk mensimulasikan seluruh
jenis pengalaman dalam hidup yang amat bervariasi,
untuk dialami dalam waktu yang sangat singkat,
sehingga ini bisa menjadi percepatan dalam proses
learning yang dialami si manusia, selanjutnya sehingga
proses pendewasaan, pematangan dan kemampuan adaptasi
menjadi jauh lebih cepat dari sebelumnya. 

Plus point dekon-kompatiologi dari jenis dekonstruksi
indrawi lain yang sudah ada adalah: 
* Di jaman moderen ini kita bisa menemui berbagai
macam jenis minuman di supermarket terdekat sehingga
tidak hanya sekedar dekonstruksi yang bersifat
standart untuk semua orang misalnya sekedar merasakan
manis, asin, asam dan pahit; tetapi bisa dibuat rumus
susunan botol minuman tertentu untuk orang tertentu
sesuai dengan memori latarbelakang orang tsb.
Kalibrasi (alat penyesuaian) ini membuat dekon
kompatiologi tidak hanya sampai menguasai penggaris
ukur, skala-skala yang ada ;tetapi lebih jauh lagi
memahami memori latarbelakang diri sendiri yang
membuat pengertian tidak hanya terhadap di luar diri
dan kondisi dalam diri yang dikondisikan, tetapi juga
pada sejarah pengalaman diri yang membentuk diri kita
sampai sekarang. 
* Jaman yang moderen juga memungkinkan orang dari
latarbelakang apapun pergi secara bebas ke tokobuku.
Variasi buku membantu pendekon-kompatiologi (pengajar)
dalam mengamati pola pemerosesan data semacam apa yang
terjadi dalam diri si terdekon (murid). 
* Banyaknya mall yang memiliki foodcourt memberikan
kondisi tempat yang heterogen, banyak macam orang
dengan kondisi berbeda-beda ada di sana, banyak macam
resto yang menjual makanan berbeda memberikan kesannya
masing-masing. Ini membuat dekon-kompatiologi tidak
sekedar membaca data di dalam diri dari pengalaman
mencicipi minuman, tetapi terlebih pada kemampuan
merasakan skala-skala di dalam diri dan di luar diri
secara bersamaan ; Seperti kondisi kehidupan
sehari-hari yang bebas dari pengkondisian. Maka dari
itu dekon di ruang yang no-noice sangat beda hasilnya
dengan di ruang yang full-of-noice.

Dekon-kompatiologi membuka ranah penelitian sistem
pendidikan alternatif yang bisa menggabungkan berbagai
kemampuan dasar yang sifatnya indrawi sekaligus. Ranah
dekon indrawi terutama yang berkaitan dengan
pencicipan ini amat luas sehingga masih bisa
dikembangkan ke banyak hal berbeda.

Bilamana ranah ilmu pemikiran dan konseptual sudah
begitu sesak variasinya karena terlalu banyak ahli dan
pelakunya; ranah mengalami(eksperiencial) ini masih
sedikit ahlinya karena ahli penelitian jenis ini harus
bebas, tidak boleh terpengaruh banyak teori. Dalam
cara penelitiannya ranah mengalami(eksperiencial)
memiliki prasyarat aturan penelitian yang cenderung
mirip dengan ilmu tekhnis seperti elektro, tekhnik
mesin, kimia, biologi, dlsb (pragmatis). Pengalaman
itu sifatnya posisi pada skala-skala indrawi kurang
atau lebih, kira-kira ; bukan konsep pemikiran yang
fleksible karena bisa disugestikan dan diimajinasikan.


Dalam menjelaskan secara tertulis dan menceritakan
kepada non-user mau

[psikologi_net] Kompatiologi adalah Ibu

2008-01-12 Terurut Topik Vincent Liong
 mata setiap manusia.
Manusia selalu menginginkan perubahan dan meraih yang
terbaik. Manusiawi. Itu semua tergantung dari
bagaimana manusia memandang dan menyikapinya.

Akan lebih baik bila semuanya itu menduduki
singgasananya masing-masing dan bisa saling mengisi
ruang untuk melengkapi data diri masing-masing.
Sungguhkah harmonis bumi ini...?


Jumat, 11 Januari 2008

Salam,
toxic





Tentang Kompatiologi

Bicara tentang ilmu apapun maka selalu ada dua point
yang perlu disimak; Keyakinan (believe sistem) dan
Pengukuran (subjective maupun objective). Keyakinan
seperti materi teori yang selalu melampirkan
kesimpulan akhir entah itu di ilmupengetahuan ilmiah,
metafisika, agama dan spiritual.

Pengukuran seperti;
* Pengukuran objective yang menghasilkan kesimpulan
akhir seperti yang kita pelajari di pelajaran
matematika yang lalu diterapkan di berbagai ilmu
ilmiah. Proses pencarian kebenarannya (berfilsafatnya)
menggunakan kegiatan Tanya-jawab.
* Pengukuran subjective yang menghasilkan data saat
ini (yang terus berubah seiring berjalannya waktu)
seperti alat ukur mekanis yang memiliki; ‘sampler’
(alat pengambilan sample data) berupa gradasi, kadar
(0 – 100%) yang memiliki range dari minimum, berbagai
skala, sampai maksimum. Dengan konteks (translater)
yaitu nama masing-masing kegiatan pengukuran seperti
misalnya di mobil ada; speedometer, pengukur putaran
mesin, pengukur panas mesin, pengukur tekanan oli
mesin, pengukur isi tangki bahan bakar, dlsb yang
semuanya sama-sama meteran dari minimum, berbagai
skala, sampai maksimum. Proses pencarian kebenarannya
(berfilsafatnya) dengan cara mempetakan posisi titik
koordinat dalam hubungan antara satu hal dengan yang
lain.

Kompatiologi melalui ritual dekon-kompatiologi adalah
kegiatan menginstalasi mekanisme pengukuran subjective
pada manusia, sehingga manusia tsb mampu memiliki
kemampuan pengukuran subjective ;seperti berbagai alat
ukur mekanis yang memiliki sampler berupa alat ukur
biologis (minimum, skala-skala, maksimum) dengan nama
masing-masing kegiatan pengukuran yang bersifat
asosiatif sehingga ada hubungan dua arah antara
pemerosesan informasi instingtif (pengukuran indrawi)
dan intuitif (perjalanan mengejar kebenaran yang
dianut).

Pada manusia yang menggunakan kompatiologi hubungan
dua arah antara proses instingtif dan intuitif
menyebabkan timbulnya adaptasi antara kedua fungsi ini
sehingga bisa saling menyesuaikan satu sama lain
seiring perjalanan waktu dengan keadaan yang terus
berubah-ubah; Seperti ketika mengendarai mobil, antara
informasi yang diterima melalui alat ukur mekanis dan
pilihan bebas manusianya untuk bertindak saling
mempengaruhi. Setiap hewan (termasuk manusia) memiliki
mekanisme pengukuran materi-materi di sekitar tempat
hidupnya
yang mempengaruhi kehidupannya. Informasi itu
dipetakan polanya sehingga menghasilkan suatu konsep
pencapaian tujuan / kebenaran yang dianut si hewan itu
sendiri. Kemudian hewan itu mengejar kebenaran sesuai
konsep yang ia petakan sendiri.


Latarbelakang Vincent Liong membuat Kompatiologi

‘Vincent Liong’ (VL) adalah penggagas dari metode
dekon-kompatiologi. Penelitian kompatiologi dimulai
sejak VL mendapat julukan anak Indigo setelah
dipublikasikan di media massa sejak Juli 2004. Julukan
anak Indigo menghasilkan pelabelan masyarakat umum
yang samasekali berbeda dengan pribadi VL yang
sebelumnya sebagai penulis otobiografi tanpa hal-hal
berbau metafisika. Awalnya VL tidak menyadari beban
pelabelan tsb yang merengut kebebasan VL, mulai awal
tahun 2005 Vincent Liong mulai menjaga jarak dari hal
berbau metafisika. Perjuangan melawan pelabelan untuk
mendapatkan kembali kebebasan VL sebagai manusia biasa
bukan orang di bawah label, menuntut pembuktian bahwa
Indigo bukanlah sesuatu yang spesial, berbakat,
extraordinary, dlsb. Untuk lepas dari jeratan label
Indigo, VL dituntut untuk membuktikan dengan
metodologi yang standart dan bisa dilakukan oleh orang
lain tanpa perlu berbakat, ahli, dlsb kemampuan yang
dimiliki anak Indigo dapat diduplikasi secara massal
dalam berbagai bidang. Bukan anak indigo harapan masa
depan tetapi bapak  ibu Indigo yang bisa teruji
langsung di masyarakat. Saat semua bisa memiliki
kemampuan setara dengan si Indigo maka label itu akan
mati.


Sumber tulisan:
* E-book Catatan Harian Seorang ‘Pendekon’ (pengajar)
Kompatiologi [EMAIL PROTECTED] karya Andy
Ferdiansyah halaman 5-6.
* http://kompatiologi-vincentliong.blogspot.com bagian
profil Vincent Liong  Kompatiologi.


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


[psikologi_net] Kompatiologi : To Kill or To Be Killed +(komentar dari Hizbut Tahrir)

2008-01-09 Terurut Topik Vincent Liong
Kompatiologi : To Kill or To Be Killed

Ditulis oleh: Vincent Liong
Tempat, Hari  Tanggal: Jakarta, Senin, 7 Januari 2007



Sejak diperkenalkan ke publik Kompatiologi mengalami
perang dengan lembaga pendidikan resmi +/- dalam 3
tahun terakhir.

Tahun 2006 : Internal Affair 
Para praktisi  peneliti Kompatiologi mengalami
pengkucilan dari oknum-oknum Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia yang diresmikan dengan Surat
Peringatan Resmi; Memo dari Sekertaris Fakultas
F.Psi.UI
Nomor: 214 / F.Psi / Humas / U / 2006
Kepada Yth: Ibu Cornelia Istiani 
Staf pengajar Fakultas Psikologi UI – Depok
Hal: Himbauan
Tanggal 2 Agustus 2006

Surat ini secara informal bekerja sebagai surat
perintah, surat cekal, surat pengkucilan yang
dijalankan oleh para lulusan / alumni F.Psi.UI baik
yang masih berhubungan dengan UI atau telah bekerja
memangku jabatan di F.Psi. lain. Cornelia Istiani
karena beberapa ancaman lisan harus keluar dari
bekerapa pekerjaannya sebagai dosen dan berganti
pekerjaan menjadi konsultan swasta yang bekerja
berdasarkan proyek.

Tahun 2007 : Teror Keluarga
Para praktisi  peneliti Kompatiologi mengalami teror
dengan target merugikan anggota keluarga (bukan
diskusi ilmu) yang berlangsung mulai 20 mei 2007 –
awal Desember 2007 yang dilaksanakan oleh anggota
gerakan fintnah, teror, cacimaki dan ngomong jorok
Pabrik Tontonan. Sebagian besar anggota gerakan teror
ini memiliki hubungan dengan kegagalan membasmi
kompatiologi di tahun 2006 yang banyak melibatkan
oknum-oknum berbackground psikologi terutama dari
F.Psi.UI. (note: daftar jenis-jenis teror  nama
pelaku teror terlampir.)

Tahun 2008 : Harta  Nyawa
Tepatnya pada tanggal 30 Desember 2007 jam 06.00 WIB
pagi saya mendapat telepon dari Abu Ibrahim perwakilan
Hizbut Tahrir cabang Sydney. Abu mentanyakan ke saya
prihal kasus gambar porno dan sikap saya yang menurut
isu yang diterima tidak bersahabat bahkan bersifat
menghina agama Islam. Saya mengkonformasi bahwa saya
tidak berkepentingan akan hal tsb dan banyak pengguna
kompatiologi yang taat beragama Islam, saya juga
memiliki saudara angkat yang bernama Rizki Pradana
yang cukup dikenal baik oleh Abu Ibrahim dan dapat
dikonformasi soal sikap saya terhadap agama Islam.
Setelah melakukan penelitian termasuk tentang teror
keluarga yang dialami para praktisi kompatiologi
selama tahun 2007 maka secara professional pihak
Hizbut Tahrir hari itu juga pada jam Sun Dec 30, 2007
1:50 pm menulis surat konformasi agar tidak ada
anggota Hizbut Tahrir yang berhasil diperalat atau
diadudomba demi kepentingan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab, Abu juga berpesan bahwa bilamana
pihak Front Pembela Islam menghubungi saya maka saya
harus mengatakan bahwa sudah bicara dengan Abu Ibrahim
perwakilan Hizbut Tahrir cabang Sydney. Hal ini sangat
mengagetkan saya, membuat saya terharu, membuat saya
paham bahwa ternyata pihak yang biasa dianggap garis
keras pun memiliki prosedur yang jelas sehingga tidak
mudah salah bertindak. Saya mengalami perumpamaan
“Orang Samaria yang Baik Hati” seperti yang tertulis
di Alkitab.

Yang terpenting saya menjadi sadar bahwa teror di
akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008 ini tidak lagi
mentargetkan teror keluarga tanpa korban berdarah,
target teror tahun ini adalah keutuhan rumah tempat
tinggal saya di Jl. Ametis IV G/22 Permata Hijau,
Jakarta Selatan 12210 –Indonesia ;rencana memperalat
pihak ketiga untuk diharapkan melaksanakan teror
memang gagal tetapi bukan berarti tidak ada pihak
ketiga yang lain yang akan diperalat. Lalu saya
diingatkan lagi oleh pernyataan Audifax,S.Psi. sebagai
anggota gerakan Pabrik Tontonan yang secara tertulis
menjanjikan kematian atau cacat tetap total pada saya
atau praktisi kompatiologi yang lain yang direncanakan
terjadi di tahun 2008 dengan diumumkan secara terbuka
di maillist. Hal ini tidak hanya membuat saya kaget
tetapi juga membuat Abu Ibrahim menjadi marah
sekaligus bingung atas kenekatan musuh-musuh
kompatiologi dalam berjibaku dengan menghalalkan
segala cara demi membasmi kompatiologi tanpa
mempedulikan keselamatan dan nama baik diri sendiri
demi memberikan efek kerugian terbesar kepada target
terornya.


Pilihan yang ada pada saya saat ini adalah: “To Kill
or To Be Killed”. Sesuai kebijaksanaan saya yang telah
saya tulis sebelumnya bahwa saya tidak membalas teror
keluarga dengan teror keluarga karena bila saya
melakukan itu maka saya sama biadabnya dengan musuh
saya. Saya mengambil jalan tengah dari “To Kill or Not
To Kill” dengan berusaha mempersempit ruang gerak
musuh kami di dunia nyata dengan harapan sumberdaya
yang bisa digunakan sebagai sumber dana, koneksi, dlsb
untuk melaksanakan rencana merugikan Harta dan Nyawa
selanjutnya berkurang sehingga pelaksanaan teror bisa
tertunda. Hal ini tentunya adalah penyelesaian
sementara tetapi saya pikir cara paling baik diantara
yang terburuk. Maka dari itu saya menyebarluaskan
data-data bukti tertulis berkaitan dengan gerakan
fitnah, teror, cacimaki dan ngomong jorok Pabrik
Tontonan yang selalu saya lampirkan

[psikologi_net] Kompatiologi : To Kill or To Be Killed +(komentar dari Hizbut Tahrir)

2008-01-09 Terurut Topik Vincent Liong
Kompatiologi : To Kill or To Be Killed

Ditulis oleh: Vincent Liong
Tempat, Hari  Tanggal: Jakarta, Senin, 7 Januari 2007



Sejak diperkenalkan ke publik Kompatiologi mengalami
perang dengan lembaga pendidikan resmi +/- dalam 3
tahun terakhir.

Tahun 2006 : Internal Affair 
Para praktisi  peneliti Kompatiologi mengalami
pengkucilan dari oknum-oknum Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia yang diresmikan dengan Surat
Peringatan Resmi; Memo dari Sekertaris Fakultas
F.Psi.UI
Nomor: 214 / F.Psi / Humas / U / 2006
Kepada Yth: Ibu Cornelia Istiani 
Staf pengajar Fakultas Psikologi UI – Depok
Hal: Himbauan
Tanggal 2 Agustus 2006

Surat ini secara informal bekerja sebagai surat
perintah, surat cekal, surat pengkucilan yang
dijalankan oleh para lulusan / alumni F.Psi.UI baik
yang masih berhubungan dengan UI atau telah bekerja
memangku jabatan di F.Psi. lain. Cornelia Istiani
karena beberapa ancaman lisan harus keluar dari
bekerapa pekerjaannya sebagai dosen dan berganti
pekerjaan menjadi konsultan swasta yang bekerja
berdasarkan proyek.

Tahun 2007 : Teror Keluarga
Para praktisi  peneliti Kompatiologi mengalami teror
dengan target merugikan anggota keluarga (bukan
diskusi ilmu) yang berlangsung mulai 20 mei 2007 –
awal Desember 2007 yang dilaksanakan oleh anggota
gerakan fintnah, teror, cacimaki dan ngomong jorok
Pabrik Tontonan. Sebagian besar anggota gerakan teror
ini memiliki hubungan dengan kegagalan membasmi
kompatiologi di tahun 2006 yang banyak melibatkan
oknum-oknum berbackground psikologi terutama dari
F.Psi.UI. (note: daftar jenis-jenis teror  nama
pelaku teror terlampir.)

Tahun 2008 : Harta  Nyawa
Tepatnya pada tanggal 30 Desember 2007 jam 06.00 WIB
pagi saya mendapat telepon dari Abu Ibrahim perwakilan
Hizbut Tahrir cabang Sydney. Abu mentanyakan ke saya
prihal kasus gambar porno dan sikap saya yang menurut
isu yang diterima tidak bersahabat bahkan bersifat
menghina agama Islam. Saya mengkonformasi bahwa saya
tidak berkepentingan akan hal tsb dan banyak pengguna
kompatiologi yang taat beragama Islam, saya juga
memiliki saudara angkat yang bernama Rizki Pradana
yang cukup dikenal baik oleh Abu Ibrahim dan dapat
dikonformasi soal sikap saya terhadap agama Islam.
Setelah melakukan penelitian termasuk tentang teror
keluarga yang dialami para praktisi kompatiologi
selama tahun 2007 maka secara professional pihak
Hizbut Tahrir hari itu juga pada jam Sun Dec 30, 2007
1:50 pm menulis surat konformasi agar tidak ada
anggota Hizbut Tahrir yang berhasil diperalat atau
diadudomba demi kepentingan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab, Abu juga berpesan bahwa bilamana
pihak Front Pembela Islam menghubungi saya maka saya
harus mengatakan bahwa sudah bicara dengan Abu Ibrahim
perwakilan Hizbut Tahrir cabang Sydney. Hal ini sangat
mengagetkan saya, membuat saya terharu, membuat saya
paham bahwa ternyata pihak yang biasa dianggap garis
keras pun memiliki prosedur yang jelas sehingga tidak
mudah salah bertindak. Saya mengalami perumpamaan
“Orang Samaria yang Baik Hati” seperti yang tertulis
di Alkitab.

Yang terpenting saya menjadi sadar bahwa teror di
akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008 ini tidak lagi
mentargetkan teror keluarga tanpa korban berdarah,
target teror tahun ini adalah keutuhan rumah tempat
tinggal saya di Jl. Ametis IV G/22 Permata Hijau,
Jakarta Selatan 12210 –Indonesia ;rencana memperalat
pihak ketiga untuk diharapkan melaksanakan teror
memang gagal tetapi bukan berarti tidak ada pihak
ketiga yang lain yang akan diperalat. Lalu saya
diingatkan lagi oleh pernyataan Audifax,S.Psi. sebagai
anggota gerakan Pabrik Tontonan yang secara tertulis
menjanjikan kematian atau cacat tetap total pada saya
atau praktisi kompatiologi yang lain yang direncanakan
terjadi di tahun 2008 dengan diumumkan secara terbuka
di maillist. Hal ini tidak hanya membuat saya kaget
tetapi juga membuat Abu Ibrahim menjadi marah
sekaligus bingung atas kenekatan musuh-musuh
kompatiologi dalam berjibaku dengan menghalalkan
segala cara demi membasmi kompatiologi tanpa
mempedulikan keselamatan dan nama baik diri sendiri
demi memberikan efek kerugian terbesar kepada target
terornya.


Pilihan yang ada pada saya saat ini adalah: “To Kill
or To Be Killed”. Sesuai kebijaksanaan saya yang telah
saya tulis sebelumnya bahwa saya tidak membalas teror
keluarga dengan teror keluarga karena bila saya
melakukan itu maka saya sama biadabnya dengan musuh
saya. Saya mengambil jalan tengah dari “To Kill or Not
To Kill” dengan berusaha mempersempit ruang gerak
musuh kami di dunia nyata dengan harapan sumberdaya
yang bisa digunakan sebagai sumber dana, koneksi, dlsb
untuk melaksanakan rencana merugikan Harta dan Nyawa
selanjutnya berkurang sehingga pelaksanaan teror bisa
tertunda. Hal ini tentunya adalah penyelesaian
sementara tetapi saya pikir cara paling baik diantara
yang terburuk. Maka dari itu saya menyebarluaskan
data-data bukti tertulis berkaitan dengan gerakan
fitnah, teror, cacimaki dan ngomong jorok Pabrik
Tontonan yang selalu saya lampirkan

[psikologi_net] Rasionalisasi Kode Etik Profesi Psikologi di Indonesia

2008-01-02 Terurut Topik Vincent Liong
Rasionalisasi Kode Etik Profesi Psikologi di Indonesia

Dengan lulus menjadi Psikolog anda secara langsung
dianggap telah mentaati Kode Etik Profesi Psikologi.
Segala aturan yang tercantum dalam Kode Etik Profesi
Psikologi harus dihafalkan tetapi boleh dilanggar,
karena toh apapun pelanggarannya anda tetap seorang
Psikolog berijasah yang secara langsung dianggap telah
mentaati Kode Etik Profesi Psikologi, sehingga
pelanggaran anda tidak dianggap ada sehingga anda aman
dari tuduhan pelanggaran Kode Etik Profesionalisme.
Sebagai bukti dari pernyataan anda si atas silahkan
pelajari berbagai metode rasionalisasi dan
irasionalisasi yang telah dilakukan oknum-oknum
Psikologi Indonesia yang sangat ilmiah dalam bersaing
dengan Kompatiologi.


“Kode Etik Psikologi Indonesia“ 

MUKADIMAH

Berdasarkan kesadaran diri atas nilai-nilai luhur
Pancasila dan UUD 1945, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog
menghormati harkat dan martabat manusia serta
menjunjung tinggi terpeliharanya hak-hak asasi
manusia. Dalam kegiatannya, Ilmuwan Psikologi dan
Psikolog Indonesia mengabdikan dirinya untuk
meningkatkan pengetahuan tentang perilaku manusia
dalam bentuk pemahaman bagi dirinya dan pihak lain
serta memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan tersebut
bagi kesejahteraan manusia.

Kesadaran diri tersebut merupakan dasar bagi Ilmuwan
Psikologi dan Psikolog Indonesia untuk selalu berupaya
melindungi kesejahteraan mereka yang meminta
jasa/praktik beserta semua pihak yang terkait dalam
jasa/praktik tersebut atau pihak yang menjadi obyek
studinya. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
hanya digunakan untuk tujuan yang taat asas
berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945
serta nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya dan
mencegah penyalahgunaannya oleh pihak lain.

Tuntutan kebebasan menyelidiki dan berkomunikasi dalam
melaksanakan kegiatannya di bidang penelitian,
pengajaran, pelatihan, jasa/praktik konsultasi dan
publikasi dipahami oleh Ilmuwan Psikologi dan Psikolog
dengan penuh tanggung jawab. Kompetensi dan
obyektivitas dalam menerapkan kemampuan profesional
terikat dan sangat memperhatikan pemakai jasa, rekan
sejawat, dan masyarakat pada umumnya.

Pokok-pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam KODE
ETIK PSIKOLOGI INDONESIA sebagai perangkat nilai-nilai
untuk ditaati dan dijalankan dengan sebaik-baiknya
dalam melaksanakan kegiatan selaku Ilmuwan Psikologi
dan Psikolog di Indonesia.

BAB I

PEDOMAN UMUM

Pasal 1

PENGERTIAN

a) ILMUWAN PSIKOLOGI adalah para lulusan perguruan
tinggi dan universitas di dalam maupun di luar negeri,
yaitu mereka yang telah mengikuti pendidikan dengan
kurikulum nasional (SK Mendikbud No. 18/D/O/1993)
untuk pendidikan program akademik (Sarjana Psikologi);
lulusan pendidikan tinggi strata 2 (S2) dan strata 3
(S3) dalam bidang psikologi, yang pendidikan strata
(S1) diperoleh bukan dari fakultas psikologi. Ilmuwan
Psikologi yang tergolong kriteria tersebut dinyatakan
DAPAT MEMBERIKAN JASA PSIKOLOGI TETAPI TIDAK BERHAK
DAN TIDAK BERWENANG UNTUK MELAKUKAN PRAKTIK PSIKOLOGI
DI INDONESIA.

b) PSIKOLOG adalah Sarjana Psikologi yang telah
mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1)
dengan kurikulum lama (Sistem Paket Murni) Perguruan
Tinggi Negeri (PTN); atau Sistem Kredit Semester (SKS)
PTN; atau Kurikulum Nasional (SK Mendikbud No.
18/D/O/1993) yang meliputi pendidikan program akademik
(Sarjana Psikologi) dan program pendidikan profesi
(Psikolog); atau kurikulum lama Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) yang sudah mengikuti ujian negara sarjana
psikologi; atau pendidikan tinggi psikologi di luar
negeri yang sudah mendapat akreditasi dan disetarakan
dengan psikolog Indonesia oleh Direktorat Pendidikan
Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas RI). Sarjana Psikologi dengan kriteria
tersebut dinyatakan BERHAK DAN BERWENANG untuk
melakukan PRAKTIK PSIKOLOGI di wilayah hukum Negara
Republik Indonesia. Sarjana Psikologi menurut kriteria
ini juga dikenal dan disebut sebagai PSIKOLOG. Untuk
melakukan praktik psikologi maka Sarjana Psikologi
yang tergolong kriteria ini DIWAJIBKAN MEMILIKI IZIN
PRAKTIK PSIKOLOGI sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

c) JASA PSIKOLOGI adalah jasa kepada perorangan atau
kelompok/ organisasi/institusi yang diberikan oleh
ilmuwan psikologi Indonesia sesuai kompetensi dan
kewenangan keilmuan psikologi di bidang pengajaran,
pendidikan, pelatihan, penelitian, penyuluhan
masyarakat.

d) PRAKTIK PSIKOLOGI adalah kegiatan yang dilakukan
oleh psikolog dalam memberikan jasa dan praktik kepada
masyarakat dalam pemecahan masalah psikologis yang
bersifat individual maupun kelompok dengan menerapkan
prinsip psikodiagnostik. Termasuk dalam pengertian
praktik psikologi tersebut adalah terapan prinsip
psikologi yang berkaitan dengan melakukan kegiatan
DIAGNOSIS, PROGNOSIS, KONSELING, dan PSIKOTERAPI.

e) PEMAKAI JASA PSIKOLOGI adalah perorangan, kelompok,
lembaga atau organisasi/institusi yang menerima dan
meminta jasa/praktik psikologi. Pemakai Jasa juga
dikenal dengan sebutan KLIEN.


[psikologi_net] Fwd: Re: [vincentliong] Re: Renungan: Everybody Have a Weakness

2008-01-02 Terurut Topik Vincent Liong
 akan minta korban kalau si user nya tidak siap dengan kemajuan
teknologi..yang bernama Internet...karena orang bisa menjadi apa saja
yang dimau.
   
  Selamat Tahun baru 08
   
  salam,
  Istiani
   
   
   
  Abu [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Saya tidak mengerti dengan ada Vincent, ini kan dunia Cyber yang
sifatnya hanya dialog. Memang dalam berdialog ada yang nyambung ada
yang tidak. Itu wajar. Tapi nama2 yang sudah anda data, apabila benar
membuat suatu crime maka tindak lanjuti aja lewat yang berwajib alias
aparat. Kalau aparat tidak mau menjalan tugasnya, maka jalan pintas
model FPI boleh dilakukan sebagai tindak protes bahwa negara ini tidak
becus menangani hal yang demikian.

Abu Ibrahim.

--- In [EMAIL PROTECTED], Vincent Liong vincentliong@
wrote:

 Everybody Have a Weakness
 
 Ditulis oleh: Vincent Liong
 Tempat, Hari  Tanggal: Jakarta, Rabu, 14 November
 2007
 
 
 
 Everybody Have a Weakness
 But itsn't right 
 to find it and publish it all of it ?
 
 Kalau mau saya cari kelemahan pribadi atau yang
 berhubungan dengan keluarga, dari setiap anggota
 gerakan terror, cacimaki dan ngomong jorok Pabrik_T
 (Nuruddin Asyhadie, Dra. Ratih Andjayani Ibrahim MM.
 Psi., Maya Notodisurjo, Goenardjoadi Goenawan,
 Leonardo Rimba, Audifax, Edy Susanto, Sinaga Harez
 Posma, dlsb) tidaklah sulit melakukannya… Tetapi
 apakah perlu? 
 
 Semua bisa saja dicari-cari kelemahan pribadinya,
 masalah keluarganya, dlsb yang sifatnya ruangan
 pribadi seseorang, lalu kemudian mengumumkannya,
 menggunakannya sebagai blackmail, terror, cacimaki,
 judgement-judmenet kepada anggota keluarga dengan
 membawa-bawa kewenangan misalnya sebagai psikolog atau
 peramal yang dipercaya masyarakat, motivator hati
 nurani, sampai perwakilan kantor berita asing di
 Indonesia yang mengurusi masalah muslim-barat. 
 
 Apakah semua kebaikan yang ditanam bertahun-tahun ini
 begitu tidak berharganya dibandingkan dengan kejatuhan
 seorang Vincent Liong sehingga patut dikorbankan? 
 
 Selama ini saya masih membongkar seperlunya saja;
 Seperti anjing yang dipukuli tanpa sebab lalu digiring
 ke sudut ruangan, saya selama ini hanya menggigit
 untuk mendapat kesempatan lari meloloskan diri, tidak
 lebih. Tetapi anda-anda ini mencari hingga ke masalah
 yang paling pribadi, ke masalah keluarga, juga tidak
 lupa ke masalah hingga yang paling spele atau kalau
 perlu membuat-buat bukti palsu dengan tidak tahu malu.
 
 
 Ada dua tipe orang yang sangat menyayangi saya dengan
 tanpa pamrih rela berkorban untuk saya: 
 Pertama adalah orang-orang yang mendukung segala usaha
 saya dengan tulus-ikhlas dengan rela berkorban tanpa
 pamrih. 
 Kedua adalah mereka yang bersedia berkorban kehilangan
 semua kebaikan yang pernah dibangun dalam hidupnya,
 untuk sekedar menjatuhkan saya dengan segala cara
 kotor, itu masih berlangsung sampai sekarang dan
 sampaib hari ini saya masih belum mengerti masalahnya
 apa hingga rela berkorban untuk sesuatu yang tidak ada
 sesuatu hasil yang diperjuangkan dengan jelas. 
 
 
 Everybody have a right to live 
 So they have second chance 
 if they choose to use it.
 
 Kondisi saya sekarang adalah pada kondisi sekedar
 mempertahankan apa yang masih ada untuk bertahan hidup
 saja. Lalu saya melihat anda-anda ini (anggota gerakan
 Pabrik_T) sudah memiliki banyak hal yang baik, tetapi
 yang ada tidak disayangi malahan mau dikorbankan untuk
 sekedar berusaha menjatuhkan saya. Beberapa orang
 sudah mulai berusaha membangun kembali kebaikan
 hidupnya yang dirusak sendiri demi menjatuhkan saya,
 tetapi ego untuk bisa memenangkan kejatuhan seorang
 Vincent Liong begitu berharganya. Maka bagunan yang
 baru saja dibangun kembali dirusaknya kembali sehingga
 harus start kembali dari nol. Lalu ini harus berulang
 terus?
 
 Padahal saya tidak memperlakukan anda seperti anda
 (anggota gerakan Pabrik_T) memperlakukan saya; Seperti
 anjing yang dipukuli tanpa sebab lalu digiring ke
 sudut ruangan… Sampai hari ini saya berkali-kali
 memberi kesempatan kepada anda-anda ini untuk menjadi
 orang tidak bertanggungjawab, cucitangan dan lari.
 Tetapi anda-anda menghargai niat baik saya hanya untuk
 mengubah strategi serangan yang lama dengan strategi
 baru.
 
 
 A conflict that's have problems 
 can start and can be solve at a lifetime. 
 A conflict that don't have problems 
 can't and can't be solve at a lifetime.
 
 Kalau sepasang saudara bertengkar berebut harta, maka
 ketika pembagian harta telah menjadi jelas, maka
 pertengkaran akan menjadi dingin dengan sendirinya.
 Tetapi kalau tidak ada materi yang bisa dijadikan
 bahan pertengkaran, lalu bertengkar... Maka tidak ada
 juga yang bisa memulai atau menyelesaikan suatu
 pertengkaran. 
 
 
 Everybody Have a Weakness
 Apakah diri kita itu sudah sungguh bersih, sehingga
 usaha penghakiman ke orang lain tanpa materi
 pertengkaran yang jelas berhak kita lakukan?
 
 Maka sebab berulang-ulang mereka itu bertanya juga,
 tegaklah Ia serta berkata kepada mereka itu, Siapa di
 antara kamu yang tiada berdosa

[psikologi_net] Re: Renungan: Everybody Have a Weakness (Pro: Abu Ibrahim)

2008-01-01 Terurut Topik Vincent Liong
Subject: Re: Renungan: Everybody Have a Weakness
DDT: Wed Jan 2, 2008 2:26 am
From: Abu [EMAIL PROTECTED]
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/23562
 
Abu [EMAIL PROTECTED] wrote:

Saya tidak mengerti dengan ada Vincent, ini kan dunia
Cyber yang sifatnya hanya dialog. Memang dalam
berdialog ada yang nyambung ada yang tidak. Itu wajar.
Tapi nama2 yang sudah anda data, apabila benar membuat
suatu crime maka tindak lanjuti aja lewat yang
berwajib alias aparat. Kalau aparat tidak mau menjalan
tugasnya, maka jalan pintas model FPI boleh dilakukan
sebagai tindak protes bahwa negara ini tidak becus
menangani hal yang demikian.

Abu Ibrahim.




Vincent Liong [EMAIL PROTECTED] wrote:

Ketika saya SMP saya sempat menerbitkan buku di
penerbit Grasindo berjudul Berlindung di Bawah Payung,
saat itu tahun 2001. Penerbitan buku saya selain
menggunakan biaya pihak Grasindo juga mendapatkan
sponsor dari beberapa pihak lain koneksi keluarga
saya. Peluncuran bukunya di Aksara Bookstore cukup
meriah lengkap dengan sponsor beberapa botol wine dari
paman saya yang ahli wine William W. Wongso yang
kuliner itu, dengan pembawa acaranya Nono Anwar
Makarim. Saat itu saya mendapat bantuan dari banyak
pihak sehingga di tahun-tahun selanjutnya kepuasan
akan buku pertama saya tidak saya rasakan, karena itu
bukan atas kemampuan saya sendiri sebagai manusia,
melainkan sponsor keluarga dan kenalan saya. 

Maka dari itu penelitian kompatiologi dari awal hingga
sekarang tidak pernah sekalipun saya meminta sponsor
untuk dana penelitian, adapun sponsor yang saya dapat
adalah pemberian pribadi kepada saya bukan sponsor
penelitian; ada seorang sponsor yang menawari saya
jatah beli buku di Amazone.com sebesar 100 sampai 300
US$ per bulan, itupun sangat saya usahakan sedikit
mungkin saya gunakan. Saya bukan tidak bisa meminta
bantuan, bukan saya tidak punya koneksi, tetapi saya
memilih tidak mau.

Setiap nabi besar yang datang entah dengan asosiasi
ketuhanan semacam apapun, dengan bahasanya
masing-masing, datang ke dunia dengan satu tema yang
sama yaitu: ‘Egaliter’ (persamaan derajat, hak,
kemampuan, kepintaran, nilai diri dimata pencipta dan
alam sebagai sesama umat manusia). Sang Budha datang
dengan pertanyaannya tentang kesamaan derajat manusia
sebagai makhluk hidup yang lahir, menjadi dewasa, tua
dan mati yang juga mempertanyakan kembali kebenaran
system kasta yang saat itu berlaku di negerinya. Yesus
Kristus datang dengan tema persamaan derajat bahwa
setiap manusia adalah sama-sama anak-anak Allah dan
memiliki hak dan nilai yang sama di mata Allah sebagai
anak-anaknya. Nabi Mohammad datang dengan tema
persaudaraan sebagai sesama umat beragama Islam.
Seperti persaudaraan yang sama di ritual naik Haji
yang menyamakan derajat berbagai manusia yang memiliki
latarbelakang ras, bangsa, tingkat kekayaan,
pendidikan, dlsb yang berbeda dalam perkemahan dan
perjalanan iman yang sama.

Meskipun saya bukan orang yang secara verbal beragama
dengan baik, hal-hal tema egaliter yang dibawa para
nabi ini sangat melekat pada pemahaman saya. Saya bisa
saja melanggar etika kesopanan, dan etika-etika yang
lain, tetapi saya tidak melanggar etika yang satu ini:
‘egaliter’. 

Musuh-musuh saya tahu bahwa saya tidak akan melanggar
iman saya; untuk tidak membalas teror keluarga dengan
teror keluarga ; kecuali bilamana telah sampai pada
korban fisik entah luka, cacat atau kematian karena
hal ini berkaitan dengan surviveability clan, keluarga
sedarah dan keluarga tidak sedarah (sahabat-sahabat)
saya. Ini yang membuat musuh saya tidak takut
menyerang saya, sayapun percaya bahwa tidak ada
tindakan yang tidak dibayar oleh seorang manusia, maka
dari itu saya hanya bersikap defensive dengan
mengumumkan perkembangan teror kepada khalayak ramai. 
  

Kompatiologi yang saya buat pun sangat berkaitan
dengan budaya egaliter;
Q; Mengapa saya tidak menjanjikan keberhasilan dalam
menjual kompatiologi, melainkan membiarkan murid-murid
saya yang tanpa bimbingan saya menulis bukunya
masing-masing?
@; Ini karena saya tidak mau mengganggu kealamiahan
proses penelitian dengan asumsi-asumsi yang mensugesti
seolah-olah demikian. Pada ilmu pragmatis kebenaran
ilmiah empiris muncul dari pengalaman eksperimen
lapangan bukan kegiatan berfilsafat, berlogika dan
berdiskusi membahas suatu object. Ilmu kompatiologi
adalah ilmu tekhnis jadi asal rumus tekhnikalnya tepat
maka penjelasan bisa dibuat sesuai sudutpandang dan
pengalaman individu masing-masing. Pada akhirnya ilmu
tidak penting, yang penting adalah bagaimana
masing-masing orang memiliki kebebasan mengembangkan
dirinya sendiri, sebagai manusia dengan namanya
sendiri-sendiri. 
Q; Mengapa saya membuat kompatiologi menggunakan
paradigma ilmu pragmatis bukan paradigma ilmu
teoritis?
@; Karena saya ingin memperjuangkan bahwa tidak ada
perbedaan antara yang bersekolah tinggi atau rendah,
guru  murid, pintar  bodo, dlsb ;manusia hanya
diukur sebagai manusia itu sendiri. Dalam ilmu
pragmatis seperti kompatiologi, salahsatu

[psikologi_net] Fwd: Re: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi

2007-12-31 Terurut Topik Vincent Liong
Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ---BeginMessage---
Subject: Re: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi
From: Abu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] 
DDT: Sun Dec 30, 2007 1:50 pm
e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/23519
--- In [EMAIL PROTECTED], Abu
[EMAIL PROTECTED] wrote:


Do not worry...
Saya punya cara sendiri untuk menangani hal ini.
Photo itu sebenarnya sebagian rekayasa gambar, dan sebagian yang 
lalin adalah cabo2 yang dibayar pakai jilbab. Kita punya pengalaman 
di Lampung dan beberapa tempat lainnya.

Saya kerjasama denga Dicki Arimatea. Juga FUI, M.Khaththath. Yang 
punya jaringan dan punya bukti2 akurat. Kta tidak akan membalas dan 
berbuat keras kepada mereka. Itumah gak papa...
Hanya kita sedang membuat perhitungan dengan meereka, termasuk yang 
membuat selebaran dan menculiki anak2 kaum muslimin di Aceh ketika 
pasca tsunami.
Kita ada kerja2 lain yang lebih penting. Sementara yang begitu cukup 
direkord saja. InsyaAllah kami HT tidak akan bisa diadu domba dengan 
agama lain. Tapi urusan kita adalah urusan personal, bukan agama. 
Karena Islam melindungi agama dan aqidah lain. Kecuali para pembuat 
fitnah.

Thanks 
vincent.
Abu Ibrahim.

--- In [EMAIL PROTECTED], Vincent Liong vincentliong@ 
wrote:

 Subject: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi
 Membasmi Kompatiologi
 DDT: Thu Nov 1, 2007 2:16 am
 From: intel.psitrans intel.psitrans@
 e-link:
 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33809
 http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2830
 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/23012
 =
 intel.psitrans intel.psitrans@ wrote:
 
 
 MOHON PERHATIAN
 
 Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi
 Kompatiologi
  
  
  
 intel.psitrans@ (yahoo.com) adalah email yang
 bukan anggota dari gerakan cacimaki dan teror Pabrik
 Tontonan dalam mengganyang Kompatiologi dan Vincent
 Liong. Untuk memfitnah pihak-pihak Pro Kompatiologi,
 gerakan cacimaki Pabrik Tontonan di bawah pimpinan
 Nuruddin Asyhadie (South East Asian editor di Common
 Ground News Service) telah membuat email palsu dengan
 cara membuat nama email yang sama yaitu:
 intel.psitrans tetapi provider emailnya bukan yahoo,
 sehingga bagi pembaca di
 [EMAIL PROTECTED] akan tampak
 sama karena psikologi_transformatif adalah maillist
 yang dimana alamat email dilindungi privasinya dengan
 cara tidak menampilkan address email secara utuh.
 Misalnya email intel.psitrans@ ditampilkan di

 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
 hanya intel.psitrans@. Hanya ada satu cara bagi
 member yang cukup jeli untuk membedakan mana
 intel.psitrans yang yahoo.com atau yang bukan.
 Email yang berprovider yahoo akan memunculkan simbol
 muka yang berbentuk bulat pada bagian bawah address
 email pengirim.
  
 intel.psitrans yang palsu yang adalah salahsatu
 email yang digunakan oleh gerakan cacimaki Pabrik
 Tontonan di bawah pimpinan Nuruddin Asyhadie (South
 East Asian editor di Common Ground News Service) telah
 menulis sebuah email di psikologi transformatif sbb:
 ==
 Subject: Re: Kebijakan moderasi Audifax
 DDT: Wed Oct 31, 2007 4:46 pm
 From: intel psitrans intel.psitrans@
 elink:
 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33777
 intel psitrans intel.psitrans@(bukan yahoo)
 wrote:
  
 Lapor Komandan!
  
 Kegiatan intai hari ini telah dilaksanakan dengan
 baik. Foto-foto porno masih tersimpan rapih di arsip
 kita
 http://ph.groups.yahoo.com/group/vincentliong/photos/browse/ae98
 . Tidak sembarang orang bisa melihat, hanya anggota
 kita yang masih bisa dilihat. Kondisi foto-foto porno
 tersebut masih baik dan tersimpan rapih, sejak kita
 simpan bulan april yang lalu. Hati-hati, jangan sampai
 Komandan menghapusnya sendiri. Kita tidak punya
 arsipnya, musuh yang punya arsipnya.
  
 Siap melaksanakan perintah Komandan lebih lanjut.
  
 Laporan selesai!
 ==
 Menggunakan Yahoo ID kosislam15, seseorang mengirim
 gambar-gambar porno bernuansa Islam dengan foldernya
 diberi nama ! ! ! ! ! ! ISLAM di bagian folder foto
 maillist [EMAIL PROTECTED] .
  
 Sehubungan dengan kasus ini, saya sebagai owner
 [EMAIL PROTECTED] telah mengubah Group
 Settings dari yahoogroups kami ini agar bukti terkait
 tidak bisa dihilangkan oleh pelaku. Pada bagian Group
 Settings saya mengubah setting Files / Photos dari:
 Members (upload/modify/download files) menjadi
 Limited (members can download files; moderators can
 upload/modify/download files). Rupanya pengguna Yahoo
 ID kosislam15 masuk sebagai member sejak  Apr 27,
 2007 6:44 am kosislam15 kosislam15@ Joined
 group via web ketika konflik dengan kubu Pabrik
 Tontonan baru dimulai. Kosislam15 mengupload
 foto-foto tanpa setahu pengurus
 [EMAIL PROTECTED] , karena maillist
 [EMAIL PROTECTED] memang maillist
 unmoderated sejak awal. Mulai Apr 27, 2007

[psikologi_net] Tanggapan: [Forum Pembaca KOMPAS] Tentang Waktu ; karya Maria Hartiningsih

2007-12-31 Terurut Topik Vincent Liong
Menanggapi tulisan: 
Tentang Waktu“ 
karya Maria Hartiningsih


Bicara ’tentang waktu’… mba’ Maria Hartiningsih 

Sudah sejak Agustus 2004 – sekarang (1 januari 2008)
ini kita ada jarak setelah saya ngambek masalah indigo
dengan Metro TV. Ternyata saat itu saya tidak menyukai
situasi baru saya menjadi indigo, sebelumnya saya
penulis otobiografi saya sendiri yang memiliki
kebebasan sebagai manusia biasa yang bebas lepas dari
judgement. Lalu kita berjarak mba’ Maria Hartiningsih…


Saya dan mba’ Maria Hartiningsih mendapatkan
titik-tolak dari moment tsb. Saya, hingga akhirnya
saya menjalani perjalanan sebagai indigo dari awal
hingga saya sendiri harus menyelesaikan semua tema
indigo tidak hanya Vincent Liong si indigo tetapi juga
untuk indigo-indigo lain. Saya juga harus
menyelasaikan tema-tema ‘manusia non-indigo’ (tidak
sakti, tidak berbakat, tidak sensitive, tidak
metafisik, spiritual, dlsb); saya harus menyelesaikan
semuanya dengan meng-Indigo-kan mereka bukan sebagai
anak indigo tetapi sebagai manusia dewasa Indigo yang
menerapkan semua kemampuan tsb dalam keseharian
mereka; pekerjaan, pergaulan, dlsb dengan membikin
Kompatiologi. Ketika indigo menjadi tidak indigo dan
tidak indigo menjadi indigo (hilangnya batas
keberbakatan) maka selesailah tugas/perjalanan saya di
sana. 

Sejak jadi indigo saya harus berkonflik dengan dunia
baru yang namanya komunitas psikologi demi mendapatkan
kembali hak kebebasan sebagai manusia biasa yang bebas
lepas dari judgement dan setengah tahun terakhir ini
menjalani teror dari pihak-pihak yang menggunakan
reasoning kenormalan ala psikologi untuk melegalisasi
teror terhadap keluarga saya. Dari saya yang dianggap
gila hingga akhirnya ada di kalangan yang konon ahli
psikologi lebih gila dari saya sehingga waras menjadi
gila dan gila menjadi waras (hilangnya batas
keberbakatan) maka selesailah tugas/perjalanan saya di
sana.

Saya tidak tahu perjalanan mba’ Maria Hartiningsih
yang terjadi setelah moment tsb. Tetapi sebagai
sahabat lama yang mengalami titik total di moment dan
event yang saya meski di posisi yang berbeda
(berhadapan) maka saya juga bisa merasakan dan
memperkirakan perjalanan mba’ Maria Hartiningsih
antara Agustus 2004 – sekarang (1 Januari 2008). 

Saya mengharapkan mba’ Maria Hartiningsih bisa
menyelesaikan perjalanan mba’ Maria Hartiningsih dan
setelah itu kita ketemu lagi mengobrolkan perjalanan
kita masing-masing di dua belahan dunia yang
berlawanan sisi tsb. Tentunya penyatuan dua sisi
jawaban tsb akan memberikan jawaban yang lebih utuh.
Kapan waktunya mba’ Maria Hartiningsih mengakhiri
perjalanan mba’ di sana ditentukan oleh mba’ sendiri. 

Saya harus bisa tulus  ikhlas meninggalkan perjalanan
lalu untuk memulai perjalanan berikutnya, begitu juga
mba’ Maria Hartiningsih… 

Kalau sudah ditentukan waktunya bisa menghubungi saya
untuk ketemuan, moga-moga bisa ngobrol tanpa JaIm(jaga
image). Contact person saya di: 021-70006775,
021-98806892, 08881333410 .

Selamat Hari Raya Tahun Baru 2008...


Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Selasa 1 Januari 2008





To: [EMAIL PROTECTED]
From: Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]
Date: Mon, 31 Dec 2007 04:17:37 -
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Tentang Waktu
Oleh Maria Hartiningsih
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0712/31/Natal/4113091.htm


Waktu berlari. Tahun segera berganti. Sebagian dari
kita juga berlari mengejar sesuatu yang ujungnya tak
berujung. Tak banyak dari kita dapat berhenti mengejar
karena setiap ujung ada janji, bernama pencapaian.
Tolok ukurnya bisa dilihat dan diraba: kekuasaan, nama
besar, pengakuan, akumulasi modal, kepemilikan, dan
lain-lain.

Padahal, pada aras itu, ujung adalah fatamorgana.
Guru saya mengingatkan, ujung adalah neraka. Ia
dibangun oleh ketakutan-ketakutan kita.

Kita tak mampu diam karena menghidupi logika
kapitalistik, waktu adalah uang.

Waktu. Teka-teki tentangnya adalah faktor sangat
penting bagi perkembangan manusia. Manusia memiliki
kesadaran kuat akan waktu, yang membedakannya dengan
makhluk hidup lainnya.

Dengan kesadaran akan masa lalu dan masa depan,
manusia menjadi perencana dahsyat dalam mempersiapkan
masa depan. Ilmu dan teknologi yang menciptakan
peradaban adalah produk kesadaran itu.

Ia mendominasi kehidupan meski tak bisa mengatur kapan
matahari terbit dan tenggelam. Juga ada batas yang
menghentikannya: kematian.

Tetapi, apakah waktu?

St Agustinus dari Hippo (345-430) dalam Confessions
menulis, Kalau tak seorang pun bertanya kepadaku, aku
tahu. Tetapi kalau aku diminta menjelaskan kepada
seseorang yang menanyakannya, aku tidak tahu. Namun,
aku berani menjawab dengan penuh keyakinan bahwa aku
tahu, kalau tiada yang mati, tidak akan ada waktu
lalu, kalau tiada yang datang, tak akan ada waktu
mendatang, dan kalau tiada yang mengada, tak akan ada
waktu sekarang.

Namun, hanya dua yang menghantui manusia: masa lalu
dan masa yang akan datang. Kata St Agustinus,
Bagaimana keduanya ada kalau masa lalu kini tiada dan
masa depan belum mengada? Maka, yang

[psikologi_net] Fwd: Re: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi

2007-12-30 Terurut Topik Vincent Liong
Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ---BeginMessage---
Subject: Re: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi
From: Abu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] 
DDT: Sun Dec 30, 2007 1:50 pm
e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/23519
--- In [EMAIL PROTECTED], Abu
[EMAIL PROTECTED] wrote:


Do not worry...
Saya punya cara sendiri untuk menangani hal ini.
Photo itu sebenarnya sebagian rekayasa gambar, dan sebagian yang 
lalin adalah cabo2 yang dibayar pakai jilbab. Kita punya pengalaman 
di Lampung dan beberapa tempat lainnya.

Saya kerjasama denga Dicki Arimatea. Juga FUI, M.Khaththath. Yang 
punya jaringan dan punya bukti2 akurat. Kta tidak akan membalas dan 
berbuat keras kepada mereka. Itumah gak papa...
Hanya kita sedang membuat perhitungan dengan meereka, termasuk yang 
membuat selebaran dan menculiki anak2 kaum muslimin di Aceh ketika 
pasca tsunami.
Kita ada kerja2 lain yang lebih penting. Sementara yang begitu cukup 
direkord saja. InsyaAllah kami HT tidak akan bisa diadu domba dengan 
agama lain. Tapi urusan kita adalah urusan personal, bukan agama. 
Karena Islam melindungi agama dan aqidah lain. Kecuali para pembuat 
fitnah.

Thanks 
vincent.
Abu Ibrahim.

--- In [EMAIL PROTECTED], Vincent Liong vincentliong@ 
wrote:

 Subject: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi
 Membasmi Kompatiologi
 DDT: Thu Nov 1, 2007 2:16 am
 From: intel.psitrans intel.psitrans@
 e-link:
 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33809
 http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2830
 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/23012
 =
 intel.psitrans intel.psitrans@ wrote:
 
 
 MOHON PERHATIAN
 
 Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi
 Kompatiologi
  
  
  
 intel.psitrans@ (yahoo.com) adalah email yang
 bukan anggota dari gerakan cacimaki dan teror Pabrik
 Tontonan dalam mengganyang Kompatiologi dan Vincent
 Liong. Untuk memfitnah pihak-pihak Pro Kompatiologi,
 gerakan cacimaki Pabrik Tontonan di bawah pimpinan
 Nuruddin Asyhadie (South East Asian editor di Common
 Ground News Service) telah membuat email palsu dengan
 cara membuat nama email yang sama yaitu:
 intel.psitrans tetapi provider emailnya bukan yahoo,
 sehingga bagi pembaca di
 [EMAIL PROTECTED] akan tampak
 sama karena psikologi_transformatif adalah maillist
 yang dimana alamat email dilindungi privasinya dengan
 cara tidak menampilkan address email secara utuh.
 Misalnya email intel.psitrans@ ditampilkan di

 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
 hanya intel.psitrans@. Hanya ada satu cara bagi
 member yang cukup jeli untuk membedakan mana
 intel.psitrans yang yahoo.com atau yang bukan.
 Email yang berprovider yahoo akan memunculkan simbol
 muka yang berbentuk bulat pada bagian bawah address
 email pengirim.
  
 intel.psitrans yang palsu yang adalah salahsatu
 email yang digunakan oleh gerakan cacimaki Pabrik
 Tontonan di bawah pimpinan Nuruddin Asyhadie (South
 East Asian editor di Common Ground News Service) telah
 menulis sebuah email di psikologi transformatif sbb:
 ==
 Subject: Re: Kebijakan moderasi Audifax
 DDT: Wed Oct 31, 2007 4:46 pm
 From: intel psitrans intel.psitrans@
 elink:
 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33777
 intel psitrans intel.psitrans@(bukan yahoo)
 wrote:
  
 Lapor Komandan!
  
 Kegiatan intai hari ini telah dilaksanakan dengan
 baik. Foto-foto porno masih tersimpan rapih di arsip
 kita
 http://ph.groups.yahoo.com/group/vincentliong/photos/browse/ae98
 . Tidak sembarang orang bisa melihat, hanya anggota
 kita yang masih bisa dilihat. Kondisi foto-foto porno
 tersebut masih baik dan tersimpan rapih, sejak kita
 simpan bulan april yang lalu. Hati-hati, jangan sampai
 Komandan menghapusnya sendiri. Kita tidak punya
 arsipnya, musuh yang punya arsipnya.
  
 Siap melaksanakan perintah Komandan lebih lanjut.
  
 Laporan selesai!
 ==
 Menggunakan Yahoo ID kosislam15, seseorang mengirim
 gambar-gambar porno bernuansa Islam dengan foldernya
 diberi nama ! ! ! ! ! ! ISLAM di bagian folder foto
 maillist [EMAIL PROTECTED] .
  
 Sehubungan dengan kasus ini, saya sebagai owner
 [EMAIL PROTECTED] telah mengubah Group
 Settings dari yahoogroups kami ini agar bukti terkait
 tidak bisa dihilangkan oleh pelaku. Pada bagian Group
 Settings saya mengubah setting Files / Photos dari:
 Members (upload/modify/download files) menjadi
 Limited (members can download files; moderators can
 upload/modify/download files). Rupanya pengguna Yahoo
 ID kosislam15 masuk sebagai member sejak  Apr 27,
 2007 6:44 am kosislam15 kosislam15@ Joined
 group via web ketika konflik dengan kubu Pabrik
 Tontonan baru dimulai. Kosislam15 mengupload
 foto-foto tanpa setahu pengurus
 [EMAIL PROTECTED] , karena maillist
 [EMAIL PROTECTED] memang maillist
 unmoderated sejak awal. Mulai Apr 27, 2007

[psikologi_net] File Buku Catatan Harian Seorang 'Pendekon' (pengajar) Kompatiologi Andy Ferdiansyah

2007-12-10 Terurut Topik Vincent Liong
Judul: Catatan Harian Seorang Pendekon Kompatiologi
[EMAIL PROTECTED]
Karya: Andy Ferdiansyah 

Versi update: full version 10 desember 2007  
Jumlah halaman: 173 halaman A4 
Jenis tulisan: Times New Roman  Arial 11 spasi 1. 

Untuk mendownload versi Ms.Word nya klik:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/files/CatatanHarianSeorangPendek\
on/fullver10des07CatDekon.doc 

Untuk mendownload versi PDF nya klik:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/files/CatatanHarianSeorangPendek\
on/fullver10des07CatDekon.pdf

Bagi yang belum menjadi member
[EMAIL PROTECTED] tetapi ingin
mendownload buku tsb silahkan join sebelumnya, klik:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/join 

selamat membaca...





Pendahuluan
… dari Vincent Liong / Liong Vincent Christian Pendiri
Kompatiologi


Buku yang akan anda baca ini berjudul; Catatan Harian
Seorang ‘Pendekon’ (pengajar) Kompatiologi
[EMAIL PROTECTED] karya Andy Ferdiansyah. Dalam
buku ini pembaca bisa turut merasakan bagaimana
perjalanan Andy Ferdiansyah sebagai Tinta_Negatif
seorang pendekon kompatiologi dengan sudutpandang
orang pertama.

Kondisi penulisan buku ini yang dibuat secara tidak
disengaja, sangat mendukung untuk menghasilkan catatan
harian seorang ‘praktisi’ (peneliti, pengajar dan
pelaku) ilmu kompatiologi yang original tanpa pretensi
ingin tampak lebih atau kurang baik dari yang apa
adanya. Sifat Andy Ferdiansyah yang lugu, polos,
jujur, atau lebih kasarnya telanjang sebagai seorang
pelaku penulisan catatan harian sangat tampak di tiap
tulisan yang dirangkum secara urut ;selama perjalanan
waktu, dengan berbagai prosesnya yang tidak terputus. 

…dari ketika bertemu dengan Vincent Liong sekedar
sebagai tugas reportase dari stasiun televisi
tempatnya bekerja ; meliput Vincent Liong sebagai anak
indigo dan pendiri kompatiologi… hingga tanpa sengaja
sering ikut acara dekon-kompatiologi … menjadi
pendekon-tandem kompatiologi … menjadi
pendekon-independent kompatiologi … hingga akhirnya
harus keluar dari komunitas mainstream kompatiologi
dan memulai petualangan baru … menggunakan dan
menyebarluaskan kompatiologi sebagai Andy Ferdiansyah,
bukan lagi murid Vincent Liong … menerapkannya dalam
dunia kerja sesuai bidang yang dipilih untuk dijalani
dirinya sendiri.

…dari mentalitas seniman yang pemberontak anti
kemapanan dengan banyak menganut idealisme … menjadi
agak religius … menjadi suka bicara hal religius
secara lebih terbuka … jadi semakin realis … shock
ketika menghadapi masalah double personality-nya yang
bertemu satu sama lain … hingga menjadi manusia yang
sedikit lebih diam pada dirinya sendiri … Semuanya
terrekam tanpa manipulasi di dan dibahas secara
terbuka dalam buku ini.  

Dalam buku ini diceritakan penerapan kompatiologi
sebagai ilmu di luar lembaga pendidikan resmi dan di
luar budaya pendidikan di ruangan tertutup tanpa noice
(proses pendidikan kompatiologi selalu dilakukan di
ruangan terbuka seperti mall, pasar, dlsb yang
berisik). Perjalanan proses pemahaman ilmu melalui
dilemma kepercayaan vs skeptisisme yang dibicarakan
secara terbuka berlangsung sepanjang cerita. Tidak
seperti ilmu kebanyakan yang tidak melampirkan proses
kontemplasi praktisinya, yang dilampirkan hanya hasil
kesimpulan akhir yang dianggap mutlak dan tidak perlu
dipertanyakan lagi.  

---

Bicara tentang ilmu kita biasa menemukan penjelasan
dan kesimpulan akhir yang tertulis di berbagai buku
atau dipresentasikan melalui pengajaran dengan metode
percaya, yakin dan hafalkan. Paradigma ilmu itu
sendiri, terutama ilmu ilmiah tidak lepas dari dilema
antara kepercayaan (idealisme untuk terus mencari),
keyakinan (believe system / kebenaran yang
dipertahankan dan dikejar / intuisi) dan skeptisisme
(pengukuran subjective maupun objective) yang
silih-berganti. 

Tidak ada ilmu ilmiah yang bisa tumbuh hanya dengan
kepercayaan dan keyakinan saja tanpa skeptisisme,
sebab tanpa skeptisisme ilmu hanyalah sebuah
‘keyakinan’ (tanpa perlu pembuktian) ;agama yang
diwariskan turun temurun tanpa pengujian ulang
sepanjang keberadaan sebuah ilmu. Bila ini terjadi
maka ilmu yang ada hanyalah ilmiah semu yang berisi
urutan kegiatan; sebagai murid, kelulusan dan lalu
menjadi pengajar tanpa perlu pengujian di luar dunia
akademis (ruang penelitian yang dibuat, dikondisikan
dan diteliti oleh pendukung materi teori keilmian),
bukan pasar pengguna / masyarakat awam yang tidak
ideal. 

Sebaliknya, tidak ada ilmu ilmiah yang bisa tumbuh
hanya dengan skeptisisme saja. Tanpa kepercayaan,
setidaknya keterbukaan untuk mengujicoba, atau membuka
kemungkinan pada hal baru di luar materi teori
keyakinan ilmiah ;yang mungkin saja di masa yang akan
datang akan menjadi kebenaran ilmiah. Bila hal ini
terjadi, maka ilmu yang ada hanyalah ilmiah semu.
Sebab alasan ilmu ilmiah dibuat, sekedar untuk
mempertahankan konstruksi kekuasaan (menara gading)
diri sendiri dan kelompok dengan menggunakan materi
teori atas apa yang telah dianggap kebenaran ilmiah. 

Kompatiologi sebagai ilmu di luar lembaga

[psikologi_net] Fwd: Ratih Andjayani Ibrahim Psikolog Kondang yang Mengidap Split Personality Akut

2007-10-29 Terurut Topik Vincent Liong
Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ---BeginMessage---
Ratih Andjayani Ibrahim Psikolog Kondang yang Mengidap Split
Personality Akut

Ratih Andjayani Ibrahim seorang psikolog kondang dari Personal Growth
yang sering memberikan pendapatnya sebagai ahli psikologi perkembangan
(anak sampai dewasa) dan prilaku perempuan, diam-diam mengidap split
personality. Tentunya hal ini tidak diketahui oleh khalayak umum
selain yang mengamati dua sisi Ratih Ibrahim:

* Kepribadian Pertama: Sebagai Psikolog perkembangan yang selalu
menggunakan kata-kata dan nasehat yang bijak tampil menjawab
permasalahan psikologi keluarga di berbagai media massa di tanah air.
* Kepribadian Kedua: Ratih ibrahim yang suka membuat isu kelainan
psikologi palsu, bicara kata-kata kotor, caci-maki, dlsb di maillist
[EMAIL PROTECTED] .

Ini semua berhubungan dengan kebutuhan Ratih Ibrahim untuk membelah
kepribadiannya menjadi dua titik ekstrim yaitu: pribadi yang bijak,
sempurna, serba-baik-baik di media televisi untuk sumber nafkah dan
yang jelek-jeleknya dilampiaskan di dunia maillist
[EMAIL PROTECTED] kepada orang yang dianggapnya
mampu menjadi samsak bagi kepedihan hatinya yang kambuh secara musiman
(berkala tiap jangka waktu tertentu).

Ratih Ibrahim adalah bagian dari kelompok psikolog di maillist
psikologi_transformatif yang gemar sekali menggunakan negative
reinforcement kepada berbagai member maillist di maillist psikologi
transformatif seperti misalnya:
* Teror kepada anggota keluarga dengan sita jaminan.
* Cacimaki dengan bahasa kotor ala Psikologi kepada subject dan
keluarga subject.
* Pemalsuan dan penyebarluasan data kepribadian korban.
* Pemalsuan bukti korban dan pemalsuan kuesioner.
* Usaha pemerasan, penangkapan dan pemenjaraan melalui jalur hukum.

Silahkan membuka (membaca dan mempelajari) sisi lain dari kepribadian
Ratih Ibrahim yang tidak terekspose di media massa dengan meng-klik
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/msearch?query=ratih+ibrahim+submit=Searchcharset=ISO-8859-1
(bagi yang belum jadi member silahkan bergabung dulu di:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join agar
memiliki acess untuk membaca email-email tsb.) Di
psikologi_transformatif Ratih Ibrahim bahkan menggunakan email aslinya
sendiri [EMAIL PROTECTED] .

Semoga dengan membaca email ini, para pemirsa tidak lagi tertipu
dengan acting Ratih Andjayani Ibrahim yang berpura-pura menjadi orang
yang sangat baik di satu sisi, dengan sisi lain yang terbiasa menjadi
sadis mencari kambinghitam masokis yang bisa dijadikan samsak
kegundahan hatinya.



LAMPIRAN e-link beberapa wawancara Ratih Andjayani Ibrahim di media
massa (cetak  elektronik). Bandingkan dengan email-email Ratih
Ibrahim di maillist [EMAIL PROTECTED] anda akan
tahu bagaimana penyakit kejiwaan split personality yang telah
menjangkit seorang psikolog kondang Ratih Andjayani Ibrahim (spesialis
psikologi perkembangan).

* Cantik Luar Dalam, Mitos  Fakta - KOMPAS CYBER MEDIA
http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0607/26/133138.htm 

* Pentingnya Menyiapkan Bekal untuk Buah Hati Sejak Dini
(Hanyawanita.com :: Indonesian Women's e-Lifestyle) 
http://hanyawanita.com/_food/kitchen_solution/article.php?article_id=6976

* Menggapai Jiwa Seimbang (Harian Umum Pikiran Rakyat)
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/072006/30/geulis/utama01.htm 

* Perempuan Tak Lagi Harus Menunggu
http://www.dutamasyarakat.com/rubrik.php?id=19105kat=Ragam

* Jangan Belenggu Tawanya (Koran Republika)
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=291247kat_id=100

* Diet Menonton Televisi Bagi Anak 
www.indomedia.com/sripo/2006/09/19/1909H17.pdf 

* Gemar Melirik Kekasih Orang ??? (Majalah Cosmopolitan) 
http://www.bluebrainers.com/viewtopic.php?t=8940

* Babak Workshop Indonesian Idol Dipercepat (Kantor Berita Antara)
http://www.antara.co.id/arc/2007/4/11/babak-workshop-indonesian-idol-dipercepat/

* Saatnya Perempuan Tentukan Masa Depan Sendiri
http://www.dutamasyarakat.com/rubrik.php?id=19104kat=Ragam

* Shopaholic itu orang sakit bukan?
http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=578

* TAK SEMUA YANG DISAKITI LELAKI JADI LESBI
http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=13808 

* Menanamkan Nilai Harus Killer dan Konsisten
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0512/09/sh04.html

* LifeStyle Selebriti Penuh Ketegangan
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/selebriti/penuh-ketegangan.html

* PERSAINGAN KETAT MIKE VS JUDIKA DI FINAL
http://www.bintang-indonesia.com/contentd.php?pcid=580

* Have a sensational Sex Life with your partner? Here's How!
http://www.conectique.com/cetak/index.php?article_id=1429_page=1

* Pasangan Selebritis Harmonis yang Penuh Miracle dari POND`S
http://www.rileks.com/lifestyle/?act=detailartid=31102006114728

* MIDNIGHT SHOPPINGdi Akhir Ramadan
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/entertainment-sore/midnight-shoppingdi-akhir-ramadan-3.html

* Indonesian Idol 

[psikologi_net] Re: Fwd: Proyek EMDR Aceh: Sudah siapkah HIMPSI Jaya ?

2007-10-16 Terurut Topik Vincent Liong
Inilah sdr Sinaga Harez Posma;

Yang menjadi sudutpandang dan pencapaian yang bernilai
dari masing-masing dari kita berbeda.

Pencapaian peneliti model pencarian dari nol seperti
saya adalah untuk mencari, meneliti dan membangun
sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada di jaman ini,
dan bisa berguna bagi orang banyak.

Pencapaian peneliti model penelitian ilmiah adalah
menjadikan sesuatu (misalnya ilmu) yang sudah ada
sebelumnya tetapi dianggap pseudoscience menjadi lebih
dianggap scientific lalu dipatenkan.

Pseudoscience atau scientific adalah urusan dan
kepentingan di kalangan kaum ilmiah saja yang
eksklusif. Kalau bagi masyakarat awam, suatu hal benar
atau tidak akan terbukti secara alamiah dari
perjalanannya di penyebaran ilmu dalam masyarakat awam
sepanjang sejarah.

Maka dari itu Kompatiologi untuk Vincent Liong secara
pribadi sudah sukses, pencapaian versi Vincent Liong
sudah tercapai yaitu:membangun sesuatu yang berbeda
dari yang sudah ada di jaman ini, dan bisa berguna
bagi orang banyak. Yang belum mencapai sukses adalah
orang-orang akademisi (ilmiah-wan) di sekitar
kompatiologi yang masih membutuhkan keyakinan / label
/ peresmian tidak ilmiah atau ilmiah ;  scientific
atau pseudoscience.

Seseorang atau sekelompok orang bisa di-respect dalam
mengembangan dan atau menggunakan suatu ilmu bilamana
dirinya masih menghormati dan menghargai proses
sejarah pembentukan ilmu itu sendiri dengan trial 
error dari nol, bukan sekedar ngurusin scientific atau
pseudoscience.  

Saya tidak tahu tentang pribadi Francine Shapiro,
tetapi yang saya tahu Psikologi (HIMPSI yang
menggunakan EMDR di Aceh) hanya menghargai dan
mempelajari sejarah EMDR sampai di sejarah Francine
Shapiro saja, karena yang dianggap penting masih
berdasarkan label eksklusif ilmiahwan saja. Hal
sejarah selanjutnya yang berhubungan dengan
prinsip-prinsip meditasi Vipassana dan juga
metode-metode yang ada dalam AdvaitaVedanta hanya
dibahas sekilas, padahal proses pencarian dari nol
dengan trialerror yang berlangsung sepanjang sejarah
ilmu itu adalah hal yang paling penting bila suatu
ilmu mau dijadikan praktik secara profesional. 

Seperti yang jelas-jelas sdr Sinaga Harez Posma
sendiri kritisi yaitu soal:

Sudahsiapkan HIMPSI Jaya dan Tim apabila hal-hal
seperti yang dikemukakanoleh Parnell tersebut di atas
terjadi pada proyek di Aceh tersebut ?

Kalaupertanyaan berdasarkan uraian/analisa versi
dukun, sudah siapkahHIMPSI Jaya dan Tim menghadapi
ekses sebagai akibat adanya pertempuranantara Spirit
Aceh melawan Spirit India ?

Woowww kali ini HIMPSI Jaya rada-rada nyerempet
nih . :)

Dari point ini kelihatan sekalui bahwa pendidikan
hingga pemberian sertifikat EMDR diberikan secara
tidak cukup bertanggungjawab atau istilah saya Saya
tidak begitu respect... karena hanya berhenti sampai
pada sejarah usaha mengilmiahkannya saja Francine
Shapiro.

Hal yang paling penting, fatal, dlsb dari ilmu yaitu
konstruksi tekhnis-mekanis dari ilmu itu sendiri tidak
dipelajari dan sudah bisa dapat sertifikat, lalu
berangkat bekerja ke Aceh. 


Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Rabu, 17 Oktober 2007





Email sebelumnya...
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32948
--- In [EMAIL PROTECTED],
Vincent Liong [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya tidak begitu respect dengan 'cara' tindakan
 lembaga dan perorangan di Psikologi yang anda
 ceritakan di bawah ini untuk membuat dan memasarkan
 produk EMDR.


harez:
Hak anda untuk tidak respect maupun tidak.

vl:
 Seperti sudah saya bahas sebelumnya di email:
 * Kompatiologi: Orientasi Metodologi Penelitian

http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2673

http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22757

http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32436
 Mengenai perbedaan peran peneliti ala pencarian
dari
 nol dengan peran peneliti ala penelitian ilmiah.

harez:
Konsepmu tentang metode penelitian banyak yang tidak
jelas dan ngawur, saya tidak berminat untuk
membahasnya lebih lanjut.


vl:
 Yang dilakukan oleh penggagas EMDR hanya
membahasakan
 ulang sesuatu yang sudah ada, sudah jadi dan sudah
 terbukti empiris dan sudah diketahui kekuatan dan
 kelemahannya dari pengalaman digunakan oleh
masyarakat
 awam ; di agama, aliran spiritual, metafisika, dlsb
 yang sudah ada dengan ditambahi bumbu dan cap ilmiah
 sehingga bisa diperdagangkan lebih laku dan lebih
 mahal di jalur keanggoataan eksklusif pendidikan,
 tanpa menghargai dan menghormati sejarah peran
 peneliti yang melakukan pencarian dari Nol-nya
dimana
 ilmu apapun selalu berkaitan erat dengan 'pribadi'
 (seorang individu atau komunitas) yang menjalani
 pengalaman pencarian dari nol nya.


harez:
Penemunya Francine Shapiro, diakui dan dicatat. (
http://www.emdr.com/history.htm )

vl:
 Tentunya sesuatu yang sudah jadi, sudah empiris dan
 sudah berjalan bertahun-tahun bahkan beberapa
generasi
 tidak memerlukan penelitian apa-apa selain hanya
 kegiatan menambahi bumbu dan edit-mengedit bahasa
 saja.


harez

[psikologi_net] Manipulasi Data di fak Psikologi adalah Legal bila Punya Kedudukan

2007-10-05 Terurut Topik Vincent Liong
Vincent Liong answer to Sinaga Harez Posma:

Menurut Sinaga Harez Posma sendiri seperti terlampir
di bawah ini bahwa pelanggaran kode etik psikologi
Indonesia yaitu mengenai kegiatan memanipulasi data
tidak berlaku bagi seorang Sinaga Harez Posma. Sinaga
Harez Posma memiliki kedudukan di fakultas psikologi
sehingga hal aturan tsb tidak berlaku. Jadi
profesionalitas memang perlu dipertanyakan karena
bahkan oknum-oknum didalamnya saja bisa secara terbuka
mengakui bahwa kedudukan menghalalkan segalanya.

Vincent Liong secara doktrin atau ilmupengetahuan yang
dibela memang bukan sebagai native di fakultas
psikologi. Vincent Liong adalah native di ilmu
kompatiologi yang didirikan Vincent Liong. Antara satu
ilmu dan ilmu yang lain misalnya psikologi dan
kompatiologi tentunya terjadi kritik-mengkritik, hal
ini adalah wajar.

Tetapi bila pelanggaran kode etik psikologi yang
paling fatal sebagai ilmu ilmiah yaitu yaitu kegiatan
memanipulasi data dilegalkan, bila si oknum memiliki
kedudukan di lembaga psikologi, bahkan bisa dibahas
secara tertulis dan terbuka di publik, maka eksistensi
psikologi dengan kode etik psikologinya sendiri
sebagai sebuah lembaga perlu dikaji ulang terutama
karena posisinya sebagai ilmu teraphis yang merupakan
turunan dari ilmu kedokteran yang menyangkut
keselamatan manusia.

Ditunggu komentaran dari Psikolog atau lulusan
Psikologi yang lain.


Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2007



Email sebelumnya…
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32380

Sinaga Harez Posma wrote:

Huahaha !

Vincent  Vincent  silahkan saja kamu mau nulis
apa. Aku sadar dan tahu persis koq kedudukan dan
keberadaanku di komunitas psikologi. 

Aku tinggal memforward arsip-arsip postingan di milis
ini ke komunitas psikologi  dan   :)

Memangnya di milis ini nggak ada psikolog-psikolog
lain yang memberikan penilaian  :)

Kamu mau ngejelekin reputasiku di psikologi ?
Ha...ha...ha... ? 

Kamu yang selama ini memusuhi dan menjelek-jelekkan
psikologi mau mencari dukungan dari komunitas
psikologi untuk memusuhi aku ... :) 

Yang bener aja ah Cent  bisa-bisa kamu yang
diketawain nanti. Konsultasi dulu sana sama
teman-temanmu.

Kamu pikir di milis ini tidak ada psikolognya apa ?
Banyak Cent ... :) Apakah mereka tidak bisa memberikan
judgement perbandingan antara aku dan kamu ?  

He...he...he kamu mimpi Cent :)

Arsip di milis ini, bisa dijadikan salah satu alat
bukti. Kesaksian rekan-rekan di milis ini juga bisa
dijadikan alat bukti, pengalaman Mas Goen, Bu De Tih,
Mas Leo, Audi, dll menunjukkan hal itu koq. Aku nulis
berdasarkan data koq, dan sudah jelas referensinya.

Prof. Sarlito mau dijadiin saksi ahli . juga boleh
 :)

Atau Dr. Erwin doktermu itu  juga boleh ... :)

Memangnya ada naga takut sama gertakan cacing ...:) 

Mimpi kali ye ... :)

Jangan kebanyakan waham  ah!

Hahaha Vincent  Vincent  :)


salam,
harez



Email sebelumnya…
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32378
Vincent Liong wrote:

Kasus Manipulasi data oleh Sinaga Harez Posma
Ditulis oleh: Vincent Liong
Tempat, Hari Tanggal: Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2007



Kepada Yth: Sinaga Harez Posma.
Di Tempat.

Seperti sudah saya beritahukan sebelumnya bahwa saya
akan memberikan limit waktu sesuai kesabaran saya
tentang segala usaha yang anda lakukan untuk merugikan
saya secara pribadi dan kompatiologi.

Saya adalah individu yang independent dengan
penelitian yang dana dan personilnya juga independent,
jadi hukum yang berlaku pada saya hanyalah hokum
kepuasan nasabah dan kepercayaan masyarakat. Anda
adalah lulusan fakultas Psikologi, jadi hukum yang
berlaku adalah Kode Etik Psikologi Indonesia.

Ada beberapa pelanggaran yang bisa dipermasalahkan
secara serius dan berkaitan dengan profesionalisme
seorang Sinaga Harez Posma sebagai lulusan psikologi.
Karena saya sebagai pendiri kompatiologi bukan ilmu di
bawah fakultas psikologi, jadi sangsi atas pelanggaran
tsb tentunya menjadi tanggungjawab kolega anda sendiri
yaitu sesama lulusan fakultas Psikologi seIndonesia,
demi menjaga kwalitas dari lulusan fakultas Psikologi.
Pelanggaran tsb terutama soal:

Manipulasi data yang diumumkan ke publik bahwa ada
sejumlah individu (lebih dari satu orang) yang
mengalami gangguan jiwa akibat ikut
dekon-kompatiologi. Kalau memang ada korban maka
Sinaga Harez Posma berkewajiban menunjukkan korbannya,
dan korbannya sendiri wajib membuat pengakuan tertulis
bahwa telah dirugikan oleh Vincent Liong dan
kompatiologi. Bila tidak ada laporan pengakuan dari
korban sendiri secara tertulis dan dapat dikonformasi
keberadaan korbannya maka Sinaga Harez Posma telah
melakukan manipulasi data demi perusakan nama baik
Vincent Liong dan kompatiologi.

Email ini mohon diperhatikan juga oleh para lulusan
dan mahasiswa fakultas psikologi berhubung ini
berkaitan dengan seorang lulusan fakultas Psikologi.


Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2007

Send

[psikologi_net] Tubuh, jiwa dan Roh (hardware, translater dan sampler)

2007-07-09 Terurut Topik Vincent Liong
Judul:
tubuh, jiwa dan roh..
hardware, translater dan sampler..
anak, ibu dan bapak.. 
putera, roh kudus dan bapa...
manusia, instightif dan intuitif...
manusia, bumi dan langit... 

Ingin ikut dalam diskusi? (Unmoderated) Klik e-link:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/21738
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2057
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/24917


Chatting antara Vincent Liong (V.L.) dengan Md. (nama
dirahasiakan) pada tanggal Senin, 9 Juli 2007 malam.


Md.: Hi hi.. lagi ngapain??
V.L.: lage nulis
Md.: nulis apa??
V.L.: soal The Augments
Md.: mksdny memperbanyak apa??
V.L.: memperbanyak orang yg punya budaya spt gw
Md.: budaya seperti lo??
Md.: kenapa gitu??
V.L.: gw merancang budaya dan memperbanyak orang
dengan budaya yg sama
Md.: dan menurut lo,tindakan lo itu positif ato
negatif??
Md.: orang kan bisa mengartikannya berbeda..
Md.: lo bisa memecahbelahkan masyarakat lhoo
V.L.: ya nga ada positif negatif
V.L.: masyarakat dalam budaya kultus jelas gw
pecahbelah
V.L.: tetapi masyarakat yg lebih primitif ngak kena
pengaruh
V.L.: baik atau buruk itu tergantung posisi kita
melihat dari mana
Md.: itu dia yang gw maksud..
V.L.: atau tidak dari mana2
Md.: ga semua orang bisa memandang dari sisi yang
membangun kan??
V.L.: tidak ada sisi yg membangun
V.L.: kalau dianggap ada maka ada yg dianggap sisi
tidak membangun
Md.: jadi,bisa aja saat mereka menginterprestasikannya
salah,,bisa terjadi paradigma baru yang menyesatkan,,
V.L.: ada dua jenis paradigma yg mekanis dan yang
believe sistem
V.L.: yg believe sistem bisa sesat karena ada posisi
dalam ruang pikir
V.L.: tetapi mekanisme tidak bisa baik dan tidak bisa
buruk karena mekanisme
Md.: bukannya segala sesuatu,tanpa terkecuali itu ada
sisi baik dan buruknya??
Md.: kecuali Tuhan ya..
V.L.: tuhan ada kalau ada setan
Md.: ko gitu sih??
V.L.: kalau tidak ada setan maka tidak ada tuhan
begitu juga sebaliknya
Md.: ko lo bisa ngomong gt??
V.L.: butuh tuhan kalau butuh perasaan terlindungi
dari setan
Md.: atas dasar apa?
V.L.: kalau sedang tidak ya tidak butuh tuhan
Md.: ga juga..
Md.: klo gw sih ga gitu..mau seneng ato sedih,,gw
slalu bersyukur sama Tuhan..
Md.: waahh,,berarti lo cuma manfaatin Tuhan doang
dong??
V.L.: bersyukur ya iya tetapi bukan atas dasar butuh
tuhan karena takut setan maka bersyukur
V.L.: ada atau nga ada terlindungi atau tidak ya
bersyukur udah idup
Md.: emg lo takut setan?
V.L.: nga
Md.: bukannya harusnya setan yang takut sm kita??
V.L.: juga tidak takut tuhan
Md.: kan kita in Bait Allah,, hah?? lo ga takut
Tuhan?? padahal,takut akan Tuhan itu permulaan
pengetahuan lhoo..
V.L.: takut tuhan adalah permulaan perbudakan kita
atas tuhan yg disuruh jagain kita dari setan.
bersyukur bukan karena takut sama tuhan atau takut
sama setan adalah permulaan mengenal tuhan secara
egaliter. tuhan dan setan itu titik ekstrim. diantara
dua titik ekstrim ada range. dalam range ada skala
Md.: jadi lo merasa bahwa lo bisa mengenal Tuhan
dengan ilmu yang lo punya sekarang?
V.L.: mengenal tuhan secara egaliter berbeda dengan
mengenal tuhan secara membudaki atau dibudaki
Md.: padahal,lokan mahluk ciptaanNya,,jadi mana
mungkin lo bisa melebihi Tuhan Yesus??
V.L.: pemahaman tentang tuhan yesus bisa dibawa ke
mana2: bisa ke kondisi egaliter atau kondisi non
egaliter tergantung yg memberikan arahan.
Md.: mskd lo membudaki atau dibudaki tuh gmn??
V.L.: takut nga dilindungi dari setan dan takut sama
tuhan makanya baik sama tuhan (membaik-baik-i)
Md.: lo tau ga klo Tuhan itu tritunggal??
V.L.: itu konsepnya. ayah ibu dan anak
Md.: itu kan namanya bukan tritunggal..
V.L.: budayanya berasal dari anggapan tentang ayah ibu
dan anak. logika orang khan begitu kalau nga ada ayah
dan ibu maka nga bisa melahirkan. titik ekstrim yg
satu dipadu dengan titik ekstrim yg lain maka
menghasilkan ruang antara yg memungkinkan ada variasi
perjalanan kehidupan
Md.: suka baca Alkitab ga??
V.L.: ya gw ngerti tetapi dari sudutpandang
pengintepretasian egaliter
Md.: lhooww,,kan gw cuma nanya suka ato ga?? tinggal
bilang ya atau tidak
V.L.: masalahnya kalau bilang ya maka diposisikan ikut
aliran tertentu (sudutpandang tertentu terhadap
alkitab) tetapi bukan alkitabnya sendiri
Md.: ga juga kok..
V.L.: alkitabnya ya sekedar alkitab
Md.: hmm,,gw jadi ngerti,, berarti bisa
dibilang,,masih banyak ilmu laen yang harus lo gali,,
saat lo menyukai. bc Bible,,bnyak rahasia dan
pengertian baru yang lo dapetin..
V.L.: bukan gitu. ada dua cara memahami sesuatu: loe
terima mentah2 atau elo yg menjalani prosesnya hingga
mendapat jawabannya proses demi proses. bisa saja dua
cara ini menuju jawaban yg sama tetapi masalahnya
kalau terima mentah2 elo terkontrol oleh pihak lain
bukan mengontrol diri elo sendiri secara bebas
Md.: vince,,pikirna manusia itu terbatas,,
V.L.: yg mengatakan pikiran manusia itu terbatas juga
manusia
Md.: lo tau juga kan klo manusia itu terdiri dari 3
bagian juga?? tubuh,jiwa dan roh..
V.L.: hardware, translater  sampler

[psikologi_net] Posisi Kompatiologi dalam Insting, Believe Sistem, dan Intuisi. oleh: Vincent Liong

2007-07-01 Terurut Topik Vincent Liong
Posisi Kompatiologi dalam Insting, Believe Sistem, dan
Intuisi.
Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong

Ingin ikut dalam diskusi?! , klik:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/21595
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1995
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/23858



Kata; ‘Insting’, ‘Believe Sistem’ dan ‘Intuisi’…

Sadar atau tidak sadar, tiga buah kata yang tidak
pernah bisa dipisahkan, yang memiliki definisinya
masing-masing, yang diterjemahkan ke dalam berbagai
nama berdasarkan konteks fungsionalnya yang lebih
spesifik...

Dalam ranah pembahasan teori (anggapan) tentang
pemerosesan informasi pada manusia;  
Intuisi mewakili anggapan tentang proses penyampaian
atau lalulintas informasi abstrak yang bersifat
spontant, biasanya diidentikkan dengan teori sifat
otak kanan.  
Insting mewakili anggapan tentang proses penerjemahan
informasi abstrak ke dalam bahasa yang lebih kongkrit
(fisikal), biasanya diidentikkan dengan teori sifat
otak kiri. 
Sedangkan believe sistem adalah kepercayaan, agama,
tradisi, adat-istiadat, cerita, teori, anggapan yang
mewakili keseluruhan cerita tentang kegiatan
pemerosesan informasi pada manusia. 
Karena hanya fungsi insting yang mempu dijelaskan
secara agak mekanis, maka secara empiris  logis hal
ini mudah dijelaskan dalam bentuk believe sistem,
sedangkan fungsi intuisi sulit dijelaskan karena
sifatnya adalah penyaluran data yang spontant bukan
metodologi dengan penjelasan kongkrit (ada kerja / hal
fisikalnya) ; Sehingga believe sistemnya masuk ke
ranah metafisika (non-science  non-empiris), karena
tidak ada garis pemisah yang jelas antara intuisi dan
anggapan tentang kegiatan intuisi (believe sistem). 

Dalam pembahasan tentang fungsi mekanis komputer;
Hardware menjalankan perannya dalam menjadi alat
penghubung dalam penyampaian lalulintas informasi
abstrak. Software (termasuk operating sistem)
menjalankan perannya sebagai alat penerjemahan
informasi abstrak ke-dan-dari informasi yang lebih
kongkrit (fisikal) yang masuk-dan-keluar melalui
input-dan-output device.   

Dalam pembahasan tentang fungsi mekanis media
penyimpanan data seperti DVD, Piringan Hitam,
HardDisk, dlsb;
Pembacaan data dilakukan melalui proses random
sampling berupa sentuhan, cahaya, dlsb dengan bahasa
binair yang abstrak seperti 01010100101010... , lalu
ditranslate ke bahasa yang lebih kongkrit (jelas 
fisikal), lalu diprojeksikan dalam bentuk data
kongkrit. 

Tidak ada satupun ’bidang keilmuan’ (believe sistem)
baik yang dianggap science, empiris atau yang
metafisika (non science) yang bisa lepas dari ’sifat
tiga kata dasar ini’ (insting, believe sistem, dan
intuisi) mesikipun dalam nama pendefinisian yang
berbeda. Entah itu ilmu science  empiris seperti;
ilmu sosial, ilmu alam, ilmu kedokteran, ilmu
psikologi, ilmu elektro, ilmu komputer, ilmu mesin,
dlsb. Juga ilmu metafisika seperti; ilmu agama, ilmu
meditasi, ilmu reiki, ilmu kundalini, dlsb.


Seperti judul tulisan di atas: “Posisi Kompatiologi
dalam Insting, Believe Sistem, dan Intuisi.”; Maka
saya tidak membahas secara detail posisi masing-masing
ilmu terhadap insting, believe sistem, dan intuisi
dalam tulisan ini. Yang akan saya bahas adalah
bagaimana kompatiologi (yang buatan saya) mampu
menjawab permasalahan utama dalam usaha penerapan ilmu
berbasis believe sistem. 

Pada paragraf di atas saya telah menulis bahwa believe
sistem adalah “ kepercayaan, agama, tradisi,
adat-istiadat, cerita, teori, anggapan yang mewakili
keseluruhan cerita tentang kegiatan pemerosesan
informasi pada manusia (atau kegiatan apapun sesuai
dengan konteks fungsionalnya yang lebih spesifik).
Permasalahan utama dari believe sistem adalah: orang
diajak untuk terus berusaha menguasai secara
keseluruhan dan benar anggapan tentang suatu kegiatan
fungsional yang ingin dikuasainya. 

Tetapi seberapa besar dan seberapa lamapun si manusia
berusaha untuk menguasai secara menyeluruh suatu
believe sistem, tetap saja usaha itu tidak akan pernah
selesai ; malahan semakin didalami semakin rumit dan
semakin sedikit orang yang bisa mengerti dan diajak
ngobrol tentang penguasaan dan kebenaran believe
sistem tersebut. Pada akhirnya usaha untuk menguasai
berbagai jenis believe sistem berkembang menjadi
hirarki kerumitan, semakin tinggi hirarki maka semakin
sedikit orang yang bisa menguasai, mengerti dan diajak
ngobrol (seperti fenomena orang sekolah S1, lalu S2
lalu S3 lalu mau sampai profesor, atau jadi murid
kelas teri, murid senior, jadi guru, hingga maha
guru), kultus ada dan dibuat karena pemegang kultus
tersebut tidak dimengerti oleh orang lain. 


Nah, bagaimana kompatiologi (yang buatan saya) ini
bisa menyelesaikan masalah ini?! Caranya adalah
merubah paradigma usaha menguasai ilmu; dari menguasai
believe sistem (anggapan-anggapan atas ilmu), menjadi
menguasai secara langsung kegiatan fisikalnya (sebagai
pelaku, seperti sebuah mesin). Urusan
anggapan-anggapan atas ilmu dialami secara otodidak
selama

[psikologi_net] Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo 12 - 19 April 2007

2007-04-06 Terurut Topik Vincent Liong
Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta  Solo



Kepada Yth pengguna atau calon pengguna Kompatiologi.

Diberitahukan bahwa Vincent Liong dan Adhi Purwono
akan hadir dalam kunjungan khusus di Yogyakarta  Solo
pada tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan
diperpanjang) untuk melakukan Dekon-Kompatiologi. 

Untuk saat ini kami belum membuat jadwal pasti soal
tanggal berapa dan dimana dekon akan dilakukan.
Biasanya kami memilih start jam 16.30 di Foodcourt
sebuah Mall dan selesai hingga jam 22.00 malam hari
yang sama. Untuk 1x acara dekon jumlah peserta 1 - 5
terdekon. Dalam 1 minggu kami akan melakukan 4x acara
dekon untuk menjaga stamina dan kwalitas hasil kerja
dekon. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
* By appointment only. Biasanya pendekon membawa
pendekon dari cabang lain bilamana jumlah terdekon di
luar kemampuan pendekon dengan tujuan untuk menjaga
standart kwalitas hasil dekon.
* Wajib konformasi sehari sebelum hari appointment dan
hari yang sama sebelum dekon. * Tidak melayani
tanya-jawab via sms. 
* Biasanya acara dekon berlangsung selama empat jam.
Dilarang meninggalkan acara sebelum acara selesai.
* Order proyek luar kota, seminar, wawancara pers,
dlsb hubungi  deal langsung dengan masing-masing
praktisi. 
* Disarankan (tidak wajib) terdekon membawa teman yang
tinggal satu area / lingkungan pergaulan dengannya
agar memiliki teman sharring tentang penerapan
kompatiologi pasca dekon-kompatiologi, agar
perkembangan pasca dekon lebih cepat dan terkontrol.
* Tiap pendekon bekerja dan bertanggungjawab secara
independent. Tanggungjawab kepada klien adalah pada
masing-masing praktisi yang menjadi pendekon pilihan
anda.
* Praktisi kompatiologi tidak memberikan jaminan
apapun terhadap klien. Segala resiko dari proses
dekonstruksi ditanggung oleh klien sendiri.

Tarif yang kami berlakukan adalah: Rp.300.000,-/
peserta dibayarkan saat acara. Bilamana ingin
menyumbang untuk biaya penelitian  akomodasi kami,
dlsb silahkan ditambahkan / kirim ke bank account kami
secara terpisah dari tarif dekon.


Bagi peserta Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta
diharapkan mendaftarkan diri via email  SMS di
08881333410  08886187085 sebelum tgl 12 April 2007.
Lalu menghubungi Vincent / Adhi via telepon (tidak
hanya via sms) pada tanggal 12  13 April 2007 dan
mengirim email ke address email:
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] ; isi sbb:

Subject: [Nama Peserta]Dekon-Kompatiologi di
Yogyakarta 

Melampirkan:
Nama Lengkap:
Telepon:
Hp  CDMA: 
Alamat Tinggal:
Latarbelakang Pekerjaan:

Tulisan singkat versi sendiri mengapa mau ikut acara
Dekon-Kompatiologi. 


Contact person Vincent Liong dan Adhi Purwono yang
dapat dihubungi:

Selama di Jakarta (sebelum Vincent dan Adhi berangkat
ke Yogyakarta) dapat dihubungi di:
* Vincent Liong 021-5482193,5348567/46(Home)
021-70006775(CDMA Flexi) 021-98806892(CDMA Esia)
08881333410(CDMA Fren).
* Adhi Purwono 021-68812660(CDMA Flexi)
08886187085(CDMA Fren).

Selama di Yogyakarta  solo (12 - 19 April 2007 /
dapat diperpanjang) dapat dihubungi di:
* Vincent Liong 08881333410(CDMA Fren).
* Adhi Purwono 08886187085(CDMA Fren).
Note: Bagi peserta dekon wajib menghubungi Vincent /
Adhi via telepon (tidak melayani sms) pada tanggal 12
April 2007.

Harap perhatikan update info terbaru di:
[EMAIL PROTECTED] 
Klik e-link:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/

Untuk perhatiannya kami ucapkan terimakasih...




Permintaan Donasi untuk Project Kompatiologi 
di Yogyakarta  Solo 12 - 19 April 2007

Sehubungan dengan Project Dekon-Kompatiologi di
Yogyakarta  Solo, saya Vincent Liong  Adhi Purwono
selaku praktisi  pengajar yang akan diberangkatkan
tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan
diperpanjang) untuk memperluas jaringan pengguna
kompatiologi sampai ke Yogyakarta meminta bantuan
teman-teman para pengguna  penggemar kompatiologi
untuk donasi (sumbangan dana) untuk biaya-biaya kami
selama di Yogyakarta.  

Bagi teman-teman yang berniat menyumbang silahkan
dikirim ke ...
Bank BCA cabang Permata Hijau
A/c: 178-117-9600
A/n: Liong Vincent Christian
Tulis keterangan: Dekon Yogyakarta [Nama Anda]

Setelah dikirim harap sms ke 08881333410 ...




Untuk program dekon-kompatiologi di Jakarta selama
Vincent Liong tidak di Jakarta (12 - 19 April 2007 /
dapat diperpanjang) dapat menghubungi: 

* STEVEN TJOENG (alias: Dayapala Pema Lodoe) 
Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi.
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
rupiah per peserta)
CDMA esia: 021-93332223  Hp: 081381381311.

* DADE (M. PRABOWO)
Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi 
Mall Kelapa Gading.
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
rupiah per peserta)
CDMA esia: 021-98805716  Hp: 081808862171.

* RIO PANJAITAN
Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi 
Mall Kelapa Gading. 
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
rupiah per peserta)
CDMA esia: 021-99068707  Hp: 081380530125.

* ONDO UNTUNG
Lokasi dekon: Mall Kelapa Gading.
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu

[psikologi_net] Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo 12 - 19 April 2007

2007-04-06 Terurut Topik Vincent Liong
Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta  Solo



Kepada Yth pengguna atau calon pengguna Kompatiologi.

Diberitahukan bahwa Vincent Liong dan Adhi Purwono
akan hadir dalam kunjungan khusus di Yogyakarta  Solo
pada tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan
diperpanjang) untuk melakukan Dekon-Kompatiologi. 

Untuk saat ini kami belum membuat jadwal pasti soal
tanggal berapa dan dimana dekon akan dilakukan.
Biasanya kami memilih start jam 16.30 di Foodcourt
sebuah Mall dan selesai hingga jam 22.00 malam hari
yang sama. Untuk 1x acara dekon jumlah peserta 1 - 5
terdekon. Dalam 1 minggu kami akan melakukan 4x acara
dekon untuk menjaga stamina dan kwalitas hasil kerja
dekon. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
* By appointment only. Biasanya pendekon membawa
pendekon dari cabang lain bilamana jumlah terdekon di
luar kemampuan pendekon dengan tujuan untuk menjaga
standart kwalitas hasil dekon.
* Wajib konformasi sehari sebelum hari appointment dan
hari yang sama sebelum dekon. * Tidak melayani
tanya-jawab via sms. 
* Biasanya acara dekon berlangsung selama empat jam.
Dilarang meninggalkan acara sebelum acara selesai.
* Order proyek luar kota, seminar, wawancara pers,
dlsb hubungi  deal langsung dengan masing-masing
praktisi. 
* Disarankan (tidak wajib) terdekon membawa teman yang
tinggal satu area / lingkungan pergaulan dengannya
agar memiliki teman sharring tentang penerapan
kompatiologi pasca dekon-kompatiologi, agar
perkembangan pasca dekon lebih cepat dan terkontrol.
* Tiap pendekon bekerja dan bertanggungjawab secara
independent. Tanggungjawab kepada klien adalah pada
masing-masing praktisi yang menjadi pendekon pilihan
anda.
* Praktisi kompatiologi tidak memberikan jaminan
apapun terhadap klien. Segala resiko dari proses
dekonstruksi ditanggung oleh klien sendiri.

Tarif yang kami berlakukan adalah: Rp.300.000,-/
peserta dibayarkan saat acara. Bilamana ingin
menyumbang untuk biaya penelitian  akomodasi kami,
dlsb silahkan ditambahkan / kirim ke bank account kami
secara terpisah dari tarif dekon.


Bagi peserta Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta
diharapkan mendaftarkan diri via email  SMS di
08881333410  08886187085 sebelum tgl 12 April 2007.
Lalu menghubungi Vincent / Adhi via telepon (tidak
hanya via sms) pada tanggal 12  13 April 2007 dan
mengirim email ke address email:
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] ; isi sbb:

Subject: [Nama Peserta]Dekon-Kompatiologi di
Yogyakarta 

Melampirkan:
Nama Lengkap:
Telepon:
Hp  CDMA: 
Alamat Tinggal:
Latarbelakang Pekerjaan:

Tulisan singkat versi sendiri mengapa mau ikut acara
Dekon-Kompatiologi. 


Contact person Vincent Liong dan Adhi Purwono yang
dapat dihubungi:

Selama di Jakarta (sebelum Vincent dan Adhi berangkat
ke Yogyakarta) dapat dihubungi di:
* Vincent Liong 021-5482193,5348567/46(Home)
021-70006775(CDMA Flexi) 021-98806892(CDMA Esia)
08881333410(CDMA Fren).
* Adhi Purwono 021-68812660(CDMA Flexi)
08886187085(CDMA Fren).

Selama di Yogyakarta  solo (12 - 19 April 2007 /
dapat diperpanjang) dapat dihubungi di:
* Vincent Liong 08881333410(CDMA Fren).
* Adhi Purwono 08886187085(CDMA Fren).
Note: Bagi peserta dekon wajib menghubungi Vincent /
Adhi via telepon (tidak melayani sms) pada tanggal 12
April 2007.

Harap perhatikan update info terbaru di:
[EMAIL PROTECTED] 
Klik e-link:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/

Untuk perhatiannya kami ucapkan terimakasih...




Permintaan Donasi untuk Project Kompatiologi 
di Yogyakarta  Solo 12 - 19 April 2007

Sehubungan dengan Project Dekon-Kompatiologi di
Yogyakarta  Solo, saya Vincent Liong  Adhi Purwono
selaku praktisi  pengajar yang akan diberangkatkan
tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan
diperpanjang) untuk memperluas jaringan pengguna
kompatiologi sampai ke Yogyakarta meminta bantuan
teman-teman para pengguna  penggemar kompatiologi
untuk donasi (sumbangan dana) untuk biaya-biaya kami
selama di Yogyakarta.  

Bagi teman-teman yang berniat menyumbang silahkan
dikirim ke ...
Bank BCA cabang Permata Hijau
A/c: 178-117-9600
A/n: Liong Vincent Christian
Tulis keterangan: Dekon Yogyakarta [Nama Anda]

Setelah dikirim harap sms ke 08881333410 ...




Untuk program dekon-kompatiologi di Jakarta selama
Vincent Liong tidak di Jakarta (12 - 19 April 2007 /
dapat diperpanjang) dapat menghubungi: 

* STEVEN TJOENG (alias: Dayapala Pema Lodoe) 
Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi.
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
rupiah per peserta)
CDMA esia: 021-93332223  Hp: 081381381311.

* DADE (M. PRABOWO)
Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi 
Mall Kelapa Gading.
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
rupiah per peserta)
CDMA esia: 021-98805716  Hp: 081808862171.

* RIO PANJAITAN
Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi 
Mall Kelapa Gading. 
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
rupiah per peserta)
CDMA esia: 021-99068707  Hp: 081380530125.

* ONDO UNTUNG
Lokasi dekon: Mall Kelapa Gading.
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu

[psikologi_net] Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo 12 - 19 April 2007

2007-04-06 Terurut Topik Vincent Liong
Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta  Solo



Kepada Yth pengguna atau calon pengguna Kompatiologi.

Diberitahukan bahwa Vincent Liong dan Adhi Purwono
akan hadir dalam kunjungan khusus di Yogyakarta  Solo
pada tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan
diperpanjang) untuk melakukan Dekon-Kompatiologi. 

Untuk saat ini kami belum membuat jadwal pasti soal
tanggal berapa dan dimana dekon akan dilakukan.
Biasanya kami memilih start jam 16.30 di Foodcourt
sebuah Mall dan selesai hingga jam 22.00 malam hari
yang sama. Untuk 1x acara dekon jumlah peserta 1 - 5
terdekon. Dalam 1 minggu kami akan melakukan 4x acara
dekon untuk menjaga stamina dan kwalitas hasil kerja
dekon. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
* By appointment only. Biasanya pendekon membawa
pendekon dari cabang lain bilamana jumlah terdekon di
luar kemampuan pendekon dengan tujuan untuk menjaga
standart kwalitas hasil dekon.
* Wajib konformasi sehari sebelum hari appointment dan
hari yang sama sebelum dekon. * Tidak melayani
tanya-jawab via sms. 
* Biasanya acara dekon berlangsung selama empat jam.
Dilarang meninggalkan acara sebelum acara selesai.
* Order proyek luar kota, seminar, wawancara pers,
dlsb hubungi  deal langsung dengan masing-masing
praktisi. 
* Disarankan (tidak wajib) terdekon membawa teman yang
tinggal satu area / lingkungan pergaulan dengannya
agar memiliki teman sharring tentang penerapan
kompatiologi pasca dekon-kompatiologi, agar
perkembangan pasca dekon lebih cepat dan terkontrol.
* Tiap pendekon bekerja dan bertanggungjawab secara
independent. Tanggungjawab kepada klien adalah pada
masing-masing praktisi yang menjadi pendekon pilihan
anda.
* Praktisi kompatiologi tidak memberikan jaminan
apapun terhadap klien. Segala resiko dari proses
dekonstruksi ditanggung oleh klien sendiri.

Tarif yang kami berlakukan adalah: Rp.300.000,-/
peserta dibayarkan saat acara. Bilamana ingin
menyumbang untuk biaya penelitian  akomodasi kami,
dlsb silahkan ditambahkan / kirim ke bank account kami
secara terpisah dari tarif dekon.


Bagi peserta Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta
diharapkan mendaftarkan diri via email  SMS di
08881333410  08886187085 sebelum tgl 12 April 2007.
Lalu menghubungi Vincent / Adhi via telepon (tidak
hanya via sms) pada tanggal 12  13 April 2007 dan
mengirim email ke address email:
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] ; isi sbb:

Subject: [Nama Peserta]Dekon-Kompatiologi di
Yogyakarta 

Melampirkan:
Nama Lengkap:
Telepon:
Hp  CDMA: 
Alamat Tinggal:
Latarbelakang Pekerjaan:

Tulisan singkat versi sendiri mengapa mau ikut acara
Dekon-Kompatiologi. 


Contact person Vincent Liong dan Adhi Purwono yang
dapat dihubungi:

Selama di Jakarta (sebelum Vincent dan Adhi berangkat
ke Yogyakarta) dapat dihubungi di:
* Vincent Liong 021-5482193,5348567/46(Home)
021-70006775(CDMA Flexi) 021-98806892(CDMA Esia)
08881333410(CDMA Fren).
* Adhi Purwono 021-68812660(CDMA Flexi)
08886187085(CDMA Fren).

Selama di Yogyakarta  solo (12 - 19 April 2007 /
dapat diperpanjang) dapat dihubungi di:
* Vincent Liong 08881333410(CDMA Fren).
* Adhi Purwono 08886187085(CDMA Fren).
Note: Bagi peserta dekon wajib menghubungi Vincent /
Adhi via telepon (tidak melayani sms) pada tanggal 12
April 2007.

Harap perhatikan update info terbaru di:
[EMAIL PROTECTED] 
Klik e-link:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/

Untuk perhatiannya kami ucapkan terimakasih...




Permintaan Donasi untuk Project Kompatiologi 
di Yogyakarta  Solo 12 - 19 April 2007

Sehubungan dengan Project Dekon-Kompatiologi di
Yogyakarta  Solo, saya Vincent Liong  Adhi Purwono
selaku praktisi  pengajar yang akan diberangkatkan
tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan
diperpanjang) untuk memperluas jaringan pengguna
kompatiologi sampai ke Yogyakarta meminta bantuan
teman-teman para pengguna  penggemar kompatiologi
untuk donasi (sumbangan dana) untuk biaya-biaya kami
selama di Yogyakarta.  

Bagi teman-teman yang berniat menyumbang silahkan
dikirim ke ...
Bank BCA cabang Permata Hijau
A/c: 178-117-9600
A/n: Liong Vincent Christian
Tulis keterangan: Dekon Yogyakarta [Nama Anda]

Setelah dikirim harap sms ke 08881333410 ...




Untuk program dekon-kompatiologi di Jakarta selama
Vincent Liong tidak di Jakarta (12 - 19 April 2007 /
dapat diperpanjang) dapat menghubungi: 

* STEVEN TJOENG (alias: Dayapala Pema Lodoe) 
Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi.
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
rupiah per peserta)
CDMA esia: 021-93332223  Hp: 081381381311.

* DADE (M. PRABOWO)
Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi 
Mall Kelapa Gading.
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
rupiah per peserta)
CDMA esia: 021-98805716  Hp: 081808862171.

* RIO PANJAITAN
Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi 
Mall Kelapa Gading. 
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
rupiah per peserta)
CDMA esia: 021-99068707  Hp: 081380530125.

* ONDO UNTUNG
Lokasi dekon: Mall Kelapa Gading.
Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu

[psikologi_net] Perbedaan NLP, Psikologi dengan Kompatiologi

2007-04-02 Terurut Topik Vincent Liong
Perbedaan NLP, Psikologi dengan Kompatiologi


Kutipan-kutipan tentang NLP di tulisan ini disadur /
dikutip tanpa diubah kalimatnya dari buku:
Judul buku: Terapi NLP (Neuro-Linguistic Programming) 
Menciptakan Master Komunikasi yang Komunikatif
Penulis: Dr. Ibrahim Elfiky
Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika)
ISBN: 979-114-088-1

Tulisan ini dibuat untuk tujuan menjelaskan
penyelewengan penjelasan tentang apa itu kompatiologi
yang disamakan dengan metode NLP di beberapa maillist.






Bagian I :: Sejarah NLP

(Note: Disadur / dikutip secara keseluruhan tanpa
diubah kalimatnya dari buku Terapi NLP, halaman 9 –
12.)

“
Berbahagialah seseorang yang dapat mencari sebab
segala peristiwa. –Virgil

Sekitar tahun 1970-an, Richard Bandler lulus dari
universitas California Santa Cruz sebagai sarjana
matematika. Dia banyak menghabiskan waktunya bergelut
dengan kerumitan ilmu komputer dan fisika. Tak heran
banyak orang menjulukinya “anak ajaib” di bidang
komputerisasi. Tetapi, ia juga memiliki minat lain,
psikologi. Terilhami sahabat-sahabatnya, dari keluarga
ahli terapi terkenal seperti Milton Ericson, Virginia
Satir, dan Fritz Perls, ia terdorong untuk mempelajari
psikologi. Ia membatasi penelitiannya. Dan pada
akhirnya menemukan bahwa ahli terapi tersebut telah
menemukan kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang
menghasilkan prestasi luar biasa. 

Setelah mempelajari pola-pola tingkah laku yang dibuat
oleh mereka, Bandler mencoba membuat modelnya. Dia
menjiplak strategi-strategi pribadi dan tingkah laku,
lalu mencobanya pada beberapa orang lain. Hasilnya
sangat memuaskan. Penemuannya menjadi landasan
Neuro-Linguistic Programming (NLP) atau disebut juga
Program Pembentukan Manusia Sempurna. 

Tidak lama kemudian, dia bertemu Dr. John Grinder,
seorang Profesor Linguistik. Grinder memiliki
latarbelakang keilmuan serupa dengan Bandler. Ia
memperoleh gelar Ph.d. Linguistik spesialis
teori-teori linguistik Noam Chomsky, seorang ahli
bahasa Amerika yang tersohor. Keahlian Grinder sangat
menonjol dalam berasimilasi dengan bahasa-bahasa,
menelaah aksen-aksen, dan membuat model prilaku budaya
penutur bahasa tertentu dengan cepat dan tepat.
Kemampuan semakin terasah setelah ia bergabung dalam
misi pasukan keamanan Amerika di Eropa era tahun
1960-an. Saat perang dingin memanas, Grinder
memfokuskan penelitiannya untuk membuka “tata bahasa
tersembunyi” dari setiap gerakan dan pemikiran. 

Berdasarkan kesamaan minat, Bandler dan Grinder
memutuskan untuk mensinergikan keahlian mereka di
bidang komputerisasi, linguistik, dan kemampuan
luarbiasa mereka dalam membuat model prilaku
non-verbal manusia. Mereka menciptakan “bahasa
perubahan” yang baru. Penelitian mereka meruncing pada
studi “Pembentukan Manusia Sempurna”. Teori-teori yang
mendasarinya diperoleh setelah melakukan studi
mendalam terhadap pemikiran tiga tokoh ternama.
Pertama, Virginia Satir, ahli terapi yang terkenal
yang menyelamatkan sejumlah rumah tangga yang berada
di ambang perceraian. Kedua, seorang filosof dan ahli
antropologi Inggris-Gregory Bateson. Ia lah penggagas
“cara berpikir sistematik”, proses beruntun pikiran
sadar dan bawah sadar dalam membuat keputusan.
Terakhir, Dr. Milton Ericson, pendiri masyarakat
hipnose untuk kesehatan Amerika. Ia dijuluki “sang
penyembuh” setelah berhasil menunjukkan prestasi luar
biasa melampaui cacat mental dan fisik (kelumpuhan
tubuh akibat polio).

Bandler dan Grinder mengakhiri observasi mereka pada
penelitian Dr. Fritz Perls, pendiri Lembaga Terapi
Gestalt. Setelah melewati sejumlah observasi dan
penelitian, mereka yakin telah menemukan cara memahami
dan mewujudkan bagian terbaik dari diri manusia.
Selama beberapa waktu, mereka memberikan kuliah-kuliah
tentang topik ini dan mendapat sambutan antusias. Lalu
bersama-sama mendirikan perusahaan NLP pertama yang
dikenal sebagai pembelajar NLP.

Dewasa ini, NLP menjadi jantung bagi berbagai
pendekatan komunikasi dan perubahan, menjiwai setiap
aspek kehidupan manusia. Tekhnik-tekhnik dan strategi
NLP dipakai untuk keperluan terapi, management,
pendidikan, kesehatan, dan penjualan. Peran terbesar
NLP adalah membantu manusia berkomunikasi lebih baik
dengan diri mereka sendiri, mengurangi ketakutan tanpa
alasan, mengontrol emosi negatif dan kecemasan. NLP
berurat berakar pada emosi negatif dan kecemasan. NLP
berurat berakar pada segala sesuatu yang mendasari
terjalinnya hubungan keselarasan dengan siapa saja
bahkan dengan pribadi-pribadi tersulit.

Tekhnologi NLP berkembang dengan pesatnya dan membantu
jutaan orang hidup lebih berbahagia. Kesuksesan banyak
orang tersebut cukup membuktikan, mereka dapat
menjalani kehidupan yang seimbang lepas dari
keterbatasan dan perasaan negatif.

“ 


Catatan / komentar versi from Vincent Liong:

1. Berdasarkan penjelasan tentang NLP di atas, ada
sekian aliran ilmu Psikologi resmi (yang biasanya para
praktisinya saling bertentangan) yang mampu dirangkul
dengan baik secara bersamaan oleh NLP:
* Behaviourisme 
“Dan pada

[psikologi_net] Fwd: Re: Pertanyaan sekuler (Tentang Pengkultusan)

2007-03-31 Terurut Topik Vincent Liong
Untuk ikut diskusi, klik:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20216
Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ---BeginMessage---
Email ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan sdr. anrew_kuruw yang
diposting di e-link:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20209

==


anrew_kuruw [EMAIL PROTECTED] wrote:

Salam kenal vincent. Saya bergabung dgn milis ini karena pertama
tertarik dengan kompatiologi yg katanya bisa membuat orang menjadi
lebih percaya diri dalam kehidupan sosial, setelah melihat Kick Andi.

Vincent Liong answer:

Permasalahan dari usaha pendefinisian adalah para pembuat definisi
sebagai konsumen terbawa pada usaha untuk mengkultuskan pengalaman
individual itu sendiri, sehingga tidak menemukan gambaran utuh tentang
apa yang dibicarakan.

anrew_kuruw [EMAIL PROTECTED] wrote:

Saya seorang mahasiswa jurusan sejarah dan tertarik dengan banyak
disiplin ilmu.
Saya punya pertanyaan dan ingin mengetahui pendapat situ...
Sekulerisme berpendapat bahwa Tuhan tidak menciptakan alam semesta,
terlepas dari apakah Tuhan itu ada atau tidak. Logika saya, kalau
Tuhan sendiri tidak ada yg menciptakan alias memang selalu ada atau
bisa menciptakan dirinya sendiri, maka alam semesta juga sudah ada
sejak dulu dan Tuhan tidak menciptakannya. Bagaimana pendapat anda/bro
sendiri?


Vincent Liong answer:

Dalam email saya: 
Subject: Gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya
e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20190
Vincent Liong wrote:

Kebenaran yang paling mendasar menurut saya adalah bilamana sebuah
ilmu mampu mencapai sistem mekanisnya sendiri yang paling dasar,
karena kontrol-nya akan lebih mendekati 100%, tidak seperti ilmu
berbasis pelabelan dan keyakinan / believe sistem yang terbatas
pilihan penerapannya, terbatas karena kondisi di lapangan tidak pernah
ideal, terbatas untuk memilih satu pilihan yang benar diantara banyak
pilihan lain yang dianggap salah.

Manusia tetap tidak bisa hidup menginggalkan norma…

Tanpa norma, itu seperti kalau kita berjalan dari satu pemposisian
lokasi di sebuah kota ke pemposisian lokasi yang lain dengan menarik
garis lurus dan menabrak semua bangunan yang menghalangi garis lurus
antara lokasi asal ke lokasi tujuan. 

Dengan norma, itu seperti kalau kita berjalan dari satu pemposisian
lokasi di sebuah kota ke pemposisian lokasi yang lain, dengan membuka
peta dan mencari pilihan jalan-jalan yang ditentukan sendiri
pilihannya, yang membutuhkan waktu paling efisien untuk sampai di
lokasi dengan selamat. 

Tetapi norma yang ada saat ini sudah sampai pada suatu penyimpangan.
Yang terjadi adalah orang mendaftar pengalaman seseorang berjalan dari
satu pemposisian lokasi di sebuah kota ke pemposisian lokasi yang
lain, dan mewajibkan orang untuk mempelajari satu versi pilihan jalan
itu saja sebagai norma, dan menihilkan kemungkinan adanya pilihan
jalan-jalan yang lain sebagai suatu yang tidak baik, tidak benar,
dlsb. Tetapi tidak belajar untuk membuka petanya dan memilih jalan
yang paling efisien ala diri sendiri at the present time. Maka dari
itu kuliah membutuhkan waktu bertahun-tahun, karena begitu banyak
pengalaman individual menempuh satu jenis jalan yang harus dihafalkan
satu demi satu. Itu namanya pembodohan, mistik+fikasi atas nama
pendidikan. 

Seperti kata Tao:
Manusia mengikuti aturan bumi, Bumi mengikuti aturan Langit.
Sementara langit itu mengikuti aturan Tao. Dikutip dari Tao-TE Ching.


Menurut saya secara pribadi; tidak menjadi masalah apakah dalam
kenyataannya kultus bernama Tuhan itu ada atau tidak. Dalam kehidupan
manusia, sistem kultus yang misalnya bernama tuhan itu tetap
dibutuhkan untuk ada.

Seperti kata Tao:
Manusia mengikuti aturan bumi, Bumi mengikuti aturan Langit.
Sementara langit itu mengikuti aturan Tao. Dikutip dari Tao-TE Ching.

Tao tidak membahas ada atau tidaknya Tuhan. Yang dibahas adalah bahwa
Tuhan atau yang disebut Aturan Langit dibutuhkan untuk ada. 

Dalam hirarki aturan menurut wilayah cakupan range nya: Manusia
sebagai konsumen berhubungan dengan Aturan Bumi(ilmu alam / ilmu
pasti / ilmu eksakta) dan juga berhubungan dengan Aturan Langit
(ilmu ketuhanan / ilmu norma sosial). Bilamana manusia ada maka aturan
bumi dan aturan langit ada. Bilamana manusia tidak ada maka baik
aturan bumi maupun aturan langit juga tidak ada.

Tetapi aturan-aturan ini tetap di bawah kekuasaan aturan yang di dalam
tao disebut aturan Tao. Pendiri ajaran Tao sendiri mengatakan bahwa
pendefinisan aturan Tao ada, karena dia tidak mampu menjelaskan
dalam kata-kata (yang biasanya lari ke penjelasan yang mengkultuskan
ke penjelasan pengalaman yang terlalu sempit) untuk mewakili hal yang
begitu luas. Hingga akhirnya dia katakan;Mungkin kalau saya mampu
menyebutkan maka itu saya sebut Tao.

Jadi ada dua pihak di sini: aturan Manusia (psike / kejiwaan / di
dalam diri manusia) berhadapan dengan aturan

[psikologi_net] “Gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya

2007-03-29 Terurut Topik Vincent Liong
Subject: 
“Gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi
bosnya, jadi tidak aneh lagi.”
(Kutipan dari pernyataan lisan Vincent Liong dalam
talkshow bertema Fenomena Indigo di program K!ck Andy
Show di Metro TV. Telah ditayangkan pada Kamis, 8
Maret 2007 jam 22.30 WIB dan tayang ulang pada Minggu,
11 Maret 2007 jam 15.05 WIB.)


Tanya jawab di bawah ini adalah balasan dari email:
Subject: Fwd: Indigo or gifted?
From: Yoga Prio [EMAIL PROTECTED]  
http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1309
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20189

http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/17495
(Note: Email asli terlampir, baca LAMPIRAN.)






Yoga Prio [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
Entah apapun teori tentang sebuah indigo person, gue
sungguh tertarik sama gaya berpikir seorang Vincent
Liong. Kenapa? Lu ditanya apa yang akan lu lakukan
ketika lu dianggap aneh? Lu menjawab, gampang, gue
bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya.



Vincent Liong answer:

Di faktanya, mayoritas orang memiliki hardware fisikal
yang sama. Yang membedakan manusia adalah pengalaman,
posisinya dalam komunitas, misalnya ada yang baru
kelas office boy dan ada yang seorang konglomerat
dengan banyak pegawai bekerja melayaninya. 

Pada komputer dan mesin mekanis lainnya, segala hal
yang memiliki hardware fisikal yang sama maka akan
memiliki tingkat kemampuan yang sama ;asalkan memiliki
software yang sama. Yang membedakan adalah nilai benda
terhadap produk, tempat, harga dan waktu. 


Mengapa ilmupengetahuan sosial saat ini hanya fit
untuk kaum ordinary lalu membuat penggolongan yang
sifatnya wah, ajaib untuk mengasingkan kaum
extraordinary?! 

Sebab-musebabnya adalah: bilamana dalam ilmu eksakta
seperti matematika seseorang membuat rumusan yang
lebih spesifik, misalnya: Sin, Cos, Tan, dlsb; maka
semua rumus tsb harus mampu terjelaskan hubungan
mekanisnya dengan rumus yang paling sederhana
misalnya: 1 + 1 = 2  ,  2 – 1 = 1  ,  2 x 1 = 2  dan 
2 : 2 = 1 . 

Tetapi dalam ilmupengetahuan sosial resmi, suatu ilmu
sudah dianggap ilmiah tanpa perlu mencapai ‘rumus
mekanis paling dasar / sederhananya’ (seperti pada
matematika 1 + 1 = 2). Cukup sampai membuat daftar
ciri-ciri, daftar cara yang dianggap benar dengan
syarat kondisional ideal tertentu, dlsb ;maka sudah
dapat dinyatakan ilmupengetahuan ilmiah dan sudah
berhak mendapat pengakuan, bahkan mencetak ijasah,
yang katanya dapat digunakan untuk mencari pekerjaan. 


Maka dari itu jangan heran kalau lulusan S1 di
fakultas tempat saya kuliah mendapat income bersih
antara 1 juta sampai 1.5 juta rupiah untuk bekerja
fulltime karena skillnya hanya sampai mencocokkan
data, memiliah-milah data berdasarkan sama atau tidak
sama sifatnya, tetapi tidak mampu sebagai pengambil
keputusan yang harus melakukan analisa dan mengambil
keputusan yang tepat di kondisi yang tidak pernah
ideal seperti di buku. Lulusan dengan skill /
kemampuan kerja standart semacam ini dihasilkan dari
banyak fakultas berbeda namanya, tetapi hampir sama
kemampuannya; yang beda hanyalah jenis bahasa dan nama
produk yang digunakan. Sedangkan saya dan para
pendidik kompatiologi saya mendapat income bersih
minimum 2 juta rupiah per bulan hanya untuk bekerja
enam jam dalam seminggu sebagai programmer (pendekon)
kompatiologi tanpa memerlukan ijasah selain nama
sendiri, yang dijaga sendiri popularitas dan nama
baiknya di mata konsumen, menyebar dari mulut ke
mulut. 

(Note: Pendekon dapat income bersih tiga ratus ribu
rupiah per peserta. Rata-rata membatasi diri untuk
hanya mendekon 2x seminggu baik secara group atau
individu, lalu sisa waktu digunakan untuk ngeluyur di
mall atau makan-makan di resto.) 


Saya menjawab gampang, gue bikin banyak orang aneh
dan gue jadi bosnya, sebab: 

Bila seseorang belajar atau menguasai ilmu yang
memposisikan manusia sebagai mesin mekanis, maka dia
tidak perlu bercapek-capek membuang waktu
mengaplikasikan ilmu dengan menjadi penasehat normatif
yang mempengaruhi local wisdom dan bertanggungjawab
pada keputusan orang lain, atau mengajar dengan metode
ceramah seperti dosen di kelas. Cukup diinstall saja
seperti anda membeli cd rom windows bajakan, dan
melakukan instalasi di komputer anda dengan hasil
instalasi yang standart sesuai konfigurasi program /
operating sistem yang diinstall dan hardware fisikal
komputer anda. Lalu tugas programmer selanjutnya
adalah buang waktu untuk menemani  mengawasi peserta
/ user kompatiologi saat bekerja, makan, jalan-jalan,
shooping, melakukan hobi-hobinya ;sekedar sebagai
pengawas, yang tugasnya untuk membimbing cara
menggunakan aplikasi-aplikasi windows-nya ala
kompatiologi, yang telah terinstall di manusia tsb,
dengan segala kemampuan analisa ‘untung-rugi /
sebab-akibat’ (if, or, then-nya). 

Urusan keputusan-keputusan semacam apa yang diambil
bukan urusan programmer asalkan si orang tsb sadar
sendiri (tanpa diberitahu) konsekwensi dua arah (ke
diri sendiri atau ke pihak di luar diri sendiri) untuk
setiap keputusan

[psikologi_net] Penerapan Teknologi Skala Interval dalam Kompatiologi

2007-03-25 Terurut Topik Vincent Liong
Penerapan Teknologi Skala Interval dalam Kompatiologi 
Oleh: Vincent Liong / Liong Vincent Christian




Definisi
Non-Random Sampling adalah: Tekhnik pengambilan data
yang dilakukan secara sistematis(urut).
Sample adalah: Satu buah data yang diambil dari
tekhnik sampling.
Skala Interval adalah: Suatu ukuran data yang bersifat
continue.

Simbol
[EMAIL PROTECTED] mewakili satuan jarak antara satu karakteristik
dengan karakteristik yang lain.
‘X’ mewakili sumbu X dari ekstrim pahit (-X) ke
ekstrim asam (+X).
‘Y’ mewakili sumbu Y dari ekstrim asin (-Y) ke ekstrim
manis (+Y). 
‘I, II, III, IV… XII’ mewakili sample data.





I. Pengantar Penerapan Skala Interval


Tekhnologi perekam elektronik yang menggunakan tekhnik
non-random sampling yang diberlakukan pada sample data
berbasis skala interval banyak kita temukan dalam
perkakas yang kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari. 

Baik yang berbasis skala interval satu dimensi seperti
misalnya pita video dan kaset mulai dari yang paling
kuno hingga yang paling moderen, atau yang berbasis
skala interval dua dimensi seperti piringan hitam,
laser disk, compact disk, DVD, hard disk, dlsb. 

Pada dasarnya logikanya tidak banyak berbeda. Seperti
selembar kertas milimeter block / kertas kotak-kotak
yang masih rata, tidak lecek, diletakkan di atas
permukaan yang rata, maka jarak antara satu titik
sample dengan titik sample berikutnya baik di samping
(horisontal) atau di atas titik tsb (vertikal)
memiliki jarak yang sama misalnya setengah sentimeter
(cm). Bilamana kertas tsb dibuat menjadi lecek, kita
remas sehingga tidak rata lagi, maka jarak antara satu
titik sample dengan titik sample berikutnya tidak sama
lagi. Perbedaan jarak antara satu titik sample
(karakteristik) pada skala interval dengan titik
sample (karakteritik) berikutnyalah yang digunakan
sebagai alat penyimpan informasi secara abstrak.  

Semuanya data yang disimpan pada sample data berbasis
skala interval, baik yang berupa skala interval satu
atau dua dimensi dibaca dengan tekhnik non random
sampling yang bersifat skala interval satu dimensi.

Pada piringan hitam, jarum sebagai alat sampling data
dengan cara sentuhan membaca naik turunnya
(ketidakrataan) permukaan piringan hitam yang sedang
diputar searah (skala interval satu dimensi). Karena
terjadi gesekan fisik maka umur sebuah piringan hitam
dan jarum piringan hitam menjadi pendek karena rusak
akibat gesekan jarum dengan permukaan piringan hitam.
Bilamana kita ingin memutar piringan hitam tidak dari
lagu yang pertama, maka kita bisa memindahkan titik
pemposisian jarum pada ruas baris tertentu di piringan
hitam tsb (memindahkan posisi start membaca skala
interval satu dimensi).

Masalah umur yang tidak panjang ini diselesaikan
dengan membuat alat yang cara samplingnya tidak dengan
sentuhan, melainkan menggunakan intensitas cahaya
sehingga tidak ada gesekan fisik yang terjadi,
misalnya seperti laser disk, compact disk, DVD, dlsb.
Dengan mengubah cara (penginderaan) samplingnya
menggunakan intensitas cahaya maka bisa dibuat alat
perekam elektronik yang mampu menyimpan data lebih
banyak, bahkan dapat dibuat beberapa layer (lapisan)
yang dapat diisi dengan sample data berbeda.




I. Kompatiologi: Penerapan Tekhnologi Skala Interval
pada Manusia  


Seperti alat perekam elektronik yang bisa dibuat
dengan alat pengindraan (alat sampling) peraba,
pengelihatan (intensitas cahaya), perasa, pendengaran,
pembau ; kompatiologi sebagai ilmu yang berbasis
sebagai alat instalasi operating sistem juga
menggunakan tekhnik yang hampir sama dalam menginstal
operating sistem tertentu pada manusia pengguna
kompatiologi. Karena posisinya sebagai ilmu berbasis
penginstallan operating sistem maka seperti peran
programer di sebuah perusahaan, kompatiologi melarang
praktisinya untuk memberikan konseling, nasehat,
ceramah, dlsb yang beresiko mengganggu atau
mempengaruhi local wisdom (file) perusahaan.

Kalau dalam tekhnologi perekam elektronik, penggunaan
alat sampling berbasis intensitas cahaya menjadi
pilihan paling pas, kompatiologi cenderung menggunakan
alat sampling berbasis pengindraan alat pengecap
(indra perasa), karena orang sudah terlalu terbiasa
berkomunikasi dengan alat pengindraan pengelihatan dan
pendengaran, juga sulit untuk membiasakan orang
menggunakan pengindraan sentuhan karena terlalu tidak
terbiasa menggunakannya sebagai alat sampling data.
Tidak menggunakan indra pembau karena bau mudah
melekat cukup lama.

Operating sistem yang ingin dimasukkan disusun dengan
model circuit dua dimensi (panjang dan lebar) seperti
kertas-kotak-kotak. Terdapat sumbu X (horisontal) dan
sumbu Y (vertikal). Masing-masing sumbu misalnya sumbu
X memiliki range dari ekstrim pahit (-X) ke ekstrim
asam (+X), sedangkan sumbu Y memiliki range dari
ekstrim asin (-Y) ke ekstrim manis (+Y).

Sample data berupa jenis-jenis minuman dalam kemasan
disusun dengan posisi, misalnya

[psikologi_net] Penerapan Teknologi Skala Interval dalam Kompatiologi

2007-03-25 Terurut Topik Vincent Liong
Penerapan Teknologi Skala Interval dalam Kompatiologi 
Oleh: Vincent Liong / Liong Vincent Christian




Definisi
Non-Random Sampling adalah: Tekhnik pengambilan data
yang dilakukan secara sistematis(urut).
Sample adalah: Satu buah data yang diambil dari
tekhnik sampling.
Skala Interval adalah: Suatu ukuran data yang bersifat
continue.

Simbol
[EMAIL PROTECTED] mewakili satuan jarak antara satu karakteristik
dengan karakteristik yang lain.
‘X’ mewakili sumbu X dari ekstrim pahit (-X) ke
ekstrim asam (+X).
‘Y’ mewakili sumbu Y dari ekstrim asin (-Y) ke ekstrim
manis (+Y). 
‘I, II, III, IV… XII’ mewakili sample data.





I. Pengantar Penerapan Skala Interval


Tekhnologi perekam elektronik yang menggunakan tekhnik
non-random sampling yang diberlakukan pada sample data
berbasis skala interval banyak kita temukan dalam
perkakas yang kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari. 

Baik yang berbasis skala interval satu dimensi seperti
misalnya pita video dan kaset mulai dari yang paling
kuno hingga yang paling moderen, atau yang berbasis
skala interval dua dimensi seperti piringan hitam,
laser disk, compact disk, DVD, hard disk, dlsb. 

Pada dasarnya logikanya tidak banyak berbeda. Seperti
selembar kertas milimeter block / kertas kotak-kotak
yang masih rata, tidak lecek, diletakkan di atas
permukaan yang rata, maka jarak antara satu titik
sample dengan titik sample berikutnya baik di samping
(horisontal) atau di atas titik tsb (vertikal)
memiliki jarak yang sama misalnya setengah sentimeter
(cm). Bilamana kertas tsb dibuat menjadi lecek, kita
remas sehingga tidak rata lagi, maka jarak antara satu
titik sample dengan titik sample berikutnya tidak sama
lagi. Perbedaan jarak antara satu titik sample
(karakteristik) pada skala interval dengan titik
sample (karakteritik) berikutnyalah yang digunakan
sebagai alat penyimpan informasi secara abstrak.  

Semuanya data yang disimpan pada sample data berbasis
skala interval, baik yang berupa skala interval satu
atau dua dimensi dibaca dengan tekhnik non random
sampling yang bersifat skala interval satu dimensi.

Pada piringan hitam, jarum sebagai alat sampling data
dengan cara sentuhan membaca naik turunnya
(ketidakrataan) permukaan piringan hitam yang sedang
diputar searah (skala interval satu dimensi). Karena
terjadi gesekan fisik maka umur sebuah piringan hitam
dan jarum piringan hitam menjadi pendek karena rusak
akibat gesekan jarum dengan permukaan piringan hitam.
Bilamana kita ingin memutar piringan hitam tidak dari
lagu yang pertama, maka kita bisa memindahkan titik
pemposisian jarum pada ruas baris tertentu di piringan
hitam tsb (memindahkan posisi start membaca skala
interval satu dimensi).

Masalah umur yang tidak panjang ini diselesaikan
dengan membuat alat yang cara samplingnya tidak dengan
sentuhan, melainkan menggunakan intensitas cahaya
sehingga tidak ada gesekan fisik yang terjadi,
misalnya seperti laser disk, compact disk, DVD, dlsb.
Dengan mengubah cara (penginderaan) samplingnya
menggunakan intensitas cahaya maka bisa dibuat alat
perekam elektronik yang mampu menyimpan data lebih
banyak, bahkan dapat dibuat beberapa layer (lapisan)
yang dapat diisi dengan sample data berbeda.




I. Kompatiologi: Penerapan Tekhnologi Skala Interval
pada Manusia  


Seperti alat perekam elektronik yang bisa dibuat
dengan alat pengindraan (alat sampling) peraba,
pengelihatan (intensitas cahaya), perasa, pendengaran,
pembau ; kompatiologi sebagai ilmu yang berbasis
sebagai alat instalasi operating sistem juga
menggunakan tekhnik yang hampir sama dalam menginstal
operating sistem tertentu pada manusia pengguna
kompatiologi. Karena posisinya sebagai ilmu berbasis
penginstallan operating sistem maka seperti peran
programer di sebuah perusahaan, kompatiologi melarang
praktisinya untuk memberikan konseling, nasehat,
ceramah, dlsb yang beresiko mengganggu atau
mempengaruhi local wisdom (file) perusahaan.

Kalau dalam tekhnologi perekam elektronik, penggunaan
alat sampling berbasis intensitas cahaya menjadi
pilihan paling pas, kompatiologi cenderung menggunakan
alat sampling berbasis pengindraan alat pengecap
(indra perasa), karena orang sudah terlalu terbiasa
berkomunikasi dengan alat pengindraan pengelihatan dan
pendengaran, juga sulit untuk membiasakan orang
menggunakan pengindraan sentuhan karena terlalu tidak
terbiasa menggunakannya sebagai alat sampling data.
Tidak menggunakan indra pembau karena bau mudah
melekat cukup lama.

Operating sistem yang ingin dimasukkan disusun dengan
model circuit dua dimensi (panjang dan lebar) seperti
kertas-kotak-kotak. Terdapat sumbu X (horisontal) dan
sumbu Y (vertikal). Masing-masing sumbu misalnya sumbu
X memiliki range dari ekstrim pahit (-X) ke ekstrim
asam (+X), sedangkan sumbu Y memiliki range dari
ekstrim asin (-Y) ke ekstrim manis (+Y).

Sample data berupa jenis-jenis minuman dalam kemasan
disusun dengan posisi, misalnya

[psikologi_net] Labeling : Keputusasaan Ilmupengetahuan Sosial Resmi

2007-03-18 Terurut Topik Vincent Liong
Labeling : Keputusasaan Ilmupengetahuan Sosial Resmi

Ditulis oleh: Vincent Liong



Beberapa waktu yang lalu ketika saya tampil di acara
Kick Andy Show, bagi yang nonton tentu ingat bagaimana
saya yang memposisikan diri untuk tidak mistik, dan
berhadapan head to head dengan Psikiatri yang
berpandangan jauh lebih mistik dibanding saya. Tulisan
saya kali ini akan membahas lebih jauh bagaimana
anggapan saya sebagai pendiri Kompatiologi, yang
menganggap paradigma ilmupengetahuan sosial saat ini
adalah metafisika alias mistik, bukan merupakan
sesuatu yang bisa disebut science.  


Dalam pendidikan entah itu ketika SD hingga di bangku
perkuliahan, siswa tingkat manapun selalu menemukan
dua kelompok ilmupengetahuan; yang proses
perkembangannya dimulai dari dari hal yang objective
diusahakan agar mampu diaplikasikan di berbagai
penerapan subjective (ilmu eksak), dan di sisi yang
lain ilmu yang proses perkembangannya dimulai dari
subjective dan berusaha semakin bersifat objective /
berusaha menggeneralisasi (ilmu sosial). 

Kecenderungan ilmupengetahuan yang objective menuju
subjective tampak pada ilmupengetahuan alam dan
ilmupengetahuan yang berbasis pengukuran. Misalnya
dalam matematika dari rumus penambahan yang paling
sederhana, misalnya: 1 + 1 = 2 , maka berkembang
menjadi: 2 x 1 = 2, lalu berkembang menjadi 2 : 2 = 1
dlst, dlst, berkembang semakin subjective hingga
akhirnya menjadi rumus matematika yang lebih kompleks,
spesifik  subjective misalnya: sin, cos, tan, dlsb.
Sebuah rumus matematika hanya akan diakui kebenarannya
bilamana mampu diurutkan prosesnya terhadap rumus
penambahan yang paling sederhana yaitu: 1 + 1 = 2 .
oleh karena itu alat hitung elektronik (kalkulator)
yang untuk kegiatan hitung sehari-hari tidak perlu
kemampuan menghitung terhadap rumus yang terlalu
spesifik. Meski hanya mampu menghitung, penambahan,
pengurangan, perkalian, pembagian saja maka sudah bisa
digunakan oleh pedagang untuk menghitung, tidak perlu
kalkulator yang super canggih.

Kecenderungan ilmupengetahuan yang subjecitive menuju
objective tampak pada ilmupengetahuan sosial. Dari
pengalaman yang sangat individual yang dialami oleh
penemu / pendirinya, maka ilmupengetahuan sosial
tumbuh dengan berusaha semakin menggeneralisasi
(objective), menstandarisasi pola / mode kebenaran
yang ada. Maka dalam proses perkembangannya
ilmupengetahuan sosial cenderung bersifat normatif,
penuh pelabelan, membuat metode-metode yang standart
dan diakui benar, tetapi sering lupa bahwa suatu
standart kegiatan memiliki aturan kondisi ideal
tertentu (tidak dapat disamaratakan di segala
kondisi).

Baik ilmupengetahuan yang bersifat objective menuju
subjective atau yang subjective menuju objective akan
semakin sempurna seiring dengan posisinya yang semakin
mendekati tujuan. Semakin sempura suatu
ilmupengetahuan artinya semakin bebas, kuat dan penuh
kemampuan penguasaan kontrol dari user / pengguna
ilmupengetahuan tsb. Pada ilmupengetahuan yang
objective menuju subjective, maka ilmu semakin kuat
bilamana dapat diterapkan ke bidang yang semakin
spesifik (subjective). Pada ilmupengetahuan yang
subjective menuju objective maka ilmu semakin kuat
bilamana makin ditemukan sistem kontrolnya yang paling
sederhana tetapi mendasar, seperti rumus yang spesifik
(subjective) pada matematika, misalnya: sin, cos, tan
juga harus dikoreksi dengan menemukan kesinambungan
dengan rumus 1 + 1 = 2 .

Yang menjadi masalah, di ilmupengetahuan sosial resmi
adalah: para praktisinya cukup mudah mendapatkan
kenyamanan-kenyamanan (gelar, ijasah, jabatan) tanpa
benar-benar sampai pada rumusan dasar yang paling
general / objective, seperti rumus 1 + 1 = 2 pada
bidang matematika. Dengan membuat pelabelan dan
norma-norma sehingga tidak perlu ada usaha lanjutan
untuk berusaha menemukan rumus dasar yang paling
sederhana, seseorang di lembaga pendidikan tinggi
dengan mudah mendapatkan gelar S1, S2, S3 bahkan
Doktor dan Profesor. Cukup menemukan norma baru,
aturan main baru yang dianggap paling benar logikanya
saja maka sudah menjadi penemu, sesepuh
ilmupengetahuan sosial.

Proses pencaharian kebenaran yang berhenti di tengah
jalan pada ilmupengetahuan sosial dengan keputusasaan
berupa peresmian norma, label, cara memilih keputusan
yang dianggap paling sempurna, dlsb menimbulkan
masalah yaitu pada pemenuhan tanggungjawab moral yang
paling utama dari lembaga akademis yang adalah:
Mempersiapkan mahasiswa untuk mampu bekerja mencari
nafkah (tidak lulus untuk menambah jumlah pengangguran
dan kemiskinan). Memang perlu bertahun-tahun untuk
sekolah lalu kuliah hingga lulus, tetapi apakah sekian
banyak ‘resep masakan’ (norma, labeling, propaganda
soal cara mengambil keputusan yang dianggap paling
benar, dlsb) dapat digunakan untuk mengambil keputusan
pada kondisi lapangan yang tidak pernah se-ideal di
buku pelajaran. Koleksi ‘resep masakan’ di ingatan
memang banyak tetapi tidak tahu mana yang dipilih
untuk dilakukan at the present time karena semuanya
terlalu subjective.

Makadari itu

[psikologi_net] Permohonan Maaf Kepada Redaksi K!ck Andy Show atas keKasaran saya...

2007-03-11 Terurut Topik Vincent Liong
Kepada Yth:
Redaksi K!ck Andy Show 
Acc: Andy F Noya


Dengan Hormat,

Bersama dengan email ini, saya mohon maaf
sebesar-besarnya kepada Andy F Noya atas keemosionalan
saya yang kasar dalam mentanggapi secara tertulis
pentayangan tema: Indigo ; karena lebih mewawancarai
dengan fokus diarahkan ke sudutpandang metafisiknya
yang tidak perlu hal kongkrit, pemotongan adegan yang
tidak pas  pertimbangan nasib anak yang akan dibawa
orangtua mereka untuk terapi Indigo yang cenderung
sama dengan belajar Jelangkung (dilatih untuk bisa
melakukan automatic writing, memainkan pendulum, dsb),
sehingga membahayakan kejiwaan anak. 

Saya terbawa emosi seperti ketika dulu tahun 2004 saya
dilabelkan Indigo dengan definisi sifat yang cenderung
dibesar-besarkan dimana saya ada konflik dengan pihak
Prorevita (Dr. Erwin) soal praktek pelabelan dan
terapi Indigo-nya yang tidak memperhatikan keselamatan
kejiwaan dan privasi anak sehingga ada beberapa anak
yang jadi korban.

Untuk pembahasan saya soal “Terapi Indigo dengan Main
Jelangkung ala Psikiatri” saya tidak meminta maaf
karena memang begitu adanya. Bisa ditanyakan langsung
ke yang pengalaman dulu pergi ke Prorevita misalnya
sahabat saya Leonardo Rimba (Hp:0818183615) yang dulu
mengadakan pertemuan dengan pihak Prorevita ketika
terjadi persengketaan antara Vincent Liong dan
Prorevita.

Orangtua biasanya menginginkan anak yang memuaskan
dirinya. Ketika terjadi masalah, kurang puas terhadap
sikap anak, anaknya malas belajar, dlsb maka orangtua
mencari penyelesaian bagaimana memperbaikinya sehingga
menjadi anak yang mereka sukai.

Ketika ada fenomena indigo, maka para orangtua
berpikir: Siapa tahu anak mereka Indigo. Maka mereka
berbondong-bondong membawa anak mereka pergi foto
aura. di Tempatnya Dr. Erwin. Lalu pihak klinik
bilang:Anak ibu / bapak Indigo. Maka mereka
mensarankan agar anak tsb diterapi dengan program
relaksasi yang diperuntukan untuk anak Indigo.

Terapi tsb berupa membelajari beberapa kegiatan yang
merupakan turunan dari permainan jelangkung tetapi
dibuat tidak terlalu seram. Efaknya: Anak-anak tsb
menjadi lebih ajaib daripada anak Indigo yang tidak
diterapi. Orangtua si anak jadi punya alasan baru agar
puas terhadap keberadaan anaknya karena bersifat
Indigo tanpa ada penyelesaian masalah sebenarnya.

Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih…

 
Hormat saya,


Vincent Liong /Liong Vincent Christian
Jakarta, Minggu, 11 Maret 2007 

  



LAMPIRAN

Subject: Re: Terapi Indigo dengan Main Jelangkung ala
Psikiatri 
From: leonardo rimba [EMAIL PROTECTED]
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/19937

http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1169
http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/5374



Dear Friends,

Setahu saya memang seperti itulah therapi yang
dilakukan oleh psikiater spesialis anak, dr. Erwin
Kesuma, Sp.a., terhadap anak-anak bermasalah yang
dibawa kepadanya. Dr. Erwin berpraktek di RSAD Gatot
Soebroto, dan Klinik Prorevita.

Saya pernah bertemu dan bertanya langsung kepada dr.
Erwin yang didaulat oleh media sebagai dokter
indigo.

Saya tanya, apakah benar dia dokter indigo.

Jawab dr. Erwin: Itu kan kata media.

Lalu saya tanya lagi, bagaimana cara dia menentukan
seorang anak itu indigo atau tidak.

Mudah saja, kata dr. Erwin. Kalau anak itu atau
orang-tuanya merasa bahwa anak itu memenuhi ciri-ciri
anak indigo, maka anak itu akan dianggap sebagai anak
indigo.

Sebagai seorang spesialis anak, apakah Anda akan
menuliskan keterangan yang Anda tanda-tangani bahwa
seorang anak adalah anak indigo? tanya saya.

Tidak, jawab dr. Erwin.

---

Dari tanya jawab itu kita bisa berkesimpulan bahwa
banyak anak bermasalah yang dibawa ke dr. Erwin akan
dikategorikan sebagai anak indigo dan memperoleh
therapi khas untuk indigo ala dr. Erwin, seperti
dilatih untuk bisa melakukan automatic writing,
memainkan pendulum, dsb.

Dan itu bukan berarti bahwa anak-anak itu adalah anak
indigo. Istilah indigo dipakai karena sedang in.
Setidaknya itu lebih keren daripada istilah autis
dan semacamnya.

dr. Erwin sendiri tidak mau bertanggung-jawab untuk
secara tegas dan tertulis menyatakan bahwa seorang
anak adalah anak indigo. Silahkan cocokkan sendiri
dengan daftar ciri-ciri anak indigo. Kalau sesuai,
maka jadilah anak itu anak indigo.

---

Keanehan kedua adalah adanya Indigo Club di Klinik
Prorevita yang isinya ternyata bukan anak-anak indigo
melainkan anak-anak bermasalah biasa saja.

Itu saya ketahui waktu saya tembak langsung para
pengasuhnya waktu bertemu muka.

Saya bilang: Saya rasa lebih dari 90% anak-anak yang
datang ke Indigo Club itu bukan anak indigo!

Dan pengurusnya membenarkan.

Lalu kenapa Klinik Prorevita memakai nama Indigo
Club? Tentu saja jawabnya kita otomatis bisa tahu:
demi komersialisasi. Agar kesannya lebih keren, agar
laku, dan agar para orang-tua dari anak-anak
bermasalah lebih merasa nyaman.

Bukankah lebih enak punya anak yang dilabel indigo
daripada punya anak yang dilabel bermasalah.

Yours,
Leonardo

[psikologi_net] Bisnis Labeling Memang Menguntungkan, Dimana Nurani Anda Andy F Noya

2007-03-09 Terurut Topik Vincent Liong
Pada bulan Juli tahun 2004 Vincent Liong pernah
mengalami sengketa dengan pihak Metro TV mengenai cara
Interview dan pentayangan program bertema Indigo yang
dibahas dalam beberapa email:
* Subject: (Help me please) Shit Happen! In my
Interview Today
At:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/2926
* Subject: Metro TV Menghargai Objek Wawancara
Psikologis sebagai Individu Pesakitan.
At:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/2938



Pada hari Selasa, 13 Februari 2007 Vincent Liong
dishooting oleh Metro TV untuk membahas tentang
latarbelakang Vincent Liong sebagai anak Indigo dan
membahas Kompatiologi. Vincent Liong sudah
mewanti-wanti pihak Kick Andy untuk tidak ngawur dalam
menyudutkan pihak yang dijadikan korban dalam acara
karena saya dan Metro TV pernah konflik secara
tertulis soal kasus seperti ini.

Shooting berlangsung dengan pembagian waktu sbb:
Scene 1: Ario Handyojati anak Indigo dengan Orangtua.
Scene 2: Latarbelakang Pribadi  sudutpandang Vincent
Liong.
Scene 3: SOP Project Kompatiologi.
Scene 4: Sudutpandang Psikiater Dr. Tb Erwin Kusuma.
Scene 5: Sudutpandang Paranormal Mama Laurent.

Masing-masing scene berdurasi 9 menit. Durasi shooting
45 menit + iklan 15 menit (yang diletakkan antara
scene yang satu ke scene selanjutnya). Durasi tayang
60 menit. 

Ketika pentayangan, bagian tanya jawab antara Andy
dengan Vincent Liong dipotong (jawaban saya) secara
kasar lebih dari setengahnya, Andy juga tampak tidak
menguasai acara, sehingga tidak ada yang bisa
terjelaskan soal kompatiologi (yang tujuan saya untuk
membuka realitas bahwa Indigo itu bisa diproduksi /
dimanipulasi dengan mudah), yang dimunculkan kesan
anehnya saja, karena hanya menjadi hanya kurang dari 9
menit. Untungnya Vincent Liong masih dapat menyelipkan
sebagian kecil diantara point-point sbb misalnya:

Kalau kita berbicara seorang nabi maka kita berbicara
tentang sesuatu yang sifatnya past tense (masa lampau)
tentang seseorang yang telah melakukan sesuatu yang
kongkrit bagi masyarakat, itu pun masih disebut
sebagai bidang non logika alias metafisika dan agama.
Dalam pembahasan Indigo ini kita melihat orang-orang
dengan gelar, jabatan, berijasahkan sebagai kaum
berpendidikan yang dianggap logis tetapi berbicara
tentang masa depan seorang anak kecil yang biasanya
berumur kurang dari sepuluh tahun (Dalam acara Kick
Andy menggunakan anak SMP yaitu si Jati) bahwa di masa
depan (beberapa puluh tahun ke depan) yang sifatnya
future tense akan menjadi penuntun jaman tanpa ada hal
kongkrit tentang tindakan si anak terhadap masyarakat
yang bersifat past tense. Para ahli bergelar, jabatan
dan berijasah (Psikiater  Psikologi) ini tidak
memperhitungkan bagaimana keluguan masyarakat
Indonesia ini yang langsung mengurutkan begitu saja
bahwa sesuatu yang bergelar, ijasah, dlsb berarti
logis (dapat dilogikakan) sehingga efek samping ke
anak Indigo adalah setelah dipropagandakan sebagai
anak indigo memang senang sesaat, tetapi setelah sadar
maka akan memaksa si anak kabur menyepi dari semua
orang (orangtua, teman, masyarakat) biasanya mulai 3
bulan sampai setengah tahun setelah shooting, karena
tidak ada plihan bebas lagi sebagai anak kecil, tidak
ada lagi pilihan mau jadi apa di masa depan kecuali
menjadi penyelamat yang harus menolong orang lain
dengan mengabaikan faktor pribadi diri sendiri atau
dianggap messias gagal, atau indigo banci/cacat.
Dimanakah tanggungjawab ilmiah kaum bergelar dan
berijasah tsb terhadap kepercayaan masyarakat?

Saya buka rahasia soal si Jati, yang dijadikan
tontonan oleh pihak Metro TV yaitu si Jati adalah
hasil manipulasi dari Psikiatri Dr. Erwin. Kemampuan
menulis sesuatu yang dianggap mirip tulisan Cina
tetapi tidak dapat diartikan adalah hasil ajaran Dr.
Erwin yang namanya Hipnografi. Caranya adalah dengan
memegang pensil dan berusaha menurunkan kesadaran
hingga tangan jadi bergerak sendiri tidak beraturan.

Business Labeling Ketidaknormalan Anak memang
Menguntungkan karena memanipulasinya tidak sulit.
Tetapi dimanakah hati nurani anda?! Bagaimanakah nasib
anak-anak korban dari business anda selanjutnya? Ini
saya tanyakan kepada Andy F Noya dan Metro TV…

bagi yang mau menonton ulang, silahkan ditonton
program Kick Andy di Metro TV tanggal 11 Maret 2007
jam 15.05. Silahkan lihat bagian mana yg dipotong
secara kasar.


Ttd,
Vincent Liong




Harap baca juga:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/19909



Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


[psikologi_net] Re: yooo (Tanya Jawab Fenomena Indigo Kompatiologi bersama Riza)

2007-03-05 Terurut Topik Vincent Liong
Tanya Jawab Fenomena Indigo 
bersama Riza mahasiswa sebuah fakultas Psikologi
swasta
di Jakarta




Riza [EMAIL PROTECTED] wrote:

kepada Vincent Liong,

saya Riza, saya adalah mahasiswa psikologi swasta di
jakarta, beberapa waktu ini saya mulai menekuni apa
yang dimaksud dengan arti anak Indigo,  rasa penasaran
ini disebabkan karena saya membaca buku Indigo
Children, setelah saya usut-usut tentang keberadaannya
dinegeri ini dan semuanya menuju pada beberapa nama
dan salah satunya adalah anda.
saya mengerti kalau anda tidak mau kalau disebut
sebagai manusia indigo dan saya hanya memandang anda
sebagai Orang yang memiliki ciri-ciri itu.


Vincent Liong answer:

Saya adalah penulis sejak tahun 2000 – 2004 bulan
Juni. Pada 2004 bulan Juni saya melakukan observasi
pada seorang ahli Kundalini di Denpasar yang
mengangkat saya menjadi murid, beliau bernama Putu
Ngurah Ardika. Ketika pulang ke jakarta saya membuat
report tulisan yang saya posting di maillist dengan
diusahakan se-objective mungkin, tetapi respon para
member [EMAIL PROTECTED] (maillist milik saya
yang posisi saya di sana adalah seorang maskot dari
sebuah reality show berbentuk maillist dengan nama
penulis yang menjadi maskot) adalah menganggap saya
seseorang dengan kemampuan metafisika. Dasarnya saa
sendiri bukan orang metafisika tetapi penulis, tetapi
waktu itu saya ada masalah berhubung saya bolos ujian
kenaikan kelas saya, jadi ketika Maria Hartiningsih,
sahabat saya dari koran Kompas menghubungi saya dengan
anggapan saya sebagai indigo, maka setelah saya tanya
apa devinisi indigo saya deal untuk ditampilkan di
Kompas hari Minggu halaman paling belakang 1 halaman
penuh dengan 2 foto saya di sana. Sekalian saja saya
nitip untuk ditulis bahwa saya amat bodoh matematika,
jadi saya pikir dalam satu waktu bisa melakukan dua
pekerjaan sekaliggus. 

Indigo sendiri termasuk ang versi Indigo Children
hanyalah sekedar kumpulan sifat, yang bilamana ada
sekian saja dari sejumlah sifat terpenuhi pada
seseorang maka bisa dikatakan indigo. Soal warna aura
Indigo saya kira itu sekedar jualan belaka karena
sekali foto aura bayar Rp. 200.000,- , saya pernah
coba foto aura dalam waktu beda 1 hari saja maka
hasilnya 180’ beda; hari pertama warna indigo, hari
kedua warna hijau dan tidak besar di posisi cakra mata
ketiga di dahi energinya. Jadi bagi saya fenomena
Indigo hanyalah pembodohan masyarakat belaka.

Bukan masalah saya mau atau tidak mau disebut Indigo,
tetapi indigo sendiri itu khan hanya sekumpulan daftar
ciri-ciri dalam sebuah tabel, dalam sebuah buku. Jadi
asalkan sudah memenuhi daftar kemampuan tsb ya
otomatis seseorang disebut Indigo. Tidak ada istilah
Indigo beneran atau hanya sekedar memenuhi ciri-ciri
Indigo saja tetapi bukan benar-benar Indigo karena
indigo sifatnya hanya pelabelan.


Riza [EMAIL PROTECTED] wrote:

semenjak bergabung pada Milis ini saya menemukan anda
sebagai salah satu yang terlibat sangat aktif,
menumpahkan berbagai macam pemikiran dan juga beberapa
konsep dan bahkan saya dengar anda memiliki kajian
yang benar-benar orisinil baru dengan nama dekon
kompatologi dan sampai saat ini saya masih belum
mengerti. yap, mungkin sekarang ini anda sedang
laris-larisnya di layar kaca, bayangkan saja, 2
stasiun TV sedang membahas bidang anda dalam acaranya,
dan kebetulan untuk yang satu merupakan acara favorit
saya.


Vincent Liong answer:

Nah, apa itu ilmu dekonstruksi kompatiologi? 

Hal yang membuat kompatiologi tidak bisa diteliti di
lembaga pendidikan resmi seperti psikologi adalah
karena ilmupengetahuan sosial resmi yang ada yang
lulusannya berijasah memiliki gaya pendidikan yang
bersifat labeling pada segala hal yang tidak dikenal /
diketahui sebab musebabnya, maka dikatakan tidak
normal atau sakit. Fenomena indigo pun dibuat sebagai
labeling atas sesuatu yang tidak terjelaskan oleh
ilmuan Psikologi dan Psikiatri, jadi cara satu-satunya
dibawa ke keyakinan seperti agama saja daripada malu
kalau bilang tidak tahu. Maka dari itu Kompatiologi
melarang praktisinya untuk memberi nasehat yang
mempengaruhi pilihan tindakan si user dengan menjaga
jarak untuk menjadi programmer saja, sedangkan
psikologi dan ilmupengetahuan sosial lainnya cenderung
menasehati  mengobati orang untuk mengikuti norma
atau aturan kenormalan.

Penelitian ilmu kompatiologi adalah bekerja seperti
seorang ahli Artifisial Intelejen membongkar mesin /
komputer yang bersifat Artifisial Intelejen dan
meneliti sistematika kerja kegiatan-kegiatan yang
mampu dilakukan mesin / komputer tersebut. 

Misalnya untuk kasus indigo, dikatakan adalah
seseorang yang mampu melakukan kegiatan dari A – Z
yang tidak mampu dilakukan orang yang bukan Indigo.
Maka Kompatiologi membongkar rumusannya menjadi,
misalnya: Mampu mengobati, mampu menganalisa / meramal
(past, present and future), mampu melihat roh halus,
mampu mengambil tindakan yang tidak mengikuti norma
tetapi tetap bijak.

Nah, dari kemampuan tsb maka dicari sifat dari
masing-masing sistem kemampuan tsb. Misalnya untuk

[psikologi_net] RALAT Dokumenter Kompatiologi Proyek Non-Sekolahan (dari Normatif menuju Adaptif)

2007-03-04 Terurut Topik Vincent Liong
Yang salah:
* Fenomena di Trans TV ; topik: Indigo
Ditayangkan pada Senin, 5 Maret 2007 jam 23.30

Yang benar:
* Fenomena di Trans7 ; topik: Indigo
Ditayangkan pada Senin, 5 Maret 2007 jam 23.30

terimakasih atas perhatiannya...

ttd,
Vincent Liong

=

Subject: Dokumenter Kompatiologi Proyek Non-Sekolahan 
(dari Normatif menuju Adaptif)

Dalam minggu ini saja ada dua stasiun televisi akan
menayangkan dokumenter tentang ilmu kompatiologi yang
dibuat oleh non akademisi tanpa ketergantungan pada
subsidi pemerintah atau lembaga tertentu, tanpa hak
paten, tanpa hak cipta, sertifikat, ijasah, dlsb.
Dokumenter tsb dibuat untuk konsumsi orang awam yaitu
pemirsa televisi.

* Kick Andy di Metro TV ; topik: Fenomena Indigo
Ditayangkan pada Kamis, 8 Maret 2007 jam 22.30 WIB
tayang ulang pada Minggu, 11 Maret 2007 jam 15.05 WIB.
* Fenomena di Trans7 ; topik: Indigo
Ditayangkan pada Senin, 5 Maret 2007 jam 23.30

- dan akan menyusul dokumenter-dokumenter
kompatiologi yang sedang/akan dibuat… menyusul di
tema-tema yang bisa berbeda: Politik, Ekonomi,
Psikologi, 'AI'(Artifisial Intelejen), dlsb


Mengapa orang mendokumenterkan Kompatiologi, tetapi
jarang  sulit orang mendokumenterkan resep
ilmupengetahuan sosial yang resmi untuk konsumsi orang
awam? 

Ada dua analogi yang saya akan gunakan di tulisan ini:
Operating Sistem  Program. Operating Sistem bertugas
mengatur lalulintas informasi antara masukan (input)
dan keluaran (output). Contoh; Dos, Windows, Linux,
dlsb. Sedangkan Program adalah kumpulan perintah yang
memanipulasi data input untuk menghasilkan output yang
diinginkan. Maka sebuah operating sistem bisa memiliki
banyak variasi program yang bisa saja dipilih untuk di
jalankan, tetapi tidak terikat pada satupun program
karena sifat operating sistem adalah pengaturan
lalulintas informasi bukan pemodelan / pem-pattern-an
/ penyeragaman kegiatan input, proses  output.

Ilmupengetahuan sosial yang resmi yang ada saat ini
sifatnya program. Program adalah kumpulan perintah
yang memanipulasi data input untuk menghasilkan output
yang diinginkan yang hanya bekerja pada kondisi ideal
tertentu. Salah satu contoh program adalah resep
memasak ayam goreng Mc D. Ketika seseorang sudah tahu
cara memasak ayam goreng Mc D, maka untuk memasak ayam
goreng lain saja, misalnya ayam goreng Kentucky orang
tsb harus belajar dari nol tentang prosedur yang telah
dipatenkan. Apalagi kalau orang tsb mau belajar
memasak nasigoreng atau mau belajar memasak bulgogi.
Tentu berapa kali orang tsb harus mengulangi belajar
dari nol untuk setiap ‘resep’(program) tertentu yang
spesifik tsb dan tetap tidak memahami hubungan antara
resep yang satu dengan yang lain. Maka dari itu dalam
ilmupengetahuan sosial resmi selalu ada batas yang
jelas antara orang yang ahli pada bidang spesifik
tertentu dan yang orang awam. 

Masalah terparah dari ilmupengetahuan yang bersifat
program adalah; Meskipun ketika anda mendaftar untuk
masuk sebuah fakultas jurusan tertentu anda dijanjikan
akan mengerti secara keseluruhan bidang di jurusan
yang anda pilih ketika lulus sesuai dengan nama
jurusannya, tetapi tidak satupun ilmupengetahuan
sosial resmi bersifat operating sistem, sehingga tidak
satupun ilmupengetahuan resmi mengajarkan program apa
yang harus dipilih at the present time ketika
menghadapi sebuah masalah yang sifatnya unik
(costumize), atau membuat program baru untuk
menyelesaikan masalah tsb. Maka dari itu seperti
memilih buku masakan, fakultas dibagi menjadi fakultas
psikologi, fakultas antropologi, fakultas sosiologi,
fakultas ekonomi, fakultas hukum, dlsb. Fakultas
psikologi sendiri masih dibagi banyak seperti;
psikologi industri dan organisasi, psikologi
pendidikan, psikologi klinis, dlsb. 

Kalau kita analogikan negara ‘RRT’(Republic Rakyat
Tionghoa). RRT memilih kebijakan ekonomi dengan
mengusahakan produksi dengan biaya serendah-rendahnya.
Setelah kebijakan ekonomi tsb dilakukan, maka RRT
harus mengubah posisi dengan memperhatikan kebijakan
politik yaitu mengubah politik yang tertutup menjadi
politik tangan terbuka agar menarik para investor
masuk. Setelah para investor masuk maka yang perlu
dikhawatirkan adalah kalau para investor membeli lahan
di RRT secara membabibuta untuk dijadikan pabrik, maka
dari itu pemerintah membuat kebijakan pajak yang
tinggi bagi investor asing yang memiliki lahan / tanah
di RRT dan larangan pengajuan pembelian tanah yang
baru oleh investor asing. Dan seterusnya, dan
seterusnya… (Contoh penerapan operating sistem)

Inilah masalah yang membuat kenyataan bahwa jarang
pengusaha yang benar-benar sukses adalah lulusan
universitas. Banyak ahli seni dan budaya lulusan
universitas tetapi tersaingi oleh seniman yang non
sekolahan. Banyak ahli sosial, politik, dan ekonomi
tetapi tidak mampu memberikan penyelesaian atas
masalah sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi di
masyarakat. Paling-paling yang bisa dilakukan para
ahli sosial, politik, ekonomi adalah kompalin
kalau-kalau

[psikologi_net] Re: Apa hubungan fakultas Psikologi dan Rhenald Kasali ?!

2007-03-02 Terurut Topik Vincent Liong
Terimakasih atas penjelasan dari sdr Iman Kurniadi
yang tampak jujur.

Menurut pengamatan saya fakultas Psikologi Universitas
Airlangga kurang begitu menonjol dibandingan fakultas
Psikologi yang lain. Ada kecenderungan untuk mengikuti
jejak Universitas Indonesia yang letaknya di Jakarta
atau Universitas gajah Mada yang letaknya di
Yogyakarta, yang dimana dua universitas ini mempunyai
paradigma yang berbeda. Nah, dalam kasus fakultas
Psikologi Universitas Airlangga perlu diperjelas mau
berkiblat ke yang mana, atau malah lebih baik membuat
alirannya sendiri kalau memang mau maju bukan sebagai
peniru dari fakultas yang lebih tenar. Masalahnya
kalau sekedar meniru maka tidak akan pernah
benar-benar maju, entah kalau yang ditiru sukses tetap
disebut meniru kalau yang ditiru gagal ikut gagal.

Dari pemilihan tulisan yang dijadikan tulisan utama
dalam undangan tsb, mencerminkan suatu paradigma
tertentu yang tentunya berkiblat pada salahsatu
diantara dua fakultas ini. Dengan memilih tulisan dari
luar lulusan fakultas psikologi tampak jelas
kegelisahan di bawah sadar soal “Adakah tokoh yang
bisa dijadikan simbol Psikologi yang lulusan
psikologi.”.

Tetapi, judul yang anda gunakan adalah What Pschology
Can Do, jadi artinya anda harus tahu benar, mampu
benar dalam ruang kelas dan dunia di luar ruang kelas
tentang apa yang anda nyatakan dalam judul tsb. 

Nah, dalam kesempatan ini, dengan saya menulis kritik
tsb, fakultas Psikologi anda memiliki “kesempatan”.
Apa yang saya maksut “kesempatan” di sini ?

Anda bisa memberikan penjelasan terbuka tentang apa
yang mau diomongkan selama acara tsb dan kami dari
pihak [EMAIL PROTECTED] dan
[EMAIL PROTECTED] akan mengkritisi secara
terbuka tentang penjelasan anda tsb bila kami masih
menemukan celah yang tidak kongkrit dari penjelasan
anda soal What Pschology Can Do. Dari sini anda akan
terlatih cepat atau lambat untuk berdiskusi secara
terbuka soal ranah psikologi secara kongkrit bukan
konseptualsemata sehingga dalam acara tsb bisa
membuktikan bahwa bukan “That’s all Pschology Can Do”
melainkan What Pschology Can Do. Saya tunggu balasan
anda berupa penjelasan mendetail soal apa yang mau
dibahas di acara tsb. Bilamana ada celah yang masih di
awang-awang maka akan kami kritisi.

Misalnya penjelasan anda soal:
“… berbagai aplikasi ilmu Psikologi yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari …”

Kalimat ini masih di awang-awang, terlalu umum. Lalu
apakah yang dimaksut sebagai ilmu Psikologi di sini
adalah ranah kegiatannya atau yang termasuk kurikulum
Psikologi sebagai lembaga. Saya tunggu balasan-nya…

Ini moment yang baik untuk mengiklankan fakultas
psikologi anda berdasarkan kwalitas dari mahasiswanya
dalam berdiskusi soal What Pschology Can Do. Selamat
berjuang...


Note: Bagi penonton bisa menonton acara diskusi
lanjutan tentang What Pschology Can Do menurut versi
fakultas Psikologi Universitas Airlangga dan kritik
dari para penonton dan tukang debat di maillist
[EMAIL PROTECTED] dan
[EMAIL PROTECTED] .  
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/messages


Ttd,
Vincent Liong




email sebelumnya:
at: http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/5272
Iman Kurniadi [EMAIL PROTECTED] wrote:

Assalamulaikum wr wb

pertama-tama lebih baik saya perkenalkan diri saya
dulu. nama saya
Iman Kurniadi mahasiswa fakultas psikologi universitas
airlangga
surabaya angkatan 2003. Saya mungkin juga dikenal dg
ID worm_dee;
iman_kurn; beck_breed; halfull halfempty; dan yang
terkahir adalah
psychology festival. Dengan kata lain, saya mengaku
bahwa sayalah
yang mengirim email yg berjudul Winners take action
!!!
Bergeraklah !!! ttg Rhenald Kasali tersebut.

Dalam kesempatan ini pertama kali saya minta maaf,
apabila saya, atau
apa yang telah saya lakukan, mengirim email tsb, dapat
menyinggung
beberapa pihak (maaf, mungkin saya menyinggung saudara
Vincent Liong)
bahwa tulisan saya tidak bertanggung jawab atau
melakukan tindakan
penipuan. Padahal saya sama sekali tidak bermaksud
demikian.
Apabila memang tindakan saya salah, saya sekali lagi
benar-benar
meminta maaf yang sebesar-besarnya, saya sama sekali
tidak bermaksud
mengatasnamakan Rhenald Kasali dalam mengadakan acara
Psycho Fest
2007 yang sedang kami godok kali ini. Sekali lagi saya
minta maaf.

Mungkin akan saya beri penjelasaan mengapa yang
mengirim
email Winners take action !!! Bergeraklah !!! ke
R-mania dan
psikologi transformatif, bahkan ke 25 milis lainnya.
Awalnya begini. Saya tergabung dalam beberpa milis
termasuk
appreciative community, trainersclub dan taman
bintang. Saya sangat
menyukai milis tersebut karena mereka mem-posting
artikel-artikel
bagus yang membuat saya terinspirasi (salah satinya
adalag Bergerak
oleh Rhenald Kasali, kalo tidak salah saya mendapatkan
dr milis
appreciative community). Saya sering mengumpulkan
email-email
inspiratif dari beberpa milsi tersebut dan saya share
kan ke milis-
milis lain termasuk milis angkatan kami
psiko_unair_2003. Saya juga

[psikologi_net] Ilmu Kompatiologi untuk Segala Kelas / Tingkat Ekonomi -ditulis oleh: Vincent Liong-

2007-02-19 Terurut Topik Vincent Liong
Kompatiologi untuk Segala Kelas / Tingkat Ekonomi

- ditulis oleh: Vincent Liong-


Permasalahan dari banyak ilmupengetahuan sosial yang
berlindung di status quo adalah terbatasnya konsumen
hanya untuk kalangan yang tingkat ekonominya menengah
ke atas. Mengapa demikian? Ini terjadi karena
ilmupengetahuan tsb hanya bersifat PROGRAM sehingga
hanya dapat bekerja dengan syarat-syarat situasional
ideal tertentu; 

“ Kelemahan PROGRAM adalah: Hanya efektif pada kondisi
tertentu yang ideal saja, bilamana menghadapi kondisi
yang tidak ideal atau tidak diharapkan maka program
tersebut tidak efektif lagi atau harus di-kalibrasi
(disuaikan) lagi. Kelemahan dari program adalah,
individu usernya tidak diajari, bahkan menemukan
kesulitan bagaimana caranya meng-kalibrasi
(menyesuaikan / mengadaptasikan) karena terlalu
melekat / meyakini program itu sendiri. Bilamana orang
sudah mengerti OPERATING SISTEM dirinya sendiri, maka
dia memiliki pilihan yang fleksibel dalam memilih
programnya untuk kepentingannya sendiri. Dalam kaitan
hubungannya dengan program orang lain, dia lebih
memiliki keleluasaan untuk memanipulasi program orang
lain yang memiliki keterkaitan kepentingan dengan
dirinya. “ 
(Dikutip dari email:
Subject: Re: Kompatiologi ilmu Kebinatangan 
Tanggapan Harez
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/19629
)

Manusia yang tingkat ekonominya menengah ke bawah
tidak sempat berpikir untuk mengusahakan sesuatu agar
bersifat lebih ideal, yang dipikirkan adalah pemenuhan
kebutuhan hidup mendasar; seperti dapat uang buat
makan, menyekolahkan anak, uang buat menyewa
kontrakan, dlsb. Boro-boro berpikir untuk belajar
konsep-konsep soal bagaimana seharusnya ‘menghadapi
berbagai perilaku yang mungkin muncul dalam bermacam
situasi kehidupan yang mungkin dialami oleh seseorang’
lalu meresponnya dengan cara yang dianggap ideal.

Nah, ilmu Kompatiologi yang sifatnya operating sistem
berbeda dengan ilmu yang sifatnya program, karena
kompatiologi dapat membantu manusia setingkat
pengusaha sampai juragan pabrik sampai kelas marginal
(menengah ke bawah). Karena penekanannya pada
kemampuan memetakan apa yang harus diantisipasi untuk
terus berefolusi demi adaptasi maka ilmu kompatiologi
yang diinstall pada kelompok menengah ke bawah
(marginal) dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan
measurement / pemetaan keadaan untuk terus berefolusi
dan beradaptasi, fleksibelitas untuk membantu
meningkatkan kwalitas hidup diri sendiri dan keluarga.

Seperti logika: Mengapa orang Tenglang (Tionghoa) pada
jaman dahulu kala bisa datang merantau ke Indonesia
tanpa bawa kekayaan apa-apa selain badan dan baju yang
melekat; tetapi mengapa mereka bisa menjadi
pengusaha-pengusaha otodidak yang sukses sedangkan
penduduk lokal tetap tidak meningkat kwalitas
hidupnya. Alasannya adalah: Penduduk lokal masih
terikat pada nilai-nilai norma yang berlaku untuk
menuju kondisi ideal dalam konsep yang diyakini
kelompok (bersifat program) ; sedangkan kelompok
Tenglang (Tionghoa) hanya berpikir untuk terus
memetakan apa yang harus diantisipasi untuk terus
berefolusi demi adaptasi demi meningkatkan kwalitas
hidup diri sendiri dan keluarga.

Hari ini, Selasa 20 Februari 2007. Saya sebagai
pendiri kompatiologi sudah mulai mempersiapkan
beberapa kader-kader yang bergaul di kalangan kaum
marginal yang akan segera siap menyebarkan /
menginstall ilmu kompatiologi untuk penerapan di kaum
marginal dengan satu tujuan yaitu meningkatkan
standart kwalitas hidup masing-masing pengguna ilmu
kompatiologi. 

Jadi bila sudah siap maka akan ada kader kompatiologi
yang menangani kelas pengusaha, kelas agamawan, sampai
kelas marginal. Masing-masing akan mengabdikan dirinya
di kelas lingkungan pergaulan masing-masing sesuai
dengan backgroundnya. Saya sebagai pendiri ilmu
Kompatiologi tentunya tidak punya waktu untuk
menangani pengguna di semua kelas secara pribadi. Saya
harus membagi waktu untuk memperhatikan penyebaran dan
penerapan kompatiologi di kelompok yang beranekaragam
sebagai orang netral.   

(NOTE: Segala informasi perkembangan project
Kompatiologi dapat dibaca melalui maillist:
http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
)


Jakarta, Selasa, 20 Februari 2007


Ttd,
Vincent Liong
(Pendiri Ilmu Kompatiologi)



=
=
PEMBERITAHUAN / PENGUMUMAN

Bersama email ini saya ingin memberitahukan bahwa pada
tgl 20 s/d 27 Februari 2007 Vincent Liong akan
bertugas di Bandung untuk project Kompatiologi di
kalangan pengusaha  juragan pabrik.

Selama di Bandung Vincent Liong dapat dihubungi di:
*Kompatiologi cabang BANDUNG:
Tandang 022-91554184, Iwan 0811200270
* CDMA Fren Vincent Liong 08881333410

Vincent Liong sekembalinya dari Bandung (Setelah
pulang ke Jakarta) dapat kembali dihubungi di:
* Phone: 021-5482193, 5348567
* Fax: 021-5348546
* CDMA Fren 08881333410

[psikologi_net] Kompatiologi ilmu Kebinatangan (Re: Misi Mesianik Anak Indigo...)

2007-02-18 Terurut Topik Vincent Liong
sinaga harez posma [EMAIL PROTECTED] wrote:

Sejak kapan anda dinobatkan jadi penemu ilmu
pengetahuan? Siapa yang menobatkannya? Ada-ada aja
kamu ini Vincent :) Sudah pernah anda periksa ke body
of knowledge? Ha...ha...ha... kalau anda teliti
sebenarnya sudah cukup banyak pemikiran yang mirip
dengan pemikiran-pemikiran anda, baik dalam bidang
filosofis maupun dalam bidang kognitif, transpersonal
maupun NLP. Coba anda pelajari dulu jurnal-jurnal di
bidang itu, untuk mengetahui dasar dan tempat
konsep-konsep anda itu dalam the body of knowledge. 



Vincent Liong answer:

Saya merasa perlu membahas prihal paragraf ini lebih
dalam berhubung dengan pemposisian diri anda yang beda
dengan saya, oleh karena itu saya bahas secara
terpisah dari paragraf yang lain.

“Mengapa manusia beda dengan binatang?!”
“Kalau dipikir-pikir mengapa manusia sering dikatakan
serakah, mau menang sendiri, dlsb bila dibandingkan
dengan sikap  tingkahlaku hewan?!”

Kalau anjing saya kurang enak badan, sebelum sakitnya
parah dia tahu bahwa ia perlu berjemur matahari pagi
tetapi bukan matahari di sore hari, atau memakan daun
rumput di halaman belakang rumah yang dipilihnya
sendiri. Kalau seorang manusia, meski tahu secara
logika bahwa dirinya sakit sehingga harus
mengantisipasi agar gejala sakit tsb tidak mencapai
titik klimaksnya (sakit sebenarnya) misalnya gara-gara
terlalu banyak makan makanan kurang sehat; manusia itu
tetap mendapatkan kesulitan psikologis untuk
menghilangkan kebiasaan makan makanan enak tsb.

Nah, ilmu ilmu yang tentunya anda  mayoritas orang
pelajari, memang tahu apa yang seharusnya dilakukan
seperti orang tsb tahu bagaimana cara seharusnya agar
menjadi sehat. Tetapi meski ngotot mau belajar
berbagai macam dogma tentang sehat, malah masalah lain
yang muncul yaitu ketakutan soal
kemungkinan-kemungkinan yang bisa menyebabkan sakit
sehingga hidup menjadi tidak bebas lagi. Sedangkan
anjing saya di rumah tetap berani makan dengan bebas,
toh kalau sudah dekaty limitnya ada sistem antisipasi
yang memberitahunya secara otomatis (bawah sadar)
tanpa perlu secara sadar, lalu melalukan tindakan
untuk memperbaiki ketidakseimbangan di badannya,
sehingga setelah sehat boleh bebas makan lagi termasuk
makanan yang oleh manusia yang paranoid karena takut
sakit dianggap tidak sehat.

Pertanyaannya adalah: Mengapa manusia dan anjing yang
sama-sama mamalia kok bisa berbeda dalam sikap dan
tingkahlaku tsb (masalah dan cara penyelesaiannya) ?! 


Nah, ilmu karena ilmu kompatiologi yang Vincent Liong
kembangkan lebih cenderung ke arah ‘membinatangkan
manusia’(lihat beberapa paragraf sebelumnya), maka
meski manusia menganggap bahwa semua ilmupengetahuan
harus nyambung dengan sistem ‘manusia yang manusiawi’
tsb, dalam hal ini ilmu kompatiologi yang saya
kembangkan samasekali tidak nyambung.

Ketika ilmuan ala ilmu manusia yang manusiawi
cenderung menyibukkan diri untuk mencari kebenaran
yang bersifat lokal tsb dan me-record-nya menjadi buku
sejarah yang disebut konsep-konsep ilmupengetahuan.
Maka ilmu Kompatiologi yang kebinatangan justru sibuk
untuk mencari metodologi yang lebih efisien untuk
semakin mudah diinstall pada manusia normal sehingga
menjadi binatang yang bernama manusia atau manusia
yang kebinatangandengan sistem antisipasi
otomatis-nya(insting bawah sadar). 

Lalu ilmuan-nya seperti saya hanya bertugas mengamati
bagaimana manusia yang kebinatangan ini bertingkahlaku
dan melihat hubungan antara rumus SOP (operating
sistem yang diinstall) dengan perubahan rumus hidup si
manusia dengan syarat membatasi diri untuk tidak
banyak mengintervensi dengan nasehat, pengarahan,
dlsb.

“Percuma kalau paling kaya tetapi tidak sempat enjoy
the life menggunakan kekayaan tsb. Percuma umur tua
kalau sakit-sakitan. Percuma dapat pacar paling cantik
kalau suka nyeleweng. Percuma punya rumah besar kalau
sendirian. Dlsb…”

Ttd,
Vincent Liong

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


[psikologi_net] Misi Mesianik Anak Indigo (Vincent Liong) -ditulis oleh: Juswan Setyawan

2007-02-17 Terurut Topik Vincent Liong
Misi Mesianik Anak Indigo
-ditulis oleh: Juswan Setyawan

Telah diposting di:
http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1007
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/19586

http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/15563


Mang Iyus [EMAIL PROTECTED] wrote: 

Vincent Liong “jomblo indigo” mahasiswa psikologi
Unika Atmajaya pernah - entah mengeluh entah setengah
menyindir - seakan-akan pada bahu “anak indigo”
dibebankan semacam “misi mesianik” entah apa. Entah
diharapkan bakal jadi penyembuh, penubuat atau
membawakan suatu pembaharuan yang bermanfaat bagi
banyak orang.  Semakin masalah ke-indigo-an seseorang
diekspose media massa maka tuntutan semacam itu terasa
menekan semakin berat dan menghantui. Pernyataan itu
dibuat sehubungan dengan pengangkatan tema “anak
indigo” oleh Metro-TV, yang shooting pada Selasa 13
Februari yang lalu pada mata acara Kick Andy Show. 
Tema itu akan ditayangkan pada hari Kemis 8 Maret 2007
jam 22.30 wib dan ditayang ulang pada Minggu 11 Maret
2007 jam 15.05 siang. Pada waktu yang tidak terlalu
lama stasiun Trans-TV juga telah membuat berencana
untuk membuat suatu film dokumenter tentang fenomena
“anak indigo”.

Bernarkah anak indigo mempunyai suatu misi mesianik
tertentu?  Entahlah dan buat apa dipikirkan?  Secara
nyata di masyarakat kita ini fenomen apapun yang
sedikit aneh selalu menarik perhatian masyarakat.
Terakhir misalnya ada fenomen “nangka berbuah pisang”.
Padahal itu hanya anomali biasa saja karena buah
nangka sebenarnya tak lain adalah kumpulan mahkota
bunga yang menggelembung menjadi buah yang dipisahkan
satu sama lain dengan lembaran pembungkus berupa
lidah-lidah. Hal yang sama terjadi pada buah mengkudu
dan buah sukun. Hanya saja pada kasus “nangka berbuah
pisang” itu pembentukan buah terjadi di luar (persis
seperti janin yang tumbuh exogenese di luar rahim)
sehingga buahnya mengeras dan membentuk satuan mirip
pisang. Test akhirnya nanti ialah apakah nanti seetlah
matang, rasanya akan seperti rasa pisang atau tetap
rasa nangka! Kalau rasanya pisang barulah berhak
menyandang gelar “nangka berbuah pisang” dan berhak
mendapat piagam MURI.

Anehnya masyarakat sekitar lalu suka duduk-duduk
‘makan angin’ di bawah pohon ajaib itu. Mungkin mereka
tersugesti oleh asupan ion negatif lalu merasa hening
dan segar. Bukankah ini juga semacam “proyeksi
batiniah” akan suatu fungsi mesianik yang bahkan
“dinantikan” bahkan dari sebatang pohon bebruah ajaib
tersebut?  Jangan-jangan nanti ada yang melaporkan
telah dapat nomor buntut saat tiduran di bawah pohon
tersebut.

Bahwa Vincent Liong telah memperkenalkan teknik atau
“metodologi dekonstruksi dan rekonstruksi memori”
sudah pernah disebarluaskan, termasuk dengan cara yang
non-empatik lewat bomb-mail. Tujuannya waktu
semata-mata hanya supaya cepat menyebar luas,
sekaligus menutup kemungkinan diakui sebagai penemuan
otentik oleh pihak lain, Juga supaya setelah mencapai
jumlah peminat tertentu, penemuan itu akan bersifat
seperti “virus pikiran” yang mampu melakukan “lompatan
kuantum” tanpa wahana.

Ternyata metode penyebaran-luasannya tidak mungkin
melalui lembaga yang telah “established” seperti
Perguruan Tinggi ataupun Rumah Sakit, dsb.
Penyebarannya menjadi lebih bersifat individual yaitu
“mouth to ear” (getok-tular). Ternyata pula
penyebarannya mengalami “blokade psikologis” pada
masyarakat metropolitan sebaliknya tumbuh subur dan
berhasil membentuk paguyuban yang solid dan rutin di
kalangan para pengusaha sukses di Tanah Priangan, yang
masyarakatnya lebih homogen dan tidak terlalu
sofistik.

Misi mesianik itu semakin mengambil wujud yang lebih
jelas yaitu: Bagaimana membebaskan manusia dari cara
berpikir konvensional yang normatif dan bioptional.
Sifatnya memperkenalkan cara berpikir baru yang lebih
integratif (rasional plus intuitif) namun tidak
bersifat judmental hitam-putih (tetapi emaptik) tanpa
mengubah bauran variabel kolektif memori yang ada.
Tanpa memaksakan perubahan pada orang lain, tetapi
merekonstruksi kolektif memori orang tersebut supaya
termotivasi untuk melakukan perubahan paradigma
berpikir sendiri secara sukarela, benar, sinambung dan
integratif; dimulai dari dalam diri sendiri keluar
(inside out). Ternyata bila seseorang telah mengalami
rekonstruksi dalam kolektif memorinya, maka bukan
hanya ia sendiri yang berubah melainkan juga
orang-orang di sekitarnya, terutama dan pertama-tama
anggota keluarganya sendiri juga turut berubah.
Mungkin karena mereka turut tersugesti oleh perubahan
yang terjadi pada diri orang pertama tersebut.

Suatu ironi dan dilemma justru bakal terjadi pada alma
mater yang telah menerima jomblo indigo ini sebagai
mahasiswanya.  Apakah anak ini akan menjadi “kutuk”
atau “berkat” bagi alma maternya sendiri? Apakah ia
akan menjadi “asset berharga” atau sebaliknya menjadi
“blunder” dan sumber cemooh bagi mereka.  Karena
prestasi akademiknya terhambat karena sifat inherent
daripada ke-indigo-annya maka anak ini bakal terkena
sanksi terberat

[psikologi_net] Undangan Kick Andy Show : Fenomena Indigo : (Pembicara Tamu: Vincent Liong)

2007-02-09 Terurut Topik Vincent Liong
===
indri ba2n [EMAIL PROTECTED] wrote:
===

Andy F Noya
(Editor in Chief of Metro TV)
 
Cordially invites you
As our distinguished guest to attend the
 
Topic: Fenomena Indigo
 
On
Tuesday, February 13, 2007
6 pm to 9 pm
Grand Studio – Metro TV
Jl.Pilar Mas Raya Kav. A-D, Kedoya- Kebon Jeruk,
Jakarta 11520

Program :
05.30 pm - 06.30 pmCoffee Break And Snack
06.30 pm - 07.00 pmProceed to Grand Studio
07.00 pm - 09.00 pmKick Andy Show

Dress Code: Formal
RSVP to Indri Nababan (021-70404053)  
Husin Assegaf (0817.777.924)
Phone: 021–583.000.77 (ext.11303,11306).
Fax:021–58302139

Available seat: 50 person.






Note from Vincent Liong 


Sebagai salahsatu pembicara yang diundang untuk
berbicara, perkenankan saya memberikan gambaran umum
tentang pemposisian diri semacam apa yang akan saya
lakonkan dalam acara “Kick Andy Show” yang kali ini
bertema Fenomena Indigo.

Menurut perkiraan saya secara pribadi;”Mengapa memilih
tema Fenomena Indigo?” ; tentunya tidak lepas dari
fenomena bencana banjir yang baru saja terjadi. Dalam
keterpurukan akibat bencana, masyarakat pada umumnya
mencari tokoh yang bisa dijadikan panutan (berhala),
entah dijadikan kambinghitam sebagai penjahat atau
penyelamat. 

Apa sich anak indigo itu?

Mayoritas orang yang meyakini fenomena anak indigo
beranggapan bahwa anak Indigo adalah anak yang
special, yang lahir ke dunia dengan misi semacam
menyelamatkan dunia (semi messias lah?!). Lalu
pihak-pihak yang berbackgroud mistik (paranormal)
sampai yang berbackground ‘akademis’(tanpa berpikir
soal tanggungjawab ilmiahnya) berbondong-bondong
membuat daftar kategorisasi sifat / ciri-ciri yang
bilamana sebagian diantara daftar kategorisasi sifat /
ciri-ciri tersebut terpenuhi maka anak tsb dinyatakan
sebagai anak Indigo, dengan efek samping pada si anak
dibebani tanggungjawab keyakinan masyarakat bahwa diri
si anak tsb memiliki misi lahir sebagai penyelamat di
dunia yang semrawut. 

Apakah di diri si anak indigo secara sadar menerima
secara ikhlas, dibebankan dengan dikultuskan sebagai
tokoh penyelamat, bahkan sebelum si anak sekolah,
sebelum si anak bisa mengekpresikan dirinya sendiri.
Tentunya tidak ada lagi kesempatan bagi si anak Indigo
untuk mengekspresikan dirinya menurut kemauan alaminya
sendiri, melainkan harus full time memposisikan diri
sebagai tokoh penyelamat di hadapan teman sebaya,
orangtua, sampai masyarakat umum.   

Bagaimana sudut pandang tentang apa itu Indigo menurut
versi Vincent Liong ? (yang tentu berbeda dengan
sudutpandang masyarakat umum tentang anak indigo)

Menurut Vincent, Indigo berbanding manusia normal
adalah samadengan operating sistem pada komputer
berbanding operating sistem pada komputer. Misalnya
ada 10 buah CPU (komputer) dengan hardware yang 100%
sama. 8 buah CPU diinstall dengan operating sistem
berbasis DOS, 1 buah CPU diinstall dengan operating
sistem berbasis Windows 95 dan 1 buah CPU diinstall
dengan operating sistem berbasis Windows XP. 
Maka fenomena Indigo bisa dikatakan seperti; 8 orang
manusia normal (tidak indigo) berbanding 1 orang
manusia Indigo dan 1 orang manusia kristal. 

Maka cara untuk menggunakan fenomena Indigo secara
maksimal adalah 8 orang manusia normal (tidak indigo)
diuninstall dan diinstall dengan operating sistem
manusia indigo atau manusia kristal. Bilamana
mayoritas populasi manusia telah menggunakan operating
sistem indigo maka definisi  fenomena anak indigo
tidak menarik lagi. Sama halnya dengan fenomena anak
kristal. Indigo dalam seorang anak kecil jauh lebih
tidak memiliki guna aplikatif dibanding seorang
pengusaha, tentara, politisi, dlsb yang menggunakan
operating sistem yang sama dengan operating sistem
anak Indigo. 

Produk Kompatiologi adalah sistem operating sistem
yang sebangun dengan anak Indigo dan anak Kristal.
Kami dapat menunjukkan sifat-sifat indigo dapat
diturunkan melalui produk kompatiologi. Produk
kompatiologi sifatnya tidak eksklusif (open source)
sehingga mudah diakses oleh siapa saja baik dipelajari
sebagai murid maupun menjadi guru. Karena sifatnya
sebagai operating sistem maka dapat langsung dirasakan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mendapatkan produk kompatiologi yang bisa
digunakan sebagai installasi operating sistem indigo
dapat menghubungi para pen-dekon ala kompatiologi:: 
cabang JAKARTA: Adhi Purwono 021-68812660, Ondo Untung
08128599710, Cornelia Istiani 081585228174 
021-68358037, Juswan Setyawan 08159162193, cabang
BANDUNG: Iwan 0811200270, cabang PURWOKERTO: Bimo
Wikantiyoso 0816746770  0405843,
Dr.Widayanto,MKes 08158033907. 

Untuk menyaksikan polemik antara dua versi pembahasan
fenomena Indigo:
* Indigo sebagai anak yang dilahirkan sebagai
penyelamat dunia dengan ciri-ciri dan sifat-sifat
tertentu.
* Indigo sebagai operating sistem yang bersifat open
source pada manusia yang bisa diinstall atau uninstall
pada manusia normal

[psikologi_net] FUZZY LOGIC DAN KOMPATIOLOGI (CopyPaste dari Power point Presentasi)

2006-11-22 Terurut Topik Vincent Liong
.
* basis pengetahuan: berdasarkan basis data yang ada,
proses antisipasi, evaluasi, adaptasi, penalaran kabur
mulai berlangsung berdasarkan basis pengetahuan yang
dimiliki masing-masing individu
3. Proses akhir/kesimpulan/hasil: merupakan proses
membandingkan, menganalisa dan mendeskripsikan output.




Manfaat Kompatiologi
* Melatih orang berpikir dan berperilaku dengan logika
dialektika.
* Terlatih untuk menghandle konflik.
* Membuat orang mempunyai kemampuan beradaptasi yang
lebih luwes.
* Meningkatkan kemampuan berempati yang egaliter.
* Menumbuhkan semangat pertemanan/persahabatan.
* Mengatasi masalah diri sendiri secara mandiri.
* Mampu berpikir lebih toleran terhadap orang lain.
* Membantu pihak lain untuk mencari jalan keluar
bersama pihak tsb.




Anda Tertarik ?

Untuk di-dekonstruksi Anda bisa menghubungi dekoner
aktif kami sbb:
* Vincent Liong / Liong Vincent Christian (cdma:
021-70006775, Ph: 021-5482193)
* Merkurius Adhi Purwono (cdma: 021-68812660)
* Ondo Untung (cdma: 021-92862617, Hp: 08128599710)
* Cornelia Istiani (cdma: 021-68358037, Hp:
081585228174)
* Bimo Wikantiyoso (Hp: 0816746770)   , dlsb…

Biaya: tempat dekon di foodcourt mall, transport
pulang pergi naik taxi / diantar jemput, biaya makan
di foodcourt dibayarin, beli bahan untuk praktikum +/-
Rp70.000,- , honor/angpau untuk dekoner diberikan
dalam amplop tertutup (terpisah dari biaya-biaya yang
lain).

Jenjang karir Kompatiologi: menjadi ter-dekon, menjadi
pendekon-tandem (ditemani pendekon independent),
menjadi pendekon-independent, mengembangkan dan
memasarkan kompatiologi versi diri sendiri (membuat
kitab-kitab) sesuai dengan minat masing-masing.




Bacaan yang disarankan:
* Pola Perkembangan Ilmupengetahuan Sosial Pasca
Perang Dingin 
* Dekonstruksi ala Kompatiologi dengan menggunakan
Minuman Botol



Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


[psikologi_net] Disain Penelitian Kompatiologi (proposal untuk umum lembaga ver 24 Oktober 2006)

2006-10-24 Terurut Topik Vincent Liong
 dalam data sementara
teori psikologis dan wacana harian tergantung pada
penilaian yang sama. Pengumpulan data dan fase
analisis tidak dibedakan secara jelas seperti dalam
Grounded Theory ketika wacana harian dan teoretis
dilibatkan. 

Langkah 8: Menulis Kerja Memori
Proses penulisan Kerja Memori masih merupakan bagian
fase 3. Dalam proses ini dapat terjadi revisi dan
klarifikasi proses formulasi teori. Karena kerja
memori merupakan kegiatan kolektif maka menulis tidak
dapat dipisahkan dari proses diskusi yang lebih dalam.
Kerangka tulisan harus dapat dibaca dan di diskusikan
oleh rekan peneliti. Hal ini dapat memicu munculnya
ide baru dan juga perubahan dalam analisis memori yang
sudah ada. 


E.3. Pendekatan Kuantitatif

Fase 1: Konfirmasi dari hasil studi kualitatif
Metode survey dengan menggunakan kuesioner, disebar
pada sekitar 100 - 200 masyarakat setempat yang
dilakukan sebagai langkah konfirmasi dari hasil studi
kualitatif.

Fase 2: Penyusunan Alat Ukur
Meminjam istilah dari DeMarco,’apa yang tidak bisa
diukur maka tidak bisa dikontrol’. Seperti orang
mengendarai mobil tapi tidak mempunyai
komponen-komponen mobil seperti spedometer, odometer,
indikator  temperatur, indikator bahan bakar, dan
sebagainya. Maka yang akan terjadi adalah tidak bisa
kita membuat prediksi kapan sampai tempat tujuan,
bahan bakar masih dapat digunakan kira-kira berapa
jauh lagi, dan sebagainya. Begitu juga dalam perubahan
struktur internal individu dan kemampuan individu
melakukan antisipasi dan adaptasi terhadap peristiwa
yang terjadi di sekitarnya. Dalam penelitian ini
terdiri dari dua langkah atau dua bagian yaitu; 
* Langkah 1: Pengukuran terhadap perubahan struktur
cara berpikir dan  
* Langkah 2: Penyusunan alat ukur terhadap kemampuan
nonverbal. 

Keduanya mempunyai proses yang kurang lebih sama,
yaitu:
a. Mendefinisikan tujuan
b. Menderive pertanyaan-pertanyaan
c. Mengembangkan skala
d. Mendefinisikan data dan pengumpulannya
e. Melakukan analisis data yang telah terkumpul
f. Alat ukur selesai

Proses penyusunan alat ukur ini bisa dilakukan secara
simultan dengan pendekatan kualitatif.


E.4. Tenaga Penelitian

* Advisory board : Vincent Liong, Juswan Setyawan
* Ketua tim peneliti: Cornelia Istiani,M.Psi.T 
* Tim Peneliti: Merkurius Adhi Purwono, Ondo Untung,
Wursita 
* +/- 10 orang pengambil data lapangan, yang akan
diterjunkan dalam lokasi penelitian.
 

E.5. Jadwal Penelitian (sementara)

Total jadwal penelitian dan workhsop diperkirakan
berjalan selama dua tahun, dengan urutan:
* Tahun pertama;
Bulan 1 : Persiapan FGD
Bulan 2 : Pelaksanaan FGD
Bulan 3 : Analisis dan laporan kegiatan FGD dan
persiapan tahap 
Bulan 4 : pelaksanaan tahap kualitatif 

* Tahun kedua:
Bulan 1- 4  : pelaksanaan lanjutan dari tahap
kualitatif
Bulan 5  : analisis data kualitatif
Bulan 6  : Workshop 1  2
Bulan 7  : laporan tahap kualitatif dan persiapan
tahap kuantitatif
Bulan 8-10 : pelaksanaan tahap kuantitatif
Bulan 11  : analisis data kuantitatif 
Bulan 12  : Workshop 3  4



F. MANFAAT :

Berdasarkan tujuan di atas, output dari penelitian ini
diharapkan untuk masing-masing tahapan sebagai
berikut:

1. Tahap Studi Awal
FGD yang dilakukan diharapkan memberikan masukan,
pemahaman, pengertian dari konsep-konsep tentang
komunikasi empati yang berlaku pada masing-masing
individu dan masyarakat. Sehingga diperoleh suatu
pemetaan terhadap pola pembentukan diri individu, 
pola perubahan setelah menggunakan kompati, dan
membuat model struktur ilmu kompatiologi. Selain itu
mendefinisikan manfaat yang didapat dengan penggunaan
kompati dalam berinteraksi dengan lingkungan di luar
diri sendiri.

2. Tahap studi kualitatif
Studi kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan
terhadap Kerja Memori diharapkan mengonfirmasi hasil
temuan pada studi awal dan memberikan gambaran tentang
dinamika dekonstruksi/rekonstruksi individu setelah
menggunakan kompati. Sehingga akan diperoleh bagaimana
individu mengalami perubahan struktur cara berpikir
(yang dalam prosesnya melibatkan fungsi
kognisi/memori, persepsi) dan menjadi diri yang baru,
bagaimana individu terbebas dari ‘belenggu’ norma,
dogma yang telah tertanam dan menjadi realitas yang
tidak disadari lagi, berubah menjadi individu dengan
realitas diri sendiri yang baru dan mempunyai
fleksibilitas terhadap peristiwa-peristiwa yang
terjadi di sekitarnya, serta untuk melihat bagaimana
hubungan timbal balik antara antisipasi dan adaptasi
berlaku dalam diri masing-masing individu. Setelah itu
sangat dimungkinkan untuk mendapatkan gambaran dan
pemicu untuk melakukan dekonstruksi yang bersifat
massal terhadap memori kolektif masyarakat dan
diharapkan terbentuk suatu masyarakat yang lebih sadar
akan realitas dirinya sendiri sehingga mampu membuat
keputusan untuk melakukan tindakan yang sesuai.

3. Tahap studi kuantitatif
Studi dengan pendekatan kuantitatif perlu dilakukan
selain sebagai pelengkap juga karena manfaat yang
biasa didapatkan adalah untuk mengetahui kecenderungan
individu pengguna kompati, posisi

[psikologi_net] Disain Penelitian Kompatiologi (proposal untuk umum lembaga ver 24 Oktober 2006)

2006-10-24 Terurut Topik Vincent Liong
 ada digunakan dalam data sementara
teori psikologis dan wacana harian tergantung pada
penilaian yang sama. Pengumpulan data dan fase
analisis tidak dibedakan secara jelas seperti dalam
Grounded Theory ketika wacana harian dan teoretis
dilibatkan. 

Langkah 8: Menulis Kerja Memori
Proses penulisan Kerja Memori masih merupakan bagian
fase 3. Dalam proses ini dapat terjadi revisi dan
klarifikasi proses formulasi teori. Karena kerja
memori merupakan kegiatan kolektif maka menulis tidak
dapat dipisahkan dari proses diskusi yang lebih dalam.
Kerangka tulisan harus dapat dibaca dan di diskusikan
oleh rekan peneliti. Hal ini dapat memicu munculnya
ide baru dan juga perubahan dalam analisis memori yang
sudah ada. 


E.3. Pendekatan Kuantitatif

Fase 1: Konfirmasi dari hasil studi kualitatif
Metode survey dengan menggunakan kuesioner, disebar
pada sekitar 100 - 200 masyarakat setempat yang
dilakukan sebagai langkah konfirmasi dari hasil studi
kualitatif.

Fase 2: Penyusunan Alat Ukur
Meminjam istilah dari DeMarco,’apa yang tidak bisa
diukur maka tidak bisa dikontrol’. Seperti orang
mengendarai mobil tapi tidak mempunyai
komponen-komponen mobil seperti spedometer, odometer,
indikator  temperatur, indikator bahan bakar, dan
sebagainya. Maka yang akan terjadi adalah tidak bisa
kita membuat prediksi kapan sampai tempat tujuan,
bahan bakar masih dapat digunakan kira-kira berapa
jauh lagi, dan sebagainya. Begitu juga dalam perubahan
struktur internal individu dan kemampuan individu
melakukan antisipasi dan adaptasi terhadap peristiwa
yang terjadi di sekitarnya. Dalam penelitian ini
terdiri dari dua langkah atau dua bagian yaitu; 
* Langkah 1: Pengukuran terhadap perubahan struktur
cara berpikir dan  
* Langkah 2: Penyusunan alat ukur terhadap kemampuan
nonverbal. 

Keduanya mempunyai proses yang kurang lebih sama,
yaitu:
a. Mendefinisikan tujuan
b. Menderive pertanyaan-pertanyaan
c. Mengembangkan skala
d. Mendefinisikan data dan pengumpulannya
e. Melakukan analisis data yang telah terkumpul
f. Alat ukur selesai

Proses penyusunan alat ukur ini bisa dilakukan secara
simultan dengan pendekatan kualitatif.


E.4. Tenaga Penelitian

* Advisory board : Vincent Liong, Juswan Setyawan
* Ketua tim peneliti: Cornelia Istiani,M.Psi.T 
* Tim Peneliti: Merkurius Adhi Purwono, Ondo Untung,
Wursita 
* +/- 10 orang pengambil data lapangan, yang akan
diterjunkan dalam lokasi penelitian.
 

E.5. Jadwal Penelitian (sementara)

Total jadwal penelitian dan workhsop diperkirakan
berjalan selama dua tahun, dengan urutan:
* Tahun pertama;
Bulan 1 : Persiapan FGD
Bulan 2 : Pelaksanaan FGD
Bulan 3 : Analisis dan laporan kegiatan FGD dan
persiapan tahap 
Bulan 4 : pelaksanaan tahap kualitatif 

* Tahun kedua:
Bulan 1- 4  : pelaksanaan lanjutan dari tahap
kualitatif
Bulan 5  : analisis data kualitatif
Bulan 6  : Workshop 1  2
Bulan 7  : laporan tahap kualitatif dan persiapan
tahap kuantitatif
Bulan 8-10 : pelaksanaan tahap kuantitatif
Bulan 11  : analisis data kuantitatif 
Bulan 12  : Workshop 3  4



F. MANFAAT :

Berdasarkan tujuan di atas, output dari penelitian ini
diharapkan untuk masing-masing tahapan sebagai
berikut:

1. Tahap Studi Awal
FGD yang dilakukan diharapkan memberikan masukan,
pemahaman, pengertian dari konsep-konsep tentang
komunikasi empati yang berlaku pada masing-masing
individu dan masyarakat. Sehingga diperoleh suatu
pemetaan terhadap pola pembentukan diri individu, 
pola perubahan setelah menggunakan kompati, dan
membuat model struktur ilmu kompatiologi. Selain itu
mendefinisikan manfaat yang didapat dengan penggunaan
kompati dalam berinteraksi dengan lingkungan di luar
diri sendiri.

2. Tahap studi kualitatif
Studi kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan
terhadap Kerja Memori diharapkan mengonfirmasi hasil
temuan pada studi awal dan memberikan gambaran tentang
dinamika dekonstruksi/rekonstruksi individu setelah
menggunakan kompati. Sehingga akan diperoleh bagaimana
individu mengalami perubahan struktur cara berpikir
(yang dalam prosesnya melibatkan fungsi
kognisi/memori, persepsi) dan menjadi diri yang baru,
bagaimana individu terbebas dari ‘belenggu’ norma,
dogma yang telah tertanam dan menjadi realitas yang
tidak disadari lagi, berubah menjadi individu dengan
realitas diri sendiri yang baru dan mempunyai
fleksibilitas terhadap peristiwa-peristiwa yang
terjadi di sekitarnya, serta untuk melihat bagaimana
hubungan timbal balik antara antisipasi dan adaptasi
berlaku dalam diri masing-masing individu. Setelah itu
sangat dimungkinkan untuk mendapatkan gambaran dan
pemicu untuk melakukan dekonstruksi yang bersifat
massal terhadap memori kolektif masyarakat dan
diharapkan terbentuk suatu masyarakat yang lebih sadar
akan realitas dirinya sendiri sehingga mampu membuat
keputusan untuk melakukan tindakan yang sesuai.

3. Tahap studi kuantitatif
Studi dengan pendekatan kuantitatif perlu dilakukan
selain sebagai pelengkap juga karena manfaat yang
biasa didapatkan adalah untuk mengetahui kecenderungan
individu pengguna

[psikologi_net] Disain Penelitian Kompatiologi (proposal untuk umum lembaga ver 24 Oktober 2006)

2006-10-24 Terurut Topik Vincent Liong
 ada digunakan dalam data sementara
teori psikologis dan wacana harian tergantung pada
penilaian yang sama. Pengumpulan data dan fase
analisis tidak dibedakan secara jelas seperti dalam
Grounded Theory ketika wacana harian dan teoretis
dilibatkan. 

Langkah 8: Menulis Kerja Memori
Proses penulisan Kerja Memori masih merupakan bagian
fase 3. Dalam proses ini dapat terjadi revisi dan
klarifikasi proses formulasi teori. Karena kerja
memori merupakan kegiatan kolektif maka menulis tidak
dapat dipisahkan dari proses diskusi yang lebih dalam.
Kerangka tulisan harus dapat dibaca dan di diskusikan
oleh rekan peneliti. Hal ini dapat memicu munculnya
ide baru dan juga perubahan dalam analisis memori yang
sudah ada. 


E.3. Pendekatan Kuantitatif

Fase 1: Konfirmasi dari hasil studi kualitatif
Metode survey dengan menggunakan kuesioner, disebar
pada sekitar 100 - 200 masyarakat setempat yang
dilakukan sebagai langkah konfirmasi dari hasil studi
kualitatif.

Fase 2: Penyusunan Alat Ukur
Meminjam istilah dari DeMarco,’apa yang tidak bisa
diukur maka tidak bisa dikontrol’. Seperti orang
mengendarai mobil tapi tidak mempunyai
komponen-komponen mobil seperti spedometer, odometer,
indikator  temperatur, indikator bahan bakar, dan
sebagainya. Maka yang akan terjadi adalah tidak bisa
kita membuat prediksi kapan sampai tempat tujuan,
bahan bakar masih dapat digunakan kira-kira berapa
jauh lagi, dan sebagainya. Begitu juga dalam perubahan
struktur internal individu dan kemampuan individu
melakukan antisipasi dan adaptasi terhadap peristiwa
yang terjadi di sekitarnya. Dalam penelitian ini
terdiri dari dua langkah atau dua bagian yaitu; 
* Langkah 1: Pengukuran terhadap perubahan struktur
cara berpikir dan  
* Langkah 2: Penyusunan alat ukur terhadap kemampuan
nonverbal. 

Keduanya mempunyai proses yang kurang lebih sama,
yaitu:
a. Mendefinisikan tujuan
b. Menderive pertanyaan-pertanyaan
c. Mengembangkan skala
d. Mendefinisikan data dan pengumpulannya
e. Melakukan analisis data yang telah terkumpul
f. Alat ukur selesai

Proses penyusunan alat ukur ini bisa dilakukan secara
simultan dengan pendekatan kualitatif.


E.4. Tenaga Penelitian

* Advisory board : Vincent Liong, Juswan Setyawan
* Ketua tim peneliti: Cornelia Istiani,M.Psi.T 
* Tim Peneliti: Merkurius Adhi Purwono, Ondo Untung,
Wursita 
* +/- 10 orang pengambil data lapangan, yang akan
diterjunkan dalam lokasi penelitian.
 

E.5. Jadwal Penelitian (sementara)

Total jadwal penelitian dan workhsop diperkirakan
berjalan selama dua tahun, dengan urutan:
* Tahun pertama;
Bulan 1 : Persiapan FGD
Bulan 2 : Pelaksanaan FGD
Bulan 3 : Analisis dan laporan kegiatan FGD dan
persiapan tahap 
Bulan 4 : pelaksanaan tahap kualitatif 

* Tahun kedua:
Bulan 1- 4  : pelaksanaan lanjutan dari tahap
kualitatif
Bulan 5  : analisis data kualitatif
Bulan 6  : Workshop 1  2
Bulan 7  : laporan tahap kualitatif dan persiapan
tahap kuantitatif
Bulan 8-10 : pelaksanaan tahap kuantitatif
Bulan 11  : analisis data kuantitatif 
Bulan 12  : Workshop 3  4



F. MANFAAT :

Berdasarkan tujuan di atas, output dari penelitian ini
diharapkan untuk masing-masing tahapan sebagai
berikut:

1. Tahap Studi Awal
FGD yang dilakukan diharapkan memberikan masukan,
pemahaman, pengertian dari konsep-konsep tentang
komunikasi empati yang berlaku pada masing-masing
individu dan masyarakat. Sehingga diperoleh suatu
pemetaan terhadap pola pembentukan diri individu, 
pola perubahan setelah menggunakan kompati, dan
membuat model struktur ilmu kompatiologi. Selain itu
mendefinisikan manfaat yang didapat dengan penggunaan
kompati dalam berinteraksi dengan lingkungan di luar
diri sendiri.

2. Tahap studi kualitatif
Studi kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan
terhadap Kerja Memori diharapkan mengonfirmasi hasil
temuan pada studi awal dan memberikan gambaran tentang
dinamika dekonstruksi/rekonstruksi individu setelah
menggunakan kompati. Sehingga akan diperoleh bagaimana
individu mengalami perubahan struktur cara berpikir
(yang dalam prosesnya melibatkan fungsi
kognisi/memori, persepsi) dan menjadi diri yang baru,
bagaimana individu terbebas dari ‘belenggu’ norma,
dogma yang telah tertanam dan menjadi realitas yang
tidak disadari lagi, berubah menjadi individu dengan
realitas diri sendiri yang baru dan mempunyai
fleksibilitas terhadap peristiwa-peristiwa yang
terjadi di sekitarnya, serta untuk melihat bagaimana
hubungan timbal balik antara antisipasi dan adaptasi
berlaku dalam diri masing-masing individu. Setelah itu
sangat dimungkinkan untuk mendapatkan gambaran dan
pemicu untuk melakukan dekonstruksi yang bersifat
massal terhadap memori kolektif masyarakat dan
diharapkan terbentuk suatu masyarakat yang lebih sadar
akan realitas dirinya sendiri sehingga mampu membuat
keputusan untuk melakukan tindakan yang sesuai.

3. Tahap studi kuantitatif
Studi dengan pendekatan kuantitatif perlu dilakukan
selain sebagai pelengkap juga karena manfaat yang
biasa didapatkan adalah untuk mengetahui kecenderungan
individu pengguna

[psikologi_net] KMA : Komunikasi Empati Ala Kompatiologi ; oleh: Adhi Purwono

2006-10-18 Terurut Topik Vincent Liong
Serial Tulisan Kitab Masuk Angin
KMA : Komunikasi Empati Ala Kompatiologi

ditulis oleh: Adhi Purwono

di-posting pertama kali di:
http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/590
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/18105
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11618



Maksudnya adalah orang bisa saja berkomunikasi empati
tanpa harus mempelajari atau terikat dengan
ilmu/gerakan kompatiologi. Komunikasi empati ala
kompatiologi itu sendiri mempunyai sebuah ciri khas.
Yaitu efek samping berupa proses dekonstruksi yang
dialami oleh para praktisinya. Mengapa bisa ada proses
dekonstruksi? Karena memang dalam kompatiologi
dititik-beratkan pada metoda-metoda yang dapat membuat
seseorang mempunyai kemampuan pemetaan (kemampuan
merasakan, kemampuan membaca memori) yang mandiri.
Empati ala kompatiologi lebih ditekankan pada
kemandiriannya (tidak tergantung dengan apapun).
Pemetaan secara mandiri disini maksudnya adalah
sanggup MEMETAKAN TANPA USAHA. Tanpa usaha berarti
tanpa konsep, tanpa metoda, tanpa bimbingan, tanpa
acuan nilai, dsb. Tanpa usaha juga berarti terjadi
begitu saja dengan ALAMI. Jadi berkomunikasi empati
ala kompatiologi diharapkan dapat membuat kita secara
alami berempati ketika sedang berkomunikasi dengan
orang lain (bahkan dengan hal yang lain, misalnya
benda mati, suasana ruangan, diri sendiri, dsb).


Oleh karena itu metoda-metoda yang digunakan untuk
mempraktikkan komunikasi empati ala kompatiologi
adalah metoda-metoda yang menekankan pada terjadinya
kontak langsung dengan diri-sendiri sekaligus dengan
realitas. Sehingga salah satu titik-berat metodanya
adalah pada permainan tebak-menebak. Mengapa dipilih
permainan tebakan ini? Karena kegiatan menebak itu
menyiratkan kegiatan tanpa ikatan aturan tertentu,
tanpa acuan konsep tertentu, bahkan bisa tanpa
pemikiran (karena hanya menebak toh?) atau tanpa
berlogika, dsb. Sehingga melalui usaha menebak,
seseorang diharapkan bisa melepas segala atribut
pikiran/konsep/aturan yang biasanya terlibat dalam
menganalisa/menilai peristiwa di sekitar kehidupannya.
Namun bukan berarti dalam menebak pikiran harus
kosong.  Menebak tetaplah melibatkan kegiatan berpikir
untuk melakukan interpretasi sehingga dapat
mengungkapkan hasil tebakannya secara verbal kepada
orang lain. Nah, dalam menerima arus informasi
nonverbal dan menginterpretasikannyalah kita mau tidak
mau harus melepaskan segala penilaian kita terdahulu
(yang berupa konsep, hasil pemikiran, acuan
nilai/aturan, dll) tentang obyek/subyek yang sedang
kita tebak. Karena jika kita telah mempunyai penilaian
tertentu/konsep tertentu, bukankah membuat kegiatan
menebak tidak menjadi menebak lagi, melainkan menjadi
kegiatan menilai atau menganalisis? Namun bukan
berarti kegiatan menebak menjadi asal tebak. Tentu
saja si pelaku permainan menebak ingin agar tebakannya
menjadi tepat bukan? Jadi si pelaku ini terpaksa tidak
bisa menggunakan analisisnya karena informasi secara
verbal hampir tidak ada, dan satu-satunya jalan supaya
tebakannya tidak menjadi asal tebak/judi/berbohong
adalah berusaha mendapatkan aliran informasi yang
nonverbal. Dan satu-satunya yang paling dapat
diandalkan dalam hal ini adalah mendapatkan aliran
informasi dari perasaannya sendiri atau intuisinya
sendiri. Nah inilah yang kita sebut sebagai KONTAK
LANGSUNG DENGAN DIRI SENDIRI SEKALIGUS DENGAN
REALITAS.   


Tentu dalam hal permainan menebak ini (dalam kitab ini
sering saya sebut sebagai praktik dekons), pembimbing
(pendekons) bertugas untuk mendorong si pemainnya
untuk berani menebak. Berani melepaskan ketakutan
disalahkan dari tebakannya. Pembimbing selalu
menekankan tidak ada benar-salah dalam tebakan. Asal
tidak berbohong/asal tebak/berjudi/menganalisis, maka
yang membuat perbedaan sebenarnya hanyalah cara
menginterpretasi dari hasil tebakan (dari informasi
non-verbal yang didapat). Yang sesungguhnya bila hasil
interpretasi itu diuraikan kembali, maka akan terlihat
uraian-uraian tersebut selalu mendekati obyek/subyek
tebakan dari berbagai sisi/sudut pandang. Misalnya,
dalam permainan menebak isi novel. Jika hasil
tebakannya terlihat melenceng jauh, maka ada beberapa
kemungkinan yang terjadi (anggap saja pembimbing telah
melihat pemain tidak berbohong/asal
tebak/berjudi/menganalisis).


Pertama, pemain belum terbiasa menginterpretasi
informasi non-verbal yang didapatnya, sehingga
interpretasi tebakannya terlalu menjurus/spesifik
(misalnya langsung menebak nama tokoh, nama negara,
umur si tokoh, dsb). Pembimbing akan menyarankan
interpretasi dimulai dari hal yang paling umum dulu.
Misalnya, sifat keseluruhan tulisan, genrenya,
suasananya, jalan cerita apa saja yang telah dirasakan
oleh pemain, gambaran apa yang didapat dari aura buku
novel tersebut, berhubungan dengan politik atau tidak,
dsb. Kemudian dari hasil interpretasi itu bisa saja
dirangkai dan dianalisis arah/kumpulan
tebakan/interpretasi ini ke arah yang mana/lebih
spesifik. Ketika pemain sudah bisa membedakan mana
yang 

[psikologi_net] KMA : Komunikasi Empati Ala Kompatiologi ; oleh: Adhi Purwono

2006-10-17 Terurut Topik Vincent Liong
Serial Tulisan Kitab Masuk Angin
KMA : Komunikasi Empati Ala Kompatiologi

ditulis oleh: Adhi Purwono

di-posting pertama kali di:
http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/590
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/18105
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11618



Maksudnya adalah orang bisa saja berkomunikasi empati
tanpa harus mempelajari atau terikat dengan
ilmu/gerakan kompatiologi. Komunikasi empati ala
kompatiologi itu sendiri mempunyai sebuah ciri khas.
Yaitu efek samping berupa proses dekonstruksi yang
dialami oleh para praktisinya. Mengapa bisa ada proses
dekonstruksi? Karena memang dalam kompatiologi
dititik-beratkan pada metoda-metoda yang dapat membuat
seseorang mempunyai kemampuan pemetaan (kemampuan
merasakan, kemampuan membaca memori) yang mandiri.
Empati ala kompatiologi lebih ditekankan pada
kemandiriannya (tidak tergantung dengan apapun).
Pemetaan secara mandiri disini maksudnya adalah
sanggup MEMETAKAN TANPA USAHA. Tanpa usaha berarti
tanpa konsep, tanpa metoda, tanpa bimbingan, tanpa
acuan nilai, dsb. Tanpa usaha juga berarti terjadi
begitu saja dengan ALAMI. Jadi berkomunikasi empati
ala kompatiologi diharapkan dapat membuat kita secara
alami berempati ketika sedang berkomunikasi dengan
orang lain (bahkan dengan hal yang lain, misalnya
benda mati, suasana ruangan, diri sendiri, dsb).


Oleh karena itu metoda-metoda yang digunakan untuk
mempraktikkan komunikasi empati ala kompatiologi
adalah metoda-metoda yang menekankan pada terjadinya
kontak langsung dengan diri-sendiri sekaligus dengan
realitas. Sehingga salah satu titik-berat metodanya
adalah pada permainan tebak-menebak. Mengapa dipilih
permainan tebakan ini? Karena kegiatan menebak itu
menyiratkan kegiatan tanpa ikatan aturan tertentu,
tanpa acuan konsep tertentu, bahkan bisa tanpa
pemikiran (karena hanya menebak toh?) atau tanpa
berlogika, dsb. Sehingga melalui usaha menebak,
seseorang diharapkan bisa melepas segala atribut
pikiran/konsep/aturan yang biasanya terlibat dalam
menganalisa/menilai peristiwa di sekitar kehidupannya.
Namun bukan berarti dalam menebak pikiran harus
kosong.  Menebak tetaplah melibatkan kegiatan berpikir
untuk melakukan interpretasi sehingga dapat
mengungkapkan hasil tebakannya secara verbal kepada
orang lain. Nah, dalam menerima arus informasi
nonverbal dan menginterpretasikannyalah kita mau tidak
mau harus melepaskan segala penilaian kita terdahulu
(yang berupa konsep, hasil pemikiran, acuan
nilai/aturan, dll) tentang obyek/subyek yang sedang
kita tebak. Karena jika kita telah mempunyai penilaian
tertentu/konsep tertentu, bukankah membuat kegiatan
menebak tidak menjadi menebak lagi, melainkan menjadi
kegiatan menilai atau menganalisis? Namun bukan
berarti kegiatan menebak menjadi asal tebak. Tentu
saja si pelaku permainan menebak ingin agar tebakannya
menjadi tepat bukan? Jadi si pelaku ini terpaksa tidak
bisa menggunakan analisisnya karena informasi secara
verbal hampir tidak ada, dan satu-satunya jalan supaya
tebakannya tidak menjadi asal tebak/judi/berbohong
adalah berusaha mendapatkan aliran informasi yang
nonverbal. Dan satu-satunya yang paling dapat
diandalkan dalam hal ini adalah mendapatkan aliran
informasi dari perasaannya sendiri atau intuisinya
sendiri. Nah inilah yang kita sebut sebagai KONTAK
LANGSUNG DENGAN DIRI SENDIRI SEKALIGUS DENGAN
REALITAS.   


Tentu dalam hal permainan menebak ini (dalam kitab ini
sering saya sebut sebagai praktik dekons), pembimbing
(pendekons) bertugas untuk mendorong si pemainnya
untuk berani menebak. Berani melepaskan ketakutan
disalahkan dari tebakannya. Pembimbing selalu
menekankan tidak ada benar-salah dalam tebakan. Asal
tidak berbohong/asal tebak/berjudi/menganalisis, maka
yang membuat perbedaan sebenarnya hanyalah cara
menginterpretasi dari hasil tebakan (dari informasi
non-verbal yang didapat). Yang sesungguhnya bila hasil
interpretasi itu diuraikan kembali, maka akan terlihat
uraian-uraian tersebut selalu mendekati obyek/subyek
tebakan dari berbagai sisi/sudut pandang. Misalnya,
dalam permainan menebak isi novel. Jika hasil
tebakannya terlihat melenceng jauh, maka ada beberapa
kemungkinan yang terjadi (anggap saja pembimbing telah
melihat pemain tidak berbohong/asal
tebak/berjudi/menganalisis).


Pertama, pemain belum terbiasa menginterpretasi
informasi non-verbal yang didapatnya, sehingga
interpretasi tebakannya terlalu menjurus/spesifik
(misalnya langsung menebak nama tokoh, nama negara,
umur si tokoh, dsb). Pembimbing akan menyarankan
interpretasi dimulai dari hal yang paling umum dulu.
Misalnya, sifat keseluruhan tulisan, genrenya,
suasananya, jalan cerita apa saja yang telah dirasakan
oleh pemain, gambaran apa yang didapat dari aura buku
novel tersebut, berhubungan dengan politik atau tidak,
dsb. Kemudian dari hasil interpretasi itu bisa saja
dirangkai dan dianalisis arah/kumpulan
tebakan/interpretasi ini ke arah yang mana/lebih
spesifik. Ketika pemain sudah bisa membedakan mana
yang 

[psikologi_net] KMA : Kompatiologi dan Meditasi (Menjawab pertanyaan bung Suchamda)

2006-10-10 Terurut Topik Vincent Liong
Serial tulisan Kitab Masuk Angin
KMA : Menjawab pertanyaan bung Suchamda, Kompatiologi
dan Meditasi

ditulis oleh: Adhi Purwono


e-link:
http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/549
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/17981
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11344
http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/4017



(Note: jawaban ini sengaja saya masukkan dalam serial
tulisan KMA karena berisi penjelasan terinci hubungan
antara kompatiologi dengan meditasi)

Salam kenal juga bung Suchamda. Saya akan mencoba
menjelaskan dari sudut pandang saya mengenai meditasi
dan kompatiologi.

Saat ini saya merasa diri saya tidak tergantung dengan
metoda/usaha/konsep apapun untuk dapat merasakan
pencerahan/realitas yang saya alami saat ini. Saya
tidak merasa takut/jaim mengatakan saya sedang
mengalami pencerahan, karena apa, karena saya
merasakan
pencerahan dapat dirasakan kapan saja jika orang mau
di kehidupan sehari-hari.

Begini bung Suchamda, sesungguhnya upaya kita untuk
bermeditasi malah membatasi kita untuk bersentuhan
dengan realitas/pencerahan. Bisa dikatakan meditasi
itu harusnya tanpa usaha dan tanpa tujuan, IRONISNYA
mengapa kita masih perlu untuk bermeditasi??? Meditasi
tidak diperlukan jika tidak ada tujuan (mengapa perlu
jika tidak bertujuan?) dan kita tidak dapat melakukan
meditasi jika tidak ada usaha sama-sekali setidaknya
untuk posisi bermeditasi (posisi teratai sempurna
misalnya). Nah, keambiguan sikap kita selagi
bermeditasi inilah membuat diri/pikiran kita menjadi
bingung. Apakah kita lagi mengusahakan pencerahan
dengan bermeditasi? Jika tanpa usaha, kapankah dan
bilamanakah kita mencapai pencerahan? Pikiran
bisa saja dapat tenang dan menikmati meditasi tanpa
memikirkan pencerahan, TETAPI ketika menghadapi
persoalan kehidupan sehari-hari, maka pikiran AKAN
mengenang kembali kenikmatan yang didapat dari
bermeditasi sehingga menjadi tergantung olehnya.
Jikalaupun ketergantungan akan meditasi dapat
terlepas, BUKANKAH INI BERARTI MEDITASI AKHIRNYA
DISADARI TIDAK DIPERLUKAN??? Jadi BUKANKAH mengajak
orang lain/diri sendiri bermeditasi tujuan akhirnya
hanyalah supaya dapat menyadari bahwa meditasi tidak
diperlukan?
Nah, bung Suchamda mungkin dapat melihat bahwa ditilik
dari tujuan pencerahan, sejujurnya meditasi adalah
salah satu faktor penghambat pencapaian pencerahan itu
sendiri.

Jadi, mengapa tidak secara langsung saja? Mengapa kita
membutuhkan suatu metoda/cara/konsep untuk dapat
mengalami pencerahan? Tapi saya juga menyadari orang
tidak akan melepaskan diri dari sesuatu sampai dia
mengalami sendiri bagaimana rasanya terikat dengan
sesuatu. Ada aksi sehingga ada reaksi. Dan meditasi
dibutuhkan untuk menumbuhkan keterikatan sehingga
diharapkan orang dapat menyadari keterikatannya tidak
diperlukan sehingga bisa terlepas dari meditasi itu
sendiri. Bahwa tujuan pencerahan yang dikejarnya
ternyata TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN METODA SELAIN
DENGAN DIRINYA SENDIRI. Dirinyalah yang menganggap
belum cerah sehingga diperlukan suatu metoda
(meditasi) sampai dia menyadari bahwa
ketidakcerahannya hanyalah
sebuah peran yang dia buat/ciptakan sendiri. Bahwa dia
menyadari dengan mudah melepas peran tidak cerahnya
dan mengganti menjadi peran pencerahan JIKA PERLU.
Seperti yang sedang saya lakukan saat ini. Bila di
lain waktu misalnya saya merasa lagi diri saya
kehilangan/tidak puas dengan pencerahan saya, maka
berarti saya sedang memerankan lagi peran tidak cerah
saya, yang mungkin saja saya ketika itu nantinya
mencari lagi guru seperti seorang Vincent/Hudoyo/dll
untuk bisa mendapatkan lagi peran cerah saya.

Kompatiologi adalah ilmu komunikasi empati. Artinya
belajar bagaimana dapat merasakan langsung ke realitas
sesungguhnya. Baik itu ke diri sendiri/orang lain,
mahluk hidup lain, maupun sampai ke benda mati.
Bagaimana cara merasakan langsung? Inilah alasan kami
(terutama Vincent Liong) menciptakan metoda
dekonstruksi. Dimana melalui praktik dekons orang lain
kita dorong mengalami sendiri realitas sesungguhnya
langsung dari yang dia rasakan. Salah satu contoh
praktiknya adalah kegiatan mencicipi rasa teh hijau,
dimana rasa tak pernah bohong. Menebak isi buku,
dimana tebakan adalah kontak LANGSUNG dengan dirinya
tanpa alur logika atau olah pikir, dlsb, yang sedang
dalam tahap pengembangan dan penelitian oleh para
praktisi kompatiologi. Jadi intinya dekonstruksi
adalah mendorong seseorang untuk merasakan langsung
dalam konteks praktik kehidupan sehari-hari (minum dan
tebak rasa teh hijau, tebak buku, tebak perasaan orang
lain, tebak musik adalah kegiatan sehari-hari bukan?)
tanpa memakai olah pikir atau logika. Yang biasanya
orang tersebut akan mengalami keterkejutan/ estascy/
kesadaran yang tiba-tiba/ suka-cita ketika bersentuhan
kembali dengan realitas KETIKA SEDANG BERMAIN
TEBAK-TEBAKAN TERSEBUT. Bayangkan saja kesadaran yang
didapat ketika menyadari bahwa selama ini sudah
terlalu lama hidup dalam penyangkalan arus informasi
dari realitas. Bahwa

[psikologi_net] KMA : Kompatiologi dan Meditasi (Menjawab pertanyaan bung Suchamda)

2006-10-10 Terurut Topik Vincent Liong
Serial tulisan Kitab Masuk Angin
KMA : Menjawab pertanyaan bung Suchamda, Kompatiologi
dan Meditasi

ditulis oleh: Adhi Purwono


e-link:
http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/549
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/17981
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11344
http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/4017



(Note: jawaban ini sengaja saya masukkan dalam serial
tulisan KMA karena berisi penjelasan terinci hubungan
antara kompatiologi dengan meditasi)

Salam kenal juga bung Suchamda. Saya akan mencoba
menjelaskan dari sudut pandang saya mengenai meditasi
dan kompatiologi.

Saat ini saya merasa diri saya tidak tergantung dengan
metoda/usaha/konsep apapun untuk dapat merasakan
pencerahan/realitas yang saya alami saat ini. Saya
tidak merasa takut/jaim mengatakan saya sedang
mengalami pencerahan, karena apa, karena saya
merasakan
pencerahan dapat dirasakan kapan saja jika orang mau
di kehidupan sehari-hari.

Begini bung Suchamda, sesungguhnya upaya kita untuk
bermeditasi malah membatasi kita untuk bersentuhan
dengan realitas/pencerahan. Bisa dikatakan meditasi
itu harusnya tanpa usaha dan tanpa tujuan, IRONISNYA
mengapa kita masih perlu untuk bermeditasi??? Meditasi
tidak diperlukan jika tidak ada tujuan (mengapa perlu
jika tidak bertujuan?) dan kita tidak dapat melakukan
meditasi jika tidak ada usaha sama-sekali setidaknya
untuk posisi bermeditasi (posisi teratai sempurna
misalnya). Nah, keambiguan sikap kita selagi
bermeditasi inilah membuat diri/pikiran kita menjadi
bingung. Apakah kita lagi mengusahakan pencerahan
dengan bermeditasi? Jika tanpa usaha, kapankah dan
bilamanakah kita mencapai pencerahan? Pikiran
bisa saja dapat tenang dan menikmati meditasi tanpa
memikirkan pencerahan, TETAPI ketika menghadapi
persoalan kehidupan sehari-hari, maka pikiran AKAN
mengenang kembali kenikmatan yang didapat dari
bermeditasi sehingga menjadi tergantung olehnya.
Jikalaupun ketergantungan akan meditasi dapat
terlepas, BUKANKAH INI BERARTI MEDITASI AKHIRNYA
DISADARI TIDAK DIPERLUKAN??? Jadi BUKANKAH mengajak
orang lain/diri sendiri bermeditasi tujuan akhirnya
hanyalah supaya dapat menyadari bahwa meditasi tidak
diperlukan?
Nah, bung Suchamda mungkin dapat melihat bahwa ditilik
dari tujuan pencerahan, sejujurnya meditasi adalah
salah satu faktor penghambat pencapaian pencerahan itu
sendiri.

Jadi, mengapa tidak secara langsung saja? Mengapa kita
membutuhkan suatu metoda/cara/konsep untuk dapat
mengalami pencerahan? Tapi saya juga menyadari orang
tidak akan melepaskan diri dari sesuatu sampai dia
mengalami sendiri bagaimana rasanya terikat dengan
sesuatu. Ada aksi sehingga ada reaksi. Dan meditasi
dibutuhkan untuk menumbuhkan keterikatan sehingga
diharapkan orang dapat menyadari keterikatannya tidak
diperlukan sehingga bisa terlepas dari meditasi itu
sendiri. Bahwa tujuan pencerahan yang dikejarnya
ternyata TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN METODA SELAIN
DENGAN DIRINYA SENDIRI. Dirinyalah yang menganggap
belum cerah sehingga diperlukan suatu metoda
(meditasi) sampai dia menyadari bahwa
ketidakcerahannya hanyalah
sebuah peran yang dia buat/ciptakan sendiri. Bahwa dia
menyadari dengan mudah melepas peran tidak cerahnya
dan mengganti menjadi peran pencerahan JIKA PERLU.
Seperti yang sedang saya lakukan saat ini. Bila di
lain waktu misalnya saya merasa lagi diri saya
kehilangan/tidak puas dengan pencerahan saya, maka
berarti saya sedang memerankan lagi peran tidak cerah
saya, yang mungkin saja saya ketika itu nantinya
mencari lagi guru seperti seorang Vincent/Hudoyo/dll
untuk bisa mendapatkan lagi peran cerah saya.

Kompatiologi adalah ilmu komunikasi empati. Artinya
belajar bagaimana dapat merasakan langsung ke realitas
sesungguhnya. Baik itu ke diri sendiri/orang lain,
mahluk hidup lain, maupun sampai ke benda mati.
Bagaimana cara merasakan langsung? Inilah alasan kami
(terutama Vincent Liong) menciptakan metoda
dekonstruksi. Dimana melalui praktik dekons orang lain
kita dorong mengalami sendiri realitas sesungguhnya
langsung dari yang dia rasakan. Salah satu contoh
praktiknya adalah kegiatan mencicipi rasa teh hijau,
dimana rasa tak pernah bohong. Menebak isi buku,
dimana tebakan adalah kontak LANGSUNG dengan dirinya
tanpa alur logika atau olah pikir, dlsb, yang sedang
dalam tahap pengembangan dan penelitian oleh para
praktisi kompatiologi. Jadi intinya dekonstruksi
adalah mendorong seseorang untuk merasakan langsung
dalam konteks praktik kehidupan sehari-hari (minum dan
tebak rasa teh hijau, tebak buku, tebak perasaan orang
lain, tebak musik adalah kegiatan sehari-hari bukan?)
tanpa memakai olah pikir atau logika. Yang biasanya
orang tersebut akan mengalami keterkejutan/ estascy/
kesadaran yang tiba-tiba/ suka-cita ketika bersentuhan
kembali dengan realitas KETIKA SEDANG BERMAIN
TEBAK-TEBAKAN TERSEBUT. Bayangkan saja kesadaran yang
didapat ketika menyadari bahwa selama ini sudah
terlalu lama hidup dalam penyangkalan arus informasi
dari realitas. Bahwa

[psikologi_net] KMA : Kompatiologi dan Meditasi (Menjawab pertanyaan bung Suchamda)

2006-10-10 Terurut Topik Vincent Liong
Serial tulisan Kitab Masuk Angin
KMA : Menjawab pertanyaan bung Suchamda, Kompatiologi
dan Meditasi

ditulis oleh: Adhi Purwono


e-link:
http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/549
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/17981
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11344
http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/4017



(Note: jawaban ini sengaja saya masukkan dalam serial
tulisan KMA karena berisi penjelasan terinci hubungan
antara kompatiologi dengan meditasi)

Salam kenal juga bung Suchamda. Saya akan mencoba
menjelaskan dari sudut pandang saya mengenai meditasi
dan kompatiologi.

Saat ini saya merasa diri saya tidak tergantung dengan
metoda/usaha/konsep apapun untuk dapat merasakan
pencerahan/realitas yang saya alami saat ini. Saya
tidak merasa takut/jaim mengatakan saya sedang
mengalami pencerahan, karena apa, karena saya
merasakan
pencerahan dapat dirasakan kapan saja jika orang mau
di kehidupan sehari-hari.

Begini bung Suchamda, sesungguhnya upaya kita untuk
bermeditasi malah membatasi kita untuk bersentuhan
dengan realitas/pencerahan. Bisa dikatakan meditasi
itu harusnya tanpa usaha dan tanpa tujuan, IRONISNYA
mengapa kita masih perlu untuk bermeditasi??? Meditasi
tidak diperlukan jika tidak ada tujuan (mengapa perlu
jika tidak bertujuan?) dan kita tidak dapat melakukan
meditasi jika tidak ada usaha sama-sekali setidaknya
untuk posisi bermeditasi (posisi teratai sempurna
misalnya). Nah, keambiguan sikap kita selagi
bermeditasi inilah membuat diri/pikiran kita menjadi
bingung. Apakah kita lagi mengusahakan pencerahan
dengan bermeditasi? Jika tanpa usaha, kapankah dan
bilamanakah kita mencapai pencerahan? Pikiran
bisa saja dapat tenang dan menikmati meditasi tanpa
memikirkan pencerahan, TETAPI ketika menghadapi
persoalan kehidupan sehari-hari, maka pikiran AKAN
mengenang kembali kenikmatan yang didapat dari
bermeditasi sehingga menjadi tergantung olehnya.
Jikalaupun ketergantungan akan meditasi dapat
terlepas, BUKANKAH INI BERARTI MEDITASI AKHIRNYA
DISADARI TIDAK DIPERLUKAN??? Jadi BUKANKAH mengajak
orang lain/diri sendiri bermeditasi tujuan akhirnya
hanyalah supaya dapat menyadari bahwa meditasi tidak
diperlukan?
Nah, bung Suchamda mungkin dapat melihat bahwa ditilik
dari tujuan pencerahan, sejujurnya meditasi adalah
salah satu faktor penghambat pencapaian pencerahan itu
sendiri.

Jadi, mengapa tidak secara langsung saja? Mengapa kita
membutuhkan suatu metoda/cara/konsep untuk dapat
mengalami pencerahan? Tapi saya juga menyadari orang
tidak akan melepaskan diri dari sesuatu sampai dia
mengalami sendiri bagaimana rasanya terikat dengan
sesuatu. Ada aksi sehingga ada reaksi. Dan meditasi
dibutuhkan untuk menumbuhkan keterikatan sehingga
diharapkan orang dapat menyadari keterikatannya tidak
diperlukan sehingga bisa terlepas dari meditasi itu
sendiri. Bahwa tujuan pencerahan yang dikejarnya
ternyata TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN METODA SELAIN
DENGAN DIRINYA SENDIRI. Dirinyalah yang menganggap
belum cerah sehingga diperlukan suatu metoda
(meditasi) sampai dia menyadari bahwa
ketidakcerahannya hanyalah
sebuah peran yang dia buat/ciptakan sendiri. Bahwa dia
menyadari dengan mudah melepas peran tidak cerahnya
dan mengganti menjadi peran pencerahan JIKA PERLU.
Seperti yang sedang saya lakukan saat ini. Bila di
lain waktu misalnya saya merasa lagi diri saya
kehilangan/tidak puas dengan pencerahan saya, maka
berarti saya sedang memerankan lagi peran tidak cerah
saya, yang mungkin saja saya ketika itu nantinya
mencari lagi guru seperti seorang Vincent/Hudoyo/dll
untuk bisa mendapatkan lagi peran cerah saya.

Kompatiologi adalah ilmu komunikasi empati. Artinya
belajar bagaimana dapat merasakan langsung ke realitas
sesungguhnya. Baik itu ke diri sendiri/orang lain,
mahluk hidup lain, maupun sampai ke benda mati.
Bagaimana cara merasakan langsung? Inilah alasan kami
(terutama Vincent Liong) menciptakan metoda
dekonstruksi. Dimana melalui praktik dekons orang lain
kita dorong mengalami sendiri realitas sesungguhnya
langsung dari yang dia rasakan. Salah satu contoh
praktiknya adalah kegiatan mencicipi rasa teh hijau,
dimana rasa tak pernah bohong. Menebak isi buku,
dimana tebakan adalah kontak LANGSUNG dengan dirinya
tanpa alur logika atau olah pikir, dlsb, yang sedang
dalam tahap pengembangan dan penelitian oleh para
praktisi kompatiologi. Jadi intinya dekonstruksi
adalah mendorong seseorang untuk merasakan langsung
dalam konteks praktik kehidupan sehari-hari (minum dan
tebak rasa teh hijau, tebak buku, tebak perasaan orang
lain, tebak musik adalah kegiatan sehari-hari bukan?)
tanpa memakai olah pikir atau logika. Yang biasanya
orang tersebut akan mengalami keterkejutan/ estascy/
kesadaran yang tiba-tiba/ suka-cita ketika bersentuhan
kembali dengan realitas KETIKA SEDANG BERMAIN
TEBAK-TEBAKAN TERSEBUT. Bayangkan saja kesadaran yang
didapat ketika menyadari bahwa selama ini sudah
terlalu lama hidup dalam penyangkalan arus informasi
dari realitas. Bahwa

[psikologi_net] Meditasi: aliran mitologi, mitos dan logos ; Ditulis oleh: Vincent Liong

2006-10-06 Terurut Topik Vincent Liong
Meditasi: aliran mitologi, mitos dan logos

Ditulis oleh: Vincent Liong



Menjawab pertanyaan sdr. Sriastutivirgo saya kira
perlu sebelumnya saya membahas salah satu soal ujian
tengah semester (UTS) matakuliah filsafat umum dan
logika yang saya hadapi tadi siang, yaitu soal
hubungan antara mitologi, mitos dan logos. 

Pada masa awal dari usaha manusia untuk berpikir,
manusia membuat mitologi yang bercerita tentang alam
semesta dan kejaidian-kejadian yang dapat disaksikan
dan dialami oleh manusia di dalamnya. Perpecahan
jurusan mulai terjadi antara dua usaha yang berlawanan
dalam tata-cara untuk memproses mitologi di dalam
pikiran manusia;
* mitologi menjadi mitos
Jawaban yang diberikan berusaha meloloskan diri dari
rasio dan usaha untuk berpikir, dengan membangun
‘keyakinan’(percaya tanpa perlu bukti kongkrit)/
believe sistem warisan untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada di dalam mitologi
kehidupan individu manusia dalam interaksi dengan di
luar dirinya. 
* mitologi menjadi logos 
Jawaban yang diberikan berusaha menekankan proses akal
budi dan rasio untuk mencari kebenaran melalui
metodologi yang jelas dan rapi.

Nah, setelah terjadi perpecahan antara dua jurusan
soal proses yang dianggap benar dalam mencari
kebenaran; maka timbullah kelompok-kelompok keyakinan,
keagamaan yang menjadi terpisah dengan
kelompok-kelompok ilmuan. 

Dalam kenyataannya dua kegiatan ini tidak bisa
dipisahkan. Kegiatan untuk bermain simbol yang menjadi
pekerjaan para pencinta mite dan kegiatan bermain akal
budi dan rasio ala pencinta ilmupengetahuan adalah
bioptional sistem yang sudah inheren sejak manusia itu
lahir. Maka dari itu manusia yang katanya ilmuan
sekalipun masih mau dan memerlukan agama begitu juga
para agamawan masih bermain dengan ilmupengetahuan ala
logos. 

LOGOS yang terpisah dengan mitos menimbulkan masalah
baru bahwa dalam logos yang pada satu titik pencapaian
tertentu, merasa telah menemukan kebenaran hakiki yang
disebut empiris, logis, dlsb yang akhirnya
menghentikan proses mencari kebenaran tsb. Sekolah,
kuliah dlsb yang mengatasnamakan ilmupengetahuan hanya
berhenti menjadi kegiatan copypaste atas believe
sistem warisan / kebenaran yang dianggap terakhir,
paling benar yang berlaku dari satu generasi ke
generasi selanjutnya tanpa usaha / kemalasan untuk
meng-update sesuai perkembangan jaman dengan
berlindung di balik kemapanan. Suatu usaha mencari
ilmupengetahuan menjadi berubah urutannya menjadi; 1.
Korelasi / perbandingan antar kesimpulan / teori /
jawaban akhir kebenaran yang disepakati.  2.
Observasi. 3. Experimen. Peran observasi dan experimen
yang menjadi hal utama dalam pencaharian menjadi
mandek karena sudah ada jawaban akhir tentang
kebenaran itu sendiri yaitu pada tahap korelasi /
perbandingan antar kesimpulan /  teori / kebenaran
akhir yang disepakati, tanpa ada usaha peyesuaian pada
update terakhir dari lingkungan yang dihadapi. Maka
dari itu pada umumnya usaha untuk melakukan proses
observasi dan experimen malahan tidak dilakukan
samasekali.

MITOS yang terpisah dari logos menimbulkan masalah
baru bahwa dalam mitos, pencaharian kebenaran tidak
lagi merasa perlu untuk mencari kebenaran yang relevan
dalam tempat dan waktu yang spesifik. Agama, keyakinan
dan believe sistem warisan malah memisahkan antara
kebenaran yang hakiki dengan usahamanusia untuk
mencari kebenaran itu sendiri. Simbol-simbol mite
dianggap ada tetapi hanya berfungsi untuk diamati dan
diyakini, bukan untuk mencari kebenaran seperti tujuan
utama sebelum terpecahnya mitologi menjadi dua
kegiatan yaitu; mitos dan logos. Urutan proses
pencaharian kebenarannya memang tampak tetap yaitu;
dimulai dengan Observasi. Tetapi usaha untuk melakukan
experimen dan korelasi / perbandingan antar kesimpulan
/ teori / kebenaran menjadi hilang. 

KESIMPULAN akhirnya adalah: bahwa dua jalan
pencaharian kebenaran ini mandek karena memisahkan dua
usaha ini menjadi extrim mitos dan extrim logos
membuat ‘experimen’ (yang adalah kegiatan
merealisasikan suatu kebenaran dengan fakta lapangan
yang costumize karena pengaruh tempat dan ‘waktu’
(yang terus berubah sesuai perkembangan jaman)) malah
hilang dari proses itu sendiri. Sehingga jalan logos
maupun mitos tidak berhasil mengajak orang untuk tetap
di sistem utama guna pencaharian kebenaran yang
cotumize sesuai kondisi, tempat dan waktu tsb. Sistem
pencaharian mitologi utama yaitu; 1. Observasi dari
nol.  2. Experimen dengan realitas yang costumise
sesuai kondisi, tempat dan waktu tsb.  3. Korelasi /
perbandingan antar kesimpulan /  teori / kebenaran
akhir yang ditemukan oleh ilmuan / individu berbeda.

LETAK KOMPATIOLOGI ala Vincent Liong adalah pada
aliran mitologi sebelum terpecah menjadi mitos dan
logos. Maka dari itu yang terpenting adalah proses 1.
Observasi dari nol.  2. Experimen dengan realitas yang
costumise sesuai kondisi, tempat dan waktu tsb.  3.
Korelasi / perbandingan antar kesimpulan / teori /
kebenaran akhir yang ditemukan oleh ilmuan / individu
berbeda. Maka dari itu masing

[psikologi_net] Fwd: Re: Penelitian Tentang Konstruksi Memori Kolektif Dan Komunikasi Empatik Lewat Eksploitasi Indra Pencicipan

2006-09-30 Terurut Topik Vincent Liong
candu, .Kompatiologi membongkar semua virus
tersebut dengan dekonstruksi individu sehingga boleh
dikatakan membangun sistem antibodi sebagai vaksin.
Antibodinya merupakan proses pengukuran berdasarkan
value based yang terus menerus dan hidup, tidak ada
intervensi dari memori yang ditanamkan/diajarkan
karena telah mengalami penyaringan selama proses
tersebut berlangsung.
   
  Salah satu teori yang membahas masalah virus akal
budi adalah karya richard Brodie; “pernahkah anda
bertanya-tanya, mengapa: tayangan misteri, kriminal,
gosip punya rating tinggi? Kafe, resto, fast food
menjamur? Wartawan bodrex terus berkeliaran? Koran
kuning tetap dibaca orang? Politikus, korup, dan
tukang kipas masih terus terpilih? Ilmu pengetahuan
sepi penggemar? Darwin sering salah dimengerti? MTV,
McDonalds keren abis? Industri iklan meraksasa?
Kapitalisme terus berjaya? Arisan multilevel tak
pernah mati? Agama bertahan ribuan tahun?
Fundamentalis berkembang subur? Virus akal budi bisa
membelokkan usaha manusia meraih kebahagiaan. Hidup
jadi tegang, sedih, bosan, dan hampa. Semakin tua
makin loyo. Richard brodie perancang microsoft word,
dengan lugas, jernih, dan mengikat mengurai ilmu
memetika, salah satu penemuan mutakhir biologi
evolusioner. Memahami memetika merupakan jalan keluar
dari perbudakan virus akal budi” (sampul belakang).
   
   
  Salam,
  Cornelia Istiani


   Date: Sun, 24 Sep 2006 06:57:20 +0100 (BST)
From: Manneke Budiman [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Penelitian Tentang Konstruksi Memori
Kolektif Dan Komunikasi Empatik Lewat Eksploitasi
Indra Pencicipan
To: Vincent Liong [EMAIL PROTECTED]: 


  Recent Activity

  8
  New Members
  
  5
  New Photos

Visit Your Group 
  SPONSORED LINKS
  
   Indonesian language course  
   Indonesian language learn

  New web site?
  Drive traffic now.
  Get your business
  on Yahoo! search.

Yahoo! Mail
  Drag  drop
  With the all-new
  Yahoo! Mail Beta

Y! Messenger
  Talk it up - free!
  Call your friends
  worldwide - free!



  .

 ama
  Penelitian yang sangat menarik dan orisinal. Apakah
dalam penelitian ini memori kolektif diasumsikan
begitu saja sebagai sesuatu yang given ataukah akan
dikritisi? 
   
  Maksud saya, apakah juga akan diteliti di sini
adakah yang namanya memori kolektif as such?
Bagaimana proses pembentukan kolektifitas itu
(organik, direkayasa, parsial, total, dll)? Adakah hal
yang bermasalah dalam apa yang disebut dengan memori
dalam penelitian ini? 
   
  Untuk menjadi memori suatu event perlu berada dalam
temporalitas. Belum jelas dalam proposal ini interval
waktu antara saat ketika stimulus diberikan kepada
peserta dan ketika peserta diminta
menyatakan/menuliskan pencerapannya terhadap stimulus
itu. 
   
  Waktu adalah esensial di sini. Ingatan akan apa yang
terjadi lima menit yang lalu bisa jadi jauh berbeda
dengan jika kita harus mengingatnya lagi 30 tahun yang
akan datang. Ini akan turut menentukan apakah suatu
memori kolektif tentang sesuatu akan terbentuk atau
tidak. 
   
  Tak jarang, agar suatu memori kolektif dapat
terjadi, diperlukan intervensi eksternal yang sangat
kuat ke dalam komunitas yang diharapkan berbagi memori
menjadi memori bersama atau memori kolektif. Contoh,
memori kolektif sebagian besar orang Indonesia tentang
peristiwa 30 September 1965 sangat ditentukan dan
dibentuk oleh intensitas dan kekuatan intervensi Orde
Baru untuk merekayasa memori itu. Dan ini dilakukan
secara konsisten selama 30 tahun lebih. itupun masih
tak menjamin bahwa seluruh orang Indonesia berbagi
memori yang sama tentang peristiwa Gestapu itu.
   
  Dalam hal apa istilah memori kolektif dalam
penelitian mirip atau berbeda dengan konsep memori
kolektif dalam contoh tentang G 30 S di atas? Saya
melihat dalam proses ada juga intervensi dari
inisiator dalam bentuk lontaran 'efek samping' kepada
peserta lain. Samakah ini dengan konsep intervensi
Orba dalam membentuk memori kolektif nasional tentang
G 30 S?
   
  Saya sampaikan semua ini karena saya melihat ada hal
penting yang bisa dicapai dalam penelitian ini, di
samping untuk mencapai empat tujuan yang telah dirinci
dalam proposal. Penelitian ini juga berpotensi
melakukan 'dekonstruksi' atas pengertian/mitos(?)
tentang memori kolektif itu sendiri.
   
  Juga perlu dipertimbangkan efek dari psikologi
massa, yang membuat seseorang cenderung tak mau
mengambil sikap berbeda dari sikap mayoritas orang di
sekelilingnya. Apalagi jika ada figur otoritas yang
melakukan intervensi dan mengarahkan sikap orang
banyak. 
   
  Pernah ada cerita seorang profesor masuk ke kelas
sambil membawa sebuah botol kosong dan membaui botol
itu tak henti-hentinya, sambil berkata, Hmm wangi.
Meski botol ini telah kosong, bau bekas parfum di
dalamnya masih sangat terasa. Lalu, ia mengedarkan
botol itu ke para mahasiswanya, dan satu persatu
membau botol itu. Seperti bisa diduga, semua
menyatakan persetujuannya bahwa masih tercium bau
parfum dari botol itu. Baru setelah semua selesai,
sang

[psikologi_net] Memahami kesengsaraan adalah awal Meditasi + komentaran VincentLiong

2006-09-30 Terurut Topik Vincent Liong
Memahami kesengsaraan adalah awal Meditasi 
+ komentaran VincentLiong



Penanya: Saya tidak melihat hubungan antara kematian
dan kesengsaraan dengan status batin dalam meditasi.


Vincent Liong note: Kesengsaraan memang tidak ada
kaitannya dengan meditasi dalam arti harafiah yaitu
duduk diam berkhayal-khayal ke dalam diri. Meditasi
dalam ucapan seorang guru seringkali berbeda pemahaman
dengan meditasi menurut sang murid; yang menjadi
masalah si guru sulit untuk mencari bahasa yang tepat
yang bisa dipahami murid atau murid yang terlalu yakin
(tanpa perlu bukti) sehingga mengambil mentah-mentah
pendapat sang guru atas pengalaman costumize sang
guru. Untuk mengatasi masalah ini sang guru perlu
turun gunung ke tingkatan sang murid, berpikir,
bertingkahlaku, bertindak berkomunikasi sebagai sesama
sang murid ;sehingga tidak membunuh freewill murid
untuk menempuh jalannya yang costumize.




Krishnamurti: Guna melihat seluruh signifikansi dari
kesengsaraan —bukan sekedar secara verbal atau secara
intelektual, melainkan menyelam sangat dalam ke
dalamnya dan bebas dari tindakan korosifnya di dalam—
batin mesti ada dalam suatu status meditatif. Semua
bentuk penelusuran sejati adalah suatu status
meditatif.


Vincent Liong note: Nah, kalimat;”…melainkan menyelam
sangat dalam ke dalamnya dan bebas dari tindakan
korosifnya di dalam— batin mesti ada dalam suatu
status meditatif…” ini yang sering salahkaprah.
Meditasi dalam arti harafiah lebih cenderung ke
permainan mencari-cari, mengkhayal-khayal secara
intelektual dalam kondisi diam atau setidaknya tanpa
noice (meditasi). Padahal harapan sang guru adalah
untuk;”Semua bentuk penelusuran sejati adalah suatu
status meditatif.”; yang maksutnya tidak boleh
menghindari noice yang selalu ada di lingkungan
natural (yang tidak ada di lingkungan yang
dikondisikan sesuai maksut tertentu). Keadaan nyaman
tanpa noice yang dikondisikan bisa dikategorikan
sebagai salahsatu keinginan untuk mengesampingkan
noice duniawi (“tindakan korosif didalamnya”)yang
ketika kembali ke kehidupan normal harus dan selalu
ada. Meditasi yang benar adalah meditasi yang tidak
boleh dipisah dari kehidupan sehari-hari itu sendiri.
Bilamana dipisah-pisah ruangnya maka hanya akan
menghasilkan kepriobadian terpecah, dimana hanya
menjadi believe warisan demi believe warisan (percaya
tanpa perlu pembukitan) yang digunakan hingga usang
dan lalu diganti dengan yang baru sesuai saat
kadaluarsanya kesenangan.




Krishnamurti: Guna memahami makna dari kematian —yang
adalah mati setiap hari terhadap bakat, terhadap
sifat-sifat, terhadap pekerjaan, terhadap kenangan—
seseorang mesti penuh perhatian tanpa pilih-pilih,
sepenuhnya éling; dan status perhatian penuh tanpa
pilih-pilih ini adalah meditasi. Tidak ada perbedaan
antara meditasi dengan pemahaman akan kesengsaraan,
sebab memahami kesengsaraan adalah awal dari meditasi.


Vincent Liong note: Mati adalah tetap menjalani
realitas dunia tetapi secara bersamaan keluar dari
diri, melihat diri dari luar keberpihakan setiap saat
dengan melakukan pengukuran secara otomatis
terus-menerus, bukan disugestikan pada believe warisan
tertentu. Kita seperti setan yang hidup menonton
manusia-manusia, salah-satunya diri tubuh fisik kita
sendiri setiap saat dalam berhubungan dengan
tubuh/benda fisik lain. Mengamati dan diamati,
mengukur dan terukur tidak boleh dipisah waktunya,
harus dalam waktu dan saat yang sama, tidak boleh
sebentar-sebentar/ angin-anginan tetapi harus seumur
hidup, setiap detik hidup itu sendiri. Bila tidak maka
mengamati, mengukur dan terukur hanya menjadi
kemunafikan untuk kepuasan diri kita sendiri.




Krishnamurti:  Guna menyelam teramat dalam ke dalam
meditasi, batin mesti bebas dari segenap rintangan
psikologisnya. Dalam status merdeka ini ada sebentuk
gerakan yang tidak berdasarkan jarak ataupun waktu,
dimana gerakan itu adalah penciptaan. Semua ini
merupakan bagian dari meditasi.

Dari: SAANEN, 9TH PUBLIC TALK, 9TH AUGUST 1962.

 
Vincent Liong note: Psikologis di sini adalah
pemisahan antara diri dan luar diri dalam proses
pengamatan realitas. Bilamana masih di tahap sebagai
pengukur saja atau sebagai terukur saja, tidak
bersamaan maka masih terikat di rintangan psikologis
tsb. 



Ttd,
Vincent Liong





L A M P I R A N
Posting asli (sebelum dikomentari Vincent Liong)

at:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/10985
Subject: MBK: Memahami kesengsaraan adalah awal
Meditasi
Fri Sep 29, 2006 11:40 pm
NGestOE RAHardjo [EMAIL PROTECTED] wrote:


MEMAHAMI KESENGSARAAN ADALAH AWAL MEDITASI

Penanya: Saya tidak melihat hubungan antara kematian
dan kesengsaraan dengan status batin dalam meditasi.

Krishnamurti: Guna melihat seluruh signifikansi dari
kesengsaraan —bukan sekedar secara verbal atau secara
intelektual, melainkan menyelam sangat dalam ke
dalamnya dan bebas dari tindakan korosifnya di dalam—
batin mesti ada dalam suatu status meditatif. Semua
bentuk penelusuran sejati adalah suatu status
meditatif.

Guna memahami makna

[psikologi_net] Fw: Re: Tentang Ilmu Kompatiologi (Pro: Manneke Budiman)

2006-09-12 Terurut Topik Vincent Liong
NOTE dari Vincent Liong: 
Meskipun saya sebenarnya memutuskan untuk cuek, malas
membalas tulisan-pihak-pihak yang hanya bertujuan
mendiskreditkan saya, ketika saya membaca bahwa dalam
tulisan ini sdr. Manneke Budiman menulis secara
sistematis, jelas dan menurut pengamatan saya belum
tampak ada usaha pembunuhan karakter. Oleh karena itu
saya memutuskan untuk membalas tulisan sdr. Manneke
Budiman.




at:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/38101
[01] Manneke Budiman wrote:

He he he, Sdr. Juswan ketipu juga toh? Ini bukan dalam
rangka 'tiuan Kompatiologis' lho, ya. Memang nama asli
saya Tanya aja ama Debby Sumual. Namun, jangan
khawatir. Anda bukan satu-satunya yang keliru sangka.
Saya kasih tahu sedikit rahasianya: kalau manneke itu
dobel -n, menandakan jender maskulin. Kalau Ineke,
Tineke, dsb yang betul -n satu, tanda bahwa itu
feminin. Tapi, kalau ada yang harus disalahkan dalam
hal ini, maka yang salah adalah orang tua saya yang
agak jahil dan iseng kasih nama aneh-aneh.


Vincent Liong answer:

Bilamana tidak dianggap menyinggung sebenarnya saya
lebih suka memanggil sdr. Manneke Budiman dengan
sebutan ibu bukan bapak. Ini dilakukan bukan masalah
anda pria atau wanita berdasarkan jenis alat kelamin,
melainkan karena tingkat feminim yang saya lihat lebih
menonjol dibanding maskulin. Ini bukan karena soal
anggapan miring seperti gay, lesbian atau transsexual,
bagi saya yang bermain di sistem memori yang tidak di
taraf fisikal dan prilaku tampak melainkan di mental
seseorang maka penilaian ibu atau bapak bagi saya
lebih melihat dari karakteristik memori individu
feminim atau maskulin. Mengapa sdr. Manneke Budiman
bisa membalas email saya dengan cukup fokus tanpa
pembunuhan karakter tetapi sedikit malu-malu kucing,
ini disebabkan karena tingkat yang cukup menonjol pada
karakter memori feminim tsb.




at:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/38101
[02] Manneke Budiman wrote:

Soal beda karakter dan gaya menulis di kalangan
praktisi Kompatiologi, baiknya saya terima saja
sebagai bagian dari kemajemukan para penekun ilmu ini.
Untung
juga ada jubir yang halus, lembut, santun dan
menggemaskan seperti Sdr. Cornelia, jadi bisa
mengimbangi Sdr. Vincent yang meletup-letup.

Tapi, rupanya semuanya itu by design, ya? Memang
para 'guru kecil' harus selalu kreatif mencari cara
supaya tak dikecilkan terus oleh para Guru Besar.
Mungkin juga, status 'guru kecil' itulah yang
menyebabkan munculnya terus kreatifitas karena mereka
masih jauh dari kemapanan. Jika suatu waktu jadi Guru
Besar, itu tanda kita hrus hati-hati. Ibaratnya
seperti orang berulang tahun: makin tua, makin dekat
liang kubur. Makin jadi Guru Besar, makin mati
kreatifitasnya.


Vincent Liong answer:

Masalah play “by design” tujuan utamanya bukan untuk
memperjuangkan ilmu kompatiologi yang menurut standart
ilmupengetahuan barat dianggap belum mapan. Baik
kompatiologi belum atau sudah mapan tetap cara ini
akan ditempuh oleh praktisi kompatiologi. Ini bukan
masalah kreatifitas tetapi masalah di mana posisi
bidang kompatiologi ,dan di mana para praktisinya
bermain?

Dalam kasus ilmupengetahuan ala blok barat memang
benar;”Makin jadi Guru Besar, makin mati
kreatifitasnya.” Tetapi hal ini tidaklah benar bila
disamakan untuk para praktisi kompatiologi. Dalam
kasus kompatiologi semakin menjadi guru besar maka
semakin tampak kreatif permainannya (meski sebenarnya
bukan ngawur melainkan ada sistem perhitungan yang
matangnya, hanya masalahnya semakin susah tampak dan
ditebak).

Ada beberapa urutan lefel proses belajar praktikal
kompatiologi yang sudah boleh saya bocorkan karena
secara pemikiran saya lihat sudah sedikit mengenai ke
arah tsb:
* Lefel 01 : Kemampuan intepretasi lintas bahasa /
variabel.
* Lefel 02 : Kemampuan konflik mental tanpa bermain
‘stimulus dan respon yang tampak’ (berupa attact dan
defense mekanisme).
dst-dst-dst (masih dirahasiakan)

Maka dari itu bilamana para ilmuan hasil copypaste
birokrasi pendidikan ala blok barat menyindir bahwa
kompatiologi belum mapan, maka sindiran orang
kompatiologi adalah penguasaan diri para ilmuan bahkan
guru besar hasil birokrasi pendidikan ala blok barat
yang katanya berkualitas amat lemah. 

Play “by design” adalah permainan terukur dan
terencana yang dimainkan oleh para praktisi
kompatiologi untuk membuktikan kepada diri para ilmuan
aliran blok barat bahwa ilmu sosial yang base on
perilaku yang tampak sangat lemah bila diadu dengan
ilmu kompatiologi, harapannya agar para ilmuan
ilmupengetahuan blok barat mulai bersikap mawas diri
bukan hanya merasa mapan saja karena toh lulus
scanning pas ujian soal kemampuan copy  paste hafalan
mereka.

Dalam ujian kompatiologi lefel 2 ujian biasa dilakukan
dengan mengadu kemampuan konflik mental sesama
praktisi kompatiologi yang sudah cukup lihai untuk
makan atau jalan-jalan bersama tanpa ada stimulus
perilaku yang tampak baik berupa attact atau defense
mekanisme. Pihak yang kalah akan menyadari kekalahan
dan membuat dirinya

[psikologi_net] Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin

2006-09-06 Terurut Topik Vincent Liong
Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin
Penanggungjawab versi/aliran: Adhi Purwono

Kami undang anda untuk bergabung di maillist:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/join
http://groups.google.com/group/Komunikasi_Empati/about
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join




Serial Tulisan Kitab Masuk Angin (KMA):

Pandangan diri saya mengenai dekonstruksi-rekonstruksi
dari Ilmu Kompatiologi
Ditulis oleh: Adhi Purwono

Apa yang akan saya tuliskan ini tetap pada kaidah yang
telah saya pegang yaitu tulisan yang mewakili ekspresi
diri-sendiri. Jadi walaupun si Vincent telah
bilang-bilang bahwa saya telah didekons namun saya
tetap memegang teguh integritas saya dalam menulis
yaitu tulisan yang bukan dari aliran apapun dan hanya
berasal dari otoritas diri saya sendiri. Saya tetap
bukanlah simpatisan manapun. Dan saya bukan penganut
aliran manapun.

Dan maaf saja Vincent, saya tetap mengatakan bahwa
yang mendekons diri saya adalah si Vincent sendiri.
Entah kenapa Vincent melarang saya untuk memberitahu
dirinyalah yang mendekons saya. Mungkin dia mempunyai
agendanya sendiri. Tapi saya tidak begitu peduli
dengan agendanya (atau apakah ini agenda tersembunyi
supaya saya akhirnya mengatakan siapakah diri saya
sebenarnya dan tidak tergantung olehnya, sehingga
dekons saya bisa dianggap berhasil?). Yang terpenting
disini adalah saya akan menyingkapkan apa yang terjadi
pada saya sejak didekons oleh Vincent.

Bagi saya, Vincent adalah orang yang sangat berbahaya
bagi penguasaan kejiwaan diri kita. Untuk anda yang
belum pernah bertemu dengan Vincent, saya sarankan
jangan sampai membuang waktu dan uang bertemu dengan
Vincent apalagi membuat janji untuk didekons! Fatal
akibatnya bagi diri anda seperti yang telah saya alami
ini. Sebelum saya bertemu dengan Vincent saya mengira
didekons itu seperti belajar melepas atau belajar
menyadari mirip dalam metoda meditasi seperti yang
telah saya kenal. Namun nyata-nyatanya yang dialami
oleh diri saya adalah sangat berbeda! Saya tidak
diajak untuk belajar atau berpikir. Saya juga tidak
diajak untuk saling bertukar-pikiran atau menerima
sesuatu (misalnya dibuka cakranya, diberikan elmu,
diguna-guna, dihipnotis, dsb). Saya bahkan tidak
diajak untuk belajar
sadar/menyadari/aware/consciousness/eling. Saya hanya
bertemu dengan dia dan dekons terjadi begitu saja.
Metode tidaklah penting walaupun tetap akan saya
ceritakan metode apa yang dipakai oleh si Vincent ini.
Namun yang paling saya ingat ketika itu adalah Vincent
seperti kepribadian tanpa pagar pembatas. Biasanya
orang yang baru ketemu dan baru kenal memulai
perkenalannya melalui basa-basi dulu. Tapi disini
basa-basi LEWAT. Orang yang baru kenal biasanya
memulai dengan topik yang ringan-ringan saja. Tapi
disini topiknya TANPA TEDENG
ALING-ALING, LANGSUNG BERATH. Orang yang baru kenal
biasanya juga memakai dulu topeng kepribadiannya
tebal-tebal supaya kesan pertama bisa berkesan baik.
Tapi disini topeng kepribadian yang tipis pun tidak
dipakai oleh Vincent bahkan DAPAT MEMBONGKAR DENGAN
BEGITU MUDAHNYA TOPENG YANG SAYA PAKAI. Biasanya pula
orang yang baru kenal akan melakukan beberapa
kebohongan putih untuk menjaga citra dirinya. Namun
disini, HAMPIR MERASA PERCUMA BERBOHONG DI DEPAN
VINCENT. Dia dapat membaca begitu saja isi batok
kepala saya. BEGITU SAJA. SECARA SEDERHANA. Sampai
membuat saya cukup kesal jadinya. Dan lucunya hanya
dalam tempo 5 menit bertemu dengannya (ketika masih di
perjalanan di dalam mobil saya) saya sudah melakukan
curhat jujur yang biasanya hanya saya simpan untuk
sahabat yang sangat dekat atau kepada adik kandung
saya. Openess. Keterbukaan. Walaupun saya tentu saja
tidak membuka diri sampai telanjang secara kejiwaan,
tetap saja pandangan matanya mengatakan hal yang
sebenarnya tentang saya. Entah saya telah mengalami
paranoid atau kecurigaan atau ketakutan menjadi
terbuka atau apa. Namun saya merasa AKHIRNYA ada yang
melepas tali ikatan rasa bersalah secara pelan-pelan
dan malah merasa menganggap Vincent itu sebagai
kepribadian cermin. Artinya apapun yang berusaha saya
sembunyikan, terpantul dengan jelas baik melalui
ucapannya, tatapan matanya, maupun gerak-geriknya. Dan
baru kali ini pula saya melihat manusia seperti
Vincent yang BERBICARA TANPA RASA BERSALAH. Tanpa
penilaian. Tanpa otoritas dari luar selain dari
dirinya sendiri. Vincent mengaku dia hanya
mempertimbangkan satu hal dalam setiap pilihannya,
yaitu apa untung dan ruginya bagi dirinya. Vincent
juga mengaku dia dapat merasakan energi (istilah dia
adalah memori), memori secara langsung dari tiap
kepala yang kebetulan berpaspasan dengan dirinya.
Membaca secara copy  paste. Merasakan keadaan
emosional psikologis orang lain yang juga dapat
dirasakannya melalui tubuhnya sendiri. Itulah sebabnya
saya melihat keadaan emosional si Vincent begitu cepat
berubah-ubah. Begitu juga dengan kepribadiannya. Namun
dia juga mengaku telah menguasai penguasaan emosi dan

[psikologi_net] Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin

2006-09-06 Terurut Topik Vincent Liong
Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin
Penanggungjawab versi/aliran: Adhi Purwono

Kami undang anda untuk bergabung di maillist:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/join
http://groups.google.com/group/Komunikasi_Empati/about
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join




Serial Tulisan Kitab Masuk Angin (KMA):

Pandangan diri saya mengenai dekonstruksi-rekonstruksi
dari Ilmu Kompatiologi
Ditulis oleh: Adhi Purwono

Apa yang akan saya tuliskan ini tetap pada kaidah yang
telah saya pegang yaitu tulisan yang mewakili ekspresi
diri-sendiri. Jadi walaupun si Vincent telah
bilang-bilang bahwa saya telah didekons namun saya
tetap memegang teguh integritas saya dalam menulis
yaitu tulisan yang bukan dari aliran apapun dan hanya
berasal dari otoritas diri saya sendiri. Saya tetap
bukanlah simpatisan manapun. Dan saya bukan penganut
aliran manapun.

Dan maaf saja Vincent, saya tetap mengatakan bahwa
yang mendekons diri saya adalah si Vincent sendiri.
Entah kenapa Vincent melarang saya untuk memberitahu
dirinyalah yang mendekons saya. Mungkin dia mempunyai
agendanya sendiri. Tapi saya tidak begitu peduli
dengan agendanya (atau apakah ini agenda tersembunyi
supaya saya akhirnya mengatakan siapakah diri saya
sebenarnya dan tidak tergantung olehnya, sehingga
dekons saya bisa dianggap berhasil?). Yang terpenting
disini adalah saya akan menyingkapkan apa yang terjadi
pada saya sejak didekons oleh Vincent.

Bagi saya, Vincent adalah orang yang sangat berbahaya
bagi penguasaan kejiwaan diri kita. Untuk anda yang
belum pernah bertemu dengan Vincent, saya sarankan
jangan sampai membuang waktu dan uang bertemu dengan
Vincent apalagi membuat janji untuk didekons! Fatal
akibatnya bagi diri anda seperti yang telah saya alami
ini. Sebelum saya bertemu dengan Vincent saya mengira
didekons itu seperti belajar melepas atau belajar
menyadari mirip dalam metoda meditasi seperti yang
telah saya kenal. Namun nyata-nyatanya yang dialami
oleh diri saya adalah sangat berbeda! Saya tidak
diajak untuk belajar atau berpikir. Saya juga tidak
diajak untuk saling bertukar-pikiran atau menerima
sesuatu (misalnya dibuka cakranya, diberikan elmu,
diguna-guna, dihipnotis, dsb). Saya bahkan tidak
diajak untuk belajar
sadar/menyadari/aware/consciousness/eling. Saya hanya
bertemu dengan dia dan dekons terjadi begitu saja.
Metode tidaklah penting walaupun tetap akan saya
ceritakan metode apa yang dipakai oleh si Vincent ini.
Namun yang paling saya ingat ketika itu adalah Vincent
seperti kepribadian tanpa pagar pembatas. Biasanya
orang yang baru ketemu dan baru kenal memulai
perkenalannya melalui basa-basi dulu. Tapi disini
basa-basi LEWAT. Orang yang baru kenal biasanya
memulai dengan topik yang ringan-ringan saja. Tapi
disini topiknya TANPA TEDENG
ALING-ALING, LANGSUNG BERATH. Orang yang baru kenal
biasanya juga memakai dulu topeng kepribadiannya
tebal-tebal supaya kesan pertama bisa berkesan baik.
Tapi disini topeng kepribadian yang tipis pun tidak
dipakai oleh Vincent bahkan DAPAT MEMBONGKAR DENGAN
BEGITU MUDAHNYA TOPENG YANG SAYA PAKAI. Biasanya pula
orang yang baru kenal akan melakukan beberapa
kebohongan putih untuk menjaga citra dirinya. Namun
disini, HAMPIR MERASA PERCUMA BERBOHONG DI DEPAN
VINCENT. Dia dapat membaca begitu saja isi batok
kepala saya. BEGITU SAJA. SECARA SEDERHANA. Sampai
membuat saya cukup kesal jadinya. Dan lucunya hanya
dalam tempo 5 menit bertemu dengannya (ketika masih di
perjalanan di dalam mobil saya) saya sudah melakukan
curhat jujur yang biasanya hanya saya simpan untuk
sahabat yang sangat dekat atau kepada adik kandung
saya. Openess. Keterbukaan. Walaupun saya tentu saja
tidak membuka diri sampai telanjang secara kejiwaan,
tetap saja pandangan matanya mengatakan hal yang
sebenarnya tentang saya. Entah saya telah mengalami
paranoid atau kecurigaan atau ketakutan menjadi
terbuka atau apa. Namun saya merasa AKHIRNYA ada yang
melepas tali ikatan rasa bersalah secara pelan-pelan
dan malah merasa menganggap Vincent itu sebagai
kepribadian cermin. Artinya apapun yang berusaha saya
sembunyikan, terpantul dengan jelas baik melalui
ucapannya, tatapan matanya, maupun gerak-geriknya. Dan
baru kali ini pula saya melihat manusia seperti
Vincent yang BERBICARA TANPA RASA BERSALAH. Tanpa
penilaian. Tanpa otoritas dari luar selain dari
dirinya sendiri. Vincent mengaku dia hanya
mempertimbangkan satu hal dalam setiap pilihannya,
yaitu apa untung dan ruginya bagi dirinya. Vincent
juga mengaku dia dapat merasakan energi (istilah dia
adalah memori), memori secara langsung dari tiap
kepala yang kebetulan berpaspasan dengan dirinya.
Membaca secara copy  paste. Merasakan keadaan
emosional psikologis orang lain yang juga dapat
dirasakannya melalui tubuhnya sendiri. Itulah sebabnya
saya melihat keadaan emosional si Vincent begitu cepat
berubah-ubah. Begitu juga dengan kepribadiannya. Namun
dia juga mengaku telah menguasai penguasaan emosi dan

[psikologi_net] Fwd: Executive Briefing Professional Business Coach Universitas Bina Nusantara

2006-09-04 Terurut Topik Vincent Liong
Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 

posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 
---BeginMessage---

Yth. 
Bapak / Ibu
Di tempat

Dengan Hormat,

CPBC ( Certified Professional Business
Coach) merupakan keterampilan tehnik komunikasi yang sedang booming
di seluruh dunia. Anda dapat menciptakan Corporate Culture yang lebih baik
sekaligus mempercepat peningkatan taraf perkembangan personal anda.

Coaching berguna bagi para Direksi Perusahaan,
yang menginginkan perubahan corporate culture, Level Manajerial yang ingin
mengarahkan kinerja bawahannya, Staff HRD, yang ingin mengembangkan potensi
dan motivasi karyawan serta bagi karyawan yang ingin meningkatkan kemampuan
berinteraksi dengan relasi, dan bagi individu yang ingin mengembangkan
dirinya lebih optimal dalam berkomunikasi dan ingin mencapai target keberhasilan
yang luar biasa.

Berdasarkan hal diatas, kami dari program
Executive Development Program (EDP) Universitas Bina Nusantara,
mengundang Bapak / Ibu untuk hadir dalam acara Executive Briefing ”Certified
Professional Business Coach” , yang akan dilaksanakan pada :

Hari / Tanggal
   : Kamis / 7 September 2006
Topik
   
   : “Getting The Most Out Of Executive
Coaching”
Pembicara
   :
Dra.Clara Istiwidarum Kriswanto,MA,CPBC
Waktu
   
   : 19.00 – 20.30 WIB
Tempat
   :
Ruang 309

   
Universitas Bina Nusantara

   
The Joseph Wibowo Center For
Advanced Learning

   
Jl. Hang Lekir I No. 6, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan 1212
Biaya
   
   : Free of Charge

Untuk reservasi kehadiran, anda dapat menghubungi
Sdri. Ima di (021) 720- ext 132 - 135 atau via e-mail di : [EMAIL PROTECTED].
Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu ,
kami ucapkan terima kasih.





Regards,
Rismawanniati, SE
Marketing Service Staf
=
JWC Marketing Department
The Joseph Wibowo Center for Advanced Learning
Universitas Bina Nusantara
Jl. Hang Lekir I No.6, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12120
Phone (62-21) 720 -  ext. 132
Fax  (62-21) 720 - 8569, 720 - 
Email : [EMAIL PROTECTED]
Homepage : http://www.binus.ac.id

---End Message---


[psikologi_net] Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin

2006-09-02 Terurut Topik Vincent Liong
Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin
Penanggungjawab versi/aliran: Adhi Purwono

Kami undang anda untuk bergabung di maillist:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/join
http://groups.google.com/group/Komunikasi_Empati/about
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join




Serial Tulisan Kitab Masuk Angin (KMA):

Pandangan diri saya mengenai dekonstruksi-rekonstruksi
dari Ilmu Kompatiologi
Ditulis oleh: Adhi Purwono

Apa yang akan saya tuliskan ini tetap pada kaidah yang
telah saya pegang yaitu tulisan yang mewakili ekspresi
diri-sendiri. Jadi walaupun si Vincent telah
bilang-bilang bahwa saya telah didekons namun saya
tetap memegang teguh integritas saya dalam menulis
yaitu tulisan yang bukan dari aliran apapun dan hanya
berasal dari otoritas diri saya sendiri. Saya tetap
bukanlah simpatisan manapun. Dan saya bukan penganut
aliran manapun.

Dan maaf saja Vincent, saya tetap mengatakan bahwa
yang mendekons diri saya adalah si Vincent sendiri.
Entah kenapa Vincent melarang saya untuk memberitahu
dirinyalah yang mendekons saya. Mungkin dia mempunyai
agendanya sendiri. Tapi saya tidak begitu peduli
dengan agendanya (atau apakah ini agenda tersembunyi
supaya saya akhirnya mengatakan siapakah diri saya
sebenarnya dan tidak tergantung olehnya, sehingga
dekons saya bisa dianggap berhasil?). Yang terpenting
disini adalah saya akan menyingkapkan apa yang terjadi
pada saya sejak didekons oleh Vincent.

Bagi saya, Vincent adalah orang yang sangat berbahaya
bagi penguasaan kejiwaan diri kita. Untuk anda yang
belum pernah bertemu dengan Vincent, saya sarankan
jangan sampai membuang waktu dan uang bertemu dengan
Vincent apalagi membuat janji untuk didekons! Fatal
akibatnya bagi diri anda seperti yang telah saya alami
ini. Sebelum saya bertemu dengan Vincent saya mengira
didekons itu seperti belajar melepas atau belajar
menyadari mirip dalam metoda meditasi seperti yang
telah saya kenal. Namun nyata-nyatanya yang dialami
oleh diri saya adalah sangat berbeda! Saya tidak
diajak untuk belajar atau berpikir. Saya juga tidak
diajak untuk saling bertukar-pikiran atau menerima
sesuatu (misalnya dibuka cakranya, diberikan elmu,
diguna-guna, dihipnotis, dsb). Saya bahkan tidak
diajak untuk belajar
sadar/menyadari/aware/consciousness/eling. Saya hanya
bertemu dengan dia dan dekons terjadi begitu saja.
Metode tidaklah penting walaupun tetap akan saya
ceritakan metode apa yang dipakai oleh si Vincent ini.
Namun yang paling saya ingat ketika itu adalah Vincent
seperti kepribadian tanpa pagar pembatas. Biasanya
orang yang baru ketemu dan baru kenal memulai
perkenalannya melalui basa-basi dulu. Tapi disini
basa-basi LEWAT. Orang yang baru kenal biasanya
memulai dengan topik yang ringan-ringan saja. Tapi
disini topiknya TANPA TEDENG
ALING-ALING, LANGSUNG BERATH. Orang yang baru kenal
biasanya juga memakai dulu topeng kepribadiannya
tebal-tebal supaya kesan pertama bisa berkesan baik.
Tapi disini topeng kepribadian yang tipis pun tidak
dipakai oleh Vincent bahkan DAPAT MEMBONGKAR DENGAN
BEGITU MUDAHNYA TOPENG YANG SAYA PAKAI. Biasanya pula
orang yang baru kenal akan melakukan beberapa
kebohongan putih untuk menjaga citra dirinya. Namun
disini, HAMPIR MERASA PERCUMA BERBOHONG DI DEPAN
VINCENT. Dia dapat membaca begitu saja isi batok
kepala saya. BEGITU SAJA. SECARA SEDERHANA. Sampai
membuat saya cukup kesal jadinya. Dan lucunya hanya
dalam tempo 5 menit bertemu dengannya (ketika masih di
perjalanan di dalam mobil saya) saya sudah melakukan
curhat jujur yang biasanya hanya saya simpan untuk
sahabat yang sangat dekat atau kepada adik kandung
saya. Openess. Keterbukaan. Walaupun saya tentu saja
tidak membuka diri sampai telanjang secara kejiwaan,
tetap saja pandangan matanya mengatakan hal yang
sebenarnya tentang saya. Entah saya telah mengalami
paranoid atau kecurigaan atau ketakutan menjadi
terbuka atau apa. Namun saya merasa AKHIRNYA ada yang
melepas tali ikatan rasa bersalah secara pelan-pelan
dan malah merasa menganggap Vincent itu sebagai
kepribadian cermin. Artinya apapun yang berusaha saya
sembunyikan, terpantul dengan jelas baik melalui
ucapannya, tatapan matanya, maupun gerak-geriknya. Dan
baru kali ini pula saya melihat manusia seperti
Vincent yang BERBICARA TANPA RASA BERSALAH. Tanpa
penilaian. Tanpa otoritas dari luar selain dari
dirinya sendiri. Vincent mengaku dia hanya
mempertimbangkan satu hal dalam setiap pilihannya,
yaitu apa untung dan ruginya bagi dirinya. Vincent
juga mengaku dia dapat merasakan energi (istilah dia
adalah memori), memori secara langsung dari tiap
kepala yang kebetulan berpaspasan dengan dirinya.
Membaca secara copy  paste. Merasakan keadaan
emosional psikologis orang lain yang juga dapat
dirasakannya melalui tubuhnya sendiri. Itulah sebabnya
saya melihat keadaan emosional si Vincent begitu cepat
berubah-ubah. Begitu juga dengan kepribadiannya. Namun
dia juga mengaku telah menguasai penguasaan emosi dan

[psikologi_net] Kisah Musashi Ditantang Ronin ; Ditulis oleh: Juswan Setyawan

2006-08-24 Terurut Topik Vincent Liong
Kisah Musashi Ditantang Ronin

 Ditulis oleh: Juswan Setyawan 


Sesuai amanat Yang Dipertuan Agong Kim Il Sen mulai
hari ini saya akan cuti untuk menulis soal-soal yang
memeras otak. Atas titah OBL - “Our Beloved Leather”
(leader... monyong !) saya dianugerahkan cuti total
atas biaya negara selama dua pekan dan bisa diperleng
jadi satu bulan. Syukurlah, sebab menurut Ryodoraku
Test (bukan test IQ bo...) meskipun tingkat bioenergi
somatis daku jauh di atas rata-rata yaitu mencapai
76.57 (di mana-mana range minimum/maksimumnya ialah 28
– 59) maka dari pada emosi daku meledak ndak keruan
mendingan daku terima cuti itu dengan hati bersyukur
atas kebijakan dan kemurahan hati sang diktator il
capo da mafioso. Mengapa? Karena SQ daku (Stress
Quotient bo...) sudah melejit 20% di atas ambang
normal dan itu disebabkan oleh overdosis atau
kebanyakan stressors, angka itu kini sudah mencapai
1.323 di mana batas maksimum yang tolerable ialah
1.15.  Waduh... kalo sampai meledak... daku bakal
sinting beneran bo!

Maka dari itu untuk menurunkan SQ daku mau
cerita-cerita dikit buat teman-temin.

 

Konon suatu ketika samurai ichi-ban Musashi Miyamoto
ceritanya dikeroyok ramai-ramai oleh para Ronin. Ronin
itu bukan samurai sejati yang meniti jalan bushido
(the way of warrior) tetapi cuma preman pasar biasa
yang memahami nilai bushido dan tidak punya seorang
Daimiyo. Mereka mencari makan dengan mencabut nyawa
orang sesuai order pengupahnya karena mereka itu tak
lebih daripada para mercenaries.

 

Bukannya Musashi takut tetapi ia – biasa seperti lakon
film-film samurai – mulai lari miring
sekencang-kencangnya sehingga hanya tinggal satu orang
ronin muda yang sanggup mengejarnya yang saat itu
Musashi sendiri sudah mulai uzur.

 

Setiba di tepi pantai tiba-tiba Musashi berdiri tegak
– menghunus samurainya dan berdiri menunggu tibanya si
ronin. Lalu terjadilah dialog (imajiner tentunya
bo...) sebagai berikut.

 

M : Siapa namamu anak muda?

R :  Nama saya Sato (bhs eskimonya ‘ternak
peliharaan’). Jangan banyak cakap, mari kita

   bertarung sampai mati.

M : Kok namanya Sato. Itukan nama Marga bukan nama
pribadi? Kenapa kamu malu

   menyebutkan namamu sendiri?

R :  Haishhh, kokehan petingsing. Sato mencabut
samurainya dan membuang sarungnya

   ke laut dan mulai ancang-ancang mau menyabet
putus kepala si Musashi.

M:  Dengan senyum dikulum Musashi menyarungkan kembali
samurainya dan berkata:

  “Anak muda, kamu sudah kalah sebelum memulai
pertempuran.” Lalu mulai

  melangkah untuk ngeloyor pergi.

R:  Musashi apakah kamu takut bertarung dengan daku?
Kenapa dikau mau ngacir pergi

  seperti seorang pengecut?

M: Anak muda mengapa engkau bernafsu sekali memenggal
kepalaku sedangkan aku

  sendiri masih sayang kepada kepalaku? Apa yang
kau cari Palupi... eh keliru... Sato?

R:  Aku mau merebut gelar ichi-ban dari tanganmu
supaya semua orang gentar padaku.

M:  Oh begitu kiranya. Nah, mulai sekarang gelar
ichi-ban itu kuserahkan kepadamu.

  Jaga  baik-baik ya. (Sambil berkata demikian
Musashi membungkuk 90 derajat

  - layaknya kasih hormat gaya Nipon - kepada
Sato).

R:  Tidak bisa begitu dong. Bukankah kita belum
bertarung sama sekali? Mengapa

  engkau mundur seperti seorang pengecut?

M:  Ah, tidak juga. Kalau bisa dibuat gampang mengapa
musti dipersulit? Kau kan

   berambisi mendapat gelar ichi-ban, maka aku
berikan kepadamu secara gratis.

R:   Kenapa bisa begitu?

M : Ya karena aku kagum menyaksikan jurus kamu
membuang sarung pedangmu

   Suatu hal yang aku sendiri tidak mampu
melakukannya dengan lebih baik. Karena itu

   atas nama jurus yang indah itu aku serahkan
gelar ichi ban kepadamu. Sayonara !

 

Catetan kaki:  Bagi Musashi gelar tidak bermakna
apa-apa. Yang lebih penting ialah prestasi. Prestasi
tanpa gelar tidak jadi apa, tetapi gelar tanpa
prestasi sungguh memalukan dan menjijikkan, apalagi di
kalangan elit. Menyembunyikan nama sendiri dengan nama
klan menunjukkan tidak ada rasa percaya diri dan juga
tidak menghormati leluhur. Orang seperti itu tidak
pantas disebut samurai dan hanya pantas disebut ronin.

 

Membuang sarung pedang adalah tanda semiotik
kekalahan. Pedang adalah kebanggaan seorang penempuh
jalan bushido dan bagi samurai pedangnya lebih
berharga dari isterinya sendiri. Ia bisa saja membuang
isterinya tetapi ia tidak pernah akan membuang
pedangnya.  Membuang sarung samurai berarti sarung itu
tidak akan dipakai lagi selanjutnya sehingga tak ada
gunanya lagi selain untuk dibuang. Sato membuang
sarung pedangnya karena bawah sadarnya memberitahukan
dia bahwa ia segera akan tewas oleh pedang Musashi.
Untungnya bagi si Sato bahwa Musashi memang berdada
lapang dan berhati seluas samudra sesuai gelarnya
yaitu ichi-ban. Gelar itu tidak pernah bisa direbut
daripadanya sampai kapanpun menurut biografi Musashi.

 

Jakarta, 24 Agustus 2006.

Mang Iyus (yang lagi ambil cuti)

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 



[psikologi_net] Re: Empatiologi (Pro: Manneke Budiman)

2006-08-24 Terurut Topik Vincent Liong
Manneke Budiman wrote:

Saya masih sedang mencerna sejumlah info tentang
Kompatiologi yang dikirimkan ke saya oleh Sdr. Juswan
maupun Sdr. Vincent,demikian pula beberapa tulisan
dari Suhu Bimo dan Sdr. Leo.

  Ada banyak hal yang menarik, ada yang bikin dahi
berkerenyit, juga ada yang cukup mengusik pikiran.
Tapi jelas bahwa ada keseriusan yang besar di antara
praktisi/ilmuwannya. Buat awam seperti saya, bau
mistiknya masih sangat kental, sementara pada saat
yang sama kadar ilmiahnya agak berlebihan (atau
dilebih-lebihkan?).

Vincent Liong answer:

Sdr. Manneke, perkembangan kompatiologi sebelum sampai
ke kondisi yang sekarang melalui banyak tahap. Tahun
2001 buku karya saya berjudul; “Berlindung di Bawah
Payung” diterbitkan oleh penerbit Grasindo. Saat itu
saya seorang observer yang melaporkan keadaan seperti
pekerjaan jurnalisme tetapi tidak bertindak apa-apa,
tulisannya saya bentuk sebagai kontemplasi karena saat
itu saya seorang observer yang tidak memiliki alat
pembanding selain direnungkan begistu saja. Lalu tahun
2002 saya pindah ke Sydney dan menulis buku Menjadi
Diri Sendiri. Di tahap kehidupan saya tersebut saya
mulai mencoba memberanikan diri untuk berpetualang
bebas ke tempat-tempat dan hal-hal yang belum biasa
bagi saya. Lalu tahun 2003 menulis buku Konsep ‘Saat
Kiamat’ dalam ruang Individu yang ini kembali ke
refleksi tetapi tetap berpetualang. Dari awal hingga
sekarang pencaharian saya selalu berfokus pada
pencaharian tentang ilmu ke-“saya”-an. 

Lalu saya menjadi Indigo karena ‘mereka’ menyebut
Indigo dan saya naik kelas. Karena kehilangan posisi
dalam tulis menulis makan menjadi doekoen dulu dan
mengajar Kundalini hingga akhir tahun 2004. Karena
mentalnya memang mental peneliti bukan minta
disembah-sembah saja maka kembali menjadi peneliti
hingga pertengahan tahun 2005 saya mulai berani
membawa Kompatiologi secara serius meski saat itu
masih suka gonta-ganti nama seenak saya. Kompatiologi
adalah triger awal / starter untuk memulai pencaharian
ke-“saya”-an pada diri mereka yang belajar, saya sudah
tidak puas sekedar mencari ke-“saya”-an untuk diri
saya sendiri tetapi membuat proses standart
pencaharian jati diri untuk digunakan banyak orang.
Nah sekarang saya sudah sampai pada recruiting
orang-orang yang saya anggap punya masa depan untuk
saya jadikan pendidik. Mereka yang saya jadikan
pendidik ini pun saya kategorikan lagi menjadi yang
sedekar mengajar Kompatiologi seperti dengan yang
sekarang saya kembangkan dan tahap berikutnya dimana
saya mulai membimbing seorang suhu/guru yang menemukan
jati diri dan perannya sebagai pendidik jenis apa,
cara dan metode apa, style seperti apa yang semuanya
berpulang pada individu itu sendiri. 

Inilah yang membuat Kompatiologi tampak “…bau
mistiknya masih sangat kental,  sementara pada saat
yang sama kadar ilmiahnya agak berlebihan (atau
dilebih-lebihkan?)”. Mereka yang di bawah
tanggungjawab saya sebagai pendidik memang awalnya
saya didik agar mampu mendidik Kompatiologi yang
standart kwalitas seperti saya. Tetapi tahap
selanjutnya bagi tiap pendidik ini adalah mereka harus
mampu mendidik jenis murid tertentu dengan style
tertentu dan tujuan tertentu, konsumen murid
orang-orang karakter tertentu sesuai dengan jati diri
tiap pendidik yang di bawah asuhan saya. Maka itu ada
yang mau jadi seperti biksu, ada yang mau jadi ilmuan,
ada yang mau jadi tukang ukur, ada yang mau jadi
filsuf dan lain sebagainya… Tidak hanya itu tiap jenis
pun bisa lebih spesifik dan spesifik lagi sesuai
dengan pribadi masing-masing yang tidak harus sejalan,
saling berlawanan pun boleh. Nah mendidik pendidik
model gini yang gampang-gampang ssusah.
  

Manneke Budiman wrote:

  Kompatiologi bisa tampil terhormat dengan warna
spiritualistiknya, atau juga dengan nuansa ilmiahnya,
tanpa harus menjadi overdosis pada kedua segi itu.
Dengan demikian, dia dapat menjadi lebih komunikatif,
dan kepada para pembelajarnya pun (baik awam maupun
ahli) dia juga bisa lebih terbuka untuk diakrabi.
Bukankah ini hakikat empati?

Vincent Liong answer:

Memang pendidik-pendidik bimbingan saya punya jadi
diri, peran dan tujuan hidup yang berbeda-beda.
Namanya orang ketemu mainan baru tentunya sebelum
merasa bosan dan mendalami ke tahap selanjutnya yang
pada awalnya dianggap baru dan ke tahap selanjutnya
lagi maka tentunya menjadi norak. Saya sampai saat ini
puas melihat kenorakan mereka karena artinya mereka
tidak puas begitu saja sampai di tahap yang sekarang.
Mereka bukannya tidak komunikatif tetapi saya selalu
mendidik mereka untuk sadar bagian masing-masing tidak
perlu harus sama bentuk dan sifat-nya atau harus sama
tingkatannya. Bisa saja yang satu maju lebih dahulu
lalu gantian dengan yang lain, seperti jejaring yang
saling berhubungan. Anda salah kalau para praktisi
kami tidak bisa diakrabi, semua nama jelas, alamat dan
no teleponnya, bisa dihubungi dengan mudah. 

Nah dualisme tentang orang baik dan orang tidak baik
itulah borderline untuk dapat masuk sebagai pengguna
Kompatiologi. Anggap saja

[psikologi_net] Penyimpangan Perilaku Versus Perubahan Nilai ; Ditulis oleh: Drs.Juswan Setyawan

2006-08-23 Terurut Topik Vincent Liong
Penyimpangan Perilaku Versus Perubahan Nilai
Ditulis oleh: Drs.Juswan Setyawan


[Suatu tanggapan terhadap ide perlu tidaknya Psikologi
khas Asia untuk Asia.] 


Pembahasan soal local based psychology (psikologi
khas Asia untuk Asia) pada APsyA di Bali yang lalu
adalah cerminan perbedaan pendapat yang mendasar
tentang substansi tri-matra manusia dan karenanya
tentang akar masalah serta tata cara
penganggulangannya.

Umpamanya saja sebagai contoh, akan mampukah para
psikolog mengubah the so called penyimpangan
perilaku Imam Samudra atau Amrozi, walaupun mereka
katanya telah mampu mengidentifikasi skema kognitif
dari para teroris. Saya rasa masih jauh panggang dari
api apalagi untuk memberantas calon teroris di
Indonesia.

Cara termudah bagi psikolog untuk mengelak tugas itu
ialah dengan memakai dalih bahwa pekerjaan mengubah
perilaku seseorang yang memiliki penyimpangan
perilaku ialah tugas para psikiater. Para psikiater
pada gilirannya dapat pula berdalih, pasien psikiatris
akan mampu berubah kalau mereka sendiri mau berubah.

Nah, di sinilah diketemukan causa prima' sekaligus
causa curationis yaitu kemauan untuk berubah
(volition to change) yang termasuk wilayah rohani
manusia dan bukan lagi wilayah matra kejiwaan manusia.
Mengapa hal ini menjadi masalah yang pelik? Jawabannya
ialah karena orang hampir selalu sukar untuk
membedakan antara matra kejiwaan (psyche) manusia
dengan matra
ruh (spirit) manusia. Dan kecenderungannya ialah bahwa
dunia psikologi tidak (dapat) mengambil garis pemisah
yang tegas antara keduanya bahkan cenderung untuk
menganggapnya keduanya sebagai sama saja. Keduanya
memang tidak dapat dipisahkan (unseparable) namun
bukanlah berarti tidak dapat dibedakan
(undifferentiable) karena perbedaannya sungguh-sungguh
dapat diamati (observable).

Penyimpangan perilaku (behavior deviation) tidaklah
sama, bahkan secara esensial berbeda dengan perubahan
nilai (value changes) atau kekosongan nilai (value
absence). Pada saat psikolog tidak mampu membedakan
kedua realitas yang berbeda tersebut maka psikolog -
lewat konsultasi psikologisnya - tidak pernah akan
mampu mengoreksi penyimpangan perilaku tersebut.

Kembali ke tema psikologi khas Asia untuk Asia maka
pikiran dasar (thinking base) para psikolog itu masih
tetap sama. Seorang menjadi teroris bukan karena
terjadi suatu penyimpangan perilaku (behavior
aberration) pada dirinya (itu hanyalah akibat)
melainkan karena telah terjadi perubahan nilai yang
diadopsi atau yang dilepaskannya secara sukarela.
Inilah dictum atau credo daripada value based
thinking yang bukan sekedar stimulus based thinking
yang dianut oleh para psikolog.

Kalau penyimpangan terjadi akibat respons terhadap
suatu stimulus tertentu maka penyimpangan itu
seharusnya bersifat temporer. Kalau penyimpangan itu
bersifat permanen maka penyebabnya haruslah akibat
perubahan nilai. Maka dari itu bisa dimengerti mengapa
Amrozi dapat terus tersenyum sumringah walaupun
terancam hukuman mati dan keluarganya tidak mau
mengajukan permintaan amnesti kepada Presiden.

Adapun penyebab penyimpangan perilaku maupun perubahan
nilai dapat sama-sama terjadi akibat dari suatu
proses pencucian otak yang terus menerus.
Pertama-tama memang baru terjadi perubahan tingkah
laku tetapi bila dilakukan terus menerus dalam jangka
panjang maka akhirnya terjadi perubahan nilai
seseorang yang lazimnya secara awam disebut perubahan
keyakinan seseorang. Dan perubahan keyakinan selalu
menyangkut kemauan bebas manusia yang azasi karena
orang mengubah keyakinan lewat kemauan bebasnya lewat
persuasi (evolusioner ataupun radikal lewat dressur
proses cuci otak) dan bukan lewat paksaan atau
lewat siksaan.  Maka lembaga penjara umumnya tidak
mampu mengubah pilihan nilai seorang narapidana,
akibatnya ia cenderung menjadi recidivist setelah ia
bebas dan keluar dari penjara sekalipun.

Keberatan lain tentang localised psychology ialah
bahwa manusia itu di mana pun ia berada memiliki
kebebasan memilih nilai yang sama, inheren dan
permanen.

Contohnya: Pada pengungsi gempa di Bantul telah
menampakkan pola reaksi perilaku yang berbeda dengan
para pengungsi tsunami di Aceh walaupun kedua kelompok
masyarakat itu sama-sama memandang gempa sebagai
sunatullah.
Apakah komunitas manusia Aceh berbeda sebagai manusia
dengan komunitas manusia Bantul?
Maka di sini berlaku pula credo value based thinking
bahwa tidak ada yang dinamakan stereotype perilaku
massa (dan penyimpangan perilaku) yang bersifat
homogen. Tidak ada yang namanya collective value
yang homogen.
Yang ada ialah kecenderungan suatu masyarakat tertentu
(collective cult) untuk mengadopsi nilai-nilai
tertentu yang kebetulan sama secara tidak langsung dan
secara pribadi tetapi ke arah sasaran nilai yang sama.

Pasrah dan sumeleh itu konsep yang sama sekali berbeda
walaupun qua value keduanya kebetulan homonim dalam
bahasa Indonesia. Pasrah dapat saja bersifat
indifferent tetapi sumeleh bersifat positif. Maka
dengan nilai sumeleh alih-alih berwajah muram durja
(secara psikologis 

[psikologi_net] Kepada Yth: Pendukung Pembenci Kompatiologi ; Hal: Perintah dari Diktator Kompati

2006-08-23 Terurut Topik Vincent Liong
Kepada Yth: Pendukung  Pembenci Kompatiologi


Hal: Perintah dari Pimpinan Tertinggi Diktator
Kompatiologi
1. Kepada Active Participant ring 01 untuk menikmati
masa libur sampai pemberitahuan selanjutnya. Kepada
Active Participant ring 02  Silent Participant ring
03 untuk mempersiapkan diri dengan deadline 2 minggu
ke depan terhitung mulai dari hari ini.
2. Ramalan pertempuran tahap 02.
3. Perintah kepada Yth: Juswan penanggungjawab aliran
Angin untuk menjadi Psidoscientist saja setidaknya
selama 2 minggu atau menunggu perintah selanjutnya.
4. Pertanyaan kepada oknum-oknum Psikologi UI yang
terlibat pertempuran tahap 01 dengan Kompatiologi soal
nilai-nilai yang baik.
5. Recruiting rahib Kompatiologi.
6.  L A M P I R A N



1. Kepada Active Participant ring 01 untuk menikmati
masa libur sampai pemberitahuan selanjutnya.

Bersama dengan diterbitkannya surat ini, saya Vincent
Liong selaku Pimpinan Tertinggi Diktator Kompatiologi
memerintahkan kepada segenap anggota ring 1
Kompatiologi (Juswan Setyawan, Cornelia Istiani,
Leonardo Rimba, Bimo Wikantiyoso) untuk menikmati
hadiah dari pimpinan tertinggi our fatherly leather
Vincent Liong alias Kim Il Sen untuk istirahat
sejenak, mengurus hal-hal lain yang lebih santai,
melepas lelah dari pertempuran antara Kompatiologi
dengan oknum-oknum fakultas Psikologi Universitas
Indonesia. Jadi hingga waktu yang belum ditentukan
kita melakukan gencatan senjata sementara dengan
oknum-oknum fakultas Psikologi Universitas Indonesia.


2. Ramalan pertempuran tahap 02.
Dari rapat rahasia yang diadakan oleh anggota badan
intelegent “silent participant”kompatiologi ring 01,
dengan menggunakan keterampilan membaca dan
menganalisa karakteristik memori (past, present 
future memori) dari oknum-oknum fakultas psikologi
universitas Indonesia kami memperkirakan bahwa: 

Saat ini setelah mengalami kekalahan di pertempuran
tahap 01, oknum-oknum fakultas Psikologi Universitas
Indonesia ring 01 (barisan pertama) yang gagal
membasmi Kompatiologi beserta kroni-kroninya telah
mulai melakukan recruiting secara sistem cell
(recruiting secara rahasia) untuk mempersiapkan para
ahli bergelar mereka baik yang S2, S3, Profesor atau
Guru Besar yang dianggap sakti dalam hal teori untuk
meneliti Kompatiologi dan mempersiapkan teori yang
diharapkan dapat menunbangkan keberadaan ilmu
Kompatiologi. 

Tampaknya recruiting ini dilakukan secara pilih-pilih
sehingga oknum-oknum seperti Sarlito yang di cap
simpati pada Vincent Liong, dosen atau syaff yang
dianggap plin-plan atau outgroup dan dosen yang pernah
mengajar dan siapapun yang pernah berbicara /
bertatapmuka dengan Vincent Liong tidak akan
diberitahu atau diikutkan. Pertempuran kali ini akan
seru karena akan menggunakan segala kemampuan dalam
berteori secara maksimal para ahli-ahli tsb. Saya
merasakan hari ke hari mereka makin siap.

Menurut kami anggota badan intelegent “silent
participant”kompatiologi ring 01, pertempuran akan
dimulai paling cepat 2 minggu dari sekarang dan paling
lambat 1 bulan dari sekarang. Pertempuran akan memakan
waktu setidaknya 1 bulan. Para ahli ini kebayakan akan
menggunakan ID palsu, hanya sedikit yang menggunakan
ID asli untuk menghindari resiko malu atau resiko
kedudukan.


3. Perintah kepada Yth: Juswan penanggungjawab aliran
Angin untuk menjadi Psidoscientist saja setidaknya
selama 2 minggu atau menunggu perintah selanjutnya.

Khusus kepada divisi pengembangan Kitab Angin ring 01
Juswan Setyawan saya selaku Pimpinan Tertinggi
Diktator Kompatiologi memerintahkan untuk mengganti
atribut dan gaya menulis menjadi seorang
Psidoscientist saja hingga perintah selanjutnya. Hal
ini dilakukan dengan menulis tulisan-tulisan seperti
misalnya “Komunikasi Empati dengan Yesus, Komunikasi
empati dengan Budha, Komunikasi empati dengan St.
Petrus, dlsb.

Hal ini dilakukan untuk memudahkan pasukan ring 02
dari oknum-oknum fakultas psikologi Universitas
Indonesia dalam mencari cara menghancurkan
Kompatiologi dan kroni-kroninya. Sebagai seorang
prajurit yang baik kita harus bertarung secara adil,
jkadi kalau di pertempuran tahap 01 yang lalu tanpa
bersusah payak kita mengalami kemenangan maka di
pertempuran tahap kedua kita perlu memberikan
kesempatan agar kesempatan lawan kita untuk menang
menjadi 50:50. Perintah menjadi Psidoscientist ini
wajib ditaati hingga batas waktu yang belum
ditentukan, menunggu pengukuman selanjutnya.


4. Pertanyaan kepada oknum-oknum Psikologi UI yang
terlibat pertempuran tahap 01 dengan Kompatiologi soal
nilai-nilai yang baik.

Hari ini Juswan Setyawan telah menulis kesimpulan
versi nya atas kpertempuran tahap 01 dengan
oknum-oknum fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Judul tulisan adalah:

Subject: Penyimpangan Perilaku Versus Perubahan Nilai
(NOTE: Tulisan terlampir)

Kami menunggu jawaban tertulis kepada para anggota dan
oknum-oknum Psikologi UI yang terlibat pertempuran
tahap 01 dengan Kompatiologi untuk tulisan
ini.Bilamana tidak ada jawaban tertulis dalam 3x 24
jam maka kami anggap hal yang tersebut

[psikologi_net] Main Sandiwara Di Dunia Maya ; Ditulis oleh: Juswan Setyawan

2006-08-23 Terurut Topik Vincent Liong
Main Sandiwara Di Dunia Maya

Ditulis oleh: Juswan Setyawan 


Penulis di dunia maya kerap kali menyembunyikan
identitas dirinya dan memakai nama surogat yang
aneh-aneh: tempe bongkrek; mayat hidup; kerang ijo,
dll. Namun, kata orang eskimo “you are what you write”
dan ISF merasa dapat membaca karakter pentolan
kompatiolog lewat tulisan-tulisannya. Kemampuannya
“membaca pikiran” (mind reading) yang “di/terkunci”
pada kata-kata termasuk kemampuan komunikasi empati,
maka Leo berani mengatakan bahwa ISF telah menjadi
seorang komunikator empati “by accident” (mungkin
malah “by nature” atau inborn) dan bukan diperoleh “by
learning.”

 

Bukti bahwa orang dapat khilaf ialah saat “real time
and space” yaitu dalam “temu darat” orang sering
terkecoh melihat kenyataan bahwa “realitas di dunia
nyata” yang kerap kali sangat jauh berbeda dengan
“realitas di dunia maya”. Para sahabat anak-anaknya
mengira Mang Iyus itu masih sangat muda karena banyak
memakai jargon ABG (yang dipelajarinya dari
putri-putrinya tentunya) menjadi terpana saat
dikenalkan kepada seorang gaek yang sudah “fully grey
haired” dengan panca aneka nuansa: hitam, abu-abu,
coklat (semiran), putih dan bahkan perak metalik.

 

Maka banyak pula yang sempat terkecoh karena gaya
penulisan yang disengaja (by design) pada
posting-posting di milis. Anda dapat membentuk
karakter anda sendiri di milis dengan membuat
tulisan-tulisan yang sesuai. Misalnya, tulisan yang
selalu bergaya romantis, puitis, atau gaya emosional
meledak-ledak, gaya filosofis yang tenang mendalam,
gaya agamis yang radikal, atau apa saja yang
diinginkan asal cukup konsekuen. Kalau tidak hati-hati
maka dalam jangka panjang akan terbongkar juga
karakter aslinya.

 

Nah, sasaran paling empuk ialah pada kalangan
psikologi. Mengapa? Karena titik berangkatnya
stereotypical sekali dan terbawa-bawa terus ke dunia
maya sekalipun. I’m OK, you aren’t OK. Psychology is
for you, because you aren’t OK while I’m always OK...
hey hey hey.  Psikologi cenderung “mengobyekkan”
manusia dan bukan “mensubyekkan” orang lain. “Ora
ngewongke liyan” (tidak memanusiakan orang lain)
menurut bahasa eskimonya.

 

Mang Iyus terkesan sangat nyinyir dalam milis bahkan
sampai taraf ‘sok teu’ dan ‘pseudo-scientist’ (ngaku
nggak ngerti pseudo science juga dipercaya bulat-bulat
... mau ngakak nggak sih?) padahal dalam realitas
kehidupan MI sangat pendiam, introvert, timid (naik
busway apalagi bus umum saja tidak berani) dan
reserved. Tetapi ada pula nilai yang tidak mampu
disembunyikan, misalnya open minded, bahkan radha
‘openbaar’, kesungguhan, fokus, simple life style dan
tidak neko-neko.

 

Sama halnya dengan VCL. “Anak norak” itu memang peran
yang disengaja dilakoninya – karena pers pernah
memberi cap indigo kepadanya  komplit dengan ADDS nya
- supaya selalu dapat dipakai sebagai semacam
‘excuse’. Ia mau makan eskrim di pasca Psi UI biar
dikatakan norak. Ia mau tiduran saat di ruang kuliah
dan main SMS/HP biar dikatakan norak. Ia mau menyapa
dosen dengan kata ‘gue’ dan ‘elo’ biar beliau marah,
kesal, benci, dongkol sehingga emosinya (negative
emotional tie) dapat dijadikan variabel ulur tarik di
mana ia yang jadi determinatornya dan bukan dosennya.
Nanti juga naluri dosennya sebagai psikolog akan
muncul dan menganggap dia memiliki “behavior
aberration” yang dapat dijadikan obyek penelitian atau
pasiennya. Tapi otaknya tidak norak lho cuma ia malas
saja kepada angka-angka dan statistik (andalan otak
kiri). Ia mengaku bodoh dan tidak bisa menulis dan
kata-kata asing sengaja dia bikin keliru misalnya
‘standard’ menjadi ‘standart’ atau ‘profesi’ menjadi
‘provesi’, ‘aktif’ menjadi ‘aktive’ dan ‘nggak’
menjadi ‘ngak’. Padahal sejak bangku SLP ia sudah
menjadi penulis cermat, bahkan sewaktu SLA mampu
mengritik tulisan Pramoedya Ananta Toer yang menjadi
idolanya dan tulisannya itu malah sudah diterbitkan
oleh Gramedia.

 

Jadi betapa mudahnya orang bermain multi karakter pada
dunia maya dan betapa mudahnya pula orang terkecoh.
Kalau sampai yang terkecoh itu para psikolog maka
betapa menyedihkan serta ironisnya karena justru
mereka itu diharapkan untuk paling mampu memahami
karakter manusia... di dunia nyata (the real world)
tentunya... sehingga ilmu mereka tiba-tiba menjadi
lumpuh tak berdaya di dunia maya (the unreal world)
... ha ha ha. Psikolog tidak mampu melakukan diagnosa
terhadap pasien maya yang menghadapi problem
penyimpangan psikologis yang maya pula. Mana ada sih
“sakit jiwa maya” pada “calon pasien maya”?  Hanya
komunikator empatis yang mampu, bahkan tanpa media
apapun kecuali namanya saja mampu membaca hal ikhwal
kliennya. Dan ISF serta Leo termasuk mereka yang
langka tersebut. Mang Iyus bagaimana? Ah, dia cuma
bisa “omong doang” tuh dan ‘sok teu’ seakan-akan mampu
menjelaskannya kompatiologi secara
biologis-neurologis... emangnya ia pernah nyasar ke
fakultas kedokteran apa? Ada ada saja... dan celakanya
banyak yang mau percaya pula... ah menyedihkan tragedi
dunia maya ini ! Sungguh!

 

Jakarta, 23 Agustus 

[psikologi_net] wah-wah kayaknya kok berlebihan...

2006-08-20 Terurut Topik Vincent Liong
Subject: wah-wah kayaknya kok berlebihan...

Ditulis oleh: Bimo Wikantiyoso,S.Psi.*


at:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/9520
at:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/17063
at:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/290

“Bimo Wikantiyoso,S.Psi.” wrote:
 
begini yah saudara-saudara sebangsa dan setanah air
yang saling tergabung dalam ranah bawah sadar
manusia... MERDEKA!!! 
saya tidak pernah merasa bahwa saya melakukan segala
sesuatu yang begitu menghebohkan, yang saya tahu
adalah sya hanya membantu orang memahami apa makna
kehidupan dengan memperkenalkan suatu persepsi baru
dalam keseharian. bang juswan terima kasih atas
pernyataanya yang sangat memberi semangat hihihihihi
lucu juga anda menganggap saya seperti itu... tapi
terimakasih. Semogal terhitung mulai dari hari ini
saya mencoba setidaknya satu hari memuat satu tulisan.
Bang juswan dan rekan-rekan sekalian, apa yang saya
kerjakan hanya mencoba mencari makna dalam kehidupan
ini. hidup itu bukan sekedar bertahan hidup, tapi
memaknai hidup. hal ini dikarenakan dari sekian juta
spesies yang ada di planet ini, hanya manusia yang
mampu memaknai dan mengabstraksi segala
tindak-tanduknya. apakah kemampuan ini hanya digunakan
sebagai tools untuk mencari makan? kalo memang begitu
you all are so LAME karena dengan ini berarti anda
tidak lebih dari seekor hyena yang menggunakan moncong
dan cakarnya untuk berburu. hal ini dikarenakan bahwa
akal budi hanya seperti cakar dan moncong yakni alat
untuk mencari makan. Anda tahu betapa kesadaran
manusia ini dibayar oleh alam dengan harga mahal?
berapa banyak pohon, hewan harus mati agar manusia dan
kesadaranya tetap hidup? Jutaaan apa balas budi
kita pada alam? kita hanya sibuk untuk bertahan hidup
tanpa pernah berpikir untuk apa hidup ini, padahal
cost kehidupan kita paling mahal dibandingkan spesies
lain. dengan keadaan ini, manusia tetap saja tidak
sadar.. memakan makanan yang tersisa adalah cara saya
untuk menghargai kontribusi alam dalam mesupport
kesadaran saya. Saya mencoba dari hal yang kecil dulu,
belum bisa jadi petapa yang cukup makan embun dan
semedi setiap saat, saya masih cinta seks dan alkohol
dan maryuana... THEY RULES!!! tapi mohon rekan2
merenungkan betapa untuk menjaga kesadaran dalam
sebuah spesies, mother nature memberikan yang terbaik
pada anak2nya kenapa anak2nya hanya bermain untuk
kesenangan sendiri tanpa memikirkan orang tua dan
saudara2nya (dalam hal ini antar sesama manusia).
betapa manusia masih egois seperti kanak2.. oleh
karena itu mari belajar menjadi lebih dewasa. Cobalah
bertanggung jawab dengan kesadaran kita... memang
bikin hidup yang kusut ini jadi tambah ribet... tapi
mana ada sih kedewasaan yang lebih mudah dari kanak2? 
mencoba menyadari bahwa pikiran bukan hanya tools
untuk mencari makan adalah perubahan paradigma yang
paling mendasar. dan itu yang paling sulit.. namun
caranya cukup sederhana yakni berkomunikasi antara
kesadaran dengan alam dan berempati antara kesadaran
dengan alam dengan paradigma yang baru yakni dengan
jujur, atau boleh dikatakan
vincent dkk kompatiology!!! So COOL!!!

* Bimo Wikantiyoso,S.Psi. lulusan S1 Psikologi di
fakultas Psikologi Unika Atma Jaya di awal tahun 2006.
Sempat menjadi kepala senat mahasiswa fakultas
Psikologi Unika Atma Jaya tahun 2005. Saat ini sebagai
dosen pengajar di matakuliah Sejarah dan Aliran
Psikologi (PWD 107) seksi A.

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[psikologi_net] Re: Fwd: Psikologi Asia untuk Asia

2006-08-20 Terurut Topik Vincent Liong
Balasan untuk 
Subject: Psikologi Asia untuk Asia

e-link:
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0608/18/humaniora/2889872.htm
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/36219



Apa yang dimaksut “Psikologi Asia untuk Asia”?

1. Apakah berdasarkan kriteria orangnya orang Asia
lalu lulus fakultas Psikologi di negara di Asia yang
99% bahan materinya tetap materi ala barat?! Saya
lihat yang terjadi demikian karena ada kesombongan
untuk meremehkan ilmupengetahuan buatan orang Asia
atau orang lokal / WNI.
2. Apakah ilmu yang dikembangkan adalah ilmu yang
berasal dari benua Asia?! Yang saya lihat dalam
kenyataannya tidak bertindak demikian. Bahkan kasus
ilmu Kompatiologi yang dikembangkan dari Nol dengan
tenaga sukarelawan dan dana dari orang Indonesia (WNI
non departemen/lembaga) ditekan habis-habisan oleh
pihak okunum-oknum Psikologi UI demi eksistensi dan
kemurnian Psikologi yang notabene ala barat. Padahal
kami dari peneliti Kompatiologi tidak ada keinginan
memasukkan Kompatiologi sebagai bagian dari ilmu
Psikologi yang ala Barat

Bila yang dilakukan hanya membentuk konfrensi demi
konfrensi di hotel mewah tanpa tindakan nyata membantu
masyarakat dari bawah, atau penelitian-penelitian
untuk mengembangkan Psikologi, dengan sebuah nama
menggeneralisasi satu jenis bidang yang namanya
Psikologi dan satu benua yang namanya Asia, maka
tindakan tsb tidak lebih dari sekedar iklan yang
dibuat agar bisa tampil sebagai selebriti di dunia
yang anggotanya pakar dan konsumen Psikologi. Selama
punya kekuasaan dan dana membikin konfrensi dan
mengundang pers ;ya bisa-bisa saja.   


ttd,
Vincent Liong



--- vincentliong [EMAIL PROTECTED] wrote:


http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/36219
 --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus
 Hamonangan
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Barat Kurang Pahami Karakter Lokal
 

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0608/18/humaniora/2889872.htm
 ===
 
 Jakarta, Kompas - Pendekatan psikologi yang
 dikembangkan di Amerika
 maupun Eropa ternyata tidak sepenuhnya dapat
 diterapkan di negara-
 negara Asia. Masyarakat Asia memiliki kekhasan dan
 berkembang semakin
 kompleks.
 
 Psikolog Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono, Selasa
 (15/8) kepada
 wartawan di Jakarta mengemukakan bahwa meningkatnya
 peran masyarakat
 Asia dalam tatanan sosial dan perekonomian global,
 baik dalam konteks
 positif maupun negatif.
 
 Dalam konteks positif, China, Korea, dan Malaysia
 melesat mengikuti
 keunggulan Jepang dalam bidang ekonomi dan produksi.
 Terorisme di
 Indonesia dan kegagalan demokrasi di Filipina,
 merupakan contoh dalam
 konteks negatif.
 
 Kenyataan itu telah membuka kesadaran para pakar
 psikologi di
 seluruh dunia bahwa masyarakat Asia harus dilihat
 dari kacamata Asia.
 Tidak bisa lagi menggunakan pendekatan-pendekatan
 psikologi yang
 dikembangkan di Barat, papar Sarlito.
 
 Psikologi dengan cara pandang Asia, kata Sarlito,
 diharapkan dapat
 terwujud dengan terbentuknya Asian Psychologist
 Associations (APsyA)
 yang dideklarasikan setahun lalu. Organisasi profesi
 psikolog
 berbasis regional ini, selama tiga hari (18-20
 Agustus 2006)
 menyelenggarakan kongres pertamanya di Bali, dengan
 tema Asian
 Solidarity in Diversity: Towards a Better Quality of
 Life in Asia.
 
 Menurut Raymond D Fowler dari American Psychologist
 Associations
 (APA), kemampuan psikolog Asia untuk melihat
 kasus-kasus psikologi
 dengan kacamata Asia akan menyamakan kedudukan APsyA
 dengan asosiasi-
 asosiasi psikolog regional yang sudah lebih dulu
 terbentuk di Eropa,
 Timur Tengah, dan Amerika. Keberadaan APsyA akan
 melengkapi ilmu-ilmu
 psikologi yang memahami karakter manusia dari tempat
 asal mereka
 sendiri (indigenous psychology).
 
 Khusus di Indonesia, kata Sarlito yang juga sebagai
 Presiden APsyA,
 psikologi yang khas untuk mengatasi permasalahan
 masyarakat Indonesia
 mulai dirasakan pentingnya sejak 1998. Para
 psikolog yang turun ke
 lapangan menemukan bahwa instrumen teori atau
 paradigma yang selama
 ini digunakan tidak pas untuk mengatasi masalah di
 Indonesia, tutur
 Sarlito.
 
 Psikologi terorisme
 
 Kongres pertama APsyA di Bali dijadwalkan suatu
 simposium tentang
 psikologi terorisme di Asia. Simposium menampilkan
 tim Sarlito
 Wirawan Sarwono dan Komandan Detasemen Khusus 88
 Anti Teror, Bekto
 Suprapto. Bekto akan menguraikan bagaimana Densus 88
 berhasil
 menangani berbagai kasus terorisme di Indonesia.
 
 Sarlito beserta timnya akan memaparkan temuannya
 tentang skema
 kognitif pelaku teror di Indonesia hingga mampu
 memunculkan
 pembelajaran untuk melakukan kekerasan dan bahkan
 bom bunuh diri.
 (LAM)
 
 --- End forwarded message ---
 
 
 
 
 
 


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED

[psikologi_net] Sekedar sharing…

2006-08-20 Terurut Topik Vincent Liong
Kepada Yth: Sdr. Widyarto [EMAIL PROTECTED]
Cc: all members  friends

Sekedar sharing…

Bung Widyarto apakah anda punya seorang anak atau ada
sahabat atau rekan anda yang punya anak dan sudah
besar sehingga harus dilepas hidup mandiri?

Beberapa hari yang lalu saya melepas murid saya yaitu:
Bimo Wikantiyoso yang sudah setahun ikut saya dan
lolos ujian ala standart saya untuk mewakili saya
sebagai misionaris ilmupengetahuan Kompatiologi.
Logikanya kalau seorang guru melepas murid untuk
mewartakan “kabar gembira” maka ya si guru perlu
memberikan bekal kepada para muridnya tidak harus
berupa uang. Demikian juga dengan saya. Sebagai guru
saya perlu memberikan bekal kepada murid saya.
(Tentunya hal semacam ini jarang berlaku di era
moderen yang kebanyakan guru / dosen mengajar hanya
untuk dapat uang tanpa peduli nasib murid-muridnya di
masa mendatang.)

Bekal pertama adalah tekanan dari masyarakat yang
secara sadar harus dialami sehingga Bimo mampu
menerimanya sebagai hal yang alami saja bukan suatu
tekanan yang fatal. Bekal kedua adalah dengan
memanfaatkan kondisi dimana banyak orang tertarik
untuk menguasai ilmupengetahuan Kompatiologi tetapi
gengsi untuk merendahkan diri berguru dengan orang
seperti saya(Vincent Liong). Maka dari itu hari ini
saya mulai memanas-manasi lagi soal kasus manager SDM
dan memo sekertaris fakultas. Saya perlu memberi bekal
kepada murid saya bung. Bekal tsb adalah suatu kondisi
dimana banyak yang benci atau gengsi pada saya akan
mencoba berguru pada Bimo Wikantiyoso. Dalam
kompatiologi, seseorang yang baru belajar membenci
saya itu tidak masalah, toh setelah menguasai
Kompatiologi akan menjadi cucu murid Vincent Liong dan
mengerti misi dan peran apa yang harus dimainkan oleh
seorang Vincent Liong sehingga timbul dan segaja
dibuat berbagai macam image soal Vincent Liong.

Ya semoga saja yang sebal pada saya tetapi tertarik
ilmupengetahuan Kompatiologi akan bertambah sebal
kepada saya dan penasaran pada ilmu kompatiologi
sehingga pada waktunya mencoba belajar ilmupengetahuan
Kompatiologi tanpa ketahuan saya yaitu melalui Bimo
Wikantiyoso murid saya. Kalau bung Widyarto punya anak
dan pernah melepas anak untuk mandiri pasti bisa
mengerti apa inti dari lakon saya sekarang… Ada
sejenis hewan yang mati agar bangkainya bisa dimakan
oleh anak-anaknya, saya lupa nama jenis hewannya.

Bagi yang mau berguru pada Bimo Wikantiyoso silahkan
menghubungi sendiri;  Hp: 0816746770.


ttd,
Vincent Liong


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[psikologi_net] Selamat Datang Suhu Sufi Baru Bimo Wikantiyoso, S.Psi.

2006-08-18 Terurut Topik Vincent Liong
Selamat Datang Suhu Sufi Baru Bimo Wikantiyoso, S.Psi.
Ditulis oleh: Drs.Juswan Setyawan
 
at:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/287



Bimo Wikantiyoso, S. Psi – penulis Kitab Air - adalah
trainer Kompatiologi-praxis generasi pertama yang
dihasilkan oleh Vincent Liong dalam program “Training
for The Trainers.” Seorang ‘certified trainer’ seperti
Bimo bukan hanya mampu meng-operate “receptive
thinking” pada dirinya sendiri tetapi telah mampu
untuk men-dekonstruksi memori orang lain sehingga
selanjutnya juga akan mampu berpikir dengan kedua
belahan otaknya sekaligus. Kini Bimo diberi hak
menyandang gelar strata dua ilmu kompatiologi menjadi
Bimo Wikantiyoso, S.Psi., M.Kmpt. dari Universitas
Kehidupan.

 

Namun, kemampuan “receptive thinking” juga membawa
‘efek samping’ yang dapat mengganggu kenyamanan hidup
(comfort zone) seseorang. Dengan kemampuan baru ini –
terutama bila belum terkendali dengan baik – orang
dapat mengalami semacam “information flood” dari
sembarang narasumber termasuk dalam bentuk “collective
past memories” dari leluhur dan sebagainya.
(Sebenarnya untuk mencegah “information flood” ini
cukup sederhana lewat ‘command com.’ khusus kepada RAS
dan PCS  – topik lain kali).

 

Dalam kasus Bimo ternyata ia mendapat “information
flood” yang mirip-mirip dengan kebanjiran nilai
Buddhis dari zaman dahulu kala yang saat sekarang pun
hampir tidak pernah dipraktekkan lagi. Nilai-nilai
zaman dahulu sebenarnya harus diberikan makna semiotik
menurut situasi dan kondisi sekarang dengan latar
belakang pendidikan, wawasan serta sistem nilai masa
sekarang pula yang telah diadopsi oleh Bimo.

 

Informasi yang diterima ialah supaya Bimo menjalankan
program “penghentian kebiasaan menyia-nyiakan makanan”
(stop food disposal) yang disantap seseorang karena
persediaan bahan makanan dunia sekarang ini semakin
langka dan banyak orang mati atau menderita kelaparan
di mana-mana. Banyak sekali manusia zaman sekarang
yang tidak menghabiskan makanan yang diambilnya
sendiri atau yang dipesannya dan meninggalkannya
begitu saja tersisa di piringnya. Memang benar sisa
makanan tersebut akan dikumpulkan oleh
peternakan-peternakan untuk konsumsi ternak
peliharaan.  Namun “the crucial point” bukan di sana.
Makanan yang layak untuk dikonsumsi manusia dibuang
begitu saja “sebagai sampah” untuk jadi makanan hewan
sementara banyak manusia yang tidak mampu mengkonsumsi
makanan yang layak bagi manusia itu sendiri.

 

Pesan kedua ialah untuk appresiasi nilai soal
“makan/pantang daging” mahluk bernyawa. Hendaknya
manusia sedapat mungkin semakin mengurangi konsumsi
daging ternak bila mungkin. Protein dan lemak hewani
dapat diganti dengan protein dan lemak nabati yang
umumnya lebih sehat dan dengan efek samping yang lebih
sedikit. Jadi praksis ini akan menuntun ke arah cara
hidup yang semakin vegetarian. Karena empatinya yang
semakin intens maka Bimo dapat “merasa kasihan” kepada
bebek-bebek yang tergantung pada lemari pajang suatu
restoran yang menjual menu daging bebek. Ini berlaku
juga untuk hewan lain seperti ayam, kambing dsb.
“Bagaimana rasanya sekiranya anda yang menjadi
bebek-bebek yang tergantung itu?” kilah Bimo saat
menatap rekan-rekannya sedang asyik menikmati steak. 
“Bagaimana rasa keterputusasaan mereka?” Maka,
konklusi Bimo sebaiknya hewan-hewan itu segera
“dibebaskan” dengan cara disantap sesuai tujuan semula
pemotongannya. Sedapat mungkin mencegah agar jangan
sampai membunuh hewan untuk menyantapnya. Namun
apabila sudah terlanjur dibunuh maka seyogyanya orang
segera “mengakhiri” penderitaannya.  Suatu tafsiran
hermeunetik yang baru atas nilai-nilai yang lama? 
Entahlah !

 

Informasi yang diterima tersebut diterjemahkan oleh
otak kiri Bimo dalam makna hermeneutika yang paling
keras, entah karena ignoransia, entah karena dijadikan
semacam “niat ingsun” atau “laku tapa brata” karena
bagaimanapun Bimo memiliki residu “cult base” kejawen
yang kental juga, terutama dari sisi warisan ayahnya.
Bimo tidak akan makan kecuali “memakan sisa makanan”
yang tidak dihabiskan oleh orang lain yang mengajaknya
makan bersama. Itulah the new way of life dari Bimo,
entah itu akan bersifat permanen atau hanya temporary
atau transitional.

Kalau kita melihat tayangan film tentang para biksu di
Thailand yang membawa mangkuk kuningan ke rumah-rumah
para penganut awamnya, maka mereka itu selalu
memberikan makanan baru “fresh from the oven” dan yang
terbaik kepada para biksu itu. Tidak pernah terjadi
bahwa para biksu itu diberikan makanan berupa sisa
makanan dari keluarga yang bersangkutan. Tidak akan
pernah pula karena dalam hal ini terdapat unsur respek
yang tinggi kepada pemuka agama mereka.

 

Anehnya, setelah ditinggalkan meninggal oleh ayahnya,
maka Bimo mencukur gundul kepalanya sehingga memang
mirip seorang biksu beneran. Dan entah akibat
sinkronitas maka Bimo tak lama kemudian juga
ditinggalkan oleh pacarnya (yang bermukim di kota
lain) yang bahkan belum mengetahui penampilannya yang
baru yang mirip Mr. Kojak

[psikologi_net] Miskin Kreativitas Memicu Tindakan Tirani oleh: Juwan Setyawan

2006-08-11 Terurut Topik Vincent Liong
Miskin Kreativitas Memicu Tindakan Tirani
Ditulis oleh: Juswan Setyawan
 
at:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16927


Vincentisme* telah merisaukan beberapa oknum petinggi
di kalangan psikologi di lembaga tertentu. Kerisauan
itu bersumber-pangkal pada diri orangnya, Liong
Vincent Christian,  yang dianggap mempunyai masalah
penyimpangan psikologis, minimal ia telah diberi label
pengidap ADDS. Buktinya, studinya di Aussie dan GMIS
gagal, walaupun kenyataannya kini ia telah menjadi
mahasiswa Fakultas Psikologi Atmajaya.  Bagaimana
mungkin orang yang mempunyai problem kejiwaan seperti
itu diisyukan dapat “menyelewengkan ilmu psikologi”
yang sudah mapan? Itu adalah pertanyaan pertama. 
 
Kedua, dunia psikologi sendiri memiliki demikian
banyak pakar strata dua bahkan tiga sehingga tentunya
pasti mampulah untuk mempertahankan “kemurnian” Ilmu
Psikologi terhadap benturan kecil akibat intrusi
“pikiran abnormal” dari seorang mahasiswa psikologi
cemen dari semester tiga.
 
Pertanyaan ketiga,  jadinya ialah sebenarnya “what to
lose?”  Jangan-jangan ketakutan itu lebih bersifat
phobia, takut “disantet” oleh Vincent Liong yang
mengaku sebagai “doekoen’ modern. Ketakutan ini juga
tak teratasi juga seandainya benar, karena “santet”
sebagai “virus of the mind” type “maccacian influenza”
(Virus MI) menular menurut Hukum Monyet Koshima yang
anomali. Mampukah membentengi diri terhadap serangan
virus MI tsb yang bisa menyusup diam-diam lewat
telepon, tulisan, e-mail, wacana, telepati dsb.?
 
Dari sejak semula vincentisme tidak mau digolongkan ke
dalam substruktur disiplin Ilmu Psikologi, jadi
mengapa justru lembaga Psikologi menjadi ribut
sendiri?  Psikologi itu buta soal mekanisme fisiologis
daripada “kecerdasan intuitif” dan membangun fundasi
ilmunya semata-mata pada “kecerdasan intelektual” otak
kiri.  Psikologi juga buta soal Neurologi otak manusia
beserta fungsi-fungsinya, maka Ilmu Psikiatri lebih
condong kepada Ilmu Kedokteran daripada kepada Ilmu
Psikologi itu sendiri. Lebih mudah bagi seorang Dokter
untuk mempelajari Ilmu Psikologi dibandingkan seorang
Psikolog mempelajari Ilmu Kedokteran. Itu adalah
realitas tak terbantahkan di lapangan dan memang
hampir tidak ada (atau sedikit sekali)  Psikolog yang
meng-up grade diri menjadi seorang Psikiater.
 
Vincentisme juga tidak mau dikelompokkan kepada
kelompok “quasi/pseudo-science” (quackery) karena
kompatiologi membangun kokoh jangkarnya pada Ilmu
Biologi dan Ilmu Neurologi yang tergolong Ilmu
Eksakta. Tetapi kompatiologi juga tidak sepenuhnya
hanya menyerap Ilmu Biologi karena juga bertumpu pada
ilmu-ilmu humaniora lain seperti Ilmu Komunikasi Massa
dan tentunya juga Ilmu Psikologi.
 
Para psikolog yang merasa terganggu “comfort zone” nya
karena munculnya fenomen vincentisme itu menunjukkan
gejala paranoid “short of creativity”.  Karena
psikolog suka membuat label bagi orang lain
(psychology for others) maka sebagian kecil kelompok
ini juga dapat diberi label SCD atau “Short Creativity
Syndrome” (psychology for self).  Kreativitas pada
dasarnya adalah bentuk dan output kecerdasan otak
kanan yaitu “creative intelligence.”
 
Apa gejala daripada SCD?  Pikirannya tidak kunjung
inovatif. Tidak mampu membuat terobosan baru di klinis
atau lapangan kecuali riset kepustakaan dan riset
lapangan yang steril. Hanya mampu menyusun
kesimpulan-kesimpulan induktif tetapi kurang mampu
membuat applikasi praxis untuk penanggulangan
eradikatif-kausatif secara nyata di lapangan. 
Misalnya, mampu mencari akar dan sebab-sebab mengapa
banyak orang di Indonesia mengidap prasangka tetapi
tidak mampu mencari solusi untuk mengatasinya. Bahkan
tidak mampu atau berani untuk maju sebagai pelopor
utama untuk memberantasnya, sekalipun untuk
memberantasnya di kalangan internal sendiri yang amat
terbatas.
 
Apa gejala lainnya?  Karena pikirannya tidak kreatif
atau inovatif maka kemampuannya hanya terbatas kepada
“pemakaian teknik usang-daur-ulang seperti
penyalahgunaan kekuasaan, membungkam wacana dengan
aji/mantra “pokoknya tidak boleh..., restriksi
kehadiran di sekitar kampus, menghembuskan isyu-isyu
yang menyesatkan, atau menebar fitnah murahan,
propaganda disinformatif, penghinaan dan pencemoohan,
menghimbau sejawat untuk memboikot dan praktek-praktek
bermutu rendah seperti itu. Habis mau apa lagi karena
kemampuannya hanya terbatas sampai di situ saja.
Tetapi tentu saja tidak semua akademisi dapat terbius
atau tertipu oleh isyu murahan seperti itu karena
sebagai intelektual mereka sudah terbiasa berpikir
cermat, netral,  dan mampu membedakan antara “fakta”
dengan “isyu’ atau “fitnah”. Mampu membedakan antara
“penemu” dengan “hasil temuan”-nya yang berbeda sama
sekali satu sama lainnya.  Maka, semakin gencar para
pengidap SCD ini melancarkan amunisi jadulnya akan
semakin tercoreng arang di muka sendiri sebagai
ilmuwan sejati. Ditepuk air di dulang terpercik muka
sendiri. Sungguh ironis memang. 
 
*Vincentisme ialah aliran pemikiran kompatiologi yang
bersumber dari Vincent Liong

[psikologi_net] UNDANGAN Bakti Sosial PENYEMBUHAN GRATIS, Minggu, 13 Agustus 2006 Pk:09.00-16.00

2006-08-08 Terurut Topik Vincent Liong
UNDANGAN Bakti Sosial PENYEMBUHAN GRATIS, Minggu, 13
Agustus 2006


Diselenggarakan oleh:
[EMAIL PROTECTED]
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join
[EMAIL PROTECTED]
http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/join



Rekan-Rekan yang Berbahagia:

Pada saat ini telah terkumpul sebanyak 23 (dua puluh
tiga) orang praktisi metafisika dari Jakarta, Bandung,
dan Cibinong yang akan turun gunung dan berkiprah
memberikan pelayanan PENYEMBUHAN ALTERNATIF GRATIS
bagi para pengunjung di acara BATAVIA ART FESTIVAl
yang akan diselenggarakan di:

Tempat: Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah)
Alamat: Jl. Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat
Hari/Tanggal: Minggu/13 Agustus 2006
Waktu: Pk. 09:00 s/d Pk 16:00 WIB

Berikut adalah daftar nama para PRAKTISI PESERTA:
1. Edy Soesanto - Jakarta
2. Priatna Ahmad - Jakarta
3. Ananta - Jakarta
4. Donpio - Jakarta
5. Muhammad Pius - Bandung
6. Tanto Kurnia - Bandung
7. Eduard de Grave - Bandung - Koordinator
8. Harry Krisman - Bandung
9. Awang Handoyo - Bandung
10. Sylvester - Bandung
11. Robert Yuliawan - Bandung
12. Wahyu - Bandung
13. Dhanny - Bandung
14. Rizky Pradana - Jakarta
15. Vincent Liong - Jakarta - Koordinator
16. Leonardo Rimba - Jakarta - Koordinator
17. Yoddy Hendrawan - Jakarta
18. Hadi Prasetyo - Jakarta
19. Erva Ruliantini - Cibinong
20. Jusuf Achmad - Jakarta
21. Ryan - Jakarta
22. Ibu Aida - Jakarta
23. Max Arthur - Jakarta



PELAKSANAAN ACARA (Untuk Peserta)

STAND
Stand yang akan kita tempati terletak di Pelataran
Museum Sejarah Jakarta. Pada tiap sisinya akan
digantungkan sebuah spanduk besar, dengan dasar
berwarna biru tua dan tulisan berwarna putih,
bertuliskan BAKTI SOSIAL: PENYEMBUHAN ALTERNATIF
GRATIS. Jadi, stand itu akan terlihat dari sudut
manapun Anda memasuki pelataran museum.

SPANDUK
Para peserta yang berasal dari berbagai organisasi
penyembuhan alternatif diperkenankan untuk membawa dan
memasang spanduk organisasinya di stand yang akan kita
tempati di Batavia Art Festival.

BROSUR dan KARTU NAMA
Brosur mengenai keahlian pribadi dan kartu nama dari
para peserta mohon agar dibawa sehingga bisa diberikan
kepada pasien/klien untuk referensi.

UNDANGAN
Beberapa hari sebelum acara diadakan, kita akan
mengirimkan undangan ke ratusan milis berbahasa
Indonesia. Media Massa yang berminat untuk meliput
kiprah kita di acara ini juga akan disambut dengan
tangan terbuka.

TERAKHIR
Harap datang tepat pada waktunya. Sampai berjumpa di
tempat Acara. MAY THE FORCE BE WITH YOU!

Para Koordinator:
Eduard de Grave - Koordinator Bandung
Leonardo Rimba - Koordinator Jakarta(HP:0818183615)
Vincent Liong - Koordinator Publikasi(Hp:
021-70006775)


Diselenggarakan oleh:
[EMAIL PROTECTED]
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join
[EMAIL PROTECTED]
http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/join


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[psikologi_net] UNDANGAN Bakti Sosial PENYEMBUHAN GRATIS, Minggu, 13 Agustus 2006 Pk:09.00-16.00

2006-08-08 Terurut Topik Vincent Liong
UNDANGAN Bakti Sosial PENYEMBUHAN GRATIS, Minggu, 13
Agustus 2006


Diselenggarakan oleh:
[EMAIL PROTECTED]
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join
[EMAIL PROTECTED]
http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/join



Rekan-Rekan yang Berbahagia:

Pada saat ini telah terkumpul sebanyak 23 (dua puluh
tiga) orang praktisi metafisika dari Jakarta, Bandung,
dan Cibinong yang akan turun gunung dan berkiprah
memberikan pelayanan PENYEMBUHAN ALTERNATIF GRATIS
bagi para pengunjung di acara BATAVIA ART FESTIVAl
yang akan diselenggarakan di:

Tempat: Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah)
Alamat: Jl. Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat
Hari/Tanggal: Minggu/13 Agustus 2006
Waktu: Pk. 09:00 s/d Pk 16:00 WIB

Berikut adalah daftar nama para PRAKTISI PESERTA:
1. Edy Soesanto - Jakarta
2. Priatna Ahmad - Jakarta
3. Ananta - Jakarta
4. Donpio - Jakarta
5. Muhammad Pius - Bandung
6. Tanto Kurnia - Bandung
7. Eduard de Grave - Bandung - Koordinator
8. Harry Krisman - Bandung
9. Awang Handoyo - Bandung
10. Sylvester - Bandung
11. Robert Yuliawan - Bandung
12. Wahyu - Bandung
13. Dhanny - Bandung
14. Rizky Pradana - Jakarta
15. Vincent Liong - Jakarta - Koordinator
16. Leonardo Rimba - Jakarta - Koordinator
17. Yoddy Hendrawan - Jakarta
18. Hadi Prasetyo - Jakarta
19. Erva Ruliantini - Cibinong
20. Jusuf Achmad - Jakarta
21. Ryan - Jakarta
22. Ibu Aida - Jakarta
23. Max Arthur - Jakarta



PELAKSANAAN ACARA (Untuk Peserta)

STAND
Stand yang akan kita tempati terletak di Pelataran
Museum Sejarah Jakarta. Pada tiap sisinya akan
digantungkan sebuah spanduk besar, dengan dasar
berwarna biru tua dan tulisan berwarna putih,
bertuliskan BAKTI SOSIAL: PENYEMBUHAN ALTERNATIF
GRATIS. Jadi, stand itu akan terlihat dari sudut
manapun Anda memasuki pelataran museum.

SPANDUK
Para peserta yang berasal dari berbagai organisasi
penyembuhan alternatif diperkenankan untuk membawa dan
memasang spanduk organisasinya di stand yang akan kita
tempati di Batavia Art Festival.

BROSUR dan KARTU NAMA
Brosur mengenai keahlian pribadi dan kartu nama dari
para peserta mohon agar dibawa sehingga bisa diberikan
kepada pasien/klien untuk referensi.

UNDANGAN
Beberapa hari sebelum acara diadakan, kita akan
mengirimkan undangan ke ratusan milis berbahasa
Indonesia. Media Massa yang berminat untuk meliput
kiprah kita di acara ini juga akan disambut dengan
tangan terbuka.

TERAKHIR
Harap datang tepat pada waktunya. Sampai berjumpa di
tempat Acara. MAY THE FORCE BE WITH YOU!

Para Koordinator:
Eduard de Grave - Koordinator Bandung
Leonardo Rimba - Koordinator Jakarta(HP:0818183615)
Vincent Liong - Koordinator Publikasi(Hp:
021-70006775)


Diselenggarakan oleh:
[EMAIL PROTECTED]
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join
[EMAIL PROTECTED]
http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/join


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[psikologi_net] Fw: Re: SARAN.. Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas

2006-08-06 Terurut Topik Vincent Liong
Terimakasih atas penjelasan saudara Juswan.

Saya bukannya emosi tetapi bingung dan nga habis
pikir.

Logikanya bilamana seseorang ingin menutup sebuah
lobang adalah dengan mengambil tanah atau sampah atau
benda dari tempat lain yang bisa digunakan untuk
menutup lobang tersebut. Tetapi oknum fakultas
Psikologi Universitas Indonesia justeu membuat lubang
baru disamping lubang yang pertama dan menggunakan
tanah yang dari hasil menggali lubang yang baru untuk
menutup lubang yang lama, jadi hanya pindah posisi
saja lubangnya tetapi tetap lubang tidak tertutup.

Awalnya khan oknum-oknum berkuasa yang terlibat dalam
pembuatan Memo dalam kasus Sekertariat kemarin
menemukan bahwa tindakan mereka membuat memo yang
seharunya hanya email antara moderator dan members
tetapi karena gegabah / paranoid menjadi sebuah
semacam Surat Resmi fakultas yang melarang
penyebarluasan Kompatiologi karena membuat dosen yang
telah mapan jadi tidak nyaman (berkurang
kenyamanannya). Nah dalam hal ini sudah membuat jadi
resmi adalah salah prosedur penggunaan kalimatnya juga
jelas salah tempat dimana pembaca akan jelas membaca
bahwa dosen-dosen Fak Psikologi Universitas Indonesia
yang terwakili takut kenyamanan posisi/jabatannya
teramcam gara-gara ada ilmu baru Kompatiologi yang
masih seupil. Seperti membunuh nyamuk dengan meriam
saja? Padahal saya tidak meyerang Universitas
Indonesia tetapi dengan adanya ilmu baru Kompatiologi
saja mereka sudah menganggap sebagai serangan.

Nah,lantas  setelah merasa bersalah dan tidak nyaman
atas kesalahan yang dibuat sendiri maka kalau
menghukum teman yaitu si Sekertaris Fakultas khan
tidak enak, maka dibuat isu saja agar Istiani tidak
bisa dapat makan baik di Universitas Indonesia dan di
luar Universitas Indonesia. Isu yang disebarkan oleh
bagian manager SDM adalah bahwa ada dugaan Istiani
memalak mahasiswa, tetapi hal ini disebarkan sebagai
pertanyaan ke bayak dosen agar anggapan benar-benar
memalak terjadi sehingga kasus sebelumnya tidak usah
diusut. Dan agar Istiani cepat keluar mengundurkan
diri dari Universitas indonesia dan tidak bisa
mendapat pekerjaan di Universitas lain

Yang saya kecewa adalah; Hanya sekedar untuk menutupi
kesalahan teman-teman sesama oknum fakultas Psikologi
Universitas Indonesia padahal sebenarnya tidak ada
masalah entah pribadi atau kelembagaan antara Istiani
dengan Kompatiologinya dengan fakultas psikologi
Universitas Indonesia kok ada usaha yang jelas-jelas
ingin memutus rantai makanan Istiani dan orang-orang
yang menjadi tanggungjawabnya. 

Saya saja ketika kemarin ketika melakukan komplain
dengan tulisan berjudul: Tanggapan Vincent Liong
terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/226

5. Maka dari itu saya meminta dengan sangat agar para
manusia sok benar di fakultas Psikologi tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Sebentar saja kita
merasakan sebagai manusia ke-“saya”-an yang menjadi
terukur dan pengukur sekaligus dalam diri sendiri.
Soal dua kasus tsb di atas saya sudah cuek kok, jangan
sampai malah anda-anda masyarakat Psikologi yang
mengintimidasi secara pribadi pihak yg ketahuan
bersalah, seperti kelakukan orang-orang pemilik hak
paten Psikologi terhadap saya dan kesukaan mencaci
maki keluarga bahkan orangtua orang lain tanpa sebab.
Cukup tahu saja siapa-siapa yang main konspirasi, yang
kecewa boleh nulis kritik kelembagaan / birokrasi
saja, tetapi jangan disudutkan / dikambinghitamkan
orangnya secara pribadi, karena toh yang tampak itu
hanya yang dikorbankan, yang bermain konspirasinya
sudah melarikan diri dengan pura-pura tidak tahu. Saya
kahwatir, khan mereka juga orang Psikologi yang
dididik dengan ilmu ke-“anda”-an, yang tidak mampu
menerima dengan ikhlas bilamana disudutkan meski
karena perbuatan sendiri, tetapi mampu menyudutkan
orang lain. Maka itu bila terlalu ditekan bisa
menyimpang spt: butuh diri, dlsb nanti anda-anda kena
karma-nya lho. Kecuali anda merasa tidak pernah
berdosa. Saya yang dirugikan saja nga marah kok,
maklum kalau ada teman yang sedang sakit, ya dimaklumi
dan mendoakan semoga lekas sembuh.

Dalam email itu dengan tidak langsung saya masih
berusaha agar jangan gara-gara kasus konyol semacam
ini oknum-oknum yang terlibat kehilangan sumber
nafkahnya yang digunakan untuk membiayai keluarga dan
pihak-pihak dalam tanggungjawabnya. Boleh kita benci
ke orang lain tetapi harus ingat bahwa ada anak-anak
mereka yang tidak membuat kesalahan apapunh kepada
kita.

Nah pihak oknum-oknum fakultas Psikologi UI membalas
niat baik saya dengan niat buruk agar Istiani dan
keluarganya tidak dapat makan lagi dari dunia akademis
tempatnya bekerja dan dari dunia akademis yang lain.
Sungguh kejam anda-anda ini dari bagian manager SDM
(yang salah satu anggota kelompok geng Psikologi
Sosial Universitas Indonesia). Anda harus ingat bahwa
istiani an saya tidak berusaha mengganggu jalurrejeki
keluarga anda. Maka dari itu bilamana anda memang
terbviasa dan merasa wajar melakukan demikian pada
pihak yang

[psikologi_net] Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI.

2006-08-05 Terurut Topik Vincent Liong
Tanggapan Vincent Liong Pendiri / Penemu Kompatiologi 
terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi.
UI.


Hal:
I. Pendahuluan
II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat
dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi
kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya.
III. Intimidasi terhadap Cornelia Istiani dari
beberapa staff yang berkepentingan.
IV. Pesan-pesan dan nasehat saya secara pribadi
terhadap F.Psi. UI pada khususnya dan
Fakultas-fakultas Psikologi di Indonesia pada umunya.
V. Lampiran



I. Pendahuluan

Surat tsb saya terima beberapa hari yang lalu per
email yang ditujukan kepada Cornelia Istiani. Pada
awalnya terlihat seperti surat dari pemilik maillist
terhadap salah satu membernya, ketika membaca dan
melihat, tertulis Sekertaris Fakultas dengan nama dan
gelar jelas, saya baru tahu bahwa ini surat yang
menggunakan kekuasaan jabatan secara dunia nyata
sebagai sekertaris fakultas tidak sekedar sebagai
moderator terhadap membernya. Saya bertambah kaget
ketika hari ini saya baru tahu bahwa surat aslinya
menggunakan:

1. Amplop asli Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia dengan logo Universitas Indonesia berwarna
biru muda, nama, alamat dan no telepon fakultas dalam
warna hitam dan email  website fakultas dengan warna
biru muda. Tertulis di sebelah kiri:
“Nomor  :  214 /F.Psi/Humas/U/2006” dan di sebelah
kanan ”Kepada Yth. Ibu Istiani, S. Pd., M.Psi.T. Staf
Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Psikologi
Kampus UI – Depok”

2. Di bagian atas surat print out resmi dari fakultas
tertulis:  
==
F.Psi.UI [pada surat asli diletakkan bagian atas
kanan]

Memo
Dari Sekertaris Fakultas [bagian ini sepertinya
cetakan percetakan bukan printer]


Nomor  :  214 /F.Psi/Humas/U/2006
Kepada Yth  :  Ibu Cornelia Istiani
Staf pengajar Fakultas
Psikologi UI – Depok 
Hal  :  Himbauan
Tanggal  :  2 Agustus 2006
==
bagian ini tidak tertulis di surat resmi yang dikirim
per email entah memang tidak sengaja atau sengaja
dihilangkan.

3. Di bagian bawah surat print out resmi dari fakultas
tertulis:  
==
Tembusan:
-   Pertinggal
== 
Artinya surat memo resmi dari Sekertaris Fakultas ini
memang tidak perlu persetujuan petinggi-petinggi
fakultas Psikologi Universitas Indonesia, artinya
memang secara aturan mainnya tiap staf fakultas
Psikologi Universias Indonesia berhak membuat
keputusan dan surat resmi atas nama fakultas sesuai
keinginan dan keputusan sendiri. Bagaimana prosedur
sebenarnya?



II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat
dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi
kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya
yang sampai sekarang masih berlanjut.

Dalam seminggu terakhir ada dua rencana dari dua
kelompok berbeda dengan dua jenis konspirasi berbeda
yang sama-sama adalah dosen di fakultas Psikologi
Universitas Indonesia yang merancang jebakan untuk
menggulingkan Kompatiologi dan segala antek-anteknya
(yang menyukai Kompatiologi)  dari fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, termasuk salah satu diantaranya
yang terlanjur jadi Active Participant adalah Cornelia
Istiani. Secara ringkas dua propaganda terpisah tsb
adalah:

Kasus 1 ; Kasus fitnah Vincent Liong menceritakan ke
publik bahwa Vincent Liong diterima dengan hangat di
ruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI..
Selasa, 1 Agustus 2006 di sebuah rapat… Seorang staf
pengajar di Pascasarjana berinisial W, berkelamin pria
memanas-manasi peserta rapat dengan fitnah tentang
Vincent Liong bahwa: pada tanggal 31 Juli 2006 pada
jam 17.00 – 18.00 WIB Vincent Liong mengaku-ngaku di
maillist bahwa diterima dengan hangat di ruang dosen
Pascasarjana F.Psi. UI dan ngobrol dengan para dosen,
agar para dosen yang percaya isi propaganda melakukan
tindakan preventive. Padahal Vincent Liong hanya duduk
di sofa ngobrol dengan saudara angkatnya yang hitam
yaitu Rizki Pradana dan Cornelia Istiani tanpa
berbicara dengan dosen lain.

Kasus 2 ; Kasus Memo Resmi dari Sekertaris Fakultas F.
Psi. UI.
Dari pengamatan kronologis historis dan felling saya
yang tepat (saya mantan dukun tersohor di Jakarta)
saya melihat bahwa pihak-pihak yang tercantum namanya
yaitu: Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. dan Kien
Wahyuningsih bukanlah pihak yang merencanakan dan
merancang isi tulisan di surat tersebut. Dra.
Surastuti Nurdadi, M.Si. terlibat karena beliau yang
punya wewenang membuat surat resmi tersebut dimana
pihak yang berkepentingan secara pribadi saya lihat
tidak memiliki jabatan atau posisi yang berhak membuat
surat tsb dan ada kecenderungan lebih hati-hati
sehingga memilih lempar batu sembunyi tangan. Kien
Wahyuningsih terlibat karena beliau sebagai staf
fakultas bertugas memngirimkan email tsb ke Istiani
dan mengurus maillist Dosen F.Psi. UI. . Perkiraan
saya setidaknya ada 4 orang atau lebih, berkelamin
wanita, sebagian besar / semuanya dosen bagian
Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, Kalau mau ditelusuri bisa lihat

[psikologi_net] Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI.

2006-08-05 Terurut Topik Vincent Liong
Tanggapan Vincent Liong Pendiri / Penemu Kompatiologi 
terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi.
UI.


Hal:
I. Pendahuluan
II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat
dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi
kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya.
III. Intimidasi terhadap Cornelia Istiani dari
beberapa staff yang berkepentingan.
IV. Pesan-pesan dan nasehat saya secara pribadi
terhadap F.Psi. UI pada khususnya dan
Fakultas-fakultas Psikologi di Indonesia pada umunya.
V. Lampiran



I. Pendahuluan

Surat tsb saya terima beberapa hari yang lalu per
email yang ditujukan kepada Cornelia Istiani. Pada
awalnya terlihat seperti surat dari pemilik maillist
terhadap salah satu membernya, ketika membaca dan
melihat, tertulis Sekertaris Fakultas dengan nama dan
gelar jelas, saya baru tahu bahwa ini surat yang
menggunakan kekuasaan jabatan secara dunia nyata
sebagai sekertaris fakultas tidak sekedar sebagai
moderator terhadap membernya. Saya bertambah kaget
ketika hari ini saya baru tahu bahwa surat aslinya
menggunakan:

1. Amplop asli Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia dengan logo Universitas Indonesia berwarna
biru muda, nama, alamat dan no telepon fakultas dalam
warna hitam dan email  website fakultas dengan warna
biru muda. Tertulis di sebelah kiri:
“Nomor  :  214 /F.Psi/Humas/U/2006” dan di sebelah
kanan ”Kepada Yth. Ibu Istiani, S. Pd., M.Psi.T. Staf
Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Psikologi
Kampus UI – Depok”

2. Di bagian atas surat print out resmi dari fakultas
tertulis:  
==
F.Psi.UI [pada surat asli diletakkan bagian atas
kanan]

Memo
Dari Sekertaris Fakultas [bagian ini sepertinya
cetakan percetakan bukan printer]


Nomor  :  214 /F.Psi/Humas/U/2006
Kepada Yth  :  Ibu Cornelia Istiani
Staf pengajar Fakultas
Psikologi UI – Depok 
Hal  :  Himbauan
Tanggal  :  2 Agustus 2006
==
bagian ini tidak tertulis di surat resmi yang dikirim
per email entah memang tidak sengaja atau sengaja
dihilangkan.

3. Di bagian bawah surat print out resmi dari fakultas
tertulis:  
==
Tembusan:
-   Pertinggal
== 
Artinya surat memo resmi dari Sekertaris Fakultas ini
memang tidak perlu persetujuan petinggi-petinggi
fakultas Psikologi Universitas Indonesia, artinya
memang secara aturan mainnya tiap staf fakultas
Psikologi Universias Indonesia berhak membuat
keputusan dan surat resmi atas nama fakultas sesuai
keinginan dan keputusan sendiri. Bagaimana prosedur
sebenarnya?



II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat
dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi
kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya
yang sampai sekarang masih berlanjut.

Dalam seminggu terakhir ada dua rencana dari dua
kelompok berbeda dengan dua jenis konspirasi berbeda
yang sama-sama adalah dosen di fakultas Psikologi
Universitas Indonesia yang merancang jebakan untuk
menggulingkan Kompatiologi dan segala antek-anteknya
(yang menyukai Kompatiologi)  dari fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, termasuk salah satu diantaranya
yang terlanjur jadi Active Participant adalah Cornelia
Istiani. Secara ringkas dua propaganda terpisah tsb
adalah:

Kasus 1 ; Kasus fitnah Vincent Liong menceritakan ke
publik bahwa Vincent Liong diterima dengan hangat di
ruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI..
Selasa, 1 Agustus 2006 di sebuah rapat… Seorang staf
pengajar di Pascasarjana berinisial W, berkelamin pria
memanas-manasi peserta rapat dengan fitnah tentang
Vincent Liong bahwa: pada tanggal 31 Juli 2006 pada
jam 17.00 – 18.00 WIB Vincent Liong mengaku-ngaku di
maillist bahwa diterima dengan hangat di ruang dosen
Pascasarjana F.Psi. UI dan ngobrol dengan para dosen,
agar para dosen yang percaya isi propaganda melakukan
tindakan preventive. Padahal Vincent Liong hanya duduk
di sofa ngobrol dengan saudara angkatnya yang hitam
yaitu Rizki Pradana dan Cornelia Istiani tanpa
berbicara dengan dosen lain.

Kasus 2 ; Kasus Memo Resmi dari Sekertaris Fakultas F.
Psi. UI.
Dari pengamatan kronologis historis dan felling saya
yang tepat (saya mantan dukun tersohor di Jakarta)
saya melihat bahwa pihak-pihak yang tercantum namanya
yaitu: Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. dan Kien
Wahyuningsih bukanlah pihak yang merencanakan dan
merancang isi tulisan di surat tersebut. Dra.
Surastuti Nurdadi, M.Si. terlibat karena beliau yang
punya wewenang membuat surat resmi tersebut dimana
pihak yang berkepentingan secara pribadi saya lihat
tidak memiliki jabatan atau posisi yang berhak membuat
surat tsb dan ada kecenderungan lebih hati-hati
sehingga memilih lempar batu sembunyi tangan. Kien
Wahyuningsih terlibat karena beliau sebagai staf
fakultas bertugas memngirimkan email tsb ke Istiani
dan mengurus maillist Dosen F.Psi. UI. . Perkiraan
saya setidaknya ada 4 orang atau lebih, berkelamin
wanita, sebagian besar / semuanya dosen bagian
Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, Kalau mau ditelusuri bisa lihat

[psikologi_net] Fwd: RE: [vincentliong] Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris F

2006-08-04 Terurut Topik Vincent Liong
rangan tersebut atau tekanan atau caci maki...tapi alasannya; "mengganggu kenyamanan" dengan surat resmi fakultas.Saya melakukan apa? hanya forward imel tentang kompatiologi dengan tujuan sharing dan syukur kalau jadi bahan diskusi karena muatan psikologinya cukup besar. Tanya kenapaTapi itulah kondisi pendidikan di negara tercinta kita ini, ternyata tidak hanya pendidikan dasar sampai menengah yang bermasalah tapi juga pendidikan tinggi, jadi
 tidak ada yang salah karena semua korban. Dan silakan anda menilai sendiri  Salam,  Istiani  tempe bacem tempe_bacem@hotmail.com wrote:  Hahahahhahaa lucu banget nih email... bener2 jadi spammer ya nih orang... Btw, spammer itu bukan julukan yang bergengsi lo... melainkan suatu aib sebenernya.Saya enggak tau persis kasusnya sih, cuma kalau baca dari sini kelihatannya lucu juga. Ibu Cornelia Istiani yang mohon perlindungan kepada Vincent Liong, ada tanggapan?From: Vincent Liong Reply-To: vincentliong@yahoogroups.comTo: vincentliong@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED].com,
 psikologi_transform[EMAIL PROTECTED].com, komunikasi_empati@yahoogroups.com,  komunikasi_empati@googlegroups.com, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]comSubject: [vincentliong] Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI.Date: Fri, 4 Aug 2006 02:30:16 1200 (NZST)Tanggapan Vincent Liong Pendiri / Penemu Kompatiologiterhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi.UI.Hal:I. PendahuluanII. Saya tidak ingin pihak yang diperalatdikambinghitamkan untuk menutupi konspirasikepentingan individu beberapa pihak di belakangnya.III. Intimidasi terhadap Cornelia Istiani daribeberapa staff yang berkepentingan.IV. Pesan-pesan dan nasehat saya secara pribaditerhadap F.Psi. UI pada khususnya danFakultas-fakultas Psikologi di Indonesia pada umunya.V. Lampiran "Memo dari Sekertaris
 Fakultas F.Psi. UI."I. PendahuluanSurat tsb saya terima beberapa hari yang lalu peremail yang ditujukan kepada Cornelia Istiani. Padaawalnya terlihat seperti surat dari pemilik maillistterhadap salah satu membernya, ketika membaca danmelihat, tertulis Sekertaris Fakultas dengan nama dangelar jelas, saya baru tahu bahwa ini surat yangmenggunakan kekuasaan jabatan secara dunia nyatasebagai sekertaris fakultas tidak sekedar sebagaimoderator terhadap membernya. Saya bertambah kagetketika hari ini saya baru tahu bahwa surat aslinyamenggunakan:1. Amplop asli Fakultas Psikologi UniversitasIndonesia dengan logo Universitas Indonesia berwarnabiru muda, nama, alamat dan no telepon fakultas dalamwarna hitam dan email  website fakultas dengan warnabiru muda. Tertulis di sebelah kiri:“Nomor : 214
 /F.Psi/Humas/U/2006” dan di sebelahkanan ”Kepada Yth. Ibu Istiani, S. Pd., M.Psi.T. StafPengajar Program Pascasarjana Fakultas PsikologiKampus UI – Depok”2. Di bagian atas surat print out resmi dari fakultastertulis:==F.Psi.UI [pada surat asli diletakkan bagian ataskanan]MemoDari Sekertaris Fakultas [bagian ini sepertinyacetakan percetakan bukan printer]Nomor : 214 /F.Psi/Humas/U/2006Kepada Yth : Ibu Cornelia Istiani Staf pengajar FakultasPsikologi UI – DepokHal : HimbauanTanggal : 2 Agustus 2006==bagian ini tidak tertulis di surat resmi yang dikirimper email entah memang tidak sengaja atau sengajadihilangkan.3. Di bagian bawah surat print out resmi dari
 fakultastertulis:==Tembusan:- Pertinggal==Artinya surat memo resmi dari Sekertaris Fakultas inimemang tidak perlu persetujuan petinggi-petinggifakultas Psikologi Universitas Indonesia, artinyamemang secara aturan mainnya tiap staf fakultasPsikologi Universias Indonesia berhak membuatkeputusan dan surat resmi atas nama fakultas sesuaikeinginan dan keputusan sendiri. Bagaimana prosedursebenarnya?II. Saya tidak ingin pihak yang diperalatdikambinghitamkan untuk menutupi konspirasikepentingan individu beberapa pihak di belakangnyayang sampai sekarang masih berlanjut.Dalam seminggu terakhir ada dua rencana dari duakelompok berbeda dengan dua jenis konspirasi berbedayang sama-sama adalah dosen di fakultas PsikologiUniversitas Indonesia yang merancang jebakan
 untukmenggulingkan Kompatiologi dan segala antek-anteknya(yang menyukai Kompatiologi) dari fakultas PsikologiUniversitas Indonesia, termasuk salah satu diantaranyayang terlanjur jadi Active Participant adalah CorneliaIstiani. Secara ringkas dua propaganda terpisah tsbadalah:Kasus 1 ; Kasus fitnah Vincent Liong menceritakan kepublik bahwa Vincent Liong diterima dengan hangat diruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI..Selasa, 1 Agustus 2006 di sebuah rapat… Seorang stafpengajar di Pascasarjana berinisial W, berkelamin priamemanas-manasi peserta rapat dengan fitnah tentangVincent Liong bahwa: pada tanggal 31 Juli 2006 padajam 17.00 – 18.00 WIB Vincent Liong mengaku-ngaku dimaillist bahwa diterima dengan hangat di ruang dosenPascasarjana F.Psi. UI dan ngobrol dengan para dosen,agar para 

[psikologi_net] URGENT Persiapan Back Up Cornelia Istiani menghadapi panggilan Klarifikasi SDM UI

2006-08-04 Terurut Topik Vincent Liong
Kepada Yth: Saudara-saudara pengembang, pengguna dan
pencinta Kompatiologi 
Di Tempat

[NOTE: Harap disebarkan ke teman-teman yang bisa turut
membantu]



Hal: Persiapan Back Up Cornelia Istiani menghadapi
panggilan Klarifikasi SDM UI

Sehubungan dengan dua kasus kemarin, pihak SDM
fakultas Psikologi Universitas Indonesia secara lisan
memanggil Istiani untuk datang menghadap ke manager
SDM  untuk melakukan klarifikasi. Menurut
kabarundangan tsb adalah untuk hari Kamis tanggal 10
Agustus 2006 minggu depan. 

Bilamana birokrasi Universitas Indonesia berniat baik
maka hal ini bisa menjadi tindakan awal bagi fakultas
psikologi Universitas Indonesia untuk membenahi
birokrasinya sendiri yang terbukti dengan dua kasus
kemarin sangat berantakan dan sangat buruk bilamana
dijadikan pedoman Psikologi se-Indonesia.

Bilamana birokrasi Universitas Indonesia yang
terwakili oleh pihak manager SDM tidak berniat baik /
ikut dalam permainan konspirasi yang sama dengan dua
group konspirasi kemarin, maka ini akan dijadikan
moment untuk menekan Istiani dengan ancaman-ancaman
dan intimidasi tidak tertulis yang saya tidak yakin
sampai dimana mental Istiani kuat menghadapinya. Bila
Istiani kalah kuat mentalnya bisa-bisa Istiani pun
kalah ancaman sehingga tidak berani mengatakan kepada
kita orang-orang yang mencintainya soal tekanan dan
intimidasi yang bisa saja diberlakukan agar tindakan
pengamanan untuk Istiani dari publik/ kita bersama tsb
tidak bisa berguna.

Saya bukan mau menjelekkan birokrasi fakultas
Psikologi Universitas Indonesia, tetapi dengan
kejadian kearin terus-terang kepercayaan saya terhadap
mereka di birokrasinya sudah mendekati 0%. Jadi
pilihan menjadi baik atau menjadi tidak baik adalah
pilihan mereka sendiri dengan resiko ditanggung
sendiri.

Oleh karena itu saya meminta teman-teman untuk menulis
surat pernyataan resmi masing-masing dengan bahasa
bebas-bebas saja bahwa akan melindungi Istiani dari
segala tekanan dan intimidasi birokrasi dengan
mencantumkan nama lengkap, contact person lengkap dan
posisi/jabatan teman-teman sehingga sekiranya undangan
tes tdak berbeda dengan dua asus sebelumnya maka
Publik dapat Bertindak demi kemajuan dan perbaikan di
masa mendatang birokrasi Psikologi itu sendiri.
Bilamana anda ada teman di media massa juga bisa
diajak turut bersama-sama memantau dan melingdungi
Istiani.

Surat diposting oleh anda masing-masing di maillist: 
* [EMAIL PROTECTED] 
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
* [EMAIL PROTECTED]
http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/
* [EMAIL PROTECTED]
http://groups.google.com/group/komunikasi_empati/
* [EMAIL PROTECTED] 
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/ 

Email ini saya tulis sendiri dengan keinginan sendiri
jadi pihak Universitas Indonesia tidak berhak
menggunakan surat ini untuk menyalahkan Istiani
seperti kemarin-kemarin ada yang menekan istiani
dengan alasan memulai membahas Kompatiologi sehingga
menghadirkan Kasus memo sekertaris fakultas. Bilamana
menggunakan surat-surat saya untuk menyalahkan Istiani
maka resiko bomb mail saya dan penggunaan perlindungan
publik terhadap Istiani dlsb akan terjadi dan jelas
akan merugikan nama fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.


Note: Kepada Yth Istiani harap meminta pihak manager
SDM Universitas Indonesia memperbolehkan Istiani
didampingi pihak non Universitas Indonesia pilihan
Istiani Sendiri misalkan saya Vincent Liong, Leonardo
Rimba, atau teman-teman lain yang serius menjadi
pelindung Istiani dalam kasus ini. Bila tidak tentu
bargainnya tidak seimbang lebih beresiko pertemuan
berjalan tidak adil. Karena Istiani sendiran
menghadapi satu birokrasi yang barusaja
mempermainkannya beberapa waktu lalu dalam 2 kasus
tsb.



ttd, 


Vincent Liong

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[psikologi_net] Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI.

2006-08-03 Terurut Topik Vincent Liong
Tanggapan Vincent Liong Pendiri / Penemu Kompatiologi 
terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi.
UI.


Hal:
I. Pendahuluan
II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat
dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi
kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya.
III. Intimidasi terhadap Cornelia Istiani dari
beberapa staff yang berkepentingan.
IV. Pesan-pesan dan nasehat saya secara pribadi
terhadap F.Psi. UI pada khususnya dan
Fakultas-fakultas Psikologi di Indonesia pada umunya.
V. Lampiran Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI.


I. Pendahuluan

Surat tsb saya terima beberapa hari yang lalu per
email yang ditujukan kepada Cornelia Istiani. Pada
awalnya terlihat seperti surat dari pemilik maillist
terhadap salah satu membernya, ketika membaca dan
melihat, tertulis Sekertaris Fakultas dengan nama dan
gelar jelas, saya baru tahu bahwa ini surat yang
menggunakan kekuasaan jabatan secara dunia nyata
sebagai sekertaris fakultas tidak sekedar sebagai
moderator terhadap membernya. Saya bertambah kaget
ketika hari ini saya baru tahu bahwa surat aslinya
menggunakan:

1. Amplop asli Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia dengan logo Universitas Indonesia berwarna
biru muda, nama, alamat dan no telepon fakultas dalam
warna hitam dan email  website fakultas dengan warna
biru muda. Tertulis di sebelah kiri:
“Nomor  :  214 /F.Psi/Humas/U/2006” dan di sebelah
kanan ”Kepada Yth. Ibu Istiani, S. Pd., M.Psi.T. Staf
Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Psikologi
Kampus UI – Depok”

2. Di bagian atas surat print out resmi dari fakultas
tertulis:  
==
F.Psi.UI [pada surat asli diletakkan bagian atas
kanan]

Memo
Dari Sekertaris Fakultas [bagian ini sepertinya
cetakan percetakan bukan printer]


Nomor  :  214 /F.Psi/Humas/U/2006
Kepada Yth  :  Ibu Cornelia Istiani
Staf pengajar Fakultas
Psikologi UI – Depok 
Hal  :  Himbauan
Tanggal  :  2 Agustus 2006
==
bagian ini tidak tertulis di surat resmi yang dikirim
per email entah memang tidak sengaja atau sengaja
dihilangkan.

3. Di bagian bawah surat print out resmi dari fakultas
tertulis:  
==
Tembusan:
-   Pertinggal
== 
Artinya surat memo resmi dari Sekertaris Fakultas ini
memang tidak perlu persetujuan petinggi-petinggi
fakultas Psikologi Universitas Indonesia, artinya
memang secara aturan mainnya tiap staf fakultas
Psikologi Universias Indonesia berhak membuat
keputusan dan surat resmi atas nama fakultas sesuai
keinginan dan keputusan sendiri. Bagaimana prosedur
sebenarnya?



II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat
dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi
kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya
yang sampai sekarang masih berlanjut.

Dalam seminggu terakhir ada dua rencana dari dua
kelompok berbeda dengan dua jenis konspirasi berbeda
yang sama-sama adalah dosen di fakultas Psikologi
Universitas Indonesia yang merancang jebakan untuk
menggulingkan Kompatiologi dan segala antek-anteknya
(yang menyukai Kompatiologi)  dari fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, termasuk salah satu diantaranya
yang terlanjur jadi Active Participant adalah Cornelia
Istiani. Secara ringkas dua propaganda terpisah tsb
adalah:

Kasus 1 ; Kasus fitnah Vincent Liong menceritakan ke
publik bahwa Vincent Liong diterima dengan hangat di
ruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI..
Selasa, 1 Agustus 2006 di sebuah rapat… Seorang staf
pengajar di Pascasarjana berinisial W, berkelamin pria
memanas-manasi peserta rapat dengan fitnah tentang
Vincent Liong bahwa: pada tanggal 31 Juli 2006 pada
jam 17.00 – 18.00 WIB Vincent Liong mengaku-ngaku di
maillist bahwa diterima dengan hangat di ruang dosen
Pascasarjana F.Psi. UI dan ngobrol dengan para dosen,
agar para dosen yang percaya isi propaganda melakukan
tindakan preventive. Padahal Vincent Liong hanya duduk
di sofa ngobrol dengan saudara angkatnya yang hitam
yaitu Rizki Pradana dan Cornelia Istiani tanpa
berbicara dengan dosen lain.

Kasus 2 ; Kasus Memo Resmi dari Sekertaris Fakultas F.
Psi. UI.
Dari pengamatan kronologis historis dan felling saya
yang tepat (saya mantan dukun tersohor di Jakarta)
saya melihat bahwa pihak-pihak yang tercantum namanya
yaitu: Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. dan Kien
Wahyuningsih bukanlah pihak yang merencanakan dan
merancang isi tulisan di surat tersebut. Dra.
Surastuti Nurdadi, M.Si. terlibat karena beliau yang
punya wewenang membuat surat resmi tersebut dimana
pihak yang berkepentingan secara pribadi saya lihat
tidak memiliki jabatan atau posisi yang berhak membuat
surat tsb dan ada kecenderungan lebih hati-hati
sehingga memilih lempar batu sembunyi tangan. Kien
Wahyuningsih terlibat karena beliau sebagai staf
fakultas bertugas memngirimkan email tsb ke Istiani
dan mengurus maillist Dosen F.Psi. UI. . Perkiraan
saya setidaknya ada 4 orang atau lebih, berkelamin
wanita, sebagian besar / semuanya dosen bagian
Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas

[psikologi_net] Anda di Fak Psikologi UI?! membahas Kompatiologi, resiko di-SP (contoh surat asli terlampir)

2006-08-02 Terurut Topik Vincent Liong
Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 

posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 
---BeginMessage---
Note: forwarded message attached. 
		Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ countries) for 2¢/min or less.---BeginMessage---
Kepada Yth.  Ibu Istiani  Staf Pengajar Program Pascasarjana  Fakultas Psikologi UIDengan hormat, Sehubungan dengan adanya keluhan dari beberapa Staf Pengajar, anggota milis Dosen F.Psi.UI tentang e-mail yang saudara kirimkan mengenai masalah ‘kompatiologi’, maka bersama ini selaku moderator milis Dosen F.Psi. UI menghimbau, agar saudara tidak lagi mengirim e-mail mengenai hal tersebut di milis [EMAIL PROTECTED].Demi tetap terjaganya kenyamanan dan
 Informasi yang ada antara Staf Pengajar F.Psi.UI tetap terjalin dengan baik, kami sarankan agar saudara membuka/membuat milis group dan mengundang individu yang berminat bergabung pada milis tersebut.Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama saudara kami ucapkan terima kasih.Sekretaris Fakultas,  ttd.  Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. 
	
	
		Want to be your own boss? Learn how on  Yahoo! Small Business. 
---End Message---
---End Message---


[psikologi_net] Anda di Fak Psikologi UI?! membahas Kompatiologi, bersiaplah mendapt SP (contoh terlampir)

2006-08-01 Terurut Topik Vincent Liong
Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 

posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 
---BeginMessage---
Note: forwarded message attached. 
		Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ countries) for 2¢/min or less.---BeginMessage---
Kepada Yth.  Ibu Istiani  Staf Pengajar Program Pascasarjana  Fakultas Psikologi UIDengan hormat, Sehubungan dengan adanya keluhan dari beberapa Staf Pengajar, anggota milis Dosen F.Psi.UI tentang e-mail yang saudara kirimkan mengenai masalah ‘kompatiologi’, maka bersama ini selaku moderator milis Dosen F.Psi. UI menghimbau, agar saudara tidak lagi mengirim e-mail mengenai hal tersebut di milis [EMAIL PROTECTED].Demi tetap terjaganya kenyamanan dan
 Informasi yang ada antara Staf Pengajar F.Psi.UI tetap terjalin dengan baik, kami sarankan agar saudara membuka/membuat milis group dan mengundang individu yang berminat bergabung pada milis tersebut.Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama saudara kami ucapkan terima kasih.Sekretaris Fakultas,  ttd.  Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. 
	
	
		Want to be your own boss? Learn how on  Yahoo! Small Business. 
---End Message---
---End Message---


[psikologi_net] Diskusi Kompatiologi Vincent Liong dengan Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono

2006-07-29 Terurut Topik Vincent Liong
Subject asli: Fwd: [beranda] Re: [psiindonesia]
MUKADIMAH : Komunikasi Empati
at:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16673
at:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/8929

at: http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/3256

at:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/165

Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono wrote:

Saya pengin tanya tentang MUKADIMAH Komunikasi Empati
sebagai Payung dari Cabang Ilmu di dalam-nya, saya
kutip sebagian kecil:

 Masterpiece dari karya saya menurut karya saya
sendiri adalah bagaimana keberhasilan saya,
mentranformasi proses mengalami dan menghayati
pengalaman-pengalaman dalam petualangan-petualangan
yang saya alami menjadi basic sistem sederhana tetapi
bukan kacangan yang bisa dipahami, dijalani dalam
hidup siapa saja tanpa terkecuali 

Pertanyaan: apakah bisa komunikasi EMPATI diawali
dengan saya, saya, saya dan saya? Bukankah
Empati harus selalu dimulai dan dipenuhi dengan
kata-kata engkau? Para nabi-pun yang menjadi
junjungan umat, tidak pernah mengagungkan diri
sendiri.

SWS





Vincent Liong answer:

Dengan membaca email anda di atas, saya melihat bahwa
anda sudah mulai menemukan titik terang tentang
‘Kompatiologi’(Komunikasi Empati). Kompatiologi selalu
dimulai, berproses dan diakhiri di dalam “saya”,
berbeda dengan psikologi yang konteksnya adalah
Psikologi untuk anda.

Mengapa demikian? Dalam proses seseorang belajar
Kompatiologi seorang siswa melalui urutan proses
belajar sebagai berikut yang tidak bisa dibalik-balik:
1. Mempelalajari “saya”(diri sendiri). Seorang manusia
harus mengetahui data tentang dirinya dimana baik
pengukur maupun terukur adalah “saya”. Contoh: Tinggi
saya sekian sentimeter dan berat saya sekian kilogram.

2. Mempelajari standart variabel yang berlaku. Contoh:
tinggi badan dalam sentimeter, jarak dalam kilometer,
berat dalam kilogram, dlsb.
3. Mempelajari variasi titik referensi yang digunakan.
Contoh: 
- rasa, misalnya: rasa manis, rasa asin, rasa asam,
rasa pahit, rasa pedas. 
- element misalnya: air, api, udara, tanah.
4. Setelah menguasai no: 1, 2  3 baru individu
pengguna Kompatiologi belajar melakukan perbandingan
lalu disusul pengukuran antara data tentang “saya”,
dan data individu (benda hidup / mati) di luar saya.
Contoh: Tinggi badan saya sekian sentimeter. Tinggi
badan Istiani sekian jengkal lebih pendek dari saya.
Sekian jengkal sama dengan sekian sentimeter. Maka
tinggi badan Istiani sama dengan tinggi badan saya
dikurangi ‘sekian sentimeter’ (yang sama panjangnya
dengan sekian jengkal tsb).  

Maka dari itu dalam Kompatiologi yang terpenting
adalah saya,
saya, saya dan saya.

Setiap orang yang belajar Kompatiologi selalu belajar
tentang saya,
saya, saya dan saya. Setiap pendidik
Kompatiologi selalu berpegang pada aturan dasar bahwa:
si pendidik tidak mengukur muridnya, tetapi bertugas
membimbing muridnya untuk mampu secara detail mengukur
dirinya sendiri untuk ‘digunakan sendiri’ (bukan untuk
diberitahukan ke pihak luar) dalam memilih pilihannya
sendiri. Bilamana data tersebut diberitahukan oleh
siswa kepada ‘pihak di luar dirinya’ (manusia lain
termasuk termasuk pendidik), maka adalah hak murid
untuk memberikan data yang benar atau salah. Oleh
karena itu membentuk seorang pendidik Kompatiologi
tidaklah mudah karena orang tersebut harus bersikap
tidak ada judgement pribadi dan mampu mengamati dengan
benar ke-deitil-an  pemerosesan memori dalam diri si
siswa.



Saya merasa perlu menjelaskan lebih jauh soal
Kompatiologi untuk “saya”(diri sendiri) dan Psikologi
untuk anda.  

Kelemahan dari Psikologi di Indonesia dan di Dunia
adalah: Psikologi tidak mendidik mahasiswanya untuk
mempelajari tentang “saya”(diri sendiri). Memang ada
di beberapa pertemuan kuliah dimana dosen psikologi
meminta mahasiswanya untuk mengisi suatu kuesioner
test psikologi dan di pertemuan selanjutnya memberikan
penilaian berdasarkan aturan yang diberlakukan; dalam
kasus ini si mahasiswa mengalami sebagai terukur dan
di kesempatan selanjutnya secara terpisah mengalami
sebagai pengukur, tetapi ketika berperan sebagai
pengukur pun mahasiswa terbatasi untuk hanya
menjalankan ritual pertukangan yang sifatnya
mencocokkan data saja, mahasiswa tidak menyadari
relevansi pengukuran dengan kepentingan “saya”(diri
sendiri) yang sifatnya makna dasar variabel dan
variasi titik referensi yang ada; Mahasiswa hanya
menjalankan tugas untuk mendapat nilai. Masalah ini
menjadi problem yang cukup fatal di mahasiswa dan
praktisi psikologi termasuk yang sudah lulus atau
bahkan praktek sebagai psikolog, tetapi tidak bisa
dicari jalan keluarnya karena terlanjur menggunakan
basic sistem tunggal yaitu stimulus dan respon dengan
dengan variasi titik referensi yang sifatnya dikotomi
right  guild feeling sejak awal proses pendidikan
hingga lulus dan berbaur dengan masyarakat umum. Bagi
penganut stimulus dan respon base, jati dirinya ada
bilamana ada stimulus atau respon baik dari dirinya ke
luar atau dari luar ke dalam

[psikologi_net] Fw: Re: ho

2006-07-29 Terurut Topik Vincent Liong
Devi [EMAIL PROTECTED] wrote:

loe vincent liong yg sering disebut itu y gue malah
ampe di pelajaran gue ttg anak berbakat ada cerita ttg
loe dari suatu artikel di internet yg di print ma
dosen gue. barulah gue tau tnyt loe salah seorang anak
berbakat hehe. n tnyt anak psiko jg toh...semester 7
donk y sekrang?soalnya sm angkatannya rata2 anak2 yg
seangkatan gue lahir th 85.hehehe btw, ke dukunan loe
apa?cm mau tau lebih jelas aja.




Vincent Liong answer:

Anda dan dosen anda di fakultas psikologi tsb sudah
ketinggalan kereta (ketinggalan jaman) mbak Devi.
Kasus Vincent Liong sekarang ini bukan sekedar
pembahasan soal anak berbakat, melainkan soal
duplikasi kondisi berbakat.

Vincent Liong yang sekarang dengan label ilmu
independent Kompatiologi me-recycle anak tidak
berbakat menjadi anak berbakat. Dalam hal ini tidak
ada batasan umur di-recycle nya umur berapa; mulai
dari anak kecil sampai yang berumur di atas 60 tahun
bisa di-recycle menjadi anak berbakat dengan kwalitas
kemampuan yang tidak jauh beda dengan Vincent Liong
anak berbakat yang asli. Saya merekomendasikan
Kitab-Kitab seri Pengenalan dasar-dasar Komunikasi
Empati Vincent Liong untuk digunakan sebagai buku
panduan untuk me-recycle diri anda dan dosen anda
sendiri. Jadi lain kali tidak usah repot-repot bahas
anak orang lain yang berbakat melainkan saya(diri
sendiri) berbakat. Jadi kalau ada pembahasan soal anak
berbakat bisa dilihat dari diri sendir saja.

Saya nga naik kelas 3x, loncat kelas 1x dan sempat nga
sekolah juga selama 1/2 tahun. Agustus 2006 ini saya
baru memulai di semester 3. Nilai IPK saya semester
pertama (agustus-akhir 2005) hanya 0,5. dan IPK
semester kedua 1,9.

Sesuai dengan penjelasan saya di paragraf kedua; jadi
anda sendiri saja dan dosen anda yang jadi dukunuya.
Tinggal menjadi duplikasi dari saya, nga susah kok.

Jadi Saya anak berbakat. ((diri sendiri))


ttd,
Vincent Liong


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[psikologi_net] Praksis Kompatiologi Terhadap Problem Kehidupan Manusia

2006-07-27 Terurut Topik Vincent Liong
Praksis Kompatiologi Terhadap Problem Kehidupan
Manusia
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16618

Ditulis oleh: Drs. Juswan Setyawan [EMAIL PROTECTED]


Seperti ilmu-ilmu sosial lainnya Kompatiologi
mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia
yang lain. Kompatiologi memang menyoroti relasi antar
manusia namun tidak menempatkan orang lain sebagai
“obyek penyelidikan” dengan paradigma “I’m OK - You
are not OK”. Kompatiologi tidak mau memilah-milah
manusia dalam posisi biner hitam atau putih, baik atau
buruk, berperilaku menyimpang atau normal dan semacam
itu.
 
Kompatiologi berpandangan bahwa setiap orang
memang selalu dalam keadaan menghadapi problem hidup –
baik besar atau kecil, rumit atau sederhana - dan
mereka menginginkan agar bagi problemnya itu dapat
diketemukan suatu solusi yang tuntas. Sayangnya, tidak
semua orang mampu mengidentifikasi untuk kemudian
merumuskan apa sebenarnya problem yang sedang
dihadapinya. Bahkan kerap kali orang merasa tidak
mempunyai problem sama sekali karena segala sesuatunya
tampak berjalan seperti biasa biasa saja. Untuk itulah
Kompatiologi menawarkan kemungkinan untuk menyelam dan
menemukan akar dari problem yang mereka hadapi itu
jauh di dalam pikiran, perasaan, maupun bawah sadar
mereka. 
 
Walaupun demikian tetap saja setiap manusia
memiliki kecemasan-kecemasan tertentu,
ketakutan-ketakutan, harapan-harapan dan
keinginan-keinginan yang belum atau tidak terpenuhi.
Kecemasan seorang ibu tentang bagaimana jodoh bagi
anak gadisnya. Kekuatiran seorang ayah akan masa depan
atau karir anaknya. Atau bahkan kekuatirannya sendiri
tentang hari tuanya sendiri. Kecemasan seorang jomblo
tentang kesepian kesendiriannya yang mencekik perasaan
dan ketidakberdayaannya yang tanpa pendamping dalam
menjalani hari-harinya. Kecemasan seorang pasien yang
harus menghadapi operasi berat sementara belum
mempunyai gambaran sama sekali tentang sumber
pembiayaannya. Kecemasan orang tua akan nasib
anak-anaknya setelah ia meninggalkan dunia ini.
 
Kecemasan semacam itu bukan hanya terdapat
pada seorang yang tidak beriman. Kerap kali kita
menyaksikan bahwa mereka yang dari luar tampaknya taat
beragamapun juga mengalami kecemasan-kecemasan seperti
itu. Akibatnya, orang bertanya-tanya apakah orang
semacam itu hanya memiliki iman di kepalanya (fides
intelectualis) saja namun sesungguhnya tidak memiliki
iman di dalam hatinya apalagi sampai berbuah (fides in
actu). Pada menjelang akhir hidupnya bukan tidak
mungkin seorang rohaniwanpun mencemaskan nasib pada
pasca kematiannya. Apakah surga itu memang ada atau
hanya sebagai utopia? Bagaimana seandainya surga itu
ternyata memang tidak ada sehingga kehidupannya yang
“keras” sepanjang hidupnya itu hanyalah merupakan
suatu “pengorbanan” yang terasa sia-sia?
 
Kompatiologi bukan menyoroti perilaku
eksternal manusia dengan paradigma apakah kelakuan itu
sifatnya normal atau menyimpang atau memikirkan
cara-cara untuk mengoreksi penyimpangan tersebut.
Kompatiologi juga tidak menyoroti perilaku internal
manusia tentang motivasi apa yang menyebabkan suatu
peyimpangan perilaku. Kompatiologi menerima setiap
perbuatan sebagaimana apa adanya sekalipun mungkin
dipandang sebagai suatu penyimpangan oleh masyarakat.
Kompatiologi justru menyusup ke dalam bawah sadar
manusia untuk melihat apa yang orang itu sendiri
katakan secara non-vokal apa yang dihadapinya.
Sekaligus mempelajari cara bagaimana orang itu sendiri
ingin agar persoalannya dapat dan mau diatasi menurut
“ipsus genius”-nya sendiri. 
 
Kompatiologi yakin bahwa setiap manusia pada
umumnya  normal (kecuali yang jelas-jelas gila)
walaupun sebagian terbesar manusia hidup dalam tingkat
“kecerdasan subnormal”.  Bila seorang menderita suatu
penyakit maka kebanyakan pengobatan allopatik hanya
memberikan obat-obat yang “mengoreksi penyimpangan”
yang terjadi secara simptomatik. Memang harus diakui
banyak juga pengobatan yang tidak bersifat mengatasi
simptom melainkan bersifat kausal; seperti pengobatan
dengan antibiotika. Hanya saja karena manusia itu
bersifat kompleks dan trimatra maka kerapkali
genjala-gejala fisikal saja belum memadai dipakai
sebagai dasar untuk therapi yang menyeluruh. Mungkin
saja terdapat sebab-sebab non-fisikal tetapi
psikologis bahkan spiritual. Depresi yang disebabkan
oleh “kekuatiran yang berlebihan” belum tentu
disebabkan oleh tekanan psikologis biasa tetapi
mungkin juga oleh “guilt feeling” karena telah
melakukan suatu perbuatan jahat (dosa) yang terus
disembunyikannya dan yang tidak diketahui oleh seorang
lain manapun; termasuk isteri/suami dan anak-anaknya.
 
Seorang kompatiolog dapat langsung menyelami
bawah sadar orang itu dan menyatakan bukankah ia telah
menyembunyikan suatu “kesalahan besar” - ini atau itu
- sehingga ia selalu dicekam oleh suatu rasa ketakutan
dan depresi karenanya. Bagi seorang kompatiolog tidak
ada rahasia yang tersembunyi karena ia mampu masuk ke
dalam dan menyerap memori kolektif 

[psikologi_net] Deklarasi Ilmu Baru Kompatiologi

2006-07-23 Terurut Topik Vincent Liong
Kepada Yth: Moderator
Kami mengharap izin dari moderator untuk sekiranya
meloloskan posting ini agar di masa mendatang ketika
proyek ini semakin luas berguna bagi banyak orang;
tindakan plagiat, copypaste contek menyontek dlsb
dapat dihindari sehingga kami bisa lebih fokus pada
penelitian kami yang bisa digunakan oleh masyarakat
umum bukan sekedar untuk kaum pe-monopoli standart
akademis saja seperti perkembangan ilmupengetahuan
yang umum terjadi di Indonesia… Thx Vincent Liong

E-BOOK dapat didownload secara Cuma-Cuma di:
http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/files





Deklarasi Ilmu Baru Kompatiologi
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16550

Ditulis oleh: Drs. Juswan Setyawan [EMAIL PROTECTED]
 

Pada tanggal 20 Juli 2006, penemu logika dan
praxis Komunikasi Empati, Vincent Liong, dalam artikel
Mukadimah mengumumkan berdirinya ilmu baru
Kompatiologi. Kompatiologi tegas-tegas menolak
dikategorikan sebagai ranting dari Ilmu Komunikasi
maupun ranting dari  Ilmu Biologi atau Ilmu Psikologi.


Dalam diskusi lepas dengan pakar sosiologi Dr.
Hubertus Ubur, seorang dosen Sosiologi pada Unika
Atmajaya dan Gunadharma, terungkapkan fakta bahwa
semua cabang Ilmu Pengetahuan secara organik dan
sosiologis dimulai dengan dan dari suatu Konsep yang
secara evolusioner barulah kemudian dikembangkan dan
diperkaya dengan berjalannya waktu oleh tokoh yang
berbeda-beda secara piramidal. Tidak ada cabang Ilmu
Pengetahuan yang begitu timbul telah terbentuk secara
sempurna dan sekali jadi. Metodik dan sistematika –
bahkan Nama resmi dari suatu ilmu baru selalu
dikembangkan lebih hilir dalam kontinuum waktu
perjalanan eksistensinya. Zaman dan kondisi telah
berubah total dan segalanya menjadi semakin instant
sehingga tidak ada salahnya justru dilakukan hal yang
justru sebaliknya yaitu memberi nama baru kepada
Komunikasi Empati ini sebagai Ilmu Kompatiologi.
Sifatnya yang dominan praxis membuat Ilmu Kompatiologi
dengan nama ataupun tanpa nama, walau dengan nama
apapun ilmu Kompatiologi telah terbukti dapat dikuasai
dan telah diterapkan secara individual ke dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan bidang profesi di
dalam masyarakat seperti kedokteran umum, kedokteran
hewan, kedokteran gigi, salesmanship, dsb.


Pada abad ke 15 misalnya belum ada yang
namanya ilmu Sosiologi, ilmu Anthropologi, ilmu
Manajemen, ilmu Psikologi apalagi Ilmu Teknik
Informasi dan Telematika. Tetapi ilmu-ilmu seperti
ilmu Filsafat, ilmu Hukum, ilmu Kedokteran relatif
lebih tua dan sudah terbentuk sejak abad-abad pertama
tarikh Masehi. Ilmu filsafat sendiri, menurut Dr.
Hubertus Ubur pada awalnya sama sekali bukan ilmu
melainkan melulu rumusan hasil refleksi tentang
hakekat zat dan tentang apa itu makna kebenaran. Orang
mengamati fenomen atau gejala alam seperti api, air,
angin  dan ingin mencoba memahami dan merumuskan
hakekatnya. Semestinya hal-hal seperti itu termasuk
Ilmu Fisika namun pada awal mulanya semua ilmu
berpangkal pada Ilmu Filsafat, karena semua ilmu
selalu bersifat mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti the “WHAT” dan
“WHY” serta kemudian diikuti ‘HOW”. Kata filsafat itu
sendiri berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu
‘philia’ dan ‘sophia’, yang masing-masing berarti
‘cinta’ dan ‘kebenaran’, sehingga filsafat ialah ilmu
yang mencintai kebenaran - tetapi mana ada ilmu
pengetahuan formal yang membenci kebenaran?  Filsafat
juga tidak dibangun oleh satu orang karena selain nama
Socrates yang kerap disebut-sebut dan dianggap bapak
Ilmu Filsafat karena dipaksa minum racun akibat
penemuan barunya itu, kita juga mengenal nama-nama
seperti Plato, Stoa, Euclides dsb. misalnya.

Ilmu Theologia juga baru timbul setelah orang-orang
dari pelbagai zaman mempelajari ajaran-ajaran agama
yang diturunkan ke dunia ini dari sudut pandangan
tertentu yang serba theo-sentris. Dan pada gilirannya
ilmu Moral baru terbentuk kemudian mengikuti ilmu
Theologia.


Bila kebanyakan ilmu pengetahuan memerlukan
waktu yang sangat panjang dan lama untuk perumusan dan
pengembangannya, maka Kompatiologi akan memerlukan
waktu yang relatif lebih pendek karena didukung oleh
mereka yang pakar dalam bidang-bidang penerapannya
masing-masing. Kompatiologi pada hakekatnya bukan ilmu
teori umum melainkan lebih bersifat ilmu terapan
secara praxiologis.  Maka dari itu kompatiologi secara
langsung serta merta telah dapat diterapkan ke dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan, namun para pakar
dari ilmu pengetahuan yang bersangkutanlah yang akan
berkontribusi untuk mengembangkan Ilmu Kompatiologi
itu sendiri.  Misalnya, Cornelia Istiani, M.Si.
seorang strata dua Ilmu Psikometri bertugas merumuskan
dasar-dasar psikometrik daripada ilmu Kompatiologi.


Apakah deklarasi ini terlalu dini, terlalu
ambisius dan terlalu bombastis? Bukanlah tugas penemu
ilmu Kompatiologi itu sendiri untuk menjawabnya.
Justru para pemerhati, peminat dan partisipan dalam
ilmu Kompatiologi, mereka itulah yang akan

[psikologi_net] Deklarasi Ilmu Baru Kompatiologi

2006-07-23 Terurut Topik Vincent Liong
Kepada Yth: Moderator
Kami mengharap izin dari moderator untuk sekiranya
meloloskan posting ini agar di masa mendatang ketika
proyek ini semakin luas berguna bagi banyak orang;
tindakan plagiat, copypaste contek menyontek dlsb
dapat dihindari sehingga kami bisa lebih fokus pada
penelitian kami yang bisa digunakan oleh masyarakat
umum bukan sekedar untuk kaum pe-monopoli standart
akademis saja seperti perkembangan ilmupengetahuan
yang umum terjadi di Indonesia… Thx Vincent Liong

E-BOOK dapat didownload secara Cuma-Cuma di:
http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/files





Deklarasi Ilmu Baru Kompatiologi
e-link:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16550

Ditulis oleh: Drs. Juswan Setyawan [EMAIL PROTECTED]
 

Pada tanggal 20 Juli 2006, penemu logika dan
praxis Komunikasi Empati, Vincent Liong, dalam artikel
Mukadimah mengumumkan berdirinya ilmu baru
Kompatiologi. Kompatiologi tegas-tegas menolak
dikategorikan sebagai ranting dari Ilmu Komunikasi
maupun ranting dari  Ilmu Biologi atau Ilmu Psikologi.


Dalam diskusi lepas dengan pakar sosiologi Dr.
Hubertus Ubur, seorang dosen Sosiologi pada Unika
Atmajaya dan Gunadharma, terungkapkan fakta bahwa
semua cabang Ilmu Pengetahuan secara organik dan
sosiologis dimulai dengan dan dari suatu Konsep yang
secara evolusioner barulah kemudian dikembangkan dan
diperkaya dengan berjalannya waktu oleh tokoh yang
berbeda-beda secara piramidal. Tidak ada cabang Ilmu
Pengetahuan yang begitu timbul telah terbentuk secara
sempurna dan sekali jadi. Metodik dan sistematika –
bahkan Nama resmi dari suatu ilmu baru selalu
dikembangkan lebih hilir dalam kontinuum waktu
perjalanan eksistensinya. Zaman dan kondisi telah
berubah total dan segalanya menjadi semakin instant
sehingga tidak ada salahnya justru dilakukan hal yang
justru sebaliknya yaitu memberi nama baru kepada
Komunikasi Empati ini sebagai Ilmu Kompatiologi.
Sifatnya yang dominan praxis membuat Ilmu Kompatiologi
dengan nama ataupun tanpa nama, walau dengan nama
apapun ilmu Kompatiologi telah terbukti dapat dikuasai
dan telah diterapkan secara individual ke dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan bidang profesi di
dalam masyarakat seperti kedokteran umum, kedokteran
hewan, kedokteran gigi, salesmanship, dsb.


Pada abad ke 15 misalnya belum ada yang
namanya ilmu Sosiologi, ilmu Anthropologi, ilmu
Manajemen, ilmu Psikologi apalagi Ilmu Teknik
Informasi dan Telematika. Tetapi ilmu-ilmu seperti
ilmu Filsafat, ilmu Hukum, ilmu Kedokteran relatif
lebih tua dan sudah terbentuk sejak abad-abad pertama
tarikh Masehi. Ilmu filsafat sendiri, menurut Dr.
Hubertus Ubur pada awalnya sama sekali bukan ilmu
melainkan melulu rumusan hasil refleksi tentang
hakekat zat dan tentang apa itu makna kebenaran. Orang
mengamati fenomen atau gejala alam seperti api, air,
angin  dan ingin mencoba memahami dan merumuskan
hakekatnya. Semestinya hal-hal seperti itu termasuk
Ilmu Fisika namun pada awal mulanya semua ilmu
berpangkal pada Ilmu Filsafat, karena semua ilmu
selalu bersifat mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti the “WHAT” dan
“WHY” serta kemudian diikuti ‘HOW”. Kata filsafat itu
sendiri berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu
‘philia’ dan ‘sophia’, yang masing-masing berarti
‘cinta’ dan ‘kebenaran’, sehingga filsafat ialah ilmu
yang mencintai kebenaran - tetapi mana ada ilmu
pengetahuan formal yang membenci kebenaran?  Filsafat
juga tidak dibangun oleh satu orang karena selain nama
Socrates yang kerap disebut-sebut dan dianggap bapak
Ilmu Filsafat karena dipaksa minum racun akibat
penemuan barunya itu, kita juga mengenal nama-nama
seperti Plato, Stoa, Euclides dsb. misalnya.

Ilmu Theologia juga baru timbul setelah orang-orang
dari pelbagai zaman mempelajari ajaran-ajaran agama
yang diturunkan ke dunia ini dari sudut pandangan
tertentu yang serba theo-sentris. Dan pada gilirannya
ilmu Moral baru terbentuk kemudian mengikuti ilmu
Theologia.


Bila kebanyakan ilmu pengetahuan memerlukan
waktu yang sangat panjang dan lama untuk perumusan dan
pengembangannya, maka Kompatiologi akan memerlukan
waktu yang relatif lebih pendek karena didukung oleh
mereka yang pakar dalam bidang-bidang penerapannya
masing-masing. Kompatiologi pada hakekatnya bukan ilmu
teori umum melainkan lebih bersifat ilmu terapan
secara praxiologis.  Maka dari itu kompatiologi secara
langsung serta merta telah dapat diterapkan ke dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan, namun para pakar
dari ilmu pengetahuan yang bersangkutanlah yang akan
berkontribusi untuk mengembangkan Ilmu Kompatiologi
itu sendiri.  Misalnya, Cornelia Istiani, M.Si.
seorang strata dua Ilmu Psikometri bertugas merumuskan
dasar-dasar psikometrik daripada ilmu Kompatiologi.


Apakah deklarasi ini terlalu dini, terlalu
ambisius dan terlalu bombastis? Bukanlah tugas penemu
ilmu Kompatiologi itu sendiri untuk menjawabnya.
Justru para pemerhati, peminat dan partisipan dalam
ilmu Kompatiologi, mereka itulah yang akan

[psikologi_net] KomPati sebagai Payung dari Cabang Ilmu di dalam-nya

2006-07-19 Terurut Topik Vincent Liong
KomPati sebagai Payung dari Cabang Ilmu di dalam-nya

Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong


Pendahuluan

Saya merasa kurang bilamana saya tidak menceritakan
apa yang akan saya tuliskan dalam esai ini. Sebenarnya
saya tidak mau / menghindari diri untuk menulis
hal-hal tentang Komunikasi Empati (KomPati). Bagi saya
masterpiece terbaik saya bulankah dari tulisan-tulisan
saya baik tentang KomPati atau karya-karya saya
sebelumnya yang sekedar aplikasi (menerapkan kemampuan
/ ilmupengetahuan tertentu) selalu subjective dan
individualistis karena memang saya penulis yang
bercerita hal biasa tentang hidup saya sendiri yang
oleh karena tulisannya menjadi suatu hal yang menarik.


Masterpiece dari karya saya menurut karya saya sendiri
adalah bagaimana keberhasilan saya, mentranformasi
proses mengalami dan menghayati pengalaman-pengalaman
dalam petualangan-petualangan yang saya alami menjadi
basic sistem sederhana tetapi bukan kacangan yang bisa
dipahami, dijalani dalam hidup siapa saja tanpa
terkecuali yang berniat dan tulus untuk mengalami
petualangan sejenis dalam kehidupannya sendiri, yang
tentunya akan tetap sebagai hal yang unique yang
melekat pada orangnya masing-masing, sebagai
senimannya untuk diri sendiri. 

Banyak seniman baik dalam tulisan seperti Pramoedya
Ananta Tour yang belum lama meninggal dunia, pelukis
seperti Leonardo Da Vinci, atau ilmuan seperti Carl
Gustav Jung dan Sigmund Freud yang dimana setelah si
tokoh utama meninggal dunia karyanya hanya menjadi
kenangan untuk dibahas, diperbincangkan dan dikritisi.


Memang sepertinya banyak ahli bergelar sesuai standart
bermunculan mulai dari ahli sastra, ahli seni lukis
sampai ahli Psikologi, tetapi ahli-ahli ini hanya
menjadi seorang discoverer seperti anda yang menonton
discovery channel menonton apa hal yang sebenarnya
sudah ada, sekedar anda sedikit lebih tahu dari
sebelum anda menontonnya. Jarang sekali dari kalangan
para ahli ini yang benar-benar menjadi inventor
menemukan sesuatu dari ketidaktahuan samasekali, tanpa
punya kesempatan untuk menonton dari televisi atau
membaca buku atau mengikuti seri kuliah sehingga
karena banyak mendengar dalam standart tertentu
dianggap lulus. 

Yang menjadi masalah, menonton itu beda dengan
mengalami proses pengalaman pencerahan atas suatu
pembentukan karya seni tsb. Kita tidak menonton
discovery channel atau national geograpic soal
Leonardo Da Vinci misalnya dimana Da Vinci sendiri
yang bercerita di sana. Bilamana demikian pun,
seberapa detail pengalaman seumur hidup tsb bisa dia
ceritakan dalam sebuah seri film dokumenter yang
durasinya kurang dari satu atau dua jam tsb.

Apalagi bilamana si pencerita bukan orang yang sama,
sudut pandang bisa saja berbeda, bahkan alat penilai
dan pemetaan bahasa yang digunakan untuk menceritakan
sudah tentu berbeda. Misalnya dalam fakultas Psikologi
kita menemui Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung.
Pelajaran yang misanya kuliah Psikologi, hanya
bersifat menceritakan discovery atau bahkan gawatnya
malah seperti pelajaran sejarah dimana kronologis dan
point-point hasil akhir penemuannya saja yang dibahas,
proses pembentukan yang sedikit-semi sedikit itu tidak
dibahas. Yang lebih gawat lagi, sistem berpikir
mendasar yang dipakai untuk membahas ilmupengetahuan
warisan Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung jelas
berbeda dengan sistem mendasar yang Freud dan Jung
gunakan. Freud dan Jung adalah ilmuan yang basic
ilmunya bersifat pengertian proses keseluruhan
pengalaman (memori base) yang sifatnya lebih konstan,
misalnya soal Psikoanalisa-nya. Sedangkan sistem
mendasar yang digunakan oleh Psikologi adalah sistem
stimulus  response (reward  punishment).

Hal ini sama seperti bilamana kita membahas sebuah
kapal yang melepas jangkarnya di tengah laut yang
dalam. Bilamana kita menggunakan sistem pemikiran
mendasar yang base on stimulus dan response, maka yang
dibahas adalah frekwensi gerak badan kapal akibat
hempasan gelombang dan tiupan angin. Bilamana kita
menggunakan sistem pemikiran mendasar yang base on
pengertian proses keseluruhan pengalaman (memori
base), maka yang kita nilai adalah letak kapal
terhadap garis lintang dan bujur bumi yang tetap
karena kapal tsb tertambat di satu tempat tertentu
karena adanya jangkar. Bilamana kita membahas letak
kapal terhadap garis lintang dan bujur bumi dengan
memperhatikan frekwensi gerak kapal akibat angin dan
gelombang saja maka tentu data hasil penilaian yang
diperoleh akan jelas salah.   

Dalam Psikologi, sistem berpikir mendasar yang berbeda
ini membuat Psikoanalisa dianggap sulit dipelajari dan
digunakan sehingga tidak / jarang dipakai di dunia
Psikologi. Lalu mengapa Psikologi masih memonopoli
bahwa Psikoanalisa Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung
adalah bagian dari ilmu Psikologi?


Blok Barat atau Blok Timur
  
Dulu saya ketika diceritakan di kelas sejarah soal
blok barat dan blok timur tidak begitu mengerti dan
membenarkan saja ketika diceritakan soal perang antara
Kapitalis VS Komunis. Dulu ketika mendengar cerita

[psikologi_net] KomPati Combats Monopolis ; oleh: Juswan Setyawan

2006-07-06 Terurut Topik Vincent Liong
KomPati Combats Monopolis


Balasan Sdr. Juswan Setyawan kepada sdr.Tan di
maillist:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16371
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/8357

Sdr. Tan yang sedikit disoriented,

Hidup ini adalah suatu permainan (life is just a game;
so know the rules of the game)  dan manusia itu juga
adalah homo ludens atau manusia yang senang
bermain-main. Dr. Eric Berne juga menyatakan bahwa
manusia itu menghabiskan waktunya untuk 4 hal yaitu
Work - Ritual - Intimacy - Pastimes.  Jadi jangan
serius melulu kalau mau panjang umur.  Ada waktu
serius untuk kerja atau studi, ada waktu untuk doa
atau sembahyang, ada waktu untuk pacaran atau
bemesraan sekesek tetapi sediakan waktu juga untuk
bermain-mian.

Menurut Vincent studi atau kuliah itu sangat
membosankan. Bahkan ada yang menganggap Universitas
itu semacam lembaga pseudo-keagamaan yang memiliki
mithos, kitab suci, nabi, hirarki, upacara, lagu suci,
hukum, ikon dsb. Lihat saja umpamanya upacara wisuda -
bukanlah semuanya seperti upacara keagamaan klasik,
dosen-dosen pakai toga, pakai topi kebesaran, pakai
tongkat kebesaran, sambil menyanyikan lagu hymne
civitas academica dalam bahasa Latin - yang iris
kuping gue kalau ada satu mahasiswa yang paham
artinya... dsb.  Jadi mengapa sekolah atau studi juga
tidak boleh dijadikan semacam pastimes atau suatu
game... supaya enak buat dijalani dan ditelan pahitnya
karena diberi bersalut gula (sugar coated bitter
pills)...

Anggaplah kita sedang main play station
perang-perangan. Perang melawan Sistem Pendidikan yang
kaku. Perang melawan Establishment. Perang melawan
Monopoli suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu, entah
itu psikologi, kedokteran, farmasi, sastra, filsafat,
ekonomi, hukum, manajemen, komunikasi, sosiologi,
politik atau sebutkan studi apa sajalah. Perang
melawan Asosiasi ini itu yang merasa paling berhak
membuat aturan - bahkan seburuk apapun - dalam suatu
bidang tertentu tersebut.

Kalau ada peperangan tentu ada kawan dan lawan dan ada
penggalangan kekuatan serta perlawanan mati-matian
dari pihak yang merasa institusinya terancam atau
oknum yang terganggu comfort zone yang selama ini
dinikmatinya.  Dulu sewaktu kami kuliah dan ketemu
seorang dosen killer, kalau ia memutuskan kita harus
mengulang satu tahun, maka kami hanya bisa menurut
saja dan menganggur satu tahun... memboroskan uang
kiriman orang tua dan waktu dengan sia-sia hanya
karena kediktatoran dosen killer tersebut. Siapa
berani melawan mereka?  Bersuarapun kami tidak berani.

Sekarang zamannya sudah berubah. Seorang mahasiswa
'geblek bin ndablek'  dengan indeks prestasi 0.5 bisa
saja menemukan metode pengembangan psikologi terapan
yang multi-tasking sehingga orang kemudian
bertanya-tanya:  Kalau bisa begitu, lalu untuk apa
lagi kuliah psikologi capek-capek kalau sesudah
tamatpun mereka tidak boleh praktek sebagai psikolog
dan cuma bisa jadi calon klerk - dan kalau bisa KKN -
menduduki posisi Manajer HRD bersaingan dengan para
lulusan Fakultas Hukum yang melek undang-undang tetapi
buta dan yang pengetahuan psikologinya - tidak ada
tai-tainya ?

Maka dalam main perang-perangan itu maka diadopsilah
Ilmu Samurai dari tokohnya yang ichi-ban (nomor satu)
yaitu Musashi Miyamoto dari perguruan Ni Ten Ichi Ryu
(Dua Langit Satu Sekolah) dengan memakai 5 strategi
dasar yang dituangkan dalam 5 bukunya: Kaze no maki;
Hi no maki; Mizu no maki; Chi no maki; Kaze no maki;
dan Ku no maki.

Kita semua sepakat bahwa Vincent pantas jadi
ikon/maskot Musashi Miyamotonya, atau seperti tokoh
yang sangat dikaguminya yaitu Kim Il Sung seorang
benevolent dictator dari Korea Utara yang dicintai
oleh semua rakyatnya tetapi paling dibenci oleh
Amerika. Berikan saja kepada Vincent apa yang
disukainya - dan ia memang paling suka menjadi
simulacra Kim il Sung.

Kita juga sepakat memakai strategi marketing yang lagi
in dan sangat ampuh yaitu MLM dan sistem franchising
untuk mengembangkan Komunikasi Empati supaya cepat
berkembang biak menurut deret ukur - di luar pandemi
lewat virus flu monyet Koshima - semuanya tanpa
biaya promosi yang berarti.
Walaupun sistem MLM itu sangat 'vicious' dari sononya
karena yang sukses ditunjang oleh massa yang belum
sukses tetapi sistem itu tetap akan bertahan untuk
selamanya dan sukar dikalahkan.

Begitu pula dengan Komunikasi Empati kita tidak
mengenal Hak Patent atau Hak Pencipta, maka semua
boleh mengutip atau mempelajarinya dengan bebas. Siapa
saja boleh mengarang menurut kemampuan, latar belakang
studi, maupun latar belakang collective memorynya
masing-masing.  Tidak ada yang menggugat atau digugat.
Tidak seperti dalam ilmu pengetahuan lewat kelembagaan
di mana anda dilarang bicara apapun - misalnya bicara
soal konseling psikologis kalau anda bukan psikolog,
atau bicara apapun soal penyembuhan allopatik kalau
anda bukan dokter.  Dilarang menafsirkan ayat kalau
anda bukan sekolah teologi atau spesialis
hermeneutika, dsb.  Dalam Komunikasi Empati yang
diukur ialah tingkat keberhasilan 

[psikologi_net] Komunikasi Empati ala Vincent Liong : Teori baru? ; oleh: Dr. Hubertus Ubur

2006-07-03 Terurut Topik Vincent Liong
Komunikasi Empati ala Vincent Liong : Teori baru?
Kata Pengantar dari Dr. Hubertus Ubur

Munculnya kontroversi seputar Vincent Liong dan
Komunikasi Empati yang diperkenalkannya, menurut saya,
merupakan hal yang wajar. Vincent masih tergolong muda
usianya, masih “ingusan” di bidang ilmiah. Dikatakan
“ingusan” karena ia baru mulai menapaki kehidupan
sebagai mahasiswa psikologi, berarti baru saja
berkenalan dan belum mengenal betul apa yang dimaksud
dengan ilmu umumnya dan psikologi khususnya. Namun
dalam usia dan pengalaman ilmiah seperti itu ia sudah
“berani” mengklaim bahwa ia mempunyai “teori” tentang
Komunikasi Empati yang pendekatannya lain dari apa
yang selama ini dikenal di kalangan psikolog.
Kontroversi makin menjadi oleh karena Vincent belum
menjelaskan dengan baik dalam bahasa ilmiah yang bisa
dipahami ilmuwan lainnya tentang pemikirannya. Bagi
sebagian orang hal ini justru menarik, apalagi ketika
mereka melihat “karya” Vincent yang amat menajubkan.
Bayangkan saja, hanya dengan meraba cover sebuah buku,
asal ia merabanya dengan komunikasi empati ala
Vincent, seseorang bisa “menebak” apa isi buku
tersebut. Bagaimana caranya? Ya, dengan komunikasi
empati ala Vincent Liong itu? Tetapi bagaimana
hubungan antara kegiatan meraba dengan diperolehnya
pengetahuan tentang isi sebuah buku? Entahlah. Namun
bagi sebagian orang, kegiatan seperti merupakan sesuau
yang tidak masuk akal. Kehadiran orang dan kegiatan
seperti itu justru “menyebalkan”. Kesebalan yang
ditimbulkan makin bertambah manakala melihat ulah
Vincent sendiri dalam pergaulan maupun dalam
kesehariannya sebagai mahasiswa. 

Saya pernah ditanyai bagaimana sikap saya terhadap
fenomena ini? Awalnya saya memandangnya sebagai
sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan seorang
paranormal. Bukankah Vincent sebelumnya oleh media
diperkenalkan sebagai seorang indigo? Orang tegolong
indigo biasanya dianggap mempunyai kemampuan khusus
melebihi kemampuan orang lain pada umumnya, dan
kemampuan itu merupakan “karunia” dan bukan hasil
belajar. Jika orang indigo bisa “melakukan” sesuatu
yang sulit diterangkan secara ilmiah, hal itu memang
“wajar” untuk seorang indigo. Ketika seorang Vincent
bertemu dengan saya untuk pertama kalinya mampu
membantu “menyembuhkan” gejala sakit kepala saya, hal
itu saya terima sebagai sebuah kewajaran menurut
pengertian tadi. 

Akan tetapi lain lagi masalahnya dengan apa yang
diperkenalkannya belakangan ini. Tidak jarang
dikemukakan bahwa Vincent mempunyai “ilmu” baru dengan
metode baru yang disebut dengan Komunikasi Empati ala
Vincent Liong. Metode baru ini “efektif”, bahkan
emansipatif sifatnya. Buat saya, munculnya sebuah
“teori” baru dalam disiplin tertentu bukan merupakan
hal yang aneh, bukan juga hanya sah, melainkan juga
sangat diharapkan. Bahkan ada anggapan bahwa jika
tidak muncul teori baru, itu merupakan pratanda ilmu
akan menjadi mandeg. Saya kebetulan pernah mengenyam
sedikit-sedikit bidang filsafat, teologi dan
sosiologi. Tidak ada di antara ketiganya yang saya
“kuasai” benar-benar. Namun satu hal saya ingat betul
bahwa dalam ketiga bidang tersebut ada berbagai
variasai bahkan pertentangan pandangan. Hal itu tidak
mengakibatkan sebuah “anomi ilmiah” melainkan justru
sebaliknya memperkaya. Dalam teologi, muncul pandangan
mulai dari yang teistik sampai yang ateistik. Dalam
filsafat, muncul berbagai pandangan tentang
macam-macam hal. Obyek filsafat sendiri “segala
sesuatu” berarti past ada banyak pandangan. Mengenai
satu hal pun ada berbagai pandangan, bahkan
bertentangan satu sama lain. Ambil saja contoh bidang
filsafat yang disebut epistemologi. Salah satu
pertanyaannya ialah manakah sumber pengetahuan yang
bisa dipercaya? Atas pertanyaan yang satu ini saya
kenal paling tidak ada empat pandangan. Pertama apa
yang disebut rasionalisme yang mengatakan bahwa
satu-satunya sumber pengetahuan yang valid adalah
rasio. Kedua, empirisme yang mengatakan bahwa
satu-satunya sumber pengetahuan  yang benar adalah
pengalaman (empiri). Ketiga, fenomenalisme (Kant) yang
mengatakan bahwa pengetahuan berasal dari gejala (apa
yang menampakkan diri) namun “benda”nya sendiri tidak
dapat diketahui. Pandangan keempat adalah pandangan
yang mencoba melengkapi apa dikemukakan Kant itu yakni
bahwa “benda” bisa diketahui keseluruhannya melalui
apa yang disebut intuisi (Henry Bergson). 

Bagaimana dengan sosiologi? Di bidang sosiologi pun
ada berbagai variasi pandangan yang saling berlawanan
dan saling mengeritik. Dikenal beberapa paradigma
sosiologi yang pemunculannya kurang lebih mengikuti
tahapan sebagaimana dideskripsikan oleh Thomas Kuhn di
bidang ilmu alam. Paradigma sosiologi fakta sosial
misalnya cukup berperan dalam menjelaskan fenomena
sosial, namun dalam perkembangan lanjutan paradigma
ini terasa tidak mampu menjelaskan seluruh fenomena
sosial yang ada maka muncul krisis paradigmatik yang
kemudian disusul oleh lahirnya paradigma baru yang
disebut paradigma definisi sosial. Dalam “kebersamaan”
berbagai paradigma itu mempunyai daya

[psikologi_net] (unknown)

2006-06-14 Terurut Topik Vincent Liong
 
 

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
You can search right from your browser? It's easy and it's free.  See how.
http://us.click.yahoo.com/_7bhrC/NGxNAA/yQLSAA/wf.olB/TM
~- 

posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[psikologi_net] Fwd: Re: [psikologi_transformatif] Pemain yang Mengira Dirinya Menonton

2006-05-27 Terurut Topik Vincent Liong



http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/7306
--- In [EMAIL PROTECTED],
audifax - [EMAIL PROTECTED] wrote:

Jeni:
 Saya yakin anda pernah mengalami kelelahan temporal,
baik kelelahan fisik maupun pola pikir yang
acak-acakan dan bingung.
 Saat itu anda bukanlah diri anda yang sebenarnya,
anda hanya mengikuti arus yang ada dari pagi hingga
petang dan seterusnya karena memang begitu dunia
materialistis dan pragmatis harus diimbangi. Biasanya
ada dua hal yang mampu menghentikan kebiasaan anda
yang gila kerja, yakni karena jatuh sakit dan ketika
anda sudah merindukan eksistensialisme diri anda yang
sebenarnya maka anda akan menjauh dan sendirian,
dengan begitu anda menjadi tenang. Hal ini biasanya
tidak berlangsung lama karena anda kembali
menyesuaikan diri dengan dunia logis secara cepat.
 
 Audifax:
 Menarik. Mengingatkan saya akan apa yang pernah
diungkapkan Martin Heidegger tentang Dasein dan
dasman. Dasein, adalah seperti yang Jeni ungkapkan,
orang yang merindukan eksistensialisme diri sebenarnya
dan menjauh, menyendiri. Sedangkan dasman adalah orang
yang tenggelam dalam arus keseharian, dalam kerumunan,
sehingga diripun melenyap dalam kerumunan itu.
Kerumunan orang Katolik, kerumunan muslim, kerumunan
mahasiswa, kerumunan etnis dsb. Dalam kerumunan, tak
ada Jeni, Audifax, Priatna, Kartono, dan sebagainya
itu
 
 Tulisan Jeni saya pikir adalah sesuatu yang menarik
untuk disimak. Kenapa? Bukankah kita sering menemui
refleksi semacam ini? Peristiwa semacam itupun
(berjalan di atas bara dengan kekuatan pikiran) toh
juga bukan hal yang terlalu istimewa. Ya, itu semua
juga benar, namun satu yang emnarik adalah refleksi
dan analisa atas apa yang dialami dalam sebuah tulisan
seperti ini justru muncul dari seorang yang berlatar
pendidikan teknik, dan bisa saya katakan, sangat
jarang dari orang yang berlatar psikologi.
 
 Jika beberapa waktu yang lalu saya menuliskan
tentang IN-THE-NAME-OF-THE-PSYCHOLOGY dan mendapat
reaksi keras dari kalangan psikologi mainstream yang
tergabung di milis PSIINDONESIA, maka fenomena
bagaimana seorang Jeni menulis ini bisa menjadi salah
satu bukti lagi. Bukti lain? Banyak. Mungkin kita
lihat saja ke depan pada fenomena Gempa Jogja ini.
 
 Saya pikir bagaimana genuinitas melihat realita
itulah yang sebenarnya sangat jarang terjadi di
kalangan psikologi. Seperti terlihat pada reaksi Toge
Aprilianto di milis PSIINDONESIA pada bagian di mana
saya mencontohkan seorang Mbok Sum yang warungnya
menjadi fasilisasi pluralitas. Bagian tulisan saya
berikut:
 
 Satu-satunya kemungkinan agar psikologi dapat mulai
menyumbang pada penyelesaian masalah nirhumanitas dan
penerimaan kemajemukan bangsa ini, adalah dengan mulai
belajar berpikir inklusif.
 
 Saya justru merasa seorang Mbok Suminem di Ledok
Sayidan, seperti dikisahkan Bernhard Kieser dalam
diskusi di Jogja beberapa waktu lalu, jauh lebih bisa
menyumbang bagi permasalahan nirhumanitas dan
bagaimana menerima pluralitas. Rumah Mbok Sum menjadi
warung, pagi hari ibu-ibu berkumpul di situ untuk
belanja dan ngrumpi; malam hari tuan-tuan kampung
bertemu di situ untuk ngopi dan ngrasani. Di rumah
warung Mbok Sum dibangun ketetanggaan; di situ semua
sama tahu; yang tidak cocok pun ketemu di situ,
menjadi sesama warga.
 
 Jadi, penyelesaian masalah nirhumanitas dan
bagaimana menerima kemajemukan pada bangsa ini, tidak
membutuhkan kehadiran ribuan lulusan dari pendidikan
psikologi manapun di Indonesia saat ini. Apa yang
dibutuhkan Indonesia adalah berpuluh juta Mbok Sum
untuk 200 juta jiwa penduduk yang terdiri dari sekian
ribu etnis dan adat yang mencirikannya masing-masing,
untuk lima agama dan berbagai kepercayaan berikut
perbedaannya satu sama lain; untuk keunikan
masing-masing manusia dengan segala kelebihan dan
kekurangannya; serta untuk menjaga tetap hidupnya
ke-Bhinneka-an bangsa ini dan bagaimana masing-masing
bisa berkisah sesuai kehidupan dan keunikan diri.
 
 Direaksi Toge Aprilianto dengan pemikiran berikut:
 
 kalo disebutkan kita butuh orang-orang seperti mbok
sum di yogya itu, ah.. dalam skala lokal sih banyak
kok orang-orang seperti itu. lagian, apa lalu
maksudnya psikologi dituntut menciptakan orang-orang
seperti itu? ah.. aku kuatir malah jadi menyimpang
dari esensi ilmunya deh. lagian, itu juga akan
melanggar aspek keunikan dong. jadi, ya biar aja ada
orang yang seperti mbok sum dan ada orang yang seperti
dr azahari dkk. damai dalam keberagaman kan katanya,
jadi ya ga perlu deh orang dituntut harus gini harus
gitu. pake prinsip etika universal aja:kebebasanku
berbatasan dengan kebebasan orang lain, jadi aku perlu
bersepakat ketika kebebasan yang aku mau, memasuki
wilayah kebebasan orang lain. hehe.. hehe..
 
 Jadi, seperti inilah pemahaman akan apa itu
pluralitas di kalangan seorang calon master psikologi.
Mungkin itu pula yang dia maksud “esensi ilmunya”.
Saya sendiri tidak habis pikir bagaimana bisa ada dr
azahari dan pemikiran damai dalam keberagaman atau
etika universal: kebebasanku berbatasan dengan

[psikologi_net] [TheJakartaPost] Awakening people's sixth sense is mind over matter

2006-05-03 Terurut Topik Vincent Liong



Awakening people's sixth sense is mind over matter
oleh: Evi Mariani, The Jakarta Post, Jakarta
http://www.thejakartapost.com/detailfeatures.asp?fileid=20060503.R02irec=2


On a rainy Saturday, Vincent Liong, 19, held a one-day
workshop on awaking your sixth sense for a dozen of
beginners. Holding out fruit he bought from a wet
market, Vincent told his pupils to choose a fruit to
help them see intangible things.

Ask a question, slice the fruit, see the surface and
feel it. The fruit can tell what you want to know, he
said.

Ask a question, Vincent told a student.

Tell me about my sister's relationship with his
boyfriend, said one participant.

Vincent cut a cucumber and scrutinized the surface.

The boyfriend is ignoring her. But she's putting up
with it. She's very patient, Vincent said with
confidence. Eventually, she will be tired of the
situation. You don't have to tell her to leave him,
she'll do it.

A bit hesitant and bewildered, the students, from
various ages and professions, approached Vincent's
table to pick their choice of fruit or vegetable.

Feel it, said Vincent, a skinny precocious youth.

Previously, he had convinced the whole room that
anyone could have the sixth sense without necessarily
being born with the ability.

I don't practice clairvoyance. I prefer teaching
people how to feel and sense, he said. I provoke
people.

In the same room, a professional tarot reader,
Leonardo Rimba, had his own business. He was seriously
reading a set of tarot cards for a client, who
listened raptly to Leo.

These clairvoyance classes were not located in a cave
in a mystical mountain. They were held at a building
in the heart of the capital, on Jl. Jendral Sudirman.

There was no smell of incense or seven flowers in the
room although the head of the class jokingly call
himself a dukun (shaman).

Two years ago, an aura check showing Vincent had a
bluish color, indicating him to be an indigo boy.
Indigo people are known to possess special ability to
see what others cannot.

Before being declared an indigo Vincent was an
ordinary, yet precocious boy. At age 15 he wrote
essays relating his reflection on his social
environment. The essays were printed by large
publisher Grasindo, titled Berlindung di bawah payung
(Sheltering under an umbrella).

Born into a wealthy family that lives in upmarket
Permata Hijau did not make him ignore social problems.
In the book, he wrote about laborers, corrupt leaders,
even a children's fashion show in which he once
participated.

Once he realized he had a potential for a sixth sense,
he rarely wrote and concentrated instead on sharpening
the sense.

Hence, his friendship with other clairvoyants like Leo
the tarot reader. His oddball network grows from day
to day as he transfers his ability to other people
through friendship.

His parents' place is open house for his close
friends, some of whom he knows through his mailing
list [EMAIL PROTECTED]

On a typical day, a guest can find a veterinarian that
practices acupuncture for pets, who is learning
numerology and tarot sitting in the backyard reading
cards. Next to her, a university student who is a
specialist on romance reading sits while recounting
his condition to the veterinarian and the tarot
reader.

It's easy to learn clairvoyance. I can teach you, it
won't take long, Vincent offered generously.

It's difficult to think they are a bunch of con
artists because what they say about a client's
condition or future is plausible and realistic.

Our readings are not fixed. We just explain future
conditions based on the current situations. So, you
can change your future if you want, Leo said.

Conversations that take place in Vincent's house when
his friends visit are unique. They sometimes talk
about things they see, which most people don't see.

He's there at the corner, I think, Vincent said,

Yeah, I think so, too, Leo replied.

Are you guys talking about a ghost? someone asked.

Vincent and Leo looked at each other and both
muttered: Yeah, but he's harmless.

It's not easy being different. However, he seems to be
breezy about his sixth sense, he makes jokes about it.
People who meet him for the first time will just see
him as a very talkative teenager.

Studying in the Psychology Department at Atmajaya
University, Jakarta, he sometimes teases his
lecturers.

I steal their knowledge. I can read their memory, so
I can foretell the subject of the next class
beforehand. Once I made a paper based on what I stole
from the lecturer, so I'd written all that she was
about to say when the class started, Vincent said,
grinning.

Talkative, different, breezy and funny: That's
Vincent. And what is Vincent's ideal title for a
psychology paper?

Put a spell on a lecturer.


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 






posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED

[psikologi_net] Seminggu Setelah ‘Seminar’(Logika Komunikasi Empati) Berlalu

2006-04-30 Terurut Topik Vincent Liong
 mengundang
Vincent Liong untuk mengadakan acara sejenis di tempat
yang anda sediakan, silahkan langsung menghubungi
Vincent Liong. Biaya (untuk menyewa Vincent Liong)
akomodasi, dan lain-lain dapat dinegosiasikan
sebelumnya dengan Vincent Liong sendiri.

CDMA : 021-7000-6775
PhoneFax : 021-5482193, 5348567, 5348546
Address : Jl. Ametis IV G/22 Permata Hijau, Jakarta
Selatan 12210 - Indonesia.
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
(Note: Mengirim email, harap mengisi bagian subject
email agar tidak masuk ke bulk mail.) 

Anda diundang untuk bergabung dalam diskusi di;
Maillist VCL / Vincent Liong : 
[EMAIL PROTECTED]
Maillist Psikologi Transformatif : 
[EMAIL PROTECTED]
Messages Link:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/messages/
Messages Link: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/messages/

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 






posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net









  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Bali indonesia
  
  
Indonesia hotel
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "psikologi_net" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











[psikologi_net] Kesaksian Peserta: Pelatihan Sehari (Informal) Logika Komunikasi Empati

2006-04-28 Terurut Topik Vincent Liong



Kesaksian Peserta: Pelatihan Sehari (Informal) Logika
 Komunikasi Empati

Tempat: Pascasarjana Universitas Sahid Jaya di hotel
Sahid Jaya, Jakarta. 
Tanggal  waktu: Sabtu, 22 April 2006 Jam 10.00 WIB –
selesai. 


Judul asli: Komentar Tentang; “Pelatihan Sehari
(Informal) Logika  Komunikasi Empati”
Penulis: Drs. Juswan Setyawan 
Email Penulis: [EMAIL PROTECTED]
Diposting  didiskusikan di:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/15219
 
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/6464
Disebarluaskan oleh Vincent Liong di berbagai
maillist. 


Komentar Tentang; 
“Pelatihan Sehari (Informal) Logika  Komunikasi
Empati”


 Demikian judul undangan yang disebarkan
Vincent melalui milis VCL dan beberapa milis lain
untuk memancing para calon peminat dan pemerhati
masalah-masalah fenomenologis. Judul tersebut tampak
(berusaha) bersifat netral tetapi dari perincian
hal-hal yang akan diperkenalkan dan media yang akan
dipakai mengindikasikan aroma metafisis yang kuat.


 Sejak semula dikotomi antara “logical
intelligence” dan “intuitive intelligence” masih
dipegang teguh oleh beberapa peserta seminar
seakan-akan kedua hal tersebut memiliki domain yang
terpisah dan antara keduanya seakan-akan terdapat
sekat-sekat yang tak dapat ditembus. Masing-masing
kuat berpegang dengan norma-norma kerjanya sendiri
sendiri.

Padahal otak kiri manusia yang (konon) diterima
sebagai mewakili kawasan logika dan otak kanan manusia
yang mewakili intuisi manusia sesungguhnya keduanya
bekerja secara vektoral dan alternating. Untuk
mudahnya kita dapat membayangkannya bekerja seperti
pada suatu perangkat musik stereo. Kita berada di
tengah-tengah medan antara dua loudspeaker yang
mengeluarkan nada yang berbeda, namun kita
mendengarkan keutuhannya sebagai suatu harmoni.

 
 Demikian pula pernah ada penelitian yang
menemukan bahwa pada “kesan pertama” (first
impression) orang hampir selalu melihat secara
“gestalt” dan baru kemudian orang turun kepada detail.
Otak kanan secara cepat dan sekilas melihat
keseluruhan kemudian beralih giliran otak kiri
mengambil alih untuk menganalisis detail secara
kritis. Contoh yang pernah saya baca ialah suatu pola
gestalt yang berbentuk “cangkir berkuping” tetapi
setelah diteliti ternyata merupakan suatu paduan
gambar rekayasa di mana detail seluruhnya terdiri dari
angka-angka saja dan bukan gambar. Sama halnya, kalau
kita masih ingat atau pernah melihat, gambar Monalisa
yang dibuat lewat hasil ketikan mesin ketik kuno pakai
pita yang memakai seluruh ikon-ikon alfa-numerik yang
tersedia.

Secara empirik kita juga mengalami kalau melihat suatu
film yang sama berkali-kali. Saat menonton untuk kedua
(atau kesekian) kalinya kita mulai mencari figur
sentral dan antagonis sejak pertama kalinya mereka
muncul. Kita mencari apa saja yang dilakukannya secara
sekuential di mana pada saat pertama kali menonton
kita bahkan tidak tahu eksistensi dan peran
figur-figur antagonis yang masih tersamar tersebut.
 

 Maka tidak heran kalau pertanyaan utama dan
pertama yang diajukan ialah bagaimana mungkin
menjelaskan sesuatu bila terlebih dahulu tidak (dapat)
dijabarkan metodiknya. Itu tampaknya sama sekali
“tidak logis”. Karena dalam pola berpikir berdasarkan
“logical intelligence” metodik mendahului deskripsi
sebagai hal yang perlu untuk terpenuhi syarat akan
adanya suatu “logical sequence”.

 
 Empati dan komunikasi empatik “bukan
pertama-tama soal logika” walaupun memiliki corak
logikanya sendiri. Bila kita melihat seseorang dan
langsung merasa antipati kepadanya lalu pertanyaannya
apakah dasar logikanya perasaan tersebut? Kita belum
pernah berjumpa dengan orang itu sebelumnya sehingga
tidak mengenalnya apalagi berhadapan langsung dengan
sikap dan perilakunya. Namun, wajah seseorang
memperlihatkan seribu - mungkin selaksa - ikon yang
diterima (belum lagi tetapi termasuk auranya) secara
gestalt oleh otak kanan kita dan dalam bilangan
nano-detik menyampaikan kesimpulan-antipatik kepada
kita melalui otak kiri. Sementara itu otak kiri kita
masih akan terus-menerus bertanya detail “Apa”-nya
lagi dan “Mengapa”-nya serta menuntut bukti-bukti
untuk verifikasi kesimpulan tadi. Padahal olah-detail
“telah lama rampung” dan disampaikan oleh otak kanan
kepada otak kiri dengan hasil final tadi, yaitu bahwa
orang tersebut “tidak simpatik” dan karena itu kitapun
langsung “merasa” (tanpa alasan logis) antipati
kepadanya. Proses vektoral itu terjadi demikian
cepatnya dalam bilangan nano-detik sehingga kalau
dipakai proses dialektik yang biasa dengan analisis
“logical intelligence” biasanya akan memakan waktu
yang demikian lama dan itupun dengan hasil yang belum
tentu memuaskan. Otak manusia itu ibarat dan
sungguh-sungguh semacam “psycho-cybernetic aparatus”
atau super-komputer-alami yang mampu mengolah
milyaran-bit informasi dalam bilangan nano-detik.


 Umpamanya saja kita ingin menerima seorang CEO
untuk perusahaan kita dan kita mengundangnya untuk
suatu dinner. Mana mungkin kita “berani” menyuruh
beliau pergi

[psikologi_net] Kesaksian Peserta: Pelatihan Sehari (Informal) Logika Komunikasi Empati

2006-04-28 Terurut Topik Vincent Liong



Kesaksian Peserta: Pelatihan Sehari (Informal) Logika
 Komunikasi Empati

Tempat: Pascasarjana Universitas Sahid Jaya di hotel
Sahid Jaya, Jakarta. 
Tanggal  waktu: Sabtu, 22 April 2006 Jam 10.00 WIB –
selesai. 


Judul asli: Komentar Tentang; “Pelatihan Sehari
(Informal) Logika  Komunikasi Empati”
Penulis: Drs. Juswan Setyawan 
Email Penulis: [EMAIL PROTECTED]
Diposting  didiskusikan di:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/15219
 
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/6464
Disebarluaskan oleh Vincent Liong di berbagai
maillist. 


Komentar Tentang; 
“Pelatihan Sehari (Informal) Logika  Komunikasi
Empati”


 Demikian judul undangan yang disebarkan
Vincent melalui milis VCL dan beberapa milis lain
untuk memancing para calon peminat dan pemerhati
masalah-masalah fenomenologis. Judul tersebut tampak
(berusaha) bersifat netral tetapi dari perincian
hal-hal yang akan diperkenalkan dan media yang akan
dipakai mengindikasikan aroma metafisis yang kuat.


 Sejak semula dikotomi antara “logical
intelligence” dan “intuitive intelligence” masih
dipegang teguh oleh beberapa peserta seminar
seakan-akan kedua hal tersebut memiliki domain yang
terpisah dan antara keduanya seakan-akan terdapat
sekat-sekat yang tak dapat ditembus. Masing-masing
kuat berpegang dengan norma-norma kerjanya sendiri
sendiri.

Padahal otak kiri manusia yang (konon) diterima
sebagai mewakili kawasan logika dan otak kanan manusia
yang mewakili intuisi manusia sesungguhnya keduanya
bekerja secara vektoral dan alternating. Untuk
mudahnya kita dapat membayangkannya bekerja seperti
pada suatu perangkat musik stereo. Kita berada di
tengah-tengah medan antara dua loudspeaker yang
mengeluarkan nada yang berbeda, namun kita
mendengarkan keutuhannya sebagai suatu harmoni.

 
 Demikian pula pernah ada penelitian yang
menemukan bahwa pada “kesan pertama” (first
impression) orang hampir selalu melihat secara
“gestalt” dan baru kemudian orang turun kepada detail.
Otak kanan secara cepat dan sekilas melihat
keseluruhan kemudian beralih giliran otak kiri
mengambil alih untuk menganalisis detail secara
kritis. Contoh yang pernah saya baca ialah suatu pola
gestalt yang berbentuk “cangkir berkuping” tetapi
setelah diteliti ternyata merupakan suatu paduan
gambar rekayasa di mana detail seluruhnya terdiri dari
angka-angka saja dan bukan gambar. Sama halnya, kalau
kita masih ingat atau pernah melihat, gambar Monalisa
yang dibuat lewat hasil ketikan mesin ketik kuno pakai
pita yang memakai seluruh ikon-ikon alfa-numerik yang
tersedia.

Secara empirik kita juga mengalami kalau melihat suatu
film yang sama berkali-kali. Saat menonton untuk kedua
(atau kesekian) kalinya kita mulai mencari figur
sentral dan antagonis sejak pertama kalinya mereka
muncul. Kita mencari apa saja yang dilakukannya secara
sekuential di mana pada saat pertama kali menonton
kita bahkan tidak tahu eksistensi dan peran
figur-figur antagonis yang masih tersamar tersebut.
 

 Maka tidak heran kalau pertanyaan utama dan
pertama yang diajukan ialah bagaimana mungkin
menjelaskan sesuatu bila terlebih dahulu tidak (dapat)
dijabarkan metodiknya. Itu tampaknya sama sekali
“tidak logis”. Karena dalam pola berpikir berdasarkan
“logical intelligence” metodik mendahului deskripsi
sebagai hal yang perlu untuk terpenuhi syarat akan
adanya suatu “logical sequence”.

 
 Empati dan komunikasi empatik “bukan
pertama-tama soal logika” walaupun memiliki corak
logikanya sendiri. Bila kita melihat seseorang dan
langsung merasa antipati kepadanya lalu pertanyaannya
apakah dasar logikanya perasaan tersebut? Kita belum
pernah berjumpa dengan orang itu sebelumnya sehingga
tidak mengenalnya apalagi berhadapan langsung dengan
sikap dan perilakunya. Namun, wajah seseorang
memperlihatkan seribu - mungkin selaksa - ikon yang
diterima (belum lagi tetapi termasuk auranya) secara
gestalt oleh otak kanan kita dan dalam bilangan
nano-detik menyampaikan kesimpulan-antipatik kepada
kita melalui otak kiri. Sementara itu otak kiri kita
masih akan terus-menerus bertanya detail “Apa”-nya
lagi dan “Mengapa”-nya serta menuntut bukti-bukti
untuk verifikasi kesimpulan tadi. Padahal olah-detail
“telah lama rampung” dan disampaikan oleh otak kanan
kepada otak kiri dengan hasil final tadi, yaitu bahwa
orang tersebut “tidak simpatik” dan karena itu kitapun
langsung “merasa” (tanpa alasan logis) antipati
kepadanya. Proses vektoral itu terjadi demikian
cepatnya dalam bilangan nano-detik sehingga kalau
dipakai proses dialektik yang biasa dengan analisis
“logical intelligence” biasanya akan memakan waktu
yang demikian lama dan itupun dengan hasil yang belum
tentu memuaskan. Otak manusia itu ibarat dan
sungguh-sungguh semacam “psycho-cybernetic aparatus”
atau super-komputer-alami yang mampu mengolah
milyaran-bit informasi dalam bilangan nano-detik.


 Umpamanya saja kita ingin menerima seorang CEO
untuk perusahaan kita dan kita mengundangnya untuk
suatu dinner. Mana mungkin kita “berani” menyuruh
beliau pergi

[psikologi_net] [PsiTransformatifAward] Ilmu Menang tanpa Perang oleh: Jusuf Sutanto

2006-04-21 Terurut Topik Vincent Liong
 Rimba, Vincent Liong, Mang Ucup, Prof
Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia “Lia”
Ramananda, Ellen Kristi, Himawijaya, Rudi Murtomo,
Felix Lengkong, Heru Wiryanto, Kartono Muhammad,
Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy
Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku
Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Budi
‘Bukik’ Setiawan, Nurudin Asyhadie, Cornelia Istiani,
Caecilia Algina, Reza Indragiri Amriel, Pangestu,
Suryaunika, Hendrik Bakrie, Muskitawati, Hasan
Mawardi, Yan Rezky, Ignatius Yudhistira, Merkurius
Adhi dan lain-lain. Jika pembaca mencermati, sebagian
dari nama-nama tersebut bahkan telah memiliki karya
baik buku maupun tulisan yang dimuat di berbagai
media. Ada juga beberapa pengguna nama samaran yang
aktif berbagi pemikiran, di antaranya:gotho loco,
methoz, fankuangtzu dan lain-lain. Ini belum terhitung
anggota pasif dari milis ini, yang banyak juga berasal
dari kalangan akademisi ataupun ilmuwan. Bahkan,
beberapa pembicara dari Simposium Psikologi
Transformatif, masih juga menjadi member di milis ini,
mereka adalah: Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry
Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung
Karyantoro.
 
Fenomena ini, menggambarkan bahwa milis psikologi
Transformatif bisa jadi merupakan milis dengan jumlah
member dan kepadatan posting terbanyak dibanding milis
psikologi Indonesia lain. Plus keanggotaan sejumlah
sosok yang memiliki kualifikasi bagus dalam
menghasilkan pemikiran-pemikiran melalui
tulisan-tulisannya. Begitu pula dengan milis R-Mania,
yang meski jumlah member dan kepadatan posting di
bawah psikologi transformatif, namun banyak pula
pemikiran bagus di dalamnya. Menyimak fenomena ini,
sebenarnya ada sesuatu yang perlu kita sadari di sini,
yaitu betapa kedua milis ini (Psikologi Transformatif
dan R-Mania) menyimpan suatu potensi pengetahuan yang
begitu besar. Kedua milis ini dengan segala
karakterisasinya masing-masing, memiliki potensi besar
untuk berkembang dan berkontribusi dalam ilmu
pengetahuan khususnya psikologi.
 
Berbicara mengenai pengembangan psikologi, adalah
sulit melepas-kaitkan antara upaya-upaya membangun
scientific atmosphere bagi pengembangan ilmu Psikologi
dengan upaya-upaya penciptaan ruang guna melatih daya
searching mind melalui aktivitas penulisan. Penulisan
bukan saja memungkinkan para pelakunya mengkritisi dan
mengembangkan kajian psikologi yang sudah dan pernah
ada, tapi juga memperluas kesadaran akan realitas
sehingga orang menemukan daerah-daerah cermatan yang
baru. Inilah sumbangan penting milis ini bagi dunia
psikologi Indonesia yang terjebak dalam rubrik-rubrik
konsultasi dan alat tes. Sungguh ironi melihat model
pendidikan psikologi Indonesia yang perkembangannya
hanya tertuju pada “lisensi” untuk mengadakan
konseling atau menggunakan alat tes, sementara di
milis Psikologi Transformatif dan R-Mania, kita
melihat sosok-sosok dengan latar beragam, baik dari
kalangan psikologi maupun non-psikologi tengah
membicarakan psikologi dalam berbagai tema. Apa yang
terjadi di kedua milis ini semestinya membuka mata
banyak orang dalam dunia pendidikan psikologi bahwa
psikologi dapat dikembangkan seluas-luasnya.
 
Oleh karena itu, kami para penggagas berdirinya kedua
milis (R-Mania dan Psikologi Transformatif) memiliki
pemikiran untuk mengembangkan apa yang ada di milis
ini melalui ajang ‘PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD’.
Sebelumnya, jangan membayangkan ajang ini seperti
Academy Award atau penerimaan Kalpataru. Apa yang bisa
kami berikan dalam sebagai ‘Award’, bisa jadi tak
semegah ajang-ajang award lainnya. Kami hanya mencoba
menawarkan, sedikit penghargaan bagi beberapa member
di milis ini yang dinilai berdasar tulisannya. Seperti
apa penghargaan itu? Silahkan anda baca ketentuan
berikut:
 


Tentang PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD:
 
Kami membuka kesempatan bagi semua member milis untuk
menulis dengan tema: “Psikologi dan ...”. Pada ...
(titik-titik) anda bisa mengisi sesuai concern anda.
Misalnya: Psikologi dan Seni, Psikologi dan Tarot,
Psikologi dan Kedokteran, Psikologi dan Pineal
Re-Programming, terserah anda. Namun, dalam menyusun
tulisan, dua kriteria berikut harus bisa tercermin
dalam tulisan anda:
 
* Tulisan-tulisan anda harus mencerminkan suatu
PSIKOLOGI ALTERNATIF yang memang membedakan dan
menawarkan hal lain di luar psikologi yang berkutat di
ruang-ruang konbseling atau pertukangan alat tes.
Dunia psikologi Indonesia menghadapi persoalan besar
dalam hal ini, karena pendidikan psikologi memang
hanya diarahkan pada ruang-ruang konseling dan
penggunaan alat tes. Lulusan S-1 yang kurang lebih
telah kuliah empat tahun, setelah lulus terbatasi oleh
tidak dimilikinya lisensi untuk melakukan konseling
dan menggunakan alat tes jika tidak melanjutkan ke
magister. Ironisnya, magister pun yang lulusannya
bergelar master psikologi, sebenarnya hanya sebatas
memperoleh “mastery” (yang ditandai dengan lisensi)
dalam ruang-ruang konseling dan alat tes. Dengan
kriteria mencerminkan psikologi alternatif, tulisan
yang dimuat dalam antologi

[psikologi_net] [PsiTransformatifAward] Kebajikan Spiritual Kaum Rudin ; J. Sumardianta

2006-04-21 Terurut Topik Vincent Liong
 mengayuh becaknya
sampai Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Perjalanan
ditempuh lima jam karena harus berhemat supaya
anak-anak tetap bisa sekolah. Ponirah (55 th), lebih
heroik lagi. Sudah 15 tahun ibu lima anak ini mbecak.
Sepeninggal suaminya karena kanker, Ponirah harus
menanggalkan urat malu. Ia tak mau menyerah pada
perasaan feminisnya. Becak dunia lelaki. Ponirah
pernah ditempeleng sesama tukang becak dan ditendang
polisi demi bisa mencicil utang keluarga yang tak
mungkin bisa dilunasinya.
“Tertawa adalah persepsi terhadap situasi yang
kontradiktif”, kata filsuf Emmanuel Kant. Tawa para
tukang becak yang terpaksa makan teratur sehari sekali
karena penghasilan mereka menyusut semenjak sarana
transportasi melimpah-ruah di Yogyakarta adalah
kegembiraan dalam kesusahan. Tawa politisi yang gemar
mengerahkan tukang becak dalam hajatan Pilkadal adalah
kebahagiaan berlumur kemunafikan. Garuklah tubuh kaum
politisi yang sok membela tukang becak! Darah
kemunafikan akan mengalir deras dari sekujur badan
hipokrit mereka!
Strategi hidup kaum rudin, meminjam paradigma Martin
Seligman, dalam Authentic Happines: Using the New
Positive Psychology to Realize Your Potential for
Lasting Fulfilment (2002), adalah pemaksimalan
kebajikan khas (signatur strength) seperti solidaritas
sosial, keberanian, keuletan, integritas, kebaikan
hati, pengendalian diri, dan rendah hati rupanya
membuat tukang penarik angkong di Kalkuta dan tukang
becak di Yogyakarta mampu mentransendensi kesulitan
dan meloloskan diri dari tirani kekejaman dunia. 
Transendensi, menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
dalam Spiritual Capital: Wealth We Can Live By Using
Oor rational, Emotional, and Spiritual Intellegence to
Transform Ourselves and Corporate Culture (2004),
merupakan sinergi kekuatan dari dalam yang menjangkau
keluar sebagai penghubung tukang becak dengan sesuatu
yang permanen dan lebih akbar---spontanitas, kesadaran
diri, terbimbing visi dan nilai, mental holistik,
kepedulian, independen terhadap lingkungan, mengambil
manfaat dari kemalangan, dan keterpanggilan.
Wahai politisi ambisius dan para saudagar gelojoh yang
berlumuran kekayaan material namun busung lapar di
gurun spiritual, hentikanlah intrik maupun pat-gulipat
dengan meneladani ketangguhan spiritual tukang becak.
Agar bangsa Indonesia tidak terjun bebas di lembah
ketiadaan karena pemimpinya bermental budak-berjiwa
kerdil.***
*J. Sumardianta, guru SMA Kolese de Britto Yogyakarta.
Alamat: Jl. Laksda Adisucipto 161 Yogyakarta 55281.






PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD 2006
 
 

PENDAHULUAN
 
Tak terasa semenjak didirikan sekitar empat tahun lalu
milis Psikologi Transformatif dan R-Mania telah
berkembang pesat. Perkembangan kedua milis ini
termasuk pesat, Milis Psikologi Transformatif dari
anggota yang sampai awal Januari 2005 hanya berjumlah
300-an, saat ini telah mencapai 1100 member. Keaktivan
postingpun tergolong padat, tercatat rata-rata
perbulan 700 message masuk ke e-mail para member
psikologi transformatif. Begitu pula dengan milis
R-Mania, dari sekitar 200-an member di awal januari
2005, kini telah mendekati 700 member dengan kepadatan
posting 300 message dalam sebulan.
 
Berbagai pembelajaran terkait dengan psikologi dan
riset telah didapat dari interaksi para member melalui
posting-posting di kedua milis. Beberapa member bahkan
begitu rutin mengirimkan tulisan-tulisan karyanya
sendiri, maupun sekedar mem-forward tulisan orang
lain. Berbagai tanggapan, pemikiran bermunculan
menambah wawasan. Tak hanya itu, perkenalan antar
member pun membangun bentuk-bentuk relasi tersendiri
dalam ruang-ruang milis ini.
 
Sejumlah namapun terkesan akrab, mereka yang tercatat
pernah memposting di antaranya adalah: Audifax,
Leonardo Rimba, Vincent Liong, Mang Ucup, Prof
Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia “Lia”
Ramananda, Ellen Kristi, Himawijaya, Rudi Murtomo,
Felix Lengkong, Heru Wiryanto, Kartono Muhammad,
Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy
Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku
Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Budi
‘Bukik’ Setiawan, Nurudin Asyhadie, Cornelia Istiani,
Caecilia Algina, Reza Indragiri Amriel, Pangestu,
Suryaunika, Hendrik Bakrie, Muskitawati, Hasan
Mawardi, Yan Rezky, Ignatius Yudhistira, Merkurius
Adhi dan lain-lain. Jika pembaca mencermati, sebagian
dari nama-nama tersebut bahkan telah memiliki karya
baik buku maupun tulisan yang dimuat di berbagai
media. Ada juga beberapa pengguna nama samaran yang
aktif berbagi pemikiran, di antaranya:gotho loco,
methoz, fankuangtzu dan lain-lain. Ini belum terhitung
anggota pasif dari milis ini, yang banyak juga berasal
dari kalangan akademisi ataupun ilmuwan. Bahkan,
beberapa pembicara dari Simposium Psikologi
Transformatif, masih juga menjadi member di milis ini,
mereka adalah: Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry
Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung
Karyantoro.
 
Fenomena ini, menggambarkan bahwa milis psikologi
Transformatif bisa jadi merupakan milis dengan jumlah
member dan

[psikologi_net] [PsiTransformatifAward] Ilmu Menang tanpa Perang oleh: Jusuf Sutanto

2006-04-21 Terurut Topik Vincent Liong
 Rimba, Vincent Liong, Mang Ucup, Prof
Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia “Lia”
Ramananda, Ellen Kristi, Himawijaya, Rudi Murtomo,
Felix Lengkong, Heru Wiryanto, Kartono Muhammad,
Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy
Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku
Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Budi
‘Bukik’ Setiawan, Nurudin Asyhadie, Cornelia Istiani,
Caecilia Algina, Reza Indragiri Amriel, Pangestu,
Suryaunika, Hendrik Bakrie, Muskitawati, Hasan
Mawardi, Yan Rezky, Ignatius Yudhistira, Merkurius
Adhi dan lain-lain. Jika pembaca mencermati, sebagian
dari nama-nama tersebut bahkan telah memiliki karya
baik buku maupun tulisan yang dimuat di berbagai
media. Ada juga beberapa pengguna nama samaran yang
aktif berbagi pemikiran, di antaranya:gotho loco,
methoz, fankuangtzu dan lain-lain. Ini belum terhitung
anggota pasif dari milis ini, yang banyak juga berasal
dari kalangan akademisi ataupun ilmuwan. Bahkan,
beberapa pembicara dari Simposium Psikologi
Transformatif, masih juga menjadi member di milis ini,
mereka adalah: Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry
Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung
Karyantoro.
 
Fenomena ini, menggambarkan bahwa milis psikologi
Transformatif bisa jadi merupakan milis dengan jumlah
member dan kepadatan posting terbanyak dibanding milis
psikologi Indonesia lain. Plus keanggotaan sejumlah
sosok yang memiliki kualifikasi bagus dalam
menghasilkan pemikiran-pemikiran melalui
tulisan-tulisannya. Begitu pula dengan milis R-Mania,
yang meski jumlah member dan kepadatan posting di
bawah psikologi transformatif, namun banyak pula
pemikiran bagus di dalamnya. Menyimak fenomena ini,
sebenarnya ada sesuatu yang perlu kita sadari di sini,
yaitu betapa kedua milis ini (Psikologi Transformatif
dan R-Mania) menyimpan suatu potensi pengetahuan yang
begitu besar. Kedua milis ini dengan segala
karakterisasinya masing-masing, memiliki potensi besar
untuk berkembang dan berkontribusi dalam ilmu
pengetahuan khususnya psikologi.
 
Berbicara mengenai pengembangan psikologi, adalah
sulit melepas-kaitkan antara upaya-upaya membangun
scientific atmosphere bagi pengembangan ilmu Psikologi
dengan upaya-upaya penciptaan ruang guna melatih daya
searching mind melalui aktivitas penulisan. Penulisan
bukan saja memungkinkan para pelakunya mengkritisi dan
mengembangkan kajian psikologi yang sudah dan pernah
ada, tapi juga memperluas kesadaran akan realitas
sehingga orang menemukan daerah-daerah cermatan yang
baru. Inilah sumbangan penting milis ini bagi dunia
psikologi Indonesia yang terjebak dalam rubrik-rubrik
konsultasi dan alat tes. Sungguh ironi melihat model
pendidikan psikologi Indonesia yang perkembangannya
hanya tertuju pada “lisensi” untuk mengadakan
konseling atau menggunakan alat tes, sementara di
milis Psikologi Transformatif dan R-Mania, kita
melihat sosok-sosok dengan latar beragam, baik dari
kalangan psikologi maupun non-psikologi tengah
membicarakan psikologi dalam berbagai tema. Apa yang
terjadi di kedua milis ini semestinya membuka mata
banyak orang dalam dunia pendidikan psikologi bahwa
psikologi dapat dikembangkan seluas-luasnya.
 
Oleh karena itu, kami para penggagas berdirinya kedua
milis (R-Mania dan Psikologi Transformatif) memiliki
pemikiran untuk mengembangkan apa yang ada di milis
ini melalui ajang ‘PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD’.
Sebelumnya, jangan membayangkan ajang ini seperti
Academy Award atau penerimaan Kalpataru. Apa yang bisa
kami berikan dalam sebagai ‘Award’, bisa jadi tak
semegah ajang-ajang award lainnya. Kami hanya mencoba
menawarkan, sedikit penghargaan bagi beberapa member
di milis ini yang dinilai berdasar tulisannya. Seperti
apa penghargaan itu? Silahkan anda baca ketentuan
berikut:
 


Tentang PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD:
 
Kami membuka kesempatan bagi semua member milis untuk
menulis dengan tema: “Psikologi dan ...”. Pada ...
(titik-titik) anda bisa mengisi sesuai concern anda.
Misalnya: Psikologi dan Seni, Psikologi dan Tarot,
Psikologi dan Kedokteran, Psikologi dan Pineal
Re-Programming, terserah anda. Namun, dalam menyusun
tulisan, dua kriteria berikut harus bisa tercermin
dalam tulisan anda:
 
* Tulisan-tulisan anda harus mencerminkan suatu
PSIKOLOGI ALTERNATIF yang memang membedakan dan
menawarkan hal lain di luar psikologi yang berkutat di
ruang-ruang konbseling atau pertukangan alat tes.
Dunia psikologi Indonesia menghadapi persoalan besar
dalam hal ini, karena pendidikan psikologi memang
hanya diarahkan pada ruang-ruang konseling dan
penggunaan alat tes. Lulusan S-1 yang kurang lebih
telah kuliah empat tahun, setelah lulus terbatasi oleh
tidak dimilikinya lisensi untuk melakukan konseling
dan menggunakan alat tes jika tidak melanjutkan ke
magister. Ironisnya, magister pun yang lulusannya
bergelar master psikologi, sebenarnya hanya sebatas
memperoleh “mastery” (yang ditandai dengan lisensi)
dalam ruang-ruang konseling dan alat tes. Dengan
kriteria mencerminkan psikologi alternatif, tulisan
yang dimuat dalam antologi

[psikologi_net] [PsiTransformatifAward] Kebajikan Spiritual Kaum Rudin ; J. Sumardianta

2006-04-21 Terurut Topik Vincent Liong
 mengayuh becaknya
sampai Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Perjalanan
ditempuh lima jam karena harus berhemat supaya
anak-anak tetap bisa sekolah. Ponirah (55 th), lebih
heroik lagi. Sudah 15 tahun ibu lima anak ini mbecak.
Sepeninggal suaminya karena kanker, Ponirah harus
menanggalkan urat malu. Ia tak mau menyerah pada
perasaan feminisnya. Becak dunia lelaki. Ponirah
pernah ditempeleng sesama tukang becak dan ditendang
polisi demi bisa mencicil utang keluarga yang tak
mungkin bisa dilunasinya.
“Tertawa adalah persepsi terhadap situasi yang
kontradiktif”, kata filsuf Emmanuel Kant. Tawa para
tukang becak yang terpaksa makan teratur sehari sekali
karena penghasilan mereka menyusut semenjak sarana
transportasi melimpah-ruah di Yogyakarta adalah
kegembiraan dalam kesusahan. Tawa politisi yang gemar
mengerahkan tukang becak dalam hajatan Pilkadal adalah
kebahagiaan berlumur kemunafikan. Garuklah tubuh kaum
politisi yang sok membela tukang becak! Darah
kemunafikan akan mengalir deras dari sekujur badan
hipokrit mereka!
Strategi hidup kaum rudin, meminjam paradigma Martin
Seligman, dalam Authentic Happines: Using the New
Positive Psychology to Realize Your Potential for
Lasting Fulfilment (2002), adalah pemaksimalan
kebajikan khas (signatur strength) seperti solidaritas
sosial, keberanian, keuletan, integritas, kebaikan
hati, pengendalian diri, dan rendah hati rupanya
membuat tukang penarik angkong di Kalkuta dan tukang
becak di Yogyakarta mampu mentransendensi kesulitan
dan meloloskan diri dari tirani kekejaman dunia. 
Transendensi, menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
dalam Spiritual Capital: Wealth We Can Live By Using
Oor rational, Emotional, and Spiritual Intellegence to
Transform Ourselves and Corporate Culture (2004),
merupakan sinergi kekuatan dari dalam yang menjangkau
keluar sebagai penghubung tukang becak dengan sesuatu
yang permanen dan lebih akbar---spontanitas, kesadaran
diri, terbimbing visi dan nilai, mental holistik,
kepedulian, independen terhadap lingkungan, mengambil
manfaat dari kemalangan, dan keterpanggilan.
Wahai politisi ambisius dan para saudagar gelojoh yang
berlumuran kekayaan material namun busung lapar di
gurun spiritual, hentikanlah intrik maupun pat-gulipat
dengan meneladani ketangguhan spiritual tukang becak.
Agar bangsa Indonesia tidak terjun bebas di lembah
ketiadaan karena pemimpinya bermental budak-berjiwa
kerdil.***
*J. Sumardianta, guru SMA Kolese de Britto Yogyakarta.
Alamat: Jl. Laksda Adisucipto 161 Yogyakarta 55281.






PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD 2006
 
 

PENDAHULUAN
 
Tak terasa semenjak didirikan sekitar empat tahun lalu
milis Psikologi Transformatif dan R-Mania telah
berkembang pesat. Perkembangan kedua milis ini
termasuk pesat, Milis Psikologi Transformatif dari
anggota yang sampai awal Januari 2005 hanya berjumlah
300-an, saat ini telah mencapai 1100 member. Keaktivan
postingpun tergolong padat, tercatat rata-rata
perbulan 700 message masuk ke e-mail para member
psikologi transformatif. Begitu pula dengan milis
R-Mania, dari sekitar 200-an member di awal januari
2005, kini telah mendekati 700 member dengan kepadatan
posting 300 message dalam sebulan.
 
Berbagai pembelajaran terkait dengan psikologi dan
riset telah didapat dari interaksi para member melalui
posting-posting di kedua milis. Beberapa member bahkan
begitu rutin mengirimkan tulisan-tulisan karyanya
sendiri, maupun sekedar mem-forward tulisan orang
lain. Berbagai tanggapan, pemikiran bermunculan
menambah wawasan. Tak hanya itu, perkenalan antar
member pun membangun bentuk-bentuk relasi tersendiri
dalam ruang-ruang milis ini.
 
Sejumlah namapun terkesan akrab, mereka yang tercatat
pernah memposting di antaranya adalah: Audifax,
Leonardo Rimba, Vincent Liong, Mang Ucup, Prof
Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia “Lia”
Ramananda, Ellen Kristi, Himawijaya, Rudi Murtomo,
Felix Lengkong, Heru Wiryanto, Kartono Muhammad,
Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy
Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku
Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Budi
‘Bukik’ Setiawan, Nurudin Asyhadie, Cornelia Istiani,
Caecilia Algina, Reza Indragiri Amriel, Pangestu,
Suryaunika, Hendrik Bakrie, Muskitawati, Hasan
Mawardi, Yan Rezky, Ignatius Yudhistira, Merkurius
Adhi dan lain-lain. Jika pembaca mencermati, sebagian
dari nama-nama tersebut bahkan telah memiliki karya
baik buku maupun tulisan yang dimuat di berbagai
media. Ada juga beberapa pengguna nama samaran yang
aktif berbagi pemikiran, di antaranya:gotho loco,
methoz, fankuangtzu dan lain-lain. Ini belum terhitung
anggota pasif dari milis ini, yang banyak juga berasal
dari kalangan akademisi ataupun ilmuwan. Bahkan,
beberapa pembicara dari Simposium Psikologi
Transformatif, masih juga menjadi member di milis ini,
mereka adalah: Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry
Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung
Karyantoro.
 
Fenomena ini, menggambarkan bahwa milis psikologi
Transformatif bisa jadi merupakan milis dengan jumlah
member dan

[psikologi_net] INTERVIEW: Bagaimana Sistem Belajar Komunikasi Anak Indigo ?

2006-03-29 Terurut Topik Vincent Liong
“Bagaimana Sistem Belajar  Komunikasi Anak Indigo ?”
Wawancara / Tanya Jawab mengenai tema tsb di atas
bersama Liong Vincent Christian (Vincent Liong) dan
Drs. Leonardo Rimba,MBA. .

Interview ini dibuat sebagai tugas matakuliah
Psikologi Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik (FISIP), jurusan ilmu Komunikasi, semester
kedua di Universitas Pelita Harapan (UPH), Lippo
Karawaci, Tangerang.

Dikerjakan oleh: Saraswita (NIM: 04120050041 / Hp:
0818810925 / email: [EMAIL PROTECTED] ), dan
rekan-rekannya (yang ber-NIM: 04120050020,
04120050014, 04120050021  04120050036). Pada tanggal
25 Maret 2006 jam 13.00-15.00 WIB. Tempat wawancara di
Café Upstairs, Plaza Senayan.  

Download files, klik:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/files/Bagaimana%20Sistem%20Belajar%20%26%20Komunikasi%20Anak%20Indigo.PDF
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/files/Bagaimana%20Sistem%20Belajar%20%26%20Komunikasi%20Anak%20Indigo.PDF


Disebarluaskan dan di-Diskusikan pertama kali melalui
maillist [EMAIL PROTECTED] 
[EMAIL PROTECTED] :
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/14825
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/5930

(NOTE: Silahkan klik link tsb di atas untuk mengikuti
diskusi.)




Interview Transcript

Kenapa anak indigo dikatakan membutuhkan bantuan pdhl
mereka sudah mempunyai gifted abilities itu?

Leo : Yang mengatakan anak indigo membutuhkan bantuan
kan para psikolog itu, sebab para psikolog itu
keliatannya punya asumsi untuk mengedepankan diri
sebagai mereka yang punya spesilaisasi untuk membantu
anak2 indigo itu. Tapi ttg apakah anak indigo itu
benar2 membutihkan bantuan atau tidak kan itu urusan
lain. Apa benar perlu bantuan? Kalo perlu, perlu
dibantu apanya? Wong normal2 aja kok.

Sebelumnya mungkin bisa dijelaskan apa itu indigo?

L : Indigo itu adalah, menurut pengertian umum ya, itu
kan asalnya dari penelitian psikolog di Amerika
katanya ada anak-anak yang lahir taun 80an, itu
ternyata kalo di potret (foto aura) memiliki aura
berwarna indigo. Indigo itu biru ungu. Warna indigo
ini adalah warna cakra mata ketiga. Letaknya diantara
mata. Nah, cakra mata ketiga itu adalah cakra yang
bisa melihat sesuatu yang tidak bisa terlihat dengan
mata fisik. Jadi pengertiannya anak indigo adalah
anak-anak yang mempunyai kemampuan sejak lahir untuk
melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh manusia
biasa. 

Dimana bedanya dengan anak-anak / orang-orang yang
gifted, alias bisa melihat hal-hal seperti itu, tapi
auranya tidak indigo?

L : Well, saya tidak tau pasti karna saya ngga pernah
ngecek warna aura. Tetapi memang ada orang dari
generasi lain bisa melihat hal-hal lain tsb, tp 
mereka tidak dikategorikan anak indigo. Aku tidak
dikategorikan sebagai anak indigo karna aku lahir
bukan pada era 80an. Walaupun aku mungkin punya
kemampuan yang dikatakan sama. Tapi secara definisi
anak indigo adalah anak-anak yang lahir pada taun
80an. Jadi paling tua sekitar 20 tahun seperti
Vincent, dan yang paling muda umur 5 tahun. Nah
setelah itu kan era anak-anak kristal. Jadi itu
masalah definisi aja.

Ciri-ciri khusus anak indigo itu apa?

L : Oke, ini menurut pengertian umum juga. Ciri khusus
anak indigo adalah  anak yang mempunyai bakat atau
naluri untuk membantu org lain. Empatinya besar
sekali. Kalau ketemu orang, mereka akan bisa membaca
“orang ini apa yang membuat dirinya tertekan, kenapa
orang ini berperilaku seperti ini, dll” Anak indigo
bisa merasakan apa yang menyebabkan itu. Dan mereka
ini, anak-anak indigo ini, memiliki naluri untuk
membantu orang-orang yang tertekan ini untuk keluar
dari masalahnya. Motivasinya apa? Tidak ada. Karna
hanya ingin membantu saja.

Tapi saya pernah baca di internet, kalo anak indigo
ada 2. Yang satu introvert dan yang satu lagi yang
ekstrovert, yang empatinya besar. Apakah benar ada 2
jenis seperti itu?
L : Saya kurang tau, karna yang saya kenal dekat dan
yang bisa saya bicara dengan konfiden tentang anak
indigo, saya Cuma punya sample 2, Vincent, dan satu
lagi Annisa, anak umur 5 tahun yang ngomong bahasa
inggris terus. Dan dua-duanya tisak introvert.

Vincent (V) : Mungkin bisa saya nambahin, saya kira
ini kombinasi ya. Introvertnya ada, Cuma orang indigo
kan selalu temannya banyak, selalu rame orang di
seeliling dia. Tapi misalnya gw, gw kadang kalo rame,
banyak temen-temen gw ngumpul, malah gw sibuk sendiri.
Tapi tetep temen gw meratiin gw. Jadi temen gw merasa
empati gw kuat ke mereka, tapi di sisi lain gw sibuk
sendiri juga. Jadi introvert tapi juga empatinya gede.

L : Mungkin yang dimaksud introvert ini harus kita
jelaskan. Kalau aku liat dari Vincent itu adalah
kemampuan untuk memikirkan sesuatu sampai benar-benar
tuntas seorang diri. Jadi kalo baca tulisan-tulisannya
Vincent, itu filosofis sekali. Karna walaupun
istilah-istilahnya agak ‘ancur’ tapi penalarannya itu
logis. Dan bagaimana cara dia menemukannya? Apakah
dengan penelitian literatur? Sama sekali tidak. Dia
berkutat sendiri dengan jiwanya. Menggunakan
intuisinya, dan

[psikologi_net] Memelet Dosen oleh: Vincent Liong

2006-03-11 Terurut Topik Vincent Liong
Memelet Dosen

Sebuah makalah yang menjelaskan dengan ringkas
bagaimana seorang Vincent Liong memelet dosen-dosennya
? Dengan membaca tulisan ini Vincent Liong
mengharapkan agar anda para pembaca mampu memelet
dosen anda juga sehingga terjadi keseimbangan antara
hubungan Dosen  Mahasiswa dalam kegiatan
belajar-mengajar setidaknya dalam kelas anda sendiri …


Makalah singkat ini akan menjelaskan kepada anda baik
yang mahasiswa atau juga merupakan dosen, tentang
sistematika yang digunakan oleh seorang Vincent Liong
terhadap dosen yang kebetulan mengajarnya di kelas.
Vincent Liong sebagai penulisnya berusaha agar
metode-metode praktikal yang telah diujicoba pada
sebagian matakuliah yang diikuti oleh Vincent Liong
mulai akhir semester pertama hingga semester kedua
Vincent Liong di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya
yang belum juga berlalu. 


Penulis / Peneliti: Mbah doekoen ‘Vincent Liong’ 
Mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya
NIM: 2005-70-108
Masa Penelitian: Februari 2006 – Maret 2006

Disebarluaskan  didiskusikan sebelumnya, di LINK :
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/14488
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/5569
http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/1778
http://forum.atmajaya.ac.id/viewtopic.php?t=737
http://fpsi.atmajaya.ac.id/moodle/mod/forum/discuss.php?d=679




P E N D A H U L U A N

“Sejarah memang bisa menggulung siapa saja, tetapi
manusia bukanlah sepotong gabus yang setelah
terombang-ambing dapat diempas ke daratan dan menjadi
sampah di pantai.” (2002: Sampul belakang)

Pernyataan di atas adalah sebuah kalimat yang saya
baca saat pertama kali membaca buku ‘Bumi Manusia’
karya Pramoedya Ananta Tour. Kalimat ini tercantum
pada sampul luar bagian belakang keseluruhan keempat
buku dalam ‘Tertralogi Pulau Buru’ karya bung Pram
(Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan
Rumah Kaca) terbitan tahun 2002. 

Mengapa saya mengutip kalimat di atas ?! Kalimat di
atas sebagai sebuah kalimat yang menjadi anggota
sebuah tulisan utuh yaitu ‘Tertralogi Pulau Buru’
menjelaskan suatu keadaan pada zaman yang diceritakan
dalam Novel tsb. Masyarakat pribumi yang tergulung
oleh bangsa penjajahnya. 

Jika kita bandingkan dengan hari ini, tanggal 12 Maret
tahun 2006 ketika saya menulis tulisan ini, suatu
bangsa tidak lagi menjadi kaya dengan menjajah bangsa
lain, era awal Industralisasi yang dilahirkan oleh
revolusi Industri sudah lewat. Begitu juga dengan
pendidikan formal.

Saya membahas hal yang dijelaskan pada tulisan di
atas, adalah untuk membahas masalah pendidikan formal
yang merupakan warisan dari masa penjajahan dan
refolusi industri tsb di atas. Pendidikan formal lahir
sebagai warisan dari masa penjajahan dan refolusi
industri dimana makna filosofis tentang manusia
sebagai sebuah benda dengan mekanisme mesin yang masih
tampak pada pendidikan formal saat ini. Manusia
dididik dengan tujuan kwalitas kemahiran yang seragam
dengan fungsi-fungsi tertentu. Seorang dosen bertugas
sebagai mesin penyampai kurikulum yang bekerja,
mengajar katanya, di ruangan kelas yang ada terdapat
sekumpulan mahasiswa sebagai pendengar, yang bertugas
mencatat dan menghafal kurikulum tsb, hingga pada
akhir periode pendidikan tertentu di test kemampuan
menghafalnya melalui ujian tertulis untuk mendapat
nilai (%) kemampuan hafalnya dalam bentuk angka.

Manusia di masa kini sudah tidak menghadapi situasi
yang sama dengan manusia di masa revolusi industri
masih menjadi hal yang baru. oleh sebab itu manusia di
masa kini tidak lagi bisa dikotak-kotakkan seperti
mesin dengan fungsi spesifik bagian-bagian-nya. Dalam
hal proses pendidikan, maka dosen dan mahasiswa tidak
bisa lagi diposisikan sebagai mesin pembaca dan mesin
pendengar dan penghafal. Saya banyak melihat dosen
yang kejenuhan dalam pekerjaannya tetapi tidak ada
pilihan lain selain mengajar, begitu juga mahasiswa
yang kejenuhan masuk ke kelas, tetapi orangtua dan
norma masyarakat memaksanya untuk duduk di kelas
mendengarkan dosen yang kejenuhan. Dosen yang jenuh
bertemu muka setiap hari dengan mahasiswa yang jenuh
untuk sebuah norma masyarakat yang bernama pendidikan.




4   E L E M E N T   D A S A R   K O M U N I K A S I  
M A N U S I A

Bilamana kita mau membahas manusia sebelum masa
penjajahan dan sebelum masa industrialisasi  revolusi
indistri maka kita perlu memaknai manusia; sebagai
makhluk yang hidup dengan menikmati aspek-aspek
kehidupan yang bersifat semiotik, sebuah ritual yang
hidup. 

Contoh sederhananya; 

Manusia meyakini bahwa mereka membututuhkan jenis
makanan tertentu karena manusia sebagai makhluk yang
berkelompok, dengan cara yang sejenis berempathy satu
sama lain untuk membentuk keyakinan bersama. (Empathy
/ element: Air / sifat: Air itu menghanyutkan, dan
melarutkan. Semua yang di dalamnya terhanyut atau
terlarut.)  

Manusia sebagai makhluk individual selalu ingin menang
dengan mengalahkan individu lain.  Bila kita
membahasnya dalam hal makanan, manusia ingin makan
makanan yang lebih enak

[psikologi_net] Nur Agustinus seorang Psikolog Hebat Berijasah yang Meramal Mbah Dukun Vincent Liong

2006-03-02 Terurut Topik Vincent Liong
Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends
http://au.messenger.yahoo.com 

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[psikologi_net] Psychology Fair 2006 Career in psychology (Fak. Psikologi UI)

2006-03-01 Terurut Topik Vincent Liong
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/14292
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/5347




Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi
UniversitasIndonesia
mempersembahkan

 
Psychology Fair 2006 Career in psychology
9 -10 Maret 2006, Pusat Studi Jepang UI Depok
 


**Seminar Psikologi Periklanan
Psychology in advertising : a gateway to success
Kamis, 9 Maret 2006, 08.00 - 12.30 WIB

pembicara : 
Tika Bisono, MPsi. (Artis, Psikolog, dosen psi.
periklanan)
Paramita Mohamad (Group Strategic Planning Director
PT.Lowe Indonesia)

Moderator : Dian Wisnuwardhani,M.Si



**Seminar Karier : Be the best candidate!
Jumat, 10 Maret 2006, 08.00 -11.30 WIB

pembicara : 
Dra. Eka Adityawati MA (dosen psikologi UI, sekretaris
bagian PIO UI)
Wustari H. Mangundjaja MOP (Managing Director Senior
Consultant PT. Performa Swasthacita , Dosen psikologi
UI) 
 


**Pameran lembaga pendidikan (Palem)
Promosi lembaga pendidikan dan universitas dalam 
luar negeri
9 -10 Maret 2006, 09.00 - 15.00 WIB
 
**Bursa karier
Menyediakan lowongan kerja bagi para pencari kerja
9-10 Maret 2006, 09.00 - 15.00 WIB
 

PLUS Bazar buku dan permainan edukatif bagi anak..
HTM :
paket 1 : 2 seminar + Palem + bursa karier  Rp 60.000
paket 2 : 1 seminar + Palem + bursa kerier  Rp 35.000
paket 3 :  Palem + bursa karier
Rp.10.000
 
Reservation : Meldi 0812 818 839  Renata 0856 1174
309



=
NOTE: Email ini disebarluaskan oleh Vincent Liong atas
permintaan dari panitia Psychology fair ; Senat
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Isi di luar tanggungjawab Paguyuban Perdoekoenan
Vincent Liong sebagai forwarder.
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join 
=

Date: Wed, 1 Mar 2006 00:36:43 -0800 (PST) 
From:  hayati rahmah [EMAIL PROTECTED]
Subject: boleh tolong forward ga?? 
To:[EMAIL PROTECTED]
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/14292

halo vincent liong !
kita dari panitia Psychology fair, mau minta tolong
ni. kita mau nyebarin acara seminar psikologi di UI
lewat internet. cuma kalo harus daftar di milis, bakal
lama. boleh ngga kita minta tolong vincent untuk
forward-in acara seminar kita. kan vincent liong jadi
member di banyak milis...jd mgkin kita bisa
menyebarkan info lebih banyak. 
terima kasih

panitia Psychology Fair UI 2006


Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


posting : psikologi_net@yahoogroups.com
berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED]
ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED]
keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED]

sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di 
http://psikologi.net
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[psikologi_net] Perbedaan Teori 'Reward Punishment' di Dalam dan di Luar Fakultas Psikologi

2006-02-28 Terurut Topik Vincent Liong
Tulisan ini ditulis pertama kali sebagai surat kepada
Yth: Dosen dan Mahasiswa mata kuliah Kepribadian 1 di
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya ...
=


Behaviour Modification : Reward  Punishment 
Perbedaan pola terapi di Fak. Psikologi dengan di luar
Fak. Psikologi



Selama beberapa minggu mengikuti kelas Kepribadian 1
di fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, saya menemukan
perbedaan antara yang saya pelajari di Fak. Psikologi
dengan di luar Fak. Psikologi berkaitan dengan
pembahasan Behaviour Modification ; Reward 
Punishment.


Dalam pembelajaran di Fak. Psikologi yang menggunakan
beberapa contoh BiMod:
* Tikus menekan pedal sehingga mendapat reward
makanan. 
* Seorang sakit jiwa mau mandi asal dijanjikan
dibelikan BH sebelah
, dan lain sebagainya yang intinya: “Diberi hadiah
atau diberi hukuman”

Dalam kenyataannya di luar Fak. Psikologi yang saya
temukan bahwa pola pemikiran demikian hanya bisa
berlaku apabila individu object berhadapan dengan
benda tidak hidup/tidak bernyawa. Baik Tikus, binatang
lainnya dan manusia bila berhadapan dengan theraphist
yang hidup/bernyawa maka hal bargaining dalam BiMod
tidak hanya berlaku seperti transaksi dagang antara
mesin penjual otomatis dan pembeli. Hal ini terjadi
karena ketika dua makhkluk hidup berinteraksi maka
tidak hanya komunikasi verbal yang terjadi, melainkan
juga komunikasi melalui interaksi mental, empathy 
emosional dan melalui acting badan fisik ; Mimik muka
saja atau bahkan kerjasama keseluruhan anggota tubuh
sekaligus. Berbeda dengan mesin yang tidak dianggap
hidup oleh individu object, sehingga tidak dianggap
memungkinkan adanya tawar-menawar/ bargain ; karena
bargain hanya dapat dilakukan bila individu memiliki
komunikasi mental, empathy  emosional.  

Hal tsb yang saya jelaskan di atas cenderung dapat
dikuasai di praktek lapangan oleh lulusan dan
mahasiswa sosiologi, komunikasi, filsafat, seni peran
dan politik dibanding lulusan dan mahasiswa Psikologi
yang cenderung mengerti dan mampu menjabarkan
penjelasan on paper nya yang dibuat tampak lebih
sistematis dengan banyak melupakan pentingnya praktek
di lapangan. 


Dalam pengalaman dan pengamatan saya sebagai
theraphist non sekolahan baik dari yang saya kerjakan
atau dari rekan-rekan seprovesi hal teori reward 
punishment biasa berlaku dalam logika stimulus dan
respon adaptasi behaviour bawah sadar, sbb:

(+) x (+) = (+)   ; Pasien yang behaviournya sudah
sesuai objective therapist, ditanggapi oleh theraphist
secara positif menghasilkan efek positif pada pasien. 


(-) x (-) = (+)   ; Pasien yang behaviournya tidak
sesuai objective therapist, ditanggapi dengan prilaku
atau behaviour dari theraphist yang menunjukkan
ketidakcocokan/ tidak sinkron/ negatif, maka pada
titik tertentu pasien akan melakukan adaptasi dengan
mengubah behaviournya pada titik tertentu dengan
harapan agar adaptasinya bisa cocok/ pas/ sinkron/
positif bagi hubungan theraphist dan dirinya. 

(+) x (-) = (-)   ; Pasien yang behaviournya sudah
sesuai objective theraphist tetapi tidak ditanggapi
secara positif/ bersahabat/ menghargai usaha atau hal
positif pada pasien, maka adaptasi pasien cenderung
merubah hal yang sudah positif/ sesuai objective
menjadi negatif/ keluar/ melenceng dari objective.   

(-) x (+) = (-)   ; Pasien yang behaviournya tidak
sesuai objective theraphist, ditanggapi positif/
dimanja/ diberi dealing/ diberi kado/ usaha bersahabat
yang berlebihan untuk tujuan mau melakukan tindakan/
behaviour  tertentu /dalam jumlah pengulangan tertentu
sesuai keinginan theraphist maka beresiko bargainnya
untuk mendapatkan hadiah/ perhatian lebih/ penanganan
theraphist akan naik. Pasien hanya menurut jika diberi
hadiah/dimanja/ diberi dealing / diberi perhatian saja
dan kembali ke behaviour yang tidak sesuai objective
setelah terapi dihentikan dengan efek samping bahwa di
masa mendatang pasien akan meminta bargain yang lebih
untuk prestasi yang sama bila terapi diulangi kembali.


NOTE: Terapi tsb di atas dilakukan tanpa adanya hadiah
dan hukuman/sangsi yang verbal, melainkan memainkan
behaviour acting dan menumbuhkan kesadaran diri
individu object sebagai makhluk hidup yang beradaptasi
dengan lingkungan (rekan ber- komunikasinya) untuk
melakukan sesuai BiMod yang ditargetkan.


Semoga dengan penjelasan singkat saya ini, mahasiswa
dan dosen yang membaca surat singkat saya terbuka agar
tidak terkotak oleh sistem kurikulum yang banyak
membahas on paper yang berbeda dengan on the field-nya
sehingga di masa mendatang bila sudah lulus masih bisa
bergaul dan menggunakan/ mengerti pola pikir
masyarakat umum dan disiplin di luar yang digunakan
dan dijelaskan melalui teori di fakultas Psikologi-nya
sendiri saja. 

Jakarta, Rabu, 1 Maret 2006


Vincent Liong
Mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya
Nim: 2005-70-108




Untuk mengikuti diskusi dan tanya jawab dua arah
mengenai Psikologi yang praktikal, kontekstual dan
kritis secara online silahkan bergabung di Psikologi

[psikologi_net] Permohonan Maaf dari Vincent Liong (Step1: Hari Minggu : Minta Maaf)

2005-10-23 Terurut Topik Vincent Liong
Rencana Minta Maaf, Penjelasan Terperinci
Rehabilitasi

Step1: Hari Minggu : Minta Maaf

Akan ada reaksi Publik, dan Publik bersimpati

Step2: Hari Rabu : Bahas satu Topik lagi Minta maaf /
Mengapa saya …….. demikian

Akan ada reaksi Publik, dan Publik bersimpati

Step3: Hari Jumat : Bahas satu Topik lagi Minta maaf /
Mengapa saya ….. demikian

Akan ada reaksi Publik, dan Publik bersimpati


==

Step1: Hari Minggu : Minta Maaf

Step1: Hari Minggu 
Dalam minggu-minggu terakhir ini, terutama setelah
saya mulai optimis dan antusia dengan proyek Pineal
Programming saya, saya secara tidak sadar telah
membuat berbagai kesalahan, saya telah  bereaksi
secara kurang proportional, sehingga mungkin telah
merugikan atau menyinggung berbagai pihak. 

Bersama ini saya memohon maaf  kepada berbagai pihak
yang merasa telah dirugikan atau tersinggung oleh
tulisan-tulian saya. 

Penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci akan saya
berikan per topik pada hari-hari berikutnya, tetpi
mohon sabar, dan saya harus juga belajar sabar.

Terus terang saya sudah merenung beberapa hari,
koreksi diri dan saya ingin slow down sedikit, lebih
sabar, lebih arif dan berusaha untuk tidak terpancing
provokasi-provokasi.

Saya adalah anak muda yang punya Emosi dan kurang
berpengalaman.

Dalam beberapa minggu terakhir ini:
•Berbagai Serangan telah saya dapatkan dan emosi
sayapun meningkat
•Segalanya tantangan saya jawab secara instan dan
spontan sebagaimana gaya seorang Vincent Liong
•Saya memang Kurang sabar, kurang cermat dan sering
ingin praktisnya saja. Sehingga terkesan saya mau
menang sendiri, menganggap diri saya super, semua
pertanyaan saya jawab.
•Saya memang biasa serba cepat, serba praktis, bahasa
saya sangat sederhana dan saya tidak suka yang
teori-teori berkepanjangan. Ini adalaah kekuatan saya
tetapi sekaligus kelemahan saya.
•Saya juga tidak pandang usia muda atau tua, saya
samakan saja, saya gunakan kata-kata lu / gue, terlalu
demokratis sehingga terkesan kurang ngajar. Ini
adalaah kekuatan saya tetapi sekaligus kelemahan saya.
•Dalam berbagai Chatting yang dilakukan bukan didepan
publik, lebih gawat lagi sifatnya. Debat-debat dan
Trigger dan  kata-kata yang tidak enak didengar sering
muncul yang umumnya berasal dari orang yang hanya mau
chatting teteapi tidak mau debat terbuka. Saya
melayani semuanya secara kurang diplomatic dengan
jawaban yang spontan dan tegas, kadang-2 kasar dibalas
kasar. Saya sudah terpancing oleh provokasi provokasi
yang agak ngawur dan biasanya mencoba menyudutkan
saya.
•Seharusnya saya cut saja pembicaraan seperti itu.
Saya seharusnya tidak perlu menanggapi berbagai issue.
Saya salah telah meladeninya dan menyebabkan emosi
saya meningkat. 

Saya telah berbagai kesalahan, saya telah  bereaksi
secara kurang proportional, sehingga mungkin telah
merugikan atau menyinggung berbagai pihak. 

Bersama ini saya memohon maaf  kepada berbagai pihak
yang merasa telah dirugikan atau tersinggung oleh
tulisan-tulian saya member di maillist dan juga
Almamater saya Psikologi Atma Jaya. Tetapi yang jelas
saya selalu  berusaha tidak menyinggung secara
pribadi. 

Penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci akan saya 
berikan tahap demi tahap minggu depan. 

Singkatnya saya harus lebih bersabar, lebih berhati
hati dalam menjawab berbagai tantangan / serangan dari
yang tidak senang dengan saya. Saya harus lebih
mengendalikan emosi  saya yang masih energik penuh
jiwa dan berani membela kebenaran.

Terutama karena:
•Saya terlalu optimis dan entusias atas Penelitian
saya di bidang yang disebut “Pineal Programming”
•Gaya saya yang super terbuka dan mungkin kurang
memandang senioritas dalam usia pengalaman dsb.
•Saya tidak suka orang-orang yang terlalu berteori
saja, 

Saya telah membuat berbagai kesalahan :
Saya telah banyak memberikan kesan saya menentang
Psikologi secara Keseluruhan, Se-olah olah saya
meremehkan Psikolog2 yang ada, sok pinter, sok hebat,
sok benar, ya …..  singkatnya salah salah deh. Jika
dipercaya, mereka yang kenal dekat saya mengetahui,
saya memang kepala batu, tetapi kalau sombong saya
kira tidak. 

Demikian agar Surat Permohonan Maaf saya dapat
diterima. Rincian rincian lainnya saya berikan minggu
depan secara bertahap, untuk menjelaskan dari posisi
saya mengapa saya bersikap demikian.

Hormat Saya


Vincent Liong





Catatan Tentang Pineal Programming

Berbagai ketidak puasan berbagai pihak mungkin
berkaitan dengan proyek Pineal Programming, yang
terkesan Wah sekali. 

Tetapi saya tekankan bahwa saya tidak minta maaf untuk
Pineal Programming, dan tidak merencanakan
menghentikan proyek ini, dimana saya masih optimis dan
masih ingin melanjutkannya. 

Sudah sejak awal dan saja perlu saya menekankan lagi,
bahwa proyek ini masih dalam tahap Percobaan /
kerennya Research gaya saya, dan tentunya belum
matang. Tetapi clients-clients saya merasa cukup puas
akan hasilnya. 

Berbagai percobaan saya lakukan

[psikologi_net] Mengapa Socrates Tidak Menulis Vincent Liong Tidak Membaca ?

2005-10-21 Terurut Topik Vincent Liong
LOWONGAN SUKARELAWAN KELINCI PERCOBAAN 
Mengapa Socrates Tidak Menulis  Vincent Liong Tidak
Membaca ?
oleh: Vincent Liong sendiri...


NOTE: Tentu pernyataan saya di atas akan ditertawakan,
dibuat ejekan oleh anda orang-orang ilmiah di sini.
Harap tulisan ini di-forward ke kenalan anda yang
kebetulan kerja sebagai dosen atau mahasiswa di Atma
Jaya.

Diskusi  penjelasan lebih lanjut untuk tema ini dapat
dilakukan, klik:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11968
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2203


Join Maillist Vincent Liong  Psikologi Transformatif,
klik:
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join

http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join 

Balasan email ini silahkan dikirim ke:
[EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED] 




P E N G A N T A R 

Tadi pagi ketika ada kuliah Statistik di ruangan YB
105 dengan dosen-nya mbak Lena (Pudek dari fakultas
Psikologi Atma Jaya), menurut jatwal di kartu Rencana
Studi, kuliah Statistik I terjatwal pada hari Rabu,
07.00-09.30. Saya tidak membolos, absensi saya lumayan
lengkap. Yang saya lakukan adalah, pada Pk. 08.30 +/-
saya ijin keluar kelas dengan alasan ke Toilet dan
tidak kembali ke ruang kelas sampai kuliah selesai.
Menurut keyakinan yang saya anut, itu tindakan yang
lebih menghargai sang dosen dibanding bilamana saya
tidur di kelas sehingga mengganggu konsentrasi
mengajar sang dosen. Saya tidak ada masalah secara
pribadi dengan sang dosen, tetapi saya bermasalah
dengan jenis matakuliahnya: statistik yang buat mata
saya artinya Matematika.

Pagi ini saya sempat berbicara dengan beberapa
mahasiswa Psikologi Atmajaya dan ‘Bimo Wikantioso’
salah satu murid bimbingan pineal re-programming
kebanggaan saya, dengan spesifikasi utama ahli
intepretasi “Simbol”. Pagi ini, anak-anak mahasiswa
menanyakan satu pertanyaan utama kepada saya yaitu:
“Mengapa saya cabut kuliah?”  “Mengapa saya berani
bolos ‘UTS’(Ujian Tengah Semester) dan tidak meminta
susulan?” 

NOTE: Mungkin berita yang akan anda intepretasikan
sebagai kegilaan saya ini adalah berita gembira bagi
anda yang menekuni bidang Psikologi karena menutut
persepsi anda akan membantu jatuhnya aliran Vincent
Liong yang sangat membahayakan kaum Psikologi
bergengsi Jabatan / Gelar yang telah memiliki dan
menikmati monopoli.

Ada beberapa alasan pribadi yang membuat saya perlu
bolos kuliah Statistik tsb:
1. Sejak saya mendaftar di Unika Atma Jaya jurusan
Psikologi saya telah menyerahkan surat rekomendasi
dari berbagai pihak yang menekankan bahwa saya sangat
amat bodoh dan bahkan tidak menulis matapelajaran
matematika dalam ijasah Highschool / SMU saya. Ini
saya lakukan karena saya sangat antipati dan punya
dendam pribadi dengan pelajaran matematika.
2. Bilamana saya dapat menerapkan metodologi dan
sistematika tekhnologi pineal re-programming saya
untuk belajar dan mengerti ini berbagai macam buku
tanpa pola umum membaca yang sudah ada, maka ini tidak
bisa saya gunakan pada matapelajaran Matematika. Saya
kesal kalau harus memberi perlakukan special buat
matapelajaran yang saya benci ini. Matematika
menggunakan rumus dari simbol angka dan tanda yang
pendek dan berderet rapat yang merupakan kelemahan
yang belum saya temukan tekhnologi untuk
mengaplikasikan-nya seperti pada matapelajaran yang
sifatnya menggunakan language penyampaian yang terdiri
dari deretan kata dan kalimat.  
3. Statistika adalah ilmu tidak pasti, maksut saya
ilmu yang sifatnya membuat prakiraan / ramalan
matematis tentang hasil dan kesimpulan yang ingin
dicapai. Meskipun cakupan ilmu pasti dalam
ilmupengetahuan saat ini masih terbatas pada indra
visual (yng bisa dilihat mata) saja, saya memiliki
keyakinan bahwa di masa mendatang ilmupengetahuan yang
mencakup: indra pendengaran, indra penciuman, indra
perasa  indra peraba akan terus berkembang seiring
dengan perkembangan waktu sehingga bisa menjadi jenis
lain ilmu pasti. Misal: Science base on eyes, Science
base on ears, Science base on taste, Science base on
touch  Science base on smell. Secara pribadi saya
meyakini ilmu pasti dan tidak meyakini ilmu tidak
pasti. Mengapa manusia memfokuskan diri pada
intepretasi visual, ini karena inteprater visual pada
otak terbiasa latihan secara mandiri secara continue
untuk meng-intepretasikan input visual yang diterima.
Dan empat indera lain selain mata meski bersama-sama
menerima input, tetapi tidak ada usaha untuk
meng-intepretasikan input yang masuk tsb menjadi
informasi yang dapat dimengerti oleh kesadaran
manusia; bahkan ketika anak mulai masuk sekolah, ada
usaha dari sekolah untuk cuek, mematikan bahkan
menekankan untuk tidak peduli pada intepretasi lain
selain mata.

Para mahasiswa tsb bertanya lebih lanjut: “Bagaimana
Vincent Liong bisa tidak di DO karena jumlah SKS
kurang dari 40 dalam dua semester misalnya, atau bisa
lulus bilamana ada peraturan bahwa matakuliah yang
lanjutan dari statistik hanya bisa diikuti oleh yang
lulus matakuliah Statistik?” 

Tujuan utama saya mendaftar

  1   2   >