[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/17/2006 at 8:38 AM Pakcik wrote: btw, yang "show" disini cuman 3, game, kamus offline, kamus on the fly. eh 4, ada Sam dengan salesforce? lainnya cuman "tell" atau OMONG DOANG (termasuk gue). Jadi ingat sama teman yang bikin ERP selama 2 tahun. Kemarin ini lihat, potensinya bagus. Juga sudah dipakai di sebuah perusahaan di Jakarta selama berbulan-bulan. Tapi, dia enggak punya waktu untuk marketingnya. Nah lho, sayang banget. Dan ybs itu saya yakin enggak kalah kualitasnya sama developer luar. Cuma ya itu, bagaimana caranya untuk mengkonekkan dia dengan orang2 di luar yang bisa memanfatkan jasa dia ? note: spesialisasinya adalah development linux web. Salam, Harry
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
btw, yang show disini cuman 3, game, kamus offline, kamus on the fly. eh 4, ada Sam dengan salesforce? lainnya cuman tell atau OMONG DOANG (termasuk gue). Yang kadang saya show-kan di signature: http://www.google.com/search?q=usable+calculatorbtnI Yang di Win32 dan Mac OS X, sabar saja: http://ariya.blogspot.com/2006/01/speedcrunch-madness-continues.html -- http://www.google.com/search?q=ariya+hidayatbtnI
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/16/2006 at 11:57 PM Muhamad Carlos Patriawan wrote: saya gak masuk, saya bilang diskusinya tentang ini udah kepanjangan, stop it trims,saya setuju.. tapi saya minta juga *please* ... kita (yg di milis ini) ini orang *tech ; paling tidak, tidak usahlah berkomentar kalau kita ini cuman bisa bikin panci saja. Ya, saya pikir, kalaupun tidak tahu bagaimana merealisasikannya, jangan langsung jadi pesimis :-) Positive thinking aja, sambil kita mengusahakan apa yang bisa kita lakukan sendiri. Syukur-syukur kalau bisa beramai-ramai toh. Contoh; ini proyek saya pribadi: kemarin ini saya ketemu dengan seorang developer. Dia sudah punya 2 produk, tapi penjualannya seret banget di Jakarta. Saya sampai sedih ngeliatnya, dulu dia punya mobil, sekarang tinggal motor. Untuk biaya hidup sehari-hari kadang dia juga terpaksa nombok. Nah, jadi saya kasih tahu, produk kamu itu saya rasa punya kans bagus untuk laku di luar negeri. Dia langsung tertarik. Saya beberkan, strateginya begini dan begitu. Terjemahkan produknya, marketing via adsense dg strategi yang jitu, lalu pricing juga harus tepat, dst. Dia makin tertarik. Tapi, ada satu masalah - selagi dia mengerjakan ini semua, keluarganya mau makan apa? karena selama ini cara marketing dia adalah datang langsung ke tempat2 yang mungkin bisa memanfaatkan produk dia. Kalau mengerjakan ini sebulan (estimasi kita), selama sebulan itu dia tidak mendapat pemasukan. Jadi rencananya, setelah proyek saya yang saat ini selesai, saya akan membayar dia development fee untuk sebulan. Selama sebulan dia bisa berkonsentrasi penuh untuk menterjemahkan produknya itu. Setelah itu, marketingnya diserahkan kepada saya. Kalau profit, maka dibagi 50-50. Mudah-mudahan ide ini mau dia terima, karena tidak ada resiko di sisi dia. Lagipula karena saya yang bilang yakin profitable, ya, walk the talk lah, he he. Moral #1 : Untuk kasus ini, saya lihat finding the niche itu cukup penting. Kalau ketemu niche yang tepat, kadang dengan modal minim pun kita bisa potensi mendapatkan return yang cukup besar. Di kasus ini, modalnya cukup development fee sebulan. Kalau gagal pun saya tidak terlalu banyak merugi. Nah, disini salah satu gunanya forum seperti ini - kita bisa brainstorming mengenai apa kira2 niche yang bisa / feasible untuk kita garap. Lalu, kalau sudah banyak yang ngerjain niche-niche seperti begini, tinggal tarik semuanya ke BHTV deh ;-) So, ya, saya kira si Aa Gym memang benar - 3M, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang, dan yang ketiganya saya lupa :P he he Moral #2 : Perlu ada pemodal yang mau investasi di proyek2 high risk namun potensi return besar seperti ini (apa tuh istilahnya, angel investor ?). Saya lihat, investor2 yang saya temukan selama ini cenderung terlalu konservatif. Apalagi kalau bidang IT, pada enggak ngeh tuh. Kalau saja ada beberapa investor yang ngerti (atau mau berusaha mengerti) bidang IT ini, maka Indonesia bisa berharap untuk bisa menjadi raksasa IT berikutnya. Untuk kasus ini, kebetulan modalnya enggak terlalu besar, jadi saya pun bisa jadi angel, he he Udah, itu dulu deh. Salam, Harry
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
BTW, kalau kita ntar selalu mikir produk TI yg memenuhi pasar asing, terus pasar dalam negeri siapa yg ngurisin :-), jangan-jangan malah import lagi Pasar dalam negeri relatif lebih kecil, dan sudah keenakan dimanja software bajakan. Kalau UU HAKI betul ditegakkan, mungkin baru akan agak mendingan. Nyatanya, UU HAKI cuma dipakai oknum polisi untuk ngobyek, dengan merazia warnet :-) hek hek Salam, Harry
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/17/2006 at 11:46 AM Pakcik wrote: saya itu suka diskusi, tapi kalau udah bolak balik ke sini lagi, annoying. jadinya di judge OMONG DOANG, karna terlalu banyak. silahkan eksekusi, masalah dilapangan bisa di diskusi kan di sini. Yaa Pak Cik.. kalau memang enggak ada yang capable untuk ngerjain proyek2nya dia di Indonesia, mosok mau dipaksakan juga lempar ke Indonesia :-) Nantinya cuma malu-maluin Indonesia dong. Biar saja yang punya wawasan bagi-bagi wawasannya. Nah, kita ambil yang bisa kita lakukan, lalu kita eksekusi sendiri, untuk keuntungan kita sendiri :-) (tapi saya rasa bang Carlos enggak akan keberatan kalau Anda mau profit sharing sama dia) Kembali ke ide pameran itu... jadi, gimana bagusnya ? Saya terus terang tidak punya resources yang bisa tampil di forum pameran internasional (belum begitu mudeng jargon2 outsource / bisnis / formal software development), tapi saya punya link-link ke software house / programerlokal yang bisa ngerjain limpahan proyek2. Jadi, kalau ada yang bisa pergi ke pameran dan dapat proyek tapi bingung mau dilempar kemana, saya bisa bantu-bantu. Salam, Harry
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/17/06, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: Maaf jangan-jangan kita terlalu yakin' padahal sebetulnya secara nasional tidak memiliki modal utk itu.Sayangnya banyak pendapat IT == software :(Kalau di sisi software saja, memang kita masih sangat jauh. Nah ini yang ingin saya push.Kalau memang gagal, kita bisa kembali fokus ke pabrik toner,harddisk, packaging IC, dsb. It's ok. Atau mending jadi petani aja, tapi petani/nelayan kelas dunia ?. Laut besar jangan dianggurin, manfaatkan TI utk explorasi laut. Tapi ... no panci. Bukan karena pancinya, tapi karena kitabelum punya pengalaman membuat panci. Sebagai nelayan kita sudah punya pengalaman. Kenapa ini tidak lebih diexplorasi lagi, Sebetulnya inti yg ingin saya katakan adalah, jangan industri TI utk TI itu sendiri, tapi industri TI utk apa. ? Dan apanya ini yang dikembangkan sesuai dengan apa yang kita telah kuasai. Di Gatra pernah saya baca, ibu-ibu yang sukses jadi pengexport ikan ke manca negara, dan punya pabrik pengolahan ikan besar. Betul kata Ari, mending kita jualan panci,...Masalahnya, justru belum ada track record jualan panci di LN. Coba dicek.(Jangan-jangan malah panci yang ada di dalam negeri sudah buatanChina semua???) Ntar ada yang bilang Bikin panci aja ndak bisa mo bikin komputer he he he he IMW
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Made Wiryana wrote: On 1/17/06, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: Maaf jangan-jangan kita terlalu yakin' padahal sebetulnya secara nasional tidak memiliki modal utk itu. Sayangnya banyak pendapat IT == software :( Kalau di sisi software saja, memang kita masih sangat jauh. Nah ini yang ingin saya push. Kalau memang gagal, kita bisa kembali fokus ke pabrik toner, harddisk, packaging IC, dsb. It's ok. Atau mending jadi petani aja, tapi petani/nelayan kelas dunia ?. Laut besar jangan dianggurin, manfaatkan TI utk explorasi laut. Tapi ... no panci. Bukan karena pancinya, tapi karena kita belum punya pengalaman membuat panci. Sebagai nelayan kita sudah punya pengalaman. Kenapa ini tidak lebih diexplorasi lagi, Sebetulnya inti yg ingin saya katakan adalah, jangan industri TI utk TI itu sendiri, tapi industri TI utk apa. ? Dan apanya ini yang dikembangkan sesuai dengan apa yang kita telah kuasai. Maaf Pak Made, tapi sebaiknya ndak asal berikan alasan saja. Half of My family masih jadi nelayan miskin di pedalaman sumatra yang pendapatanya hanya 1000 perak sehari. Jumlah ikan juga makin menipis tiap hari. Belum lagi polusi dst. Solusi buat mereka: harus BERHENTI jadi nelayan , jangan dikira enak jadi nelayan ! dan ini sudah dilakukan dan sukses. Kalau kita orang IT,seperti katanya Pak Budi,lakukan apa yang sebenarnya kita bisa lakukan lah, jangan ngeles seperti wah nanam cabe saja. Di Gatra pernah saya baca, ibu-ibu yang sukses jadi pengexport ikan ke manca negara, dan punya pabrik pengolahan ikan besar. Betul kata Ari, mending kita jualan panci, ... Masalahnya, justru belum ada track record jualan panci di LN. Coba dicek. (Jangan-jangan malah panci yang ada di dalam negeri sudah buatan China semua???) Ntar ada yang bilang Bikin panci aja ndak bisa mo bikin komputer he he he he Makanya, waktu kita bikin sesuatu , kita hitung untung ruginya dulu. Kalo kasus iptn dulu memang salah dan bikin sebagian orang 'takut' dengan industri hitek. Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Muhamad Carlos Patriawan wrote: Ah pasti sama sebalnya dengan saya kalau sering2 membaca alasan 'skript kiddies' ini. si zaki harus bertanggung jawab. carlos Ha..ha...ha. Iye...iye gw tanggung jawab dah ah. Duh, dah keseringan berdalih jadi bumerang juga nih ke gw. Nilai kuliah gw semester ini hampir keluar semua. Tinggal 2 mata kuliah lagi yang belum. Alhamdulillah mata kuliah yang menyeramkan dan gw gak suka, dah lulus semua. Jadi semester depan gw bisa mengambil kuliah nol SKS dan ambil SKS tak hingga untuk mata kuliah yang gw suka. Jadi tunggu tanggal mainnya aja yak. Zaki Akhmad http://www.zakiakhmad.info
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Made Wiryana wrote: On 1/17/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Waktu bulan lalu saya ke Indonesia (pendek sekali cuma 10 hari, jadi ndak sempet kongkow-kongkow), saya sempet beli buku. 'Ironi Pahlawan Devisa yang bercerita ttg para TKI. Bagus buat dibaca bagi yang semangat ber-outsource. Biar ndak besar pasak daripada tiang. salah persamaan. Outsourcing =! TKI (yang ke Arab itu). Memang tidak sama, tapi sama sama ngedatengin devisa :-), hayo jangan-jangan kalah devisa yg didatengin-nya. hahaha...kalau masalah tenaga kerja ini kan ada dua, yang berbasis labour work seperti tenaga kerja dan expatriate yang berbasis skill. Dua duanya menghasilkan devisa,saya tahu persis berapa nilai export tenaga kerja pilipina,indonesia dan outsourcing juga. Kalau dari sektor global, yang paling tinggi ya masih outsourcing sektor IT jelas. Note: TK Indonesia(Labour work) kalah bersaing dengan TK pilipina karena skillset,TK pilipina bisa lebih maju karena penguasaan bahasa inggris dan keterampelan medical school (nursing) yang diajari di pilipin. Btw, mestinya banyak dosen dan engineer yang ke bangalore nich , biar bisa melihat sendiri bagaimana TKA bekerja disana (Tenaga Kerja ex-Amerika)... :) BTW, kalau kita ntar selalu mikir produk TI yg memenuhi pasar asing, terus pasar dalam negeri siapa yg ngurisin :-), jangan-jangan malah import lagi Pak Made , 'cut it short' saja ya ... kalau Pak Made mau mengatakan supaya di Indonesia pakai open source software , ya silahkan saja.Tapi beda masalah dengan *technya Pak Budi. Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Oke, sori baru ngasih tanggepan sekarang. Jadi dah rada telat. Cerita dari awal: kenapa awalnya saya lebih suka belajar ilmu sosial dibanding kuliah di Elektro? Karena bagi saya ilmu itu harus bisa diaplikasikan. Ilmu tanpa amal tidak berguna sama sekali. Dulu, saya tidak melihat guna dari kuliah Medan I dengan 4 persamaan Maxwell. Saya tidak melihat kegunaan saya belajar kuliah kendali dengan Matematika yang bikin saya sakit perut. Halaah itu gunanya apa Matematika se-dahsyat itu? Toh kemiskinan akan selalu ada. Toh orang-orang minta-minta di pinggir jalan tetap ada. Toh pejabat korupsi akan selalu ada. Saya termasuk orang yang berpikir dari makro ke mikro. Asal saya tahu tujuan akhirnya saya akan all-out untuk itu. Saya dulu aktif di unit jurnalistik ITB. Saya benar-benar menikmati ke-aktif-an saya disana. Begadang sampai malam, menulis, cari nara sumber, cari fakta, rapat redaksi, berdebat, berdiskusi, nemenin anak-anak desain melayout, ke tukang percetakan, mengasong jualan, dengan satu tujuan: supaya tulisan saya dibaca orang. Terbitan kami cuma dijual 1000 rupiah! 16 halaman dengan informasi yang kami gali susah-susah. Bahkan uang hasil penjualan juga paling buat balikin modal ongkos naik cetak. Kami tidak dibayar! Bahkan zaman dulu, kami sempat patungan dulu dengan uang sendiri supaya bisa naik cetak. But we have a great time! We enjoy every second of it. Akhir cerita, kuliah saya sampai berantakan. Dan kemudian tiba-tiba saya tersadar biar bagaimanpun saya harus lulus kuliah. Lalu dimulailah perjalanan kembali ke jalan yang benar' sesuai kuliah saya. Dimulai dengan membeli buku sains populer, ngobrol sama Pak Samaun, diskusi dengan Pak Budi, datang presentasi BHTV, masuk teknologia, kenal sama Carlos. Waktu kenal sama Carlos, terus terang, saya ragu! Ini benar orang Indonesia? Saya cek foto di friendster-nya. Gila, benar juga! Lah dia kok bisa kenapa saya gak bisa. Semangat saya mulai terbakar. Dan pengakuan saya dengan status script-kiddies itu memang benar-benar saya belum terbukti apa-apa di dunia IT ini. Jadi saya juga tidak mau dicap sebagai orang yang ngomong doang. Saya berusaha fair, jujur apa adanya. Dan saya tahu saya tidak bisa berlindung di balik pangkat ini terus. Namun saya ingin semuanya berjalan alami. Saya tidak ingin matang secara karbitan. Masih terlalu pagi bagi saya untuk memutuskan all-out profesi apa yang akan saya geluti. Legenda pribadi saya masih banyak dan tentu menjadi kebebasan pribadi saya untuk menentukan legenda pribadi yang mana yang ingin saya wujudkan. Titik ekstrimnya, orang tua saya pun tidak berhak mengintervensi keputusan masa depan profesi apa yang akan saya pilih. Lanjut lagi dengan debat Panci lah, IT lah, dll lah. Will we stop it this debate? Ilmu yang berguna itu ilmu yang diamalkan! Saya suka ilmu sosial, karena saya tahu cara mengamalkannya di Indonesia. Saya suka sekali ngobrol dengan orang-orang sederhana: tukang ojek, supir angkot, dan tukang gorengan di depan kampus. Saya menemukan kedamaian disana. Saya merasa hidup saya masih lebih enak. Biarpun kiriman dari orang tua pas-pasan, saya punya teman-teman baik yang begitu banyak. Nah kurikulum kuliah di Elektro ITB itu ternyata IDEALnya tidak kerja untuk hal-hal yang sifatnya manajerial dan juga solder-menyolder. Ini Pak Samaun yang bilang lho. Teman-teman saya yang dari subjur mikroelektronika harusnya begitu lulus kerja jadi IC-Designer! Sayangnya lapangan kerja untuk itu di Indonesia tidak ada. Dan sudah pada tahu kan, membuat pabrik IC-Designer tidak sesederhana membuat pabrik pembuat panci atau membuka restoran makan. Soal nasionalisme. Saya pribadi tidak suka terkotak-kotak. uManusia yang paling berarti adalah manusia yang paling bermanfaat bagi yang lain/u. Saya cuma seorang Zaki Akhmad yang kebetulan lahir di Jakarta, kuliah di Elektro ITB, lebih suka dunia sosial dan baru mau kembali ke jalan yang benar, dan berkewarganegaraan Indonesia. Jika memang ilmu saya lebih berguna di Silicon Valley ya saya berarti harus berusaha untuk sampai kesana. Jika memang ilmu saya lebih berguna di depan anak-anak SMA, ya saya akan menjadi guru saja. Jika memang ilmu saya lebih berguna di dunia jurnalistik, ya saya akan menjadi wartawan saja. Toh ini kan pilihan saya pribadi. Sampai saat ini bagi saya yang prinsip adalah agama. Jadi yang lain boleh ganti-ganti, tapi tidak untuk agama. Ganti kewarganegaraan? Ah itu tidak prinsip bagi saya. Teman saya bilang, secara ikatan emosional Indonesia pasti tidak akan hilang. There's no place like home! Analoginya kalau saya dari kecil dibesarkan di rumah A dan ketika sudah beranjak besar pindah ke rumah B, secara emosional saya akan lebih dekat dengan rumah A saya. Atau dilihat dari sisi lain. Setelah saya menghabiskan waktu 10 tahun di LN saya memutuskan kembali ke Indonesia dengan alasan, banyak sekali masalah di Indonesia yang harus dibenahi. Dimulai dari membuang sampah pada tempatnya, menyebrang di jembatan penyebrangan, dan bisa jadi juga memulai
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
- Original Message - From: muhamad carlos patriawan [EMAIL PROTECTED] To: teknologia teknologia@googlegroups.com Sent: Tuesday, January 17, 2006 11:12 PM Subject: [teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google) Maaf Pak Made, tapi sebaiknya ndak asal berikan alasan saja. Half of My family masih jadi nelayan miskin di pedalaman sumatra yang pendapatanya hanya 1000 perak sehari. Jumlah ikan juga makin menipis tiap hari. Belum lagi polusi dst. == dan juga isu formalin yah telah merugikan omset milyaran para nelayan (http://radartegal.com/index.php?option=contenttask=viewid=8817) Solusi buat mereka: harus BERHENTI jadi nelayan , jangan dikira enak jadi nelayan ! dan ini sudah dilakukan dan sukses. == berhenti, mungkin iya mungkin juga tidak. tapi saya kira ini akan sulit sekali kecuali mereka yang punya modal. Kalau kita orang IT,seperti katanya Pak Budi,lakukan apa yang sebenarnya kita bisa lakukan lah, jangan ngeles seperti wah nanam cabe saja. Di Gatra pernah saya baca, ibu-ibu yang sukses jadi pengexport ikan ke manca negara, dan punya pabrik pengolahan ikan besar. Betul kata Ari, mending kita jualan panci, ... == tetangga kampung saya banyak yang jualan panci, kompor sumbu, pompa air manual (dragon), sepeda ontel, spare part mesin diesel (kubota)..etc tapi iya sayang belum bisa export, pangsa pasarnya masih di indonesia tercinta saja...dan mereka sukses...secara materiil. saya pribadi sebagai wongcilik malah berandai-andai bukan cuma BHTV saja tetapi THTB (Tegal High Tech Bangalore)..hehehehe. jadi bukan hanya menyandang jepangnya indonesia saja..tetapi bangalorenya indonesia...smoga. Masalahnya, justru belum ada track record jualan panci di LN. Coba dicek. (Jangan-jangan malah panci yang ada di dalam negeri sudah buatan China semua???) Ntar ada yang bilang Bikin panci aja ndak bisa mo bikin komputer he he he he Makanya, waktu kita bikin sesuatu , kita hitung untung ruginya dulu. = Kalau yang ini saya kira semua akur, mungkin sebelum bikin suatu product baca-baca dulu buku IT Blue Book and Blue Ocean (kimmaugorgne). Kalo kasus iptn dulu memang salah dan bikin sebagian orang 'takut' dengan industri hitek. Carlos salam, wongcilik
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
saya pribadi sebagai wongcilik malah berandai-andai bukan cuma BHTV saja tetapi THTB (Tegal High Tech Bangalore)..hehehehe. jadi bukan hanya menyandang jepangnya indonesia saja..tetapi bangalorenya indonesia...smoga. saya sepakat 100 persen... yg penting bangalorenya memang ... jadi si paimin sang penjual kain sari di hosur road bangalore, bisa punya anak yang namanya paidjo dan bekerja di Intel Bangalore mendevelop next-gen chips. Dua duanya saling mendukung. Gak perlu dipertentangkan.Wong dua duanya menghasilkan devisa koq. PS: dulu di BHTV, ada bapak yang sudah membuat medical divais di daerah tegal kalo gak salah. = Kalau yang ini saya kira semua akur, mungkin sebelum bikin suatu product baca-baca dulu buku IT Blue Book and Blue Ocean (kimmaugorgne). selain penguasaan iptek ; juga penguasaan projek management ; dan ilmu pasar. Sepakat Pak. Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Pada hari Senin, tanggal 16/01/2006 pukul 13:40 +0700, Ikhlasul Amal menulis: Pertama, panci dalam gambaran di atas hanya simbol, jadi jangan sampai ilustrasi tersebut menutup kemungkinan perspektif lainnya. :) Saya mikirnya malah, ga usah jauh-jauh jadi produsen perangkat lunak. Mau bikin panci kek, mau bikin tutup botol kek, ga apa-apa. Tapi jadilah pembuat panci yang benar2 diperhitungkan dunia. Bikinlah panci sedemikian sehingga dunia bergantung pada kita. Kalau kita ngambek, biarin eropa atau amerika kelimpungan karena ga bisa masak pakai panci. Silakan ganti kata 'panci' di atas dengan benda favorit Anda. (Membayangkan jawaban2: kalau kita ngambek, nanti Sino dan Indihé akan masuk jualan panci juga dengan harga 1/3-nya.) Tapi saya agak sedikit senang karena produk-produk buatan Indonesia sudah mulai dijual di IKEA dan beberapa toko baju internasional di sini. Sebelumnya kesal sekali lihat Made in Sino bertebaran di sini. Tapi punya kita masih kurang banyak (saat ini saya tidak begitu peduli berapa orang kita yang ada di lembah atau di lereng jadi insinyur komputer, tapi lebih peduli berapa baju atau boneka atau panci yang bisa kita jual ke negeri seberang lautan, karena saat ini lebih yang banyak narik urat betot otot di bidang itu daripada jadi insinyur). Tapi patut kita hargai upaya bung Carlos (dengar nama Carlos jadi ingat Carlos Arozamena di komik Mimin) karena menjadi kompor cap Butterfly untuk mengajak bertebaran di bumi Amerika menjadi insinyur nomor satu karena ga semua orang berminat jadi pembuat panci. Siapa tahu nanti kalau sudah pulang dari Amerika selain bikin produk-produk haitek juga bikin pabrik panci haitek dengan merek HAITEK (jadi ingat di sini ada kursi santai model bola kasti buatan Cina dengan tulisan gede-gede GONG XI FACAI di kanan kiri sisi kursinya, tapi kok bisa laku ya?). Pasti akan berguna bagi kita semua di kemudian hari (mungkin ini yang beliau sebut dengan pandangan secara long-term).
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Mohammad DAMT wrote: Tapi patut kita hargai upaya bung Carlos (dengar nama Carlos jadi ingat Carlos Arozamena di komik Mimin) karena menjadi kompor cap Butterfly wah orang finlan ini lupa dulu pernah ke cempaka putih ya :) untuk mengajak bertebaran di bumi Amerika menjadi insinyur nomor satu karena ga semua orang berminat jadi pembuat panci. Siapa tahu nanti kalau sudah pulang dari Amerika selain bikin produk-produk haitek juga bikin pabrik panci haitek dengan merek HAITEK (jadi ingat di sini ada kursi santai model bola kasti buatan Cina dengan tulisan gede-gede GONG XI FACAI di kanan kiri sisi kursinya, tapi kok bisa laku ya?). Pasti akan berguna bagi kita semua di kemudian hari (mungkin ini yang beliau sebut dengan pandangan secara long-term). ini orang finlan bin bogor nyosor belakangan. kurang lebih begitu mengenai long term. koreksi: amerikanya gak penting sebenarnya,yang penting research centernya mengikuti gaya bahasa om budi rahardjo. maklum tugas berat menanti kita,menangani panci google yang jumlahnya 100,000 itu. HE HE HE :) Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Pada hari Senin, tanggal 16/01/2006 pukul 08:21 +, Muhamad Carlos Patriawan menulis: Mohammad DAMT wrote: Tapi patut kita hargai upaya bung Carlos (dengar nama Carlos jadi ingat Carlos Arozamena di komik Mimin) karena menjadi kompor cap Butterfly wah orang finlan ini lupa dulu pernah ke cempaka putih ya :) Ingat. Bersama seorang petinggi dari ABRI.mil.id di sana. Tapi cuma 9 hari karena ada hasutan yang datang lebih kuat. *-P kurang lebih begitu mengenai long term. koreksi: amerikanya gak penting sebenarnya,yang penting research centernya mengikuti gaya bahasa om budi rahardjo. maklum tugas berat menanti kita,menangani panci google yang jumlahnya 100,000 itu. HE HE HE :) Kalau yang diajakin susah untuk dikomporin saat ini, ya sudah. Tapi nanti kembali lagi beberapa bulan/tahun lagi dan tulis di blog besar-besar: Tuh kan gué bilang juga apé! Dulu diajakin ga maú! Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Kesannya saya jadi sombong, maunya diturutin. Padahal sebenarnya tidak, saya ingin merangkul dua kubu di sini. Kalau sekarang ga mau sepaham dengan Carlos cs, ya tidak apa-apa. Ketika dunia nanti kelaparan kemudian insinyur2 komputer tsb pulang kampung dengan tujuan kembali yang lucu itu kalo ada istilah paham, karena paham saya cuman MajuISME :) Saya ketularan stanford-ISME nya pak budi barang kali eh salah ketularan 10% otak india, sino dan yahudi terbaik. Jujur saja,selama saya disini,saya banyak sekali belajar **behavior** dan **attitude** kawan2 dari negeri lain yang sudah berhasil (dari india ampe china).Ternyata mereka punya banyak sekali kesamaan. Jadi ini bukan 'Carlos's story' tapi indian's dan sino's story' sebenarnya.Yang menarik: kehidupan mereka rata2 JAH Lebih susah dibanding kehidupan kita di Indonesia ini waktu mereka masih di kampungnya. sekarang nanya: ada gak sich orang di jalanan ngasih tahu cara: kalo mau hidup tentram,enak caranya begini,gak perlu modal asing,gak perlu ngutang,gak perlu jadi pengemis . artinya ngajarin ke arah yang lebih baik agar bisa memproduksi 'something', bukan konsumtif kayak iklan yang ada di pinggir jalan. kalau tidak mau tidak apa-apa,namanya juga 'jalan'...cuman. #1 jangan pernah komplen kalo harga minyak 4500 seliter dan kemungkinan bakal naik terus.#2 jangan pernah komplen kalo 1 dolar ceban Intinya: tiap orang punya jalan masing-masing. Tapi tiap orang juga boleh mempromosikan jalan yang sudah ditempuh yang ternyata enak kepada rekan lainnya. namanya jalan,ada yang jalan dah pake jalan version 1.0 ada yang 2.0, sebagian ada yang 20.0 ... yah kita berbagi info dan saling membantu sajalah baik buruk masing2 jalan apa,yang penting motonya satu: mau maju dan gak mau lihat anak anak kita jadi tukang bikin panci. keadaan ini ? Bisa .. caranya, wah.. saya 'script kiddies'.. gak bisa Ah pasti sama sebalnya dengan saya kalau sering2 membaca alasan 'skript kiddies' ini. si zaki harus bertanggung jawab. carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Mohammad DAMT wrote: Pada hari Senin, tanggal 16/01/2006 pukul 08:21 +, Muhamad Carlos Patriawan menulis: Mohammad DAMT wrote: Tapi patut kita hargai upaya bung Carlos (dengar nama Carlos jadi ingat Carlos Arozamena di komik Mimin) karena menjadi kompor cap Butterfly wah orang finlan ini lupa dulu pernah ke cempaka putih ya :) Ingat. Bersama seorang petinggi dari ABRI.mil.id di sana. Tapi cuma 9 hari karena ada hasutan yang datang lebih kuat. *-P percaya atau tidak: sang petinggi abri.mil.id tersebut sempet main2 dengan petinggi fbi.gov (yang ini agen rahasia beneran) gara2 kerjaanya selalu berkutat di dinding api dan keamanan jaringan... gua denger ceritanya ngakak aja... buat yang lain: petinggi abri.mil.id ini mantan anak didiknya pak samik. kurang lebih begitu mengenai long term. koreksi: amerikanya gak penting sebenarnya,yang penting research centernya mengikuti gaya bahasa om budi rahardjo. maklum tugas berat menanti kita,menangani panci google yang jumlahnya 100,000 itu. HE HE HE :) Kalau yang diajakin susah untuk dikomporin saat ini, ya sudah. Tapi nanti kembali lagi beberapa bulan/tahun lagi dan tulis di blog besar-besar: Tuh kan gué bilang juga apé! Dulu diajakin ga maú! hahaha... sebenarnya sich gua dah sampai pada phase Tuh kan gué bilang juga apé! Dulu diajakin ga maú! tersebut ... :-) Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
maklum tugas berat menanti kita,menangani panci google yang jumlahnya 100,000 itu. HE HE HE :) Kalau yang diajakin susah untuk dikomporin saat ini, ya sudah. Tapi nanti kembali lagi beberapa bulan/tahun lagi dan tulis di blog besar-besar: Tuh kan gué bilang juga apé! Dulu diajakin ga maú! Kesannya saya jadi apatis, gak mau dibilangin, gak mau denger petuah orang2 pinter... :P Ya, mungkin karena kalian para dewa berjalan diatas angin (finlan, US, etc) dan jarang kontak dengan kita makluk bumi. Boleh lah.. sekali2 ajak adik2 yang dibawah untuk jalan diatas angin, dan benar2 menghasilkan hal yang berguna. Sama seperti kata MDAMT, buat panci yang berguna, kalau emang otak gak mampu buat pengganti macOS atau microsoft. Export ke US - europe. Kok bisa kopi aja harus minum di starbuck, padahal kopi doan gitu loh.. Tau gak kalau keluar rumah, semua yang kita lihat 99.99% pasti import. Dari mobil sampai sandal. Apabila produk dalam negeri, pasti bahan baku nya import. Sedih ? pasti !! Apa IT bisa ngebantu menghadapi keadaan ini ? Bisa .. caranya, wah.. saya 'script kiddies'.. gak bisa ngapai2n.. :D Tapi yang jelas kalau saya bisa bikin panci.. saya akan bikin panci ajaib dan isi pakai ramuan biar nambah banyak asterix2 yang lain untuk bertempur. :) -- Arie Reynaldi Zanahar reymanx at gmail.com http://www.reynaldi.or.id
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/16/06, Mohammad DAMT [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya mikirnya malah, ga usah jauh-jauh jadi produsen perangkat lunak. Mau bikin panci kek, mau bikin tutup botol kek, ga apa-apa. Tapi jadilah pembuat panci yang benar2 diperhitungkan dunia. Exactly! Hear, hear... Jadi inget cerita tentang petinju Moh Ali ketika ditanya kalau dia tidak jadi petinju, mau jadi apa. Setelah berpikir sejenak, dia bilang bahwa dia dibesarkan di daerah kumuh. Jadi ada kemungkinan kalau tidak jadi petinju, dia akan jadi janitor (tukang bersih2 di gedung). Tapi ... saya akan menjadi janitor #1 di dunia, lanjutnya. Itu dia! Tapi saya agak sedikit senang karena produk-produk buatan Indonesia sudah mulai dijual di IKEA dan beberapa toko baju internasional di sini. Kalau ini, saya juga punya cerita. Dulu waktu mau sidang di kampus saya cari baju putih. Saya ke toko dan minta baju putih yang terbaik. Ternyata, buatan Indonesia. Langsung saya beli! Hidup Indonesia! (saat ini saya tidak begitu peduli berapa orang kita yang ada di lembah atau di lereng jadi insinyur komputer, tapi lebih peduli berapa baju atau boneka atau panci yang bisa kita jual ke negeri seberang lautan, karena saat ini lebih yang banyak narik urat betot otot di bidang itu daripada jadi insinyur). nah ... sebetulnya pandangan ini yang dianut oleh bhtv. saya tekankan kata-kata yang bisa kita jual ke negeri seberang lautan. itulah dia tolok ukurnya. karena saya ngertinya IT, ya saya maunya IT yang dijual. tetapi yang lebih penting, seperti kata MDAMT, adalah yang bisa kita jual ke negeri seberang lautan pasalnya, waktu saya lihat2 ranking jualan indonesia ke luar, urutannya: 1. minyak 2. kayu 3. tekstil 4. elektronik 5. lupa lagi (soalnya begitu lihat elektronik, tertegun!) yang nomor (3), tekstil, sekarang melorot berat. pindah ke cina. (itulah sebabnya saya aktif membantu cimahi, karena mereka dulu termasuk rajanya di no 3! sekarang masa susah! krisis.) (1) dan (2) saya tidak suka karena ini menghancurkan alam indonesia. saya ingin 100 tahun lagi anak-anak indonesia masih punya alam yang indah dan nyaman untuk hunian. bodoh betul kita mau ditipu negara2 lain untuk jualan minyak dan kayu. tinggal (4) ... ah. itulah dia mengapa saya ngotot IT (dalam hal ini menjadi subset dari elektronik) sangat penting diperhatikan karena suatu saat, kita *terpaksa* mengandalkan itu. yaitu setelah kita tidak punya minyak, kayu, dan tekstil. tidak lama lagi. mungkin kurang dari 40 tahun [EMAIL PROTECTED] kalau tidak kita rencanakan, maka kita terpaksa bergantung kepada yang lain lagi. entah apa? jual pulau? -- budi
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Pada hari Senin, tanggal 16/01/2006 pukul 15:39 +0700, Arie Reynaldi Z menulis: Kesannya saya jadi apatis, gak mau dibilangin, gak mau denger petuah orang2 pinter... :P Ya, mungkin karena kalian para dewa berjalan diatas angin (finlan, US, etc) dan jarang kontak dengan kita makluk bumi. Boleh lah.. sekali2 Kesannya saya jadi sombong, maunya diturutin. Padahal sebenarnya tidak, saya ingin merangkul dua kubu di sini. Kalau sekarang ga mau sepaham dengan Carlos cs, ya tidak apa-apa. Ketika dunia nanti kelaparan kemudian insinyur2 komputer tsb pulang kampung dengan tujuan kembali merangkul cangkul, para cangkulers yang dulu dikomporin tapi tetap bertahan dengan cangkulnya juga boleh bilang: Tuh kan gué bilang juga apé, lu bolé gegares tu router! Intinya: tiap orang punya jalan masing-masing. Tapi tiap orang juga boleh mempromosikan jalan yang sudah ditempuh yang ternyata enak kepada rekan lainnya. Tau gak kalau keluar rumah, semua yang kita lihat 99.99% pasti import. Dari mobil sampai sandal. Apabila produk dalam negeri, pasti bahan baku nya import. Sedih ? pasti !! Apa IT bisa ngebantu menghadapi Setiap pulang jumatan liat di kaki lima pasti yang dijual produk-produk Cina. Mulai dari pemotong kaca, gembok, sampai ke laser. Apa negara kita terlalu rendah penguasaan teknologinya hingga produk-produk tersebut tidak bisa diproduksi? (Teknologi mungkin bisa, tapi jual dgn harga miring ga bisa) keadaan ini ? Bisa .. caranya, wah.. saya 'script kiddies'.. gak bisa Ah pasti sama sebalnya dengan saya kalau sering2 membaca alasan 'skript kiddies' ini.
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Arie Reynaldi Z wrote: namanya jalan,ada yang jalan dah pake jalan version 1.0 ada yang 2.0, sebagian ada yang 20.0 ... yah kita berbagi info dan saling membantu sajalah baik buruk masing2 jalan apa,yang penting motonya satu: mau maju dan gak mau lihat anak anak kita jadi tukang bikin panci. Halah.. diskusinya jadi tambah aneh. :-) Sampai perlu 'dirangkul' segala.. mm.. seneng rangkul2an ya.. *wink-wink* :) yang namanya membantu itu bukan bantu seperti saling rangkul di mailing-list .. hehehe... debat nya sich sama sekali tidak penting. tapi saling membantu dimanapun kalau diminta opini atau bantuan lainnya. Lihat ada informasi baru yang diungkap pak BR, kalau VC-nya ternyata mendekati2 BR. itu saja kalau bisa digali serius, mungkin bisa jadi peluang baru ( buat yang berminat dan punya kompetensi tentunya ). Saya setuju.. jalan kita beda2... Ada yang jadi soft devel, outsourcing, tech support, saya sendiri pedagang non-IT. Dan saya setuju kata2 'bikin panci nomor 1'. saya sudah tahap,gak usah ngeyel jadi mau jadi panci #1, bikin panci #5,asalkan menghasilkan devisa :) selama ini panci #99 pun tidak. panci itu misalnya outsourcing dan IT service. Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
tinggal (4) ... ah. itulah dia mengapa saya ngotot IT (dalam hal ini menjadi subset dari elektronik) sangat penting diperhatikan karena suatu saat, kita *terpaksa* mengandalkan itu. yaitu setelah kita tidak punya minyak, kayu, dan tekstil. tidak lama lagi. mungkin kurang dari 40 tahun [EMAIL PROTECTED] kalau tidak kita rencanakan, maka kita terpaksa bergantung kepada yang lain lagi. entah apa? jual pulau? -- budi ada banyak hal lagi mengapa IT: 1. karena kita orang IT , dan IT kata kuncinya adalah inovasi 2. jualan barang tangible, nilai daya kompetisinya rendah,memang bisa sich kita produksi,tapi boleh dipastikan negara lain terutama china pasti bisa bikin harga yang lebih murah ( masalah pengkomoditian apa saja oleh China sekarang ini adalah masalah besar di dunia,pemimpin negara maju seperti US dan Eropa sudah menekan China agar currencynya dirubah sehingga bisnis exim menguntungkan untuk semua. Sebenarnya yang paling merasakan dampak dari kebijakan ekonomi china bukan amerika,bukan jepang,bukan eropa tapi negara besar yang gak bisa menghidupi kebutuhanya sendiri yaitu Indonesia sendiri...sadar gak sadar kemajuan China sebenarnya sangat menghambat kemajuan kita untuk bangkit). 3. bisnis tangible punya market yang fixed,susah ada inovasi dibidang ini. 4. bisnis export IT yang intangible sebenarnya adalah what people wants. Korporate2 di negara maju gak bisa hidup tanpa IT,marketnya besar. Saya sendiri beberapa kali dikirim email oleh rekan2 dan terkejut begitu mengetahui nilai export software dan kebutuhan IT di luar yang disupply India,China,Vietnam,ini bukan skala kecil tapi skala massive yang bisa merubah semua negara. 5. kata kunci IT saat ini adalah: SERVICE dan EFISIENSI. Lihat bacaan dari economist yang om adjie forward kalau service sektor di IT yang nomor satu,artinya bukan kemampuan bikin produk yang jadi pemenang,tapi industri service/consulting/outsourcing/integration/customization. Mengenai efisiensi,ini ada hubunganya dengan the world is flat,tapi karena perubahan struktur ekonomi dan IT di dunia,kalau persh IT mau survice,mereka HARUS(BACA: HARUS) investasi SDM jangka panjang di Asia. Bayangin,orang sono yang tergopoh2 datang ke Asia supaya companynya survive. Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/16/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: tinggal (4) ... ah. itulah dia mengapa saya ngotot IT (dalam hal ini menjadi subset dari elektronik) sangat penting diperhatikan karena suatu saat, kita *terpaksa* mengandalkan itu. ada banyak hal lagi mengapa IT:1. karena kita orang IT , dan IT kata kuncinya adalah inovasi2. jualan barang tangible, nilai daya kompetisinya rendah,memang bisasich kita produksi,tapi boleh dipastikan negara lain terutama china 3. bisnis tangible punya market yang fixed,susah ada inovasi dibidangini.4. bisnis export IT yang intangible sebenarnya adalah what peoplewants.Korporate2 di negara maju gak bisa hidup tanpa IT,marketnya besar. Maaf jangan-jangan kita terlalu yakin' padahal sebetulnya secara nasional tidak memiliki modal utk itu. Seperti kata pepatah, besar pasak daripada tiang (saran saya jangan lihat ujung-ujung tombak keberhasilan, dg melihat segelintir orang yang telah sukses di bidang TI di negeri orang). Jangan bandingkan China dan India, modal mereka (knowledge) udah duluan besar. Kita ? Lha pada belajar ilmu dasar aja ogah, mo nekat nyamain mereka. Betul kata Ari, mending kita jualan panci, tapi jangan tanggung-tanggung. Kalau bisa ngalahin panci merk SILIT yang harganya mahal di Jerman (1 panci 250 EU). Toh pabrik panci juga ntar butuh TI, jadi bisa juga ngidupin mereka yg bisnis TI. IMW
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/17/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Made Wiryana wrote: On 1/16/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: tinggal (4) ... ah. itulah dia mengapa saya ngotot IT (dalam hal ini menjadi subset dari elektronik) sangat penting diperhatikan karena suatu saat, kita *terpaksa* mengandalkan itu. ada banyak hal lagi mengapa IT: 1. karena kita orang IT , dan IT kata kuncinya adalah inovasi 2. jualan barang tangible, nilai daya kompetisinya rendah,memang bisa sich kita produksi,tapi boleh dipastikan negara lain terutama china 3. bisnis tangible punya market yang fixed,susah ada inovasi dibidang ini. 4. bisnis export IT yang intangible sebenarnya adalah what people wants. Korporate2 di negara maju gak bisa hidup tanpa IT,marketnya besar. Maaf jangan-jangan kita terlalu yakin' padahal sebetulnya secara nasional tidak memiliki modal utk itu. Seperti kata pepatah, besar pasak daripada tiang (saran saya jangan lihat ujung-ujung tombak keberhasilan, dg melihat segelintir orang yang telah sukses di bidang TI di negeri orang). Jangan bandingkan China dan India, modal mereka (knowledge) udah duluan besar. Kita ? Lha pada belajar ilmu dasar aja ogah, mo nekat nyamain mereka. Betul kata Ari, mending kita jualan panci, tapi jangan tanggung-tanggung. Kalau bisa ngalahin panci merk SILITyang harganya mahal di Jerman (1 panci 250 EU).Toh pabrik panci juga ntar butuh TI, jadi bisa juga ngidupin mereka yg bisnis TI.Ya gini saja sebaiknya. Kita definisikan siapa kita.Kalau kita,saya maksudnya, saya ogah jualan panci dengan alasan diatas. Sebab dari dulu sudah biasa jualan minyak.Kalau kita-nya you dan kawan...silahkan ... monggo, no problemoSir,not big issue ..tapi beneran dong, jualan panci ...jangan hanya dimilis saja. Yang penting sesama kita ndak perlu saling manyun nonton pembuatanpanci ini.Kalau ada rekan lain yang mau maju juga jangan dimanyunkan,karenadefinisi kitanya mungkin beda. Sebab saya melihat buaanyak sekali kawan2 yang bersemangat belajar-bekerja di sektor IT khususnyanetworking dan ini modal besar (buat yang bisa melihat tentunya).Juga, jangan komplen kalo cabe 30,000 dan harga minyak 4500.gitu aja deh om made :) hahaha .. udah berlebihan diskusi ini sepertinya? muter2 trus kayak angkot. Ada yang ngambeklah, manyunlah (gak biasa diskusi). Dulu saya bilang jengkol versus hitek. sekarang panci versus IT. Seperti kata pak Budi, kerja, kerja, kerja. Udah cukup diskusinya kayanya, cari topik lain aja. Tinggal eksekusi. Bikin milis baru untuk eksekusi, bhtv group, infosys indonesia group, whatever. Atau minta izin ke pak moderator, ini jadi milis eksekusinya. Show me Bro, don't just tell me. btw, yang show disini cuman 3, game, kamus offline, kamus on the fly. eh 4, ada Sam dengan salesforce? lainnya cuman tell atau OMONG DOANG (termasuk gue). Kalau dianalogikan startup, semua pada sibuk bawa presentasi powerpoint (OMONG DOANG), cuman 4 yang demo. -- PakcikUnder Construction
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
hahaha .. udah berlebihan diskusi ini sepertinya? muter2 trus kayak angkot. Ada yang ngambeklah, manyunlah (gak biasa diskusi). Dulu saya bilang jengkol versus hitek. sekarang panci versus IT. Seperti kata pak Budi, kerja, kerja, kerja. Udah cukup diskusinya kayanya, cari topik lain aja. Tinggal eksekusi. Bikin milis baru untuk eksekusi, bhtv group, infosys indonesia group, whatever. Atau minta izin ke pak moderator, ini jadi milis eksekusinya. Pakcik paling senang kalau sudah di topik ini :-) saya koq yakin anda akan tiba2 masuk di tengah2 yah. Show me Bro, don't just tell me. btw, yang show disini cuman 3, game, kamus offline, kamus on the fly. eh 4, ada Sam dengan salesforce? lainnya cuman tell atau OMONG DOANG (termasuk gue). Kalau dianalogikan startup, semua pada sibuk bawa presentasi powerpoint (OMONG DOANG), cuman 4 yang demo. SALAH TOTAL :-) Router yang anda pakai untuk forward traffic internet di persh dan negara anda itu buatan sebagian dari kami :-) Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/17/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: hahaha ..udah berlebihan diskusi ini sepertinya? muter2 trus kayak angkot. Ada yang ngambeklah, manyunlah (gak biasa diskusi). Dulu saya bilang jengkol versus hitek. sekarang panci versus IT.Seperti kata pak Budi, kerja, kerja, kerja. Udah cukup diskusinya kayanya, cari topik lain aja. Tinggal eksekusi.Bikin milis baru untuk eksekusi, bhtv group, infosys indonesia group, whatever. Atau minta izin ke pak moderator, ini jadi milis eksekusinya.Pakcik paling senang kalau sudah di topik ini :-)saya koq yakin anda akan tiba2 masuk di tengah2 yah. saya gak masuk, saya bilang diskusinya tentang ini udah kepanjangan, stop it. Show me Bro, don't just tell me. btw, yang show disini cuman 3, game, kamus offline, kamus on the fly. eh 4, ada Sam dengan salesforce? lainnya cuman tell atau OMONG DOANG (termasuk gue). Kalau dianalogikan startup, semua pada sibuk bawa presentasi powerpoint (OMONG DOANG), cuman 4 yang demo. SALAH TOTAL :-)Router yang anda pakai untuk forward traffic internet di persh dannegara anda itu buatan sebagian dari kami :-) ok, kalau begitu 5 orang yang 'show'?. btw, kami itu siapa? -- PakcikUnder Construction
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
saya gak masuk, saya bilang diskusinya tentang ini udah kepanjangan, stop it. trims,saya setuju.. tapi saya minta juga *please* ... kita (yg di milis ini) ini orang *tech ; paling tidak, tidak usahlah berkomentar kalau kita ini cuman bisa bikin panci saja. Show me Bro, don't just tell me. btw, yang show disini cuman 3, game, kamus offline, kamus on the fly. eh 4, ada Sam dengan salesforce? lainnya cuman tell atau OMONG DOANG (termasuk gue). Kalau dianalogikan startup, semua pada sibuk bawa presentasi powerpoint (OMONG DOANG), cuman 4 yang demo. SALAH TOTAL :-) Router yang anda pakai untuk forward traffic internet di persh dan negara anda itu buatan sebagian dari kami :-) ok, kalau begitu 5 orang yang 'show'?. btw, kami itu siapa? me dong dan ... mas adjie ... terus ada lagi kawan2 dari industri outsourcing india yang sudah geleng2 kali dari kemaren2 :) Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/17/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: saya gak masuk, saya bilang diskusinya tentang ini udah kepanjangan, stop it.trims,saya setuju..tapi saya minta juga *please* ... kita (yg di milis ini) ini orang*tech ; paling tidak, tidak usahlah berkomentar kalau kita ini cuman bisa bikin panci saja.Show me Bro, don't just tell me. btw, yang show disini cuman 3, game, kamus offline, kamus on the fly. eh 4, ada Sam dengan salesforce? lainnya cuman tell atau OMONG DOANG (termasuk gue). Kalau dianalogikan startup, semua pada sibuk bawa presentasi powerpoint (OMONG DOANG), cuman 4 yang demo. SALAH TOTAL :-) Router yang anda pakai untuk forward traffic internet di persh dan negara anda itu buatan sebagian dari kami :-) ok, kalau begitu 5 orang yang 'show'?. btw, kami itu siapa?me dong dan ... mas adjie ...terus ada lagi kawan2 dari industri outsourcing india yang sudahgeleng2 kali dari kemaren2 :) good. berarti anda gak termasuk yang OMONG DOANG seperti saya. boleh saya tau udah berapa jauh outsourcing businessnya sekarang? berapa duit yang anda tambahkan ke devisa Indonesia? udah berapa kali outsource ke Indonesia? -- PakcikUnder Construction
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/16/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul kata Ari, mending kita jualan panci, tapi jangan tanggung-tanggung. Kalau bisa ngalahin panci merk SILITyang harganya mahal di Jerman (1 panci 250 EU).Toh pabrik panci juga ntar butuh TI, jadi bisa juga ngidupin mereka yg bisnis TI.Ya gini saja sebaiknya. Kita definisikan siapa kita. Kita ya saya dan Anda (termasuk member lainnya), jelas kita ini bukan situ ama sapi kalo kata lenong betawi :-)) he he he he . Maksud saya jualan panci, jelas bukan sekedar jual panci jadi, tapi termasuk jadi produsennya. Kalau kita-nya you dan kawan...silahkan ... monggo, no problemoSir,not big issue ..tapi beneran dong, jualan panci ...jangan hanya di milis saja. Panci -- produk lainnya yg sepertinya remeh-temeh, atau sesuatu hal yang sepertinya tidak ada kaitannya dengan TI, tapi nyata dibutuhkan orang banyak. Kalau ada rekan lain yang mau maju juga jangan dimanyunkan,karenadefinisi kitanya mungkin beda. Sebab saya melihat buaanyak sekali kawan2 yang bersemangat belajar-bekerja di sektor IT khususnyanetworking dan ini modal besar (buat yang bisa melihat tentunya).Juga, jangan komplen kalo cabe 30,000 dan harga minyak 4500.gitu aja deh om made :) Sektor TI akan melaju, kalau ada yang pakai. Pabrik panci, pedagang cabe gede-gedean, dlsb-nya inilah yang akan mendorong sektor industri TI melaju. Abis itu bisa lah mau jualan router dan teman-temannya. Oh ya, produsen cabe gede-gedean sekarang khan juga invest untuk riset bioteknologi yang peralatan server dan jaringannya tidak main-main. Itu yang saya maksud, bukan TI utk TI, tapi TI utk apa gitu. Soal panci, saya masih bercita-cita beli panci merk SILIT, untuk oleh-oleh mertua, sayang takut ndak diterima beliau, udah beli mahal-mahal, tapi merknya koq malu-maluin. IMW
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/17/06, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote: me dong dan ... mas adjie ...terus ada lagi kawan2 dari industri outsourcing india yang sudahgeleng2 kali dari kemaren2 :) good. berarti anda gak termasuk yang OMONG DOANG seperti saya. boleh saya tau udah berapa jauh outsourcing businessnya sekarang? berapa duit yang anda tambahkan ke devisa Indonesia? udah berapa kali outsource ke Indonesia? Waktu bulan lalu saya ke Indonesia (pendek sekali cuma 10 hari, jadi ndak sempet kongkow-kongkow), saya sempet beli buku. 'Ironi Pahlawan Devisa yang bercerita ttg para TKI. Bagus buat dibaca bagi yang semangat ber-outsource. Biar ndak besar pasak daripada tiang. IMW
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Made Wiryana wrote: On 1/16/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul kata Ari, mending kita jualan panci, tapi jangan tanggung-tanggung. Kalau bisa ngalahin panci merk SILIT yang harganya mahal di Jerman (1 panci 250 EU). Toh pabrik panci juga ntar butuh TI, jadi bisa juga ngidupin mereka yg bisnis TI. Ya gini saja sebaiknya. Kita definisikan siapa kita. Kita ya saya dan Anda (termasuk member lainnya), jelas kita ini bukan situ ama sapi kalo kata lenong betawi :-)) he he he he . Maksud saya jualan panci, jelas bukan sekedar jual panci jadi, tapi termasuk jadi produsennya. ha ha ha lucu jugaya silahkan monggo kalau mau jualan panci Pak :) Kalau kita-nya you dan kawan...silahkan ... monggo, no problemo Sir,not big issue ..tapi beneran dong, jualan panci ...jangan hanya di milis saja. Panci -- produk lainnya yg sepertinya remeh-temeh, atau sesuatu hal yang sepertinya tidak ada kaitannya dengan TI, tapi nyata dibutuhkan orang banyak. tergantung dari mana melihatnya :-) saya teh gak beli panci sebulan sekali,tapi kalau langganan software yang monthly-based iya.. artinya orang mungkin lebih butuh software dibanding panci :) masalah panci pancian ini sebenarnya begini, mau melihat secara statistik atau tidak,tapi nanti begitu angkanya dikasih lihatpun, kan nanti komentarnya: ah itu di china, di india , di malaysia di vietnam di pilipinah di singapura :-)) eh sudah semua negara asean termasuk yach. tapi sekali lagi, GO ON with the panci's :) Kalau ada rekan lain yang mau maju juga jangan dimanyunkan,karena definisi kitanya mungkin beda. Sebab saya melihat buaanyak sekali kawan2 yang bersemangat belajar-bekerja di sektor IT khususnya networking dan ini modal besar (buat yang bisa melihat tentunya). Juga, jangan komplen kalo cabe 30,000 dan harga minyak 4500. gitu aja deh om made :) Sektor TI akan melaju, kalau ada yang pakai. Pabrik panci, pedagang cabe gede-gedean, dlsb-nya inilah yang akan mendorong sektor industri TI melaju. Abis itu bisa lah mau jualan router dan teman-temannya. SALAH DRASTIS kalau dikira kita harus bikin produk canggih seperti router. Tidak Pak, melainkan industri service yang sebaiknya dibangun,pelan-pelan, dari yang lowtech sampai yg benar2 hitech,yang penting menyerap SDM dan tidak lebih besar pasak daripada tiang...Ingat ini bisa dilakukan melalui investasi asing ,aduh Pak Budi sudah berapa kali ya mengatakan ini. Kedua, produk ini (tangible/intangible) harus berapa DEVISA dan EXPORT KE LN (jadi sektor di DN tidak usah menyumbang ke sektor IT ini), ujarnya mas Budi itu begitu. Oh ya, produsen cabe gede-gedean sekarang khan juga invest untuk riset bioteknologi yang peralatan server dan jaringannya tidak main-main. Itu yang saya maksud, bukan TI utk TI, tapi TI utk apa gitu. Nah ini salah satunya mungkin ... ha ha ha :-) Soal panci, saya masih bercita-cita beli panci merk SILIT, untuk oleh-oleh mertua, sayang takut ndak diterima beliau, udah beli mahal-mahal, tapi merknya koq malu-maluin. saya mungkin kalo kasih hadiah,saya bakal kasih GPS buatan Indonesia bernama NUSAMAP, biar mereka bergumam oh orang indonesia sudah bisa bikin GPS yach :) Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
ok, kalau begitu 5 orang yang 'show'?. btw, kami itu siapa? me dong dan ... mas adjie ... terus ada lagi kawan2 dari industri outsourcing india yang sudah geleng2 kali dari kemaren2 :) good. berarti anda gak termasuk yang OMONG DOANG seperti saya. boleh saya tau udah berapa jauh outsourcing businessnya sekarang? berapa duit yang anda tambahkan ke devisa Indonesia? udah berapa kali outsource ke Indonesia? dua hal: 1. yang mengerjakan proyek outsourcing di Indonesia sudah ada ...cuman ya ngasih tahu saja kepada anda,tapi jelas ada beberapa :-)), kan dulu pernah diulas bahwa kita punya SDM. 2. Yang saya maksud diatas, engineer Indonesia yang belajar-bekerja di persh outsourcing India yang sebenarnya bisa banget memberi gambaran, peluang-peluang apa dan apa (sebagai orang Indonesia) agar sebagian persh Indonesia mendapatkan proyek outsourcing. Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
2. Yang saya maksud diatas, engineer Indonesia yang belajar-bekerja di persh outsourcing India yang sebenarnya bisa banget memberi gambaran, peluang-peluang apa dan apa (sebagai orang Indonesia) agar sebagian persh Indonesia mendapatkan proyek outsourcing. udah cukuplah gambaran. cukup lecture tentang multi billion dollar business. saran saya, coba outsource beberapa project. show us, stop telling us. Sekalipun anda steve jobs yang punya kemampuan reality distortion, anda tetap perlu tunjukkan ke kita. jadi nanti kita ngikut. ya ente juga biasa saja lah...saya juga masih muda seperti ente,cuman karena melihat kenyataan,ada keinginan berubah,setelah berubah,melihat,merasa dan menganalisa sekian lama memberitahu yang lain.untung masih ada orang seperti pak budi yang punya know-how dan ingin sharing. outsource sudah BANYAK SEKALI dilakukan,tapi ya itu, ke india :) dan dalam masalah itulah,saya beritahu...apa yang sebaiknya dilakukan jika kita kudu dapat outsource proyek dari luar (refer ke soal software company dengan CMM Level 2). kalau mau main2 salah-salahan,harusnya gampang sajaharusnya ada generasi lebih tua dari saya yang sudah bikin infosys. jadi pakcik: Relaks aja ente .. kita sama sama bangun , kita kontribusi dan gak usah grogi dengan multi billion dollar business :) Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/17/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: 2. Yang saya maksud diatas, engineer Indonesia yang belajar-bekerja di persh outsourcing Indiayang sebenarnya bisa banget memberi gambaran, peluang-peluang apa dan apa (sebagai orang Indonesia) agar sebagian persh Indonesia mendapatkan proyek outsourcing. udah cukuplah gambaran. cukup lecture tentang multi billion dollar business. saran saya, coba outsource beberapa project. show us, stop telling us. Sekalipun anda steve jobs yang punya kemampuan reality distortion, anda tetap perlu tunjukkan ke kita. jadi nanti kita ngikut.ya ente juga biasa saja lah...saya juga masih muda seperti ente,cuman karena melihat kenyataan,ada keinginan berubah,setelahberubah,melihat,merasa dan menganalisa sekian lama memberitahu yanglain.untung masih ada orang seperti pak budi yang punya know-how daningin sharing. outsource sudah BANYAK SEKALI dilakukan,tapi ya itu, ke india :)hahaha .. ini analoginya seperti suami yang bilang istri orang lain cantik. show us your wife. udah cukup know how. kalau mau know how, kasih link ini aja http://www.google.com/saya itu suka diskusi, tapi kalau udah bolak balik ke sini lagi, annoying. jadinya di judge OMONG DOANG, karna terlalu banyak. silahkan eksekusi, masalah dilapangan bisa di diskusi kan di sini. -- PakcikUnder Construction
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
baskara wrote: On 1/17/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Outsourcing =! TKI (yang ke Arab itu). Btw, mestinya banyak dosen dan engineer yang ke bangalore nich , biar bisa melihat sendiri bagaimana TKA bekerja disana (Tenaga Kerja ex-Amerika)... :) Atau tanya ke Naren Shankar, bagaimana caranya dari seorang engineer bisa menjadi produser CSI. :-) atau keluarga Patel yang menguasai sebagian besar jaringan hotel dan motel di AS :-)) Carlos
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
On 1/17/06, Made Wiryana [EMAIL PROTECTED] wrote: Maaf jangan-jangan kita terlalu yakin' padahal sebetulnya secara nasional tidak memiliki modal utk itu. Paling gampang, lihat saja data dari Dep. Perindustrian dan Dep. Perdagangan. Lihat saja data ekspor kita. Kemudian kita urutkan. Elektronik (dimana IT termasuk di dalamnya) ada di sana ;-) Jadi ini bukan sesuatu yang baru. Ini sudah ada. Hanya ... yang ada itu sesuatu yang membutuhkan tangan kotor, yaitu IT yang dipabrik-pabrik. Seperti misalnya membuat toner, hardisk, dsb. Orang boleh mentertawakan mereka, tapi merekalah yang bisa dibilang pahlawan. Sayangnya banyak pendapat IT == software :( Kalau di sisi software saja, memang kita masih sangat jauh. Nah ini yang ingin saya push. Kalau memang gagal, kita bisa kembali fokus ke pabrik toner, harddisk, packaging IC, dsb. It's ok. Tapi ... no panci. Bukan karena pancinya, tapi karena kita belum punya pengalaman membuat panci. ... Betul kata Ari, mending kita jualan panci, ... Masalahnya, justru belum ada track record jualan panci di LN. Coba dicek. (Jangan-jangan malah panci yang ada di dalam negeri sudah buatan China semua???) Kalau bisa ngalahin panci merk SILIT yang harganya mahal di Jerman (1 panci 250 EU). Saya tidak yakin bisa! -- budi
[teknologia] Re: Teknologi dan perspektif (Re: Why I should work for Google)
Ikhlasul Amal wrote: On 1/16/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Sedangkan untuk anda yang pinter2 ini,mau ngerjain manual work bikin tukang panci ? pada kenyataanya saat ini memang intelektual di negeri ini cuman bisa bikin industri tukang panci saja,tapi bagaimana mendayagunakan anda,orang muda yang penuh semangat dan ber-intelek.Lulus ITB dan UI lagi :) [...] Lihat sajalah di malaysia,encik mahatirnya dari 90an juga kalo melihat kondisi masyrakatnya saat itu,paling cuman bisa bikin panci dan termos :) tapi lihat sekarang,dimana smart people dan industri hiteknya ternyata menghasilkan devisi yang besar. Pertama, panci dalam gambaran di atas hanya simbol, jadi jangan sampai ilustrasi tersebut menutup kemungkinan perspektif lainnya. :) Zaman Orba dulu Nurcholis Madjid pernah berujar, kira-kira begini: perbedaan industri sepatu di Indonesia dan di RRC adalah: mereka membuat sepatu yang terjangkau oleh buruh pabrik sepatu itu. (Saat itu industri sepatu kita ramai dengan Nike, Adidas, dan Eagle yang umumnya untuk kalangan menengah.) Ada perbedaan lagi Pak. Di China harga untuk sebuah living standard yang sama lebih murah dibanding Indonesia. Disana buruh bisa hidup nyaman dengan gaji Rp. 400,000 perbulan (ini setelah dikonversi dengan Yuan). Untuk Malaysia di atas: yang terjadi sekarang ini produk dari strategi yang [dianggap] benar 10-an tahun lalu (tahun 1990-an) atau produk dari kesungguhan dan kerja keras? *bukan saya tidak percaya jawabanya: dua duanya yang dimotori amat sangat oleh strategi yang dikatakan Mahathir persis di pertengahan 1990,dimana malaysia ingin membangun negaranya berbasis iptek analisis lho, melainkan karena penjelasan kita kan muncul hari-hari ini, bukan 10 tahun lalu. yang jelas waktu itu kebanyakan petinggi indonesia mentertawakan,nah sekarang lihat siapa yang ditertawakan karena sejak krismon gak pernah bangun :-) kalau masalah penjelasan kita' , jangan dibelokan seolah-olah nanti kita cari-cari alasan/pembenaran atau aji mumpung, ya gimana ya, tidak koq. Misalnya saya yakin bahwa olah rasa seni dan budaya kita saat ini adalah komoditi prestisius, sedangkan pertanian yang menyerap banyak orang dapat diandalkan untuk makan, hmm... kelihatannya menarik juga. Perlu teknologi tinggi atau tidak? Nah! Atau, hehehe... diskusi seperti ini selalu bermuara pada dua mazhab besar di atas? Di India,China,Malaysia, industri yang padat karya berbasis SDA dan industri strategis berbasis SDM/hitek berjalan beriringan. Masalah sebenarnya: Indonesia 10 tahun lagi mau terus bikin panci dan melihat rupiah melorot ke 20,000 ? berapa sich nilai export panci ? :-) Di lain sisi coba faktorkan bahwa Indonesia sejak 2004 sudah tidak mampu lagi menghidupi kebutuhan SDA dalam negerinya sendiri (terutama minyak) dan ini KRITIS. Untuk itu,harus pikirkan sektor strategis dimana (mungkin) kita punya nilai saing melaui pendayagunaan SDM/intelek. Carlos