[mediacare] Gagal Jadi Kiblat ASEAN
Refleksi: Bagaimana bisa berbuat banyak kalau disini banyak militer tanpa pakaian dinas dengan bintang-bintang mengkilat di pundak dan di dada yang berkuasa, disana juga militer, tentunya gagal karena ada simpati solidaritas prajurit. Jadi ada benarnya bila dikatakan pemerintah NKRI adalah macan ompong terhadap diktatur militer Burma. http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=307183 Senin, 08 Okt 2007, Gagal Jadi Kiblat ASEAN Indonesia kembali dituding gagal memainkan peran politik penting di ASEAN. Kali ini Jakarta dituding ibarat macan ompong terhadap junta militer Myanmar pimpinan Jenderal Senior Than Shwe. Kita dianggap tak banyak berbuat untuk menekan junta militer Myanmar agar segera menyelesaikan gejolak politik di negeri itu dengan damai. Membuka pintu rekonsiliasi menuju demokratisasi. Salah seorang aktivis oposisi yang melarikan diri dan menetap di Bangkok mengeluh. Kami kecewa dengan Indonesia. Sebagai pendiri utama ASEAN, Jakarta praktis tak banyak berbuat untuk Myanmar. Indonesia berhasil melalui reformasi politik yang damai. Menjadi negara demokrasi. Tetapi, keberhasilan itu gagal disemaikan di Myanmar, katanya pekan lalu. Gagal menjadi yang terdepan. Gagal menjadi acuan. Gagal menjadi lokomotif perubahan. Gagal menunjukkan vitalitasnya guna menciptakan perdamaian di kawasan ASEAN. Ini harapan yang kandas. Negeri-negeri ASEAN dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara sadar bahwa Indonesia adalah negara raksasa di kawasan ini. Mereka membaca sejarah bahwa Indonesia adalah pendiri utama sekaligus inisiator terdepan pendirian ASEAN pada 1967. Oleh sebab itu, jika dalam sejumlah persoalan politik banyak kalangan ASEAN menggantungkan harapan pada Jakarta untuk menunjukkan kekuatannya, itu hal yang wajar. Wajar pula jika saat ini aktivis prodemokrasi di Myanmar berharap kepada Jakarta untuk menekan junta militer. Tekanan itu dimaksudkan agar Jenderal Shwe memilih jalan damai. Shwe harus menghentikan pembantaian terhadap rakyat dan pemimpin agama di sana. Mengapa Jakarta lembek? Mengapa negeri kecil seperti Singapura dan Malaysia lebih bergigi untuk memainkan perannya di ASEAN? Padahal, selain pendiri dan anggota paling senior ASEAN, saat ini Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Ada kehati-hatian yang berlebihan -untuk tidak menyebut ketidakpercayaan diri- dalam kancah diplomasi. Tidak peka. Tidak sensitif. Akibatnya, Indonesia menjadi lembek. Kurang inisiatif. Pada akhirnya tidak banyak berbuat sesuatu yang menentukan dalam forum-forum internasional yang menyangkut perdamaian dan keadilan. Terhadap Myanmar, misalnya, telah lama Jakarta tak konkret menekan junta militer yang berkuasa dengan tangan besi. Padahal, pemimpin kelompok prodemokrasi Aung San Suu Kyi lebih sepuluh tahun ditahan Jenderal Shwe. Indonesia justru terkesan lebih reponsif terhadap persoalan-persoalan Timur Tengah. Taruhlah, misalnya, masalah Timur Tengah terkait penduduk muslim yang seagama dengan sebagian besar rakyat Indonesia. Tetapi, jangan lupa banyak penduduk muslim Myanmar yang mengalami represi dari junta militer negeri itu. Contoh lain ketidakpekaan -atau memang enggan berbuat- Jakarta terhadap Myanmar diperlihatkan dalam sidang DK PBB Sabtu lalu di New York. Sebagai anggota tidak tetap DK PBB, Indonesia praktis tidak memperlihatkan peran menonjol dalam sidang DK PBB. Akibatnya, sidang itu tidak menghasilkan resolusi yang memberi sanksi kepada junta militer Myanmar. Sidang lima belas anggota DK PBB -termasuk Indonesia- hanya menghasilkan kecaman kepada Yangon. Dalam kapasitas sebagai pendiri ASEAN, peran Indonesia dalam sidang DK PBB sungguh memalukan. Kalau secara sendiri di ASEAN tak banyak berbuat, di DK PBB pun gagal menyelamatkan rakyat Myanmar lepas dari incaman senapan dan bedil junta militer.
[mediacare] Stagnasi Partai Islam!
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007100803131414 Senin, 8 Oktober 2007 BURAS Stagnasi Partai Islam! H.Bambang Eka Wijaya: HASIL survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) September 2007 menunjukkan, jumlah dukungan terhadap partai politik berasas Islam dan berbasis massa Islam mengalami stagnasi dan cenderung merosot! ujar Umar. Kondisi sebaliknya terjadi pada partai yang tidak berasaskan agama! (Kompas, 6-10) Gambarannya seperti apa? kejar Amir. Dukungan terhadap PKB, PPP, dan PKS, masing-masing hanya 4 persen! Malah PAN, cuma 3 persen! Merosot dibanding hasil Pemilu 2004,--PKB 11 persen, PPP 8 persen, PKS 7 persen, dan PAN 6 persen! jawab Umar. Sedang PDI-P pada Pemilu 2004 18,5 persen, jadi 20 persen! Partai Demokrat 7 persen jadi 14 persen! Cuma Golkar ikut turun, dari 22 ke 17,5 persen! Itu kontras dengan perolehan 43 persen bagi calon gubernur DKI Jakarta dari PKS, bulan sebelumnya! sambut Amir. Tapi boleh jadi karena survei itu berskala nasional! Menurut Saiful Mujani, pimpinan LSI, hal itu terjadi karena orientasi nilai politik sekuler di kalangan muslim Indonesia kian menguat! Aktivis Islam gagal menerjemahkan nilai politik Islam dalam bentuk gerakan dan kekuatan elektoral! ujar Umar. Kedua, kegagalan mengimplementasikan nilai Islam juga disebabkan ketakmampuan aktivis Islam menguasai sumber keuangan yang tetap dimonopli kelompok politik sekuler! Kedua faktor penyebab kegagalan itu bisa dirasakan! timpal Amir. Yang pertama, kita sering terkesan kebanyakan--tak semua--aktivis partai belum menguasai nilai politik Islam, terputar political games mainan kelompok sekuler! Contohnya 'demam studi banding', para aktivis ikutan melalaikan prioritas amanah yang diterimanya untuk mendahulukan kepentingan rakyat yang kesusahan! Prioritas nilai ini dicontohkan Khalifah Umar bin Khatab, mereka harus mencari warga yang tak punya jalan keluar dari kesusahan--bukan malah ditinggal pergi menjauh bersenang-senang! Cerminan rendahnya orientasi nilai Islam pada perilaku politik aktivisnya itu jelas bisa menurunkan dukungan umat! tukas Umar. Seperti, nilai politik Islam mengutamakan kesederhanaan, tapi umat melihat tempat parkir aktivis dipenuhi mobil mewah, atau gubuknya seketika jadi istana! Dari karakter aktor itu tampak pangkalnya rekrutmen! tegas Amir. Kaitan ke faktor pertama, rekrutmen tidak mengutamakan kedalaman penguasaan dan penghayatan nilai-nilai Islam! Rekrutmennya lebih berat ke bobot materi--bisa setor biaya kampanye! Akibatnya, kiprah mereka jadi malu-malu, tak bernyali menegaskan prinsip-prinsip islami! Kaitannya ke faktor kedua, karena setoran itu dianggap investasi, prioritas pertama aktivis menghitung RoI--return on investment! Lalu,hasil akomodasi kekuasaan mengakses sumber-sumber keuangan jadi tak kumulatif dan terlembaga dalam kebersamaan, tapi jadi timbunan kekuatan personal para aktor! Dengan itu tampak, kemerosotan akibat konstituen melihat perjuangan partai Islam serba gantung kopling--penegakan nilai-nilai islami setengah-setengah, orientasinya ke sekuler cuma terbawa arus! sambut Umar. Itu membuahkan realitas, Indonesia ini negara Islam bukan, negara sekuler juga bukan! Tak aneh jika aktivisnya juga jadi politisi yang bukan-bukan! bening.gifburas.jpg
[mediacare] Heboh Hibah Harta Karun
Refleksi: Ini bukti bahwa sekalipun seorang profesor tahu banyak hal tetapi tidak mengetahui semua hal. Agaknya kedudukan Prof Malik begitu empuk mengakibatkan beliau kurang rajin membaca hal-hal umum dan oleh karena itu rahasia umum tentang janji harta karum jenis ini tidak diketahui atau mungkin juga satu sekolah dengan Dr Said Agil Al Munawar, mantan menteri agama NKRI yang bermimpi bahwa di Batutulis tertanam harta karum yang bisa melunasi hutang luarnegeri yang ditinggalkan pemerintahan oleh Haji Muhammad Soeharto. Baik prof Malik dan Dr Said, keduanya terlibat dalam soal uang tidak halal dan mesti menginap pada hotel tanpa kebebasan. Dan barangkali juga dapat dikatakan bahwa biasanya yang memiliki banyak harta mau lebih banyak lagi, tak pernah kenal atau lupa akan arti dari makna cukup sekian saja. http://www.gatra.com/versi_cetak.php?id=108443 Penipuan Heboh Hibah Harta Karun Profesor Malik, sebutlah namanya demikian, benar-benar apes. Kekayaan rektor universitas swasta di Jakarta Barat itu amblas dalam waktu kurang dari sebulan. Padahal, harta yang hilang itu adalah hasil jerih payahnya selama 40 tahun. Dua milyar rupiah lebih saya ditipu, ujarnya kesal, Rabu pekan lalu, di Polda Metro Jaya. Penipuan itu bermula dari sebuah surat elektronik (e-mail) yang diterima Malik, 3 September lalu. Surat elektronik itu, kata Malik, dikirim oleh orang yang mengaku dari Bank of Africa yang berpusat di Burkina Faso, sebuah negara miskin di Afrika Barat. Di dalam e-mail itu pula, menurut Malik, tertulis pesan bahwa Prince Shanka Moye telah diutus sebagai pembawa box family treasure alias peti harta karun. Berdasarkan scan exre barang berharga, peti itu ditaksir bernilai US$ 25 juta atau sekitar Rp 200 milyar. Untuk meyakinkan Malik, e-mail itu dilampiri bukti scan exre dan surat jalan airway bill sebagai identitas Moye. Katanya, harta karun itu tersimpan di Bank of Africa sebagai milik keluarga pengusaha kaya raya asal Jerman. Namun keluarga pemilik peti harta karun itu tewas dalam kecelakaan pesawat terbang di Landasan Udara Deegol, Prancis, tujuh tahun silam. Karena itu, peti tersebut dihibahkan pada Malik. Hebatnya, pengirim e-mail itu tahu betul jejak rekam Malik. Di sana antara lain disebut, Malik pernah bekerja di bagian keuangan PBB. Sebenarnya, kata Malik, surat itu tidak menjelaskan alasan harta tersebut dihibahkan kepadanya. Dia hanya mengatakan, kami dengar universitas Bapak antusias membangun kampus internasional, ujarnya. Malik pun menyanggupi tawaran hibah itu berikut sederet persyaratannya. Pertama, ia mentransfer uang Rp 56,7 juta ke rekening BCA Cabang Mandala Raya, Jakarta Barat, atas nama Yuniwaty Veronik. Selanjutnya, Moye memintanya bertemu secara langsung di Hotel Atlet Century Park, Jakarta. Undangan itu disertai permintaan agar Malik membawa uang tunai sebesar Rp 320 juta. Syarat itu pun dipenuhi Malik tanpa curiga. Dalam pertemuan kali pertama itu, Malik tidak lupa mengambil gambar lelaki berusia 32 tahun itu. Esoknya, Jumat malam 7 September, lagi-lagi Moye mengontak Malik. Ia diminta bertemu di Club House, Hotel Mulia Senayan, Jakarta. Dalam pertemuan itu, Moye memperlihatkan tanda pengenal sebagai seorang diplomat. Malam itu Malik sepakat untuk menambah lagi uang pelicin sebesar Rp 100 juta. Uang itu adalah syarat pencairan harta karun yang belum turun seluruhnya. Besoknya, uang itu diserahkan secara tunai kepada Moye di halaman parkir Hotel Atlet Century Park. Malik benar-benar seperti sedang terbius. Buktinya, pada 13 September, ia mentransfer lagi uang sebesar Rp 1,3 milyar ke rekening Bank Lippo atas nama Diallo Mamadou Noumou. Itu pun belum cukup. Sebagai syarat terakhir, guru besar ilmu ekonomi itu masih harus menyerahkan uang tunai sebesar Rp 1,7 milyar. Setelah dihitung-hitung, ternyata uang yang diserahkan Malik kepada Moye mencapai Rp 3,4 milyar! Begitu menyadari besarnya uang yang sudah dibobol, barulah kepercayaan Malik kepada Moye mulai memudar. Apalagi, janji manis Moye yang hendak menghibahkan peti harta karun tak kunjung terbukti. Ia pun lantas mengontak Perwakilan PBB untuk Asia Tenggara yang berkedudukan di Malaysia. Ternyata nama Prince Shanka Moye tidak terdaftar sebagai diplomat, tutur Malik, lesu. Karena itu, Malik melaporkan perbuatan Moye ke Polda Metro Jaya. Dengan mudah Satuan Resmob di bawah komando Ajun Komisaris Besar Reza Calvian Gumay meringkus Moye di seberang jalan Hotel Century Park. Ia pun digelandang ke rumah tahanan Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Kepada polisi, Moye yang kemudian diketahui bernama Anthony Nnadozie Nmelu membantah telah menipu Malik. Warga negara Nigeria ini malah menuding bahwa Malik sendiri yang meminta bantuannya untuk menggandakan uang. Toh, polisi tetap menahan dan menuduhnya melanggar Pasal 378 atau 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Sekarang, menurut Gumay, tersangka sedang diperiksa lebih intensif. Rita Triana Budiarti dan Deni Muliya Barus
[mediacare] SBY dan Mega Bersaing
Refleksi: Silahkan bersaing, tetapi apakah yang mereka lakukan selama ini menunjukan bahwa persaingan mereka berazaskan perbaikan kehidupan rakyat mayoritas ataukah hanya kepentingan kursi empuk berfasilitas memperkaya diri? http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/10/8/p2.htm SBY dan Mega Bersaing Jakarta (Bali Post) - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati, dua tokoh nasional ini, akan bersaing ketat dalam Pilpres 2009. Kedua tokoh ini masih populer dibandingkan tokoh lain yang kini telah direka-reka masuk dalam bursa capres. Berdasarkan Lembaga Survai Indonesia (LSI), SBY diperkirakan masih mampu meraup sekitar 35,5 persen suara pemilih, di atas saingan utamanya yaitu Ketua Umum PDI Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri yang diprediksi meraih suara pemilih sebanyak 28 persen. Hasil survai yang diumumkan Minggu (7/10) kemarin, mengambil sampel 1.300 responden, yang tersebar di seluruh Indonesia. Menurut Direktur Eksekutif LSI Saiful Mujani yang memaparkan hasil survai itu, hasil yang diraih SBY dan Megawati itu jauh di atas jumlah suara yang dapat diperoleh tokoh-tokoh lain yang diperkirakan bakal maju dalam pilpres mendatang. Di bawah kedua nama tersebut, terdapat tokoh-tokoh yang merupakan nama-nama lama dalam pilpres mendatang. Nama-nama itu di antaranya Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto, mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais, Ketua MPR Hidayat Nurwahid dan Wakil Presiden yang juga Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla. Masih populernya nama SBY meski di berbagai survai kinerjanya dinilai tidak memuaskan, menurut Mujani, dapat terjadi karena saat ini tidak ada tokoh nasional yang dapat dikatakan menonjol. Tokoh-tokoh yang masih berkibar saat ini, jelas Mujani, dinilai para pemilih kapasitasnya masih di bawah SBY. ''Dia populer bukan karena kinerjanya baik, tetapi karena tidak ada tokoh yang lebih baik dari dia. Kita sekarang sedang menghadapi kebuntuan dalam mencari pemimpin yang lebih baik dari SBY.'' Alasan lain dari masih banyaknya responden yang memilih SBY, jelas Mujani, karena mantan Menko Polkam ini dinilai sebagai figur yang bisa dipercaya dan banyak memberi perhatian terhadap kepentingan rakyat. Di antaranya menyebutkan SBY sebagai figur yang tegas daripada nama-nama lain. Kepuasan Menurun Meski popularitasnya masih tertinggi dibandingkan tokoh-tokoh nasional lainnya di bursa capres, namun tingkat kepuasan responden terhadap kinerja SBY yang juga diukur oleh LSI, nama SBY terus merosot. Jika pada awal pemerintahannya tahun 2004 lalu tingkat kepuasan terhadap kinerja SBY mencapai 80 persen, maka saat diukur pada Oktober ini, tingkat kepuasan itu hanya menjadi 54 persen, atau mengalami penurunan cukup signifikan sebanyak 26 persen. ''Penurunan kepuasan ini terjadi pada warga di perkotaan Jawa-Bali dan kelompok menengah ke bawah,'' ungkap Mujani sambil menambahkan, kelompok masyarakat yang merasa kecewa dengan kinerja SBY sebagian besar merupakan korban dari lambannya pertumbuhan ekonomi di masa pemerintahan saat ini. Penurunan tingkat kepuasan masyarakat ini, dikatakan Mujani, harus diperhatikan dengan serius oleh SBY di sisa masa pemerintahannya itu. Jika masalah itu dianggap sepele oleh SBY, Mujani khawatir peluang SBY dalam pilpres mendatang akan terancam jika masih ingin mencalonkan diri lagi. (kmb5)
[mediacare] Ban against Islamic sect criticized
http://www.thejakartapost.com/detailgeneral.asp?fileid=20071007194339irec=1 8 Oct. 2007 Ban against Islamic sect criticized PADANG (JP): Activists in West Sumatra have protested against a raid on the Al-Widayah Al-Islamiyah Islamic sect by police acting on the orders of the Indonesian Ulema Council (MUI). The sect has found itself under attack in several parts of the country, including West Sumatra and West Java, since the council declared it blasphemous on Thursday and demanded the government ban it. The Pusaka Inter-Community Study Center, a non-governmental organization promoting pluralism in West Sumatra, has called for the public to respect individual's rights to perform their religions and beliefs according to human rights. Labeling a group's teachings as blasphemous and thenattacking them is against the Constitution. The police and the Indonesian Ulema Council should refrain (from doing so) and solve the matter wisely, Pusaka director Sudarto told The Jakarta Post. (Syofiardi Bachyul Jb.)
Re: [mediacare] Cara cepat menghapuskan FPI dari muka bumi
Apakah FPI atau organisasi-organisasi sejenisnya perlu dicatat pada kantor pencatatan sipil, kalau dibelakangnya berdiri badan institusi negara atau oknom-oknom berkedudukan tinggi dalam institusi tsb? Seandainya mereka mencatatkan diri atau dicatat, apakah mereka tidak akan melakukan apa yang dilakukan selama ini? - Original Message - From: mediacare To: mediacare yahoogroups ; zamanku ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, October 06, 2007 7:42 AM Subject: [mediacare] Cara cepat menghapuskan FPI dari muka bumi Konon pemerintah ragu untuk membubarkan FPI, karena istilah membubarkan adalah tabu di alam demokrasi. Mungkin ada yang tahu: 1. Apakah organisasi bernama FPI itu resmi dan sah tercatat di Lembar Negara atau hanya organisasi jadi-jadian? Kalau bukan organisasi beneran kenapa punya banyak cabang di berbagai daerah? 2. Apakah FPI itu sekadar metamorfosis dari Pemuda Pancasila, ataukah pesaingnya? Nah, sebenarnya ada cara lain untuk membubarkan FPI, yaitu meminta Departemen Agama untuk memasukkan FPI ke dalam aliran Islam yang SESAT. Dengan begitu, mudah tergulung. Pertanyaannya: Apakah Depag mau? Soalnya FPI kadang dipinjem tenaganya oleh orang Depag dan MUI dalam menjalankan misi mereka? -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.14.2/1052 - Release Date: 10/5/2007 6:53 PM
[mediacare] The world's first cloned kitten
http://www.guardian.co.uk/science/gallery/2007/jul/17/genetics?picture=330208989 Animal cloning (9 pictures) Copycat The world's first cloned kitten, named Cc, was created by scientists in Texas using a cell taken from an adult tortoiseshell female (see next picture). The photo, taken on December 22 2001 when the kitten was seven weeks old, was made public in February 2002. 15.02.2002: First cloned kitten a.. clonedkitten-5252.jpg
[mediacare] Malaysia issues guidebook for Muslims in space
http://www.gulfnews.com/world/Malaysia/10158479.html Malaysia issues guidebook for Muslims in space Agencies Published: October 06, 2007, 12:06 Kuala Lumpur: Malaysia has come up with the world's first comprehensive guidebook for Muslims in space as its first astronaut prepares to go into orbit next week. The book, Guidelines for Performing Islamic Rites at the International Space Station, teaches Muslim astronauts how to perform ablutions, determine the location of Mecca when praying, and how to fast in space, the Star newspaper reported on Saturday. We wanted to ensure our astronaut could fully concentrate on his mission, without having to worry about how he should perform his religious obligations in space, Abdullah Md Zin, a minister for religious affairs, was quoted as saying. The 18-page guidebook will be translated into English, Russian, Arabic and possibly more languages for future Muslim astronauts, he said. Shaikh Muszaphar Shukor, an orthopaedic surgeon from Kuala Lumpur, is scheduled to leave Earth from Kazakhstan for Russia's International Space Station base on Wednesday. The 34-year-old Malaysian has said he will try to observe as much of the Muslim fasting month of Ramadan in orbit as possible. Saudi Prince Sultan bin Salman, who was the first Muslim in space, had said that although he managed to pray and fast, he was not able to face towards Mecca and could not fully kneel on the ground Malaysia Reuters Malaysian astronaut Shaikh Muszaphar Shukor waves as he is being fitted on a spacesuit at the Baikonur cosmodrome in Kazakhstan. 06_wd_malaysia_astronaut_rt_4.jpg
[mediacare] Presiden: Tidak Ada Data Harta Soeharto di Bank Dunia
Refleksi: (1) Apakah seharusnya Bank Dunia mempunyai angka-angka simpanan uang Soeharto? (2) Maksud presiden SBY ialah supaya simpanan uang haram Soeharto tidak perlu diusut? (3) Bila demikian halnya maka ini berita adalah hadiah lebaran terbagus nan istimewa bagi rakyat NKRI [Negara Koruptor Republik Indonesia]. Presiden: Tidak Ada Data Harta Soeharto di Bank Dunia Minggu, 07 Oktober 2007 | 00:11 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa Bank Dunia tidak memiliki data harta bekas presiden Soeharto di luar negeri. Hal ini ia ungkapkan saat acara buka puasa bersama Partai Demokrat di kediaman pribadi Puri Cikeas, Bogor, kemarin sore. Kesimpulan itu diperolehnya setelah bertemu dengan Presiden Bank Dunia Robert B. Zoellick di New York, September silam. Bank dunia tidak punya data siapa-siapa yang punya aset di luar negeri, siapa yang tidak, kata Presiden. Sebelumnya, Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan prakarsa Stolen Assets Recovery (StAR) atau pengembalian harta curian. Menurut Yudhoyono, dalam pertemuan di New York itu pihaknya sepakat bekerja sama dengan program StAR untuk memulangkan aset yang disembunyikan di luar negeri. Sutarto
[mediacare] Kiamat di Bumi, Kiamat di Tata Surya, Kiamat Alam Semesta
http://hariansib.com/2007/10/06/kiamat-di-bumi-kiamat-di-tata-surya-kiamat-alam-semesta/ Kiamat di Bumi, Kiamat di Tata Surya, Kiamat Alam Semesta Jakarta, (SIB) Siapa saja umat Islam yang mengaku dirinya beriman pasti yakin kiamat akan tiba.Kiamat adalah keniscayaan meskipun hal itu artinya ras manusia harus punah. Mengacu pada Alquran dan Hadis, banyak sudah gambaran ciri-ciri manakala hari kiamat akan tiba. Tetapi ahli fisika Febdian Rusydi punya penjelasan ilmiah mengenai bagaimana terjadinya kiamat. Yang pertama itu kiamat di bumi. Skenario kiamat yang bisa diprediksi oleh sains terjadi di bumi, kata penyandang gelar master di bidang teknik fisika itu dalam acara ceramah di Masjid Baitul Ihsan, Kompleks BI, Jl Budi Kemuliaan II, Jakarta Pusat, Rabu (3/10). Bumi terdiri dari lapisan-lapisan. Paling dalam adalah inti yang bentuknya solid dan cair. Lapisan berikutnya adalah mantel yang terdiri dari silikat, gabungan silikon dan air. Mantel adalah lapisan tempat panas bumi berada. Panas ini berputar di dalam mantel dan bisa menggerakkan bagian kerak (crust) bumi sehingga muncul gempa. Febdian mengatakan kiamat terjadi di bumi ketika sistem gravitasi yang ada menjadi kacau oleh aliran panas bumi di lapisan mantel. Saat itulah terjadi pergerakan lempengan bumi yang ditandai dengan munculnya gempa. Saat terjadi gempa orang akan sulit sekali berjalan. Febdian mengatakan dirinya mendengar kerabatnya di Padang mengaku baru bisa keluar dari rumah saat gempa berhenti mengguncang pesisir barat Pulau Sumatera beberapa waktu lalu. Saat normal, gravitasi seragam di setiap permukaan bumi. Tapi saat gempa gravitasi tidak lagi seragam di daerah gempa, ujar pria penyandang gelar master di teknik fisika itu. Pergerakan lempeng di bumi itu terus berlanjut alias berevolusi. Bukti ilmiah menunjukkan dulu di bumi hanya ada satu kontinen besar sebelum akhirnya terpecah-pecah menjadi yang sekarang ini. Pengaruh gaya gravitasi itu begitu besar. Sehingga bila terjadi gempa dengan skala yang luar biasa maka efek yang dihasilkannya pun besar pula. Gunung pun bisa tercungkil atau dengan kata lain bisa terangkat dan terbalik. Itulah skenario kiamat di bumi, terangnya. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Q.S. Al Qariah:5) Febdian mengatakan soal waktu tepatnya kiamat terjadi tetap hanya Allah yang tahu. Tetapi Allah juga telah memerintahkan untuk belajar dan mencari tahu tentang misteri alam atau lingkungan. Kiamat di Tata Surya Setelah kiamat di bumi, skenario berikutnya dalam kiamat yang dijelaskan secara fisika adalah kiamat di tata surya kita. Hal ini terjadi karena ukuran matahari yang kian membesar, memakan planet-planet di dekatnya seperti Merkurius, Venus, dan Bumi. Fenomena itu dinamakan Red Giant. Dan prosesnya tidak lama, mungkin sekitar 3 menit, kata ahli fisika Febdian Rusydi dalam ceramah di Masjid Baitul Ihsan, Kompleks BI, Jl Budi Kemuliaan II, Jakarta Pusat, Rabu (3/10). Matahari yang tergolong dalam keluarga bintang bisa membesar ketika bahan bakarnya, yakni Hidrogen, habis. Bahan bakar itu dibutuhkan matahari untuk melakukan reaksi fusi nuklir yang nantinya menghasilkan cahaya dan atom-atom berat. Dan Hidrogen itu jumlahnya di permukaan matahari jumlahnya terbatas, ujar pria yang juga menjadi pengajar di Universitas Airlangga itu. Saat Hidrogen habis, inti matahari akan terus mengecil dan kian masif bentuknya. Sementara bagian terluar yang lebih bersifat loose akan terus membesar sehingga menjadi Red Giant. Jika perkembangannya sudah maksimal maka matahari akan meledak dan terjadilah peristiwa yang dinamakan supernova. Bagian-bagian yang terbuang akan menjadi debu-debu kosmik, cikal bakal bintang baru. Debu-debu kosmik tersebut akan berkumpul dan membentuk awan molekul raksasa. Awan raksasa berputar sehingga bagian pusatnya membentuk bola (Nebula). Perputaran itu makin cepat sehingga bagian pusat makin solid dan bagian luar terlempar. Bagian dalam inilah yang akan membentuk bintang dan bagian terluar membentuk gugusan planet. Lalu kapan ini terjadi? Febdian mengatakan prediksi sains menunjukkan matahari akan berubah menjadi Red Giant sekitar 5 miliar tahun lagi. Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang dijatuhkan. (Q.S. At Takwiir:1-2) (gah/bal) Kiamat Alam Semesta Salah satu teori tentang pembentukan alam semesta adalah teori dentuman besar (The Bigbang). Ide dasar teori ini adalah alam semesta bermula dari sebuah titik yang mengembang lewat sebuah ledakan. Lalu bagaimana kiamat bisa terjadi? Karena terus berkembang maka ada 3 kemungkinan secara sains alam semesta akan mengalami kiamat. Ada 3 kemungkinan. Alam akan mengalami Big Crunch, Big Chill, atau Big Rip, ujar ahli fisika Febdian Rusydi dalam ceramah di Masjid Baitul Ihsan, Kompleks BI, Jl Budi Kemuliaan II, Jakarta Pusat, Rabu (3/10). Big Crunch menyatakan alam semesta akan terus berkembang hingga mencapai titik maksimal. Setelah mencapai titik maksimal maka alam semesta
[mediacare] Arab Saudi Belum Terapkan Upah TKI Minimal 800 Real
http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=39308ik=6 Arab Saudi Belum Terapkan Upah TKI Minimal 800 Real Kamis 4 Oktober 2007, Jam: 19:14:00 JAKARTA (Pos Kota) - Surat edaran Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), M. Jumhur Hidayat, tentang upah TKI minimal 800 Real belum dilaksanakan Perwakilan Indonesia di Arab Saudi. Padahal, Qatar dan Uni Emirat Arab sudah menerapkan surat edaran tersebut. Tinggal Arab Saudi saja yang masih memberlakukan upah 600 Real, padahal negara itu yang mempekerjakan TKI informal terbesar, Ketua Himpunan Pengusaha Jasa TKI (Himsataki) Yunus M Yamani, disela acara buka puasa di BNP2TKI. Atase Perburuhan RI di Jeddah Agus Suwandi, mengatakan memang masih ada agen TKI di Saudi yang meminta rekomendasi agar gaji TKi tetap 600 Real. Kami masih menerimanya karena menilai saat ini masih dalam masa transisi, kata Agus yang dihubungi melalui telepon seluler. Sementara Jumhur menyatakan masih bisa menerima permintaan upah TKI tetap 600 Real perbulan. Asosiasi Agen Tenaga Kerja Asing (TKA) Saudi (Sanarcom) memang meminta agar kebijakan itu ditunda hingga 1 Januari 2008 karena pemerintah Saudi akan memberlakukan paket perlindungan bagi TKI informal, juga pada majikan yang mempekerjakannya, jelasnya. JADI MASALAH Di sisi lain, Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa TKI (Apjati) Husein Alaydrus meminta KJRI agar tidak memberi rekomendasi kepada agen TKA yang masih mensyaratkan gaji 600 Real dalam perjanjian kerja (PK) TKI dengan majikannya.
[mediacare] Kapoltabes Diperintahkan Periksa Pemukul Wartawan
http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2007/10/7/b3.html Kapoltabes Diperintahkan Periksa Pemukul Wartawan Kapolda: Dua Hari harus Tuntas Denpasar (Bali Post) - Kapolda Bali Irjen Pol. Paulus Purwoko, MDA tak mau menanggung malu akibat ulah Iptu Wayan Suarya memukul wartawan Denpost, Ngurah Kertanegara, Jumat (5/10) pukul 14.00. Kapoltabes Denpasar Kombes Pol. Yovianes Mahar diperintahkan memeriksa oknum perwira tersebut. Dalam waktu dua hari, laporan dari penyidik Poltabes harus sudah lengkap. ''Saya sudah perintahkan Pak Kapoltabes memeriksa langsung anggota yang dilaporkan memukul wartawan. Dua hari ini pasti bisa, saya janji sudah tuntas,'' tegasnya usai menjadi Irup Gelar Pasukan Pengamanan Lebaran 2007, di Lapangan Umum Renon, Sabtu (6/10) kemarin. Kasus pemukulan wartawan yang melibatkan oknum perwira Poltabes tentu menodai komitmen Kapolda yang tengah gencar membangun pelayanan profesional. Iptu Suarya pun dipastikan bakal menerima ganjaran setimpal. Ini adalah kasus penganiayaan kedua yang melibatkan mantan Ka. SPK Poltabes itu. Pelaku diduga marah gara-gara diberitakan memukul seorang pria yang mem-booking CO, beberapa bulan lalu. Kapolda menjamin oknum Polri yang terbukti memukul wartawan pasti ditindak tegas. Hasil pemeriksaan di Poltabes akan menjadi kajian hukum, sejauh mana pelanggaran yang dilakukan Iptu Suarya. ''Sanksi bagi anggota nakal pasti ada, mohon tunggu hasil pemeriksaan,'' tambahnya. Irjen Purwoko memang tak banyak memberi komentar terkait kasus pemukulan wartawan. Toh begitu, sikap serius menanggapi laporan korban tampak jelas di raut muka jenderal kelahiran Pati, Jateng itu. Buktinya Kapolda langsung memanggil Kapoltabes dan memberi pengarahan soal proses hukum terhadap pelaku. ''Beliau minta kasus ini ditangani cepat, terutama apa yang terjadi di lapangan,'' kata Kabid Humas Kombes Pol. AS Reniban. Divisum Sementara penyidik Poltabes sudah memeriksa dua saksi, masing-masing Ngurah Kertanegara dan Hence Silalahi (wartawan Fajar Bali). Korban saat memberi keterangan di hadapan petugas didampingi langsung oleh Kapoltabes Yovianes. ''Saya sudah jelaskan apa yang dilakukan Pak Suarya. Mudah-mudahan kasus ini tak terulang. Semua masalah bisa diselesaikan tanpa harus main gebuk,'' tegas korban saat keluar dari ruang pemeriksaan bersama Hence. Ngurah usai memberi keterangan langsung dibawa ke RS Trijata untuk menjalani visum. Sementara sejumlah wartawan dari berbagai media menyatakan prihatin, dan menyesalkan tindakan oknum polisi main pukul. ''Pak Kapolda pasti bersikap arif dan paham terhadap tugas-tugas wartawan di lapangan,'' begitu bisikan para wartawan yang ngepos di Polda. (kmb10
[mediacare] Tragedi TKI di Arab Saudi dan Malaysia
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=306894 Sabtu, 06 Okt 2007, Tragedi TKI di Arab Saudi dan Malaysia Oleh Pradana Boy ZTF Paradoks Negeri Syariat DERITA tenaga kerja Indonesia di luar negeri sepertinya tak kunjung berakhir. Satu berita tentang penganiayaan hingga pembunuhan TKI di sebuah negara belum lagi pupus dari ingatan kita, menyusul lagi berita-berita serupa yang tak kalah mengerikan. Semua itu mengandung paradoks; karena tragedi penganiayaan, pelecehan, dan pembunuhan tersebut sebagian besar terjadi di dua negara yang menganut syariat Islam sebagai hukum resmi negara: Arab Saudi dan Malaysia. Demi melihat kejadian-kejadian yang menistakan TKI di kedua negara itu, saya tidak pernah berhenti berpikir mengapa hal-hal tersebut terjadi justru di negara yang menganut syariat Islam. Ketika saya sampaikan keresahan ini kepada seorang teman, dia berpendapat bahwa apa yang terjadi dengan TKI di kedua negara muslim itu sama sekali tidak berhubungan dengan syariat Islam. Alasannya, kejadian-kejadian tersebut merupakan tindakan individu dan bukan tindakan resmi negara sehingga tidak pada tempatnya menunjuk fakta ini sebagai paradoks. Bagi saya, argumentasi itu terasa janggal dan sulit diterima. Benar bahwa peristiwa-peristiwa tersebut adalah tindakan individu, tetapi tindakan individu yang merupakan bagian dari sebuah sistem yang bernama negara, tidak bisa dipisahkan dari aspek hukum. Yang banyak terjadi adalah, para pelaku pelanggaran HAM terhadap TKI itu umumnya tidak mendapatkan perlakuan hukum semestinya dan penderitaan para TKI tersebut dilupakan begitu saja. Ungkapan itu juga mengandung kejanggalan karena pada dasarnya hukum dilahirkan untuk mengatur masyarakat yang terdiri atas individu-individu. Sehingga subjek dan sekaligus objek hukum pada dasarnya adalah individu. Karena itu, jika tindakan-tindakan tersebut dianggap terpisah sama sekali dari konteks syariat Islam yang menjadi hukum resmi di kedua negara itu, lalu untuk apa syariat diundangkan? Dalam pemikiran hukum Islam, layak dikenal adagium bahwa hukum sebenarnya bertujuan untuk memelihara jiwa, harta benda, kehormatan, hak, dan keturunan. Sayang, rumusan normatif tersebut sepertinya tidak selamanya bisa diwujudkan dalam praktik sehingga di negeri-negeri syariat itu tindakan-tindakan yang mengarah kepada pelenyapan jiwa manusia, misalnya, dengan begitu mudah ditemukan. Hanya Retorika Lebih dari itu, fakta tersebut menunjukkan bahwa apa yang disebut sebagai syariat Islam di kedua negara itu baru berada pada tingkatan retorika. Yang dimaksud dengan retorika di sini bukan berarti hukum-hukum itu tidak dilaksanakan, tetapi terjadi pengesampingan terhadap nilai-nilai yang sering diklaim sebagai nilai syariat yang hendak dikembangkan oleh negara. Jika pun syariat sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kedua negara itu, hampir bisa dipastikan terjadi praktik hukum yang diskriminatif terhadap mereka yang bukan warga kedua negara tersebut. Satu hal penting, apa yang terjadi di Malaysia dan Arab Saudi berkaitan dengan TKI tidak hanya menjadi perhatian masyarakat Indonesia, tetapi juga menjadi perhatian dunia. Karena itu, di luar persoalan hak-hak kerja yang terlanggar atau HAM yang terlindas, pada aspek yang lebih luas, peristiwa itu juga telah mempermalukan Islam di mata dunia. Kita memang masih bisa berdalih bahwa perlakuan tak manusiawi terhadap TKI bukanlah khas negara-negara muslim. Tetapi justru di situlah akan muncul persoalan baru. Jika itu merupakan fenomena umum, mengapa negara-negara muslim yang mengagung-agungkan Islam dan hukum Islam sebagai rahamatan li al-alamin itu tidak pernah tampil sebagai contoh yang baik bagi perlindungan hak-hak pekerja? Bukankah Islam memiliki doktrin yang sangat manusiawi berkaitan dengan pemenuhan hak-hak pekerja? Sebuah hadis Nabi secara tegas memerintahkan kita untuk membayar upah para pekerja sebelum keringat mereka kering. Itu bermakna bahwa syariat Islam memberikan perhatian sangat besar terhadap pemenuhan hak-hak pekerja. Bayarkanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya merupakan ungkapan yang teramat manusiawi dan memberikan jaminan kepastian terhadap para pekerja. Faktanya, tidak sedikit TKI yang berkeluh kesah tentang hak-haknya yang tak pernah terpenuhi selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Tidak hanya gaji yang tak terbayar, mereka bahkan mendapatkan perlakuan yang sangat bertentangan dengan hukum Islam. Sehingga pada aspek ini terjadi pelanggaran hak, kehormatan, dan jiwa yang merupakan hal-hal yang dilindungi oleh syariat. Bisa jadi, hal-hal semacam itulah yang menjadikan sebagian pemikir muslim di Indonesia merasa enggan dengan desakan formalisasi syariat. Moeslim Abdurrahman, misalnya, pernah memperingatkan bahwa jika Indonesia menerapkan syariat sebagai hukum positif negara, maka perempuan akan sangat rawan menjadi korban pertamanya. Apa yang terjadi di Malaysia dan Arab Saudi
[mediacare] Japanese probe enters lunar orbit in new space race
http://www.gulfnews.com/world/Japan/10158422.html AP A artist's rendering of Japan's Selene probe that has successfully reached the lunar orbit, a first for this country. Japanese probe enters lunar orbit in new space race Reuters Published: October 06, 2007, 00:42 Tokyo: Japan's first lunar probe began to orbit the moon yesterday, getting off to a smooth start in a new space race with China, India and the United States. Nicknamed Kaguya, after a fairy-tale princess, the three-tonne explorer orbited the Earth twice before successfully entering its orbit around the moon, Japan's space agency said. Kaguya was launched in mid-September after a long delay. The explorer will take another two weeks to move closer to the moon, after which preparations will begin for full-scale observation to start in December. Our priority for now is to place it into its final orbit, a spokesman said. After that, we can activate the instruments for observation to take place. -- -- Japanese scientists say the 55-billion yen (Dh1,77 billion) Selenological and Engineering Explorer, or Selene is the world's most technically complex mission to the moon since the US Apollo programme decades ago. The mission consists of a main orbiter and two baby satellites equipped with 14 observation instruments designed to examine surface terrain, gravity and other features for clues on the origin and evolution of the moon. Selene will orbit the moon for about a year until it runs out of fuel. The launch is about four years behind schedule due to rocket failures and technical glitches. China plans to launch a lunar orbiter called Chang'e One in the second half of this year to take 3D images, while India is planning its first unmanned mission to orbit the moon in 2008, powered by a locally built rocket 06_wo_japan_selene_4.jpg
Re: [mediacare] Pak YHG vs Nyonya Mus = Radityo Djadjoeri #59595
Sensei, Nyonya Mus lagi datang bulan purnama, jadi tidak akan bisa undangan Anda. Insyaalloh, kalau semua beres pasti datang, demikian keterangan bodyguardnya melalui telepon tadi pagi. Harap maklum adanya. - Original Message - From: Deddy Mansyur [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, October 05, 2007 6:17 AM Subject: Re: [mediacare] Pak YHG vs Nyonya Mus = Radityo Djadjoeri #59595 Saya sudah mengundang Nyonya Mus untuk datang ke KJRI Houston dan adakan dialog antara Nyonya Mus dan Ahli Ahli Agama Islam. Tapi belon di jawab. Alangkah baiknya kalau plan ini kesampaian jadi semua masyarakat Indonesia di Houston dan seluruh Texas bisa belajar dari Nyonya Mus, orang Indonesia yang paling hebat di amrik. Me? Latihan karate saja sampe tua. salam, sensei deddy mansyur university of houston www.uh.edu/shotokan - Original Message - From: Yap Hong-Gie [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 04, 2007 12:33 PM Subject: [mediacare] Pak YHG vs Nyonya Mus = Radityo Djadjoeri #59595 Bung Radityo Yth, Terima kasih untuk tulisan yang telah mengklarifikasi beberapa hal. Angkat topi untuk Anda, yang memiliki photographic memory atau database yang begitu lengkap, yang bisa merekam berbagai detail kecil untuk melengkapi profil seseorang, dari sekian ribu anggota. Memang benar saya pernah bekerja di Steady Safe Taxi, kemudian di unit usaha Zebra Taxi Surabaya, dari pemilik yang sama. Setelah menyelesaikan kontrak di Surabaya, saya kembali bergabung di perusahaan dimana saya pernah bekerja selama 11 tahun. Hubungan saya dengan Pak Harto, dimulai setelah beliau sakit sekitar tahun 2000, itupun hanya setahun sekali bersilaturahmi pada hari pertama Idul Fitri. Serangan saya terhadap Nyonya Mus (MM), merupakan reaksi terhadap fitnah rendahan terhadap orang tua saya. Saya tidak akan mempersoalkan serangan terhadap pribadi saya, tetapi kalau sudah menyeret-nyeret orang tua yang sudah meninggal 18 tahun yll, yang notabene tidak ada hubungannya dengan konteks diskusi, itu menandakan bahwa kita memasuki gelanggang free-fight, dimana hanya satu aturan yang berlaku: no rules! Sejak 5 tahun terakhir saya sudah mengenal tulisan-tulisan MM, diberbagai milis berbahasa Indonesia. Pola dan misinya semua sama, menciptakan konflik dengan cara memanipulasi data, pembohongan publik, provokasi massa (umat, etnis, golongan), dibidang sosial-politik atau agama. Karena masalah SARA adalah isu paling sensitif, maka menu utama tulisan MM adalah (konflik) agama. Tapi coba suruh buktikan; bawa data pendukung atau menunjukan referensi kredibel mengenai salah satu pernyataannya, pasti MM lari-lari seperti petasan injek. Kalau tidak percaya mari kita tes, minta MM buktikan dan pertanggung jawabkan dihadapan publik terhormat ini, pernyataannya (#59412) seperti kutipan dibawah ini. Orang ini memang turun temurun telah menjadi Cina yang opportunistik dan parasitik, sejak dari ayahnya sudah mengabdi kepada penguasa yang bisa memberikan security feeling kepada keluarganya. Yap Thiam Hien yang menjadi ayahnya sangat dikenal dizaman Suharto, dialah yang dijadikan tameng untuk melindungi kepentingan Suharto saat berhadapan dengan dunia Internasional dalam pelanggaran2 HAM. Disatu pihak dia bersandiwara dipihak opposisi pak Harto agar bisa menempatkan posisi sebagai pelindung pada saat ada serangan fatal. Secara prinsip saya setuju bahwa urusan latar belakang 'the man behind the gun', jangan mempengaruhi penilaian atas substansi suatu tulisan. Tetapi kita juga dibekali kecerdasan untuk melakukan analisa, agar tidak terbelenggu dalam tata-nilai secara kaku. Jangan terpaku diantara semak belukar sehingga menyebabkan kita tersesat, tidak bisa melihat rimbanya lagi. Suatu saat kita mengenali pola-pola yang sama, kemudian mempertanyakan pesan apa yang ingin disampaikan penulis? Apakah ada motif, maksud-tujuan, atau misi khusus yang terkandung dibalik penyampaian tulisan-tulisan tersebut. Sebuah pertanyaan, adakah dari rekan-rekan yang pernah menemukan tulisan MM yang bersifat positif mengenai NKRI? Wassalam, yhg. Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ Blog: http://mediacare.blogspot.com http://www.mediacare.biz Yahoo! Groups Links Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ Blog: http://mediacare.blogspot.com http://www.mediacare.biz Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.14.0/1048 - Release Date: 10/3/2007 8:22 PM
Re: [mediacare] Menyesal dan prihatin - Re: My dear Ny. Muslim binti Muskitawati - Re: Soeharto
Nyonya Muskita sering bilang itu dan ini karena maklumlah datang bulannya tidak menentu dan lagi agak panjang waktunya seperti musim hujan yang henti-henti. Mungkin maksudnya supaya masalah yang dibicarakan ditinjau lagi dari multi dimensi segi agar bisa obyektif pemahamannya dari pada cuma menelan apa yang biasa disodorkan. Atau bagaimana Nyonya Musmus? Kalau sudah habis datang bulan purnamanya jangan lupa beri kabar baik. OK? Wasslam - Original Message - From: mediacare To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, October 05, 2007 10:44 AM Subject: Re: [mediacare] Menyesal dan prihatin - Re: My dear Ny. Muslim binti Muskitawati - Re: Soeharto Dalam berinteraksi melalui milis, saya sarankan tidak perlu bertanya-tanya dan menelisik apa agamanya, apa sukunya, apa kewarganegaraannya, apa warna kulitnya, anaknya siapa, dan lain sebagainya. Kalau ngebet ingin bertanya tentang hal-hal tersebut, daripada berspekulasi, silakan kirim melalui japri (jalur pribadi kepada ybs). Dalam pengelolaan milis, memang berbeda-beda aturannya. Tidak seragam. Sedangkan milis Mediacare adalah milis dimoderasi yang relatif longgar, walau inti dari topik yang dibahas berkaitan dengan media massa. Untuk Mas Suryadi, kalau memang Nyonya Muskitawati kerap menjelek-jelekkan Islam, silakan disanggah apa yang ia tulis. Tidak perlu menebak-nebak bahwa ia pendeta Kristen. Seolah musuh Islam cuma orang Kristen saja. Bukankah banyak juga umat Islam yang gerah dengan kondisi agama yang ia peluk? Bukankah Islam itu warna-warni, alias tidak tunggal? Apa kita akan diam saja kalau ada umat yang mengaku Islam tapi merusak sana-sini, ancam kiri-kanan, bahkan saling bunuh-bunuhan? Apa lelakon itu tak perlu kita kritisi? Apa Mas Suryadi diam berpangku tangan saja, tidak ada upaya untuk menyadarkan mereka? Atau barangkali ulah macam FPI sesuai dengan pikiran Mas Suryadi? Kalau mengikuti alur tulisan Nyonya Mus sejak ia bergabung di apakabar hingga kini di mediacare, walau ia mengaku Islam tapi menurut saya ia sosok yang tak perlu lagi menyandang agama. Entah sekuler, agnostik, atheis, penganut Scientology seperti Tom Cruise, atau menyembah-nyembah pohon. - Original Message - From: Ferry Wardiman To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 04, 2007 4:55 PM Subject: [mediacare] Menyesal dan prihatin - Re: My dear Ny. Muslim binti Muskitawati - Re: Soeharto Mas Supriyadi, Saya tidak ingin berspekulasi soal yang saya tidak ketahui. Apalagi yang berpotensi meruwetkan pembahasan mengenai substansi. Bila ada yang mendiskreditkan Islam dan lantas langsung menunjuk kemungkinan ia Kristen dan begitu pula sebaliknya, kalau ada yang mendiskreditkan Kristen dan langsung melontarkan dugaan ia Islam, apa dunia tidak makin runyam jadinya?. Soal latar belakangnya apa seseorang itu, tidak merubah substansi yang dibicarakan bukan? Saya juga banyak tidak sependapat dengan dugaan rekan MM. Misalnya tentang pemimpin Al Qaeda itu adalah agen CIA :)) Tapi saya belum punya alasan mengatakan dia mendiskreditkan Islam, apalagi mengatakan dia pastur atau bhiksu atau PKI sekalipun. Dasarnya apa saya mesti sambit-sambitan tuduhan dan mempolusi thread spt itu?. Main duga dan memperlakukan opini seolah-olah fakta itu sangatlah berbahaya. Ditimpali lagi dengan makian dari seberang satunya, lalu meluas menenteng latar belakang yang bisa berupa agama, ras, kelompok dll. Jadi gak bereslah dunia kalau begitu. Saya kurang setuju dengan cara Bung YHG menenteng latar belakang tsb. Kurang arif saya kira. Selain saya juga kurang setuju dengan MM yang menyumat lelatu awal dengan api (flame) pertama. Yang lainnya, alih alih kita mengembalikan kepada pokok bahasan, malah bertepuk tangan dipinggiran memanaskan udara yang mestinya lebih baik dingin. Ayo kembalikan pada bahasan. Apa betul sih CIA sampai sejauh itu merambah sendi sendi masyarakat dunia sampai ke tokoh-tokohnya? Itu kan yang paling menarik sebagai inti cerita? :) Kita tunggu rekan MM melanjutkan kata katanya. Ada lagi gak rekan MM? :) fw --- In mediacare@yahoogroups.com, Supriyadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Ferry, Kira kira ada hubungannya tidak antara tulisan MM yang sering mendiskreditkan Islam dengan kepastorannya ? (Andaikata bung Yap Hong Gie betul pernyataannya bahwa MM adalah mantan pastor). Hemat saya tulisan seseorang yang subyektif, manipulatif, dan tendensius selalu ada kaitannya dengan latar belakangnya. Bukan begitu? Salam, Supriyadi - Original Message - From: Ferry Wardiman To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 04, 2007 12:32 PM Subject: [mediacare] Menyesal dan prihatin - Re: My dear Ny. Muslim binti
[mediacare] MUI Says Al-Qiyadah Al-Islamiyah is Misleading
Reflection: Wow! Something new and interesting, but better late than never. +++ MUI Says Al-Qiyadah Al-Islamiyah is Misleading Friday, 05 October, 2007 | 16:00 WIB TEMPO Interactive, Jakarta: The Indonesian Ulemas Council (MUI) said Al-Qiyadah al-Islamiyah, which first appeared in 2000, is a misleading sect. The decision was taken after MUI researched the organization for the last three months. Up to 2006, this sect wasn't brave enough to appear. But starting in 2007, they bluntly spread their lessons to the public, MUI Chairman, K.H. Ma'ruf, told the press yesterday (4/10). For a sect that is only seven years old, he viewed, its progress is rapid. The structure is in order and the leaders easily attract public sympathy. Al-Qiyadah's leader, Ahmad Moshaddeq, whose real name is Haji Salam, said he was an apostle since July 23, 2007 after ascetic meditation for 40 days and nights in Bunder Mount, Bogor, West Java. They even changed Islam to existing apostle or prophet after Muhammad, that is Masih Al-Mau'ud, said Ma'ruf. For gaining devotees, according to Ma'ruf, Ahmad promised rewards of a motorcycle for those who can recruit 40 new members and a car for 70 members. This sect managed to add about a thousand new members every month. The sect has been spread in all major cities in Indonesia, including West Sumatra, East Java, Yogyakarta, Batam and Sulawesi. The research team's head, Utang Ranuwijaya, said that in spreading the sect, Al-Qidayah divided it in six phases: sirrun (secret), jahrun (inclusive), hijrah (migrating), qital (war), futuh (winning) and khilafah (leader). They also have leadership structures after the apostle, hawariyun, siraj, and thariq. Uniqely, there is a level, then another level, said Utang. So far MUI acknowledged it has not yet been able to obtain any data on Haji Salam a.k.a. Ahmad Moshaddeq. Ma'ruf said MUI is still studying it. The council, he said, submits this matter to the police to be prosecuted with a criminal charge of defaming religion. The public mustn't take the law into their own hands. What's important is be cautious, he said. REH ATEMALEM SUSANTI
[mediacare] Arabic language in contemporary Indonesian
Refleksi: Banyak orang di Indonesia belagak bahasa Arab, tetapi apakah mereka betul menguasai bahasa Arab, ataukah hanya beberapa kata saja yang dipakai sebagai modal mempertinggi gensi tong kosong untuk dekat dengan surga? http://www.thejakartapost.com/detaileditorial.asp?fileid=20071005.F04irec=3 Arabic language in contemporary Indonesian Arabic language in contemporary Indonesian One of the most often heard cliches is that Bahasa Indonesia is a simple language. I find this cliche is mainly used by those who have never mastered the language. Nevertheless, it should be admitted that Arabic is much more complex and difficult to master. Before being posted to Jakarta, I expected that my knowledge of Arabic would be a great advantage in Indonesia. As I started studying Arabic in the 1960s and have lived and worked in various Arab countries for over 15 years, I thought I would have a soft linguistic landing when assuming my new responsibilities as Ambassador of the Netherlands in Jakarta in August 2005. I expected things to be even easier because I was aware that Indonesian also contains numerous words of Dutch origin. According to European Loanwords in Indonesian (published in 1983 by the Indonesian Etymological Project), some 5,400 words in Indonesian are of Dutch origin. According to a sister publication, Arabic Loan-Words in Indonesian (compiled by Russell Jones who focuses specifically on the root forms of Arabic- and Persian-derived words), there are some 2750 Indonesian words derived from Arabic. This means that, even if some words in Jones' list are now obsolete, the real number of Arabic words in Indonesian may be more than 3000. This is because Jones' compilation does not include the derivative words which are so abundant in Indonesian. For example, syair, which produces bersyair, menyairkan, penyair, kepenyairan, syairi and so on. Adding the 2,750 and 5,400 figures led me to suppose that I already knew more than 8000 Indonesian words, even before arriving in Jakarta. During my first ride by car on the highway from Soekarno-Hatta Airport to our new residence in Menteng, I tested my elementary vocabulary by reading the first large billboard we passed. It was the well-known sign warning against the dangers of smoking which reads: Merokok menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin (smoking causes cancer, heart disease, impotence, and pregnancy complications). Enthusiastically I concluded from this first practical linguistic encounter, that of the ten different words mentioned here, I already knew more than half, because they were of either Dutch, European or Arabic origin: merokok, kanker and impotensi are easily recognizable by any Dutchman, whereas the Arabic origin of menyebabkan (from sabab), kehamilan (from hamil) and janin is easily identifiable for anyone with a rudimentary knowledge of both Arabic and the Indonesian system of prefixes and suffixes. This led me to the optimistic -- albeit somewhat premature -- conclusion that, with my linguistic background, it would be a relatively easy task to learn Indonesian. And the other way around: that I could likely make good use of my knowledge of Arabic in my contacts with Indonesian society. This was also suggested to me by Indonesians on various occasions. But the reality turned out to be rather different. Of course, I had a big advantage over other foreigners who did not know either Arabic or Dutch. But in practice I discovered that -- despite what many people, including many Indonesians, say or believe -- Bahasa Indonesia has a rich original vocabulary. Therefore I am obliged to consult my Indonesian dictionaries rather frequently. In fact, I am not able to use Arabic particularly often, because -- despite my expectations -- there are few Indonesians who can actually communicate in Arabic. Nevertheless, speaking Arabic well in Indonesia is generally regarded as something prestigious, deserving of great respect. I think that the Arabic component of Indonesian is rather overestimated. Certainly this is so when it comes to the real usage and knowledge of the words of Arabic origin in Indonesian daily life. The fact that some 3,000 -- if not many more -- words of Arabic origin can be found in Indonesian language dictionaries does not imply that these words are being used on a daily basis, let alone that their meaning is generally known to the Indonesian public, whether well-educated or not. Nor does it mean that people are generally aware of the particular Arabic origin of words they use in modern Indonesian. As a participant in an intensive Indonesian language course at the well-known Alam Bahasa Indonesia Institute in Yogyakarta (formerly known as Puri), I was asked by my teacher to translate various texts from English into Indonesian, as part of my homework. Since I had only the Indonesian-Dutch dictionary of Professor A. Teeuw
[mediacare] U.S. opens DV Lottery to Indonesian citizens
http://www.thejakartapost.com/detailworld.asp?fileid=20071005.I01irec=0 U.S. opens DV Lottery to Indonesian citizens The Jakarta Post, Jakarta The United States Embassy in Jakarta announced Wednesday that Indonesians could apply for U.S. immigrant visas under the 2009 Diversity Visa (DV) Lottery scheme. The DV Lottery registration period is from Oct. 3 to Dec. 2, 2007, and registration is free, the embassy said in a press release sent to The Jakarta Post. The U.S. Embassy encourages Indonesians interested in immigrating to the United States who meet the minimum requirements to apply, the release said. Under the scheme, also known as the green card lottery, people can apply for one of 50, immigration visas to live and work in the U.S. Those wishing to enter the lottery can register online at www.dvlottery.state.gov. The embassy warned Indonesian citizens about companies and websites claiming to be able to help in the process. Applicants should be aware that the website listed is the only valid place to register for the DV Lottery and should be cautious about companies or websites claiming they can help obtain a Diversity Visa, the embassy said. Around 30,000 Indonesians applied for 2007 DV Lottery visas, 245 of whom were selected. printer friendly Post Your Comments Comments could also be sent to: [EMAIL PROTECTED]
[mediacare] Mengeroyok Kemiskinan!
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007100503082914 Jum'at, 5 Oktober 2007 BURAS Mengeroyok Kemiskinan! H.Bambang Eka Wijaya: RAMAI sekali orang mengambil formulir pencalonan diri dalam Pemilihan Gubernur Lampung! entak Umar. Sebagian besar mengaku terpanggil untuk meningkatkan derajat hidup rakyat dari kemiskinan, yang tercatat termiskin kedua di Sumatera! Syukurlah! sambut Amir. Kian ramai orang mampu bertekad mengeroyok kemiskinan, makin baik! Sebab, hanya dengan semua pihak dari segala penjuru mengerubutiinya, bisa lebih cepat pula kemiskinan diatasi! Tekad awal untuk memfokuskan perhatian pada kemiskinan itu penting, sehingga saat terpilih kelak menempatkan usaha mengatasi kemiskinan sebagai prioritas utama, bukan lagi di urutan ke sekian yang akhirnya cuma jadi sambilan! tegas Umar. Lantas, saat hasil survei BPS menyebut kemiskinan memburuk, dengan mudah pula melempar kemiskinan itu tanggung jawab kabupaten/kota! Di lain pihak, kabupaten/kota mengelak, tak mungkin pihaknya mengatasi kemiskinan dengan pendapatan asli daerah (PAD) yang minim, untuk belaja DPRD saja tak cukup! Itu dia, kasihan rakyat menderita berlarut-larut akibat lempar-melempar tanggung jawab! tegas Amir. Padahal, untuk mengatasi kemiskinan perlu usaha bersama, secara keroyokan! Sektor pemerintah, mulai pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kepala desa, kepala dusun sampai RW/RT melakukan kegiatan efektif dengan program masing-masing, didukung program ekstra dari BUMN dan lembaga yang ada seperti Koperasi, BKKBN, dan seterusnya! Lantas lembaga sosial-politik, dari partai-partai politik--yang setiap kampanye berjanji meningkatkan kesejahteraan rakyat--hingga organisasi kemasyarakatan (ormas), menjalankan program pengentasan kemiskinan masing-masing! Semua itu diperkuat gerakan lembaga swadaya masyarakat (LSM) membina rakyat sesuai dengan bidang pengabdian masing-masing! Itu pun masih belum cukup! Para pengusaha, lewat program CSR--corporate social responsibility--perusahaan miliknya, memfokuskan bantuan ke pengentasan kemiskinan! Kalau dikeroyok ramai-ramai begitu, diyakini usaha pengentasan kemiskinan bisa berhasil lebih cepat! timpal Umar. Tapi untuk itu, khususnya eksekutif di pemerintah daerah, harus lebih dahulu bisa membangun perspektif di kalangan DPRD, yang menentukan dalam penetapan APBD! Dan itu tak mudah! Sebab, pengalaman menunjukkan DPRD cenderung menjadikan APBD sebagai 'bargain' kepentingan mereka dengan kepentingan eksekutif, yang kedua-duanya belum benar-benar berorientasi pada kepentingan rakyat! tukas Amir. Contohnya, karena DPRD setiap kali maunya jalan-jalan studi banding ke luar daerah, sebagai bargain-nya tak terhalang eksekutif pun ulang-alik studi banding ke luar negeri dengan rombongan besar, termasuk sebagai gratifikasi buat para pendukung politiknya! Alasannya, kalau Presiden biasa membawa rombongan besar ke luar negeri, apa beda eksekutif daerah, sama-sama pemerintah! timpal Umar. Diharapkan orang yang ramai ikut mendaftar calon gubernur bukan hanya karena ingin sering jalan-jalan ke luar negeri dengan biaya APBD, melainkan sungguh-sungguh demi mengangkat rakyat dari kemiskinan! *** bening.gifburas.jpg
[mediacare] Who failed the test?
Published in Cairo by AL-AHRAM established in 1875 4 - 10 October 2007 Issue No. 865 http://weekly.ahram.org.eg/2007/865/op1.htm Who failed the test? Columbia University shamed itself when its president clumsily attempted to vilify Ahmadinejad, writes Hassan Nafaa* I followed closely the controversy surrounding Mahmoud Ahmadinejad's invitation to Columbia University. The Iranian president was invited for an open debate with faculty and students as part of the World Leaders Forum that the university has been organising since 2003. Although Columbia University came under immense pressure to cancel the invitation, it went ahead with the debate, which took place 24 September. I watched the proceedings live on television, but relied for the purposes of this article on the transcriptions of the encounter as published on the website of Columbia University. Since he came to office in 2005, I took a personal interest in Ahmadinejad, the plain-dressed man who came from nowhere to take centre stage in Iranian politics. Ahmadinejad edged one of Iran's most seasoned politicians, Rafsanjani, out of the way and managed to replace the moderate and widely respected Khatami. My curiosity was such that I made an extra effort to understand this man who, despite appearances, turned out to be extremely complex and at times reckless. Judging Ahmadinejad's remarks about the Holocaust to be unhelpful and irresponsible, I criticised him in the media, including the Arabic-language Iranian channel Al-Alam. My point was that the Iranian president gave Tehran's enemies ammunition and opportunity to blackmail and blockade his country. Perhaps someone was trying to create another Saddam in order to find a reason to attack Iran and liquidate its regime, I speculated. But my annoyance with some of Ahmadinejad's statements did not prevent me from finding an excuse for his behaviour, especially in the light of the arrogance and extremism of the current US administration. This administration was -- in my view -- at least partly responsible for undermining Khatami's reformist plans, and is therefore to blame for the revival of conservatism in Iran. President Bush tends to act like a man receiving revelations from heaven. At one point, he suggested that his policies paved the way for the return of Christ, so one must not be surprised when Iranians put in office a man who believes that his own policies will hasten the return of the hidden imam. In such a context, and with a cold religious war taking place between Bush and Ahmadinejad, Columbia University's invitation could have been an opportunity to break through the vicious circle of extremism and counter-extremism. It could have been an opportunity to discredit absolutist ideological ideas and those who see the world as a battlefield between pure goodness and pure evil. As it turned out, the organisers of the event had other things on mind. Had Columbia University offered Ahmadinejad a chance to see another aspect of America -- one that differs from the views held by the Bush administration -- the encounter could have helped defuse international tensions. But the university failed that test, and its president, Professor Lee Bollinger, made several major errors. Bollinger's first error was to abandon routine formalities. The standard practice for a university president in such an occasion is say a few words welcoming the guest and explaining why he was invited to campus and what the university hopes to achieve. Then the guest would make a speech and take questions from the audience. But the university president decided otherwise. He launched into a diatribe befitting a public prosecutor, casting Ahmadinejad as a defendant. Such an approach was demeaning to Columbia University, and backfired. Bollinger made Ahmadinejad look like an innocent man who had been set up. Bollinger's speech was all wrong. He insulted Ahmadinejad, calling him a petty and cruel dictator, and said that he was brazenly provocative or astonishingly uneducated to deny the Holocaust. Bollinger's views mirrored the views of the US administration, and at times surpassed them in extremism. At times, the Columbia University president sounded less of an academic than of an official spokesman of the US government. He blamed the Iranian government for the current crisis. Why have women, members of the Bahaai faith, homosexuals and so many of our academic colleagues become targets of persecution in your country? he asked, adding that the Iranian government was undermining American troops in Iraq by funding, arming, and providing safe transit to insurgent leaders. Bollinger put himself firmly on the side of Israel and the Zionist movement. He even apologised for those pained by the university's invitation of Ahmadinejad. You should know that Columbia is a world centre of Jewish
Re: [mediacare] Malaysia Minta Bukti 'Rasa Sayange' Lagu Milik Indonesia
Memang bisa seperti apa yang Anda katakan dan juga karena dulu tidak ada pencatatan apa yang disebut intelektual property right atau hak cipta di Indonesia, selain itu lagu rakyat biasa yang tidak menpunyai perlindungan hukum, jadi dalam perselisihan secara hukum mungkin sekali sulit dipertahankan. Selain itu barangkali dapat dicatat bahwa lagu tsb ada juga yang dinyanyikan dalam bahasa Jepang, ini karena dulu dikuasi tentara Jepang. - Original Message - From: Paulus Tanuri To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 04, 2007 5:21 AM Subject: Re: [mediacare] Malaysia Minta Bukti 'Rasa Sayange' Lagu Milik Indonesia Kalau soal bisa menyanyikan saya kira itu susah untuk dijadikan bukti. Jangan lupa lagu bengawan solo saja kelihatannya orang luar lebih hafal daripada kita. Tapi jangan putus asa, kalau memang benar, maka pasti bisa terungkap. Regards, Paulus T. On 10/4/07, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: refleksi: Kalau ada arkif musik, mungkin bisa dibuktikan dengan piring hitam musik hawaian Rudy Wairata atau lain yang dibuat pada tahun 1950-1960an. Tiap anak atau orang di Maluku pasti bisa menyanyi lagu tsb. Apakah di Malaysia juga demikian. -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.39/1045 - Release Date: 10/2/2007 6:43 PM
Re: [mediacare] Malaysia, bangsa yg malu-maluin !
Mereka belajar, tetapi apa yang dipelajari dengan sungguh-sungguh ialah bagaimana bisa korupsi dengan cara lebih baik. Jadi seperti halnya dalam mempertinggi mutu profesionalisme. Langkah ke arah tsb bisa dilihat bagaimana sengitnya perlobaan mereka untuk menduduki kursi kekuasaan nan empuk pembawa rejeki nomplok. Makin tinggi posisi, makin besar rejeki dan tentunya membutuhkan manipulasi prosional untuk bisa korupsi, lain dari pada itu tidak begitu penting atau asal-asalan saja. - Original Message - From: Pattiwael, Adolf Rudolf Cleffy To: mediacare@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, October 04, 2007 8:53 AM Subject: RE: [mediacare] Malaysia, bangsa yg malu-maluin ! Memang, saya juga bingung dengan sikap petinggi2 dinegri ini. Semuanya tidak mau belajar dari pengalaman yg lalu2, semuanya serba terlambat. Apabila terjadi sesuatu baru ribut...serba terlambat. Apa memang rasa nasionalis kita semua sudah luntur, saya setuju sekali dgn pendapat anda bung Budi. -Original Message- From: mediacare@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Budi Dharma Sent: 04 Oktober 2007 12:13 To: mediacare@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Malaysia, bangsa yg malu-maluin ! Meski mungkin opini saya ini tidak ada hubungannya, namun ternyata pemberlakuan syariat islam di negeri jiran tersebut tokh tidak mengubah karakter bangsa Melayu yg beneran pemalasnya nggak ketulungan. Lihat aja kalangan pribuminya yg dikasih hak istimewa, eh yg ngerjain proyeknya orang suku bangsa lain. Babak belur di kejuaraan sepakbola piala Asia kemarin, stasiun2 radionya diinvasi lagu2 Indonesia, jutaan TKI kita “menjajah” pasar tenaga kerja pembantu disana ( yang sayangnya tidak diayomo hak-haknya ), ikutan nyolong kayu2 di hutan Kalimantan, Sumatera, dan Papua, kini masalah lagu daerah pun hendak diembat juga. Pakai minta bukti segala pula bukti hak cipta lagu “Rasa Sayange”. Btw, mungkin kita juga bisa bertanya atas beberapa kasus lainnya, apa hak Malaysia mengklaim kepulauan Ambalat ? Balik lagi ke kasus “rasa sayange”, menunjukkan para pejabat tinggi memang tidak punya kebanggaan atas karya negerinya. Dicap sebagai negara terkorup, nggak bergeming. Hasil alamnya dicolong luar biasa, nyaris tanpa reaksi. TKW-nya disiksa bangsa lain, ya penangannya gitu2 aja. Tapi kalo ada daerah Palestina dibom Israel, weleh weleh… yg ngantri ikut unjuk rasa luar biasa hebohnya bikin macet. Perhatian media massa (khususnya cetak dan televise) nggak begitu heboh, yg lebih penting soal persiapan mudik tahunan dan soal “pecahnya” SBY-JK. Para sesepuh politik mulai rame2 mengajukan diri sebagai capres, nggak ada yg mau jadi cawapres. Nggak ada gitu judul menggugah, seperti waktu menara kembar WTC ditabrak pesawat, mayoritas headline media adalah “US under attack !”. Untuk kasus berulangkalinya Malaysia menghina harga diri bangsa Indonesia seperti ini, mestinya media ikut mengobarkan semangat nasionalisme jilid baru dengan judul : “Indonesia under-construction” ( ih, kayak tulisan di website aja, he he…. ) Mungkin perlu diberi travel warning : Malaysia, the truly laziest a thief nation !? Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers IMPORTANT NOTICE: The information in this email (and any attachments) is confidential. If you are not the intended recipient, you must not use or disseminate the information. If you have received this email in error, please immediately notify me by Reply command and permanently delete the original and any copies or printouts thereof. Although this email and any attachments are believed to be free of any virus or other defect that might affect any computer system into which it is received and opened, it is the responsibility of the recipient to ensure that it is virus free and no responsibility is accepted by American International Group, Inc. or its subsidiaries or affiliates either jointly or severally, for any loss or damage arising in any way from its use. -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.14.0/1048 - Release Date: 10/3/2007 8:22 PM
[mediacare] Re: [tourismindonesia] Sungguh-sungguh terjadi: FPI ngeri menghadapi orang Dayak
Bukan tidak berani, tetapi kuatir setelah habis napas bisa dicegat oleh awwah-arwah FPI di tengah perjalanan ke surga, jadi lebih baik diam untuk selamat di dunia seberang di hari kemudian . Bayankan kalau dibuang ke nereka, waduuh panasnya bukan mian, kata bahagian informasi dan propaganda FPI. hehehehe - Original Message - From: radityo djadjoeri To: [EMAIL PROTECTED] ; mediacare ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 03, 2007 1:43 AM Subject: [tourismindonesia] Sungguh-sungguh terjadi: FPI ngeri menghadapi orang Dayak Di Pulau Jawa, semua orang takut dengan ulah FPI. Saat FPI menjalankan aksinya, tak ada yang berani melawan. Beda dengan warga Dayak di Kalimantan. Mereka berhasil menggencet ulah FPI. Berita dari Tribun Kaltim, www.tribunkaltim.co.id FPI dan Warga Dayak Berdamai SAMARINDA, TRIBUN- Front Pembela Islam (FPI) akhirnya berdamai dengan warga Dayak, pasca- perselisihan saat sweeping FPI Sabtu (29/9) lalu di Samarinda. Ini disampaikan Kapoltabes Samarinda, Kombespol Marwoto Soeto di Samarinda, Selasa (2/10), sesuai hasil kesepakatan mereka. Kedua pihak bertemu dan sepakat mengakhiri perselisihan ini, Senin (1/10) malam. Marwoto mengatakan, FPI berjanji tidak akan melakukan sweeping dengan pendekatan seperti yang dilakukan pekan lalu. Kami kepolisian sudah me-warning, kalau mau pawai atau konvoi melaporlah ke polisi supaya kami kawal. Kalau melakukan sweeping, sekalipun tidak berbenturan dengan masyarakat tetap harus lapor polisi, kan begitu. Tetap kami akan proses kalau mereka mukul orang, tandasnya. Jika FPI menemukan gejala yang meresahkan masyarakat seperti minuman keras dan aksi kriminalitas lainnya, Marwoto berharap, mereka melaporkannya secara resmi kepada pihak berwajib. Terkait penanahan dua oknum anggota FPI, Marwoto menegaskan, proses hukum terus berlanjut. Tapi penangguhan mereka disetujui. Selain itu, polisi masih mencari pelaku lain yang diduga terlibat pemukulan di Samarinda Seberang. Mengenai laporan senjata tajam (sajam), menurut Marwoto, cuma mengada-ada. Itu kan alat mereka. Kalau orang Dayak jaga malam kan memang menggunakan itu, ujarnya. Ia berharap kedua pihak menghormati kesepakatan yang sudah dibuat. Jika terjadi perselisihan yang berujung bentrok fisik, polisi tidak segan-segan menindak. Siapa saja kalau anarkis dan meresahkan masyarakat, kami pasti tindak, tegasnya. Sebelumnya Ketua DPD FPI Kaltim, Muhammad Alwi Assegaf, mengatakan FPI hanya menggelar konvoi damai untuk menyejukkan bulan puasa. Niat untuk melakukan sweeping didasari kondisi Samarinda yang tidak nyaman selama Ramadan. (asi) KESEPAKATAN 1.Pihak FPI Samarinda bersedia meminta maaf atas tindakan yang telah dilakukan yaitu adanya ucapan atau yel-yel yang menyinggung perasaan etnis Dayak 2. Warga Dayak meminta maaf kepada FPI atas perbuatan yang terjadi setelah permasalahan ketersinggungan tersebut. 3. Penyampaian permohonan maaf FPI kepada Etnis Dayak di media massa, diserahkan kepada Poltabes Samarinda untuk menyampaikannya 4. Terhadap kasus pemukulan yang dilakukan oknum FPI, masing-masing pihak sepakat untuk menyerahkan kasus tersebut kepada Poltabes Samarinda untuk diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 5. Masing-masing pihak sepakat untuk meredam permasalahan yang terjadi agar tidak berkembang dan terulang lagi.(asi) KRONOLOGI PERDAMAIAN 1 Oktober 2007 * Pukul 10.00-11.00 - Kapoltabes bertemu Tokoh Adat Dayak di ruangan Kapoltabes. Mereka meminta FPI menyampaikan maaf secara terbuka kepada warga etnis Dayak. * Pukul 14.00-15.00 - Kapoltabes bertemu dengan FPI. FPI meminta Poltabes Samarinda memfasilitasi pertemuan FPI dengan tokoh adat Dayak. * Pukul 20.00-23.00 - pengurus FPI Samarinda dengan perwakilan Tokoh Adat Dayak bertemu di ruang rapat Poltabes Samarinda. Wakil dari FPI delapan orang sedangkan wakil Adat Dayak 12 orang. Mereka sepakat untuk berdamai dan mengakhiri perselisihan Sumber: Poltabes Samarinda (asi) -- Tonight's top picks. What will you watch tonight? Preview the hottest shows on Yahoo! TV. -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.14.0/1048 - Release Date: 10/3/2007 8:22 PM
[mediacare] Indonesia Tak Bisa Klaim Lagu Rasa Sayange
Indonesia Tak Bisa Klaim Lagu Rasa Sayange Kamis, 04 Oktober 2007 | 23:10 WIB TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur: Menteri Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia Datuk Seri Dr Rais Yatim mengatakan seruan para wakil rakyat Indonesia untuk menentang Malaysia memakai lagu rakyat Rasa Sayange dalam kampanye wisata Malaysia, Truly Asia, adalah tidak realistis. Menurut Rais, masalah itu seharusnya tak muncul sebagai lagu, seperti lagu rakyat lain semacam Jauh Di Mata, Burung Pungguk dan Terang Bulan, yang adalah lagu-lagu di nusantara yang diwarisi rakyat dari nenek moyangnya. Saya pikir Indonesia atau pihak lain tak dapat membuktikan siapa pengarang lagu itu, kata Rais kepada wartawan dalam acara buka puasa bersama kementerian itu di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Selasa lalu, seperti dikutip Bernama hari ini. Sebelumnya Hakam Naja, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia dari Partai Amanat Nasional, menyerukan agar pemerintah Indonesia menuntut malaysia karena menggunakan lagu tersebut dalam kampanye wisatanya. Priyo Budi Santoso, Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR, juga meminta pemerintah Indonesia perlu memastikan apakah Malaysia memakai lagu itu tanpa izin Indonesia atau tidak. Orang Indonesia yakin bahwa Rasa Sayange adalah lagu rakyat Indonesia yang berasal dari Maluku dan dinyanyikan dari generasi ke generasi di sana. Tapi, Malaysia juga dapat mengatakan bahwa lagu-lagu yang dinyanyikan dan direkam di Indonesia itu berasal dari negeri ini (Malaysia) karena (Indonesia) tak pernah menerima pembayaran royalti, kata Rais. Hakam juga menuduh Malaysia telah mengklaim kepemilikan kerajinan tradisional Indonesia, seperti batik dan wayang kulit. Rais juga mengatakan wayang kulit, yang sering dipentaskan di Malaysia, tak ada urusannya dengan Indonesia karena kesenian itu berasal dari tradisi Hinduisme. Indonesia tak punya hak mengklaim kepemilikan wayang kulit karena dia dibawa oleh penguasa Hindu Sri Wijaya di abad ketujuh dan kesenian itu menyebar di Langkasuka (Kedah), Palembang, Batavia dan Temasik, kata Rais. Jika Indonesia ingin menggugat masalah ini, dia akan menghadapi jalan buntu dan akan berdampak pada hubungan Malaysia-Indonesia, kata dia. | BERNAMA | THE STAR | IWANK
[mediacare] Kepala Lapas Batu Bantah Eksekusi Amrozi Digelar Malam Ini
Kepala Lapas Batu Bantah Eksekusi Amrozi Digelar Malam Ini Kamis, 04 Oktober 2007 | 22:29 WIB TEMPO Interaktif, Semarang: Kepala Lembaga Pemasyarakatn Kelas II Batu, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Sudijanto membantah adanya kabar yang mengatakan bahwa terpidana Bom Bali II Amrozi dan kawan-kawan akan dieksekusi malam ini. Itu tidak mungkin dan saya membantah adanya kabar akan ada eksukusi itu, kata Sudijanto di Semarang kepada Tempo malam ini (Kamis, 4/10). Sujianto mengaku tidak tahu-menahu mengenai asal kabar itu. Saya belum mendengar sama sekali. Saya mendengar baru kali ini tentang kabar itu, katanya. Sujianto mengatakan, sesuai dengan aturannya, sebelum eksekusi mati dilaksanakan harus ada beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi. Sujianto mencontohkan syarat seperti harus ada pemberitahuan minimal dua kali 24 jam sebelum eksekusi. Syarat lain, kata dia, adalah harus ada persiapan tim dokter dan rohaniawan. Lha, ini belum ada persiapan sama sekali, katanya. Melihat kenyataan seperti itu, Sujianto menegaskan, Tidak mungkin (eksekusi dilaksanakan malam ini. Sebagai kepala LP Batu, tempat Amrozi dan kawan-kawan saat ini ditahan, dirinya seharusnya tahu akan ada ekseskusi. Bahkan, malam ini Sujianto mengaku berada di Semarang. Amrozi menjadi terpidana mati kasus bom di Bali pada 2002 bersama dua terpidana lain: yakni kakaknya, Ali Gufron alias Muklas; dan Imam Samudra. Mereka sempat meringkuk di tahanan Kerobokan, Denpasar. Tapi kini ketiganya ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Batu, Nusakambangan, Jawa Tengah, sejak Oktober 2005. Rofiuddin/Sohirin
[mediacare] World celebrates 50th anniversary of first-ever man-made satellite Sputnik
http://english.pravda.ru/news/world/04-10-2007/98177-sputnik-0 04.10.2007 World celebrates 50th anniversary of first-ever man-made satellite Sputnik Engineers, military officials and former cosmonauts on Thursday celebrated the 50th anniversary of the launch of the world's first artificial satellite, Sputnik, which marked the dawn of the Space Age and sparked the race to land a man on the moon. Ceremonies were held at the Russia's cosmonaut training center, Star City, outside of Moscow and engineers were to gather at the Academy of Sciences to recall the events leading up to the Oct. 4, 1957, launch of the spikey, 184 pound (83-kilogram) metal ball that beeped as it circled the globe for some 22 days. Military officials held a small ceremony to lay flowers at the grave of the father of the Soviet space program, Sergei Korolyov, who was buried with honors at the foot of the Kremlin walls. The success of Soviet engineers in launching Sputnik stunned the world, and was followed just four years later by another historic achievement - the launch of Yuri Gagarin, the first human in space. Sputnik galvanized the U.S. government to pour money into space research and technology with the goal of landing a man on the moon - an event that occurred nearly 12 years later. Of course speaking just for us specialists (the launch) sparked an unexpected furor around the world. No one expected this, even including our engineers, Viktor Frusmon, a co-worker of Korolyov's, said in a televised comments Thursday. The satellite was 58 cm (about 23 in) in diameter and weighed approximately 83.6 kg (about 183 lb). Each of its elliptical orbits around the Earth took about 96 minutes. Sputnik 2 was launched on November 3, 1957 and carried the first living passenger into orbit, a dog named Laika. The mission planners did not provide for the safe return of the spacecraft or its passenger, making Laika the first orbital casualty. This mission was promptly dubbed Muttnick by humorists. The first attempt to launch Sputnik 3, on February 3, 1958, failed, but the second on May 15 succeeded, and it carried a large array of instruments for geophysical research. Its tape recorder failed, however, making it unable to measure the Van Allen radiation belts. Sputnik 4 was launched two years later, on May 15, 1960. Sputnik 5 was launched on August 19, 1960 with the dogs Belka and Strelka, 40 mice, 2 rats and a variety of plants on board. The spacecraft returned to earth the next day and all animals were recovered safely.
[mediacare] Bridge plan to link Java and Sumatra
http://www.theage.com.au/news/world/bridge-plan-to-link-java-and-sumatra/2007/10/04/1191091279251.html Bridge plan to link Java and Sumatra Mark Forbes, Jakarta October 5, 2007 INDONESIA plans to build the world's longest suspension bridge across the earthquake-prone Sunda Strait, passing about 50 kilometres from the active Krakatau volcano. Traversing 30 kilometres, the bridge will link Indonesia's main islands of Java and Sumatra at an estimated cost of $12 billion. Governors of Java's Banten and Sumatra's Lampung provinces have signed a memorandum to begin designing the bridge with construction company Artha Graha, which is headed by one of Indonesia's richest and most colourful tycoons, Tommy Winata. Mr Winata is renowned for his close ties to former president Soeharto and ongoing links to business interests of senior military figures. He has big investments in entertainment around Jakarta's Chinatown. The bridge, sitting on the Pacific ring of fire, the most earthquake and volcano-prone region in the world, will link Java's Merak Port with Bakauheni in Sumatra. It will pass through the islands of Ular, Sangian and Prajurit, and stand 70 metres high so large ships can pass. Experts said the bridge was technologically feasible, but extensive and expensive safety measures would be essential to withstand earthquakes. Several quakes measuring more than seven on the Richter scale have struck waters off Sumatra in recent weeks and a stronger quake caused a massive tsunami off the west coast in 2004. Senior design consultant with Artha Graha, Wangsadinata Wiratman, said flexible construction materials would be used to protect the bridge against earthquakes of up to nine magnitude based on the planned Messina Strait Bridge in Italy. This bridge was to have boasted the longest single suspension span in the world but was abandoned last year.
[mediacare] Empat Mahasiswa Indonesia Dirampok di Apartemen Kuala Lumpur
HARIAN ANALISA Edisi Jumat, 5 Oktober 2007 Empat Mahasiswa Indonesia Dirampok di Apartemen Kuala Lumpur Kuala Lumpur, (Analisa) Empat mahasiswa Indonesia yang menempati apartemen di kawasan Sentul, Kuala Lumpur dirampok tiga orang, Kamis dinihari selepas sahur, menyebabkan dua orang terluka dan dua notebook raib diambil perampok. Perampok telah membacok tangan Hussein Fauzi sedangkan kaki saya dipukul benda keras sehingga kelinking kaki kanan patah, kata David Satria, ditemui di RS Kuala Lumpur, Kamis. Empat mahasiswa Indonesia yang menempati apartemen itu yakni Hussein Fauzi, Ervan, Sahid, dan Faisal. Mereka merupakan mahasiswa Cosmopoint College di Kuala Lumpur. Pada malam itu, ada tiga teman mereka menginap di antaranya David Satria dan adiknya. Ketujuh mahasiswa Indonesia merupakan alumni Sekolah Indonesia di Jeddah karena orang tua mereka merupakan ekspatriat di Arab Saudi. Orang tua kami semua sudah tahu. Mereka cemas juga. Kami pikir kuliah di Malaysia lebih aman ... eeh malah kena rampok, kata Hussein yang tangannya kena bacok sebelum dioperasi di RS Kuala Lumpur. Menurut cerita, mereka makan sahur di luar. Setelah pulang ke rumah dan sekitar 30 menit istirahat, ada yang chatting, mengerjakan tugas kampus, dan baca-baca. Tiba-tiba ada yang ketuk pintu. Hussein yang sedang chatting kemudian bangun dan membuka pintu. Begitu pintu dibuka sebilah parang menyabet tangannya. Para perampok sudah berhasil membuka teralis besi di depan pintu rumah. Mereka langsung mendorong pintu dan mengejar saya dan menyabet tangan saya yang lain sehingga dua-duanya tergores kena parang. Tiga orang masuk menggunakan tutup kepala dan hanya matanya kelihatan. Mereka membawa parang dan pedang, kata Hussein. Beberapa teman Hussein kemudian berteriak-teriak Rampok-Rampok sambil menarik Hussein masuk ke dalam kamar. Sedangkan David sempat memberikan tendangan sehingga salah satu perampok terjatuh tapi yang lainnya sempat memukul kakinya dengan benda keras sehingga jari kelingking patah. Saya masuk kamar cari benda keras tidak dapat, akhirnya ditemukan minyak wangi, diambil kemudian dilempar ke perampok tapi tidak kena namun minyak wangi muncrat kena kaos perampok. Ketujuh mahasiswa akhirnya berhasil masuk ke kamar dan berteriak-teriak. Begitu perampok kabur sambil menggondol dua notebook lewat tangga kemudian mereka lari sambil mengejar tapi perampok cepat menghilang. TANGKAP 2 TERSANGKA Kepolisian Sentul Kuala Lumpur kini telah menahan dua warga Malaysia yang dicurigai. Kedua orang itu ditahan karena meninggalkan mobil dalam keadaan pintu terbuka di depan gerbang apartemen. Dalam mobil itu ditemukan beberapa benda tajam seperti parang dan pedang serta KTP Malaysia tapi tidak ada orangnya, kata Ervan. Kami sangat mencurigai ke dua orang itu karena mereka meninggalkan mobil dengan pintu terbuka. Ditanya mau kemana jawabnya berubah-ubah. Mereka jawab ketemu teman penghuni apartemen, tapi ketika ditanya nama dan alamatnya, mereka tidak mau jawab, ujar Ervan. Kemudian mereka ngomong abis makan di kedai India yang jaraknya 150 m. Tapi kenapa parkirnya mobil di apartemen dan pintu terbuka. Lagi pula salah satu nya menggunakan kaos dengan wangi minyak wangi yang dilempar David. Jadi dugaan kami semakin kuat, kata Ervan. Kedua warga Malaysia yang dicurigai kini sudah ditahan di Kepolisian Sentul, Kuala Lumpur, berikut mobilnya. Sementara itu, Ketua Umum PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Malaysia Muhammad Iqbal yang sempat mengunjungi keduanya sangat prihatin atas kejadian ini. (An
Re: [mediacare] Walubi: Biksu Myanmar Sebenarnya Tak Usah Demo, Tapi Seruan
Kardinal Sin tidak menentang demo, tetapi menentang pemakaian kondom. Yang lucunya ialah Kardinal tidak bikin anak, koq mau bikin aturan larangan kondom. Bayangkan saja, orang yang tidak pernah main bola, bikin aturan tentang pertandingan sepak bola. - Original Message - From: Harry Adinegara To: media care ; ppi india ; prol Sent: Wednesday, October 03, 2007 2:44 AM Subject: [mediacare] Walubi: Biksu Myanmar Sebenarnya Tak Usah Demo, Tapi Seruan Jangan2 Biksu Agung Paramitha ini anteknya Tiongkok dan Rusia yang tidak setuju kalau Myanmar itu ditindak lanjuti sebagai pelanggar HAM dengan seruan di tingkatkannya blokade ekonomi. Yang jadi pertanyaan sewaktu Kardinal Sin memimpin peaple power di Filipina tempo lalu apa gereja Katolik di Indonesia menentang adanya demo2 ini ya? Atau mungkin Biksu Paramatha ini getol dan suka bergumul ria dengan para militer, diktator dan para koruptor? No big deal lho cuman tanya, jangan yang anggota Walubi naik pitam. Kok Biksu Paramatha ini seneng seru2-in orang agar bermoral ya, mana bisa sih. Lha gimana sih Biksu ini, rakyat yang sudah di-injak2 selama 40 tahun-nan lebih oleh para diktator militer yang korup,dan mereka para biksu Myanmar ini menyerukan dengan cara demo albeit sangat damai koq di anjurin jangan demo. Apa Biksu Paramatha itu tidak punya naluri tentang keadilan ya? Harry Adinegara http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/10/tgl/01/time/143646/idnews/836408/idkanal/10 = Biksu Myanmar Sebenarnya Tak Usah Demo, Tapi Seruan Moral Anwar Khumaini - detikcom Jakarta - Gonjang-ganjing di Myanmar belum berakhir. Biksu, wartawan dan masyarakat menjadi korban kekerasan junta militer Myanmar. Namun perwakilian agama Budha di Indonesia menyayangkan aksi turun ke jalan yang dilakukan di Myanmar. Dengan alasan apa pun, sebenarnya mereka tidak usah turun langsung untuk berdemonstrasi. Harusnya mereka lebhi mengedepankan tindakan-tindakan yang bersifat seruan moral, kata Bhiksu Agung Paramitha di Kantor Center for Dialogue dan Coorporation Among Civilizations di Jl Kemiri, Jakarta Pusat, Senin (1/10/2007). Biksu Agung Paramitha yang juga perwakilan Walubi, meminta kepada junta Myanmar, umat Budha, dan masyarakat untuk menahan diri dan mengembalikan stabilitas keamanan Myanmar. Caranya dengan mengedepankan dialog yang simpatik dan efektif. Sementara itu, Komite Indonesia Agama untuk Perdamaian mengeluarkan seruan keprihatinan. Bahkan mereka menyatakan belasungkawa dan kesedihan mendalam atas jatuhnya korban akibat tindak kekerasan. Kami menyerukan agar para penguasa Myanmar segera menghentikan segala bentuk kekerasan dan membebaskan semua tahanan, serta memulai sebuah dialog damai dengan kelompok agama dan pihak oposisi, ujar juru bicara Komite Indonesia Agama untuk Perdamaian, Teo Bela (mly/sss) (sumber: www.detik.com) . -- Sick of deleting your inbox? Yahoo!7 Mail has free unlimited storage. Get it now. -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.37/1042 - Release Date: 10/1/2007 6:59 PM
[mediacare] 1 Syawal:Muhammadiyah-NU Tidak Capai Sepakat
Refleksi: Apakah uraian ilmunya tak jelas sehingga terdapat perbedaan? http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2007100303212813 Rabu, 3 Oktober 2007 UTAMA 1 Syawal:Muhammadiyah-NU Tidak Capai Sepakat JAKARTA (Lampost): Upaya pemerintah menyatukan Idulfitri 1428 H antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) kembali gagal. Pertemuan ulama Muhammadiyah dan NU di Gedung NU, Selasa (2-10), tidak mencapai kesepakatan mengenai penentuan Lebaran. Muhammadiyah tetap berpendirian Idulfitri jatuh pada tanggal 12 Oktober, sedangkan NU menunggu rukyatulhilal atau melihat bulan. Sedangkan pemerintah baru mengumumkan Idulfitri usai sidang isbat yang diikuti sejumlah ormas Islam dan duta besar negara-negara Islam, kata Menteri Agama (Menag) Maftuh Basyuni usai pertemuan tersebut. Dirjen Bimas Islam Departemen Agama (Depag) Nazaruddin Umar membenarkan dialog belum bisa menyatukan persamaan penentuan tanggal 1 Syawal tahun ini. PBNU dan PP Muhammadiyah mempunyai pandangan masing-masing tentang penentuan tanggal 1 Syawal. Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Susiknan Azhari mengatakan 1 Syawal 1428 Hijriah jatuh pada tanggal 12 Oktober atas perhitungan keilmuan. Muhammadiyah menggunakan metode hisab atau perhitungan astronomi dalam menentukan Idulfitri 1428 H. Sementara itu, Ketua Lajnah Falakiah NU K.H. Ghozalie Masroeri menyatakan pihaknya memakai metode hisab sebagai patokan melaksanakan rukyat. Jatuhnya Lebaran bergantung pada hasil rukyat. Pertemuan di Gedung PBNU juga Ketua Umum PBNU K.H. Hasyim Muzadi. Pertemuan itu tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya di Kantor Wakil Presiden, Minggu (30-9), dengan tujuan mencari titik temu dalam menentukan Idulfitri. Sebelumnya, Nasaruddin menyatakan penentuan akhir Ramadan menjadi sangat penting. Itu bukan semata soal pranata, melainkan urusan halal atau haram. Sebab itu, masyarakat awam bingung ketika menemui kenyataan adanya perbedaan penentuan Idulfitri. Menurut Hasyim Muzadi, semestinya umat diberi tahu bahwa perbedaan tidak selalu berarti bertentangan. Kadang-kadang saya malu sebagai umat Islam. Orang Barat sudah sampai di bulan, la kita umat Islam berkutat di urusan mengintip (bulan) saja, katanya. n U-1 bening.gif
[mediacare] Malaysia Minta Bukti 'Rasa Sayange' Lagu Milik Indonesia
refleksi: Kalau ada arkif musik, mungkin bisa dibuktikan dengan piring hitam musik hawaian Rudy Wairata atau lain yang dibuat pada tahun 1950-1960an. Tiap anak atau orang di Maluku pasti bisa menyanyi lagu tsb. Apakah di Malaysia juga demikian. HARIAN ANALISA Edisi Kamis, 4 Oktober 2007 Malaysia Minta Bukti 'Rasa Sayange' Lagu Milik Indonesia Jakarta, (Analisa) Mendbudpar Jero Wacik mengaku telah berkomunikasi dengan Menteri Kebudayaan Malaysia tentang lagu Rasa Sayange. Mereka bilang, kalau Indonesia bisa membuktikan, mereka akan melakukan sesuai kewajibannya, ujar Jero Wacik kepada wartawan sebelum menghadiri rapat kabinet di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (3/10). Sebelumnya Menteri Kebudayaan dan Menteri Pariwisata Malaysia menyatakan bahwa lagu yang di negeri jiran bernama Rasa Sayang itu adalah lagu rakyat yang biasa terdengar di Kepulauan Nusantara (Melayu) yang merupakan warisan leluhur. Jadi bukan milik Indonesia semata. Jero menuturkan, menggugat kepemilikan lagu tersebut bukan perkara mudah. Apalagi Indonesia tidak punya bukti. Kepedulian kita pada hukum (hak cipta) masih rendah, kata Jero. Jero mengaku dirinya telah mengecek lagu Rasa Sayange yang digunakan Malaysia sebagai tema kampanye pariwisata Truly Asia. Saya cek no name. Kalau didengarkan lagu ini memang seperti lagu Ambon, Manado, Melayu, karena budayanya mirip-mirip, ujarnya. Sekarang bagaimana kita buktikan kalau itu karya kita. Kita masih mengumpulkan data, ujarnya. Jero menyatakan puluhan ribu karya budaya belum didaftarkan hak ciptanya. Saya berkali-kali minta para seniman kalau punya karya budaya cepat didaftarkan agar tidak mudah diklaim. Dan kalau diklaim, kita mudah menuntutnya, paparnya. Saya minta para seniman Ambon, beri saya bukti. Kalau ada, agar bisa kita gunakan. Tanpa bukti kita akan sulit, demikian Jero
[mediacare] Semua Agama Punya Sejarah Radikal
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=306503 Rabu, 03 Okt 2007, Semua Agama Punya Sejarah Radikal JAKARTA - Kecintaan Umi Komariyah Madjid, istri cendekiawan muslim (alm) Nurcholish Madjid (Cak Nur) terhadap Universitas Paramadina tak pernah padam. Kemarin (2/10), misalnya, dia menyempatkan diri untuk membuka dan mengikuti seminar bertajuk Islam Rahmatan Lil'alamin di Tengah Suburnya Islam Garis Tengah di Universitas yang didirikan Cak Nur itu. Dalam kesempatan tersebut, Umi menyampaikan bahwa membumikan Islam yang rahmatan lil'alamin (memberi rahmat bagi semua umat, Red) harus dimulai dengan kesediaan untuk mendengar pendapat orang lain, baik itu dari kalangan Islam maupun non-Islam. Manusia tidak mungkin mengetahui kebenaran mutlak. Itu milik Tuhan, katanya. Dia menyebut, kebenaran manusia setinggi apa pun masih terbatas. Karena itu, setiap manusia dengan rendah hati harus mengakui kemungkinan adanya ilmu (kebenaran) yang lebih tinggi. Diskusi yang dimulai pukul 16.00 tersebut turut menghadirkan mantan Panglima Laskar Jihad Jaffar Umar Thalib. Selain itu, ada Ketua PB NU Masdar Farid Masudi, Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan pengamat politik Islam Fachry Ali. Jaffar Umar yang datang dengan mengenakan gamis dan serban putih tidak lagi meledak-ledak. Dia justru menyampaikan bahwa dalam memahami Islam, ada prinsip-prinsip dasar yang harus dipegang, yaitu ikhlas dan sabar. Perlunya kesabaran itu, misalnya, dalam menyikapi problem-problem sosial dan politik. Persoalan sosial politik itu ada sejak manusia mengenal pemerintahan, katanya. Meski demikian, dia mengingatkan untuk tetap mewaspadai demokrasi yang hanya mendukung figur-figur populer. Untuk itu, sesuai hadis Nabi, ujar Jaffar, penguasa bisa ditaati sepanjang tidak melanggar syariat Islam. Tapi, kalau sebaliknya, kita harus berlepas diri dari penguasa seperti itu, tegasnya. Menurut Ketua PB NU Masdar Farid Masudi, akar radikalisme ada pada setiap paham keagamaan, bahkan pada paham yang antiagama. Semua agama punya sejarah radikalisme, katanya. Pemahaman keagamaan yang sejak awal memilih angle-angle keras berpotensi memunculkan radikalisme. Apalagi, selama 13 tahun pertama kenabian Muhammad SAW, terjadi sekitar 27 fenomena konflik atau perang. Sayangnya, lanjut dia, ada sebagian umat Islam yang ternyata terus-menerus terjebak pada suasana tegang itu. Seolah-olah Islam itu agama yang lahir dalam kondisi darurat dan terus begitu, sindirnya. Dengan nada guyon, pendiri P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat) itu lantas mencontohkan bendera Arab Saudi yang menggandengkan kalimat tauhid dengan sebilah pedang. Kenapa dengan pedang, bukan bunga?, candanya. Tapi, pastilah ada nuansa psikologis tertentu yang membuat mereka memilih itu, tambahnya cepat. Menurut dia, pilihan pemahaman yang keras itu semakin tersulut pada kondisi sosial ekonomi yang timpang dan struktur global yang tidak adil. Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, kalau tidak mau melihat terorisme agama, terorisme negara juga harus dieliminasi. Setiap tatanan sosial ekonomi yang tidak hadir pasti a selalu melahirkan revitalisasi kekuatan politik agama. Dalam titik yang ekstrem, ini akan menjadi radikalisme beragama, tandasnya. Dia berharap, gerakan Islam arus tengah, seperti Muhammadiyah, NU, termasuk Paramadina, perlu melipatgandakan usaha-usaha dakwahnya yang bersifat pencerahan. Rebut ruang publik untuk diisi dengan isu-isu Islam yang damai, menyejukkan, dan ramah, ajaknya. Fachry Ali menyebut radikalisme Islam yang kini berkembang secara spesifik hadir untuk melawan dominasi Barat. Sebab, ada sebagian umat Islam yang masih terperangkap pada masa lalu (kejayaan Islam) sehingga tidak bisa memahami perubahan itu. Bagaimana mungkin, komunitas otentik yang hadir jauh sebelum Amerika Serikat tampil harus menyesuaikan diri pada sesuatu yang lebih muda, ujarnya. Karena itu, tegas Fachry, untuk mengatasi radikalisme Islam, harus ada pembenahan aspek-aspek struktural global. (p
[mediacare] Gubernur Maluku Bersikeras Lagu Rasa Sayange Milik Indonesia
http://www.antara.co.id/arc/2007/10/3/gubernur-maluku-bersikeras-lagu-rasa-sayange-milik-indonesia/ 03/10/07 21:56 Gubernur Maluku Bersikeras Lagu Rasa Sayange Milik Indonesia Ambon (ANTARA News) - Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu Rasa Sayange adalah milik Indonesia, karena merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi ini sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu hanya mengada-ada. Saya sejak lahir tahun 1946 sudah digendong ibu sambil menyanyikan lagu ini. Bahkan lagu ini telah merakyat di bumi Maluku sejak leluhur sehingga Malaysia jangan memanfaatkan tidak dipatenkannya hak cipta lagu Rasa Sayange itu menjadi icon parawisata negaranya, katanya ketika dikonfirmasi ANTARA News, di Ambon Rabu malam. Ia bahkan menunjuk kata-kata pada syair pada lagu tersebut seperti lia (lihat-red) jao (jauh-red), adalah ungkapan dialek orang Ambon, sehingga tidak beralasan bagi Malaysia mengklaim lagu Rasa Sayange adalah milik negara tersebut. Karenanya Gubernur Ralahalu memandang perlu menghimpun para seniman Maluku untuk mencari tahu siapa sesungguhnya pencipta lagu Rasa Sayange sehingga bisa dipatenkan hak ciptanya agar tidak diklaim negara lain seperti Malaysia. Kita sudah saatnya memperhatikan hak cipta para seniman Maluku maupun Indonesia secara umum agar tidak dibajak negara lain, karena berdampak merugikan kita dari berbagai segi, terutama budaya dan pariwisata yang sebenarnya memiliki keunggulan komparatif dibanding negara lain, katanya. Ketua DPRD Maluku Richard Louhenapessi secara terpisah memandang perlu sekiranya Malaysia masih bersikeras mengklaim lagu Rasa Sayange milik mereka, maka legislatif setempat akan melakukan protes ke Mahkamah Internasional melalui pemerintah Indonesia maupun DPR-RI. Terpenting inisiatif pemerintah dan masyarakat Maluku ini didukung Pemerintah Pusat sehingga lagu Rasa Sayange ini dihargai sebagai lagu rakyat Maluku yang harus diwariskan kepada anak cucu sehingga tidak terancam punah, katanya. Louhenapessy merasa perlu untuk mengambil hikmah dari klaim Malaysia terhadap lagu rasa sayange karena memangnya penghargaan terhadap hak cipta maupun hasil karya seniman Maluku relatif terbatas, akibatnya dimanfaatkan negara lain untuk hal-hal yang strategis seperti mendukung promosi pariwisata. Ia pun mencontohkan lagu Sayang Kane yang merupakan lagu rakyat Maluku dimanfaatkan oleh Airlines Cina dalam mendukung promosi maskapai penerbangan mereka. Jadinya hak cipta para seniman Maluku sudah saatnya dilindungi dan dihargai sehingga memiliki kekuatan hukum agar tidak dimanfaatkan oleh negara lain dalam rangka kepentingan pariwisata maupun program-program strategis lainnya yang sebenarnya merugikan Indonesia maupun Maluku secara khusus, katanya.(*) Copyright © 2007 ANTARA http://www.antara.co.id/arc/2007/10/3/lagu-kebangsaan-malaysia-diduga-jiplakan-lagu-indonesia/ 03/10/07 19:41 Lagu Kebangsaan Malaysia Diduga Jiplakan Lagu Indonesia Yogyakarta (ANTARA News) - Lagu kebangsaan Malaysia Negaraku diduga hasil jiplakan lagu Indonesia berjudul Terang Bulan yang dinyanyikan sejak 1930-an. Lagu Terang bulan sudah dinyanyikan di Indonesia sejak lama, setelah merdeka 1957 Malaysia mengubah lagu tersebut menjadi `Negaraku` dan menjadikannya sebagai lagu kebangsaan, kata pakar multimedia, Roy Suryo kepada ANTARA News di Yogyakarta, Rabu. Menurut dia, lagu `Rasa Sayange` yang dijadikan Malaysia sebagai lagu untuk promosi pariwisata sebenarnya juga sudah dinyanyikan di Indonesia jauh sebelum negara jiran tersebut merdeka, dan lagu ini sering dinyanyikan oleh orang-orang Melayu. Dalam film `insulinde zooals het leeft en werkt`, film dokumenter Indonesia 1927-1940 produksi NV Haghefilm Denhaag, sudah ada lagu `Rasa Sayange`. Ini sebenarnya dapat menjadi bukti bahwa lagu tersebut sudah dinyanyikan masyarakat Indonesia jauh sebelum Malaysia merdeka, katanya. Ia menyatakan dirinya saat ini sedang mengumpulkan bukti film asli, baik untuk lagu `Rasa Sayange` maupun `Terang Bulan` guna pembuktian lagu tersebut dicipta oleh orang Indonesia. Meskipun saya sudah punya film digitalnya, tetapi besok saya akan ke kantor Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk mencari film aslinya, kata dia. Ia menambahkan, kemungkinan Malaysia sudah mempatenkan terlebih dulu baru lagu `Rasa Sayange` tersebut kemudian baru mempublikasikannya. Kasus ini persis seperti batik, tempe dan beberapa tarian asal Indonesia yang diklaim hasil karya Malaysia. Sebenarnya ini menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia terutama untuk melindungi budaya daerah dengan segera mempatenkan hasil karya anak bangsa, katanya.(*)
[mediacare] Kabel Penangkal Petir Indosat Disikat Maling
Refleksi: Kemarin atau kemarin dulu diberitakan pencurian besi jembatan, sekarang kabel penangkal petir indosat, besok apa lagi? Kapan NKRI yang berAllah bebas pencurian dan korupsi? http://www.gatra.com/artikel.php?id=108339 Kabel Penangkal Petir Indosat Disikat Maling Bandung, 3 Oktober 2007 15:58 Kabel penangkal petir sepanjang 50 meter di menara Base Transceiver Station (BTS) milik PT Indosat, Cibogo Atas, Kecamatan Sukajadi Kota Bandung, raib disabet maling, pukul 01:30 WIB, Rabu (3/10). Seorang saksi mata, Suryana, mengatakan, dirinya sempat melihat dua orang pria yang sedang menggunting kabel tembaga berdiameter sekitar 5 sentimeter itu di menara BTS. Saya kira kedua orang berjaket hitam itu pekerja PT Indosat yang biasa melakukan pengontrolan, dan perbaikan. Tetapi setelah saya amati kedua orang itu pergi melalui benteng belakang, kata Suryana. Menyadari hal itu, kontan Suryana bersama beberapa rekannya yang sedang begadang menunggu makan sahur berteriak, dan memanggil pengurus warga setempat hingga akhirnya belasan warga mengepung tempat kejadian. Namun, pengepungan serta pencarian itu tidak membuahkan hasil karena keterbatasan penerangan lampu di area sekitar BTS, dan diduga seluruh pelaku telah melarikan diri setelah mendengar teriakan warga. Ketua RT setempat, Muchidin mengatakan pihaknya bersama warga telah berusaha mencari dan mengejar pelaku hingga sekitar pukul 03:30 WIB, namun tidak berhasil menemukan pelaku. Setelah diamati di area BTS, warga menemukan sebilah pisau yang diduga untuk menyobek kabel itu, dan tampak serpihan karet sintetis pembungkus kabel, katanya. Dikatakan Muchidin, pihaknya belum melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian, sementara pihaknya telah melaporkan kejadian tersebut kepada PT Indiosat. Menurutnya, pihaknya merasa tidak berwenang melaporkan kejadian tersebut, dan dianggapnya PT Indosat lebih berhak melaporkan kejadian tersebut. Kini akibat pencurian itu warga setempat merasa cemas, dan khawatir terhadap dampak buruk yang ditimbulkan kepada ratusan warga setempat dari menara BTS setinggi 60 meter itu, terkait penangkal petir pada menara itu tidak berfungsi lagi. [TMA,
[mediacare] The southern axis of evil
http://www.atimes.com/atimes/Middle_East/IJ03Ak02.html Oct 3, 2007 THE ROVING EYE The southern axis of evil By Pepe Escobar Hitler did New York and was received like, well, the new Adolf Hitler. Then he flew south and was received like a revolutionary hero. Iranian President Mahmud Ahmadinejad has seen the face of two radically different Americas. Call it a practical lesson in the new multipolar world order. After the sparring at Columbia University and his speech at the United Nations, the Iranian president visited Bolivian President Evo Morales in La Paz and Venezuelan President Hugo Chavez in Merida. Both countries are rich in natural resources, against the George W Bush administration's hegemonic designs, and supportive of the Iranian civilian nuclear program. As such, they are configured as Iran's key strategic allies in South America. From the point of view of the Islamic Republic, this is regarded as nothing short than a key geopolitical victory. Ahmadinejad arrived in La Paz on a Venezuelan government plane. Iran and Bolivia swiftly established diplomatic relations and immediately agreed on a five-year, US$1 billion industrial cooperation plan, plus a $100 million plan to boost technology and trade. According to the Bolivians, the Iranians are very much interested in exploiting lithium and uranium in South America. Then Ahmadinejad flew to Venezuela for a new flurry of bilateral agreements on joint projects in both countries. The rhetoric was epic. Ahmadinejad greeted Chavez as one of the greatest anti-imperialist fighters. Chavez answered in kind: An imperial spokesman tried to disrespect you, calling you a cruel little tyrant. You responded with the greatness of a revolutionary. We felt like you were our representative. Ahmadinejad and Chavez have already met six times, in both Iran and Venezuela. Their economic and energy deals - on oil refineries, petrochemicals, the auto industry - amount to $17 billion, and counting. Iranian diplomats were ecstatic. Chavez' tacit support for the peaceful use of nuclear energy is considered very important - a counterpunch to the heavy pressure of the US and the European Union. The overwhelming majority of Latin American governments - including President Luiz Inacio Lula da Silva in Brazil, who has very good relations with the Bush administration - regard Iran's nuclear program as a totally legitimate path to generate electricity. Naturally the Iran/Venezuela strategic partnership was widely denounced by the medieval Bolivian landowning oligarchy - which strictly follows White House cue cards and swears Iran is a terrorist state that wants a nuclear bomb. And there is nothing like revolutionary nations getting together to make the US industrial/military complex go nuts - with the usual ensuing apocalyptic rhetoric of an imminent communist-style back yard cross-border invasion. This is especially so when someone like Bolivian Vice President Alvaro Garcia Linera regards Ahmadinejad's visit as a political project. Morales' and Linera's MAS (Movimiento al Socialismo, the party in power) sees it as consolidating an anti-neo-liberal, anti-US-hegemony alternative bloc, even if Bolivia, Venezuela and Iran do not exactly share the same political ideology. What they do share is a lot of precious natural resources, between Organization of Petroleum Exporting Countries members Iran and Venezuela, and Bolivia's second-largest gas reserves in Latin America. Rafael Correa in Ecuador, Daniel Ortega in Nicaragua and eternal US nemesis Fidel Castro of Cuba also qualify for the alternative bloc. On Sunday, Correa, a US-trained socialist economist, captured a huge victory at the polls, with a new, truly representative batch of parliamentary members expected to follow the current corrupt, right-wing-controlled House and perform as a true constituent assembly. The big picture One does not need to be the invaluable Immanuel Wallerstein, professor emeritus at Yale and director of the Fernand Braudel Center in New York, to read the writing on the wall. Wallerstein argues that the Bush administration's endless-war ethos has not only exposed all the limits of US bombs-and-bullets power but has also laid bare to the world US political impotence. This is the real talk of the town in western Europe, Latin America, the Middle East, Asia and Africa: US hegemony coming to an irreversible end, revealing, Wallerstein would say, multiple poles of geopolitical power. We are entering a situation of structural crisis towards the construction of a new world system - with no hegemonic power. The multiple poles include the US, western Europe, Russia, China, Japan, India, South Africa, Iran, Brazil and the southern cone and, Wallerstein would add, maybe South America as a regional bloc. South America already boasts a powerful regional economic bloc, Mercosur (Brazil, Argentina, Uruguay and Paraguay as full members;
[mediacare] Jakarta court holds line on polygamy
Reflection: It's a man's wolrd. http://www.youtube.com/watch?v=VCIyzNISw1Qmode=relatedsearch= http://www.theage.com.au/news/world/jakarta-court-holds-line-on-polygamy/2007/10/03/1191091192300.html Jakarta court holds line on polygamy Mark Forbes, Jakarta October 4, 2007 INDONESIA'S Constitutional Court has criticised polygamy, ruling against broadening its legality but leaving untouched the loopholes used by many men. The court yesterday rejected an application by businessman Muhammad Insa to allow poly-gamy to be practised by all. Mr Insa lodged the application after being refused permission to take a younger wife, complaining many others had. The polygamy controversy has divided Indonesia's 200 million Muslims and its two main Islamic organisations. Prominent clerics have taken extra wives, but women's groups and President Susilo Bambang Yudhoyono have condemned the practice. Although legal, polygamy is supposed to be subject to strict conditions in Indonesia, including the approval of existing wives, who must be childless, terminally ill or incapable of fulfilling their sexual obligations Constitutional Court judges, lead by Jimly Ashidiqie, rejected Mr Insa's claim that restricting polygamy led to adultery and divorce and led widows to become sex workers. Rather, higher rates of polygamy resulted in more divorces, the court said. But the court found that under the existing marital law the foundation of marriage is monogamy and that polygamy is allowed under certain conditions and the procedure is not against the Islamic teachings. The executive director of women's rights group Kalyanamitra, Rena Herdiyani, praised the decision, but said the marital law should be scrapped. The national court should not recognise polygamy at all, Ms Herdiyani said. Although the majority of Indonesians are Muslim, marital law is for everybody, regardless of their religion. Women were exploited by polygamy and many suffered domestic violence, she said. Most cases of polygamy did not meet Islamic requirements and many involved MPs or senior officials. The fact is most second wives are more beautiful, Ms Herdiyani said. People take religion to justify their personal interests. Mr Insa said he was disappointed by the verdict, and claimed that under Islam there should be no restrictions on polygamy, other than the obligation to tell your wife. With KARUNI ROMPIES
[mediacare] Road To Freedom Runs Via Norway
http://www.sptimes.ru/index.php?action_id=2story_id=23185 Road To Freedom Runs Via Norway By Peter Apps Reuters OSLO - Using secret material smuggled out of Myanmar, the Oslo-based Democratic Voice of Burma's radio and TV stations are a key source of information for those inside and outside the country on the government's crackdown on protesters. As demonstrators clash with troops in a nation with no independent media, exiled journalists and workers broadcasting from a sleek office in the Norwegian capital hope their work will help end military rule in their homeland. Undercover local journalists secretly film and record events, risking arrest and torture to send footage and facts to the station. Material is smuggled out by airline passengers or diplomats, or sent by e-mail. As protests grew last week, the station found itself providing film to the world's broadcasters largely unable to get their own material from inside Myanmar, formerly known as Burma. Our station is a key factor in making a change, Khin Maung Win, a veteran of 1988 protests which ended in bloodshed with a military crackdown, said. In 1988, Burma was a completely closed country. There was no media coverage. Now everyone is watching. With about a dozen from its staff of 100 in Oslo, the newsroom is alive with discussion about events half a world away. Never report rumors says a sign on the wall alongside a painting of democracy icon and Nobel Peace Prize laureate Aung San Suu Kyi. The Democratic Voice of Burma broadcasts by shortwave radio. It also beams satellite television for several hours a day. Funded by the governments of Norway, Sweden, Denmark, the United States and the Netherlands, the broadcaster has increased its output and most staff have almost doubled their hours since protests led by Buddhist monks began earlier this month. Myanmar's government last week blocked Internet access but people in Myanmar continued to talk to the station by mobile phone, Win said. Before the protests, the station estimated its radio programs reached about 13 million of Myanmar's 56 million people and its satellite television about half of the estimated 10 million viewers in the country. Nowadays, we think everyone is tuning in, he said. People are watching and listening publicly. People are proud when their voices are heard on the air - they would never have that chance with state media. Mobile and satellite phone calls are its main expense, Win said, adding that last week alone the station spent its usual annual total of nearly $100,000 on communications. Governments that support the radio have pledged more funds. Working for the station is a crime in Myanmar, and the staff worry about the safety of their workers and family members. Some staff in Oslo avoid communication with families back home for fear of endangering them. The broadcaster also sees a role for itself in a free Myanmar. In the past we were effectively propaganda for the pro-democracy movement, Win said. Now, we try to be objective so we can become the independent media of a free Burma. There is cause for optimism, Win says. The station reported that some army units refused to fire on protesters or monks: signs of a potential split in the military, he said.
[mediacare] Persaingan Baru Para Mitra Lama
http://www.gatra.com/artikel.php?id=108340 Persaingan Baru Para Mitra Lama Sutiyoso dinilai sebagai penantang serius pada pemilu presiden 2009. Tanpa mengecilkan kekuatan kandidat yang lain, banyak yang meramalkan, Bang Yos bakal menjadi pesaing serius presiden incumbent SBY. Label sebagai muka baru dalam pentas politik nasional pada Bang Yos justru dianggap menguntungkan. Menurut Sukardi Rinakit, pengamat politik dari Soegeng Sarjadi Syndicated, ada kecenderungan pada publik untuk memilih tokoh berpengalaman, tapi baru muncul ke bursa calon presiden. Misalnya Sutiyoso, katanya. Tokoh muka baru, kata Sukardi, diyakini lebih berani membuat kebijakan pro-rakyat. Proses pencalonan Bang Yos juga berbeda dari kandidat lain yang diusung partai politik. Jauh-jauh hari, seperti diungkapkannya selepas deklarasi pencalonannya, Bang Yos menasbihkan sebagai calon independen. Saya ini kesatria yang sedang menanti kereta (partai politik), ujarnya, sambil mengklaim sudah ada 14 partai politik yang menyatakan siap mendukungnya. Artinya, Bang Yos lebih dulu mencalonkan diri, kemudian menyusul mendapat dukungan dari partai politik. Namun, hingga kini, Bang Yos belum mau menyebut parpol-parpol yang mendukungnya. Bila melihat partai-partai yang hadir dalam pendeklarasian, indikasi dukungan ini diperlihatkan oleh partai baru, seperti Partai Bela Negara, Partai Indonesia Sejahtera, Partai Kongres, dan Laskar Merah Putih. Sedangkan muka lama yang mengisyaratkan dukungan adalah PNBK dan PAN. Sampai sekarang, keputusan rapat partai masih mengusung nama Sutiyoso, kata Eros Djarot, Ketua Umum PNBK. Sedangkan Sutrisno Bachir, Ketua Umum DPP PAN, memberi sinyal, Kalau Bang Yos hakulyakin mau jadi presiden, PAN siap jadi kendaraan politiknya, katanya. Selama 10 tahun jadi Gubernur DKI, Bang Yos menunjukkan sosok pemimpin yang berani bertindak dan tegas. Bekas prajurit yang malang melintang di berbagai daerah konflik, mulai Aceh hingga Timor Timur, ini begitu yakin dengan langkahnya, sekalipun dihujani kritik dari sana-sini. Sebut saja kebijakan memagar Monas dan proyek busway yang menghebohkan. Pemimpin Indonesia harus berani ambil risiko dalam membuat perubahan yang lebih baik, kata Sutiyoso dalam berbagai kesempatan. Karakter inilah yang kemudian sering dibandingkan dengan gaya kepemimpinan SBY yang hati-hati. Masyarakat membutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian dan ketegasan. Tidak seperti pemimpin yang sekarang berkuasa, terlalu hati-hati dan cenderung elitis serta mementingkan kelompoknya saja, kata Eros Djarot, seperti dikutip Suara Pembaruan. Namun tak semua enjoy dengan gaya kepemimpinan Bang Yos. Wardah Hafidz, Koordinator Urban Poor Consortium (UPC), organisasi non-pemerintah yang bekerja sama dengan komunitas marjinal perkotaan, misalnya, terang-terangan merasa gerah melihat kinerja Bang Yos selama dua periode menakhodai Jakarta. Sutiyoso itu otoriter dan anti-rakyat miskin, katanya. Di mata Wardah, selama ini Bang Yos tak pernah berdialog dengan warga dalam mengelola kota. Mau bikin patung atau apa pun, terserah dia, ujarnya. Akibatnya, rakyat miskin kerap jadi korban. Wardah menunjuk berbagai penggusuran yang dinilainya tak mengindahkan hak-hak warga. Menyoroti gaya kepemimpinan SBY dan Bang Yos, Samsuddin, pengamat politik LIPI, menyatakan memang berbeda. SBY boleh dibilang lebih hati-hati. Sedangkan Bang Yos lebih berani dan cepat mengambil keputusan. Menurut Samsuddin, dari dua tipikal itu, yang cocok menjadi pemimpin ke depan adalah yang lebih tegas. Sebab Indonesia sudah banyak dipimpin presiden yang cenderung lembek. Betulkah pemimpin yang dibutuhkan itu Bang Yos? Hidayat Gunadi, Anthony, Deni Muliya Barus, dan Rach Alida Bahaweres [Laporan Utama, Gatra Nomor 47 Beredar Kamis, 4 Oktober 2007] 9.jpg
[mediacare] RIGHTS: Native Peoples Score Historic Political Victory
http://www.ipsnews.net/news.asp?idnews=39258 RIGHTS: Native Peoples Score Historic Political Victory By Haider Rizvi Credit:UN Photo/Ryan Brown Delegates at the opening of the sixth session of the Permanent Forum on Indigenous Issues at UN Headquarters in New York. UNITED NATIONS, Sep 13 (IPS) - After 22 years of long and cumbersome negotiations, leaders of the world's 370 million indigenous people have won a powerful symbolic victory in their fight for recognition of the right to self-determination and control over their land and resources. On Thursday, an overwhelming majority of the 192-member U.N. General Assembly said yes to a resolution calling for the adoption of the Universal Declaration on the Rights of Indigenous Peoples. It's a triumph for indigenous peoples around the world, said U.N. Secretary-General Ban Ki-moon after the General Assembly vote. This marks a historic moment when member states and indigenous peoples reconciled with their painful histories. In her comments, General Assembly President Haya Al Khalifa described the outcome of the vote as a major step forward towards the promotion and protection of human rights and fundamental freedoms for all. While pleased with the General Assembly's decision, indigenous leaders told IPS they had hoped the declaration would be adopted by consensus, but since certain countries remained unwilling to recognise their rights until the end, a majority vote was the only possible option left. If a few states did not accept the declaration, then it would be a reflection on them rather than the document, said Les Malezer, an aboriginal leader from Australia, before the resolution was presented to the General Assembly. As expected, the United States, Canada, Australia and New Zealand refused to accept the declaration endorsed by as many as 143 countries. The nations that neither supported nor objected to the declaration were Azerbaijan, Bangladesh, Bhutan, Burundi, Columbia, Georgia, Kenya, Nigeria, Russia, Samoa and Ukraine. Before the vote, many indigenous leaders accused the United States and Canada of pressuring economically weak and vulnerable nations to reject the calls for the Declaration's adoption. Initially, some African countries were also reluctant to vote in favour, but later changed their position after the indigenous leadership accepted their demand to introduce certain amendments in the text. The Declaration emphasises the rights of indigenous peoples to maintain and strengthen their institutions, cultures and traditions and pursue their development in keeping with their own needs and aspirations. It also calls for recognition of indigenous peoples' right to self-determination, a principle fully recognised by the Geneva-based Human Rights Council, but deemed controversial by the United States and some of its allies who fear that it could undermine the sovereignty of states. In return for their support, the African countries wanted the declaration to mention that it does not encourage any actions which would undermine the territorial integrity or political unity of sovereign states. Despite the fact that the African viewpoint has been incorporated into the amended version, the draft declaration remains assertive of the indigenous peoples' right to self-determination and control over their land and resources. It is subject to interpretation, but we can work with this, Les Malezer, chair of the Global Indigenous Caucus, told IPS last week. Like many other indigenous leaders, Malezer, a longtime aboriginal rights activist, initially did not approve of amendments in the draft. We would not have gone for the amendments, he said. But presented with the amended declaration, presented with the agreement made between approximately 130 states, then we have a very good result. Thursday, Malezer and his colleagues in the U.N. Permanent Forum on Indigenous Issues described the world body's decision as a major victory. The 13th of September 2007 will be remembered as an international human rights day for the indigenous peoples of the world, said Vicky Tauli-Corpus, chairperson of the Permanent Forum, in an emotional tone filled with joy. This is magnificent endeavour which brought you to sit together with us to listen to our cries and struggles and to hammer out words which will respond to these is unprecedented, she told U.N. diplomats after the vote. But in the same breath, Tauli-Corpus also raised the question of effective implementation of the Declaration, saying it will the test of commitment of states and the whole international community to protect, respect and fulfill indigenous peoples collective and individual human rights. I call on governments, the U.N. system, indigenous peoples and civil society at large to rise to the historic task before us and make the U.N. Declaration on the Rights of Indigenous Peoples a living document for the
[mediacare] 23 Daerah Maju Dinyatakan Tertinggal
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=5887 04 Oktober 2007 05:48:18 23 Daerah Maju Dinyatakan Tertinggal Termasuk Diantaranya Jayapura JAKARTA-Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Lukman Edy kemarin mengumumkan data terbaru daerah tertinggal di Indonesia. Dalam dua tahun, Kementerian PDT berhasil mengentaskan 27 kabupaten tertinggal. Namun hasil itu diikuti dengan terpuruknya 23 daerah maju menjadi tertinggal. Menurut Lukman Edy, data terbaru akan resmi diumumkan bulan depan. ''Kita masih menunggu verifikasi 15 kabupaten hasil pemekaran. Tapi sebenarnya sudah pasti tertinggal,'' kata Lukman Edy saat pembukaan bazaar produk daerah tertinggal di kantornya kemarin. Sisanya delapan kabupaten maju sudah dipastikan akan masuk kategori tertinggal. Yakni Pelalawan (Riau), Batang Hari (Jambi), Lingga (Kepulauan Riau), Banjar (Jabar), Purbalingga (Jateng), Batang (Jateng), Pekalongan (Jateng), Tanah Bumbu (Kalsel). ''Kabupaten tersebut kinerjanya buruk. Walaupun anggarannya besar, pemerintah daerahnya tidak mampu mengelola dengan baik,'' kata Lukman Edy. Salah satu kabupaten yang mengejutkan adalah Pekalongan. Kabupaten penghasil Batik itu sebelumnya merupakan kabupaten dengan kategori maju. Apalagi di sana terdapat industri sarung tenun. Home industri batik pekalongan juga terkenal. ''Kenyataannya pemerintah setempat tidak mampu memanfaatkan kelebihan yang dimiliki. Home industri mereka kalah bersaing,'' kata menteri dari PKB itu. Lukman juga mengumumkan kabupaten tertinggal yang sudah berhasil dientaskan dari ketertinggalannya. Ada 27 kabupaten yang selama dua tahun tertinggal, kini sudah dinyatakan lulus. Lima kabupaten di Aceh, termasuk dalam kategori tersebut, yakni Aceh Tengah, Aceh Besar, Pidie, Beureun, dan Aceh Utara. Otonomi khusus yang berlaku di Nanggroe Aceh Darussalam diyakini mempercepat pengentasan kabupaten tertinggal. Sebelumnya, hampir seluruh wilayah di NAD masuk kategori tertinggal. Yang menggembirakan lagi, kabupaten Wonogiri yang selama ini terkenal sebagai daerah tertinggal, karena tandus seperti Gunung Kidul, tahun ini berhasil lepas dari ketertinggalan. Selama ini kawasan tertinggal di daerah ini dikenal dengan sebutan Pawonsari (Pacitan, Wonogiri, Wonosari (Gunung Kidul). Berarti Wonogiri berhasil meninggalkan dua kabupaten tetangganya. Di Jawa Timur, ada lima kabupaten yang berhasil lulus ujian ketertinggalan. Dan tidak ada daerah maju di Jatim yang terpuruk menjadi tertinggal. Kelima kabupaten tersebut adalah Bondowoso, Situbondo, Madiun, Bangkalan, dan Pamekasan. ''Di Madura ada dua kabupaten yang berhasil dientaskan. Ini diharapkan bisa menstimulasi kabupaten sekitarnya untuk berubah maju,'' jelas Lukman. (selengkapnya lihat grafis). Menurut Lukman, kriteria tertinggal dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan, dan perekonomian masyarakat. Setiap tahun, perkembangan setiap daerah akan dipantua kementerian PDT dan akan dilakukan penilaian. ''Jadi setiap tahun akan terlihat perkembangan di setiap daerah,'' papar mantan Sekjen DPP PKB itu. Kemarin, Lukman menggelar bazaar produk daerah tertinggal. Produk-produk itu didatangkan dari berbagai daerah tertinggal di Indonesia. Tidak hanya itu, Lukman dan deputi-deputinya juga menjadi peragawan dadakan yang menampilkan busana muslim produksi daerah tertinggal.(tom)
[mediacare] Muslim groups differ on Idul Fitri
http://www.thejakartapost.com/[EMAIL PROTECTED]irec=0 Muslim groups differ on Idul Fitri Alfian, The Jakarta Post, Jakarta It seems Indonesian Muslims may not be able to celebrate Idul Fitri together, as the two largest Muslim organizations still differ on the official date to mark the holiday. Indonesia's second largest Muslim organization, Muhammadiyah, has confirmed Oct. 12 as the beginning of the holiday, while Nahdlatul Ulama (NU), the largest Muslim organization, said it would wait until Oct. 11 to decide when the holiday should begin. The dates were discussed Tuesday in a meeting between both organizations at NU's headquarters, in Jakarta. Muhammadiyah has based its decision on hisab; an astronomical calculation that has predicted the hilal, or new moon, will appear on Oct. 11. This means Idul Fitri will begin the following morning. Meanwhile, NU has based its decision on rukyah, or the sighting of the new moon. If the hilal is not visible on Oct. 11, NU will announce that Idul Fitri begins on Oct. 13. We will hold a meeting on Oct. 11. If we can see the new moon then we can celebrate Idul Fitri together, said Nasaruddin Umar, the general director for Islamic mass guidance. Since NU uses a different approach to that of Muhammadiyah, the group is likely to celebrate Idul Fitri on a different date. Indonesia is the only Muslim-majority country in the world that has set two different dates for the Idul Fitri holiday. In other Muslim countries, the governments have the authority to determine the date, said Susiknan Azhari of Muhammadiyah. In Indonesia, however, the situation is rather different, he said. He added the NU and Muhammadiyah organizations existed before the Indonesian government, thus, to some extent they have authority over such a decision. Both NU and Muhammadiyah have said they will try to minimize differences between the two in the future, especially in regard to deciding the beginning and end dates for Ramadhan. The meeting highlighted the urgency for astronomy training for organization members. The formulation of an Islamic calendar independent from the lunar system was also recommended in the meeting. The government will announce the date for Idul Fitri after a meeting on Oct. 11, which will involve both Islamic organizations, said Religious Affairs Minister Maftuh Basyuni. printer friendly Post Your Comments Comments could also be sent to: [EMAIL PROTECTED]
[mediacare] Lawmaker accuses Malaysia of heritage theft
Reflection: Menuduh bisa saja, tetapi apakah diadukan ke pengadilan? Itu bedanya, antara macan ompong dan macan bergigi. http://www.thejakartapost.com/[EMAIL PROTECTED]irec=2 Lawmaker accuses Malaysia of heritage theft The Jakarta Post, Jakarta The House on Monday urged an immediate response from the government to Malaysia's use of the traditional Indonesian song Rasa Sayange in its Truly Asia tourism campaign. House of Representatives member Hakam Naja of the National Mandate Party (PAN) said if the government could prove the song belonged to Indonesia, Indonesia should sue the Malaysian government. The government needs to check on its origins, whether it's from Indonesia or not, the deputy chairman of House Commission X overseeing education and tourism was quoted as saying by detik.com newsportal. Rasa Sayange is believed to have originated in Maluku, where it has been sung for generations by people to express their love for the environment. Hakam said Malaysia has in the past claimed ownership of traditional Indonesian handicrafts such as batik and wayang puppets. Such claims occurred because of the lack of action by the Indonesian government to copyright or patent the nation's heritage. In order to avoid one-sided claims, the government should patent the song immediately, he said. He also urged an immediate inventory of the country's culture, to help protect Indonesia's heritage through patents or copyrights. So if someone wants to use cultural elements of Indonesia, there should be compensation for the government, otherwise, other countries will keep trying to undermine us, he said. Chairman of the Golkar Party faction at the House, Priyo Budi Santoso, said the government needed to determine whether Malaysia was using the song without Indonesia's permission. If they want to use Indonesia's traditional music, Malaysia should first ask for our permission, because that's our country's heritage, he said. Chairman of Indonesia's Copyright Council, Enteng Tanamal, said suing Malaysia was unlikely to succeed because the song's author was unknown. How can we sue Malaysia if nobody knows who wrote the song? he said. Therefore, it's fine if Malaysia uses the song as their tourism theme song. However, he said the government could check the Directorate General for Patents or the Tourism and Culture Ministry to try and find the song's creator. He said Malaysia was not the only party to claim the song. Ambon in Maluku and Manado in North Sulawesi have been arguing over ownership of the song for generations. (13) printer friendly Post Your Comments Comments could also be sent to: [EMAIL PROTECTED]
[mediacare] Data Korupsi Soeharto?
KOMPAS Rabu, 03 Oktober 2007 Data Korupsi Soeharto? Harry Seldadyo September adalah bulan perlawanan korupsi. Di antara rentetan kasus korupsi yang mengemuka di bulan ini, kasus Soeharto tetap yang paling menonjol. Ini karena ada kado Rp 1 triliun yang diberikan kepada sang Jenderal Besar, selain penolakan MA atas data Time Asia yang dipublikasikan 24 Mei 1999. Sebaliknya, StAR Initiative Bank Dunia-PBB menggebrak publik dengan menempatkan sang penerima penghargaan FAO 1984 itu di posisi pertama liga korupsi dunia. Dalam laporannya StAR Initiative juga menyodorkan data (hal 11). Asal data Pertanyaannya, bisakah kita bergantung pada data itu? Ada beberapa hal yang bisa didiskusikan di sini. Pertama, soal sumber data. Patut dicatat, StAR Initiative tidak melakukan investigasi baru, ia hanya mendaur ulang data Transparansi Internasional (TI) yang pernah dituang dalam Global Corruption Report 2004 (hal 13). Data ini juga pernah muncul dalam The Guardian (24/3/2004) di laporan khusus soal Indonesia dan Timor Timur. Menariknya, tentang Soeharto, TI menyebut Time Asia sebagai sumber data. Padahal, data Time Asia ini ditolak mentah-mentah oleh MA. Kedua, data korupsi Soeharto dalam StAR Initiative, TI, The Guardian, dan Time Asia adalah produk investigasi jurnalistik. Dalam laporan TI ataupun StAR Initiative, beberapa kali diberikan catatan atas akurasinya. TI menulis .the estimates.are extremely approximate. Hal senada juga dinyatakan StAR Initiative. Pertanyaan bagi kita, apakah ada kandungan yuridis dalam data ini? Hampir terang, jawabannya tidak. Artinya, kalau data ini dipakai, penuntut Soeharto harus siap ditembak lagi oleh MA di titik yang persis sama. Ketiga, hal serupa juga muncul jika data ini dipersoalkan secara ilmiah. Korupsi adalah sebuah ruang gelap. Banyak eksperimen metodologis yang mencoba menyingkap tabirnya. Untuk masuk pada isu magnitudo korupsi, benturan pertama yang harus dihadapi adalah presisi data. Sejauh ini tidak ada teknik estimasi yang bisa mengklaim punya presisi tinggi dalam menggambarkan magnitudo korupsi. Ini menjadi penjelas mengapa di tingkat makro, korupsi didekati dari persepsi untuk kemudian dilahirkan sebuah indeks. Di tingkat mikro, masih mungkin kita mengestimasi besaran suap yang dibayar perusahaan ke petugas perizinan, Pajak, Bea dan Cukai, dan lain-lain. Namun, di tingkat individual, isu sudah bergeser ke sisi hukum. Keempat, seberapa lebar Soeharto harus didefinisikan? Time Asia memakai kata Suharto Inc, the Family Firm yang di dalamnya ada nama enam anaknya. Jadi ini terbatas pada keluarga batih. Namun, siapakah sebenarnya pemegang saham Soeharto Inc? Soeharto sendiri? Terlibatkah para (mantan) menantu, kroni, atau proksi Soeharto? Rentang definisi ini akan menentukan seberapa makmur kerajaan Bapak Pembangunan Indonesia itu. Kelima, estimasi 15 miliar-35 miliar dollar AS tentu tergantung rentang definisi Soeharto Inc dan metode penghitungannya. Ia bisa terlalu besar atau justru terlalu kecil. Kleptokrat, apalagi yang telah puluhan tahun berkarat, tentu paham betul di mana celah untuk sembunyi. Tak mudah kita melacaknya seraya berharap akan hasil yang berpresisi tinggi, apalagi menyeretnya ke bui. Apa daya? Merujuk data korupsi Soeharto saja, kita harus berhadapan dengan problem pembuktian. Ini menunjukkan betapa tebalnya magnitudo persoalan Soeharto. Namun, kasus Soeharto bukan ketiak ular, kita masih bisa mengambil beberapa jalan pilihan. Pertama, mengingat korupsi telah dianggap sebagai kasus extraordinary, tindakan yang diambil juga harus extraordinary. Pendekatan legalistik-formal telah terbukti gagal karena terlalu banyak aral menjegal. Kalau boleh saya sarankan, lupakanlah. Kita perlu menjajal pendekatan politik, dari yang ekstrem, semisal nasionalisasi perusahaan anak dan kroninya, hingga yang moderat, semisal meja perundingan. Lagi pula, data kejahatan Soeharto tidak tunggal. Pintu kamar penjara masih banyak bisa dibuka untuk banyak kasus agar beliau menikmati hari tuanya di sana. Kedua, lakukan kilas balik rentetan kebijakan yang pernah dibuatnya, lalu kejar siapa yang pernah mengambil manfaatnya. Kebijakan Soeharto pada masa lalu punya potensi tinggi menciptakan rentseekers. Segelintir orang telah menjadi hartawan karena kepada kroninya, Soeharto amat dermawan. Membangun basis data untuk kepentingan itu masih dimungkinkan ketimbang mencari harta Soeharto. Lelah kita menegakkan benang basah. Ketiga, telusuri perilaku bisnis dan pergerakan aset anak dan kroni Soeharto. Ini cuma punya dua syarat. Satu, jangan ada lagi pejabat pengkhianat yang menggunting dalam lipatan. Sungguh tak bisa dimengerti, bagaimana bisa dua pejabat tinggi hukum susul-menyusul memberi ruang gerak lebar bagi aliran dana mencurigakan anak Soeharto? Yang menarik, keduanya tidak buta hukum dan politik. Lalu, dua, lakukan tindakan extraordinary. Sekali lagi, extraordinary. Keempat, saat ini kita
[mediacare] TKW Asal Cimahi Diduga Hilang di Arab Saudi
http://www.gatra.com/artikel.php?id=108284 TKW Asal Cimahi Diduga Hilang di Arab Saudi Cimahi, 2 Oktober 2007 16:48 Sulaeha bin Syambas, 28 tahun, seorang TKW di Arab Saudi, diduga hilang, karena sejak 2002 tidak pernah memberi kabar kepada keluarganya di Cimahi. Saat ditemui di kediaman Sulaeha di Pojok RT 02/12 Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, ibu kandung Sulaeha, Ny Khadijah, 50 tahun, Selasa, menuturkan, pihaknya sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan Suleha sejak pertengahan 2002. Sulaeha pergi bekerja ke Arab melalui sebuah penyalur di Bogor, dia meninggalkan tiga orang anak yang masih bersekolah. Sejak kepergiannya itu baru dua kali mengirimkan surat dan mengirim uang sebanyak 650 dolar AS, lirih Khadijah. Dikatakan, awal kepergiannya untuk bekerja menjadi pembantu rumah tangga (PRT), Sulaeha ditemani seorang tetangganya Sulastri (29), dan setelah bekerja selama dua tahun Sulastri pulang kekampung halaman sementara Sulaeha malah tidak ada kabar beritanya. Alamat terakhir yang diterima melalui surat yang sempat dikirimkannya, Sulaeha bekerja di kawasan Al-Taif Hawiya bekerja pada majikannya, Abdul Ghani Syarif. Dibenarkan Khadijah berdasar informasi terakhir melalui telepon, Sulaeha bekerja secara ilegal sejak habis masa kerja kontraknya, dan terakhir anaknya itu bergabung bersama kelompok TKW asal Kabupaten Cianjur di sebuah kawasan tempat umroh (Makkah). Sulaeha pergi menjadi TKW pada 2001 melalui sebuah PJTKI bernama PT Amira dengan alamat terakhir di Ciangsana, Cikeas Parung Bogor No.9, dan keberangkatannya itu dibantu seorang kerabatnya warga Cibeber Cimahi. Demi mendidik, dan menafkahi tiga orang anak yang ditinggal Sulaeha, Agus (14) Devi (10), dan Lia (7), Khadijah kini terpaksa menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi ketiga orang bocah itu dengan bekerja menjadi PRT pada seorang tetangganya. Saya pernah mendatangi Pemkot Cimahi agar membantu serta mencarikan informasi keberadaan anak saya itu. Namun hingga kini belum ada kepastian, ucapnya. Kepada ANTARA, Kasie Penempatan Tenaga Kerja, Dinas Tenaga Kerja Kependudukan, dan Catatan Sipil Pemkot Cimahi, Ritta Miranisa, pihaknya telah mengawali pencarian dengan menghubungi pihak PJTKI yang memberangkatkan Sulaeha. Setelah berkoordinasi dengan Disnaker Kabupaten Bogor, ternyata PJTKI itu telah gulung tikar, dan sementara ini terputuslah pencarian itu, ucapnya. Namun, Ritta berjanji akan mengupayakan pencarian keberadaan warga Kota Cimahi itu dengan terus menjalin koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan pihak Depnaker RI. Dikatakan, berbagai data ketenagakerjaan warga Cimahi hingga tahun 2001 masih berada pada Pemkab Bandung karena Kota Cimahi merupakan daerah pemekaran kabupaten tersebut sejak awal 2002 yang semula berstatus kotif atau kota administratif. [TMA, Ant
[mediacare] Space Odyssey
http://context.themoscowtimes.com/stories/2007/09/28/105.html Space Odyssey Fifty years after Sputnik streaked into the sky, a book by Matthew Brzezinski reconstructs the dawn of a new age. By Asif Siddiqi Published: September 28, 2007 It is hard to imagine that a metal ball about the size of a basketball could throw the United States into panic. But 50 years ago, on Oct. 4, 1957, when the Soviet Union launched the world's first artificial satellite into orbit, Americans went into collective shock. To them, the Soviet Union embodied a nation of collective farms, drab cities and household appliances that rarely worked. Sputnik's success completely altered this view, as the Soviets took the first baby steps into the final frontier of outer space. Beyond its political and scientific importance, the success of Sputnik also underscored the vulnerability of the United States: After all, if the Soviets could launch a satellite that flew around the world, they could also deliver an atomic bomb to the enemy. Matthew Brzezinski provides an absorbing account of these hidden rivalries that ignited the space age in Red Moon Rising, an expansive work full of colorful characters worthy of a great Cold War novel. Although Brzezinski, a former Moscow correspondent for The Wall Street Journal, often glosses over the messy complexities of history, he displays a particular talent for capturing the human essence of this epic battle -- the small detail of a scene, the odd biographical factoid, the cultural fashions of the day that distinguish his book from the many generic works on the early history of the space program. The central personality in Brzezinski's narrative is the famous Chief Designer of the Soviet space program, Sergei Korolyov. A childhood aviation enthusiast who later in life was attracted to space travel, Korolyov started his career in the 1930s as a rocket engineer before being sent to the gulag on trumped-up charges. Six years in the camps left him deeply scarred, but he never fully lost his faith in Josef Stalin. After the war, Korolyov rose rapidly in the missile program and gained a reputation as a hardheaded manager. His gruff personality, stubbornness and managerial genius were indispensable in convincing uninterested Communist Party and military leaders to commit resources to a satellite project. Brzezinski gives a fascinating account of Nikita Khrushchev's visit to Korolyov's design bureau in 1956, during which the Chief Designer extracted a verbal commitment from the Soviet leader to back the launching of a satellite. Khrushchev and his fellow Politburo members were more bewildered than bedazzled when Korolyov showed them a full-scale model of the R-7, the first Soviet intercontinental ballistic missile, or ICBM. Itar-Tass Sputnik's launch marked a major milestone in a race filled with hurdles on either side. To Soviet leaders, developing an ICBM was a matter of life and death. The Soviet Union was literally surrounded by U.S. military bases, where squadrons of bombers waited for orders to deliver their deadly nuclear weapons to the Soviet landmass. By the middle of the 1950s, the U.S. nuclear arsenal was five times bigger than the Soviet one. Desperate to counter this juggernaut, Soviet industrial leaders invested enormous resources in developing nuclear weapons and the ballistic missiles for sending them across oceans. But Korolyov and his colleagues knew that an ICBM could also lob a small object into orbit around the Earth. It was this marriage of military imperative and utopian dreaming that Korolyov exploited. The Soviet military enthusiastically supported the ICBM project, while Korolyov surreptitiously made plans to use it for a goal whose importance few understood. As Brzezinski shows, the road to launching Sputnik was littered with wrong turns, serendipitous events and brushes with failure. Korolyov came out ahead by barely a hair's breadth. In the United States, there were many with similar ambitions, including the handsome and erudite German rocket scientist Wernher von Braun, widely considered to be Korolyov's Western doppelganger. To his credit, Brzezinski foregoes that well-trod ground and instead touts Major General John Bruce Medaris, the commander of the Army's ballistic rocket efforts and von Braun's superior, as a more worthy parallel to Korolyov. Brzezinski convincingly argues that it was really Medaris' iron will and stubborn refusal to yield to bureaucratic setbacks that eventually facilitated an American foothold in space. U.S. efforts to reach the high frontier were bogged down by fierce inter-service rivalry, major missteps, ill-advised decisions and just plain bad luck. From 1955, Medaris, a veteran of two world wars, consistently advanced von Braun's idea of using a Redstone long-range rocket to lob a U.S. satellite into space. These entreaties fell on deaf ears, as senior
[mediacare] Conflict areas more peaceful: Govt
http://www.thejakartapost.com/detailnational.asp?fileid=20071002.H02irec=1 Conflict areas more peaceful: Govt The Jakarta Post, Jakarta The government has said the situation in the three conflict areas of Aceh, Maluku and Papua are moving steadily toward peace -- but said national security would remain on alert against separatist movements. In general, security conditions in the three areas are relatively conducive to peace ... there are almost no armed conflicts, Coordinating Minister for Political, Legal and Security Affairs Widodo A.S. was quoted as saying by Antara. Widodo met with the House of Representatives Commission I overseeing defense and security affairs on Monday, along with Maritime Affair and Fisheries Minister Freddy Numberi, the Indonesia Military chief Air Chief Marshal Djoko Suyanto, the National Police chief Gen. Sutanto and the State Intelligence Agency chief Syamsir Siregar. Widodo said small criminal incidents in Aceh were because Aceh residents were not satisfied with tsunami rehabilitation works or with post-conflict reintegration efforts. Flag-burning and the establishment of a new local party GAM are against the spirit of Helsinki peace agreement and have led to security incidents in Aceh, Widodo said. The flag-burning incident took place in North Aceh before the celebration of Indonesia's Independence Day on Aug. 17. Aug. 17 also saw some 150 national flags lowered across Aceh, including in the provincial capital Banda Aceh. Widodo said the implementation in Papua of a special autonomy status and the following developments throughout Papua and West Papua provinces had eased security problems there. However, Papuan armed and unarmed separatists movement still exist. The armed group is considered a threat despite its small size. The Free Papua Organization (OPM) is involved in a low-level conflict in Papua. The separatist groups often focus on poor human rights and slow development issues, Widodo said. They also try to bring Papua issues to the international arena to demand the United Nations review the integration of Papua into Indonesia. On Maluku, Widodo said the separatists incidents carried out by supporters of the South Maluku Republic (RMS) included a separatist flag being raised in Ambon on July 3. And he said on March 24 a flag was flown in Utrecht, the Netherlands. Widodo said RMS supporters were seeking sympathy from local and international communities through the distribution of brochures, flag raising activities and bombings. They just want to show their existence to local and international communities, he said. RMS supporters performed on June 29 a cakalele war dance and tried to unfurl a separatist flag in front of President Susilo Bambang Yudhoyono who was in Ambon to commemorate National Family Day. Widodo said his office had issued policies to prevent similar disintegration movements nationwide. Technically, we are conducting intelligence and defense operations for the defense sector, he said. The central government also urges regional administrations to carry out existing regional autonomy schemes. Regions should develop local economies to increase their public's welfare. printer friendly Post Your Comments Comments could also be sent to: [EMAIL PROTECTED] Name required City Country E-mail will not be shown bold.gifitalic.gifunderline.gifseparator.gifstrikethrough.gifjustifyleft.gifjustifycenter.gifjustifyright.gifjustifyfull.gifbullist.gifnumlist.gifundo.gifredo.gif
[mediacare] Polisi Usut Sweeping FPI di Samarinda
http://www.tribunkaltim.co.id/ Polisi Usut Sweeping FPI di Samarinda | Cetak | Senin, 01 Oktober 2007 SAMARINDA, TRIBUN- Poltabes Samarinda terus mengusut tindakan sweeping yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI), Sabtu (29/9) dinihari lalu. Polisi sudah mendapat laporan seorang warga yang terjaring sweeping tersebut. Menurut Kasat Reskrim Poltabes Samarinda, Kompol Novi Irawan SIK, pihaknya sedang mendalami laporan itu, yakni terkait unsur pidana pengeroyokan oleh oknum anggota FPI. Polisi sudah mengantongi nama pelaku. Sekarang kami sedang mencari yang bersangkutan untuk dimintai keterangan, ujar Novi, Minggu (30/9) siang. Ia menjelaskan, pria berinisial JY itu dikenali oleh korban pengeroyokan saat FPI sweeping. Novi mengaku telah menelusuri tempat tinggal pelaku namun sejauh ini belum menemukannya. Selain JY, kata Novi, kemungkinan masih ada pelaku lain yang tidak dikenali korban. Kabag Operasional Poltabes Samarinda, Kompol Robert SP SIK mengatakan, peristiwa pengeroyokan di Samarinda Seberang sebenarnya tidak termasuk dalam agenda aksi konvoi FPI malam itu. Kami hanya mendapat pemberitahuan dari FPI, mereka akan melakukan konvoi keliling Kota Samarinda. Isi pemberitahuan cuma konvoi. Tidak ada yang lain, ujarnya. Karena itu, Robert menurunkan sekitar 400 pesrsonil untuk membantu pengawalan aksi damai tersebut. Namun setelah 2 jam melakukan konvoi, polisi kata Robert tak mengira sebagian anggota FPI akan melakukan sweeping di Samarinda Seberang karena mereka kembali ke tempat semula, Masjid Darun Nikmah Karang Asam. Sebagian dari mereka sudah pulang, karena itu anggota juga kembali ke Mapoltabes, ujarnya. Robert mengatakan, Poltabes Samarinda akan melakukan tindakan sesuai dengan undang-undang pidana. Ketua Laskar FPI Kaltim, Habib Fauzi yang dikonfirmasi mengatakan, sweeping di Samarinda Seberang tidak masuk dalam agenda. Malam itu FPI hanya menggelar konvoi damai. Tujuannya cuma konvoi saja. Kita tidak tahu persoalan pemukulan itu, ujarnya. Jika hal tersebut terjadi Habib Fauzi mengatakan itu hanya ulah segelintir oknum FPI, tidak mengatasnamakan FPI secara kelembagaan. Tidak Boleh Pengurus Wilayah GP Ansor Kaltim menyayangkan aksi sweeping Front Pembela Islam (FPI) Kaltim, Sabtu (29/9) kemarin, hingga menyebabkan Kapolsek Seberang AKP Arif Budiman SIK terluka. Kita ini ada aturan hukum, tidak lantas ada ormas atau OKP yang lalu mengambil langkah- langkah sendiri tanpa memperdulikan hukum yang telah berlaku. Itu namanya main hakim sendiri, kata Syaparudin J, ketua PW GP Ansor Kaltim kepada Tribun, Minggu (30/9). Menurut dia, jika berbentuk anarkhis maka aparat kepolisian berhak melakukan tindakan tegas dan tidak membiarkan aksi-aksi tersebut dilakukan sehingga mengganggu stabilitas keamanan kota Samarinda pada khususnya. Polisi kami yakin tahu yang mana bentuknya anarkhis, mana yang tidak. Apalagi sampai ada yang terluka. Polisi berhak untuk mengambil tindakan hukum yang tegas terhadap aksi yang tidak dibenarkan itu, jelasnya. Muhammadiyah Menyayangkan Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda Muhammadiyah Kaltim juga menyayangkan aksi itu. Menurut Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Kaltim Ahmad Aznem, seharusnya sweeping tak dilakukan oleh ormas tersebut. Kami di Pemuda Muhammadiyah pun begitu, jika menemukan kejanggalan atau sesuatu temuan serahkan kepada polisi. Biar aparat kepolisian yang bertindak, kata Aznem, Minggu (30/9). Meski demikian Aznem memandang, konvoi damai yang berujung pada pemukulan hingga mengakibatkan sejumlah warga dan Kapolsek Samarinda Seberang terluka itu sebagai bentuk kekecewaan FPI terhadap kinerja aparat. Semestinya, hal ini bisa dicegah jika saja aparat telah lebih dulu mengantisipai dan mawas diri. Kenapa FPI turun? Itu mungkin karena aparat kurang sigap, dan dipandang kurang proaktif. Dalam hal ini saya menilai kerja aparat lamban, karena terbukti ada ormas Islam yang harus turun menertibkan kota di bulan puasa ini. Kenapa setelah FPI turun, aparat baru turun? tanya Aznem. Pada Ramadan 1428 H ini, PW Pemuda Muhammadiyah Kaltim menyerukan pesan-pesan perubahan dan pembebasan kepada seluruh umat Islam. Di antaranya mengajak masyarakat Kaltim untuk menahan diri, mengendalikan emosi dan menjalankan hak dan kewajiban hidupnya namun tidak harus mengganggu hak dan kewajiban hidup orang lain. Tugas Aparat Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama (Kanwil Depag) Kaltim Farid Wadjdy berharap jika ada ormas yang akan turun ke jalan, terkait pengamanan di bulan Ramadan bisa meminta pengawalan dari kepolisian. Jika ada tindakan main hakim sendiri aparat harus bertindak untuk lebih responsif. Dan bagi ormas yang turun ke jalan dan sudah meminta pengawalan dari kepolisian maka yang melakukan tindakan di lapangan hanya dari aparat, ujar Farid, Minggu (30/9). Sebelumnya,
Re: [mediacare] Sungguh-sungguh terjadi: FPI ngeri menghadapi orang Dayak
Orang di Jawa termasuk SBY dan konco-konco pengauasa takut kepada FPI, karena kuatir nanti dicegat dan tidak bisa masuk surga bila leher dicekik malaekat jibrael. - Original Message - From: radityo djadjoeri To: [EMAIL PROTECTED] ; mediacare ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 03, 2007 1:43 AM Subject: [mediacare] Sungguh-sungguh terjadi: FPI ngeri menghadapi orang Dayak Di Pulau Jawa, semua orang takut dengan ulah FPI. Saat FPI menjalankan aksinya, tak ada yang berani melawan. Beda dengan warga Dayak di Kalimantan. Mereka berhasil menggencet ulah FPI. Berita dari Tribun Kaltim, www.tribunkaltim.co.id FPI dan Warga Dayak Berdamai SAMARINDA, TRIBUN- Front Pembela Islam (FPI) akhirnya berdamai dengan warga Dayak, pasca- perselisihan saat sweeping FPI Sabtu (29/9) lalu di Samarinda. Ini disampaikan Kapoltabes Samarinda, Kombespol Marwoto Soeto di Samarinda, Selasa (2/10), sesuai hasil kesepakatan mereka. Kedua pihak bertemu dan sepakat mengakhiri perselisihan ini, Senin (1/10) malam. Marwoto mengatakan, FPI berjanji tidak akan melakukan sweeping dengan pendekatan seperti yang dilakukan pekan lalu. Kami kepolisian sudah me-warning, kalau mau pawai atau konvoi melaporlah ke polisi supaya kami kawal. Kalau melakukan sweeping, sekalipun tidak berbenturan dengan masyarakat tetap harus lapor polisi, kan begitu. Tetap kami akan proses kalau mereka mukul orang, tandasnya. Jika FPI menemukan gejala yang meresahkan masyarakat seperti minuman keras dan aksi kriminalitas lainnya, Marwoto berharap, mereka melaporkannya secara resmi kepada pihak berwajib. Terkait penanahan dua oknum anggota FPI, Marwoto menegaskan, proses hukum terus berlanjut. Tapi penangguhan mereka disetujui. Selain itu, polisi masih mencari pelaku lain yang diduga terlibat pemukulan di Samarinda Seberang. Mengenai laporan senjata tajam (sajam), menurut Marwoto, cuma mengada-ada. Itu kan alat mereka. Kalau orang Dayak jaga malam kan memang menggunakan itu, ujarnya. Ia berharap kedua pihak menghormati kesepakatan yang sudah dibuat. Jika terjadi perselisihan yang berujung bentrok fisik, polisi tidak segan-segan menindak. Siapa saja kalau anarkis dan meresahkan masyarakat, kami pasti tindak, tegasnya. Sebelumnya Ketua DPD FPI Kaltim, Muhammad Alwi Assegaf, mengatakan FPI hanya menggelar konvoi damai untuk menyejukkan bulan puasa. Niat untuk melakukan sweeping didasari kondisi Samarinda yang tidak nyaman selama Ramadan. (asi) KESEPAKATAN 1.Pihak FPI Samarinda bersedia meminta maaf atas tindakan yang telah dilakukan yaitu adanya ucapan atau yel-yel yang menyinggung perasaan etnis Dayak 2. Warga Dayak meminta maaf kepada FPI atas perbuatan yang terjadi setelah permasalahan ketersinggungan tersebut. 3. Penyampaian permohonan maaf FPI kepada Etnis Dayak di media massa, diserahkan kepada Poltabes Samarinda untuk menyampaikannya 4. Terhadap kasus pemukulan yang dilakukan oknum FPI, masing-masing pihak sepakat untuk menyerahkan kasus tersebut kepada Poltabes Samarinda untuk diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 5. Masing-masing pihak sepakat untuk meredam permasalahan yang terjadi agar tidak berkembang dan terulang lagi.(asi) KRONOLOGI PERDAMAIAN 1 Oktober 2007 * Pukul 10.00-11.00 - Kapoltabes bertemu Tokoh Adat Dayak di ruangan Kapoltabes. Mereka meminta FPI menyampaikan maaf secara terbuka kepada warga etnis Dayak. * Pukul 14.00-15.00 - Kapoltabes bertemu dengan FPI. FPI meminta Poltabes Samarinda memfasilitasi pertemuan FPI dengan tokoh adat Dayak. * Pukul 20.00-23.00 - pengurus FPI Samarinda dengan perwakilan Tokoh Adat Dayak bertemu di ruang rapat Poltabes Samarinda. Wakil dari FPI delapan orang sedangkan wakil Adat Dayak 12 orang. Mereka sepakat untuk berdamai dan mengakhiri perselisihan Sumber: Poltabes Samarinda (asi) -- Tonight's top picks. What will you watch tonight? Preview the hottest shows on Yahoo! TV. -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.37/1042 - Release Date: 10/1/2007 6:59 PM
Re: [mediacare] FPI harus dibubarkan.
Terjemahan huruf yunani: FPI sudah tidak layak disebut sebagai ormas islam. Pencitraan islam oleh FPI sudah sangat meresahkan. Saya menuliskan di blog, (http:/gmenrekang.blogspot.com) Senin, 2007 Oktober 01 FPI, MEDIA DAN ISLAM Saat massa FPI melakukan razia, yang muncul pasti anarkisme, brutal dan sangar. Dan ini diberitakan ditelevisi nasional. Berapa juta orang yang menontnnya dan apa kesan yang terlintas ? FPI yang memakai jubah dan beragama islam bagi saya adalah organisasi radikal. Apakah semua ormas seperti itu ? Tidak juga. Tapi media selalu memberitakan hal seperti ini. Pada prinsipnya media massa memiliki fungsi untuk medidik, memberi informasi dan menghibur. Dimana fungsi media dalam hal ini ? Media kita memang sudah kehilangan arah, dan selalu mengejar hal yang fantastis dan berburu rating. Dan inilah yang membuat media kita kebablasan. seharusnya ada hal-hal yang perlu disensor dalam menyediakan sesuatu di media. Kembali Ke FPI. Ormas seperti ini memang perlu ditertibkan. Dan ini tugas negara. Negara menjamin setiap warga negara untuk mengemukakan pendapat dan negara juga menjamin bagi siapa saja untuk menjalankan syariat islam. Apa yang dilakukan oleh FPI dalam menjalankan aktifitasnya sepertinya tidak memperlihatka sebagai ormas yang baik yang membawa pencerahan. Saya jadi takut jika ada yang nanya, apakah islam semua seperti itu ? Dibulan yang suci ini tak baiklah kiranya terlalu menonjolkan diri, saya tahu FPI juga meyakini itu, memberi nasehat kepada orang lain adalah hal yang baik bukan dengan paksaan. siapakah yang ertanggungjawab pada beredarnya kemaksiatan di dunia ini. Kita sama-sama harus memeranginya tapi bukan dengan kekuatan otot tapi nalar. Dan selalu terjadi peristiwa yang berulang-ulang, kejadian seperti ini dilakukan FPI setiap ramadhan. Kemana mereka sehari-harinya. Kegiatan dakwah seperti apa yang dijalankan. jangan-jangan mereka juga ada yang ke tempat hiburan malam. marilah kita tunjukkan jalan yang baik dengan menasehati orang lain dengan semestinya. - Original Message - From: lapanre to membura To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 03, 2007 5:31 AM Subject: [mediacare] FPI harus dibubarkan. FPI sudah tidak layak disebut sebagai ormas islam. Pencitraan islam oleh FPI sudah sangat meresahkan. Saya menuliskan di blog, (http:/gmenrekang.blogspot.com) Senin, 2007 Oktober 01 FPI, MEDIA DAN ISLAM Saat massa FPI melakukan razia, yang muncul pasti anarkisme, brutal dan sangar. Dan ini diberitakan ditelevisi nasional. Berapa juta orang yang menontnnya dan apa kesan yang terlintas ? FPI yang memakai jubah dan beragama islam bagi saya adalah organisasi radikal. Apakah semua ormas seperti itu ? Tidak juga. Tapi media selalu memberitakan hal seperti ini. Pada prinsipnya media massa memiliki fungsi untuk medidik, memberi informasi dan menghibur. Dimana fungsi media dalam hal ini ? Media kita memang sudah kehilangan arah, dan selalu mengejar hal yang fantastis dan berburu rating. Dan inilah yang membuat media kita kebablasan. seharusnya ada hal-hal yang perlu disensor dalam menyediakan sesuatu di media. Kembali Ke FPI. Ormas seperti ini memang perlu ditertibkan. Dan ini tugas negara. Negara menjamin setiap warga negara untuk mengemukakan pendapat dan negara juga menjamin bagi siapa saja untuk menjalankan syariat islam. Apa yang dilakukan oleh FPI dalam menjalankan aktifitasnya sepertinya tidak memperlihatka sebagai ormas yang baik yang membawa pencerahan. Saya jadi takut jika ada yang nanya, apakah islam semua seperti itu ? Dibulan yang suci ini tak baiklah kiranya terlalu menonjolkan diri, saya tahu FPI juga meyakini itu, memberi nasehat kepada orang lain adalah hal yang baik bukan dengan paksaan. siapakah yang ertanggungjawab pada beredarnya kemaksiatan di dunia ini. Kita sama-sama harus memeranginya tapi bukan dengan kekuatan otot tapi nalar. Dan selalu terjadi peristiwa yang berulang-ulang, kejadian seperti ini dilakukan FPI setiap ramadhan. Kemana mereka sehari-harinya. Kegiatan dakwah seperti apa yang dijalankan. jangan-jangan mereka juga ada yang ke tempat hiburan malam. marilah kita tunjukkan jalan yang baik dengan menasehati orang lain dengan semestinya. - Pesan Asli Dari: Martin Widjaja [EMAIL PROTECTED] Kepada: mediacare@yahoogroups.com; Forum Kompas [EMAIL PROTECTED] Terkirim: Rabu, 3 Oktober, 2007 7:21:57 Topik: Re: [mediacare] Sungguh-sungguh terjadi: FPI ngeri menghadapi orang Dayak Mas Radit, kalau nggak salah beberapa hari lalu saya lihat di SCTV tayangan masa FPI Jati Petamburan dihadang dan digembosi di jalan Gunung Sahari oleh polisi dr Polres Jakut. AKBP Wayan bilang, patroli, sweeping adalah tugas polis , jadi masa FPI itu kami bubarkan , beliau ini tegas dan berani , percaya diri. Kayaknya potensial sbg generasi muda yg bisa diharapkan menegakkan dan menjaga ketertiban umum. Si
[mediacare] Diusulkan, Tidore Jadi Daerah Istimewa
Refleksi: Inggris di Tidore pada tahun 1793? http://www.suarapembaruan.com/News/2007/10/01/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Diusulkan, Tidore Jadi Daerah Istimewa [JAKARTA] Keberadaan Tidore Kepulauan sebagai wilayah karesidenan dan memiliki andil besar dalam sejarah pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menjadikan wilayah itu layak diubah statusnya menjadi daerah istimewa. Kami meminta kepada Pemerintah RI agar Tidore yang sekarang berubah status dari ibu kota Pemerintahan Halmahera Tengah, sekarang menjadi daerah otonom Kota Tidore Kepulauan, betul-betul diperhatikan dan didukung sepenuhnya, baik dari aspek pemerintahan, pengembangan ekonomi, pendidikan, demi kesejahteraan rakyat Tidore. Tidak seperti induk ayam yang menetas kemudian meninggalkan anak-anaknya, tutur Ketua Tidore Development Foundation, M Syamsul kepada SP di Jakarta, pekan lalu. Dijelaskan, Tidore adalah bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari NKRI dan sejarah perjuangan bangsa sebagaimana Yogyakarta, Nanggroe Aceh Darussalam, dan kesultanan-kesultanan lain yang selama ini mendapat perhatian khusus pemerintah. Karena itu, kami dan seluruh rakyat Tidore akan menyerukan setiap saat tentang wacana Daerah Istimewa Kota Tidore sebagai bekas ibu kota perjuangan Irian Barat masuk ke pangkuan NKRI, ujarnya. Dijelaskan, dalam sejarah NKRI rakyat dan pimpinan Tidore memiliki catatan harum. Pada 1793 Inggris ingin menjadikan Papua sebagai koloni baru. Atas perintah gubernur Inggris di Tidore, Inggris mulai mengadakan penjajakan dan membagi garis pulau sekitar Papua serta mendirikan benteng Coronation di Teluk Doreri. Karena tentangan keras dari Sri Sultan Tidore Kamaludin Syah saat itu yang berkuasa 1814, akhirnya Inggris meninggalkan Papua. Disegani Perjuangan rakyat dan pemimpin Tidore berlanjut, khususnya pada masa kesultanan Tidore dan Ternate. Ketika itu kesultanan tersebut disegani dan berpengaruh di Nusantara bahkan sampai Filipina, Madagaskar, dan Afrika Selatan. Hubungan itu berlanjut pada masa Trikora, Tidore menjadi ibu kota provinsi perjuangan Irian Barat waktu itu, tutur dia. Perjuangan mengembalikan Irian Barat ke NKRI melalui UU 15 tahun 1956 juga berkat andil rakyat Tidore. Bahkan ditetapkan ibu kota Soasio-Tidore dan Gubernur Irian Barat pada saat itu adalah Sultan Tidore Yang Mulia Sri Sultan Zainal Abidin Sjah. Sementara itu, Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan yang juga tokoh masyarakat Tidore, Salahuddin Adrias mengatakan, usulan Tidore menjadi daerah istimewa wajar-wajar saja. Apalagi demi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Tidore. Jika ada kalangan masyarakat mengusulkan seperti itu, ini bukti masih ada yang cinta dengan Tidore. Memang benar Tidore mencatat sejarah bagi NKRI. Dan itu jangan dilupakan, ujarnya. [Y-4] Last modified: 30/9/07
[mediacare] Untung Sebenarnya Bernama Kusman
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0710/01/sh04.html Letkol (Purn) Soehardi: Untung Sebenarnya Bernama Kusman Oleh Julius Pour Salah seorang sosok misterius dalam Peristiwa G-30-S (Gerakan 30 September) namanya Untung. Dengan mendadak, dia muncul ke atas pentas. Dia tampil sebagai tokoh utama sekaligus pusat peristiwa. Tetapi, hanya dua minggu nama Komandan Dewan Revolusi tersebut bertahan, sebelum akhirnya bisa diringkus di Tegal, ditahan, dan diajukan ke Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa) kemudian dijatuhi hukuman mati. Untung bernama asli Kusman, waktu kecil senangnya main bola, anggota KVC, Keparen Voetball Club di Kelurahan Jayengan, Solo. Orang tua tersebut melukiskan semuanya dengan lancar. Dia bukan sekadar kenal melainkan, .ayah angkatnya bernama Samsuri, bekerja sebagai buruh batik di rumah orang tua saya. Maka kalau Si Kus menyapa, dia selalu memanggil saya Gus Hardi.Pensiunan letnan kolonel yang mengungkapkan kisah di atas namanya Soehardi. Tanggal 20 Mei lalu usianya genap 80 tahun. Oleh karena sudah di ambang senja, dia kini bersedia membuka tabir sekitar Letnan Kolonel (Inf) Untung Samsuri. Untung Samsuri menjadi sosok kontroversial dalam sejarah Indonesia baru dengan jabatan resmi terakhir Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa, kesatuan khusus pengawal Presiden Soekarno. Untung kemudian terkenal dalam kaitan Peristiwa 30 September. Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965 tersebut, dia memimpin gerombolan G-30-S menculik sejumlah jenderal Angkatan Darat. Tujuh perwira tinggi akan ditangkap, dituduh sebagai anggota Dewan Jenderal yang bermaksud menggulingkan Bung Karno. Dari tujuh jenderal yang jadi sasaran, enam berhasil mereka tangkap. Sasaran utama, KSAB Jenderal AH Nasution, justru berhasil meloloskan diri. Sesudah enam jenderal ditangkap, paginya akan dihadapkan kepada Bung Karno .semuanya terserah kepada Bapak Presiden, apa tindakan yang akan dijatuhkan kepada mereka, demikian jawaban Untung pada sidang Mahmilub yang nantinya menjatuhkan vonis hukuman mati dan eksekusinya dilaksanakan pertengahan tahun 1966. Skenario di atas ternyata menjadi berantakan. Para jenderal yang baru saja diculik oleh anak buah Untung kemudian dibunuh di Lubang Buaya. Siapa yang memerintahkan? Bukan saya, jawab Untung dalam sidang Mahmilub. Nantinya diketahui, perintah justru diberikan oleh anggota Biro Khusus PKI. Dengan membawa akibat, skenario awal tadi akhirnya lepas kendali, menyambar ke segala arah dengan ekses berikut derita, yang meski telah empat dasawarsa berlalu, dukanya belum bisa terpulihkan. Khususnya derita para keluarga korban aksi pembunuhan massal yang menghabiskan sekurangnya 500.000 nyawa pengikut komunis dan mereka yang sekadar dianggap sebagai komunis. Sesama Tjakrabirawa Soehardi anggota Tjakrabirawa, berasal dari CPM (Corps Polisi Militer) dengan jabatan saat Peristiwa G-30-S meletus, Kepala Provost Tjakrabirawa. Ketika tahun 1966, kesatuan tersebut dibubarkan dan tugas mengawal Presiden digantikan Yon POMAD/Para, Soehardi tidak ikut di-bersih-kan karena tidak terlibat. Sesungguhnya, meski Untung menjabat Komandan Batalyon, hanya satu Kompi bersedia mengikuti petualangannya ke Lubang Buaya. Anggota Tjakrabirawa lainnya, tidak tahu apa-apa. Memasuki masa pensiun tahun 1982. Sebelumnya, Soehardi di-tugas-karya-kan di Inspektorat Jenderal Depdikbud, ketika Daoed Joesoef menjadi menteri. Panjang jalan harus ditempuh oleh anak juragan batik asal Solo tersebut dalam meniti karier militer, diawali dengan menjadi anggota PT (Polisi Tentara) di masa perang kemerdekaan. Awal tahun 1965, di Istana Merdeka, Soehardi bertemu kembali dengan teman masa kecilnya. Lho, Gus Hardi inggih wonten mriki? (Lho, Gus Hardi juga di sini), begitu tanya Untung spontan. Menurut Soehardi, Saya langsung menjawab sambil menghormat, siap Mayor. Dia segera menambahkan, Saya harus menghormat, karena saya hanya Kapten, dia sudah Mayor. Meski saya sudah tugas di Istana Presiden sejak tahun 1954 dan Untung baru saja pindah dari Semarang, dalam kepangkatan kenyataannya dia lebih senior. Pengalaman semasa kecil, jarak sosial dan hal-hal lain menyebabkan Soehardi-Kusman tidak akrab sesudah sama-sama di Jakarta. Sebagai pejabat baru di Tjakrabirawa dia tidak menonjol, tinggalnya di daerah Cikini, dekat dengan rumah DN Aidit, Ketua CC PKI. Kami tidak pernah melakukan kontak, sebab sejak kecil dia orangnya pendiam. Ayah kandung Untung namanya Abdullah, bekerja di toko peralatan batik milik warga keturunan Arab di Pasar Kliwon, Solo. Tetapi sudah sejak kecil Untung diambil anak oleh Samsuri, pamannya, yang bekerja sebagai buruh batik di rumah orang tua Soehardi. Untung masuk sekolah dasar di Ketelan, kemudian melanjutkan ke sekolah dagang. Pelajaran belum selesai, Jepang masuk dan dia menjadi Heiho... Meloloskan diri ke Madiun Semasa perang kemerdekaan Untung berada di daerah Wonogiri, Solo, menjadi anggota Batalyon
[mediacare] G30S/PKI dan Teori Kebisuan Spiral
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0710/01/opi01.html G30S/PKI dan Teori Kebisuan Spiral Oleh Tjipta Lesmana Setap orang umumnya mempunyai pendapat tentang persoalan atau masalah yang ada di sekitarnya. Pendapat tersebut bersumber pada (a) hasil interaksi sosialnya dengan orang lain, khususnya dengan peer group, dan (b) terpaan media massa. Dari kedua sumber ini, pada era modern yang ditandai oleh arus informasi yang begitu massif, pengaruh media massa lebih kuat daripada interaksi sosial dalam pembentukan opini kita. Pengaruh media massa begitu kuat, sehingga masyarakat modern, de facto, menjadikan media massa sebagai sumber utama informasi dan opini. Elizabeth Noelle Neumann, seorang sosiolog Jerman, melakukan penelitian intensif dan bertahun-tahun tentang korelasi antara terpaan media massa dan pembentukan opini publik. Hasilnya berupa sebuah teori yang kini dipakai oleh para teoretisi dan praktisi komunikasi massa di seluruh dunia. Teori itu bernama Spiral of Silence, teori kebisuan spiral. Teori kebisuan spiral mengajarkan kita bahwa dalam masalah-masalah penting atau kontroversial, opini publik cenderung pecah menjadi dua, tiga, atau empat blok. Dalam proses pembentukan opini publik, dengan cepat dan mudah, kita akan menyaksikan munculnya opini mayoritas dan opini minoritas. Mereka yang berada dalam kubu minoritas cenderung merapatkan barisannya ke tepi, karena khawatir dihukum, entah dalam bentuk perasaan malu, dikucilkan, atau diancam secara fisik. Akibatnya, mereka menahan diri untuk tidak bersuara (membisu). Sebaliknya, mereka yang berada dalam kubu mayoritas biasanya bersuara keras, dan tampil ke depan secara mencolok. Makin keras suara mereka didengungkan kepada publik, tingkat kebenaran opininya seakan semakin tinggi. Makin tinggi kebenaran yang dikesankan oleh suara mayoritas, kelompok minoritas pun makin khawatir, bahkan makin takut, sehingga mereka semakin mundur ke belakang sehingga terbentuk kebisuan spiral. Lambat-laun, suara opini minoritas nyaris sirna. Yang muncul adalah kebenaran tunggal. Bukan Berarti Mati Tapi, hasil penelitian Neumann juga membuktikan bahwa itu bukan berarti pendapat minoritas telah mati. Secara aktif dan rahasia, orang-orang di kubu minoritas sebenarnya terus bergerilya untuk melancarkan komunikasinya, berusaha meyakinkan orang-orang sekitar tentang kebenaran opini mereka. Mereka yang berada dalam kubu mayoritas pun menjadi sasaran gerilya komunikasi tersebut, sepanjang mereka dinilai bisa diajak berdialog. Tidak mustahil, gerilya komunikasi ini lambat-laun membuahkan hasil, yaitu makin banyak orang yang menyeberang ke kubu minoritas. Pada suatu saat tidak mustahil terjadi keseimbangan opini, bahkan yang minoritas menjadi mayoritas, dan yang semula mayoritas justru menyusut menjadi minoritas. Naik dan jatuhnya rezim Orde Baru merupakan salah satu contoh kasus paling bagus tentang kebenaran teori kebisuaan spiral. Selama Orde Baru, dominant opinion itu amat gamblang: bahwa pemerintahan Soeharto yang bertumpukan demokrasi Pancasila betul-betul demokratis, mekanisme kepemimpinan nasional lima tahunan adalah contoh dari demokrasi yang dimaksud, bahwa pers Indonesia bebas (Pancasila), bahwa rakyat bebas menyatakan pendapatnya, bahwa pembangunan ekonomi berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat dan lain sebagainya. Pendapat minoritas di luar itu praktis habis dibunuh dan mereka yang kokoh dengan pendapat minoritas pun akhirnya takut menyuarakannya; atau tidak lagi ada media yang berani menyuarakannya. Toh, pada akhirnya, sejarah berbalik. Pada akhirnya, opini mayoritas berhasil dihancurkan, dan opini minoritas bangkit sehingga menjadi opini mayoritas. Selama Pak Harto berkuasa, kebenaran cerita tentang Gerakan 30 September/PKI cuma satu, yakni tragedi itu merupakan kudeta bersenjata Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dibantu oleh sejumlah perwira ABRI yang sudah lama disusupi oleh kader-kader PKI. Tujuannya jelas, menumbangkan kekuasaan Soekarno untuk kemudian mendirikan pemerintahan komunis di Indonesia. Opini Rontok Kira-kira tiga atau empat tahun setelah G30S/PKI pecah, sejumlah ilmuwan di Cornell University, Amerika, sebenarnya, mempublikasikan hasil penelitian mereka. Menurut mereka, G30S/PKI merupakan konspirasi banyak faktor, internal, maupun eksternal. Yang paling utama adalah keterlibatan Amerika untuk menghancurkan rezim Soekarno yang dinilai sangat antibarat, khususnya anti-Amerika. Melalui operasi clandestine CIA, Washington diam-diam memberikan bantuan dana maupun logistik kepada perwira-perwira probarat. Tatkala jenderal-jenderal pro-Amerika ini tewas dibantai oleh perwira-perwira muda pada 1 Oktober 1995 dini hari, dan ketika Mayjen Soeharto dengan cepat tampil untuk menghancurkan G30S/PKI, Amerika pun dengan cepat memberikan dukungannya kepada Soeharto. Versi Cornell Papers ini dijegal oleh penguasa Orde Baru, karena ia bertentangan dengan dominant
[mediacare] Klaim Lagu Rasa Sayange, DPR Nilai Malaysia Keterl aluan
Refleksi: Bagi yang mau dengar versi jiplakan Malaysia, click: http://www.rasasayang.com.my/index.cfm HARIAN ANALISA Edisi Selasa, 2 Oktober 2007 Klaim Lagu Rasa Sayange, DPR Nilai Malaysia Keterlaluan Jakarta, (Analisa) Tidak hanya publik Indonesia saja yang mengecam pencatutan lagu Rasa Sayange dijadikan sebagai lagu kampanye pariwisatanya oleh pemerintah Malaysia. Anggota DPR pun tidak mau ketinggalan. Malaysia dianggap sudah keterlaluan. Padahal lagu itu sudah populer di Indonesia sejak puluhan tahun silam. Wakil Ketua MPR AM Fatwa misalnya, mengaku lagu itu sudah dikenalnya sejak tahun 1955-an ketika dia bergabung dengan pandu Islam di Sulawesi Selatan. Karena itu, jika ada negara yang mengklaim lagu tersebut punya mereka, pemerintah Indonesia perlu mempertanyakannya. Agar tidak berlarut-larut, pemerintah diminta membentuk tim investigasi untuk mencari tahu pencipta lagu tersebut dan mempatenkannya agar tidak dijiplak negara lain. Apa yang dilakukan Malaysia itu tidak etis, tidak elegan. Saya juga pernah nyanyi itu saat saya di pandu Islam, tahun 1955 di Sulawesi dan Sumbawa. Pemerintah harus konsolidasi untuk mengecek siapa penciptanya, karena lagu itu cukup populer, beber Fatwa di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (1/30). Politisi PAN ini meminta pemerintah segera mengklarifikasi masalah ini ke pemerintah Malaysia. Jika dari klarifikasi ditemukan upaya untuk merebut lagu itu sebagai lagu Malaysia, pemerintah harus memprotesnya. Setelah klarifikasi, baru ambil tindakan, protes atau yang lain, ujarnya. Sementara anggota FKB Nursjahbani Katjasungkana menilai Malaysia sudah di luar batas sebagai negara tetangga. Meski sederhana, tapi pengklaiman itu sangat tidak simpatik dan tidak bersahabat. HARUS DITUNTUT Menyikapi hal itu, Komisi X DPR akan mendesak pemerintah bersikap tegas terhadap Malaysia yang mengklaim lagu Rasa Sayange sebagai milik mereka. Cukup sudah negeri jiran itu merendahkan Indonesia. Secara politik, pemerintah harus bertindak. Kita Komisi X akan mendesak pemerintah untuk segera mengecek masalah ini, tegas Wakil Ketua Komisi X (bidang kebudayaan) DPR Hakam Naja. Pemerintah harus mengecek keaslian dan asal lagu tersebut di Indonesia, apakah benar dari Maluku atau bukan. Jika terbukti benar, pemerintah bisa melakukan penuntutan kepada Malaysia karena menjadikan lagu itu bagian dari promosi wisatanya yang bertema Truly Asia. Sebab tindakan negeri jiran itu sudah sangat berlebihan. Tidak hanya lagu saja yang kini diklaim, Malaysia sebelumnya juga sudah mempatenkan batik Indonesia, kerajinan tangan dan wayang karena mereka ingin menjadi etalase Asia. Saya kira pemerintah perlu mengambil suatu tindakan sebab kalau begitu terus, kita dianggap sebelah mata. Ibaratnya, halaman rumah dipakai tetangga untuk menanam bunga mereka tanpa izin, tuturnya. Pengklaiman ini, imbuh dia, bisa dijadikan titik bagi pemerintah untuk unjuk gigi, sehingga Malaysia tidak melihat Indonesia sebagai negara miskin mengekspor TKI yang tidak punya posisi tawar. Soal ini, kami akan mendesak Menbudpar untuk segera mengambil tindakan, tidak usah ditunda-tunda. Jadi biar semua secara simultan, dilakukan pengecekan ke arsip nasional, dan kemudian segera memprotes, ujarnya. SEJARAH LAGU Sebagai nyong Ambon, Andre Hehanussa tahu benar sejarah lagu Rasa Sayange yang 'dicatut' Malaysia sebagai lagu kampanye pariwisatanya. Menurut penyanyi 'Bidadari' itu, lagu Rasa Sayange diciptakan oleh Katje Hehanussa pada tahun 1940. Katje membuatnya pada zaman perang dengan Belanda sekitar tahun 1940, ujar Andre. Menurut Andre, lagu Rasa Sayange bisa sampai ke Malaysia karena dibawa oleh Belanda saat menjajah Indonesia. Lagu itu favoritnya orang Belanda, makanya sampai dibawa-bawa saat berkunjung ke Malaysia, urai pria hitam manis ini. Andre mengaku tidak mempersoalkan lagu Rasa Sayange dijadikan single iklan pariwisata Malaysia. Yang penting Malaysia membayar royaltinya. Namun saya tidak tahu apakah Malaysia sudah membayarnya, nanti saya cek, pungkas calon General Manager (GM) Karya Cipta Indonesia (KCI) ini. (dtc)
[mediacare] Ramadhan harvest time for music industry
Refleksi: Apakah kalau hukum Syariah diterapkan di Indonesia akan bisa ada panen buat industri musik pada waktu Ramadhan? Sebagai jawaban dapat dikatakan sulit dijamin, karena pada waktu Thaliban berkuasa di Afghanistan diberlakukan hukum Sariah, tidak dibolehkan musik, TV, film dan main layangan. Semua ini diberlakukan atas nama perintah Allah. http://www.thejakartapost.com/detaileditorial.asp?fileid=20071001.F04irec=3 Ramadhan harvest time for music industry Akh. Muzakki, Surabaya Ramadhan Karim (Ramadhan, the noble)! Ramadhan Mubarak (Ramadhan, the blessed)! Muslims commonly use these two Arabic utterances to show appreciation for the holy month. A moment like no other for Muslims, Ramadhan extends beyond the religious sphere and influences economic life as well. For some, the symbols of Islam that are on display during Ramadhan represent increased piety and passion. However, for those who exploit these symbols in the marketplace, they represent increased economic capital. In recent years we have seen the phenomenon of music groups without an Islamic orientation releasing religiously themed musical collections at Ramadhan. Collections such as pop group Ungu's Surgamu (Your Heaven) album and Radja's 1001 Malam (1001 Nights) are two high-profile examples. Another is Pintu Surga (Heaven's Gate) from veteran pop-rockers Gigi. The fact that non-Islamic oriented groups have turned to releasing Islamic-themed albums suggests that these products are tradable commodities with good prospects for attracting the interest of consumers. Indeed, 250,000 copies of Surgamu were sold within two weeks of its September 2006 release; approximately 400,000 were sold within the next few months. The commercial success of Islamic-oriented singers (broadly defined as Muslim singers who specialize in Islamic songs) seems to have inspired non-Islamic oriented artists. For example, 1.3 million copies of the two-disc Cinta Rasul (Prophet's Love), composed by Hadad Alwi, have been sold since 1999. And Opick's Astaghfirullah (We Seek God's Forgiveness) has sold more than 850,000 copies. For this achievement the artist was awarded five golden platina. A golden platinum is the highest award given to a musician for marketability of an album. Kristina Santi, producer of Opick's album, describes itexcellent achievement in the genre of religious music. Opick went on to publish a book about his career as an Islamic-oriented singer titled Opick: Oase Spiritual dalam Senandung (2006). Both gross sales and the diversity of products exploited by the so-called Islamic industries indicate that the future is bright for entrepreneurs trading in the symbolism of Islam in Indonesia. Islamic-themed pop music represents not only a popular consumer commodity but also a means for influencing the public and private features of Islam here. If Islamic-themed popular music can become a commodity, so can Islam itself. Through the process of commodification, Islam becomes a saleable economic object. As a practical matter, the process of commodification bestows on commodified objects or forms a so-called exchange value. This exchange value allows a variety of objects with their use values to become real, worthy and valuable facets within the economic mechanism. In this way, abstract things such as Islamic ideas and expressions (as represented by the lyrics of Islamic pop songs) become a real, saleable commodity. Through the commodification process, Islamic ideas and expressions promoted through popular music come to represent certain ideological and emotional understandings of Islamic thought. They characterize what Jean Baudrillard calls commodity signs. What does the phenomenon of commodification mean for Islam in Indonesia, the world's largest Muslim country? First, the scholarly debates on Indonesian Islam should not be restricted exclusively to opposing interpretations of religious concepts. Indonesian Islam cannot be reduced to a dichotomy between radical and liberal thought, as represented by the country's radical and liberal Muslim groups. Neither do the moderate views espoused by the country's two major Islamic groupings - Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah - tell the whole story. Muslims in Indonesia consume ideas, concepts and thoughts, which are abstract elements of Islam. They also consume the material culture of Islam, which is increasingly being commodified. As such, Islamic material culture presents itself as an alternative medium of exchange among Muslims. And Islam becomes a concrete, real, valuable and tradable commodity. Second, the commodification of Islam provides support for the view that Islam in Indonesia should be approached from a broader analytical perspective than can be offered by traditional Islamic or religious studies alone. The commercial success of Islamic-themed pop music suggests that political economy and cultural studies are paradigms that
Re: [mediacare] CIA dan Gerakan Separatis
Perlakuan tidak adil memang menjadi salah satu hal utama, seperti halnya dulu para tokoh memperjuangkan kemerdekaan disebabkan karena tidak ada keadilan yang memada dari pihak kaum kolonial terhadap anak negeri. Agaknya pemerintah Indonesia sekarang juga melakukan praktek yang sama. Untuk melepaskan tanggung jawab penguasa NKRI, sering argumen campur tangan asing untuk merong-rong kemerdekaan Indonesia yang dipakai. - Original Message - From: Lisman Manurung [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Sunday, September 30, 2007 6:11 AM Subject: Re: [mediacare] CIA dan Gerakan Separatis Gerakan separatis tidak selalu dibangkitkan oleh pihak asing saja. Kita sendiripun bisa berpotensi mendorong keinginan bagian-bagian wilayah RI untuk merdeka. Menurut pihak yang ingin merdeka mereka selalu diperlakukan tidak adil. Contoh soal, aspirasi merdeka di Aceh selalu oleh mereka dikatakan karena perlakuan yang tidak adil selama sekian tahun. Demikian pula dengan di Papua. Mereka menyoal tingginya hasil alam yang dikeruk di Papua, namun kesejahteraan masyarakat Papua jauh di bawah rata-rata. Bahkan pendatang di sana menikmati kemerdekaan, dan menurut mereka bukan merupakan suatu bentuk keadilan. Jadi, ketika kita melihat adanya kecenderungan untuk memisahkan diri dari wilayah-wilayah NKRI, maka kitapun perlu bertanya ke dalam diri kita, apakah kita, melakukan praktik apartheid terhadap elemen bangsa kita lainnya? Pengertian apartheid di Afrika Selatan, harus dilihat bertahun-tahun dipandang sesuatu yang wajar saja: bahwa kaum putih boleh naik bis dan kaum hitam naik truk terbuka, dan segala bentuk diskriminasi lainnya. Belakangan barulah orang Afsel merasa 'ngah' telah menjalankan praktik apartheid. Jadi kita perlu melakukan penelitian mendalam, untuk mengetahui apa saja yang menjadi motif pihak-pihak yang ingin lepas dari NKRI itu. Dengan memperoleh masukan yang ilmiah, maka kita tidak semata-mata melakukan pendekatan politik saja untuk meredam kecenderungan pemisahan wilayah, atau hanya mencari kesalahan Amerika yang memang di mana-mana selalu ada dan bikin semua menoleh siapa Amerika, lagak kebiasaan orang kaya dunia. --- Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=308359kat_id=16 Rabu, 26 September 2007 CIA dan Gerakan Separatis Oleh : Zaenal Ma'arif Mantan Wakil Ketua DPR Sebagai satu-satunya negara super power setelah runtuhnya Uni Soviet, Amerika Serikat (AS) merasa menjadi polisi dunia dan bisa berlaku sewenang-wenang terhadap negara lain yang dipandang menjadi musuh potensialnya. Maka pemerintah AS menilai negara lain yang tidak sejalan dengan policy-nya untuk menguasai dunia dianggap sebagai 'poros kejahatan'. Maka Irak menjadi korban kedua setelah Afghanistan. Rakyat Irak dan Afghanistan sampai sekarang sangat menderita akibat keangkaramurkaan rezim Presiden George W Bush yang dikenal berideologi evangelish fanatik. Namun rakyat Irak dan Afghanistan ternyata tidak mudah untuk ditaklukkan AS, berbeda dengan rakyat Panama dan Grenada yang mudah menyerah setelah AS melakukan invasi militer ke negara di Amerika Tengah itu (1983). Terbukti mereka tidak berani melakukan perlawanan total dan menyerah kepada AS menyusul kejatuhan pemerintahannya. Barangkali para pembuat policy strategis di Washington berpikir AS akan dengan mudah menaklukkan kedua negara Muslim tersebut sebagaimana Panama dan Grenada. Namun ternyata perhitungan tersebut meleset dan sampai sekarang lebih dari 4.000 tentara AS mati sia-sia di Irak dan Afghanistan serta jumlahnya setiap hari terus bertambah. Bahkan Presiden Bush terus berusaha agar tidak kehilangan muka untuk keluar dari kedua negara tersebut sebagaimana di Vietnam dulu. Pemerintah AS tidak hanya berusaha melakukan intervensi di negara yang dianggap musuhnya, bahkan negara yang dinilai sebagai sahabatnya juga akan dilemahkan dan dipecah-belah. Indonesia salah satu korbannya. Meski pemerintah Indonesia berusaha menjalin hubungan sebaik mungkin dengan AS sejak zaman orde lama, orde barum hingga reformasi sekarang, kenyataannya AS belum puas selama Indonesia masih menjadi negara kesatuan. NKRI berusaha akan dihancurkan secara diam-diam melalui silent operation dengan membantu gerakan separatis seperti Aceh, Papua, dan Maluku. Bahkan di awal reformasi ada juga wacana untuk mendirikan negara Riau merdeka. Tampaknya AS belum puas meski sukses menekan pemerintahan Presiden BJ Habibie untuk mengadakan referendum di Timor Timur dan berakhir dengan berdirinya negara Timor Leste. Setelah berhasil menguasai pemerintahan Aceh dengan seorang gubernur dan delapan bupati/wali kota, kaum separatis telah membentuk Partai GAM yang bertujuan mengadakan referendum bagi kemerdekaan Aceh. Sebelumnya SIRA selalu aktif menyerukan tuntutan referendum Aceh. Sementara di Papua, kaum separatis baru saja mengadakan Konferensi Besar Masyarakat Adat
Re: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?
Jangan dilupakan juga para petinggi agama surgawi yang keenakan. Bukankah MUI didirikan sebagai salah satu pilar penegak kekuasaannya. - Original Message - From: Yap Hong-Gie [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Sunday, September 30, 2007 5:29 AM Subject: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ? Dengan adanya berita ini mudah-mudahan para Cina oportunis, tidak menghujat Pak Harto seenaknya jidatnya lagi. Jangan kira dengan berlomba menghujat dan menista Pak Harto, masyarakat akan merubah penilaian mereka, bahwa etnis Cina adalah korban rezim Orde Baru, itu salah bezaar . Ditambah lagi, kalau Suharto Inc. dibongkar maka akan banyak saudara-saudara etnis sendiri yang kena tersangkut, seperti yang ditulis International Commission on Soeharto Inc. Buster, yang dipublikasikan GLOBE ASIA VERSION (Volume 1 Number 7- August 2007); Soeharto Inc., and Cronies: 150 The Richest in Indonesia 2007 - ttp://www.geocities.com/capitolhill/4120/soeharto.html IHCC - Indonesian Huaren Crisis Center Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ? TAK BISA dibayangkan bagaimana keabsahan Soeharto sebagai presiden selama 32 tahun, bila ternyata dia bukanlah orang Indonesia asli. Pergunjingan tentang Soeharto keturunan Cina itu, dilontarkan oleh Mashuri, SH. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1969-1974) itu, berbicara kepada Liberty (grup Jawa Pos/grup tablod OPOSISI) bahwa silsilah Soeharto yang selama ini dipublikasikan - selama Soeharto masih berkuasa - yang benar hanya dari sisi ibunya. Adapun tentang bapaknya, di berbagai tulisan tentang otobiografi Soeharto - yang ada saat ini - hampir semuanya salah. Yang benar? Tidak jelas. Campur-baur. Antara orang Cina dan Jawa, kata Mashuri yang juga mantan Menteri Penerangan RI (1974-1979) ini di rumahnya di Solo. Dia bisa disebut lembu peteng (sebutan untuk anak-anak yang di lahirkan tanpa ayah yang jelas, red), tandasnya. Mengatakan lembu peteng Mashuri menekankan keyakinan bahwa ayah Soeharto keturunan Cina. Siapakah dia ? Di Jawa Tengah, belakangan ini beredar kisah. Konon, di Yogyakarta pada awal abad sembilan belas, ada pedagang cukup terpandang, yang rajin berhubungan dengan rakyat Jawa Tengah. Pedagang ini cukup populer di masa itu. Maklum, dia tidak saja menjual barang dagangannya yang dibeli dari daerah lain, tapi juga karena dia membeli hasil bumi penduduk untuk diperdagangkan. Kegiatan pedagang ini kian hari kian besar. Oleh karena itu dia membutuhkan orang-orang yang bisa membantunya. Dari hubungan seperti itulah lantas pedagang ini berkenalan dengan wanita miskin tapi berwajah lumayan. Namanya Sukirah. Tidak jelas, bagaimana kemudian hubungan antara pedagang ini dengan Sukirah. Yang jelas, menurut Mashuri, Sukirah itulah ibu kandung Soeharto. Dia adalah wanita miskin dari Desa Kemusa, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta. Sukirah, kendati miskin, memiliki beberapa kelebihan. Ulet, daya juangnya untuk hidup tinggi. Dan setelah Soeharto lahir, memiliki daya linuwih. Ini karena dia pernah bertapa di atas genting rumahnya selama 40 hari. Kegiatan bertapa itu dilakukan setelah Soeharto lahir. Oleh karena itu wajar bila Soeharto juga memiliki kelebihan. Warisan dari ibunya. Aura ibunya. Dengan demikian wajar pula bila Soeharto sulit dikalahkan, kata lelaki berkacamata ini. Kelinuwihan Soeharto tidak saja dari ibunya. Tapi juga dari lelaki sakti asal Wonogiri. Lelaki itu, sering disebut dukun. Namanya Daryatmo. Oleh karena itu nama Daryatmo begitu melekat pada diri Soeharto. Dalam bukunya, Soeharto: Ucapan dan Tindakan nama Daryatmo disebut-sebut. Soeharto mengakui bahwa Daryatmo banyak memberi inspirasi dalam perjalanan hidupnya. Bahkan sampai Soeharto menjadi presiden. Setiap bulan, kata Mashuri, sedikitnya satu kali, Soeharto datang menemui Daryatmo. Di sana dia minta petunjuk khusus apa yang harus dijalankannya. Dan semua petunjuk dari sang dukun itu pasti dilakukan. DENDAM KEPADA MAJIKAN Ketika di Wonogiri, Soeharto kecil hidup miskin. Bahkan pernah menjadi pembantu pada keluarga kaya. Ketika menjadi pembantu itu Soeharto bertekad menjadi orang kaya. Tekad itu dibentuk oleh dendamnya yang kuat. Dia dendam karena keluarga kaya yang jadi majikannya itu memperlakukannya tidak baik. Soeharto tidak digaji dan makan dari makanan sisa sang majikan. Dendam untuk menjadi orang kaya itu pula yang mengantar Soeharto berjuang, berpindah-pindah tempat, sampai akhirnya menemukan 'orang tua' yang menyekolahkannya dan kemudian berkarier di militer melalui KNIL. MENGERTI DIRINYA CINA Banyak yang menyebut bahwa Soeharto mengerti bahwa dirinya keturunan Cina. Itu sebabnya barangkali dia kemudian dekat dan berpartner dengan Liem Sioe Liong dan Bob Hasan. Konon orang Cina yang juga dijadikan partner oleh Soeharto bernama Tek Kiong. Pria ini disebut-sebut sebagai adik Soeharto. Tak hanya Tek Kiong adik Soeharto. Di Solo
[mediacare] Pregnant RI worker raped brutally in Malaysia
http://www.thejakartapost.com/detailgeneral.asp?fileid=20070930194820irec=2 Pregnant RI worker raped brutally in Malaysia KUALA LUMPUR (Antara): A two-month pregnant Indonesian woman worker was brutally raped by 12 Malaysians early this month, the Indonesian consulate in Johor Bahru, Malaysia said Sunday. 10 of the alleged rapists have been detained by the Malaysian Police, it added. The victim, RS, 21, who originates from Lampung, Sumatra, initially worked as a maid in Klang, Selangor, but she ran away three months after working there. She later married to an Indonesian man worker, identified as MM, Antara reported. On Sept. 7, 2007, they got an unexpected visit from two Malaysians who introduced themselves as policemen. The two told them to follow their instruction, and finally raped RS in a local hotel. After the rape, they called their buddies to follow suit. We condemn the rape. It is inhumane. Robbery, beating, and arrest by Malaysian citizens who claimed themselves from the police against Indonesian workers have happened so many times, Didik Tirmardjono of the Indonesian consulate in Johor Bahru said Sunday
[mediacare] Masyarakat Bali Minta Amrozy Tetap Dieksekusi
Masyarakat Bali Minta Amrozy Tetap Dieksekusi Sabtu, 29 September 2007 | 09:28 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta: Jaksa Agung Hendarman Supandji diminta untuk tetap menjadwalkan dan mempersiapkan eksekusi Amrozy dkk tanpa menunggu pengajuan grasi. Hal itu untuk menjamin adanya kepastian hukum dan mencegah para terpidana mengulur-ulur waktu. Apalagi mereka sudah berkali-kali menyatakan tidak akan mengajukan grasi, kata Wakil Ketua DPRD Bali IGK Adhiputra, Sabtu (29/9). Dia menegaskan, eksekusi setelah PK ditolak adalah tuntutan UU. Itu bukan hanya tuntutan kami. Apalagi sudah jelas PK Kedua tidak ada tempatnya di sistim hukum kita, kata dia. Anggota DPD RI asal Bali I Wayan Sudhirta SH menegaskan, penjadwalan dan persiapan eksekusi perlu dilakukan untuk menunjukkan adanya kepastian hukum. Adanya peluang untuk mengajukan grasi, memang harus dihormati. Tapi ia meminta Jaksa Agung bertindak pro-aktif dalam hal ini dengan segera menghubungi para terpidana atau pengacaranya untuk menanyakan, apakah mereka akan mengajukan grasi ataukah tidak. Mereka juga harus diberi tenggang waktu untuk menjawab pertanyaan itu. Menurut dia, hal itu tidak sulit karena ketiga terpidana kini berada dalam penjara. Kalau tidak, masyarakat Bali akan menganggap Jaksa Agung tidak sensitif. Padahal selain korban langsung sampai saat ini pariwisata Bali masih menjadi korban, ujarnya. Rofiqi Hasan
[mediacare] Pengkhianatan G-30-S/PKI!
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007093001025615 Minggu, 30 September 2007 BURAS Pengkhianatan G-30-S/PKI! H.Bambang Eka Wijaya: JUTAAN buku sejarah sekolah lanjutan dimusnahkan Kejaksaan Agung di seantero Tanah Air! Pasalnya, di dalamnya peristiwa pengkhianatan G-30-S tanpa menyebutkan PKI--Partai Komunis Indonesia--sebagai pelakunya! ujar Umar. Padahal, dalam setiap proses sejarah, pelaku atau aktornya merupakan faktor sentral! Di sisi lain, justru mengalir deras dorongan untuk mengungkap pembantaian terhadap jutaan anggota PKI dan organisasi-organisasi mantelnya! sambut Amir. Terkesan kuat usaha mendiskredit penguasa zaman itu dan pendukungnya telah melakukan holocaust! Pokoknya sejarah mau dibuat seperti balon! tukas Umar. Satu pihak memencet satu sisi untuk menggelembungkan sisi yang lain, pihak lain memencet sisi sebelah pula untuk menggelembungkan sisi lainnya! Kecenderungan seperti itu tak boleh terjadi karena dengan demikian sejarah hanya akan menjadi produk manipulasi demi kepentingan pihak-pihak tertentu saja! Sekaligus, sejarah akan kehilangan makna esensialnya, yakni kebenaran! timpal Amir. Sebab itu, perlu kesepakatan baru untuk menulis sejarah secara benar dan komprehensif dari semua sisinya! Hanya dengan demikian, generasi muda penerus bangsa ini bisa mempelajari sejarah secara benar, sehingga bisa menarik pelajaran agar peristiwa serupa tak terulang! Dengan pengkhianatan G-30-S/PKI itu ditulis secara benar, generasi muda akan dapat mengetahui betapa buruknya partai politik yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan seperti PKI! tegas Umar. Sebaliknya, jika ditulis secara benar pula, pembantaian terhadap anggota PKI itu bisa membuat generasi muda mawas diri bahwa hanya mengumbar nafsu membalas dendam manusia bisa lebih buas dari binatang! Itu menunjukkan sejarah yang benar sarat nilai yang jika dalam proses belajar mendapat pengarahan berorientasi pada keluhuran budi manusia, akan bisa membentuk kepribadian manusia makin beradab! sambut Amir. Nilai-nilai sejarah juga menjadi cermin bagi generasi penerus untuk melihat dirinya agar mengetahui kelemahan historis warga masyarakatnya, guna memperkokoh tekad untuk menjadi manusia yang lebih baik! Hanya kebenaran yang bisa memunculkan penilaian tentang baik dan buruk sebagai modal untuk bersikap benar menurut ajaran etika-moral! tegas Umar. Tanpa kebenaran sejarah, orang bisa terperosok mengagung-agungkan yang sesungguhnya salah! Jika itu terjadi, kesalahan masa lalu akan terus berlanjut, sehingga mencapai suatu posisi point of no return dalam kesalahan! Ini bisa menjerumuskan bangsa dalam kondisi serbasalah, tak mudah mencari ujung-pangkalnya untuk keluar dari situasi serbarunyam! Hal itu bisa terjadi karena beralas sejarah yang dimanipulasi, penjahat besar malah tampil sebagai pahlawan yang dipuja-puji, sedang pahlawan sesungguhnya malah tergilas! timpal Amir. Pengkhianatan G-30-S/PKI harus dipelajari secara komprehensif betapa buruk kejadian dan akibatnya, telah menjadi noktah hitam berkepanjangan dalam kehidupan bernegara-bangsa! bening.gifburas.jpg
[mediacare] Aidit dan G30S
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/09/29/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Aidit dan G30S Oleh Iwan Gardono Sujatmiko Peristiwa G30S yang telah terjadi lebih dari 40 tahun lalu masih menarik dianalisis. Peristiwa tersebut dapat dilihat dari perspektif makro sebagai pembunuhan anggota PKI, penghancuran organisasi PKI, kudeta dan perebutan kekuasaan, revolusi sosial yang gagal, atau ideologi yang gagal. Sementara itu, secara mikro atau peran aktor, dikelompokkan menjadi enam pola: PKI dan Biro Khususnya, Klik AD, CIA/AS, Inggris-CIA, Presiden Sukarno, dan tak ada pelaku tunggal (Bayang-Bayang PKI ; ISAI, 1995). Terdapat pula analisis yang menyatakan keterlibatan Soeharto (Wertheim; Latief, Hanafi). Pembahasan berikut akan mengaitkan faktor mikro, khususnya Aidit, dengan strategi PKI dan partai-partai komunis. Strategi Komunis dan PKI Mayoritas upaya perebutan kekuasaan oleh partai komunis dilakukan dengan kekerasan dan dikategorikan menjadi empat pola (Cyril Black, 1964): revolusi domestik (Albania, RRT, Vietnam Utara, Yugoslavia, Rusia; namun gagal antara lain di Jerman dan Hongaria 1919); revolusi dari luar (negeri) (Bulgaria, Cekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria, Mongolia, Korea Utara, Polandia, Rumania; namun gagal di Polandia/ 1920, Gilan/Iran, Finlandia/1939, Korea Selatan/1950); revolusi dari atas (Kuba); dan revolusi melalui pemilu (Kerala/India, San Marino/Italia, bukan tingkat nasional). Selain itu partai komunis juga ikut dalam koalisi di Spanyol, Prancis, Italia, Islandia, Cile, dan Guatemala. Setelah tahun 1964 terdapat beberapa negara yang (sempat) menjadi komunis seperti Afghanistan, Vietnam Selatan, dan Laos (dari luar dan dalam), dan Kamboja (kombinasi atas/Sihanouk dan dari luar/RRT). Saat itu PKI menerapkan strategi radikal dari dalam, yang mencakup buruh, tani dan infiltasi tentara (Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan/MKTBP) dan mendapat tantangan dari pihak non-PKI. Upaya melalui pemilu juga terhambat karena ditundanya pemilu. Sementara itu revolusi dari luar agak sulit karena adanya perang dingin dan Indonesia terpisah dari negara komunis walaupun ada tawaran bantuan (senjata) dari RRT. Akhirnya, Aidit memilih konflik elite atau revolusi dari atas, dengan membonceng Sukarno (Nasakom) setelah mempelajari kasus Kuba dan Aljazair (Olle Tornquist, Dilemmas of Third World Communism: The Destruction of the PKI in Indonesia, 1984). Kasus Kuba menunjukkan bagaimana Castro yang awalnya bukan komunis menggunakan partai komunis. Dalam kasus Aljazair, partai komunisnya sebenarnya berkesempatan mengubah kudeta yang progresif (dari atas) menjadi revolusi (dari bawah). Peran Aidit John Roosa dalam bukunya, Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia, 2006, menunjukkan bahwa peran Aidit bukan hanya pasif namun sangat dominan. Tesis ini sebenarnya telah dikemukakan dalam Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh; Buku Putih Orde baru, Tornquist; Brackman; dan pernyataan Sudisman, Subekti, dan Munir di Mahmilub. Demikian pula Sukarno dalam pidato Pelengkap Nawaksara menyatakan Peristiwa G30S ditimbulkan oleh keblingeran pimpinan PKI, selain subversi nekolim dan oknum-oknum yang tidak benar. Namun Roosa mendukung tesisnya dengan berbagai sumber yang baru, yakni wawancara dengan Hasan (nama samaran pimpinan PKI yang mengetahui Biro Khusus), Iskandar Subekti (sekretaris pribadi Aidit), serta 30 informan termasuk beberapa rekan Aidit serta Syam. Selain itu Roosa menggunakan sumber tertulis yakni Tiga Faktor Penyebab G30S oleh A Karim DP (1999); Otobiografi Hasan (1998), dan Dokumen Suparjo yang menurutnya dapat dipercaya karena telah dicek silang dengan beberapa sumber. Dalam buku tersebut Aidit dikatakan pernah membahas kudeta di Aljazair di mana Kolonel Harri Boumediene menggulingkan Presiden Ben Bella pada 19 Juni 1965. Saat itu Aidit menyarankan agar partai komunis Aljazair mendukung kudeta progresif tersebut menjadi revolusi. Adanya Dewan Revolusi di Aljazair itu bahkan menjadi inspirasi Aidit untuk diterapkan dalam kasus Indonesia. Sebenarnya inspirasi Kuba dan Aljazair itu pernah dibahas secara singkat oleh buku Tornquist (1984) namun tidak menjadi rujukan buku Roosa. Dalam buku Roosa, Aidit dan kelompok kecilnya (Sudisman, Oloan Hutapea, Lukman dan Rewang) sangat terlibat dalam rencana gerakan. Dalam pertemuan mereka Aidit menyarankan pembentukan Dewan Revolusi sebagai upaya Nasakomisasi yang terdiri dari militer dan tidak mencerminkan PKI. Aidit menyatakan kudeta seperti di Aljazair tidak akan mengubah perimbangan kekuasaan, namun hal itu akan dapat meradikalisasi massa serta meningkatkan tuntutan (buku Tornquist). Dalam rencananya, strategi Aidit tersebut membonceng Sukarno dan akhirnya PKI diharapkan dapat berkuasa. Peristiwa G30S Berdasarkan berbagai data baru (Roosa) dan sumber lainnya dapat direkronstruksi peran Aidit, strategi PKI, dan partai komunis.
[mediacare] 'Orang Kaye Disuap, Tuh!'
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007092801103814 Jum'at, 28 September 2007 BURAS 'Orang Kaye Disuap, Tuh!' H.Bambang Eka Wijaya: DI Stasiun Gambir, Edo masuk WC umum. Keluar dari WC ia berikan selembar lima ribuan ke penjaga kotak duit bayaran WC. Tak ada kembalian! ujar penjaga kotak. Kasih uang pas aja, buang air kecil dua ribu! Tau supaya pas, silakan buang air besar, tarifnya tiga ribu! Aku buru-buru! entak Edo. Ditukar uang dari kotak, dong! Kunci kotaknya dibawa bos! jawab penjaga. Bosnya pergi ke mana? kejar Edo. Salat, ke Istiqlal! jelas penjaga. Dari zuhur, biasanya bakda asar baru kembali! Kok jauh dan lama sekali? timpal Edo. Gini aja, kukasih sisa recehanku seribu, ya? Nanti kalau dia hitung uangnya ganjil, aye disalahin! jawab penjaga. Uang yang seribu jangan masukin kotak, kau kantongi aja! bujuk Edo. Mau nyuap gue? tukas penjaga menatap Edo. Orang puase disuap, ntar batal! Nggak useh, ye...! Jangan kate sebab miskin gini gue tergode! Kemarin orang kaye lagi puase disuap siang bolong ditangkep, tuh! Kembali ke bahasa Indonesia yang baik seperti tadi! Aku tak ngerti omongan gado-gado Jakarte! pinta Edo. Orang kaye mana yang ditangkap? Di Kebayoran! Ramai dibicarakan orang! jawab penjaga. Itulah, orang kaye, banyak duit, gaji besar, masih mau disuap! Itu terjadi bulan puasa, ketika setan-setan diborgol! Yang mereka bicarakan orang kaye bukan orang kaya seperti dalam dialek Betawi, tapi orang KY singkatan Komisi Yudisial! tegas Edo. Kata pengacaranya, dia tertangkap justru saat ditugaskan untuk melakukan jebakan atas kasus penyuapan yang harus diungkap! Soalnya, jabatan orang itu koordinator bidang pengawasan, keluhuran martabat dan perilaku hakim! Jabatan mulia dan terhormat! Kalau aku dapat jabatan semulia itu, gajinya puluhan juta sebulan, kagak mikir macem-macem deh! sambut penjaga WC. Bisa kerja jaga WC saja sudah syukur! Sedang orang itu, masak tak sadar dapat kedudukan mulia godaannya juga besar! Itu akibat lupa bersyukur, tanpa bantuan setan pun dia terjerumus dalam siksa yang pedih! Itu baru siksa dunia, belum di sono-nya lagi nanti! Tapi itu bukan semata salahnya orang itu! tegas Edo. Kesalahan pertama terletak pada panitia seleksi anggota Komisi Yudisial, tanpa kecuali tim seleksi yang berada di eksekutif atau legslatif! Kalau pilihannya benar, hal itu tak perlu terjadi! Kayaknya memang susah memilih orang untuk jabatan mulia begitu! timpal penjaga. Ibarat memilih buah dari pohon yang baik pun, dalam perjalanan karena hawa panas atau jalan yang rusak, bisa saja buahnya lantas jadi busuk! Dahulu tokoh-tokoh pilihan dari pohon yang baik di KPU, juga begitu! Justru tokoh-tokoh pilihan itu yang harus menciptakan iklim dan jalan yang baik dalam perjalanan bangsa! tegas Edo. Dengan kata lain, mereka itu harus seperti ragi yang membuat tape jadi manis! Karena raginya selalu salah, kita pun jadi bangsa tape malang yang kecut! Seleksi tokoh buat kedudukan mulia begitu paling tepat diuji dengan menjaga kotak duit WC umum! sambut penjaga. Kalau sabar hingga isi kotak tetap utuh dan bersyukur atas keberkahan usahanya, baru dia layak dan patut! Sebab, kalau benar perilakunya seperti itu, untuk jadi penjaga kotak WC saja tak layak, apalagi patut! *** bening.gifburas.jpg
Re: [mediacare] YAHUDI lagi....
Dear Sensei, I'm not in favour of heavenly business, but believe or not, the verse 5:51 is : Believers take neither Jews nor Christians for your friends and protectors.They are friends and protectors of one another. Whoever of you seeks their friendshipand supports them shall become one of their number. Allah does not guide the wrongdoers. - Original Message - From: Deddy Mansyur To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, September 28, 2007 9:09 PM Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi Istri saya orang amrik, bule dan YAHUDI. Gimana tuh..apakah saya harus dibakar hidup-hidup. Salam, sensei deddy mansyur university of houston www.uh.edu/shotokan FYI: Dulu sewaktu masih dibangku SD, saya pernah sekolah di madrasah di Cipete, JakSel. - Original Message - From: Sunny To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, September 28, 2007 10:39 AM Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi Tidak boleh bersahabat dengan Yahudi dan Nasrani itu sudah diatur oleh Allah. Kalau Anda tidak percaya, silahkan buka Al Quran dan lihat pada ayat 5:51. Mengapa tidak boleh bersahabat? Tentunya disebabkan kebencian. Jadi Allah itu rasis? Hehehehe. - Original Message - From: Willy Samosir To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, September 28, 2007 11:54 AM Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi kebodohan aj si pak, soalnya benci yahudi itu kan krn rasis aj sebenernya..lebih lagi, yahudi itu kan suku yang berasal dari keturunan anak ke-4-nya nabi yakub alias israel..mgkn kebencian pada yahudi jg dsebabkan krn adanya neo-nazi..eh tp klo dblg yahudi jenius musik saya krg setuju jg, krn Johann Sebastian Bach, Beethoven, bahkan Kurt Cobain, Pance F. Pondaag dan Benyamin Su'eb itu ga ada yahudi2nya.. - Original Message From: roi8890 [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, 28 September, 2007 10:03:04 AM Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi bukannya Yahudi itu 'dikutuk' punya otak yang encer ya? coba deh riset pelaku bisnis top di dunia, gw pikir sih mayoritas orang yahudi juga. Coba juga riset penerima nobel... --- Henny [EMAIL PROTECTED] n.com wrote: Saat ini saya sedang menyusun dan mempelajari musical dari beberapa Broadway Musical al seperti: - West Side Story - Man of La Mancha - The Sound of Music - The Full Monty - Annie - Fiddler on The Roof Ternyata karya-karya musical besar majority dibuat oleh tokoh-tokoh keturunan Yahudi dan kelahiran New York tahun 1895-1930. Kebanyakan adalah kelahiran 1918 dan salah satu yang tidak asing tentunya Leonard Berstein. Pasti deh banyak yang tahu karyanya sebutkan saja Somewhere, Tonight, Maria. Bukan hanya karya mereka menerima Oscar, Grammy, Emmy, Tony bahkan Pulitzer. Sutradara West Side Story Mr. Jerome Robbins ternyata belajar menari dari Yeichi Nimura. Wah keturunan Jepang gimana ini koq bisa ..dan gimana ya mau bersaing ternyata banyak sekali yang beberapa langkah mendahului kita ya. Yang istimewa adalah David Yazbeck kelahiran tahun1960 dalam The Full Monty. Beliau berasal dari ayah keturunan Yahudi dan ibu keturunan Arab. Musisi ulung ini diusia 26 tahun sdh memenangkan Emmy selain menulis juga menjadi producer terhadap group band dan musisi besar lainnya seperti Queen, Tito Puentes. Ini belum termasuk beberapa Yahudi lainnya seperti Irving Berlin kelahiran tahun 1888 yg berimigrasi ke US tahun 1893. Siapa nggak kenal lagu White Christmas, Always, Blue Skies, God Bless America, Anything You Can do (I can do better), Change Partner, Cheek to cheek. Let your self Go , How deep is the Ocean, Let face the music and dance Wadduh saya nggak habis pikir apa ya alasan orang membenci YAHUDI ya.kayaknya bukan agama saja lho MAS..tapi SIRIK juga kali ya. Tapi aku koq nggak ada tuh rasa bencinya, malah kagum. Mungkin karena tak pernah diajarkan membenci kali ya Aduh.Ini aku yang salah tempat dilahirkan ataukah mereka yang salah terdampar... pusing. ..tapi pasrah deh...takdir. HH _ _ _ _ _ _ Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out. http://answers. yahoo.com/ dir/?link= listsid= 396545433 -- For ideas on reducing your carbon footprint visit Yahoo! For Good this month
[mediacare] Besi Jembatan di Membalong Dicuri
Refleksi: Apa saja yang belum dicuri? http://www.bangkapos.com/berita.php?id=57827halaman=2topik=76 Besi Jembatan di Membalong Dicuri Sabtu, 29 Sep 2007 01:10 MEMBALONG, POS BELITUNG -- Aksi pencurian besi Jembatan Kubu di Tanjungpandan ternyata bukan satu-satunya kasus yang terjadi di Kabupaten Belitung. Sejumlah jembatan di daerah Kecamatan Membalong ternyata juga menjadi sasaran para penjahat hingga besi-besinya hilang.Informasi dari kalangan DPRD Kabupaten Belitung menyebutkan, jembatan-jembatan di wilayah Desa Simpang Rusa hingga Desa Membalong yang dijarah besinya itu berada di bawah wewenang pemeliharaan Dinas Kimpraswil Provinsi Babel. Kondisi ini membuat risih anggota DPRD Kabupaten Belitung Budiarti SSos dan Zuhaidi SAg. Anggota DPRD asal pemilihan Kecamatan Membalong itu mengimbau instansi terkait agar dapat mengawasi keselamatan aset negara tersebut. Mereka juga berharap polisi dapat segera mengungkap dan menangkap pelaku pencuri besi jembatan tersebut. Berdasarkan pengecekan di lapangan, ada sejumlah jembatan yang berada di antara wilayah Simpang Rusa sampai Desa Membalong banyak hilang besi jembatannya. Diperkirakan besi-besi itu hilang dicuri dengan cara digergaji oleh orang yang tak bertanggungjawab. Karena itu, semua instansi terkait harus bisa menindaklanjutinya, ungkap Budiarti kepada Grup Bangka Pos, Kamis (27/9). Budiarti mengungkapkan, kasus serupa sebelumnya juga terjadi di kawasan Desa Simpang Rusa, Aik Merah, Lassar, dan Desa Perpat. Ia sangat menyayangkan adanya aksi pencurian besi jembatan ini. Apalagi keberadaan besi jembatan itu sangat berguna bagi keamanan kendaraan atau warga. Kita khawatir jika tidak dilakukan pengawasan secara ketat akan memberikan peluang bagi pelaku untuk mencuri besi-besi jembatan lainnya, kata Budiarti. Hal senada juga dikemukakan Zuhaidi. Praktik pencurian besi jembatan di Membalong ini, menurut Zuhaidi, tak jauh berbeda dengan kasus yang menimpa besi Jembatan Kubu Desa Air Saga yang pelakunya berhasil dibekuk polisi beberapa waktu lalu. Zuhaidi memperkirakan pencurian besi itu menggunakan alat pemotong besi atau gergaji besi untuk memotong besi jembatan. Kami sudah meminta warga untuk dapat turut serta mengawasi keberadaan besi-besi jembatan itu, karena warga juga sebagai pihak yang menggunakan jembatan tersebut. Begitu juga dengan aparat kepolisian, kami minta untuk mengungkap dan menangkap aksi pencurian itu, kata Zuhaidi kepada harian ini, Jumat (28/9). Himbauan dua anggota dewan ini mendapat dukungan anggota Komisi II DPRD Kabupaten Belitung Harpan Effendi SH. Harpan mengimbau semua pihak untuk ikut menjaga dan mengawasi aset tersebut, mengingat jembatan merupakan aset daerah yang secara otomatis juga adalah aset negara. Terkait masalah ini, Plt Kepala Kantor Kimpraswil Provinsi Babel di Belitung, Agus, ditemui harian ini, Kamis (27/9), menyatakan, pihaknya belum mengetahui adanya kasus pencurian besi jembatan-jembatan di wilayah Kecamatan Membalong. Agus berencana melakukan pengecekan langsung keberadaan jembatan yang dikabarkan besinya hilang tersebut. Kita akan lakukan antisipasi terhadap persoalan itu, agar tidak terjadi lagi aksi pencurian terhadap besi jembatan tersebut, kata Agus. Kapolres Belitung AKBP Drs Manshuri melalui Kapolsek Membalong Ipda Situngkir kepada harian ini, Kamis (27/9), mengatakan pihaknya akan menyelidiki kasus pencurian besi jembatan ini. Hasil pengamatan lapangan, diperkirakan aksi pencurian itu terjadi sekitar dua bulan lalu. Begitu menerima laporan tentang pencurian besi jembatan itu, kita langsung tindaklanjuti dengan melakukan pengawasan ke lapangan. Memang ada oknum warga yang kita curigai sebagai pelakunya, tapi belum bisa diungkap karena belum ada cukup bukti yang kuat, kata Situngkir. (sya)
[mediacare] Masyarakat, hukum dan kekuasaan
http://www.indomedia.com/poskup/2007/09/28/edisi28/opini.htm Masyarakat, hukum dan kekuasaan (Mengenang setahun Tibo, Marinus dan Dominggus) Oleh Simon Tukan FABIANUS Tibo, Marinus Riwu dan Dominggus da Silva adalah tiga nama yang telah banyak mengisi halaman-halaman penegakan hukum di Indonesia. Mereka didakwa sebagai dalang kerusuhan Poso dan pembunuh banyak orang di Poso serta divonis dengan hukuman mati oleh semua tingkat pengadilan di Indonesia. Vonis tersebut menuai protes banyak kalangan baik di dalam maupun di luar negeri sampai Kejaksaan Agung mengeksekusi hukuman tersebut setahun yang lalu, tepatnya pada 22 September 2006. Kematian mereka patut dikenang. Sebab peristiwa yang menimpa mereka telah menorehkan kekelaman baru dalam sejarah penegakan hukum di Indonesia. Tulisan ini mau merefleksikan hubungan antara masyarakat, hukum dan kekuasaan dalam konteks penegakan hukum di Indonesia. Pertanyaan pokok di sini adalah bagaimana hubungan antara masyarakat, hukum dan kekuasaan? Bagaimana penerapannya dalam konteks penegakan hukum di Indonesia, khususnya dalam penyelesaian kasus kerusuhan Poso. Hukum merupakan seperangkat aturan yang dibuat oleh manusia yang saling berhubungan dalam suatu masyarakat untuk mengatur tingkah laku manusia dan melindungi kepentingan manusia dalam masyarakat agar anggota-anggota masyarakat tidak saling merugikan. Pelaksanaan fungsi hukum tersebut bertujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan dalam masyarakat. Di Indonesia hukum dibuat untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Jadi hukum sesungguhnya dibuat oleh manusia untuk kepentingan manusia, bukan sebaliknya manusia untuk hukum. Agar supaya hukum bisa mencapai tujuannya diperlukan kekuasaan untuk menerapkan hukum dalam masyarakat. Kekuasaan diperlukan untuk memaksakan penerapan hukum melalui pemberian sanksi kepada para pelanggar hukum. Kekuasaan memberikan kekuatan kepada hukum untuk melaksanakan fungsinya.Tanpa kekuasaan, hukum hanya tinggal sebagai keinginan-keinginan atau ide-ide belaka. Dalam masyarakat yang kompleks (modern), hukum dibuat oleh kekuasaan yang sah. Karena itu hukum pada hakekatnya adalah kekuasaan itu sendiri. Hukum sebagai kekuasaan berfungsi mengatur tingkah laku manusia, mengusahakan ketertiban dan membatasi ruang gerak setiap individu. Dalam pelaksanaannya, kekuasaan yang bersumber pada hukum dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang yang diberi hak oleh masyarakat. Hak untuk berkuasa tersebut dibatasi oleh sejumlah kewajiban sehingga kekuasaan itu bersifat terbatas, tidak mutlak. Kekuasaan dalam pengertian ini digunakan untuk menegakan hukum, melaksanakan fungsi hukum, agar hukum mencapai tujuannya. Kekuasaan digunakan untuk memberikan perlindungan kepada manusia dan kepentingan-kepentingannya. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum, maka para pemegang kekuasaan harus memberikan perlindungan kepada warga masyarakat yang telah memberi mereka kekuasaan untuk menegakkan hukum. Jika ada warga negara yang melanggar hukum maka, hukuman yang diberikan kepadanya harus didasarkan pada asas persamaan di depan hukum dan oleh pengadilan yang bebas dari segala pengaruh kepentingan apa pun. Kekuasaan harus tunduk kepada pengaturan hukum yang mendasarinya. Hanya kekuasaan yang tunduk kepada ketentuan-ketentuan hukum dapat menjamin dan melindungi setiap warga negara. Dalam kasus yang menimpa Fabianus Tibo dkk, kekuasaan hukum tersebut disalahgunakan. Hukum tidak menjadi dasar bagi penyelesaian kasus kekerasan di Poso dan pemulihan keamanannya. Para penegak hukum, yaitu polisi, hakim, jaksa yang didukung oleh advokat (pengacara) tidak bekerja berdasarkan hukum yang berlaku. Ketaatan hukum dalam penyelesaian kasus Poso, hanya pro forma. Tibo dkk adalah korban dari ketidakmampuan para penegak hukum untuk bekerja menurut hukum yang benar dan independen. Hukum digunakan sebagai alat untuk melegitimasi kepentingan sesaat baik ekonomi maupun politik dari seseorang atau pun sekelompok orang dalam masyarakat. Dengan kata lain, dalam penyelesaian kasus Poso yang berlaku adalah hukum kekuasaan. Artinya, kekuasaanlah yang menentukan keputusan-keputusan pengadilan, sehingga betapapun Tibo dkk belum terbukti secara sah dan meyakinkan sebagai pelaku kerusuhan Poso yang membunuh banyak orang, mereka tetap dihukum mati. Mereka dibunuh untuk memenuhi kehendak kekuasaan tanpa ada perlindungan sedikitpun. Hukum kekuasaan menempatkan hukum hanya untuk yang berkuasa. Hukum disalahgunakan dan dipakai semata-mata untuk menegakkan kepentingan pihak yang berkuasa. Dalam peristiwa Tibo dkk, segala prosedur hukum yang ditempuh selama proses peradilan mengikuti kehendak para penguasa.
[mediacare] Mengenang Tragedi 1965
SUARA MERDEKA Sabtu, 29 September 2007 Mengenang Tragedi 1965 a.. Oleh FS Swantoro TRAGEDI berdarah 1965 sampai sekarang masih menyisakan misteri. Konflik politik PKI vs TNI-AD ini menjadi noda hitam politik Indonesia. Diperkirakan sejuta warga sipil terbunuh dalam konflik itu. Pertanyaannya siapa dalang di balik peristiwa itu? Apa motif tragedi tersebut dan berapa korban yang mati sia-sia? Pertanyaan itu meski telah muncul 42 tahun silam, sampai sekarang menjadi misteri yang belum terungkap. Ada beberapa versi tragedi itu. Pertama, versi resmi pemerintah seperti Buku Putih terbitan Sekretaris Negara (1994) atau tulisan Nugroho dan Ismail Saleh (1968), menyebutkan tragedi 1965 dilakukan PKI. Melakukan kudeta dengan merekrut perwira TNI-AD untuk menghancurkan Jenderal TNI-AD yang ingin merebut kekuasaan. Kedua,versi seperti ditulis Anderson dan McVey dikenal Cornell Paper. Disebutkan, upaya pemberontakan adalah urusan intern TNI-AD versus PKI yang terlibat secara insidental. Versi ketiga, terwakili Harold Crouch (1999) menyebutkan upaya kudeta merupakan usaha bersama PKI dengan perwira TNI-AD pembangkang. Tiap kelompok punya motif berbeda menghancurkan Dewan Jenderal. Awal September 1965 muncul rumor yang menyebutkan PKI melancarkan isu Dewan Jenderal akan merebut kekuasaan pada 5 Oktober 1965. Susunan Kabinet Dewan Jenderal yang dicatat dalam Buku Putih itu hampir sama dengan yang diungkap Letkol Untung dan Nyono, Ketua CC PKI. Munculnya isu Dewan Jenderal itu sampai sekarang masih misterius, pelakunya tak pernah terkuak. Isu itu dipicu merosotnya kondisi kesehatan Presiden Soekarno. Diperkirakan Bung Karno bisa meninggal mendadak jika tidak mendapat perawatan intensif. Dua pekan kemudian muncul pamflet mengungkap detail rapat PKI, membahas kemungkinan mengambil alih kekuasaan andai kata Bung Karno meninggal. Isi pamflet itu menimbulkan kecemasan di kalangan perwira AD, karena memuat daftar nama jenderal yang akan dihabisi. Sebaliknya, PKI mendapat pamflet gelap berisi rencana Dewan Jenderal untuk merebut kekuasaan dan mengeksekusi elite PKI. Ini konflik PKI VS TNI AD yang menegangkan. Dua minggu sebelum meletusnya G-30-S/PKI, Dubes AS di Jakarta, Marshall Green minta CIA meningkatkan propaganda menyerang Bung Karno. Laporan intelijen Inggris menyiarkan berita menyesatkan. Muncul berita tentang kapal bermuatan senjata China untuk PKI sedang berlayar menuju Jakarta. (Ralph McGehee; The Indonesian Massacres and the CIA). Mantan veteran CIA itu menyebut ada rekayasa disinformasi. Kemudian dibuat dokumen palsu hingga sulit dibedakan dengan yang asli, seperti dokumen tentang daftar nama jenderal yang akan dibunuh. CIA berhasil menimbulkan ketegangan antara PKI dengan TNI-AD yang menjadi pemantik penyulut tragedi. PKI Versus TNI-AD Puncak konflik politik ketika kelompok perwira dipimpin Letkol Untung, menyodorkan anggota Dewan Jenderal kepada Bung Karno. Namun atas perintah Syam Kamaruzaman Dewan Jenderal itu harus dieksekusi. Syam yang disebut tokoh misterius menurut berbagai versi, pernah menjadi kader PSI, dan menjadi intel Kodam Jaya yang disusupkan PKI. Dia mengaku kepada aparat yang memeriksa dalam suatu penyidikan, Syam adalah kader kepercayaan DN Aidit untuk membentuk Biro Khusus yang tugasnya menginfiltrasi TNI-AD. Anehnya, tak satu pun jajaran anggota Politbiro PKI mengetahui Biro Khusus itu dan di mana Syam berada. Suatu hal yang sama misteriusnya dengan Aidit yang dieksekusi TNI-AD di Boyolali. Eksekusi itu menutup kemungkinan pembuktian Biro Khusus PKI. Peter Dale Scott, melihat banyak kejanggalan. Dalam siaran di RRI, Letkol Untung mengatakan Presiden Soekarno aman di bawah lindungan Dewan Revolusi. Padahal Bung Karno berada di Halim Perdana Kusuma. Dalam susunan Dewan Revolusi Letkol Untung sama sekali tidak pernah menyebut Bung Karno terlibat tragedi 1965. Anehnya di seberang RRI adalah markas Kostrad yang tidak pernah tersentuh. Sama seperti Biro Khusus PKI peran Letkol Untung sulit diketahui. Ia sama seperti Aidit dieksekusi dalam pelariannya di Jawa Tengah. Sedangkan Kol Latief dalam pledoinya menyebut dekat dengan Mayjen Soeharto dan sudah dua kali menyampaikan informasi mengenai rencana kudeta Dewan Jenderal itu. Namun, Soeharto tidak memberi reaksi karena sedang menunggui Tommy anaknya yang sakit di RS Gatot Subroto. Latief disebut sebagai orang kedua setelah Letkol Untung, dalam pledoinya, Dewan Jenderal itu ada dan ingin menggulingkan Bung Karno. Pengungkapan kembali tragedi ini penting, bisa memulihkan penderitaan sejuta rakyat yang pernah disiksa atas tuduhan terlibat G-30-S/PKI, tanpa tahu kesalahannya (11). --- FS Swantoro, peneliti pada Soegeng Sarjadi Syndicate, Jakarta.
[mediacare] Besar, Manfaat Ekonomi PT Freeport Indonesia Bagi Papua
refleksi: Hanya dari satu sumber alam di Papua, pemerintah Jakarta menerima US$ 1,6 milyar pada tahun 2006. Ini tentu hasil pajak, tetapi kalau ditambah dengan deviden dan sumbangan kepada TNI pasti jumlahnya lebih besar lagi. Siapa saja pemegang saham dari pihak Indonesia? http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=4900ses= 13 September 2007 23:40:00 Besar, Manfaat Ekonomi PT Freeport Indonesia Bagi Papua JAKARTA-Manfaat ekonomi PT Freeport Indonesia bagi Papua, lumayan besar. Hal itu bisa dilihat dari penerimaan per tahun yang terus meningkat. Seperti penerimaan Papua dari PT Freeport Indonesia (PTFI) pada tahun 2006 sebesar Rp 1,44 triliun, dimana terjadi peningkatan dibanding penerimaan tahun 2005 sebesar Rp 899,12 miliar. Bahkan sejak tahun 2002 hingga 2006, jumlah penerimaan Provinsi Papua dari PTFI itu mencapai Rp 3,41 triliun. Angka-angka tersebut merupakan hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) yang terangkum dalam Laporan Penelitian Analisa Dampak Ekonomi PT Freeport Indonesia Tahun 2006. Masih menurut laporan tersebut, penerimaan tahun 2006 sebesar Rp 1,44 triliun itu terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 34,06 miliar, Dana Bagi Hasil Pajak Rp 132,50, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Rp 1,07 triliun, Dana Alokasi Umum Rp 188,82 miliar dan Dana Lokasi Khusus dan Otonomi Khusus Rp 13,66. Penerimaan Papua dari PTFI tahun 2006 sebesar Rp 1,44 triliun itu merupakan bagian dari total manfaat ekonomi yang diterima Pemerintah Indonesia dari PTFI selama tahun 2006 yaitu sebesar 1,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 14 triliun yang telah dibayarkan PTFI. Laporan LPEM FEUI itu menyimpulkan bahwa PTFI telah memberikan kontribusi fiskal dalam meningkatkan penerimaan negara yang tidak kecil, baik bagi pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Kontinuitas kontribusi fiskal PTFI tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan penerimaan anggaran pendapatan dan belanja.(*) F11.JPG
Re: [mediacare] Wawancara Tempo dengan World Bank
Disebarkan laporan [dokumen] setebal 48 halaman dan bisa dibaca. Apakah tidak sama dengan press release? - Original Message - From: Yap Hong-Gie [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, September 28, 2007 9:52 AM Subject: [mediacare] Wawancara Tempo dengan World Bank Kalau angka korupsi Pak Harto sejumlah US$ 15-35 miliar bukan bersumber dari World Bank (WB), kenapa WB tidak buat press release resmi, sebagai klarifikasi kepada publik dunia? Atau, motifnya cuma untuk menyelamatkan TIME . - http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,contentMDK:21484546~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:447244,00.html Prakarsa StAR Bukan Hanya untuk Indonesia juga tersedia di: English Diluncurkan di New York pada 17 September lalu, Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative adalah suatu prakarsa internasional untuk membantu negara berkembang mendapatkan kembali aset hasil korupsi yang disembunyikan di luar negeri. Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, melalui Kantor Urusan Obat Terlarang dan Kejahatan (UNODC), menjadi tuan rumah program ini. Dalam dokumen StAR yang dirilis kepada publik, tercantum nama 10 bekas pemimpin disebut sebagai pencuri aset negara bernilai miliaran dolar, termasuk mantan Presiden Indonesia, Soeharto. Untuk mengetahui lebih jauh perihal Prakarsa StAR dan cara kerjanya, Tempo mewawancarai Joel Hellman, Chief Governance Advisor World Bank untuk Asia Timur dan Pasifik, Kamis lalu. Empat tahun menempati pos Jakarta, Hellman pernah menjadi koordinator sejumlah proyek World Bank di Aceh dan Sumatera Utara. Perbincangan dengan wartawan Tempo Arti Ekawati, Budi Riza, dan Hermien Y. Kleden berlangsung di kantor Bank Dunia, Gedung Bursa Efek Jakarta lantai 12, Jakarta Selatan, selama hampir satu jam. Berikut ini petikannya: Pada Rabu pekan lalu, Kepala Bank Dunia Jakarta Joachim von Amsberg menyerahkan dokumen kepada Jaksa Agung Hendarman Supandji. Apa isinya? Saya ada bersama Joachim ketika itu. Yang kami serahkan adalah dokumen yang persis kami berikan ke Tempo sekarang ini, tidak kurang tidak lebih (dokumen StAR-Red). Benarkah Anda juga menyerahkan nomor-nomor bank Soeharto di luar negeri? Sama sekali tidak (tertawa lebar). Kami berbicara tentang Prakarsa StAR, dan menyampaikan kesiapan kami membantu jika pemerintah Indonesia memerlukan bantuan melacak harta hasil korupsi. Perlu saya tegaskan, StAR adalah prakarsa internasional untuk membantu negara berkembang mana saja, dan bukan hanya Indonesia. Apa yang harus disiapkan Indonesia agar segera bisa mendapat akses bantuan StAR? Komitmen pemerintah! Itu yang paling penting. Fungsi kami adalah melakukan koordinasi internasional, asistensi, memberikan pelatihan dan peningkatan kapasitas dalam melaksanakan pengembalian harta hasil korupsi. Banyak yang bilang program ini tak akan bergigi di Indonesia, mengingat korupsi sudah berurat-akar.. Yang membuat program ini bergigi atau tidak adalah kesungguhan pemerintah yang melaksanakannya. Kita melihat contoh sukses dari Nigeria dan sejumlah negara lain. Apakah StAR akan terlibat langsung dalam proses pengembalian harta curian? Yang dapat mengambil aset curian itu adalah negara itu sendiri. Umpama Indonesia mau mengambil kembali harta dari, misalnya, Singapura atau Swiss. Yang melakukannya, ya, bukan Bank Dunia atau PBB, melainkan pemerintah Indonesia sendiri. Tapi prosesnya pasti kompleks dan rumit. Nah, kami akan menyediakan antara lain pelatihan yang tepat, koordinasi internasional, peningkatan kapasitas agar proses itu dapat ditangani secara efektif oleh setiap negara yang berkomitmen. Uang hasil korupsi banyak disimpan di lembaga keuangan negara Barat dan menguntungkan mereka. Bagaimana Bank Dunia membuat mereka bekerja sama? Orang mengatakan Bank Dunia selama cuma berani menceramahi Indonesia dan negara berkembang lain. Sekarang kami akan menceramahi negara maju. Akan kami katakan bahwa kalian negara maju harus turut memikul tanggung jawab soal ini. Bank Dunia dan PBB bisa menggunakan pengaruhnya kepada negara maju, menekan mereka agar lebih terbuka. Dalam dokumen StAR, tercantum nama Soeharto yang diperkirakan mencuri uang US$ 15-35 miliar. Benarkah data ini dari Transparansi Internasional (TI)? Ini isu penting bagi Indonesia dan perlu diklarifikasi. Sulit untuk tahu angka spesifik uang yang telah dicuri, siapa mencuri apa. Kami akui, kami tidak dapat memperkirakan angka yang spesifik. Tapi kami yakin, sejumlah besar dana hilang lewat saluran tertentu. Ada indikasi jumlahnya mencapai miliaran dolar. Jadi, kami menggunakan data Transparansi Internasional, lembaga yang berpengalaman dan berhati-hati dalam pekerjaannya. Data itu penting bagi kami sebagai ilustrasi besaran masalah. Anda yakin program ini akan ada hasilnya? Yang tidak bisa saya janjikan adalah dengan ikut
[mediacare] Antara Sydney dan New York
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=305722 Jumat, 28 Sept 2007, Antara Sydney dan New York Oleh Goei Tiong Ann Jr Paradoks Getir Hutan Indonesia Merusak Hutan Menghancurkan Kehidupan(Ahli Botani Manuel Fidalgo) Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan, Indonesia akan memperjuangkan kompensasi atas emisi karbon dari negara-negara maju yang diserap hutan-hutan tropis kita. Wapres menegaskan, Indonesia akan menunjukkan bukti aktivitas pihak-pihak internasional yang bertanggung jawab terhadap kerusakan hutan di Indonesia. Dia menambahkan, bukan hanya tugas Indonesia untuk menjaga hutan kita, tapi tanggung jawab dunia (Jawa Pos, 27/9). Pernyataan Wapres perlu dikritisi. Sebab, pernyataan itu seolah mengesankan kesalahan hanya ada pada pihak lain. Negara-negara maju yang dituding Wapres sebenarnya mulai menyadari andilnya dalam merusak hutan tropis. Lihat, mereka berani merogoh kocek untuk menyelamatkan hutan tropis kita. Misalnya, dalam ajang KTT APEC di Sydney (8-9 September), Presiden SBY mendapatkan bantuan 30 juta dolar Australia dari pemerintah Australia untuk pengelolaan hutan Kalimantan. Jumlah itu bisa meningkat menjadi 100 juta dolar Australia dalam periode empat tahun. Bantuan juga didapat dari AS. Dalam pertemuan khusus dengan Presiden SBY di Sydney (9/9), Bush memberikan 20 juta USD yang berasal dari pajak warganya guna mengatasi penggundulan hutan di negeri kita. Bantuan-bantuan tersebut merupakan upaya menekan emisi CO (karbon) sehingga global warming bisa ditekan. *** Hutan dan kaitannya dengan pemanasan global memang kian menjadi isu sentral dan signifikan. Bahkan dalam Forum Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB di New York (25/9), Presiden SBY menyerukan kepada dunia internasional untuk turut terlibat dalam upaya penanggulangan dampak perubahan iklim, di antaranya lewat bantuan menyelamatkan hutan tropis. Presiden RI juga menggalang kemitraan dengan para pemimpin dari negara-negara pemilik hutan tropis. Memang kalau kita bicara pemanasan global, hutan tropis seperti di negeri kita bisa menjadi gantungan terakhir untuk menekan pemanasan itu. Hutan tropis punya kemampuan menetralisasi buangan karbon. Hutan tropis juga mampu menyerap secara alami kandungan karbon di udara dan mengendalikan kenaikan suhu ataupun meredam gas rumah kaca. Sayang, kerusakan hutan kita makin sulit dihentikan. Bahkan, saat Presiden RI berbicara di New York guna menyelamatkan hutan tropis, kebakaran dalam skala besar tengah menghabiskan 13 kawasan hutan lindung di Kalbar. Dua heli PMK jenis Kamov 32 A yang disewa Dephut sebesar Rp 26 miliar dari Korsel pun tak bisa mengatasi kebakaran tersebut (Jawa Pos, 25/9). Selain kebakaran, illegal logging turut memacu laju deforestasi. Untuk praktik seperti itu, tentunya kesalahan tidak bisa ditimpakan pada negara-negara maju. Kebijakan pemerintah, yang diawali rezim Orba, hanya setengah hati untuk melestarikan hutan kita. Bahkan, para aktivis lingkungan seperti Greenpeace atau Walhi menyebut kebijakan kehutanan Orba yang berlangsung hingga rezim sekarang amat eksploitatif dan destruktif. UU Pokok Kehutanan No 5/1967, UU Pokok Pertambangan No 11/1967, PP No 21/197 tentang Pemberian Konsesi untuk Hak Pengusahaan Hutan adalah regulasi yang memberikan legitimasi bagi kerusakan dan memacu laju deforestasi. Pada dasawarsa 1970-an, angka deforestasi seluas 300 ribu hektare per tahun. Pada 1980-an, meningkat menjadi 600 ribu hektare per tahun. Pada 1990-an menjadi 1 juta hektare per tahun. Jumlah total deforestasi nasional 1985-1997, belum termasuk Papua, tercatat seluas 1,6 juta hektare per tahun. Deforestasi periode 1997-2000 mencapai rata-rata 2,83 juta hektare per tahun untuk lima pulau besar, termasuk Maluku dan Papua. Berdasar data terbaru, deforestasi 2001-2003 menjadi di bawah 1,5 juta hektare per tahun.Tidak heran seperti diungkapkan Greenpeace, kepunahan hutan kita mencapai 70 persen. *** Silakan pemerintah RI menuntut kompensasi pada negara-negara maju atas kerusakan hutan. Itu menjadi hak kita. Tapi, jangan lupa kita juga perlu memikirkan hutan kita punya environmental right yang harus dibela. Hak seperti itu perlu disuarakan karena hutan jelas tidak bisa membela dirinya. Untuk itu, sebenarnya yang dibutuhkan ialah penegakan hukum. Lihat para cukong dan pembalak liar atau perusak hutan lain yang hanya divonis ringan. Tak heran, birokrat dan aparat kita tak takut untuk ikut bermain dalam praktik tersebut. Silakan saja kita menyalahkan negara maju yang juga gemar menyalahkan negeri tropis seperti RI. Namun, pemerintah RI juga harus berani menunjuk hidung sendiri. Tidak etis terus menyalahkan negara-negara maju sambil menuntut kompensasi dari mereka, tetapi di dalam negeri, kita justru tak bisa menghentikan laju kerusakan dan deforestasi. Kita belum mencapai level bangsa yang dewasa, jika hanya bisa menyalahkan kerusakan hutan ini ada pada pihak lain. Jadi, antara KTT
[mediacare] PK TIME Asia demi Kebebasan Pers
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=305726 Jumat, 28 Sept 2007, PK TIME Asia demi Kebebasan Pers Oleh Prija Djatmika Peringkat kebebasan pers di Indonesia tahun ini dalam catatan organisasi wartawan internasional di Paris, Reporter tanpa Perbatasan (Reporters Sans Forntieres/RSF), dipastikan akan jauh merosot dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penyebab utamanya adalah adanya keputusan kasasi Mahkamah Agung (MA) yang memenangkan gugatan mantan Presiden Soeharto kepada majalah TIME Asia dengan hukuman denda Rp 1 triliun. Pada 2002, di era semangat reformasi masih panas-panasnya, kebebasan pers di Indonesia dicatat RSF ada di peringkat ke-57 di antara 139 negara yang dipantau. Seiring berjalannya waktu, ketika pers banyak diperkarakan di pengadilan dengan tuduhan pencemaran nama baik, peringkat kebebasan pers di Indonesia terus merosot. Pada 2003, kebebasan pers Indonesia berada pada peringkat ke-111 di antara 166 negara yang dipantau. Pada 2004 merosot lebih jauh lagi ke peringkat 117 di antara 167 negara yang diamati. Pada 2007 ini, dipastikan dengan adanya keputusan MA itu, peringkat kebebasan pers Indonesia akan jauh merosot lagi. Pasal Pencemaran Nama Baik Sesungguhnya, apa yang dilakukan para pengacara Soeharto, yakni dengan memperkarakan kasus pencemaran nama baik majalah TIME Asia kepada kliennya melalui gugatan perdata, sudah sesuai dengan semangat reformasi yang sejauh mungkin menghindarkan wartawan dari penjara. Namun, jumlah denda yang dijatuhkan MA sungguh di luar kepatutan dan kepantasan rasa keadilan publik. Sepengetahuan saya, sebagaimana juga diungkapkan Todung Mulya Lubis, pengacara TIME Asia, belum pernah ada media di dunia ini yang dihukum denda Rp 1 triliun. Keputusan pengadilan seperti itu tidak hanya membangkrutkan perusahaan-perusahaan pers, tetapi juga mengancam kualitas kebebasan pers di negara bersangkutan. Sebagaimana ancaman pidana penjara terhadap kerja jurnalistik yang akan membuat para wartawan melakukan swasensor beritanya karena bayang-bayang pidana penjara yang mengikutinya selalu. Jika ditilik lebih jauh, sebagian besar sengketa pemberitaan pers yang berujung ke pengadilan senantiasa berhubungan dengan kepentingan publik. Bagi pers, itu pilihan yang sulit dihindarkan. Dengan demikian, pemberitaan yang mengandung kontrol sosial semacam itu merupakan amanat yang harus diemban pers, seperti ditegaskan dalam pasal 3 UU Pers (UU No 40/1999). Yakni, pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi kontrol sosial itulah yang membuat pers harus bersinggungan dengan kepentingan -dan nama baik- tokoh publik. Baik tokoh itu duduk di lembaga pemerintahan maupun lembaga bisnis. Pemberitaan pers tersebut kemudian berbuah menjadi perkara hukum, jika para tokoh publik itu merasa terusik harga diri dan kepentingannya. Faktor-faktor itulah yang menjadi modal untuk mengajukan perkara ke pengadilan, baik secara perdata maupun pidana, dengan menggunakan pasal pencemaran nama baik. Peninjauan Kembali Tentu saja keadaan tersebut menghambat terciptanya good governance, terutama untuk pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pada saat yang sama, konstelasi itu juga akan berimplikasi negatif terhadap pelaksanaan kualitas kebebasan pers. Karena itu, banyak negara yang telah memperbarui hukumnya, yakni dengan cara mengubah pasal pencemaran nama baik dari hukum pidana ke perdata dengan sanksi denda proporsional yang tidak akan membangkrutkan perusahaan pers bersangkutan. Di antaranya adalah Republik Afrika Tengah (2004), Togo di Afrika Barat (2004), serta Ghana, Uganda, Timor Lorosae, dan Nederland (1992). Selain itu, Amerika Serikat, Sri Lanka, Jepang, El Salvador, dan Ukraina. Sayang, gairah tersebut belum menyentuh semangat para pembuat RUU KUHP kita yang masih memasukkan pasal pencemaran nama baik sebagai salah satu delik pers (pasal 511). Selain itu, tetap ada dalam wilayah hukum perdata kita (pasal 1365, 1372 dan 1376 KUH Perdata). Melihat kenyataan hukum di Indonesia seperti ini, dalam pertemuan sekitar 40 wakil asosiasi jurnalistik Asia-Pasifik pada 7-10 Juli 2005 di Taipei, dihasilkan resolusi tentang Indonesia. Resolusi tersebut berisi tentang desakan agar pemerintah Indonesia mengubah pasal pencemaran nama baik dari pidana ke perdata sehingga sanksi yang dijatuhkan bukan hukuman penjara, tetapi hukuman denda yang proporsional. Tentu saja hukuman denda ganti rugi sebesar Rp 1 triliun yang dijatuhkan MA kepada majalah TIME Asia jauh dari proporsional. Ketentuan perdata memang tidak membatasi besarnya ganti rugi yang harus diputuskan hakim, namun harus didasarkan pada rasa kepatutan, kepantasan, serta aspirasi keadilan hakim dan publik. Rasa keadilan hakim mestinya menyadari bahwa hukum yang tidak adil bukanlah hukum (unjustice law is not law). Apabila keputusan seperti itu dipaksakan, yang terjadi adalah pembangkangan terhadap hukum.
Re: [mediacare] Re: Besar, Manfaat Ekonomi PT Freeport Indonesia Bagi Papua
Supaya Anda tahu. Pendapatan perusahaan - segala onkos [termasuk pajak] = laba atau rugi. Tentu dalam hal ini PTFI memperoleh laba. Laba ini biasanya sebahgian antara lain reinvestasi adan sisanya dibagi-bagi kepada pemegang saham. Makin banyak jumlah saham dimiliki Anda , makin besar duit masuk kantong Anda. Kalau tidak keliru Indonesia hanya memiliki kurang lebih 13% dari saham PTFI, dimana 10% adalah milik privat dan 3 % milik NKRI. Yang menarik ialah siapa saja privat Indonesia yang memiliki 10% itu. - Original Message - From: irwank To: mediacare@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, September 28, 2007 11:21 AM Subject: [mediacare] Re: Besar, Manfaat Ekonomi PT Freeport Indonesia Bagi Papua Quote: .. Laporan LPEM FEUI itu menyimpulkan bahwa PTFI telah memberikan kontribusi fiskal dalam meningkatkan penerimaan negara yang tidak kecil, baik bagi pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Kontinuitas kontribusi fiskal PTFI tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan penerimaan anggaran pendapatan dan belanja.(*) .. Pajak itu berapa persen dari keuntungan? 'Sisanya' lari ke mana? Lebih besar pajak atau 'sisanya'? Sorry jadi personalnya yang dibahas, LPEM FEUI ini isinya orang pinter atau minterin publik sih? Wassalam, Irwan.K On 9/28/07, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: refleksi: Hanya dari satu sumber alam di Papua, pemerintah Jakarta menerima US$ 1,6 milyar pada tahun 2006. Ini tentu hasil pajak, tetapi kalau ditambah dengan deviden dan sumbangan kepada TNI pasti jumlahnya lebih besar lagi. Siapa saja pemegang saham dari pihak Indonesia? http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=4900ses = 13 September 2007 23 :40:00 Besar, Manfaat Ekonomi PT Freeport Indonesia Bagi Papua JAKARTA-Manfaat ekonomi PT Freeport Indonesia bagi Papua, lumayan besar. Hal itu bisa dilihat dari penerimaan per tahun yang terus meningkat. Seperti penerimaan Papua dari PT Freeport Indonesia (PTFI) pada tahun 2006 sebesar Rp 1,44 triliun, dimana terjadi peningkatan dibanding penerimaan tahun 2005 sebesar Rp 899,12 miliar. Bahkan sejak tahun 2002 hingga 2006, jumlah penerimaan Provinsi Papua dari PTFI itu mencapai Rp 3,41 triliun. Angka-angka tersebut merupakan hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) yang terangkum dalam Laporan Penelitian Analisa Dampak Ekonomi PT Freeport Indonesia Tahun 2006. Masih menurut laporan tersebut, penerimaan tahun 2006 sebesar Rp 1,44 triliun itu terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 34,06 miliar, Dana Bagi Hasil Pajak Rp 132,50, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Rp 1,07 triliun, Dana Alokasi Umum Rp 188,82 miliar dan Dana Lokasi Khusus dan Otonomi Khusus Rp 13,66. Penerimaan Papua dari PTFI tahun 2006 sebesar Rp 1,44 triliun itu merupakan bagian dari total manfaat ekonomi yang diterima Pemerintah Indonesia dari PTFI selama tahun 2006 yaitu sebesar 1,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 14 triliun yang telah dibayarkan PTFI. Laporan LPEM FEUI itu menyimpulkan bahwa PTFI telah memberikan kontribusi fiskal dalam meningkatkan penerimaan negara yang tidak kecil, baik bagi pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Kontinuitas kontribusi fiskal PTFI tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan penerimaan anggaran pendapatan dan belanja.(*) -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.33/1034 - Release Date: 9/27/2007 5:00 PM
[mediacare] Genealogi Kejumudan Pemikiran Islam
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=305724 Jumat, 28 Sept 2007, Genealogi Kejumudan Pemikiran Islam Oleh Fahrul Muzaqqi Islam merupakan pengingkaran total terhadap Eropa (Ernest Renan, 1824) --- Ungkapan di atas disampaikan Ernest Renan dalam pengukuhannya di College de France, akademi di Prancis yang memberikan penghargaan kebudayaan terhadap Ernest. Olehnya, Islam direpresentasikan sebagai eksotisme kebudayaan yang identik dengan fanatisme, radikalisme, dan tentunya ekslusivisme yang anti terhadap ide-ide yang terus berkembang dalam ilmu pengetahuan. Persepsi Ernest sekaligus pula merupakan representasi pandangan Barat yang selalu melihat negatif terhadap Islam. Tentunya, persepsi tersebut mempunyai alasan-alasan mendasar yang kuat. Di antaranya, Islam cenderung terjebak dalam teokrasi kekuasaan dan teologi pemikiran yang eksklusif. Pembelaan dari sebagian intelektual Islam pun semakin memantapkan sentimen negatif Barat terhadap Islam. Bahwa Islam itu sudah sempurna dan universal sepanjang zaman. Modernisasi dan pembaruan terhadap Islam percuma belaka dan hanya membawa Islam dalam kubangan yang lembek, lemah, dan hina. Dalam hal itu, kejumudan pemikiran Islam dalam OKP-OKP Islam saat ini tidak dapat dilepaskan dari latar historis-genealogis di atas yang masih diperdebatkan hingga kini. Dalam sebuah pengantarnya, Charles Kurzman (1998) mengategorikan setidaknya ada tiga mainstream pemikiran Islam yang menurunkan varian-varian pemikirannya. Pertama, Islam adat (customary Islam). Tradisi pemikiran itu berkembang pada masa awal sepeninggal Rasulullah SAW yang mengombinasikan lokalitas kultural di daerah-daerah penyebaran Islam di luar Arab (Asia Selatan, Asia Tenggara, dan sebagian Afrika) dengan ajaran-ajaran murni Islam yang berlandaskan Alquran dan Hadis. Kedua, tradisi pemikiran Islam revivalis (revivalist Islam). Tradisi itu mengkritik dan menolak tradisi Islam adat yang dinilai sudah keluar dari Islam dan cenderung mengarah pada bid'ah, khurafat, dan musyrik. Mengapa? Sebab, itu tidak sejalan dengan kemurnian ajaran Islam yang diwahyukan Rasulullah Muhammad SAW dan memelintir Islam kepada tradisi lokal berbau animisme-dinamisme, yakni percaya kepada kekuatan selain Allah SWT. Ia menghendaki dimurnikannya ajaran Islam sebagaimana pada masa kejayaan Islam, yakni masa Rasulullah SAW yang sudah final. Ketiga, tradisi Islam liberal. Di samping mengkritik dua tradisi pemikiran sebelumnya, ia lebih mengakomodasi perkembangan zaman untuk kepentingan masa depan ketimbang masa lalu yang kontras dengan prinsip yang dipegang oleh kalangan revivalis, yang lebih mengakomodasi perkembangan zaman untuk kepentingan masa lalu. Dalam perjalanan sejarahnya, ketiga tradisi pemikiran tersebut saling mengkritik untuk memperoleh legitimasi pemikiran dan pengikut sebanyak-banyaknya. Tak jarang terjadi pertumpahan darah atas nama ideologi pemikiran di antara mereka. Agaknya, kita perlu jeli dan berhati-hati dalam menyikapi ketiga tradisi pemikiran tersebut sebelum memutuskan dengan ekstrem ekslusivitas maupun inklusivitas dalam Islam yang akan kita pegang. Kejumudan pemikiran dalam Islam cenderung tidak melihat kenyataan sejarah Islam yang sedikit banyak mengundang perang saudara maupun perang wacana. Lebih parah, Islam hanya dijadikan komoditas simbolis untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan pragmatis-politis individu ataupun komunitas. Islam adat menghendaki lokalitas-lokalitas yang ada untuk dipertahankan, namun sering abai dalam mengantisipasi penyelewengan kearifan lokal yang mengarah pada kemunduran rasionalitas dalam masyarakat. Dengan dalih penghormatan terhadap warisan nenek moyang, praktik-praktik lokal dimistifikasi, yang kemudian menimbulkan kesalahpahaman ketika dikontekskan dalam relaitas masyarakat. Masyarakat awam sering menelan mentah-mentah segala ide yang dianut oleh mayoritasnya. Dalam hal itu, praktik-praktik semacam ziarah, sedekah bumi, sekaten, wayangan, dan sebagainya yang kental dengan nuansa lokal hendaknya dijelaskan secara mendalam dan gamblang oleh OKP-OKP Islam yang punya mainstream dan tanggung jawab etis untuk itu. Di sisi lain, penganut tradisi pemikiran revivalis hendaknya tidak memungkiri kenyataan masyarakat Indonesia yang multireligio-kultural dan perkembangan zaman yang kian cepat. Artinya, fundamentalisme Islam yang dianggap sudah final, yang dalam praktiknya identik dengan Arabisme -penggunaan simbol-simbol Arab dan penolakan simbol-simbol Barat- tidak dapat secara membabi-buta memaksakan ideologinya dalam masyarakat. Begitu pun penganut inklusivisme ekstrem semacam Islam liberal. Dikotomi tegas antara agama dan politik yang dianut kalangan sekularis menafikan kenyataan negara Indonesia yang masih mengakomodasi agama dalam sila pertama Pancasila. Namun, bukan berarti penulis kemudian menolak ketiga tradisi pemikiran tersebut. Segala wacana tentunya mempunyai prinsip-prinsip inklusi dan eksklusi
[mediacare] Kasus Majalah Time Dinilai Langgar UU Pers
http://www.antara.co.id/arc/2007/9/28/kasus-majalah-time-dinilai-langgar-uu-pers/ 28/09/07 21:11 Kasus Majalah Time Dinilai Langgar UU Pers Jakarta (ANTARA News - Anggota Dewan Pers, Leo Batubara menilai putusan Mahkamah Agung (MA) terhadap kasus majalah Time versus mantan Presiden Soeharto melanggar UU No 40/1999 tentang Pers dalam empat hal. Leo menyampaikan hal tersebut dalam diskusi panel yang digelar oleh Koordinator Nasional Persatuan Wartawan Indonesia Reformasi (PWIR) berjudul Mengurai Sumbat Kebebasan Pers pada Kasasi Mahkamah Agung di Jakarta Media Center, Kebon Sirih, Jakarta, Jumat sore. Pertama, menurut UU Pers hasil investigasi Time Asia itu telah memenuhi kode etik jurnalistik sehingga tidak sepatutnya dihukum, kata Leo. Denda sebesar Rp1 triliun yang dikenakan kepada Time juga disebut Leo melanggar pasal 18 ayat (2) UU Pers yang membatasi jumlah denda maksimal Rp500 juta. Selain itu, hukuman yang dikenakan terhadap wartawan juga disebut Leo melanggar UU Pers karena pertanggungjawaban harusnya dilakukan secara corporate. Bila pers salah, wartawan dilindungi dan perusahaan yang membayar ganti rugi, katanya. Permintaan maaf yang diminta mantan Presiden Soeharto juga dinilai berlebihan karena seharusnya permintaan maaf hanya dimuat di media yang bersangkutan. Pengacara majalah Time Asia Todung Mulya Lubis yang juga hadir dalam diskusi itu menekankan mengenai putusan yang dinilainya tanpa melalui pertimbangan hukum yang matang. Dari 35 halaman putusan MA yang menghebohkan itu, cuma ada 2,5 halaman pertimbangan hukum, kata Todung. Ia kemudian membandingkan dengan kasus Harian Garuda di Medan pada tahun 1989 yang dituduh mencemarkan nama baik PT Anugerah Langkat Makmur. Mahkamah Agung waktu itu memenangkan harian Garuda dengan pertimbangan hukum antara lain apa yang diberitakan pers tidak mesti kebenaran yang bersifat absolut dan MA menghormati mekanisme penyelesaian permasalahan akibat pemberitaan pers dengan menggunakan hak jawab. Jika membaca putusan kasus Garuda pertimbangan hukumnya cukup bernas, cukup panjang dan putusan itu merupakan `milestone` dari perkembangan pers di Indonesia, kata Todung. Majalah Time sendiri sedang mengupayakan proses peninjauan kembali (PK) terhadap kasus tersebut dengan menghadirkan bukti (novum) baru.(*)
[mediacare] MA Ancam Kebebasan Media
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=305391 Rabu, 26 Sept 2007, MA Ancam Kebebasan Media Kekalahan Time Asia Gembosi Kejagung SURABAYA - Advokat senior Todung Mulya Lubis memiliki penilaian tersendiri terkait putusan kasasi MA yang mengabulkan gugatan Soeharto terhadap majalah Time Asia. Menurut Todung, dikabulkannya gugatan Soeharto itu menjadi preseden buruk bagi masa depan media di Indonesia. Jika media sudah dipersalahkan dalam pemberitaan, katanya, masa depan kebebasan media akan lebih buruk lagi. Tidak tertutup kemungkinan, narasumber dan wartawan turut digugat, ujarnya seraya menambahkan bahwa pada akhirnya, media menjadi takut memberitakan sesuatu. Todung yang juga penasihat hukum Time Asia itu menjelaskan bahwa sebenarnya putusan kasasi MA banyak yang bisa menjadi yurisprudensi bagi putusan-putusan kasasi berikutnya untuk melindungi kebebasan media. Mantan ketua Dewan Pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) itu memberikan contoh yang terjadi 15 tahun silam. Saat itu, katanya, putusan kasasi MA terhadap Harian Garuda di Medan sangat progresif. Dalam amar putusan kasasinya, MA menyebut tidak pernah ada kebenaran absolut dalam pemberitaan di media. Kebenarannya selalu bersifat ilusif. Sejauh wartawan melakukan fungsinya, seperti cover both side, tidak ada kecerobohan, atau niat jahat yang disengaja, dan telah sesuai dengan kaidah jurnalistik, maka pemberitaan haruslah dianggap benar. Tidak bisa digugat. Putusan itu juga menegaskan bahwa tidak pernah ada berita yang sepenuhnya akurat, katanya. Menurut Todung, berita adalah fakta jurnalistik yang berbeda dengan fakta hukum. Sehingga, lanjutnya, ketika wartawan media dituntut membuat berita yang mengandung kebenaran absolut, maka kebebasan pers akan mati sebelum lahir. Praktisi hukum itu mengatakan bahwa pemberitaan Time mengenai Soeharto bukan hal yang baru dan membuat pembaca menganga. Sebab, pada 1999/2000, Soeharto diberitakan habis-habisan. Bahkan, saat itu nyaris tidak ada berita yang tidak menyebutkan KKN Soeharto. Itu juga diperkuat oleh munculnya TAP MPR No 11/1999 yang di dalamnya menyebutkan bahwa kewajiban negara untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap dugaan KKN oleh Soeharto, keluarga, dan kroninya. Berita Time yang digugat itu juga kurang lebih serupa dengan berita-berita di berbagai media Indonesia. Malah sebelum Time menerbitkan berita tersebut didahului dengan penelitian selama empat bulan di sebelas negara. Wartawan Time bisa mendapatkan foto rumah Soeharto di Selandia Baru, Beverly Hills, dan London. Mereka juga mengetahui perusahaan milik Tutut dan Tommy, ujarnya. Jadi, berita Time itu demi kepentingan umum. Karena demi kepentingan umum itulah, maka tidak bisa dipersalahkan. Baik pidana maupun perdata, jelas pengacara yang biasa tampil dandy itu. Todung juga menilai putusan kasasi MA menggembosi upaya-upaya Kejagung yang saat ini sedang giat-giatnya menggugat Soeharto. Sekarang Soeharto bisa bilang, berita Time itu tidak betul. Buktinya, kalah di pengadilan. Jadi, tidak bisa dijadikan rujukan, katanya. (
Re: [mediacare] YAHUDI lagi....
Tidak boleh bersahabat dengan Yahudi dan Nasrani itu sudah diatur oleh Allah. Kalau Anda tidak percaya, silahkan buka Al Quran dan lihat pada ayat 5:51. Mengapa tidak boleh bersahabat? Tentunya disebabkan kebencian. Jadi Allah itu rasis? Hehehehe. - Original Message - From: Willy Samosir To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, September 28, 2007 11:54 AM Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi kebodohan aj si pak, soalnya benci yahudi itu kan krn rasis aj sebenernya..lebih lagi, yahudi itu kan suku yang berasal dari keturunan anak ke-4-nya nabi yakub alias israel..mgkn kebencian pada yahudi jg dsebabkan krn adanya neo-nazi..eh tp klo dblg yahudi jenius musik saya krg setuju jg, krn Johann Sebastian Bach, Beethoven, bahkan Kurt Cobain, Pance F. Pondaag dan Benyamin Su'eb itu ga ada yahudi2nya.. - Original Message From: roi8890 [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, 28 September, 2007 10:03:04 AM Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi bukannya Yahudi itu 'dikutuk' punya otak yang encer ya? coba deh riset pelaku bisnis top di dunia, gw pikir sih mayoritas orang yahudi juga. Coba juga riset penerima nobel... --- Henny [EMAIL PROTECTED] n.com wrote: Saat ini saya sedang menyusun dan mempelajari musical dari beberapa Broadway Musical al seperti: - West Side Story - Man of La Mancha - The Sound of Music - The Full Monty - Annie - Fiddler on The Roof Ternyata karya-karya musical besar majority dibuat oleh tokoh-tokoh keturunan Yahudi dan kelahiran New York tahun 1895-1930. Kebanyakan adalah kelahiran 1918 dan salah satu yang tidak asing tentunya Leonard Berstein. Pasti deh banyak yang tahu karyanya sebutkan saja Somewhere, Tonight, Maria. Bukan hanya karya mereka menerima Oscar, Grammy, Emmy, Tony bahkan Pulitzer. Sutradara West Side Story Mr. Jerome Robbins ternyata belajar menari dari Yeichi Nimura. Wah keturunan Jepang gimana ini koq bisa ..dan gimana ya mau bersaing ternyata banyak sekali yang beberapa langkah mendahului kita ya. Yang istimewa adalah David Yazbeck kelahiran tahun1960 dalam The Full Monty. Beliau berasal dari ayah keturunan Yahudi dan ibu keturunan Arab. Musisi ulung ini diusia 26 tahun sdh memenangkan Emmy selain menulis juga menjadi producer terhadap group band dan musisi besar lainnya seperti Queen, Tito Puentes. Ini belum termasuk beberapa Yahudi lainnya seperti Irving Berlin kelahiran tahun 1888 yg berimigrasi ke US tahun 1893. Siapa nggak kenal lagu White Christmas, Always, Blue Skies, God Bless America, Anything You Can do (I can do better), Change Partner, Cheek to cheek. Let your self Go , How deep is the Ocean, Let face the music and dance Wadduh saya nggak habis pikir apa ya alasan orang membenci YAHUDI ya.kayaknya bukan agama saja lho MAS..tapi SIRIK juga kali ya. Tapi aku koq nggak ada tuh rasa bencinya, malah kagum. Mungkin karena tak pernah diajarkan membenci kali ya Aduh.Ini aku yang salah tempat dilahirkan ataukah mereka yang salah terdampar... pusing. ..tapi pasrah deh...takdir. HH _ _ _ _ _ _ Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out. http://answers. yahoo.com/ dir/?link= listsid= 396545433 -- For ideas on reducing your carbon footprint visit Yahoo! For Good this month. -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.33/1034 - Release Date: 9/27/2007 5:00 PM
[mediacare] Menelusuri Awal Masuknya Islam di Sulsel
http://www.tribun-timur.com/view.php?id=48899jenis=Opini Jumat, 14-09-2007 Opini Tribun Menelusuri Awal Masuknya Islam di Sulsel Oleh: Amir Djumbia, Staf Publikasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar Berbagai peninggalan sejarah dan purbakala di Sulawesi Selatan (Sulsel) sampai sekarang ini masih banyak yang belum terungkap, termasuk keberadaan masjid di Mangallekana Kabupaten Gowa dan pelaksanaan Islam sebelum abad 16. Kronologis keberadaan Islam sebagai bukti sejarah, Islam di Sulsel masih membutuhkan pengkajian yang mendalam supaya sejarahnya lebih objektif. Kehadiran budaya Islam pertama kali di Kerajaan Gowa jauh sebelum diterimanya agama Islam sebagai agama resmi kerajaan. Agama Islam dibawah oleh para pedagang Muslim dari Arab, Parsia, India, Cina, dan Melayu ke Ibu Kota Kerajaan Gowa, Somba Opu. Di Mangallekana Pada abad ke-15, yaitu pada masa pemerintahan Raja Gowa ke- 12 bernama I Monggorai Dg Mammeta Karaeng Bonto Langkasa Tunijallo (1565-1590) dialah yang memberikan fasilitas bagi para pedagang-pedagang Muslim untuk bermukim di sekitar istana kerajaan. Para pedagang juga diberi kemudahan untuk mendirikan masjid di Kampung Mangallekana. Ini merupakan masjid tertua yang pernah berdiri di Sulsel. Menurut perkiraan, penduduk Makassar pada abad ke-16 sudah memeluk Islam. Mereka sudah ada di masyarakat dan berbaur dengan masyarakat Gowa atau berinteraksi sosial antar individu dan berintreraksi jual-beli atau hubungan dagang. Itu berlansung lama. Suasana seperti itu berlangsung lama di dalam wilayah Kerajaan Gowa dan di luar pusat Kerajaan Gowa utamanya dalam hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Ternate, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan yang jauh lebih dahulu memeluk Islam. Raja Gowa Menurut lontara, pada tahun 1605 Masehi, Islam diterima secara resmi di Kerajaan Tallo dan Gowa disusul dengan masuknya Islam Raja Tallo I Sultan Abdullah Awwalul Islam dengan Raja Gowa XIV, I Mangarangi Dg Manrabbia Sultan Alauddin pada tanggal 22 September 1605 Masehi. Kedua raja ini masuk Islam pada malam Jumat. Raja Tallo keesokkan hari langsung salat Jumat di Masjid Tallo bersama rakyatnya yang Islam. Menurut catatan Harian Lontarak yang mengizinkan Raja Tallo dan Raja Gowa masuk islam adalah khatib Abdul Makmur Dato Ri Bandang asal Kota Minangkabau. Dua tahun kemudian, yakni tahun 1607, seluruh rakyat Tallo dan Gowa telah berhasil diislamkan. Dengan penekanan dakwa mengembangkan syariat Islam di kalangan rakyat, Dato Ri Bandang berhasil menyebarkan Islan di kalangan karajaan. Berbeda dengan sahabatnya, khatib yang bungsu bernama Abdul Jawad yang menyebarkan Islam di wilayah bahagian selatan Sulsel utamanya di Bulukumba yang menekankan pelajaran Tasawwuf kepada rakyat sesuai dengan keinginan masyarakat yang lebih menyukai hal-hal yang bersifat kabatinan. Khatib Abdul Jawad inilah yang menjadi mubalig sampai akhir hayatnya di Tiro Kabupaten Bulukumba, sehingga digelar sebagai Datok Ri Tiro. Kerajaan Luwu Khatib Sulaiman yang menyebarkan Islam di Tanah Luwu berhasil mengislamkan Datu Luwu La Patiware Dg Parrebung, kemudian diberi gelar Sultan Muhammad. Khatib Sulaeman menyebarkan agama lebih menenkankan pada pengetahuan tauhid, yang diajarkan kepada masyarakat yang berkaitan pada kepercayaan Dewa Seuwae. Sebagai ganti Dewa Seuwae masyarakat diajarkan untuk mempercayai adanya Allah SWT. Khatib Suleman meninggal di Luwu Utara dan dimakamkan di Desa Patimang sehingga juga disebut Dato Patimang. Suasana masyarakat Sulsel pada sekitar akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 sibuk mempelajari agama baru, Islam. Kala itu Islam disebarkan dan diajarkan oleh ketiga ulama dari Minangkabau, Dato Ri Bandang, Datok Ri Tiro, dan Dato Patimang. Ketiga penyiar Islam ini berkerja sama dengan bangsawan dan kerabat kerajaan di istana raja. Para bangsawan dan kerabat kerajaan berusaha secara berangsur-angsur mengetahui dan memahami ajaran-ajaran Islam melalui pengajian, pengkajian Al Quran, salat berjamaah, dan diskusi-diskusi. Melalui Pedagang Kalau kita melihat dari sumber sejarah, bahwa penyebaran Islam di Indonesia khususnya di Sulsel dilakukan oleh parah saudagar Muslim yang mengadakan kontak dagang antarpulau baik dengan pedagang dalam negeri maupun dengan dagang antarnegara. Dapatlah dipahami bahwa yang mula-mula membawa agama Islam ke Sulsel adalah pelaut-pelaut dari Arab, kemudian saudagar-saudagar India, dan Iran. Selanjutnya Islam disiarkan oleh pedagang-pedagang dari Melayu dan dari Jawa. Berdasarkan kajian sejarah Islam sudah berpengaruh di Jawa sekitar tahun 1500-1550 M yaitu pada masa pemerintahan Kerajaan Demak. Pengaruh Islam semakin kuat setelah Malaka direbut oleh Portugis pada tahun 1511 M. Setelah jatuhnya Malaka ketangan Portugis, semakin banyak kerajaan Islam di Pulau Jawa dan
[mediacare] CIA dan Gerakan Separatis
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=308359kat_id=16 Rabu, 26 September 2007 CIA dan Gerakan Separatis Oleh : Zaenal Ma'arif Mantan Wakil Ketua DPR Sebagai satu-satunya negara super power setelah runtuhnya Uni Soviet, Amerika Serikat (AS) merasa menjadi polisi dunia dan bisa berlaku sewenang-wenang terhadap negara lain yang dipandang menjadi musuh potensialnya. Maka pemerintah AS menilai negara lain yang tidak sejalan dengan policy-nya untuk menguasai dunia dianggap sebagai 'poros kejahatan'. Maka Irak menjadi korban kedua setelah Afghanistan. Rakyat Irak dan Afghanistan sampai sekarang sangat menderita akibat keangkaramurkaan rezim Presiden George W Bush yang dikenal berideologi evangelish fanatik. Namun rakyat Irak dan Afghanistan ternyata tidak mudah untuk ditaklukkan AS, berbeda dengan rakyat Panama dan Grenada yang mudah menyerah setelah AS melakukan invasi militer ke negara di Amerika Tengah itu (1983). Terbukti mereka tidak berani melakukan perlawanan total dan menyerah kepada AS menyusul kejatuhan pemerintahannya. Barangkali para pembuat policy strategis di Washington berpikir AS akan dengan mudah menaklukkan kedua negara Muslim tersebut sebagaimana Panama dan Grenada. Namun ternyata perhitungan tersebut meleset dan sampai sekarang lebih dari 4.000 tentara AS mati sia-sia di Irak dan Afghanistan serta jumlahnya setiap hari terus bertambah. Bahkan Presiden Bush terus berusaha agar tidak kehilangan muka untuk keluar dari kedua negara tersebut sebagaimana di Vietnam dulu. Pemerintah AS tidak hanya berusaha melakukan intervensi di negara yang dianggap musuhnya, bahkan negara yang dinilai sebagai sahabatnya juga akan dilemahkan dan dipecah-belah. Indonesia salah satu korbannya. Meski pemerintah Indonesia berusaha menjalin hubungan sebaik mungkin dengan AS sejak zaman orde lama, orde barum hingga reformasi sekarang, kenyataannya AS belum puas selama Indonesia masih menjadi negara kesatuan. NKRI berusaha akan dihancurkan secara diam-diam melalui silent operation dengan membantu gerakan separatis seperti Aceh, Papua, dan Maluku. Bahkan di awal reformasi ada juga wacana untuk mendirikan negara Riau merdeka. Tampaknya AS belum puas meski sukses menekan pemerintahan Presiden BJ Habibie untuk mengadakan referendum di Timor Timur dan berakhir dengan berdirinya negara Timor Leste. Setelah berhasil menguasai pemerintahan Aceh dengan seorang gubernur dan delapan bupati/wali kota, kaum separatis telah membentuk Partai GAM yang bertujuan mengadakan referendum bagi kemerdekaan Aceh. Sebelumnya SIRA selalu aktif menyerukan tuntutan referendum Aceh. Sementara di Papua, kaum separatis baru saja mengadakan Konferensi Besar Masyarakat Adat Papua awal bulan lalu, di mana bendera Bintang Kejora juga sempat dikibarkan dan mereka menginginkan referendum meski pemerintah telah memberikan otonomi khusus (otsus). Sedangkan di Maluku kaum separatis RMS/FKM sempat mengibarkan bendera RMS dihadapan Presiden SBY saat menghadiri peringatan Harganas di Ambon. Ketiga peristiwa penting tersebut tidak mungkin terjadi tanpa adanya intervensi tangan-tangan asing terutama AS dan Australia. Sebab, mereka khawatir jika NKRI tetap tegak, sebagai negara Muslim terbesar di dunia maka Indonesia lambat atau cepat akan menjadi negara yang potensial menjadi musuh AS sebagaimana Iran, Suriah dan Pakistan. Sebab AS memandang Indonesia dan Pakistan bisa menjadi musuh berbahaya jika keduanya berhasil dikuasai kekuatan Islam, apalagi Pakistan telah memiliki senjata nuklir dan Indonesia sedang berencana membangun PLTN. Lebih berbahaya Seharusnya aparat intelijen seperti BIN, BIA dan lembaga intelijen lain sudah sejak dini memperhitungkan bahaya gerakan separatis bagi kelangsungan NKRI. Namun tampaknya kekuatan intelijen beserta aparat TNI dan Polri lebih difokuskan pada pemberantasan terorisme. Padahal sesungguhnya separatisme tidak kalah bahayanya dari terorisme, bahkan lebih menghawatirkan. Sebab meraka secara diam-diam mendapat dukungan dari Barat terutama AS dan Australia. Sementara kalau urusan terorisme, kedua negara tersebut habis-habisan membantu pemerintah dengan dana jutaan dolar. Sedangkan kalau masalah separatisme mereka hanya diam seolah-olah tidak mengetahui, tetapi di belakangnya membantu secara rahasia melalui NGO yang berkolaborasi dengan donatur Barat. Seharusnya pemerintahan Presiden SBY sudah mampu membaca skenario AS untuk menghancurkan NKRI. Kunjungan 17 jenderal AS di Aceh pada Mei lalu dan lawatan anggota Kongres yang dikenal pro kemerdekaan Papua, Eni Faleomavaega, ke Indonesia bulan lalu bahkan diterima langsung Presiden SBY meski memakai celana pendek. Seharusnya hal itu sudah menjadi warning pemerintah Indonesia akan bahaya gerakan separatis. Separatisme di Indonesia sudah menjadi isu internasional termasuk di kalangan anggota Kongres AS seperti Eni Faleomavaega yang juga ketua Sub Komisi Asia Pasifik Kongres AS (Samoa), James Moran (Virginia),
[mediacare] Indonesian migrant worker raped in Johor
http://www.thejakartapost.com/detailgeneral.asp?fileid=20070928113913irec=6 Indonesian migrant worker raped in Johor JOHOR BARU (Antara): An Indonesian female migrant worker was raped by 12 men at two separate locations in Johor Baru, Malaysia, early this month an official said. That is right. She is an Indonesian worker. As the incident happened in Johor Baru we have asked the Indonesia consulate general there to handle the case, the head of the worker protection taskforce of the Indonesian embassy in Kuala Lumpur, Tatang B Razak, said on Thursday. He said the woman came to Malaysia to work as a maid but she later escaped from her employer thus losing her immigration status as a foreign worker.
[mediacare] Eksekusi Amrozi Tunggu Pengajuan Grasi
Rfeleksi: Maksudnya Amrozi tunggu diampuni dari hukuman mati dan kemudian dibebaskan? http://www.gatra.com/artikel.php?id=108170 Eksekusi Amrozi Tunggu Pengajuan Grasi Jakarta, 28 September 2007 13:52 Jaksa Agung Hendarman Soepandji mengatakan, eksekusi terhadap terpidana mati kasus Bom Bali I Amrozi, belum akan akan dilakukan hingga ada kepastian terhadap proses pengajuan grasi yang diajukan tim penasehatnya ditetapkan. Yang bersangkutan kini kan tengah mengajukan grasi. Karena baru ditolak PK-nya, katanya, usai penandatanganan nota kesepahaman Penanganan Kasus Penyimpangan Pengelolaan Negara Berindikasi Korupsi antara Polri, Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jum`at (28/9). Jika sudah ada ketetapan yang final terhadap PK dan grasi tesebut, maka eksekusi terhadap Amrozi baru dapat dilakukan, tambah Hendarman. Amrozi bersama Ali Imron, Ali Gufron alias Mukhlas (kakak Amrozi), dan Imam Samudra dituduh terlibat dalam peristiwa bom Bali I pada 12 Oktober 2002. Terpidana mati itu sempat akan dieksekusi pada 22 Agustus 2006, namun tertunda, karena kuasa hukumnya mengajukan PK dan PK itu akhirnya ditolak Mahkamah Agung (MA) pada 30 Agustus 2007. Sementara itu, PK (Peninjauan Kembali) yang diajukan Ali Gufron alias Mukhlas, 46 tahun, dan Abdul Azis alias Imam Samudra, 38 tahun, belum diputuskan MA. Istri Ali Gufron dan lima anaknya kini berada di Johor, Malaysia. Secara terpisah, pengacara TPM Fahmi H Bachmid SH MH mengatakan, pihaknya masih berencana mengajukan jalur hukum lain, yakni grasi atau PK tahap kedua. Tapi, kalau putusan MA sudah final dan terpidana tidak mau mengurus grasi, maka penegak hukum wajib mengupayakan pertemuan Amrozi dengan keluarga untuk terakhir kalinya. Itu wajib, katanya
[mediacare] Kenapa Memilih Sekularisme?
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/09/28/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Kenapa Memilih Sekularisme? Oleh Hamzah Sahal Pada akhir Juli, dua kawan yang saling berjauhan mengirimkan pesan singkat (SMS). Satu di Surakarta, satu di Kairo, Mesir. Keduanya tidak saling kenal. Tapi, SMS dari dua orang itu isinya sama, tak ada satu huruf pun yang berbeda. Pesan singkat itu mengabarkan Pemda Manokwari menetapkan kota tersebut sebagai Kota Injil. SMS itu berbunyi ajakan kepada umat Islam untuk melakukan tahajud (salat sunnah malam) dan berdoa untuk saudara-saudara muslim di Manokwari. Tidak tahu betul apa motif dan tujuan kedua kawan itu. Penulis memilih untuk tidak bertanya. Membaca pesan pendek itu, sejenak terdiam. Tentu, pertanyaan pertama yang muncul di benak adalah, betulkah Pemda Manokwari menerapkan Syariat Nasrani yang dikabarkan dua teman tadi? Tetapi, terus terang saja, selanjutnya penulis tidak bisa bersikap kritis merespons berita itu. Pertanyaan yang seketika muncul tadi tidak diikuti dengan mencari kebenaran atau kebohongan berita itu. Yang langsung muncul justru bersikap reaktif, seakan-akan membenarkan berita itu. Yang sebetulnya terjadi di Manokwari adalah reaksi atas penerapan perda-perda Syariat Islam yang marak di berbagai daerah, demikian yang terlintas di kepala waktu itu. Kemudian, membayangkan apa yang akan terjadi pada kaum minoritas di sana? Lalu angan-angan meloncat ke Bali. Seandainya Pemda Bali menerapkan segala aturan dan adat istiadat Hindu, apa yang akan terjadi pada kaum minoritas yang tinggal di sana? Di daerah yang bupati dan legislatifnya mayoritas orang NU, apa yang akan terjadi jika mereka membuat perda yang berisi salat subuh harus qunut, setalah salat diwajibkan wiridan berjamaah, salat tarawih harus dua puluh rakaat, masjid harus ada beduknya, harus ada ritual tujuh bulanan untuk orang hamil, puputan untuk bayi yang baru dilahirkan, harus ada upacara tujuh hari, empat puluh hari untuk upacara kematian, dan lain-lain? Sebaliknya, di kabupaten yang bupati dan legislatifnya berbasis Islam puritan dan keras, akan memberlakukan perda bertajuk 'Umat Islam bersih dari TBC'. Segala ajaran yang dianggap tahayul, bid'ah, dan churafat harus dibuang jauh-jauh. Beduk harus dibakar, tahlil, puputan, qunut, dan salat tarawih dua puluh rakaat harus ditinggalkan. Di sekolah-sekolah, ruang perempuan harus disendirikan, dipisahkan dengan murid laki-laki, perempuan tidak boleh keluar sendirian, tidak boleh tampil di muka umum. Terpikir kemudian, di mana tempat kaum adat yang di banyak wilayah di Indonesia menjadi minoritas? Harus mengikuti kaum mayoritas atau harus hijrah ke mana? Pandangan-pandangan, sikap-sikap, perilaku-perilaku despotis mayoritas terhadap minoritas terus memenuhi pikiran. Berita SMS dan rentetan angan-angan, adalah bentuk politik identitas yang mengental pascarezim reformis berkuasa. Menguatnya politik identitas itu disebabkan, pertama, karena kekangan rezim Orde Baru atas kekuatan-ke- kuatan politik yang tidak sejalan dengan kebijakannya. Kedua, watak atau karakter alamiah yang tidak akan hilang dari dalam diri setiap individu atau kelompok. Yang ketiga tentu saja, kepentingan kelompok atau aliran tertentu. Para penganut politik identitas itu memandang arena berpolitik, bernegara, dan berbangsa layaknya sistem musyarakah (salah satu model perjanjian dagang dalam fikih/hukum Islam). Sistem itu menganut pembagian untung berdasarkan besarnya modal yang ditanam. Jika pemodal menanam delapan puluh persen, maka dia akan menutut untung delapan puluh persen pula. Dalam sistem perdagangan yang kalkulasinya memang matematis, cara-cara seperti itu sah, dan itulah yang adil. Tetapi, apa jadinya kalau sistem politik, negara, dan bangsa, dihitung sebagaimana jual beli musyarakah? Tiap kelompok mayoritas akan menuntut keterwakilan sesuai dengan pasokan suara, sistem regulasinya pun diatur sesuai dengan selera mayoritas. Jika yang terjadi demikian, posisi negera, alih-alih akan mengembangkan kemaslahatan, keadilan, kesejateraan, ketenangan kepada rakyatnya, tapi justru bendera otoritarianismelah yang berkibar, despotismelah yang berjalan. Sudah barang tentu, jika kondisi itu terus dibiarkan, akan mengancam fakta keberagaman dalam negeri ini. Pertanyaannya kemudian, bagaimana menghindar dari bentuk otoritarianisme (agama/kelompok)? Adakah sistem yang pas untuk mendamaikan dua kekuatan, mayoritas vs minoritas, yang tidak berimbang itu? Memilih Sekularisme Sekularisme menjadi semacam melting pot atau tungku pelebur otoritarianisme agama negeri ini. Sekularisme terbukti telah mampu mewadahi kepentingan-kepentingan kelompok tanpa ada yang merasa teranaktirikan. Meskipun tak lempang-lempang amat, Amerika Serikat adalah contoh negera sekular yang baik. Di sana, kelompok-kelompok minoritas seperti Islam, Arab, kulit hitam, diuntungkan dengan sistem sekular. Sekularisme menyediakan ruang yang jembar
[mediacare] Stop Internasionalisasi Masalah Domestik
Refleksi: Bagus begini seperti KI Hasyim Musadi, ketua PBNU yang berterus terang menyatakan pendapatnya, tanpa putar-memutar silaf lidah. http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=305087 Senin, 24 Sept 2007, Stop Internasionalisasi Masalah Domestik Banyak pihak yang gembira dengan adanya intervensi asing dalam penanganan kasus HAM dan korupsi di Indonesia. Itu disebabkan pemerintah dinilai kurang berkomitmen dalam menyelesaikan sejumlah kasus hukum, seperti pembunuhan Munir dan dugaan korupsi mantan Presiden Soeharto. Tetapi, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) KH Hasyim Muzadi berseberangan pendapat. Hasyim justru minta bangsa Indonesia tidak selalu membawa masalah dalam negeri ke dunia internasional. Jangan menginternasionalkan masalah-masalah internal keluarga bangsa, seperti masalah Pak Harto dan Munir, ungkapnya di Jakarta kemarin (23/9). Menurut dia, internasionalisasi sejumlah masalah dalam negeri dapat menurunkan martabat bangsa. Juga, menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang selalu berada dalam pengaruh asing. Kasus paling gres ialah korupsi mantan Presiden Soeharto. Menurut Hasyim, masalah itu bisa diselesaikan di internal pemerintah. Karena itu, pihak asing tak perlu terlibat dalam kasus mantan presiden kedua tersebut. Urusan Pak Harto dengan keputusan MA adalah masalah hukum domestik, tak perlu campur tangan PBB atau Bank Dunia, tegasnya. Kasus pembunuhan aktivis HAM Munir juga menjadi perhatian Hasyim. Mantan ketua PW NU Jawa Timur tersebut mengatakan telah terjadi pembiasan isu yang merembet keluar konteks hukum. Masalahnya merembet ke mana-mana. Tidak fokus dan semakin kabur karena ada kepentingan orang asing, jelas pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam itu.(cak/tom 1190565297b Description: Binary data
[mediacare] Australia Beri Pinjaman Sangat Lunak Rp 2,4 Triliun
Refleksi: Dulu hutang, sekarang hutang, tak akan hidup tanpa kutang, eh eh hutang, sampai tujuh turunan harus bayar hutang. Pak, hutang untuk proyek perusahan sendiri? http://www.suarapembaruan.com/News/2007/09/28/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Australia Beri Pinjaman Sangat Lunak Rp 2,4 Triliun [JAKARTA] Pemerintah Australia memberi pinjaman sangat lunak ke Indonesia senilai $A 300 juta atau setara Rp 2,4 triliun. Pinjaman itu tidak dikenai bunga, tanpa ongkos apa pun, dan akan dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun dengan grace period 10 tahun. Pinjaman itu untuk program peningkatan jaringan jalan nasional di Kawasan Timur Indonesia. Penandatanganan perjanjian pinjaman dilakukan Duta Besar Australia Bill Farmer dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada awal September 2007 tetapi dilansir ke publik di Jakarta, Kamis (27/9). Kepada wartawan, Farmer mengatakan, masyarakat desa terpencil di KTI juga akan mendapatkan akses lebih baik terhadap kesempatan sosial dan ekonomi. Hal ini diharapkan mampu memberi dukungan untuk pembangunan dan pengembangan ekonomi daerah. Australia bekerja sama secara erat dengan Departemen Pekerjaan Umum untuk meneliti dan memperbaiki jalan yang paling memerlukan perbaikan. Peningkatan ini diharapkan dapat memberi keuntungan ekonomi secara nyata di Indonesia, kata Farmer. Menurutnya, kerja sama Australia dan Departemen Pekerjaan Umum itu untuk meneliti dan memperbaiki jalan yang paling memerlukan perbaikan. Karena itu, Australia juga menyertakan hibah senilai Rp 209 miliar untuk perencanaan dan perancangan guna mendukung pekerjaan rekayasa berkualitas tinggi. Prioritas awal meliputi wilayah pesisir Selatan dan Timur Sulawesi Selatan dan Tenggara, Kalimantan Barat dan Selatan, serta Bali dan Nusa Tenggara Barat. Dukungan awal juga akan diberikan untuk mengganti jembatan-jembatan di Sulawesi Selatan yang terkena banjir awal 2006 lalu. Pekerjaan konstruksi ini rencananya akan dimulai pada awal 2008 dan diperkirakan selesai pada 2011. Sementara itu Direktur Jenderal Bina Marga, Hermanto Dardak mengatakan, pinjaman Pemerintah Australia difokuskan untuk memperbaiki 750-100 kilometer jalan dan jembatan nasional di wilayah Indonesia Timur. Angka itu diperoleh dari total panjang jalan yang rusak di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Bali. Perbaikan ini akan membuat jalan-jalan yang diperbaiki menjadi jalan standar dengan kelas delapan ton dan lebar tujuh meter. [L-10] Last modified: 28/9
Re: [mediacare] Ulurkan Tangan Untuk Sebuah Harapan
Pernah ada seorang anak di Batam namanya Novembri, anak orang tidak berada yang mempunyai tunor seperti ini, dia dibantu oleh suatu sebuah yayasan dan dioperasi di Taiwan. Operasinya berhasil baik, sekalipun masih diperlukan lagi beberapa operasi plastik untuk memaniskan mukanya. Kalau tak salah malah TV channel Discovery pernah mempunyai program tentang Novembri. Barangkali ada diantara netters yang berdiam di Batam tahu masalahnya, dan coba dihubungi keluarga tsb barangkali bisa memberitahukan alamat yayasan tsb untuk minta dibantu dan semoga bisa dibantu dengan segera. - Original Message - From: virgina veryastuti To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 27, 2007 10:54 AM Subject: [mediacare] Ulurkan Tangan Untuk Sebuah Harapan Ulurkan Tangan Untuk Sebuah Harapan Oleh: Vie Wajah kanannya yang bengkak menutupi seluruh wajahnya terlihat mulai mengganggu penglihatannya, terbayang begitu berat penderitaan yang harus dilaluinya. Sebuah lubang kecil di tenggorokan adalah satu-satunya alat untuk bernafas dan menyalurkan makanan, adakah yang bisa kita perbuat untuk membantunya? Herianto, 30, sebelumnya penah bekerja di salah satu perusahaan keramik di Jakarta, namun akhirnya dikeluarkan karena sering tidak masuk kerja. Sudah 3 bulan terakhir ini, secara intensif Herianto berobat di rumah sakit Dharmais Jakarta, namun belum banyak perubahan yang berarti didapatnya bahkan sebaliknya kondisi badannya semakin lemah karena penyakit yang dideritanya. Kondisi tersebutlah yang membuat para dokter yang menanganinya di rumah sakit tak dapat berbuat banyak bahkan untuk sebuah kemoterapi. Penyakit yang bermula dari sakit gigi biasa ternyata setelah di diagnosa dokter menunjukkan bahwa Herianto mengidap penyakit kanker pada mulut / gusi stadium III. Berbagai upaya telah dilakukan keluarga untuk pengobatannya dan saat ini salah satu masalah utama adalah keterbatasan dana dan biaya pengobatan yang tinggi. Teman dan sahabat dari Herianto berupaya untuk menggalang dana guna mencari dan mendapatkan kesembuhan, agar suatu hari kelak Herianto dapat kembali beraktivitas seperti sediakala, menjadi ayah yang mengajak bermain putri kecilnya yang baru berusia 2 tahun. Putri yang sedang membutuhkan kasih sayang orangtua terutama ayahnya, Maukah Anda membantu mereka? Bantuan sekecil apapun akan sangat berarti bagi keluarga Herianto, untuk sebuah harapan.[v] Informasi lebih lanjut : Keluarga Herianto Jl. Jembatan II Gg. Padamulya VIII no. 39 Rt. 001/09 Jakarta Barat 11330 Pina HP. 08..82264 Puput HP 0818.0700.6340 Lily 021-70004717 Saat ini Herianto berada di RS Dharmais Jakarta, Lt. 8 R804. Sumbangan dapat di transfer melalui : Bank Central Asia (BCA) Cabang Pluit Account no : 168. 1757. 983 a/n. : OEY PINAWATI Salam, ~Vie http://virgina.multiply.com http://blog.360.yahoo.com/virghien http://kksmelati.multiply.com -- Got a little couch potato? Check out fun summer activities for kids. -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.32/1032 - Release Date: 9/26/2007 8:20 PM image/jpeg
Re: [mediacare] Terima kasih Sunny --- Goenawan Mohamad: Liberalisme adalah suatu skandal
Bung Karno itu selama masih mahasiswa sudah membaca banyak buku, termasuk buku tulisan pandangan berhaluan kiri termasuk Engels Marx, yang banyak berpengaruh dalam jalan pikiran beliau dan kalau tidak keliru waktu melakukan pidato pembelaannya di depan pengadilan Belanda ( Dibawah Bendera Revolusi [?] beliau mengucip apa yang dibacanya. Sebagai mahasiswa yang tidak pernah keluar negeri, patut dinilai kehebatannya beliau bisa berbahasa Inggris, Belanda (tentunya), Perancis, Jerman, bila dibandingkan dengan kaum akademisi sekarang, pulang balik ke luarnegeri, bahasa Inggris saja tidak kuat dikuasai. Agaknya, 4 points dari pancasila sesudah silah pertama keTuhanan yang mahasaesa itu adalah pandangan beraliran sosialisme. Di Indonesia dibicarakan pancasila sebagai azas tunggal, setia pancasila etc tetapi dasar insipirasi pandangan seperti dalam 4 points tsb tidak diteliti, diajarkan, diselidiki dari segi ilmu pengetahuan dari sumber resmi, tetapi malah dilarang. Jadi bagaimana bisa maju? Yang dihebatkan ialah ajaran surgawi, sampai ucapan merdeka! dan bebas! pun, yang maksudnya bebas dari segala penderitaan diganti dengan ucapan asalamalaikum waktu berbicara dihadapan umum. Jadi jangan kaget kalau asalamailakum juga bagi kemiskinan dan korupsi untuk merajalela. Atau bagaimana - Original Message - From: BDG KUSUMO [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Cc: mediacare@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 27, 2007 11:12 AM Subject: [mediacare] Terima kasih Sunny --- Goenawan Mohamad: Liberalisme adalah suatu skandal Terimakasih, akan saya cari. Bung Karno juga telah sering menganjurkan pemakaian pisau analisis Marxistis, yang ternyata berlaku sampai tidak tahu kapan. Salam, Bismo DG - Original Message - From: Sunny To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 26, 2007 11:54 PM Subject: Re: [nasional-list] Mas Bismo --- Goenawan Mohamad: Liberalisme adalah suatu skandal Silahkan baca ini kalau bisa didapat di perpustakaan setempat : John Cassidy, THE RETURN OF KARL MARX, The New Yorker, October 20, 1997, p. 248 Keywords Capitalism; Communism; Economics; Marx, Karl THE NEXT THINKER about Karl Marx's influence as an economist... Writer was talking with a college friend who now worked at a big Wall Street investment bank... To my surprise, he brought up Karl Marx. The longer I spend on Wall Street, the more convinced I am that Marx was right, he said. I assumed he was joking. There is a Nobel Prize waiting for the economist who resurrects Marx and puts it all together in a coherent model, he continued, quite seriously. I am absolutely convinced that Marx's approach is the best way to look at capitalism. I didn't hide my astonishment. We had both studied economics during the early eighties at Oxford, where most of our teachers agreed with Keynes that Marx's economic theories were complicated hocus-pocus and Communism was an insult to our intelligence. The prevailing attitude among bright students of our generation was that Marx's arguments were fit only for polytechnic lecturers and aspiring Labour Party politicians... More than fifty years ago, Edmund Wilson noted that much of Marx's prose hypnotizes the reader with its paradoxes and eventually puts him to sleep. The passing decades have not made the going any easier. Marx was ludicrously prolix... The writer gradually began to understand what his friend meant. In many ways, Marx's legacy has been obscured by the failure of Communism, which wasn't his primary interest. In fact, he had little to say about how a socialist society should operate, and what he did write, about the withering away of the state and so on, wasn't very helpful--something Lenin and his comrades quickly discovered after seizing power... When Marx wasn't driving the reader to distraction, he wrote riveting passages about globalization, inequality, political corruption, monopolization, technical progress, the decline of high culture, and the enervating nature of modern existence--issues that economists are now confronting anew... Marx was born in 1818, and died in 1883... Marx wasn't a crude reductionist, but he did believe that the way in which society organized production ultimately shaped people's attitudes and beliefs. Capitalism, for example, made human beings subjugate themselves to base avarice... Globalization is the buzzword of the late twentieth century, on the lips of everybody from Jiang Zemin to Tony Blair, but Marx predicted most of its ramifications a hundred and fifty years ago... Globalization is set to become the biggest political issue of the next century... In one way, Marx's efforts were a failure. His mathematical model of the economy, which depended on the idea that labor is the source of all value, was riven with internal inconsistencies
[mediacare] Saudis Rethink Taboo on Women Behind the Wheel
http://www.nytimes.com/2007/09/28/world/middleeast/28drive.html?ref=world Saudis Rethink Taboo on Women Behind the Wheel By HASSAN M. FATTAH Published: September 28, 2007 DUBAI, United Arab Emirates, Sept. 27 - In a recent episode of Saudi Arabia's most popular television show, broadcast during Ramadan this month, a Saudi man of the future is seen sitting in his house as his daughter pulls into the driveway, her children piled into the back of the car. Where have you been? the father asks. The kids were bored, so I took them to the movies, she replies, matter-of-factly, as she gets out of the driver's seat. The scene may appear mundane, but in Saudi Arabia, where women are forbidden to drive - and, by the way, where there are no movie theaters, either - the skit portends something of a revolution. From a taboo about which there could be no open discussion, a woman's right to drive is becoming a topic of growing and lively debate in Saudi Arabia. Coming after other recent changes - women may now travel abroad without male accompaniment (though male permission is still required), seek divorce and own their own companies - the driving discussion is noteworthy. Whether it signals that women will actually be driving soon or merely talking about it openly remains to be seen. We are telling everyone this is coming, whether today or tomorrow, said Abdallah al-Sadhan, producer, writer and host of Tash Ma Tash (No Big Deal), a variety comedy show that is broadcast during Ramadan and tackles controversial social issues in Saudi Arabia. Other episodes have also shown women driving in what Mr. Sadhan says is a deliberate message. There will be a time we will accept it, so now is the time to get prepared for that. In another popular Saudi show, Amsha Bint Amash (Amsha, Daughter of Amash), a woman who loses her father is forced to move to the city, where she masquerades as a man to become a taxi driver. Saudi newspapers have begun writing about the implications and acceptability of having women drive. The Saudi National Human Rights Association has begun researching the effect of women's driving on families and Saudi society, activists said. A group of Saudi women have led a petition drive asking the king to repeal the ban on driving by women, placing the issue at the heart of a discussion about modernity and Saudi Arabia's place in the world. And the government, which was hostile toward the last such petition in 1990, now seems mildly receptive. You get the feeling that they are preparing the population for this issue, said Wajeha al- Huwaider, 45, one of the organizers. It is just like the decision to allow women education. They resisted it, but now it's a reality. On Sunday, Ms. Huwaider and some 1,100 other women sent the petition to King Abdullah. Some Saudi officials and religious men agree with the women that Islam does not forbid women to drive. In the past, Saudi women were able to move freely on camel and horseback, and Bedouin women in the desert openly drive pickup trucks far from the public eye. Clerics and religious conservatives maintain that allowing women to drive would open Saudi society to untold corruption. Women alone in a car, they say, would be more open to abuse, to going wayward, and to getting into trouble if they had an accident or were stopped by the police. The net result would be an erosion of social mores, they say. In 1990, a group of prominent Saudi women seized on the presence of Western news media covering the first Persian Gulf war, boarded cars and drove through a Riyadh boulevard. Several of the women were jailed briefly; many lost high positions in schools and universities, and others were forced to leave the country for some time. This time, however, the women are being given wide latitude to make their case, Ms. Huwaider said. She believes that this is because the case is being made in pragmatic social and economic terms, not purely as a matter of women's rights. Because of the rising cost of living in Saudi Arabia, women have been entering the work force in large numbers. That in turn has given them new economic clout in the family and greater leverage. Ebtihal Mubarak, another organizer of the petition drive, who is an editor at Arab News, an English-language daily newspaper, said the cost of a driver had begun to impinge on Saudi families. Most middle-class people can't afford drivers anymore, she said. Saudi women say the seeming momentum behind the issue is fueled in part by what they can now see and read about the freedoms of women abroad on satellite television and the Internet. They also feel they have become more sophisticated in dealing with the Saudi system. This is more organized and is a real campaign, said Khalid Al-Dakhil, professor of political sociology at King Saud University in Riyadh. They have been on the Net, sending out e-mails. Still, few expect any change to come soon. Ms.
Re: [mediacare] Tanda-Tanda Negeri
Belum tentu banyak orang tertawa itu karena negerinya makmur, karena kemiskinan menekan kehidupan se-hari dan satu-satu hiburan tanpa mengeluarkan duit ialah tertawa diri sendiri untuk menghiburkan hati yang sedih dan makan tak kenyang. Selain itu sesuai berita koran beberapa waktu silam bahwa sekian prosen penduduk Indonesia sakit jiwa dan tentunya yang sakit jiwa suka tertawa. Jadi mudah tertawa belum tentu negeri makmur dan sentosa. - Original Message - From: agussyafii [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, September 28, 2007 5:56 AM Subject: [mediacare] Tanda-Tanda Negeri Tanda-Tanda Negeri Pada satu malam di bulan suci ramadhan saya sempat berbincang dengan bapak. menurut bapak kondisi negeri ini bisa dilihat dari apa yang sering dialami oleh orang-orang pada umumnya. kok bisa pak? tanya saya. Iya, jika banyak orang sering kelaparan, pertanda penguasa melakukan penindasan. Jika banyak orang sakit perut, berarti penguasa banyak yang korupsi. Jika banyak orang pada sakit kepala, berarti ada sebagian elit mempersiapkan makar. Bagaimana kalo menunjukkan negeri ini sedang makmur? tanya saya. Mudah saja, jika banyak orang yang mudah tertawa berarti negeri itu makmur dan sentosa jawab bapak. Wassalam, agussyafii = Pengaruh terbaik dari orang baik menjadikan diri kita yang terbaik silahkan kirimkan komentar di http://agussyafii.blogspot.com atau sms di 0888 176 48 72 = Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ Blog: http://mediacare.blogspot.com http://www.mediacare.biz Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.32/1032 - Release Date: 9/26/2007 8:20 PM
Re: [mediacare] Arab Saudia dan Dunia Islam Sunni Kuatir Amerika Keluar Dari Ira
Amerika dan tentara sekutunya hanya menang menambah kesusahan bagi rakyat Irak, bukan sebaliknya. Sebelum invasi telah diperingatkan oleh Tariq Aziz, bahwa bila Irak diinvansi akan terjadi seperti di Viet Nam. Ucapannya ternyata benar. Taiq Aziz mantan menteri dalam pemerintahan rezim Saddam Hussein, sekarang menjadi tawanan USA di Bagdad. USA tidak akan bisa menang secara militer maupun politik, jadi opsi yang tinggal ialah bagaimana bisa mundur dengan muka terhormat. - Original Message - From: Alandy Setiawansyah [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Wednesday, September 26, 2007 8:37 AM Subject: RE: [mediacare] Arab Saudia dan Dunia Islam Sunni Kuatir Amerika Keluar Dari Ira Ini orang analisanya pangke dengkul. Keberadaan AS di Iraq sudah terbukti hanya membuat kekacauan dan Timur Tengah baik Negara maupun masyarakatnya menjadi terpecah-pecah. Biarlah bangsa Iraq yang menyelesaikan masalahnya sendiri. Saat ini yang paling terpenting adalah membangun solidaritas kemanusiaan untuk menolong orang-orang yang tak berdosa (masyarakat sipil) di Iraq. Sambil ada upaya untuk mengajak pemerintah Iraq yang berkuasa dalam berbagai dialog yang menciptakan stabilitas, hentikan perang dan kekerasan. Upaya ini yang seharusnya dilakukan oleh Amerika dan PBB, tapi dalam kenyataannya kan tidak. Jadi sekarang yang harus dilakukan adalah peran lembaga-lembaga internasional di luar PBB dan organisasi-organisasi Islam yang cinta pada perdamaian, tanpa membedakan aliran dan keyakinan. merpatimerah From: Karma, I Nengah [Kalki Awatara] [EMAIL PROTECTED] Reply-To: mediacare@yahoogroups.com To: mediacare@yahoogroups.com Subject: RE: [mediacare] Arab Saudia dan Dunia Islam Sunni Kuatir Amerika Keluar Dari Irak Date: Wed, 26 Sep 2007 13:27:01 +0800 Di Indonesia kok lain, orang teriak 2 agar Amerika cepat keluar dari iraq. Nah itulah jeleknya orang kita tidak mengerti akar masalah negara lain malah mau turut campur. From: mediacare@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hafsah Salim Sent: Wednesday, September 26, 2007 12:23 PM To: mediacare@yahoogroups.com Subject: [mediacare] Arab Saudia dan Dunia Islam Sunni Kuatir Amerika Keluar Dari Irak Arab Saudia dan Dunia Islam Sunni Kuatir Amerika Keluar Dari Irak Ulama Islam di Indonesia sangatlah berbeda dengan ulama2 di Mesir maupun Arab Saudia. Sebagian besar ulama dan umat Islam di Indonesia mengharapkan keluarnya Amerika dari Iraq. Bahkan suara2 di Amerika sendiri juga mendorong presiden Bush untuk segera menarik keluar pasukan Amerika se-segera mungkin. Berbeda dengan Kerajaan Arab Saudia maupun ulama2 di Mesir, mereka sangat mengharapkan agar pasukan Amerika bisa dipertahankan lebih lama lagi, karena keluarnya pasukan Amerika sama halnya menyerahkan Iraq kepada kekuasaan Islam Syiah. Jutaan penganut Sunni di Irak terancam pembunuhan massal untuk menebus dosa2 mereka terhadap umat Syiah yang juga dibunuhi secara massal dibawah presiden Sadam Hussein. Usul Amerika untuk menciptakan negara sekuler di Irak telah secara tidak langsung ditolak oleh pihak Syiah. Pada mulanya pihak Syiah memang se-olah2 menerima usul Amerika tsb. Namun secara bertahap, semua menteri dan semua wakil2 yang berasal dari Islam Sunni telah ditendang keluar dari kabinet. Hingga kini kekuatan politik di Irak dikuasai keseluruhannya oleh pihak Syiah yang semakin lama semakin keras dan terang2an mengingini keluarnya pasukan Amerika dari wilayah Iraq. Bisa dipastikan, pengaruh Islam Syiah didunia akan makin berkembang pesat dengan keberhasilan Shiah menguasai iraq dimasa depan. Arab Saudia sangat kuatir melihat perkembangan ini dan mengharapkan agar Amerika mau menunda keluarnya pasukan2 yang sekarang ini. Upaya untuk rekonsiliasi antara Sunni dan Syiah yang dilakukan oleh raja Arab Saudia mengalami kegagalan total. Pengaruh Syiah sementara ini sudah menyusup jauh kedalam wilayah Mesir. Ulama2 Sunni sudah meminta umat Sunni berwaspada dan bersiap untuk perang jihad melawan pengaruh Shiah ini. Sudah banyak ulama2 Sunni yang kemudia beralih menjadi Syiah di Mesir yang membuat berang Arab Saudia. Dipihak Amerika sendiri, banyak pendapat yang menolak untuk turut campur melindungi umat Sunni di Iraq, mereka menganggap Islam Sunni telah mengkhianati Amerika dalam teror 911 sehingga wajar kalo Iraq diserahkan kepada kekuatan mayoritas Shiah dan membiarkan mereka melakukan pembunuhan massal balas dendam menumpas Islam Sunni punah dari wilayah Iraq. Usul2 ulama2 dari Indonesia untuk secepatnya Amerika angkat kaki dari Irak juga kemungkinannya ulama2 di Indonesia sudah kesusupan Islam Shiah. Ny. Muslim binti Muskitawati. Ny. Muslim binti Muskitawati. _ Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/ Mailing list:
[mediacare] Abu Dujana Lindungi Pelaku Peledakan Bom Tentena + Terpidana Kasus Teroris Melarikan Diri
http://www.antara.co.id/arc/2007/9/26/abu-dujana-lindungi-pelaku-peledakan-bom-tentena/ 26/09/07 15:13 Abu Dujana Lindungi Pelaku Peledakan Bom Tentena Jakarta (ANTARA News) - Tersangka pelaku terorisme Abu Dujana melindungi terdakwa peledakan bom di pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, Syaiful Anam alias Brekele alias Mujadid alias Idris (26). Brekele ketika memberikan keterangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Rabu, menyatakan dirinya disuruh untuk tetap bersembunyi di Jawa setelah meledakkan bom di Tentena. Pesan untuk tetap bersembunyi di Jawa itu didapatkan dari seorang kawan bernama Sur. Menurut Brekele, Sur mengatakan bahwa Brekele diperintahkan oleh Pak Guru untuk tetap berada di Jawa. Ketika ditanya oleh Jaksa Penuntut Umum tentang identitas Pak Guru, Brekele menyatakan orang tersebut adalah Abu Dujana. Kalau dari BAP yang ada, beliau adalah Abu Dujana, kata Brekele. Namun demikian, Brekele tidak pernah bertemu langsung dengan Abu Dujana. Semua pesan Abu Dujana dia terima melalui perantara. Akhirnya Brekele berhasil ditangkap di Temanggung ketika bersama dengan keluarganya, setelah sekian lama bersembunyi. Pada sidang sebelumnya, Anam alias Brekele alias Mujadid alias Idris (26), diancam hukuman mati karena melakukan tindak pidana terorisme. Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) ketika membacakan dakwaan menyatakan terdakwa terbukti melawan hukum seperti diatur dalam pasal 15 jo pasal 6 UU 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (UU Terorisme) dengan ancaman maksimal hukuman mati. Dalam dakwaan subsider, Brekele dijerat dengan pasal 15 jo pasal 7 UU Terorisme. Terdakwa juga dijerat dengan pasal 15 jo pasal 9 UU Terorisme dalam dakwaan lebih subsider. JPU Totok Bambang menguraikan, peledakan bom Tentena pada 28 Mei 2005 dilakukan oleh Brekele bersama Ardin Djanatu dan Aat (keduanya disidang dalam berkas terpisah). Beberapa hari sebelum meledakkan bom, ketiga terdakwa melakukan survei di pasar Tentena untuk mencari tempat yang paling tepat untuk meledakkan bom.(*) http://www.antara.co.id/arc/2007/9/22/terpidana-kasus-teroris-melarikan-diri/ 22/09/07 21:39 Terpidana Kasus Teroris Melarikan Diri Makassar (ANTARA News) - Seorang terpidana kasus teroris peledakan kafe Sampoddo, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, tahun 2003, Jasmin alias Yasmin bin Kasau (25) melarikan diri dari Lembaga Permasyarakatan Masyarakat (Lapas) kelas I Makassar, pada Jumat malam. Terpidana 20 tahun penjara itu, melarikan diri usai shalat taraweh di masjid yang berada di dalam Lapas Makassar. Petugas Lapas yang berjumlah 13 orang dibantu empat orang tenaga petugas baru mengetahuinya setelah para terpidana ribut. Kepala Kesatuan Penjagaan Lapas Makassar, Drs M Fadli kepada wartawan di Makassar, Sabtu, mengatakan, petugas menemukan sebuah tali dengan panjang sekitar empat meter lebih di balik tembok dinding pengaman bagian belakang Lapas. Petugas Lapas segera meminta bantuan kepada polisi dan menyebarkan foto Jasmin ke seluruh kantor polisi, katanya. Warga Dusun Lowa, Desa Mulandimeng, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, itu mendekam di Blok D kamar 7 bersama dengan terpidana eksodus Timor Timur yakni Komaruddin yang menjalani hukuman 14 tahun penjara. Jasmin, bersama tiga rekannya yakni Ahmad yang menjalani masa tahanan 18 tahun penjara, dan Komaruddin itu merupakan tahanan dari Kabupaten Palopo kemudian dipindahkan ke tahanan kelas I Makassar pada tahun 2004. (*)
Re: [mediacare] Re: KOMPAS Promosikan Israel
Emosinya tidak bisa menutup kenyataan bahwa 20% dari penduduk dan warganegara Israel adalah Arab/Palestina beragama Islam. Bukan itu saja malah dalam tertara Israel terdapat banyak serdadu dari suku Beduin dan Drus yang beragama Islam. Israel mempunyai hubungan diplomatik dan perjanjian militer dengan Turki yang 99% penduduknya beragama Islam, dimana mereka melakukan latihan perang bersama, pesawat terbang militer Israel bisa terbang dan mendarat di wilayah Turki dan sebaliknya. Kaum garis keras Indonesia agaknya tidak mau mengetahui bahwa sebahagian pesawat terbang milik TNI AU dibeli dari Israel pada zaman Pak Harto. - Original Message - From: Roslina Podico [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Thursday, September 27, 2007 9:30 AM Subject: Re: [mediacare] Re: KOMPAS Promosikan Israel anda tidak menyukai Israel karena Objective atau Subjective? Tidak suka karena anda cemburu melihat kehebatan mereka di bidang politik, ekonomi, tehnology? Waspaada seh kesiapa saja. Tapi kebencian itu umumnya muncul bukan dari akal sehat tapi dari emosi yg tak terkendalikan. Unik Ihsan wrote: untuk Indonesia, saya katakan bahwa Indonesia beruntung sudah diperingatkan oleh mayoritas muslimnya. Segelintir liberalism dalam Islam sedikit memberi peluang bagi israel untuk di maklumi tindak tanduknya. Tapi pada akhirnya , semua orang akan tahu, semua akan sadar akan yang sebenarnya, jika memang mereka mencari tahu. Mau pakai alasan apapun sekarang ini, untuk membenci israel sangatlah bisa diterima, dari yang masuk akal hingga yang tak masuk akal. dari sudut agama, maupun dari sudut ateis...dari sisi kemanusiaan hingga sisi politis. Buat saya, seluruh lorong sudah menempatkan dia menjadi negara yang WAJIB di WASPADAI dalam skala tertinggi. Akui saja, Indonesia belum mampu untuk bersahabat dengan israel, wong dengan malaysia aja masi berantam. Bersahabat dengan israel, sama dengan menggiring kita tidak pada posisi setara, tapi direndahkan...lihat saja amerika. saya juga tidak menyukai negara kawasan arab lainnya, tapi kalau ditempatkan dalam skala 1-10, israel tetap no 1. No 1 the most bastard nation is the world! */insudira [EMAIL PROTECTED]/* wrote: untuk di indonesia, secara objektif dan real alasan dari sdr. siauwlah yang paling tepat dan jitu, kalau ada yang mngingkari itu karena kemunafikan belaka. ini berdasarkan fakta-fakta yang tidak terbantahkan seperti misalnya pada peristiwa teror peledakan bom di bali, peristiwa penghancuran gedung wtc new york, para tokoh di indonesia ataupun di ln yang sealiran selalu saja mencoba mengalihkan opini, menyangkal dsb-nya melalui berbagai media dan saya amati anehnya mayoritas orang-orang indonesia kok percaya, hayo kenapa... produk-produk hasil pemikiran orang yahudi, atau yang didevelop di israel kenapa tidak di benci sekalian, kenapa enjoy aja makainya lagi-lagi itu karena kemunafikan damai untuk semua makhluk insudira --- In mediacare@yahoogroups.com mailto:mediacare%40yahoogroups.com, siauw ve [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo di Indonesia ini aku kok ga percaya kalo ada orang yg membenci israel bukan krn alasan agama, apalagi kalo ada yg sok bicara dari segi politik dan keamanan, wong secara politik banyak rezim yg lebih brengsek dari israel tp para pembenci israel ini juga diam aja. Dari segi HAM msh banyak yg layak dikutuk dari sekedar israel. Kemana aja kalian selama ini shg diam aja melihat pelanggaran HAM di arab saudi dan negara arab lain. Kenapa kalian diam aja ketika melihat bom al qaeda tiap hari merenggut nyawa penduduk sipil tidak berdosa.Bagi saya apapun alasannya entah pembebasan, perjuangan kemerdekaan, ketertindasan ataupun alasan lain tdk membuat seseorang boleh membunuhi orang lain. Bahkan kadar kebencian kita terhadap israel mungkin lbh tinggi dari kadar kebencian orang arab ataupun palestina thd israel, buktinya msh banyk kok orang palestina yg kerja di israel tiap hari. Penduduk israel juga ada yg beretnis arab. Untuk para pembenci israel, gimana kalo kalian jalan2 dulu ke israel, lihat kehidupan sosial disana dan baru bikin postingan lagi. FYI, aku bukan fansnya israel tapi juga tidak termasuk pembenci israel. Kalo harus membenci, Aku lebih benci malaysia, he he he. - Original Message From: Unik Ihsan [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com mailto:mediacare%40yahoogroups.com Sent: Thursday, September 20, 2007 2:11:53 AM Subject: Re: [mediacare] KOMPAS Promosikan Israel TIDAK. they are truly bastards! (saya bicara Israel, bukan yahudi) saya bersikekeh tetap tidak membela Israel dalam bentuk apapun. Dahulu mungkin pernah saya mencoba bersikap objektif...tetapi Tidak Sekarang...kenyataa n sudah sangat jelas...
[mediacare] Still Number One
TEMPO No. 04/VIII/Sept 25 - Oct 01, 2007 Cover Story Still Number One THE United Nations and the World Bank named Suharto as the world's top corruptor. This announcement was based on data from Transparency International, a world body which tracks down illicit funds. The two world bodies have also established the Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative, under which they are going to assist the Indonesian government in tracking down Suharto's wealth, regardless of its location. The success of this program depends on the political will of the Indonesian government. However, there is one fact which may dishearten us: at home, investigation into the Suharto criminal case has been stopped. Of the 10 corrupt individuals named by the UN, Suharto is the only one who has not been declared guilty by his own government. THE 48-page document was entitled Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative. The first part explains the need for the plan and why it is being launched at this time. In another section, the experience of a number of countries in recovering the wealth of top corruptors is presented. This includes the cases of General Sani Abacha in Nigeria, Alberto Fujimori in Peru, and the wealth of Ferdinand Marcos in the Philippines. Thus is the latest worldwide effort to uncover the wealth of top corruptors as led by two major organizations, namely the United Nations (UN) and the World Bank. Conceived in July 2007, the concept was officially unveiled in New York, on Monday last week. It is a rather straightforward concept: the World Bank and the UN are going to assist countries which are attempting to recover assets spirited abroad by corruptors. The status of the corruptor is not important. They can be a prominent Chinese businessperson or a former head of state. The strategy is deemed best because the World Bank has an extensive network in international banking and is experienced in getting past bank secrecy. Indeed, the UN is recognized as a skilled operator in investigating corrupted wealth. Supported by international cooperation this method may prove to be very effective, which accounts for why the initiative was well-received by many countries. A real eye-opener for the Indonesian public is a chart on page 11 of the document. There, a list of the top 10 most corrupt political leaders in the world can be found, of which former Indonesian President Suharto occupies the first place. The total amount of his stolen wealth is listed as US$15-35 billion (Rp135-315 trillion). However, since the publication of the report on Monday last week, there have been some discrepancies in the news regarding this ranking. Several newspapers reported that the World Bank and the UN had discovered Suharto's wealth in a number of countries. Others reported that the World Bank data suggests that the wealth of this New Order leader has been distributed in a number of foreign bank accounts. Without mentioning any sources, some newspapers have reported that the World Bank already has evidence to that effect. And yet, as inscribed on said page of the document, the rank and amount of wealth were quoted from Transparency International-an international institution which actively investigates corruption-in 2004. This data is not very detailed and has not yet been verified by the World Bank. However, in a special interview with Tempo on Friday last week, World Bank Senior Governance Advisor Joel Hellman stressed that it was difficult to calculate how much money had actually been stolen by those political leaders. However, there were strong indications that the number is in the trillions of rupiah. It is for this reason the World Bank referred to the data from Transparency International, which, according to Hellman, is an experienced and cautious organization. This data was quoted by the World Bank to point out just how enormous these corruption cases are. The World Bank has already publicized its StAR program to the Indonesian government. On Wednesday last week, Hellman met with Attorney General Hendarman Supanji. Hellman gave him information on the initial concept of the program. Hendarman confirmed that his institution would take action. We are studying the material, said Hendarman. In addition to meeting with the Indonesian Attorney General, the World Bank also met with the Minister of Foreign Affairs, the Minister of Finance, and the Corruption Eradication Commission (KPK). If Indonesia accepts the World Bank's offer, a StAR team will institute legal cooperation with countries in which the stolen assets are located. The body will also design training programs for Indonesian investigators. Indonesia has not been sitting still on this issue. On Saturday of this week, President Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) flew to New York, USA. During a break in the UN's annual
[mediacare] DPR Menilai Penyadapan Merupakan Perlakuan Tak Wajar
DPR Menilai Penyadapan Merupakan Perlakuan Tak Wajar Rabu, 26 September 2007 | 18:58 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi DPR Theo L. Sambuaga mengatakan telah terjadi perlakuan yang tidak wajar pada pelaku jurnalistik. Perlakuan itu mengarah kepada pelanggaran terhadap pelaksanaan tugas jurnalistik. Theo menyampaikan hal ini dalam pertemuan dengan pimpinan dan wartawan Tempo, Rabu 26 September 2007 di Gedung DPR. Dalam pertemuan itu, Tempo menyampaikan kasus penyadapan telepon Telkom Flexi milik wartawan majalah TEMPO Metta Dharmasaputra oleh aparat penegak hukum. Metta diperiksa Polda Metro Jaya sebagai saksi kasus Vincentius Amin Sutanto, financial controller PT Asian Agri, anak perusahaan Raja Garuda Mas milik Sukanto Tanoto. Vincent sudah dipidana penjara 11 tahun karena dianggap terbukti melakukan pencucian uang US$ 3,1 juta. Vincent melarikan dokumen yang diduga bisa membuktikan penggelapan pajak oleh grup RGM yang diduga merugikan negara Rp 794 Miliar. RGM terancam denda lebih dari Rp 3 Triliun jika ini penggelapan pajak terbukti. ?Komisi satu menemukan tendensi kesewenang-wenangan terhadap pelaksanaan kebebasan pers. Seharusnya semua pihak menghormati pelaksanaan asas jurnalistik yang baik. Kalau pers bersalah, pakailah UU Pers untuk memeriksanya,? ujar Theo Sambuaga. Meskipun bidang pajak bukan bidang Komisi Satu, tapi Theo Sambuaga berjanji akan terus mengawal persoalan ini mengingat magnitude dan ancaman kerugian negara yang besar. Pada tanggal 1 Oktober mendatang, persoalan ini akan ditanyakan Komisi Satu dalam dengar pendapat dengan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. ?Penggelapan pajak yang begitu besar akan kami angkat dalam perteman itu,? ujar Theo. Deddy Djamaludin Malik dari F PAN akan mengusulkan kepada Komisinya untuk memanggil PT Telkom untuk membuka siapa yang mengajukan surat permintaan penyadapan. ?Wartawan harus bebas untuk menjalankan tugasnya dan melakukan investigasi.? Andi M. Ghalib dari FPP mengaku prihatin atas kejadian yang menimpa Metta Dharmasaputra menyangkut berita tentang penggelapan pajak yang tiba-tiba berubah menjadi isu penyadapan. Ghalib mengaku telah meminta Menkominfo untuk menindak pejabat Telkom yang terlibat pembocoran SMS Metta. ?Penggelapan pajak dan pembalakan liar juga harus kita dorong untuk dibongkar,? kata Ghalib. Jeffry Masse mengatakan penyadapan hanyalah usaha mengalihkan perhatian dari isu penggelapan pajak. ?Kita akan tanyakan soal ini kepada Kapolri,? katanya, Yudhi Chrisnandi dari Partai Golkar mengatakan cara-cara penyadapan tidak bisa dibenarkan di era demokratis sekarang ini. ?Cara-cara tiran begini harus dilawan,? katanya. ?Kepada pelakunya harus diberikan hukuman yang memberikan efek jera. Komisi I akan meminta PT Telkom untuk membuka siapa yang bertanggung jawab, dan kepada Kapolri akan ditanyakan siapa pejabat kepolisian yang bertanggung jawab atas kasus ini. Tim TEMPO
[mediacare] KPK Tangkap Basah Anggota KY dalam Kasus Suap
HARIAN ANALISA Edisi Kamis, 27 September 2007 KPK Tangkap Basah Anggota KY dalam Kasus Suap Jakarta, (Analisa) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap basah anggota Komisi Yudisial (KY), Irawady Joenoes dalam kasus suap. Irawady yang menjabat Koordinator Pengawasan Perilaku Hakim itu ditangkap di kawasan Panglima Polim, Jakarta Selatan, Rabu, karena diduga menerima sejumlah uang terkait pengadaan tanah untuk rencana Gedung KY di wilayah Kramat, Jakarta Pusat. Irawady Joenoes tertangkap tangan bersama dengan Freddy Santoso di sebuah rumah milik saudara ipar Irawady di kawasan Panglima Polim, Jakarta Selatan. Dari tas Irawady, penyidik KPK menemukan uang Rp600 juta dan 30 ribu dolar AS dari kantong pakaiannya. Dari hasil pemeriksaan di KPK, Freddy telah mengakui pemberian uang itu kepada Irawady. Namun, Irawady masih membantahnya. Menurut Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan Tumpak Hatorangan Panggabean dalam jumpa pers di kantor KPK kemarin, untuk kepentingan penyidikan KPK akan menahan Irawady Joenoes dan Freddy Santoso selama 1x24 jam sejak Rabu (26/9) hingga Kamis (27/9) pukul 13.30 WIB. Keduanya masih menjalani pemeriksaan intensif. Menurut Tumpak, setidaknya Irawady dan Freddy bisa dikenakan pasal 5 ayat 1 UU No.31/1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, dan pasal 11 dan 12b tentang penerimaan hadiah. Sementara itu Ketua KY Busyro Muqoddas mengatakan, meski terkejut dan menganggap penangkapan terhadap Irawady Joenoes sebagai musibah, KY mendukung proses hukum yang dilakukan KPK terhadap anggotanya itu. KY akan kooperatif terhadap proses hukum yang dilakukan KPK. Kami mendukung KPK dalam melakukan tugas dan wewenangnya, katanya. (Ant/dt
[mediacare] Pemerintah RI Nyatakan Keinginan Berpartisipasi dalam StAR
Refleksi: Alangkah hebatnya dalam pertemuan selama 30 menit bisa banyak hal dibicarakan dan disetujui. Apakah dalam pembicaraan tsb ini juga dinyatakan keinginan penyitaan segala simpanan harta korupsi Pak Harto yang berada di mana pun di pelosok dunia ini? HARIAN ANALISA Edisi Kamis, 27 September 2007 Pemerintah RI Nyatakan Keinginan Berpartisipasi dalam StAR New York, (Analisa) Pemerintah Indonesia menyatakan keinginan untuk berpartisipasi dalam inisiatif StAR/Stolen Asset Recovery guna lebih memperkuat kemampuannya melaksanakan ketentuan Bab V Konvensi PBB mengenai pemberantasan korupsi (United Nations Convention Against Corruption/UNCAC) 2003 mengenai pengembalian aset, khususnya dalam hal melacak, membekukan dan mengembalikan aset yang berada di luar wilayah yuridiksinya. Hal tersebut dikemukakan dalam suatu pertemuan dwipihak antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Bank Dunia Robert B Zoellick di sela-sela sidang umum ke-62 PBB, di New York, Selasa sore waktu setempat atau dini hari waktu Indonesia. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan kedua belah pihak, disebutkan kedua belah pihak menggarisbawahi StAR sebagai sebuah program unik dan inovatif yang memungkinkan negara berkembang dan negara maju mendapatkan manfaat dalam konteks implementasi UNCAC 2003. Disebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting dan mendasar dalam upaya memberantas korupsi. Oleh karena itu, sebagai negara pihak dari Konvensi UNCAC 2003 dan tuan rumah penyelenggaraan pertemuan ke-2 negara-negara pihak dari UNCAC 2003 di Bali, 28 Januari-1 Febuari 2008, Indonesia menyatakan keinginan untuk berpartisipasi dalam inisiatif StAR. Sebagai tindak lanjut maka misi bersama Bank Dunia dan UNODC akan berkunjung ke Indonesia guna mengembangkan lebih lanjut program bantuan teknis spesifik di bawah inisiatif StAR. Kedua pemimpin juga mendesak negara-negara maju untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna memastikan bahwa pusat-pusat keuangan dunia tidak menjadi tempat penyimpanan dana hasil korupsi yang dilarikan dari negara berkembang. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 30 menit itu kedua belah pihak juga bertekad melakukan kerja sama dalam bentuk suatu strategi baru kemitraan negara untuk mendukung pencapaian prioritas-prioritas pembangunan Indonesia di tahun-tahun mendatang. Hal itu berlaku khususnya di bidang pengentasan kemiskinan, reformasi pemerintahan, keberlanjutan lingkungan, investasi pembangunan infrastruktur dan pengembangan sektor swasta. Secara umum, pertemuan itu membahas berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama, termasuk kemitraan strategis Bank Dunia di Indonesia, inisiatif StAR yang baru diluncurkan bersama oleh kantor PBB untuk masalah obat terlarang dan kriminal (United Nations Office on Drugs and Crima) dan Bank Dunia serta peran kepemimpinan Indonesia di bidang lingkungan dan perubahan iklim. Sementara beberapa hari terakhir di Indonesia marak berkembang pro-kontra mengenai inisiatif StAR yang menempatkan mantan presiden kedua RI Soeharto di peringkat pertama mantan penguasa yang melakukan pencurian aset negara terbesar. Sejumlah pihak mendukung upaya baik yang diusulkan oleh Bank Dunia namun tidak sedikit juga yang mempertanyakan maksud dibalik semua keputusan yang terkesan mendadak itu. (Ant)
[mediacare] Indonesia Termasuk dalam 38 Negara Terkorup di Dunia
REFLEKSI: Bukan aneh bin ajaib bila NKRI termasuk 38 negara terkorup di dunia, karena juara kampiun perorangan, adalah Pak Haji Muhammad Soeharto, mantan jenderal TNI dan presiden NKRI. HARIAN ANALISA Edisi Kamis, 27 September 2007 Indonesia Termasuk dalam 38 Negara Terkorup di Dunia Jakarta, (Analisa) Transparency International (TI) Indonesia di Jakarta, Rabu, menyatakan Indonesia termasuk dalam 38 negara yang dipresepsikan terkorup di dunia. Pernyataan itu muncul dalam Peluncuran Indeks Presepsi Korupsi 2007 oleh koalisi global Transparency International. Ketua Dewan Pengurus TI Indonesia, Todung Mulya Lubis mengatakan Indonesia berada di urutan 143 dengan nilai 2,3. Selain Indonesia, urutan 143 juga ditempati Togo, Rusia, dan Gambia. Nilai maksimal 9,4 diperoleh Selandia Baru, Finlandia, dan Denmark. Ketiga negara itu dipresepsikan sebagai negara bersih dari korupsi. Kami menggunakan angka dari 0 sampai 10. Nilai 10 berarti paling baik, sedangkan 0 berarti paling korup, kata Todung. Sementara itu, Indonesia menjadi negara yang relatif paling bebas korupsi dari 38 negara terkorup di dunia. Dari 38 negara itu, Myanmar dan Somalia menjadi negara terkorup dengan nilai 1,4. Ke-37 negara terkorup itu adalah Indonesia, Rusia, Togo, Gambia, Angola, Guinea-Bissau, Nigeria, Azerbaijan, Belarus, Republik Kongo, Cote d Ivoire, Ekuador, Kazakhstan. Selain itu Kenya, Kyrgyzstan, Liberia, Siera Leone, Tajikistan, Zimbabwe, Bangladesh, Kamboja, Republik Afrika Tengah, Papua Nugini, Turkmenistan, Venezuela, Republik Demokratik Kongo. Kemudian Equatorial Guinea, Guinea, Laos, Afganistan, Chad, Sudan, Tonga, Uzbekistan, Haiti, Irak, Myanmar, dan Somalia. Todung mengatakan survei dilakukan di 180 negara dengan responden sebagian besar adalah kalangan pebisnis. Menurut Todung, responden sangat mengerti perilaku korupsi di segala tingkatan. Praktik korupsi itu sering mereka temukan dalam proses perizinan dan operasional bisnis mereka. Responden sangat mengetahui perilaku korupsi baik di daerah maupun pusat belum berubah, kata Todung. Dengan kata lain, para responden mempresepsikan keparahan korupsi di beberapa negara yang disurvei, termasuk Indonesia. Indeks Presepsi Korupsi TI juga didasarkan pada sedikitnya 13 survei yang dilakukan 11 lembaga internasional. Ke-13 survei itu adalah Country Performance Assessment Ratings by the ADB, Country Policy and Institutional Assessment by the AFDB, Bertelsmann Transformation Index, Country Policy and Institutional Assessment by tha IDA and IBRD. Kemudian Economist Intelligence Unit, Freedom House, Nations in Transit, Global Insights, World Competitiveness Report of the Insitute for Management Development, Merchant International Group, Political and Economic Risk Consultancy, United Nations Economic Commission for Africa, dan Global Competitiveness Report of the World Economic Forum. Indonesia adalah negara yang paling sering menjadi objek survei dan 11 dari 13 survei internasional itu dilakukan di Indonesia.
Re: [mediacare] Please, I Need Your Help Urgently.
Mulanya surat penipuan jenis ini biasanya dikirim melalui surat biasa dari Nigeria dan kini melalui internet. Sekarang ada yang menulis dari Tiongkok, Inggris dan Spanyol. Isi surat ada macam-macam, misalnya dulu dikatakan bahwa pengirim bekerja di bank dan mempunyai telah didepositkan sekain juta dollar, tetapi karena peraturan negerinya membutuhkan konto dan nama bank di luar negeri untuk bisa mentransfer uang tsb. Nanti kalau dijawab surat yang diterima, dia bilang dibutuhkan misalnya US$ 500,-- untuk ongkos administrasi. Kalau Anda kirim US$ 500,-- tidak akan datang intruksi baru dan uang yang dikirim sebagai ongkos itu hilang. Cara lian ialah surat dari janda, seperti Jenderal Obacha atau Syek Arab yang kaya raya yang meninggalkan harta X milyun dollar, dan karena ini janda ini tidak punya anak maka dia ingin menyumbangkan hartanya kepada anak yatim piatu, untuk itu dibutuhkan seorang yang berhati baik untuk mengurus duit itu guna dipergunakan sebaik-baiknya. Kalau Anda menjawab surat si janda, maka prosedur akan seperti contoh pertama. Singkatnya jangan samapi tertipu dengan surat-surat atau e-mail yang demikian. - Original Message - From: Paulus Tanuri To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Tuesday, September 25, 2007 6:55 AM Subject: Re: [mediacare] Please, I Need Your Help Urgently. Sepertinya ada yang salah dengan email Papuan Diary ini. Mungkin ada yang bisa klarifikasikan dengan yang bersangkutan, apakah Papuan Diary masih bisa mengakses emailnya atau sudah dibajak oleh orang tidak bertanggung jawab. Bila sudah dibajak, mungkin sebaiknya moderator meng unsubscribe email ini. Dan Papuan Diary yang asli bisa mendaftar lagi dengan email yang lain. Dan untuk rekan2 di mediacare agar jangan gegabah menanggapi email-email seperti ini. Karena banyak sekali email penipuan seperti ini. Cuma kalau biasanya mereka mengirim email dengan alamat yang tidak anda kenal, sekarang mereka mengirim email dengan email yang berhasil mereka bajak. Regards, Paulus T. On 9/25/07, Papuan Diary [EMAIL PROTECTED] wrote: How are you doing today? I am sorry i didn't inform you about my traveling to Africa for a program called Empowering Youth to Fight Racism, HIV/AIDS, Poverty and Lack of Education, the program is taking place in three major countries in Africa which is Ghana, South Africa and Nigeria. It as been a very sad and bad moment for me, the present condition that i found myself is very hard for me to explain. I am really stranded in Nigeria because I forgot my little bag in the Taxi where my money, passport, documents and other valuable things were kept on my way to the Hotel am staying, I am facing a hard time here because i have no money on me. I am now owning a hotel bill of $ 1550 and they wanted me to pay the bill soon else they will have to seize my bag and hand me over to the Hotel Management., I need this help from you urgently to help me back home, I need you to help me with the hotel bill and i will also need $1600 to feed and help myself back home so please can you help me with a sum of $3500 to sort out my problems here? I need this help so much and on time because i am in a terrible and tight situation here, I don't even have money to feed myself for a day which means i had been starving so please understand how urgent i needed your help. I am sending you this e-mail from the city Library and I only have 30 min, I will appreciate what so ever you can afford to send me for now and I promise to pay back your money as soon as i return home so please let me know on time so that i can forward you the details you need to transfer the money through Money Gram or Western Union. -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.30/1025 - Release Date: 9/23/2007 1:53 PM
Re: [mediacare] Tips Jika Otak Buntu Menulis
menulis dengan computer bisa juga dibuat bunyinya seperti menulis dengan mesin tik biasa bila dipakai program untuk membunyikan suara mesin tik. - Original Message - From: A.Nurpatria Krisna To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Wednesday, September 26, 2007 12:55 AM Subject: Re: [mediacare] Tips Jika Otak Buntu Menulis Ada tembahan dari saya, Asbari Nurpatria Krisna, 64, novelis: 1. Pergilah jalan-jalan ke daerah atau negeri mana pun yang Anda pandang memberikan inspirasi. Bertemulah dengan manusia lain. Di Belanda saya banyak bertemu dengan orang,dalam rangka meliput atau wawancara. Tetapi negeri yang mapan seperti Belanda tidak inspiratif untuk saya. Eropa Timur, Italia, Jerman, Spanyol, Yunani, skandinavia malah memberikan banyak inspirasi. 2. Kalau sudah terlalu banyak menulis dan banyak pula buku atau novel diterbitkan, mintalah pendapat pembaca Anda, (seorang wanita lebih baik) yang memang benar-benar suka membaca. Jangan terjebak pada tema, topik dan pola cerita yang yang monoton, karena Anda bekerja sangat rutin. 3. Jalan-jalan ke toko buku, menyaksikan betapa karya orang lain ditulis dan terutama di cetak. Di Belanda banyak fiksi setebal-tebal bantal (ha, ha, ha --- bantal bayi!) 4. Menulis dengan komputer dan mesin tulis ada untung ruginya. Tetapi sebenarnya kalau didengar telinga, menulis dengan mesin tulis lebih asiikk, karena suara detakan tuts mesin tulis atau fonts, walapun susah untuk mengoreksi (mesin tulis listrik lebih gampang). 5. Cara menyembuhkan kebuntuan adalah dengan terus menulis apa saja, mulai dari mana saja dan jangan berhenti kalau belum benar-benar buntu, seperti saran yang pernah saya terima dari Pramoedya Ananta Toer.. 6. Buatlah selingan dengan menulis humor, surat cinta (walaupun entah untuk siapa), nasihat untuk anak (kalau sudah punya anak) atau untuk anak yang belum pernah lahir (karena belum menikah) 7. Tetap jatuh cintalah pada seseorang agar semangat menulis tetap berkobar-kobar. Begitu tambahan dari saya. Salam, Asbari Nurpatria Krisna Arminiushof 2 1216KE Hilversum The Netherlands +31642883883 Erwin Arianto [EMAIL PROTECTED] wrote: Tips Jika Otak Buntu Menulis Otak Buntu Menulis (Writer's Block) kerap terjadi pada siapa saja. Bahkan penulis mahir juga sering menghadapi writer's block¨Ckebuntuan menulis. Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi ini? Berikut sejumlah kiat sederhana: SIMPAN TULISAN FAVORIT ANDA Simpan tulisan Anda yang terbagus menurut Anda. Baca kembali ketika Anda menjadi terlalu kritis terhadap diri sendiri sampai tak berdaya menulis. Ini akan mengembalikan rasa percaya diri yang akan mendorong Anda untuk mulai menulis. UBAH SUDUT PANDANG Cobalah untuk melihat apa saja yang Anda tulis dari sudut pandang berbeda untuk sementara waktu. Ini akan membuat Anda menilai suatu masalah secara obyektif dan secara kreatif sekaligus, serta memacu dorongan untuk menulis. AMBIL JARAK Seringkali Anda harus menyisihkan tulisan secara fisik dan membiarkan alam bawah sadar Anda mengerjakan tulisan itu. Pergilah berjalan-jalan, atau mengerjakan apa saja yang lain, dan kembalilah setelah segar. RUNTUHKAN KERUTINAN Coba menulis pada waktu yang berbeda dari kebiasaan Anda, makan di restoran tradisional yang baru dibuka, belanja di pasar yang berbeda atau mengambil rute lain ketika pulang ke rumah. Melakukan sesuatu secara berbeda memungkinkan Anda untuk melihat masalah secara baru dan mengeksplorasi pengalaman baru yang tidak pernah Anda lakukan. GANTI ALAT TULIS ANDA Jika Anda biasa menggunakan komputer pengolah kata, coba menulis dengan mesin ketik atau tulis tangan. UBAH LINGKUNGAN KERJA Temukan tempat baru untuk menulis. Parkir mobil Anda di tempat dengan pemandangan indah dan mulailah menulis. Atau menulislah di taman dekat rumah Anda sekadar untuk membuat perubahan suasana. BICARALAH KEPADA ANAK-ANAK Sungguh, cobalah bicarakan topik yang Anda tulis pada anak-anak! Bahkan jika mereka tidak sepenuhnya memahami subyek yang Anda katakan mereka umumnya memiliki pendapat yang unik dan seringkali bisa membantu Anda melihat sebuah topik dari sudut pandang yang sama sekali berbeda. MEMBACA BUKU Dengan membca buku kita bisa menambah imaginasi kita dan dapat menghimpun tulisan baru asep.wordpress.com/ -- Best Regard Erwin Arianto,SE ¤¨¤ë¥¦¥£¥ó¡¡¥¢¥ê¥¢¥ó¤È Internal Auditor PT.Sanyo Indonesia Ejip Industrial Park Plot 1a Cikarang-Bekasi See my Article On http://blogerwinarianto.blogspot.com/ -- Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, photos more. -- No virus found in
[mediacare] Al-quran berbahasa Aceh diluncurkan
http://www.antara.co.id/arc/2007/9/24/polisi-tingkatkan-pengamanan-di-aceh/ 24/09/07 14:08 Polisi Tingkatkan Pengamanan di Aceh Banda Aceh (ANTARA News) - Aparat kepolisian meningkatkan pengamanan kawasan pantai timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) untuk mengantisipasi kriminal bersenjata api menjelang hari raya Idul Fitri 1428 Hijriyah. Kita mengamankan kelancaran arus lalulintas dan juga kenyamanan bagi masyarakat yang ingin merayakan lebaran Idul Fitri, kata Kapolda NAD, Irjen Polisi Rismawan, di Banda Aceh, Senin. Pos-pos polisi akan segera didirikan khususnya dititik rawan kecelakaan di jalan raya dan gangguan kriminal sebagai upaya mengantisipasi khusus perampokan bersenjata, tambah dia. Dijelaskannya, pengamanan lebaran yang dirangkai dalam operasi ketupat rencong tersebut mulai digelar H-10 sampai H+7. Posko-posko simpatik itu kita buka di beberapa lokasi di daerah rawan kecalakaan dan rawan gangguan kriminal. Pembentukan pos tersebut diperlukan sebagai upaya memberi rasa aman kepada masyarakat, tambah Kapolda. Untuk pengamanan lebaran atau operasi ketupat rencong itu dipimpin langsung masing-masing Kapolres di Aceh. Sementara kekuatan personil yakni sebesar 2/3 kekuatan dari masing-masing Polres. Terkait dengan pelaku kriminal bersenjata, Kapolda Rismawan menegaskan pihaknya akan menindak tegas setiap oknum masyarakat yang memiliki senjata api illegal. Kita sudah mengeluarkan imbauan warga yang masih memiliki dan menyimpang senjata api secara illegal agar segera diserahkan ke polisi, kalau dalam tempo satu bulan tidak diserahkan maka aparat keamanan akan menggelar razia besar-besaran, kata dia. Waktu telah diberikan selama satu bulan terhitung 8 September 2007 untuk menyerahkan senjata api yang masih disimpan/dimiliki warga sipil secara illegal kepada aparat keamanan, kata Rismawan. (*) http://www.antara.co.id/arc/2007/9/24/p3ki-luncurkan-terjemahan-al-quran-berbahasa-aceh/ 24/09/07 12:44 P3KI Luncurkan Terjemahan Al-quran Berbahasa Aceh Banda Aceh (ANTARA News) - Pusat Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) meluncurkan terjemahan Al-Qur`an berbahasa Aceh. Terjemahan ini adalah hasil karya dari ulama terkemuka Tgk. H. Mahjiddin Yusuf selama kurun waktu tiga puluh tahun, kata Ketua Direktur P3KI Prof Dr Ahmad Daudi MA di Banda Aceh, Senin. Menurut dia, Al-Qur`an terjemahan bahasa Aceh hasil kerjasama dengan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias tersebut merupakan cetakan kedua sekaligus untuk menyempurnakan cetakan sebelumnya pada tahun 1995. Kali ini P3KI bekerjasama dengan BRR kembali mencetak 12.000 terjemahan Al-Qur`an berbahasa Aceh dengan total dana senilai Rp1,9 miliar, katanya. Ketua Panitia peluncuran Dr Abdul Rani Usman Msi mengatakan, terjemahan tersebut nantinya akan dibagikan ke sejumlah lembaga pemerintahan dan masyarakat di Aceh, termasuk ke 6.100 desa di Provinsi NAD. Selain itu, katanya, Al-Qur`an terjemahan bahasa Aceh itu juga akan disumbangkan ke berbagai perguruan tinggi yang ada di dalam dan luar negeri. Sementara, Kepala Deputi Sosial, Budaya dan Agama BRR NAD-Nias, T Safir Iskandar Wijaya mengatakan, peluncuran terjemahan Al-Qur`an berbahasa Aceh tersebut diharapkan dapat membantu penerapan syariat Islam di Aceh. Al-Qur`an ini nantinya akan menjadi milik seluruh masyarakat sebagai upaya transformasi nilai, sehingga terwujud kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam, ujarnya. Dia juga mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk menjaga dan menggunakan Al-Qur`an tersebut dengan baik. Al-Qur`n ini jangan hanya dijadikan pajangan, tapi harus diamalkan, kata Safir.(*)
[mediacare] Soeharto Inc. Versus Time
HARIAN KOMENTAR 24 September 2007 Soeharto Inc. Versus Time Oleh: Benny Rhamdani MAJALAH Time Asia, yang berkantor di Hongkong, baru saja divonis bersalah karena mencemarkan nama baik Soeharto dalam edisi 24 Mei 1999. Kasus ini sendiri telah mengendap sejak 2001. Dalam laporan yang diberi judul 'Soeharto Inc', Time memperkirakan harta kekayaan keluarga Soeharto mencapai US$ 15 miliar (atau Rp 141,7 triliun). Dalam tulisan Majalah Tempo (17-23 September), yang juga pernah dibredel oleh orang yang sama, Time dituduh bersalah karena dua hal. Pertama, Ilustrasi majalah itu yang menggambarkan Soeharto memeluk rumah besar adalah pencemaran nama baik karena itu bukan milik Soeharto. Kedua, isi berita yang menyebut ada transfer US$ 9 miliar milik Soeharto dari bank Swiss ke rekening di Austria ternyata hanya isapan jempol, alias tak bisa dibuktikan. Baik Tempo sendiri vonis Mahkamah Agung terhadap Majalah Time ini, yang keluarkan tiga hakim agungnya, adalah vonis atas kreativitas dan karya jurnalistik. Sebuah lonceng kematian bagi kebebasan pers! Soeharto tampaknya akan terus menjadi 'fenomena multidimensi' di tanah air. Makna multidimensional itu memberi pengertian bahwa Soeharto selalu menarik dilihat dari banyak sudut pandang. Dari sudut pandang (antropo-logi) politik, misalnya, Niels Mulder (dalam Ruang Batin Masyarakat Indonesia, 1999), Soeharto adalah figur anak manusia Jawa, yang bukan turunan anak bangsawan, yang mampu menjadikan tiga dasawarsa kehidupan politik sebagai ruang bagi manifestasi konsepsi politik Jawa. Tiga da-sawarsa adalah buah dari politik Jawa seorang Soeharto. Dari sudut pandang sejarah Republik, Soeharto terus menjadi teka-teki di balik tragedi pembantaian massal PKI 1965'. Peran Soeharto terus menjadi misteri, termasuk ke-wenangan dia atas Supersemar yang surat aslinya entah berada di mana. Dengan Tap MPRS, teori-teori Marxisme haram dipelajari, seolah-olah buah pikiran dalam Marxisme akan mengajak manusia Indonesia berbondong-bondong memasuki api neraka. Dalam sudut pandang korupsi, Soeharto tak tersentuh. Kasus vonis MA atas Majalah Time adalah daftar panjang dari riwayat susahnya institusi hukum kita menjerat dan memasukkan Soeharto ke sumpeknya hotel prodeo. Hal yang sama tidak terjadi pada barisan kroninya seperi Bob Hasan, bahkan saudara tirinya sendiri, Probosutedjo mesti menikmati 'ketidakbebasan' dalam kamar prodeo. Jadi, Soeharto bukan saja 'the Smiling General', tapi juga, 'the Untouchable General'. Soeharto dan Agenda Reformasi yang Terbajak Soeharto jelas nama yang sangat populer. Mungkin hanya Soeharto seorang yang paling sering dihujat jutaan demonstran yang turun ke jalan-jalan sebelum sang tiran itu jatuh Mei 1998. Tak ada penguasa di Indonesia yang begitu dihujat menjelang masa jatuhnya. Dalam sudut pandang ama-nah reformasi, bagi penulis, susahnya menjerat seorang Soeharto menjadi pesakitan hukum, merefleksikan tiga hal: Pertama, benarlah dalil dari teori struktural yang mengatakan bahwa kejatuhan seorang Soeharto barulah menyentuh 'sisi personifikasi, sisi figuritas'. Benar pula bahwa sejak jatuhnya Seoharto, secara gradual, terjadi proses penataan struktural, mungkin lebih tepatnya: 'persesuaian struktural' yang mengubah 'tata politik, ekonomi dan hukum' nasional. Sistem politik nasional menjadi sangat 'liberal', partai-partai tumbuh layaknya jamur di musim penghujan. Bahkan, dalam putusan Mahkamah Konstitusi terbaru, dimungkinkan calon perseorangan ikut dalam pemilihan umum. Pemerintah juga mulai menangkap para koruptor, mulai dari penjahat keuangan kelas pimpinan DPRD hingga tokoh kaliber nasional. Presiden SBY bahkan pernah dianugerahi penghargaan sebagai salah satu pemimpin yang bersinar di Asia oleh Asia Week karena usaha pemberantasan korupsinya. Namun Soeharto adalah Soeharto, the Untouchable General! Dia tetap tak tersentuh, bahkan menurut Aditjondro, Soeharto adalah satu-satunya diktator di dunia yang tak tersentuh hukum, tidak seperti Marcos dan yang lainnya. Ternyata reformasi hukum baru menangkap 'koruptor kelas ikan teri', belum berani menangkap 'kelas Kakap'. Dalam konteks ini, perubahan struktural-politik, yang terjadi secara berangsur-angsur, hanyalah melahirkan elit politik yang datang dari 'golongan tua', atau 'mereka yang menunggu di tikungan jalan'. Singkatnya, reformasi politik hanya melahirkan 'kaum establish baru' dan 'kaum oportunis baru'. Reformasi politik tak melahirkan elit nasional yang berani bersikap tegas terhadap masa lalu! Kedua, dalam gambar analisa yang demikian, maka strategi menjatuhkan rezim politik yang tiranik-despotik dan korup mestilah dipahami sebagai pintu masuk saja. Teori Perubahan dengan jalan revolusioner tampaknya mesti mulai dikikis dari cita-cita dan mimpi perubahan untuk kasus Indonesia. Dalam suasana dan sistem politik Liberal kayak sekarang, jalan 'Sosial-Demokrat atau Parlementarian' telah menjadi
[mediacare] Takhayul-Takhayul Baru Politik!
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007092401051416 Senin, 24 September 2007 BURAS Takhayul-Takhayul Baru Politik! H.Bambang Eka Wijaya: KAU tonton Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kick Andy, Metro TV? tanya Umar. Saat harus memutuskan mundur dari jabatan Gubernur DIY, ia istikharah di masjid pukul 12.00 malam! Itu membantah kepercayaan awam bahwa kekuasaan keraton di Jawa punya hubungan dengan Nyi Roro Kidul! Hubungan raja-raja Jawa dengan Nyi Roro Kidul itu takhayul lama! timpal Amir. Kau benar, pernyataan Sri Sultan itu menghapus takhayul lama itu! Tapi bukan berarti kancah politik kita telah sama sekali lepas dari takhayul! Takhayul-takhayul baru segera menggantikan! Takhayul-takhayul seperti apa? kejar Umar. Misalnya takhayul bahwa pemimpin--presiden, gubernur, bupati/wali kota dan anggota legislatif semua tingkat--hasil pemilihan langsung oleh rakyat akan prorakyat! Itu takhayul modern yang dalam periode jabatannya saja bisa dibuktikan salah! tegas Amir. Takhayul baru berikutnya, malah sedang in, adalah hasil survei yang dijadikan dasar DPP parpol untuk menafikan hasil pemilihan bakal calon yang diproses secara demokratis sesuai mekanisme partainya! Kenapa kau sebut itu takhayul? tanya Umar. Disebut takhayul modern karena dilakukan tanpa dasar standar yang berlaku dalam organisasi, seperti PD-PRT, tapi justru bisa mengalahkan proses standar yang dilakukan berdasar PD-PRT! jelas Amir. Setidaknya dalam dua partai besar, Golkar dan PDI-P, dewasa ini berlaku meski rakerdasus atau rakercabsus telah memilih bakal calon kepala daerah, kalau hasil survei popularitas bakal calon berbeda, DPP berhak menetapkan lain! Tanpa kecuali, proses rakerdasus itu telah melibatkan unsur partai sampai anak cabang atau bahkan ranting! Pantas, bersamaan iklan DPD PDIP-P Lampung menjaring bakal calon gubernur, meski secara nyata Sjachroedin Z.P. telah mendapat dukungan semua cabang, dia sendiri menyatakan rela mengalah jika hasil survei menyebutkan lain! timpal Umar. Lantas secara organisasi dasarnya apa, hasil survei bisa mengalahkan putusan yang diambil berdasar PD-PRT? Dasarnya cuma karena pengurus pusat menghendaki begitu! tegas Amir. Maka itu, bisa digolongkan takhayul karena meski menyalahi standar organisasi yang wajib ditaati, tetap diikuti karena takut kualat! Tapi apa benar calon yang unggul dalam survei pasti menang pilkada? kejar Umar. Menurut Ketua DPP PDI-P, Panda Nababan, skornya dari 15 pilkada, 10 menang! jelas Amir. Hasil survei awal dijadikan modal untuk dikembangkan lebih efektif oleh mesin partai! Jadi, setelah DPP menetapkan calon, tidak lantas tidur! Tapi segera mengambil tanggung jawab pemenangannya lewat mekanisme survei itu! Yakni, terus memupuk dan mengembangkan popularitas calon, sehingga setiap tahapan survei berikutnya persentase dukungan terus meningkat! Meski begitu, pasti publikasi hasil tahapan survei itu yang lebih memengaruhi pilihan orang--seperti massa mengambang yang sebenarnya tak punya pilihan! timpal Umar. Daripada suaranya percuma, lebih baik memberi suara kepada yang lebih mungkin menang! Sebagai pemilih pun, tentu orang ingin menang bening.gifburas.jpg
Re: [mediacare] FPI Makin Ngawur dan Arogan aja !
Kalau FPI merusak citra Islam, mengapa organ seperti MUI partai-partai berazaskan ajaran agama Islam tidak membuka suara menyatakan bahwa FPI, MMI, Laskar Jihad Sunnah Wal Jamaah etc serta tokoh-tokoh mereka memburukan dan merusak citra agama Islam? - Original Message - From: Roy Hamandika To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Monday, September 24, 2007 11:51 AM Subject: Re: [mediacare] FPI Makin Ngawur dan Arogan aja ! Bung Firdaus, Perbuatan segelintir orang ini memang sangat memprihatinkan. Apalagi kalau orang lalu pukul rata menilai bahwa begitulah ajaran Islam sebab mereka menamakan dirinya Front Pembela Islam. Merekalah yg merusak citra Islam yg katanya mereka belasepertinya bertindak tanpa dipikir dulu akibatnya.benar-2 sempit wawasannya. Percuma berharap aparat/pemerintah akan bertindak tegas terhadapa kelompok-2 seperti ini. Sudah terlalu sering kan kita mendengar orang meminta mereka ditindak tegas tapi pemerintah/aparat tidak pernah berani mengambil tindakan. Lebih parah lagi, FPI berani melakukan tindakan anrkis didepan hidung polisi/penegak hukum kok...Jangan berharap ada penegakan hukum atas kelompok-2 yg membawa-bawa nama Islam, semua takut nanti dituduh anti Islam. Anehnya mereka (aparat/penegak) tahu betul bahwa ulah kelompok FPI dan sejenisnya ini juga mencemari nama Islam itu sendiri. Ini bentuk KEMUNAFIKAN yg sangat luar biasa..benar-2 kasihan dech melihatnya hehehehe.. Salam perdamanain/Roy H firdaus cahyadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear All, Pagi tadi (24/9) saya menonton berita di SCTV. Pada berita itu ditanyangkan ttg sepak terjang FPI di Ciamis yang merusak tempat makan (warung nasi) hanya gara-gara buka pada siang hari di bulan puasa. Menurutku kelakuan FPI ini sudah keterlaluan bahkan cenderung menyesatkan. Tidak ada larangan dalam Islam untuk berjualan makanan pada siang hari di bulan puasa. Bukankah anak-anak, wanita yang sedang berhalangan, orang sakit dan juga musafir diberi keringanan untuk tidak berpuasa. Nah kalo warung nasi tidak boleh berdagang pada siang hari, mereka akan mencari makanan dimana? Apakah orang yang telah diberi keringanan oleh Allah SWT untuk tidak berpuasa harus dipaksa untuk tetap berpuasa hanya karena untuk menghormati saudara-saudaranya yang berpuasa? Sesat dan Arogan sekali para aktrivis FPI ini! Saya berharap aparat pemerintah bertindak tegas untuk segera membubarkan FPI, bukan hanya karena kekerasan yang membahayakan tapi juga pola pikirnya yang sudah cenderung sesat.. Salam, Daus Pinpoint customers who are looking for what you sell. -- Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today! -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.30/1025 - Release Date: 9/23/2007 1:53 PM