[psikologi_net] Titik Awal dan Titik Akhir
Titik Awal dan Titik Akhir Ditulis oleh : Vincent Liong dan Anton Widjojo Tempat, Hari, dan Tanggal : Jakarta, Selasa, 4 November 2008 e-link tempat diskusi: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/4128 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24828 http://groups.yahoo.com/group/kompatiologi/message/83 (balasan untuk email ini harap di cc ke email: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] ) Gara-gara ada titik, selanjutnya orang belajar membuat garis. Setelah bisa membuat garis, lalu membuat gambar di bidang yang datar; misalnya dengan membuat tattoo di tangan atau melukis di tembok goa, untuk melukiskan hal-hal yang dia kenal dalam hidupnya. Akibat bisa menggambar, selanjutnya orang bisa merencanakan untuk membangun bangunan ruang. Gara-gara duduk di atas kompor lima menit terasa satu jam, dan duduk di atas pangkuan wanita satu jam terasa lima menit; maka terdefinisilah dimensi waktu yang relatif. Gara-gara waktu dipahami sebagai dimensi, maka ditemukanlah hukum kekekalan energi. Setelah adanya pemahaman ‘kompatiologi’ bahwa yang tadinya titik tanpa dimensi itu, ketika dia memiliki ‘range’(jangkauan dan skala) maka dia menjadi berdimensi; yaitu berupa garis sehingga kita kenal bahwa garis itu adalah satu dimensi. Ini dapat dikembangkan terus diharapkan menjadi dimensi-dimensi selanjutnya. --- Ada hal-hal yang sifatnya hasil akhir yang kita anggap pasti. Ketika kita melihat ada suatu garis kita menganggapnya sebagai suatu kepastian, seperti kita melihat; gambar di permukaan bidang datar, melihat sebuah bangunan ruang, atau tepat jam berapakah detik ini… Bagaimana kalau kita mengamati situasi di sekitar kita dengan sudutpandang yang berbeda. Bilamana diri kita adalah sebuah titik; kita bisa menjadi bagian dari suatu garis, bagian dari suatu gambar, bagian dari suatu bangunan ruang, atau bagian dari perjalanan waktu; atau bagian dari kesemuanya… Apa yang akan terjadi ? Download e-book Kompatiologi : * Kompatiologi Logika Komunikasi Empati http://rapidshare.com/files/137418283/kompatiologi_logika_komunikasi_empati.pdf.html http://rapidshare.com/files/137418284/kompatiologi_logika_komunikasi_empati.rtf.html * Catatan Harian Seorang Pendekon Kompatiologi Andy Ferdiansyah http://rapidshare.com/files/137418285/catatan_harian_seorang_pendekon_kompatiologi_andy_ferdiansyah.pdf.html http://rapidshare.com/files/137418286/catatan_harian_seorang_pendekon_kompatiologi_andy_ferdiansyah.rtf.html * Kitab Angin Kompatiologi http://rapidshare.com/files/137418287/Kitab_Angin_Kompatiologi_Juswan_Setyawan.rar.html Perkembangan terakhir Kompatiologi ke ranah Tekhnik Audio Video Profesional Per tgl 1 November 2008 Vincent Liong (pendiri Kompatiologi) tidak terasa masuk ke penerapan kompatiologi di bidang tekhnik audio dan video (berbagai tekhnik yang berkaitan dengan 5 panca indra). Sejak awal disebarluaskan di tahun 2006an kompatiologi dikembangkan di bidang-bidang non-tekhnik seperti metafisika, psikologi, kedokteran alternatif, dlsb. Mulai dengan pengumuman ini kompatiologi akan dikembangkan di bidang 'tekhnik'(berhubungan dengan alat/mesin, dlsb) untuk membantu pekerjaan-pekerjaan tekhnik. Untuk sementara Vincent Liong akan fokus ke hal-hal penerapan tekhnik daripada kompatiologi. Bilamana ada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan/jasa audio dan video profesional dari sekala kecil sampai besar yang bisa saja kami kerjakan dapat contact langsung dengan Vincent Liong dan 'Anton Widjojo' (mentor tekhnik Vincent Liong). Contact Person: * Anton Widjojo (sms ke 08164827424) * Vincent Liong 021-5482193,5348567/46(Home) 021-70006775(CDMA Flexi) 021-98806892(CDMA Esia) 08881333410(CDMA Fren) Stay informed with Yahoo!Xtra News - http://nz.news.yahoo.com
[psikologi_net] Renungan Malam Idul Fitri : Kasih dan Keadilan Tuhan
Renungan Malam Idul Fitri : Kasih dan Keadilan Tuhan Ditulis oleh: Vincent Liong Tempat, Hari Tanggal: Jakarta, Senin, 29 September 2008 Tujuan dibuatnya agama-agama dan berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ranah kemanusiaan adalah; untuk membebaskan manusia dari gangguan-gangguan manusiawi manusia, baik yang dibawa sejak lahir dan yang tumbuh dalam perjalanan hidup si manusia. Yang dibawa sejak lahir misalnya iri dan dengki Yang tumbuh dalam perjalanan hidup si manusia misalnya trauma dan berbagai kemelekatan pada hal-hal di sekitar dirinya. Sayangnya dalam mempelajari agama dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ranah kemanusiaan, manusia menyalahartikan tujuan tersebut dengan menganggap bahwa; bilamana telah mengerti dan menguasai agama dan berbagai ilmupengetahuan tersebut, maka ada suatu kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari gangguan-gangguan manusiawi manusia. Kondisi merasa memiliki kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari gangguan-gangguan manusiawi manusia, membuat manusia merasa memiliki hak untuk memenuhi dorongan rasa keadilan dengan menghakimi pihak lain; sebagai yang benar terhadap pihak yang salah, sebagai yang sadar terhadap yang belum sadar. Masalah yang serupa, yaitu ‘merasa diperlakukan tidak adil’ (dorongan keadilan) juga tumbuh di pihak yang merasa diperlakukan tidak adil, oleh mereka yang merasa memiliki kepastian bahwa dirinya telah terbebas dari gangguan-gangguan manusiawi manusia. Baik di pihak pelaku maupun penderita mengalami kondisi yang sama. Dulu saya sendiri selalu menuntut keadilan karena merasa diri saya diperlakukan tidak adil, saya bisa melihat kekurangan di pihak yang telah memperlakukan saya tidak adil tanpa bisa melihat ke diri saya sendiri. Sesuatu dapat disebut adil bilamana; siapa yang diberi kebebasan lebih dituntut lebih dan siapa yang diberi kebebasan kurang dituntut kurang, keadilan juga dihubungkan dengan prilaku yang sama di hadapan hukum yang adalah kesepakatan yang dibuat bersama. Bilamana Tuhan Yang Esa itu adil kepada saya dengan menimbang segala baik dan buruk saya tentunya saya hanya pantas terbuang dengan tinggal di kolong jembatan. Untungnya Tuhan Yang Esa itu maha pengasih. Orang menuntut keadilan dan diberi keadilan akan menemukan bahwa menurut takaran yang adil dirinya hanya pantas terbuang dengan tinggal di kolong jembatan. Orang yang menyadari bahwa dirinya masih terikat dengan gangguan-gangguan manusiawi manusia dan merasa tidak memiliki nilai apa-apa bilamana dinilai dengan aturan keadilan, maka dia bisa menikmati dan mensyukuri kasih Tuhan Yang Esa, yang tidak mengadili tetapi mengasihi. Kita sebagai manusia hanya hidup berdasarkan belas kasihan Tuhan tanpa memiliki nilai atas hak keadilan apa-apa. Tuhan Yang Esa itu seorang tuan yang bijaksana. Seorang yang bijaksana tahu kapan harus berlaku kasih dan kapan harus berlaku adil. Need a holiday? Check out Yahoo!Xtra Travel - http://nz.travel.yahoo.com/
[psikologi_net] Posisi Kompatiologi dalam ranah Sumberdaya Manusia
Posisi Kompatiologi dalam ranah Sumberdaya Manusia Ditulis oleh: Vincent Liong Tempat, Hari Tanggal: Jakarta, Selasa 29 Januari 2008 Berbicara tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sumberdaya manusia ada dua sudutpandang yang bertolakbelakang tentang cara belajar seorang manusia; * Kelompok pertama (sudutpandang pengukuran objective) beranggapan bahwa manusia harus meningkatkan kwalitas dirinya dengan belajar hal-hal dari luar dirinya termasuk dari manusia lain. Untuk menjadi manusia yang sempurna seorang manusia harus meningkatkan kwalitas dirinya. Sudutpandang ini banyak dianut oleh ilmu-ilmu sumberdaya manusia di pendidikan berbudaya barat (moderen). * Kelompok kedua (sudutpandang pengukuran subjective) beranggapan bahwa manusia harus belajar ke dalam dirinya sendiri (bukan orang lain) karena setiap manusia sudah memiliki segala kemampuan dalam dirinya sendiri, pendalaman terhadap diri sendiri bisa membantu manusia itu untuk mempelajari dirinya sendiri dan lingkungan di luar dirinya. Sudutpandang ini misalnya seperti ilmu kompatiologi yang menggunakan mekanisme tekhnis; bukan ceramah, seminar pembelajaran di ruang kelas. Dalam praktiknya dua sudutpandang ini mengambil titik start dan finish yang berbeda meskipun pada akhirnya keseluruhan pengalaman yang diperoleh bisa saja sama. Menjadi baik atau buruk hasilnya kembali lagi pada pilihan bebas manusianya masing-masing; * Manusia kelompok pertama (sudutpandang pengukuran objective) akan mulai dengan mempelajari sebanyak mungkin ilmu dan kemampuan agar pada tiap ilmu dan kemampuan yang dipelajari bisa dicapai kwalitas titik maksimum. Misalnya dengan sekolah, mengikuti trainning dan seminar untuk meningkatkan Motivasi, Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, Positive Thingking, ilmu intuisi, spiritual, dlsb. Pada akhirnya meskipun begitu banyak ilmu bisa diikuti pelajarannya (kelas, ceramah, seminar, training, workshop, dlsb) tantangannya adalah apakah si manusia tsb setelah mengikuti kelas pada berbagai ilmu tsb benar-benar berusaha menerapkan konsep yang dipelajari setelah keluar dari ruang kelas di dunia nyata, atau sekedar semangat dan komitment omong-kosong selama di ruang kelas saja. 1 + ? = 2 [keadaan awal + tindakan yang bisa dilakukan atau tidak = hasil yang diharapkan] * Manusia kelompok kedua (sudutpandang pengukuran subjective) akan memulai dengan mempelajari penggunaan praktis dari mekanisme otomatis pengukuran subjective itu sendiri. Setelah digunakan maka dalam kehidupan sehari-hari si individu akan sadar bahwa tiap pilihan yang dipilih adalah paket untung-rugi (membelimembayar) dengan konsekwensinya masing-masing. Tidak ada pilihan yang baik atau buruk. Pelajaran moralnya adalah; kita berusaha baik karena mengetahui konsekwensi tidak baik dari memilih bertindak tidak baik. 1 + 1 = ? [keadaan awal + pilihan tindakan yang sudah diperkirakan untung-ruginya = hasil sesuai untung-rugi yang dipilih.] Manusia kelompok kedua (sudutpandang pengukuran subjective) yang menerapkan pengukuran dengan data mentah (data yang belum diberi judgement/dogma), setelah membuat sudutpandangnya sendiri bisa saja menceritakan judgementnya ke orang lain sama seperti yang dilakukan manusia kelompok pertama (sudutpandang pengukuran objective); sharing pengalaman atau bersifat mengajar dogma kepada yang dianggap kurang menguasai suatu hal. Manusia kelompok kedua bisa juga memilih untuk tidak menceritakan judgementnya kepada orang lain, hanya penggunaan praktis dari mekanisme otomatis pengukuran subjective itu saja yang diajarkan ;misalnya melalui dekon-kompatiologi kepada orang lain yang bersifat tekhnis bukan menggunakan ceramah, seminar, dlsb. Manusia kelompok pertama (sudutpandang pengukuran objective) yang berpikir dengan data matang (judgement/dogma) tidak bisa memproses data matang tsb kembali menjadi data mentah; yang bisa dilakukan adalah meyakini sesuatu dan tidak meyakini yang lain. Bila mau dicari benar salahnya dengan diskusi antar dua sudutpandang ini seperti membicarakan lebih dulu ada telur atau ayam tentunya kedua pihak yang berdiskusi akan bertengkar tanpa ada habisnya. * Manusia kelompok pertama (pengukuran objective) akan mengatakan bahwa pilihan yang diambil manusia kelompok kedua salah, karena manusia itu tidak mampu untuk memilih pilihan yang benar (cenderung liar seperti binatang/ instingtif naluriah) bilamana dibiarkan bebas dari dogma, ajaran Tuhan, ajaran norma, etika, dlsb. * Manusia kelompok kedua (pengukuran subjective) akan mengatakan bahwa pilihan yang diambil manusia kelompok pertama untuk mengikat diri pada dogma salah karena; membuat manusia itu tidak mampu kontrol diri misalnya dalam hal bermoral bilamana suatu saat di kondisi tidak terikat pada dogma. Manusia jenis ini dianggap bisa bicara yang baik-baik tetapi belum tentu mampu melakukan di kehidupan sehari-hari di luar dogma karena tidak mengerti benar dogma warisan pihak lain yang bukan hasil pertimbangan pengukurannya sendiri. Bilamana
[psikologi_net] Dasar Penelitian adalah Kejujuran
Dasar Penelitian adalah Kejujuran Ditulis oleh: Vincent Liong Tempat, Hari Tanggal: Sabtu, 19 Januari 2008 Note: email ini adalah balasan untuk email dari Adhi Purwono yang terlampir di bagian bawah email ini. Yang paling harus dihindari dari sebuah persahabatan dan juga konfik adalah PENGHIANATAN atas kepercayaan antar individu yang terlibat. Dua pihak bisa saja bermusuhan tetapi selama terjadi konflik yang tetap menjaga harga diri dan kredibilitas masing-masing tanpa bermain curang maka dua orang musuh berkonflik tanpa saling membenci karena tidak merasa dikhianati. Bilamana saya berkonflik pendapat/pemikiran misalnya dengan ilmu psikologi saya tidak menggunakan cara yang curang; misalnya dengan menyusupkan orang internal di psikologi untuk mengubah contain suatu ilmu psikologi dan mengatakan bahwa pengembangan berbeda itu adalah bagian dari suatu aliran ilmu psikologi tertentu tetapi contain yang telah ada diubah menjadi contain ala pihak lawan teori/keilmuan ilmu tsb. Ini adalah bagian ketidakjujuran pertama yang dilakukan Adhi Purwono dengan memasukkan contain ilmu yang berlawanan dasarnya dengan kompatiologi ke kompatiologi dengan alasan/menggunakan posisinya sebagai bekas kompatiolog yang pernah saya orbitkan cumup tinggi di masyarakat umum. Jadi ketika diskusi yang seolah-olah teori internal kompatiologi sendiri dilakukan akan membuat kompatiologi tampak kropos dan antar satu pendapat dengan yang lain saling menjatuhkan. Alasan mengerti benar kompatiologi digunakan untuk meyakinkan masyarakat umum bahwa; Adhi purwono mengerti benar kompatiologi dan menjelaskan kompatiologi versinya, yang tidak lain teori yang sama persis dengan teori-teori gerakan pabrik tontonan (yang merencanakan berbagai teror untuk menjatuhkan kompatiologi) hanya menggunakan tatabahasa yang sedikit dibuat mirip dengan kompatiologi. Bilamana Vincent Liong menjaga agar kompatiologinya tidak keropos karena disusupi teori yang berlawanan maka Adhi Purwono sebagai kakitangan pihak gerakan pabrik tontonan yang menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan Vincent Liong sebagai sahabat maka Adhi Purwono mengumumkan bahwa Vincent Liong otoriter dan tidak mengijinkan kompatiologi berkembang atau dikembangkan oleh pengguna kompatiologi selain dirinya. Sampai sebelum clue-clue bahwa Adhi Purwono sudah ber-dealing untuk menukar keselamatannya dari teror dengan kepercayaan yang diberikan Vincent Liong terhadap dirinya tampak, Vincent Liong masih membiarkan Adhi Purwono menulis yang berkaitan dengan kompatiologi tanpa berkomentar yang sifatnya melarang perkembangan kompatiologi ala Adhi Purwono dengan KMA(kitab masuk angin)nya yang disebarluaskan oleh Vincent Liong. Keberadaan KMA turut menyulitkan Adhi purwono untuk meyakinkan masyarakat umum bahwa Vincent Liong itu sifatnya otoriter dan melarang Adhi Purwono mengembangkan kompatiologi lebih jauh di luar Vincent Liong, makanya Adhi Purwono tidak suka kalau orang tahu bahwa karya ini ada dan diakui oleh Vincent Liong. Adhi Purwono bahkan membawa-bawa mang Iyus seolah-olah Vincent Liong turut berkonflik dengan mang Iyus. Sebagai pendiri kompatiologi Vincent Liong bertanggungjawab seperti kerja Anti Virus pada komputer untuk melindungi birokrasi teori dan mekanisme kompatiologi agar tidak corrupted dari dalam menggunakan penghianatan ilmuannya sendiri yang takut teror sehingga bisa menurut dan berkhianat hanya dengan bayaran dirinya tidak dijadikan target teror oleh gerakan pabrik tontonan. Pilih berkhianat atau jadi sasaran teror? Adhi lebih memilih berkhianat dengan mengubah sudutpandang 180 dari pendapatnya satu-dua bulan yang lalu tentang teror non-stop ini. Cara persaingan semacam ini adalah cara persaingan eksistensi ilmu yang bahkan lebih kotor dari teror keluarga yang hanya ada di gerakan cacimaki pabrik tontonan yang kebanyakan anggotanya berkepentingan dalam menjaga eksistensi psikologi mainstream terhadap keberadaan kompatiologi. Penelitian apapun didasari oleh kejujuran, kalau kejujuran sudah tidak ada lalu mau apa lagi. Segala strategi teror ini awalnya diharapkan akan menyelamatkan psikologi mainstream dari saingan baru, tetapi kejadian-kejadian yang terjadi yang berhubungan dengan masalah kepercayaan tentunya membuat tanda Tanya baru tentang kredibilitas, kejujuran dan harga diri oknum-oknum psikologi yang turut menjadi pelaku. Note buat Adhi Purwono: Kredibilitas, harga diri dan kepercayaan antar teman adalah hal mendasar yang membuat seseorang bisa tetap hidup, kalau ini sudah dilanggar pihak musuhpun tidak akan mempercayai; karena seorang yang mengkhianati sahabat lamanya sendiri untuk musuhnya sangat mungkin mengkhianati sahabat barunya suatu hari nanti. Ttd, Vincent Liong Sabtu, 19 Januari 2008 Email sebelumnya Subject: Re: Vincent tolol! From: Merkurius Adhi Purwono [EMAIL PROTECTED] DTT: Sat Jan 19, 2008 3:59 pm e-link: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/38047 Aryoputro Nugroho wrote: Kamu memang ular penyebar
[psikologi_net] Kompatiologi ilmu Mengalami bukan Pemikiran dan Pengkonsepan
Kompatiologi ilmu Mengalami bukan Pemikiran dan Pengkonsepan Ditulis oleh: Vincent Liong Tempat, Hari Tanggal: Jakarta, Kamis, 17 Januari 2008 Kemarin teman saya bercerita bahwa sebelum Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram menjadi seorang pemimpin, dirinya hanyalah seorang yang dianggap gila. Bisa berhari-hari dia berendam di air panas lalu beberapa hari berendam di air dingin. Pernah sampai empat puluh hari, lalu kemudian dia keluar meninggalkan prilaku anehnya begitu saja dan tiba-tiba menjadi seorang pemimpin yang disegani masyarakat. Kegiatan berendam itu menghasilkan suatu ketrangka tekhnis dalam diri si Panembahan Senopati bahwa antara panas sekali dan dingin sekali terdapat begitu banyak skala yang dialami. Dari situ muncul pemahaman tentang range scale, pengaris ukur dengan maksimum dan minimum yang diantara kedua ujungnya terdapat skala-skala. Bicara tentang konsep pemikiran dan mengalami; Jika kita berpikir yang muncul adalah konsep dengan gambaran, imajinasi utuh. Jika dialami yang muncul adalah posisi pada skala-skala indrawi kurang atau lebih, kira-kira. Dalam hal skala ukur indrawi ada bermacam-macam misalnya; pengelihatan, pendengaran, sentuhan, pengecapan, dlsb. Pengelihatan, pendengaran, sentuhan adalah input dari luar ; rasa/pengecapan adalah input yang terjadi di dalam diri, itu mengapa pengecapan yang paling penting sehingga dekon-kompatiologi memilih menggunakan pengecapan. Permainan dekonstruksi yang sifatnya indrawi (beda dengan dekonstruksi yang bermain di pemikiran dan kata-kata seperti Derrida) adalah suatu simulasi yang lebih sederhana dibanding kehidupan itu sendiri yang lebih kompleks. Maka dari itu biasanya seseorang yang ikut dekonstruksi misalnya dekon-kompatiologi; setelah bisa membaca skala-skala antara minimum dan maksimum, maka ada jangka waktu tertentu hingga dekonstruksi dan rekonstruksi yang sesungguhnya muncul di kehidupan sehari-hari yang real. Jadi fungsi dekonstruksi yang di ranah indrawi adalah; untuk mensimulasikan seluruh jenis pengalaman dalam hidup yang amat bervariasi, untuk dialami dalam waktu yang sangat singkat, sehingga ini bisa menjadi percepatan dalam proses learning yang dialami si manusia, selanjutnya sehingga proses pendewasaan, pematangan dan kemampuan adaptasi menjadi jauh lebih cepat dari sebelumnya. Plus point dekon-kompatiologi dari jenis dekonstruksi indrawi lain yang sudah ada adalah: * Di jaman moderen ini kita bisa menemui berbagai macam jenis minuman di supermarket terdekat sehingga tidak hanya sekedar dekonstruksi yang bersifat standart untuk semua orang misalnya sekedar merasakan manis, asin, asam dan pahit; tetapi bisa dibuat rumus susunan botol minuman tertentu untuk orang tertentu sesuai dengan memori latarbelakang orang tsb. Kalibrasi (alat penyesuaian) ini membuat dekon kompatiologi tidak hanya sampai menguasai penggaris ukur, skala-skala yang ada ;tetapi lebih jauh lagi memahami memori latarbelakang diri sendiri yang membuat pengertian tidak hanya terhadap di luar diri dan kondisi dalam diri yang dikondisikan, tetapi juga pada sejarah pengalaman diri yang membentuk diri kita sampai sekarang. * Jaman yang moderen juga memungkinkan orang dari latarbelakang apapun pergi secara bebas ke tokobuku. Variasi buku membantu pendekon-kompatiologi (pengajar) dalam mengamati pola pemerosesan data semacam apa yang terjadi dalam diri si terdekon (murid). * Banyaknya mall yang memiliki foodcourt memberikan kondisi tempat yang heterogen, banyak macam orang dengan kondisi berbeda-beda ada di sana, banyak macam resto yang menjual makanan berbeda memberikan kesannya masing-masing. Ini membuat dekon-kompatiologi tidak sekedar membaca data di dalam diri dari pengalaman mencicipi minuman, tetapi terlebih pada kemampuan merasakan skala-skala di dalam diri dan di luar diri secara bersamaan ; Seperti kondisi kehidupan sehari-hari yang bebas dari pengkondisian. Maka dari itu dekon di ruang yang no-noice sangat beda hasilnya dengan di ruang yang full-of-noice. Dekon-kompatiologi membuka ranah penelitian sistem pendidikan alternatif yang bisa menggabungkan berbagai kemampuan dasar yang sifatnya indrawi sekaligus. Ranah dekon indrawi terutama yang berkaitan dengan pencicipan ini amat luas sehingga masih bisa dikembangkan ke banyak hal berbeda. Bilamana ranah ilmu pemikiran dan konseptual sudah begitu sesak variasinya karena terlalu banyak ahli dan pelakunya; ranah mengalami(eksperiencial) ini masih sedikit ahlinya karena ahli penelitian jenis ini harus bebas, tidak boleh terpengaruh banyak teori. Dalam cara penelitiannya ranah mengalami(eksperiencial) memiliki prasyarat aturan penelitian yang cenderung mirip dengan ilmu tekhnis seperti elektro, tekhnik mesin, kimia, biologi, dlsb (pragmatis). Pengalaman itu sifatnya posisi pada skala-skala indrawi kurang atau lebih, kira-kira ; bukan konsep pemikiran yang fleksible karena bisa disugestikan dan diimajinasikan. Dalam menjelaskan secara tertulis dan menceritakan kepada non-user mau
[psikologi_net] Kompatiologi adalah Ibu
mata setiap manusia. Manusia selalu menginginkan perubahan dan meraih yang terbaik. Manusiawi. Itu semua tergantung dari bagaimana manusia memandang dan menyikapinya. Akan lebih baik bila semuanya itu menduduki singgasananya masing-masing dan bisa saling mengisi ruang untuk melengkapi data diri masing-masing. Sungguhkah harmonis bumi ini...? Jumat, 11 Januari 2008 Salam, toxic Tentang Kompatiologi Bicara tentang ilmu apapun maka selalu ada dua point yang perlu disimak; Keyakinan (believe sistem) dan Pengukuran (subjective maupun objective). Keyakinan seperti materi teori yang selalu melampirkan kesimpulan akhir entah itu di ilmupengetahuan ilmiah, metafisika, agama dan spiritual. Pengukuran seperti; * Pengukuran objective yang menghasilkan kesimpulan akhir seperti yang kita pelajari di pelajaran matematika yang lalu diterapkan di berbagai ilmu ilmiah. Proses pencarian kebenarannya (berfilsafatnya) menggunakan kegiatan Tanya-jawab. * Pengukuran subjective yang menghasilkan data saat ini (yang terus berubah seiring berjalannya waktu) seperti alat ukur mekanis yang memiliki; sampler (alat pengambilan sample data) berupa gradasi, kadar (0 100%) yang memiliki range dari minimum, berbagai skala, sampai maksimum. Dengan konteks (translater) yaitu nama masing-masing kegiatan pengukuran seperti misalnya di mobil ada; speedometer, pengukur putaran mesin, pengukur panas mesin, pengukur tekanan oli mesin, pengukur isi tangki bahan bakar, dlsb yang semuanya sama-sama meteran dari minimum, berbagai skala, sampai maksimum. Proses pencarian kebenarannya (berfilsafatnya) dengan cara mempetakan posisi titik koordinat dalam hubungan antara satu hal dengan yang lain. Kompatiologi melalui ritual dekon-kompatiologi adalah kegiatan menginstalasi mekanisme pengukuran subjective pada manusia, sehingga manusia tsb mampu memiliki kemampuan pengukuran subjective ;seperti berbagai alat ukur mekanis yang memiliki sampler berupa alat ukur biologis (minimum, skala-skala, maksimum) dengan nama masing-masing kegiatan pengukuran yang bersifat asosiatif sehingga ada hubungan dua arah antara pemerosesan informasi instingtif (pengukuran indrawi) dan intuitif (perjalanan mengejar kebenaran yang dianut). Pada manusia yang menggunakan kompatiologi hubungan dua arah antara proses instingtif dan intuitif menyebabkan timbulnya adaptasi antara kedua fungsi ini sehingga bisa saling menyesuaikan satu sama lain seiring perjalanan waktu dengan keadaan yang terus berubah-ubah; Seperti ketika mengendarai mobil, antara informasi yang diterima melalui alat ukur mekanis dan pilihan bebas manusianya untuk bertindak saling mempengaruhi. Setiap hewan (termasuk manusia) memiliki mekanisme pengukuran materi-materi di sekitar tempat hidupnya yang mempengaruhi kehidupannya. Informasi itu dipetakan polanya sehingga menghasilkan suatu konsep pencapaian tujuan / kebenaran yang dianut si hewan itu sendiri. Kemudian hewan itu mengejar kebenaran sesuai konsep yang ia petakan sendiri. Latarbelakang Vincent Liong membuat Kompatiologi Vincent Liong (VL) adalah penggagas dari metode dekon-kompatiologi. Penelitian kompatiologi dimulai sejak VL mendapat julukan anak Indigo setelah dipublikasikan di media massa sejak Juli 2004. Julukan anak Indigo menghasilkan pelabelan masyarakat umum yang samasekali berbeda dengan pribadi VL yang sebelumnya sebagai penulis otobiografi tanpa hal-hal berbau metafisika. Awalnya VL tidak menyadari beban pelabelan tsb yang merengut kebebasan VL, mulai awal tahun 2005 Vincent Liong mulai menjaga jarak dari hal berbau metafisika. Perjuangan melawan pelabelan untuk mendapatkan kembali kebebasan VL sebagai manusia biasa bukan orang di bawah label, menuntut pembuktian bahwa Indigo bukanlah sesuatu yang spesial, berbakat, extraordinary, dlsb. Untuk lepas dari jeratan label Indigo, VL dituntut untuk membuktikan dengan metodologi yang standart dan bisa dilakukan oleh orang lain tanpa perlu berbakat, ahli, dlsb kemampuan yang dimiliki anak Indigo dapat diduplikasi secara massal dalam berbagai bidang. Bukan anak indigo harapan masa depan tetapi bapak ibu Indigo yang bisa teruji langsung di masyarakat. Saat semua bisa memiliki kemampuan setara dengan si Indigo maka label itu akan mati. Sumber tulisan: * E-book Catatan Harian Seorang Pendekon (pengajar) Kompatiologi [EMAIL PROTECTED] karya Andy Ferdiansyah halaman 5-6. * http://kompatiologi-vincentliong.blogspot.com bagian profil Vincent Liong Kompatiologi. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com
[psikologi_net] Kompatiologi : To Kill or To Be Killed +(komentar dari Hizbut Tahrir)
Kompatiologi : To Kill or To Be Killed Ditulis oleh: Vincent Liong Tempat, Hari Tanggal: Jakarta, Senin, 7 Januari 2007 Sejak diperkenalkan ke publik Kompatiologi mengalami perang dengan lembaga pendidikan resmi +/- dalam 3 tahun terakhir. Tahun 2006 : Internal Affair Para praktisi peneliti Kompatiologi mengalami pengkucilan dari oknum-oknum Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang diresmikan dengan Surat Peringatan Resmi; Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi.UI Nomor: 214 / F.Psi / Humas / U / 2006 Kepada Yth: Ibu Cornelia Istiani Staf pengajar Fakultas Psikologi UI Depok Hal: Himbauan Tanggal 2 Agustus 2006 Surat ini secara informal bekerja sebagai surat perintah, surat cekal, surat pengkucilan yang dijalankan oleh para lulusan / alumni F.Psi.UI baik yang masih berhubungan dengan UI atau telah bekerja memangku jabatan di F.Psi. lain. Cornelia Istiani karena beberapa ancaman lisan harus keluar dari bekerapa pekerjaannya sebagai dosen dan berganti pekerjaan menjadi konsultan swasta yang bekerja berdasarkan proyek. Tahun 2007 : Teror Keluarga Para praktisi peneliti Kompatiologi mengalami teror dengan target merugikan anggota keluarga (bukan diskusi ilmu) yang berlangsung mulai 20 mei 2007 awal Desember 2007 yang dilaksanakan oleh anggota gerakan fintnah, teror, cacimaki dan ngomong jorok Pabrik Tontonan. Sebagian besar anggota gerakan teror ini memiliki hubungan dengan kegagalan membasmi kompatiologi di tahun 2006 yang banyak melibatkan oknum-oknum berbackground psikologi terutama dari F.Psi.UI. (note: daftar jenis-jenis teror nama pelaku teror terlampir.) Tahun 2008 : Harta Nyawa Tepatnya pada tanggal 30 Desember 2007 jam 06.00 WIB pagi saya mendapat telepon dari Abu Ibrahim perwakilan Hizbut Tahrir cabang Sydney. Abu mentanyakan ke saya prihal kasus gambar porno dan sikap saya yang menurut isu yang diterima tidak bersahabat bahkan bersifat menghina agama Islam. Saya mengkonformasi bahwa saya tidak berkepentingan akan hal tsb dan banyak pengguna kompatiologi yang taat beragama Islam, saya juga memiliki saudara angkat yang bernama Rizki Pradana yang cukup dikenal baik oleh Abu Ibrahim dan dapat dikonformasi soal sikap saya terhadap agama Islam. Setelah melakukan penelitian termasuk tentang teror keluarga yang dialami para praktisi kompatiologi selama tahun 2007 maka secara professional pihak Hizbut Tahrir hari itu juga pada jam Sun Dec 30, 2007 1:50 pm menulis surat konformasi agar tidak ada anggota Hizbut Tahrir yang berhasil diperalat atau diadudomba demi kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, Abu juga berpesan bahwa bilamana pihak Front Pembela Islam menghubungi saya maka saya harus mengatakan bahwa sudah bicara dengan Abu Ibrahim perwakilan Hizbut Tahrir cabang Sydney. Hal ini sangat mengagetkan saya, membuat saya terharu, membuat saya paham bahwa ternyata pihak yang biasa dianggap garis keras pun memiliki prosedur yang jelas sehingga tidak mudah salah bertindak. Saya mengalami perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati seperti yang tertulis di Alkitab. Yang terpenting saya menjadi sadar bahwa teror di akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008 ini tidak lagi mentargetkan teror keluarga tanpa korban berdarah, target teror tahun ini adalah keutuhan rumah tempat tinggal saya di Jl. Ametis IV G/22 Permata Hijau, Jakarta Selatan 12210 Indonesia ;rencana memperalat pihak ketiga untuk diharapkan melaksanakan teror memang gagal tetapi bukan berarti tidak ada pihak ketiga yang lain yang akan diperalat. Lalu saya diingatkan lagi oleh pernyataan Audifax,S.Psi. sebagai anggota gerakan Pabrik Tontonan yang secara tertulis menjanjikan kematian atau cacat tetap total pada saya atau praktisi kompatiologi yang lain yang direncanakan terjadi di tahun 2008 dengan diumumkan secara terbuka di maillist. Hal ini tidak hanya membuat saya kaget tetapi juga membuat Abu Ibrahim menjadi marah sekaligus bingung atas kenekatan musuh-musuh kompatiologi dalam berjibaku dengan menghalalkan segala cara demi membasmi kompatiologi tanpa mempedulikan keselamatan dan nama baik diri sendiri demi memberikan efek kerugian terbesar kepada target terornya. Pilihan yang ada pada saya saat ini adalah: To Kill or To Be Killed. Sesuai kebijaksanaan saya yang telah saya tulis sebelumnya bahwa saya tidak membalas teror keluarga dengan teror keluarga karena bila saya melakukan itu maka saya sama biadabnya dengan musuh saya. Saya mengambil jalan tengah dari To Kill or Not To Kill dengan berusaha mempersempit ruang gerak musuh kami di dunia nyata dengan harapan sumberdaya yang bisa digunakan sebagai sumber dana, koneksi, dlsb untuk melaksanakan rencana merugikan Harta dan Nyawa selanjutnya berkurang sehingga pelaksanaan teror bisa tertunda. Hal ini tentunya adalah penyelesaian sementara tetapi saya pikir cara paling baik diantara yang terburuk. Maka dari itu saya menyebarluaskan data-data bukti tertulis berkaitan dengan gerakan fitnah, teror, cacimaki dan ngomong jorok Pabrik Tontonan yang selalu saya lampirkan
[psikologi_net] Kompatiologi : To Kill or To Be Killed +(komentar dari Hizbut Tahrir)
Kompatiologi : To Kill or To Be Killed Ditulis oleh: Vincent Liong Tempat, Hari Tanggal: Jakarta, Senin, 7 Januari 2007 Sejak diperkenalkan ke publik Kompatiologi mengalami perang dengan lembaga pendidikan resmi +/- dalam 3 tahun terakhir. Tahun 2006 : Internal Affair Para praktisi peneliti Kompatiologi mengalami pengkucilan dari oknum-oknum Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang diresmikan dengan Surat Peringatan Resmi; Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi.UI Nomor: 214 / F.Psi / Humas / U / 2006 Kepada Yth: Ibu Cornelia Istiani Staf pengajar Fakultas Psikologi UI Depok Hal: Himbauan Tanggal 2 Agustus 2006 Surat ini secara informal bekerja sebagai surat perintah, surat cekal, surat pengkucilan yang dijalankan oleh para lulusan / alumni F.Psi.UI baik yang masih berhubungan dengan UI atau telah bekerja memangku jabatan di F.Psi. lain. Cornelia Istiani karena beberapa ancaman lisan harus keluar dari bekerapa pekerjaannya sebagai dosen dan berganti pekerjaan menjadi konsultan swasta yang bekerja berdasarkan proyek. Tahun 2007 : Teror Keluarga Para praktisi peneliti Kompatiologi mengalami teror dengan target merugikan anggota keluarga (bukan diskusi ilmu) yang berlangsung mulai 20 mei 2007 awal Desember 2007 yang dilaksanakan oleh anggota gerakan fintnah, teror, cacimaki dan ngomong jorok Pabrik Tontonan. Sebagian besar anggota gerakan teror ini memiliki hubungan dengan kegagalan membasmi kompatiologi di tahun 2006 yang banyak melibatkan oknum-oknum berbackground psikologi terutama dari F.Psi.UI. (note: daftar jenis-jenis teror nama pelaku teror terlampir.) Tahun 2008 : Harta Nyawa Tepatnya pada tanggal 30 Desember 2007 jam 06.00 WIB pagi saya mendapat telepon dari Abu Ibrahim perwakilan Hizbut Tahrir cabang Sydney. Abu mentanyakan ke saya prihal kasus gambar porno dan sikap saya yang menurut isu yang diterima tidak bersahabat bahkan bersifat menghina agama Islam. Saya mengkonformasi bahwa saya tidak berkepentingan akan hal tsb dan banyak pengguna kompatiologi yang taat beragama Islam, saya juga memiliki saudara angkat yang bernama Rizki Pradana yang cukup dikenal baik oleh Abu Ibrahim dan dapat dikonformasi soal sikap saya terhadap agama Islam. Setelah melakukan penelitian termasuk tentang teror keluarga yang dialami para praktisi kompatiologi selama tahun 2007 maka secara professional pihak Hizbut Tahrir hari itu juga pada jam Sun Dec 30, 2007 1:50 pm menulis surat konformasi agar tidak ada anggota Hizbut Tahrir yang berhasil diperalat atau diadudomba demi kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, Abu juga berpesan bahwa bilamana pihak Front Pembela Islam menghubungi saya maka saya harus mengatakan bahwa sudah bicara dengan Abu Ibrahim perwakilan Hizbut Tahrir cabang Sydney. Hal ini sangat mengagetkan saya, membuat saya terharu, membuat saya paham bahwa ternyata pihak yang biasa dianggap garis keras pun memiliki prosedur yang jelas sehingga tidak mudah salah bertindak. Saya mengalami perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati seperti yang tertulis di Alkitab. Yang terpenting saya menjadi sadar bahwa teror di akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008 ini tidak lagi mentargetkan teror keluarga tanpa korban berdarah, target teror tahun ini adalah keutuhan rumah tempat tinggal saya di Jl. Ametis IV G/22 Permata Hijau, Jakarta Selatan 12210 Indonesia ;rencana memperalat pihak ketiga untuk diharapkan melaksanakan teror memang gagal tetapi bukan berarti tidak ada pihak ketiga yang lain yang akan diperalat. Lalu saya diingatkan lagi oleh pernyataan Audifax,S.Psi. sebagai anggota gerakan Pabrik Tontonan yang secara tertulis menjanjikan kematian atau cacat tetap total pada saya atau praktisi kompatiologi yang lain yang direncanakan terjadi di tahun 2008 dengan diumumkan secara terbuka di maillist. Hal ini tidak hanya membuat saya kaget tetapi juga membuat Abu Ibrahim menjadi marah sekaligus bingung atas kenekatan musuh-musuh kompatiologi dalam berjibaku dengan menghalalkan segala cara demi membasmi kompatiologi tanpa mempedulikan keselamatan dan nama baik diri sendiri demi memberikan efek kerugian terbesar kepada target terornya. Pilihan yang ada pada saya saat ini adalah: To Kill or To Be Killed. Sesuai kebijaksanaan saya yang telah saya tulis sebelumnya bahwa saya tidak membalas teror keluarga dengan teror keluarga karena bila saya melakukan itu maka saya sama biadabnya dengan musuh saya. Saya mengambil jalan tengah dari To Kill or Not To Kill dengan berusaha mempersempit ruang gerak musuh kami di dunia nyata dengan harapan sumberdaya yang bisa digunakan sebagai sumber dana, koneksi, dlsb untuk melaksanakan rencana merugikan Harta dan Nyawa selanjutnya berkurang sehingga pelaksanaan teror bisa tertunda. Hal ini tentunya adalah penyelesaian sementara tetapi saya pikir cara paling baik diantara yang terburuk. Maka dari itu saya menyebarluaskan data-data bukti tertulis berkaitan dengan gerakan fitnah, teror, cacimaki dan ngomong jorok Pabrik Tontonan yang selalu saya lampirkan
[psikologi_net] Rasionalisasi Kode Etik Profesi Psikologi di Indonesia
Rasionalisasi Kode Etik Profesi Psikologi di Indonesia Dengan lulus menjadi Psikolog anda secara langsung dianggap telah mentaati Kode Etik Profesi Psikologi. Segala aturan yang tercantum dalam Kode Etik Profesi Psikologi harus dihafalkan tetapi boleh dilanggar, karena toh apapun pelanggarannya anda tetap seorang Psikolog berijasah yang secara langsung dianggap telah mentaati Kode Etik Profesi Psikologi, sehingga pelanggaran anda tidak dianggap ada sehingga anda aman dari tuduhan pelanggaran Kode Etik Profesionalisme. Sebagai bukti dari pernyataan anda si atas silahkan pelajari berbagai metode rasionalisasi dan irasionalisasi yang telah dilakukan oknum-oknum Psikologi Indonesia yang sangat ilmiah dalam bersaing dengan Kompatiologi. Kode Etik Psikologi Indonesia MUKADIMAH Berdasarkan kesadaran diri atas nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog menghormati harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi terpeliharanya hak-hak asasi manusia. Dalam kegiatannya, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog Indonesia mengabdikan dirinya untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku manusia dalam bentuk pemahaman bagi dirinya dan pihak lain serta memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan tersebut bagi kesejahteraan manusia. Kesadaran diri tersebut merupakan dasar bagi Ilmuwan Psikologi dan Psikolog Indonesia untuk selalu berupaya melindungi kesejahteraan mereka yang meminta jasa/praktik beserta semua pihak yang terkait dalam jasa/praktik tersebut atau pihak yang menjadi obyek studinya. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki hanya digunakan untuk tujuan yang taat asas berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945 serta nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya dan mencegah penyalahgunaannya oleh pihak lain. Tuntutan kebebasan menyelidiki dan berkomunikasi dalam melaksanakan kegiatannya di bidang penelitian, pengajaran, pelatihan, jasa/praktik konsultasi dan publikasi dipahami oleh Ilmuwan Psikologi dan Psikolog dengan penuh tanggung jawab. Kompetensi dan obyektivitas dalam menerapkan kemampuan profesional terikat dan sangat memperhatikan pemakai jasa, rekan sejawat, dan masyarakat pada umumnya. Pokok-pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA sebagai perangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatan selaku Ilmuwan Psikologi dan Psikolog di Indonesia. BAB I PEDOMAN UMUM Pasal 1 PENGERTIAN a) ILMUWAN PSIKOLOGI adalah para lulusan perguruan tinggi dan universitas di dalam maupun di luar negeri, yaitu mereka yang telah mengikuti pendidikan dengan kurikulum nasional (SK Mendikbud No. 18/D/O/1993) untuk pendidikan program akademik (Sarjana Psikologi); lulusan pendidikan tinggi strata 2 (S2) dan strata 3 (S3) dalam bidang psikologi, yang pendidikan strata (S1) diperoleh bukan dari fakultas psikologi. Ilmuwan Psikologi yang tergolong kriteria tersebut dinyatakan DAPAT MEMBERIKAN JASA PSIKOLOGI TETAPI TIDAK BERHAK DAN TIDAK BERWENANG UNTUK MELAKUKAN PRAKTIK PSIKOLOGI DI INDONESIA. b) PSIKOLOG adalah Sarjana Psikologi yang telah mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) dengan kurikulum lama (Sistem Paket Murni) Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau Sistem Kredit Semester (SKS) PTN; atau Kurikulum Nasional (SK Mendikbud No. 18/D/O/1993) yang meliputi pendidikan program akademik (Sarjana Psikologi) dan program pendidikan profesi (Psikolog); atau kurikulum lama Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang sudah mengikuti ujian negara sarjana psikologi; atau pendidikan tinggi psikologi di luar negeri yang sudah mendapat akreditasi dan disetarakan dengan psikolog Indonesia oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas RI). Sarjana Psikologi dengan kriteria tersebut dinyatakan BERHAK DAN BERWENANG untuk melakukan PRAKTIK PSIKOLOGI di wilayah hukum Negara Republik Indonesia. Sarjana Psikologi menurut kriteria ini juga dikenal dan disebut sebagai PSIKOLOG. Untuk melakukan praktik psikologi maka Sarjana Psikologi yang tergolong kriteria ini DIWAJIBKAN MEMILIKI IZIN PRAKTIK PSIKOLOGI sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c) JASA PSIKOLOGI adalah jasa kepada perorangan atau kelompok/ organisasi/institusi yang diberikan oleh ilmuwan psikologi Indonesia sesuai kompetensi dan kewenangan keilmuan psikologi di bidang pengajaran, pendidikan, pelatihan, penelitian, penyuluhan masyarakat. d) PRAKTIK PSIKOLOGI adalah kegiatan yang dilakukan oleh psikolog dalam memberikan jasa dan praktik kepada masyarakat dalam pemecahan masalah psikologis yang bersifat individual maupun kelompok dengan menerapkan prinsip psikodiagnostik. Termasuk dalam pengertian praktik psikologi tersebut adalah terapan prinsip psikologi yang berkaitan dengan melakukan kegiatan DIAGNOSIS, PROGNOSIS, KONSELING, dan PSIKOTERAPI. e) PEMAKAI JASA PSIKOLOGI adalah perorangan, kelompok, lembaga atau organisasi/institusi yang menerima dan meminta jasa/praktik psikologi. Pemakai Jasa juga dikenal dengan sebutan KLIEN.
[psikologi_net] Fwd: Re: [vincentliong] Re: Renungan: Everybody Have a Weakness
akan minta korban kalau si user nya tidak siap dengan kemajuan teknologi..yang bernama Internet...karena orang bisa menjadi apa saja yang dimau. Selamat Tahun baru 08 salam, Istiani Abu [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya tidak mengerti dengan ada Vincent, ini kan dunia Cyber yang sifatnya hanya dialog. Memang dalam berdialog ada yang nyambung ada yang tidak. Itu wajar. Tapi nama2 yang sudah anda data, apabila benar membuat suatu crime maka tindak lanjuti aja lewat yang berwajib alias aparat. Kalau aparat tidak mau menjalan tugasnya, maka jalan pintas model FPI boleh dilakukan sebagai tindak protes bahwa negara ini tidak becus menangani hal yang demikian. Abu Ibrahim. --- In [EMAIL PROTECTED], Vincent Liong vincentliong@ wrote: Everybody Have a Weakness Ditulis oleh: Vincent Liong Tempat, Hari Tanggal: Jakarta, Rabu, 14 November 2007 Everybody Have a Weakness But itsn't right to find it and publish it all of it ? Kalau mau saya cari kelemahan pribadi atau yang berhubungan dengan keluarga, dari setiap anggota gerakan terror, cacimaki dan ngomong jorok Pabrik_T (Nuruddin Asyhadie, Dra. Ratih Andjayani Ibrahim MM. Psi., Maya Notodisurjo, Goenardjoadi Goenawan, Leonardo Rimba, Audifax, Edy Susanto, Sinaga Harez Posma, dlsb) tidaklah sulit melakukannya Tetapi apakah perlu? Semua bisa saja dicari-cari kelemahan pribadinya, masalah keluarganya, dlsb yang sifatnya ruangan pribadi seseorang, lalu kemudian mengumumkannya, menggunakannya sebagai blackmail, terror, cacimaki, judgement-judmenet kepada anggota keluarga dengan membawa-bawa kewenangan misalnya sebagai psikolog atau peramal yang dipercaya masyarakat, motivator hati nurani, sampai perwakilan kantor berita asing di Indonesia yang mengurusi masalah muslim-barat. Apakah semua kebaikan yang ditanam bertahun-tahun ini begitu tidak berharganya dibandingkan dengan kejatuhan seorang Vincent Liong sehingga patut dikorbankan? Selama ini saya masih membongkar seperlunya saja; Seperti anjing yang dipukuli tanpa sebab lalu digiring ke sudut ruangan, saya selama ini hanya menggigit untuk mendapat kesempatan lari meloloskan diri, tidak lebih. Tetapi anda-anda ini mencari hingga ke masalah yang paling pribadi, ke masalah keluarga, juga tidak lupa ke masalah hingga yang paling spele atau kalau perlu membuat-buat bukti palsu dengan tidak tahu malu. Ada dua tipe orang yang sangat menyayangi saya dengan tanpa pamrih rela berkorban untuk saya: Pertama adalah orang-orang yang mendukung segala usaha saya dengan tulus-ikhlas dengan rela berkorban tanpa pamrih. Kedua adalah mereka yang bersedia berkorban kehilangan semua kebaikan yang pernah dibangun dalam hidupnya, untuk sekedar menjatuhkan saya dengan segala cara kotor, itu masih berlangsung sampai sekarang dan sampaib hari ini saya masih belum mengerti masalahnya apa hingga rela berkorban untuk sesuatu yang tidak ada sesuatu hasil yang diperjuangkan dengan jelas. Everybody have a right to live So they have second chance if they choose to use it. Kondisi saya sekarang adalah pada kondisi sekedar mempertahankan apa yang masih ada untuk bertahan hidup saja. Lalu saya melihat anda-anda ini (anggota gerakan Pabrik_T) sudah memiliki banyak hal yang baik, tetapi yang ada tidak disayangi malahan mau dikorbankan untuk sekedar berusaha menjatuhkan saya. Beberapa orang sudah mulai berusaha membangun kembali kebaikan hidupnya yang dirusak sendiri demi menjatuhkan saya, tetapi ego untuk bisa memenangkan kejatuhan seorang Vincent Liong begitu berharganya. Maka bagunan yang baru saja dibangun kembali dirusaknya kembali sehingga harus start kembali dari nol. Lalu ini harus berulang terus? Padahal saya tidak memperlakukan anda seperti anda (anggota gerakan Pabrik_T) memperlakukan saya; Seperti anjing yang dipukuli tanpa sebab lalu digiring ke sudut ruangan Sampai hari ini saya berkali-kali memberi kesempatan kepada anda-anda ini untuk menjadi orang tidak bertanggungjawab, cucitangan dan lari. Tetapi anda-anda menghargai niat baik saya hanya untuk mengubah strategi serangan yang lama dengan strategi baru. A conflict that's have problems can start and can be solve at a lifetime. A conflict that don't have problems can't and can't be solve at a lifetime. Kalau sepasang saudara bertengkar berebut harta, maka ketika pembagian harta telah menjadi jelas, maka pertengkaran akan menjadi dingin dengan sendirinya. Tetapi kalau tidak ada materi yang bisa dijadikan bahan pertengkaran, lalu bertengkar... Maka tidak ada juga yang bisa memulai atau menyelesaikan suatu pertengkaran. Everybody Have a Weakness Apakah diri kita itu sudah sungguh bersih, sehingga usaha penghakiman ke orang lain tanpa materi pertengkaran yang jelas berhak kita lakukan? Maka sebab berulang-ulang mereka itu bertanya juga, tegaklah Ia serta berkata kepada mereka itu, Siapa di antara kamu yang tiada berdosa
[psikologi_net] Re: Renungan: Everybody Have a Weakness (Pro: Abu Ibrahim)
Subject: Re: Renungan: Everybody Have a Weakness DDT: Wed Jan 2, 2008 2:26 am From: Abu [EMAIL PROTECTED] e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/23562 Abu [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya tidak mengerti dengan ada Vincent, ini kan dunia Cyber yang sifatnya hanya dialog. Memang dalam berdialog ada yang nyambung ada yang tidak. Itu wajar. Tapi nama2 yang sudah anda data, apabila benar membuat suatu crime maka tindak lanjuti aja lewat yang berwajib alias aparat. Kalau aparat tidak mau menjalan tugasnya, maka jalan pintas model FPI boleh dilakukan sebagai tindak protes bahwa negara ini tidak becus menangani hal yang demikian. Abu Ibrahim. Vincent Liong [EMAIL PROTECTED] wrote: Ketika saya SMP saya sempat menerbitkan buku di penerbit Grasindo berjudul Berlindung di Bawah Payung, saat itu tahun 2001. Penerbitan buku saya selain menggunakan biaya pihak Grasindo juga mendapatkan sponsor dari beberapa pihak lain koneksi keluarga saya. Peluncuran bukunya di Aksara Bookstore cukup meriah lengkap dengan sponsor beberapa botol wine dari paman saya yang ahli wine William W. Wongso yang kuliner itu, dengan pembawa acaranya Nono Anwar Makarim. Saat itu saya mendapat bantuan dari banyak pihak sehingga di tahun-tahun selanjutnya kepuasan akan buku pertama saya tidak saya rasakan, karena itu bukan atas kemampuan saya sendiri sebagai manusia, melainkan sponsor keluarga dan kenalan saya. Maka dari itu penelitian kompatiologi dari awal hingga sekarang tidak pernah sekalipun saya meminta sponsor untuk dana penelitian, adapun sponsor yang saya dapat adalah pemberian pribadi kepada saya bukan sponsor penelitian; ada seorang sponsor yang menawari saya jatah beli buku di Amazone.com sebesar 100 sampai 300 US$ per bulan, itupun sangat saya usahakan sedikit mungkin saya gunakan. Saya bukan tidak bisa meminta bantuan, bukan saya tidak punya koneksi, tetapi saya memilih tidak mau. Setiap nabi besar yang datang entah dengan asosiasi ketuhanan semacam apapun, dengan bahasanya masing-masing, datang ke dunia dengan satu tema yang sama yaitu: Egaliter (persamaan derajat, hak, kemampuan, kepintaran, nilai diri dimata pencipta dan alam sebagai sesama umat manusia). Sang Budha datang dengan pertanyaannya tentang kesamaan derajat manusia sebagai makhluk hidup yang lahir, menjadi dewasa, tua dan mati yang juga mempertanyakan kembali kebenaran system kasta yang saat itu berlaku di negerinya. Yesus Kristus datang dengan tema persamaan derajat bahwa setiap manusia adalah sama-sama anak-anak Allah dan memiliki hak dan nilai yang sama di mata Allah sebagai anak-anaknya. Nabi Mohammad datang dengan tema persaudaraan sebagai sesama umat beragama Islam. Seperti persaudaraan yang sama di ritual naik Haji yang menyamakan derajat berbagai manusia yang memiliki latarbelakang ras, bangsa, tingkat kekayaan, pendidikan, dlsb yang berbeda dalam perkemahan dan perjalanan iman yang sama. Meskipun saya bukan orang yang secara verbal beragama dengan baik, hal-hal tema egaliter yang dibawa para nabi ini sangat melekat pada pemahaman saya. Saya bisa saja melanggar etika kesopanan, dan etika-etika yang lain, tetapi saya tidak melanggar etika yang satu ini: egaliter. Musuh-musuh saya tahu bahwa saya tidak akan melanggar iman saya; untuk tidak membalas teror keluarga dengan teror keluarga ; kecuali bilamana telah sampai pada korban fisik entah luka, cacat atau kematian karena hal ini berkaitan dengan surviveability clan, keluarga sedarah dan keluarga tidak sedarah (sahabat-sahabat) saya. Ini yang membuat musuh saya tidak takut menyerang saya, sayapun percaya bahwa tidak ada tindakan yang tidak dibayar oleh seorang manusia, maka dari itu saya hanya bersikap defensive dengan mengumumkan perkembangan teror kepada khalayak ramai. Kompatiologi yang saya buat pun sangat berkaitan dengan budaya egaliter; Q; Mengapa saya tidak menjanjikan keberhasilan dalam menjual kompatiologi, melainkan membiarkan murid-murid saya yang tanpa bimbingan saya menulis bukunya masing-masing? @; Ini karena saya tidak mau mengganggu kealamiahan proses penelitian dengan asumsi-asumsi yang mensugesti seolah-olah demikian. Pada ilmu pragmatis kebenaran ilmiah empiris muncul dari pengalaman eksperimen lapangan bukan kegiatan berfilsafat, berlogika dan berdiskusi membahas suatu object. Ilmu kompatiologi adalah ilmu tekhnis jadi asal rumus tekhnikalnya tepat maka penjelasan bisa dibuat sesuai sudutpandang dan pengalaman individu masing-masing. Pada akhirnya ilmu tidak penting, yang penting adalah bagaimana masing-masing orang memiliki kebebasan mengembangkan dirinya sendiri, sebagai manusia dengan namanya sendiri-sendiri. Q; Mengapa saya membuat kompatiologi menggunakan paradigma ilmu pragmatis bukan paradigma ilmu teoritis? @; Karena saya ingin memperjuangkan bahwa tidak ada perbedaan antara yang bersekolah tinggi atau rendah, guru murid, pintar bodo, dlsb ;manusia hanya diukur sebagai manusia itu sendiri. Dalam ilmu pragmatis seperti kompatiologi, salahsatu
[psikologi_net] Fwd: Re: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi
Note: forwarded message attached. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ---BeginMessage--- Subject: Re: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi From: Abu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] DDT: Sun Dec 30, 2007 1:50 pm e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/23519 --- In [EMAIL PROTECTED], Abu [EMAIL PROTECTED] wrote: Do not worry... Saya punya cara sendiri untuk menangani hal ini. Photo itu sebenarnya sebagian rekayasa gambar, dan sebagian yang lalin adalah cabo2 yang dibayar pakai jilbab. Kita punya pengalaman di Lampung dan beberapa tempat lainnya. Saya kerjasama denga Dicki Arimatea. Juga FUI, M.Khaththath. Yang punya jaringan dan punya bukti2 akurat. Kta tidak akan membalas dan berbuat keras kepada mereka. Itumah gak papa... Hanya kita sedang membuat perhitungan dengan meereka, termasuk yang membuat selebaran dan menculiki anak2 kaum muslimin di Aceh ketika pasca tsunami. Kita ada kerja2 lain yang lebih penting. Sementara yang begitu cukup direkord saja. InsyaAllah kami HT tidak akan bisa diadu domba dengan agama lain. Tapi urusan kita adalah urusan personal, bukan agama. Karena Islam melindungi agama dan aqidah lain. Kecuali para pembuat fitnah. Thanks vincent. Abu Ibrahim. --- In [EMAIL PROTECTED], Vincent Liong vincentliong@ wrote: Subject: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi DDT: Thu Nov 1, 2007 2:16 am From: intel.psitrans intel.psitrans@ e-link: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33809 http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2830 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/23012 = intel.psitrans intel.psitrans@ wrote: MOHON PERHATIAN Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi intel.psitrans@ (yahoo.com) adalah email yang bukan anggota dari gerakan cacimaki dan teror Pabrik Tontonan dalam mengganyang Kompatiologi dan Vincent Liong. Untuk memfitnah pihak-pihak Pro Kompatiologi, gerakan cacimaki Pabrik Tontonan di bawah pimpinan Nuruddin Asyhadie (South East Asian editor di Common Ground News Service) telah membuat email palsu dengan cara membuat nama email yang sama yaitu: intel.psitrans tetapi provider emailnya bukan yahoo, sehingga bagi pembaca di [EMAIL PROTECTED] akan tampak sama karena psikologi_transformatif adalah maillist yang dimana alamat email dilindungi privasinya dengan cara tidak menampilkan address email secara utuh. Misalnya email intel.psitrans@ ditampilkan di http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif hanya intel.psitrans@. Hanya ada satu cara bagi member yang cukup jeli untuk membedakan mana intel.psitrans yang yahoo.com atau yang bukan. Email yang berprovider yahoo akan memunculkan simbol muka yang berbentuk bulat pada bagian bawah address email pengirim. intel.psitrans yang palsu yang adalah salahsatu email yang digunakan oleh gerakan cacimaki Pabrik Tontonan di bawah pimpinan Nuruddin Asyhadie (South East Asian editor di Common Ground News Service) telah menulis sebuah email di psikologi transformatif sbb: == Subject: Re: Kebijakan moderasi Audifax DDT: Wed Oct 31, 2007 4:46 pm From: intel psitrans intel.psitrans@ elink: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33777 intel psitrans intel.psitrans@(bukan yahoo) wrote: Lapor Komandan! Kegiatan intai hari ini telah dilaksanakan dengan baik. Foto-foto porno masih tersimpan rapih di arsip kita http://ph.groups.yahoo.com/group/vincentliong/photos/browse/ae98 . Tidak sembarang orang bisa melihat, hanya anggota kita yang masih bisa dilihat. Kondisi foto-foto porno tersebut masih baik dan tersimpan rapih, sejak kita simpan bulan april yang lalu. Hati-hati, jangan sampai Komandan menghapusnya sendiri. Kita tidak punya arsipnya, musuh yang punya arsipnya. Siap melaksanakan perintah Komandan lebih lanjut. Laporan selesai! == Menggunakan Yahoo ID kosislam15, seseorang mengirim gambar-gambar porno bernuansa Islam dengan foldernya diberi nama ! ! ! ! ! ! ISLAM di bagian folder foto maillist [EMAIL PROTECTED] . Sehubungan dengan kasus ini, saya sebagai owner [EMAIL PROTECTED] telah mengubah Group Settings dari yahoogroups kami ini agar bukti terkait tidak bisa dihilangkan oleh pelaku. Pada bagian Group Settings saya mengubah setting Files / Photos dari: Members (upload/modify/download files) menjadi Limited (members can download files; moderators can upload/modify/download files). Rupanya pengguna Yahoo ID kosislam15 masuk sebagai member sejak Apr 27, 2007 6:44 am kosislam15 kosislam15@ Joined group via web ketika konflik dengan kubu Pabrik Tontonan baru dimulai. Kosislam15 mengupload foto-foto tanpa setahu pengurus [EMAIL PROTECTED] , karena maillist [EMAIL PROTECTED] memang maillist unmoderated sejak awal. Mulai Apr 27, 2007
[psikologi_net] Tanggapan: [Forum Pembaca KOMPAS] Tentang Waktu ; karya Maria Hartiningsih
Menanggapi tulisan: Tentang Waktu karya Maria Hartiningsih Bicara tentang waktu mba Maria Hartiningsih Sudah sejak Agustus 2004 sekarang (1 januari 2008) ini kita ada jarak setelah saya ngambek masalah indigo dengan Metro TV. Ternyata saat itu saya tidak menyukai situasi baru saya menjadi indigo, sebelumnya saya penulis otobiografi saya sendiri yang memiliki kebebasan sebagai manusia biasa yang bebas lepas dari judgement. Lalu kita berjarak mba Maria Hartiningsih Saya dan mba Maria Hartiningsih mendapatkan titik-tolak dari moment tsb. Saya, hingga akhirnya saya menjalani perjalanan sebagai indigo dari awal hingga saya sendiri harus menyelesaikan semua tema indigo tidak hanya Vincent Liong si indigo tetapi juga untuk indigo-indigo lain. Saya juga harus menyelasaikan tema-tema manusia non-indigo (tidak sakti, tidak berbakat, tidak sensitive, tidak metafisik, spiritual, dlsb); saya harus menyelesaikan semuanya dengan meng-Indigo-kan mereka bukan sebagai anak indigo tetapi sebagai manusia dewasa Indigo yang menerapkan semua kemampuan tsb dalam keseharian mereka; pekerjaan, pergaulan, dlsb dengan membikin Kompatiologi. Ketika indigo menjadi tidak indigo dan tidak indigo menjadi indigo (hilangnya batas keberbakatan) maka selesailah tugas/perjalanan saya di sana. Sejak jadi indigo saya harus berkonflik dengan dunia baru yang namanya komunitas psikologi demi mendapatkan kembali hak kebebasan sebagai manusia biasa yang bebas lepas dari judgement dan setengah tahun terakhir ini menjalani teror dari pihak-pihak yang menggunakan reasoning kenormalan ala psikologi untuk melegalisasi teror terhadap keluarga saya. Dari saya yang dianggap gila hingga akhirnya ada di kalangan yang konon ahli psikologi lebih gila dari saya sehingga waras menjadi gila dan gila menjadi waras (hilangnya batas keberbakatan) maka selesailah tugas/perjalanan saya di sana. Saya tidak tahu perjalanan mba Maria Hartiningsih yang terjadi setelah moment tsb. Tetapi sebagai sahabat lama yang mengalami titik total di moment dan event yang saya meski di posisi yang berbeda (berhadapan) maka saya juga bisa merasakan dan memperkirakan perjalanan mba Maria Hartiningsih antara Agustus 2004 sekarang (1 Januari 2008). Saya mengharapkan mba Maria Hartiningsih bisa menyelesaikan perjalanan mba Maria Hartiningsih dan setelah itu kita ketemu lagi mengobrolkan perjalanan kita masing-masing di dua belahan dunia yang berlawanan sisi tsb. Tentunya penyatuan dua sisi jawaban tsb akan memberikan jawaban yang lebih utuh. Kapan waktunya mba Maria Hartiningsih mengakhiri perjalanan mba di sana ditentukan oleh mba sendiri. Saya harus bisa tulus ikhlas meninggalkan perjalanan lalu untuk memulai perjalanan berikutnya, begitu juga mba Maria Hartiningsih Kalau sudah ditentukan waktunya bisa menghubungi saya untuk ketemuan, moga-moga bisa ngobrol tanpa JaIm(jaga image). Contact person saya di: 021-70006775, 021-98806892, 08881333410 . Selamat Hari Raya Tahun Baru 2008... Ttd, Vincent Liong Jakarta, Selasa 1 Januari 2008 To: [EMAIL PROTECTED] From: Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 31 Dec 2007 04:17:37 - Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Tentang Waktu Oleh Maria Hartiningsih http://www.kompas.com/kompas-cetak/0712/31/Natal/4113091.htm Waktu berlari. Tahun segera berganti. Sebagian dari kita juga berlari mengejar sesuatu yang ujungnya tak berujung. Tak banyak dari kita dapat berhenti mengejar karena setiap ujung ada janji, bernama pencapaian. Tolok ukurnya bisa dilihat dan diraba: kekuasaan, nama besar, pengakuan, akumulasi modal, kepemilikan, dan lain-lain. Padahal, pada aras itu, ujung adalah fatamorgana. Guru saya mengingatkan, ujung adalah neraka. Ia dibangun oleh ketakutan-ketakutan kita. Kita tak mampu diam karena menghidupi logika kapitalistik, waktu adalah uang. Waktu. Teka-teki tentangnya adalah faktor sangat penting bagi perkembangan manusia. Manusia memiliki kesadaran kuat akan waktu, yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Dengan kesadaran akan masa lalu dan masa depan, manusia menjadi perencana dahsyat dalam mempersiapkan masa depan. Ilmu dan teknologi yang menciptakan peradaban adalah produk kesadaran itu. Ia mendominasi kehidupan meski tak bisa mengatur kapan matahari terbit dan tenggelam. Juga ada batas yang menghentikannya: kematian. Tetapi, apakah waktu? St Agustinus dari Hippo (345-430) dalam Confessions menulis, Kalau tak seorang pun bertanya kepadaku, aku tahu. Tetapi kalau aku diminta menjelaskan kepada seseorang yang menanyakannya, aku tidak tahu. Namun, aku berani menjawab dengan penuh keyakinan bahwa aku tahu, kalau tiada yang mati, tidak akan ada waktu lalu, kalau tiada yang datang, tak akan ada waktu mendatang, dan kalau tiada yang mengada, tak akan ada waktu sekarang. Namun, hanya dua yang menghantui manusia: masa lalu dan masa yang akan datang. Kata St Agustinus, Bagaimana keduanya ada kalau masa lalu kini tiada dan masa depan belum mengada? Maka, yang
[psikologi_net] Fwd: Re: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi
Note: forwarded message attached. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ---BeginMessage--- Subject: Re: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi From: Abu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] DDT: Sun Dec 30, 2007 1:50 pm e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/23519 --- In [EMAIL PROTECTED], Abu [EMAIL PROTECTED] wrote: Do not worry... Saya punya cara sendiri untuk menangani hal ini. Photo itu sebenarnya sebagian rekayasa gambar, dan sebagian yang lalin adalah cabo2 yang dibayar pakai jilbab. Kita punya pengalaman di Lampung dan beberapa tempat lainnya. Saya kerjasama denga Dicki Arimatea. Juga FUI, M.Khaththath. Yang punya jaringan dan punya bukti2 akurat. Kta tidak akan membalas dan berbuat keras kepada mereka. Itumah gak papa... Hanya kita sedang membuat perhitungan dengan meereka, termasuk yang membuat selebaran dan menculiki anak2 kaum muslimin di Aceh ketika pasca tsunami. Kita ada kerja2 lain yang lebih penting. Sementara yang begitu cukup direkord saja. InsyaAllah kami HT tidak akan bisa diadu domba dengan agama lain. Tapi urusan kita adalah urusan personal, bukan agama. Karena Islam melindungi agama dan aqidah lain. Kecuali para pembuat fitnah. Thanks vincent. Abu Ibrahim. --- In [EMAIL PROTECTED], Vincent Liong vincentliong@ wrote: Subject: Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi DDT: Thu Nov 1, 2007 2:16 am From: intel.psitrans intel.psitrans@ e-link: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33809 http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2830 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/23012 = intel.psitrans intel.psitrans@ wrote: MOHON PERHATIAN Usaha untuk Memperalat umat Islam demi Membasmi Kompatiologi intel.psitrans@ (yahoo.com) adalah email yang bukan anggota dari gerakan cacimaki dan teror Pabrik Tontonan dalam mengganyang Kompatiologi dan Vincent Liong. Untuk memfitnah pihak-pihak Pro Kompatiologi, gerakan cacimaki Pabrik Tontonan di bawah pimpinan Nuruddin Asyhadie (South East Asian editor di Common Ground News Service) telah membuat email palsu dengan cara membuat nama email yang sama yaitu: intel.psitrans tetapi provider emailnya bukan yahoo, sehingga bagi pembaca di [EMAIL PROTECTED] akan tampak sama karena psikologi_transformatif adalah maillist yang dimana alamat email dilindungi privasinya dengan cara tidak menampilkan address email secara utuh. Misalnya email intel.psitrans@ ditampilkan di http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif hanya intel.psitrans@. Hanya ada satu cara bagi member yang cukup jeli untuk membedakan mana intel.psitrans yang yahoo.com atau yang bukan. Email yang berprovider yahoo akan memunculkan simbol muka yang berbentuk bulat pada bagian bawah address email pengirim. intel.psitrans yang palsu yang adalah salahsatu email yang digunakan oleh gerakan cacimaki Pabrik Tontonan di bawah pimpinan Nuruddin Asyhadie (South East Asian editor di Common Ground News Service) telah menulis sebuah email di psikologi transformatif sbb: == Subject: Re: Kebijakan moderasi Audifax DDT: Wed Oct 31, 2007 4:46 pm From: intel psitrans intel.psitrans@ elink: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33777 intel psitrans intel.psitrans@(bukan yahoo) wrote: Lapor Komandan! Kegiatan intai hari ini telah dilaksanakan dengan baik. Foto-foto porno masih tersimpan rapih di arsip kita http://ph.groups.yahoo.com/group/vincentliong/photos/browse/ae98 . Tidak sembarang orang bisa melihat, hanya anggota kita yang masih bisa dilihat. Kondisi foto-foto porno tersebut masih baik dan tersimpan rapih, sejak kita simpan bulan april yang lalu. Hati-hati, jangan sampai Komandan menghapusnya sendiri. Kita tidak punya arsipnya, musuh yang punya arsipnya. Siap melaksanakan perintah Komandan lebih lanjut. Laporan selesai! == Menggunakan Yahoo ID kosislam15, seseorang mengirim gambar-gambar porno bernuansa Islam dengan foldernya diberi nama ! ! ! ! ! ! ISLAM di bagian folder foto maillist [EMAIL PROTECTED] . Sehubungan dengan kasus ini, saya sebagai owner [EMAIL PROTECTED] telah mengubah Group Settings dari yahoogroups kami ini agar bukti terkait tidak bisa dihilangkan oleh pelaku. Pada bagian Group Settings saya mengubah setting Files / Photos dari: Members (upload/modify/download files) menjadi Limited (members can download files; moderators can upload/modify/download files). Rupanya pengguna Yahoo ID kosislam15 masuk sebagai member sejak Apr 27, 2007 6:44 am kosislam15 kosislam15@ Joined group via web ketika konflik dengan kubu Pabrik Tontonan baru dimulai. Kosislam15 mengupload foto-foto tanpa setahu pengurus [EMAIL PROTECTED] , karena maillist [EMAIL PROTECTED] memang maillist unmoderated sejak awal. Mulai Apr 27, 2007
[psikologi_net] File Buku Catatan Harian Seorang 'Pendekon' (pengajar) Kompatiologi Andy Ferdiansyah
Judul: Catatan Harian Seorang Pendekon Kompatiologi [EMAIL PROTECTED] Karya: Andy Ferdiansyah Versi update: full version 10 desember 2007 Jumlah halaman: 173 halaman A4 Jenis tulisan: Times New Roman Arial 11 spasi 1. Untuk mendownload versi Ms.Word nya klik: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/files/CatatanHarianSeorangPendek\ on/fullver10des07CatDekon.doc Untuk mendownload versi PDF nya klik: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/files/CatatanHarianSeorangPendek\ on/fullver10des07CatDekon.pdf Bagi yang belum menjadi member [EMAIL PROTECTED] tetapi ingin mendownload buku tsb silahkan join sebelumnya, klik: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/join selamat membaca... Pendahuluan dari Vincent Liong / Liong Vincent Christian Pendiri Kompatiologi Buku yang akan anda baca ini berjudul; Catatan Harian Seorang Pendekon (pengajar) Kompatiologi [EMAIL PROTECTED] karya Andy Ferdiansyah. Dalam buku ini pembaca bisa turut merasakan bagaimana perjalanan Andy Ferdiansyah sebagai Tinta_Negatif seorang pendekon kompatiologi dengan sudutpandang orang pertama. Kondisi penulisan buku ini yang dibuat secara tidak disengaja, sangat mendukung untuk menghasilkan catatan harian seorang praktisi (peneliti, pengajar dan pelaku) ilmu kompatiologi yang original tanpa pretensi ingin tampak lebih atau kurang baik dari yang apa adanya. Sifat Andy Ferdiansyah yang lugu, polos, jujur, atau lebih kasarnya telanjang sebagai seorang pelaku penulisan catatan harian sangat tampak di tiap tulisan yang dirangkum secara urut ;selama perjalanan waktu, dengan berbagai prosesnya yang tidak terputus. dari ketika bertemu dengan Vincent Liong sekedar sebagai tugas reportase dari stasiun televisi tempatnya bekerja ; meliput Vincent Liong sebagai anak indigo dan pendiri kompatiologi hingga tanpa sengaja sering ikut acara dekon-kompatiologi menjadi pendekon-tandem kompatiologi menjadi pendekon-independent kompatiologi hingga akhirnya harus keluar dari komunitas mainstream kompatiologi dan memulai petualangan baru menggunakan dan menyebarluaskan kompatiologi sebagai Andy Ferdiansyah, bukan lagi murid Vincent Liong menerapkannya dalam dunia kerja sesuai bidang yang dipilih untuk dijalani dirinya sendiri. dari mentalitas seniman yang pemberontak anti kemapanan dengan banyak menganut idealisme menjadi agak religius menjadi suka bicara hal religius secara lebih terbuka jadi semakin realis shock ketika menghadapi masalah double personality-nya yang bertemu satu sama lain hingga menjadi manusia yang sedikit lebih diam pada dirinya sendiri Semuanya terrekam tanpa manipulasi di dan dibahas secara terbuka dalam buku ini. Dalam buku ini diceritakan penerapan kompatiologi sebagai ilmu di luar lembaga pendidikan resmi dan di luar budaya pendidikan di ruangan tertutup tanpa noice (proses pendidikan kompatiologi selalu dilakukan di ruangan terbuka seperti mall, pasar, dlsb yang berisik). Perjalanan proses pemahaman ilmu melalui dilemma kepercayaan vs skeptisisme yang dibicarakan secara terbuka berlangsung sepanjang cerita. Tidak seperti ilmu kebanyakan yang tidak melampirkan proses kontemplasi praktisinya, yang dilampirkan hanya hasil kesimpulan akhir yang dianggap mutlak dan tidak perlu dipertanyakan lagi. --- Bicara tentang ilmu kita biasa menemukan penjelasan dan kesimpulan akhir yang tertulis di berbagai buku atau dipresentasikan melalui pengajaran dengan metode percaya, yakin dan hafalkan. Paradigma ilmu itu sendiri, terutama ilmu ilmiah tidak lepas dari dilema antara kepercayaan (idealisme untuk terus mencari), keyakinan (believe system / kebenaran yang dipertahankan dan dikejar / intuisi) dan skeptisisme (pengukuran subjective maupun objective) yang silih-berganti. Tidak ada ilmu ilmiah yang bisa tumbuh hanya dengan kepercayaan dan keyakinan saja tanpa skeptisisme, sebab tanpa skeptisisme ilmu hanyalah sebuah keyakinan (tanpa perlu pembuktian) ;agama yang diwariskan turun temurun tanpa pengujian ulang sepanjang keberadaan sebuah ilmu. Bila ini terjadi maka ilmu yang ada hanyalah ilmiah semu yang berisi urutan kegiatan; sebagai murid, kelulusan dan lalu menjadi pengajar tanpa perlu pengujian di luar dunia akademis (ruang penelitian yang dibuat, dikondisikan dan diteliti oleh pendukung materi teori keilmian), bukan pasar pengguna / masyarakat awam yang tidak ideal. Sebaliknya, tidak ada ilmu ilmiah yang bisa tumbuh hanya dengan skeptisisme saja. Tanpa kepercayaan, setidaknya keterbukaan untuk mengujicoba, atau membuka kemungkinan pada hal baru di luar materi teori keyakinan ilmiah ;yang mungkin saja di masa yang akan datang akan menjadi kebenaran ilmiah. Bila hal ini terjadi, maka ilmu yang ada hanyalah ilmiah semu. Sebab alasan ilmu ilmiah dibuat, sekedar untuk mempertahankan konstruksi kekuasaan (menara gading) diri sendiri dan kelompok dengan menggunakan materi teori atas apa yang telah dianggap kebenaran ilmiah. Kompatiologi sebagai ilmu di luar lembaga
[psikologi_net] Fwd: Ratih Andjayani Ibrahim Psikolog Kondang yang Mengidap Split Personality Akut
Note: forwarded message attached. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ---BeginMessage--- Ratih Andjayani Ibrahim Psikolog Kondang yang Mengidap Split Personality Akut Ratih Andjayani Ibrahim seorang psikolog kondang dari Personal Growth yang sering memberikan pendapatnya sebagai ahli psikologi perkembangan (anak sampai dewasa) dan prilaku perempuan, diam-diam mengidap split personality. Tentunya hal ini tidak diketahui oleh khalayak umum selain yang mengamati dua sisi Ratih Ibrahim: * Kepribadian Pertama: Sebagai Psikolog perkembangan yang selalu menggunakan kata-kata dan nasehat yang bijak tampil menjawab permasalahan psikologi keluarga di berbagai media massa di tanah air. * Kepribadian Kedua: Ratih ibrahim yang suka membuat isu kelainan psikologi palsu, bicara kata-kata kotor, caci-maki, dlsb di maillist [EMAIL PROTECTED] . Ini semua berhubungan dengan kebutuhan Ratih Ibrahim untuk membelah kepribadiannya menjadi dua titik ekstrim yaitu: pribadi yang bijak, sempurna, serba-baik-baik di media televisi untuk sumber nafkah dan yang jelek-jeleknya dilampiaskan di dunia maillist [EMAIL PROTECTED] kepada orang yang dianggapnya mampu menjadi samsak bagi kepedihan hatinya yang kambuh secara musiman (berkala tiap jangka waktu tertentu). Ratih Ibrahim adalah bagian dari kelompok psikolog di maillist psikologi_transformatif yang gemar sekali menggunakan negative reinforcement kepada berbagai member maillist di maillist psikologi transformatif seperti misalnya: * Teror kepada anggota keluarga dengan sita jaminan. * Cacimaki dengan bahasa kotor ala Psikologi kepada subject dan keluarga subject. * Pemalsuan dan penyebarluasan data kepribadian korban. * Pemalsuan bukti korban dan pemalsuan kuesioner. * Usaha pemerasan, penangkapan dan pemenjaraan melalui jalur hukum. Silahkan membuka (membaca dan mempelajari) sisi lain dari kepribadian Ratih Ibrahim yang tidak terekspose di media massa dengan meng-klik e-link: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/msearch?query=ratih+ibrahim+submit=Searchcharset=ISO-8859-1 (bagi yang belum jadi member silahkan bergabung dulu di: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join agar memiliki acess untuk membaca email-email tsb.) Di psikologi_transformatif Ratih Ibrahim bahkan menggunakan email aslinya sendiri [EMAIL PROTECTED] . Semoga dengan membaca email ini, para pemirsa tidak lagi tertipu dengan acting Ratih Andjayani Ibrahim yang berpura-pura menjadi orang yang sangat baik di satu sisi, dengan sisi lain yang terbiasa menjadi sadis mencari kambinghitam masokis yang bisa dijadikan samsak kegundahan hatinya. LAMPIRAN e-link beberapa wawancara Ratih Andjayani Ibrahim di media massa (cetak elektronik). Bandingkan dengan email-email Ratih Ibrahim di maillist [EMAIL PROTECTED] anda akan tahu bagaimana penyakit kejiwaan split personality yang telah menjangkit seorang psikolog kondang Ratih Andjayani Ibrahim (spesialis psikologi perkembangan). * Cantik Luar Dalam, Mitos Fakta - KOMPAS CYBER MEDIA http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0607/26/133138.htm * Pentingnya Menyiapkan Bekal untuk Buah Hati Sejak Dini (Hanyawanita.com :: Indonesian Women's e-Lifestyle) http://hanyawanita.com/_food/kitchen_solution/article.php?article_id=6976 * Menggapai Jiwa Seimbang (Harian Umum Pikiran Rakyat) http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/072006/30/geulis/utama01.htm * Perempuan Tak Lagi Harus Menunggu http://www.dutamasyarakat.com/rubrik.php?id=19105kat=Ragam * Jangan Belenggu Tawanya (Koran Republika) http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=291247kat_id=100 * Diet Menonton Televisi Bagi Anak www.indomedia.com/sripo/2006/09/19/1909H17.pdf * Gemar Melirik Kekasih Orang ??? (Majalah Cosmopolitan) http://www.bluebrainers.com/viewtopic.php?t=8940 * Babak Workshop Indonesian Idol Dipercepat (Kantor Berita Antara) http://www.antara.co.id/arc/2007/4/11/babak-workshop-indonesian-idol-dipercepat/ * Saatnya Perempuan Tentukan Masa Depan Sendiri http://www.dutamasyarakat.com/rubrik.php?id=19104kat=Ragam * Shopaholic itu orang sakit bukan? http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=578 * TAK SEMUA YANG DISAKITI LELAKI JADI LESBI http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=13808 * Menanamkan Nilai Harus Killer dan Konsisten http://www.sinarharapan.co.id/berita/0512/09/sh04.html * LifeStyle Selebriti Penuh Ketegangan http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/selebriti/penuh-ketegangan.html * PERSAINGAN KETAT MIKE VS JUDIKA DI FINAL http://www.bintang-indonesia.com/contentd.php?pcid=580 * Have a sensational Sex Life with your partner? Here's How! http://www.conectique.com/cetak/index.php?article_id=1429_page=1 * Pasangan Selebritis Harmonis yang Penuh Miracle dari POND`S http://www.rileks.com/lifestyle/?act=detailartid=31102006114728 * MIDNIGHT SHOPPINGdi Akhir Ramadan http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/entertainment-sore/midnight-shoppingdi-akhir-ramadan-3.html * Indonesian Idol
[psikologi_net] Re: Fwd: Proyek EMDR Aceh: Sudah siapkah HIMPSI Jaya ?
Inilah sdr Sinaga Harez Posma; Yang menjadi sudutpandang dan pencapaian yang bernilai dari masing-masing dari kita berbeda. Pencapaian peneliti model pencarian dari nol seperti saya adalah untuk mencari, meneliti dan membangun sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada di jaman ini, dan bisa berguna bagi orang banyak. Pencapaian peneliti model penelitian ilmiah adalah menjadikan sesuatu (misalnya ilmu) yang sudah ada sebelumnya tetapi dianggap pseudoscience menjadi lebih dianggap scientific lalu dipatenkan. Pseudoscience atau scientific adalah urusan dan kepentingan di kalangan kaum ilmiah saja yang eksklusif. Kalau bagi masyakarat awam, suatu hal benar atau tidak akan terbukti secara alamiah dari perjalanannya di penyebaran ilmu dalam masyarakat awam sepanjang sejarah. Maka dari itu Kompatiologi untuk Vincent Liong secara pribadi sudah sukses, pencapaian versi Vincent Liong sudah tercapai yaitu:membangun sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada di jaman ini, dan bisa berguna bagi orang banyak. Yang belum mencapai sukses adalah orang-orang akademisi (ilmiah-wan) di sekitar kompatiologi yang masih membutuhkan keyakinan / label / peresmian tidak ilmiah atau ilmiah ; scientific atau pseudoscience. Seseorang atau sekelompok orang bisa di-respect dalam mengembangan dan atau menggunakan suatu ilmu bilamana dirinya masih menghormati dan menghargai proses sejarah pembentukan ilmu itu sendiri dengan trial error dari nol, bukan sekedar ngurusin scientific atau pseudoscience. Saya tidak tahu tentang pribadi Francine Shapiro, tetapi yang saya tahu Psikologi (HIMPSI yang menggunakan EMDR di Aceh) hanya menghargai dan mempelajari sejarah EMDR sampai di sejarah Francine Shapiro saja, karena yang dianggap penting masih berdasarkan label eksklusif ilmiahwan saja. Hal sejarah selanjutnya yang berhubungan dengan prinsip-prinsip meditasi Vipassana dan juga metode-metode yang ada dalam AdvaitaVedanta hanya dibahas sekilas, padahal proses pencarian dari nol dengan trialerror yang berlangsung sepanjang sejarah ilmu itu adalah hal yang paling penting bila suatu ilmu mau dijadikan praktik secara profesional. Seperti yang jelas-jelas sdr Sinaga Harez Posma sendiri kritisi yaitu soal: Sudahsiapkan HIMPSI Jaya dan Tim apabila hal-hal seperti yang dikemukakanoleh Parnell tersebut di atas terjadi pada proyek di Aceh tersebut ? Kalaupertanyaan berdasarkan uraian/analisa versi dukun, sudah siapkahHIMPSI Jaya dan Tim menghadapi ekses sebagai akibat adanya pertempuranantara Spirit Aceh melawan Spirit India ? Woowww kali ini HIMPSI Jaya rada-rada nyerempet nih . :) Dari point ini kelihatan sekalui bahwa pendidikan hingga pemberian sertifikat EMDR diberikan secara tidak cukup bertanggungjawab atau istilah saya Saya tidak begitu respect... karena hanya berhenti sampai pada sejarah usaha mengilmiahkannya saja Francine Shapiro. Hal yang paling penting, fatal, dlsb dari ilmu yaitu konstruksi tekhnis-mekanis dari ilmu itu sendiri tidak dipelajari dan sudah bisa dapat sertifikat, lalu berangkat bekerja ke Aceh. Ttd, Vincent Liong Jakarta, Rabu, 17 Oktober 2007 Email sebelumnya... http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32948 --- In [EMAIL PROTECTED], Vincent Liong [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya tidak begitu respect dengan 'cara' tindakan lembaga dan perorangan di Psikologi yang anda ceritakan di bawah ini untuk membuat dan memasarkan produk EMDR. harez: Hak anda untuk tidak respect maupun tidak. vl: Seperti sudah saya bahas sebelumnya di email: * Kompatiologi: Orientasi Metodologi Penelitian http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2673 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22757 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32436 Mengenai perbedaan peran peneliti ala pencarian dari nol dengan peran peneliti ala penelitian ilmiah. harez: Konsepmu tentang metode penelitian banyak yang tidak jelas dan ngawur, saya tidak berminat untuk membahasnya lebih lanjut. vl: Yang dilakukan oleh penggagas EMDR hanya membahasakan ulang sesuatu yang sudah ada, sudah jadi dan sudah terbukti empiris dan sudah diketahui kekuatan dan kelemahannya dari pengalaman digunakan oleh masyarakat awam ; di agama, aliran spiritual, metafisika, dlsb yang sudah ada dengan ditambahi bumbu dan cap ilmiah sehingga bisa diperdagangkan lebih laku dan lebih mahal di jalur keanggoataan eksklusif pendidikan, tanpa menghargai dan menghormati sejarah peran peneliti yang melakukan pencarian dari Nol-nya dimana ilmu apapun selalu berkaitan erat dengan 'pribadi' (seorang individu atau komunitas) yang menjalani pengalaman pencarian dari nol nya. harez: Penemunya Francine Shapiro, diakui dan dicatat. ( http://www.emdr.com/history.htm ) vl: Tentunya sesuatu yang sudah jadi, sudah empiris dan sudah berjalan bertahun-tahun bahkan beberapa generasi tidak memerlukan penelitian apa-apa selain hanya kegiatan menambahi bumbu dan edit-mengedit bahasa saja. harez
[psikologi_net] Manipulasi Data di fak Psikologi adalah Legal bila Punya Kedudukan
Vincent Liong answer to Sinaga Harez Posma: Menurut Sinaga Harez Posma sendiri seperti terlampir di bawah ini bahwa pelanggaran kode etik psikologi Indonesia yaitu mengenai kegiatan memanipulasi data tidak berlaku bagi seorang Sinaga Harez Posma. Sinaga Harez Posma memiliki kedudukan di fakultas psikologi sehingga hal aturan tsb tidak berlaku. Jadi profesionalitas memang perlu dipertanyakan karena bahkan oknum-oknum didalamnya saja bisa secara terbuka mengakui bahwa kedudukan menghalalkan segalanya. Vincent Liong secara doktrin atau ilmupengetahuan yang dibela memang bukan sebagai native di fakultas psikologi. Vincent Liong adalah native di ilmu kompatiologi yang didirikan Vincent Liong. Antara satu ilmu dan ilmu yang lain misalnya psikologi dan kompatiologi tentunya terjadi kritik-mengkritik, hal ini adalah wajar. Tetapi bila pelanggaran kode etik psikologi yang paling fatal sebagai ilmu ilmiah yaitu yaitu kegiatan memanipulasi data dilegalkan, bila si oknum memiliki kedudukan di lembaga psikologi, bahkan bisa dibahas secara tertulis dan terbuka di publik, maka eksistensi psikologi dengan kode etik psikologinya sendiri sebagai sebuah lembaga perlu dikaji ulang terutama karena posisinya sebagai ilmu teraphis yang merupakan turunan dari ilmu kedokteran yang menyangkut keselamatan manusia. Ditunggu komentaran dari Psikolog atau lulusan Psikologi yang lain. Ttd, Vincent Liong Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2007 Email sebelumnya e-link: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32380 Sinaga Harez Posma wrote: Huahaha ! Vincent Vincent silahkan saja kamu mau nulis apa. Aku sadar dan tahu persis koq kedudukan dan keberadaanku di komunitas psikologi. Aku tinggal memforward arsip-arsip postingan di milis ini ke komunitas psikologi dan :) Memangnya di milis ini nggak ada psikolog-psikolog lain yang memberikan penilaian :) Kamu mau ngejelekin reputasiku di psikologi ? Ha...ha...ha... ? Kamu yang selama ini memusuhi dan menjelek-jelekkan psikologi mau mencari dukungan dari komunitas psikologi untuk memusuhi aku ... :) Yang bener aja ah Cent bisa-bisa kamu yang diketawain nanti. Konsultasi dulu sana sama teman-temanmu. Kamu pikir di milis ini tidak ada psikolognya apa ? Banyak Cent ... :) Apakah mereka tidak bisa memberikan judgement perbandingan antara aku dan kamu ? He...he...he kamu mimpi Cent :) Arsip di milis ini, bisa dijadikan salah satu alat bukti. Kesaksian rekan-rekan di milis ini juga bisa dijadikan alat bukti, pengalaman Mas Goen, Bu De Tih, Mas Leo, Audi, dll menunjukkan hal itu koq. Aku nulis berdasarkan data koq, dan sudah jelas referensinya. Prof. Sarlito mau dijadiin saksi ahli . juga boleh :) Atau Dr. Erwin doktermu itu juga boleh ... :) Memangnya ada naga takut sama gertakan cacing ...:) Mimpi kali ye ... :) Jangan kebanyakan waham ah! Hahaha Vincent Vincent :) salam, harez Email sebelumnya http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32378 Vincent Liong wrote: Kasus Manipulasi data oleh Sinaga Harez Posma Ditulis oleh: Vincent Liong Tempat, Hari Tanggal: Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2007 Kepada Yth: Sinaga Harez Posma. Di Tempat. Seperti sudah saya beritahukan sebelumnya bahwa saya akan memberikan limit waktu sesuai kesabaran saya tentang segala usaha yang anda lakukan untuk merugikan saya secara pribadi dan kompatiologi. Saya adalah individu yang independent dengan penelitian yang dana dan personilnya juga independent, jadi hukum yang berlaku pada saya hanyalah hokum kepuasan nasabah dan kepercayaan masyarakat. Anda adalah lulusan fakultas Psikologi, jadi hukum yang berlaku adalah Kode Etik Psikologi Indonesia. Ada beberapa pelanggaran yang bisa dipermasalahkan secara serius dan berkaitan dengan profesionalisme seorang Sinaga Harez Posma sebagai lulusan psikologi. Karena saya sebagai pendiri kompatiologi bukan ilmu di bawah fakultas psikologi, jadi sangsi atas pelanggaran tsb tentunya menjadi tanggungjawab kolega anda sendiri yaitu sesama lulusan fakultas Psikologi seIndonesia, demi menjaga kwalitas dari lulusan fakultas Psikologi. Pelanggaran tsb terutama soal: Manipulasi data yang diumumkan ke publik bahwa ada sejumlah individu (lebih dari satu orang) yang mengalami gangguan jiwa akibat ikut dekon-kompatiologi. Kalau memang ada korban maka Sinaga Harez Posma berkewajiban menunjukkan korbannya, dan korbannya sendiri wajib membuat pengakuan tertulis bahwa telah dirugikan oleh Vincent Liong dan kompatiologi. Bila tidak ada laporan pengakuan dari korban sendiri secara tertulis dan dapat dikonformasi keberadaan korbannya maka Sinaga Harez Posma telah melakukan manipulasi data demi perusakan nama baik Vincent Liong dan kompatiologi. Email ini mohon diperhatikan juga oleh para lulusan dan mahasiswa fakultas psikologi berhubung ini berkaitan dengan seorang lulusan fakultas Psikologi. Ttd, Vincent Liong Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2007 Send
[psikologi_net] Tubuh, jiwa dan Roh (hardware, translater dan sampler)
Judul: tubuh, jiwa dan roh.. hardware, translater dan sampler.. anak, ibu dan bapak.. putera, roh kudus dan bapa... manusia, instightif dan intuitif... manusia, bumi dan langit... Ingin ikut dalam diskusi? (Unmoderated) Klik e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/21738 http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2057 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/24917 Chatting antara Vincent Liong (V.L.) dengan Md. (nama dirahasiakan) pada tanggal Senin, 9 Juli 2007 malam. Md.: Hi hi.. lagi ngapain?? V.L.: lage nulis Md.: nulis apa?? V.L.: soal The Augments Md.: mksdny memperbanyak apa?? V.L.: memperbanyak orang yg punya budaya spt gw Md.: budaya seperti lo?? Md.: kenapa gitu?? V.L.: gw merancang budaya dan memperbanyak orang dengan budaya yg sama Md.: dan menurut lo,tindakan lo itu positif ato negatif?? Md.: orang kan bisa mengartikannya berbeda.. Md.: lo bisa memecahbelahkan masyarakat lhoo V.L.: ya nga ada positif negatif V.L.: masyarakat dalam budaya kultus jelas gw pecahbelah V.L.: tetapi masyarakat yg lebih primitif ngak kena pengaruh V.L.: baik atau buruk itu tergantung posisi kita melihat dari mana Md.: itu dia yang gw maksud.. V.L.: atau tidak dari mana2 Md.: ga semua orang bisa memandang dari sisi yang membangun kan?? V.L.: tidak ada sisi yg membangun V.L.: kalau dianggap ada maka ada yg dianggap sisi tidak membangun Md.: jadi,bisa aja saat mereka menginterprestasikannya salah,,bisa terjadi paradigma baru yang menyesatkan,, V.L.: ada dua jenis paradigma yg mekanis dan yang believe sistem V.L.: yg believe sistem bisa sesat karena ada posisi dalam ruang pikir V.L.: tetapi mekanisme tidak bisa baik dan tidak bisa buruk karena mekanisme Md.: bukannya segala sesuatu,tanpa terkecuali itu ada sisi baik dan buruknya?? Md.: kecuali Tuhan ya.. V.L.: tuhan ada kalau ada setan Md.: ko gitu sih?? V.L.: kalau tidak ada setan maka tidak ada tuhan begitu juga sebaliknya Md.: ko lo bisa ngomong gt?? V.L.: butuh tuhan kalau butuh perasaan terlindungi dari setan Md.: atas dasar apa? V.L.: kalau sedang tidak ya tidak butuh tuhan Md.: ga juga.. Md.: klo gw sih ga gitu..mau seneng ato sedih,,gw slalu bersyukur sama Tuhan.. Md.: waahh,,berarti lo cuma manfaatin Tuhan doang dong?? V.L.: bersyukur ya iya tetapi bukan atas dasar butuh tuhan karena takut setan maka bersyukur V.L.: ada atau nga ada terlindungi atau tidak ya bersyukur udah idup Md.: emg lo takut setan? V.L.: nga Md.: bukannya harusnya setan yang takut sm kita?? V.L.: juga tidak takut tuhan Md.: kan kita in Bait Allah,, hah?? lo ga takut Tuhan?? padahal,takut akan Tuhan itu permulaan pengetahuan lhoo.. V.L.: takut tuhan adalah permulaan perbudakan kita atas tuhan yg disuruh jagain kita dari setan. bersyukur bukan karena takut sama tuhan atau takut sama setan adalah permulaan mengenal tuhan secara egaliter. tuhan dan setan itu titik ekstrim. diantara dua titik ekstrim ada range. dalam range ada skala Md.: jadi lo merasa bahwa lo bisa mengenal Tuhan dengan ilmu yang lo punya sekarang? V.L.: mengenal tuhan secara egaliter berbeda dengan mengenal tuhan secara membudaki atau dibudaki Md.: padahal,lokan mahluk ciptaanNya,,jadi mana mungkin lo bisa melebihi Tuhan Yesus?? V.L.: pemahaman tentang tuhan yesus bisa dibawa ke mana2: bisa ke kondisi egaliter atau kondisi non egaliter tergantung yg memberikan arahan. Md.: mskd lo membudaki atau dibudaki tuh gmn?? V.L.: takut nga dilindungi dari setan dan takut sama tuhan makanya baik sama tuhan (membaik-baik-i) Md.: lo tau ga klo Tuhan itu tritunggal?? V.L.: itu konsepnya. ayah ibu dan anak Md.: itu kan namanya bukan tritunggal.. V.L.: budayanya berasal dari anggapan tentang ayah ibu dan anak. logika orang khan begitu kalau nga ada ayah dan ibu maka nga bisa melahirkan. titik ekstrim yg satu dipadu dengan titik ekstrim yg lain maka menghasilkan ruang antara yg memungkinkan ada variasi perjalanan kehidupan Md.: suka baca Alkitab ga?? V.L.: ya gw ngerti tetapi dari sudutpandang pengintepretasian egaliter Md.: lhooww,,kan gw cuma nanya suka ato ga?? tinggal bilang ya atau tidak V.L.: masalahnya kalau bilang ya maka diposisikan ikut aliran tertentu (sudutpandang tertentu terhadap alkitab) tetapi bukan alkitabnya sendiri Md.: ga juga kok.. V.L.: alkitabnya ya sekedar alkitab Md.: hmm,,gw jadi ngerti,, berarti bisa dibilang,,masih banyak ilmu laen yang harus lo gali,, saat lo menyukai. bc Bible,,bnyak rahasia dan pengertian baru yang lo dapetin.. V.L.: bukan gitu. ada dua cara memahami sesuatu: loe terima mentah2 atau elo yg menjalani prosesnya hingga mendapat jawabannya proses demi proses. bisa saja dua cara ini menuju jawaban yg sama tetapi masalahnya kalau terima mentah2 elo terkontrol oleh pihak lain bukan mengontrol diri elo sendiri secara bebas Md.: vince,,pikirna manusia itu terbatas,, V.L.: yg mengatakan pikiran manusia itu terbatas juga manusia Md.: lo tau juga kan klo manusia itu terdiri dari 3 bagian juga?? tubuh,jiwa dan roh.. V.L.: hardware, translater sampler
[psikologi_net] Posisi Kompatiologi dalam Insting, Believe Sistem, dan Intuisi. oleh: Vincent Liong
Posisi Kompatiologi dalam Insting, Believe Sistem, dan Intuisi. Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong Ingin ikut dalam diskusi?! , klik: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/21595 http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1995 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/23858 Kata; Insting, Believe Sistem dan Intuisi Sadar atau tidak sadar, tiga buah kata yang tidak pernah bisa dipisahkan, yang memiliki definisinya masing-masing, yang diterjemahkan ke dalam berbagai nama berdasarkan konteks fungsionalnya yang lebih spesifik... Dalam ranah pembahasan teori (anggapan) tentang pemerosesan informasi pada manusia; Intuisi mewakili anggapan tentang proses penyampaian atau lalulintas informasi abstrak yang bersifat spontant, biasanya diidentikkan dengan teori sifat otak kanan. Insting mewakili anggapan tentang proses penerjemahan informasi abstrak ke dalam bahasa yang lebih kongkrit (fisikal), biasanya diidentikkan dengan teori sifat otak kiri. Sedangkan believe sistem adalah kepercayaan, agama, tradisi, adat-istiadat, cerita, teori, anggapan yang mewakili keseluruhan cerita tentang kegiatan pemerosesan informasi pada manusia. Karena hanya fungsi insting yang mempu dijelaskan secara agak mekanis, maka secara empiris logis hal ini mudah dijelaskan dalam bentuk believe sistem, sedangkan fungsi intuisi sulit dijelaskan karena sifatnya adalah penyaluran data yang spontant bukan metodologi dengan penjelasan kongkrit (ada kerja / hal fisikalnya) ; Sehingga believe sistemnya masuk ke ranah metafisika (non-science non-empiris), karena tidak ada garis pemisah yang jelas antara intuisi dan anggapan tentang kegiatan intuisi (believe sistem). Dalam pembahasan tentang fungsi mekanis komputer; Hardware menjalankan perannya dalam menjadi alat penghubung dalam penyampaian lalulintas informasi abstrak. Software (termasuk operating sistem) menjalankan perannya sebagai alat penerjemahan informasi abstrak ke-dan-dari informasi yang lebih kongkrit (fisikal) yang masuk-dan-keluar melalui input-dan-output device. Dalam pembahasan tentang fungsi mekanis media penyimpanan data seperti DVD, Piringan Hitam, HardDisk, dlsb; Pembacaan data dilakukan melalui proses random sampling berupa sentuhan, cahaya, dlsb dengan bahasa binair yang abstrak seperti 01010100101010... , lalu ditranslate ke bahasa yang lebih kongkrit (jelas fisikal), lalu diprojeksikan dalam bentuk data kongkrit. Tidak ada satupun bidang keilmuan (believe sistem) baik yang dianggap science, empiris atau yang metafisika (non science) yang bisa lepas dari sifat tiga kata dasar ini (insting, believe sistem, dan intuisi) mesikipun dalam nama pendefinisian yang berbeda. Entah itu ilmu science empiris seperti; ilmu sosial, ilmu alam, ilmu kedokteran, ilmu psikologi, ilmu elektro, ilmu komputer, ilmu mesin, dlsb. Juga ilmu metafisika seperti; ilmu agama, ilmu meditasi, ilmu reiki, ilmu kundalini, dlsb. Seperti judul tulisan di atas: Posisi Kompatiologi dalam Insting, Believe Sistem, dan Intuisi.; Maka saya tidak membahas secara detail posisi masing-masing ilmu terhadap insting, believe sistem, dan intuisi dalam tulisan ini. Yang akan saya bahas adalah bagaimana kompatiologi (yang buatan saya) mampu menjawab permasalahan utama dalam usaha penerapan ilmu berbasis believe sistem. Pada paragraf di atas saya telah menulis bahwa believe sistem adalah kepercayaan, agama, tradisi, adat-istiadat, cerita, teori, anggapan yang mewakili keseluruhan cerita tentang kegiatan pemerosesan informasi pada manusia (atau kegiatan apapun sesuai dengan konteks fungsionalnya yang lebih spesifik). Permasalahan utama dari believe sistem adalah: orang diajak untuk terus berusaha menguasai secara keseluruhan dan benar anggapan tentang suatu kegiatan fungsional yang ingin dikuasainya. Tetapi seberapa besar dan seberapa lamapun si manusia berusaha untuk menguasai secara menyeluruh suatu believe sistem, tetap saja usaha itu tidak akan pernah selesai ; malahan semakin didalami semakin rumit dan semakin sedikit orang yang bisa mengerti dan diajak ngobrol tentang penguasaan dan kebenaran believe sistem tersebut. Pada akhirnya usaha untuk menguasai berbagai jenis believe sistem berkembang menjadi hirarki kerumitan, semakin tinggi hirarki maka semakin sedikit orang yang bisa menguasai, mengerti dan diajak ngobrol (seperti fenomena orang sekolah S1, lalu S2 lalu S3 lalu mau sampai profesor, atau jadi murid kelas teri, murid senior, jadi guru, hingga maha guru), kultus ada dan dibuat karena pemegang kultus tersebut tidak dimengerti oleh orang lain. Nah, bagaimana kompatiologi (yang buatan saya) ini bisa menyelesaikan masalah ini?! Caranya adalah merubah paradigma usaha menguasai ilmu; dari menguasai believe sistem (anggapan-anggapan atas ilmu), menjadi menguasai secara langsung kegiatan fisikalnya (sebagai pelaku, seperti sebuah mesin). Urusan anggapan-anggapan atas ilmu dialami secara otodidak selama
[psikologi_net] Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo 12 - 19 April 2007
Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo Kepada Yth pengguna atau calon pengguna Kompatiologi. Diberitahukan bahwa Vincent Liong dan Adhi Purwono akan hadir dalam kunjungan khusus di Yogyakarta Solo pada tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan diperpanjang) untuk melakukan Dekon-Kompatiologi. Untuk saat ini kami belum membuat jadwal pasti soal tanggal berapa dan dimana dekon akan dilakukan. Biasanya kami memilih start jam 16.30 di Foodcourt sebuah Mall dan selesai hingga jam 22.00 malam hari yang sama. Untuk 1x acara dekon jumlah peserta 1 - 5 terdekon. Dalam 1 minggu kami akan melakukan 4x acara dekon untuk menjaga stamina dan kwalitas hasil kerja dekon. Beberapa hal yang perlu diperhatikan: * By appointment only. Biasanya pendekon membawa pendekon dari cabang lain bilamana jumlah terdekon di luar kemampuan pendekon dengan tujuan untuk menjaga standart kwalitas hasil dekon. * Wajib konformasi sehari sebelum hari appointment dan hari yang sama sebelum dekon. * Tidak melayani tanya-jawab via sms. * Biasanya acara dekon berlangsung selama empat jam. Dilarang meninggalkan acara sebelum acara selesai. * Order proyek luar kota, seminar, wawancara pers, dlsb hubungi deal langsung dengan masing-masing praktisi. * Disarankan (tidak wajib) terdekon membawa teman yang tinggal satu area / lingkungan pergaulan dengannya agar memiliki teman sharring tentang penerapan kompatiologi pasca dekon-kompatiologi, agar perkembangan pasca dekon lebih cepat dan terkontrol. * Tiap pendekon bekerja dan bertanggungjawab secara independent. Tanggungjawab kepada klien adalah pada masing-masing praktisi yang menjadi pendekon pilihan anda. * Praktisi kompatiologi tidak memberikan jaminan apapun terhadap klien. Segala resiko dari proses dekonstruksi ditanggung oleh klien sendiri. Tarif yang kami berlakukan adalah: Rp.300.000,-/ peserta dibayarkan saat acara. Bilamana ingin menyumbang untuk biaya penelitian akomodasi kami, dlsb silahkan ditambahkan / kirim ke bank account kami secara terpisah dari tarif dekon. Bagi peserta Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta diharapkan mendaftarkan diri via email SMS di 08881333410 08886187085 sebelum tgl 12 April 2007. Lalu menghubungi Vincent / Adhi via telepon (tidak hanya via sms) pada tanggal 12 13 April 2007 dan mengirim email ke address email: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] ; isi sbb: Subject: [Nama Peserta]Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Melampirkan: Nama Lengkap: Telepon: Hp CDMA: Alamat Tinggal: Latarbelakang Pekerjaan: Tulisan singkat versi sendiri mengapa mau ikut acara Dekon-Kompatiologi. Contact person Vincent Liong dan Adhi Purwono yang dapat dihubungi: Selama di Jakarta (sebelum Vincent dan Adhi berangkat ke Yogyakarta) dapat dihubungi di: * Vincent Liong 021-5482193,5348567/46(Home) 021-70006775(CDMA Flexi) 021-98806892(CDMA Esia) 08881333410(CDMA Fren). * Adhi Purwono 021-68812660(CDMA Flexi) 08886187085(CDMA Fren). Selama di Yogyakarta solo (12 - 19 April 2007 / dapat diperpanjang) dapat dihubungi di: * Vincent Liong 08881333410(CDMA Fren). * Adhi Purwono 08886187085(CDMA Fren). Note: Bagi peserta dekon wajib menghubungi Vincent / Adhi via telepon (tidak melayani sms) pada tanggal 12 April 2007. Harap perhatikan update info terbaru di: [EMAIL PROTECTED] Klik e-link: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/ Untuk perhatiannya kami ucapkan terimakasih... Permintaan Donasi untuk Project Kompatiologi di Yogyakarta Solo 12 - 19 April 2007 Sehubungan dengan Project Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo, saya Vincent Liong Adhi Purwono selaku praktisi pengajar yang akan diberangkatkan tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan diperpanjang) untuk memperluas jaringan pengguna kompatiologi sampai ke Yogyakarta meminta bantuan teman-teman para pengguna penggemar kompatiologi untuk donasi (sumbangan dana) untuk biaya-biaya kami selama di Yogyakarta. Bagi teman-teman yang berniat menyumbang silahkan dikirim ke ... Bank BCA cabang Permata Hijau A/c: 178-117-9600 A/n: Liong Vincent Christian Tulis keterangan: Dekon Yogyakarta [Nama Anda] Setelah dikirim harap sms ke 08881333410 ... Untuk program dekon-kompatiologi di Jakarta selama Vincent Liong tidak di Jakarta (12 - 19 April 2007 / dapat diperpanjang) dapat menghubungi: * STEVEN TJOENG (alias: Dayapala Pema Lodoe) Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu rupiah per peserta) CDMA esia: 021-93332223 Hp: 081381381311. * DADE (M. PRABOWO) Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi Mall Kelapa Gading. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu rupiah per peserta) CDMA esia: 021-98805716 Hp: 081808862171. * RIO PANJAITAN Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi Mall Kelapa Gading. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu rupiah per peserta) CDMA esia: 021-99068707 Hp: 081380530125. * ONDO UNTUNG Lokasi dekon: Mall Kelapa Gading. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
[psikologi_net] Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo 12 - 19 April 2007
Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo Kepada Yth pengguna atau calon pengguna Kompatiologi. Diberitahukan bahwa Vincent Liong dan Adhi Purwono akan hadir dalam kunjungan khusus di Yogyakarta Solo pada tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan diperpanjang) untuk melakukan Dekon-Kompatiologi. Untuk saat ini kami belum membuat jadwal pasti soal tanggal berapa dan dimana dekon akan dilakukan. Biasanya kami memilih start jam 16.30 di Foodcourt sebuah Mall dan selesai hingga jam 22.00 malam hari yang sama. Untuk 1x acara dekon jumlah peserta 1 - 5 terdekon. Dalam 1 minggu kami akan melakukan 4x acara dekon untuk menjaga stamina dan kwalitas hasil kerja dekon. Beberapa hal yang perlu diperhatikan: * By appointment only. Biasanya pendekon membawa pendekon dari cabang lain bilamana jumlah terdekon di luar kemampuan pendekon dengan tujuan untuk menjaga standart kwalitas hasil dekon. * Wajib konformasi sehari sebelum hari appointment dan hari yang sama sebelum dekon. * Tidak melayani tanya-jawab via sms. * Biasanya acara dekon berlangsung selama empat jam. Dilarang meninggalkan acara sebelum acara selesai. * Order proyek luar kota, seminar, wawancara pers, dlsb hubungi deal langsung dengan masing-masing praktisi. * Disarankan (tidak wajib) terdekon membawa teman yang tinggal satu area / lingkungan pergaulan dengannya agar memiliki teman sharring tentang penerapan kompatiologi pasca dekon-kompatiologi, agar perkembangan pasca dekon lebih cepat dan terkontrol. * Tiap pendekon bekerja dan bertanggungjawab secara independent. Tanggungjawab kepada klien adalah pada masing-masing praktisi yang menjadi pendekon pilihan anda. * Praktisi kompatiologi tidak memberikan jaminan apapun terhadap klien. Segala resiko dari proses dekonstruksi ditanggung oleh klien sendiri. Tarif yang kami berlakukan adalah: Rp.300.000,-/ peserta dibayarkan saat acara. Bilamana ingin menyumbang untuk biaya penelitian akomodasi kami, dlsb silahkan ditambahkan / kirim ke bank account kami secara terpisah dari tarif dekon. Bagi peserta Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta diharapkan mendaftarkan diri via email SMS di 08881333410 08886187085 sebelum tgl 12 April 2007. Lalu menghubungi Vincent / Adhi via telepon (tidak hanya via sms) pada tanggal 12 13 April 2007 dan mengirim email ke address email: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] ; isi sbb: Subject: [Nama Peserta]Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Melampirkan: Nama Lengkap: Telepon: Hp CDMA: Alamat Tinggal: Latarbelakang Pekerjaan: Tulisan singkat versi sendiri mengapa mau ikut acara Dekon-Kompatiologi. Contact person Vincent Liong dan Adhi Purwono yang dapat dihubungi: Selama di Jakarta (sebelum Vincent dan Adhi berangkat ke Yogyakarta) dapat dihubungi di: * Vincent Liong 021-5482193,5348567/46(Home) 021-70006775(CDMA Flexi) 021-98806892(CDMA Esia) 08881333410(CDMA Fren). * Adhi Purwono 021-68812660(CDMA Flexi) 08886187085(CDMA Fren). Selama di Yogyakarta solo (12 - 19 April 2007 / dapat diperpanjang) dapat dihubungi di: * Vincent Liong 08881333410(CDMA Fren). * Adhi Purwono 08886187085(CDMA Fren). Note: Bagi peserta dekon wajib menghubungi Vincent / Adhi via telepon (tidak melayani sms) pada tanggal 12 April 2007. Harap perhatikan update info terbaru di: [EMAIL PROTECTED] Klik e-link: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/ Untuk perhatiannya kami ucapkan terimakasih... Permintaan Donasi untuk Project Kompatiologi di Yogyakarta Solo 12 - 19 April 2007 Sehubungan dengan Project Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo, saya Vincent Liong Adhi Purwono selaku praktisi pengajar yang akan diberangkatkan tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan diperpanjang) untuk memperluas jaringan pengguna kompatiologi sampai ke Yogyakarta meminta bantuan teman-teman para pengguna penggemar kompatiologi untuk donasi (sumbangan dana) untuk biaya-biaya kami selama di Yogyakarta. Bagi teman-teman yang berniat menyumbang silahkan dikirim ke ... Bank BCA cabang Permata Hijau A/c: 178-117-9600 A/n: Liong Vincent Christian Tulis keterangan: Dekon Yogyakarta [Nama Anda] Setelah dikirim harap sms ke 08881333410 ... Untuk program dekon-kompatiologi di Jakarta selama Vincent Liong tidak di Jakarta (12 - 19 April 2007 / dapat diperpanjang) dapat menghubungi: * STEVEN TJOENG (alias: Dayapala Pema Lodoe) Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu rupiah per peserta) CDMA esia: 021-93332223 Hp: 081381381311. * DADE (M. PRABOWO) Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi Mall Kelapa Gading. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu rupiah per peserta) CDMA esia: 021-98805716 Hp: 081808862171. * RIO PANJAITAN Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi Mall Kelapa Gading. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu rupiah per peserta) CDMA esia: 021-99068707 Hp: 081380530125. * ONDO UNTUNG Lokasi dekon: Mall Kelapa Gading. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
[psikologi_net] Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo 12 - 19 April 2007
Info: Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo Kepada Yth pengguna atau calon pengguna Kompatiologi. Diberitahukan bahwa Vincent Liong dan Adhi Purwono akan hadir dalam kunjungan khusus di Yogyakarta Solo pada tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan diperpanjang) untuk melakukan Dekon-Kompatiologi. Untuk saat ini kami belum membuat jadwal pasti soal tanggal berapa dan dimana dekon akan dilakukan. Biasanya kami memilih start jam 16.30 di Foodcourt sebuah Mall dan selesai hingga jam 22.00 malam hari yang sama. Untuk 1x acara dekon jumlah peserta 1 - 5 terdekon. Dalam 1 minggu kami akan melakukan 4x acara dekon untuk menjaga stamina dan kwalitas hasil kerja dekon. Beberapa hal yang perlu diperhatikan: * By appointment only. Biasanya pendekon membawa pendekon dari cabang lain bilamana jumlah terdekon di luar kemampuan pendekon dengan tujuan untuk menjaga standart kwalitas hasil dekon. * Wajib konformasi sehari sebelum hari appointment dan hari yang sama sebelum dekon. * Tidak melayani tanya-jawab via sms. * Biasanya acara dekon berlangsung selama empat jam. Dilarang meninggalkan acara sebelum acara selesai. * Order proyek luar kota, seminar, wawancara pers, dlsb hubungi deal langsung dengan masing-masing praktisi. * Disarankan (tidak wajib) terdekon membawa teman yang tinggal satu area / lingkungan pergaulan dengannya agar memiliki teman sharring tentang penerapan kompatiologi pasca dekon-kompatiologi, agar perkembangan pasca dekon lebih cepat dan terkontrol. * Tiap pendekon bekerja dan bertanggungjawab secara independent. Tanggungjawab kepada klien adalah pada masing-masing praktisi yang menjadi pendekon pilihan anda. * Praktisi kompatiologi tidak memberikan jaminan apapun terhadap klien. Segala resiko dari proses dekonstruksi ditanggung oleh klien sendiri. Tarif yang kami berlakukan adalah: Rp.300.000,-/ peserta dibayarkan saat acara. Bilamana ingin menyumbang untuk biaya penelitian akomodasi kami, dlsb silahkan ditambahkan / kirim ke bank account kami secara terpisah dari tarif dekon. Bagi peserta Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta diharapkan mendaftarkan diri via email SMS di 08881333410 08886187085 sebelum tgl 12 April 2007. Lalu menghubungi Vincent / Adhi via telepon (tidak hanya via sms) pada tanggal 12 13 April 2007 dan mengirim email ke address email: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] ; isi sbb: Subject: [Nama Peserta]Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Melampirkan: Nama Lengkap: Telepon: Hp CDMA: Alamat Tinggal: Latarbelakang Pekerjaan: Tulisan singkat versi sendiri mengapa mau ikut acara Dekon-Kompatiologi. Contact person Vincent Liong dan Adhi Purwono yang dapat dihubungi: Selama di Jakarta (sebelum Vincent dan Adhi berangkat ke Yogyakarta) dapat dihubungi di: * Vincent Liong 021-5482193,5348567/46(Home) 021-70006775(CDMA Flexi) 021-98806892(CDMA Esia) 08881333410(CDMA Fren). * Adhi Purwono 021-68812660(CDMA Flexi) 08886187085(CDMA Fren). Selama di Yogyakarta solo (12 - 19 April 2007 / dapat diperpanjang) dapat dihubungi di: * Vincent Liong 08881333410(CDMA Fren). * Adhi Purwono 08886187085(CDMA Fren). Note: Bagi peserta dekon wajib menghubungi Vincent / Adhi via telepon (tidak melayani sms) pada tanggal 12 April 2007. Harap perhatikan update info terbaru di: [EMAIL PROTECTED] Klik e-link: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/ Untuk perhatiannya kami ucapkan terimakasih... Permintaan Donasi untuk Project Kompatiologi di Yogyakarta Solo 12 - 19 April 2007 Sehubungan dengan Project Dekon-Kompatiologi di Yogyakarta Solo, saya Vincent Liong Adhi Purwono selaku praktisi pengajar yang akan diberangkatkan tanggal 12 - 19 April 2007 (ada kemungkinan diperpanjang) untuk memperluas jaringan pengguna kompatiologi sampai ke Yogyakarta meminta bantuan teman-teman para pengguna penggemar kompatiologi untuk donasi (sumbangan dana) untuk biaya-biaya kami selama di Yogyakarta. Bagi teman-teman yang berniat menyumbang silahkan dikirim ke ... Bank BCA cabang Permata Hijau A/c: 178-117-9600 A/n: Liong Vincent Christian Tulis keterangan: Dekon Yogyakarta [Nama Anda] Setelah dikirim harap sms ke 08881333410 ... Untuk program dekon-kompatiologi di Jakarta selama Vincent Liong tidak di Jakarta (12 - 19 April 2007 / dapat diperpanjang) dapat menghubungi: * STEVEN TJOENG (alias: Dayapala Pema Lodoe) Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu rupiah per peserta) CDMA esia: 021-93332223 Hp: 081381381311. * DADE (M. PRABOWO) Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi Mall Kelapa Gading. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu rupiah per peserta) CDMA esia: 021-98805716 Hp: 081808862171. * RIO PANJAITAN Lokasi dekon: Mall Taman Anggrek, Plaza Semanggi Mall Kelapa Gading. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu rupiah per peserta) CDMA esia: 021-99068707 Hp: 081380530125. * ONDO UNTUNG Lokasi dekon: Mall Kelapa Gading. Jadwal by appointment (tarif umum: tiga ratus ribu
[psikologi_net] Perbedaan NLP, Psikologi dengan Kompatiologi
Perbedaan NLP, Psikologi dengan Kompatiologi Kutipan-kutipan tentang NLP di tulisan ini disadur / dikutip tanpa diubah kalimatnya dari buku: Judul buku: Terapi NLP (Neuro-Linguistic Programming) Menciptakan Master Komunikasi yang Komunikatif Penulis: Dr. Ibrahim Elfiky Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika) ISBN: 979-114-088-1 Tulisan ini dibuat untuk tujuan menjelaskan penyelewengan penjelasan tentang apa itu kompatiologi yang disamakan dengan metode NLP di beberapa maillist. Bagian I :: Sejarah NLP (Note: Disadur / dikutip secara keseluruhan tanpa diubah kalimatnya dari buku Terapi NLP, halaman 9 12.) Berbahagialah seseorang yang dapat mencari sebab segala peristiwa. Virgil Sekitar tahun 1970-an, Richard Bandler lulus dari universitas California Santa Cruz sebagai sarjana matematika. Dia banyak menghabiskan waktunya bergelut dengan kerumitan ilmu komputer dan fisika. Tak heran banyak orang menjulukinya anak ajaib di bidang komputerisasi. Tetapi, ia juga memiliki minat lain, psikologi. Terilhami sahabat-sahabatnya, dari keluarga ahli terapi terkenal seperti Milton Ericson, Virginia Satir, dan Fritz Perls, ia terdorong untuk mempelajari psikologi. Ia membatasi penelitiannya. Dan pada akhirnya menemukan bahwa ahli terapi tersebut telah menemukan kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menghasilkan prestasi luar biasa. Setelah mempelajari pola-pola tingkah laku yang dibuat oleh mereka, Bandler mencoba membuat modelnya. Dia menjiplak strategi-strategi pribadi dan tingkah laku, lalu mencobanya pada beberapa orang lain. Hasilnya sangat memuaskan. Penemuannya menjadi landasan Neuro-Linguistic Programming (NLP) atau disebut juga Program Pembentukan Manusia Sempurna. Tidak lama kemudian, dia bertemu Dr. John Grinder, seorang Profesor Linguistik. Grinder memiliki latarbelakang keilmuan serupa dengan Bandler. Ia memperoleh gelar Ph.d. Linguistik spesialis teori-teori linguistik Noam Chomsky, seorang ahli bahasa Amerika yang tersohor. Keahlian Grinder sangat menonjol dalam berasimilasi dengan bahasa-bahasa, menelaah aksen-aksen, dan membuat model prilaku budaya penutur bahasa tertentu dengan cepat dan tepat. Kemampuan semakin terasah setelah ia bergabung dalam misi pasukan keamanan Amerika di Eropa era tahun 1960-an. Saat perang dingin memanas, Grinder memfokuskan penelitiannya untuk membuka tata bahasa tersembunyi dari setiap gerakan dan pemikiran. Berdasarkan kesamaan minat, Bandler dan Grinder memutuskan untuk mensinergikan keahlian mereka di bidang komputerisasi, linguistik, dan kemampuan luarbiasa mereka dalam membuat model prilaku non-verbal manusia. Mereka menciptakan bahasa perubahan yang baru. Penelitian mereka meruncing pada studi Pembentukan Manusia Sempurna. Teori-teori yang mendasarinya diperoleh setelah melakukan studi mendalam terhadap pemikiran tiga tokoh ternama. Pertama, Virginia Satir, ahli terapi yang terkenal yang menyelamatkan sejumlah rumah tangga yang berada di ambang perceraian. Kedua, seorang filosof dan ahli antropologi Inggris-Gregory Bateson. Ia lah penggagas cara berpikir sistematik, proses beruntun pikiran sadar dan bawah sadar dalam membuat keputusan. Terakhir, Dr. Milton Ericson, pendiri masyarakat hipnose untuk kesehatan Amerika. Ia dijuluki sang penyembuh setelah berhasil menunjukkan prestasi luar biasa melampaui cacat mental dan fisik (kelumpuhan tubuh akibat polio). Bandler dan Grinder mengakhiri observasi mereka pada penelitian Dr. Fritz Perls, pendiri Lembaga Terapi Gestalt. Setelah melewati sejumlah observasi dan penelitian, mereka yakin telah menemukan cara memahami dan mewujudkan bagian terbaik dari diri manusia. Selama beberapa waktu, mereka memberikan kuliah-kuliah tentang topik ini dan mendapat sambutan antusias. Lalu bersama-sama mendirikan perusahaan NLP pertama yang dikenal sebagai pembelajar NLP. Dewasa ini, NLP menjadi jantung bagi berbagai pendekatan komunikasi dan perubahan, menjiwai setiap aspek kehidupan manusia. Tekhnik-tekhnik dan strategi NLP dipakai untuk keperluan terapi, management, pendidikan, kesehatan, dan penjualan. Peran terbesar NLP adalah membantu manusia berkomunikasi lebih baik dengan diri mereka sendiri, mengurangi ketakutan tanpa alasan, mengontrol emosi negatif dan kecemasan. NLP berurat berakar pada emosi negatif dan kecemasan. NLP berurat berakar pada segala sesuatu yang mendasari terjalinnya hubungan keselarasan dengan siapa saja bahkan dengan pribadi-pribadi tersulit. Tekhnologi NLP berkembang dengan pesatnya dan membantu jutaan orang hidup lebih berbahagia. Kesuksesan banyak orang tersebut cukup membuktikan, mereka dapat menjalani kehidupan yang seimbang lepas dari keterbatasan dan perasaan negatif. Catatan / komentar versi from Vincent Liong: 1. Berdasarkan penjelasan tentang NLP di atas, ada sekian aliran ilmu Psikologi resmi (yang biasanya para praktisinya saling bertentangan) yang mampu dirangkul dengan baik secara bersamaan oleh NLP: * Behaviourisme Dan pada
[psikologi_net] Fwd: Re: Pertanyaan sekuler (Tentang Pengkultusan)
Untuk ikut diskusi, klik: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20216 Note: forwarded message attached. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ---BeginMessage--- Email ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan sdr. anrew_kuruw yang diposting di e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20209 == anrew_kuruw [EMAIL PROTECTED] wrote: Salam kenal vincent. Saya bergabung dgn milis ini karena pertama tertarik dengan kompatiologi yg katanya bisa membuat orang menjadi lebih percaya diri dalam kehidupan sosial, setelah melihat Kick Andi. Vincent Liong answer: Permasalahan dari usaha pendefinisian adalah para pembuat definisi sebagai konsumen terbawa pada usaha untuk mengkultuskan pengalaman individual itu sendiri, sehingga tidak menemukan gambaran utuh tentang apa yang dibicarakan. anrew_kuruw [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya seorang mahasiswa jurusan sejarah dan tertarik dengan banyak disiplin ilmu. Saya punya pertanyaan dan ingin mengetahui pendapat situ... Sekulerisme berpendapat bahwa Tuhan tidak menciptakan alam semesta, terlepas dari apakah Tuhan itu ada atau tidak. Logika saya, kalau Tuhan sendiri tidak ada yg menciptakan alias memang selalu ada atau bisa menciptakan dirinya sendiri, maka alam semesta juga sudah ada sejak dulu dan Tuhan tidak menciptakannya. Bagaimana pendapat anda/bro sendiri? Vincent Liong answer: Dalam email saya: Subject: Gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20190 Vincent Liong wrote: Kebenaran yang paling mendasar menurut saya adalah bilamana sebuah ilmu mampu mencapai sistem mekanisnya sendiri yang paling dasar, karena kontrol-nya akan lebih mendekati 100%, tidak seperti ilmu berbasis pelabelan dan keyakinan / believe sistem yang terbatas pilihan penerapannya, terbatas karena kondisi di lapangan tidak pernah ideal, terbatas untuk memilih satu pilihan yang benar diantara banyak pilihan lain yang dianggap salah. Manusia tetap tidak bisa hidup menginggalkan norma Tanpa norma, itu seperti kalau kita berjalan dari satu pemposisian lokasi di sebuah kota ke pemposisian lokasi yang lain dengan menarik garis lurus dan menabrak semua bangunan yang menghalangi garis lurus antara lokasi asal ke lokasi tujuan. Dengan norma, itu seperti kalau kita berjalan dari satu pemposisian lokasi di sebuah kota ke pemposisian lokasi yang lain, dengan membuka peta dan mencari pilihan jalan-jalan yang ditentukan sendiri pilihannya, yang membutuhkan waktu paling efisien untuk sampai di lokasi dengan selamat. Tetapi norma yang ada saat ini sudah sampai pada suatu penyimpangan. Yang terjadi adalah orang mendaftar pengalaman seseorang berjalan dari satu pemposisian lokasi di sebuah kota ke pemposisian lokasi yang lain, dan mewajibkan orang untuk mempelajari satu versi pilihan jalan itu saja sebagai norma, dan menihilkan kemungkinan adanya pilihan jalan-jalan yang lain sebagai suatu yang tidak baik, tidak benar, dlsb. Tetapi tidak belajar untuk membuka petanya dan memilih jalan yang paling efisien ala diri sendiri at the present time. Maka dari itu kuliah membutuhkan waktu bertahun-tahun, karena begitu banyak pengalaman individual menempuh satu jenis jalan yang harus dihafalkan satu demi satu. Itu namanya pembodohan, mistik+fikasi atas nama pendidikan. Seperti kata Tao: Manusia mengikuti aturan bumi, Bumi mengikuti aturan Langit. Sementara langit itu mengikuti aturan Tao. Dikutip dari Tao-TE Ching. Menurut saya secara pribadi; tidak menjadi masalah apakah dalam kenyataannya kultus bernama Tuhan itu ada atau tidak. Dalam kehidupan manusia, sistem kultus yang misalnya bernama tuhan itu tetap dibutuhkan untuk ada. Seperti kata Tao: Manusia mengikuti aturan bumi, Bumi mengikuti aturan Langit. Sementara langit itu mengikuti aturan Tao. Dikutip dari Tao-TE Ching. Tao tidak membahas ada atau tidaknya Tuhan. Yang dibahas adalah bahwa Tuhan atau yang disebut Aturan Langit dibutuhkan untuk ada. Dalam hirarki aturan menurut wilayah cakupan range nya: Manusia sebagai konsumen berhubungan dengan Aturan Bumi(ilmu alam / ilmu pasti / ilmu eksakta) dan juga berhubungan dengan Aturan Langit (ilmu ketuhanan / ilmu norma sosial). Bilamana manusia ada maka aturan bumi dan aturan langit ada. Bilamana manusia tidak ada maka baik aturan bumi maupun aturan langit juga tidak ada. Tetapi aturan-aturan ini tetap di bawah kekuasaan aturan yang di dalam tao disebut aturan Tao. Pendiri ajaran Tao sendiri mengatakan bahwa pendefinisan aturan Tao ada, karena dia tidak mampu menjelaskan dalam kata-kata (yang biasanya lari ke penjelasan yang mengkultuskan ke penjelasan pengalaman yang terlalu sempit) untuk mewakili hal yang begitu luas. Hingga akhirnya dia katakan;Mungkin kalau saya mampu menyebutkan maka itu saya sebut Tao. Jadi ada dua pihak di sini: aturan Manusia (psike / kejiwaan / di dalam diri manusia) berhadapan dengan aturan
[psikologi_net] Gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya
Subject: Gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya, jadi tidak aneh lagi. (Kutipan dari pernyataan lisan Vincent Liong dalam talkshow bertema Fenomena Indigo di program K!ck Andy Show di Metro TV. Telah ditayangkan pada Kamis, 8 Maret 2007 jam 22.30 WIB dan tayang ulang pada Minggu, 11 Maret 2007 jam 15.05 WIB.) Tanya jawab di bawah ini adalah balasan dari email: Subject: Fwd: Indigo or gifted? From: Yoga Prio [EMAIL PROTECTED] http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1309 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/20189 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/17495 (Note: Email asli terlampir, baca LAMPIRAN.) Yoga Prio [EMAIL PROTECTED] wrote: Entah apapun teori tentang sebuah indigo person, gue sungguh tertarik sama gaya berpikir seorang Vincent Liong. Kenapa? Lu ditanya apa yang akan lu lakukan ketika lu dianggap aneh? Lu menjawab, gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya. Vincent Liong answer: Di faktanya, mayoritas orang memiliki hardware fisikal yang sama. Yang membedakan manusia adalah pengalaman, posisinya dalam komunitas, misalnya ada yang baru kelas office boy dan ada yang seorang konglomerat dengan banyak pegawai bekerja melayaninya. Pada komputer dan mesin mekanis lainnya, segala hal yang memiliki hardware fisikal yang sama maka akan memiliki tingkat kemampuan yang sama ;asalkan memiliki software yang sama. Yang membedakan adalah nilai benda terhadap produk, tempat, harga dan waktu. Mengapa ilmupengetahuan sosial saat ini hanya fit untuk kaum ordinary lalu membuat penggolongan yang sifatnya wah, ajaib untuk mengasingkan kaum extraordinary?! Sebab-musebabnya adalah: bilamana dalam ilmu eksakta seperti matematika seseorang membuat rumusan yang lebih spesifik, misalnya: Sin, Cos, Tan, dlsb; maka semua rumus tsb harus mampu terjelaskan hubungan mekanisnya dengan rumus yang paling sederhana misalnya: 1 + 1 = 2 , 2 1 = 1 , 2 x 1 = 2 dan 2 : 2 = 1 . Tetapi dalam ilmupengetahuan sosial resmi, suatu ilmu sudah dianggap ilmiah tanpa perlu mencapai rumus mekanis paling dasar / sederhananya (seperti pada matematika 1 + 1 = 2). Cukup sampai membuat daftar ciri-ciri, daftar cara yang dianggap benar dengan syarat kondisional ideal tertentu, dlsb ;maka sudah dapat dinyatakan ilmupengetahuan ilmiah dan sudah berhak mendapat pengakuan, bahkan mencetak ijasah, yang katanya dapat digunakan untuk mencari pekerjaan. Maka dari itu jangan heran kalau lulusan S1 di fakultas tempat saya kuliah mendapat income bersih antara 1 juta sampai 1.5 juta rupiah untuk bekerja fulltime karena skillnya hanya sampai mencocokkan data, memiliah-milah data berdasarkan sama atau tidak sama sifatnya, tetapi tidak mampu sebagai pengambil keputusan yang harus melakukan analisa dan mengambil keputusan yang tepat di kondisi yang tidak pernah ideal seperti di buku. Lulusan dengan skill / kemampuan kerja standart semacam ini dihasilkan dari banyak fakultas berbeda namanya, tetapi hampir sama kemampuannya; yang beda hanyalah jenis bahasa dan nama produk yang digunakan. Sedangkan saya dan para pendidik kompatiologi saya mendapat income bersih minimum 2 juta rupiah per bulan hanya untuk bekerja enam jam dalam seminggu sebagai programmer (pendekon) kompatiologi tanpa memerlukan ijasah selain nama sendiri, yang dijaga sendiri popularitas dan nama baiknya di mata konsumen, menyebar dari mulut ke mulut. (Note: Pendekon dapat income bersih tiga ratus ribu rupiah per peserta. Rata-rata membatasi diri untuk hanya mendekon 2x seminggu baik secara group atau individu, lalu sisa waktu digunakan untuk ngeluyur di mall atau makan-makan di resto.) Saya menjawab gampang, gue bikin banyak orang aneh dan gue jadi bosnya, sebab: Bila seseorang belajar atau menguasai ilmu yang memposisikan manusia sebagai mesin mekanis, maka dia tidak perlu bercapek-capek membuang waktu mengaplikasikan ilmu dengan menjadi penasehat normatif yang mempengaruhi local wisdom dan bertanggungjawab pada keputusan orang lain, atau mengajar dengan metode ceramah seperti dosen di kelas. Cukup diinstall saja seperti anda membeli cd rom windows bajakan, dan melakukan instalasi di komputer anda dengan hasil instalasi yang standart sesuai konfigurasi program / operating sistem yang diinstall dan hardware fisikal komputer anda. Lalu tugas programmer selanjutnya adalah buang waktu untuk menemani mengawasi peserta / user kompatiologi saat bekerja, makan, jalan-jalan, shooping, melakukan hobi-hobinya ;sekedar sebagai pengawas, yang tugasnya untuk membimbing cara menggunakan aplikasi-aplikasi windows-nya ala kompatiologi, yang telah terinstall di manusia tsb, dengan segala kemampuan analisa untung-rugi / sebab-akibat (if, or, then-nya). Urusan keputusan-keputusan semacam apa yang diambil bukan urusan programmer asalkan si orang tsb sadar sendiri (tanpa diberitahu) konsekwensi dua arah (ke diri sendiri atau ke pihak di luar diri sendiri) untuk setiap keputusan
[psikologi_net] Penerapan Teknologi Skala Interval dalam Kompatiologi
Penerapan Teknologi Skala Interval dalam Kompatiologi Oleh: Vincent Liong / Liong Vincent Christian Definisi Non-Random Sampling adalah: Tekhnik pengambilan data yang dilakukan secara sistematis(urut). Sample adalah: Satu buah data yang diambil dari tekhnik sampling. Skala Interval adalah: Suatu ukuran data yang bersifat continue. Simbol [EMAIL PROTECTED] mewakili satuan jarak antara satu karakteristik dengan karakteristik yang lain. X mewakili sumbu X dari ekstrim pahit (-X) ke ekstrim asam (+X). Y mewakili sumbu Y dari ekstrim asin (-Y) ke ekstrim manis (+Y). I, II, III, IV XII mewakili sample data. I. Pengantar Penerapan Skala Interval Tekhnologi perekam elektronik yang menggunakan tekhnik non-random sampling yang diberlakukan pada sample data berbasis skala interval banyak kita temukan dalam perkakas yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Baik yang berbasis skala interval satu dimensi seperti misalnya pita video dan kaset mulai dari yang paling kuno hingga yang paling moderen, atau yang berbasis skala interval dua dimensi seperti piringan hitam, laser disk, compact disk, DVD, hard disk, dlsb. Pada dasarnya logikanya tidak banyak berbeda. Seperti selembar kertas milimeter block / kertas kotak-kotak yang masih rata, tidak lecek, diletakkan di atas permukaan yang rata, maka jarak antara satu titik sample dengan titik sample berikutnya baik di samping (horisontal) atau di atas titik tsb (vertikal) memiliki jarak yang sama misalnya setengah sentimeter (cm). Bilamana kertas tsb dibuat menjadi lecek, kita remas sehingga tidak rata lagi, maka jarak antara satu titik sample dengan titik sample berikutnya tidak sama lagi. Perbedaan jarak antara satu titik sample (karakteristik) pada skala interval dengan titik sample (karakteritik) berikutnyalah yang digunakan sebagai alat penyimpan informasi secara abstrak. Semuanya data yang disimpan pada sample data berbasis skala interval, baik yang berupa skala interval satu atau dua dimensi dibaca dengan tekhnik non random sampling yang bersifat skala interval satu dimensi. Pada piringan hitam, jarum sebagai alat sampling data dengan cara sentuhan membaca naik turunnya (ketidakrataan) permukaan piringan hitam yang sedang diputar searah (skala interval satu dimensi). Karena terjadi gesekan fisik maka umur sebuah piringan hitam dan jarum piringan hitam menjadi pendek karena rusak akibat gesekan jarum dengan permukaan piringan hitam. Bilamana kita ingin memutar piringan hitam tidak dari lagu yang pertama, maka kita bisa memindahkan titik pemposisian jarum pada ruas baris tertentu di piringan hitam tsb (memindahkan posisi start membaca skala interval satu dimensi). Masalah umur yang tidak panjang ini diselesaikan dengan membuat alat yang cara samplingnya tidak dengan sentuhan, melainkan menggunakan intensitas cahaya sehingga tidak ada gesekan fisik yang terjadi, misalnya seperti laser disk, compact disk, DVD, dlsb. Dengan mengubah cara (penginderaan) samplingnya menggunakan intensitas cahaya maka bisa dibuat alat perekam elektronik yang mampu menyimpan data lebih banyak, bahkan dapat dibuat beberapa layer (lapisan) yang dapat diisi dengan sample data berbeda. I. Kompatiologi: Penerapan Tekhnologi Skala Interval pada Manusia Seperti alat perekam elektronik yang bisa dibuat dengan alat pengindraan (alat sampling) peraba, pengelihatan (intensitas cahaya), perasa, pendengaran, pembau ; kompatiologi sebagai ilmu yang berbasis sebagai alat instalasi operating sistem juga menggunakan tekhnik yang hampir sama dalam menginstal operating sistem tertentu pada manusia pengguna kompatiologi. Karena posisinya sebagai ilmu berbasis penginstallan operating sistem maka seperti peran programer di sebuah perusahaan, kompatiologi melarang praktisinya untuk memberikan konseling, nasehat, ceramah, dlsb yang beresiko mengganggu atau mempengaruhi local wisdom (file) perusahaan. Kalau dalam tekhnologi perekam elektronik, penggunaan alat sampling berbasis intensitas cahaya menjadi pilihan paling pas, kompatiologi cenderung menggunakan alat sampling berbasis pengindraan alat pengecap (indra perasa), karena orang sudah terlalu terbiasa berkomunikasi dengan alat pengindraan pengelihatan dan pendengaran, juga sulit untuk membiasakan orang menggunakan pengindraan sentuhan karena terlalu tidak terbiasa menggunakannya sebagai alat sampling data. Tidak menggunakan indra pembau karena bau mudah melekat cukup lama. Operating sistem yang ingin dimasukkan disusun dengan model circuit dua dimensi (panjang dan lebar) seperti kertas-kotak-kotak. Terdapat sumbu X (horisontal) dan sumbu Y (vertikal). Masing-masing sumbu misalnya sumbu X memiliki range dari ekstrim pahit (-X) ke ekstrim asam (+X), sedangkan sumbu Y memiliki range dari ekstrim asin (-Y) ke ekstrim manis (+Y). Sample data berupa jenis-jenis minuman dalam kemasan disusun dengan posisi, misalnya
[psikologi_net] Penerapan Teknologi Skala Interval dalam Kompatiologi
Penerapan Teknologi Skala Interval dalam Kompatiologi Oleh: Vincent Liong / Liong Vincent Christian Definisi Non-Random Sampling adalah: Tekhnik pengambilan data yang dilakukan secara sistematis(urut). Sample adalah: Satu buah data yang diambil dari tekhnik sampling. Skala Interval adalah: Suatu ukuran data yang bersifat continue. Simbol [EMAIL PROTECTED] mewakili satuan jarak antara satu karakteristik dengan karakteristik yang lain. X mewakili sumbu X dari ekstrim pahit (-X) ke ekstrim asam (+X). Y mewakili sumbu Y dari ekstrim asin (-Y) ke ekstrim manis (+Y). I, II, III, IV XII mewakili sample data. I. Pengantar Penerapan Skala Interval Tekhnologi perekam elektronik yang menggunakan tekhnik non-random sampling yang diberlakukan pada sample data berbasis skala interval banyak kita temukan dalam perkakas yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Baik yang berbasis skala interval satu dimensi seperti misalnya pita video dan kaset mulai dari yang paling kuno hingga yang paling moderen, atau yang berbasis skala interval dua dimensi seperti piringan hitam, laser disk, compact disk, DVD, hard disk, dlsb. Pada dasarnya logikanya tidak banyak berbeda. Seperti selembar kertas milimeter block / kertas kotak-kotak yang masih rata, tidak lecek, diletakkan di atas permukaan yang rata, maka jarak antara satu titik sample dengan titik sample berikutnya baik di samping (horisontal) atau di atas titik tsb (vertikal) memiliki jarak yang sama misalnya setengah sentimeter (cm). Bilamana kertas tsb dibuat menjadi lecek, kita remas sehingga tidak rata lagi, maka jarak antara satu titik sample dengan titik sample berikutnya tidak sama lagi. Perbedaan jarak antara satu titik sample (karakteristik) pada skala interval dengan titik sample (karakteritik) berikutnyalah yang digunakan sebagai alat penyimpan informasi secara abstrak. Semuanya data yang disimpan pada sample data berbasis skala interval, baik yang berupa skala interval satu atau dua dimensi dibaca dengan tekhnik non random sampling yang bersifat skala interval satu dimensi. Pada piringan hitam, jarum sebagai alat sampling data dengan cara sentuhan membaca naik turunnya (ketidakrataan) permukaan piringan hitam yang sedang diputar searah (skala interval satu dimensi). Karena terjadi gesekan fisik maka umur sebuah piringan hitam dan jarum piringan hitam menjadi pendek karena rusak akibat gesekan jarum dengan permukaan piringan hitam. Bilamana kita ingin memutar piringan hitam tidak dari lagu yang pertama, maka kita bisa memindahkan titik pemposisian jarum pada ruas baris tertentu di piringan hitam tsb (memindahkan posisi start membaca skala interval satu dimensi). Masalah umur yang tidak panjang ini diselesaikan dengan membuat alat yang cara samplingnya tidak dengan sentuhan, melainkan menggunakan intensitas cahaya sehingga tidak ada gesekan fisik yang terjadi, misalnya seperti laser disk, compact disk, DVD, dlsb. Dengan mengubah cara (penginderaan) samplingnya menggunakan intensitas cahaya maka bisa dibuat alat perekam elektronik yang mampu menyimpan data lebih banyak, bahkan dapat dibuat beberapa layer (lapisan) yang dapat diisi dengan sample data berbeda. I. Kompatiologi: Penerapan Tekhnologi Skala Interval pada Manusia Seperti alat perekam elektronik yang bisa dibuat dengan alat pengindraan (alat sampling) peraba, pengelihatan (intensitas cahaya), perasa, pendengaran, pembau ; kompatiologi sebagai ilmu yang berbasis sebagai alat instalasi operating sistem juga menggunakan tekhnik yang hampir sama dalam menginstal operating sistem tertentu pada manusia pengguna kompatiologi. Karena posisinya sebagai ilmu berbasis penginstallan operating sistem maka seperti peran programer di sebuah perusahaan, kompatiologi melarang praktisinya untuk memberikan konseling, nasehat, ceramah, dlsb yang beresiko mengganggu atau mempengaruhi local wisdom (file) perusahaan. Kalau dalam tekhnologi perekam elektronik, penggunaan alat sampling berbasis intensitas cahaya menjadi pilihan paling pas, kompatiologi cenderung menggunakan alat sampling berbasis pengindraan alat pengecap (indra perasa), karena orang sudah terlalu terbiasa berkomunikasi dengan alat pengindraan pengelihatan dan pendengaran, juga sulit untuk membiasakan orang menggunakan pengindraan sentuhan karena terlalu tidak terbiasa menggunakannya sebagai alat sampling data. Tidak menggunakan indra pembau karena bau mudah melekat cukup lama. Operating sistem yang ingin dimasukkan disusun dengan model circuit dua dimensi (panjang dan lebar) seperti kertas-kotak-kotak. Terdapat sumbu X (horisontal) dan sumbu Y (vertikal). Masing-masing sumbu misalnya sumbu X memiliki range dari ekstrim pahit (-X) ke ekstrim asam (+X), sedangkan sumbu Y memiliki range dari ekstrim asin (-Y) ke ekstrim manis (+Y). Sample data berupa jenis-jenis minuman dalam kemasan disusun dengan posisi, misalnya
[psikologi_net] Labeling : Keputusasaan Ilmupengetahuan Sosial Resmi
Labeling : Keputusasaan Ilmupengetahuan Sosial Resmi Ditulis oleh: Vincent Liong Beberapa waktu yang lalu ketika saya tampil di acara Kick Andy Show, bagi yang nonton tentu ingat bagaimana saya yang memposisikan diri untuk tidak mistik, dan berhadapan head to head dengan Psikiatri yang berpandangan jauh lebih mistik dibanding saya. Tulisan saya kali ini akan membahas lebih jauh bagaimana anggapan saya sebagai pendiri Kompatiologi, yang menganggap paradigma ilmupengetahuan sosial saat ini adalah metafisika alias mistik, bukan merupakan sesuatu yang bisa disebut science. Dalam pendidikan entah itu ketika SD hingga di bangku perkuliahan, siswa tingkat manapun selalu menemukan dua kelompok ilmupengetahuan; yang proses perkembangannya dimulai dari dari hal yang objective diusahakan agar mampu diaplikasikan di berbagai penerapan subjective (ilmu eksak), dan di sisi yang lain ilmu yang proses perkembangannya dimulai dari subjective dan berusaha semakin bersifat objective / berusaha menggeneralisasi (ilmu sosial). Kecenderungan ilmupengetahuan yang objective menuju subjective tampak pada ilmupengetahuan alam dan ilmupengetahuan yang berbasis pengukuran. Misalnya dalam matematika dari rumus penambahan yang paling sederhana, misalnya: 1 + 1 = 2 , maka berkembang menjadi: 2 x 1 = 2, lalu berkembang menjadi 2 : 2 = 1 dlst, dlst, berkembang semakin subjective hingga akhirnya menjadi rumus matematika yang lebih kompleks, spesifik subjective misalnya: sin, cos, tan, dlsb. Sebuah rumus matematika hanya akan diakui kebenarannya bilamana mampu diurutkan prosesnya terhadap rumus penambahan yang paling sederhana yaitu: 1 + 1 = 2 . oleh karena itu alat hitung elektronik (kalkulator) yang untuk kegiatan hitung sehari-hari tidak perlu kemampuan menghitung terhadap rumus yang terlalu spesifik. Meski hanya mampu menghitung, penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian saja maka sudah bisa digunakan oleh pedagang untuk menghitung, tidak perlu kalkulator yang super canggih. Kecenderungan ilmupengetahuan yang subjecitive menuju objective tampak pada ilmupengetahuan sosial. Dari pengalaman yang sangat individual yang dialami oleh penemu / pendirinya, maka ilmupengetahuan sosial tumbuh dengan berusaha semakin menggeneralisasi (objective), menstandarisasi pola / mode kebenaran yang ada. Maka dalam proses perkembangannya ilmupengetahuan sosial cenderung bersifat normatif, penuh pelabelan, membuat metode-metode yang standart dan diakui benar, tetapi sering lupa bahwa suatu standart kegiatan memiliki aturan kondisi ideal tertentu (tidak dapat disamaratakan di segala kondisi). Baik ilmupengetahuan yang bersifat objective menuju subjective atau yang subjective menuju objective akan semakin sempurna seiring dengan posisinya yang semakin mendekati tujuan. Semakin sempura suatu ilmupengetahuan artinya semakin bebas, kuat dan penuh kemampuan penguasaan kontrol dari user / pengguna ilmupengetahuan tsb. Pada ilmupengetahuan yang objective menuju subjective, maka ilmu semakin kuat bilamana dapat diterapkan ke bidang yang semakin spesifik (subjective). Pada ilmupengetahuan yang subjective menuju objective maka ilmu semakin kuat bilamana makin ditemukan sistem kontrolnya yang paling sederhana tetapi mendasar, seperti rumus yang spesifik (subjective) pada matematika, misalnya: sin, cos, tan juga harus dikoreksi dengan menemukan kesinambungan dengan rumus 1 + 1 = 2 . Yang menjadi masalah, di ilmupengetahuan sosial resmi adalah: para praktisinya cukup mudah mendapatkan kenyamanan-kenyamanan (gelar, ijasah, jabatan) tanpa benar-benar sampai pada rumusan dasar yang paling general / objective, seperti rumus 1 + 1 = 2 pada bidang matematika. Dengan membuat pelabelan dan norma-norma sehingga tidak perlu ada usaha lanjutan untuk berusaha menemukan rumus dasar yang paling sederhana, seseorang di lembaga pendidikan tinggi dengan mudah mendapatkan gelar S1, S2, S3 bahkan Doktor dan Profesor. Cukup menemukan norma baru, aturan main baru yang dianggap paling benar logikanya saja maka sudah menjadi penemu, sesepuh ilmupengetahuan sosial. Proses pencaharian kebenaran yang berhenti di tengah jalan pada ilmupengetahuan sosial dengan keputusasaan berupa peresmian norma, label, cara memilih keputusan yang dianggap paling sempurna, dlsb menimbulkan masalah yaitu pada pemenuhan tanggungjawab moral yang paling utama dari lembaga akademis yang adalah: Mempersiapkan mahasiswa untuk mampu bekerja mencari nafkah (tidak lulus untuk menambah jumlah pengangguran dan kemiskinan). Memang perlu bertahun-tahun untuk sekolah lalu kuliah hingga lulus, tetapi apakah sekian banyak resep masakan (norma, labeling, propaganda soal cara mengambil keputusan yang dianggap paling benar, dlsb) dapat digunakan untuk mengambil keputusan pada kondisi lapangan yang tidak pernah se-ideal di buku pelajaran. Koleksi resep masakan di ingatan memang banyak tetapi tidak tahu mana yang dipilih untuk dilakukan at the present time karena semuanya terlalu subjective. Makadari itu
[psikologi_net] Permohonan Maaf Kepada Redaksi K!ck Andy Show atas keKasaran saya...
Kepada Yth: Redaksi K!ck Andy Show Acc: Andy F Noya Dengan Hormat, Bersama dengan email ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada Andy F Noya atas keemosionalan saya yang kasar dalam mentanggapi secara tertulis pentayangan tema: Indigo ; karena lebih mewawancarai dengan fokus diarahkan ke sudutpandang metafisiknya yang tidak perlu hal kongkrit, pemotongan adegan yang tidak pas pertimbangan nasib anak yang akan dibawa orangtua mereka untuk terapi Indigo yang cenderung sama dengan belajar Jelangkung (dilatih untuk bisa melakukan automatic writing, memainkan pendulum, dsb), sehingga membahayakan kejiwaan anak. Saya terbawa emosi seperti ketika dulu tahun 2004 saya dilabelkan Indigo dengan definisi sifat yang cenderung dibesar-besarkan dimana saya ada konflik dengan pihak Prorevita (Dr. Erwin) soal praktek pelabelan dan terapi Indigo-nya yang tidak memperhatikan keselamatan kejiwaan dan privasi anak sehingga ada beberapa anak yang jadi korban. Untuk pembahasan saya soal Terapi Indigo dengan Main Jelangkung ala Psikiatri saya tidak meminta maaf karena memang begitu adanya. Bisa ditanyakan langsung ke yang pengalaman dulu pergi ke Prorevita misalnya sahabat saya Leonardo Rimba (Hp:0818183615) yang dulu mengadakan pertemuan dengan pihak Prorevita ketika terjadi persengketaan antara Vincent Liong dan Prorevita. Orangtua biasanya menginginkan anak yang memuaskan dirinya. Ketika terjadi masalah, kurang puas terhadap sikap anak, anaknya malas belajar, dlsb maka orangtua mencari penyelesaian bagaimana memperbaikinya sehingga menjadi anak yang mereka sukai. Ketika ada fenomena indigo, maka para orangtua berpikir: Siapa tahu anak mereka Indigo. Maka mereka berbondong-bondong membawa anak mereka pergi foto aura. di Tempatnya Dr. Erwin. Lalu pihak klinik bilang:Anak ibu / bapak Indigo. Maka mereka mensarankan agar anak tsb diterapi dengan program relaksasi yang diperuntukan untuk anak Indigo. Terapi tsb berupa membelajari beberapa kegiatan yang merupakan turunan dari permainan jelangkung tetapi dibuat tidak terlalu seram. Efaknya: Anak-anak tsb menjadi lebih ajaib daripada anak Indigo yang tidak diterapi. Orangtua si anak jadi punya alasan baru agar puas terhadap keberadaan anaknya karena bersifat Indigo tanpa ada penyelesaian masalah sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih Hormat saya, Vincent Liong /Liong Vincent Christian Jakarta, Minggu, 11 Maret 2007 LAMPIRAN Subject: Re: Terapi Indigo dengan Main Jelangkung ala Psikiatri From: leonardo rimba [EMAIL PROTECTED] e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/19937 http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1169 http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/5374 Dear Friends, Setahu saya memang seperti itulah therapi yang dilakukan oleh psikiater spesialis anak, dr. Erwin Kesuma, Sp.a., terhadap anak-anak bermasalah yang dibawa kepadanya. Dr. Erwin berpraktek di RSAD Gatot Soebroto, dan Klinik Prorevita. Saya pernah bertemu dan bertanya langsung kepada dr. Erwin yang didaulat oleh media sebagai dokter indigo. Saya tanya, apakah benar dia dokter indigo. Jawab dr. Erwin: Itu kan kata media. Lalu saya tanya lagi, bagaimana cara dia menentukan seorang anak itu indigo atau tidak. Mudah saja, kata dr. Erwin. Kalau anak itu atau orang-tuanya merasa bahwa anak itu memenuhi ciri-ciri anak indigo, maka anak itu akan dianggap sebagai anak indigo. Sebagai seorang spesialis anak, apakah Anda akan menuliskan keterangan yang Anda tanda-tangani bahwa seorang anak adalah anak indigo? tanya saya. Tidak, jawab dr. Erwin. --- Dari tanya jawab itu kita bisa berkesimpulan bahwa banyak anak bermasalah yang dibawa ke dr. Erwin akan dikategorikan sebagai anak indigo dan memperoleh therapi khas untuk indigo ala dr. Erwin, seperti dilatih untuk bisa melakukan automatic writing, memainkan pendulum, dsb. Dan itu bukan berarti bahwa anak-anak itu adalah anak indigo. Istilah indigo dipakai karena sedang in. Setidaknya itu lebih keren daripada istilah autis dan semacamnya. dr. Erwin sendiri tidak mau bertanggung-jawab untuk secara tegas dan tertulis menyatakan bahwa seorang anak adalah anak indigo. Silahkan cocokkan sendiri dengan daftar ciri-ciri anak indigo. Kalau sesuai, maka jadilah anak itu anak indigo. --- Keanehan kedua adalah adanya Indigo Club di Klinik Prorevita yang isinya ternyata bukan anak-anak indigo melainkan anak-anak bermasalah biasa saja. Itu saya ketahui waktu saya tembak langsung para pengasuhnya waktu bertemu muka. Saya bilang: Saya rasa lebih dari 90% anak-anak yang datang ke Indigo Club itu bukan anak indigo! Dan pengurusnya membenarkan. Lalu kenapa Klinik Prorevita memakai nama Indigo Club? Tentu saja jawabnya kita otomatis bisa tahu: demi komersialisasi. Agar kesannya lebih keren, agar laku, dan agar para orang-tua dari anak-anak bermasalah lebih merasa nyaman. Bukankah lebih enak punya anak yang dilabel indigo daripada punya anak yang dilabel bermasalah. Yours, Leonardo
[psikologi_net] Bisnis Labeling Memang Menguntungkan, Dimana Nurani Anda Andy F Noya
Pada bulan Juli tahun 2004 Vincent Liong pernah mengalami sengketa dengan pihak Metro TV mengenai cara Interview dan pentayangan program bertema Indigo yang dibahas dalam beberapa email: * Subject: (Help me please) Shit Happen! In my Interview Today At: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/2926 * Subject: Metro TV Menghargai Objek Wawancara Psikologis sebagai Individu Pesakitan. At: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/2938 Pada hari Selasa, 13 Februari 2007 Vincent Liong dishooting oleh Metro TV untuk membahas tentang latarbelakang Vincent Liong sebagai anak Indigo dan membahas Kompatiologi. Vincent Liong sudah mewanti-wanti pihak Kick Andy untuk tidak ngawur dalam menyudutkan pihak yang dijadikan korban dalam acara karena saya dan Metro TV pernah konflik secara tertulis soal kasus seperti ini. Shooting berlangsung dengan pembagian waktu sbb: Scene 1: Ario Handyojati anak Indigo dengan Orangtua. Scene 2: Latarbelakang Pribadi sudutpandang Vincent Liong. Scene 3: SOP Project Kompatiologi. Scene 4: Sudutpandang Psikiater Dr. Tb Erwin Kusuma. Scene 5: Sudutpandang Paranormal Mama Laurent. Masing-masing scene berdurasi 9 menit. Durasi shooting 45 menit + iklan 15 menit (yang diletakkan antara scene yang satu ke scene selanjutnya). Durasi tayang 60 menit. Ketika pentayangan, bagian tanya jawab antara Andy dengan Vincent Liong dipotong (jawaban saya) secara kasar lebih dari setengahnya, Andy juga tampak tidak menguasai acara, sehingga tidak ada yang bisa terjelaskan soal kompatiologi (yang tujuan saya untuk membuka realitas bahwa Indigo itu bisa diproduksi / dimanipulasi dengan mudah), yang dimunculkan kesan anehnya saja, karena hanya menjadi hanya kurang dari 9 menit. Untungnya Vincent Liong masih dapat menyelipkan sebagian kecil diantara point-point sbb misalnya: Kalau kita berbicara seorang nabi maka kita berbicara tentang sesuatu yang sifatnya past tense (masa lampau) tentang seseorang yang telah melakukan sesuatu yang kongkrit bagi masyarakat, itu pun masih disebut sebagai bidang non logika alias metafisika dan agama. Dalam pembahasan Indigo ini kita melihat orang-orang dengan gelar, jabatan, berijasahkan sebagai kaum berpendidikan yang dianggap logis tetapi berbicara tentang masa depan seorang anak kecil yang biasanya berumur kurang dari sepuluh tahun (Dalam acara Kick Andy menggunakan anak SMP yaitu si Jati) bahwa di masa depan (beberapa puluh tahun ke depan) yang sifatnya future tense akan menjadi penuntun jaman tanpa ada hal kongkrit tentang tindakan si anak terhadap masyarakat yang bersifat past tense. Para ahli bergelar, jabatan dan berijasah (Psikiater Psikologi) ini tidak memperhitungkan bagaimana keluguan masyarakat Indonesia ini yang langsung mengurutkan begitu saja bahwa sesuatu yang bergelar, ijasah, dlsb berarti logis (dapat dilogikakan) sehingga efek samping ke anak Indigo adalah setelah dipropagandakan sebagai anak indigo memang senang sesaat, tetapi setelah sadar maka akan memaksa si anak kabur menyepi dari semua orang (orangtua, teman, masyarakat) biasanya mulai 3 bulan sampai setengah tahun setelah shooting, karena tidak ada plihan bebas lagi sebagai anak kecil, tidak ada lagi pilihan mau jadi apa di masa depan kecuali menjadi penyelamat yang harus menolong orang lain dengan mengabaikan faktor pribadi diri sendiri atau dianggap messias gagal, atau indigo banci/cacat. Dimanakah tanggungjawab ilmiah kaum bergelar dan berijasah tsb terhadap kepercayaan masyarakat? Saya buka rahasia soal si Jati, yang dijadikan tontonan oleh pihak Metro TV yaitu si Jati adalah hasil manipulasi dari Psikiatri Dr. Erwin. Kemampuan menulis sesuatu yang dianggap mirip tulisan Cina tetapi tidak dapat diartikan adalah hasil ajaran Dr. Erwin yang namanya Hipnografi. Caranya adalah dengan memegang pensil dan berusaha menurunkan kesadaran hingga tangan jadi bergerak sendiri tidak beraturan. Business Labeling Ketidaknormalan Anak memang Menguntungkan karena memanipulasinya tidak sulit. Tetapi dimanakah hati nurani anda?! Bagaimanakah nasib anak-anak korban dari business anda selanjutnya? Ini saya tanyakan kepada Andy F Noya dan Metro TV bagi yang mau menonton ulang, silahkan ditonton program Kick Andy di Metro TV tanggal 11 Maret 2007 jam 15.05. Silahkan lihat bagian mana yg dipotong secara kasar. Ttd, Vincent Liong Harap baca juga: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/19909 Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com
[psikologi_net] Re: yooo (Tanya Jawab Fenomena Indigo Kompatiologi bersama Riza)
Tanya Jawab Fenomena Indigo bersama Riza mahasiswa sebuah fakultas Psikologi swasta di Jakarta Riza [EMAIL PROTECTED] wrote: kepada Vincent Liong, saya Riza, saya adalah mahasiswa psikologi swasta di jakarta, beberapa waktu ini saya mulai menekuni apa yang dimaksud dengan arti anak Indigo, rasa penasaran ini disebabkan karena saya membaca buku Indigo Children, setelah saya usut-usut tentang keberadaannya dinegeri ini dan semuanya menuju pada beberapa nama dan salah satunya adalah anda. saya mengerti kalau anda tidak mau kalau disebut sebagai manusia indigo dan saya hanya memandang anda sebagai Orang yang memiliki ciri-ciri itu. Vincent Liong answer: Saya adalah penulis sejak tahun 2000 2004 bulan Juni. Pada 2004 bulan Juni saya melakukan observasi pada seorang ahli Kundalini di Denpasar yang mengangkat saya menjadi murid, beliau bernama Putu Ngurah Ardika. Ketika pulang ke jakarta saya membuat report tulisan yang saya posting di maillist dengan diusahakan se-objective mungkin, tetapi respon para member [EMAIL PROTECTED] (maillist milik saya yang posisi saya di sana adalah seorang maskot dari sebuah reality show berbentuk maillist dengan nama penulis yang menjadi maskot) adalah menganggap saya seseorang dengan kemampuan metafisika. Dasarnya saa sendiri bukan orang metafisika tetapi penulis, tetapi waktu itu saya ada masalah berhubung saya bolos ujian kenaikan kelas saya, jadi ketika Maria Hartiningsih, sahabat saya dari koran Kompas menghubungi saya dengan anggapan saya sebagai indigo, maka setelah saya tanya apa devinisi indigo saya deal untuk ditampilkan di Kompas hari Minggu halaman paling belakang 1 halaman penuh dengan 2 foto saya di sana. Sekalian saja saya nitip untuk ditulis bahwa saya amat bodoh matematika, jadi saya pikir dalam satu waktu bisa melakukan dua pekerjaan sekaliggus. Indigo sendiri termasuk ang versi Indigo Children hanyalah sekedar kumpulan sifat, yang bilamana ada sekian saja dari sejumlah sifat terpenuhi pada seseorang maka bisa dikatakan indigo. Soal warna aura Indigo saya kira itu sekedar jualan belaka karena sekali foto aura bayar Rp. 200.000,- , saya pernah coba foto aura dalam waktu beda 1 hari saja maka hasilnya 180 beda; hari pertama warna indigo, hari kedua warna hijau dan tidak besar di posisi cakra mata ketiga di dahi energinya. Jadi bagi saya fenomena Indigo hanyalah pembodohan masyarakat belaka. Bukan masalah saya mau atau tidak mau disebut Indigo, tetapi indigo sendiri itu khan hanya sekumpulan daftar ciri-ciri dalam sebuah tabel, dalam sebuah buku. Jadi asalkan sudah memenuhi daftar kemampuan tsb ya otomatis seseorang disebut Indigo. Tidak ada istilah Indigo beneran atau hanya sekedar memenuhi ciri-ciri Indigo saja tetapi bukan benar-benar Indigo karena indigo sifatnya hanya pelabelan. Riza [EMAIL PROTECTED] wrote: semenjak bergabung pada Milis ini saya menemukan anda sebagai salah satu yang terlibat sangat aktif, menumpahkan berbagai macam pemikiran dan juga beberapa konsep dan bahkan saya dengar anda memiliki kajian yang benar-benar orisinil baru dengan nama dekon kompatologi dan sampai saat ini saya masih belum mengerti. yap, mungkin sekarang ini anda sedang laris-larisnya di layar kaca, bayangkan saja, 2 stasiun TV sedang membahas bidang anda dalam acaranya, dan kebetulan untuk yang satu merupakan acara favorit saya. Vincent Liong answer: Nah, apa itu ilmu dekonstruksi kompatiologi? Hal yang membuat kompatiologi tidak bisa diteliti di lembaga pendidikan resmi seperti psikologi adalah karena ilmupengetahuan sosial resmi yang ada yang lulusannya berijasah memiliki gaya pendidikan yang bersifat labeling pada segala hal yang tidak dikenal / diketahui sebab musebabnya, maka dikatakan tidak normal atau sakit. Fenomena indigo pun dibuat sebagai labeling atas sesuatu yang tidak terjelaskan oleh ilmuan Psikologi dan Psikiatri, jadi cara satu-satunya dibawa ke keyakinan seperti agama saja daripada malu kalau bilang tidak tahu. Maka dari itu Kompatiologi melarang praktisinya untuk memberi nasehat yang mempengaruhi pilihan tindakan si user dengan menjaga jarak untuk menjadi programmer saja, sedangkan psikologi dan ilmupengetahuan sosial lainnya cenderung menasehati mengobati orang untuk mengikuti norma atau aturan kenormalan. Penelitian ilmu kompatiologi adalah bekerja seperti seorang ahli Artifisial Intelejen membongkar mesin / komputer yang bersifat Artifisial Intelejen dan meneliti sistematika kerja kegiatan-kegiatan yang mampu dilakukan mesin / komputer tersebut. Misalnya untuk kasus indigo, dikatakan adalah seseorang yang mampu melakukan kegiatan dari A Z yang tidak mampu dilakukan orang yang bukan Indigo. Maka Kompatiologi membongkar rumusannya menjadi, misalnya: Mampu mengobati, mampu menganalisa / meramal (past, present and future), mampu melihat roh halus, mampu mengambil tindakan yang tidak mengikuti norma tetapi tetap bijak. Nah, dari kemampuan tsb maka dicari sifat dari masing-masing sistem kemampuan tsb. Misalnya untuk
[psikologi_net] RALAT Dokumenter Kompatiologi Proyek Non-Sekolahan (dari Normatif menuju Adaptif)
Yang salah: * Fenomena di Trans TV ; topik: Indigo Ditayangkan pada Senin, 5 Maret 2007 jam 23.30 Yang benar: * Fenomena di Trans7 ; topik: Indigo Ditayangkan pada Senin, 5 Maret 2007 jam 23.30 terimakasih atas perhatiannya... ttd, Vincent Liong = Subject: Dokumenter Kompatiologi Proyek Non-Sekolahan (dari Normatif menuju Adaptif) Dalam minggu ini saja ada dua stasiun televisi akan menayangkan dokumenter tentang ilmu kompatiologi yang dibuat oleh non akademisi tanpa ketergantungan pada subsidi pemerintah atau lembaga tertentu, tanpa hak paten, tanpa hak cipta, sertifikat, ijasah, dlsb. Dokumenter tsb dibuat untuk konsumsi orang awam yaitu pemirsa televisi. * Kick Andy di Metro TV ; topik: Fenomena Indigo Ditayangkan pada Kamis, 8 Maret 2007 jam 22.30 WIB tayang ulang pada Minggu, 11 Maret 2007 jam 15.05 WIB. * Fenomena di Trans7 ; topik: Indigo Ditayangkan pada Senin, 5 Maret 2007 jam 23.30 - dan akan menyusul dokumenter-dokumenter kompatiologi yang sedang/akan dibuat menyusul di tema-tema yang bisa berbeda: Politik, Ekonomi, Psikologi, 'AI'(Artifisial Intelejen), dlsb Mengapa orang mendokumenterkan Kompatiologi, tetapi jarang sulit orang mendokumenterkan resep ilmupengetahuan sosial yang resmi untuk konsumsi orang awam? Ada dua analogi yang saya akan gunakan di tulisan ini: Operating Sistem Program. Operating Sistem bertugas mengatur lalulintas informasi antara masukan (input) dan keluaran (output). Contoh; Dos, Windows, Linux, dlsb. Sedangkan Program adalah kumpulan perintah yang memanipulasi data input untuk menghasilkan output yang diinginkan. Maka sebuah operating sistem bisa memiliki banyak variasi program yang bisa saja dipilih untuk di jalankan, tetapi tidak terikat pada satupun program karena sifat operating sistem adalah pengaturan lalulintas informasi bukan pemodelan / pem-pattern-an / penyeragaman kegiatan input, proses output. Ilmupengetahuan sosial yang resmi yang ada saat ini sifatnya program. Program adalah kumpulan perintah yang memanipulasi data input untuk menghasilkan output yang diinginkan yang hanya bekerja pada kondisi ideal tertentu. Salah satu contoh program adalah resep memasak ayam goreng Mc D. Ketika seseorang sudah tahu cara memasak ayam goreng Mc D, maka untuk memasak ayam goreng lain saja, misalnya ayam goreng Kentucky orang tsb harus belajar dari nol tentang prosedur yang telah dipatenkan. Apalagi kalau orang tsb mau belajar memasak nasigoreng atau mau belajar memasak bulgogi. Tentu berapa kali orang tsb harus mengulangi belajar dari nol untuk setiap resep(program) tertentu yang spesifik tsb dan tetap tidak memahami hubungan antara resep yang satu dengan yang lain. Maka dari itu dalam ilmupengetahuan sosial resmi selalu ada batas yang jelas antara orang yang ahli pada bidang spesifik tertentu dan yang orang awam. Masalah terparah dari ilmupengetahuan yang bersifat program adalah; Meskipun ketika anda mendaftar untuk masuk sebuah fakultas jurusan tertentu anda dijanjikan akan mengerti secara keseluruhan bidang di jurusan yang anda pilih ketika lulus sesuai dengan nama jurusannya, tetapi tidak satupun ilmupengetahuan sosial resmi bersifat operating sistem, sehingga tidak satupun ilmupengetahuan resmi mengajarkan program apa yang harus dipilih at the present time ketika menghadapi sebuah masalah yang sifatnya unik (costumize), atau membuat program baru untuk menyelesaikan masalah tsb. Maka dari itu seperti memilih buku masakan, fakultas dibagi menjadi fakultas psikologi, fakultas antropologi, fakultas sosiologi, fakultas ekonomi, fakultas hukum, dlsb. Fakultas psikologi sendiri masih dibagi banyak seperti; psikologi industri dan organisasi, psikologi pendidikan, psikologi klinis, dlsb. Kalau kita analogikan negara RRT(Republic Rakyat Tionghoa). RRT memilih kebijakan ekonomi dengan mengusahakan produksi dengan biaya serendah-rendahnya. Setelah kebijakan ekonomi tsb dilakukan, maka RRT harus mengubah posisi dengan memperhatikan kebijakan politik yaitu mengubah politik yang tertutup menjadi politik tangan terbuka agar menarik para investor masuk. Setelah para investor masuk maka yang perlu dikhawatirkan adalah kalau para investor membeli lahan di RRT secara membabibuta untuk dijadikan pabrik, maka dari itu pemerintah membuat kebijakan pajak yang tinggi bagi investor asing yang memiliki lahan / tanah di RRT dan larangan pengajuan pembelian tanah yang baru oleh investor asing. Dan seterusnya, dan seterusnya (Contoh penerapan operating sistem) Inilah masalah yang membuat kenyataan bahwa jarang pengusaha yang benar-benar sukses adalah lulusan universitas. Banyak ahli seni dan budaya lulusan universitas tetapi tersaingi oleh seniman yang non sekolahan. Banyak ahli sosial, politik, dan ekonomi tetapi tidak mampu memberikan penyelesaian atas masalah sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Paling-paling yang bisa dilakukan para ahli sosial, politik, ekonomi adalah kompalin kalau-kalau
[psikologi_net] Re: Apa hubungan fakultas Psikologi dan Rhenald Kasali ?!
Terimakasih atas penjelasan dari sdr Iman Kurniadi yang tampak jujur. Menurut pengamatan saya fakultas Psikologi Universitas Airlangga kurang begitu menonjol dibandingan fakultas Psikologi yang lain. Ada kecenderungan untuk mengikuti jejak Universitas Indonesia yang letaknya di Jakarta atau Universitas gajah Mada yang letaknya di Yogyakarta, yang dimana dua universitas ini mempunyai paradigma yang berbeda. Nah, dalam kasus fakultas Psikologi Universitas Airlangga perlu diperjelas mau berkiblat ke yang mana, atau malah lebih baik membuat alirannya sendiri kalau memang mau maju bukan sebagai peniru dari fakultas yang lebih tenar. Masalahnya kalau sekedar meniru maka tidak akan pernah benar-benar maju, entah kalau yang ditiru sukses tetap disebut meniru kalau yang ditiru gagal ikut gagal. Dari pemilihan tulisan yang dijadikan tulisan utama dalam undangan tsb, mencerminkan suatu paradigma tertentu yang tentunya berkiblat pada salahsatu diantara dua fakultas ini. Dengan memilih tulisan dari luar lulusan fakultas psikologi tampak jelas kegelisahan di bawah sadar soal Adakah tokoh yang bisa dijadikan simbol Psikologi yang lulusan psikologi.. Tetapi, judul yang anda gunakan adalah What Pschology Can Do, jadi artinya anda harus tahu benar, mampu benar dalam ruang kelas dan dunia di luar ruang kelas tentang apa yang anda nyatakan dalam judul tsb. Nah, dalam kesempatan ini, dengan saya menulis kritik tsb, fakultas Psikologi anda memiliki kesempatan. Apa yang saya maksut kesempatan di sini ? Anda bisa memberikan penjelasan terbuka tentang apa yang mau diomongkan selama acara tsb dan kami dari pihak [EMAIL PROTECTED] dan [EMAIL PROTECTED] akan mengkritisi secara terbuka tentang penjelasan anda tsb bila kami masih menemukan celah yang tidak kongkrit dari penjelasan anda soal What Pschology Can Do. Dari sini anda akan terlatih cepat atau lambat untuk berdiskusi secara terbuka soal ranah psikologi secara kongkrit bukan konseptualsemata sehingga dalam acara tsb bisa membuktikan bahwa bukan Thats all Pschology Can Do melainkan What Pschology Can Do. Saya tunggu balasan anda berupa penjelasan mendetail soal apa yang mau dibahas di acara tsb. Bilamana ada celah yang masih di awang-awang maka akan kami kritisi. Misalnya penjelasan anda soal: berbagai aplikasi ilmu Psikologi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari Kalimat ini masih di awang-awang, terlalu umum. Lalu apakah yang dimaksut sebagai ilmu Psikologi di sini adalah ranah kegiatannya atau yang termasuk kurikulum Psikologi sebagai lembaga. Saya tunggu balasan-nya Ini moment yang baik untuk mengiklankan fakultas psikologi anda berdasarkan kwalitas dari mahasiswanya dalam berdiskusi soal What Pschology Can Do. Selamat berjuang... Note: Bagi penonton bisa menonton acara diskusi lanjutan tentang What Pschology Can Do menurut versi fakultas Psikologi Universitas Airlangga dan kritik dari para penonton dan tukang debat di maillist [EMAIL PROTECTED] dan [EMAIL PROTECTED] . http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/ http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/messages Ttd, Vincent Liong email sebelumnya: at: http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/5272 Iman Kurniadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamulaikum wr wb pertama-tama lebih baik saya perkenalkan diri saya dulu. nama saya Iman Kurniadi mahasiswa fakultas psikologi universitas airlangga surabaya angkatan 2003. Saya mungkin juga dikenal dg ID worm_dee; iman_kurn; beck_breed; halfull halfempty; dan yang terkahir adalah psychology festival. Dengan kata lain, saya mengaku bahwa sayalah yang mengirim email yg berjudul Winners take action !!! Bergeraklah !!! ttg Rhenald Kasali tersebut. Dalam kesempatan ini pertama kali saya minta maaf, apabila saya, atau apa yang telah saya lakukan, mengirim email tsb, dapat menyinggung beberapa pihak (maaf, mungkin saya menyinggung saudara Vincent Liong) bahwa tulisan saya tidak bertanggung jawab atau melakukan tindakan penipuan. Padahal saya sama sekali tidak bermaksud demikian. Apabila memang tindakan saya salah, saya sekali lagi benar-benar meminta maaf yang sebesar-besarnya, saya sama sekali tidak bermaksud mengatasnamakan Rhenald Kasali dalam mengadakan acara Psycho Fest 2007 yang sedang kami godok kali ini. Sekali lagi saya minta maaf. Mungkin akan saya beri penjelasaan mengapa yang mengirim email Winners take action !!! Bergeraklah !!! ke R-mania dan psikologi transformatif, bahkan ke 25 milis lainnya. Awalnya begini. Saya tergabung dalam beberpa milis termasuk appreciative community, trainersclub dan taman bintang. Saya sangat menyukai milis tersebut karena mereka mem-posting artikel-artikel bagus yang membuat saya terinspirasi (salah satinya adalag Bergerak oleh Rhenald Kasali, kalo tidak salah saya mendapatkan dr milis appreciative community). Saya sering mengumpulkan email-email inspiratif dari beberpa milsi tersebut dan saya share kan ke milis- milis lain termasuk milis angkatan kami psiko_unair_2003. Saya juga
[psikologi_net] Ilmu Kompatiologi untuk Segala Kelas / Tingkat Ekonomi -ditulis oleh: Vincent Liong-
Kompatiologi untuk Segala Kelas / Tingkat Ekonomi - ditulis oleh: Vincent Liong- Permasalahan dari banyak ilmupengetahuan sosial yang berlindung di status quo adalah terbatasnya konsumen hanya untuk kalangan yang tingkat ekonominya menengah ke atas. Mengapa demikian? Ini terjadi karena ilmupengetahuan tsb hanya bersifat PROGRAM sehingga hanya dapat bekerja dengan syarat-syarat situasional ideal tertentu; Kelemahan PROGRAM adalah: Hanya efektif pada kondisi tertentu yang ideal saja, bilamana menghadapi kondisi yang tidak ideal atau tidak diharapkan maka program tersebut tidak efektif lagi atau harus di-kalibrasi (disuaikan) lagi. Kelemahan dari program adalah, individu usernya tidak diajari, bahkan menemukan kesulitan bagaimana caranya meng-kalibrasi (menyesuaikan / mengadaptasikan) karena terlalu melekat / meyakini program itu sendiri. Bilamana orang sudah mengerti OPERATING SISTEM dirinya sendiri, maka dia memiliki pilihan yang fleksibel dalam memilih programnya untuk kepentingannya sendiri. Dalam kaitan hubungannya dengan program orang lain, dia lebih memiliki keleluasaan untuk memanipulasi program orang lain yang memiliki keterkaitan kepentingan dengan dirinya. (Dikutip dari email: Subject: Re: Kompatiologi ilmu Kebinatangan Tanggapan Harez e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/19629 ) Manusia yang tingkat ekonominya menengah ke bawah tidak sempat berpikir untuk mengusahakan sesuatu agar bersifat lebih ideal, yang dipikirkan adalah pemenuhan kebutuhan hidup mendasar; seperti dapat uang buat makan, menyekolahkan anak, uang buat menyewa kontrakan, dlsb. Boro-boro berpikir untuk belajar konsep-konsep soal bagaimana seharusnya menghadapi berbagai perilaku yang mungkin muncul dalam bermacam situasi kehidupan yang mungkin dialami oleh seseorang lalu meresponnya dengan cara yang dianggap ideal. Nah, ilmu Kompatiologi yang sifatnya operating sistem berbeda dengan ilmu yang sifatnya program, karena kompatiologi dapat membantu manusia setingkat pengusaha sampai juragan pabrik sampai kelas marginal (menengah ke bawah). Karena penekanannya pada kemampuan memetakan apa yang harus diantisipasi untuk terus berefolusi demi adaptasi maka ilmu kompatiologi yang diinstall pada kelompok menengah ke bawah (marginal) dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan measurement / pemetaan keadaan untuk terus berefolusi dan beradaptasi, fleksibelitas untuk membantu meningkatkan kwalitas hidup diri sendiri dan keluarga. Seperti logika: Mengapa orang Tenglang (Tionghoa) pada jaman dahulu kala bisa datang merantau ke Indonesia tanpa bawa kekayaan apa-apa selain badan dan baju yang melekat; tetapi mengapa mereka bisa menjadi pengusaha-pengusaha otodidak yang sukses sedangkan penduduk lokal tetap tidak meningkat kwalitas hidupnya. Alasannya adalah: Penduduk lokal masih terikat pada nilai-nilai norma yang berlaku untuk menuju kondisi ideal dalam konsep yang diyakini kelompok (bersifat program) ; sedangkan kelompok Tenglang (Tionghoa) hanya berpikir untuk terus memetakan apa yang harus diantisipasi untuk terus berefolusi demi adaptasi demi meningkatkan kwalitas hidup diri sendiri dan keluarga. Hari ini, Selasa 20 Februari 2007. Saya sebagai pendiri kompatiologi sudah mulai mempersiapkan beberapa kader-kader yang bergaul di kalangan kaum marginal yang akan segera siap menyebarkan / menginstall ilmu kompatiologi untuk penerapan di kaum marginal dengan satu tujuan yaitu meningkatkan standart kwalitas hidup masing-masing pengguna ilmu kompatiologi. Jadi bila sudah siap maka akan ada kader kompatiologi yang menangani kelas pengusaha, kelas agamawan, sampai kelas marginal. Masing-masing akan mengabdikan dirinya di kelas lingkungan pergaulan masing-masing sesuai dengan backgroundnya. Saya sebagai pendiri ilmu Kompatiologi tentunya tidak punya waktu untuk menangani pengguna di semua kelas secara pribadi. Saya harus membagi waktu untuk memperhatikan penyebaran dan penerapan kompatiologi di kelompok yang beranekaragam sebagai orang netral. (NOTE: Segala informasi perkembangan project Kompatiologi dapat dibaca melalui maillist: http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati http://groups.yahoo.com/group/vincentliong http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif ) Jakarta, Selasa, 20 Februari 2007 Ttd, Vincent Liong (Pendiri Ilmu Kompatiologi) = = PEMBERITAHUAN / PENGUMUMAN Bersama email ini saya ingin memberitahukan bahwa pada tgl 20 s/d 27 Februari 2007 Vincent Liong akan bertugas di Bandung untuk project Kompatiologi di kalangan pengusaha juragan pabrik. Selama di Bandung Vincent Liong dapat dihubungi di: *Kompatiologi cabang BANDUNG: Tandang 022-91554184, Iwan 0811200270 * CDMA Fren Vincent Liong 08881333410 Vincent Liong sekembalinya dari Bandung (Setelah pulang ke Jakarta) dapat kembali dihubungi di: * Phone: 021-5482193, 5348567 * Fax: 021-5348546 * CDMA Fren 08881333410
[psikologi_net] Kompatiologi ilmu Kebinatangan (Re: Misi Mesianik Anak Indigo...)
sinaga harez posma [EMAIL PROTECTED] wrote: Sejak kapan anda dinobatkan jadi penemu ilmu pengetahuan? Siapa yang menobatkannya? Ada-ada aja kamu ini Vincent :) Sudah pernah anda periksa ke body of knowledge? Ha...ha...ha... kalau anda teliti sebenarnya sudah cukup banyak pemikiran yang mirip dengan pemikiran-pemikiran anda, baik dalam bidang filosofis maupun dalam bidang kognitif, transpersonal maupun NLP. Coba anda pelajari dulu jurnal-jurnal di bidang itu, untuk mengetahui dasar dan tempat konsep-konsep anda itu dalam the body of knowledge. Vincent Liong answer: Saya merasa perlu membahas prihal paragraf ini lebih dalam berhubung dengan pemposisian diri anda yang beda dengan saya, oleh karena itu saya bahas secara terpisah dari paragraf yang lain. Mengapa manusia beda dengan binatang?! Kalau dipikir-pikir mengapa manusia sering dikatakan serakah, mau menang sendiri, dlsb bila dibandingkan dengan sikap tingkahlaku hewan?! Kalau anjing saya kurang enak badan, sebelum sakitnya parah dia tahu bahwa ia perlu berjemur matahari pagi tetapi bukan matahari di sore hari, atau memakan daun rumput di halaman belakang rumah yang dipilihnya sendiri. Kalau seorang manusia, meski tahu secara logika bahwa dirinya sakit sehingga harus mengantisipasi agar gejala sakit tsb tidak mencapai titik klimaksnya (sakit sebenarnya) misalnya gara-gara terlalu banyak makan makanan kurang sehat; manusia itu tetap mendapatkan kesulitan psikologis untuk menghilangkan kebiasaan makan makanan enak tsb. Nah, ilmu ilmu yang tentunya anda mayoritas orang pelajari, memang tahu apa yang seharusnya dilakukan seperti orang tsb tahu bagaimana cara seharusnya agar menjadi sehat. Tetapi meski ngotot mau belajar berbagai macam dogma tentang sehat, malah masalah lain yang muncul yaitu ketakutan soal kemungkinan-kemungkinan yang bisa menyebabkan sakit sehingga hidup menjadi tidak bebas lagi. Sedangkan anjing saya di rumah tetap berani makan dengan bebas, toh kalau sudah dekaty limitnya ada sistem antisipasi yang memberitahunya secara otomatis (bawah sadar) tanpa perlu secara sadar, lalu melalukan tindakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan di badannya, sehingga setelah sehat boleh bebas makan lagi termasuk makanan yang oleh manusia yang paranoid karena takut sakit dianggap tidak sehat. Pertanyaannya adalah: Mengapa manusia dan anjing yang sama-sama mamalia kok bisa berbeda dalam sikap dan tingkahlaku tsb (masalah dan cara penyelesaiannya) ?! Nah, ilmu karena ilmu kompatiologi yang Vincent Liong kembangkan lebih cenderung ke arah membinatangkan manusia(lihat beberapa paragraf sebelumnya), maka meski manusia menganggap bahwa semua ilmupengetahuan harus nyambung dengan sistem manusia yang manusiawi tsb, dalam hal ini ilmu kompatiologi yang saya kembangkan samasekali tidak nyambung. Ketika ilmuan ala ilmu manusia yang manusiawi cenderung menyibukkan diri untuk mencari kebenaran yang bersifat lokal tsb dan me-record-nya menjadi buku sejarah yang disebut konsep-konsep ilmupengetahuan. Maka ilmu Kompatiologi yang kebinatangan justru sibuk untuk mencari metodologi yang lebih efisien untuk semakin mudah diinstall pada manusia normal sehingga menjadi binatang yang bernama manusia atau manusia yang kebinatangandengan sistem antisipasi otomatis-nya(insting bawah sadar). Lalu ilmuan-nya seperti saya hanya bertugas mengamati bagaimana manusia yang kebinatangan ini bertingkahlaku dan melihat hubungan antara rumus SOP (operating sistem yang diinstall) dengan perubahan rumus hidup si manusia dengan syarat membatasi diri untuk tidak banyak mengintervensi dengan nasehat, pengarahan, dlsb. Percuma kalau paling kaya tetapi tidak sempat enjoy the life menggunakan kekayaan tsb. Percuma umur tua kalau sakit-sakitan. Percuma dapat pacar paling cantik kalau suka nyeleweng. Percuma punya rumah besar kalau sendirian. Dlsb Ttd, Vincent Liong Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com
[psikologi_net] Misi Mesianik Anak Indigo (Vincent Liong) -ditulis oleh: Juswan Setyawan
Misi Mesianik Anak Indigo -ditulis oleh: Juswan Setyawan Telah diposting di: http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/1007 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/19586 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/15563 Mang Iyus [EMAIL PROTECTED] wrote: Vincent Liong jomblo indigo mahasiswa psikologi Unika Atmajaya pernah - entah mengeluh entah setengah menyindir - seakan-akan pada bahu anak indigo dibebankan semacam misi mesianik entah apa. Entah diharapkan bakal jadi penyembuh, penubuat atau membawakan suatu pembaharuan yang bermanfaat bagi banyak orang. Semakin masalah ke-indigo-an seseorang diekspose media massa maka tuntutan semacam itu terasa menekan semakin berat dan menghantui. Pernyataan itu dibuat sehubungan dengan pengangkatan tema anak indigo oleh Metro-TV, yang shooting pada Selasa 13 Februari yang lalu pada mata acara Kick Andy Show. Tema itu akan ditayangkan pada hari Kemis 8 Maret 2007 jam 22.30 wib dan ditayang ulang pada Minggu 11 Maret 2007 jam 15.05 siang. Pada waktu yang tidak terlalu lama stasiun Trans-TV juga telah membuat berencana untuk membuat suatu film dokumenter tentang fenomena anak indigo. Bernarkah anak indigo mempunyai suatu misi mesianik tertentu? Entahlah dan buat apa dipikirkan? Secara nyata di masyarakat kita ini fenomen apapun yang sedikit aneh selalu menarik perhatian masyarakat. Terakhir misalnya ada fenomen nangka berbuah pisang. Padahal itu hanya anomali biasa saja karena buah nangka sebenarnya tak lain adalah kumpulan mahkota bunga yang menggelembung menjadi buah yang dipisahkan satu sama lain dengan lembaran pembungkus berupa lidah-lidah. Hal yang sama terjadi pada buah mengkudu dan buah sukun. Hanya saja pada kasus nangka berbuah pisang itu pembentukan buah terjadi di luar (persis seperti janin yang tumbuh exogenese di luar rahim) sehingga buahnya mengeras dan membentuk satuan mirip pisang. Test akhirnya nanti ialah apakah nanti seetlah matang, rasanya akan seperti rasa pisang atau tetap rasa nangka! Kalau rasanya pisang barulah berhak menyandang gelar nangka berbuah pisang dan berhak mendapat piagam MURI. Anehnya masyarakat sekitar lalu suka duduk-duduk makan angin di bawah pohon ajaib itu. Mungkin mereka tersugesti oleh asupan ion negatif lalu merasa hening dan segar. Bukankah ini juga semacam proyeksi batiniah akan suatu fungsi mesianik yang bahkan dinantikan bahkan dari sebatang pohon bebruah ajaib tersebut? Jangan-jangan nanti ada yang melaporkan telah dapat nomor buntut saat tiduran di bawah pohon tersebut. Bahwa Vincent Liong telah memperkenalkan teknik atau metodologi dekonstruksi dan rekonstruksi memori sudah pernah disebarluaskan, termasuk dengan cara yang non-empatik lewat bomb-mail. Tujuannya waktu semata-mata hanya supaya cepat menyebar luas, sekaligus menutup kemungkinan diakui sebagai penemuan otentik oleh pihak lain, Juga supaya setelah mencapai jumlah peminat tertentu, penemuan itu akan bersifat seperti virus pikiran yang mampu melakukan lompatan kuantum tanpa wahana. Ternyata metode penyebaran-luasannya tidak mungkin melalui lembaga yang telah established seperti Perguruan Tinggi ataupun Rumah Sakit, dsb. Penyebarannya menjadi lebih bersifat individual yaitu mouth to ear (getok-tular). Ternyata pula penyebarannya mengalami blokade psikologis pada masyarakat metropolitan sebaliknya tumbuh subur dan berhasil membentuk paguyuban yang solid dan rutin di kalangan para pengusaha sukses di Tanah Priangan, yang masyarakatnya lebih homogen dan tidak terlalu sofistik. Misi mesianik itu semakin mengambil wujud yang lebih jelas yaitu: Bagaimana membebaskan manusia dari cara berpikir konvensional yang normatif dan bioptional. Sifatnya memperkenalkan cara berpikir baru yang lebih integratif (rasional plus intuitif) namun tidak bersifat judmental hitam-putih (tetapi emaptik) tanpa mengubah bauran variabel kolektif memori yang ada. Tanpa memaksakan perubahan pada orang lain, tetapi merekonstruksi kolektif memori orang tersebut supaya termotivasi untuk melakukan perubahan paradigma berpikir sendiri secara sukarela, benar, sinambung dan integratif; dimulai dari dalam diri sendiri keluar (inside out). Ternyata bila seseorang telah mengalami rekonstruksi dalam kolektif memorinya, maka bukan hanya ia sendiri yang berubah melainkan juga orang-orang di sekitarnya, terutama dan pertama-tama anggota keluarganya sendiri juga turut berubah. Mungkin karena mereka turut tersugesti oleh perubahan yang terjadi pada diri orang pertama tersebut. Suatu ironi dan dilemma justru bakal terjadi pada alma mater yang telah menerima jomblo indigo ini sebagai mahasiswanya. Apakah anak ini akan menjadi kutuk atau berkat bagi alma maternya sendiri? Apakah ia akan menjadi asset berharga atau sebaliknya menjadi blunder dan sumber cemooh bagi mereka. Karena prestasi akademiknya terhambat karena sifat inherent daripada ke-indigo-annya maka anak ini bakal terkena sanksi terberat
[psikologi_net] Undangan Kick Andy Show : Fenomena Indigo : (Pembicara Tamu: Vincent Liong)
=== indri ba2n [EMAIL PROTECTED] wrote: === Andy F Noya (Editor in Chief of Metro TV) Cordially invites you As our distinguished guest to attend the Topic: Fenomena Indigo On Tuesday, February 13, 2007 6 pm to 9 pm Grand Studio Metro TV Jl.Pilar Mas Raya Kav. A-D, Kedoya- Kebon Jeruk, Jakarta 11520 Program : 05.30 pm - 06.30 pmCoffee Break And Snack 06.30 pm - 07.00 pmProceed to Grand Studio 07.00 pm - 09.00 pmKick Andy Show Dress Code: Formal RSVP to Indri Nababan (021-70404053) Husin Assegaf (0817.777.924) Phone: 021583.000.77 (ext.11303,11306). Fax:02158302139 Available seat: 50 person. Note from Vincent Liong Sebagai salahsatu pembicara yang diundang untuk berbicara, perkenankan saya memberikan gambaran umum tentang pemposisian diri semacam apa yang akan saya lakonkan dalam acara Kick Andy Show yang kali ini bertema Fenomena Indigo. Menurut perkiraan saya secara pribadi;Mengapa memilih tema Fenomena Indigo? ; tentunya tidak lepas dari fenomena bencana banjir yang baru saja terjadi. Dalam keterpurukan akibat bencana, masyarakat pada umumnya mencari tokoh yang bisa dijadikan panutan (berhala), entah dijadikan kambinghitam sebagai penjahat atau penyelamat. Apa sich anak indigo itu? Mayoritas orang yang meyakini fenomena anak indigo beranggapan bahwa anak Indigo adalah anak yang special, yang lahir ke dunia dengan misi semacam menyelamatkan dunia (semi messias lah?!). Lalu pihak-pihak yang berbackgroud mistik (paranormal) sampai yang berbackground akademis(tanpa berpikir soal tanggungjawab ilmiahnya) berbondong-bondong membuat daftar kategorisasi sifat / ciri-ciri yang bilamana sebagian diantara daftar kategorisasi sifat / ciri-ciri tersebut terpenuhi maka anak tsb dinyatakan sebagai anak Indigo, dengan efek samping pada si anak dibebani tanggungjawab keyakinan masyarakat bahwa diri si anak tsb memiliki misi lahir sebagai penyelamat di dunia yang semrawut. Apakah di diri si anak indigo secara sadar menerima secara ikhlas, dibebankan dengan dikultuskan sebagai tokoh penyelamat, bahkan sebelum si anak sekolah, sebelum si anak bisa mengekpresikan dirinya sendiri. Tentunya tidak ada lagi kesempatan bagi si anak Indigo untuk mengekspresikan dirinya menurut kemauan alaminya sendiri, melainkan harus full time memposisikan diri sebagai tokoh penyelamat di hadapan teman sebaya, orangtua, sampai masyarakat umum. Bagaimana sudut pandang tentang apa itu Indigo menurut versi Vincent Liong ? (yang tentu berbeda dengan sudutpandang masyarakat umum tentang anak indigo) Menurut Vincent, Indigo berbanding manusia normal adalah samadengan operating sistem pada komputer berbanding operating sistem pada komputer. Misalnya ada 10 buah CPU (komputer) dengan hardware yang 100% sama. 8 buah CPU diinstall dengan operating sistem berbasis DOS, 1 buah CPU diinstall dengan operating sistem berbasis Windows 95 dan 1 buah CPU diinstall dengan operating sistem berbasis Windows XP. Maka fenomena Indigo bisa dikatakan seperti; 8 orang manusia normal (tidak indigo) berbanding 1 orang manusia Indigo dan 1 orang manusia kristal. Maka cara untuk menggunakan fenomena Indigo secara maksimal adalah 8 orang manusia normal (tidak indigo) diuninstall dan diinstall dengan operating sistem manusia indigo atau manusia kristal. Bilamana mayoritas populasi manusia telah menggunakan operating sistem indigo maka definisi fenomena anak indigo tidak menarik lagi. Sama halnya dengan fenomena anak kristal. Indigo dalam seorang anak kecil jauh lebih tidak memiliki guna aplikatif dibanding seorang pengusaha, tentara, politisi, dlsb yang menggunakan operating sistem yang sama dengan operating sistem anak Indigo. Produk Kompatiologi adalah sistem operating sistem yang sebangun dengan anak Indigo dan anak Kristal. Kami dapat menunjukkan sifat-sifat indigo dapat diturunkan melalui produk kompatiologi. Produk kompatiologi sifatnya tidak eksklusif (open source) sehingga mudah diakses oleh siapa saja baik dipelajari sebagai murid maupun menjadi guru. Karena sifatnya sebagai operating sistem maka dapat langsung dirasakan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendapatkan produk kompatiologi yang bisa digunakan sebagai installasi operating sistem indigo dapat menghubungi para pen-dekon ala kompatiologi:: cabang JAKARTA: Adhi Purwono 021-68812660, Ondo Untung 08128599710, Cornelia Istiani 081585228174 021-68358037, Juswan Setyawan 08159162193, cabang BANDUNG: Iwan 0811200270, cabang PURWOKERTO: Bimo Wikantiyoso 0816746770 0405843, Dr.Widayanto,MKes 08158033907. Untuk menyaksikan polemik antara dua versi pembahasan fenomena Indigo: * Indigo sebagai anak yang dilahirkan sebagai penyelamat dunia dengan ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu. * Indigo sebagai operating sistem yang bersifat open source pada manusia yang bisa diinstall atau uninstall pada manusia normal
[psikologi_net] FUZZY LOGIC DAN KOMPATIOLOGI (CopyPaste dari Power point Presentasi)
. * basis pengetahuan: berdasarkan basis data yang ada, proses antisipasi, evaluasi, adaptasi, penalaran kabur mulai berlangsung berdasarkan basis pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu 3. Proses akhir/kesimpulan/hasil: merupakan proses membandingkan, menganalisa dan mendeskripsikan output. Manfaat Kompatiologi * Melatih orang berpikir dan berperilaku dengan logika dialektika. * Terlatih untuk menghandle konflik. * Membuat orang mempunyai kemampuan beradaptasi yang lebih luwes. * Meningkatkan kemampuan berempati yang egaliter. * Menumbuhkan semangat pertemanan/persahabatan. * Mengatasi masalah diri sendiri secara mandiri. * Mampu berpikir lebih toleran terhadap orang lain. * Membantu pihak lain untuk mencari jalan keluar bersama pihak tsb. Anda Tertarik ? Untuk di-dekonstruksi Anda bisa menghubungi dekoner aktif kami sbb: * Vincent Liong / Liong Vincent Christian (cdma: 021-70006775, Ph: 021-5482193) * Merkurius Adhi Purwono (cdma: 021-68812660) * Ondo Untung (cdma: 021-92862617, Hp: 08128599710) * Cornelia Istiani (cdma: 021-68358037, Hp: 081585228174) * Bimo Wikantiyoso (Hp: 0816746770) , dlsb Biaya: tempat dekon di foodcourt mall, transport pulang pergi naik taxi / diantar jemput, biaya makan di foodcourt dibayarin, beli bahan untuk praktikum +/- Rp70.000,- , honor/angpau untuk dekoner diberikan dalam amplop tertutup (terpisah dari biaya-biaya yang lain). Jenjang karir Kompatiologi: menjadi ter-dekon, menjadi pendekon-tandem (ditemani pendekon independent), menjadi pendekon-independent, mengembangkan dan memasarkan kompatiologi versi diri sendiri (membuat kitab-kitab) sesuai dengan minat masing-masing. Bacaan yang disarankan: * Pola Perkembangan Ilmupengetahuan Sosial Pasca Perang Dingin * Dekonstruksi ala Kompatiologi dengan menggunakan Minuman Botol Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com
[psikologi_net] Disain Penelitian Kompatiologi (proposal untuk umum lembaga ver 24 Oktober 2006)
dalam data sementara teori psikologis dan wacana harian tergantung pada penilaian yang sama. Pengumpulan data dan fase analisis tidak dibedakan secara jelas seperti dalam Grounded Theory ketika wacana harian dan teoretis dilibatkan. Langkah 8: Menulis Kerja Memori Proses penulisan Kerja Memori masih merupakan bagian fase 3. Dalam proses ini dapat terjadi revisi dan klarifikasi proses formulasi teori. Karena kerja memori merupakan kegiatan kolektif maka menulis tidak dapat dipisahkan dari proses diskusi yang lebih dalam. Kerangka tulisan harus dapat dibaca dan di diskusikan oleh rekan peneliti. Hal ini dapat memicu munculnya ide baru dan juga perubahan dalam analisis memori yang sudah ada. E.3. Pendekatan Kuantitatif Fase 1: Konfirmasi dari hasil studi kualitatif Metode survey dengan menggunakan kuesioner, disebar pada sekitar 100 - 200 masyarakat setempat yang dilakukan sebagai langkah konfirmasi dari hasil studi kualitatif. Fase 2: Penyusunan Alat Ukur Meminjam istilah dari DeMarco,apa yang tidak bisa diukur maka tidak bisa dikontrol. Seperti orang mengendarai mobil tapi tidak mempunyai komponen-komponen mobil seperti spedometer, odometer, indikator temperatur, indikator bahan bakar, dan sebagainya. Maka yang akan terjadi adalah tidak bisa kita membuat prediksi kapan sampai tempat tujuan, bahan bakar masih dapat digunakan kira-kira berapa jauh lagi, dan sebagainya. Begitu juga dalam perubahan struktur internal individu dan kemampuan individu melakukan antisipasi dan adaptasi terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Dalam penelitian ini terdiri dari dua langkah atau dua bagian yaitu; * Langkah 1: Pengukuran terhadap perubahan struktur cara berpikir dan * Langkah 2: Penyusunan alat ukur terhadap kemampuan nonverbal. Keduanya mempunyai proses yang kurang lebih sama, yaitu: a. Mendefinisikan tujuan b. Menderive pertanyaan-pertanyaan c. Mengembangkan skala d. Mendefinisikan data dan pengumpulannya e. Melakukan analisis data yang telah terkumpul f. Alat ukur selesai Proses penyusunan alat ukur ini bisa dilakukan secara simultan dengan pendekatan kualitatif. E.4. Tenaga Penelitian * Advisory board : Vincent Liong, Juswan Setyawan * Ketua tim peneliti: Cornelia Istiani,M.Psi.T * Tim Peneliti: Merkurius Adhi Purwono, Ondo Untung, Wursita * +/- 10 orang pengambil data lapangan, yang akan diterjunkan dalam lokasi penelitian. E.5. Jadwal Penelitian (sementara) Total jadwal penelitian dan workhsop diperkirakan berjalan selama dua tahun, dengan urutan: * Tahun pertama; Bulan 1 : Persiapan FGD Bulan 2 : Pelaksanaan FGD Bulan 3 : Analisis dan laporan kegiatan FGD dan persiapan tahap Bulan 4 : pelaksanaan tahap kualitatif * Tahun kedua: Bulan 1- 4 : pelaksanaan lanjutan dari tahap kualitatif Bulan 5 : analisis data kualitatif Bulan 6 : Workshop 1 2 Bulan 7 : laporan tahap kualitatif dan persiapan tahap kuantitatif Bulan 8-10 : pelaksanaan tahap kuantitatif Bulan 11 : analisis data kuantitatif Bulan 12 : Workshop 3 4 F. MANFAAT : Berdasarkan tujuan di atas, output dari penelitian ini diharapkan untuk masing-masing tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Studi Awal FGD yang dilakukan diharapkan memberikan masukan, pemahaman, pengertian dari konsep-konsep tentang komunikasi empati yang berlaku pada masing-masing individu dan masyarakat. Sehingga diperoleh suatu pemetaan terhadap pola pembentukan diri individu, pola perubahan setelah menggunakan kompati, dan membuat model struktur ilmu kompatiologi. Selain itu mendefinisikan manfaat yang didapat dengan penggunaan kompati dalam berinteraksi dengan lingkungan di luar diri sendiri. 2. Tahap studi kualitatif Studi kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan terhadap Kerja Memori diharapkan mengonfirmasi hasil temuan pada studi awal dan memberikan gambaran tentang dinamika dekonstruksi/rekonstruksi individu setelah menggunakan kompati. Sehingga akan diperoleh bagaimana individu mengalami perubahan struktur cara berpikir (yang dalam prosesnya melibatkan fungsi kognisi/memori, persepsi) dan menjadi diri yang baru, bagaimana individu terbebas dari belenggu norma, dogma yang telah tertanam dan menjadi realitas yang tidak disadari lagi, berubah menjadi individu dengan realitas diri sendiri yang baru dan mempunyai fleksibilitas terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya, serta untuk melihat bagaimana hubungan timbal balik antara antisipasi dan adaptasi berlaku dalam diri masing-masing individu. Setelah itu sangat dimungkinkan untuk mendapatkan gambaran dan pemicu untuk melakukan dekonstruksi yang bersifat massal terhadap memori kolektif masyarakat dan diharapkan terbentuk suatu masyarakat yang lebih sadar akan realitas dirinya sendiri sehingga mampu membuat keputusan untuk melakukan tindakan yang sesuai. 3. Tahap studi kuantitatif Studi dengan pendekatan kuantitatif perlu dilakukan selain sebagai pelengkap juga karena manfaat yang biasa didapatkan adalah untuk mengetahui kecenderungan individu pengguna kompati, posisi
[psikologi_net] Disain Penelitian Kompatiologi (proposal untuk umum lembaga ver 24 Oktober 2006)
ada digunakan dalam data sementara teori psikologis dan wacana harian tergantung pada penilaian yang sama. Pengumpulan data dan fase analisis tidak dibedakan secara jelas seperti dalam Grounded Theory ketika wacana harian dan teoretis dilibatkan. Langkah 8: Menulis Kerja Memori Proses penulisan Kerja Memori masih merupakan bagian fase 3. Dalam proses ini dapat terjadi revisi dan klarifikasi proses formulasi teori. Karena kerja memori merupakan kegiatan kolektif maka menulis tidak dapat dipisahkan dari proses diskusi yang lebih dalam. Kerangka tulisan harus dapat dibaca dan di diskusikan oleh rekan peneliti. Hal ini dapat memicu munculnya ide baru dan juga perubahan dalam analisis memori yang sudah ada. E.3. Pendekatan Kuantitatif Fase 1: Konfirmasi dari hasil studi kualitatif Metode survey dengan menggunakan kuesioner, disebar pada sekitar 100 - 200 masyarakat setempat yang dilakukan sebagai langkah konfirmasi dari hasil studi kualitatif. Fase 2: Penyusunan Alat Ukur Meminjam istilah dari DeMarco,apa yang tidak bisa diukur maka tidak bisa dikontrol. Seperti orang mengendarai mobil tapi tidak mempunyai komponen-komponen mobil seperti spedometer, odometer, indikator temperatur, indikator bahan bakar, dan sebagainya. Maka yang akan terjadi adalah tidak bisa kita membuat prediksi kapan sampai tempat tujuan, bahan bakar masih dapat digunakan kira-kira berapa jauh lagi, dan sebagainya. Begitu juga dalam perubahan struktur internal individu dan kemampuan individu melakukan antisipasi dan adaptasi terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Dalam penelitian ini terdiri dari dua langkah atau dua bagian yaitu; * Langkah 1: Pengukuran terhadap perubahan struktur cara berpikir dan * Langkah 2: Penyusunan alat ukur terhadap kemampuan nonverbal. Keduanya mempunyai proses yang kurang lebih sama, yaitu: a. Mendefinisikan tujuan b. Menderive pertanyaan-pertanyaan c. Mengembangkan skala d. Mendefinisikan data dan pengumpulannya e. Melakukan analisis data yang telah terkumpul f. Alat ukur selesai Proses penyusunan alat ukur ini bisa dilakukan secara simultan dengan pendekatan kualitatif. E.4. Tenaga Penelitian * Advisory board : Vincent Liong, Juswan Setyawan * Ketua tim peneliti: Cornelia Istiani,M.Psi.T * Tim Peneliti: Merkurius Adhi Purwono, Ondo Untung, Wursita * +/- 10 orang pengambil data lapangan, yang akan diterjunkan dalam lokasi penelitian. E.5. Jadwal Penelitian (sementara) Total jadwal penelitian dan workhsop diperkirakan berjalan selama dua tahun, dengan urutan: * Tahun pertama; Bulan 1 : Persiapan FGD Bulan 2 : Pelaksanaan FGD Bulan 3 : Analisis dan laporan kegiatan FGD dan persiapan tahap Bulan 4 : pelaksanaan tahap kualitatif * Tahun kedua: Bulan 1- 4 : pelaksanaan lanjutan dari tahap kualitatif Bulan 5 : analisis data kualitatif Bulan 6 : Workshop 1 2 Bulan 7 : laporan tahap kualitatif dan persiapan tahap kuantitatif Bulan 8-10 : pelaksanaan tahap kuantitatif Bulan 11 : analisis data kuantitatif Bulan 12 : Workshop 3 4 F. MANFAAT : Berdasarkan tujuan di atas, output dari penelitian ini diharapkan untuk masing-masing tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Studi Awal FGD yang dilakukan diharapkan memberikan masukan, pemahaman, pengertian dari konsep-konsep tentang komunikasi empati yang berlaku pada masing-masing individu dan masyarakat. Sehingga diperoleh suatu pemetaan terhadap pola pembentukan diri individu, pola perubahan setelah menggunakan kompati, dan membuat model struktur ilmu kompatiologi. Selain itu mendefinisikan manfaat yang didapat dengan penggunaan kompati dalam berinteraksi dengan lingkungan di luar diri sendiri. 2. Tahap studi kualitatif Studi kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan terhadap Kerja Memori diharapkan mengonfirmasi hasil temuan pada studi awal dan memberikan gambaran tentang dinamika dekonstruksi/rekonstruksi individu setelah menggunakan kompati. Sehingga akan diperoleh bagaimana individu mengalami perubahan struktur cara berpikir (yang dalam prosesnya melibatkan fungsi kognisi/memori, persepsi) dan menjadi diri yang baru, bagaimana individu terbebas dari belenggu norma, dogma yang telah tertanam dan menjadi realitas yang tidak disadari lagi, berubah menjadi individu dengan realitas diri sendiri yang baru dan mempunyai fleksibilitas terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya, serta untuk melihat bagaimana hubungan timbal balik antara antisipasi dan adaptasi berlaku dalam diri masing-masing individu. Setelah itu sangat dimungkinkan untuk mendapatkan gambaran dan pemicu untuk melakukan dekonstruksi yang bersifat massal terhadap memori kolektif masyarakat dan diharapkan terbentuk suatu masyarakat yang lebih sadar akan realitas dirinya sendiri sehingga mampu membuat keputusan untuk melakukan tindakan yang sesuai. 3. Tahap studi kuantitatif Studi dengan pendekatan kuantitatif perlu dilakukan selain sebagai pelengkap juga karena manfaat yang biasa didapatkan adalah untuk mengetahui kecenderungan individu pengguna
[psikologi_net] Disain Penelitian Kompatiologi (proposal untuk umum lembaga ver 24 Oktober 2006)
ada digunakan dalam data sementara teori psikologis dan wacana harian tergantung pada penilaian yang sama. Pengumpulan data dan fase analisis tidak dibedakan secara jelas seperti dalam Grounded Theory ketika wacana harian dan teoretis dilibatkan. Langkah 8: Menulis Kerja Memori Proses penulisan Kerja Memori masih merupakan bagian fase 3. Dalam proses ini dapat terjadi revisi dan klarifikasi proses formulasi teori. Karena kerja memori merupakan kegiatan kolektif maka menulis tidak dapat dipisahkan dari proses diskusi yang lebih dalam. Kerangka tulisan harus dapat dibaca dan di diskusikan oleh rekan peneliti. Hal ini dapat memicu munculnya ide baru dan juga perubahan dalam analisis memori yang sudah ada. E.3. Pendekatan Kuantitatif Fase 1: Konfirmasi dari hasil studi kualitatif Metode survey dengan menggunakan kuesioner, disebar pada sekitar 100 - 200 masyarakat setempat yang dilakukan sebagai langkah konfirmasi dari hasil studi kualitatif. Fase 2: Penyusunan Alat Ukur Meminjam istilah dari DeMarco,apa yang tidak bisa diukur maka tidak bisa dikontrol. Seperti orang mengendarai mobil tapi tidak mempunyai komponen-komponen mobil seperti spedometer, odometer, indikator temperatur, indikator bahan bakar, dan sebagainya. Maka yang akan terjadi adalah tidak bisa kita membuat prediksi kapan sampai tempat tujuan, bahan bakar masih dapat digunakan kira-kira berapa jauh lagi, dan sebagainya. Begitu juga dalam perubahan struktur internal individu dan kemampuan individu melakukan antisipasi dan adaptasi terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Dalam penelitian ini terdiri dari dua langkah atau dua bagian yaitu; * Langkah 1: Pengukuran terhadap perubahan struktur cara berpikir dan * Langkah 2: Penyusunan alat ukur terhadap kemampuan nonverbal. Keduanya mempunyai proses yang kurang lebih sama, yaitu: a. Mendefinisikan tujuan b. Menderive pertanyaan-pertanyaan c. Mengembangkan skala d. Mendefinisikan data dan pengumpulannya e. Melakukan analisis data yang telah terkumpul f. Alat ukur selesai Proses penyusunan alat ukur ini bisa dilakukan secara simultan dengan pendekatan kualitatif. E.4. Tenaga Penelitian * Advisory board : Vincent Liong, Juswan Setyawan * Ketua tim peneliti: Cornelia Istiani,M.Psi.T * Tim Peneliti: Merkurius Adhi Purwono, Ondo Untung, Wursita * +/- 10 orang pengambil data lapangan, yang akan diterjunkan dalam lokasi penelitian. E.5. Jadwal Penelitian (sementara) Total jadwal penelitian dan workhsop diperkirakan berjalan selama dua tahun, dengan urutan: * Tahun pertama; Bulan 1 : Persiapan FGD Bulan 2 : Pelaksanaan FGD Bulan 3 : Analisis dan laporan kegiatan FGD dan persiapan tahap Bulan 4 : pelaksanaan tahap kualitatif * Tahun kedua: Bulan 1- 4 : pelaksanaan lanjutan dari tahap kualitatif Bulan 5 : analisis data kualitatif Bulan 6 : Workshop 1 2 Bulan 7 : laporan tahap kualitatif dan persiapan tahap kuantitatif Bulan 8-10 : pelaksanaan tahap kuantitatif Bulan 11 : analisis data kuantitatif Bulan 12 : Workshop 3 4 F. MANFAAT : Berdasarkan tujuan di atas, output dari penelitian ini diharapkan untuk masing-masing tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Studi Awal FGD yang dilakukan diharapkan memberikan masukan, pemahaman, pengertian dari konsep-konsep tentang komunikasi empati yang berlaku pada masing-masing individu dan masyarakat. Sehingga diperoleh suatu pemetaan terhadap pola pembentukan diri individu, pola perubahan setelah menggunakan kompati, dan membuat model struktur ilmu kompatiologi. Selain itu mendefinisikan manfaat yang didapat dengan penggunaan kompati dalam berinteraksi dengan lingkungan di luar diri sendiri. 2. Tahap studi kualitatif Studi kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan terhadap Kerja Memori diharapkan mengonfirmasi hasil temuan pada studi awal dan memberikan gambaran tentang dinamika dekonstruksi/rekonstruksi individu setelah menggunakan kompati. Sehingga akan diperoleh bagaimana individu mengalami perubahan struktur cara berpikir (yang dalam prosesnya melibatkan fungsi kognisi/memori, persepsi) dan menjadi diri yang baru, bagaimana individu terbebas dari belenggu norma, dogma yang telah tertanam dan menjadi realitas yang tidak disadari lagi, berubah menjadi individu dengan realitas diri sendiri yang baru dan mempunyai fleksibilitas terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya, serta untuk melihat bagaimana hubungan timbal balik antara antisipasi dan adaptasi berlaku dalam diri masing-masing individu. Setelah itu sangat dimungkinkan untuk mendapatkan gambaran dan pemicu untuk melakukan dekonstruksi yang bersifat massal terhadap memori kolektif masyarakat dan diharapkan terbentuk suatu masyarakat yang lebih sadar akan realitas dirinya sendiri sehingga mampu membuat keputusan untuk melakukan tindakan yang sesuai. 3. Tahap studi kuantitatif Studi dengan pendekatan kuantitatif perlu dilakukan selain sebagai pelengkap juga karena manfaat yang biasa didapatkan adalah untuk mengetahui kecenderungan individu pengguna
[psikologi_net] KMA : Komunikasi Empati Ala Kompatiologi ; oleh: Adhi Purwono
Serial Tulisan Kitab Masuk Angin KMA : Komunikasi Empati Ala Kompatiologi ditulis oleh: Adhi Purwono di-posting pertama kali di: http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/590 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/18105 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11618 Maksudnya adalah orang bisa saja berkomunikasi empati tanpa harus mempelajari atau terikat dengan ilmu/gerakan kompatiologi. Komunikasi empati ala kompatiologi itu sendiri mempunyai sebuah ciri khas. Yaitu efek samping berupa proses dekonstruksi yang dialami oleh para praktisinya. Mengapa bisa ada proses dekonstruksi? Karena memang dalam kompatiologi dititik-beratkan pada metoda-metoda yang dapat membuat seseorang mempunyai kemampuan pemetaan (kemampuan merasakan, kemampuan membaca memori) yang mandiri. Empati ala kompatiologi lebih ditekankan pada kemandiriannya (tidak tergantung dengan apapun). Pemetaan secara mandiri disini maksudnya adalah sanggup MEMETAKAN TANPA USAHA. Tanpa usaha berarti tanpa konsep, tanpa metoda, tanpa bimbingan, tanpa acuan nilai, dsb. Tanpa usaha juga berarti terjadi begitu saja dengan ALAMI. Jadi berkomunikasi empati ala kompatiologi diharapkan dapat membuat kita secara alami berempati ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain (bahkan dengan hal yang lain, misalnya benda mati, suasana ruangan, diri sendiri, dsb). Oleh karena itu metoda-metoda yang digunakan untuk mempraktikkan komunikasi empati ala kompatiologi adalah metoda-metoda yang menekankan pada terjadinya kontak langsung dengan diri-sendiri sekaligus dengan realitas. Sehingga salah satu titik-berat metodanya adalah pada permainan tebak-menebak. Mengapa dipilih permainan tebakan ini? Karena kegiatan menebak itu menyiratkan kegiatan tanpa ikatan aturan tertentu, tanpa acuan konsep tertentu, bahkan bisa tanpa pemikiran (karena hanya menebak toh?) atau tanpa berlogika, dsb. Sehingga melalui usaha menebak, seseorang diharapkan bisa melepas segala atribut pikiran/konsep/aturan yang biasanya terlibat dalam menganalisa/menilai peristiwa di sekitar kehidupannya. Namun bukan berarti dalam menebak pikiran harus kosong. Menebak tetaplah melibatkan kegiatan berpikir untuk melakukan interpretasi sehingga dapat mengungkapkan hasil tebakannya secara verbal kepada orang lain. Nah, dalam menerima arus informasi nonverbal dan menginterpretasikannyalah kita mau tidak mau harus melepaskan segala penilaian kita terdahulu (yang berupa konsep, hasil pemikiran, acuan nilai/aturan, dll) tentang obyek/subyek yang sedang kita tebak. Karena jika kita telah mempunyai penilaian tertentu/konsep tertentu, bukankah membuat kegiatan menebak tidak menjadi menebak lagi, melainkan menjadi kegiatan menilai atau menganalisis? Namun bukan berarti kegiatan menebak menjadi asal tebak. Tentu saja si pelaku permainan menebak ingin agar tebakannya menjadi tepat bukan? Jadi si pelaku ini terpaksa tidak bisa menggunakan analisisnya karena informasi secara verbal hampir tidak ada, dan satu-satunya jalan supaya tebakannya tidak menjadi asal tebak/judi/berbohong adalah berusaha mendapatkan aliran informasi yang nonverbal. Dan satu-satunya yang paling dapat diandalkan dalam hal ini adalah mendapatkan aliran informasi dari perasaannya sendiri atau intuisinya sendiri. Nah inilah yang kita sebut sebagai KONTAK LANGSUNG DENGAN DIRI SENDIRI SEKALIGUS DENGAN REALITAS. Tentu dalam hal permainan menebak ini (dalam kitab ini sering saya sebut sebagai praktik dekons), pembimbing (pendekons) bertugas untuk mendorong si pemainnya untuk berani menebak. Berani melepaskan ketakutan disalahkan dari tebakannya. Pembimbing selalu menekankan tidak ada benar-salah dalam tebakan. Asal tidak berbohong/asal tebak/berjudi/menganalisis, maka yang membuat perbedaan sebenarnya hanyalah cara menginterpretasi dari hasil tebakan (dari informasi non-verbal yang didapat). Yang sesungguhnya bila hasil interpretasi itu diuraikan kembali, maka akan terlihat uraian-uraian tersebut selalu mendekati obyek/subyek tebakan dari berbagai sisi/sudut pandang. Misalnya, dalam permainan menebak isi novel. Jika hasil tebakannya terlihat melenceng jauh, maka ada beberapa kemungkinan yang terjadi (anggap saja pembimbing telah melihat pemain tidak berbohong/asal tebak/berjudi/menganalisis). Pertama, pemain belum terbiasa menginterpretasi informasi non-verbal yang didapatnya, sehingga interpretasi tebakannya terlalu menjurus/spesifik (misalnya langsung menebak nama tokoh, nama negara, umur si tokoh, dsb). Pembimbing akan menyarankan interpretasi dimulai dari hal yang paling umum dulu. Misalnya, sifat keseluruhan tulisan, genrenya, suasananya, jalan cerita apa saja yang telah dirasakan oleh pemain, gambaran apa yang didapat dari aura buku novel tersebut, berhubungan dengan politik atau tidak, dsb. Kemudian dari hasil interpretasi itu bisa saja dirangkai dan dianalisis arah/kumpulan tebakan/interpretasi ini ke arah yang mana/lebih spesifik. Ketika pemain sudah bisa membedakan mana yang
[psikologi_net] KMA : Komunikasi Empati Ala Kompatiologi ; oleh: Adhi Purwono
Serial Tulisan Kitab Masuk Angin KMA : Komunikasi Empati Ala Kompatiologi ditulis oleh: Adhi Purwono di-posting pertama kali di: http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/590 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/18105 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11618 Maksudnya adalah orang bisa saja berkomunikasi empati tanpa harus mempelajari atau terikat dengan ilmu/gerakan kompatiologi. Komunikasi empati ala kompatiologi itu sendiri mempunyai sebuah ciri khas. Yaitu efek samping berupa proses dekonstruksi yang dialami oleh para praktisinya. Mengapa bisa ada proses dekonstruksi? Karena memang dalam kompatiologi dititik-beratkan pada metoda-metoda yang dapat membuat seseorang mempunyai kemampuan pemetaan (kemampuan merasakan, kemampuan membaca memori) yang mandiri. Empati ala kompatiologi lebih ditekankan pada kemandiriannya (tidak tergantung dengan apapun). Pemetaan secara mandiri disini maksudnya adalah sanggup MEMETAKAN TANPA USAHA. Tanpa usaha berarti tanpa konsep, tanpa metoda, tanpa bimbingan, tanpa acuan nilai, dsb. Tanpa usaha juga berarti terjadi begitu saja dengan ALAMI. Jadi berkomunikasi empati ala kompatiologi diharapkan dapat membuat kita secara alami berempati ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain (bahkan dengan hal yang lain, misalnya benda mati, suasana ruangan, diri sendiri, dsb). Oleh karena itu metoda-metoda yang digunakan untuk mempraktikkan komunikasi empati ala kompatiologi adalah metoda-metoda yang menekankan pada terjadinya kontak langsung dengan diri-sendiri sekaligus dengan realitas. Sehingga salah satu titik-berat metodanya adalah pada permainan tebak-menebak. Mengapa dipilih permainan tebakan ini? Karena kegiatan menebak itu menyiratkan kegiatan tanpa ikatan aturan tertentu, tanpa acuan konsep tertentu, bahkan bisa tanpa pemikiran (karena hanya menebak toh?) atau tanpa berlogika, dsb. Sehingga melalui usaha menebak, seseorang diharapkan bisa melepas segala atribut pikiran/konsep/aturan yang biasanya terlibat dalam menganalisa/menilai peristiwa di sekitar kehidupannya. Namun bukan berarti dalam menebak pikiran harus kosong. Menebak tetaplah melibatkan kegiatan berpikir untuk melakukan interpretasi sehingga dapat mengungkapkan hasil tebakannya secara verbal kepada orang lain. Nah, dalam menerima arus informasi nonverbal dan menginterpretasikannyalah kita mau tidak mau harus melepaskan segala penilaian kita terdahulu (yang berupa konsep, hasil pemikiran, acuan nilai/aturan, dll) tentang obyek/subyek yang sedang kita tebak. Karena jika kita telah mempunyai penilaian tertentu/konsep tertentu, bukankah membuat kegiatan menebak tidak menjadi menebak lagi, melainkan menjadi kegiatan menilai atau menganalisis? Namun bukan berarti kegiatan menebak menjadi asal tebak. Tentu saja si pelaku permainan menebak ingin agar tebakannya menjadi tepat bukan? Jadi si pelaku ini terpaksa tidak bisa menggunakan analisisnya karena informasi secara verbal hampir tidak ada, dan satu-satunya jalan supaya tebakannya tidak menjadi asal tebak/judi/berbohong adalah berusaha mendapatkan aliran informasi yang nonverbal. Dan satu-satunya yang paling dapat diandalkan dalam hal ini adalah mendapatkan aliran informasi dari perasaannya sendiri atau intuisinya sendiri. Nah inilah yang kita sebut sebagai KONTAK LANGSUNG DENGAN DIRI SENDIRI SEKALIGUS DENGAN REALITAS. Tentu dalam hal permainan menebak ini (dalam kitab ini sering saya sebut sebagai praktik dekons), pembimbing (pendekons) bertugas untuk mendorong si pemainnya untuk berani menebak. Berani melepaskan ketakutan disalahkan dari tebakannya. Pembimbing selalu menekankan tidak ada benar-salah dalam tebakan. Asal tidak berbohong/asal tebak/berjudi/menganalisis, maka yang membuat perbedaan sebenarnya hanyalah cara menginterpretasi dari hasil tebakan (dari informasi non-verbal yang didapat). Yang sesungguhnya bila hasil interpretasi itu diuraikan kembali, maka akan terlihat uraian-uraian tersebut selalu mendekati obyek/subyek tebakan dari berbagai sisi/sudut pandang. Misalnya, dalam permainan menebak isi novel. Jika hasil tebakannya terlihat melenceng jauh, maka ada beberapa kemungkinan yang terjadi (anggap saja pembimbing telah melihat pemain tidak berbohong/asal tebak/berjudi/menganalisis). Pertama, pemain belum terbiasa menginterpretasi informasi non-verbal yang didapatnya, sehingga interpretasi tebakannya terlalu menjurus/spesifik (misalnya langsung menebak nama tokoh, nama negara, umur si tokoh, dsb). Pembimbing akan menyarankan interpretasi dimulai dari hal yang paling umum dulu. Misalnya, sifat keseluruhan tulisan, genrenya, suasananya, jalan cerita apa saja yang telah dirasakan oleh pemain, gambaran apa yang didapat dari aura buku novel tersebut, berhubungan dengan politik atau tidak, dsb. Kemudian dari hasil interpretasi itu bisa saja dirangkai dan dianalisis arah/kumpulan tebakan/interpretasi ini ke arah yang mana/lebih spesifik. Ketika pemain sudah bisa membedakan mana yang
[psikologi_net] KMA : Kompatiologi dan Meditasi (Menjawab pertanyaan bung Suchamda)
Serial tulisan Kitab Masuk Angin KMA : Menjawab pertanyaan bung Suchamda, Kompatiologi dan Meditasi ditulis oleh: Adhi Purwono e-link: http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/549 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/17981 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11344 http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/4017 (Note: jawaban ini sengaja saya masukkan dalam serial tulisan KMA karena berisi penjelasan terinci hubungan antara kompatiologi dengan meditasi) Salam kenal juga bung Suchamda. Saya akan mencoba menjelaskan dari sudut pandang saya mengenai meditasi dan kompatiologi. Saat ini saya merasa diri saya tidak tergantung dengan metoda/usaha/konsep apapun untuk dapat merasakan pencerahan/realitas yang saya alami saat ini. Saya tidak merasa takut/jaim mengatakan saya sedang mengalami pencerahan, karena apa, karena saya merasakan pencerahan dapat dirasakan kapan saja jika orang mau di kehidupan sehari-hari. Begini bung Suchamda, sesungguhnya upaya kita untuk bermeditasi malah membatasi kita untuk bersentuhan dengan realitas/pencerahan. Bisa dikatakan meditasi itu harusnya tanpa usaha dan tanpa tujuan, IRONISNYA mengapa kita masih perlu untuk bermeditasi??? Meditasi tidak diperlukan jika tidak ada tujuan (mengapa perlu jika tidak bertujuan?) dan kita tidak dapat melakukan meditasi jika tidak ada usaha sama-sekali setidaknya untuk posisi bermeditasi (posisi teratai sempurna misalnya). Nah, keambiguan sikap kita selagi bermeditasi inilah membuat diri/pikiran kita menjadi bingung. Apakah kita lagi mengusahakan pencerahan dengan bermeditasi? Jika tanpa usaha, kapankah dan bilamanakah kita mencapai pencerahan? Pikiran bisa saja dapat tenang dan menikmati meditasi tanpa memikirkan pencerahan, TETAPI ketika menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari, maka pikiran AKAN mengenang kembali kenikmatan yang didapat dari bermeditasi sehingga menjadi tergantung olehnya. Jikalaupun ketergantungan akan meditasi dapat terlepas, BUKANKAH INI BERARTI MEDITASI AKHIRNYA DISADARI TIDAK DIPERLUKAN??? Jadi BUKANKAH mengajak orang lain/diri sendiri bermeditasi tujuan akhirnya hanyalah supaya dapat menyadari bahwa meditasi tidak diperlukan? Nah, bung Suchamda mungkin dapat melihat bahwa ditilik dari tujuan pencerahan, sejujurnya meditasi adalah salah satu faktor penghambat pencapaian pencerahan itu sendiri. Jadi, mengapa tidak secara langsung saja? Mengapa kita membutuhkan suatu metoda/cara/konsep untuk dapat mengalami pencerahan? Tapi saya juga menyadari orang tidak akan melepaskan diri dari sesuatu sampai dia mengalami sendiri bagaimana rasanya terikat dengan sesuatu. Ada aksi sehingga ada reaksi. Dan meditasi dibutuhkan untuk menumbuhkan keterikatan sehingga diharapkan orang dapat menyadari keterikatannya tidak diperlukan sehingga bisa terlepas dari meditasi itu sendiri. Bahwa tujuan pencerahan yang dikejarnya ternyata TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN METODA SELAIN DENGAN DIRINYA SENDIRI. Dirinyalah yang menganggap belum cerah sehingga diperlukan suatu metoda (meditasi) sampai dia menyadari bahwa ketidakcerahannya hanyalah sebuah peran yang dia buat/ciptakan sendiri. Bahwa dia menyadari dengan mudah melepas peran tidak cerahnya dan mengganti menjadi peran pencerahan JIKA PERLU. Seperti yang sedang saya lakukan saat ini. Bila di lain waktu misalnya saya merasa lagi diri saya kehilangan/tidak puas dengan pencerahan saya, maka berarti saya sedang memerankan lagi peran tidak cerah saya, yang mungkin saja saya ketika itu nantinya mencari lagi guru seperti seorang Vincent/Hudoyo/dll untuk bisa mendapatkan lagi peran cerah saya. Kompatiologi adalah ilmu komunikasi empati. Artinya belajar bagaimana dapat merasakan langsung ke realitas sesungguhnya. Baik itu ke diri sendiri/orang lain, mahluk hidup lain, maupun sampai ke benda mati. Bagaimana cara merasakan langsung? Inilah alasan kami (terutama Vincent Liong) menciptakan metoda dekonstruksi. Dimana melalui praktik dekons orang lain kita dorong mengalami sendiri realitas sesungguhnya langsung dari yang dia rasakan. Salah satu contoh praktiknya adalah kegiatan mencicipi rasa teh hijau, dimana rasa tak pernah bohong. Menebak isi buku, dimana tebakan adalah kontak LANGSUNG dengan dirinya tanpa alur logika atau olah pikir, dlsb, yang sedang dalam tahap pengembangan dan penelitian oleh para praktisi kompatiologi. Jadi intinya dekonstruksi adalah mendorong seseorang untuk merasakan langsung dalam konteks praktik kehidupan sehari-hari (minum dan tebak rasa teh hijau, tebak buku, tebak perasaan orang lain, tebak musik adalah kegiatan sehari-hari bukan?) tanpa memakai olah pikir atau logika. Yang biasanya orang tersebut akan mengalami keterkejutan/ estascy/ kesadaran yang tiba-tiba/ suka-cita ketika bersentuhan kembali dengan realitas KETIKA SEDANG BERMAIN TEBAK-TEBAKAN TERSEBUT. Bayangkan saja kesadaran yang didapat ketika menyadari bahwa selama ini sudah terlalu lama hidup dalam penyangkalan arus informasi dari realitas. Bahwa
[psikologi_net] KMA : Kompatiologi dan Meditasi (Menjawab pertanyaan bung Suchamda)
Serial tulisan Kitab Masuk Angin KMA : Menjawab pertanyaan bung Suchamda, Kompatiologi dan Meditasi ditulis oleh: Adhi Purwono e-link: http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/549 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/17981 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11344 http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/4017 (Note: jawaban ini sengaja saya masukkan dalam serial tulisan KMA karena berisi penjelasan terinci hubungan antara kompatiologi dengan meditasi) Salam kenal juga bung Suchamda. Saya akan mencoba menjelaskan dari sudut pandang saya mengenai meditasi dan kompatiologi. Saat ini saya merasa diri saya tidak tergantung dengan metoda/usaha/konsep apapun untuk dapat merasakan pencerahan/realitas yang saya alami saat ini. Saya tidak merasa takut/jaim mengatakan saya sedang mengalami pencerahan, karena apa, karena saya merasakan pencerahan dapat dirasakan kapan saja jika orang mau di kehidupan sehari-hari. Begini bung Suchamda, sesungguhnya upaya kita untuk bermeditasi malah membatasi kita untuk bersentuhan dengan realitas/pencerahan. Bisa dikatakan meditasi itu harusnya tanpa usaha dan tanpa tujuan, IRONISNYA mengapa kita masih perlu untuk bermeditasi??? Meditasi tidak diperlukan jika tidak ada tujuan (mengapa perlu jika tidak bertujuan?) dan kita tidak dapat melakukan meditasi jika tidak ada usaha sama-sekali setidaknya untuk posisi bermeditasi (posisi teratai sempurna misalnya). Nah, keambiguan sikap kita selagi bermeditasi inilah membuat diri/pikiran kita menjadi bingung. Apakah kita lagi mengusahakan pencerahan dengan bermeditasi? Jika tanpa usaha, kapankah dan bilamanakah kita mencapai pencerahan? Pikiran bisa saja dapat tenang dan menikmati meditasi tanpa memikirkan pencerahan, TETAPI ketika menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari, maka pikiran AKAN mengenang kembali kenikmatan yang didapat dari bermeditasi sehingga menjadi tergantung olehnya. Jikalaupun ketergantungan akan meditasi dapat terlepas, BUKANKAH INI BERARTI MEDITASI AKHIRNYA DISADARI TIDAK DIPERLUKAN??? Jadi BUKANKAH mengajak orang lain/diri sendiri bermeditasi tujuan akhirnya hanyalah supaya dapat menyadari bahwa meditasi tidak diperlukan? Nah, bung Suchamda mungkin dapat melihat bahwa ditilik dari tujuan pencerahan, sejujurnya meditasi adalah salah satu faktor penghambat pencapaian pencerahan itu sendiri. Jadi, mengapa tidak secara langsung saja? Mengapa kita membutuhkan suatu metoda/cara/konsep untuk dapat mengalami pencerahan? Tapi saya juga menyadari orang tidak akan melepaskan diri dari sesuatu sampai dia mengalami sendiri bagaimana rasanya terikat dengan sesuatu. Ada aksi sehingga ada reaksi. Dan meditasi dibutuhkan untuk menumbuhkan keterikatan sehingga diharapkan orang dapat menyadari keterikatannya tidak diperlukan sehingga bisa terlepas dari meditasi itu sendiri. Bahwa tujuan pencerahan yang dikejarnya ternyata TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN METODA SELAIN DENGAN DIRINYA SENDIRI. Dirinyalah yang menganggap belum cerah sehingga diperlukan suatu metoda (meditasi) sampai dia menyadari bahwa ketidakcerahannya hanyalah sebuah peran yang dia buat/ciptakan sendiri. Bahwa dia menyadari dengan mudah melepas peran tidak cerahnya dan mengganti menjadi peran pencerahan JIKA PERLU. Seperti yang sedang saya lakukan saat ini. Bila di lain waktu misalnya saya merasa lagi diri saya kehilangan/tidak puas dengan pencerahan saya, maka berarti saya sedang memerankan lagi peran tidak cerah saya, yang mungkin saja saya ketika itu nantinya mencari lagi guru seperti seorang Vincent/Hudoyo/dll untuk bisa mendapatkan lagi peran cerah saya. Kompatiologi adalah ilmu komunikasi empati. Artinya belajar bagaimana dapat merasakan langsung ke realitas sesungguhnya. Baik itu ke diri sendiri/orang lain, mahluk hidup lain, maupun sampai ke benda mati. Bagaimana cara merasakan langsung? Inilah alasan kami (terutama Vincent Liong) menciptakan metoda dekonstruksi. Dimana melalui praktik dekons orang lain kita dorong mengalami sendiri realitas sesungguhnya langsung dari yang dia rasakan. Salah satu contoh praktiknya adalah kegiatan mencicipi rasa teh hijau, dimana rasa tak pernah bohong. Menebak isi buku, dimana tebakan adalah kontak LANGSUNG dengan dirinya tanpa alur logika atau olah pikir, dlsb, yang sedang dalam tahap pengembangan dan penelitian oleh para praktisi kompatiologi. Jadi intinya dekonstruksi adalah mendorong seseorang untuk merasakan langsung dalam konteks praktik kehidupan sehari-hari (minum dan tebak rasa teh hijau, tebak buku, tebak perasaan orang lain, tebak musik adalah kegiatan sehari-hari bukan?) tanpa memakai olah pikir atau logika. Yang biasanya orang tersebut akan mengalami keterkejutan/ estascy/ kesadaran yang tiba-tiba/ suka-cita ketika bersentuhan kembali dengan realitas KETIKA SEDANG BERMAIN TEBAK-TEBAKAN TERSEBUT. Bayangkan saja kesadaran yang didapat ketika menyadari bahwa selama ini sudah terlalu lama hidup dalam penyangkalan arus informasi dari realitas. Bahwa
[psikologi_net] KMA : Kompatiologi dan Meditasi (Menjawab pertanyaan bung Suchamda)
Serial tulisan Kitab Masuk Angin KMA : Menjawab pertanyaan bung Suchamda, Kompatiologi dan Meditasi ditulis oleh: Adhi Purwono e-link: http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/549 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/17981 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/11344 http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/4017 (Note: jawaban ini sengaja saya masukkan dalam serial tulisan KMA karena berisi penjelasan terinci hubungan antara kompatiologi dengan meditasi) Salam kenal juga bung Suchamda. Saya akan mencoba menjelaskan dari sudut pandang saya mengenai meditasi dan kompatiologi. Saat ini saya merasa diri saya tidak tergantung dengan metoda/usaha/konsep apapun untuk dapat merasakan pencerahan/realitas yang saya alami saat ini. Saya tidak merasa takut/jaim mengatakan saya sedang mengalami pencerahan, karena apa, karena saya merasakan pencerahan dapat dirasakan kapan saja jika orang mau di kehidupan sehari-hari. Begini bung Suchamda, sesungguhnya upaya kita untuk bermeditasi malah membatasi kita untuk bersentuhan dengan realitas/pencerahan. Bisa dikatakan meditasi itu harusnya tanpa usaha dan tanpa tujuan, IRONISNYA mengapa kita masih perlu untuk bermeditasi??? Meditasi tidak diperlukan jika tidak ada tujuan (mengapa perlu jika tidak bertujuan?) dan kita tidak dapat melakukan meditasi jika tidak ada usaha sama-sekali setidaknya untuk posisi bermeditasi (posisi teratai sempurna misalnya). Nah, keambiguan sikap kita selagi bermeditasi inilah membuat diri/pikiran kita menjadi bingung. Apakah kita lagi mengusahakan pencerahan dengan bermeditasi? Jika tanpa usaha, kapankah dan bilamanakah kita mencapai pencerahan? Pikiran bisa saja dapat tenang dan menikmati meditasi tanpa memikirkan pencerahan, TETAPI ketika menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari, maka pikiran AKAN mengenang kembali kenikmatan yang didapat dari bermeditasi sehingga menjadi tergantung olehnya. Jikalaupun ketergantungan akan meditasi dapat terlepas, BUKANKAH INI BERARTI MEDITASI AKHIRNYA DISADARI TIDAK DIPERLUKAN??? Jadi BUKANKAH mengajak orang lain/diri sendiri bermeditasi tujuan akhirnya hanyalah supaya dapat menyadari bahwa meditasi tidak diperlukan? Nah, bung Suchamda mungkin dapat melihat bahwa ditilik dari tujuan pencerahan, sejujurnya meditasi adalah salah satu faktor penghambat pencapaian pencerahan itu sendiri. Jadi, mengapa tidak secara langsung saja? Mengapa kita membutuhkan suatu metoda/cara/konsep untuk dapat mengalami pencerahan? Tapi saya juga menyadari orang tidak akan melepaskan diri dari sesuatu sampai dia mengalami sendiri bagaimana rasanya terikat dengan sesuatu. Ada aksi sehingga ada reaksi. Dan meditasi dibutuhkan untuk menumbuhkan keterikatan sehingga diharapkan orang dapat menyadari keterikatannya tidak diperlukan sehingga bisa terlepas dari meditasi itu sendiri. Bahwa tujuan pencerahan yang dikejarnya ternyata TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN METODA SELAIN DENGAN DIRINYA SENDIRI. Dirinyalah yang menganggap belum cerah sehingga diperlukan suatu metoda (meditasi) sampai dia menyadari bahwa ketidakcerahannya hanyalah sebuah peran yang dia buat/ciptakan sendiri. Bahwa dia menyadari dengan mudah melepas peran tidak cerahnya dan mengganti menjadi peran pencerahan JIKA PERLU. Seperti yang sedang saya lakukan saat ini. Bila di lain waktu misalnya saya merasa lagi diri saya kehilangan/tidak puas dengan pencerahan saya, maka berarti saya sedang memerankan lagi peran tidak cerah saya, yang mungkin saja saya ketika itu nantinya mencari lagi guru seperti seorang Vincent/Hudoyo/dll untuk bisa mendapatkan lagi peran cerah saya. Kompatiologi adalah ilmu komunikasi empati. Artinya belajar bagaimana dapat merasakan langsung ke realitas sesungguhnya. Baik itu ke diri sendiri/orang lain, mahluk hidup lain, maupun sampai ke benda mati. Bagaimana cara merasakan langsung? Inilah alasan kami (terutama Vincent Liong) menciptakan metoda dekonstruksi. Dimana melalui praktik dekons orang lain kita dorong mengalami sendiri realitas sesungguhnya langsung dari yang dia rasakan. Salah satu contoh praktiknya adalah kegiatan mencicipi rasa teh hijau, dimana rasa tak pernah bohong. Menebak isi buku, dimana tebakan adalah kontak LANGSUNG dengan dirinya tanpa alur logika atau olah pikir, dlsb, yang sedang dalam tahap pengembangan dan penelitian oleh para praktisi kompatiologi. Jadi intinya dekonstruksi adalah mendorong seseorang untuk merasakan langsung dalam konteks praktik kehidupan sehari-hari (minum dan tebak rasa teh hijau, tebak buku, tebak perasaan orang lain, tebak musik adalah kegiatan sehari-hari bukan?) tanpa memakai olah pikir atau logika. Yang biasanya orang tersebut akan mengalami keterkejutan/ estascy/ kesadaran yang tiba-tiba/ suka-cita ketika bersentuhan kembali dengan realitas KETIKA SEDANG BERMAIN TEBAK-TEBAKAN TERSEBUT. Bayangkan saja kesadaran yang didapat ketika menyadari bahwa selama ini sudah terlalu lama hidup dalam penyangkalan arus informasi dari realitas. Bahwa
[psikologi_net] Meditasi: aliran mitologi, mitos dan logos ; Ditulis oleh: Vincent Liong
Meditasi: aliran mitologi, mitos dan logos Ditulis oleh: Vincent Liong Menjawab pertanyaan sdr. Sriastutivirgo saya kira perlu sebelumnya saya membahas salah satu soal ujian tengah semester (UTS) matakuliah filsafat umum dan logika yang saya hadapi tadi siang, yaitu soal hubungan antara mitologi, mitos dan logos. Pada masa awal dari usaha manusia untuk berpikir, manusia membuat mitologi yang bercerita tentang alam semesta dan kejaidian-kejadian yang dapat disaksikan dan dialami oleh manusia di dalamnya. Perpecahan jurusan mulai terjadi antara dua usaha yang berlawanan dalam tata-cara untuk memproses mitologi di dalam pikiran manusia; * mitologi menjadi mitos Jawaban yang diberikan berusaha meloloskan diri dari rasio dan usaha untuk berpikir, dengan membangun keyakinan(percaya tanpa perlu bukti kongkrit)/ believe sistem warisan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di dalam mitologi kehidupan individu manusia dalam interaksi dengan di luar dirinya. * mitologi menjadi logos Jawaban yang diberikan berusaha menekankan proses akal budi dan rasio untuk mencari kebenaran melalui metodologi yang jelas dan rapi. Nah, setelah terjadi perpecahan antara dua jurusan soal proses yang dianggap benar dalam mencari kebenaran; maka timbullah kelompok-kelompok keyakinan, keagamaan yang menjadi terpisah dengan kelompok-kelompok ilmuan. Dalam kenyataannya dua kegiatan ini tidak bisa dipisahkan. Kegiatan untuk bermain simbol yang menjadi pekerjaan para pencinta mite dan kegiatan bermain akal budi dan rasio ala pencinta ilmupengetahuan adalah bioptional sistem yang sudah inheren sejak manusia itu lahir. Maka dari itu manusia yang katanya ilmuan sekalipun masih mau dan memerlukan agama begitu juga para agamawan masih bermain dengan ilmupengetahuan ala logos. LOGOS yang terpisah dengan mitos menimbulkan masalah baru bahwa dalam logos yang pada satu titik pencapaian tertentu, merasa telah menemukan kebenaran hakiki yang disebut empiris, logis, dlsb yang akhirnya menghentikan proses mencari kebenaran tsb. Sekolah, kuliah dlsb yang mengatasnamakan ilmupengetahuan hanya berhenti menjadi kegiatan copypaste atas believe sistem warisan / kebenaran yang dianggap terakhir, paling benar yang berlaku dari satu generasi ke generasi selanjutnya tanpa usaha / kemalasan untuk meng-update sesuai perkembangan jaman dengan berlindung di balik kemapanan. Suatu usaha mencari ilmupengetahuan menjadi berubah urutannya menjadi; 1. Korelasi / perbandingan antar kesimpulan / teori / jawaban akhir kebenaran yang disepakati. 2. Observasi. 3. Experimen. Peran observasi dan experimen yang menjadi hal utama dalam pencaharian menjadi mandek karena sudah ada jawaban akhir tentang kebenaran itu sendiri yaitu pada tahap korelasi / perbandingan antar kesimpulan / teori / kebenaran akhir yang disepakati, tanpa ada usaha peyesuaian pada update terakhir dari lingkungan yang dihadapi. Maka dari itu pada umumnya usaha untuk melakukan proses observasi dan experimen malahan tidak dilakukan samasekali. MITOS yang terpisah dari logos menimbulkan masalah baru bahwa dalam mitos, pencaharian kebenaran tidak lagi merasa perlu untuk mencari kebenaran yang relevan dalam tempat dan waktu yang spesifik. Agama, keyakinan dan believe sistem warisan malah memisahkan antara kebenaran yang hakiki dengan usahamanusia untuk mencari kebenaran itu sendiri. Simbol-simbol mite dianggap ada tetapi hanya berfungsi untuk diamati dan diyakini, bukan untuk mencari kebenaran seperti tujuan utama sebelum terpecahnya mitologi menjadi dua kegiatan yaitu; mitos dan logos. Urutan proses pencaharian kebenarannya memang tampak tetap yaitu; dimulai dengan Observasi. Tetapi usaha untuk melakukan experimen dan korelasi / perbandingan antar kesimpulan / teori / kebenaran menjadi hilang. KESIMPULAN akhirnya adalah: bahwa dua jalan pencaharian kebenaran ini mandek karena memisahkan dua usaha ini menjadi extrim mitos dan extrim logos membuat experimen (yang adalah kegiatan merealisasikan suatu kebenaran dengan fakta lapangan yang costumize karena pengaruh tempat dan waktu (yang terus berubah sesuai perkembangan jaman)) malah hilang dari proses itu sendiri. Sehingga jalan logos maupun mitos tidak berhasil mengajak orang untuk tetap di sistem utama guna pencaharian kebenaran yang cotumize sesuai kondisi, tempat dan waktu tsb. Sistem pencaharian mitologi utama yaitu; 1. Observasi dari nol. 2. Experimen dengan realitas yang costumise sesuai kondisi, tempat dan waktu tsb. 3. Korelasi / perbandingan antar kesimpulan / teori / kebenaran akhir yang ditemukan oleh ilmuan / individu berbeda. LETAK KOMPATIOLOGI ala Vincent Liong adalah pada aliran mitologi sebelum terpecah menjadi mitos dan logos. Maka dari itu yang terpenting adalah proses 1. Observasi dari nol. 2. Experimen dengan realitas yang costumise sesuai kondisi, tempat dan waktu tsb. 3. Korelasi / perbandingan antar kesimpulan / teori / kebenaran akhir yang ditemukan oleh ilmuan / individu berbeda. Maka dari itu masing
[psikologi_net] Fwd: Re: Penelitian Tentang Konstruksi Memori Kolektif Dan Komunikasi Empatik Lewat Eksploitasi Indra Pencicipan
candu, .Kompatiologi membongkar semua virus tersebut dengan dekonstruksi individu sehingga boleh dikatakan membangun sistem antibodi sebagai vaksin. Antibodinya merupakan proses pengukuran berdasarkan value based yang terus menerus dan hidup, tidak ada intervensi dari memori yang ditanamkan/diajarkan karena telah mengalami penyaringan selama proses tersebut berlangsung. Salah satu teori yang membahas masalah virus akal budi adalah karya richard Brodie; pernahkah anda bertanya-tanya, mengapa: tayangan misteri, kriminal, gosip punya rating tinggi? Kafe, resto, fast food menjamur? Wartawan bodrex terus berkeliaran? Koran kuning tetap dibaca orang? Politikus, korup, dan tukang kipas masih terus terpilih? Ilmu pengetahuan sepi penggemar? Darwin sering salah dimengerti? MTV, McDonalds keren abis? Industri iklan meraksasa? Kapitalisme terus berjaya? Arisan multilevel tak pernah mati? Agama bertahan ribuan tahun? Fundamentalis berkembang subur? Virus akal budi bisa membelokkan usaha manusia meraih kebahagiaan. Hidup jadi tegang, sedih, bosan, dan hampa. Semakin tua makin loyo. Richard brodie perancang microsoft word, dengan lugas, jernih, dan mengikat mengurai ilmu memetika, salah satu penemuan mutakhir biologi evolusioner. Memahami memetika merupakan jalan keluar dari perbudakan virus akal budi (sampul belakang). Salam, Cornelia Istiani Date: Sun, 24 Sep 2006 06:57:20 +0100 (BST) From: Manneke Budiman [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Penelitian Tentang Konstruksi Memori Kolektif Dan Komunikasi Empatik Lewat Eksploitasi Indra Pencicipan To: Vincent Liong [EMAIL PROTECTED]: Recent Activity 8 New Members 5 New Photos Visit Your Group SPONSORED LINKS Indonesian language course Indonesian language learn New web site? Drive traffic now. Get your business on Yahoo! search. Yahoo! Mail Drag drop With the all-new Yahoo! Mail Beta Y! Messenger Talk it up - free! Call your friends worldwide - free! . ama Penelitian yang sangat menarik dan orisinal. Apakah dalam penelitian ini memori kolektif diasumsikan begitu saja sebagai sesuatu yang given ataukah akan dikritisi? Maksud saya, apakah juga akan diteliti di sini adakah yang namanya memori kolektif as such? Bagaimana proses pembentukan kolektifitas itu (organik, direkayasa, parsial, total, dll)? Adakah hal yang bermasalah dalam apa yang disebut dengan memori dalam penelitian ini? Untuk menjadi memori suatu event perlu berada dalam temporalitas. Belum jelas dalam proposal ini interval waktu antara saat ketika stimulus diberikan kepada peserta dan ketika peserta diminta menyatakan/menuliskan pencerapannya terhadap stimulus itu. Waktu adalah esensial di sini. Ingatan akan apa yang terjadi lima menit yang lalu bisa jadi jauh berbeda dengan jika kita harus mengingatnya lagi 30 tahun yang akan datang. Ini akan turut menentukan apakah suatu memori kolektif tentang sesuatu akan terbentuk atau tidak. Tak jarang, agar suatu memori kolektif dapat terjadi, diperlukan intervensi eksternal yang sangat kuat ke dalam komunitas yang diharapkan berbagi memori menjadi memori bersama atau memori kolektif. Contoh, memori kolektif sebagian besar orang Indonesia tentang peristiwa 30 September 1965 sangat ditentukan dan dibentuk oleh intensitas dan kekuatan intervensi Orde Baru untuk merekayasa memori itu. Dan ini dilakukan secara konsisten selama 30 tahun lebih. itupun masih tak menjamin bahwa seluruh orang Indonesia berbagi memori yang sama tentang peristiwa Gestapu itu. Dalam hal apa istilah memori kolektif dalam penelitian mirip atau berbeda dengan konsep memori kolektif dalam contoh tentang G 30 S di atas? Saya melihat dalam proses ada juga intervensi dari inisiator dalam bentuk lontaran 'efek samping' kepada peserta lain. Samakah ini dengan konsep intervensi Orba dalam membentuk memori kolektif nasional tentang G 30 S? Saya sampaikan semua ini karena saya melihat ada hal penting yang bisa dicapai dalam penelitian ini, di samping untuk mencapai empat tujuan yang telah dirinci dalam proposal. Penelitian ini juga berpotensi melakukan 'dekonstruksi' atas pengertian/mitos(?) tentang memori kolektif itu sendiri. Juga perlu dipertimbangkan efek dari psikologi massa, yang membuat seseorang cenderung tak mau mengambil sikap berbeda dari sikap mayoritas orang di sekelilingnya. Apalagi jika ada figur otoritas yang melakukan intervensi dan mengarahkan sikap orang banyak. Pernah ada cerita seorang profesor masuk ke kelas sambil membawa sebuah botol kosong dan membaui botol itu tak henti-hentinya, sambil berkata, Hmm wangi. Meski botol ini telah kosong, bau bekas parfum di dalamnya masih sangat terasa. Lalu, ia mengedarkan botol itu ke para mahasiswanya, dan satu persatu membau botol itu. Seperti bisa diduga, semua menyatakan persetujuannya bahwa masih tercium bau parfum dari botol itu. Baru setelah semua selesai, sang
[psikologi_net] Memahami kesengsaraan adalah awal Meditasi + komentaran VincentLiong
Memahami kesengsaraan adalah awal Meditasi + komentaran VincentLiong Penanya: Saya tidak melihat hubungan antara kematian dan kesengsaraan dengan status batin dalam meditasi. Vincent Liong note: Kesengsaraan memang tidak ada kaitannya dengan meditasi dalam arti harafiah yaitu duduk diam berkhayal-khayal ke dalam diri. Meditasi dalam ucapan seorang guru seringkali berbeda pemahaman dengan meditasi menurut sang murid; yang menjadi masalah si guru sulit untuk mencari bahasa yang tepat yang bisa dipahami murid atau murid yang terlalu yakin (tanpa perlu bukti) sehingga mengambil mentah-mentah pendapat sang guru atas pengalaman costumize sang guru. Untuk mengatasi masalah ini sang guru perlu turun gunung ke tingkatan sang murid, berpikir, bertingkahlaku, bertindak berkomunikasi sebagai sesama sang murid ;sehingga tidak membunuh freewill murid untuk menempuh jalannya yang costumize. Krishnamurti: Guna melihat seluruh signifikansi dari kesengsaraan bukan sekedar secara verbal atau secara intelektual, melainkan menyelam sangat dalam ke dalamnya dan bebas dari tindakan korosifnya di dalam batin mesti ada dalam suatu status meditatif. Semua bentuk penelusuran sejati adalah suatu status meditatif. Vincent Liong note: Nah, kalimat; melainkan menyelam sangat dalam ke dalamnya dan bebas dari tindakan korosifnya di dalam batin mesti ada dalam suatu status meditatif ini yang sering salahkaprah. Meditasi dalam arti harafiah lebih cenderung ke permainan mencari-cari, mengkhayal-khayal secara intelektual dalam kondisi diam atau setidaknya tanpa noice (meditasi). Padahal harapan sang guru adalah untuk;Semua bentuk penelusuran sejati adalah suatu status meditatif.; yang maksutnya tidak boleh menghindari noice yang selalu ada di lingkungan natural (yang tidak ada di lingkungan yang dikondisikan sesuai maksut tertentu). Keadaan nyaman tanpa noice yang dikondisikan bisa dikategorikan sebagai salahsatu keinginan untuk mengesampingkan noice duniawi (tindakan korosif didalamnya)yang ketika kembali ke kehidupan normal harus dan selalu ada. Meditasi yang benar adalah meditasi yang tidak boleh dipisah dari kehidupan sehari-hari itu sendiri. Bilamana dipisah-pisah ruangnya maka hanya akan menghasilkan kepriobadian terpecah, dimana hanya menjadi believe warisan demi believe warisan (percaya tanpa perlu pembukitan) yang digunakan hingga usang dan lalu diganti dengan yang baru sesuai saat kadaluarsanya kesenangan. Krishnamurti: Guna memahami makna dari kematian yang adalah mati setiap hari terhadap bakat, terhadap sifat-sifat, terhadap pekerjaan, terhadap kenangan seseorang mesti penuh perhatian tanpa pilih-pilih, sepenuhnya éling; dan status perhatian penuh tanpa pilih-pilih ini adalah meditasi. Tidak ada perbedaan antara meditasi dengan pemahaman akan kesengsaraan, sebab memahami kesengsaraan adalah awal dari meditasi. Vincent Liong note: Mati adalah tetap menjalani realitas dunia tetapi secara bersamaan keluar dari diri, melihat diri dari luar keberpihakan setiap saat dengan melakukan pengukuran secara otomatis terus-menerus, bukan disugestikan pada believe warisan tertentu. Kita seperti setan yang hidup menonton manusia-manusia, salah-satunya diri tubuh fisik kita sendiri setiap saat dalam berhubungan dengan tubuh/benda fisik lain. Mengamati dan diamati, mengukur dan terukur tidak boleh dipisah waktunya, harus dalam waktu dan saat yang sama, tidak boleh sebentar-sebentar/ angin-anginan tetapi harus seumur hidup, setiap detik hidup itu sendiri. Bila tidak maka mengamati, mengukur dan terukur hanya menjadi kemunafikan untuk kepuasan diri kita sendiri. Krishnamurti: Guna menyelam teramat dalam ke dalam meditasi, batin mesti bebas dari segenap rintangan psikologisnya. Dalam status merdeka ini ada sebentuk gerakan yang tidak berdasarkan jarak ataupun waktu, dimana gerakan itu adalah penciptaan. Semua ini merupakan bagian dari meditasi. Dari: SAANEN, 9TH PUBLIC TALK, 9TH AUGUST 1962. Vincent Liong note: Psikologis di sini adalah pemisahan antara diri dan luar diri dalam proses pengamatan realitas. Bilamana masih di tahap sebagai pengukur saja atau sebagai terukur saja, tidak bersamaan maka masih terikat di rintangan psikologis tsb. Ttd, Vincent Liong L A M P I R A N Posting asli (sebelum dikomentari Vincent Liong) at: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/10985 Subject: MBK: Memahami kesengsaraan adalah awal Meditasi Fri Sep 29, 2006 11:40 pm NGestOE RAHardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: MEMAHAMI KESENGSARAAN ADALAH AWAL MEDITASI Penanya: Saya tidak melihat hubungan antara kematian dan kesengsaraan dengan status batin dalam meditasi. Krishnamurti: Guna melihat seluruh signifikansi dari kesengsaraan bukan sekedar secara verbal atau secara intelektual, melainkan menyelam sangat dalam ke dalamnya dan bebas dari tindakan korosifnya di dalam batin mesti ada dalam suatu status meditatif. Semua bentuk penelusuran sejati adalah suatu status meditatif. Guna memahami makna
[psikologi_net] Fw: Re: Tentang Ilmu Kompatiologi (Pro: Manneke Budiman)
NOTE dari Vincent Liong: Meskipun saya sebenarnya memutuskan untuk cuek, malas membalas tulisan-pihak-pihak yang hanya bertujuan mendiskreditkan saya, ketika saya membaca bahwa dalam tulisan ini sdr. Manneke Budiman menulis secara sistematis, jelas dan menurut pengamatan saya belum tampak ada usaha pembunuhan karakter. Oleh karena itu saya memutuskan untuk membalas tulisan sdr. Manneke Budiman. at: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/38101 [01] Manneke Budiman wrote: He he he, Sdr. Juswan ketipu juga toh? Ini bukan dalam rangka 'tiuan Kompatiologis' lho, ya. Memang nama asli saya Tanya aja ama Debby Sumual. Namun, jangan khawatir. Anda bukan satu-satunya yang keliru sangka. Saya kasih tahu sedikit rahasianya: kalau manneke itu dobel -n, menandakan jender maskulin. Kalau Ineke, Tineke, dsb yang betul -n satu, tanda bahwa itu feminin. Tapi, kalau ada yang harus disalahkan dalam hal ini, maka yang salah adalah orang tua saya yang agak jahil dan iseng kasih nama aneh-aneh. Vincent Liong answer: Bilamana tidak dianggap menyinggung sebenarnya saya lebih suka memanggil sdr. Manneke Budiman dengan sebutan ibu bukan bapak. Ini dilakukan bukan masalah anda pria atau wanita berdasarkan jenis alat kelamin, melainkan karena tingkat feminim yang saya lihat lebih menonjol dibanding maskulin. Ini bukan karena soal anggapan miring seperti gay, lesbian atau transsexual, bagi saya yang bermain di sistem memori yang tidak di taraf fisikal dan prilaku tampak melainkan di mental seseorang maka penilaian ibu atau bapak bagi saya lebih melihat dari karakteristik memori individu feminim atau maskulin. Mengapa sdr. Manneke Budiman bisa membalas email saya dengan cukup fokus tanpa pembunuhan karakter tetapi sedikit malu-malu kucing, ini disebabkan karena tingkat yang cukup menonjol pada karakter memori feminim tsb. at: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/38101 [02] Manneke Budiman wrote: Soal beda karakter dan gaya menulis di kalangan praktisi Kompatiologi, baiknya saya terima saja sebagai bagian dari kemajemukan para penekun ilmu ini. Untung juga ada jubir yang halus, lembut, santun dan menggemaskan seperti Sdr. Cornelia, jadi bisa mengimbangi Sdr. Vincent yang meletup-letup. Tapi, rupanya semuanya itu by design, ya? Memang para 'guru kecil' harus selalu kreatif mencari cara supaya tak dikecilkan terus oleh para Guru Besar. Mungkin juga, status 'guru kecil' itulah yang menyebabkan munculnya terus kreatifitas karena mereka masih jauh dari kemapanan. Jika suatu waktu jadi Guru Besar, itu tanda kita hrus hati-hati. Ibaratnya seperti orang berulang tahun: makin tua, makin dekat liang kubur. Makin jadi Guru Besar, makin mati kreatifitasnya. Vincent Liong answer: Masalah play by design tujuan utamanya bukan untuk memperjuangkan ilmu kompatiologi yang menurut standart ilmupengetahuan barat dianggap belum mapan. Baik kompatiologi belum atau sudah mapan tetap cara ini akan ditempuh oleh praktisi kompatiologi. Ini bukan masalah kreatifitas tetapi masalah di mana posisi bidang kompatiologi ,dan di mana para praktisinya bermain? Dalam kasus ilmupengetahuan ala blok barat memang benar;Makin jadi Guru Besar, makin mati kreatifitasnya. Tetapi hal ini tidaklah benar bila disamakan untuk para praktisi kompatiologi. Dalam kasus kompatiologi semakin menjadi guru besar maka semakin tampak kreatif permainannya (meski sebenarnya bukan ngawur melainkan ada sistem perhitungan yang matangnya, hanya masalahnya semakin susah tampak dan ditebak). Ada beberapa urutan lefel proses belajar praktikal kompatiologi yang sudah boleh saya bocorkan karena secara pemikiran saya lihat sudah sedikit mengenai ke arah tsb: * Lefel 01 : Kemampuan intepretasi lintas bahasa / variabel. * Lefel 02 : Kemampuan konflik mental tanpa bermain stimulus dan respon yang tampak (berupa attact dan defense mekanisme). dst-dst-dst (masih dirahasiakan) Maka dari itu bilamana para ilmuan hasil copypaste birokrasi pendidikan ala blok barat menyindir bahwa kompatiologi belum mapan, maka sindiran orang kompatiologi adalah penguasaan diri para ilmuan bahkan guru besar hasil birokrasi pendidikan ala blok barat yang katanya berkualitas amat lemah. Play by design adalah permainan terukur dan terencana yang dimainkan oleh para praktisi kompatiologi untuk membuktikan kepada diri para ilmuan aliran blok barat bahwa ilmu sosial yang base on perilaku yang tampak sangat lemah bila diadu dengan ilmu kompatiologi, harapannya agar para ilmuan ilmupengetahuan blok barat mulai bersikap mawas diri bukan hanya merasa mapan saja karena toh lulus scanning pas ujian soal kemampuan copy paste hafalan mereka. Dalam ujian kompatiologi lefel 2 ujian biasa dilakukan dengan mengadu kemampuan konflik mental sesama praktisi kompatiologi yang sudah cukup lihai untuk makan atau jalan-jalan bersama tanpa ada stimulus perilaku yang tampak baik berupa attact atau defense mekanisme. Pihak yang kalah akan menyadari kekalahan dan membuat dirinya
[psikologi_net] Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin
Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin Penanggungjawab versi/aliran: Adhi Purwono Kami undang anda untuk bergabung di maillist: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/join http://groups.google.com/group/Komunikasi_Empati/about http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join Serial Tulisan Kitab Masuk Angin (KMA): Pandangan diri saya mengenai dekonstruksi-rekonstruksi dari Ilmu Kompatiologi Ditulis oleh: Adhi Purwono Apa yang akan saya tuliskan ini tetap pada kaidah yang telah saya pegang yaitu tulisan yang mewakili ekspresi diri-sendiri. Jadi walaupun si Vincent telah bilang-bilang bahwa saya telah didekons namun saya tetap memegang teguh integritas saya dalam menulis yaitu tulisan yang bukan dari aliran apapun dan hanya berasal dari otoritas diri saya sendiri. Saya tetap bukanlah simpatisan manapun. Dan saya bukan penganut aliran manapun. Dan maaf saja Vincent, saya tetap mengatakan bahwa yang mendekons diri saya adalah si Vincent sendiri. Entah kenapa Vincent melarang saya untuk memberitahu dirinyalah yang mendekons saya. Mungkin dia mempunyai agendanya sendiri. Tapi saya tidak begitu peduli dengan agendanya (atau apakah ini agenda tersembunyi supaya saya akhirnya mengatakan siapakah diri saya sebenarnya dan tidak tergantung olehnya, sehingga dekons saya bisa dianggap berhasil?). Yang terpenting disini adalah saya akan menyingkapkan apa yang terjadi pada saya sejak didekons oleh Vincent. Bagi saya, Vincent adalah orang yang sangat berbahaya bagi penguasaan kejiwaan diri kita. Untuk anda yang belum pernah bertemu dengan Vincent, saya sarankan jangan sampai membuang waktu dan uang bertemu dengan Vincent apalagi membuat janji untuk didekons! Fatal akibatnya bagi diri anda seperti yang telah saya alami ini. Sebelum saya bertemu dengan Vincent saya mengira didekons itu seperti belajar melepas atau belajar menyadari mirip dalam metoda meditasi seperti yang telah saya kenal. Namun nyata-nyatanya yang dialami oleh diri saya adalah sangat berbeda! Saya tidak diajak untuk belajar atau berpikir. Saya juga tidak diajak untuk saling bertukar-pikiran atau menerima sesuatu (misalnya dibuka cakranya, diberikan elmu, diguna-guna, dihipnotis, dsb). Saya bahkan tidak diajak untuk belajar sadar/menyadari/aware/consciousness/eling. Saya hanya bertemu dengan dia dan dekons terjadi begitu saja. Metode tidaklah penting walaupun tetap akan saya ceritakan metode apa yang dipakai oleh si Vincent ini. Namun yang paling saya ingat ketika itu adalah Vincent seperti kepribadian tanpa pagar pembatas. Biasanya orang yang baru ketemu dan baru kenal memulai perkenalannya melalui basa-basi dulu. Tapi disini basa-basi LEWAT. Orang yang baru kenal biasanya memulai dengan topik yang ringan-ringan saja. Tapi disini topiknya TANPA TEDENG ALING-ALING, LANGSUNG BERATH. Orang yang baru kenal biasanya juga memakai dulu topeng kepribadiannya tebal-tebal supaya kesan pertama bisa berkesan baik. Tapi disini topeng kepribadian yang tipis pun tidak dipakai oleh Vincent bahkan DAPAT MEMBONGKAR DENGAN BEGITU MUDAHNYA TOPENG YANG SAYA PAKAI. Biasanya pula orang yang baru kenal akan melakukan beberapa kebohongan putih untuk menjaga citra dirinya. Namun disini, HAMPIR MERASA PERCUMA BERBOHONG DI DEPAN VINCENT. Dia dapat membaca begitu saja isi batok kepala saya. BEGITU SAJA. SECARA SEDERHANA. Sampai membuat saya cukup kesal jadinya. Dan lucunya hanya dalam tempo 5 menit bertemu dengannya (ketika masih di perjalanan di dalam mobil saya) saya sudah melakukan curhat jujur yang biasanya hanya saya simpan untuk sahabat yang sangat dekat atau kepada adik kandung saya. Openess. Keterbukaan. Walaupun saya tentu saja tidak membuka diri sampai telanjang secara kejiwaan, tetap saja pandangan matanya mengatakan hal yang sebenarnya tentang saya. Entah saya telah mengalami paranoid atau kecurigaan atau ketakutan menjadi terbuka atau apa. Namun saya merasa AKHIRNYA ada yang melepas tali ikatan rasa bersalah secara pelan-pelan dan malah merasa menganggap Vincent itu sebagai kepribadian cermin. Artinya apapun yang berusaha saya sembunyikan, terpantul dengan jelas baik melalui ucapannya, tatapan matanya, maupun gerak-geriknya. Dan baru kali ini pula saya melihat manusia seperti Vincent yang BERBICARA TANPA RASA BERSALAH. Tanpa penilaian. Tanpa otoritas dari luar selain dari dirinya sendiri. Vincent mengaku dia hanya mempertimbangkan satu hal dalam setiap pilihannya, yaitu apa untung dan ruginya bagi dirinya. Vincent juga mengaku dia dapat merasakan energi (istilah dia adalah memori), memori secara langsung dari tiap kepala yang kebetulan berpaspasan dengan dirinya. Membaca secara copy paste. Merasakan keadaan emosional psikologis orang lain yang juga dapat dirasakannya melalui tubuhnya sendiri. Itulah sebabnya saya melihat keadaan emosional si Vincent begitu cepat berubah-ubah. Begitu juga dengan kepribadiannya. Namun dia juga mengaku telah menguasai penguasaan emosi dan
[psikologi_net] Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin
Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin Penanggungjawab versi/aliran: Adhi Purwono Kami undang anda untuk bergabung di maillist: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/join http://groups.google.com/group/Komunikasi_Empati/about http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join Serial Tulisan Kitab Masuk Angin (KMA): Pandangan diri saya mengenai dekonstruksi-rekonstruksi dari Ilmu Kompatiologi Ditulis oleh: Adhi Purwono Apa yang akan saya tuliskan ini tetap pada kaidah yang telah saya pegang yaitu tulisan yang mewakili ekspresi diri-sendiri. Jadi walaupun si Vincent telah bilang-bilang bahwa saya telah didekons namun saya tetap memegang teguh integritas saya dalam menulis yaitu tulisan yang bukan dari aliran apapun dan hanya berasal dari otoritas diri saya sendiri. Saya tetap bukanlah simpatisan manapun. Dan saya bukan penganut aliran manapun. Dan maaf saja Vincent, saya tetap mengatakan bahwa yang mendekons diri saya adalah si Vincent sendiri. Entah kenapa Vincent melarang saya untuk memberitahu dirinyalah yang mendekons saya. Mungkin dia mempunyai agendanya sendiri. Tapi saya tidak begitu peduli dengan agendanya (atau apakah ini agenda tersembunyi supaya saya akhirnya mengatakan siapakah diri saya sebenarnya dan tidak tergantung olehnya, sehingga dekons saya bisa dianggap berhasil?). Yang terpenting disini adalah saya akan menyingkapkan apa yang terjadi pada saya sejak didekons oleh Vincent. Bagi saya, Vincent adalah orang yang sangat berbahaya bagi penguasaan kejiwaan diri kita. Untuk anda yang belum pernah bertemu dengan Vincent, saya sarankan jangan sampai membuang waktu dan uang bertemu dengan Vincent apalagi membuat janji untuk didekons! Fatal akibatnya bagi diri anda seperti yang telah saya alami ini. Sebelum saya bertemu dengan Vincent saya mengira didekons itu seperti belajar melepas atau belajar menyadari mirip dalam metoda meditasi seperti yang telah saya kenal. Namun nyata-nyatanya yang dialami oleh diri saya adalah sangat berbeda! Saya tidak diajak untuk belajar atau berpikir. Saya juga tidak diajak untuk saling bertukar-pikiran atau menerima sesuatu (misalnya dibuka cakranya, diberikan elmu, diguna-guna, dihipnotis, dsb). Saya bahkan tidak diajak untuk belajar sadar/menyadari/aware/consciousness/eling. Saya hanya bertemu dengan dia dan dekons terjadi begitu saja. Metode tidaklah penting walaupun tetap akan saya ceritakan metode apa yang dipakai oleh si Vincent ini. Namun yang paling saya ingat ketika itu adalah Vincent seperti kepribadian tanpa pagar pembatas. Biasanya orang yang baru ketemu dan baru kenal memulai perkenalannya melalui basa-basi dulu. Tapi disini basa-basi LEWAT. Orang yang baru kenal biasanya memulai dengan topik yang ringan-ringan saja. Tapi disini topiknya TANPA TEDENG ALING-ALING, LANGSUNG BERATH. Orang yang baru kenal biasanya juga memakai dulu topeng kepribadiannya tebal-tebal supaya kesan pertama bisa berkesan baik. Tapi disini topeng kepribadian yang tipis pun tidak dipakai oleh Vincent bahkan DAPAT MEMBONGKAR DENGAN BEGITU MUDAHNYA TOPENG YANG SAYA PAKAI. Biasanya pula orang yang baru kenal akan melakukan beberapa kebohongan putih untuk menjaga citra dirinya. Namun disini, HAMPIR MERASA PERCUMA BERBOHONG DI DEPAN VINCENT. Dia dapat membaca begitu saja isi batok kepala saya. BEGITU SAJA. SECARA SEDERHANA. Sampai membuat saya cukup kesal jadinya. Dan lucunya hanya dalam tempo 5 menit bertemu dengannya (ketika masih di perjalanan di dalam mobil saya) saya sudah melakukan curhat jujur yang biasanya hanya saya simpan untuk sahabat yang sangat dekat atau kepada adik kandung saya. Openess. Keterbukaan. Walaupun saya tentu saja tidak membuka diri sampai telanjang secara kejiwaan, tetap saja pandangan matanya mengatakan hal yang sebenarnya tentang saya. Entah saya telah mengalami paranoid atau kecurigaan atau ketakutan menjadi terbuka atau apa. Namun saya merasa AKHIRNYA ada yang melepas tali ikatan rasa bersalah secara pelan-pelan dan malah merasa menganggap Vincent itu sebagai kepribadian cermin. Artinya apapun yang berusaha saya sembunyikan, terpantul dengan jelas baik melalui ucapannya, tatapan matanya, maupun gerak-geriknya. Dan baru kali ini pula saya melihat manusia seperti Vincent yang BERBICARA TANPA RASA BERSALAH. Tanpa penilaian. Tanpa otoritas dari luar selain dari dirinya sendiri. Vincent mengaku dia hanya mempertimbangkan satu hal dalam setiap pilihannya, yaitu apa untung dan ruginya bagi dirinya. Vincent juga mengaku dia dapat merasakan energi (istilah dia adalah memori), memori secara langsung dari tiap kepala yang kebetulan berpaspasan dengan dirinya. Membaca secara copy paste. Merasakan keadaan emosional psikologis orang lain yang juga dapat dirasakannya melalui tubuhnya sendiri. Itulah sebabnya saya melihat keadaan emosional si Vincent begitu cepat berubah-ubah. Begitu juga dengan kepribadiannya. Namun dia juga mengaku telah menguasai penguasaan emosi dan
[psikologi_net] Fwd: Executive Briefing Professional Business Coach Universitas Bina Nusantara
Note: forwarded message attached. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ---BeginMessage--- Yth. Bapak / Ibu Di tempat Dengan Hormat, CPBC ( Certified Professional Business Coach) merupakan keterampilan tehnik komunikasi yang sedang booming di seluruh dunia. Anda dapat menciptakan Corporate Culture yang lebih baik sekaligus mempercepat peningkatan taraf perkembangan personal anda. Coaching berguna bagi para Direksi Perusahaan, yang menginginkan perubahan corporate culture, Level Manajerial yang ingin mengarahkan kinerja bawahannya, Staff HRD, yang ingin mengembangkan potensi dan motivasi karyawan serta bagi karyawan yang ingin meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan relasi, dan bagi individu yang ingin mengembangkan dirinya lebih optimal dalam berkomunikasi dan ingin mencapai target keberhasilan yang luar biasa. Berdasarkan hal diatas, kami dari program Executive Development Program (EDP) Universitas Bina Nusantara, mengundang Bapak / Ibu untuk hadir dalam acara Executive Briefing ”Certified Professional Business Coach” , yang akan dilaksanakan pada : Hari / Tanggal : Kamis / 7 September 2006 Topik : “Getting The Most Out Of Executive Coaching” Pembicara : Dra.Clara Istiwidarum Kriswanto,MA,CPBC Waktu : 19.00 – 20.30 WIB Tempat : Ruang 309 Universitas Bina Nusantara The Joseph Wibowo Center For Advanced Learning Jl. Hang Lekir I No. 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 1212 Biaya : Free of Charge Untuk reservasi kehadiran, anda dapat menghubungi Sdri. Ima di (021) 720- ext 132 - 135 atau via e-mail di : [EMAIL PROTECTED]. Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu , kami ucapkan terima kasih. Regards, Rismawanniati, SE Marketing Service Staf = JWC Marketing Department The Joseph Wibowo Center for Advanced Learning Universitas Bina Nusantara Jl. Hang Lekir I No.6, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120 Phone (62-21) 720 - ext. 132 Fax (62-21) 720 - 8569, 720 - Email : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://www.binus.ac.id ---End Message---
[psikologi_net] Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin
Memperkenalkan Kompatiologi aliran Kitab Masuk Angin Penanggungjawab versi/aliran: Adhi Purwono Kami undang anda untuk bergabung di maillist: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/join http://groups.google.com/group/Komunikasi_Empati/about http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join Serial Tulisan Kitab Masuk Angin (KMA): Pandangan diri saya mengenai dekonstruksi-rekonstruksi dari Ilmu Kompatiologi Ditulis oleh: Adhi Purwono Apa yang akan saya tuliskan ini tetap pada kaidah yang telah saya pegang yaitu tulisan yang mewakili ekspresi diri-sendiri. Jadi walaupun si Vincent telah bilang-bilang bahwa saya telah didekons namun saya tetap memegang teguh integritas saya dalam menulis yaitu tulisan yang bukan dari aliran apapun dan hanya berasal dari otoritas diri saya sendiri. Saya tetap bukanlah simpatisan manapun. Dan saya bukan penganut aliran manapun. Dan maaf saja Vincent, saya tetap mengatakan bahwa yang mendekons diri saya adalah si Vincent sendiri. Entah kenapa Vincent melarang saya untuk memberitahu dirinyalah yang mendekons saya. Mungkin dia mempunyai agendanya sendiri. Tapi saya tidak begitu peduli dengan agendanya (atau apakah ini agenda tersembunyi supaya saya akhirnya mengatakan siapakah diri saya sebenarnya dan tidak tergantung olehnya, sehingga dekons saya bisa dianggap berhasil?). Yang terpenting disini adalah saya akan menyingkapkan apa yang terjadi pada saya sejak didekons oleh Vincent. Bagi saya, Vincent adalah orang yang sangat berbahaya bagi penguasaan kejiwaan diri kita. Untuk anda yang belum pernah bertemu dengan Vincent, saya sarankan jangan sampai membuang waktu dan uang bertemu dengan Vincent apalagi membuat janji untuk didekons! Fatal akibatnya bagi diri anda seperti yang telah saya alami ini. Sebelum saya bertemu dengan Vincent saya mengira didekons itu seperti belajar melepas atau belajar menyadari mirip dalam metoda meditasi seperti yang telah saya kenal. Namun nyata-nyatanya yang dialami oleh diri saya adalah sangat berbeda! Saya tidak diajak untuk belajar atau berpikir. Saya juga tidak diajak untuk saling bertukar-pikiran atau menerima sesuatu (misalnya dibuka cakranya, diberikan elmu, diguna-guna, dihipnotis, dsb). Saya bahkan tidak diajak untuk belajar sadar/menyadari/aware/consciousness/eling. Saya hanya bertemu dengan dia dan dekons terjadi begitu saja. Metode tidaklah penting walaupun tetap akan saya ceritakan metode apa yang dipakai oleh si Vincent ini. Namun yang paling saya ingat ketika itu adalah Vincent seperti kepribadian tanpa pagar pembatas. Biasanya orang yang baru ketemu dan baru kenal memulai perkenalannya melalui basa-basi dulu. Tapi disini basa-basi LEWAT. Orang yang baru kenal biasanya memulai dengan topik yang ringan-ringan saja. Tapi disini topiknya TANPA TEDENG ALING-ALING, LANGSUNG BERATH. Orang yang baru kenal biasanya juga memakai dulu topeng kepribadiannya tebal-tebal supaya kesan pertama bisa berkesan baik. Tapi disini topeng kepribadian yang tipis pun tidak dipakai oleh Vincent bahkan DAPAT MEMBONGKAR DENGAN BEGITU MUDAHNYA TOPENG YANG SAYA PAKAI. Biasanya pula orang yang baru kenal akan melakukan beberapa kebohongan putih untuk menjaga citra dirinya. Namun disini, HAMPIR MERASA PERCUMA BERBOHONG DI DEPAN VINCENT. Dia dapat membaca begitu saja isi batok kepala saya. BEGITU SAJA. SECARA SEDERHANA. Sampai membuat saya cukup kesal jadinya. Dan lucunya hanya dalam tempo 5 menit bertemu dengannya (ketika masih di perjalanan di dalam mobil saya) saya sudah melakukan curhat jujur yang biasanya hanya saya simpan untuk sahabat yang sangat dekat atau kepada adik kandung saya. Openess. Keterbukaan. Walaupun saya tentu saja tidak membuka diri sampai telanjang secara kejiwaan, tetap saja pandangan matanya mengatakan hal yang sebenarnya tentang saya. Entah saya telah mengalami paranoid atau kecurigaan atau ketakutan menjadi terbuka atau apa. Namun saya merasa AKHIRNYA ada yang melepas tali ikatan rasa bersalah secara pelan-pelan dan malah merasa menganggap Vincent itu sebagai kepribadian cermin. Artinya apapun yang berusaha saya sembunyikan, terpantul dengan jelas baik melalui ucapannya, tatapan matanya, maupun gerak-geriknya. Dan baru kali ini pula saya melihat manusia seperti Vincent yang BERBICARA TANPA RASA BERSALAH. Tanpa penilaian. Tanpa otoritas dari luar selain dari dirinya sendiri. Vincent mengaku dia hanya mempertimbangkan satu hal dalam setiap pilihannya, yaitu apa untung dan ruginya bagi dirinya. Vincent juga mengaku dia dapat merasakan energi (istilah dia adalah memori), memori secara langsung dari tiap kepala yang kebetulan berpaspasan dengan dirinya. Membaca secara copy paste. Merasakan keadaan emosional psikologis orang lain yang juga dapat dirasakannya melalui tubuhnya sendiri. Itulah sebabnya saya melihat keadaan emosional si Vincent begitu cepat berubah-ubah. Begitu juga dengan kepribadiannya. Namun dia juga mengaku telah menguasai penguasaan emosi dan
[psikologi_net] Kisah Musashi Ditantang Ronin ; Ditulis oleh: Juswan Setyawan
Kisah Musashi Ditantang Ronin Ditulis oleh: Juswan Setyawan Sesuai amanat Yang Dipertuan Agong Kim Il Sen mulai hari ini saya akan cuti untuk menulis soal-soal yang memeras otak. Atas titah OBL - Our Beloved Leather (leader... monyong !) saya dianugerahkan cuti total atas biaya negara selama dua pekan dan bisa diperleng jadi satu bulan. Syukurlah, sebab menurut Ryodoraku Test (bukan test IQ bo...) meskipun tingkat bioenergi somatis daku jauh di atas rata-rata yaitu mencapai 76.57 (di mana-mana range minimum/maksimumnya ialah 28 59) maka dari pada emosi daku meledak ndak keruan mendingan daku terima cuti itu dengan hati bersyukur atas kebijakan dan kemurahan hati sang diktator il capo da mafioso. Mengapa? Karena SQ daku (Stress Quotient bo...) sudah melejit 20% di atas ambang normal dan itu disebabkan oleh overdosis atau kebanyakan stressors, angka itu kini sudah mencapai 1.323 di mana batas maksimum yang tolerable ialah 1.15. Waduh... kalo sampai meledak... daku bakal sinting beneran bo! Maka dari itu untuk menurunkan SQ daku mau cerita-cerita dikit buat teman-temin. Konon suatu ketika samurai ichi-ban Musashi Miyamoto ceritanya dikeroyok ramai-ramai oleh para Ronin. Ronin itu bukan samurai sejati yang meniti jalan bushido (the way of warrior) tetapi cuma preman pasar biasa yang memahami nilai bushido dan tidak punya seorang Daimiyo. Mereka mencari makan dengan mencabut nyawa orang sesuai order pengupahnya karena mereka itu tak lebih daripada para mercenaries. Bukannya Musashi takut tetapi ia biasa seperti lakon film-film samurai mulai lari miring sekencang-kencangnya sehingga hanya tinggal satu orang ronin muda yang sanggup mengejarnya yang saat itu Musashi sendiri sudah mulai uzur. Setiba di tepi pantai tiba-tiba Musashi berdiri tegak menghunus samurainya dan berdiri menunggu tibanya si ronin. Lalu terjadilah dialog (imajiner tentunya bo...) sebagai berikut. M : Siapa namamu anak muda? R : Nama saya Sato (bhs eskimonya ternak peliharaan). Jangan banyak cakap, mari kita bertarung sampai mati. M : Kok namanya Sato. Itukan nama Marga bukan nama pribadi? Kenapa kamu malu menyebutkan namamu sendiri? R : Haishhh, kokehan petingsing. Sato mencabut samurainya dan membuang sarungnya ke laut dan mulai ancang-ancang mau menyabet putus kepala si Musashi. M: Dengan senyum dikulum Musashi menyarungkan kembali samurainya dan berkata: Anak muda, kamu sudah kalah sebelum memulai pertempuran. Lalu mulai melangkah untuk ngeloyor pergi. R: Musashi apakah kamu takut bertarung dengan daku? Kenapa dikau mau ngacir pergi seperti seorang pengecut? M: Anak muda mengapa engkau bernafsu sekali memenggal kepalaku sedangkan aku sendiri masih sayang kepada kepalaku? Apa yang kau cari Palupi... eh keliru... Sato? R: Aku mau merebut gelar ichi-ban dari tanganmu supaya semua orang gentar padaku. M: Oh begitu kiranya. Nah, mulai sekarang gelar ichi-ban itu kuserahkan kepadamu. Jaga baik-baik ya. (Sambil berkata demikian Musashi membungkuk 90 derajat - layaknya kasih hormat gaya Nipon - kepada Sato). R: Tidak bisa begitu dong. Bukankah kita belum bertarung sama sekali? Mengapa engkau mundur seperti seorang pengecut? M: Ah, tidak juga. Kalau bisa dibuat gampang mengapa musti dipersulit? Kau kan berambisi mendapat gelar ichi-ban, maka aku berikan kepadamu secara gratis. R: Kenapa bisa begitu? M : Ya karena aku kagum menyaksikan jurus kamu membuang sarung pedangmu Suatu hal yang aku sendiri tidak mampu melakukannya dengan lebih baik. Karena itu atas nama jurus yang indah itu aku serahkan gelar ichi ban kepadamu. Sayonara ! Catetan kaki: Bagi Musashi gelar tidak bermakna apa-apa. Yang lebih penting ialah prestasi. Prestasi tanpa gelar tidak jadi apa, tetapi gelar tanpa prestasi sungguh memalukan dan menjijikkan, apalagi di kalangan elit. Menyembunyikan nama sendiri dengan nama klan menunjukkan tidak ada rasa percaya diri dan juga tidak menghormati leluhur. Orang seperti itu tidak pantas disebut samurai dan hanya pantas disebut ronin. Membuang sarung pedang adalah tanda semiotik kekalahan. Pedang adalah kebanggaan seorang penempuh jalan bushido dan bagi samurai pedangnya lebih berharga dari isterinya sendiri. Ia bisa saja membuang isterinya tetapi ia tidak pernah akan membuang pedangnya. Membuang sarung samurai berarti sarung itu tidak akan dipakai lagi selanjutnya sehingga tak ada gunanya lagi selain untuk dibuang. Sato membuang sarung pedangnya karena bawah sadarnya memberitahukan dia bahwa ia segera akan tewas oleh pedang Musashi. Untungnya bagi si Sato bahwa Musashi memang berdada lapang dan berhati seluas samudra sesuai gelarnya yaitu ichi-ban. Gelar itu tidak pernah bisa direbut daripadanya sampai kapanpun menurut biografi Musashi. Jakarta, 24 Agustus 2006. Mang Iyus (yang lagi ambil cuti) Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com
[psikologi_net] Re: Empatiologi (Pro: Manneke Budiman)
Manneke Budiman wrote: Saya masih sedang mencerna sejumlah info tentang Kompatiologi yang dikirimkan ke saya oleh Sdr. Juswan maupun Sdr. Vincent,demikian pula beberapa tulisan dari Suhu Bimo dan Sdr. Leo. Ada banyak hal yang menarik, ada yang bikin dahi berkerenyit, juga ada yang cukup mengusik pikiran. Tapi jelas bahwa ada keseriusan yang besar di antara praktisi/ilmuwannya. Buat awam seperti saya, bau mistiknya masih sangat kental, sementara pada saat yang sama kadar ilmiahnya agak berlebihan (atau dilebih-lebihkan?). Vincent Liong answer: Sdr. Manneke, perkembangan kompatiologi sebelum sampai ke kondisi yang sekarang melalui banyak tahap. Tahun 2001 buku karya saya berjudul; Berlindung di Bawah Payung diterbitkan oleh penerbit Grasindo. Saat itu saya seorang observer yang melaporkan keadaan seperti pekerjaan jurnalisme tetapi tidak bertindak apa-apa, tulisannya saya bentuk sebagai kontemplasi karena saat itu saya seorang observer yang tidak memiliki alat pembanding selain direnungkan begistu saja. Lalu tahun 2002 saya pindah ke Sydney dan menulis buku Menjadi Diri Sendiri. Di tahap kehidupan saya tersebut saya mulai mencoba memberanikan diri untuk berpetualang bebas ke tempat-tempat dan hal-hal yang belum biasa bagi saya. Lalu tahun 2003 menulis buku Konsep Saat Kiamat dalam ruang Individu yang ini kembali ke refleksi tetapi tetap berpetualang. Dari awal hingga sekarang pencaharian saya selalu berfokus pada pencaharian tentang ilmu ke-saya-an. Lalu saya menjadi Indigo karena mereka menyebut Indigo dan saya naik kelas. Karena kehilangan posisi dalam tulis menulis makan menjadi doekoen dulu dan mengajar Kundalini hingga akhir tahun 2004. Karena mentalnya memang mental peneliti bukan minta disembah-sembah saja maka kembali menjadi peneliti hingga pertengahan tahun 2005 saya mulai berani membawa Kompatiologi secara serius meski saat itu masih suka gonta-ganti nama seenak saya. Kompatiologi adalah triger awal / starter untuk memulai pencaharian ke-saya-an pada diri mereka yang belajar, saya sudah tidak puas sekedar mencari ke-saya-an untuk diri saya sendiri tetapi membuat proses standart pencaharian jati diri untuk digunakan banyak orang. Nah sekarang saya sudah sampai pada recruiting orang-orang yang saya anggap punya masa depan untuk saya jadikan pendidik. Mereka yang saya jadikan pendidik ini pun saya kategorikan lagi menjadi yang sedekar mengajar Kompatiologi seperti dengan yang sekarang saya kembangkan dan tahap berikutnya dimana saya mulai membimbing seorang suhu/guru yang menemukan jati diri dan perannya sebagai pendidik jenis apa, cara dan metode apa, style seperti apa yang semuanya berpulang pada individu itu sendiri. Inilah yang membuat Kompatiologi tampak bau mistiknya masih sangat kental, sementara pada saat yang sama kadar ilmiahnya agak berlebihan (atau dilebih-lebihkan?). Mereka yang di bawah tanggungjawab saya sebagai pendidik memang awalnya saya didik agar mampu mendidik Kompatiologi yang standart kwalitas seperti saya. Tetapi tahap selanjutnya bagi tiap pendidik ini adalah mereka harus mampu mendidik jenis murid tertentu dengan style tertentu dan tujuan tertentu, konsumen murid orang-orang karakter tertentu sesuai dengan jati diri tiap pendidik yang di bawah asuhan saya. Maka itu ada yang mau jadi seperti biksu, ada yang mau jadi ilmuan, ada yang mau jadi tukang ukur, ada yang mau jadi filsuf dan lain sebagainya Tidak hanya itu tiap jenis pun bisa lebih spesifik dan spesifik lagi sesuai dengan pribadi masing-masing yang tidak harus sejalan, saling berlawanan pun boleh. Nah mendidik pendidik model gini yang gampang-gampang ssusah. Manneke Budiman wrote: Kompatiologi bisa tampil terhormat dengan warna spiritualistiknya, atau juga dengan nuansa ilmiahnya, tanpa harus menjadi overdosis pada kedua segi itu. Dengan demikian, dia dapat menjadi lebih komunikatif, dan kepada para pembelajarnya pun (baik awam maupun ahli) dia juga bisa lebih terbuka untuk diakrabi. Bukankah ini hakikat empati? Vincent Liong answer: Memang pendidik-pendidik bimbingan saya punya jadi diri, peran dan tujuan hidup yang berbeda-beda. Namanya orang ketemu mainan baru tentunya sebelum merasa bosan dan mendalami ke tahap selanjutnya yang pada awalnya dianggap baru dan ke tahap selanjutnya lagi maka tentunya menjadi norak. Saya sampai saat ini puas melihat kenorakan mereka karena artinya mereka tidak puas begitu saja sampai di tahap yang sekarang. Mereka bukannya tidak komunikatif tetapi saya selalu mendidik mereka untuk sadar bagian masing-masing tidak perlu harus sama bentuk dan sifat-nya atau harus sama tingkatannya. Bisa saja yang satu maju lebih dahulu lalu gantian dengan yang lain, seperti jejaring yang saling berhubungan. Anda salah kalau para praktisi kami tidak bisa diakrabi, semua nama jelas, alamat dan no teleponnya, bisa dihubungi dengan mudah. Nah dualisme tentang orang baik dan orang tidak baik itulah borderline untuk dapat masuk sebagai pengguna Kompatiologi. Anggap saja
[psikologi_net] Penyimpangan Perilaku Versus Perubahan Nilai ; Ditulis oleh: Drs.Juswan Setyawan
Penyimpangan Perilaku Versus Perubahan Nilai Ditulis oleh: Drs.Juswan Setyawan [Suatu tanggapan terhadap ide perlu tidaknya Psikologi khas Asia untuk Asia.] Pembahasan soal local based psychology (psikologi khas Asia untuk Asia) pada APsyA di Bali yang lalu adalah cerminan perbedaan pendapat yang mendasar tentang substansi tri-matra manusia dan karenanya tentang akar masalah serta tata cara penganggulangannya. Umpamanya saja sebagai contoh, akan mampukah para psikolog mengubah the so called penyimpangan perilaku Imam Samudra atau Amrozi, walaupun mereka katanya telah mampu mengidentifikasi skema kognitif dari para teroris. Saya rasa masih jauh panggang dari api apalagi untuk memberantas calon teroris di Indonesia. Cara termudah bagi psikolog untuk mengelak tugas itu ialah dengan memakai dalih bahwa pekerjaan mengubah perilaku seseorang yang memiliki penyimpangan perilaku ialah tugas para psikiater. Para psikiater pada gilirannya dapat pula berdalih, pasien psikiatris akan mampu berubah kalau mereka sendiri mau berubah. Nah, di sinilah diketemukan causa prima' sekaligus causa curationis yaitu kemauan untuk berubah (volition to change) yang termasuk wilayah rohani manusia dan bukan lagi wilayah matra kejiwaan manusia. Mengapa hal ini menjadi masalah yang pelik? Jawabannya ialah karena orang hampir selalu sukar untuk membedakan antara matra kejiwaan (psyche) manusia dengan matra ruh (spirit) manusia. Dan kecenderungannya ialah bahwa dunia psikologi tidak (dapat) mengambil garis pemisah yang tegas antara keduanya bahkan cenderung untuk menganggapnya keduanya sebagai sama saja. Keduanya memang tidak dapat dipisahkan (unseparable) namun bukanlah berarti tidak dapat dibedakan (undifferentiable) karena perbedaannya sungguh-sungguh dapat diamati (observable). Penyimpangan perilaku (behavior deviation) tidaklah sama, bahkan secara esensial berbeda dengan perubahan nilai (value changes) atau kekosongan nilai (value absence). Pada saat psikolog tidak mampu membedakan kedua realitas yang berbeda tersebut maka psikolog - lewat konsultasi psikologisnya - tidak pernah akan mampu mengoreksi penyimpangan perilaku tersebut. Kembali ke tema psikologi khas Asia untuk Asia maka pikiran dasar (thinking base) para psikolog itu masih tetap sama. Seorang menjadi teroris bukan karena terjadi suatu penyimpangan perilaku (behavior aberration) pada dirinya (itu hanyalah akibat) melainkan karena telah terjadi perubahan nilai yang diadopsi atau yang dilepaskannya secara sukarela. Inilah dictum atau credo daripada value based thinking yang bukan sekedar stimulus based thinking yang dianut oleh para psikolog. Kalau penyimpangan terjadi akibat respons terhadap suatu stimulus tertentu maka penyimpangan itu seharusnya bersifat temporer. Kalau penyimpangan itu bersifat permanen maka penyebabnya haruslah akibat perubahan nilai. Maka dari itu bisa dimengerti mengapa Amrozi dapat terus tersenyum sumringah walaupun terancam hukuman mati dan keluarganya tidak mau mengajukan permintaan amnesti kepada Presiden. Adapun penyebab penyimpangan perilaku maupun perubahan nilai dapat sama-sama terjadi akibat dari suatu proses pencucian otak yang terus menerus. Pertama-tama memang baru terjadi perubahan tingkah laku tetapi bila dilakukan terus menerus dalam jangka panjang maka akhirnya terjadi perubahan nilai seseorang yang lazimnya secara awam disebut perubahan keyakinan seseorang. Dan perubahan keyakinan selalu menyangkut kemauan bebas manusia yang azasi karena orang mengubah keyakinan lewat kemauan bebasnya lewat persuasi (evolusioner ataupun radikal lewat dressur proses cuci otak) dan bukan lewat paksaan atau lewat siksaan. Maka lembaga penjara umumnya tidak mampu mengubah pilihan nilai seorang narapidana, akibatnya ia cenderung menjadi recidivist setelah ia bebas dan keluar dari penjara sekalipun. Keberatan lain tentang localised psychology ialah bahwa manusia itu di mana pun ia berada memiliki kebebasan memilih nilai yang sama, inheren dan permanen. Contohnya: Pada pengungsi gempa di Bantul telah menampakkan pola reaksi perilaku yang berbeda dengan para pengungsi tsunami di Aceh walaupun kedua kelompok masyarakat itu sama-sama memandang gempa sebagai sunatullah. Apakah komunitas manusia Aceh berbeda sebagai manusia dengan komunitas manusia Bantul? Maka di sini berlaku pula credo value based thinking bahwa tidak ada yang dinamakan stereotype perilaku massa (dan penyimpangan perilaku) yang bersifat homogen. Tidak ada yang namanya collective value yang homogen. Yang ada ialah kecenderungan suatu masyarakat tertentu (collective cult) untuk mengadopsi nilai-nilai tertentu yang kebetulan sama secara tidak langsung dan secara pribadi tetapi ke arah sasaran nilai yang sama. Pasrah dan sumeleh itu konsep yang sama sekali berbeda walaupun qua value keduanya kebetulan homonim dalam bahasa Indonesia. Pasrah dapat saja bersifat indifferent tetapi sumeleh bersifat positif. Maka dengan nilai sumeleh alih-alih berwajah muram durja (secara psikologis
[psikologi_net] Kepada Yth: Pendukung Pembenci Kompatiologi ; Hal: Perintah dari Diktator Kompati
Kepada Yth: Pendukung Pembenci Kompatiologi Hal: Perintah dari Pimpinan Tertinggi Diktator Kompatiologi 1. Kepada Active Participant ring 01 untuk menikmati masa libur sampai pemberitahuan selanjutnya. Kepada Active Participant ring 02 Silent Participant ring 03 untuk mempersiapkan diri dengan deadline 2 minggu ke depan terhitung mulai dari hari ini. 2. Ramalan pertempuran tahap 02. 3. Perintah kepada Yth: Juswan penanggungjawab aliran Angin untuk menjadi Psidoscientist saja setidaknya selama 2 minggu atau menunggu perintah selanjutnya. 4. Pertanyaan kepada oknum-oknum Psikologi UI yang terlibat pertempuran tahap 01 dengan Kompatiologi soal nilai-nilai yang baik. 5. Recruiting rahib Kompatiologi. 6. L A M P I R A N 1. Kepada Active Participant ring 01 untuk menikmati masa libur sampai pemberitahuan selanjutnya. Bersama dengan diterbitkannya surat ini, saya Vincent Liong selaku Pimpinan Tertinggi Diktator Kompatiologi memerintahkan kepada segenap anggota ring 1 Kompatiologi (Juswan Setyawan, Cornelia Istiani, Leonardo Rimba, Bimo Wikantiyoso) untuk menikmati hadiah dari pimpinan tertinggi our fatherly leather Vincent Liong alias Kim Il Sen untuk istirahat sejenak, mengurus hal-hal lain yang lebih santai, melepas lelah dari pertempuran antara Kompatiologi dengan oknum-oknum fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jadi hingga waktu yang belum ditentukan kita melakukan gencatan senjata sementara dengan oknum-oknum fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 2. Ramalan pertempuran tahap 02. Dari rapat rahasia yang diadakan oleh anggota badan intelegent silent participantkompatiologi ring 01, dengan menggunakan keterampilan membaca dan menganalisa karakteristik memori (past, present future memori) dari oknum-oknum fakultas psikologi universitas Indonesia kami memperkirakan bahwa: Saat ini setelah mengalami kekalahan di pertempuran tahap 01, oknum-oknum fakultas Psikologi Universitas Indonesia ring 01 (barisan pertama) yang gagal membasmi Kompatiologi beserta kroni-kroninya telah mulai melakukan recruiting secara sistem cell (recruiting secara rahasia) untuk mempersiapkan para ahli bergelar mereka baik yang S2, S3, Profesor atau Guru Besar yang dianggap sakti dalam hal teori untuk meneliti Kompatiologi dan mempersiapkan teori yang diharapkan dapat menunbangkan keberadaan ilmu Kompatiologi. Tampaknya recruiting ini dilakukan secara pilih-pilih sehingga oknum-oknum seperti Sarlito yang di cap simpati pada Vincent Liong, dosen atau syaff yang dianggap plin-plan atau outgroup dan dosen yang pernah mengajar dan siapapun yang pernah berbicara / bertatapmuka dengan Vincent Liong tidak akan diberitahu atau diikutkan. Pertempuran kali ini akan seru karena akan menggunakan segala kemampuan dalam berteori secara maksimal para ahli-ahli tsb. Saya merasakan hari ke hari mereka makin siap. Menurut kami anggota badan intelegent silent participantkompatiologi ring 01, pertempuran akan dimulai paling cepat 2 minggu dari sekarang dan paling lambat 1 bulan dari sekarang. Pertempuran akan memakan waktu setidaknya 1 bulan. Para ahli ini kebayakan akan menggunakan ID palsu, hanya sedikit yang menggunakan ID asli untuk menghindari resiko malu atau resiko kedudukan. 3. Perintah kepada Yth: Juswan penanggungjawab aliran Angin untuk menjadi Psidoscientist saja setidaknya selama 2 minggu atau menunggu perintah selanjutnya. Khusus kepada divisi pengembangan Kitab Angin ring 01 Juswan Setyawan saya selaku Pimpinan Tertinggi Diktator Kompatiologi memerintahkan untuk mengganti atribut dan gaya menulis menjadi seorang Psidoscientist saja hingga perintah selanjutnya. Hal ini dilakukan dengan menulis tulisan-tulisan seperti misalnya Komunikasi Empati dengan Yesus, Komunikasi empati dengan Budha, Komunikasi empati dengan St. Petrus, dlsb. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pasukan ring 02 dari oknum-oknum fakultas psikologi Universitas Indonesia dalam mencari cara menghancurkan Kompatiologi dan kroni-kroninya. Sebagai seorang prajurit yang baik kita harus bertarung secara adil, jkadi kalau di pertempuran tahap 01 yang lalu tanpa bersusah payak kita mengalami kemenangan maka di pertempuran tahap kedua kita perlu memberikan kesempatan agar kesempatan lawan kita untuk menang menjadi 50:50. Perintah menjadi Psidoscientist ini wajib ditaati hingga batas waktu yang belum ditentukan, menunggu pengukuman selanjutnya. 4. Pertanyaan kepada oknum-oknum Psikologi UI yang terlibat pertempuran tahap 01 dengan Kompatiologi soal nilai-nilai yang baik. Hari ini Juswan Setyawan telah menulis kesimpulan versi nya atas kpertempuran tahap 01 dengan oknum-oknum fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Judul tulisan adalah: Subject: Penyimpangan Perilaku Versus Perubahan Nilai (NOTE: Tulisan terlampir) Kami menunggu jawaban tertulis kepada para anggota dan oknum-oknum Psikologi UI yang terlibat pertempuran tahap 01 dengan Kompatiologi untuk tulisan ini.Bilamana tidak ada jawaban tertulis dalam 3x 24 jam maka kami anggap hal yang tersebut
[psikologi_net] Main Sandiwara Di Dunia Maya ; Ditulis oleh: Juswan Setyawan
Main Sandiwara Di Dunia Maya Ditulis oleh: Juswan Setyawan Penulis di dunia maya kerap kali menyembunyikan identitas dirinya dan memakai nama surogat yang aneh-aneh: tempe bongkrek; mayat hidup; kerang ijo, dll. Namun, kata orang eskimo you are what you write dan ISF merasa dapat membaca karakter pentolan kompatiolog lewat tulisan-tulisannya. Kemampuannya membaca pikiran (mind reading) yang di/terkunci pada kata-kata termasuk kemampuan komunikasi empati, maka Leo berani mengatakan bahwa ISF telah menjadi seorang komunikator empati by accident (mungkin malah by nature atau inborn) dan bukan diperoleh by learning. Bukti bahwa orang dapat khilaf ialah saat real time and space yaitu dalam temu darat orang sering terkecoh melihat kenyataan bahwa realitas di dunia nyata yang kerap kali sangat jauh berbeda dengan realitas di dunia maya. Para sahabat anak-anaknya mengira Mang Iyus itu masih sangat muda karena banyak memakai jargon ABG (yang dipelajarinya dari putri-putrinya tentunya) menjadi terpana saat dikenalkan kepada seorang gaek yang sudah fully grey haired dengan panca aneka nuansa: hitam, abu-abu, coklat (semiran), putih dan bahkan perak metalik. Maka banyak pula yang sempat terkecoh karena gaya penulisan yang disengaja (by design) pada posting-posting di milis. Anda dapat membentuk karakter anda sendiri di milis dengan membuat tulisan-tulisan yang sesuai. Misalnya, tulisan yang selalu bergaya romantis, puitis, atau gaya emosional meledak-ledak, gaya filosofis yang tenang mendalam, gaya agamis yang radikal, atau apa saja yang diinginkan asal cukup konsekuen. Kalau tidak hati-hati maka dalam jangka panjang akan terbongkar juga karakter aslinya. Nah, sasaran paling empuk ialah pada kalangan psikologi. Mengapa? Karena titik berangkatnya stereotypical sekali dan terbawa-bawa terus ke dunia maya sekalipun. Im OK, you arent OK. Psychology is for you, because you arent OK while Im always OK... hey hey hey. Psikologi cenderung mengobyekkan manusia dan bukan mensubyekkan orang lain. Ora ngewongke liyan (tidak memanusiakan orang lain) menurut bahasa eskimonya. Mang Iyus terkesan sangat nyinyir dalam milis bahkan sampai taraf sok teu dan pseudo-scientist (ngaku nggak ngerti pseudo science juga dipercaya bulat-bulat ... mau ngakak nggak sih?) padahal dalam realitas kehidupan MI sangat pendiam, introvert, timid (naik busway apalagi bus umum saja tidak berani) dan reserved. Tetapi ada pula nilai yang tidak mampu disembunyikan, misalnya open minded, bahkan radha openbaar, kesungguhan, fokus, simple life style dan tidak neko-neko. Sama halnya dengan VCL. Anak norak itu memang peran yang disengaja dilakoninya karena pers pernah memberi cap indigo kepadanya komplit dengan ADDS nya - supaya selalu dapat dipakai sebagai semacam excuse. Ia mau makan eskrim di pasca Psi UI biar dikatakan norak. Ia mau tiduran saat di ruang kuliah dan main SMS/HP biar dikatakan norak. Ia mau menyapa dosen dengan kata gue dan elo biar beliau marah, kesal, benci, dongkol sehingga emosinya (negative emotional tie) dapat dijadikan variabel ulur tarik di mana ia yang jadi determinatornya dan bukan dosennya. Nanti juga naluri dosennya sebagai psikolog akan muncul dan menganggap dia memiliki behavior aberration yang dapat dijadikan obyek penelitian atau pasiennya. Tapi otaknya tidak norak lho cuma ia malas saja kepada angka-angka dan statistik (andalan otak kiri). Ia mengaku bodoh dan tidak bisa menulis dan kata-kata asing sengaja dia bikin keliru misalnya standard menjadi standart atau profesi menjadi provesi, aktif menjadi aktive dan nggak menjadi ngak. Padahal sejak bangku SLP ia sudah menjadi penulis cermat, bahkan sewaktu SLA mampu mengritik tulisan Pramoedya Ananta Toer yang menjadi idolanya dan tulisannya itu malah sudah diterbitkan oleh Gramedia. Jadi betapa mudahnya orang bermain multi karakter pada dunia maya dan betapa mudahnya pula orang terkecoh. Kalau sampai yang terkecoh itu para psikolog maka betapa menyedihkan serta ironisnya karena justru mereka itu diharapkan untuk paling mampu memahami karakter manusia... di dunia nyata (the real world) tentunya... sehingga ilmu mereka tiba-tiba menjadi lumpuh tak berdaya di dunia maya (the unreal world) ... ha ha ha. Psikolog tidak mampu melakukan diagnosa terhadap pasien maya yang menghadapi problem penyimpangan psikologis yang maya pula. Mana ada sih sakit jiwa maya pada calon pasien maya? Hanya komunikator empatis yang mampu, bahkan tanpa media apapun kecuali namanya saja mampu membaca hal ikhwal kliennya. Dan ISF serta Leo termasuk mereka yang langka tersebut. Mang Iyus bagaimana? Ah, dia cuma bisa omong doang tuh dan sok teu seakan-akan mampu menjelaskannya kompatiologi secara biologis-neurologis... emangnya ia pernah nyasar ke fakultas kedokteran apa? Ada ada saja... dan celakanya banyak yang mau percaya pula... ah menyedihkan tragedi dunia maya ini ! Sungguh! Jakarta, 23 Agustus
[psikologi_net] wah-wah kayaknya kok berlebihan...
Subject: wah-wah kayaknya kok berlebihan... Ditulis oleh: Bimo Wikantiyoso,S.Psi.* at: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/9520 at: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/17063 at: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/290 Bimo Wikantiyoso,S.Psi. wrote: begini yah saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang saling tergabung dalam ranah bawah sadar manusia... MERDEKA!!! saya tidak pernah merasa bahwa saya melakukan segala sesuatu yang begitu menghebohkan, yang saya tahu adalah sya hanya membantu orang memahami apa makna kehidupan dengan memperkenalkan suatu persepsi baru dalam keseharian. bang juswan terima kasih atas pernyataanya yang sangat memberi semangat hihihihihi lucu juga anda menganggap saya seperti itu... tapi terimakasih. Semogal terhitung mulai dari hari ini saya mencoba setidaknya satu hari memuat satu tulisan. Bang juswan dan rekan-rekan sekalian, apa yang saya kerjakan hanya mencoba mencari makna dalam kehidupan ini. hidup itu bukan sekedar bertahan hidup, tapi memaknai hidup. hal ini dikarenakan dari sekian juta spesies yang ada di planet ini, hanya manusia yang mampu memaknai dan mengabstraksi segala tindak-tanduknya. apakah kemampuan ini hanya digunakan sebagai tools untuk mencari makan? kalo memang begitu you all are so LAME karena dengan ini berarti anda tidak lebih dari seekor hyena yang menggunakan moncong dan cakarnya untuk berburu. hal ini dikarenakan bahwa akal budi hanya seperti cakar dan moncong yakni alat untuk mencari makan. Anda tahu betapa kesadaran manusia ini dibayar oleh alam dengan harga mahal? berapa banyak pohon, hewan harus mati agar manusia dan kesadaranya tetap hidup? Jutaaan apa balas budi kita pada alam? kita hanya sibuk untuk bertahan hidup tanpa pernah berpikir untuk apa hidup ini, padahal cost kehidupan kita paling mahal dibandingkan spesies lain. dengan keadaan ini, manusia tetap saja tidak sadar.. memakan makanan yang tersisa adalah cara saya untuk menghargai kontribusi alam dalam mesupport kesadaran saya. Saya mencoba dari hal yang kecil dulu, belum bisa jadi petapa yang cukup makan embun dan semedi setiap saat, saya masih cinta seks dan alkohol dan maryuana... THEY RULES!!! tapi mohon rekan2 merenungkan betapa untuk menjaga kesadaran dalam sebuah spesies, mother nature memberikan yang terbaik pada anak2nya kenapa anak2nya hanya bermain untuk kesenangan sendiri tanpa memikirkan orang tua dan saudara2nya (dalam hal ini antar sesama manusia). betapa manusia masih egois seperti kanak2.. oleh karena itu mari belajar menjadi lebih dewasa. Cobalah bertanggung jawab dengan kesadaran kita... memang bikin hidup yang kusut ini jadi tambah ribet... tapi mana ada sih kedewasaan yang lebih mudah dari kanak2? mencoba menyadari bahwa pikiran bukan hanya tools untuk mencari makan adalah perubahan paradigma yang paling mendasar. dan itu yang paling sulit.. namun caranya cukup sederhana yakni berkomunikasi antara kesadaran dengan alam dan berempati antara kesadaran dengan alam dengan paradigma yang baru yakni dengan jujur, atau boleh dikatakan vincent dkk kompatiology!!! So COOL!!! * Bimo Wikantiyoso,S.Psi. lulusan S1 Psikologi di fakultas Psikologi Unika Atma Jaya di awal tahun 2006. Sempat menjadi kepala senat mahasiswa fakultas Psikologi Unika Atma Jaya tahun 2005. Saat ini sebagai dosen pengajar di matakuliah Sejarah dan Aliran Psikologi (PWD 107) seksi A. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[psikologi_net] Re: Fwd: Psikologi Asia untuk Asia
Balasan untuk Subject: Psikologi Asia untuk Asia e-link: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0608/18/humaniora/2889872.htm http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/36219 Apa yang dimaksut Psikologi Asia untuk Asia? 1. Apakah berdasarkan kriteria orangnya orang Asia lalu lulus fakultas Psikologi di negara di Asia yang 99% bahan materinya tetap materi ala barat?! Saya lihat yang terjadi demikian karena ada kesombongan untuk meremehkan ilmupengetahuan buatan orang Asia atau orang lokal / WNI. 2. Apakah ilmu yang dikembangkan adalah ilmu yang berasal dari benua Asia?! Yang saya lihat dalam kenyataannya tidak bertindak demikian. Bahkan kasus ilmu Kompatiologi yang dikembangkan dari Nol dengan tenaga sukarelawan dan dana dari orang Indonesia (WNI non departemen/lembaga) ditekan habis-habisan oleh pihak okunum-oknum Psikologi UI demi eksistensi dan kemurnian Psikologi yang notabene ala barat. Padahal kami dari peneliti Kompatiologi tidak ada keinginan memasukkan Kompatiologi sebagai bagian dari ilmu Psikologi yang ala Barat Bila yang dilakukan hanya membentuk konfrensi demi konfrensi di hotel mewah tanpa tindakan nyata membantu masyarakat dari bawah, atau penelitian-penelitian untuk mengembangkan Psikologi, dengan sebuah nama menggeneralisasi satu jenis bidang yang namanya Psikologi dan satu benua yang namanya Asia, maka tindakan tsb tidak lebih dari sekedar iklan yang dibuat agar bisa tampil sebagai selebriti di dunia yang anggotanya pakar dan konsumen Psikologi. Selama punya kekuasaan dan dana membikin konfrensi dan mengundang pers ;ya bisa-bisa saja. ttd, Vincent Liong --- vincentliong [EMAIL PROTECTED] wrote: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/36219 --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote: Barat Kurang Pahami Karakter Lokal http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0608/18/humaniora/2889872.htm === Jakarta, Kompas - Pendekatan psikologi yang dikembangkan di Amerika maupun Eropa ternyata tidak sepenuhnya dapat diterapkan di negara- negara Asia. Masyarakat Asia memiliki kekhasan dan berkembang semakin kompleks. Psikolog Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono, Selasa (15/8) kepada wartawan di Jakarta mengemukakan bahwa meningkatnya peran masyarakat Asia dalam tatanan sosial dan perekonomian global, baik dalam konteks positif maupun negatif. Dalam konteks positif, China, Korea, dan Malaysia melesat mengikuti keunggulan Jepang dalam bidang ekonomi dan produksi. Terorisme di Indonesia dan kegagalan demokrasi di Filipina, merupakan contoh dalam konteks negatif. Kenyataan itu telah membuka kesadaran para pakar psikologi di seluruh dunia bahwa masyarakat Asia harus dilihat dari kacamata Asia. Tidak bisa lagi menggunakan pendekatan-pendekatan psikologi yang dikembangkan di Barat, papar Sarlito. Psikologi dengan cara pandang Asia, kata Sarlito, diharapkan dapat terwujud dengan terbentuknya Asian Psychologist Associations (APsyA) yang dideklarasikan setahun lalu. Organisasi profesi psikolog berbasis regional ini, selama tiga hari (18-20 Agustus 2006) menyelenggarakan kongres pertamanya di Bali, dengan tema Asian Solidarity in Diversity: Towards a Better Quality of Life in Asia. Menurut Raymond D Fowler dari American Psychologist Associations (APA), kemampuan psikolog Asia untuk melihat kasus-kasus psikologi dengan kacamata Asia akan menyamakan kedudukan APsyA dengan asosiasi- asosiasi psikolog regional yang sudah lebih dulu terbentuk di Eropa, Timur Tengah, dan Amerika. Keberadaan APsyA akan melengkapi ilmu-ilmu psikologi yang memahami karakter manusia dari tempat asal mereka sendiri (indigenous psychology). Khusus di Indonesia, kata Sarlito yang juga sebagai Presiden APsyA, psikologi yang khas untuk mengatasi permasalahan masyarakat Indonesia mulai dirasakan pentingnya sejak 1998. Para psikolog yang turun ke lapangan menemukan bahwa instrumen teori atau paradigma yang selama ini digunakan tidak pas untuk mengatasi masalah di Indonesia, tutur Sarlito. Psikologi terorisme Kongres pertama APsyA di Bali dijadwalkan suatu simposium tentang psikologi terorisme di Asia. Simposium menampilkan tim Sarlito Wirawan Sarwono dan Komandan Detasemen Khusus 88 Anti Teror, Bekto Suprapto. Bekto akan menguraikan bagaimana Densus 88 berhasil menangani berbagai kasus terorisme di Indonesia. Sarlito beserta timnya akan memaparkan temuannya tentang skema kognitif pelaku teror di Indonesia hingga mampu memunculkan pembelajaran untuk melakukan kekerasan dan bahkan bom bunuh diri. (LAM) --- End forwarded message --- Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED
[psikologi_net] Sekedar sharing
Kepada Yth: Sdr. Widyarto [EMAIL PROTECTED] Cc: all members friends Sekedar sharing Bung Widyarto apakah anda punya seorang anak atau ada sahabat atau rekan anda yang punya anak dan sudah besar sehingga harus dilepas hidup mandiri? Beberapa hari yang lalu saya melepas murid saya yaitu: Bimo Wikantiyoso yang sudah setahun ikut saya dan lolos ujian ala standart saya untuk mewakili saya sebagai misionaris ilmupengetahuan Kompatiologi. Logikanya kalau seorang guru melepas murid untuk mewartakan kabar gembira maka ya si guru perlu memberikan bekal kepada para muridnya tidak harus berupa uang. Demikian juga dengan saya. Sebagai guru saya perlu memberikan bekal kepada murid saya. (Tentunya hal semacam ini jarang berlaku di era moderen yang kebanyakan guru / dosen mengajar hanya untuk dapat uang tanpa peduli nasib murid-muridnya di masa mendatang.) Bekal pertama adalah tekanan dari masyarakat yang secara sadar harus dialami sehingga Bimo mampu menerimanya sebagai hal yang alami saja bukan suatu tekanan yang fatal. Bekal kedua adalah dengan memanfaatkan kondisi dimana banyak orang tertarik untuk menguasai ilmupengetahuan Kompatiologi tetapi gengsi untuk merendahkan diri berguru dengan orang seperti saya(Vincent Liong). Maka dari itu hari ini saya mulai memanas-manasi lagi soal kasus manager SDM dan memo sekertaris fakultas. Saya perlu memberi bekal kepada murid saya bung. Bekal tsb adalah suatu kondisi dimana banyak yang benci atau gengsi pada saya akan mencoba berguru pada Bimo Wikantiyoso. Dalam kompatiologi, seseorang yang baru belajar membenci saya itu tidak masalah, toh setelah menguasai Kompatiologi akan menjadi cucu murid Vincent Liong dan mengerti misi dan peran apa yang harus dimainkan oleh seorang Vincent Liong sehingga timbul dan segaja dibuat berbagai macam image soal Vincent Liong. Ya semoga saja yang sebal pada saya tetapi tertarik ilmupengetahuan Kompatiologi akan bertambah sebal kepada saya dan penasaran pada ilmu kompatiologi sehingga pada waktunya mencoba belajar ilmupengetahuan Kompatiologi tanpa ketahuan saya yaitu melalui Bimo Wikantiyoso murid saya. Kalau bung Widyarto punya anak dan pernah melepas anak untuk mandiri pasti bisa mengerti apa inti dari lakon saya sekarang Ada sejenis hewan yang mati agar bangkainya bisa dimakan oleh anak-anaknya, saya lupa nama jenis hewannya. Bagi yang mau berguru pada Bimo Wikantiyoso silahkan menghubungi sendiri; Hp: 0816746770. ttd, Vincent Liong Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[psikologi_net] Selamat Datang Suhu Sufi Baru Bimo Wikantiyoso, S.Psi.
Selamat Datang Suhu Sufi Baru Bimo Wikantiyoso, S.Psi. Ditulis oleh: Drs.Juswan Setyawan at: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/287 Bimo Wikantiyoso, S. Psi penulis Kitab Air - adalah trainer Kompatiologi-praxis generasi pertama yang dihasilkan oleh Vincent Liong dalam program Training for The Trainers. Seorang certified trainer seperti Bimo bukan hanya mampu meng-operate receptive thinking pada dirinya sendiri tetapi telah mampu untuk men-dekonstruksi memori orang lain sehingga selanjutnya juga akan mampu berpikir dengan kedua belahan otaknya sekaligus. Kini Bimo diberi hak menyandang gelar strata dua ilmu kompatiologi menjadi Bimo Wikantiyoso, S.Psi., M.Kmpt. dari Universitas Kehidupan. Namun, kemampuan receptive thinking juga membawa efek samping yang dapat mengganggu kenyamanan hidup (comfort zone) seseorang. Dengan kemampuan baru ini terutama bila belum terkendali dengan baik orang dapat mengalami semacam information flood dari sembarang narasumber termasuk dalam bentuk collective past memories dari leluhur dan sebagainya. (Sebenarnya untuk mencegah information flood ini cukup sederhana lewat command com. khusus kepada RAS dan PCS topik lain kali). Dalam kasus Bimo ternyata ia mendapat information flood yang mirip-mirip dengan kebanjiran nilai Buddhis dari zaman dahulu kala yang saat sekarang pun hampir tidak pernah dipraktekkan lagi. Nilai-nilai zaman dahulu sebenarnya harus diberikan makna semiotik menurut situasi dan kondisi sekarang dengan latar belakang pendidikan, wawasan serta sistem nilai masa sekarang pula yang telah diadopsi oleh Bimo. Informasi yang diterima ialah supaya Bimo menjalankan program penghentian kebiasaan menyia-nyiakan makanan (stop food disposal) yang disantap seseorang karena persediaan bahan makanan dunia sekarang ini semakin langka dan banyak orang mati atau menderita kelaparan di mana-mana. Banyak sekali manusia zaman sekarang yang tidak menghabiskan makanan yang diambilnya sendiri atau yang dipesannya dan meninggalkannya begitu saja tersisa di piringnya. Memang benar sisa makanan tersebut akan dikumpulkan oleh peternakan-peternakan untuk konsumsi ternak peliharaan. Namun the crucial point bukan di sana. Makanan yang layak untuk dikonsumsi manusia dibuang begitu saja sebagai sampah untuk jadi makanan hewan sementara banyak manusia yang tidak mampu mengkonsumsi makanan yang layak bagi manusia itu sendiri. Pesan kedua ialah untuk appresiasi nilai soal makan/pantang daging mahluk bernyawa. Hendaknya manusia sedapat mungkin semakin mengurangi konsumsi daging ternak bila mungkin. Protein dan lemak hewani dapat diganti dengan protein dan lemak nabati yang umumnya lebih sehat dan dengan efek samping yang lebih sedikit. Jadi praksis ini akan menuntun ke arah cara hidup yang semakin vegetarian. Karena empatinya yang semakin intens maka Bimo dapat merasa kasihan kepada bebek-bebek yang tergantung pada lemari pajang suatu restoran yang menjual menu daging bebek. Ini berlaku juga untuk hewan lain seperti ayam, kambing dsb. Bagaimana rasanya sekiranya anda yang menjadi bebek-bebek yang tergantung itu? kilah Bimo saat menatap rekan-rekannya sedang asyik menikmati steak. Bagaimana rasa keterputusasaan mereka? Maka, konklusi Bimo sebaiknya hewan-hewan itu segera dibebaskan dengan cara disantap sesuai tujuan semula pemotongannya. Sedapat mungkin mencegah agar jangan sampai membunuh hewan untuk menyantapnya. Namun apabila sudah terlanjur dibunuh maka seyogyanya orang segera mengakhiri penderitaannya. Suatu tafsiran hermeunetik yang baru atas nilai-nilai yang lama? Entahlah ! Informasi yang diterima tersebut diterjemahkan oleh otak kiri Bimo dalam makna hermeneutika yang paling keras, entah karena ignoransia, entah karena dijadikan semacam niat ingsun atau laku tapa brata karena bagaimanapun Bimo memiliki residu cult base kejawen yang kental juga, terutama dari sisi warisan ayahnya. Bimo tidak akan makan kecuali memakan sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh orang lain yang mengajaknya makan bersama. Itulah the new way of life dari Bimo, entah itu akan bersifat permanen atau hanya temporary atau transitional. Kalau kita melihat tayangan film tentang para biksu di Thailand yang membawa mangkuk kuningan ke rumah-rumah para penganut awamnya, maka mereka itu selalu memberikan makanan baru fresh from the oven dan yang terbaik kepada para biksu itu. Tidak pernah terjadi bahwa para biksu itu diberikan makanan berupa sisa makanan dari keluarga yang bersangkutan. Tidak akan pernah pula karena dalam hal ini terdapat unsur respek yang tinggi kepada pemuka agama mereka. Anehnya, setelah ditinggalkan meninggal oleh ayahnya, maka Bimo mencukur gundul kepalanya sehingga memang mirip seorang biksu beneran. Dan entah akibat sinkronitas maka Bimo tak lama kemudian juga ditinggalkan oleh pacarnya (yang bermukim di kota lain) yang bahkan belum mengetahui penampilannya yang baru yang mirip Mr. Kojak
[psikologi_net] Miskin Kreativitas Memicu Tindakan Tirani oleh: Juwan Setyawan
Miskin Kreativitas Memicu Tindakan Tirani Ditulis oleh: Juswan Setyawan at: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16927 Vincentisme* telah merisaukan beberapa oknum petinggi di kalangan psikologi di lembaga tertentu. Kerisauan itu bersumber-pangkal pada diri orangnya, Liong Vincent Christian, yang dianggap mempunyai masalah penyimpangan psikologis, minimal ia telah diberi label pengidap ADDS. Buktinya, studinya di Aussie dan GMIS gagal, walaupun kenyataannya kini ia telah menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Atmajaya. Bagaimana mungkin orang yang mempunyai problem kejiwaan seperti itu diisyukan dapat menyelewengkan ilmu psikologi yang sudah mapan? Itu adalah pertanyaan pertama. Kedua, dunia psikologi sendiri memiliki demikian banyak pakar strata dua bahkan tiga sehingga tentunya pasti mampulah untuk mempertahankan kemurnian Ilmu Psikologi terhadap benturan kecil akibat intrusi pikiran abnormal dari seorang mahasiswa psikologi cemen dari semester tiga. Pertanyaan ketiga, jadinya ialah sebenarnya what to lose? Jangan-jangan ketakutan itu lebih bersifat phobia, takut disantet oleh Vincent Liong yang mengaku sebagai doekoen modern. Ketakutan ini juga tak teratasi juga seandainya benar, karena santet sebagai virus of the mind type maccacian influenza (Virus MI) menular menurut Hukum Monyet Koshima yang anomali. Mampukah membentengi diri terhadap serangan virus MI tsb yang bisa menyusup diam-diam lewat telepon, tulisan, e-mail, wacana, telepati dsb.? Dari sejak semula vincentisme tidak mau digolongkan ke dalam substruktur disiplin Ilmu Psikologi, jadi mengapa justru lembaga Psikologi menjadi ribut sendiri? Psikologi itu buta soal mekanisme fisiologis daripada kecerdasan intuitif dan membangun fundasi ilmunya semata-mata pada kecerdasan intelektual otak kiri. Psikologi juga buta soal Neurologi otak manusia beserta fungsi-fungsinya, maka Ilmu Psikiatri lebih condong kepada Ilmu Kedokteran daripada kepada Ilmu Psikologi itu sendiri. Lebih mudah bagi seorang Dokter untuk mempelajari Ilmu Psikologi dibandingkan seorang Psikolog mempelajari Ilmu Kedokteran. Itu adalah realitas tak terbantahkan di lapangan dan memang hampir tidak ada (atau sedikit sekali) Psikolog yang meng-up grade diri menjadi seorang Psikiater. Vincentisme juga tidak mau dikelompokkan kepada kelompok quasi/pseudo-science (quackery) karena kompatiologi membangun kokoh jangkarnya pada Ilmu Biologi dan Ilmu Neurologi yang tergolong Ilmu Eksakta. Tetapi kompatiologi juga tidak sepenuhnya hanya menyerap Ilmu Biologi karena juga bertumpu pada ilmu-ilmu humaniora lain seperti Ilmu Komunikasi Massa dan tentunya juga Ilmu Psikologi. Para psikolog yang merasa terganggu comfort zone nya karena munculnya fenomen vincentisme itu menunjukkan gejala paranoid short of creativity. Karena psikolog suka membuat label bagi orang lain (psychology for others) maka sebagian kecil kelompok ini juga dapat diberi label SCD atau Short Creativity Syndrome (psychology for self). Kreativitas pada dasarnya adalah bentuk dan output kecerdasan otak kanan yaitu creative intelligence. Apa gejala daripada SCD? Pikirannya tidak kunjung inovatif. Tidak mampu membuat terobosan baru di klinis atau lapangan kecuali riset kepustakaan dan riset lapangan yang steril. Hanya mampu menyusun kesimpulan-kesimpulan induktif tetapi kurang mampu membuat applikasi praxis untuk penanggulangan eradikatif-kausatif secara nyata di lapangan. Misalnya, mampu mencari akar dan sebab-sebab mengapa banyak orang di Indonesia mengidap prasangka tetapi tidak mampu mencari solusi untuk mengatasinya. Bahkan tidak mampu atau berani untuk maju sebagai pelopor utama untuk memberantasnya, sekalipun untuk memberantasnya di kalangan internal sendiri yang amat terbatas. Apa gejala lainnya? Karena pikirannya tidak kreatif atau inovatif maka kemampuannya hanya terbatas kepada pemakaian teknik usang-daur-ulang seperti penyalahgunaan kekuasaan, membungkam wacana dengan aji/mantra pokoknya tidak boleh..., restriksi kehadiran di sekitar kampus, menghembuskan isyu-isyu yang menyesatkan, atau menebar fitnah murahan, propaganda disinformatif, penghinaan dan pencemoohan, menghimbau sejawat untuk memboikot dan praktek-praktek bermutu rendah seperti itu. Habis mau apa lagi karena kemampuannya hanya terbatas sampai di situ saja. Tetapi tentu saja tidak semua akademisi dapat terbius atau tertipu oleh isyu murahan seperti itu karena sebagai intelektual mereka sudah terbiasa berpikir cermat, netral, dan mampu membedakan antara fakta dengan isyu atau fitnah. Mampu membedakan antara penemu dengan hasil temuan-nya yang berbeda sama sekali satu sama lainnya. Maka, semakin gencar para pengidap SCD ini melancarkan amunisi jadulnya akan semakin tercoreng arang di muka sendiri sebagai ilmuwan sejati. Ditepuk air di dulang terpercik muka sendiri. Sungguh ironis memang. *Vincentisme ialah aliran pemikiran kompatiologi yang bersumber dari Vincent Liong
[psikologi_net] UNDANGAN Bakti Sosial PENYEMBUHAN GRATIS, Minggu, 13 Agustus 2006 Pk:09.00-16.00
UNDANGAN Bakti Sosial PENYEMBUHAN GRATIS, Minggu, 13 Agustus 2006 Diselenggarakan oleh: [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/join Rekan-Rekan yang Berbahagia: Pada saat ini telah terkumpul sebanyak 23 (dua puluh tiga) orang praktisi metafisika dari Jakarta, Bandung, dan Cibinong yang akan turun gunung dan berkiprah memberikan pelayanan PENYEMBUHAN ALTERNATIF GRATIS bagi para pengunjung di acara BATAVIA ART FESTIVAl yang akan diselenggarakan di: Tempat: Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) Alamat: Jl. Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat Hari/Tanggal: Minggu/13 Agustus 2006 Waktu: Pk. 09:00 s/d Pk 16:00 WIB Berikut adalah daftar nama para PRAKTISI PESERTA: 1. Edy Soesanto - Jakarta 2. Priatna Ahmad - Jakarta 3. Ananta - Jakarta 4. Donpio - Jakarta 5. Muhammad Pius - Bandung 6. Tanto Kurnia - Bandung 7. Eduard de Grave - Bandung - Koordinator 8. Harry Krisman - Bandung 9. Awang Handoyo - Bandung 10. Sylvester - Bandung 11. Robert Yuliawan - Bandung 12. Wahyu - Bandung 13. Dhanny - Bandung 14. Rizky Pradana - Jakarta 15. Vincent Liong - Jakarta - Koordinator 16. Leonardo Rimba - Jakarta - Koordinator 17. Yoddy Hendrawan - Jakarta 18. Hadi Prasetyo - Jakarta 19. Erva Ruliantini - Cibinong 20. Jusuf Achmad - Jakarta 21. Ryan - Jakarta 22. Ibu Aida - Jakarta 23. Max Arthur - Jakarta PELAKSANAAN ACARA (Untuk Peserta) STAND Stand yang akan kita tempati terletak di Pelataran Museum Sejarah Jakarta. Pada tiap sisinya akan digantungkan sebuah spanduk besar, dengan dasar berwarna biru tua dan tulisan berwarna putih, bertuliskan BAKTI SOSIAL: PENYEMBUHAN ALTERNATIF GRATIS. Jadi, stand itu akan terlihat dari sudut manapun Anda memasuki pelataran museum. SPANDUK Para peserta yang berasal dari berbagai organisasi penyembuhan alternatif diperkenankan untuk membawa dan memasang spanduk organisasinya di stand yang akan kita tempati di Batavia Art Festival. BROSUR dan KARTU NAMA Brosur mengenai keahlian pribadi dan kartu nama dari para peserta mohon agar dibawa sehingga bisa diberikan kepada pasien/klien untuk referensi. UNDANGAN Beberapa hari sebelum acara diadakan, kita akan mengirimkan undangan ke ratusan milis berbahasa Indonesia. Media Massa yang berminat untuk meliput kiprah kita di acara ini juga akan disambut dengan tangan terbuka. TERAKHIR Harap datang tepat pada waktunya. Sampai berjumpa di tempat Acara. MAY THE FORCE BE WITH YOU! Para Koordinator: Eduard de Grave - Koordinator Bandung Leonardo Rimba - Koordinator Jakarta(HP:0818183615) Vincent Liong - Koordinator Publikasi(Hp: 021-70006775) Diselenggarakan oleh: [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/join Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[psikologi_net] UNDANGAN Bakti Sosial PENYEMBUHAN GRATIS, Minggu, 13 Agustus 2006 Pk:09.00-16.00
UNDANGAN Bakti Sosial PENYEMBUHAN GRATIS, Minggu, 13 Agustus 2006 Diselenggarakan oleh: [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/join Rekan-Rekan yang Berbahagia: Pada saat ini telah terkumpul sebanyak 23 (dua puluh tiga) orang praktisi metafisika dari Jakarta, Bandung, dan Cibinong yang akan turun gunung dan berkiprah memberikan pelayanan PENYEMBUHAN ALTERNATIF GRATIS bagi para pengunjung di acara BATAVIA ART FESTIVAl yang akan diselenggarakan di: Tempat: Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) Alamat: Jl. Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat Hari/Tanggal: Minggu/13 Agustus 2006 Waktu: Pk. 09:00 s/d Pk 16:00 WIB Berikut adalah daftar nama para PRAKTISI PESERTA: 1. Edy Soesanto - Jakarta 2. Priatna Ahmad - Jakarta 3. Ananta - Jakarta 4. Donpio - Jakarta 5. Muhammad Pius - Bandung 6. Tanto Kurnia - Bandung 7. Eduard de Grave - Bandung - Koordinator 8. Harry Krisman - Bandung 9. Awang Handoyo - Bandung 10. Sylvester - Bandung 11. Robert Yuliawan - Bandung 12. Wahyu - Bandung 13. Dhanny - Bandung 14. Rizky Pradana - Jakarta 15. Vincent Liong - Jakarta - Koordinator 16. Leonardo Rimba - Jakarta - Koordinator 17. Yoddy Hendrawan - Jakarta 18. Hadi Prasetyo - Jakarta 19. Erva Ruliantini - Cibinong 20. Jusuf Achmad - Jakarta 21. Ryan - Jakarta 22. Ibu Aida - Jakarta 23. Max Arthur - Jakarta PELAKSANAAN ACARA (Untuk Peserta) STAND Stand yang akan kita tempati terletak di Pelataran Museum Sejarah Jakarta. Pada tiap sisinya akan digantungkan sebuah spanduk besar, dengan dasar berwarna biru tua dan tulisan berwarna putih, bertuliskan BAKTI SOSIAL: PENYEMBUHAN ALTERNATIF GRATIS. Jadi, stand itu akan terlihat dari sudut manapun Anda memasuki pelataran museum. SPANDUK Para peserta yang berasal dari berbagai organisasi penyembuhan alternatif diperkenankan untuk membawa dan memasang spanduk organisasinya di stand yang akan kita tempati di Batavia Art Festival. BROSUR dan KARTU NAMA Brosur mengenai keahlian pribadi dan kartu nama dari para peserta mohon agar dibawa sehingga bisa diberikan kepada pasien/klien untuk referensi. UNDANGAN Beberapa hari sebelum acara diadakan, kita akan mengirimkan undangan ke ratusan milis berbahasa Indonesia. Media Massa yang berminat untuk meliput kiprah kita di acara ini juga akan disambut dengan tangan terbuka. TERAKHIR Harap datang tepat pada waktunya. Sampai berjumpa di tempat Acara. MAY THE FORCE BE WITH YOU! Para Koordinator: Eduard de Grave - Koordinator Bandung Leonardo Rimba - Koordinator Jakarta(HP:0818183615) Vincent Liong - Koordinator Publikasi(Hp: 021-70006775) Diselenggarakan oleh: [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/join Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[psikologi_net] Fw: Re: SARAN.. Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas
Terimakasih atas penjelasan saudara Juswan. Saya bukannya emosi tetapi bingung dan nga habis pikir. Logikanya bilamana seseorang ingin menutup sebuah lobang adalah dengan mengambil tanah atau sampah atau benda dari tempat lain yang bisa digunakan untuk menutup lobang tersebut. Tetapi oknum fakultas Psikologi Universitas Indonesia justeu membuat lubang baru disamping lubang yang pertama dan menggunakan tanah yang dari hasil menggali lubang yang baru untuk menutup lubang yang lama, jadi hanya pindah posisi saja lubangnya tetapi tetap lubang tidak tertutup. Awalnya khan oknum-oknum berkuasa yang terlibat dalam pembuatan Memo dalam kasus Sekertariat kemarin menemukan bahwa tindakan mereka membuat memo yang seharunya hanya email antara moderator dan members tetapi karena gegabah / paranoid menjadi sebuah semacam Surat Resmi fakultas yang melarang penyebarluasan Kompatiologi karena membuat dosen yang telah mapan jadi tidak nyaman (berkurang kenyamanannya). Nah dalam hal ini sudah membuat jadi resmi adalah salah prosedur penggunaan kalimatnya juga jelas salah tempat dimana pembaca akan jelas membaca bahwa dosen-dosen Fak Psikologi Universitas Indonesia yang terwakili takut kenyamanan posisi/jabatannya teramcam gara-gara ada ilmu baru Kompatiologi yang masih seupil. Seperti membunuh nyamuk dengan meriam saja? Padahal saya tidak meyerang Universitas Indonesia tetapi dengan adanya ilmu baru Kompatiologi saja mereka sudah menganggap sebagai serangan. Nah,lantas setelah merasa bersalah dan tidak nyaman atas kesalahan yang dibuat sendiri maka kalau menghukum teman yaitu si Sekertaris Fakultas khan tidak enak, maka dibuat isu saja agar Istiani tidak bisa dapat makan baik di Universitas Indonesia dan di luar Universitas Indonesia. Isu yang disebarkan oleh bagian manager SDM adalah bahwa ada dugaan Istiani memalak mahasiswa, tetapi hal ini disebarkan sebagai pertanyaan ke bayak dosen agar anggapan benar-benar memalak terjadi sehingga kasus sebelumnya tidak usah diusut. Dan agar Istiani cepat keluar mengundurkan diri dari Universitas indonesia dan tidak bisa mendapat pekerjaan di Universitas lain Yang saya kecewa adalah; Hanya sekedar untuk menutupi kesalahan teman-teman sesama oknum fakultas Psikologi Universitas Indonesia padahal sebenarnya tidak ada masalah entah pribadi atau kelembagaan antara Istiani dengan Kompatiologinya dengan fakultas psikologi Universitas Indonesia kok ada usaha yang jelas-jelas ingin memutus rantai makanan Istiani dan orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya. Saya saja ketika kemarin ketika melakukan komplain dengan tulisan berjudul: Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/226 5. Maka dari itu saya meminta dengan sangat agar para manusia sok benar di fakultas Psikologi tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sebentar saja kita merasakan sebagai manusia ke-saya-an yang menjadi terukur dan pengukur sekaligus dalam diri sendiri. Soal dua kasus tsb di atas saya sudah cuek kok, jangan sampai malah anda-anda masyarakat Psikologi yang mengintimidasi secara pribadi pihak yg ketahuan bersalah, seperti kelakukan orang-orang pemilik hak paten Psikologi terhadap saya dan kesukaan mencaci maki keluarga bahkan orangtua orang lain tanpa sebab. Cukup tahu saja siapa-siapa yang main konspirasi, yang kecewa boleh nulis kritik kelembagaan / birokrasi saja, tetapi jangan disudutkan / dikambinghitamkan orangnya secara pribadi, karena toh yang tampak itu hanya yang dikorbankan, yang bermain konspirasinya sudah melarikan diri dengan pura-pura tidak tahu. Saya kahwatir, khan mereka juga orang Psikologi yang dididik dengan ilmu ke-anda-an, yang tidak mampu menerima dengan ikhlas bilamana disudutkan meski karena perbuatan sendiri, tetapi mampu menyudutkan orang lain. Maka itu bila terlalu ditekan bisa menyimpang spt: butuh diri, dlsb nanti anda-anda kena karma-nya lho. Kecuali anda merasa tidak pernah berdosa. Saya yang dirugikan saja nga marah kok, maklum kalau ada teman yang sedang sakit, ya dimaklumi dan mendoakan semoga lekas sembuh. Dalam email itu dengan tidak langsung saya masih berusaha agar jangan gara-gara kasus konyol semacam ini oknum-oknum yang terlibat kehilangan sumber nafkahnya yang digunakan untuk membiayai keluarga dan pihak-pihak dalam tanggungjawabnya. Boleh kita benci ke orang lain tetapi harus ingat bahwa ada anak-anak mereka yang tidak membuat kesalahan apapunh kepada kita. Nah pihak oknum-oknum fakultas Psikologi UI membalas niat baik saya dengan niat buruk agar Istiani dan keluarganya tidak dapat makan lagi dari dunia akademis tempatnya bekerja dan dari dunia akademis yang lain. Sungguh kejam anda-anda ini dari bagian manager SDM (yang salah satu anggota kelompok geng Psikologi Sosial Universitas Indonesia). Anda harus ingat bahwa istiani an saya tidak berusaha mengganggu jalurrejeki keluarga anda. Maka dari itu bilamana anda memang terbviasa dan merasa wajar melakukan demikian pada pihak yang
[psikologi_net] Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI.
Tanggapan Vincent Liong Pendiri / Penemu Kompatiologi terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI. Hal: I. Pendahuluan II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya. III. Intimidasi terhadap Cornelia Istiani dari beberapa staff yang berkepentingan. IV. Pesan-pesan dan nasehat saya secara pribadi terhadap F.Psi. UI pada khususnya dan Fakultas-fakultas Psikologi di Indonesia pada umunya. V. Lampiran I. Pendahuluan Surat tsb saya terima beberapa hari yang lalu per email yang ditujukan kepada Cornelia Istiani. Pada awalnya terlihat seperti surat dari pemilik maillist terhadap salah satu membernya, ketika membaca dan melihat, tertulis Sekertaris Fakultas dengan nama dan gelar jelas, saya baru tahu bahwa ini surat yang menggunakan kekuasaan jabatan secara dunia nyata sebagai sekertaris fakultas tidak sekedar sebagai moderator terhadap membernya. Saya bertambah kaget ketika hari ini saya baru tahu bahwa surat aslinya menggunakan: 1. Amplop asli Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan logo Universitas Indonesia berwarna biru muda, nama, alamat dan no telepon fakultas dalam warna hitam dan email website fakultas dengan warna biru muda. Tertulis di sebelah kiri: Nomor : 214 /F.Psi/Humas/U/2006 dan di sebelah kanan Kepada Yth. Ibu Istiani, S. Pd., M.Psi.T. Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Kampus UI Depok 2. Di bagian atas surat print out resmi dari fakultas tertulis: == F.Psi.UI [pada surat asli diletakkan bagian atas kanan] Memo Dari Sekertaris Fakultas [bagian ini sepertinya cetakan percetakan bukan printer] Nomor : 214 /F.Psi/Humas/U/2006 Kepada Yth : Ibu Cornelia Istiani Staf pengajar Fakultas Psikologi UI Depok Hal : Himbauan Tanggal : 2 Agustus 2006 == bagian ini tidak tertulis di surat resmi yang dikirim per email entah memang tidak sengaja atau sengaja dihilangkan. 3. Di bagian bawah surat print out resmi dari fakultas tertulis: == Tembusan: - Pertinggal == Artinya surat memo resmi dari Sekertaris Fakultas ini memang tidak perlu persetujuan petinggi-petinggi fakultas Psikologi Universitas Indonesia, artinya memang secara aturan mainnya tiap staf fakultas Psikologi Universias Indonesia berhak membuat keputusan dan surat resmi atas nama fakultas sesuai keinginan dan keputusan sendiri. Bagaimana prosedur sebenarnya? II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya yang sampai sekarang masih berlanjut. Dalam seminggu terakhir ada dua rencana dari dua kelompok berbeda dengan dua jenis konspirasi berbeda yang sama-sama adalah dosen di fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang merancang jebakan untuk menggulingkan Kompatiologi dan segala antek-anteknya (yang menyukai Kompatiologi) dari fakultas Psikologi Universitas Indonesia, termasuk salah satu diantaranya yang terlanjur jadi Active Participant adalah Cornelia Istiani. Secara ringkas dua propaganda terpisah tsb adalah: Kasus 1 ; Kasus fitnah Vincent Liong menceritakan ke publik bahwa Vincent Liong diterima dengan hangat di ruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI.. Selasa, 1 Agustus 2006 di sebuah rapat Seorang staf pengajar di Pascasarjana berinisial W, berkelamin pria memanas-manasi peserta rapat dengan fitnah tentang Vincent Liong bahwa: pada tanggal 31 Juli 2006 pada jam 17.00 18.00 WIB Vincent Liong mengaku-ngaku di maillist bahwa diterima dengan hangat di ruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI dan ngobrol dengan para dosen, agar para dosen yang percaya isi propaganda melakukan tindakan preventive. Padahal Vincent Liong hanya duduk di sofa ngobrol dengan saudara angkatnya yang hitam yaitu Rizki Pradana dan Cornelia Istiani tanpa berbicara dengan dosen lain. Kasus 2 ; Kasus Memo Resmi dari Sekertaris Fakultas F. Psi. UI. Dari pengamatan kronologis historis dan felling saya yang tepat (saya mantan dukun tersohor di Jakarta) saya melihat bahwa pihak-pihak yang tercantum namanya yaitu: Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. dan Kien Wahyuningsih bukanlah pihak yang merencanakan dan merancang isi tulisan di surat tersebut. Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. terlibat karena beliau yang punya wewenang membuat surat resmi tersebut dimana pihak yang berkepentingan secara pribadi saya lihat tidak memiliki jabatan atau posisi yang berhak membuat surat tsb dan ada kecenderungan lebih hati-hati sehingga memilih lempar batu sembunyi tangan. Kien Wahyuningsih terlibat karena beliau sebagai staf fakultas bertugas memngirimkan email tsb ke Istiani dan mengurus maillist Dosen F.Psi. UI. . Perkiraan saya setidaknya ada 4 orang atau lebih, berkelamin wanita, sebagian besar / semuanya dosen bagian Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Kalau mau ditelusuri bisa lihat
[psikologi_net] Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI.
Tanggapan Vincent Liong Pendiri / Penemu Kompatiologi terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI. Hal: I. Pendahuluan II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya. III. Intimidasi terhadap Cornelia Istiani dari beberapa staff yang berkepentingan. IV. Pesan-pesan dan nasehat saya secara pribadi terhadap F.Psi. UI pada khususnya dan Fakultas-fakultas Psikologi di Indonesia pada umunya. V. Lampiran I. Pendahuluan Surat tsb saya terima beberapa hari yang lalu per email yang ditujukan kepada Cornelia Istiani. Pada awalnya terlihat seperti surat dari pemilik maillist terhadap salah satu membernya, ketika membaca dan melihat, tertulis Sekertaris Fakultas dengan nama dan gelar jelas, saya baru tahu bahwa ini surat yang menggunakan kekuasaan jabatan secara dunia nyata sebagai sekertaris fakultas tidak sekedar sebagai moderator terhadap membernya. Saya bertambah kaget ketika hari ini saya baru tahu bahwa surat aslinya menggunakan: 1. Amplop asli Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan logo Universitas Indonesia berwarna biru muda, nama, alamat dan no telepon fakultas dalam warna hitam dan email website fakultas dengan warna biru muda. Tertulis di sebelah kiri: Nomor : 214 /F.Psi/Humas/U/2006 dan di sebelah kanan Kepada Yth. Ibu Istiani, S. Pd., M.Psi.T. Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Kampus UI Depok 2. Di bagian atas surat print out resmi dari fakultas tertulis: == F.Psi.UI [pada surat asli diletakkan bagian atas kanan] Memo Dari Sekertaris Fakultas [bagian ini sepertinya cetakan percetakan bukan printer] Nomor : 214 /F.Psi/Humas/U/2006 Kepada Yth : Ibu Cornelia Istiani Staf pengajar Fakultas Psikologi UI Depok Hal : Himbauan Tanggal : 2 Agustus 2006 == bagian ini tidak tertulis di surat resmi yang dikirim per email entah memang tidak sengaja atau sengaja dihilangkan. 3. Di bagian bawah surat print out resmi dari fakultas tertulis: == Tembusan: - Pertinggal == Artinya surat memo resmi dari Sekertaris Fakultas ini memang tidak perlu persetujuan petinggi-petinggi fakultas Psikologi Universitas Indonesia, artinya memang secara aturan mainnya tiap staf fakultas Psikologi Universias Indonesia berhak membuat keputusan dan surat resmi atas nama fakultas sesuai keinginan dan keputusan sendiri. Bagaimana prosedur sebenarnya? II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya yang sampai sekarang masih berlanjut. Dalam seminggu terakhir ada dua rencana dari dua kelompok berbeda dengan dua jenis konspirasi berbeda yang sama-sama adalah dosen di fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang merancang jebakan untuk menggulingkan Kompatiologi dan segala antek-anteknya (yang menyukai Kompatiologi) dari fakultas Psikologi Universitas Indonesia, termasuk salah satu diantaranya yang terlanjur jadi Active Participant adalah Cornelia Istiani. Secara ringkas dua propaganda terpisah tsb adalah: Kasus 1 ; Kasus fitnah Vincent Liong menceritakan ke publik bahwa Vincent Liong diterima dengan hangat di ruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI.. Selasa, 1 Agustus 2006 di sebuah rapat Seorang staf pengajar di Pascasarjana berinisial W, berkelamin pria memanas-manasi peserta rapat dengan fitnah tentang Vincent Liong bahwa: pada tanggal 31 Juli 2006 pada jam 17.00 18.00 WIB Vincent Liong mengaku-ngaku di maillist bahwa diterima dengan hangat di ruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI dan ngobrol dengan para dosen, agar para dosen yang percaya isi propaganda melakukan tindakan preventive. Padahal Vincent Liong hanya duduk di sofa ngobrol dengan saudara angkatnya yang hitam yaitu Rizki Pradana dan Cornelia Istiani tanpa berbicara dengan dosen lain. Kasus 2 ; Kasus Memo Resmi dari Sekertaris Fakultas F. Psi. UI. Dari pengamatan kronologis historis dan felling saya yang tepat (saya mantan dukun tersohor di Jakarta) saya melihat bahwa pihak-pihak yang tercantum namanya yaitu: Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. dan Kien Wahyuningsih bukanlah pihak yang merencanakan dan merancang isi tulisan di surat tersebut. Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. terlibat karena beliau yang punya wewenang membuat surat resmi tersebut dimana pihak yang berkepentingan secara pribadi saya lihat tidak memiliki jabatan atau posisi yang berhak membuat surat tsb dan ada kecenderungan lebih hati-hati sehingga memilih lempar batu sembunyi tangan. Kien Wahyuningsih terlibat karena beliau sebagai staf fakultas bertugas memngirimkan email tsb ke Istiani dan mengurus maillist Dosen F.Psi. UI. . Perkiraan saya setidaknya ada 4 orang atau lebih, berkelamin wanita, sebagian besar / semuanya dosen bagian Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Kalau mau ditelusuri bisa lihat
[psikologi_net] Fwd: RE: [vincentliong] Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris F
rangan tersebut atau tekanan atau caci maki...tapi alasannya; "mengganggu kenyamanan" dengan surat resmi fakultas.Saya melakukan apa? hanya forward imel tentang kompatiologi dengan tujuan sharing dan syukur kalau jadi bahan diskusi karena muatan psikologinya cukup besar. Tanya kenapaTapi itulah kondisi pendidikan di negara tercinta kita ini, ternyata tidak hanya pendidikan dasar sampai menengah yang bermasalah tapi juga pendidikan tinggi, jadi tidak ada yang salah karena semua korban. Dan silakan anda menilai sendiri Salam, Istiani tempe bacem tempe_bacem@hotmail.com wrote: Hahahahhahaa lucu banget nih email... bener2 jadi spammer ya nih orang... Btw, spammer itu bukan julukan yang bergengsi lo... melainkan suatu aib sebenernya.Saya enggak tau persis kasusnya sih, cuma kalau baca dari sini kelihatannya lucu juga. Ibu Cornelia Istiani yang mohon perlindungan kepada Vincent Liong, ada tanggapan?From: Vincent Liong Reply-To: vincentliong@yahoogroups.comTo: vincentliong@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED].com, psikologi_transform[EMAIL PROTECTED].com, komunikasi_empati@yahoogroups.com, komunikasi_empati@googlegroups.com, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]comSubject: [vincentliong] Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI.Date: Fri, 4 Aug 2006 02:30:16 1200 (NZST)Tanggapan Vincent Liong Pendiri / Penemu Kompatiologiterhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi.UI.Hal:I. PendahuluanII. Saya tidak ingin pihak yang diperalatdikambinghitamkan untuk menutupi konspirasikepentingan individu beberapa pihak di belakangnya.III. Intimidasi terhadap Cornelia Istiani daribeberapa staff yang berkepentingan.IV. Pesan-pesan dan nasehat saya secara pribaditerhadap F.Psi. UI pada khususnya danFakultas-fakultas Psikologi di Indonesia pada umunya.V. Lampiran "Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI."I. PendahuluanSurat tsb saya terima beberapa hari yang lalu peremail yang ditujukan kepada Cornelia Istiani. Padaawalnya terlihat seperti surat dari pemilik maillistterhadap salah satu membernya, ketika membaca danmelihat, tertulis Sekertaris Fakultas dengan nama dangelar jelas, saya baru tahu bahwa ini surat yangmenggunakan kekuasaan jabatan secara dunia nyatasebagai sekertaris fakultas tidak sekedar sebagaimoderator terhadap membernya. Saya bertambah kagetketika hari ini saya baru tahu bahwa surat aslinyamenggunakan:1. Amplop asli Fakultas Psikologi UniversitasIndonesia dengan logo Universitas Indonesia berwarnabiru muda, nama, alamat dan no telepon fakultas dalamwarna hitam dan email website fakultas dengan warnabiru muda. Tertulis di sebelah kiri:Nomor : 214 /F.Psi/Humas/U/2006 dan di sebelahkanan Kepada Yth. Ibu Istiani, S. Pd., M.Psi.T. StafPengajar Program Pascasarjana Fakultas PsikologiKampus UI Depok2. Di bagian atas surat print out resmi dari fakultastertulis:==F.Psi.UI [pada surat asli diletakkan bagian ataskanan]MemoDari Sekertaris Fakultas [bagian ini sepertinyacetakan percetakan bukan printer]Nomor : 214 /F.Psi/Humas/U/2006Kepada Yth : Ibu Cornelia Istiani Staf pengajar FakultasPsikologi UI DepokHal : HimbauanTanggal : 2 Agustus 2006==bagian ini tidak tertulis di surat resmi yang dikirimper email entah memang tidak sengaja atau sengajadihilangkan.3. Di bagian bawah surat print out resmi dari fakultastertulis:==Tembusan:- Pertinggal==Artinya surat memo resmi dari Sekertaris Fakultas inimemang tidak perlu persetujuan petinggi-petinggifakultas Psikologi Universitas Indonesia, artinyamemang secara aturan mainnya tiap staf fakultasPsikologi Universias Indonesia berhak membuatkeputusan dan surat resmi atas nama fakultas sesuaikeinginan dan keputusan sendiri. Bagaimana prosedursebenarnya?II. Saya tidak ingin pihak yang diperalatdikambinghitamkan untuk menutupi konspirasikepentingan individu beberapa pihak di belakangnyayang sampai sekarang masih berlanjut.Dalam seminggu terakhir ada dua rencana dari duakelompok berbeda dengan dua jenis konspirasi berbedayang sama-sama adalah dosen di fakultas PsikologiUniversitas Indonesia yang merancang jebakan untukmenggulingkan Kompatiologi dan segala antek-anteknya(yang menyukai Kompatiologi) dari fakultas PsikologiUniversitas Indonesia, termasuk salah satu diantaranyayang terlanjur jadi Active Participant adalah CorneliaIstiani. Secara ringkas dua propaganda terpisah tsbadalah:Kasus 1 ; Kasus fitnah Vincent Liong menceritakan kepublik bahwa Vincent Liong diterima dengan hangat diruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI..Selasa, 1 Agustus 2006 di sebuah rapat Seorang stafpengajar di Pascasarjana berinisial W, berkelamin priamemanas-manasi peserta rapat dengan fitnah tentangVincent Liong bahwa: pada tanggal 31 Juli 2006 padajam 17.00 18.00 WIB Vincent Liong mengaku-ngaku dimaillist bahwa diterima dengan hangat di ruang dosenPascasarjana F.Psi. UI dan ngobrol dengan para dosen,agar para
[psikologi_net] URGENT Persiapan Back Up Cornelia Istiani menghadapi panggilan Klarifikasi SDM UI
Kepada Yth: Saudara-saudara pengembang, pengguna dan pencinta Kompatiologi Di Tempat [NOTE: Harap disebarkan ke teman-teman yang bisa turut membantu] Hal: Persiapan Back Up Cornelia Istiani menghadapi panggilan Klarifikasi SDM UI Sehubungan dengan dua kasus kemarin, pihak SDM fakultas Psikologi Universitas Indonesia secara lisan memanggil Istiani untuk datang menghadap ke manager SDM untuk melakukan klarifikasi. Menurut kabarundangan tsb adalah untuk hari Kamis tanggal 10 Agustus 2006 minggu depan. Bilamana birokrasi Universitas Indonesia berniat baik maka hal ini bisa menjadi tindakan awal bagi fakultas psikologi Universitas Indonesia untuk membenahi birokrasinya sendiri yang terbukti dengan dua kasus kemarin sangat berantakan dan sangat buruk bilamana dijadikan pedoman Psikologi se-Indonesia. Bilamana birokrasi Universitas Indonesia yang terwakili oleh pihak manager SDM tidak berniat baik / ikut dalam permainan konspirasi yang sama dengan dua group konspirasi kemarin, maka ini akan dijadikan moment untuk menekan Istiani dengan ancaman-ancaman dan intimidasi tidak tertulis yang saya tidak yakin sampai dimana mental Istiani kuat menghadapinya. Bila Istiani kalah kuat mentalnya bisa-bisa Istiani pun kalah ancaman sehingga tidak berani mengatakan kepada kita orang-orang yang mencintainya soal tekanan dan intimidasi yang bisa saja diberlakukan agar tindakan pengamanan untuk Istiani dari publik/ kita bersama tsb tidak bisa berguna. Saya bukan mau menjelekkan birokrasi fakultas Psikologi Universitas Indonesia, tetapi dengan kejadian kearin terus-terang kepercayaan saya terhadap mereka di birokrasinya sudah mendekati 0%. Jadi pilihan menjadi baik atau menjadi tidak baik adalah pilihan mereka sendiri dengan resiko ditanggung sendiri. Oleh karena itu saya meminta teman-teman untuk menulis surat pernyataan resmi masing-masing dengan bahasa bebas-bebas saja bahwa akan melindungi Istiani dari segala tekanan dan intimidasi birokrasi dengan mencantumkan nama lengkap, contact person lengkap dan posisi/jabatan teman-teman sehingga sekiranya undangan tes tdak berbeda dengan dua asus sebelumnya maka Publik dapat Bertindak demi kemajuan dan perbaikan di masa mendatang birokrasi Psikologi itu sendiri. Bilamana anda ada teman di media massa juga bisa diajak turut bersama-sama memantau dan melingdungi Istiani. Surat diposting oleh anda masing-masing di maillist: * [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif * [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/ * [EMAIL PROTECTED] http://groups.google.com/group/komunikasi_empati/ * [EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/ Email ini saya tulis sendiri dengan keinginan sendiri jadi pihak Universitas Indonesia tidak berhak menggunakan surat ini untuk menyalahkan Istiani seperti kemarin-kemarin ada yang menekan istiani dengan alasan memulai membahas Kompatiologi sehingga menghadirkan Kasus memo sekertaris fakultas. Bilamana menggunakan surat-surat saya untuk menyalahkan Istiani maka resiko bomb mail saya dan penggunaan perlindungan publik terhadap Istiani dlsb akan terjadi dan jelas akan merugikan nama fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Note: Kepada Yth Istiani harap meminta pihak manager SDM Universitas Indonesia memperbolehkan Istiani didampingi pihak non Universitas Indonesia pilihan Istiani Sendiri misalkan saya Vincent Liong, Leonardo Rimba, atau teman-teman lain yang serius menjadi pelindung Istiani dalam kasus ini. Bila tidak tentu bargainnya tidak seimbang lebih beresiko pertemuan berjalan tidak adil. Karena Istiani sendiran menghadapi satu birokrasi yang barusaja mempermainkannya beberapa waktu lalu dalam 2 kasus tsb. ttd, Vincent Liong Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[psikologi_net] Tanggapan Vincent Liong terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI.
Tanggapan Vincent Liong Pendiri / Penemu Kompatiologi terhadap kasus Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI. Hal: I. Pendahuluan II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya. III. Intimidasi terhadap Cornelia Istiani dari beberapa staff yang berkepentingan. IV. Pesan-pesan dan nasehat saya secara pribadi terhadap F.Psi. UI pada khususnya dan Fakultas-fakultas Psikologi di Indonesia pada umunya. V. Lampiran Memo dari Sekertaris Fakultas F.Psi. UI. I. Pendahuluan Surat tsb saya terima beberapa hari yang lalu per email yang ditujukan kepada Cornelia Istiani. Pada awalnya terlihat seperti surat dari pemilik maillist terhadap salah satu membernya, ketika membaca dan melihat, tertulis Sekertaris Fakultas dengan nama dan gelar jelas, saya baru tahu bahwa ini surat yang menggunakan kekuasaan jabatan secara dunia nyata sebagai sekertaris fakultas tidak sekedar sebagai moderator terhadap membernya. Saya bertambah kaget ketika hari ini saya baru tahu bahwa surat aslinya menggunakan: 1. Amplop asli Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan logo Universitas Indonesia berwarna biru muda, nama, alamat dan no telepon fakultas dalam warna hitam dan email website fakultas dengan warna biru muda. Tertulis di sebelah kiri: Nomor : 214 /F.Psi/Humas/U/2006 dan di sebelah kanan Kepada Yth. Ibu Istiani, S. Pd., M.Psi.T. Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Kampus UI Depok 2. Di bagian atas surat print out resmi dari fakultas tertulis: == F.Psi.UI [pada surat asli diletakkan bagian atas kanan] Memo Dari Sekertaris Fakultas [bagian ini sepertinya cetakan percetakan bukan printer] Nomor : 214 /F.Psi/Humas/U/2006 Kepada Yth : Ibu Cornelia Istiani Staf pengajar Fakultas Psikologi UI Depok Hal : Himbauan Tanggal : 2 Agustus 2006 == bagian ini tidak tertulis di surat resmi yang dikirim per email entah memang tidak sengaja atau sengaja dihilangkan. 3. Di bagian bawah surat print out resmi dari fakultas tertulis: == Tembusan: - Pertinggal == Artinya surat memo resmi dari Sekertaris Fakultas ini memang tidak perlu persetujuan petinggi-petinggi fakultas Psikologi Universitas Indonesia, artinya memang secara aturan mainnya tiap staf fakultas Psikologi Universias Indonesia berhak membuat keputusan dan surat resmi atas nama fakultas sesuai keinginan dan keputusan sendiri. Bagaimana prosedur sebenarnya? II. Saya tidak ingin pihak yang diperalat dikambinghitamkan untuk menutupi konspirasi kepentingan individu beberapa pihak di belakangnya yang sampai sekarang masih berlanjut. Dalam seminggu terakhir ada dua rencana dari dua kelompok berbeda dengan dua jenis konspirasi berbeda yang sama-sama adalah dosen di fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang merancang jebakan untuk menggulingkan Kompatiologi dan segala antek-anteknya (yang menyukai Kompatiologi) dari fakultas Psikologi Universitas Indonesia, termasuk salah satu diantaranya yang terlanjur jadi Active Participant adalah Cornelia Istiani. Secara ringkas dua propaganda terpisah tsb adalah: Kasus 1 ; Kasus fitnah Vincent Liong menceritakan ke publik bahwa Vincent Liong diterima dengan hangat di ruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI.. Selasa, 1 Agustus 2006 di sebuah rapat Seorang staf pengajar di Pascasarjana berinisial W, berkelamin pria memanas-manasi peserta rapat dengan fitnah tentang Vincent Liong bahwa: pada tanggal 31 Juli 2006 pada jam 17.00 18.00 WIB Vincent Liong mengaku-ngaku di maillist bahwa diterima dengan hangat di ruang dosen Pascasarjana F.Psi. UI dan ngobrol dengan para dosen, agar para dosen yang percaya isi propaganda melakukan tindakan preventive. Padahal Vincent Liong hanya duduk di sofa ngobrol dengan saudara angkatnya yang hitam yaitu Rizki Pradana dan Cornelia Istiani tanpa berbicara dengan dosen lain. Kasus 2 ; Kasus Memo Resmi dari Sekertaris Fakultas F. Psi. UI. Dari pengamatan kronologis historis dan felling saya yang tepat (saya mantan dukun tersohor di Jakarta) saya melihat bahwa pihak-pihak yang tercantum namanya yaitu: Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. dan Kien Wahyuningsih bukanlah pihak yang merencanakan dan merancang isi tulisan di surat tersebut. Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. terlibat karena beliau yang punya wewenang membuat surat resmi tersebut dimana pihak yang berkepentingan secara pribadi saya lihat tidak memiliki jabatan atau posisi yang berhak membuat surat tsb dan ada kecenderungan lebih hati-hati sehingga memilih lempar batu sembunyi tangan. Kien Wahyuningsih terlibat karena beliau sebagai staf fakultas bertugas memngirimkan email tsb ke Istiani dan mengurus maillist Dosen F.Psi. UI. . Perkiraan saya setidaknya ada 4 orang atau lebih, berkelamin wanita, sebagian besar / semuanya dosen bagian Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas
[psikologi_net] Anda di Fak Psikologi UI?! membahas Kompatiologi, resiko di-SP (contoh surat asli terlampir)
Note: forwarded message attached. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ---BeginMessage--- Note: forwarded message attached. Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ countries) for 2¢/min or less.---BeginMessage--- Kepada Yth. Ibu Istiani Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Psikologi UIDengan hormat, Sehubungan dengan adanya keluhan dari beberapa Staf Pengajar, anggota milis Dosen F.Psi.UI tentang e-mail yang saudara kirimkan mengenai masalah kompatiologi, maka bersama ini selaku moderator milis Dosen F.Psi. UI menghimbau, agar saudara tidak lagi mengirim e-mail mengenai hal tersebut di milis [EMAIL PROTECTED].Demi tetap terjaganya kenyamanan dan Informasi yang ada antara Staf Pengajar F.Psi.UI tetap terjalin dengan baik, kami sarankan agar saudara membuka/membuat milis group dan mengundang individu yang berminat bergabung pada milis tersebut.Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama saudara kami ucapkan terima kasih.Sekretaris Fakultas, ttd. Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. Want to be your own boss? Learn how on Yahoo! Small Business. ---End Message--- ---End Message---
[psikologi_net] Anda di Fak Psikologi UI?! membahas Kompatiologi, bersiaplah mendapt SP (contoh terlampir)
Note: forwarded message attached. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ---BeginMessage--- Note: forwarded message attached. Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ countries) for 2¢/min or less.---BeginMessage--- Kepada Yth. Ibu Istiani Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Psikologi UIDengan hormat, Sehubungan dengan adanya keluhan dari beberapa Staf Pengajar, anggota milis Dosen F.Psi.UI tentang e-mail yang saudara kirimkan mengenai masalah kompatiologi, maka bersama ini selaku moderator milis Dosen F.Psi. UI menghimbau, agar saudara tidak lagi mengirim e-mail mengenai hal tersebut di milis [EMAIL PROTECTED].Demi tetap terjaganya kenyamanan dan Informasi yang ada antara Staf Pengajar F.Psi.UI tetap terjalin dengan baik, kami sarankan agar saudara membuka/membuat milis group dan mengundang individu yang berminat bergabung pada milis tersebut.Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama saudara kami ucapkan terima kasih.Sekretaris Fakultas, ttd. Dra. Surastuti Nurdadi, M.Si. Want to be your own boss? Learn how on Yahoo! Small Business. ---End Message--- ---End Message---
[psikologi_net] Diskusi Kompatiologi Vincent Liong dengan Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono
Subject asli: Fwd: [beranda] Re: [psiindonesia] MUKADIMAH : Komunikasi Empati at: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16673 at: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/8929 at: http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/3256 at: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/165 Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono wrote: Saya pengin tanya tentang MUKADIMAH Komunikasi Empati sebagai Payung dari Cabang Ilmu di dalam-nya, saya kutip sebagian kecil: Masterpiece dari karya saya menurut karya saya sendiri adalah bagaimana keberhasilan saya, mentranformasi proses mengalami dan menghayati pengalaman-pengalaman dalam petualangan-petualangan yang saya alami menjadi basic sistem sederhana tetapi bukan kacangan yang bisa dipahami, dijalani dalam hidup siapa saja tanpa terkecuali Pertanyaan: apakah bisa komunikasi EMPATI diawali dengan saya, saya, saya dan saya? Bukankah Empati harus selalu dimulai dan dipenuhi dengan kata-kata engkau? Para nabi-pun yang menjadi junjungan umat, tidak pernah mengagungkan diri sendiri. SWS Vincent Liong answer: Dengan membaca email anda di atas, saya melihat bahwa anda sudah mulai menemukan titik terang tentang Kompatiologi(Komunikasi Empati). Kompatiologi selalu dimulai, berproses dan diakhiri di dalam saya, berbeda dengan psikologi yang konteksnya adalah Psikologi untuk anda. Mengapa demikian? Dalam proses seseorang belajar Kompatiologi seorang siswa melalui urutan proses belajar sebagai berikut yang tidak bisa dibalik-balik: 1. Mempelalajari saya(diri sendiri). Seorang manusia harus mengetahui data tentang dirinya dimana baik pengukur maupun terukur adalah saya. Contoh: Tinggi saya sekian sentimeter dan berat saya sekian kilogram. 2. Mempelajari standart variabel yang berlaku. Contoh: tinggi badan dalam sentimeter, jarak dalam kilometer, berat dalam kilogram, dlsb. 3. Mempelajari variasi titik referensi yang digunakan. Contoh: - rasa, misalnya: rasa manis, rasa asin, rasa asam, rasa pahit, rasa pedas. - element misalnya: air, api, udara, tanah. 4. Setelah menguasai no: 1, 2 3 baru individu pengguna Kompatiologi belajar melakukan perbandingan lalu disusul pengukuran antara data tentang saya, dan data individu (benda hidup / mati) di luar saya. Contoh: Tinggi badan saya sekian sentimeter. Tinggi badan Istiani sekian jengkal lebih pendek dari saya. Sekian jengkal sama dengan sekian sentimeter. Maka tinggi badan Istiani sama dengan tinggi badan saya dikurangi sekian sentimeter (yang sama panjangnya dengan sekian jengkal tsb). Maka dari itu dalam Kompatiologi yang terpenting adalah saya, saya, saya dan saya. Setiap orang yang belajar Kompatiologi selalu belajar tentang saya, saya, saya dan saya. Setiap pendidik Kompatiologi selalu berpegang pada aturan dasar bahwa: si pendidik tidak mengukur muridnya, tetapi bertugas membimbing muridnya untuk mampu secara detail mengukur dirinya sendiri untuk digunakan sendiri (bukan untuk diberitahukan ke pihak luar) dalam memilih pilihannya sendiri. Bilamana data tersebut diberitahukan oleh siswa kepada pihak di luar dirinya (manusia lain termasuk termasuk pendidik), maka adalah hak murid untuk memberikan data yang benar atau salah. Oleh karena itu membentuk seorang pendidik Kompatiologi tidaklah mudah karena orang tersebut harus bersikap tidak ada judgement pribadi dan mampu mengamati dengan benar ke-deitil-an pemerosesan memori dalam diri si siswa. Saya merasa perlu menjelaskan lebih jauh soal Kompatiologi untuk saya(diri sendiri) dan Psikologi untuk anda. Kelemahan dari Psikologi di Indonesia dan di Dunia adalah: Psikologi tidak mendidik mahasiswanya untuk mempelajari tentang saya(diri sendiri). Memang ada di beberapa pertemuan kuliah dimana dosen psikologi meminta mahasiswanya untuk mengisi suatu kuesioner test psikologi dan di pertemuan selanjutnya memberikan penilaian berdasarkan aturan yang diberlakukan; dalam kasus ini si mahasiswa mengalami sebagai terukur dan di kesempatan selanjutnya secara terpisah mengalami sebagai pengukur, tetapi ketika berperan sebagai pengukur pun mahasiswa terbatasi untuk hanya menjalankan ritual pertukangan yang sifatnya mencocokkan data saja, mahasiswa tidak menyadari relevansi pengukuran dengan kepentingan saya(diri sendiri) yang sifatnya makna dasar variabel dan variasi titik referensi yang ada; Mahasiswa hanya menjalankan tugas untuk mendapat nilai. Masalah ini menjadi problem yang cukup fatal di mahasiswa dan praktisi psikologi termasuk yang sudah lulus atau bahkan praktek sebagai psikolog, tetapi tidak bisa dicari jalan keluarnya karena terlanjur menggunakan basic sistem tunggal yaitu stimulus dan respon dengan dengan variasi titik referensi yang sifatnya dikotomi right guild feeling sejak awal proses pendidikan hingga lulus dan berbaur dengan masyarakat umum. Bagi penganut stimulus dan respon base, jati dirinya ada bilamana ada stimulus atau respon baik dari dirinya ke luar atau dari luar ke dalam
[psikologi_net] Fw: Re: ho
Devi [EMAIL PROTECTED] wrote: loe vincent liong yg sering disebut itu y gue malah ampe di pelajaran gue ttg anak berbakat ada cerita ttg loe dari suatu artikel di internet yg di print ma dosen gue. barulah gue tau tnyt loe salah seorang anak berbakat hehe. n tnyt anak psiko jg toh...semester 7 donk y sekrang?soalnya sm angkatannya rata2 anak2 yg seangkatan gue lahir th 85.hehehe btw, ke dukunan loe apa?cm mau tau lebih jelas aja. Vincent Liong answer: Anda dan dosen anda di fakultas psikologi tsb sudah ketinggalan kereta (ketinggalan jaman) mbak Devi. Kasus Vincent Liong sekarang ini bukan sekedar pembahasan soal anak berbakat, melainkan soal duplikasi kondisi berbakat. Vincent Liong yang sekarang dengan label ilmu independent Kompatiologi me-recycle anak tidak berbakat menjadi anak berbakat. Dalam hal ini tidak ada batasan umur di-recycle nya umur berapa; mulai dari anak kecil sampai yang berumur di atas 60 tahun bisa di-recycle menjadi anak berbakat dengan kwalitas kemampuan yang tidak jauh beda dengan Vincent Liong anak berbakat yang asli. Saya merekomendasikan Kitab-Kitab seri Pengenalan dasar-dasar Komunikasi Empati Vincent Liong untuk digunakan sebagai buku panduan untuk me-recycle diri anda dan dosen anda sendiri. Jadi lain kali tidak usah repot-repot bahas anak orang lain yang berbakat melainkan saya(diri sendiri) berbakat. Jadi kalau ada pembahasan soal anak berbakat bisa dilihat dari diri sendir saja. Saya nga naik kelas 3x, loncat kelas 1x dan sempat nga sekolah juga selama 1/2 tahun. Agustus 2006 ini saya baru memulai di semester 3. Nilai IPK saya semester pertama (agustus-akhir 2005) hanya 0,5. dan IPK semester kedua 1,9. Sesuai dengan penjelasan saya di paragraf kedua; jadi anda sendiri saja dan dosen anda yang jadi dukunuya. Tinggal menjadi duplikasi dari saya, nga susah kok. Jadi Saya anak berbakat. ((diri sendiri)) ttd, Vincent Liong Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[psikologi_net] Praksis Kompatiologi Terhadap Problem Kehidupan Manusia
Praksis Kompatiologi Terhadap Problem Kehidupan Manusia e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16618 Ditulis oleh: Drs. Juswan Setyawan [EMAIL PROTECTED] Seperti ilmu-ilmu sosial lainnya Kompatiologi mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia yang lain. Kompatiologi memang menyoroti relasi antar manusia namun tidak menempatkan orang lain sebagai obyek penyelidikan dengan paradigma Im OK - You are not OK. Kompatiologi tidak mau memilah-milah manusia dalam posisi biner hitam atau putih, baik atau buruk, berperilaku menyimpang atau normal dan semacam itu. Kompatiologi berpandangan bahwa setiap orang memang selalu dalam keadaan menghadapi problem hidup baik besar atau kecil, rumit atau sederhana - dan mereka menginginkan agar bagi problemnya itu dapat diketemukan suatu solusi yang tuntas. Sayangnya, tidak semua orang mampu mengidentifikasi untuk kemudian merumuskan apa sebenarnya problem yang sedang dihadapinya. Bahkan kerap kali orang merasa tidak mempunyai problem sama sekali karena segala sesuatunya tampak berjalan seperti biasa biasa saja. Untuk itulah Kompatiologi menawarkan kemungkinan untuk menyelam dan menemukan akar dari problem yang mereka hadapi itu jauh di dalam pikiran, perasaan, maupun bawah sadar mereka. Walaupun demikian tetap saja setiap manusia memiliki kecemasan-kecemasan tertentu, ketakutan-ketakutan, harapan-harapan dan keinginan-keinginan yang belum atau tidak terpenuhi. Kecemasan seorang ibu tentang bagaimana jodoh bagi anak gadisnya. Kekuatiran seorang ayah akan masa depan atau karir anaknya. Atau bahkan kekuatirannya sendiri tentang hari tuanya sendiri. Kecemasan seorang jomblo tentang kesepian kesendiriannya yang mencekik perasaan dan ketidakberdayaannya yang tanpa pendamping dalam menjalani hari-harinya. Kecemasan seorang pasien yang harus menghadapi operasi berat sementara belum mempunyai gambaran sama sekali tentang sumber pembiayaannya. Kecemasan orang tua akan nasib anak-anaknya setelah ia meninggalkan dunia ini. Kecemasan semacam itu bukan hanya terdapat pada seorang yang tidak beriman. Kerap kali kita menyaksikan bahwa mereka yang dari luar tampaknya taat beragamapun juga mengalami kecemasan-kecemasan seperti itu. Akibatnya, orang bertanya-tanya apakah orang semacam itu hanya memiliki iman di kepalanya (fides intelectualis) saja namun sesungguhnya tidak memiliki iman di dalam hatinya apalagi sampai berbuah (fides in actu). Pada menjelang akhir hidupnya bukan tidak mungkin seorang rohaniwanpun mencemaskan nasib pada pasca kematiannya. Apakah surga itu memang ada atau hanya sebagai utopia? Bagaimana seandainya surga itu ternyata memang tidak ada sehingga kehidupannya yang keras sepanjang hidupnya itu hanyalah merupakan suatu pengorbanan yang terasa sia-sia? Kompatiologi bukan menyoroti perilaku eksternal manusia dengan paradigma apakah kelakuan itu sifatnya normal atau menyimpang atau memikirkan cara-cara untuk mengoreksi penyimpangan tersebut. Kompatiologi juga tidak menyoroti perilaku internal manusia tentang motivasi apa yang menyebabkan suatu peyimpangan perilaku. Kompatiologi menerima setiap perbuatan sebagaimana apa adanya sekalipun mungkin dipandang sebagai suatu penyimpangan oleh masyarakat. Kompatiologi justru menyusup ke dalam bawah sadar manusia untuk melihat apa yang orang itu sendiri katakan secara non-vokal apa yang dihadapinya. Sekaligus mempelajari cara bagaimana orang itu sendiri ingin agar persoalannya dapat dan mau diatasi menurut ipsus genius-nya sendiri. Kompatiologi yakin bahwa setiap manusia pada umumnya normal (kecuali yang jelas-jelas gila) walaupun sebagian terbesar manusia hidup dalam tingkat kecerdasan subnormal. Bila seorang menderita suatu penyakit maka kebanyakan pengobatan allopatik hanya memberikan obat-obat yang mengoreksi penyimpangan yang terjadi secara simptomatik. Memang harus diakui banyak juga pengobatan yang tidak bersifat mengatasi simptom melainkan bersifat kausal; seperti pengobatan dengan antibiotika. Hanya saja karena manusia itu bersifat kompleks dan trimatra maka kerapkali genjala-gejala fisikal saja belum memadai dipakai sebagai dasar untuk therapi yang menyeluruh. Mungkin saja terdapat sebab-sebab non-fisikal tetapi psikologis bahkan spiritual. Depresi yang disebabkan oleh kekuatiran yang berlebihan belum tentu disebabkan oleh tekanan psikologis biasa tetapi mungkin juga oleh guilt feeling karena telah melakukan suatu perbuatan jahat (dosa) yang terus disembunyikannya dan yang tidak diketahui oleh seorang lain manapun; termasuk isteri/suami dan anak-anaknya. Seorang kompatiolog dapat langsung menyelami bawah sadar orang itu dan menyatakan bukankah ia telah menyembunyikan suatu kesalahan besar - ini atau itu - sehingga ia selalu dicekam oleh suatu rasa ketakutan dan depresi karenanya. Bagi seorang kompatiolog tidak ada rahasia yang tersembunyi karena ia mampu masuk ke dalam dan menyerap memori kolektif
[psikologi_net] Deklarasi Ilmu Baru Kompatiologi
Kepada Yth: Moderator Kami mengharap izin dari moderator untuk sekiranya meloloskan posting ini agar di masa mendatang ketika proyek ini semakin luas berguna bagi banyak orang; tindakan plagiat, copypaste contek menyontek dlsb dapat dihindari sehingga kami bisa lebih fokus pada penelitian kami yang bisa digunakan oleh masyarakat umum bukan sekedar untuk kaum pe-monopoli standart akademis saja seperti perkembangan ilmupengetahuan yang umum terjadi di Indonesia Thx Vincent Liong E-BOOK dapat didownload secara Cuma-Cuma di: http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/files Deklarasi Ilmu Baru Kompatiologi e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16550 Ditulis oleh: Drs. Juswan Setyawan [EMAIL PROTECTED] Pada tanggal 20 Juli 2006, penemu logika dan praxis Komunikasi Empati, Vincent Liong, dalam artikel Mukadimah mengumumkan berdirinya ilmu baru Kompatiologi. Kompatiologi tegas-tegas menolak dikategorikan sebagai ranting dari Ilmu Komunikasi maupun ranting dari Ilmu Biologi atau Ilmu Psikologi. Dalam diskusi lepas dengan pakar sosiologi Dr. Hubertus Ubur, seorang dosen Sosiologi pada Unika Atmajaya dan Gunadharma, terungkapkan fakta bahwa semua cabang Ilmu Pengetahuan secara organik dan sosiologis dimulai dengan dan dari suatu Konsep yang secara evolusioner barulah kemudian dikembangkan dan diperkaya dengan berjalannya waktu oleh tokoh yang berbeda-beda secara piramidal. Tidak ada cabang Ilmu Pengetahuan yang begitu timbul telah terbentuk secara sempurna dan sekali jadi. Metodik dan sistematika bahkan Nama resmi dari suatu ilmu baru selalu dikembangkan lebih hilir dalam kontinuum waktu perjalanan eksistensinya. Zaman dan kondisi telah berubah total dan segalanya menjadi semakin instant sehingga tidak ada salahnya justru dilakukan hal yang justru sebaliknya yaitu memberi nama baru kepada Komunikasi Empati ini sebagai Ilmu Kompatiologi. Sifatnya yang dominan praxis membuat Ilmu Kompatiologi dengan nama ataupun tanpa nama, walau dengan nama apapun ilmu Kompatiologi telah terbukti dapat dikuasai dan telah diterapkan secara individual ke dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan bidang profesi di dalam masyarakat seperti kedokteran umum, kedokteran hewan, kedokteran gigi, salesmanship, dsb. Pada abad ke 15 misalnya belum ada yang namanya ilmu Sosiologi, ilmu Anthropologi, ilmu Manajemen, ilmu Psikologi apalagi Ilmu Teknik Informasi dan Telematika. Tetapi ilmu-ilmu seperti ilmu Filsafat, ilmu Hukum, ilmu Kedokteran relatif lebih tua dan sudah terbentuk sejak abad-abad pertama tarikh Masehi. Ilmu filsafat sendiri, menurut Dr. Hubertus Ubur pada awalnya sama sekali bukan ilmu melainkan melulu rumusan hasil refleksi tentang hakekat zat dan tentang apa itu makna kebenaran. Orang mengamati fenomen atau gejala alam seperti api, air, angin dan ingin mencoba memahami dan merumuskan hakekatnya. Semestinya hal-hal seperti itu termasuk Ilmu Fisika namun pada awal mulanya semua ilmu berpangkal pada Ilmu Filsafat, karena semua ilmu selalu bersifat mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti the WHAT dan WHY serta kemudian diikuti HOW. Kata filsafat itu sendiri berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu philia dan sophia, yang masing-masing berarti cinta dan kebenaran, sehingga filsafat ialah ilmu yang mencintai kebenaran - tetapi mana ada ilmu pengetahuan formal yang membenci kebenaran? Filsafat juga tidak dibangun oleh satu orang karena selain nama Socrates yang kerap disebut-sebut dan dianggap bapak Ilmu Filsafat karena dipaksa minum racun akibat penemuan barunya itu, kita juga mengenal nama-nama seperti Plato, Stoa, Euclides dsb. misalnya. Ilmu Theologia juga baru timbul setelah orang-orang dari pelbagai zaman mempelajari ajaran-ajaran agama yang diturunkan ke dunia ini dari sudut pandangan tertentu yang serba theo-sentris. Dan pada gilirannya ilmu Moral baru terbentuk kemudian mengikuti ilmu Theologia. Bila kebanyakan ilmu pengetahuan memerlukan waktu yang sangat panjang dan lama untuk perumusan dan pengembangannya, maka Kompatiologi akan memerlukan waktu yang relatif lebih pendek karena didukung oleh mereka yang pakar dalam bidang-bidang penerapannya masing-masing. Kompatiologi pada hakekatnya bukan ilmu teori umum melainkan lebih bersifat ilmu terapan secara praxiologis. Maka dari itu kompatiologi secara langsung serta merta telah dapat diterapkan ke dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, namun para pakar dari ilmu pengetahuan yang bersangkutanlah yang akan berkontribusi untuk mengembangkan Ilmu Kompatiologi itu sendiri. Misalnya, Cornelia Istiani, M.Si. seorang strata dua Ilmu Psikometri bertugas merumuskan dasar-dasar psikometrik daripada ilmu Kompatiologi. Apakah deklarasi ini terlalu dini, terlalu ambisius dan terlalu bombastis? Bukanlah tugas penemu ilmu Kompatiologi itu sendiri untuk menjawabnya. Justru para pemerhati, peminat dan partisipan dalam ilmu Kompatiologi, mereka itulah yang akan
[psikologi_net] Deklarasi Ilmu Baru Kompatiologi
Kepada Yth: Moderator Kami mengharap izin dari moderator untuk sekiranya meloloskan posting ini agar di masa mendatang ketika proyek ini semakin luas berguna bagi banyak orang; tindakan plagiat, copypaste contek menyontek dlsb dapat dihindari sehingga kami bisa lebih fokus pada penelitian kami yang bisa digunakan oleh masyarakat umum bukan sekedar untuk kaum pe-monopoli standart akademis saja seperti perkembangan ilmupengetahuan yang umum terjadi di Indonesia Thx Vincent Liong E-BOOK dapat didownload secara Cuma-Cuma di: http://groups.yahoo.com/group/komunikasi_empati/files Deklarasi Ilmu Baru Kompatiologi e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16550 Ditulis oleh: Drs. Juswan Setyawan [EMAIL PROTECTED] Pada tanggal 20 Juli 2006, penemu logika dan praxis Komunikasi Empati, Vincent Liong, dalam artikel Mukadimah mengumumkan berdirinya ilmu baru Kompatiologi. Kompatiologi tegas-tegas menolak dikategorikan sebagai ranting dari Ilmu Komunikasi maupun ranting dari Ilmu Biologi atau Ilmu Psikologi. Dalam diskusi lepas dengan pakar sosiologi Dr. Hubertus Ubur, seorang dosen Sosiologi pada Unika Atmajaya dan Gunadharma, terungkapkan fakta bahwa semua cabang Ilmu Pengetahuan secara organik dan sosiologis dimulai dengan dan dari suatu Konsep yang secara evolusioner barulah kemudian dikembangkan dan diperkaya dengan berjalannya waktu oleh tokoh yang berbeda-beda secara piramidal. Tidak ada cabang Ilmu Pengetahuan yang begitu timbul telah terbentuk secara sempurna dan sekali jadi. Metodik dan sistematika bahkan Nama resmi dari suatu ilmu baru selalu dikembangkan lebih hilir dalam kontinuum waktu perjalanan eksistensinya. Zaman dan kondisi telah berubah total dan segalanya menjadi semakin instant sehingga tidak ada salahnya justru dilakukan hal yang justru sebaliknya yaitu memberi nama baru kepada Komunikasi Empati ini sebagai Ilmu Kompatiologi. Sifatnya yang dominan praxis membuat Ilmu Kompatiologi dengan nama ataupun tanpa nama, walau dengan nama apapun ilmu Kompatiologi telah terbukti dapat dikuasai dan telah diterapkan secara individual ke dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan bidang profesi di dalam masyarakat seperti kedokteran umum, kedokteran hewan, kedokteran gigi, salesmanship, dsb. Pada abad ke 15 misalnya belum ada yang namanya ilmu Sosiologi, ilmu Anthropologi, ilmu Manajemen, ilmu Psikologi apalagi Ilmu Teknik Informasi dan Telematika. Tetapi ilmu-ilmu seperti ilmu Filsafat, ilmu Hukum, ilmu Kedokteran relatif lebih tua dan sudah terbentuk sejak abad-abad pertama tarikh Masehi. Ilmu filsafat sendiri, menurut Dr. Hubertus Ubur pada awalnya sama sekali bukan ilmu melainkan melulu rumusan hasil refleksi tentang hakekat zat dan tentang apa itu makna kebenaran. Orang mengamati fenomen atau gejala alam seperti api, air, angin dan ingin mencoba memahami dan merumuskan hakekatnya. Semestinya hal-hal seperti itu termasuk Ilmu Fisika namun pada awal mulanya semua ilmu berpangkal pada Ilmu Filsafat, karena semua ilmu selalu bersifat mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti the WHAT dan WHY serta kemudian diikuti HOW. Kata filsafat itu sendiri berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu philia dan sophia, yang masing-masing berarti cinta dan kebenaran, sehingga filsafat ialah ilmu yang mencintai kebenaran - tetapi mana ada ilmu pengetahuan formal yang membenci kebenaran? Filsafat juga tidak dibangun oleh satu orang karena selain nama Socrates yang kerap disebut-sebut dan dianggap bapak Ilmu Filsafat karena dipaksa minum racun akibat penemuan barunya itu, kita juga mengenal nama-nama seperti Plato, Stoa, Euclides dsb. misalnya. Ilmu Theologia juga baru timbul setelah orang-orang dari pelbagai zaman mempelajari ajaran-ajaran agama yang diturunkan ke dunia ini dari sudut pandangan tertentu yang serba theo-sentris. Dan pada gilirannya ilmu Moral baru terbentuk kemudian mengikuti ilmu Theologia. Bila kebanyakan ilmu pengetahuan memerlukan waktu yang sangat panjang dan lama untuk perumusan dan pengembangannya, maka Kompatiologi akan memerlukan waktu yang relatif lebih pendek karena didukung oleh mereka yang pakar dalam bidang-bidang penerapannya masing-masing. Kompatiologi pada hakekatnya bukan ilmu teori umum melainkan lebih bersifat ilmu terapan secara praxiologis. Maka dari itu kompatiologi secara langsung serta merta telah dapat diterapkan ke dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, namun para pakar dari ilmu pengetahuan yang bersangkutanlah yang akan berkontribusi untuk mengembangkan Ilmu Kompatiologi itu sendiri. Misalnya, Cornelia Istiani, M.Si. seorang strata dua Ilmu Psikometri bertugas merumuskan dasar-dasar psikometrik daripada ilmu Kompatiologi. Apakah deklarasi ini terlalu dini, terlalu ambisius dan terlalu bombastis? Bukanlah tugas penemu ilmu Kompatiologi itu sendiri untuk menjawabnya. Justru para pemerhati, peminat dan partisipan dalam ilmu Kompatiologi, mereka itulah yang akan
[psikologi_net] KomPati sebagai Payung dari Cabang Ilmu di dalam-nya
KomPati sebagai Payung dari Cabang Ilmu di dalam-nya Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong Pendahuluan Saya merasa kurang bilamana saya tidak menceritakan apa yang akan saya tuliskan dalam esai ini. Sebenarnya saya tidak mau / menghindari diri untuk menulis hal-hal tentang Komunikasi Empati (KomPati). Bagi saya masterpiece terbaik saya bulankah dari tulisan-tulisan saya baik tentang KomPati atau karya-karya saya sebelumnya yang sekedar aplikasi (menerapkan kemampuan / ilmupengetahuan tertentu) selalu subjective dan individualistis karena memang saya penulis yang bercerita hal biasa tentang hidup saya sendiri yang oleh karena tulisannya menjadi suatu hal yang menarik. Masterpiece dari karya saya menurut karya saya sendiri adalah bagaimana keberhasilan saya, mentranformasi proses mengalami dan menghayati pengalaman-pengalaman dalam petualangan-petualangan yang saya alami menjadi basic sistem sederhana tetapi bukan kacangan yang bisa dipahami, dijalani dalam hidup siapa saja tanpa terkecuali yang berniat dan tulus untuk mengalami petualangan sejenis dalam kehidupannya sendiri, yang tentunya akan tetap sebagai hal yang unique yang melekat pada orangnya masing-masing, sebagai senimannya untuk diri sendiri. Banyak seniman baik dalam tulisan seperti Pramoedya Ananta Tour yang belum lama meninggal dunia, pelukis seperti Leonardo Da Vinci, atau ilmuan seperti Carl Gustav Jung dan Sigmund Freud yang dimana setelah si tokoh utama meninggal dunia karyanya hanya menjadi kenangan untuk dibahas, diperbincangkan dan dikritisi. Memang sepertinya banyak ahli bergelar sesuai standart bermunculan mulai dari ahli sastra, ahli seni lukis sampai ahli Psikologi, tetapi ahli-ahli ini hanya menjadi seorang discoverer seperti anda yang menonton discovery channel menonton apa hal yang sebenarnya sudah ada, sekedar anda sedikit lebih tahu dari sebelum anda menontonnya. Jarang sekali dari kalangan para ahli ini yang benar-benar menjadi inventor menemukan sesuatu dari ketidaktahuan samasekali, tanpa punya kesempatan untuk menonton dari televisi atau membaca buku atau mengikuti seri kuliah sehingga karena banyak mendengar dalam standart tertentu dianggap lulus. Yang menjadi masalah, menonton itu beda dengan mengalami proses pengalaman pencerahan atas suatu pembentukan karya seni tsb. Kita tidak menonton discovery channel atau national geograpic soal Leonardo Da Vinci misalnya dimana Da Vinci sendiri yang bercerita di sana. Bilamana demikian pun, seberapa detail pengalaman seumur hidup tsb bisa dia ceritakan dalam sebuah seri film dokumenter yang durasinya kurang dari satu atau dua jam tsb. Apalagi bilamana si pencerita bukan orang yang sama, sudut pandang bisa saja berbeda, bahkan alat penilai dan pemetaan bahasa yang digunakan untuk menceritakan sudah tentu berbeda. Misalnya dalam fakultas Psikologi kita menemui Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung. Pelajaran yang misanya kuliah Psikologi, hanya bersifat menceritakan discovery atau bahkan gawatnya malah seperti pelajaran sejarah dimana kronologis dan point-point hasil akhir penemuannya saja yang dibahas, proses pembentukan yang sedikit-semi sedikit itu tidak dibahas. Yang lebih gawat lagi, sistem berpikir mendasar yang dipakai untuk membahas ilmupengetahuan warisan Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung jelas berbeda dengan sistem mendasar yang Freud dan Jung gunakan. Freud dan Jung adalah ilmuan yang basic ilmunya bersifat pengertian proses keseluruhan pengalaman (memori base) yang sifatnya lebih konstan, misalnya soal Psikoanalisa-nya. Sedangkan sistem mendasar yang digunakan oleh Psikologi adalah sistem stimulus response (reward punishment). Hal ini sama seperti bilamana kita membahas sebuah kapal yang melepas jangkarnya di tengah laut yang dalam. Bilamana kita menggunakan sistem pemikiran mendasar yang base on stimulus dan response, maka yang dibahas adalah frekwensi gerak badan kapal akibat hempasan gelombang dan tiupan angin. Bilamana kita menggunakan sistem pemikiran mendasar yang base on pengertian proses keseluruhan pengalaman (memori base), maka yang kita nilai adalah letak kapal terhadap garis lintang dan bujur bumi yang tetap karena kapal tsb tertambat di satu tempat tertentu karena adanya jangkar. Bilamana kita membahas letak kapal terhadap garis lintang dan bujur bumi dengan memperhatikan frekwensi gerak kapal akibat angin dan gelombang saja maka tentu data hasil penilaian yang diperoleh akan jelas salah. Dalam Psikologi, sistem berpikir mendasar yang berbeda ini membuat Psikoanalisa dianggap sulit dipelajari dan digunakan sehingga tidak / jarang dipakai di dunia Psikologi. Lalu mengapa Psikologi masih memonopoli bahwa Psikoanalisa Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung adalah bagian dari ilmu Psikologi? Blok Barat atau Blok Timur Dulu saya ketika diceritakan di kelas sejarah soal blok barat dan blok timur tidak begitu mengerti dan membenarkan saja ketika diceritakan soal perang antara Kapitalis VS Komunis. Dulu ketika mendengar cerita
[psikologi_net] KomPati Combats Monopolis ; oleh: Juswan Setyawan
KomPati Combats Monopolis Balasan Sdr. Juswan Setyawan kepada sdr.Tan di maillist: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/16371 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/8357 Sdr. Tan yang sedikit disoriented, Hidup ini adalah suatu permainan (life is just a game; so know the rules of the game) dan manusia itu juga adalah homo ludens atau manusia yang senang bermain-main. Dr. Eric Berne juga menyatakan bahwa manusia itu menghabiskan waktunya untuk 4 hal yaitu Work - Ritual - Intimacy - Pastimes. Jadi jangan serius melulu kalau mau panjang umur. Ada waktu serius untuk kerja atau studi, ada waktu untuk doa atau sembahyang, ada waktu untuk pacaran atau bemesraan sekesek tetapi sediakan waktu juga untuk bermain-mian. Menurut Vincent studi atau kuliah itu sangat membosankan. Bahkan ada yang menganggap Universitas itu semacam lembaga pseudo-keagamaan yang memiliki mithos, kitab suci, nabi, hirarki, upacara, lagu suci, hukum, ikon dsb. Lihat saja umpamanya upacara wisuda - bukanlah semuanya seperti upacara keagamaan klasik, dosen-dosen pakai toga, pakai topi kebesaran, pakai tongkat kebesaran, sambil menyanyikan lagu hymne civitas academica dalam bahasa Latin - yang iris kuping gue kalau ada satu mahasiswa yang paham artinya... dsb. Jadi mengapa sekolah atau studi juga tidak boleh dijadikan semacam pastimes atau suatu game... supaya enak buat dijalani dan ditelan pahitnya karena diberi bersalut gula (sugar coated bitter pills)... Anggaplah kita sedang main play station perang-perangan. Perang melawan Sistem Pendidikan yang kaku. Perang melawan Establishment. Perang melawan Monopoli suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu, entah itu psikologi, kedokteran, farmasi, sastra, filsafat, ekonomi, hukum, manajemen, komunikasi, sosiologi, politik atau sebutkan studi apa sajalah. Perang melawan Asosiasi ini itu yang merasa paling berhak membuat aturan - bahkan seburuk apapun - dalam suatu bidang tertentu tersebut. Kalau ada peperangan tentu ada kawan dan lawan dan ada penggalangan kekuatan serta perlawanan mati-matian dari pihak yang merasa institusinya terancam atau oknum yang terganggu comfort zone yang selama ini dinikmatinya. Dulu sewaktu kami kuliah dan ketemu seorang dosen killer, kalau ia memutuskan kita harus mengulang satu tahun, maka kami hanya bisa menurut saja dan menganggur satu tahun... memboroskan uang kiriman orang tua dan waktu dengan sia-sia hanya karena kediktatoran dosen killer tersebut. Siapa berani melawan mereka? Bersuarapun kami tidak berani. Sekarang zamannya sudah berubah. Seorang mahasiswa 'geblek bin ndablek' dengan indeks prestasi 0.5 bisa saja menemukan metode pengembangan psikologi terapan yang multi-tasking sehingga orang kemudian bertanya-tanya: Kalau bisa begitu, lalu untuk apa lagi kuliah psikologi capek-capek kalau sesudah tamatpun mereka tidak boleh praktek sebagai psikolog dan cuma bisa jadi calon klerk - dan kalau bisa KKN - menduduki posisi Manajer HRD bersaingan dengan para lulusan Fakultas Hukum yang melek undang-undang tetapi buta dan yang pengetahuan psikologinya - tidak ada tai-tainya ? Maka dalam main perang-perangan itu maka diadopsilah Ilmu Samurai dari tokohnya yang ichi-ban (nomor satu) yaitu Musashi Miyamoto dari perguruan Ni Ten Ichi Ryu (Dua Langit Satu Sekolah) dengan memakai 5 strategi dasar yang dituangkan dalam 5 bukunya: Kaze no maki; Hi no maki; Mizu no maki; Chi no maki; Kaze no maki; dan Ku no maki. Kita semua sepakat bahwa Vincent pantas jadi ikon/maskot Musashi Miyamotonya, atau seperti tokoh yang sangat dikaguminya yaitu Kim Il Sung seorang benevolent dictator dari Korea Utara yang dicintai oleh semua rakyatnya tetapi paling dibenci oleh Amerika. Berikan saja kepada Vincent apa yang disukainya - dan ia memang paling suka menjadi simulacra Kim il Sung. Kita juga sepakat memakai strategi marketing yang lagi in dan sangat ampuh yaitu MLM dan sistem franchising untuk mengembangkan Komunikasi Empati supaya cepat berkembang biak menurut deret ukur - di luar pandemi lewat virus flu monyet Koshima - semuanya tanpa biaya promosi yang berarti. Walaupun sistem MLM itu sangat 'vicious' dari sononya karena yang sukses ditunjang oleh massa yang belum sukses tetapi sistem itu tetap akan bertahan untuk selamanya dan sukar dikalahkan. Begitu pula dengan Komunikasi Empati kita tidak mengenal Hak Patent atau Hak Pencipta, maka semua boleh mengutip atau mempelajarinya dengan bebas. Siapa saja boleh mengarang menurut kemampuan, latar belakang studi, maupun latar belakang collective memorynya masing-masing. Tidak ada yang menggugat atau digugat. Tidak seperti dalam ilmu pengetahuan lewat kelembagaan di mana anda dilarang bicara apapun - misalnya bicara soal konseling psikologis kalau anda bukan psikolog, atau bicara apapun soal penyembuhan allopatik kalau anda bukan dokter. Dilarang menafsirkan ayat kalau anda bukan sekolah teologi atau spesialis hermeneutika, dsb. Dalam Komunikasi Empati yang diukur ialah tingkat keberhasilan
[psikologi_net] Komunikasi Empati ala Vincent Liong : Teori baru? ; oleh: Dr. Hubertus Ubur
Komunikasi Empati ala Vincent Liong : Teori baru? Kata Pengantar dari Dr. Hubertus Ubur Munculnya kontroversi seputar Vincent Liong dan Komunikasi Empati yang diperkenalkannya, menurut saya, merupakan hal yang wajar. Vincent masih tergolong muda usianya, masih ingusan di bidang ilmiah. Dikatakan ingusan karena ia baru mulai menapaki kehidupan sebagai mahasiswa psikologi, berarti baru saja berkenalan dan belum mengenal betul apa yang dimaksud dengan ilmu umumnya dan psikologi khususnya. Namun dalam usia dan pengalaman ilmiah seperti itu ia sudah berani mengklaim bahwa ia mempunyai teori tentang Komunikasi Empati yang pendekatannya lain dari apa yang selama ini dikenal di kalangan psikolog. Kontroversi makin menjadi oleh karena Vincent belum menjelaskan dengan baik dalam bahasa ilmiah yang bisa dipahami ilmuwan lainnya tentang pemikirannya. Bagi sebagian orang hal ini justru menarik, apalagi ketika mereka melihat karya Vincent yang amat menajubkan. Bayangkan saja, hanya dengan meraba cover sebuah buku, asal ia merabanya dengan komunikasi empati ala Vincent, seseorang bisa menebak apa isi buku tersebut. Bagaimana caranya? Ya, dengan komunikasi empati ala Vincent Liong itu? Tetapi bagaimana hubungan antara kegiatan meraba dengan diperolehnya pengetahuan tentang isi sebuah buku? Entahlah. Namun bagi sebagian orang, kegiatan seperti merupakan sesuau yang tidak masuk akal. Kehadiran orang dan kegiatan seperti itu justru menyebalkan. Kesebalan yang ditimbulkan makin bertambah manakala melihat ulah Vincent sendiri dalam pergaulan maupun dalam kesehariannya sebagai mahasiswa. Saya pernah ditanyai bagaimana sikap saya terhadap fenomena ini? Awalnya saya memandangnya sebagai sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan seorang paranormal. Bukankah Vincent sebelumnya oleh media diperkenalkan sebagai seorang indigo? Orang tegolong indigo biasanya dianggap mempunyai kemampuan khusus melebihi kemampuan orang lain pada umumnya, dan kemampuan itu merupakan karunia dan bukan hasil belajar. Jika orang indigo bisa melakukan sesuatu yang sulit diterangkan secara ilmiah, hal itu memang wajar untuk seorang indigo. Ketika seorang Vincent bertemu dengan saya untuk pertama kalinya mampu membantu menyembuhkan gejala sakit kepala saya, hal itu saya terima sebagai sebuah kewajaran menurut pengertian tadi. Akan tetapi lain lagi masalahnya dengan apa yang diperkenalkannya belakangan ini. Tidak jarang dikemukakan bahwa Vincent mempunyai ilmu baru dengan metode baru yang disebut dengan Komunikasi Empati ala Vincent Liong. Metode baru ini efektif, bahkan emansipatif sifatnya. Buat saya, munculnya sebuah teori baru dalam disiplin tertentu bukan merupakan hal yang aneh, bukan juga hanya sah, melainkan juga sangat diharapkan. Bahkan ada anggapan bahwa jika tidak muncul teori baru, itu merupakan pratanda ilmu akan menjadi mandeg. Saya kebetulan pernah mengenyam sedikit-sedikit bidang filsafat, teologi dan sosiologi. Tidak ada di antara ketiganya yang saya kuasai benar-benar. Namun satu hal saya ingat betul bahwa dalam ketiga bidang tersebut ada berbagai variasai bahkan pertentangan pandangan. Hal itu tidak mengakibatkan sebuah anomi ilmiah melainkan justru sebaliknya memperkaya. Dalam teologi, muncul pandangan mulai dari yang teistik sampai yang ateistik. Dalam filsafat, muncul berbagai pandangan tentang macam-macam hal. Obyek filsafat sendiri segala sesuatu berarti past ada banyak pandangan. Mengenai satu hal pun ada berbagai pandangan, bahkan bertentangan satu sama lain. Ambil saja contoh bidang filsafat yang disebut epistemologi. Salah satu pertanyaannya ialah manakah sumber pengetahuan yang bisa dipercaya? Atas pertanyaan yang satu ini saya kenal paling tidak ada empat pandangan. Pertama apa yang disebut rasionalisme yang mengatakan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang valid adalah rasio. Kedua, empirisme yang mengatakan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang benar adalah pengalaman (empiri). Ketiga, fenomenalisme (Kant) yang mengatakan bahwa pengetahuan berasal dari gejala (apa yang menampakkan diri) namun bendanya sendiri tidak dapat diketahui. Pandangan keempat adalah pandangan yang mencoba melengkapi apa dikemukakan Kant itu yakni bahwa benda bisa diketahui keseluruhannya melalui apa yang disebut intuisi (Henry Bergson). Bagaimana dengan sosiologi? Di bidang sosiologi pun ada berbagai variasi pandangan yang saling berlawanan dan saling mengeritik. Dikenal beberapa paradigma sosiologi yang pemunculannya kurang lebih mengikuti tahapan sebagaimana dideskripsikan oleh Thomas Kuhn di bidang ilmu alam. Paradigma sosiologi fakta sosial misalnya cukup berperan dalam menjelaskan fenomena sosial, namun dalam perkembangan lanjutan paradigma ini terasa tidak mampu menjelaskan seluruh fenomena sosial yang ada maka muncul krisis paradigmatik yang kemudian disusul oleh lahirnya paradigma baru yang disebut paradigma definisi sosial. Dalam kebersamaan berbagai paradigma itu mempunyai daya
[psikologi_net] (unknown)
Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com Yahoo! Groups Sponsor ~-- You can search right from your browser? It's easy and it's free. See how. http://us.click.yahoo.com/_7bhrC/NGxNAA/yQLSAA/wf.olB/TM ~- posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[psikologi_net] Fwd: Re: [psikologi_transformatif] Pemain yang Mengira Dirinya Menonton
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/7306 --- In [EMAIL PROTECTED], audifax - [EMAIL PROTECTED] wrote: Jeni: Saya yakin anda pernah mengalami kelelahan temporal, baik kelelahan fisik maupun pola pikir yang acak-acakan dan bingung. Saat itu anda bukanlah diri anda yang sebenarnya, anda hanya mengikuti arus yang ada dari pagi hingga petang dan seterusnya karena memang begitu dunia materialistis dan pragmatis harus diimbangi. Biasanya ada dua hal yang mampu menghentikan kebiasaan anda yang gila kerja, yakni karena jatuh sakit dan ketika anda sudah merindukan eksistensialisme diri anda yang sebenarnya maka anda akan menjauh dan sendirian, dengan begitu anda menjadi tenang. Hal ini biasanya tidak berlangsung lama karena anda kembali menyesuaikan diri dengan dunia logis secara cepat. Audifax: Menarik. Mengingatkan saya akan apa yang pernah diungkapkan Martin Heidegger tentang Dasein dan dasman. Dasein, adalah seperti yang Jeni ungkapkan, orang yang merindukan eksistensialisme diri sebenarnya dan menjauh, menyendiri. Sedangkan dasman adalah orang yang tenggelam dalam arus keseharian, dalam kerumunan, sehingga diripun melenyap dalam kerumunan itu. Kerumunan orang Katolik, kerumunan muslim, kerumunan mahasiswa, kerumunan etnis dsb. Dalam kerumunan, tak ada Jeni, Audifax, Priatna, Kartono, dan sebagainya itu Tulisan Jeni saya pikir adalah sesuatu yang menarik untuk disimak. Kenapa? Bukankah kita sering menemui refleksi semacam ini? Peristiwa semacam itupun (berjalan di atas bara dengan kekuatan pikiran) toh juga bukan hal yang terlalu istimewa. Ya, itu semua juga benar, namun satu yang emnarik adalah refleksi dan analisa atas apa yang dialami dalam sebuah tulisan seperti ini justru muncul dari seorang yang berlatar pendidikan teknik, dan bisa saya katakan, sangat jarang dari orang yang berlatar psikologi. Jika beberapa waktu yang lalu saya menuliskan tentang IN-THE-NAME-OF-THE-PSYCHOLOGY dan mendapat reaksi keras dari kalangan psikologi mainstream yang tergabung di milis PSIINDONESIA, maka fenomena bagaimana seorang Jeni menulis ini bisa menjadi salah satu bukti lagi. Bukti lain? Banyak. Mungkin kita lihat saja ke depan pada fenomena Gempa Jogja ini. Saya pikir bagaimana genuinitas melihat realita itulah yang sebenarnya sangat jarang terjadi di kalangan psikologi. Seperti terlihat pada reaksi Toge Aprilianto di milis PSIINDONESIA pada bagian di mana saya mencontohkan seorang Mbok Sum yang warungnya menjadi fasilisasi pluralitas. Bagian tulisan saya berikut: Satu-satunya kemungkinan agar psikologi dapat mulai menyumbang pada penyelesaian masalah nirhumanitas dan penerimaan kemajemukan bangsa ini, adalah dengan mulai belajar berpikir inklusif. Saya justru merasa seorang Mbok Suminem di Ledok Sayidan, seperti dikisahkan Bernhard Kieser dalam diskusi di Jogja beberapa waktu lalu, jauh lebih bisa menyumbang bagi permasalahan nirhumanitas dan bagaimana menerima pluralitas. Rumah Mbok Sum menjadi warung, pagi hari ibu-ibu berkumpul di situ untuk belanja dan ngrumpi; malam hari tuan-tuan kampung bertemu di situ untuk ngopi dan ngrasani. Di rumah warung Mbok Sum dibangun ketetanggaan; di situ semua sama tahu; yang tidak cocok pun ketemu di situ, menjadi sesama warga. Jadi, penyelesaian masalah nirhumanitas dan bagaimana menerima kemajemukan pada bangsa ini, tidak membutuhkan kehadiran ribuan lulusan dari pendidikan psikologi manapun di Indonesia saat ini. Apa yang dibutuhkan Indonesia adalah berpuluh juta Mbok Sum untuk 200 juta jiwa penduduk yang terdiri dari sekian ribu etnis dan adat yang mencirikannya masing-masing, untuk lima agama dan berbagai kepercayaan berikut perbedaannya satu sama lain; untuk keunikan masing-masing manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya; serta untuk menjaga tetap hidupnya ke-Bhinneka-an bangsa ini dan bagaimana masing-masing bisa berkisah sesuai kehidupan dan keunikan diri. Direaksi Toge Aprilianto dengan pemikiran berikut: kalo disebutkan kita butuh orang-orang seperti mbok sum di yogya itu, ah.. dalam skala lokal sih banyak kok orang-orang seperti itu. lagian, apa lalu maksudnya psikologi dituntut menciptakan orang-orang seperti itu? ah.. aku kuatir malah jadi menyimpang dari esensi ilmunya deh. lagian, itu juga akan melanggar aspek keunikan dong. jadi, ya biar aja ada orang yang seperti mbok sum dan ada orang yang seperti dr azahari dkk. damai dalam keberagaman kan katanya, jadi ya ga perlu deh orang dituntut harus gini harus gitu. pake prinsip etika universal aja:kebebasanku berbatasan dengan kebebasan orang lain, jadi aku perlu bersepakat ketika kebebasan yang aku mau, memasuki wilayah kebebasan orang lain. hehe.. hehe.. Jadi, seperti inilah pemahaman akan apa itu pluralitas di kalangan seorang calon master psikologi. Mungkin itu pula yang dia maksud esensi ilmunya. Saya sendiri tidak habis pikir bagaimana bisa ada dr azahari dan pemikiran damai dalam keberagaman atau etika universal: kebebasanku berbatasan dengan
[psikologi_net] [TheJakartaPost] Awakening people's sixth sense is mind over matter
Awakening people's sixth sense is mind over matter oleh: Evi Mariani, The Jakarta Post, Jakarta http://www.thejakartapost.com/detailfeatures.asp?fileid=20060503.R02irec=2 On a rainy Saturday, Vincent Liong, 19, held a one-day workshop on awaking your sixth sense for a dozen of beginners. Holding out fruit he bought from a wet market, Vincent told his pupils to choose a fruit to help them see intangible things. Ask a question, slice the fruit, see the surface and feel it. The fruit can tell what you want to know, he said. Ask a question, Vincent told a student. Tell me about my sister's relationship with his boyfriend, said one participant. Vincent cut a cucumber and scrutinized the surface. The boyfriend is ignoring her. But she's putting up with it. She's very patient, Vincent said with confidence. Eventually, she will be tired of the situation. You don't have to tell her to leave him, she'll do it. A bit hesitant and bewildered, the students, from various ages and professions, approached Vincent's table to pick their choice of fruit or vegetable. Feel it, said Vincent, a skinny precocious youth. Previously, he had convinced the whole room that anyone could have the sixth sense without necessarily being born with the ability. I don't practice clairvoyance. I prefer teaching people how to feel and sense, he said. I provoke people. In the same room, a professional tarot reader, Leonardo Rimba, had his own business. He was seriously reading a set of tarot cards for a client, who listened raptly to Leo. These clairvoyance classes were not located in a cave in a mystical mountain. They were held at a building in the heart of the capital, on Jl. Jendral Sudirman. There was no smell of incense or seven flowers in the room although the head of the class jokingly call himself a dukun (shaman). Two years ago, an aura check showing Vincent had a bluish color, indicating him to be an indigo boy. Indigo people are known to possess special ability to see what others cannot. Before being declared an indigo Vincent was an ordinary, yet precocious boy. At age 15 he wrote essays relating his reflection on his social environment. The essays were printed by large publisher Grasindo, titled Berlindung di bawah payung (Sheltering under an umbrella). Born into a wealthy family that lives in upmarket Permata Hijau did not make him ignore social problems. In the book, he wrote about laborers, corrupt leaders, even a children's fashion show in which he once participated. Once he realized he had a potential for a sixth sense, he rarely wrote and concentrated instead on sharpening the sense. Hence, his friendship with other clairvoyants like Leo the tarot reader. His oddball network grows from day to day as he transfers his ability to other people through friendship. His parents' place is open house for his close friends, some of whom he knows through his mailing list [EMAIL PROTECTED] On a typical day, a guest can find a veterinarian that practices acupuncture for pets, who is learning numerology and tarot sitting in the backyard reading cards. Next to her, a university student who is a specialist on romance reading sits while recounting his condition to the veterinarian and the tarot reader. It's easy to learn clairvoyance. I can teach you, it won't take long, Vincent offered generously. It's difficult to think they are a bunch of con artists because what they say about a client's condition or future is plausible and realistic. Our readings are not fixed. We just explain future conditions based on the current situations. So, you can change your future if you want, Leo said. Conversations that take place in Vincent's house when his friends visit are unique. They sometimes talk about things they see, which most people don't see. He's there at the corner, I think, Vincent said, Yeah, I think so, too, Leo replied. Are you guys talking about a ghost? someone asked. Vincent and Leo looked at each other and both muttered: Yeah, but he's harmless. It's not easy being different. However, he seems to be breezy about his sixth sense, he makes jokes about it. People who meet him for the first time will just see him as a very talkative teenager. Studying in the Psychology Department at Atmajaya University, Jakarta, he sometimes teases his lecturers. I steal their knowledge. I can read their memory, so I can foretell the subject of the next class beforehand. Once I made a paper based on what I stole from the lecturer, so I'd written all that she was about to say when the class started, Vincent said, grinning. Talkative, different, breezy and funny: That's Vincent. And what is Vincent's ideal title for a psychology paper? Put a spell on a lecturer. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED
[psikologi_net] Seminggu Setelah Seminar(Logika Komunikasi Empati) Berlalu
mengundang Vincent Liong untuk mengadakan acara sejenis di tempat yang anda sediakan, silahkan langsung menghubungi Vincent Liong. Biaya (untuk menyewa Vincent Liong) akomodasi, dan lain-lain dapat dinegosiasikan sebelumnya dengan Vincent Liong sendiri. CDMA : 021-7000-6775 PhoneFax : 021-5482193, 5348567, 5348546 Address : Jl. Ametis IV G/22 Permata Hijau, Jakarta Selatan 12210 - Indonesia. e-mail: [EMAIL PROTECTED] (Note: Mengirim email, harap mengisi bagian subject email agar tidak masuk ke bulk mail.) Anda diundang untuk bergabung dalam diskusi di; Maillist VCL / Vincent Liong : [EMAIL PROTECTED] Maillist Psikologi Transformatif : [EMAIL PROTECTED] Messages Link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/messages/ Messages Link: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/messages/ Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net SPONSORED LINKS Bali indonesia Indonesia hotel YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "psikologi_net" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[psikologi_net] Kesaksian Peserta: Pelatihan Sehari (Informal) Logika Komunikasi Empati
Kesaksian Peserta: Pelatihan Sehari (Informal) Logika Komunikasi Empati Tempat: Pascasarjana Universitas Sahid Jaya di hotel Sahid Jaya, Jakarta. Tanggal waktu: Sabtu, 22 April 2006 Jam 10.00 WIB selesai. Judul asli: Komentar Tentang; Pelatihan Sehari (Informal) Logika Komunikasi Empati Penulis: Drs. Juswan Setyawan Email Penulis: [EMAIL PROTECTED] Diposting didiskusikan di: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/15219 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/6464 Disebarluaskan oleh Vincent Liong di berbagai maillist. Komentar Tentang; Pelatihan Sehari (Informal) Logika Komunikasi Empati Demikian judul undangan yang disebarkan Vincent melalui milis VCL dan beberapa milis lain untuk memancing para calon peminat dan pemerhati masalah-masalah fenomenologis. Judul tersebut tampak (berusaha) bersifat netral tetapi dari perincian hal-hal yang akan diperkenalkan dan media yang akan dipakai mengindikasikan aroma metafisis yang kuat. Sejak semula dikotomi antara logical intelligence dan intuitive intelligence masih dipegang teguh oleh beberapa peserta seminar seakan-akan kedua hal tersebut memiliki domain yang terpisah dan antara keduanya seakan-akan terdapat sekat-sekat yang tak dapat ditembus. Masing-masing kuat berpegang dengan norma-norma kerjanya sendiri sendiri. Padahal otak kiri manusia yang (konon) diterima sebagai mewakili kawasan logika dan otak kanan manusia yang mewakili intuisi manusia sesungguhnya keduanya bekerja secara vektoral dan alternating. Untuk mudahnya kita dapat membayangkannya bekerja seperti pada suatu perangkat musik stereo. Kita berada di tengah-tengah medan antara dua loudspeaker yang mengeluarkan nada yang berbeda, namun kita mendengarkan keutuhannya sebagai suatu harmoni. Demikian pula pernah ada penelitian yang menemukan bahwa pada kesan pertama (first impression) orang hampir selalu melihat secara gestalt dan baru kemudian orang turun kepada detail. Otak kanan secara cepat dan sekilas melihat keseluruhan kemudian beralih giliran otak kiri mengambil alih untuk menganalisis detail secara kritis. Contoh yang pernah saya baca ialah suatu pola gestalt yang berbentuk cangkir berkuping tetapi setelah diteliti ternyata merupakan suatu paduan gambar rekayasa di mana detail seluruhnya terdiri dari angka-angka saja dan bukan gambar. Sama halnya, kalau kita masih ingat atau pernah melihat, gambar Monalisa yang dibuat lewat hasil ketikan mesin ketik kuno pakai pita yang memakai seluruh ikon-ikon alfa-numerik yang tersedia. Secara empirik kita juga mengalami kalau melihat suatu film yang sama berkali-kali. Saat menonton untuk kedua (atau kesekian) kalinya kita mulai mencari figur sentral dan antagonis sejak pertama kalinya mereka muncul. Kita mencari apa saja yang dilakukannya secara sekuential di mana pada saat pertama kali menonton kita bahkan tidak tahu eksistensi dan peran figur-figur antagonis yang masih tersamar tersebut. Maka tidak heran kalau pertanyaan utama dan pertama yang diajukan ialah bagaimana mungkin menjelaskan sesuatu bila terlebih dahulu tidak (dapat) dijabarkan metodiknya. Itu tampaknya sama sekali tidak logis. Karena dalam pola berpikir berdasarkan logical intelligence metodik mendahului deskripsi sebagai hal yang perlu untuk terpenuhi syarat akan adanya suatu logical sequence. Empati dan komunikasi empatik bukan pertama-tama soal logika walaupun memiliki corak logikanya sendiri. Bila kita melihat seseorang dan langsung merasa antipati kepadanya lalu pertanyaannya apakah dasar logikanya perasaan tersebut? Kita belum pernah berjumpa dengan orang itu sebelumnya sehingga tidak mengenalnya apalagi berhadapan langsung dengan sikap dan perilakunya. Namun, wajah seseorang memperlihatkan seribu - mungkin selaksa - ikon yang diterima (belum lagi tetapi termasuk auranya) secara gestalt oleh otak kanan kita dan dalam bilangan nano-detik menyampaikan kesimpulan-antipatik kepada kita melalui otak kiri. Sementara itu otak kiri kita masih akan terus-menerus bertanya detail Apa-nya lagi dan Mengapa-nya serta menuntut bukti-bukti untuk verifikasi kesimpulan tadi. Padahal olah-detail telah lama rampung dan disampaikan oleh otak kanan kepada otak kiri dengan hasil final tadi, yaitu bahwa orang tersebut tidak simpatik dan karena itu kitapun langsung merasa (tanpa alasan logis) antipati kepadanya. Proses vektoral itu terjadi demikian cepatnya dalam bilangan nano-detik sehingga kalau dipakai proses dialektik yang biasa dengan analisis logical intelligence biasanya akan memakan waktu yang demikian lama dan itupun dengan hasil yang belum tentu memuaskan. Otak manusia itu ibarat dan sungguh-sungguh semacam psycho-cybernetic aparatus atau super-komputer-alami yang mampu mengolah milyaran-bit informasi dalam bilangan nano-detik. Umpamanya saja kita ingin menerima seorang CEO untuk perusahaan kita dan kita mengundangnya untuk suatu dinner. Mana mungkin kita berani menyuruh beliau pergi
[psikologi_net] Kesaksian Peserta: Pelatihan Sehari (Informal) Logika Komunikasi Empati
Kesaksian Peserta: Pelatihan Sehari (Informal) Logika Komunikasi Empati Tempat: Pascasarjana Universitas Sahid Jaya di hotel Sahid Jaya, Jakarta. Tanggal waktu: Sabtu, 22 April 2006 Jam 10.00 WIB selesai. Judul asli: Komentar Tentang; Pelatihan Sehari (Informal) Logika Komunikasi Empati Penulis: Drs. Juswan Setyawan Email Penulis: [EMAIL PROTECTED] Diposting didiskusikan di: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/15219 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/6464 Disebarluaskan oleh Vincent Liong di berbagai maillist. Komentar Tentang; Pelatihan Sehari (Informal) Logika Komunikasi Empati Demikian judul undangan yang disebarkan Vincent melalui milis VCL dan beberapa milis lain untuk memancing para calon peminat dan pemerhati masalah-masalah fenomenologis. Judul tersebut tampak (berusaha) bersifat netral tetapi dari perincian hal-hal yang akan diperkenalkan dan media yang akan dipakai mengindikasikan aroma metafisis yang kuat. Sejak semula dikotomi antara logical intelligence dan intuitive intelligence masih dipegang teguh oleh beberapa peserta seminar seakan-akan kedua hal tersebut memiliki domain yang terpisah dan antara keduanya seakan-akan terdapat sekat-sekat yang tak dapat ditembus. Masing-masing kuat berpegang dengan norma-norma kerjanya sendiri sendiri. Padahal otak kiri manusia yang (konon) diterima sebagai mewakili kawasan logika dan otak kanan manusia yang mewakili intuisi manusia sesungguhnya keduanya bekerja secara vektoral dan alternating. Untuk mudahnya kita dapat membayangkannya bekerja seperti pada suatu perangkat musik stereo. Kita berada di tengah-tengah medan antara dua loudspeaker yang mengeluarkan nada yang berbeda, namun kita mendengarkan keutuhannya sebagai suatu harmoni. Demikian pula pernah ada penelitian yang menemukan bahwa pada kesan pertama (first impression) orang hampir selalu melihat secara gestalt dan baru kemudian orang turun kepada detail. Otak kanan secara cepat dan sekilas melihat keseluruhan kemudian beralih giliran otak kiri mengambil alih untuk menganalisis detail secara kritis. Contoh yang pernah saya baca ialah suatu pola gestalt yang berbentuk cangkir berkuping tetapi setelah diteliti ternyata merupakan suatu paduan gambar rekayasa di mana detail seluruhnya terdiri dari angka-angka saja dan bukan gambar. Sama halnya, kalau kita masih ingat atau pernah melihat, gambar Monalisa yang dibuat lewat hasil ketikan mesin ketik kuno pakai pita yang memakai seluruh ikon-ikon alfa-numerik yang tersedia. Secara empirik kita juga mengalami kalau melihat suatu film yang sama berkali-kali. Saat menonton untuk kedua (atau kesekian) kalinya kita mulai mencari figur sentral dan antagonis sejak pertama kalinya mereka muncul. Kita mencari apa saja yang dilakukannya secara sekuential di mana pada saat pertama kali menonton kita bahkan tidak tahu eksistensi dan peran figur-figur antagonis yang masih tersamar tersebut. Maka tidak heran kalau pertanyaan utama dan pertama yang diajukan ialah bagaimana mungkin menjelaskan sesuatu bila terlebih dahulu tidak (dapat) dijabarkan metodiknya. Itu tampaknya sama sekali tidak logis. Karena dalam pola berpikir berdasarkan logical intelligence metodik mendahului deskripsi sebagai hal yang perlu untuk terpenuhi syarat akan adanya suatu logical sequence. Empati dan komunikasi empatik bukan pertama-tama soal logika walaupun memiliki corak logikanya sendiri. Bila kita melihat seseorang dan langsung merasa antipati kepadanya lalu pertanyaannya apakah dasar logikanya perasaan tersebut? Kita belum pernah berjumpa dengan orang itu sebelumnya sehingga tidak mengenalnya apalagi berhadapan langsung dengan sikap dan perilakunya. Namun, wajah seseorang memperlihatkan seribu - mungkin selaksa - ikon yang diterima (belum lagi tetapi termasuk auranya) secara gestalt oleh otak kanan kita dan dalam bilangan nano-detik menyampaikan kesimpulan-antipatik kepada kita melalui otak kiri. Sementara itu otak kiri kita masih akan terus-menerus bertanya detail Apa-nya lagi dan Mengapa-nya serta menuntut bukti-bukti untuk verifikasi kesimpulan tadi. Padahal olah-detail telah lama rampung dan disampaikan oleh otak kanan kepada otak kiri dengan hasil final tadi, yaitu bahwa orang tersebut tidak simpatik dan karena itu kitapun langsung merasa (tanpa alasan logis) antipati kepadanya. Proses vektoral itu terjadi demikian cepatnya dalam bilangan nano-detik sehingga kalau dipakai proses dialektik yang biasa dengan analisis logical intelligence biasanya akan memakan waktu yang demikian lama dan itupun dengan hasil yang belum tentu memuaskan. Otak manusia itu ibarat dan sungguh-sungguh semacam psycho-cybernetic aparatus atau super-komputer-alami yang mampu mengolah milyaran-bit informasi dalam bilangan nano-detik. Umpamanya saja kita ingin menerima seorang CEO untuk perusahaan kita dan kita mengundangnya untuk suatu dinner. Mana mungkin kita berani menyuruh beliau pergi
[psikologi_net] [PsiTransformatifAward] Ilmu Menang tanpa Perang oleh: Jusuf Sutanto
Rimba, Vincent Liong, Mang Ucup, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia Lia Ramananda, Ellen Kristi, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Heru Wiryanto, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Budi Bukik Setiawan, Nurudin Asyhadie, Cornelia Istiani, Caecilia Algina, Reza Indragiri Amriel, Pangestu, Suryaunika, Hendrik Bakrie, Muskitawati, Hasan Mawardi, Yan Rezky, Ignatius Yudhistira, Merkurius Adhi dan lain-lain. Jika pembaca mencermati, sebagian dari nama-nama tersebut bahkan telah memiliki karya baik buku maupun tulisan yang dimuat di berbagai media. Ada juga beberapa pengguna nama samaran yang aktif berbagi pemikiran, di antaranya:gotho loco, methoz, fankuangtzu dan lain-lain. Ini belum terhitung anggota pasif dari milis ini, yang banyak juga berasal dari kalangan akademisi ataupun ilmuwan. Bahkan, beberapa pembicara dari Simposium Psikologi Transformatif, masih juga menjadi member di milis ini, mereka adalah: Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro. Fenomena ini, menggambarkan bahwa milis psikologi Transformatif bisa jadi merupakan milis dengan jumlah member dan kepadatan posting terbanyak dibanding milis psikologi Indonesia lain. Plus keanggotaan sejumlah sosok yang memiliki kualifikasi bagus dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran melalui tulisan-tulisannya. Begitu pula dengan milis R-Mania, yang meski jumlah member dan kepadatan posting di bawah psikologi transformatif, namun banyak pula pemikiran bagus di dalamnya. Menyimak fenomena ini, sebenarnya ada sesuatu yang perlu kita sadari di sini, yaitu betapa kedua milis ini (Psikologi Transformatif dan R-Mania) menyimpan suatu potensi pengetahuan yang begitu besar. Kedua milis ini dengan segala karakterisasinya masing-masing, memiliki potensi besar untuk berkembang dan berkontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya psikologi. Berbicara mengenai pengembangan psikologi, adalah sulit melepas-kaitkan antara upaya-upaya membangun scientific atmosphere bagi pengembangan ilmu Psikologi dengan upaya-upaya penciptaan ruang guna melatih daya searching mind melalui aktivitas penulisan. Penulisan bukan saja memungkinkan para pelakunya mengkritisi dan mengembangkan kajian psikologi yang sudah dan pernah ada, tapi juga memperluas kesadaran akan realitas sehingga orang menemukan daerah-daerah cermatan yang baru. Inilah sumbangan penting milis ini bagi dunia psikologi Indonesia yang terjebak dalam rubrik-rubrik konsultasi dan alat tes. Sungguh ironi melihat model pendidikan psikologi Indonesia yang perkembangannya hanya tertuju pada lisensi untuk mengadakan konseling atau menggunakan alat tes, sementara di milis Psikologi Transformatif dan R-Mania, kita melihat sosok-sosok dengan latar beragam, baik dari kalangan psikologi maupun non-psikologi tengah membicarakan psikologi dalam berbagai tema. Apa yang terjadi di kedua milis ini semestinya membuka mata banyak orang dalam dunia pendidikan psikologi bahwa psikologi dapat dikembangkan seluas-luasnya. Oleh karena itu, kami para penggagas berdirinya kedua milis (R-Mania dan Psikologi Transformatif) memiliki pemikiran untuk mengembangkan apa yang ada di milis ini melalui ajang PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD. Sebelumnya, jangan membayangkan ajang ini seperti Academy Award atau penerimaan Kalpataru. Apa yang bisa kami berikan dalam sebagai Award, bisa jadi tak semegah ajang-ajang award lainnya. Kami hanya mencoba menawarkan, sedikit penghargaan bagi beberapa member di milis ini yang dinilai berdasar tulisannya. Seperti apa penghargaan itu? Silahkan anda baca ketentuan berikut: Tentang PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD: Kami membuka kesempatan bagi semua member milis untuk menulis dengan tema: Psikologi dan .... Pada ... (titik-titik) anda bisa mengisi sesuai concern anda. Misalnya: Psikologi dan Seni, Psikologi dan Tarot, Psikologi dan Kedokteran, Psikologi dan Pineal Re-Programming, terserah anda. Namun, dalam menyusun tulisan, dua kriteria berikut harus bisa tercermin dalam tulisan anda: * Tulisan-tulisan anda harus mencerminkan suatu PSIKOLOGI ALTERNATIF yang memang membedakan dan menawarkan hal lain di luar psikologi yang berkutat di ruang-ruang konbseling atau pertukangan alat tes. Dunia psikologi Indonesia menghadapi persoalan besar dalam hal ini, karena pendidikan psikologi memang hanya diarahkan pada ruang-ruang konseling dan penggunaan alat tes. Lulusan S-1 yang kurang lebih telah kuliah empat tahun, setelah lulus terbatasi oleh tidak dimilikinya lisensi untuk melakukan konseling dan menggunakan alat tes jika tidak melanjutkan ke magister. Ironisnya, magister pun yang lulusannya bergelar master psikologi, sebenarnya hanya sebatas memperoleh mastery (yang ditandai dengan lisensi) dalam ruang-ruang konseling dan alat tes. Dengan kriteria mencerminkan psikologi alternatif, tulisan yang dimuat dalam antologi
[psikologi_net] [PsiTransformatifAward] Kebajikan Spiritual Kaum Rudin ; J. Sumardianta
mengayuh becaknya sampai Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Perjalanan ditempuh lima jam karena harus berhemat supaya anak-anak tetap bisa sekolah. Ponirah (55 th), lebih heroik lagi. Sudah 15 tahun ibu lima anak ini mbecak. Sepeninggal suaminya karena kanker, Ponirah harus menanggalkan urat malu. Ia tak mau menyerah pada perasaan feminisnya. Becak dunia lelaki. Ponirah pernah ditempeleng sesama tukang becak dan ditendang polisi demi bisa mencicil utang keluarga yang tak mungkin bisa dilunasinya. Tertawa adalah persepsi terhadap situasi yang kontradiktif, kata filsuf Emmanuel Kant. Tawa para tukang becak yang terpaksa makan teratur sehari sekali karena penghasilan mereka menyusut semenjak sarana transportasi melimpah-ruah di Yogyakarta adalah kegembiraan dalam kesusahan. Tawa politisi yang gemar mengerahkan tukang becak dalam hajatan Pilkadal adalah kebahagiaan berlumur kemunafikan. Garuklah tubuh kaum politisi yang sok membela tukang becak! Darah kemunafikan akan mengalir deras dari sekujur badan hipokrit mereka! Strategi hidup kaum rudin, meminjam paradigma Martin Seligman, dalam Authentic Happines: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfilment (2002), adalah pemaksimalan kebajikan khas (signatur strength) seperti solidaritas sosial, keberanian, keuletan, integritas, kebaikan hati, pengendalian diri, dan rendah hati rupanya membuat tukang penarik angkong di Kalkuta dan tukang becak di Yogyakarta mampu mentransendensi kesulitan dan meloloskan diri dari tirani kekejaman dunia. Transendensi, menurut Danah Zohar dan Ian Marshal dalam Spiritual Capital: Wealth We Can Live By Using Oor rational, Emotional, and Spiritual Intellegence to Transform Ourselves and Corporate Culture (2004), merupakan sinergi kekuatan dari dalam yang menjangkau keluar sebagai penghubung tukang becak dengan sesuatu yang permanen dan lebih akbar---spontanitas, kesadaran diri, terbimbing visi dan nilai, mental holistik, kepedulian, independen terhadap lingkungan, mengambil manfaat dari kemalangan, dan keterpanggilan. Wahai politisi ambisius dan para saudagar gelojoh yang berlumuran kekayaan material namun busung lapar di gurun spiritual, hentikanlah intrik maupun pat-gulipat dengan meneladani ketangguhan spiritual tukang becak. Agar bangsa Indonesia tidak terjun bebas di lembah ketiadaan karena pemimpinya bermental budak-berjiwa kerdil.*** *J. Sumardianta, guru SMA Kolese de Britto Yogyakarta. Alamat: Jl. Laksda Adisucipto 161 Yogyakarta 55281. PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD 2006 PENDAHULUAN Tak terasa semenjak didirikan sekitar empat tahun lalu milis Psikologi Transformatif dan R-Mania telah berkembang pesat. Perkembangan kedua milis ini termasuk pesat, Milis Psikologi Transformatif dari anggota yang sampai awal Januari 2005 hanya berjumlah 300-an, saat ini telah mencapai 1100 member. Keaktivan postingpun tergolong padat, tercatat rata-rata perbulan 700 message masuk ke e-mail para member psikologi transformatif. Begitu pula dengan milis R-Mania, dari sekitar 200-an member di awal januari 2005, kini telah mendekati 700 member dengan kepadatan posting 300 message dalam sebulan. Berbagai pembelajaran terkait dengan psikologi dan riset telah didapat dari interaksi para member melalui posting-posting di kedua milis. Beberapa member bahkan begitu rutin mengirimkan tulisan-tulisan karyanya sendiri, maupun sekedar mem-forward tulisan orang lain. Berbagai tanggapan, pemikiran bermunculan menambah wawasan. Tak hanya itu, perkenalan antar member pun membangun bentuk-bentuk relasi tersendiri dalam ruang-ruang milis ini. Sejumlah namapun terkesan akrab, mereka yang tercatat pernah memposting di antaranya adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Vincent Liong, Mang Ucup, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia Lia Ramananda, Ellen Kristi, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Heru Wiryanto, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Budi Bukik Setiawan, Nurudin Asyhadie, Cornelia Istiani, Caecilia Algina, Reza Indragiri Amriel, Pangestu, Suryaunika, Hendrik Bakrie, Muskitawati, Hasan Mawardi, Yan Rezky, Ignatius Yudhistira, Merkurius Adhi dan lain-lain. Jika pembaca mencermati, sebagian dari nama-nama tersebut bahkan telah memiliki karya baik buku maupun tulisan yang dimuat di berbagai media. Ada juga beberapa pengguna nama samaran yang aktif berbagi pemikiran, di antaranya:gotho loco, methoz, fankuangtzu dan lain-lain. Ini belum terhitung anggota pasif dari milis ini, yang banyak juga berasal dari kalangan akademisi ataupun ilmuwan. Bahkan, beberapa pembicara dari Simposium Psikologi Transformatif, masih juga menjadi member di milis ini, mereka adalah: Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro. Fenomena ini, menggambarkan bahwa milis psikologi Transformatif bisa jadi merupakan milis dengan jumlah member dan
[psikologi_net] [PsiTransformatifAward] Ilmu Menang tanpa Perang oleh: Jusuf Sutanto
Rimba, Vincent Liong, Mang Ucup, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia Lia Ramananda, Ellen Kristi, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Heru Wiryanto, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Budi Bukik Setiawan, Nurudin Asyhadie, Cornelia Istiani, Caecilia Algina, Reza Indragiri Amriel, Pangestu, Suryaunika, Hendrik Bakrie, Muskitawati, Hasan Mawardi, Yan Rezky, Ignatius Yudhistira, Merkurius Adhi dan lain-lain. Jika pembaca mencermati, sebagian dari nama-nama tersebut bahkan telah memiliki karya baik buku maupun tulisan yang dimuat di berbagai media. Ada juga beberapa pengguna nama samaran yang aktif berbagi pemikiran, di antaranya:gotho loco, methoz, fankuangtzu dan lain-lain. Ini belum terhitung anggota pasif dari milis ini, yang banyak juga berasal dari kalangan akademisi ataupun ilmuwan. Bahkan, beberapa pembicara dari Simposium Psikologi Transformatif, masih juga menjadi member di milis ini, mereka adalah: Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro. Fenomena ini, menggambarkan bahwa milis psikologi Transformatif bisa jadi merupakan milis dengan jumlah member dan kepadatan posting terbanyak dibanding milis psikologi Indonesia lain. Plus keanggotaan sejumlah sosok yang memiliki kualifikasi bagus dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran melalui tulisan-tulisannya. Begitu pula dengan milis R-Mania, yang meski jumlah member dan kepadatan posting di bawah psikologi transformatif, namun banyak pula pemikiran bagus di dalamnya. Menyimak fenomena ini, sebenarnya ada sesuatu yang perlu kita sadari di sini, yaitu betapa kedua milis ini (Psikologi Transformatif dan R-Mania) menyimpan suatu potensi pengetahuan yang begitu besar. Kedua milis ini dengan segala karakterisasinya masing-masing, memiliki potensi besar untuk berkembang dan berkontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya psikologi. Berbicara mengenai pengembangan psikologi, adalah sulit melepas-kaitkan antara upaya-upaya membangun scientific atmosphere bagi pengembangan ilmu Psikologi dengan upaya-upaya penciptaan ruang guna melatih daya searching mind melalui aktivitas penulisan. Penulisan bukan saja memungkinkan para pelakunya mengkritisi dan mengembangkan kajian psikologi yang sudah dan pernah ada, tapi juga memperluas kesadaran akan realitas sehingga orang menemukan daerah-daerah cermatan yang baru. Inilah sumbangan penting milis ini bagi dunia psikologi Indonesia yang terjebak dalam rubrik-rubrik konsultasi dan alat tes. Sungguh ironi melihat model pendidikan psikologi Indonesia yang perkembangannya hanya tertuju pada lisensi untuk mengadakan konseling atau menggunakan alat tes, sementara di milis Psikologi Transformatif dan R-Mania, kita melihat sosok-sosok dengan latar beragam, baik dari kalangan psikologi maupun non-psikologi tengah membicarakan psikologi dalam berbagai tema. Apa yang terjadi di kedua milis ini semestinya membuka mata banyak orang dalam dunia pendidikan psikologi bahwa psikologi dapat dikembangkan seluas-luasnya. Oleh karena itu, kami para penggagas berdirinya kedua milis (R-Mania dan Psikologi Transformatif) memiliki pemikiran untuk mengembangkan apa yang ada di milis ini melalui ajang PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD. Sebelumnya, jangan membayangkan ajang ini seperti Academy Award atau penerimaan Kalpataru. Apa yang bisa kami berikan dalam sebagai Award, bisa jadi tak semegah ajang-ajang award lainnya. Kami hanya mencoba menawarkan, sedikit penghargaan bagi beberapa member di milis ini yang dinilai berdasar tulisannya. Seperti apa penghargaan itu? Silahkan anda baca ketentuan berikut: Tentang PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD: Kami membuka kesempatan bagi semua member milis untuk menulis dengan tema: Psikologi dan .... Pada ... (titik-titik) anda bisa mengisi sesuai concern anda. Misalnya: Psikologi dan Seni, Psikologi dan Tarot, Psikologi dan Kedokteran, Psikologi dan Pineal Re-Programming, terserah anda. Namun, dalam menyusun tulisan, dua kriteria berikut harus bisa tercermin dalam tulisan anda: * Tulisan-tulisan anda harus mencerminkan suatu PSIKOLOGI ALTERNATIF yang memang membedakan dan menawarkan hal lain di luar psikologi yang berkutat di ruang-ruang konbseling atau pertukangan alat tes. Dunia psikologi Indonesia menghadapi persoalan besar dalam hal ini, karena pendidikan psikologi memang hanya diarahkan pada ruang-ruang konseling dan penggunaan alat tes. Lulusan S-1 yang kurang lebih telah kuliah empat tahun, setelah lulus terbatasi oleh tidak dimilikinya lisensi untuk melakukan konseling dan menggunakan alat tes jika tidak melanjutkan ke magister. Ironisnya, magister pun yang lulusannya bergelar master psikologi, sebenarnya hanya sebatas memperoleh mastery (yang ditandai dengan lisensi) dalam ruang-ruang konseling dan alat tes. Dengan kriteria mencerminkan psikologi alternatif, tulisan yang dimuat dalam antologi
[psikologi_net] [PsiTransformatifAward] Kebajikan Spiritual Kaum Rudin ; J. Sumardianta
mengayuh becaknya sampai Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Perjalanan ditempuh lima jam karena harus berhemat supaya anak-anak tetap bisa sekolah. Ponirah (55 th), lebih heroik lagi. Sudah 15 tahun ibu lima anak ini mbecak. Sepeninggal suaminya karena kanker, Ponirah harus menanggalkan urat malu. Ia tak mau menyerah pada perasaan feminisnya. Becak dunia lelaki. Ponirah pernah ditempeleng sesama tukang becak dan ditendang polisi demi bisa mencicil utang keluarga yang tak mungkin bisa dilunasinya. Tertawa adalah persepsi terhadap situasi yang kontradiktif, kata filsuf Emmanuel Kant. Tawa para tukang becak yang terpaksa makan teratur sehari sekali karena penghasilan mereka menyusut semenjak sarana transportasi melimpah-ruah di Yogyakarta adalah kegembiraan dalam kesusahan. Tawa politisi yang gemar mengerahkan tukang becak dalam hajatan Pilkadal adalah kebahagiaan berlumur kemunafikan. Garuklah tubuh kaum politisi yang sok membela tukang becak! Darah kemunafikan akan mengalir deras dari sekujur badan hipokrit mereka! Strategi hidup kaum rudin, meminjam paradigma Martin Seligman, dalam Authentic Happines: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfilment (2002), adalah pemaksimalan kebajikan khas (signatur strength) seperti solidaritas sosial, keberanian, keuletan, integritas, kebaikan hati, pengendalian diri, dan rendah hati rupanya membuat tukang penarik angkong di Kalkuta dan tukang becak di Yogyakarta mampu mentransendensi kesulitan dan meloloskan diri dari tirani kekejaman dunia. Transendensi, menurut Danah Zohar dan Ian Marshal dalam Spiritual Capital: Wealth We Can Live By Using Oor rational, Emotional, and Spiritual Intellegence to Transform Ourselves and Corporate Culture (2004), merupakan sinergi kekuatan dari dalam yang menjangkau keluar sebagai penghubung tukang becak dengan sesuatu yang permanen dan lebih akbar---spontanitas, kesadaran diri, terbimbing visi dan nilai, mental holistik, kepedulian, independen terhadap lingkungan, mengambil manfaat dari kemalangan, dan keterpanggilan. Wahai politisi ambisius dan para saudagar gelojoh yang berlumuran kekayaan material namun busung lapar di gurun spiritual, hentikanlah intrik maupun pat-gulipat dengan meneladani ketangguhan spiritual tukang becak. Agar bangsa Indonesia tidak terjun bebas di lembah ketiadaan karena pemimpinya bermental budak-berjiwa kerdil.*** *J. Sumardianta, guru SMA Kolese de Britto Yogyakarta. Alamat: Jl. Laksda Adisucipto 161 Yogyakarta 55281. PSIKOLOGI TRANSFORMATIF AWARD 2006 PENDAHULUAN Tak terasa semenjak didirikan sekitar empat tahun lalu milis Psikologi Transformatif dan R-Mania telah berkembang pesat. Perkembangan kedua milis ini termasuk pesat, Milis Psikologi Transformatif dari anggota yang sampai awal Januari 2005 hanya berjumlah 300-an, saat ini telah mencapai 1100 member. Keaktivan postingpun tergolong padat, tercatat rata-rata perbulan 700 message masuk ke e-mail para member psikologi transformatif. Begitu pula dengan milis R-Mania, dari sekitar 200-an member di awal januari 2005, kini telah mendekati 700 member dengan kepadatan posting 300 message dalam sebulan. Berbagai pembelajaran terkait dengan psikologi dan riset telah didapat dari interaksi para member melalui posting-posting di kedua milis. Beberapa member bahkan begitu rutin mengirimkan tulisan-tulisan karyanya sendiri, maupun sekedar mem-forward tulisan orang lain. Berbagai tanggapan, pemikiran bermunculan menambah wawasan. Tak hanya itu, perkenalan antar member pun membangun bentuk-bentuk relasi tersendiri dalam ruang-ruang milis ini. Sejumlah namapun terkesan akrab, mereka yang tercatat pernah memposting di antaranya adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Vincent Liong, Mang Ucup, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia Lia Ramananda, Ellen Kristi, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Heru Wiryanto, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Budi Bukik Setiawan, Nurudin Asyhadie, Cornelia Istiani, Caecilia Algina, Reza Indragiri Amriel, Pangestu, Suryaunika, Hendrik Bakrie, Muskitawati, Hasan Mawardi, Yan Rezky, Ignatius Yudhistira, Merkurius Adhi dan lain-lain. Jika pembaca mencermati, sebagian dari nama-nama tersebut bahkan telah memiliki karya baik buku maupun tulisan yang dimuat di berbagai media. Ada juga beberapa pengguna nama samaran yang aktif berbagi pemikiran, di antaranya:gotho loco, methoz, fankuangtzu dan lain-lain. Ini belum terhitung anggota pasif dari milis ini, yang banyak juga berasal dari kalangan akademisi ataupun ilmuwan. Bahkan, beberapa pembicara dari Simposium Psikologi Transformatif, masih juga menjadi member di milis ini, mereka adalah: Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro. Fenomena ini, menggambarkan bahwa milis psikologi Transformatif bisa jadi merupakan milis dengan jumlah member dan
[psikologi_net] INTERVIEW: Bagaimana Sistem Belajar Komunikasi Anak Indigo ?
Bagaimana Sistem Belajar Komunikasi Anak Indigo ? Wawancara / Tanya Jawab mengenai tema tsb di atas bersama Liong Vincent Christian (Vincent Liong) dan Drs. Leonardo Rimba,MBA. . Interview ini dibuat sebagai tugas matakuliah Psikologi Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP), jurusan ilmu Komunikasi, semester kedua di Universitas Pelita Harapan (UPH), Lippo Karawaci, Tangerang. Dikerjakan oleh: Saraswita (NIM: 04120050041 / Hp: 0818810925 / email: [EMAIL PROTECTED] ), dan rekan-rekannya (yang ber-NIM: 04120050020, 04120050014, 04120050021 04120050036). Pada tanggal 25 Maret 2006 jam 13.00-15.00 WIB. Tempat wawancara di Café Upstairs, Plaza Senayan. Download files, klik: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/files/Bagaimana%20Sistem%20Belajar%20%26%20Komunikasi%20Anak%20Indigo.PDF http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/files/Bagaimana%20Sistem%20Belajar%20%26%20Komunikasi%20Anak%20Indigo.PDF Disebarluaskan dan di-Diskusikan pertama kali melalui maillist [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] : http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/14825 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/5930 (NOTE: Silahkan klik link tsb di atas untuk mengikuti diskusi.) Interview Transcript Kenapa anak indigo dikatakan membutuhkan bantuan pdhl mereka sudah mempunyai gifted abilities itu? Leo : Yang mengatakan anak indigo membutuhkan bantuan kan para psikolog itu, sebab para psikolog itu keliatannya punya asumsi untuk mengedepankan diri sebagai mereka yang punya spesilaisasi untuk membantu anak2 indigo itu. Tapi ttg apakah anak indigo itu benar2 membutihkan bantuan atau tidak kan itu urusan lain. Apa benar perlu bantuan? Kalo perlu, perlu dibantu apanya? Wong normal2 aja kok. Sebelumnya mungkin bisa dijelaskan apa itu indigo? L : Indigo itu adalah, menurut pengertian umum ya, itu kan asalnya dari penelitian psikolog di Amerika katanya ada anak-anak yang lahir taun 80an, itu ternyata kalo di potret (foto aura) memiliki aura berwarna indigo. Indigo itu biru ungu. Warna indigo ini adalah warna cakra mata ketiga. Letaknya diantara mata. Nah, cakra mata ketiga itu adalah cakra yang bisa melihat sesuatu yang tidak bisa terlihat dengan mata fisik. Jadi pengertiannya anak indigo adalah anak-anak yang mempunyai kemampuan sejak lahir untuk melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh manusia biasa. Dimana bedanya dengan anak-anak / orang-orang yang gifted, alias bisa melihat hal-hal seperti itu, tapi auranya tidak indigo? L : Well, saya tidak tau pasti karna saya ngga pernah ngecek warna aura. Tetapi memang ada orang dari generasi lain bisa melihat hal-hal lain tsb, tp mereka tidak dikategorikan anak indigo. Aku tidak dikategorikan sebagai anak indigo karna aku lahir bukan pada era 80an. Walaupun aku mungkin punya kemampuan yang dikatakan sama. Tapi secara definisi anak indigo adalah anak-anak yang lahir pada taun 80an. Jadi paling tua sekitar 20 tahun seperti Vincent, dan yang paling muda umur 5 tahun. Nah setelah itu kan era anak-anak kristal. Jadi itu masalah definisi aja. Ciri-ciri khusus anak indigo itu apa? L : Oke, ini menurut pengertian umum juga. Ciri khusus anak indigo adalah anak yang mempunyai bakat atau naluri untuk membantu org lain. Empatinya besar sekali. Kalau ketemu orang, mereka akan bisa membaca orang ini apa yang membuat dirinya tertekan, kenapa orang ini berperilaku seperti ini, dll Anak indigo bisa merasakan apa yang menyebabkan itu. Dan mereka ini, anak-anak indigo ini, memiliki naluri untuk membantu orang-orang yang tertekan ini untuk keluar dari masalahnya. Motivasinya apa? Tidak ada. Karna hanya ingin membantu saja. Tapi saya pernah baca di internet, kalo anak indigo ada 2. Yang satu introvert dan yang satu lagi yang ekstrovert, yang empatinya besar. Apakah benar ada 2 jenis seperti itu? L : Saya kurang tau, karna yang saya kenal dekat dan yang bisa saya bicara dengan konfiden tentang anak indigo, saya Cuma punya sample 2, Vincent, dan satu lagi Annisa, anak umur 5 tahun yang ngomong bahasa inggris terus. Dan dua-duanya tisak introvert. Vincent (V) : Mungkin bisa saya nambahin, saya kira ini kombinasi ya. Introvertnya ada, Cuma orang indigo kan selalu temannya banyak, selalu rame orang di seeliling dia. Tapi misalnya gw, gw kadang kalo rame, banyak temen-temen gw ngumpul, malah gw sibuk sendiri. Tapi tetep temen gw meratiin gw. Jadi temen gw merasa empati gw kuat ke mereka, tapi di sisi lain gw sibuk sendiri juga. Jadi introvert tapi juga empatinya gede. L : Mungkin yang dimaksud introvert ini harus kita jelaskan. Kalau aku liat dari Vincent itu adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu sampai benar-benar tuntas seorang diri. Jadi kalo baca tulisan-tulisannya Vincent, itu filosofis sekali. Karna walaupun istilah-istilahnya agak ancur tapi penalarannya itu logis. Dan bagaimana cara dia menemukannya? Apakah dengan penelitian literatur? Sama sekali tidak. Dia berkutat sendiri dengan jiwanya. Menggunakan intuisinya, dan
[psikologi_net] Memelet Dosen oleh: Vincent Liong
Memelet Dosen Sebuah makalah yang menjelaskan dengan ringkas bagaimana seorang Vincent Liong memelet dosen-dosennya ? Dengan membaca tulisan ini Vincent Liong mengharapkan agar anda para pembaca mampu memelet dosen anda juga sehingga terjadi keseimbangan antara hubungan Dosen Mahasiswa dalam kegiatan belajar-mengajar setidaknya dalam kelas anda sendiri Makalah singkat ini akan menjelaskan kepada anda baik yang mahasiswa atau juga merupakan dosen, tentang sistematika yang digunakan oleh seorang Vincent Liong terhadap dosen yang kebetulan mengajarnya di kelas. Vincent Liong sebagai penulisnya berusaha agar metode-metode praktikal yang telah diujicoba pada sebagian matakuliah yang diikuti oleh Vincent Liong mulai akhir semester pertama hingga semester kedua Vincent Liong di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya yang belum juga berlalu. Penulis / Peneliti: Mbah doekoen Vincent Liong Mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya NIM: 2005-70-108 Masa Penelitian: Februari 2006 Maret 2006 Disebarluaskan didiskusikan sebelumnya, di LINK : http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/14488 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/5569 http://groups.yahoo.com/group/R-Mania/message/1778 http://forum.atmajaya.ac.id/viewtopic.php?t=737 http://fpsi.atmajaya.ac.id/moodle/mod/forum/discuss.php?d=679 P E N D A H U L U A N Sejarah memang bisa menggulung siapa saja, tetapi manusia bukanlah sepotong gabus yang setelah terombang-ambing dapat diempas ke daratan dan menjadi sampah di pantai. (2002: Sampul belakang) Pernyataan di atas adalah sebuah kalimat yang saya baca saat pertama kali membaca buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Tour. Kalimat ini tercantum pada sampul luar bagian belakang keseluruhan keempat buku dalam Tertralogi Pulau Buru karya bung Pram (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca) terbitan tahun 2002. Mengapa saya mengutip kalimat di atas ?! Kalimat di atas sebagai sebuah kalimat yang menjadi anggota sebuah tulisan utuh yaitu Tertralogi Pulau Buru menjelaskan suatu keadaan pada zaman yang diceritakan dalam Novel tsb. Masyarakat pribumi yang tergulung oleh bangsa penjajahnya. Jika kita bandingkan dengan hari ini, tanggal 12 Maret tahun 2006 ketika saya menulis tulisan ini, suatu bangsa tidak lagi menjadi kaya dengan menjajah bangsa lain, era awal Industralisasi yang dilahirkan oleh revolusi Industri sudah lewat. Begitu juga dengan pendidikan formal. Saya membahas hal yang dijelaskan pada tulisan di atas, adalah untuk membahas masalah pendidikan formal yang merupakan warisan dari masa penjajahan dan refolusi industri tsb di atas. Pendidikan formal lahir sebagai warisan dari masa penjajahan dan refolusi industri dimana makna filosofis tentang manusia sebagai sebuah benda dengan mekanisme mesin yang masih tampak pada pendidikan formal saat ini. Manusia dididik dengan tujuan kwalitas kemahiran yang seragam dengan fungsi-fungsi tertentu. Seorang dosen bertugas sebagai mesin penyampai kurikulum yang bekerja, mengajar katanya, di ruangan kelas yang ada terdapat sekumpulan mahasiswa sebagai pendengar, yang bertugas mencatat dan menghafal kurikulum tsb, hingga pada akhir periode pendidikan tertentu di test kemampuan menghafalnya melalui ujian tertulis untuk mendapat nilai (%) kemampuan hafalnya dalam bentuk angka. Manusia di masa kini sudah tidak menghadapi situasi yang sama dengan manusia di masa revolusi industri masih menjadi hal yang baru. oleh sebab itu manusia di masa kini tidak lagi bisa dikotak-kotakkan seperti mesin dengan fungsi spesifik bagian-bagian-nya. Dalam hal proses pendidikan, maka dosen dan mahasiswa tidak bisa lagi diposisikan sebagai mesin pembaca dan mesin pendengar dan penghafal. Saya banyak melihat dosen yang kejenuhan dalam pekerjaannya tetapi tidak ada pilihan lain selain mengajar, begitu juga mahasiswa yang kejenuhan masuk ke kelas, tetapi orangtua dan norma masyarakat memaksanya untuk duduk di kelas mendengarkan dosen yang kejenuhan. Dosen yang jenuh bertemu muka setiap hari dengan mahasiswa yang jenuh untuk sebuah norma masyarakat yang bernama pendidikan. 4 E L E M E N T D A S A R K O M U N I K A S I M A N U S I A Bilamana kita mau membahas manusia sebelum masa penjajahan dan sebelum masa industrialisasi revolusi indistri maka kita perlu memaknai manusia; sebagai makhluk yang hidup dengan menikmati aspek-aspek kehidupan yang bersifat semiotik, sebuah ritual yang hidup. Contoh sederhananya; Manusia meyakini bahwa mereka membututuhkan jenis makanan tertentu karena manusia sebagai makhluk yang berkelompok, dengan cara yang sejenis berempathy satu sama lain untuk membentuk keyakinan bersama. (Empathy / element: Air / sifat: Air itu menghanyutkan, dan melarutkan. Semua yang di dalamnya terhanyut atau terlarut.) Manusia sebagai makhluk individual selalu ingin menang dengan mengalahkan individu lain. Bila kita membahasnya dalam hal makanan, manusia ingin makan makanan yang lebih enak
[psikologi_net] Nur Agustinus seorang Psikolog Hebat Berijasah yang Meramal Mbah Dukun Vincent Liong
Note: forwarded message attached. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[psikologi_net] Psychology Fair 2006 Career in psychology (Fak. Psikologi UI)
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/14292 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/5347 Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi UniversitasIndonesia mempersembahkan Psychology Fair 2006 Career in psychology 9 -10 Maret 2006, Pusat Studi Jepang UI Depok **Seminar Psikologi Periklanan Psychology in advertising : a gateway to success Kamis, 9 Maret 2006, 08.00 - 12.30 WIB pembicara : Tika Bisono, MPsi. (Artis, Psikolog, dosen psi. periklanan) Paramita Mohamad (Group Strategic Planning Director PT.Lowe Indonesia) Moderator : Dian Wisnuwardhani,M.Si **Seminar Karier : Be the best candidate! Jumat, 10 Maret 2006, 08.00 -11.30 WIB pembicara : Dra. Eka Adityawati MA (dosen psikologi UI, sekretaris bagian PIO UI) Wustari H. Mangundjaja MOP (Managing Director Senior Consultant PT. Performa Swasthacita , Dosen psikologi UI) **Pameran lembaga pendidikan (Palem) Promosi lembaga pendidikan dan universitas dalam luar negeri 9 -10 Maret 2006, 09.00 - 15.00 WIB **Bursa karier Menyediakan lowongan kerja bagi para pencari kerja 9-10 Maret 2006, 09.00 - 15.00 WIB PLUS Bazar buku dan permainan edukatif bagi anak.. HTM : paket 1 : 2 seminar + Palem + bursa karier Rp 60.000 paket 2 : 1 seminar + Palem + bursa kerier Rp 35.000 paket 3 : Palem + bursa karier Rp.10.000 Reservation : Meldi 0812 818 839 Renata 0856 1174 309 = NOTE: Email ini disebarluaskan oleh Vincent Liong atas permintaan dari panitia Psychology fair ; Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Isi di luar tanggungjawab Paguyuban Perdoekoenan Vincent Liong sebagai forwarder. http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join = Date: Wed, 1 Mar 2006 00:36:43 -0800 (PST) From: hayati rahmah [EMAIL PROTECTED] Subject: boleh tolong forward ga?? To:[EMAIL PROTECTED] http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/14292 halo vincent liong ! kita dari panitia Psychology fair, mau minta tolong ni. kita mau nyebarin acara seminar psikologi di UI lewat internet. cuma kalo harus daftar di milis, bakal lama. boleh ngga kita minta tolong vincent untuk forward-in acara seminar kita. kan vincent liong jadi member di banyak milis...jd mgkin kita bisa menyebarkan info lebih banyak. terima kasih panitia Psychology Fair UI 2006 Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[psikologi_net] Perbedaan Teori 'Reward Punishment' di Dalam dan di Luar Fakultas Psikologi
Tulisan ini ditulis pertama kali sebagai surat kepada Yth: Dosen dan Mahasiswa mata kuliah Kepribadian 1 di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya ... = Behaviour Modification : Reward Punishment Perbedaan pola terapi di Fak. Psikologi dengan di luar Fak. Psikologi Selama beberapa minggu mengikuti kelas Kepribadian 1 di fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, saya menemukan perbedaan antara yang saya pelajari di Fak. Psikologi dengan di luar Fak. Psikologi berkaitan dengan pembahasan Behaviour Modification ; Reward Punishment. Dalam pembelajaran di Fak. Psikologi yang menggunakan beberapa contoh BiMod: * Tikus menekan pedal sehingga mendapat reward makanan. * Seorang sakit jiwa mau mandi asal dijanjikan dibelikan BH sebelah , dan lain sebagainya yang intinya: Diberi hadiah atau diberi hukuman Dalam kenyataannya di luar Fak. Psikologi yang saya temukan bahwa pola pemikiran demikian hanya bisa berlaku apabila individu object berhadapan dengan benda tidak hidup/tidak bernyawa. Baik Tikus, binatang lainnya dan manusia bila berhadapan dengan theraphist yang hidup/bernyawa maka hal bargaining dalam BiMod tidak hanya berlaku seperti transaksi dagang antara mesin penjual otomatis dan pembeli. Hal ini terjadi karena ketika dua makhkluk hidup berinteraksi maka tidak hanya komunikasi verbal yang terjadi, melainkan juga komunikasi melalui interaksi mental, empathy emosional dan melalui acting badan fisik ; Mimik muka saja atau bahkan kerjasama keseluruhan anggota tubuh sekaligus. Berbeda dengan mesin yang tidak dianggap hidup oleh individu object, sehingga tidak dianggap memungkinkan adanya tawar-menawar/ bargain ; karena bargain hanya dapat dilakukan bila individu memiliki komunikasi mental, empathy emosional. Hal tsb yang saya jelaskan di atas cenderung dapat dikuasai di praktek lapangan oleh lulusan dan mahasiswa sosiologi, komunikasi, filsafat, seni peran dan politik dibanding lulusan dan mahasiswa Psikologi yang cenderung mengerti dan mampu menjabarkan penjelasan on paper nya yang dibuat tampak lebih sistematis dengan banyak melupakan pentingnya praktek di lapangan. Dalam pengalaman dan pengamatan saya sebagai theraphist non sekolahan baik dari yang saya kerjakan atau dari rekan-rekan seprovesi hal teori reward punishment biasa berlaku dalam logika stimulus dan respon adaptasi behaviour bawah sadar, sbb: (+) x (+) = (+) ; Pasien yang behaviournya sudah sesuai objective therapist, ditanggapi oleh theraphist secara positif menghasilkan efek positif pada pasien. (-) x (-) = (+) ; Pasien yang behaviournya tidak sesuai objective therapist, ditanggapi dengan prilaku atau behaviour dari theraphist yang menunjukkan ketidakcocokan/ tidak sinkron/ negatif, maka pada titik tertentu pasien akan melakukan adaptasi dengan mengubah behaviournya pada titik tertentu dengan harapan agar adaptasinya bisa cocok/ pas/ sinkron/ positif bagi hubungan theraphist dan dirinya. (+) x (-) = (-) ; Pasien yang behaviournya sudah sesuai objective theraphist tetapi tidak ditanggapi secara positif/ bersahabat/ menghargai usaha atau hal positif pada pasien, maka adaptasi pasien cenderung merubah hal yang sudah positif/ sesuai objective menjadi negatif/ keluar/ melenceng dari objective. (-) x (+) = (-) ; Pasien yang behaviournya tidak sesuai objective theraphist, ditanggapi positif/ dimanja/ diberi dealing/ diberi kado/ usaha bersahabat yang berlebihan untuk tujuan mau melakukan tindakan/ behaviour tertentu /dalam jumlah pengulangan tertentu sesuai keinginan theraphist maka beresiko bargainnya untuk mendapatkan hadiah/ perhatian lebih/ penanganan theraphist akan naik. Pasien hanya menurut jika diberi hadiah/dimanja/ diberi dealing / diberi perhatian saja dan kembali ke behaviour yang tidak sesuai objective setelah terapi dihentikan dengan efek samping bahwa di masa mendatang pasien akan meminta bargain yang lebih untuk prestasi yang sama bila terapi diulangi kembali. NOTE: Terapi tsb di atas dilakukan tanpa adanya hadiah dan hukuman/sangsi yang verbal, melainkan memainkan behaviour acting dan menumbuhkan kesadaran diri individu object sebagai makhluk hidup yang beradaptasi dengan lingkungan (rekan ber- komunikasinya) untuk melakukan sesuai BiMod yang ditargetkan. Semoga dengan penjelasan singkat saya ini, mahasiswa dan dosen yang membaca surat singkat saya terbuka agar tidak terkotak oleh sistem kurikulum yang banyak membahas on paper yang berbeda dengan on the field-nya sehingga di masa mendatang bila sudah lulus masih bisa bergaul dan menggunakan/ mengerti pola pikir masyarakat umum dan disiplin di luar yang digunakan dan dijelaskan melalui teori di fakultas Psikologi-nya sendiri saja. Jakarta, Rabu, 1 Maret 2006 Vincent Liong Mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Nim: 2005-70-108 Untuk mengikuti diskusi dan tanya jawab dua arah mengenai Psikologi yang praktikal, kontekstual dan kritis secara online silahkan bergabung di Psikologi
[psikologi_net] Permohonan Maaf dari Vincent Liong (Step1: Hari Minggu : Minta Maaf)
Rencana Minta Maaf, Penjelasan Terperinci Rehabilitasi Step1: Hari Minggu : Minta Maaf Akan ada reaksi Publik, dan Publik bersimpati Step2: Hari Rabu : Bahas satu Topik lagi Minta maaf / Mengapa saya .. demikian Akan ada reaksi Publik, dan Publik bersimpati Step3: Hari Jumat : Bahas satu Topik lagi Minta maaf / Mengapa saya .. demikian Akan ada reaksi Publik, dan Publik bersimpati == Step1: Hari Minggu : Minta Maaf Step1: Hari Minggu Dalam minggu-minggu terakhir ini, terutama setelah saya mulai optimis dan antusia dengan proyek Pineal Programming saya, saya secara tidak sadar telah membuat berbagai kesalahan, saya telah bereaksi secara kurang proportional, sehingga mungkin telah merugikan atau menyinggung berbagai pihak. Bersama ini saya memohon maaf kepada berbagai pihak yang merasa telah dirugikan atau tersinggung oleh tulisan-tulian saya. Penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci akan saya berikan per topik pada hari-hari berikutnya, tetpi mohon sabar, dan saya harus juga belajar sabar. Terus terang saya sudah merenung beberapa hari, koreksi diri dan saya ingin slow down sedikit, lebih sabar, lebih arif dan berusaha untuk tidak terpancing provokasi-provokasi. Saya adalah anak muda yang punya Emosi dan kurang berpengalaman. Dalam beberapa minggu terakhir ini: Berbagai Serangan telah saya dapatkan dan emosi sayapun meningkat Segalanya tantangan saya jawab secara instan dan spontan sebagaimana gaya seorang Vincent Liong Saya memang Kurang sabar, kurang cermat dan sering ingin praktisnya saja. Sehingga terkesan saya mau menang sendiri, menganggap diri saya super, semua pertanyaan saya jawab. Saya memang biasa serba cepat, serba praktis, bahasa saya sangat sederhana dan saya tidak suka yang teori-teori berkepanjangan. Ini adalaah kekuatan saya tetapi sekaligus kelemahan saya. Saya juga tidak pandang usia muda atau tua, saya samakan saja, saya gunakan kata-kata lu / gue, terlalu demokratis sehingga terkesan kurang ngajar. Ini adalaah kekuatan saya tetapi sekaligus kelemahan saya. Dalam berbagai Chatting yang dilakukan bukan didepan publik, lebih gawat lagi sifatnya. Debat-debat dan Trigger dan kata-kata yang tidak enak didengar sering muncul yang umumnya berasal dari orang yang hanya mau chatting teteapi tidak mau debat terbuka. Saya melayani semuanya secara kurang diplomatic dengan jawaban yang spontan dan tegas, kadang-2 kasar dibalas kasar. Saya sudah terpancing oleh provokasi provokasi yang agak ngawur dan biasanya mencoba menyudutkan saya. Seharusnya saya cut saja pembicaraan seperti itu. Saya seharusnya tidak perlu menanggapi berbagai issue. Saya salah telah meladeninya dan menyebabkan emosi saya meningkat. Saya telah berbagai kesalahan, saya telah bereaksi secara kurang proportional, sehingga mungkin telah merugikan atau menyinggung berbagai pihak. Bersama ini saya memohon maaf kepada berbagai pihak yang merasa telah dirugikan atau tersinggung oleh tulisan-tulian saya member di maillist dan juga Almamater saya Psikologi Atma Jaya. Tetapi yang jelas saya selalu berusaha tidak menyinggung secara pribadi. Penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci akan saya berikan tahap demi tahap minggu depan. Singkatnya saya harus lebih bersabar, lebih berhati hati dalam menjawab berbagai tantangan / serangan dari yang tidak senang dengan saya. Saya harus lebih mengendalikan emosi saya yang masih energik penuh jiwa dan berani membela kebenaran. Terutama karena: Saya terlalu optimis dan entusias atas Penelitian saya di bidang yang disebut Pineal Programming Gaya saya yang super terbuka dan mungkin kurang memandang senioritas dalam usia pengalaman dsb. Saya tidak suka orang-orang yang terlalu berteori saja, Saya telah membuat berbagai kesalahan : Saya telah banyak memberikan kesan saya menentang Psikologi secara Keseluruhan, Se-olah olah saya meremehkan Psikolog2 yang ada, sok pinter, sok hebat, sok benar, ya .. singkatnya salah salah deh. Jika dipercaya, mereka yang kenal dekat saya mengetahui, saya memang kepala batu, tetapi kalau sombong saya kira tidak. Demikian agar Surat Permohonan Maaf saya dapat diterima. Rincian rincian lainnya saya berikan minggu depan secara bertahap, untuk menjelaskan dari posisi saya mengapa saya bersikap demikian. Hormat Saya Vincent Liong Catatan Tentang Pineal Programming Berbagai ketidak puasan berbagai pihak mungkin berkaitan dengan proyek Pineal Programming, yang terkesan Wah sekali. Tetapi saya tekankan bahwa saya tidak minta maaf untuk Pineal Programming, dan tidak merencanakan menghentikan proyek ini, dimana saya masih optimis dan masih ingin melanjutkannya. Sudah sejak awal dan saja perlu saya menekankan lagi, bahwa proyek ini masih dalam tahap Percobaan / kerennya Research gaya saya, dan tentunya belum matang. Tetapi clients-clients saya merasa cukup puas akan hasilnya. Berbagai percobaan saya lakukan
[psikologi_net] Mengapa Socrates Tidak Menulis Vincent Liong Tidak Membaca ?
LOWONGAN SUKARELAWAN KELINCI PERCOBAAN Mengapa Socrates Tidak Menulis Vincent Liong Tidak Membaca ? oleh: Vincent Liong sendiri... NOTE: Tentu pernyataan saya di atas akan ditertawakan, dibuat ejekan oleh anda orang-orang ilmiah di sini. Harap tulisan ini di-forward ke kenalan anda yang kebetulan kerja sebagai dosen atau mahasiswa di Atma Jaya. Diskusi penjelasan lebih lanjut untuk tema ini dapat dilakukan, klik: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11968 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2203 Join Maillist Vincent Liong Psikologi Transformatif, klik: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join Balasan email ini silahkan dikirim ke: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] P E N G A N T A R Tadi pagi ketika ada kuliah Statistik di ruangan YB 105 dengan dosen-nya mbak Lena (Pudek dari fakultas Psikologi Atma Jaya), menurut jatwal di kartu Rencana Studi, kuliah Statistik I terjatwal pada hari Rabu, 07.00-09.30. Saya tidak membolos, absensi saya lumayan lengkap. Yang saya lakukan adalah, pada Pk. 08.30 +/- saya ijin keluar kelas dengan alasan ke Toilet dan tidak kembali ke ruang kelas sampai kuliah selesai. Menurut keyakinan yang saya anut, itu tindakan yang lebih menghargai sang dosen dibanding bilamana saya tidur di kelas sehingga mengganggu konsentrasi mengajar sang dosen. Saya tidak ada masalah secara pribadi dengan sang dosen, tetapi saya bermasalah dengan jenis matakuliahnya: statistik yang buat mata saya artinya Matematika. Pagi ini saya sempat berbicara dengan beberapa mahasiswa Psikologi Atmajaya dan Bimo Wikantioso salah satu murid bimbingan pineal re-programming kebanggaan saya, dengan spesifikasi utama ahli intepretasi Simbol. Pagi ini, anak-anak mahasiswa menanyakan satu pertanyaan utama kepada saya yaitu: Mengapa saya cabut kuliah? Mengapa saya berani bolos UTS(Ujian Tengah Semester) dan tidak meminta susulan? NOTE: Mungkin berita yang akan anda intepretasikan sebagai kegilaan saya ini adalah berita gembira bagi anda yang menekuni bidang Psikologi karena menutut persepsi anda akan membantu jatuhnya aliran Vincent Liong yang sangat membahayakan kaum Psikologi bergengsi Jabatan / Gelar yang telah memiliki dan menikmati monopoli. Ada beberapa alasan pribadi yang membuat saya perlu bolos kuliah Statistik tsb: 1. Sejak saya mendaftar di Unika Atma Jaya jurusan Psikologi saya telah menyerahkan surat rekomendasi dari berbagai pihak yang menekankan bahwa saya sangat amat bodoh dan bahkan tidak menulis matapelajaran matematika dalam ijasah Highschool / SMU saya. Ini saya lakukan karena saya sangat antipati dan punya dendam pribadi dengan pelajaran matematika. 2. Bilamana saya dapat menerapkan metodologi dan sistematika tekhnologi pineal re-programming saya untuk belajar dan mengerti ini berbagai macam buku tanpa pola umum membaca yang sudah ada, maka ini tidak bisa saya gunakan pada matapelajaran Matematika. Saya kesal kalau harus memberi perlakukan special buat matapelajaran yang saya benci ini. Matematika menggunakan rumus dari simbol angka dan tanda yang pendek dan berderet rapat yang merupakan kelemahan yang belum saya temukan tekhnologi untuk mengaplikasikan-nya seperti pada matapelajaran yang sifatnya menggunakan language penyampaian yang terdiri dari deretan kata dan kalimat. 3. Statistika adalah ilmu tidak pasti, maksut saya ilmu yang sifatnya membuat prakiraan / ramalan matematis tentang hasil dan kesimpulan yang ingin dicapai. Meskipun cakupan ilmu pasti dalam ilmupengetahuan saat ini masih terbatas pada indra visual (yng bisa dilihat mata) saja, saya memiliki keyakinan bahwa di masa mendatang ilmupengetahuan yang mencakup: indra pendengaran, indra penciuman, indra perasa indra peraba akan terus berkembang seiring dengan perkembangan waktu sehingga bisa menjadi jenis lain ilmu pasti. Misal: Science base on eyes, Science base on ears, Science base on taste, Science base on touch Science base on smell. Secara pribadi saya meyakini ilmu pasti dan tidak meyakini ilmu tidak pasti. Mengapa manusia memfokuskan diri pada intepretasi visual, ini karena inteprater visual pada otak terbiasa latihan secara mandiri secara continue untuk meng-intepretasikan input visual yang diterima. Dan empat indera lain selain mata meski bersama-sama menerima input, tetapi tidak ada usaha untuk meng-intepretasikan input yang masuk tsb menjadi informasi yang dapat dimengerti oleh kesadaran manusia; bahkan ketika anak mulai masuk sekolah, ada usaha dari sekolah untuk cuek, mematikan bahkan menekankan untuk tidak peduli pada intepretasi lain selain mata. Para mahasiswa tsb bertanya lebih lanjut: Bagaimana Vincent Liong bisa tidak di DO karena jumlah SKS kurang dari 40 dalam dua semester misalnya, atau bisa lulus bilamana ada peraturan bahwa matakuliah yang lanjutan dari statistik hanya bisa diikuti oleh yang lulus matakuliah Statistik? Tujuan utama saya mendaftar