[EMAIL PROTECTED] Buya Syafei Maarif: Pertemuan Ranting di Tamparungo

2007-09-09 Terurut Topik Darwin Bahar
Republika, Selasa, 01 Mei 2007
 
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=291413kat_id=19
 
Ranting di sini hendaklah dibaca sebagai Ranting Muhammadiyah dalam 
Kecamatan Sumpur Kudus, Sumatra Barat. Ada sembilan ranting di kecamatan 
itu di bawah koordinasi cabang Sumpur Kudus dengan ketuanya, Asril 
Rajulan S.Ag., guru SMA Negeri Sumpur Kudus.
 
Tamparungo nama salah satu nagari dari delapan nagari yang ada di 
kecamatan itu. Di Sumpur Kudus sendiri, ada dua ranting: Sumpur Kudus 
dan Calau. Ranting Calau telah punya kantor, sebuah masjid bantuan YAMP 
(Yayasan Amalbakti Muslim-Pancasila) yang diresmikan Dr Sulastomo pada 
2005, perpustakaan, TK, dan sebuah kamar penginapan untuk tamu.
 
Sampai 1999, ranting yang pernah ada hanyalah di Silantai dan di Sumpur 
Kudus yang semula sebagai bagian dari Muhammadiyah Cabang Lintau dalam 
Kabupaten Tanah Datar. Di nagari-nagari lain, Muhammadiyah masih ditolak 
sebagai gerakan yang dianggap membahayakan Islam yaitu Islam sebagaimana 
yang mereka pahami, yang sarat dengan tradisi yang tidak jelas dalil 
agamanya.
 
Sisa dari penolakan ini masih ada sedikit, tetapi tak berdaya. Ibarat 
sisa-sisa laskar Pajang, mereka malah perlu disantuni, jangan dimusuhi. 
Mereka masih mempertahankan khutbah Jumat dalam bahasa Arab, sebuah 
bahasa yang tidak dipahami khatibnya, apalagi oleh jamaah. Kepada 
pengurus Muhammadiyah setempat, saya selalu mengatakan agar cara-cara 
dakwah Muhammadiyah tempo doeloe yang serba frontal harus diubah menjadi 
cara yang lebih bijak dan persuasif. Biarlah tradisi kelampauan yang 
kurang mencerahkan itu bertahan sampai batas waktu tertentu, ia akan 
redup dengan sendirinya.
 
Akibat PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia), sebuah 
kekuasaan tandingan melawan Jakarta, berpusat di Sumatra Barat, termasuk 
di Sumpur Kudus, dan kemudian kalah awal tahun 1960-an setelah beberapa 
tahun bergerilya di hutan-hutan, Muhammadiyah tiarap selama hampir 40 
tahun di kecamatan itu. Baru tahun 2000 berupaya bangkit kembali dengan 
tenaga-tenaga muda, sekalipun pengetahuan tentang Islam dan Muhammadiyah 
masih sangat terbatas. Sebagai seorang yang berasal dari kawasan udik 
itu, saya turut mendorong agar Muhammadiyah digeliatkan kembali dengan 
penekanan kerja-kerja konkret untuk kepentingan masyarakat luas.
 
Muhammadiyah lahir untuk kepentingan umum. Masalah-masalah khilafiah 
yang ketika saya kecil amat menguras energi, dialihkan kepada 
kerja-kerja yang langsung dirasakan manfaatnya oleh orang banyak, 
seperti pendidikan, silaturahim, panti asuhan, dan kegiatan ekonomi. 
Kini Muhammadiyah di kecamatan itu hampir tidak punya saingan.
 
Tetapi, kendala yang masih perlu diatasi ialah mencari pemimpin yang 
punya komitmen tinggi untuk mencerdaskan dan mencerahkan masyarakat 
luas. Maka, pertemuan ranting di Tamparungo yang berlangsung tanggal 15 
April 2007 itu adalah dalam rangkaian tujuan besar ini dengan pembicara 
utama Ustaz Drs H. Syamsir Roust MA, wakil ketua Pimpinan Wilayah 
Muhammadiyah Sumbar, dosen IAIN Imam Bonjol Padang yang kini sedang 
kuliah S3 di kampusnya.
 
Dalam perjalanan sepanjang 125 km dari Padang, Syamsir sering berceloteh 
mengapa pimpinan wilayah meminjamkan kendaraan tua yang boros kepada 
rombongan kami, sementara yang lebih baik dan hemat tersedia. Saya 
sendiri tidak peduli dengan itu semua, sebab hal ini akan sangat 
bergantung kepada kepekaan pimpinan dalam berorganisasi.
 
Bukankah pimpinan Muhammadiyah tempo doeloe sangat tahan banting, bahkan 
dengan berjalan kaki? Syamsir sempat heran mengapa Muhammadiyah tumbuh 
dalam hutan, tidak lagi sebagai gejala urban yang selama ini menjadi 
kesimpulan para pengamat, dalam negeri dan asing.
 
Lebih satu jam Syamsir berbicara tentang seluk beluk Muhammadiyah dengan 
perhatian besar dari peserta, termasuk hadir wakil bupati Kabupaten 
Sawahlunto/Sijunjung (dan memberi sambutan), camat, dan wali nagari 
Tamparungo. Tidak kurang dari 300 yang hadir dalam pertemuan ranting 
itu, bertempat di SMP Negeri, sebagian besar bukan anggota resmi. 
Penggerak utama pertemuan ini adalah Drs Masgamal, ketua ranting dan 
guru SMP Negeri di nagari itu. Ranting Tamparungo telah pula merintis 
rumah untuk orang miskin di samping kegiatan surau dan silaturahim.
 
Sebagai kawasan yang serba sederhana, Muhammadiyah harus sabar dan tahan 
uji dalam upaya memperbaiki moral masyarakat yang ternyata di tingkat 
pedesaan sekalipun tidak sederhana. Pengaruh media elektronik, positif 
atau negatif, telah menyeruak jauh sampai ke pelosok yang terpencil. 
Untuk menjaga moral masyarakat inilah kiprah Muhammadiyah sangat 
dinantikan orang banyak, di samping langsung menangani masalah-masalah 
konkret untuk kepentingan semua



Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.

Website: http://www.rantaunet.org

UNTUK SELALU 

[EMAIL PROTECTED] [Apakabar] Pak Crouch, Kanjeng Nabi, Kucing dan Si Aboe [*]

2007-09-09 Terurut Topik Darwin Bahar
Ketika masih menjabat Juru Bicara Deplu, penampilan Duta Besar Luar 
Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Kerajaan Inggris Raya merangkap 
Irlandia Utara Marty Natalegawa, jauh dari citra seorang birokrat. 
Tampan, cerdas, energik dan trendy. Dan saya termasuk yang agak 
“terkejut” ketika membaca boks yang melengkapi wawancara Marty dengan 
Kompas 11 Desember 2005. Ternyata alumnus London School of Economic and 
Political Science, menghabiskan sebagian besar waktunya di 
mancanegara---bahkan SMA nya pun di London---dan beristerikan perempuan 
Thailand Sranya Bamrungphong, mengawali nama anak laki-lakinya dengan 
“Raden Mohammad”.

Mengawali nama anak laki-laki dengan Muhammad, adalah salah satu 
bentuk yang sangat umum bagi seorang muslim menunjukkan kecintaan mereka 
kepada Junjungannya. Termasuk saya. Salah satu bentuk lain ialah dengan 
menyayangi kucing. Adalah Harold Crouch, ahli Indonesia kondang asal 
Australia yang juga seorang penganut Islam, seperti dikutip Majalah 
TEMPO, pernah “mengeluhkan” kesukaan ummat Islam terhadap kucing. Dan 
Pak Crouch, tentu saja tidak salah ketika mengatakan bahwa hal ini 
berhubungan dengan kecintaan mereka terhadap Sang Nabi, yang memang 
dikenal sebagai penyayang dan pelindung binatang, terutama kucing.

Sebagaimana dikemukakan Prof Schimmel dalam bukunya “And Muhammad Is His 
Messenger” (1985), Nabi yang mulia itu pernah menggunting lengan bajunya 
karena tidak tega membangunkan seekor kucing yang ketika Nabi tidur, 
ikut tidur di lengan baju beliau.

Tetapi saya percaya bahwa Pak Crouch tidak berkata begitu, jika dia 
mempunyai kucing seperti si Aboe.

Si Aboe adalah seekor kucing kampung jantan berumur setengah tahunan 
yang sangat tampan dengan bulu bersih berkilat bewarna hitam ke 
abu-abuan, yang pada suatu hari datang begitu saja ke rumah kami. Sesuai 
dengan warna bulunya, oleh anak-anak saya kucing itu diberi nama si 
Aboe. Kehadirannya di rumah kami saya ketahui ketika pulang bertugas 
dari luar kota. Saya yang sejak kecil penyayang kucing, langsung jatuh 
cinta pada pandangan pertama kepada si Aboe.

Tetapi seperti biasa, masalah timbul karena Kur sang ratu rumah tangga 
saya tidak suka, bahkan “alergi” terhadap kucing. Tetapi seperti yang 
terjadi sebelumnya, doi akhirnya tidak bisa apa-apa. Selain Iben anak 
tertua, empat dari lima anak dan keempat cucu kami, mewarisi sifat 
penyayang berat saya kepada kucing. Akhirnya disepakati si Aboe boleh 
menjadi anggota keluarga kami dengan tiga syarat: pertama tidak suka 
nyolong ikan, kedua tidak beol di dalam rumah dan ketiga tidak mencakar 
jok sofa atau memecah pot kembang milik Kur. Kalau salah satu ketiga 
syarat tersebut dilanggar, maka si Aboe akan bernasib seperti 
kucing-kucing kami terdahulu: “diekstradisi”!

Saya tahu Kur tidak main-main dengan ancamannya itu, misalnya seperti 
yang terjadi pada salah satu kucing yang dulu pernah kami pelihara. 
Suatu ketika kucing tersebut sakit mencret. Meila, anak keempat kami 
yang ketika itu masih bersekolah di SMP, yang sekarang sudah menjadi 
gadis dewasa dan telah bekerja, merawat kucing itu dengan telaten, 
termasuk membuang dan membersihkan bekas beolnya sampai kucing itu sehat 
kembali. Walaupun terlihat agak mangkel, Kur masih bisa “mentolerir” hal 
itu. Kur “naik pitam” ketika pada suatu malam Meila berhujan-hujan 
sendirian keluar rumah cukup jauh mencari kucing itu yang sejak siang 
tidak pulang-pulang, dan setelah berhasil menemukannya membawanya kucing 
itu pulang. Besoknya tanpa dapat ditawar-tawar lagi Kur menyuruh Iben 
membawa kucing itu ke Pasar Kemiri, Depok, dan melepaskannya di sana.

Si Aboe memang kucing manis, tidak “beol” di rumah, dan tidak mencakar 
jok sofa, kecuali sekali-sekali, dan kalau ketahuan serta dihardik Kur, 
ia buru-buru lari ngumpet ke kolong meja atau kolong lemari. Aboe juga 
tidak suka mencuri ikan. Bahkan Aboe makannya rada susah, terutama bila 
ikan cue’ yang dibeli Kur khusus buat si Aboe bila ia berbelanja ke 
pasar Agung sudah habis. Biasanya saya dan anak-anak merelakan sebagian 
rendang daging, kalio ayam, dendeng atau tongkol belado, atau 
belado-belado lainnya dari piring kami untuk Aboe. Caranya, pertama 
rendang, ayam atau dendeng tersebut digelimangi dulu ke nasi agar bumbu 
pedasnya bersih. Setelah itu daging atau ayam tersebut harus 
disuir-suir. Kalau tidak Aboe ogah menyentuhnya. Melihat ini Kur 
biasanya hanya geleng-geleng kepala.

Si Aboe memang kucing manis. Seperti kucing-kucing rumah lainnya, si 
Aboe sering lari ke sana ke sini, jingrak-jingkrakkan, terkam sana, 
terkam sini, guling-gulingan sendirian dan kalau sudah capek, lalu 
merebahkan badan dan menegakkan kepalanya dengan gagahnya sembari 
mengibas-ngibasnya ekornya yang pendek itu bak seekor macan Benggala. 
Kalau kita mencoba mengelus punggung atau perutnya, maka tangan kita 
akan “dicakar” atau “digigitnya”, tentu saja dicakar dan digigit 
bohong-bohongan.

Tetapi tangan saya juga pernah digigit benaran oleh si Aboe sehingga 
berdarah, 

[EMAIL PROTECTED] Setelah Lima Windu plus Satu

2007-09-09 Terurut Topik Darwin Bahar
“Jadi sekarang nak Darwin suami siapa?” tanya Pak Penghulu selesai ijab 
Kabul.

“Suami saya,” jawab Kur mantab

Kalender di dinding saat itu menunjukkan tanggal 30 bulan Juni tahun 
1966. Dan jam di dinding baru saja berdentang lima kali. Kur ketika itu 
baru tiga bulan lewat 17 tahun, dan saya dua bulan lagi genap 22 tahun.

Ada ungkapan Minang, “nyawa serasa tidak di badan”, itulah yang saya 
rasakan ketika itu. Ya, seperti umumnya mempelai pria saya rasa, nyawa 
saya berada di saat-saat yang saya bayangkan ketika menghitung hari. 
Tetapi apa hendak dikata, perkara yang saya kira mudah, karena ketololan 
saya ternyata “susah”, sehingga “malam pengantin” berubah menjadi “pekan 
pengantin” :D

Sudah tidak terhitung kalender di dinding dirobek dan diganti, hari ini 
kembali kembali menunjukkan tanggal 30 bulan Juni, tetapi tahunnya sudah 
2007, aritinya sudah lima windu plus satu tahun kami berdua “sekasur 
seselimut”, dalam arti maknawiyah maupun harafiyah.

Walaupun kami dari dulu hidup tidak pernah berlebihan, dan sampai saat 
ini masih tinggal di rumah Perumnas tipe 42 di atas tanah seluas 115 
meter persegi yang sudah diperluas sedikit di sana sini, yang jauh dari 
mewah--dan tanpa bermaksud mendahului takdir atau menyombongkan 
diri---sukar bagi saya mencari lobang untuk mengatakan bahwa bahwa 
perkawinan kami yang sudah memberi kami 5 orang anak dan 4 orang cucu 
bukan keluarga yang bahagia. Dan tentu saja itu dicapai dengan jatuh 
bangun dan bayak belajar dari kesalahan dan kekeliruan, bahkan sampai 
hari ini dan sepanjang hayat kami.

Banyak penyebab atau resep disampaikan orang bijak dan para pakar agar 
rumah tangga bahagia, termasuk kesesuaian horoskop. Semuanya benar, 
walaupun akhirnya tidak akan terlepas dari komitmen, kesadaran bahwa 
pasangan kita, sebagaimana diri kita sendiri bukan malaikat. Menyadari 
kekurangan diri dan memperbaikannya harus lebih didahulukan bersamaan 
dengan lebih memperhatikan kebaikan pasangan hidup, serta selalu 
memelihara komunikasi.

Anak-anak harus dibiarkan menjadi diri mereka sendiri, membiarkan mereka 
jatuh dan berbuat kesalahan dan memperbaiki diri mereka dengan cara 
mereka sendiri, selalu mendukung, memberikan arahan dan menunjukkan 
cinta kita kepada mereka. Kedua anak gadis kami kadang-kadang ingin 
tidur dekat mama mereka, dan saya mengalah dengan menggelar kasur di bawah.

Saya selalu berusaha untuk memelihara hubungan dengan tetangga dan 
mendidik keluarga saya sesuai dengan nilai-nilai Islam yang saya pahami, 
dengan menghindarkan diri dari sikap yang merasa lebih baik dari 
penganut agama lain atau sesama muslim dari mahzab yang berbeda, 
utamanya Syiah dan Ahmadiyah.

Dan dalam hal-hal yang saya anggap prinsip saya siap melawan arus.

Di lingkungan tempat tinggal saya, tetangga dan kenalan kami selalu 
menyapa kami dengan Pak Haji dan Bu Haji. Beberapa orang tetangga kalau 
bersalaman malah ada yang berusaha mencium tangan saya, yang membuat 
saya sangat risih.

Sekitar hari Natal tahun lalu anak kami nomor empat Meila masuk rumah 
lalu berucap: “Subhanallah!”

“Kenapa sayang?” tanya saya.

“Neng, tadi lupa mengucapkan Selamat Natal sama mbak Netty,” ujarnya 
dengan wajah menyesal. Netty adalah putri keluarga Sormen yang terpisah 
tiga rumah dari rumah kami. Jawaban yang membuat perasaan saya lapang 
karena Meila sudah melakukan apa yang saya tanamkan untuk memulyakan 
tetangga, tanpa memandang ras dan agama.

Kalender di dinding masih dirobek dan diganti. Tentu saja saya tidak 
tahu pasti, apakah 30 Juni tahun depan saya masih bersama Kur, atau Kur 
masih akan bersama saya, atau bahkan kami berdua sudah berada di tempat 
peristirahatan yang terakhir.

Yang pasti adalah alangkah tidak mudah bagi saya untuk hidup tanpa Kur .

Yang pasti, semua itu merupakan keniscayaan

Tetapi kami berdua selalu berkeinginan dan berdoa, agar kami bisa 
bertemu dan berkumpul kembali di alam sana. Dan kami percaya bahwa Allah 
yang Maha Pengasih dan Penyayang akan mengabulkannya.

Depok, 30 Juni 2007

Wassalam, Darwin



Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.

Website: http://www.rantaunet.org

UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari 300KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-config
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga 

[EMAIL PROTECTED] Buya Syafei Maarif: Islamofobia

2007-03-30 Terurut Topik Darwin Bahar
-
Do'a Bersama untuk Keselamatan Negeri, di Masjid istiglal pada hari Minggu 8 
April 2007. RI 1 akan memimpin istigfar nasional. Marilah diikuti beramairamai.
-



Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 20 Maret 2007

http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=286794kat_id=19

Seorang jenderal polisi (Katolik) mengatakan via telepon kepada saya 
pada 16 Februari 2007 bahwa, “Segala bentuk terorisme yang ada sekarang 
ini, penyebabnya adalah Amerika.” Tentu tidak seluruhnya benar 
pernyataan ini, karena teror yang merenggut nyawa Indira Gandhi dan 
anaknya, Rajeef, misalnya, tak ada hubungannya dengan Amerika.

Tetapi, teror yang marak belakangan ini di kalangan kelompok kecil 
Muslim garis keras di berbagai bagian dunia, memang tidak dapat 
dilepaskan dari politik luar negeri Amerika yang imperialistik, seperti 
sudah lebih dari sekali saya tulis di Republika.

Sejak Tragedi 11 September 2001, gelombang Islamofobia (takut dan benci 
Islam), di belahan dunia Barat khususnya, seperti tidak bisa dibendung. 
“Either with us, or, against us” adalah bentuk kemarahan dan arogansi 
Bush dalam menjawab tragedi di atas yang didalangi oleh Muslim garis 
keras yang dulu pernah menjadi sahabat Amerika di era Perang Dingin.

Rabbi Abraham Cooper yang mengunjungi saya di Apartemen Rasuna, Selasa 
malam 12 Maret 2007, mengatakan bahwa “Amerika harus membayar bill 
(ongkos) untuk menghadapi terorisme global. Bukankah dulu CIA yang 
membantu Taliban di Afghanistan untuk melawan Uni Soviet?”

Sekarang Amerika juga kewalahan berurusan dengan pasukan Taliban yang 
menggunakan siasat perang gerilya untuk melawan musuh. Bahwa, Taliban 
ingin membentuk rezim teokratik primitif di sana, tidak akan saya 
komentari di sini. Yang jelas pasukan berjubah ini masih mendapat 
dukungan justru karena hadirnya pasukan asing di Afghanistan yang 
dinilai rakyat sebagai penjajah. Dapat dipastikan bahwa Amerika dan 
sekutunya tidak akan pernah menang baik di Afghanistan maupun di Irak.

Opini publik dan nurani dunia semakin tidak berpihak kepada segala 
bentuk intervensi asing terhadap sebuah negara berdaulat. Tetapi, dasar 
keras kepala yang amoral, Amerika tidak pernah belajar dari kegagalan 
imperialistiknya di Vietnam tahun 1954 sampai dengan 1975.

Tuduhan teror terhadap umat Islam telah semakin menyuburkan sikap 
Islamofobia di dunia Barat khususnya, sekalipun ada saja penulis Barat 
yang agak paham Islam telah membantahnya dengan fakta historis. Karen 
Armstrong (penulis perempuan Inggris) dan John Esposito dari Amerika 
adalah di antara penulis Barat yang menangkis tuduhan semena-mena yang 
menyamakan Islam dengan terorisme.

Tetapi, mencitrakan Islam sebagai agama teror tetap saja dilakukan oleh 
pendukung gagasan Islamofobia, sekalipun perkembangan Islam di Barat 
sebagai agama perdamaian seperti tidak bisa dibendung pula. Inilah di 
antara paradoks dunia modern yang sedang mencari alternatif format 
peradaban yang lebih adil dan ramah.

Pencarian peradaban alternatif ini memang masih diganggu oleh praktik 
bom bunuh diri yang sangat menakutkan pihak Barat dan merusak citra 
Islam di depan publik, sekalipun perbuatan nekat itu dilakukan oleh rasa 
frustrasi dan terhina yang sangat dalam. Ada teori yang mengatakan bahwa 
penyebab utama dari frustrasi ini adalah karena kegagalan umat Islam 
berurusan dengan gelombang modernitas sekuler-ateistik yang memang 
sangat menyakitkan.

Pertanyaannya adalah: Apakah dengan budaya bom bunuh diri, posisi umat 
Islam akan terangkat dari buritan peradaban? Akal sehat tentu mengatakan 
bahwa cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan hanyalah akan menuai 
reaksi antipati, bukan simpati. Padahal, Islam ingin menciptakan sebuah 
dunia yang adil, ramah, beradab, dan toleran. Islam dengan wajah kejam 
dan bengis bukanlah Islam yang ada dalam hati dan otak nabi akhir zaman, 
Muhammad SAW.

Bahwa Islamofobia menyakitkan hati umat Islam adalah suatu yang wajar 
dan masuk akal. Tetapi, menjawabnya dengan cara-cara reaktif yang 
emosional tak terkendali hanyalah akan semakin menjauhkan kita dari 
cita-cita “kemanusiaan yang adil dan beradab.

“ Oleh sebab itu, untuk membendung gelombang Islamofobia yang masih 
gentayangan di muka bumi, umat Islam menurut hemat saya jangan sampai 
melupakan prinsip ini: “Dan tidaklah Kami mengutus engkau [Muhammad], 
kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta.” (Lihat QS Sl-Anbiya: 107). 
Dalam ungkapan lain, betapapun perih dan parahnya beban sejarah yang 
menghimpit umat Islam, diktum Alquran ini jangan sampai dibenamkan ke 
dalam debu sejarah.



Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.

Website: http://www.rantaunet.org

UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer 

Re: [EMAIL PROTECTED] Sederhana bukan ? Re: ABS SBK proyek yang

2007-02-27 Terurut Topik Darwin Bahar
Alangkah baiknya, diskusi yang bersifat teologis seperti ini, dialihkan 
ke Surau saja. Sementara diskusi agama di Palanta lebih difokuskan pada 
bagaimana membumikan Adat Bersandi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah 
(ABSSBK), seperti beberapa waktu yang lalu.

Iba hati melihat Surau waktu ini terasa lengang. Padahal kita tahu bahwa 
Surau adalah merupakan pilar yang sangat penting terhadap dalamnya ruh 
islam masuk memori kolektif masyarakat Minangkabau, yang tercermin dari 
adagium ABSSBK tersebut.

Tentu perlu pula dipikirkan kemungkinan keanggotaan rangkap RN dengan 
Surau; setiap yang terdaftar di RN otomatis terdaftar pula di Surau 
(tetapi tidak sebaliknya). Bagi yang tidak ingin mailboxnya cepat penuh, 
kan dapat men-set “no email” di Surau.

Baa tu Rang Dapua jo Angku Buih?

Wassalam, St Bandaro Kayo (63+)

[EMAIL PROTECTED] Sederhana bukan ? Re: ABS SBK proyek yang
Posted by: proto_melayu [EMAIL PROTECTED]
Mon Feb 26, 2007 5:57 pm (PST)
Sanak Ridha terima kasih atas diskusi bermutunya..

Saya masih menganggap asbabun nuzul adalah hal tak terpisahkan ketika 
kita ingin memahami maksud Tuhan didalam wahyunya. Karena turunnya wahyu 
tidak bisa dilepaskan dari latar belakang kondisi sosial, politik maupun 
ekonomi ketika itu terutama surat2 madaniyah. Ada pendapat yang 
mengatakan bahwa ayat Makiyyah bersifat universal dan merupakan bentuk 
revolusi teologis (seperti: penumpasan berhala,
paham-paham politeis dan antroposentris). Sedangkan ayat Madaniyah
bernuansa sangat kontekstual dan lebih pada revolusi sosiologis
-bakuduang



Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
-
Website: http://www.rantaunet.org

UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari 500KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-config
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.



[EMAIL PROTECTED] [SUPERKORAN] Sumatra Barat yang Cantik dan Eksotik---Jadi Turis di Kampung Sendiri (1)

2007-02-25 Terurut Topik Darwin Bahar
Setiap saya berada di Bali saya ingat kampung halaman saya Sumatra 
Barat. Dan setiap saya berada di Sumatra Barat saya ingat Bali.

Betapa tidak, baik Sumatra Barat dan Bali dianugerahi Allah SWT dua hal 
yang hampir sama: panorama alam yang mempesona, penduduk yang relatif 
homogen dengan adat dan seni budaya yangpenuh eksotika. Namun 
selebihnya, seperti kita tahu, dari segi pengembangan pariwisata, 
Sumatra Barat masih tertinggal jauh dari Bali.

Tetapi tertinggal atau bukan, Sumatra Barat tetap sebuah daerah tujuan 
wisata (DTW) yang lebih dari pantas untuk dikunjungi pada liburan akhir 
tahun ini, baik oleh para perantau Minang yang sudah lama tidak pulang 
kampuang, lebih-lebih jika Anda bukan orang Minang dan belum pernah ke 
Sumatra Barat sebelumnya. Saya saja yang orang Minang dan dalam 3 tahun 
terakhir ini sering ke Sumatra Barat tidak bosan-bosannya melihat 
keindahan alam Sumatra Barat.

Dua pekan lalu selama empat hari dari Kamis 16/12 sampai Minggu 19/12/04 
yang lalu, bersama isteri saya Kur dan dua anak gadis kami Meila (25 th) 
dan si bungsu Ira (23 th) saya saya mengambil cuti dan berkunjung ke 
Sumatra Barat. Sambil menyelam minum air, sambil mengunjungi beberapa 
keluarga dekat saya yang masih di Padangpanjang, sekitar 20 km di 
Selatan Bukittinggi, saya mengunjungi berapa tempat yang sangat menarik 
dan eksotik. Bagi Kur yang berasal dari Jawa Barat, ini adalah kunjungan 
yang kedua setelah kami menikah, yang pertama ketika kami baru punya 
anak dua dalam tahun 1973, dan bagi Meila dan Ira ini adalah kunjungan 
yang pertama dan sudah lama mereka rindukan. Mungkin karena kunjungan 
saya ke Sumatra Barat kali ini bukan dalam rangka tugas sehingga tidak 
ada pikiran yang membebani kepala dan bersama keluarga pula, perjalanan 
tersebut rasanya menyenangkan sekali. Sebenarnya empat hari kurang 
cukup, namun karena saya tidak bisa cuti lama-lama dan “gizi” kami 
terbatas, terpaksa dicukup-cukupkan, antara lain dengan menyusun jadwal 
perjalanan yang ketat, suatu hal yang sudah terbiasa saya lakukan jika 
melakukan kunjungan kerja ke daerah.

Berikut ini beberapa catatan singkat saya.

Kami menggunakan Garuda GA 160 yang berangkat jam 6.30 pagi dari 
Soekarno-Hatta dan tiba di Bandara Tabing jam 7.40. Awalnya saya hanya 
minta bantuan Kantor Regional kami di Padang untuk booking hotel di 
Bukittinggi dan Padang serta menjemput di Bandara Tabing dan mengantar 
Bukittinggi liwat Maninjau, karena saya khawatir saya tidak berhasil 
dapat mobil yang bagus atau harga yang sesuai kalau saya mencarinya di 
Bandara Tabing. Tetapi, Alhamdulillah, pucuk dicinta ulam tiba, saya 
diberitahu bahwa kalau saya menginginkan, saya dapat menggunakan mobil 
Kijang berikut Nofi, pengemudinya sampai Sabtu. Apalagi Nofi sudah 
sering mengantar saya bertugas di Sumatra Barat, dan sudah tahu 
tempat-tempat makan yang saya sukai.

Bukittinggi dapat dicapai dari Padang melalui dua rute: rute 
Padang-Lubuk Alung-Pariaman-Lubukbasung-Maninjau: melewati kelok ampek 
puluh ampek dengan jarak ± 170 km, serta rute Padang-Lubuk 
Alung-Padangpanjang-Bukittinggi lewat Lembah Anai dengan jarak ± 90 km. 
Kondisi jalan di kedua rute tersebut, seperti halnya hampir semua jalan 
di Sumatra Barat cukup bagus dan terawat baik.

Saya sempat menanyakan sewa taksi Bandara yang kondisinya umumnya sudah 
tidak prima itu ke Bukittinggi dari Tabing dan memperoleh harga Rp 135 
rb lewat Padangpanjang dan Rp 185 rb kalau lewat Maninjau.

Rute Padang-Bukittinggi lewat Maninjau berpisah dengan rute 
Padang-Bukittinggi di Lubuk Alung, berbelok ke kiri meliwati Kota 
Pariaman dan Lubukbasung, ibukota Kabupaten Agam. Sampai di sini tidak 
ada pemandangan yang luar biasa kecuali alam yang relatif asri. Suasana 
yang agak berbeda terasa setelah mobil memasuki jalan yang menyusuri 
Danau Maninjau. Namun suasana dan panorama yang fantastik---yang bahkan 
tidak akan Anda temui di Bali sekalipun---ialah ketika mobil mulai 
memasuki kelok ampek puluh ampek---jalan menanjak dengan 44 tikungan 
sepanjang 7 km. Kur seperti terpekik ketika mobil meliwati kelok pertama 
dan kedua, tetapi kemuadian terdiam dan terpana melihat hamparan Danau 
Maninjau di bawahnya. Di beberapa kelokan di atasnya beberapa kera hutan 
jinak bermain dengan anak-anaknya. Saya kemudian minta Nofi untuk 
mencari tempat berhenti untuk berfoto dengan latar belakang danau 
Maninjau. Sayang sekali di sana kera-kera jinak sudah tidak ada di sana, 
sehingga keinginan Ira untuk berfoto dengan hewan-hewan lucu---dan tidak 
“jahil” seperti di Bedugul, Bali tersebut tidak kesampaian.

Setelah itu kami nemeneruskan perjalanan menjanjak kelok demi 
kelok——setiap kelok diberi nomer yang jelas di jalan, masih dengan 
hamparan danau Maninjau di latar bawahnya sampai ke kelok terakhir di 
kawasan yang disebut Puncak Lawang. Puncak Lawang dalam beberapa tahun 
terakhir ini digunakan sebagai sebagai tempai kegiatan olahraga 
paralayang. Kalau Anda penggemar paralayang, Anda bisa membayangkan 
betapa 

[EMAIL PROTECTED] [SUPERKORAN] Sumatra Barat yang Cantik dan Eksotik---Jadi Turis di Kampung Sendiri (2)

2007-02-25 Terurut Topik Darwin Bahar
Kami mendapat kamar di lantai empat di mana ngarai Sianok yang sering 
juga disebut Grand Canyon of Indonesia itu dengan latar Gunung Merapi 
dan Gunung Singgalang di kiri kanan terlihat menghampar seperti sebuah 
lukisan panorama yang sangat indah. Bukittinggi yang dingin (900 m di 
atas permukaan laut) memang terlhat sangat cantik, bahkan dari jendela 
kamar Superior yang biasa saya gunakan. Kabut kadang-kadang terlihat 
menyaput pucuk-pucuk pohon. Sementara Ngarai Sianok di kejauhan dengan 
desir anak sungai yang mengalir di bawahnya seperti menyimpan misteri 
masa silam dengan bunyi genta pedati menyisir jalan di dasar ngarai 
menyisir malam. Novotel letaknya memang sangat strategis.

Karena anak-anak sudah mengeluh lapar, setelah menaruh koper-koper di 
kamar kami diantar Inof ke warung Nasi Kapau Uni Lis di Pasar Wisata, 
Pasar Atas dekat gerbang tangga yang menghubungkan Pasar Atas dengan 
kawasan Pasar Bawah yang lazim disebut sebagai jenjang empat puluh, 
sesuai dengan jumlah anak tangganya. Kenikmatan Nasi Kapau Uni Lis dan 
nasi kapau warung tenda lainnya di Bukittinggi cukup berbeda dengan 
masakan kapau di warung-tenda di Jalan Kramat Raya Jakarta. Selain 
kualitas bahan, yang lebih baik, masakan kapau di warung-warung tenda di 
Bukittinggi umumnya masih dimasak dengan kayu bakar. Saya makan dengan 
gulai tunjang dan gulai rebung, sedangkan Kur dengan dendeng belado. 
Anak-anak saya lihat makan dengan lahap sekali.

Dari sana kami langsung ke Padangpanjang menemui beberapa keluarga dekat 
saya yang masih ada. Dan sebelum kembali ke Bukittinggi kami mampir ke 
SMS atawa Sate Mak Syukur di Padangpanjang yang tersohor itu. Bagi Anda 
yang punya bayi dan belum pernah mencicipi Sate Padang, mungkin “tidak 
tega” memakan sate daging sapi yang berkuah kuning setengah kental itu. 
Tetapi sekali mencoba pasti ingin mencoba lagi.

Malamnya di Bukittinggi kami makan di restoran “Cubadak Gaya Baru” di 
Pasar Bawah. Berbeda dengan rumah-rumah makan di Jakarta atau kota-kota 
besar lainnya yang di setiap piring disajiakan dua potong ikan, di 
restoran ini di setiap piring hanya disajikan satu potong. Beda lainnya, 
ada sejumlah masakan khas serta bumbunya rata-rata lebih terasa.

Hawa dingin dan perasaan letih karena perjalan yang cukup panjang hari 
itu menyebabkan kami cepat tertidur. Walaupun tidak jauh dari Novotel 
ada 2 buah masjid besar, azab subuh hanya terdengar hanya lamat-lamat 
saja, lebih pelan dari pada suara azan yang saya dengar di hotel tempat 
saya menginap di Sanur, Bali sepekan sebelumnya.

Hari itu kami merencanakan akan ke Harau yang terletak di Kab Limapuluh 
Kota sekitar 25 km sebelah timur Payakumbuh arah ke Pekanbaru, atau 
sekitar 50 km dari Bukittinggi, kemandirian ke Pagarruyung di dekat 
Batusangkar, ibukota Kabupaten Tanahdatar, lalu ke pinggir Danau 
Singkarak, dan dari sini kembali ke Bukittinggi lewat Padangpanjang dan 
akan start dari hotel jam 10 pagi.

Karena hanya punya 3 kupon breakfast, dan kalau sarapan di hotel harus 
tambah bayar Rp 45 rb, saya memilih sarapan di luar saja dan pergi ke 
sebuah “Bufet” di Pasar Wisata untuk makan Amping Dadih [1] dan minum 
teh telor khas Minang, habis hanya Rp 9 rb. Sehabis sarapan Kur dan 
anak-anak sempat berjalan-jalan ke Pasar Atas.

Perjalanan ke Harau memamakan waktu kurang dari satu jam. Harau adalah 
adalah sebuah hutan lindung yang asri, berupa sebuah ngalau memanjang 
yang berpagar bukit yang curam berupa patahan dan ujung pada sebuah air 
terjun. Karena hari itu hari Jumat pengunjung tidak terlalu ramai. 
Sesudah berfoto-foto kami segera cabut, kembali ke arah semula dan 
setelah beberapa meliwati Payakumbuh, berbelok ke kiri, ke arah selatan 
menuju ke Batusangkar dan terus ke Istana Pagaruyung. Karena waktu salat 
Jumat sudah tiba, saya dan Nofi salat di sebuah masjid yang tidak jauh 
dari sana, sebuah Masjid berukuran sedang yang cukup bagus yang 
merupakan wakaf dari seorang dermawan bersebelahan dengan kantor Bupati 
Tanahdatar, salah satu dari 4 kabupaten/kota yang menurut evaluasi LIPI 
yang paling berhasil melaksanakan otonomi daerah di Indonesia. Kantor 
Bupati tersebut terlihat sangat sederhana.

Seusai salat jumat, saya bergabung dengan Kur dan anak-anak yang sudah 
lebih dulu masuk kompleks Istana Pagaruruyung. Kami berfoto-foto 
berpakaian adat Minangkabau di dalam bangunan istana---tepatnya replica 
dari istana asli yang habis terbakar yang terletak tidak jauh dari sana. 
Kemudian kami makan siang di restoran “Ambun Pagi” yang terletak di arah 
jalan ke Sawahlunto. Saya melihat Kur mendelik menyaksikan saya 
menyambar piring gulai gajeboh (daging yang sangat berlemak) yang 
dimasak asam padeh (tanpa santan) yang sangat jarang ditemukan di 
rumah-rumah makan Padang di luar Sumatra Barat (kecuali di Resto Simpang 
Raya Bogor). Kami kemudian juga mencicipi gulai jarieng (jengkol) yang 
agak berbeda dengan jengkol yang ada di Jawa, lebih empuk, lebih legit 
dan tidak terlalu berbau.

Selesai makan kami 

[EMAIL PROTECTED] “Sumatra Barat yang Cantik dan Ek sotik---Jadi Turis di Kampung Sendiri” di Superkoran A pakabar, dan Komentar

2007-02-25 Terurut Topik Darwin Bahar
“Setiap saya berada di Bali saya ingat kampung halaman saya Sumatra 
Barat. Dan setiap saya berada di Sumatra Barat saya ingat Bali.”
 
“Betapa tidak, baik Sumatra Barat dan Bali dianugerahi Allah SWT dua hal 
yang hampir sama: panorama alam yang mempesona, penduduk yang relatif 
homogen dengan adat dan seni budaya yangpenuh eksotika. Namun 
selebihnya, seperti kita tahu, dari segi pengembangan pariwisata, 
Sumatra Barat masih tertinggal jauh dari Bali.”
 
Demikian saya mengawali catatan perjalanan yang saya tulis ketika saya 
mengajak kedua anak gadis saya dan mama mereka mengunjungi kampung 
halaman papanya akhir 2004 yang lalu. Tulisan yang saya bagi menjadi 
tiga bagian itu saya beri judul “Sumatra Barat yang Cantik dan 
Eksotik---Jadi Turis di Kampung Sendiri”, saya kirimkan ke sejumlah 
milis, termasuk RantauNet. Adinda Erwin Muchtar dkk di situs Cimbuak 
mengapreasiai catatan tersebut dengan melewakannya di sana.
 
Sebagai bagian dari komitmen saya dalam mendukung MAPPAS yang pernah 
saya kemukakan beberapa waktu yang lalu, dan dengan segala kekurangan 
dan keterbatasan saya waktu ini, serta sebagai sumbangan kecil 
saya---atau malahan dapat dikatakan nyaris tidak punya arti apa-apa jika 
dilihat dari besar, luas dan kompleksnya permsalahan yang 
dihadapibagi pengembangan parawisata Sumatra Barat, saya mengirim 
kembali catatan perjalanan tersebut untuk dimuat di Superkoran milis 
Apakabar.
 
Mengapa Apakabar?
 
Apakabar waktu ini mempunyai anggota sebanyak kurang lebih 6500 orang 
itu, kurang lebih sepertiganya bermukim di mancanegara, sedangkan 
Superkoran Apakabar---yang terbuka untuk publik; dapat diakses melalui 
dapat diakses pada www.superkoran.info)---merupakan  koran elektronik 
yang sejak diluncurkan satu setengah tahun yang lalu sudah dikunjungi 
sekitar 160.000 pembaca, atau rata-rata mendekati 300 orang perhari.
 
Alhamdulillah  sahabat saya Elceem dan owner Apakabar---yang sejak 
setahun terakhir ini memberi amanah kepada saya untuk menjadi salah 
seorang anggota Tim Moderator milis tersebut---menganggap tulisan 
tersebut yang pernah “ditayangkan” di milis Apakabar itu,  masih cukup 
layak dimuat di Superkoran. Dua dari tiga tulisan tersebut sudah dimuat 
dan diletakkan di tembat yang strategis: kolom paling kanan serta 
dihiasi ilustrasi pemandangan alam dan jam gadang.
 
Sampai hari Minggu kemarin dua anggota milis tersebut---dua-duanya bukan 
orang Minang---sudah memberikan tanggapan yang saya kopikan di bawah 
ini, yang secara tersirat memberikan gambaran tentang potensi dan masih 
besarnya peluang bagi pengembangan parawisata di Sumatra Barat.
 

 
AW: [apakabar] Sumatra Barat yang Cantik dan Eksotik---Jadi Turis di
Posted by: Swan Liong Be [EMAIL PROTECTED]   yongkiebe
Fri Feb 23, 2007 6:05 am (PST)
 
Betul sdr. Darwin; ini yang juga saya sayangkan sekali! Kalo saya lewat 
TravelAgency dikota München ini, hampr selalu kalo tentang indonesia 
yang saya liat: Bali dengan segala macam variasinya, hampir tidak 
tentang daerah² lain. Indonesia negara yang mempunyai alam yang bagus 
dan beranekaragam; koq selalu Bali atau Danau Toba yag dipromosikan. 
Saya lama²bosan melihatnya.
 
Misalnya apa yang anda tulis tentang sumatra barat, atau Sulawesi, 
Maluku dengan Seagarden atau Lembeh Street etc.patut dipromosikan! Kan 
menyedihkan kalo daerah² ini baru dikenal sehubungan dengan kecelakaan 
atau bencana,
bukan?
Salam,
SLBe
 
-Ursprüngliche Nachricht-
Von: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Im 
Auftrag von Darwin Bahar
 

 
Re: Sumatra Barat yang Cantik dan Eksotik---Jadi Turis di Kampung
Posted by: tony_lke [EMAIL PROTECTED]   tony_lke
Fri Feb 23, 2007 1:01 pm (PST)
***
Kampuang nan jauh di mato
Gunuang Sansai Baku Liliang
Takana Jo Kawan, Kawan Nan Lamo
Sangkek Basu Liang Suliang

 
Kekaguman ku pada SumBar (alam  orangnyo dsb) dimulai dari lagu ini
ketika sbg anak2 sering mendendang lagu tsb. let's say lagu favorit gitu.
 
Keindahan Ngarai Sianok dan danau Maninjau/Singkarak hanya bisa aku 
bayangkan, namun sungguh beruntung beberapa tahun yg lalu saya bisa 
membawa keluarga mengunjungi Bukiak Tinggi demikian orang2 setempat 
menyebutnya.
 
Perjalanan melalui Pekan Baru merupakan pengalaman unik karena melalui 
Koto Panjang yg saat itu sudah menjadi kota hantu (deserted) karena 
penduduknya relokasi akibat pembangunan bendungan. Ketika melalui Koto 
Panjang serasa 'surreal'melihat air yg mulai menggenang.
 
Yg menarik (if not mistaken the name) jalur antara Kelok Sembilan dan 
Payakumbuh mirip alpine pass dinegeri2 bersalju.
 
Antara Payakumbuh-Bukit Tinggi mirip sekali dng Puncak-Bdg or 
SBY-Malang, kiri kanan kulihat banyak ...banyak pohon cem..oops 
maksudku  banyak sawah2 dng padi yg mulai menguning :-)
 
Tiba di Bukiak Tinggi subuh langsung check-in di Novotel, ini salah satu 
hotel yg dpt saya rekomendasi karena letaknya

[EMAIL PROTECTED] “Sumatra Barat yang Cantik dan Ek sotik---Jadi Turis di Kampung Sendiri” di Superkoran A pakabar, dan Komentar - Bagian 1

2007-02-25 Terurut Topik Darwin Bahar
“Setiap saya berada di Bali saya ingat kampung halaman saya Sumatra
Barat. Dan setiap saya berada di Sumatra Barat saya ingat Bali.”

“Betapa tidak, baik Sumatra Barat dan Bali dianugerahi Allah SWT dua hal
yang hampir sama: panorama alam yang mempesona, penduduk yang relatif
homogen dengan adat dan seni budaya yangpenuh eksotika. Namun
selebihnya, seperti kita tahu, dari segi pengembangan pariwisata,
Sumatra Barat masih tertinggal jauh dari Bali.”

Demikian saya mengawali catatan perjalanan yang saya tulis ketika saya
mengajak kedua anak gadis saya dan mama mereka mengunjungi kampung
halaman papanya akhir 2004 yang lalu. Tulisan yang saya bagi menjadi
tiga bagian itu saya beri judul “Sumatra Barat yang Cantik dan
Eksotik---Jadi Turis di Kampung Sendiri”, saya kirimkan ke sejumlah
milis, termasuk RantauNet. Adinda Erwin Muchtar dkk di situs Cimbuak
mengapreasiai catatan tersebut dengan melewakannya di sana.

Sebagai bagian dari komitmen saya dalam mendukung MAPPAS yang pernah
saya kemukakan beberapa waktu yang lalu, dan dengan segala kekurangan
dan keterbatasan saya waktu ini, serta sebagai sumbangan kecil
saya---atau malahan dapat dikatakan nyaris tidak punya arti apa-apa jika
dilihat dari besar, luas dan kompleksnya permsalahan yang
dihadapibagi pengembangan parawisata Sumatra Barat, saya mengirim
kembali catatan perjalanan tersebut untuk dimuat di Superkoran milis
Apakabar.

Mengapa Apakabar?

Apakabar waktu ini mempunyai anggota sebanyak kurang lebih 6500 orang
itu, kurang lebih sepertiganya bermukim di mancanegara, sedangkan
Superkoran Apakabar---yang terbuka untuk publik; dapat diakses melalui
dapat diakses pada www.superkoran.info)---merupakan  koran elektronik
yang sejak diluncurkan satu setengah tahun yang lalu sudah dikunjungi
sekitar 160.000 pembaca, atau rata-rata mendekati 300 orang perhari.

Alhamdulillah  sahabat saya Elceem dan owner Apakabar---yang sejak
setahun terakhir ini memberi amanah kepada saya untuk menjadi salah
seorang anggota Tim Moderator milis tersebut---menganggap tulisan
tersebut yang pernah “ditayangkan” di milis Apakabar itu,  masih cukup
layak dimuat di Superkoran. Dua dari tiga tulisan tersebut sudah dimuat
dan diletakkan di tembat yang strategis: kolom paling kanan serta
dihiasi ilustrasi pemandangan alam dan jam gadang.

Sampai hari Minggu kemarin dua anggota milis tersebut---dua-duanya bukan
orang Minang---sudah memberikan tanggapan yang saya kopikan berikut
ini, yang secara tersirat memberikan gambaran tentang potensi dan masih
besarnya peluang bagi pengembangan parawisata di Sumatra Barat.

(Bersambung)





Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
-
Website: http://www.rantaunet.org

UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari 500KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-config
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.



[EMAIL PROTECTED] “Sumatra Barat yang Cantik dan Ek sotik---Jadi Turis di Kampung Sendiri” di Superkoran A pakabar, dan Komentar - Bagian 2

2007-02-25 Terurut Topik Darwin Bahar
Sampai hari Minggu kemarin dua anggota milis tersebut---dua-duanya bukan
orang Minang---sudah memberikan tanggapan yang saya kopikan di bawah
ini, yang secara tersirat memberikan gambaran tentang potensi dan masih
besarnya peluang bagi pengembangan parawisata di Sumatra Barat.



AW: [apakabar] Sumatra Barat yang Cantik dan Eksotik---Jadi Turis di
Posted by: Swan Liong Be [EMAIL PROTECTED]   yongkiebe
Fri Feb 23, 2007 6:05 am (PST)

Betul sdr. Darwin; ini yang juga saya sayangkan sekali! Kalo saya lewat
TravelAgency dikota München ini, hampr selalu kalo tentang indonesia
yang saya liat: Bali dengan segala macam variasinya, hampir tidak
tentang daerah² lain. Indonesia negara yang mempunyai alam yang bagus
dan beranekaragam; koq selalu Bali atau Danau Toba yag dipromosikan.
Saya lama²bosan melihatnya.

Misalnya apa yang anda tulis tentang sumatra barat, atau Sulawesi,
Maluku dengan Seagarden atau Lembeh Street etc.patut dipromosikan! Kan
menyedihkan kalo daerah² ini baru dikenal sehubungan dengan kecelakaan
atau bencana,
bukan?
Salam,
SLBe

-Ursprüngliche Nachricht-
Von: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Im
Auftrag von Darwin Bahar



Re: Sumatra Barat yang Cantik dan Eksotik---Jadi Turis di Kampung
Posted by: tony_lke [EMAIL PROTECTED]   tony_lke
Fri Feb 23, 2007 1:01 pm (PST)
***
Kampuang nan jauh di mato
Gunuang Sansai Baku Liliang
Takana Jo Kawan, Kawan Nan Lamo
Sangkek Basu Liang Suliang


Kekaguman ku pada SumBar (alam  orangnyo dsb) dimulai dari lagu ini
ketika sbg anak2 sering mendendang lagu tsb. let's say lagu favorit gitu.

Keindahan Ngarai Sianok dan danau Maninjau/Singkarak hanya bisa aku
bayangkan, namun sungguh beruntung beberapa tahun yg lalu saya bisa
membawa keluarga mengunjungi Bukiak Tinggi demikian orang2 setempat
menyebutnya.

Perjalanan melalui Pekan Baru merupakan pengalaman unik karena melalui
Koto Panjang yg saat itu sudah menjadi kota hantu (deserted) karena
penduduknya relokasi akibat pembangunan bendungan. Ketika melalui Koto
Panjang serasa 'surreal'melihat air yg mulai menggenang.

Yg menarik (if not mistaken the name) jalur antara Kelok Sembilan dan
Payakumbuh mirip alpine pass dinegeri2 bersalju.

Antara Payakumbuh-Bukit Tinggi mirip sekali dng Puncak-Bdg or
SBY-Malang, kiri kanan kulihat banyak ...banyak pohon cem..oops
maksudku  banyak sawah2 dng padi yg mulai menguning :-)

Tiba di Bukiak Tinggi subuh langsung check-in di Novotel, ini salah satu
hotel yg dpt saya rekomendasi karena letaknya yg strategis ditengah
alun2 (ada pasar jajanan) dan dilantai atas you can actually enjoy four
corners of the world karena tdk ada bangunan disekitarnya yg lebih
tinggi, so you get uninterrupted views. nggak tahu deh keadaan sekarang.

Salah satu pengalaman menggelikan yaitu saya mengira perjalanan dari
hotel ke Ngarai Sianok bakal berjam2, eh ..eh.. nggak taunya cuma 1-2
menit driving dari hotel. Selain salah saya sendiri yg tdk mempelajari
keadaan lapangan sebelumnya juga karena tdk adanya info  turis dihotel
waktu itu.

Mudah-mudahan kelak kami bisa berkunjung kesana lagi.

Salam,
Tony

--- In [EMAIL PROTECTED], Darwin Bahar [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kami tiba di Bukittinggi belum terlalu petang sehingga sempat
  mengunjungi toko sovenir di dekat Jam Gadang.
  Wassalam, Darwin
cut-



Sekedar ikut menghangatkan perbincangan seputar pengembangkan parawisata
Sumatra Barat di Palanta ini, berikut ini tulisan-tulisan tersebut saya
reposting ke Palanta, disertai permohonan maaf kepada para dunsanak yang
sudah pernah membaca tulisan tersebut, yang waktu dan pulsanya terbuang
percuma karena reposting ini.

Wassalam, St Bandaro Kayo (63+)





Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
-
Website: http://www.rantaunet.org

UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari 500KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-config
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.



Re: [EMAIL PROTECTED] Mancari kader pangganti nan tuo-tuo

2007-02-12 Terurut Topik Darwin Bahar
Mandaftar ambo ciek menjadi pendukung MPKAS dan MAPPAS, sebagai penggembira

Wassalam, Bandaro Kayo (63+)
Depok

--- In [EMAIL PROTECTED], Herman Jambak [EMAIL PROTECTED] wrote:

bakarek

 Ambo muloi, tolong ditambahkan dek nan basangkutan atau mambari 
koreksi jikok salah latak dan salah manulihkan namo jo gala.

  1. Saafrudin Bahar St. Madjolelo
  2. Chaidir Nin Latief Dt. .
  3. M. Dafiq Saib St. Lembang Alam
  4. Benni Inayatullah
  5. Yulnofrins Napilus
   6. Ronal Chandra St a garan go ah.
  7. Nur'aini B Prapdanu
  8. Kunia Chalik
  9. Penulis emailko.
  10. M. Syahreza
  11. Rehza 
  12. Erwin
  13. Herman Jambak
  14. Rinaldo Azis
  15. Aslim Nurhasan
  16. S. Timmy Pulungan (Tentative)
  17. Darwin Bahar St Bandaro Kayo





Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
-
Website: http://www.rantaunet.org

UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari 500KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.



Re: [EMAIL PROTECTED] Slogan W takuruang nak di lua

2007-01-29 Terurut Topik Darwin Bahar

Angku Ban,
 
Indak telap di saya itu. Banyak cerdik pandai di Palanta ika untuk 
marantantg, membalik dan menelentangkan perkara ini, termasuk Angku Dave 
dan Angku St Bandaro Labih.
 
Wassalam, Bandaro Kayo
 
 
Re: [EMAIL PROTECTED] Slogan W  takuruang nak di lua
Posted by: bandaro [EMAIL PROTECTED]
Thu Jan 25, 2007 8:57 pm (PST)
 
Kpd
Bdr Labiah, Darwin Bahar dan D St Lembang Alam
 
Ambo heran, baa ko pituah negatif dari niniak moyang kito
dianggap sebagai anjuran.
 
---bakuduang---



Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
-
Website: http://www.rantaunet.org

UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment, tidak dianjurkan.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari 500KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.



[EMAIL PROTECTED] [Apakabar] Arafah dan “Teolog i Langit” (1)

2007-01-16 Terurut Topik Darwin Bahar
Tolong dibaca aturan pada footer dibawah




Kamis pagi, langit Makkah bergemuruh. Selepas shalat Subuh, kami 
menyaksikan gelombang jamaah menuju Mina. Pergerakannya seperti arus 
sungai yang tak terbendung. Kami yang menyaksikan terbawa haru.
 
Mereka berbeda ras, bangsa, warna kulit, dan bahasa. Hitam, putih, 
coklat dan kuning kulit mereka. Pakaiannya sama, putih. Juga 
teriakannya. Labbaaik Allaahumma Labbaik. Kami sambut panggilan-Mu ya 
Allah. Suara mereka terdengar amat lantang, menembus langit. Dari Wisma 
Haji di Aziziyah, kami hanya bisa terpaku. Jalan di depan Wisma Haji 
adalah jalan yang menghubungkan Makkah dan Mina. Jalan khusus pejalan 
kaki itu seperti sungai dengan air bah.
 
Demikian berita Republika, Jumat, 29 Desember 2006, seperti dilaporkan 
wartawannya langsung dari kota suci Makkah pada hari Tarwiyah, yaitu 
pada saat seluruh jemaah haji dari berbagai penjuru dunia sudah 
terkosentrasi di Makkah Al-Muqarramah dan mulai bergerak ke Arafah yang 
terletak 25 km di sebelah Timur kota suci tersebut, sebuah lembah seluas 
1.500 m2 yang dikellingi oleh ngarai dan bukit berbatu yang membentuk 
busur di bagian Timurnya, guna melaksanakan Wukuf pada keesokan harinya.
 
Gelombang jemaah tersebut seluruhnya mengenakan pakaiaan 
ihram---disunahkan berwarna putih---yang bagi jemaah laki-laki terdiri 
dari dua potong kain tanpa jahitan yang satu dijadikan sarung, yang lain 
dijadikan selendang untuk menutupi bagian atas badan, tanpa lapisan 
apapun di dalamnya, sementara bagi jemaah  perempuan berupa busana 
muslim biasa dengan wajah dan telapak tangan yang harus  (wajib] terlihat.
 
Di antara jemaah tersebut, yaitu yang memilih haji ifrad dan haji qiran 
[1] sudah mengenakan pakaian ihram sejak mereka memasuki kota suci 
Makkah di miqat-miqat yang ditetapkan syariah. Sedangkan yang memilih 
haji tamattu sudah bertahallul, melepasnya setelah selesai melaksanakan 
umrah pada hari pertama mereka tiba, dan hari itu mengenakannya kembali 
setelah melafzkan niat haji.
 
Sebagian jemaah ada yang memilih bermabit (bermalam) di Mina yang  
terletak di daerah berbukit-bukit di sebelah timur Makkah antara kota 
suci tersebut dengan Muzdalifah pada jalan menuju Arafah, dan sehabis 
subuh baru bergerak menuju Arafah.
 
Jemaah haji Muasaah Asia Tenggara, termasuk Indonesia [2] seperti 
kafilah kami ketika saya dan isteri melaksanakan ibadah haji dalam tahun 
2003, langsung dan bermabit di Arafah, berangkat dengan bus sehabis Isya 
melalui jalan by pass khusus yang ketika itu baru selesai dibangan 
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia (KSA).
 
Para jemaah yang datang lebih awal, lazimnya mengunjungi kota suci 
Madinah terlebih dahulu guna berziarah dan melakukan arbain---salat 
wajib 40 waktu berturut turut serta berziarah ke makam Nabi Muhammad 
s.a.w---di Masjid Nabawi di Madinah al Munawarah, kegiatan yang 
sebenarnya bukan rukun atau wajib haji, tetapi sangat jarang dilewatkan 
oleh para jemaah haji, Sedangkan yang datang lebih belakangan  
melakukannya setelah melaksanakan seluruh amalan haji di kota suci 
Makkah dan sekitarnya.
 
Sebelum lohor seluruh jemaah sudah berkumpul di Padang Arafah guna 
melaksanakan wukuf pada saat matahari mulai tergelincir ke Barat.
 
“Al-hajju Arafah” (puncak peribadatan Haji itu di Arafah) sabda 
Rasulullah SAW yang sangat masyhur.
 
Dalam Catatan Perjalanan saya, saya menulis:
 
“Arafah di saat-saat berwukuf adalah salah satu tempat, di mana Allah 
Yang Maha Pengasih, Penyayang dan Pengampun, membuka hijab,  tempat di 
mana do’a lebih diijabah, munajah lebih didengar dan pengampunan lebih 
disegerakan. Arafah adalah saat-saat yang paling ditunggu oleh para 
hamba yang datang dari tempat yang jauh, ikhlas karena Allah semata,  
dan melafazkan talbiyah, tidak jarang sembari bercucuran air mata: 
“Labbaykallah humma labbayk, labbaykala syarikalaka labbayk. Innal 
hamda, wani’mata, laka walmulk. Lasyarikalak (Aku datang Ya Allah, 
memenuhi panggilan-Mu.  Aku datang Ya Allah, tiada yang setara 
dengan-Mu. Segala puji dan nikmat hanyalah milik-Mu, segala kekuasaan 
jua milik-Mu. Tiada yang setara dengan-Mu).”
 
Dari saat menjelang magrib sampai larut malam, para jemaah mulai secara 
bergelombang bergerak untuk mabit di padang terbuka di Muzdalifah, 
sebuah pengalaman yang bagi saya terasa sangat eksotik, walaupun ketika 
saya menjalaninya dalam keadaan sakit. Di tempat ini pula jemaah 
mengumpulkan kerikil untuk melakukan pelemparan jamarat keesokan harinya 
di Mina.
 
Bakda Subuh sebagian besar jemaah meneruskan perjalanan mereka ke Mina 
untuk melakukan pelemparan jamarat, amalan haji yang bukan merupakan 
rukun, tetapi hanya wajib haji, tetapi yang paling sering menimbulkan 
korban jiwa apabila dilaksankan dengan kurang berdisiplin [2].
 
Yang memilih nafar awal akan berada dan melakukan pelemparan jamarat di 
Mina selama dua hari berturut-turut, sementara yang memilih nafar akhir 
selama tiga hari Sehabis melakukan pelemparan hari 

[EMAIL PROTECTED] [Apakabar] Arafah dan “Teolog i Langit” (2)

2007-01-16 Terurut Topik Darwin Bahar
Tolong dibaca aturan pada footer dibawah




Seperti diberitakan beberapa media di Indonesia, pada puncak ibadah haji 
Jumat 29 Desember 2006 itu, sekitar 4 juta jemaah dari berbagai ras, 
bangsa, warna kulit, dan bahasa berkumpul untuk melaksanakan wukuf di 
Arafah Jumat, 29 Desember 2006 itu.
 
Termasuk hampir 190.000 jemaah haji Indonesia, yang di saat-saat yang 
paling istemewa tersebut gementaran karena kedinginan dan rasa lapar, 
bukan karena berpuasa di Arafah merupakan ibadah wajib atau Sunnah, 
tetapi karena sekitar 30 jam-an tidak mendapat pasokan makanan dan 
minuman yang layak, menyusul kegagalan Ana for Development (AFD) yang 
mulai musim haji tahun ini ditunjuk Panitia Penyelenggara Haji Indonesia 
(PPHI) sebagai pemasok katering seluruh jemaah haji Indonesia, yang 
sebelumnya dilaksanakan oleh muasasah satu bulan sebelum Hari-H, dalam 
melaksanakan kewajibannya.
 
Kebijakan yang pada dasarnya baik, tetapi dilaksanakan secara gegabah 
dan salah kaprah.
 
Tidak sedikit di antara jemaah tersebut yang sudah uzur, sakit dan 
sakit-sakitan atau kurang sehat dan letih.
 
Mereka ini sudah tidak mendapat sejak Jumat pagi itu, terus di malam 
harinya ketika mereka mabit: tidur di alam terbuka di Muzdalifah menahan 
lapar dan dingin diselimuti cuaca Arab Saudi bulan Desember yang 
mencapai 10 derajat Celcius, dan angin bersiur kencang sepanjang hari, 
dan berlanjut keesokannya pada pelemparan jamarat hari pertama di Mina.
 
Seperti dilaporkan Majalah TEMPO pekan lalu, makanan yang dibagikan para 
dermawan Saudi dan jemaah negara lain pun jadi rebutan para jemaah. 
Pahit, jengkel, sedih, marah, malu campur aduk di kalangan jemaah. 
apalagi pada saat pasokan makanan macet, hampir tidak ada petugas PPHI 
yang datang menenangkan atau memeriksa kondisi jemaah.
 
Bahwa kegagalan katering ini bukan salah urus pertama yang merugikan 
atau menimbulkan penderitaan para jemaah haji Indonesia sudah diketahui 
bersama. Tetapi bahwa ini yang terakhir, banyak yang tidak percaya, 
utamanya jika penyelenggaraan perjalanan haji masih dilaksanakan oleh 
Departemen Agama.
 
“Alhamdulillah, hanya dua yang meninggal. Kenapa yang saya bilang 
alhamdulillah, sebab saya pikir soal hatering ini akan memakan banyak 
korban,” demikian Menag Maftuh Basyuni seperti dikutip TEMPO pekan lalu.
 
“Alhamdulillah? Hanya dua?
 
Di kolom saya di Superkoran Apakabar menjelang Ramadan dua tahun lalu, 
saya mengutip Hadis Nabi  yang mengisahkan nasib dua perempuan, yang 
satu pelacur yang masuk surga karena mendahulukan memberi minum seekor 
anjing yang kehausan di padang pasir meskipun ia sendiri juga kehausan; 
yang lain ahli ibadah yang masuk neraka karena sibuknya beribadah 
membiarkan seekor kucing yang terkurung di dalam rumahnya mati kelaparan.
 
Itu mengenai pengkhidmatan dan penafian terhadap kehidupan seekor hewan, 
Pak Menteri Agama seperti tanpa dosa menyatakan tentang pupusnya 
kehidupan manusia akibat kebijakannya dan Departemen yang dipimpinnya 
dengan berpekik: “Hanya dua?”
 
“Tanya kenapa?” seru sebuah iklan rokok.
 
“Masyarakat Islam memiliki dua kelemahan yang mendasar,” ujar WS Rendra 
belas tahun yang lalu, seperti dikutip Ahmad Tohari dalam kolomnya di 
Republika 10 Januari 2005 yang lalu yang menyoroti kebingungan ummat dan 
tokoh=tokoh Islam, termasuk Ketua MUI dan Ketua PB NU dalam menghadapi 
bencana Tsunami di Aceh, (Menjenguk Allah di Aceh).
 
“Kelemahan pertama menyangkut sikap dan pandangan terhadap kemanusiaan. 
Dan yang kedua menyangkut kegiatan di bidang pembukuan”.
 
Tidak sukar untuk memaklumi bahwa yang dimaksud Rendra dengan “kegiatan 
di bidang pembukuan” adalah “manajemen”.
 
Tidak sukar pula untuk memaklumi bahwa kesengsaraan dan penderitaan para 
jemaah haji Indonesia, termasuk peristiwa gagal katering pada musim haji 
tahun 2006 yang lalu berhubungan dengan kedua hal tersebut.
 
Bahkan hal-hal lain yang dapat direntang lebih luas lagi.
 
Tanya kenapa?
 
“Ini berhubungan dengan teologi masyarakat Islam yang dianut hingga kini 
adalah “Teologi Langit”, jelas Ahmad Tohari dalam kolomnya tersebut, di 
mana Ahmad Tohari antara lain mengemukakan:
 
“Taruhan terpenting dalam masyarakat Islam adalah menyintai Allah dan 
Rasul-Nya, yang semuanya memang bersemayam “di langit”. Tak akan 
sempurna iman seorang muslim sebelum dia menyintai Allah dan Rasul-Nya 
di atas segalanya.”
 
“Sampai di sini tidaklah ada sesuatu yang perlu dikritisi. Karena memang 
begitulah ajaran yang dianut oleh masyarakat Islam, dan akan ditegakkan 
sampai kapanpun. Namun ketika orang hendak melangkah ke wilayah 
pengamalan, mereka harus melakukan penafsiran: bagaimanakah menyintai 
Allah yang Maha Gaib dan tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya di 
luar ibadah murni?”
 
(Bahkan menurut saya pribadi dalam ibadah murni pun manusia yang 
membutuhkan Allah dan bukan sebaliknya.)
 
“Ya Allah, kenapa Engkau masukkan aku ke dalam neraka?”
 
“Karena engkau tidak mau menjenguk Aku ketika Aku sakit.”
 

[EMAIL PROTECTED] Longsor di Padang Pariaman, 13 Tewas

2007-01-09 Terurut Topik Darwin Bahar
Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--
Sukseskan Pulang Basamo Juni 2008


Selasa, 09 Januari 2007 | 17:44 WIB
 
http://www.tempointeractive.com/hg/nusa/sumatera/2007/01/09/brk,20070109-90917,id.html
 

 
TEMPO Interaktif, PADANG:13 warga Korong Kolam Janiah, Kenagarian Kudu 
Gantiang, Kecamatan Lima Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera 
Barat atau sekitar 100 kilometer di utara Kota Padang, dipastikan tewas 
tertimbun longsoran bukit yang berdiri menjulang di belakang rumah 
mereka, Senin (8/1) sekitar pukul 16.30 WIB.
 
Hingga pukul 15.30 WIB sore ini baru dua korban yang ditemukan. Korban 
yang pertama ditemukan adalah Buyung, 4 tahun, pada pukul 10.45 WIB. 
Korban kedua, Noni, 37 tahun, ditemukan pukul 13.30 WIB dan ketiga, 
Rozi, 10 tahun, ditemukan pukul 15.30 WIB.
 
Korban yang dipastikan masih tertimbun dan masih belum bisa dievakuasi 
adalah Rindu, 41 tahun, Hen, 13 tahun, Tirau, 50 tahun, Imaniar, 50 
tahun, Sida, 35 tahun, Niko, 10 tahun, Rohim, 10 tahun, Tomi, 13 tahun, 
Firdaus, 14 tahun, dan Fahmi, 2 tahun.
 
Kejadian longsor itu berlangsung tiba-tiba tanpa hujan maupun gempa 
bumi. Tanah bukit yang menjulang sekitar 50 meter dan hampir seperti 
dinding dengan kemiringan 90 derajat di belakang empat rumah korban 
longsor. Sebuah musala atau masjid kecil berukuran 9 X 9 meter persegi 
bernama 'Jabal Nur' yang terletak di seberang rumah korban ikut tertimbun.
 
Meski longsor terjadi Senin sore, tim evakuasi dari berbagai organisasi 
dan instasi, di antaranya Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan 
Polisi Resort Padang Pariaman dengan menggunakan dua eskavator baru bisa 
bekerja esok paginya, Selasa (9/1). Senin malam, dua longsoran susulan 
terjadi di tempat yang sama sehingga masyarakat dan tim evakuasi 
berhamburan menyelamatkan diri.
 
Bupati Padang Pariaman Muslim Kasim yang ditemui di lapangan mengatakan 
pencarian para korban akan terus dilakukan sampai semua korban 
ditemukan. Ia juga mengaku sudah mengevakuasi 10 keluarga atau 90 warga 
di sekitar lokasi yang rumahnya berada di tempat yang rawan longsor
 
Ada sejumlah lokasi di Kabupaten Padang Pariaman yang warganya terancam 
longsor, kami sedang mencari jalan keluar untuk relokasi secara 
permanen, katanya.
 



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari 100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.



[EMAIL PROTECTED] [Fwd: Tulisan Bondan Winarno ...... makanan enak !]

2006-12-12 Terurut Topik Darwin Bahar
Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--

Sebuah tulisan yang menarik,

Wasalam, Bandaro Kayo

 Original Message 
Subject:Tulisan Bondan Winarno .. makanan enak !
Date:   Sun, 10 Dec 2006 12:27:11 +0700
From:   JASP [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]



SUARA PEMBARUAN DAILY



  Jalansutra


  Pulang Basamo Angku Bondan



Bondan Winarno

Pulang.

Pulanglah, Nak.

Kapan saja

kau rasa sepi.

Puisi di atas saya kutip dari buku berjudul Pulang tulisan Happy Salma
yang baru saja terbit. Sungguh menyentuh!

Tetapi, bukan karena rasa sepi bila saya kemudian melakukan perjalanan
ke Padang dan Bukittinggi akhir pekan lalu. Saya sungguh me- rindukan
ranah Minang nan elok - tempat saya pernah dibesarkan puluhan tahun yang
silam.

Perjalanan kali ini ditemani 23 warga Jalansutra yang memang ingin
jalan-jalan dan makan-makan ke berbagai kota di Sumatera Barat.
Dikomandani oleh Andrew Mulianto dan Irvan Kartawiria, serta dibantu
oleh Christine Bawole, perjalanan yang memakai sandi operasi Pulang
Basamo Angku Bondan ini berlangsung selama empat hari. Beberapa
veteran JS-ers yang pernah mengikuti berbagai wisata kuliner
sebelumnya, tampak ikut lagi dalam perjalanan kali ini, seperti: Wibowo
serta anaknya Pandito, Lorentia, Sienny yang kali ini malah memboyong
ibu dan dua saudaranya, serta Siska yang khusus datang dari Medan untuk
bergabung.

Keterlambatan penerbangan menuju ke Padang rupanya malah membuat peserta
seperti kesetanan. Maklum, kami baru makan siang menjelang pukul lima
sore di Rumah Makan Pagi Sore yang legendaris itu. Pagi Sore adalah
masakan Padang yang khas, karena rumah makan itu sendiri dimiliki oleh
seorang warga keturunan Tionghoa yang sudah turun-temurun menjalani
usaha ini. (Catatan: Pagi Sore Padang tidak ada kaitannya dengan Pagi
Sore Palembang yang kini sudah buka cabang di Jakarta).

Andrew yang jadi jurubayar sontak kaget ketika melihat bon yang
menunjukkan bahwa 75 potong ayam goreng telah ludes diganyang oleh 24
orang. Ini doyan apa lapar? pikirnya. Ayam kampung goreng Pagi Sore
memang luar biasa. Kelihatannya mah polos-polos ajah, tetapi ternyata
rasanya betul-betul mantap dan gurih, dengan rasa asin yang seimbang.
Saking seudeupnyah, saya sampai membayangkan nonton film di gedung
bioskop sambil ngemil ayam goreng ini, kata Irvan.

Pagi Sore juga terkenal dengan sambal orang miskin yang khas.
Disebut demikian karena semua bahannya belum masak di pohon. Cabenya
masih hijau, tomatnya masih hijau, tekokaknya masih muda, bahkan jengkol
yang dipakai pun khusus yang masih kecil-kecil. Semuanya diaduk ke dalam
minyak panas tumisan teri. Wuiiih . . .

Dalam perjalanan ini, panitia memang ingin membuktikan bahwa not all
nasi padang are created equal. Pagi Sore dipilih karena dia mewakili
gagrak masakan padang yang diolah dengan sentuhan Tionghoa. Sajian Pagi
Sore sangat mirip dengan rumah makan serupa di Jakarta, bernama Pondok
Jaya. Ada sentuhan ke-Tionghoa-an yang membuat masakan mereka bernuansa
lain. Secara visual saja sudah tampak bedanya, yaitu memakai sendok
bebek untuk mengambil lauk.

Malam pertama di Padang dilewatkan dengan makan malam di RM Tanpa Nama
dan Martabak Kubang Hayuda. Yang disebut terakhir membuat mata kami
semua terbelalak. Begitu banyaknya pesanan martabak telur, sehingga
sekaligus menggoreng belasan martabak di wajan datar yang super besar.
Martabak gurih berkulit renyah ini didampingi teh talua alias teh telur.

Teh telur di Martabak Kubang Hayuda agak berbeda dengan yang disajikan
secara tradisional. Di MBK, telur ayam kampung dikocok dengan blender
sampai mengembang. Dengan cara ini, ketika dituang teh panas, semua
partikel telur yang sudah mengembang itu terpapar dengan air mendidih
yang membuatnya matang. Untuk menyingkirkan aroma amis, disediakan juga
seiris limau atau jeruk nipis.

Di warung-warung tradisional, teh telur disajikan dengan cara yang lebih
garang - mirip Uji Nyali. Telurnya cuma dikocok sebentar dengan sendok,
lalu dituangi teh panas. Ketika disajikan, bentuk dan bau telurnya masih
teramat jelas, sehingga yang tidak terbiasa makan telur mentah pasti
akan berpikir tujuh kali sebelum menyeruputnya.

Keesokan paginya, kami memilih untuk tidak sarapan di hotel, melainkan
pergi ke kedai kopi di Jalan Niaga. Di kawasan Pecinan ini suasananya
memang mirip Glodok di awal abad ke-20. Kedai kopi yang menjadi sasaran
adalah Nanyo. Tetapi, apo dayo, ternyata kedai itu tutup berhubung
renovasi. Kami harus puas dengan the second best yang ada di ruas jalan
itu.

Jangan buruk sangka! Sekalipun di kawasan Pecinan, tetapi pengunjung
kedai-kedai kopi di sini kebanyakan memang warga pribumi. Kopi hitam
manis di sini juga disebut sebagai kopi o - seperti tradisi di
Malaysia. Kebanyakan penduduk asli lebih suka minum kopi susu. Maklum,
di masa lalu kopi susu adalah satu kemewahan di negeri ini.

Selain cakwe, bubur kacang, 

[EMAIL PROTECTED] Buya Syafei Maarif: Abou El Fadl tentang Peta Umat (II)

2006-12-06 Terurut Topik Darwin Bahar
Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 05 Desember 2006

http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=19

Selanjutnya mari kita ikuti tesis-tesis El Fadl tentang kutub umat Islam 
kontemporer yang saling berhadapan. Pertama, kekuatan Islam puritan 
(sebutan lain dari fundamentalis), dan kedua, Islam moderat yang 
merupakan mayoritas mutlak dari sekitar 1,3 miliar umat Islam di muka 
bumi. Ada sebuah pertanyaan kunci yang dihadapkan kepada kedua kutub 
ini: Siapa yang bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan atas nama 
agama? Jawaban pertanyaan ini ternyata lebih sulit dari apa yang 
dibayangkan oleh sementara orang. Kedua kutub umat itu memberikan 
jawaban yang sungguh berbeda.

Dalam penilaian El Fadl, kaum puritan akan mengatakan bahwa itu adalah 
sebuah pertanyaan yang salah, sebab, “Bagaimana seseorang dapat 
membedakan antara sebuah agama dan tanggung jawab terhadapnya. Kaum 
puritan akan mengatakan bahwa agama tidak diwakili oleh apa pun selain 
teks dan ritualnya, dan para pengikut yang tulus akan membaca teks dan 
melaksanakan ritual.”

Sebaliknya golongan moderat akan mengatakan, “Posisi kaum puritan tidak 
saja naif, tetapi penuh masalah. Apa yang membuat suatu agama melebihi 
teks dan ritual, dan apa yang berlaku karena teks dan ritual bukanlah 
sebuah perwujudan penuh dari Ketuhanan. Tuhan dan kemauan Tuhan terlalu 
mulia dan luas untuk dapat dinyatakan oleh teks dan ritual. Tanggung 
jawab terhadap apa yang dilakukan manusia atas nama Tuhan mesti jatuh 
atas pundak umat manusia.” (Hlm 276).

Kedua kutub itu, “Sama-sama ingin sepenuhnya terikat dengan Tuhan. 
Keduanya tidak ingin menjalani hidupnya di bumi tanpa petunjuk Tuhan. 
Tetapi, apa yang membedakan puritan dan moderat cukup lebar --terutama 
yang bertalian dengan masalah amanah dan aksesibilitas (apa yang dapat 
diraih). Kaum moderat yakin bahwa Tuhan memberi kepercayaan kepada 
manusia dengan kekuatan nalar dan kemampuan membedakan antara baik dan 
buruk. Tetapi, amanah yang ditempatkan pada diri manusia itu begitu 
dahsyat --demikian dahsyatnya sehingga manusia dan hanya manusia saja 
yang bertanggung jawab atas semua perbuatannya. Inilah yang pada 
gilirannya membenarkan tanggung jawab di Hari Akhir.

Amanah yang diletakkan pada diri manusia tidak hanya untuk menjalankan 
atau melaksanakan seperangkat perintah yang diberikan Tuhan kepada 
manusia. Tetapi, Tuhan menyediakan untuk manusia arahan dan tujuan, dan 
terpulanglah kepada manusia untuk menemukan hukum-hukum yang perlu dan 
layak.” (Ibid)

Di mana posisi kaum puritan? “Sebaliknya, kaum puritan tidak percaya 
bahwa amanah yang ditempatkan pada manusia demikian lebar dan kabur. 
Tuhan memberikan hukum kepada manusia, yang sebagian besar keadaannya 
bersifat khas dan rinci, dan memercayai mereka untuk melaksanakannya. 
Maka, anugerah Tuhan yang benar kepada manusia bukanlah kemampuan 
menalar tetapi kekuatan untuk memahami dan menaati. Tidaklah 
mengherankan kemudian, kaum puritan diyakinkan bahwa Tuhan mengurus 
masalah-masalah kecil urusan manusia dengan memberikan hukum-hukum 
konkret dan khas yang mengatur banyak dari apa yang dikatakan dan 
diperbuat manusia.”

Di mana pula posisi kaum moderat dalam masalah ini? “Kaum moderat 
memercayai sebaliknya: Sebagian besar masalah yang menyangkut persoalan 
manusia terserah kepada kebijaksanaan manusia yang dengannya mereka 
berbuat yang terbaik sejauh yang mungkin asal mereka mengamati garis 
pedoman moral yang umum.” (Ibid).

Masih ada beberapa perbedaan pendekatan dan pemahaman Islam antara dua 
kekuatan itu yang terekam dalam kesimpulan karya El Fadl yang tidak akan 
dibeberkan di sini.

El Fadl tidak menutup kemungkinan adanya pendekatan yang ketiga, tetapi 
memerlukan kajian tersendiri. Sekarang yang sedang berhadapan adalah dua 
kutub di atas. Pertanyaannya adalah: Mana di antara keduanya yang mesti 
diperkuat untuk mencapai tujuan Islam berupa rahmat bagi semua? Jelas El 
Fadl memilih jalan moderat, sebab hanya jalan inilah yang dapat membawa 
umat Islam mencapai tujuannya melalui cara-cara yang beradab, damai, dan 
manusiawi, tetapi tetap berpegang kepada prinsip yang diyakini, tidak 
boleh terombang-ambing dalam tarikan gelombang modernitas yang sekuler 
dan tidak adil.

Akhirnya, karya-karya El Fadl kini sedang serius dibicarakan di kalangan 
intelektual muda NU dan Muhammadiyah untuk dipakai sebagai salah satu 
rujukan penting dalam upaya memahami peta Islam kontemporer, baik global 
maupun yang bertalian dengan arus gerakan Islam di Indonesia. El Fadl 
telah memperkaya literatur Islam kontemporer dengan cara yang sangat 
bertanggung jawab.



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* 

[EMAIL PROTECTED] Buya Syafei Maarif: Abou El Fadl tentang Peta Umat (1)

2006-12-04 Terurut Topik Darwin Bahar
Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 28 Nopember 2006

http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=273426kat_id=19

Jika dibandingkan dengan metode Fazlur Rahman dalam kajian keislaman 
yang cenderung melebar, tetapi tidak kurang tajam dan mendalamnya, 
pendekatan Khaled Abou El Fadl lebih menukik dan berani, khususnya dalam 
masalah syariah yang memang merupakan disiplin utamanya. El Fadl 
kelahiran Kuwait, lama belajar di Mesir, kemudian di Amerika Serikat.

Sekarang adalah guru besar hukum Islam di UCLA School of Law. Mata 
kuliah yang diasuhnya adalah hukum Islam, hukum imigrasi, hukum hak-hak 
asasi manusia, dan hukum internasional dan keamanan nasional. Semuanya 
berkaitan dengan masalah hukum. Saya pernah memapah Abou El Fadl di 
Kantor PP Muhammadiyah Jakarta pada saat memberi ceramah di sana sekitar 
satu setengah tahun yang lalu, yang dipandu oleh Sukidi, sekarang 
belajar di Harvard.

Dalam kondisi fisik yang tidak lagi prima, El Fadl adalah salah seorang 
juru bicara Islam kontemporer yang cerah di muka bumi. Ia telah menulis 
beberapa karya penting tentang Islam yang diramunya dari sumber-sumber 
klasik dan modern. Di atas ramuan itulah ia memetakan tafsirannya 
tentang Islam dengan cara yang sangat kritikal, mendalam, dan komprehensif.

Pedang kritiknya dibidikkan kepada dua sasaran: Puritanisme Islam dan 
modernitas sekuler. Solusi yang ditawarkannya adalah sebuah Islam 
moderat yang cerdas, kreatif, dan penuh semangat juang, sebagai cerminan 
dari rahmat bagi seluruh alam. Resonansi ini sebagian didasarkan pada 
kesimpulan salah satu karya terbarunya, The Great Theft / Kemalingan 
Besar. ( New York: HarperSanFrancisco, 2005, 290 hlm. plus catatan 
akhir). Karya lain yang tidak kurang menantangnya, di antaranya And God 
Knows the Soldiers dan Speaking in God's Name. Kedua buku ini banyak 
berbicara tentang gelombang puritanisme kontemporer. Menurut El Fadl, 
aliran puritan dapat dilacak akarnya pada golongan Khawarij, bekas 
pengikut 'Ali bin Abi Thalib, yang pada abad pertama Islam telah banyak 
membunuh orang Islam dan non-Muslim, dan bertanggung jawab dalam 
menghabisi nyawa 'Ali bin Abi Thalib sendiri. Setelah terlibat dalam 
pertumpahan darah yang panjang dan sia-sia, sisa-sisa kaum Khawarij 
masih dijumpai sedikit di Oman dan Ajazair, tetapi mereka sudah berubah 
menjadi moderat, bahkan pasifis (suka damai).

Dalam penglihatan El Fadl, mengapa arus ekstremisme marak di dunia 
Muslim sekarang? Salah satu sebabnya adalah karena “lembaga-lembaga 
tradisional Islam yang secara historis bertindak untuk meminggirkan 
aliran ekstremis tidak ada lagi. Inilah yang membuat periode sejarah 
Islam sekarang jauh lebih sulit dibandingkan periode yang lain, dan 
inilah sebabnya mengapa orientasi puritanisme modern lebih mengancam 
integritas moralitas dan nilai-nilai Islam melebihi gerakan-gerakan 
ekstremis sebelumnya.

Barangkali inilah pertama kali dalam sejarah bahwa pusat dunia Islam, 
Makkah dan Madinah, telah berada di bawah kontrol negara puritan selama 
periode yang demikian lama.” (Ibid., hlm. 102). Dengan uang yang 
melimpah, Wahabisme telah diekspor ke berbagai pojok bumi yang mematikan 
kebebasan berpikir dan intelektualisme Islam. Ironisnya adalah bahwa 
Kerajaan Saudi dalam politik global banyak bergantung pada Amerika Serikat.

Inilah sebuah kongsi yang aneh antara dua sistem politik yang sebenarnya 
sangat rapuh, tetapi direkat oleh kepentingan-kepentingan pragmatis 
jangka pendek. Puritanisme kontemporer memang umumnya muncul dari rahim 
Wahabisme, dan Taliban adalah salah satu bentuknya. Jadi, tidak 
mengherankan jika seorang Usamah bin Ladin diterima baik dalam kultur 
Taliban, karena persamaan doktrin yang dianut, dengan catatan jasa 
Amerika cukup besar dalam mendukung puritanisme ini sewaktu menghadapi 
pasukan Uni Soviet di Afghanistan.

Sejak tragedi 11 September 2001, kemudian aliansi mereka pecah. Dan 
Amerika sekarang kewalahan menghadapi “anak didiknya” ini yang sebagian 
terlibat dalam kegiatan teror global, sebagaimana juga Gedung Putih di 
bawah Bush telah pula menjadi pusat teror negara bersama Israel. Invasi 
terhadap Afghanistan dan Irak dengan helah yang dibuat-buat adalah 
bentuk terorisme negara untuk menghancurkan dua bangsa dan negara lemah, 
yang sekarang kondisinya malah semakin memburuk dan rusak.

Menurut keterangan yang diberikan Pak Taufiq Kiemas kepada saya di 
pesawat Garuda dalam penerbangan ke Yogyakarta pada 23 November, 
sebenarnya Presiden Megawati telah mengingatkan Bush agar tidak 
menyerang Irak, sebab akan sulit keluar dari sana, tetapi Bush tetap 
nekat. Sebuah kenekatan yang harus dibayar dengan ongkos yang sangat 
mahal, termasuk kekalahan Partai Republik baru-baru ini dalam pemilihan 
senat dan kongres Amerika.



--
Website: http://www.rantaunet.org

[EMAIL PROTECTED] Menyelami Penafsiran Buya Hamka

2006-12-02 Terurut Topik Darwin Bahar
Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--

Oleh : Syamsul Hidayat
Wakil Ketua Majelis Tabilgh PP Muhammadiyah
 
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=273875kat_id=16
 
Sangat menarik Resonansi Republika (21/11) yang memuat tulisan Buya 
Syafii Maarif. Tulisan itu bermula dari jawaban atas pertanyaan melalui 
SMS yang beliau terima dari seorang jenderal polisi yang sedang bertugas 
di daerah konflik Poso. Sangat patut dan layak diapresiasi sikap Sang 
Jendral tersebut, begitu pula Buya Syafii dalam merespons permintaan 
tersebut.
 
Dalam rangka apresiasi kepada beliau berdua dan takzim kepada Buya Hamka 
rahimahullah, tulisan ini ingin menggaris bawahi apa yang dikemukakan 
oleh Buya Syafii maupun Buya Hamka. Namun, ada kutipan Syafii dari 
tafsir Hamka yang membuat Resonansi itu menyisakan pertanyaan. Di situ 
terlihat seolah-olah ayat 62 Al Baqarah dan ayat 69 Al Maidah beserta 
tafsir Buya Hamka mengisyaratkan pengakuan Alquran atas paham pluralisme 
agama.
 
Empat golongan
Sebagaimana Syafii Maarif, tulisan ini mencoba mengutip apa adanya 
pernyataan Buya Hamka yang dimuat dalam Tafsir Al Azhar, juz I halaman 
203 menurut versi yang penulis miliki: cetakan September 1987 terbitan 
Pustaka Panjimas Jakarta. Perbedaan posisi halaman dengan kutipan Buya 
Syafii, menurut hemat penulis lebih disebabkan oleh perbedaan edisi 
cetaknya.
 
Berikut kutipannya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman (pangkal 
ayat 62). Yang dimaksud dengan orang-orang yang beriman di sini adalah 
orang yang memeluk agama Islam, yang telah menyatakan percaya kepada 
Nabi Muhammad SAW dan tetaplah menjadi pengikutnya hingga Hari Kiamat. 
Dan orang-orang yang jadi Yahudi dan Nasrani dan Shabiin, yaitu tiga 
golongan beragama yang percaya juga kepada Tuhan, tetapi telah dikenal 
dengan nama-nama yang demikian, barang siapa yang beriman kepada 
Allah. Yaitu mengaku adanya Allah Yang Maha Esa dengan sebenar-benar 
pengakuan, mengkuti suruhanNya dan menghentikan larangannya, dan Hari 
Kemudian dan beramal shaleh, yaitu hari akhirat, kepercayaan yang telah 
tertanam kepada Tuhan dan Hari Kemudian, mereka buktikan pula dengan 
mempertinggi mutu diri mereka. Maka untuk mereka adalah ganjaran di 
sisi Tuhan mereka. Inilah janjian yang adil dari Tuhan kepada seluruh 
manusia, tidak pandang dalam agama yang mana mereka hidup atau merk apa 
yang diletakkan kepada diri mereka, namun mereka masing-masing akan 
mendapat ganjaran atau pahala di sisi Tuhan, sepadan dengan iman dan 
amal shalih yang telah mereka kerjakan itu. Dan tidak ada ketakutan 
atas mereka dan tidaklah mereka akan berduka cita (ujung ayat 62)
 
Demikianlah bunyi utuh dari tafsir ijmali (tafsir garis besar) yang 
ditulis Hamka atas ayat tersebut. Syafii Maarif, mengambil kesimpulan 
dari tafsir ijmali tersebut. Mungkin karena terbatasnya ruang Resonansi, 
aspek-aspek rinci yang dikemukakan oleh Buya Hamka dalam kutipan Syafii 
kurang mendapatkan porsi, padahal sangat penting.
 
Dalam tafsir yang lebih rinci yang tercantum halaman 203-210, Hamka 
menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut terdapat nama dari empat golongan, 
yaitu: (1) golongan orang beriman, (2) orang-orang yang jadi Yahudi, (3) 
orang Nasrani dan (4) orang-orang Shabiin. Golongan pertama adalah 
orang-orang yang telah terlebih dahulu menyatakan percaya kepada segala 
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Kelompok kedua adalah 
orang-orang yang jadi Yahudi, yakni yang memeluk agama Yahudi.
 
Demikian juga kelompok ketiga, sering dihubungkan dengan tempat 
kelahiran Isa Al Masih, yaitu kampung Nazaret atau disebut juga Nasiroh. 
Dan kelompok keempat yaitu Shabiin, yakni orang yang berpindah-pindah 
dari agama asalnya. Dalam ayat tersebut, kata Hamka, keempat golongan 
tersebut dikumpulkan menjadi satu, bahwa mereka semua akan mendapatkan 
ganjaran dari Allah, terbebas dari rasa ketakutan dan duka cita, apabila 
benar-benar mereka beriman kepada Allah, Hari Akhir, dan beramal saleh.
 
Menurut Buya Hamka, ayat ini dakwah kepada penegakan nilai-nilai agama 
sebagai hakikat beragama. Beragama bukan sekadar klaim kebenaran melalui 
mulut dan tidak dibuktikan dengan keyakinan yang kokoh dan perbuatan 
amal saleh.
 
Selanjutnya ayat ini menerangkan tentang keimanan kepada Allah dan Hari 
Akhir. Iman kepada Allah, meniscayakan keimanan kepada wahyu-wahyu yang 
diturunkan Allah kepada para rasul-Nya, tidak membeda-bedakan di antara 
satu Rasul dengan Rasul yang lain, percaya kepada keempat kitab yang 
telah diturunkan Allah.
 
Dakwah dan toleransi
Buya Syafii dalam kajian tersebut menghubungkan dengan ayat 69 Surat Al 
Maidah, yang memiliki redaksi mirip. Lengkapnya dalam terjemahan Buya 
Hamka berbunyi: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang 
Yahudi, dan (begitu juga) orang Shabi'un dan Nasara, barang siapa yang 
beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan dia pun mengamalkan yang 
saleh. Maka tidaklah ada ketakutan dan tidaklah mereka akan berduka 
cita. (Tafsir 

[EMAIL PROTECTED] Buya Syafei Maarif: Hamka Tentang Ayat 62 Al-Baqarah dan Ayat 69 Al-Maidah

2006-11-26 Terurut Topik Darwin Bahar
Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--

Oleh : Ahmad Syafii Maarif
 
Republika, Selasa, 21 Nopember 2006
 
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=272485kat_id=19
 
Pada suatu hari bulan November 2006 datanglah sebuah pesan singkat dari 
seorang jenderal polisi yang sedang bertugas di Poso menanyakan tentang 
maksud ayat 62 surat al-Baqarah. Kata jenderal ini pengertian ayat ini 
penting baginya untuk menghadapi beberapa tersangka kerusuhan yang 
ditangkap di sana. Karena permintaan itu serius, maka saya tidak boleh 
asal menjawab saja, apalagi ini menyangkut masalah besar yang di 
kalangan para mufassir sendiri belum ada kesepakatan tentang maksud ayat 
itu. Ayat yang substansinya serupa dapat pula ditemui dalam surat 
al-Maidah ayat 69 dengan sedikit perdedaan redaksi. Beberapa tafsir saya 
buka, di antaranya Tafsir al-Azhar karya Hamka yang monumental itu.
 
Sebenarnya saya cenderung untuk menerima penafsiran Buya Hamka dari 
sekian tafsir yang pernah saya baca, baik yang klasik maupun yang 
kontemporer. Dalam perkara ini Hamka bagi saya adalah fenomenal dan 
revolusioner. Agar lebih runtut, saya kutip dulu makna kedua ayat itu 
menurut tafsir Hamka.
 
Al-Baqarah 62: Sesungguhnya orang-orang beriman, dan orang-orang yang 
jadi Yahudi dan Nasrani dan Shabi'in, barangsiapa yang beriman kepada 
Allah dan Hari Kemudian dan beramal yang shalih, maka untuk mereka 
adalah ganjaran dari sisi Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas 
mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita.
 
Kemudian al-Maidah 69: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan 
orang-orang Yahudi dan (begitu juga) orang Shabi'un, dan Nashara, 
barangsipa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan dia pun 
mengamalkan yang shalih. Maka tidaklah ada ketakutan atas mereka dan 
tidaklah mereka akan berdukacita.
 
Ikuti penafsiran Hamka berikut: Inilah janjian yang adil dari Tuhan 
kepada seluruh manusia, tidak pandang dalam agama yang mana mereka 
hidup, atau merk apa yang diletakkan kepada diri mereka, namun mereka 
masing-masing akan mendapat ganjaran atau pahala di sisi Tuhan, sepadan 
dengan iman dan amal shalih yang telah mereka kerjakan itu. 'Dan tidak 
ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita (ujung 
ayat 62), hlm.211.
 
Yang menarik, Hamka dengan santun menolak bahwa ayat telah dihapuskan 
(mansukh) oleh ayat 85 surat surat Ali 'Imran yang artinya: Dan 
barangsiapa yang mencari selain dari Islam menjadi agama, sekali-kali 
tidaklah tidaklah akan diterima daripadanya. Dan di Hari Akhirat akan 
termasuk orang-orang yang rugi. (Hlm. 217). Alasan Hamka bahwa ayat ini 
tidak menghapuskan ayat 62 itu sebagai berikut: Ayat ini bukanlah 
menghapuskan (nasikh) ayat yang sedang kita tafsirkan ini melainkan 
memperkuatnya. Sebab hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dan Hari 
Akhirat. Percaya kepada Allah, artinya percaya kepada segala firmannya, 
segala Rasulnya dengan tidak terkecuali. Termasuk percaya kepada Nabi 
Muhammad s.a.w. dan hendaklah iman itu diikuti oleh amal yang shalih. 
(Hlm 217).
 
Kalau dikatakan bahwa ayat ini dinasikhkan oleh ayat 85 surat Ali 
'Imran itu, yang akan tumbuh ialah fanatik; mengakui diri Islam, 
walaupun tidak pernah mengamalkannya. Dan surga itu hanya dijamin untuk 
kita saja. Tetapi kalau kita pahamkan bahwa di antara kedua ayat ini 
adalah lengkap melengkapi, maka pintu da'wah senantiasa terbuka, dan 
kedudukan Islam tetap menjadi agama fitrah, tetap (tertulis tetapi) 
dalam kemurniannya, sesuai dengan jiwa asli manusia. (Hlm. 217).
 
Tentang neraka, Hamka bertutur: Dan neraka bukanlah lobang-lobang api 
yang disediakan di dunia ini bagi siapa yang tidak mau masuk Islam, 
sebagaimana yang disediakan oleh Dzi Nuwas Raja Yahudi di Yaman Selatan, 
yang memaksa penduduk Najran memeluk agama Yahudi, padahal mereka telah 
memegang agama Tauhid. Neraka adalah ancaman di Hari Akhirat esok, 
karena menolak kebenaran. (Hlm. 218).
 
Sikap Hamka yang menolak bahwa ayat 62 al-Baqarah dan ayat 69 al-Maidah 
telah dimansukhkan oleh ayat 85 surat Ali 'Imran adalah sebuah 
keberanian seorang mufassir yang rindu melihat dunia ini aman untuk 
didiami oleh siapa saja, mengaku beragama atau tidak, asal saling 
menghormati dan saling menjaga pendirian masing-masing. Sepengetahuan 
saya tidak ada Kitab Suci di muka bumi ini yang memiliki ayat toleransi 
seperti yang diajarkan Alquran. Pemaksaan dalam agama adalah sikap yang 
anti Alquran (lih. al-Baqarah 256; Yunus 99).
 
Terima kasih Buya Hamka, tafsir lain banyak yang sependirian dengan 
Buya, tetapi keterangannya tidak seluas dan seberani yang Buya berikan. 
Saya berharap agar siapa pun akan menghormati otoritas Buya Hamka, 
sekalipun tidak sependirian.



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: 

Re: [EMAIL PROTECTED] [ikkp] Undangan Halal Bi Halal Ikatan Keluarga Kurai Pekanbaru

2006-11-25 Terurut Topik Darwin Bahar
Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--

Dinda Datuk Marah Bangso,

Alhamdulillah, Pak Gub Sabtu pagi kemarin memang berada di
tengah-tengah kami warga IKM Kota Depok. Seperti tercermin dalam
sambutan beliau di depan Halal Bilhalal warga Minang di Depok,
Gubernur Sumatra Barat memang berbeda dengan Gubernur-Gubernur lain.
Kemanapun Gubernur Sumatra Barat pergi di sana selalu ada rakyatnya
yang menyambutnya. Dan banyaknya undangan kepada beliau dari warga
Minang di berbagai tempat di Indonesia, bahkan di mancanegara  dapat
dimaklumi, karena sudah lama pula rasanya Sumatra Barat tidak punya
Pemimpin (dengan P besar). Tentu pula tidak semua undangan yang
datang bisa beliau ketahui  dan dapat beliau penuhi (karena melalui
dan diatur oleh staf beliau). Mungkin tidak berlebihan kalau dikatakan
bahwa undangan halal bil halal kepada beliau saat ini tidak kalah dari
undangan kepada Aa Gym. Seperti beliau smapaikan di Depok, undangan
kepada beliau saat ini juga datang dari warga Minang di Melbourne.

Karena itu  para perantau Minang yang tidak dapat beliau kunjungi
hendaknya janganlah terlalu kecewa. Yang penting digarisbawahi di sini
ialah seperti dinda Datuk Marah Bangso kemukakan, agar beliau diberi
kesehatan---plus hidayah dan kekuatan---oleh Allah SWT sehingga
berhasil memimpin Sumatra Barat, sehingga tidak hanya memberi
kemanfatan bagi masyarakat Sumatra Barat saja, tetapi juga dapat
menjadi teladan bagi provinsi-provinsi lain di Indonesia, bagaimana
sebuah provinsi yang miskin SDA tetapi tetap berhasil dalam
pembangunan, karena kepemimpinan yang arif serta didukung oleh
masyarakat yang memiliki `social capital' yang kuat yang dibengun di
atas dua fondasi adat dan agama Islam yang diformulasikan dalam ABS-SBK.

Suatu hal yang pernah dicapai Sumatra Barat di bawah kepemimpinan Pak
Azwar Anas dulu. Seperti kita ketahui, selama Pemerintah Orde Baru,
Sumatra Barat adalah satu-satunya provinsi di luar Jawa yang pernah
memperoleh pengharagaan Sam Karya Purna Nugraha, yang diberikan kepada
provinsi yang dianggap berhasil melakukan pembanguna lima tahunnya
yang dulu dikenal sebagai REPELITA.  

Sejujujurnya bagi saya smabutan Pak Gub selama lebih kurang satu jam
di Depok, di mana beliau memaparkan dengan jelas dan runtut problem,
beberapa keberhasilan yang dicapai, serta program Pemeberantasan
Kemiskinan di Sumatra Barat yang `Berbasis Nagari dengan Base Masjid
(yang bagi saya terlihat sebagai salah satu cara membumikan ABS-SBK),
terasa sangat singkat.

Dan dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Walikota Depok pak
Nurmahmudi Ismail yang juga hadir dan dijadwalkan memberikan Sambutan
berikutnya, sehabis acara sambutan Pak Gubernur Sumatra Barat, saya
langsung pulang.  

Wassalam, Bandaro Kayo (63+)


--- In [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ass,wr,wb.
 
 Di Depok urang Minang mancantumkan Pak Gubernur Sumbar akan hadir di HBH
 nyo, di Palembang pado acara HBH BMKM Sumsel Pak Gumawan Fauzi di mintak
 pulo hadir basamo Menteri Sosial Bpk Bahtiar Chamsyah, iko ambo baco
pulo
 dihari nan samo Urang Kurai Pakan Baru mancantumkan pulo Pak Gubernur
 Sumbar mambari kato sambutannyo.
 
bakuduang


--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari 100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.



[EMAIL PROTECTED] Buya Syafei Maarif: Otokritik

2006-11-07 Terurut Topik Darwin Bahar
Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 07 Nopember 2006

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=270869kat_id=19kat_id1=kat_id2=
 


Ada satu ungkapan yang disepakati oleh seluruh umat Islam sebagai 
mengandung kebenaran: “Al-Islam shalih li kulli zaman wa makan” (Islam 
itu sesuai/baik bagi setiap masa dan tempat). Sebagai sesuatu yang 
ideal, saya sendiri setuju dengan ungkapan ini, sebab jika tidak 
demikian Islam akan kehilangan relevansinya untuk mengawal perubahan 
zaman. Pertanyaan kuncinya bila dikaitkan dengan situasi Indonesia 
adalah: Apakah Islam yang ada di kantong Muhammadiyah dan NU sudah mampu 
secara moral mengawal perubahan zaman ke arah kebaikan di negeri ini?

Bahwa Muhammadiyah dan NU sering diperhitungkan orang untuk kepentingan 
politik sesaat, tentu semua kita mengakuinya mengingat pengaruh kedua 
sayap umat itu sudah meresap jauh sampai ke akar rumput. Tetapi, apakah 
kerja keduanya sudah cukup efektif dalam upaya memperbaiki moral bangsa, 
data empiris menunjukkan bahwa jawabannya masih negatif. Mengapa? Saya 
melihat ada tiga alasan utama mengapa antara idealisme dan realitas 
masih ada sekat-sekat berupa dinding tebal yang membatasinya.

Pertama, saya mulai ragu apakah Islam yang selama ini ada dalam otak 
orang Muhammadiyah dan NU sudah cukup memadai untuk membawa bangsa dan 
negara ini ke arah keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran bagi semua, 
tanpa diskriminasi. Jika keraguan saya ini mengandung kebenaran, maka 
pilihan yang terbuka adalah keberanian untuk meninjau kembali seluruh 
paham keagamaan kita dengan Alquran sebagai al-furqan (kriterium 
pembeda). Peninjauan ini akan meliputi ranah teologi, filsafat, moral, 
politik, sosial, dan ekonomi.

Kedua, apakah doktrin mazhab, nonmazhab, salafiyah, dan yang sejenis itu 
tidak perlu kita masukkan saja ke dalam museum sejarah, sebuah gerakan 
dekonstruksi sekaligus rekonstruksi perlu dilakukan terhadap semua paham 
keagamaan kita yang ternyata sudah tidak shalih lagi untuk memecahkan 
masalah-masalah kemanusiaan yang semakin ruwet dari hari ke hari. 
Otokritik ini sangat diperlukan, sebab jika tidak abad-abad yang akan 
datang boleh jadi masih akan dikuasai oleh kekuatan 
sekularisme-ateistik, di mana gagasan besar tentang Tuhan akan tetap 
saja tertindas oleh gelombang modernitas yang antikeadilan.

Jika umat Islam tetap saja berkutat dalam paham keagamaannya seperti 
selama ini, apakah kita yakin bahwa masa depan akan berpihak kepada 
Islam? Gagasan semacam ini telah mulai saya komunikasikan dengan 
beberapa pemikir muda Muhammadiyah dan NU untuk dipertimbangkan. Ketiga, 
Muhammadiyah dan NU tidak lain dari hasil sejarah yang kelahirannya 
dipengaruhi oleh lingkungan zaman tertentu yang kemudian menampakkan 
diri dalam sikap-sikap teologis-filosofis dan fiqhiyah yang dianut para 
pengikutnya. Semua hasil pemikiran, atau katakan kerja ijtihad, adalah 
time-bound (terikat oleh waktu). Dalam perspektif ini, tidak satu pun 
hasil pemikiran manusia yang bersifat final, termasuk pemikiran 
keagamaannya.

Bagi seorang beriman, yang final adalah kebenaran wahyu, tetapi tafsiran 
terhadap wahyu itu selamanya nisbi. Di sinilah berlakunya ketegangan 
antara unsur kemutlakan dan unsur kenisbian yang memaksa kita untuk 
senantiasa membuka ruang untuk berdialog dalam upaya mencari ajaran yang 
paling mendekati kebenaran.

Muhammadiyah dan NU harus bersikap rendah hati untuk tidak memutlakkan 
paham keagamaan yang telah mereka pegang selama ini. Perkara khilafiyah 
yang kadang-kadang masih marak di akar rumput, perlu disikapi dengan 
kearifan tingkat tinggi. Energi umat jangan sampai terkuras oleh 
masalah-masalah kecil itu, sehingga mata kita buta untuk melihat 
persoalan-persoalan besar yang menjadi misi utama Islam: Rahmat bagi 
alam semesta.

Jika saya membaca peta Muhammadiyah dan NU, semata-mata karena itu yang 
terdekat dengan kita, dan keduanya dikenal sebagai dua sayap yang 
menampilkan ummatan wasathan (komunitas tengah) yang tidak mau terjebak 
oleh segala bentuk ekstremitas. Bila dikaitkan dengan wajah dunia Islam 
secara keseluruhan yang masih kusut-masai, kepeloporan Muhammadiyah-NU 
sebagai kekuatan yang antiekstremitas, maka tidak tertutup kemungkinan 
bahwa umat Islam di bagian-bagian lain dunia akan mendapat ilham dari 
apa yang telah dan akan ditunjukkan oleh keduanya.

Saya berharap tenaga-tenaga pemikir yang serius dari kedua sayap ini 
agar membaca sebanyak-banyaknya dengan daya kritikal yang prima 
karya-karya pemikiran Islam kontemporer untuk dijadikan bahan 
pertimbangan untuk kepentingan kita di Indonesia. Tanpa kesediaan untuk 
berubah ke arah sikap yang lebih cerdas dan terbuka, saya khawatir Islam 
di Indonesia hanyalah sebuah gumpalan asap (ungkapan Iqbal) yang gampang 
terseret oleh berbagai kepentingan duniawi yang bermutu rendah.



--
Website: 

[EMAIL PROTECTED] Buya Syafei Maarif: Kemerdekaan dan Harga Diri

2006-08-29 Terurut Topik Darwin Bahar
Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 22 Agustus 2006

http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=261449kat_id=19

Roda waktu telah bergulir 61 tahun plus lima hari sejak Sukarno-Hatta 
mengumumkan kemerdekaan Indonesia kepada dunia pada 17 Agustus 1945. Di 
antara bait lagu yang masih terngiang di telinga sebagian kita di awal 
kemerdekaan itu adalah: “Pemimpin kita Sukarno dengan Hatta.

 Terasa sekali kekompakan antara kedua figur itu, perbedaan strategi 
mereka tahun 1930-an seperti telah lebur ditelan bahana pekik 
kemerdekaan. Keduanya dielukan sebagai orang yang paling berjasa dan 
bertanggung jawab bagi terwujudnya impian panjang berupa kemerdekaan.

Chairil Anwar dalam “Krawang-Bekasi” mengabadikan bait ini: “Menjaga 
Bung Karno, Menjaga Bung Hatta, Menjaga Bung Sjahrir.” Seakan-akan 
suasana serba manis itu akan berlangsung lama. Apalagi bagi Chairil yang 
wafat muda tahun 1949 tentu tidak pernah membayangkan bahwa beberapa 
tahun setelah pemulihan kedaulatan, ketiga pemimpin bangsa itu telah 
berlaku ungkapan ini: “seiring bersimpang jalan”, khususnya antara 
Sukarno dan Hatta-Sjahrir dengan segala akibat buruknya bagi bangunan 
Indonesia sebagai bangsa muda.

Bahwa kesetiaan rakyat kepada kemerdekaan terlihat pada swainisiatif 
mereka dalam merayakan hari kemerdekaan ini dengan semangat tinggi, dari 
kota sampai ke sudut-sudut Tanah Air yang jauh tersuruk di pelosok. 
Modal sosial ini masih terpelihara dengan baik sampai hari ini. Bendera 
merah-putih dikibarkan, kampung dibersihkan dan dihiasi. Bermacam 
perlombaan dipertandingkan, dari anak-anak sampai lansia. Renungan 
kemerdekaan diadakan di mana-mana.

Alangkah dahsyatnya makna proklamasi bagi bangsa ini. Mereka seperti 
melupakan beban derita yang menghimpit fisik dan jiwa mereka selama 
puluhan tahun. Tekadnya hanya satu: kemerdekaan wajib disyukuri. Suasana 
kampung jauh lebih khusyuk dibandingkan dengan upacara-upacara resmi 
yang digelar pemerintah. Mengapa? Karena rakyat melakukannya dengan 
kesadaran yang datang dari dalam dirinya, bukan atas perintah.

Dari sisi ini kita berhasil luar biasa. Oleh sebab itu, jika Anda ingin 
menyaksikan dan merasakan apa makna kemerdekaan bagi rakyat banyak, 
ikutilah kegiatan mereka dari jarak yang dekat di kampung-kampung. Di 
kampung saya di perumahan Nogotirto, acara perlombaan diadakan pada 
tingkat RW, sedangkan renungan kemerdekaan dipusatkan pada tingkat RT 
masing-masing, antara lain, berupa tirakatan (sedikit bernuansa mistik) 
sebagai bagian dari kekayaan kultur kita.

Untuk biaya tidak ada masalah, semua keluarga akan dengan sukarela 
menggotongnya bersama tanpa ada yang merasa dipaksa. Suasana murni yang 
semacam inilah yang seharusnya berlaku di tingkat atas. Jauh dari 
basa-basi, semua merasakan kemerdekaan diri dalam iklim persaudaraan. 
Dalam penyelenggaraan renungan, penduduk tidak lupa membawa makanan, 
kecil atau besar, untuk disantap bersama. Alangkah dalam dan agung 
nilainya kemerdekaan sebuah bangsa bila disikapi secara tulus, gembira, 
tanpa ada pihak yang ingin mendominasi. Justru nilai-nilai Pancasila itu 
terasa hidup di tingkat akar rumput. Pesan egalitarian benar-benar 
terwujud dalam upacara yang serba rileks ini.

Pertanyaan kunci saya yang perlu dilontarkan adalah: mengapa pada 
saat-saat tertentu sebagian kita menjadi beringas dan anarkis? Pasti ada 
penyebab yang sangat mendasar. Apa itu? Pengabaian dan bahkan 
pengkhianatan terhadap nilai-nilai luhur Pancasila oleh para pemimpin, 
sebagian rakyat tinggal meniru saja. Keteladanan telah lama menghilang, 
filosofi mumpung telah menjadi pakaian harian sebagian kita, dimulai 
dari atas kemudian turun ke bawah dengan berbagai variasinya.

Berapa kali saya katakan bahwa “bangsa ini telah dirusak oleh tangan 
anak-anaknya sendiri sampai batas-batas yang jauh”. Keserakahan global 
tinggal menumpangi saja kerapuhan moral yang hampir sempurna ini. Akibat 
fatalnya sangat jelas: harga diri sebagai bangsa telah merosot ke 
tingkat yang paling bawah.

Bagaimana dunia akan menghormati dan menghargai kita sebagai bangsa jika 
kita sendiri juga tidak menghargai martabat kita sebagai bangsa beradab. 
Keberingasan, brutalitas, anarkisme adalah musuh sejati dari Pancasila, 
khususnya sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab. Itu belum lagi 
kita berbicara tentang kebocoran harta negara yang menurut Kwik Kian Gie 
bisa mencapai Rp 305,5 triliun per tahun.

Namun, betapapun banyaknya borok yang dipikulkan ke bahu bangsa ini, 
kita tidak boleh lupa mengucapkan ini: Dirgahayu kemerdekaan Indonesia. 
Sekali merdeka, tetap merdeka!



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap 

[EMAIL PROTECTED] Buya Syafii Maarif: Sinyal di Sumpur Kudus

2006-08-15 Terurut Topik Darwin Bahar
Sinyal di Sumpur Kudus

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 15 Agustus 2006

http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=19

Sekiranya letak Sumpur Kudus tidak tersuruk jauh di perbatasan Sumatra
Barat dan Riau Daratan, di lembah bukit barisan, boleh jadi perhatian
saya terhadap nagari yang sunyi ini akan tipis saja. Republika telah
turut berjasa mengenalkan nagari dan kecamatan ini kepada para pembaca
melalui Resonansi dan resensi otobiografi saya yang disiarkan secara
luas itu. Ucapan terima kasih yang manis harus saya sampaikan kepada
harian ini yang terus saya ikuti perjalanannya di samping sebagai
pelanggan setia sejak pertama kali muncul tahun 1993 dengan segala
kritik saya terhadapnya.

Di Sumpur Kudus saya sendiri sudah tidak punya tempat tinggal lagi.
Warisan ayah-bunda telah lama dimakan bubuk zaman, sekalipun keturunan
keduanya sudah beranak pinak entah berapa kompi, sebagian besar tidak
lagi saya kenal. Jika pulang kampung, saya selalu nebeng di tempat
keluarga dekat yang dengan ramah menyambut saya dan teman-teman dari Jawa.

Sejak satu setengah tahun yang lalu listrik, berkat uluran tangan PLN,
telah mencahayai kawasan tersuruk itu hingga merambat ke tepi bukit.
Begitu juga bantuan teman-teman dari Jawa, baik dari instansi pemerintah
maupun swasta, telah banyak mengalir ke kawasan itu. Terakhir, sebuah
masjid mungil di Silantai, tetangga nagari Sumpur, sedang dalam proses
penyudahan, sebagian besar dananya dipasok dari kebaikan teman-teman.
Tanpa itu semua, penyelesaian tempat ibadah ini akan memakan tempo
tahunan, karena jangkauan tangan penduduk sangat terbatas. Ada satu dua
orang yang punya rezeki agak lumayan, namun hatinya belum tersentuh
untuk membeli tiket ke akhirat. Maka, terasa benarlah bagi Sumpur Kudus
khususnya, dan Ranah Minang umumnya, tanpa rantau akan banyak mengalami
kesulitan untuk membenahi sarana-sarana publik.

Pemerintah sendiri juga punya keterbatasan-keterbatasan untuk membangun
Indonesia yang luas ini. Saya tidak mau mengungkit kali ini, tentang
kekayaan bangsa yang menguap ratusan triliun saban tahun karena
kerapuhan birokrasi dan akutnya sakit mental kita.

Penduduk Kecamatan Sumpur Kudus --yang juga nama nagari itu-- hanyalah
sekitar 20 ribu jiwa. Umumnya petani padi, karet, cokelat, kulit manis,
dan sedikit gambir. Sebelum kendaraan bermotor masuk ke kawasan itu,
angkutan kuda merupakan transportasi utama untuk berbelanja ke pasar
Kumanis yang jaraknya sekitar 30 kilometer dari nagari itu. Kini hewan
yang pernah berjasa besar itu telah menghilang, disapu bersih oleh
kendaraan yang menggunakan BBM yang harganya selalu dinaikkan
pemerintah. Kalau dulu, anak-anak akan dengan mudah mengenal apa itu
kuda karena tampak di mana-mana, di jalan dan di sawah, sekarang harus
diceritakan dulu atau ditonton melalui televisi. Inilah perubahan zaman
yang terus bergerak dan bergulir tanpa ada kekuatan yang dapat
menghambatnya.

Kadang-kadang muncul juga nostalgia untuk mengingat iringan kuda beban
yang berangkat hari Senen dari Sumpur Kudus dan nagari sekitarnya ke
Kumanis dan pulang Rabu dengan mengangkut keperluan pokok rakyat yang
tidak dapat semuanya disediakan kampung. Bayangkan untuk menempuh jarak
60 km pergi pulang, harus diatur waktu lebih dua hari. Tetapi, dalam
rekaman memori saya di usia lanjut ini, panorama masa lampau itu
terlihat demikian asri dan tenang, sekalipun ketika dijalani cukup
membuat kita penat, lelah, dan dahaga. Maklumlah jarak sepanjang itu
ditempuh dengan berjalan kaki.

Sekiranya Indonesia tidak merdeka sejak 61 tahun yang lalu, tentu nama
Sumpur Kudus akan tetap tertimbun dari pengetahuan publik.
Kemerdekaanlah yang memberi berkah kepadanya dan kepada bangsa ini,
sekalipun banyak pula tangan-tangan amoral telah mengotorinya. Berkah
yang paling baru ialah sinyal telepon genggam (HP) telah menerobos
kawasan udik itu sejak 5 Agustus 2006. Sebuah perusahaan telah membangun
dua menara untuk menerima dan menyampaikan sinyal itu kepada sasarannya.
Saya percaya penduduk segera akan menyerbu kedai-kedai HP di kota, di
samping memang sebagai alat komunikasi yang diperlukan, juga jangan
dilupakan gengsi, sekalipun harus menekan keperluan yang lain.

Komentar yang saya terima ialah dengan munculnya sinyal di sana, maka
kemerdekaan Sumpur Kudus menjadi semakin sempurna, mengejar
kawasan-kawasan lain yang telah lebih dulu merasakannya. Inilah
teknologi yang berkembang dengan sangat kencang dengan segala sisinya
yang positif dan negatif, sebuah risiko yang harus dihadapi. Dunia
bukanlah teritori hitam-putih. Banyak dimensi yang harus dikaji dan
dipertimbangkan untuk menarik sebuah kesimpulan yang tepat dan arif,
apakah itu baik atau sebaliknya. Selamat dengan sinyal baru Sumpur
Kudus, jangan lupa bersyukur kepada Allah SWT.




--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 

Re: [EMAIL PROTECTED] Iyo..yo.. tapi sabanano lo go eh..Re: Tolong potongikua

2006-08-15 Terurut Topik Darwin Bahar
Mambiakan ikue nan bajelo-jelo ko taraso manggaduah bana ka bakeh nan 
man-set pangiriman e-mail dalam bantuak ‘daily digest’

Ambo memang manset pangiriman email dari RantauNetYahoo, dek karano 
kualitas emailnya memang labieh rancak, dan kok ingin perai untuk 
samantaro tingga manset ‘no-email’

Wassalam, Bandaro Kayo

[EMAIL PROTECTED] Iyo..yo.. tapi sabanano lo go eh..Re: Tolong potongikua
Posted by: darul [EMAIL PROTECTED]
Sun Aug 13, 2006 8:27 pm (PST)
Tanggapan dibawah yo.

-Original Message-
From: Muhammad Dafiq Saib
Sent: Sunday, August 13, 2006 7:29 AM
bakuduang



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=


Re: [EMAIL PROTECTED] Oh Redaksi Suara Pembaaruan ...

2006-08-11 Terurut Topik Darwin Bahar
Kura-kura dalam perahu, humor tingkat tinggi ala Nyik Sungut yang untuk
menikmatinya perlu imajinasi. Saya tertawa sampai bercucuran air mata

Apalagi setelah Ajo Duta sato manyulo pula

PS. Di Padang Panjang bagi kami inyiek tu nenek perempuan. Di Depok
cucu-cucu kami memanggil Kur, orang rumah saya yang orang Sunda itu
dengan sapaan “inyiek”. Sedangkan saya “anduang”

Wassalam, Bandaro Kayo (63)

Re: [EMAIL PROTECTED] Oh Redaksi Suara Pembaaruan ...
Posted by: Rasyid, Taufiq (taufiqr) [EMAIL PROTECTED]
Tue Aug 8, 2006 5:34 pm (PST)

Istilah untuak jenis sumua model iko memang lah biaso di Jawa jo Batawi,
MakNgah. Sumua ko biasonyo nan model sumua bor bukan sumua gali biaso
(pipa sajo nan dibor/ditancapkan kan kadalam tanah, macam sumua minyak)

Ma-maku dindiang untuak manggantuangkan gambar didindiangpun keceknyo:
Dipantek-in aja.

---bakuduang--




--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=


[EMAIL PROTECTED] Buya Syafii Maarif: Masalah Bangsa: Tidak Sederhana

2006-08-10 Terurut Topik Darwin Bahar
Masalah Bangsa: Tidak Sederhana
 
Oleh : Ahmad Syafii Maarif
 
Republika, Selasa, 25 Juli 2006
 
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=257955kat_id=19
 
Ada sejumlah pejabat yang masih berilusi bahwa masalah bangsa akan 
selesai dengan sendirinya bila waktunya sudah datang. Mereka berpikir 
ringan-ringan dan santai-santai saja, sementara kebanyakan politisi, 
baik yang mengaku beragama ataupun yang tidak, lakunya tidak banyak 
berbeda.
 
Kekayaan bangsa dan negara yang masih tersisa telah lama menjadi rayahan 
tanpa rasa malu. Pada suatu ketika saya pernah menyebut Indonesia 
sebagai RGI (Republik Garong Indonesia), karena semakin panjangnya 
deretan para penggarong dan perampok harta negara bergentayangan, dari 
pusat sampai daerah. Tidak itu saja, sebagian aparat penegak hukum pun 
telah memasukkan dirinya ke dalam daftar warga hitam itu.
 
Akibatnya sangat nyata: masyarakat luas semakin merasakan hidup ini 
ibarat di sebuah negeri tanpa tuan. Pemilu langsung 2004 yang semula 
diharapkan akan menciptakan perubahan-perubahan yang mendasar untuk 
perbaikan menyeluruh bagi bangsa ini, ternyata semakin jauh dari 
kenyataan. Alam pun telah menunjukkan kemarahannya.
 
Bumi diguncang, laut menyerbu darat, mayat bergelimpangan, banjir 
memberi ancaman maut. Kemudian karena sikap gegabah pengusaha, Sidoarjo 
pun digenangi lumpur gas yang belum teratasi sampai hari ini. Maka 
tidaklah heran, seorang teman penting mengirimkan SMS kepada saya bahwa 
Kuala Lumpur yang sebenarnya bukan di Malaysia, tetapi di Sidoarjo, 
karena sudah bermandikan lumpur. Ngenes bukan?
 
Sebenarnya orang-orang baik di negeri masih belum habis, tetapi mereka 
seperti tidak punya saluran untuk berucap. Ada yang berucap, 
pertanyaannya kemudian adalah: masih adakah telinga yang mau mendengar, 
mata yang mau melihat, hati yang berfungsi? Bukankah sebagian kita telah 
lama mati rasa, tidak peduli, tidak hirau dengan masalah-masalah besar 
yang menyangkut hari depan bangsa ini? Pragmatisme, keserakahan, dan 
wawasan yang terlalu pendek, telah menyebabkan kita kehilangan 
perspektif masa depan. Otak sederhana yang pengecut dan tidak ikhlas, 
tetapi punya otoritas, adalah salah satu sebab mengapa bangsa ini tetap 
saja berada di buritan perkembangan.
 
Pengangguran yang semakin meluas karena sempitnya lapangan kerja akan 
menjadi bom waktu yang dahsyat pada saatnya. Masalah bangsa jauh dari 
sederhana. Pemerintah sebagai komandan harus menyadari kenyataan rapuh 
ini secara jujur, berani, dan mau membuang ilusi bahwa Indonesia masih 
aman. Kata mereka yang super optimistis ini: orang tidak perlu khawatir, 
karena Indonesia secara kultural telah punya urat tunggang yang menembus 
jauh ke pitala bumi.
 
Benar, bahwa banyak suku bangsa di Indonesia yang berusia sangat tua 
dengan kebudayaan yang canggih, kaya, dan sebagian telah menjadi fosil. 
Tetapi Indonesia, sebagaimana telah berulang saya sampaikan, adalah 
sebuah bangsa muda yang belum berusia satu abad. Jadi, masih rentan, 
labil, dan karenanya gampang pecah, jika tidak disikapi secara arif, 
historis, dan jujur oleh kita semua sebagai anak bangsa. Memandang 
enteng persoalan ini sama dengan kita sedang menggali kuburan masa depan 
kita. Proses penyadaran yang terus-menerus bahwa Indonesia adalah sebuah 
bangsa muda tidak boleh dilupakan.
 
Kelalaian kita selama ini dalam proses penyadaran itu telah berakibat 
sangat buruk bagi integrasi nasional yang sama-sama kita rindukan. Kita 
sungguh tidak ingin menyaksikan sebuah Indonesia yang berkeping-keping 
oleh kesalahan persepsi kita. Sebab itu, kita harus berteriak terus dan 
terus berteriak, hingga ada telinga yang mau mendengar.
 
Teriakan yang keluar dari kecintaan yang tulus dan dalam terhadap bangsa 
yang baru berumur setahun jagung ini bila diukur dengan perjalahan 
suku-suku bangsa adalah sebuah keniscayaan. Indonesia yang baru muncul 
dalam peta dunia tahun 1920-an perlu kita selamatkan dengan seluruh 
kekuatan energi yang masih tersisa. Saya percaya bahwa gelombang 
teriakan yang tidak punya agenda politik apa-apa tentu akan dirasakan 
pula resonansinya pada jiwa mereka yang punya gelombang sama.
 
Pertemuan kami dengan para mantan perwira tinggi sepuh yang sudah 
berusia di atas 70 tahun plus beberapa anak muda di suatu tempat di 
Jakarta tanggal 19 Juli 2006 semakin menyadarkan saya bahwa kekecewaan 
bangsa ini terhadap kepemimpinan Indonesia sejak beberapa tahun terakhir 
sungguh nyata. Bukan karena mereka tidak dapat bagian kue nasional. 
Mereka semua sudah sangat mapan secara ekonomi.
 
Di antara mereka ada yang sudah oleng kalau berjalan, tetapi 
ketidakrelaan mereka menyaksikan Indonesia ambruk di tangan anak-anaknya 
sendiri patut dicatat sebagai patriotisme yang tahan banting sejarah. 
Mereka umumnya adalah para pejuang revolusi dalam mempertahankan 
eksistensi republik pada saat Belanda ingin meneruskan petualangan 
kolonialismenya kembali.
 
Akhirnya, karena masalah bangsa jauh dari sederhana, maka stok otak-otak 

[EMAIL PROTECTED] Pasar Depan Jam Gadang Terbakar

2006-07-30 Terurut Topik Darwin Bahar

Innalillahi wainna ilaihi, rojiun
 
Wassalam, Bandaro Kayo (63)
 




Pasar Depan Jam Gadang Terbakar
 
http://www.kompas.com/
 
KCM, Minggu, 30 Juli 2006
 
Padang, Minggu- Kawasan pertokoan di jalan A. yani tepatnya di depan di 
depan Jam Gadang Kota Bukitinggi Sumatera Barat terbakar sekitar pukul 
17:45 WIB, Minggu (30/7), hingga kini kobaran api masih terus membesar.
  
Wartawan Antara dari lokasi kejadian, melaporkan, hingga kini kobaran 
api terus membesar dan mulai menjalar ke arah gedung BRI yang terdapat 
disekitar lokasi pertokoan itu.  Lokasi pertokoan yang cukup sempit dan 
api yang terus membesar cukup menyulitkan petugas, untuk memadamkan api 
yang masih berkobar dan semakin membesar.
  
Sementara itu, suasana hiruk pikuk dan kepanikan terus terjadi karena 
sejumlah besar masyarakat mulai berdatangan memadati sekitar lokasi 
kejadian.
 
Masyarakat dalam jumlah besar terus berdatangan ke pusat pertokoan yang 
terbakar itu karena lokasi itu cukup ramai dan terletak di jantung Kota 
Bukitinggi.Hingga kini, dilaporkan belum terdeteksi jumlah toko yang 
terbakar serta kerugian yang diderita.
  
Kawasan pertokoan di depan jam Gadang itu, menjual aneka pakaian jadi 
berupa bordiran dan sulaman dalam jumlah besar dan cukup sering 
dikunjungi orang yang datang ke kota wisata itu.
  
Sejumlah unit mobil pemadam kebakaran kini terus berusaha memadamkan dan 
mencegah meluasnya kobaran api.



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=


Re: [EMAIL PROTECTED] Gubernur Sumbar digugat Walhi

2006-07-30 Terurut Topik Darwin Bahar
Tidak ada gading yang tidak retak. “Gubernur manusia juga,” kecek
ungkapan populer kiniko.

Tetapi Gamawan Fauzi---yang dalam tahun 2004 ketika masih menjabat
Bupati Solok bersama-sama dengan Koordinator Forum Peduli Sumatera Barat
Saldi Isra menerima Bung Hatta Anti Corruption Award atau BHACA---tentu
diharapkan lebih dari sekedar seorang Gubernur.

“Menurut Dewan Juri BHACA, Gamawan layak mendapat anugerah BHACA selain
karena dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan merakyat, dia tidak
pernah terlibat korupsi maupun dugaan korupsi. Sebagai pejabat
pemerintah, Gamawan tidak pandang bulu dalam mengambil tindakan bagi
aparatnya yang indisipliner, bahkan terhadap sahabatnya sendiri”
demikian Kompas Rabu, 29 September 2004 yang melaporkan pemeberian
anugerah tersebut.

Dari seorang Gamawan dipertaruhkan apakah “clean government” atau “good
governance” dapat disemaikan di bumi pertiwi yang telah luluh lantak
oleh penyakit superganas yang bernama korupsi ini. Apalagi Sumbar tahun
ini merupakan satu dari 5 provinsi percontohan yang ditetapkan
Pemerintah mengenai pembrantasan KKN.

Lebih dari itu, dari seorang Gamawan pula dipertaruhkan, apakah “Adat
Bersandi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah (ABS-SBK)”, yang
dikatakannya setelah pelantikannya: “Harus dijadikan pedoman hidup dan
perilaku sehari-hari, dalam semua aspek kehidupan kita, serta dalam
rangka membangun kehidupan sosial budaya kita semua,” akan benar-benar
menjadi sebuah realitas, ataukah akan tetap hanya, seperti yang
dikatakannnya sendiri “fasih dalam ucapan dan lancar dalam tulisan,
serta dibicarakan oranmg dalam seminar-seminar” (Padek on-line
16-Agustus-2005, 10:07:04)

Tetapi ada pula yang patut dipertanyakan mengenai gugatan perdata Walhi
sebagaimana yang diberitakan Riaupos 28 Juli 2006, tersebut, dapatkah
surat rekomendasi gubernur yang meminta Menteri Kehutanan segera
menerbitkan SPP Iuran Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IIUPHHK)
untuk PT Salaki Summa Sejahtera (PT SSS), yang masih berupa ‘dugaan’
tersebut dijadikan dasar gugatan?

Karena itu Pak Gubernur hendaknya segera mengklarifikasikan masalah
tersebut dengan segera kepada publik dan masyarakat Sumatra Barat yang
telah memilihnya menjadi Gubernur melalui Pilkadal---yang kalau tidak
dapat dikatakan paling---tetapi merupakan salah satu Pilkadal yang
paling demokratis dan bersih di Indonesia

Jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga

Wassalam, Bandaro Kayo (63)

---

[EMAIL PROTECTED] Gubernur Sumbar digugat Walhi
Posted by: Sjamsir Sjarif [EMAIL PROTECTED]
Thu Jul 27, 2006 9:03 pm (PST)

Dari Riaupos 28 Juli 2006 kito baco:

Gubernur Sumbar digugat Walhi Rp1

bakuduang---




--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=


[EMAIL PROTECTED] Situs Cimbuak

2006-07-10 Terurut Topik Darwin Bahar
Nakan Erwin dan Dewis

Sudah cukup lama juga mengunjungi situs Cimbuak, sekali mengunjungi jadi 
“pangling” (bahasa awaknya apa ika ya?). Tambah bagus, lengkap tapi ada 
yang tidak berhasil saya temukan lagi (?), yaitu Al Quran online. Dulu 
saya beberapa kali ke sana untuk mengkopi beberapa ayat-ayat penting. 
Kalau temuan saya tersebut benar, yaitu akses kepada Al Quran online 
sudah dihilangkan, rasanya sangat sayang sekali.

Kalau boleh, saya ingin mengusulkan untuk dipertimbangkan, yaitu supaya 
ada juga menu di sana untuk mengakses beberapa milis urang awak, 
utamanya RN dan Surau, atau kalau perlu ditambah satu lagi dengan 
Aktivis Minang, serta menu untuk mengakses situs koran-koran di Padang 
seperti Padek dan Singgalang. Dengan begini sekali merengkuh dayung, dua 
tiga pulau terlampaui. Para netter urang awak-akan lebih mudah 
berinternet ria, dan situs Cimbuak akan semakin bayak dikunjungi, 
termasuk---mudah-mudahan---para pengambil keputusan di 
Pemprov/Pemkab/Pemkot di Sumbar. Soalnya saya “bermimpi”, milis urang 
awak seperti RN, Surau dan Aktivis Minang dapat juga menjadi sarana 
untuk sumbang saran masyarakat Minang, baik yang berada di Sumbar maupun 
di perantauan, termasuk yang di mancanegara, bagi pengembangan dan 
kemajuan kampung halaman kita bersama.

PS: saya sudah melakukan sejumlah revisi dan updating terhadap Catatan 
Perjalanan Haji dari yang pernah dimuat di milis RN dan Surau / versi 
yang ada di di Cimbuak sekarang ini dan kemudian saya rangkum dalam 
bentuk e-book. Kalau tidak merepotkan saya ingin versi yang ada di 
Cimbuak tersebut diganti dengan versi revisi tersebut.

Wassalam, Bandaro Kayo



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=


[EMAIL PROTECTED] Buya Syafii Maarif: Diary Perakit Bom

2006-07-04 Terurut Topik Darwin Bahar
Oleh : Ahmad Syafii Maarif
 
Republika, Selasa, 04 Juli 2006
 
http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=19
 
Berikut ini hanyalah fragmen catatan harian (diary) seorang perakit bom 
yang kemudian dikenal dengan nama Jabir, tertembak di sebuah rumah di 
Wonosobo pada 29 April 2006 yang lalu. Fotokopi catatan harian ini saya 
minta dari pihak kepolisian untuk dipelajari struktur kejiwaan anak umat 
ini, mengapa seorang santri sampai terjebak oleh jaringan teror yang 
dipimpin Dr Azhari dan Noor Din M Top, warga Malaysia, yang menebarkan 
maut di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir.
 
Lebih 100 halaman tulis tangan diary yang sampai ke tangan polisi, di 
samping juga ditemukan teknik cara membuat dan merangkai bom. Di bagian 
depan ada moto dalam bahasa Arab yang diterjemahkan kemudian: Bagi din 
[agama] ini kami menjadi pejuang sejati; sampai kemuliaan din ini 
kembali, atau mengalir tetes-tetes darah kami. Jelas di sini mengikuti 
ajaran mentornya, bagi Jabir merakit dan meledakkan bom bunuh diri 
adalah bagian dari jihad untuk kemuliaan din. Fragmen di bawah adalah 
catatan tentang suasana keluarga Jabir yang ditulis sebagai kenangan 
terhadap ibunya yang dipanggilnya ummi dan bapak dengan sebutan abi. 
Ibunya, seorang guru, sering menderita, baik oleh tingkah abangnya, 
Ipul, yang sering memaksakan kehendak, maupun oleh temperamen ayahnya 
yang tidak sabar, seperti menampar anak atau membanting hidangan yang 
sudah siap untuk disantap. Jabir sangat hormat kepada ibunya, karena dia 
tahu betul bahwa sang ibulah yang paling bertanggung jawab untuk 
membiayai pendidikan anak-anaknya.
 
Kita kutip (ejaan dan kalimat disesuaikan tanpa mengubah isi: walau 
dengan NEM pas-pasan ummilah yang mengantar nanda daftar di pondok 
Al-Mukmin. Masih ingat dalam memori nanda, ketika ummi harus kecopetan 
ketika turun dari bus di wilayah Tirtomoyo. Ummi hanya bisa bersedih dan 
sedikit meneteskan air mata, nanda waktu itu tak tahu harus berbuat 
apa. Selanjutnya kita turut merasakan kedekatan hubungan emosional 
Jabir dengan ibunya. Kita baca: Nanda juga ingat ketika ummi berkunjung 
ke pondok, ummi hanya memberi nanda uang 10.000. Waktu itu nanda balas 
'insya Allah cukup' walaupun kenyataannya sangat jauh dari cukup, nanda 
tak tega 'tuk mengatakannya. Tiga tahun lebih nanda di Al-Mukmin dengan 
tunggakan SPP yang pernah sampai tujuh bulan, menyebabkan nanda harus 
berkamar di teras bersama santri-santri yang belum membayar uang kamar, 
namun nanda ikhlas karena prinsip nanda selagi belum ada kiriman uang 
berarti ummi belum punya uang. Masih teringat juga dalam benak nanda 
ketika masa liburan selesai, ummi sibuk ke sana ke mari mencari pinjaman 
uang, paling tidak untuk bisa memberangkatkan nanda ke pondok, nanda 
masih ingat mata sembab ummi ketika memberikan uang yang hanya cukup 
balik ke pondok dan sedikit jajan dengan mengucapkan 'sing sabar sek ya 
le' (yang sabar dulu nak). Dalam perjalanan nanda hanya dapat menangis, 
bukan karena sedikitnya uang, namun jerih payah ummi dalam mengusahakan 
mencukupi kebutuhan nanda di pondok. Trenyuh juga rasanya kita membaca 
catatan Jabir ini yang sering diterpa oleh serba kekurangan.
 
Kita teruskan betapa sang ibu harus berkorban terlalu banyak untuk anak: 
Pernah ummi ke kantor polisi guna mengambil motor mas Ipul yang 
ditilang gara-gara nggak pakai helm, ummi rela menunggu dari siang 
sampai sore. Belum lagi ketika mas Ipul menggunakan telepon dengan cara 
tak wajar, sehingga ummi terpaksa menjual motor mas Ipul guna menutup 
bayaran telepon. Rentetan nasib ibunya direkam Jabir dalam kalimat: 
Ketika ummi pulang mengajar, dengan rasa capek yang belum hilang, ummi 
harus segera membungkusi tempe tanpa sempat memejamkan mata. Itu ummi 
lakukan terkadang sampai sore, bahkan estafet ba'da (sesudah) 'Isya'. 
Sebelum sajak penutup sebagai penghormatan untuk ibunya, Jabir menulis: 
Sebenarnya nanda ingin membahagiakan ummi, namun, biarlah nanda 
bahagiakan ummi kelak jika Allah mengaruniakan syahadah (kesaksian 
sebagai syahid) pada nanda karena hanya itu yang nanda bisa, dan 
mudah-mudahan Allah menerima amal jihad nanda. (Ditulis malam Senen jam 
20.22-21.47, Bumi Allah, 4 September 2005). Seperti disebutkan di muka, 
Jabir tewas ditembak pada 29 April 2006 di Wonosobo.
 
Pada bagian lain, digambarkan pula kebahagiaan Dr Azhari ketika dalam 
majlis pertemuan di suatu tempat di Afghanistan, Usamah bin Ladin telah 
memanggil warga Malaysia ini untuk duduk di sampingnya. Kejadian ini 
tentu turut memberi legitimasi moral dan politik pada Azhari untuk 
menambah kharismanya dalam menebarkan maut di Indonesia. Seorang Jabir, 
si santri, yang demikian dalam mencintai ibunya, ternyata dengan mudah 
terseret oleh magnet Azhari, seorang doktor lulusan Inggris, yang 
pengetahuan agamanya jauh di bawah Jabir. Allahu a'lam



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* 

[EMAIL PROTECTED] International Conference of Islamic Scholars (ICIS) II

2006-06-29 Terurut Topik Darwin Bahar
Dalam salah satu kolom saya di Superkoran Apakaba---mengutip Prof 
Tariq Ramadan (2001)---saya menulis: “Ketika mengamati peta dunia, kita 
sadar bahwa kebanyakan kaum muslimin hidup di belahan bumi selatan dalam 
berbagai kondisi yang sering dramatis. Hasilnya, 85% dari 1,5 miliar 
kaum beriman hidup dalam kemiskinan dan 60% di antaranya buta huruf.”

Oleh sebagian tokoh dan ulama Islam, penyebab terjadinya hal tersebut
sering dituduhkan disebabkan oleh kesalahan pihak lain, yaitu
kolonialisme dan neo-kolonialisme Barat. Dalam batas-batas tertentu,
tuduhan tersebut tidak sepenuhnya salah. Namun kesalahan terbesar ialah
para tokoh dan ulama tersebut lupa pada kesalahan mereka sendiri yaitu
terlalu asyik memelihara konflik yang sebagian besar bersumber dari
ketidakmampuan dalam menoleransi perbedaan mazhab, aliran dan pemikiran,
termasuk di Indonesia. Akibatnya begitu banyak waktu dan sumber daya
terbuang untuk “menjaga akidah” dan terlalu sedikit untuk meningkatkan
etos kerja dan daya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan
kemandirian dalam bidang pangan dan teknologi.

Buruk rupa cermin dibelah.

Dalam perspektif ini, International Conference of Islamic Scholars
(ICIS) II, yang diselenggarakan PBNU, 20-21 Juni 2006 dan diikuti
berbagai peserta dari 53 negara, baik pakar Muslim mapun
non-Muslim---sebagaimana yang dikemukakan oleh Prof Ayzumardi Azra dalam
kolomnya di harian Republika, Kamis, 22 Juni 2006 yang saya lampirkan di
bawah ini---“memiliki banyak signifikansi”.

Bagi saya yang menarik ialah bahwa tema dan misi ICIS ini sangat kuat
diwarnai oleh sikap moderat dan tasamuh (toleransi) yang sudah membudaya
di kalangan nahdhyin. Gus Dur bisa diganti oleh dan kemudian kurang akur
dengan KH Hasyim Muzadi, atau PKB dapat saja pecah dua bahkan pecah
tiga, atau para ulama sepuh dapat saja mefatwakan bahwa “liberalisme”
yang dewasa ini digandrungi oleh sebagian generasi mudanya sebagai
“haram”. Tetapi sebagai jamiah, NU selalu terlihat sebagai kesatuan yang
utuh.

Alhamdulillah, Indonesia beruntung dengan adanya NU.

Wassalam, Darwin




ICIS NU

Oleh : Azyumardi Azra

Republika, Kamis, 22 Juni 2006

http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=253239kat_id=19

International Conference of Islamic Scholars (ICIS) II, yang
diselenggarakan PBNU, 20-21 Juni 2006 kemarin di Jakarta memiliki banyak
signifikansi.

Konferensi yang diikuti berbagai peserta dari 53 negara, baik pakar
Muslim mapun non-Muslim, seperti dikemukakan Ketua Umum PBNU, KH Hasyim
Muzadi, merupakan usaha untuk membumikan keyakinan kaum Muslimin, bahwa
Islam adalah rahmatan lil `alamin, rahmat bagi alam semesta; seperti
tema konferensi yang diungkapkan dalam bahasa Inggris: Upholding Islam
as Rahmatan lil `Alamin toward Global Justice and Peace, menjunjung
Islam sebagai agama rahmatan lil `alamin menuju keadilan dan perdamaian
global.

Memang, kaum Muslimin meyakini bahwa Islam diturunkan Allah SWT dan
disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai rahmat bagi alam semesta.
Dengan tema seperti di atas, tersirat bahwa kaum Muslimin belum
sepenuhnya mampu mewujudkan sebagai rahmat bagi alam semesta; bahkan
sebaliknya, kaum Muslimin di berbagai tempat di muka bumi ini, termasuk
di Indonesia, menghadapi banyak masalah internal dan eksternal.
Menghadapi berbagai masalah internal dan eksternal itu, kaum Muslimin
akibatnya belum juga mampu memajukan dirinya menjadi lebih kompetitif
menghadapi negara-bangsa lain dalam pertarungan internasional.

KH Hasyim Muzadi mengakui hal tersebut. Dalam wawancara panjang dengan
koran Seputar Indonesia (19/6/2006), KH Hasyim Muzadi menyatakan,
penyelenggaraan ICIS II menyusul ICIS I pada 2004 bertepatan dengan
meningkatnya berbagai konflik internal di kalangan umat Muslimin di
banyak negara Muslim, termasuk di Indonesia. Menurut dia, perbedaan
antarmazhab dan aliran menjadi pemicu konflik internal tersebut.

Konflik internal di kalangan kaum Muslimin juga menjadi keprihatinan PM
Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi. Berbagai konflik sektarian memecah
belah umat Islam. Akibatnya umat Islam terpuruk ke dalam kemiskinan;
sekitar 50 persen umat Muslimin hidup dengan pendapatan kurang dari 2
dolar AS (sekitar Rp 18.000) sehari. Selanjutnya adalah lingkaran setan;
kemiskinan mengakibatkan umat terbelakang dalam pendidikan, kesehatan,
dan kejahatan, semua ini melestarikan umat Islam dalam kemiskinan.

Ketika saya berbincang-bincang dengan Pak Lah, panggilan akrab Abdullah
Badawi, di suite-nya sebelum acara pembukaan ICIS berlangsung, ia juga
menekankan bahwa umat Islam harus menerobos lingkaran kemiskinan dengan
meningkatkan etos kerja dan daya upaya untuk meningkatkan kemandirian
(self-sufficiency), dalam bidang pangan dan teknologi, misalnya. Jika
umat Muslimin miskin dan tergantung pada pihak luar, maka lingkaran
kemiskinan umat tersebut menjadi lestari.

Sebagian kita mungkin lebih senang menyalahkan pihak lain atas
kemiskinan dan keterbelakangan 

[EMAIL PROTECTED] Dari Situs JIL: Cahaya Harold Bloom

2006-06-27 Terurut Topik Darwin Bahar
Editorial
Cahaya Harold Bloom
Oleh Hamid Basyaib
19/06/2006

Injil Ibrani, secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya, merupakan teks 
yang sangat sulit dipahami. Injil Yunani (Perjanjian Baru) membingungkan 
dan (ayat-ayatnya) saling bertentangan. Sedangkan Alquran Arab ternyata 
sungguh terbuka dan jernih, sangat konsisten dan benar-benar koheren.

Yang menyatakan hal itu bukan dosen Jurusan Tafsir ataupun dekan 
Fakultas Dakwah UIN. Yang menegaskannya adalah Harold Bloom, profesor 
sastra di Universitas Yale, AS, dalam karya mashurnya, Genius: A Mosaic 
of One Hundred Exemplary Creative Minds. Ia menyanjung Quran dalam bab 
khusus tentang Nabi Muhammad, yang dinobatkannya sebagai salah seorang 
jenius sastra terbesar dalam sejarah.

Muhammad adalah satu-satunya nabi yang dianggap jenius oleh Bloom. Pada 
Kristen ia bukan menyebut Yesus, melainkan Santo Paulus, penulis salah 
satu versi Injil. Dan pada Yahudi, ia bukan memasukkan Nabi Musa, tapi 
seorang tokoh dari masa sekitar seribu tahun Sebelum Masehi, yang oleh 
para sarjana hanya disebut “J” atau “Yahwist”.

Bloom, yang boleh dikata kritikus sastra (Barat) terbesar saat ini, 
secara khusus mengutip lengkap Surah An Nur ayat 35, “sebuah puisi yang 
sempurna pada-dirinya”, suatu “mukjizat tapi alamiah”, dan sama sekali 
tak mengandung unsur sektarian. Ia terutama takjub pada ungkapan 
“cahaya-atas-cahaya” (nur alannur) dalam surah itu.

Ceruk tempat cahaya-atas-cahaya bertahta, menurut tafsir Bloom, mungkin 
hati Muhammad; tapi pada akhirnya bisa hati siapa saja yang peka. Sebab, 
seperti disebut oleh ayat tersebut, “Tuhan membimbing kepada cahayaNya 
siapapun yang Ia kehendaki”. Pohon zaitun yang diberkahi dan merupakan 
sumber energi mahabening itu – minyak yang bercahaya cemerlang bahkan 
tanpa tersentuh api -- tidak tumbuh di Timur maupun di Barat. Ia bisa 
mekar di mana saja. Atau tidak di mana-mana. Ia ada di manapun dan 
kapanpun suatu wawasan yang jernih memancar.

Bagi Bloom, cahaya yang dilukiskan secara memukau itu tepat dijadikan 
lambang Alquran. Ia adalah bukti lain tentang status otentik Quran 
sebagai kitab bagi siapa saja, bukan hanya bagi muslim.

Mungkinkah Harold Bloom sendiri tepercik cahaya-atas-cahaya? Boleh jadi. 
Dengan ulasan memikat tersebut, ia membuktikan bahwa kitab suci yang 
bukan rujukan agamanya itu dapat diapresiasi dengan jernih dan tajam. 
Kita bisa menambahkan: mereka yang sejak lahir menjunjung Quran sebagai 
kitab suci agamanya pun mungkin luput dalam memahami pesan-pesan 
pokoknya dengan jernih.

Orang-orang seperti Bloom, yang beragama Yahudi dan juga dikenal sebagai 
pakar agama-agama, mampu menangkap inti-inti pesan Quran. Mereka sanggup 
memilah inti dari anjuran maupun ketentuan-ketentuan temporal dan 
situasionalnya, yang kerap justru dianggap permanen dan bersifat legal. 
Kaum Muslim sendiri mungkin saja kehilangan wawasan dan daya tangkap 
yang persis terhadap inti pesan itu, dan justeru tertawan pada anjuran 
atau ide-ide Quran yang bukan merupakan inti pesannya sebagai pengarah 
langkah dan pedoman hidup.

Bloom menganggap kebangkitan spiritual Barat ditopang oleh tiga teks 
suci: Injil Yahudi (atau Perjanjian Lama, menurut perspektif Kristen), 
Perjanjian Baru, dan Alquran (inilah sebabnya ia membahas Quran dan 
Muhammad dalam buku yang mengulas sastra Barat itu). Ia heran mengapa 
orang Barat hanya membaca dua yang pertama, seraya sangat mengabaikan 
Quran – atau malah mengecamnya secara serampangan.

Ketika mereka kelak mulai mengikuti anjuran Bloom untuk membaca Quran, 
siapa tahu rekan-rekannya di Barat itu mampu membacanya secara setajam 
Bloom. Tapi kemampuan seperti itu lebih besar lagi kita harapkan terjadi 
pada pihak yang paling berkepentingan, yaitu umat Islam sendiri. Sebab, 
cara mereka membaca Kitab Suci adalah penentu wajah Islam hari ini – 
juga esok. []

Referensi: http://islamlib.com/id/index.php?page=articleid=1070



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=


[EMAIL PROTECTED] PENYEBAB PSP KALAH

2006-06-12 Terurut Topik Darwin Bahar
Dalam tahun limapuluhan, PSP atawa Persatuan Sepakbola Padang adalah 
kesebelasan yang tangguh dan disegani. Kesebelasan ini pernah menahan 
Grasshopper FC dari Swis dengan skor 2-2 dalam suatu petandingan di Kota 
Padang.

Suatu waktu Tim ini bertandang ke Kota Medan untuk bertanding dengan 
PSMS Medan. Karena orang Minang di Kota ini cukup banyak, maka sehabis 
Magrib---pertandingan dilakukan malam hari---Stadion Teladan yang barus 
selesai dibangun dan digunakan untuk PON penuh sesak oleh urang awak 
yang yang sangat bergairah untuk menonton kemenakan yang sedang naik daun.

Tidak jelas mana yang lebih banyak apakah suppoter tim tamu atau tuan 
rumah. Karena perkara keras suara, Urang Awak tidak kalah dengan Orang 
Batak. Apalagi kaum pedagangnya. Begitu peluit kick off ditiup, suara 
dukungan pada tim tamu semakin membahana.

“Ooiii, Pajak Sentral di siko !!!”

Tetapi tidak disangka tidak dinyana, PSP main seperti orang baru belajar 
bola. Tendangan sering meleset, yang ditendang bukan bola, tetapi 
bayang-bayang bola, atau bola diumpan kepada lawan, dan kiper sering 
salah antisipasi.

Pokoknya kacau balau.

Maka dukungan berubah menjadi umpatan:

Ooii, gadang sarawa !!!

Walhasil, Tim PSP digunduli, dan para pendukung pulang dengan murung. 
Tetapi namanya sayang ke kemenakan, Tim Tamu diundang juga oleh para 
tokoh masyarakat Minang di sana untuk dijamu dan diajak 
berbincang-bincang. Dan ketika sampai kepada masalah kenapa PSP bermain 
seperti orang baru belajar main sepak bola, 
terungkapalamaak.mata mereka silau oleh lampu stadion, 
karena PSP biasa main siang dan…..habis Maghrib…….biasanya mengaji di 
surau.

Demikian cerita sahibul hikayat.

Wassalam, Bandaro Kayo



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=


[EMAIL PROTECTED] Prof Ayzumardi Azra: “Gus Dur 's comment on the Koran was baseless”

2006-05-31 Terurut Topik Darwin Bahar
Sesuai dengan pengakuannya sendiri sebagai mana yang diberitakan koran 
The Jakarta Post di bawah ini, ternyata Gus Dur tidak diusir pada 
peristiwa Purwakarta seperti yang digembar-gemborkan sebelumnya.
 
Saya ingin menggarisbawahi komentar Rektor UIN Prof Dr Ayzumardi Azra 
bahwa: “Gus Dur's comment on the Koran was baseless”, dan pendapatnya 
bahwa dia dapat mengerti bahwa “Muslims were angered by Gus Dur's comment.”
 
Dan saya sangat setuju pendapat Prof Ayzumardi, bahwa kemarahan tersebut 
seharusnya tidak dinyatakan dengan kekerasan, yang dapat memancing 
tindak kekerasan balik dari para pendukung Gus Dur yang di kalangan 
sebagian besar akar rumput NU yang---suka tidak suka masih---sangat kuat 
dan punya prinsip yang meminjam Cak Nun: “right or wrong is my Gus Dur”
 
Kalau masa FPI bentrok dengan masa Garda Bangsa dan Banser yang untung 
siapa?
 
Yang tidak perlu dipertanyakan kalau hal tersebut terjadi merupakan 
tindakan yang memalukan dan semakin menampilkan wajah Islam yang 
distorted: suka tindak kekerasan.
 
Yang juga tidak perlu dipertanyakan ialah bahwa memberikan komentar atau 
bereaksi berlebihan terhadap apa yang diomongin tokoh yang sudah 
beberapa kali terkena serangan stroke tersebut hanya membuang-buang 
waktu dan energi yang tidak perlu.
 
Wassalam,
 
H. Darwin Bahar St.Bandaro Kayo (63)
 
 

  
 
Gus Dur clarifies his Koran comment
 
National News - May 29, 2006 The Jakarta Post, Jakarta
 
http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20060529.H02
 
During a talk show on Radio 68H on Saturday, former president Abdurahman 
Gus Dur Wahid clarified an earlier comment he made in which he 
described the Koran as the most pornographic scripture.
 
The comment has angered his critics, including conservative clerics and 
hard-line Islamist groups like the Islam Defenders Front (FPI) and the 
Indonesian Mujahidin Council (MMI).
 
The comment was part of four-part discussion. So we cannot isolate it 
from the entire discussion, Gur Dur said in explaining that the comment 
had been taken out of context.
 
He said that whether someone viewed something as pornographic was 
entirely dependent on the person's point of view.
 
I had this friend, the son of a kyai (Islamic cleric), who told me that 
he was 'interested' in pregnant women. He told me he couldn't stop 
imagining how they got pregnant, Gus Dur said.
 
What Habib Riziq (FPI's leader) failed to do was ask me for 
clarification, he said.
 
Azyumardi Azra, rector of the Jakarta State Institute of Islamic 
Studies, said Gus Dur's comment on the Koran was baseless.
 
I read the transcript of his talk show on Radio 68H. He was referring 
to a verse in the Koran that says children should obey their mother 
because she breast-fed them for two years. The verse mentions nothing 
about breasts, which might have been referred to by Gus Dur as 
pornographic, Azyumardi said.
 
There is no verse in the Koran that graphically discusses any subject 
that could be seen as pornographic.
 
I don't know if Gus Dur was joking or serious on the talk show, he said.
 
Azyumardi said he could understand that some Muslims were angered by Gus 
Dur's comment, but he strongly condemned anyone who expressed their 
anger through violence.
 
Gus Dur also clarified Saturday that he was not forced to leave the 
podium by FPI members during an interfaith discussion in Purwakarta on 
Tuesday. He said he left the discussion because he had another event in 
Jakarta to attend. (04)



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=


[EMAIL PROTECTED] Buya Syafei Maarif: Logika Sejarah

2006-05-10 Terurut Topik Darwin Bahar

Logika Sejarah

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 25 April 2006

Secara teoretis, sejarah memerlukan dua pilar yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, jika orang ingin melakukan rekonstruksi
tentang masa lampau. Kedua pilar itu adalah logika dan pengetahuan.
Dengan kekuatan logika orang akan mampu menyaring dan memisahkan secara
cerdas dan kritikal antara fakta dan mitos atau legenda. Logika itu
sendiri akan membimbing orang untuk melihat masa lampau secara jernih
dan bertanggung jawab. Ibn Khaldun (1332-1406) dalam al-Muqaddimah-nya
sangat menekankan agar seorang sejarawan tidak boleh menjadi partisan
terhadap pandangan-pandangan dan mazhab-mazhab tertentu dalam membaca
masa lampau, sebuah penyakit yang diidap oleh sejumlah sejarawan
Muslim sebelumnya.

Pilar kedua adalah pengetahuan yang luas yang harus dimiliki seorang
sejarawan untuk mendukung kariernya sebagai seorang peneliti terhadap
kelampauan yang tidak mungkin lagi diakses secara langsung karena sudah
terjadi. Melalui jejak kelampauanlah seseorang melakukan rekonstruksi
tentang peristiwa tertentu pada masa lampau yang menjadi pusat
perhatiannya.

Untuk apa dan untuk kepentingan siapa? Bertrand Russell mengatakan
untuk pleasure (kesenangan). Tidak salah, tetapi sejarawan Itali,
Benedetto Croce (1886-1952), memberikan jawaban umum yang lebih mantap:
untuk kepentingan orang hidup, bukan untuk kepentingan mati. Sebab itu,
Croce berteori, sejarah selalu bersifat kontemporer, sekalipun ramuannya
diambil dari kelampauan. Karena sifatnya yang kontemporer, unsur
subjektif tidak dapat dihindari, selama bangunan sejarah itu ditegakkan
di atas fakta.

Untuk mendapatkan pengetahuan luas sebagai salah satu pilar sejarah, Ibn
Khaldun dalam meramu teorinya telah mempelajari lingkungan geografis,
politik, sosiologis, antropologis, psikologis, dan dimensi-dimensi lain
yang dapat memperkaya metode analisisnya. Daerah jelajah intelektualnya
adalah Afrika Utara dan Andalusia. A.J. Toynbee (1889-1975) demikian
tinggi menilai al-Muqaddimah sebagai sebuah karya dahsyat yang pernah
diciptakan otak manusia. Tanpa latar belakang pengetahuan yang luas,
seorang sejarawan pasti akan gagap dan meraba-raba dalam melihat masa
lampau yang memang unik itu.

Karena sejarah ditulis untuk kepentingan orang hidup dalam sebuah zaman
dan ruang tertentu, maka teori khilafah, misalnya, yang diusung kembali
oleh Taqiyuddin an-Nabhani untuk membagun sebuah dunia Muslim yang masih
berserakan ini, patut juga diperhatikan. Tetapi, mengaitkannya sebagai
sesuatu yang syar'i, jelas berlebihan, sebab tidak ada pijakan logika
Qur'ani yang dapat dijadikan dasar sepanjang pengetahuan saya. Memang,
khilafah adalah fakta sejarah masa lampau yang benar-benar terjadi.
Hanya orang buta saja yang tidak dapat melihat fakta keras ini.

Tetapi, apa yang dilakukan Abu Bakar dan 'Umar bin Khattab untuk
membangun sistem khilafah semata-mata sebagai buah ijtihad yang terikat
dengan ruang dan waktu. Sebagai ijtihad, kedudukannya adalah nisbi, sah
diterima dan sah pula untuk ditolak dengan argumentasi yang kokoh secara
agama dan logika. Orang yang berilmu tidak boleh memaksakan sebuah
pendapat yang bersifat ijtihadi.

Dalam perspektif ini, meratapi kejatuhan Turki Usmani di tangan Kemal
Ataturk yang dipandang sejumlah orang sebagai bentuk khilafah yang
terakhir, jelas menyesatkan dan ahistoris. Saya mendukung pendapat Shah
Wali Allah, pembaru dari India abad ke-18, yang mengatakan bahwa sistem
khilafah hanya sampai periode 'Ali bin Abi Thalib, khalifah terakhir
dari al-khulafa' al-rasyidun yang hanya berusia kurang sedikit dari tiga
dasawarsa.

Sistem politik yang berkembang sesudah itu di dunia Muslim adalah sistem
kerajaan, baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar dalam format
imperium. Bukan sistem khilafah karena salah satu diktum Alquran tentang
prinsip egalitarian dalam politik telah dibuang ke dalam limbo sejarah.
Mu'awiyah adalah figur transisi antara sistem khilafah dan sistem
kerajaan. Dengan mengangkat anaknya Yazid sebagai penggantinya, maka
bermulalah sistem kerajaan itu, sekalipun untuk mengelabui umat agar
tetap setia, mantel khalifah terus dipakai, sedangkan proses pembentukan
atau pengangkatannya sudah tidak lagi mengacu kepada Alquran yang
mengedepankan syura (permusyawaratan) dalam kehidupan bermasyarakat.

Sistem khilafah dalam teori al-Mawardi (w. 1058), misalnya, masih saja
mensyaratkan keturunan Quraisy untuk menjadi khalifah. Ini tidak
mengherankan, karena dia membangun teori politiknya dalam upaya
mempertahankan Daulah 'Abbasiyah yang masih berdarah Quraisy yang pada
abad ke-11 sudah sangat rapuh. Bagi saya masalah kepemimpinan umat yang
dikaitkan dengan keturunan darah tertentu harus ditolak karena
antilogika dan bahkan anti Alquran yang menempatkan manusia sama di
depan Tuhan dan di depan sejarah.

Perubahan zaman harus mengubah cara berpikir kita, tetapi nilai-nilai
dasar yang autentik wajib dipertahankan. Dalam perspektif ini, prinsip
syura dalam Alquran adalah 

[EMAIL PROTECTED] Dr. H. Rosihan Anwar, Raja Cemeeh yang Rendeh Hati

2006-05-02 Terurut Topik Darwin Bahar
Oleh : Ahmad Syafii Maarif
 
Republika, Selasa, 02 Mei 2006
 
Resonansi ini mendahului mencantumkan gelar doktor pada wartawan kawakan 
H Rosihan Anwar sebelum UIN Syarif Hidayatullah secara resmi mengukuhkan 
gelar kehormatan itu untuk tokoh ini pada 6 Mei 2006. Pada upacara itu 
Rosihan akan menyampaikan orasi yang bertajuk:
 
Wartawan, Engkau Pahlawan Dalam Hatiku. Saya sungguh berbahagia 
menyambut inisiatif UIN untuk memberi penghormatan kepada anak bangsa 
yang begitu besar dan banyak jasanya kepada Tanah Air dan kemanusiaan 
melalui cara dan bidang yang ditekuninya selama puluhan tahun. Rosihan, 
kelahiran 10 Mei 1922 di Kubang Nan Duo (Solok), dinilai telah 
memberikan sumbangan besar kepada dunia jurnalistik dan komunikasi sejak 
usianya yang masih sangat dini.
 
Dalam Resonansi 16 Agustus 2005 dengan judul Surat Ramadhan KH, di 
samping menyebut nama alm. Ramadhan yang patut dianugerahi Doktor H.C., 
saya juga menyebut nama Rosihan Anwar untuk diberi penghargaan serupa. 
Ramadhan telah dipanggil Allah beberapa waktu yang lalu ketika berada di 
Afrika Selatan, jauh dari Tanah Airnya. Alhamdulillah, UIN Syarif 
Hidayatullah di bawah pimpinan Rektor Prof Azyumardi Azra PhD yang 
energenik sangat tanggap dalam perkara ini. Mengapa perguruan tinggi 
lain tidak banyak yang tergerak berbuat serupa demi menyampaikan terima 
kasih kepada anak-anak bangsa yang memang pantas dihargai. Siapa yang 
tidak kenal Rosihan dengan segudang karya tulisnya, meliputi dunia 
jurnalistik, otobiografi (Menulis Dalam Air, 1983), biografi tokoh, 
pengalaman naik haji, dan banyak yang lain.
 
Sebagai alumnus AMS tempo doeloe, Rosihan punya akses yang luas sekali 
terhadap literatur dunia dalam berbagai bahasa. Barangkali hampir semua 
negara di muka bumi telah didatanginya. Radius pergaulannya yang 
menjangkau berbagai tokoh dunia, Timur dan Barat, telah menjadikan 
seorang Rosihan sebagai seorang yang kaya dalam wawasan, khazanah, dan 
kearifan. Entah sudah berapa puluh presiden dan orang penting dunia 
telah diwawancarainya. Cemeehnya yang kadang-kadang mencuat sebagai 
warisan budaya Minang haruslah dipandang sebagai intermezo dalam 
pergaulan. Kalau kami sudah berdekatan duduk, ungkapan-ungkapan cemeeh 
ini sering berhamburan, sesuatu yang saya nikmati.
 
Dalam Menulis Dalam Air (hlm 237), di antara bentuk cemeeh itu terbaca: 
Pengalaman dalam mewawancarai orang Indonesia tentu lain pula 
[dibandingkan dengan orang asing]. Kalau bertemu dengan orang-orang 
articulate, yang pandai mengeluarkan buah pikiran, sudah barang tentu 
tidak terdapat banyak kesukaran. Tetapi, kalau berhadapan dengan orang 
yang bergelemakpeak alam pikirannya, mempergunakan bahasa Indonesia 
buruk dengan kalimat-kalimat tidak logis, maka timbul persoalan besar 
bagaimana menulis wawancara baik. Bergelemakpeak, bahasa Minang, 
berarti tak karu-karuan, tak jelas ujung-pangkalnya. Ini adalah cara 
Rosihan membidik bahasa Indonesia sebagian pejabat yang memang agak parah.
 
Rosihan, yang juga tampak rendah hati dalam tulisannya, tidak malu-malu 
mencemeehkan diri sendiri. Kesaksian dalam Menulis Dalam Air (hlm 240), 
kita baca: Wawancara-wawancara yang dimuat dalam majalah-majalah 
seperti Tempo, Prisma, menunjukkan kadar keahlian yang begitu tinggi 
sehingga bila dibandingkan dengan tulisan wawancara yang saya buat, 
pasti akan membuat malu. Tetapi itu wajar sekali. Suatu generasi baru 
wartawan Indonesia telah maju ke depan, sedangkan saya termasuk outgoing 
generation, angkatan lah laruik sanjo. Angkatan laruik sanjo adalah 
generasi yang akan meninggalkan gelanggang lantaran berlomba dengan usia 
lanjut.
 
Di era Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Rosihan adalah kolumnis tetap 
dalam majalah Gema Islam dengan nama samaran Haji Waang. Tulisannya 
pasti menarik, bermuatan dakwah, tetapi jangan lupa cemeeh sering muncul 
di dalamnya sebagai salah satu cara Rosihan menyikapi keadaan politik 
yang serba panglima saat itu. Dengan ingatan yang kuat, Rosihan sangat 
kaya sumber, sehingga penanya mengalir bak air, bergelombang penaka 
ombak, sekalipun ia masih agak gagap menggunakan komputer.
 
Di usianya yang sudah lanjut, karya-karyanya ditulis dengan menggunakan 
mesin tik yang memang lebih akrab dengannya selama puluhan tahun sampai 
detik ini. Akhirnya sebagai generasi yang sedikit lebih muda, sekalipun 
sudah sama-sama berada kategori laruik sanjo, saya menyampaikan rasa 
syukur yang dalam kepada Allah yang telah menggerakkan UIN memberi 
penghormatan kepada abang dan sahabat saya, Dr H Rosihan Anwar. 
Berbahagialah Pak Rosihan bersama keluarga dengan penganugerahan UIN 
ini, sekalipun juga harus mengeluarkan biaya. Semoga tetap sehat, 
panjang umur, dan terus berkarya.



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: 

[EMAIL PROTECTED] Amin untuk Pak Amien

2006-05-01 Terurut Topik Darwin Bahar
Oleh Budiarto Shambazy
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0604/22/utama/2601911.htm
--

Di atas sehelai kertas kecil, Pak Amien Rais sedang membuat corat-coret.
Saya ngomong apa ya? kata Pak Amien kepada kami separuh bertanya,
separuh basa-basi.

Namun, cuma dalam hitungan menit corat-coret tersebut menjadi pointers
yang dijadikan dia untuk berpidato. Pak Amien penutur bahasa Inggris
yang termasuk bagus karena langsung ke sasaran dan tidak bertele-tele.

Saat itu Pak Amien berpidato di depan para pengusaha Amerika Serikat
(AS) di ibu kota Washington DC bulan April 1999. Ia memang dielu-elukan
oleh berbagai pihak di AS sebagai calon presiden yang mampu memimpin
Indonesia.

Doktor lulusan University of Chicago ini sedang melakukan tur ke
beberapa kota di AS sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN).
Wajar jika setiap acara pidato Pak Amien di mana-mana, mulai dari di
depan anggota DPR sampai para mahasiswa, disesaki hadirin.

Paul Wolfowitz, bekas Duta Besar AS di Jakarta yang kini memimpin Bank
Dunia, membuka diskusi dengan mahasiswa dan staf pengajar. Ia menjabat
sebagai dekan The Paul H Nitze School of Advanced International Studies
(SAIS), The Johns Hopkins University.

Hujan salju di Washington DC tak membuat tulang menggigil berkat pidato
Pak Amien mengenai pentingnya kita kembali mengamalkan Pancasila.
Padahal, waktu itu Pancasila telah menjadi barang rongsokan.

Pak Amien bilang Pancasila adalah penjamin harmoni dalam hubungan
antara kelompok mayoritas dan minoritas etnis China. Menurut dia, Orde
Baru telah menghambat warga China untuk ikut menikmati hak dan kewajiban
yang sama seperti warga Indonesia lainnya, misalnya dihambat masuk ABRI
atau pegawai negeri.

Butir penting yang sering disinggung dalam pidato-pidato Pak Amien
adalah tentang masih bercokolnya gurita kekuasaan Orde Baru. Ia sering
memakai istilah chopping off (memangkas) habis sisa-sisa Orde Baru.

Ia menggerak-gerakkan telapak tangan kanan seperti sebilah golok yang
sedang memotong ranting pohon. Bahasa Inggris dia lempeng-lempeng saja,
sama seperti sikapnya yang tidak mencla-menclé.

Pak Amien juga sering memulai kalimat dengan kata-kata I mean... jika
sedang menjawab pertanyaan hadirin. Kalau sudah begitu, kami beberapa
wartawan sering meneruskan dengan sebuah kata suci, Amin, Pak Amien

Boleh dong mendoakan sekaligus mengamini agar Pak Amien terpilih menjadi
orang nomor satu di negeri ini?

Pada Pemilu 1999 PAN hanya meraih sembilan persen suara. Ia segera
mengatakan bahwa tidaklah realistis baginya untuk mencalonkan diri
sebagai presiden.

Tak lama kemudian Pak Amien memelopori terbentuknya Poros Tengah yang
menggolkan Abdurrahman Wahid sebagai presiden yang dipilih MPR. Bagi
sebagian rakyat, Poros Tengah menikam punggung Megawati Soekarnoputri
dari belakang.

Pak Amien mendapat jatah sebagai ketua MPR. Dari posisi ini ia secara
perlahan-lahan memperlihatkan diri sebagai tokoh berkelas nasional.

Dengan slogan Cerdas, Jujur, Berani ia mencalonkan diri sebagai
presiden pada pemilihan presiden (pilpres) 2004 bersama cawapres Siswono
Yudo Husodo. Duet ini terpental di putaran pertama karena hanya meraih
14,86 persen suara.

Pak Amien telah membantu kita menempuh perubahan sejak reformasi 1998.
Sepanjang ingatan, cuma Pak Amien dan Megawati Soekarnoputri yang berani
melawan Presiden Soeharto pada tahun-tahun terakhir Orde Baru.

Belakangan ini Pak Amien sering mencuri perhatian karena pernyataan
maupun gerak-gerik politiknya yang belum tentu sepaham dengan
pemerintah. Si Kancil beraksi lagi, itulah julukan kepada dia.

Aneh juga jika ada pihak-pihak yang menaruh curiga kepadanya. Padahal,
yang dikemukakan dia masih berkisar pada bagaimana membangun bangsa kita.

Tentu tidaklah berdosa juga andaikan Pak Amien tampil pencilatan dalam
rangka menyongsong pilpres tahun 2009. Toh, lebih baik menyiapkan diri
dari sekarang ini karena tiga tahun bukan masa yang lama.

Baru beberapa hari lalu Pak Amien menyatakan lebih baik kita memikirkan
masa depan bangsa ketimbang meributkan soal remeh-temeh seperti
Rancangan Undang-Undang Anti-Pornografi dan Pornoaksi (RUU-APP).
Berulang kali Pak Amien menggugat keberadaan perusahaan-perusahaan
tambang AS, seperti Busang, Freeport, sampai Blok Cepu.

Kita masih beruntung mendengarkan kritik-kritik dari Pak Amien. Tanpa
kritik-kritik yang konstruktif, demokrasi seperti jalan buntu yang penuh
dengan hantu.

Tentu banyak juga kalangan yang mengernyitkan dahi melihat gaya Pak
Amien. Orang-orang seperti Pak Amien, Gus Dur, atau Megawati tentu kerap
kali terpeleset saat melangkahkan kaki masing-masing.

Rasa skeptis yang berkepanjangan membuat kita memimpikan pemimpin
seperti Ratu Adil yang serba sempurna dan sudah lama ditunggu-tunggu.
Ternyata yang ditunggu bukanlah ksatria berkuda dan bersenjata (a knight
in shining armor), namun cuma manusia biasa.

Makanya, kita yang sering kecewa. Kita seperti bayi yang suka melepéh
pemimpin pilihannya sendiri.

Kita 

Re: [EMAIL PROTECTED] [SUPERKORAN] Tidak Ada Restoran Padang di Padang, Sebuah Ref

2006-02-21 Terurut Topik Darwin Bahar
Di Sumatra Barat, khususnya di Bukit Tinggi, memang banyak penganan dan 
makanan yang enak-enak. Dulu setiap bertugas ke sana saya selalu bingung 
mau makan apa, semua kepengin tetapi kapasitas perut terbatas. Heri 
Latif, penyair asal Sumatra Barat yang bermukim di negeri Belanda pernah 
memberi tahu saya bahwa di Bukit Tinggi ada sate yang kuahnya dicampur 
dengan dadieh (susu kerbau yang dibekukan) yang tentunya rasanya khas, 
tetapi belum sempat saya cicipi karena selalu kalah duluan dengan SMS 
(Sate Mak Sukur) Padang Panjang.

Jalan utama Padang-Bukit Tinggi yang meliuk-liuk di sekitar Lembah Anai 
yang sangat indah dengan sungai Batang Anai mengalr di bawahnya itu 
sudah diperlebar lebih dari dua kalinya ketika Mbak Martha lewati dalam 
tahun 1982. Dan ketika Mbak Martha lewati, Mak Sukur masih berjualan 
sate hanya di pasar Padang Panjang dan yang di pinggir jalan raya 
Padang-Bukit Tinggi itu belum ada. Ya Taman Nasional Lembah Anai itu 
memang sangat indah (mungkin salah satu yang terindah di dunia) dan 
terawat serta penuh dengan pepohonan yang menjulang tinggi, di antaranya 
sudah berumur ratusan tahun. Sangat kontras dengan Taman Nasional Wasur 
di arah Timur Laut kota Merauke, Papua, yang saya kunjungi awal tahun 
2004 yang lalu yang membuat perasaan saya nelangsa

Seperti pernah saya tulis dalam catatan perjalanan di milis ini ketika 
isteri saya Kur dan dua anak gadis kami saya ajak pulang kampuang 
sembari mengunjungi beberapa obyek wisata di Sumatra Barat, Padang-Bukit 
Tinggi juga dapat dilewati melalui kota Pariaman di pesisir Sumatra, 
terus ke Lubuk Basung ibukota Kota Kab Agama, terus ke Maninjau, dan 
setelah itu kita akan melewati Kelok Ampek Puluh Ampek---jalan menanjak 
dengan tikungan tajam yang berjumlah 44 buah---yang terkenal itu dengan 
hamparan Danau Maninjau di bawahnya. Sungguh sangat fantastis. Dari sini 
kita bisa memasuki kota Bukit Tinggi yang asri tersebut melalui kota 
kecil Padangluar yang terletak di jalan raya Padang Panjang-Bukit Tinggi 
atau melalui jalan yang menyusuri dasar ngarai Sianok atau “Grand Canyon 
of Sumatara”. Konon Pemerintah akan membuat jembatan di Ngarai Sianok 
yang kalau sudah jadi tentunya akan sangat impresif sekali, sekalipun 
saya lebih mengimpikan dibangunnya kereta gantung seperti yang di Alpen.

Padang-Bukit Tinggi juga dapat dilewati melalui jalur yang agak 
“nyeleneh”, yaitu melalui Solok, kemudian dengan menyusuri pinggir Danau 
Singkarak yang indah itu sepanjang ± 20 km ---lebih indah dari 
pemandangan Danau Sentani jika kita lihat dari jalan raya Bandara 
Sentani-Jayapura di Papua---ke arah Padang Panjang dan terus ke Bukit 
Tinggi, atau di desa yang namanya Ombilin berbelok ke Utara ke 
Batusangkar, tempat kedudukan raja-raja Minangkabau zaman baheula, di 
mana agak sedikit di luar kota ada duplikat Istana Raja Pagaruyung (yang 
aslinya sudah terbakar), terus ke Utara kemudian ketemu dengan jalan 
raya yang menghubungkan Bukit Tinggi dengan Payakumbuh dan Pekanbaru di 
provinsi Riau.

Di jalan raya antara Ombilin-Batu Sangkar tadi, kembali kita akan 
melalui kawasan hutan yang masih asri disertai bunyi serangga dan 
desiran air sungai Batang Ombilin, pemandangan dan suasana yang sukar 
ditemukan di daerah lain di Indonesia. Di samping Singkarak dan 
Maninjau, Sumbar masih punya danau: danau kembar Danau Diateh dan Danau 
Dibaruah di Kab Solok Selatan. Kalau cuaca bagus, kedua danau tersebut 
biasanya dapat dilihat sepintas dari jendela pesawat pada penerbangan 
pagi Padang (Tabing)-Jakarta, di mana pesawat biasanya landing langsung 
ke arah Selatan

Bukan bermaksud promosi :-), dari segi keindahan alam dan keunikan seni 
budayanya, Sumatra Barat tidak kalah dengan Bali, tetapi parawisata 
Sumatra Barat sangat jauh ketinggalan dalam infrastruktur, baik fisik 
maupun non-fisik.

Jalan raya di Sumbar, termasuk jalan-jalan kolektor, memang rata-rata 
cukup bagus dan terawat baik, dan Sumbar juga sudah memiliki bandara 
internasional “Minangkabau” yang katanya tidak kalah dari “Ngurah Rai” 
(saya belum pernah melihat bandara yang agak jauh dari jalan raya 
Padang-Padang Panjang itu, karena sewaktu terakhir ke Sumbar bersama Kur 
dan anak-anak Desember 2004 yang lalu, pesawat yang kami tumpangi masih 
menggunakan Bandara Tabing). Tetapi hotel, jaauuhhh… tertinggal dalam 
jumlah, kualitas dan pelayanan. Hotel berbintang empat di Sumbar mungkin 
baru berjumlah 5 atau 6, termasuk hotel “Pusako” Bukit Tinggi, tempat 
peretemuan Presiden kita dengan PM Malaysia beberapa waktu yang lalu.

Dulu, kecuali acara kantor kami diselenggarakan di sana---hotel ini 
memang mempunyai ruang pertemuan yang luas, dan secara fisik hotel ini 
cukup bagus) atau Novotel sedang penuh, “Pusako” bukan pilihan saya 
untuk menginap kalau lagi sedang bertugas ke Bukit Tinggi dan 
sekitarnya. Pertama sambungan telepon di kamar-kamar tidak bisa dicopot 
untuk digunakan mengakses internet. Kedua menu sarapan pagi ala buffet 
yang chargenya jadi satu dengan room 

[EMAIL PROTECTED] Terapi Air, Alaamaak….

2006-02-05 Terurut Topik Darwin Bahar
Setiap Minggu pagi isteri saya Kur membuka warung tenda di pinggir jalan 
Merdeka Depok Tengah yang ramai digunakan oleh warga sekitarnya untuk 
berolahraga jalan pagi.
 
Kemarin  pagi ketika mengantarkan obat yang lupa diminumnya, Kur sedang 
ngobrol dengan kenalan kami Bapak dan Ibu Simatupang  yang mampir untuk 
sarapan nasi uduk.
 
Pak Simatupang beribukan perempuan Minang, karena itu fasih berbahasa 
Minang. Begitu pula isterinya seorang perempuan Tionghoa yang selalu 
mengenakan jilbab itu. Lalu kami ngobrol dalam bahasa Minang tentang 
gejala darah tinggi yang diderita Kur. Ngobrol ngalor-ngidul, Pak 
Simatupang Lalu menyarankan agar Kur menjalankan terapi air. “Diminum 
sekaligus setiap pagi Bu Haji,” jelas Pak Simatupang.
 
Terapi air?
 
Lalu saya ingat pengalaman saya dengan terapi air.
 
Sejak tahun 1998, saya bekerja pada sebuah program bantuan Pemerintah AS 
di Indonesia sampai program itu selesai awal tahun lalu. Mula-mula saya 
ditempatkan di Malang selama dua tahun. Kita tahu Malang adalah kota 
yang sejuk, makan apa saja enak, apalagi kalau makan soto Lombok di 
jalan Sulawesi yang sangat cocok dengan lidah Padang saya. Karena Kur 
hanya mendampingi saya selama satu tahun pertama, makan saya jadi tidak 
terkontrol. Akibatnya saya menjadi kelebihan berat Bahkan tensi saya 
sempat tinggi, tetapi Alhamdulillah, bisa saya atasi dengan rajin 
berpuasa sunat Senin-Kamis.
 
Ketika ditarik ke Jakarta, awalnya saya ditempatkan Task kami yang 
berkantor di Depdagri jalan Merdeka Utara. Mula-mula saya ke kantor 
pakai mobil sendiri, sekali jalan dibutuhkan waktu sekitar 2 jam, itupun 
liwat tol. Merasa bete di jalan,  saya memilih naik KRL  AC Depok 
Express Depok-Gambir-Jakarta Kota, yang perjalanan Depok-Gambir hanya 
ditempuh kurang dari setengah jam. Apalagi ketika itu karcis abonemen 
masih mudah didapat, sehingga untuk yang jam 7:20 dari Depok dan Jam 
18:00 dari Gambir selalu dapat tempat duduk di bangku yang nomernya 
tertera di karcis abonemen. Ongkosnyapun lebih ringan. Apalagi  saya 
tidak bisa nyetir sendiri karena tidak pernah diperbolehkan Kur, sebab 
ketika masih bujangan dan di tahun-tahun pertama perkawianan kami, saya 
beberapa kali mengalami kecelakaan sepeda motor. Saya hanya perlu 
diantar jemput pakai mobil ke/dari setasiun Depok Lama. Dari setasiun 
Gambir ke Depdagri, saya lebih sering jalan kaki.
 
Walaupun berat badan saya sudah mulai normal karena makan lebih 
terkontrol, tak urung saya ingin juga mengikuti nasehat seorang teman 
agar mencoba terapi air, 1,5 liter setiap pagi, yang katanya bisa 
menyembuhkan darah tinggi, kecing manis dan seabreg penyakit lainnya. 
Dan dengan mantap, pada suatu pagi sebelum berangkat kerja, walaupun 
dengan agak susah payah, karena tenggorokan saya agak sempit, saya 
berhasil mengirim 1,5 liter ke dalam lambung saya.
 
Tapi, alaamaak, tanpa dinyana, tanpa diduga, ketika kereta yang saya 
tumpangi lewat setasiun Pondok Cina, sebagian dari air yang saya minum 
minta keluar dengan segera. Rupanya ada yang terlupa oleh saya. Seperti 
kebanyakan pria “aktif” seusia saya, saya mengalami pembesaran prostat, 
yang menyebabkan kandung kemih agak menyempit karena tertekan. Nah 
rupanya sebagian dari air yang saya tenggak sebelumnya yang dikirim oleh 
ginjal saya untuk dibuang sudah tidak tertampung lagi di sana.
 
Saya mulai panik,  karena di atas KRL tersebut WC hanya terdapat di 
bagian dan belakang KRL. Itupun khusus diperuntukkan untuk masinis, dan 
untuk ke sana bukan perkara mudah, karena terhalang penumpang yang 
berdiri. Lalu ke mana muka mau saya surukkan, kalau bendungan itu sampai 
jebol sebelum KRL sampai “berhenti dengan sempurna” di Gambir. Menarik 
rem darurat, urusan bisa menjadi lebih gawat. Bisa-bisa nama saya 
keesokan harinya masuk Koran dengan cara yang sangat tidak elegan. Dan 
saya JG tidak bisa membayangkan bagaimana saya turun dan lari 
terbirit-birit mencari tempat melepas hajat, disaksikan begitu banyak 
orang.
 
Akhirnya setelah hampir 15 menit “menderita”, saya sampai juga dengan 
selamat di setasiun Gambir. Tetapi apakah urusan selesai? Ternyata tidak.
 
Sebagian besar penumpang KRL turun di Setasiun Gambir. Artinya untuk 
mencapai WC Umum yang terletak di lantai bawah---peron  terletak di 
lantai 3---di tengah kerumunan orang yang berjalan lambat, diperlukan 
waktu sekitar 5 menit. Akhirnya---ya apa boleh buat---begitu kaki saya 
mennyentuh peron, sambil berjalan, keran mulai saya buka, cret, cret, 
cret meluncur melalui kaki celana, membasahi kaus kaki dan sepatu, 
kemudian meluncue ke lantai. Dalam kerumunan orang yang berjalan pelan 
tentu tidak ada yang memperhatikan saya, walaupun tentunya ada juga yang 
hidungnya terganggu oleh bau menyengat. Tetapi ketika sampai di lantai 
dua di mana kosentrasi kerumunan mulai pecah, saya mendengar suara samar 
di belakang, “Ni bapak ngompol kali ya?”
 
Tentu saja suara itu tidak saya perdulikan. Dengan setengah berlari saya 
turun ke WC Umum di lantai I, untuk menyelasaikan 

[EMAIL PROTECTED] [Fwd: potret keluarga mualaff]

2005-12-11 Terurut Topik Darwin Bahar
--- In [EMAIL PROTECTED], widia erlangga
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Subject: [Delta Siesta] H. Zacky, Potret Keluarga Miskin di Pinggiran
Jakarta


Tak kuasa kami menahan haru menyaksikan kondisi Sebuah rumah yang hampir roboh, 
dindingnya yang terbuat dari bata putih sudah 
berangsur condong, atapnya dari asbes bekas sudah porak poranda akibat terpaan 
angin ribut disertai hujan, yang melanda desa Bedahan 
Sawangan depok pada hari Rabu 30 November 2005. Rumah dengan bangunan seluas 50 
meter persegi dibangun di atas tanah seluas 50 
meter persegi itu dihuni oleh H. Zacky Tamam Muslim (57 tahun) bersama sang 
istri, Hindun (44 tahun) dan enam orang anaknya. Dalam 
rumah itu juga terdapat dua mantu serta dua cucunya. Berarti rumah yang nyaris 
roboh tersebut dihuni 3 keluarga dengan 12 jiwa. Mereka 
hidup tanpa listrik dan tidur beralaskan tikar, seluruh anggota keluarga lebih 
banyak berpuasa meski diluar bulan Ramadhan. 

H. Zakcy yang sebelumnya bernama Lucky Lucas Polhaupessy adalah seorang mualaf 
yang mengucapkan syahadat pada tahun 1995. Gelar Haji 
yang dimilikinya adalah hadiah dari Departemen Agama yang memberangkatkannya ke 
Tanah Suci pada tahun 1997. Keinginannya yang 
kuat untuk menimba ilmu dan wawasan keislaman salah satunya dilakukan dengan 
melakukan perjalanan Jihad Muhibah pada tahun 1999 
yaitu melakukan berjalan kaki ke seluruh wilayah Indonesia. 

Profesi H. Zacky adalah guru privat Bahasa Inggris dan pengrajin maket miniatur 
menara dari bahan bambu. Setelah krisis moneter tahun 
1998, usaha kerajinan tangan mulai suram apalagi setahun yang lalu sang istri 
menderita sakit stroke memerlukan biaya yang besar, 
sehingga modal usahanya terpakai untuk membiayai pengobatan istrinya. Demikian 
pula kegiatan mengajar sebagai guru privat juga 
sudah mulai berkurang karena biaya transportasi yang mahal akibat kenaikan BBM. 
Kini mobilitasnya jauh menurun, kalaupun mengajar, 
sang guru privat ini harus berjalan kaki dari Sawangan ke tempat ia mengajar, 
antara lain di Jakarta dan di Bogor. Untuk kembali 
menggerakkan roda ekonomi keluarga, H. Zacky sangat membutuhkan modal usaha. 
Sebenarnya usaha kerajinan membuat miniatur menara ini 
banyak pesanan dari beberapa pihak. Saat ini ada permintaan pembiatan miniature 
rumah adat dan menara yang belum terselesaikan 
akibat tidak adanya dana. 

Hindun, sang istri, pernah menjadi kepala dapur Pesantren Al-Awwabin yang 
berada di depan rumahnya. Namun setahun yang lalu ia tak lagi 
bekerja di pesantren tersebut karena penyakit stroke yang dideritanya. Kini 
Hindun lebih banyak di rumah dan tidak bisa 
melakukan kegiatan untuk menopang ekonomi keluarganya. Hingga hari ini, Hindun 
masih perlu perawatan intensif untuk penyakitnya itu. 
Namun, ketiadaan biaya membuatnya lebih banyak pasrah menerima nasib. 

Meski terhimpit ekonominya, namun untuk pendidikan anaknya, H. Zacky sangat 
memberi perhatian dan berharap kelak anaknya yang masih 
sekolah dapat membahagiakan orang tuanya di kemudian hari. Upaya ini terlihat 
dari anak ke tiganya yang masih duduk di bangku SMA kelas 
2, mendapatkan beasiswa karena prestasinya dan keahliannya melukis. Tidak 
selayaknya anak usia SMA yang lain, anak gadis H. Zacky ini 
juga harus berjuang untuk meringankan orang tuannya. Ia berangkat dan pergi ke 
sekolah dengan berjalan kaki yang jaraknya lebih dari 5 
kilometer. Setelah jam pelajaran sekolah usai, ia tidak langsung pulang, tetapi 
membantu membersihkan dan merapikan musholla yang 
berada di lingkungan sekolah. Oleh pengurus mushollah, ia diberi uang jajan dan 
untuk membeli peralatan sekolah. 

1 Desember 2005, di bawah terik matahari dengan berjalan kaki dari rumahnya, H. 
Zacky menuju kantor ACT yang berjarak lebih dari 25 Km. 
Lelaki itu berharap ada pihak yang dapat meringankan beban hidupnya. Di kantor 
ACT, ia diterima oleh staf komunikasi untuk selanjutnya 
berkas diteruskan ke ACT Rescue di bawah Divisi Program. Dari penuturan H. 
Zacky dan kesimpulan diskusi Divisi Program, berselang 
satu hari, Tim ACT Rescue meluncur menuju kediaman H. Zacky untuk melakukan 
verifikasi dan validasi data. Setelah melihat langsung 
kondisi rumah dan keluarganya, tak kuasa kami menahan air mata. Tak layak kami 
menyebut rumah itu sebagai tempat tinggal. Atapnya 
tinggal seperempat bagian, dindingnya nyaris roboh, lantaran pernah ditabrak 
mobil. Apabila hujan turun, semua anggota keluarga harus 
mengungsi sebab kamar dan ruang tamu banjir. Mengingat kondisi rumah yang sudah 
sangat tidak layak huni, yang sewaktu-waktu rumah 
tersebut roboh dan dapat mengakibatkan jatuhnya korban. Kadang saat hujan 
deras, mereka lebih memilih berbasah kuyup kedinginan karena 
khawatir rumah mereka roboh. 

Tim ACT Rescue segera merencanakan untuk melakukan tindakan emergency 
secepatnya. Yaitu membangun kembali bagian atap rumah dan 
memasang slope untuk memperkuat rangka penyangga atap. 3 Desember 2005, sepuluh 
anggota Tim ACT Rescue beraksi bergotong 
royong membangun atap rumah H. 

[EMAIL PROTECTED] Selamat Menenunaikan Ibadah Haji, Haji Mabrur itu Proses Seumur Hidup

2005-12-04 Terurut Topik Darwin Bahar
“Dan serulah manusia untuk melakukan haji. Mereka akan datang
kepadamu dengan bertelanjang-kaki atau dengan menunggang unta yang
sudah lemah dan mereka akan datang kepadamu dari setiap padang pasir
yang jauh letaknya”; Al Qur’an, 22:27


Dan seperti terekam dalam sejumlah hadis, ketika ditanyakan kepada 
Rasulullah mengenai Jihad Akbar, Nabi yang mulia itu menjawab, “haji 
mabrur”.

Pada waktu ini, sekitar 200.000 umat Islam Indonesia sedang bersiap-siap 
UTK berangkat ke Tanah Suci untuk memenuhi panggilan Nabi Ibrahim a.s. 
Kloter pertama Insya Allah akan diberangkatkan tanggal 8 bulan ini, dan 
semuanya tentunya berharap mendapat haji yang mabrur.

Belakangan ini banyak kritik dialamtkan terhadap ibadah haji dan 
pelaksanaan oleh Pemerintah cq Departemen Agama. Ada yang menuding bahwa 
yang dianggap sebagai pemborosan, utamanya pada saat babgsa ini sedang 
mengalami keterpurukan sosial sedangkan hasilnya terhadap perbaikan 
moral bangsa tidak tampak, sementara pelaksanaan oleh Departemen Agama 
sarat dengan korupsi.

Kalau melihat kenyataan yang tampak pada permukaan, kritik-kritik 
tersebut bukannya tidak berdasar, tetapi tentu saja bukannya tidak bisa 
dibantah, termasuk jika dikatakan sebagai “pemborosan”. Dalam banyak 
kasus berhaji malahan menjadi insentif bagi para petani dan pedagang 
untuk bekerja giat. Dan menjalankan perintah agama juga merupakan hak 
pribadi seseorang yang tidak saja dilindungi oleh konstitusi negara, 
tetapi juga merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati seperti 
yang dikemukakan dalam pasal 18 Declaration of the Human Rights.

Namun sikap yang terbaik tentunya tidak menjawab kritik-kritik tersebut 
secara verbal, tetapi menjadikannya sebagai cambuk agar setiap jemaah 
dapat melaksanakan ibadah hajinya dengan sebaik-baiknya dan berusaha 
sepulangnya berusaha untuk menjadi haji mabrur sampai di akhir hayat. 
Seorang yang hajinya mabrur pasti akan memberikan nilai tambah bagi 
lingkungannya, tidak sebaliknya.

Setibanya di Bandara King Abdul Azis, Jedah ketika saya dan isteri 
menunaikan ibadah haji pada musim haji tahun 2003 yang lalu, kepada 
setiap jemaah dibagikan buku kecil mengenai ibadah haji berbahasa 
Indonesia yang ditulis oleh Mufti Kerajaan Arab Saudi. Dalam buku 
tersebut antara lain dikemukakan, bahwa berdasarkan Al Qur'an dan Hadis 
Nabi SAW ada tiga syarat utama sahnya haji: Niatnya hanya karena Allah 
semata, dibiayai dengan rezeki yang halal, dan manasik tatacaranya harus 
sesuai dengan sunah Nabi SAW.

Jadi isu untuk masalah haji adalah di sini, bagaimana agar pelaksanaan 
ibadah haji memenuhi ketiga hal tersebut, terutama landasan yang pertama 
niat hanya karena Allah semata (….Berbekallah, dan sesungguhnya 
sebaik-baik bekal adalah taqwa, Dan bertaqwalah kepadaKu hai orang yang 
berakal; QS 2:197).

Implikasi dari niat haji karena Allah tersebut tentu saja bahwa 
ibadah-ibadah lainnya seperti shalat, puasa dan berzakat sudah dilakukan 
dengan genah.

Memahami manasik haji juga tidak kalah penting. Kalau anda bukan 
penghapal yang baik, jangan habiskan waktu anda untuk menghapal doa 
seperti yang tercantum dalam buku kecil bertali dari Depag tersebut. 
Hapal yang sangat-sangat pokok saja, seperti apa yang dibaca ketika 
bertawaf. Banyak hal yang lebih penting yang perlu diketahui para calhaj 
agar ibadah haji dapat terlaksana dengan baik. Ibadah haji, sebagaimana 
halnya iabadah-ibadah lainnya seperti shalat dan puasa sebenarnya bukan 
ibadah yang rumit. hanya sebagian manusia saja yang suka 
memperumit-rumitnya. Hal lain yang perlu diingat, tujuan ibadah pada 
dasrnya buat kebaikan manusia sendiri baik sebagai pribadi maupun 
kelompok. Jangan dibalik.

Buku Kecil yang saya sebut di atas juga mengemukakan dengan jelas pada 
ibadah haji mana yang wajib, mana yang sunnah dan mana yang bukan. Buku 
ini secara khusus menyoroti kebiasaan yang dilakukan sebagian jemaah 
haji, termasuk yang dari Indonesia, yaitu berumrah sunnah 
berkali-kali---yang tidak ada contohnya dari Nabi dan para 
sahabat-sahabat beliau---yang selain membuat tempat-tempat peribadatan 
jadi penuh sesak, juga bisa menyebabkan jemaah kecapekan dan jatuh sakit 
sehingga bisa mengganggu pelaksanaan rukun dan wajib hajinya sendiri.

Jemaah haji gelombang pertama ini akan langsung ke mudah yang pada saat 
musim dingin di Saudi seperti saat ini suhunya di malam hari bisa di 
bawah 0 derajat Celcius, yang bisa menyebabkan darah keluar dari hidung, 
jika tidak memakai pakaian yang sesuai serta tidak berhati-hati 
mengedalikan aktivitas di luar pemondokan atau masjid. Bahaya lain yang 
sering diabaikan ialah terik matahari di siang hari di kawasan yang 
kelembaban udaranya sangat rendah bisa menyebabkan jemaah mengalami 
dehidrasi kalau kuang mendapat asupan cairan. Minum yang banyak serta 
mengkonsumsi buah-buahan segar merupakan sesuatu yang tidak dapat 
ditawar-tawar.

Menjaga kesehatan dan keselamatan diri, harta benda dan “kehormatan” 
terutama bagi jemaah haji perempuan 

[EMAIL PROTECTED] Kumpulan Catatan Perjalanan Haji Bagi Yang Berminat

2005-12-04 Terurut Topik Darwin Bahar
Seperti diketahui, sepulangnya dari menunaikan ibadah haji bersama 
isteri pada musim haji 2003 yang lalu, saya menulis catatan perjalanan 
yang saya kirimkan sesejumlah mailing list, termasuk milis ini.

Bagi yang menginginginkan tulisan lengkap dalam file PDF dapat juga 
mendownlood pada homepage Super Koran Apakabar (Apakabar.ws), pada menu 
yang paling kanan: Kumpulan Tulisan dan dibawah
menu ini anda akan jumpai Darwin Bahar-Perjalanan Haji (URL: 
http://apakabar.ws/dbahar/db_perhaji.pdf)

atau

Pada File milis Wanita Muslimah : /Perjalanan/CatatanHaji (rev 7).pdf 
(URL 
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/files/Perjalanan/CatatanHaji%20%28rev%207%29.pdf)
 


atau

Kumpulan tulisan versi asli pada Situs Cimbuak (jika masih ada)

Tulisan tersebut terdiri dari 28 bagian yaitu:

1. Setelah Perasaan Letih Hilang
2. Prosesnya Nyaris Seperti Mimpi
3. Melintasi Miqat
4. Di Pemondokan, Bersiap-siap untuk Melaksanakan Umrah Haji
5. Air Mata Mulai Tidak Terbendung Setelah Kami Mulai Bertawaf
6. Shalat Pertama di Masjidil Haram
7. Terbaring Sakit, Keberangkatan ke Arafah Tinggal Lima Jam lagi
8. Di Arafah, Talbiah dari Tenda Sebelah
9. Kami Terus Mengamin-Aminkan, Tetapi tidak Menangis
10. Selamat Berjalan Kaki…..
11. Mana yang Orang Mana yang Onta Nich!
12. Bartahallul Kubra, Memungut Rambut Di Lantai Masjid
13. Berziarah Ke Tempat-Tempat Bersejarah, Menarik tetapi Membuat 
Kesehatan Kembali Merosot
14. Seperti Ruang Perawatan di RSCM Bagi Para Pasien Yang Tidak Mampu 
Membayar
15. Hari-Hari yang Hilang
16. Ya Allah, Kirimkanlah MalaikatMu…..
17. Melaksanakan Tawaf Wada dan “Misteri” Hajar Aswad
18. Menuju Madinah al Munawarah
19. Masjid Nabawi Di Madinah
20. Arbain Hari Pertama yang Sangat Berat
21. Mukjizat Al Qur’anul Karim
22. Allah Tidak Menghendaki Kesukaran, Tetapi Kemudahan
23. Ke Raudah, Pulangnya Nyeker
24. Setelah Saya kembali Menjadi “Saya”
25. Menangis Menyusuri Halaman Belakang dan Samping Masjid
26. Selamat Tinggal Madinah, Kota Nabi
27. Di Madinatul Hujjaj, Jedah
28. Tepat Jam 4.20 pagi, Boeing 747 Garuda Menjejakkan Rodanya di 
Landasan Pacu Bandara Soekarno-Hatta



--
Website: http://www.rantaunet.org
=
Berhenti, berhenti sementara dan konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
--
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=


Re: [EMAIL PROTECTED] Ibadah Itu Untuk Siapa Dan Untuk Apa? - Sebuah Catatan Kecil di

2005-11-06 Terurut Topik Darwin Bahar
Terima kasih atas tanggapannya. Alhamdulillah, saya tahu bahwa
beriktikaf selama 10 hari di akhir Ramadhan tersebut adalah sunnah
Nabi. Jadi kalau saya berbicara mengenai kecenderungan di sini adalah
kecenderungan yang positif, tidak yang lainnya.

Wassalam, Bandaro Kayo


--- In [EMAIL PROTECTED], Rasyid, Taufiq (taufiqr)
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 -Original Message-
 From: [EMAIL PROTECTED]
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Darwin Bahar
 Sent: Monday, November 07, 2005 10:46 AM
 To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [EMAIL PROTECTED] Ibadah Itu Untuk Siapa Dan Untuk Apa? - Sebuah
 Catatan Kecil di Penghujung Ramadhan
  
 Ramadhan memang bulan yang kondusif untuk beribadah. Selain memenuhi
 masjid untuk bertarawih, sekarang ada kecenderungan baru: banyak pula
 jemaah, termasuk dari kalangan terdidik berikttikaf semalam penuh di
 sejumlah masjid di beberapa hari terakhir, utamanya di malam ke 27.
  
 T
 Wassalam, Darwin
 Depok, 3 November 2005, menjelang pagi
  
 
 Kebetulan  saya ikut ber I'tikaf selama sepuluh malam terakhir dari
 Ramadhan tahun ini.
 
 Dasarnya saya mengikuti hal ini karena hal ini juga dilaksanakan Nabi
 dulunya dan sepeninggal Nabi, para istrinya juga melaksanakan hal itu.
 
 Selain itu juga dikarenakan adanya pembagian Ramadhan itu menjadi 10
 hari pertama, 10 hari sesudahnya dan sepuluh hari terakhir
 masing-masingnya. Dimana makin ke ujung diinformasikan bobot Ramadhan
 itu makin bertambah, walau kondisinya selama ini kalau makin keujung
 umat sudah disibukkan utk menyambut Idulfitri.
 
 Jadi disini kita bukan mengada-ada atau menambah-nambah ibadah, hanya
 melaksanakan   apa yang pernah dilaksanakan Nabi kita dulunya. Kalau
 kita mau dan mampu melaksanakannya, rasanya tidak ada masaalah.
 Mungkin yang lebih mengetahui hal ini bisa menambahkannya
 Terimakasih.-
 





Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting



[EMAIL PROTECTED] Salafisme Wasathiyyah

2005-10-13 Terurut Topik Darwin Bahar
Salafisme Wasathiyyah
 
Oleh : Azyumardi Azra
 
Republika, Kamis, 13 Oktober 2005
 
Berbicara dan berdialog dalam Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat 
Muhammadiyah 1426 H di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) 
pekan lalu (9/10), saya menemukan banyak hal menarik. Di antara kesan 
itu, yang pasti, ada kegelisahan, kekhawatiran, dan kecemasan di antara 
para peserta pengajian yang merupakan kalangan pimpinan Muhammadiyah 
pada tingkat nasional, wilayah/provinsi (PWM), dan organisasi otonom 
(ortom).
 
Sebagian kegelisahan dan kekhawatiran itu tidaklah baru; sudah lama 
menjadi wacana dan perdebatan di lingkungan Muhammadiyah sendiri, dan 
juga menjadi sorotan kalangan pengamat luar. Sebagian kegelisahan itu 
agaknya sudah ada sepanjang usia Muhammadiyah, yang kini berumur hampir 
satu abad, sejak masa kelahirannya pada 1912. Dan, Muktamar Muhammadiyah 
ke-45 yang baru usai tiga bulan lalu (3-8 Juli 2005), tampaknya belum 
mampu menepis kegundahan dan kekhawatiran itu, sehingga menjadi semacam 
burning issues di lingkungan pimpinan Muhammadiyah dalam berbagai 
tingkatannya.
 
Ada macam-macam kekhawatiran yang terungkap dari jamaah; mulai dari 
gejala memudarnya ideologi dan identitas Muhammadiyah, adanya fenomena 
radikalisme yang menyeret-nyeret kalangan anak muda Muhammadiyah sampai 
pada kecemasan bahwa Muhammadiyah hanya akan menjadi penonton di tengah 
perubahan yang begitu cepat pada tingkat nasional maupun global.
 
Diundang berbicara sebagai outsider, saya melihat perlunya perumusan 
kembali 'ideologi' --atau identitas paham keagamaan--Muhammadiyah, jika 
organisasi ini tetap ingin relevan di tengah berbagai perubahan zaman. 
Dari sudut sejarah pemikiran Islam, bagi saya 'ideologi' Muhammadiyah 
bercorak Salafiyah (Salafisme), yang pada intinya adalah kembali kepada 
Islam yang murni, yang belum tercemar --baik oleh tradisi budaya lokal 
ataupun oleh wacana doktrinal tertentu--yang ada pada masa Nabi Muhammad 
SAW dan para Sahabatnya, yang biasa juga disebut kaum Salaf.
 
Tetapi jelas, wacana dan gerakan Salafiyah jauh daripada tunggal dan 
monolitik. Hal ini bisa disimak dari pemikiran dan gerakan tokoh-tokoh 
yang biasa diasosiasikan sebagai pencetus dan perumus Salafisme, mulai 
dari Ibn Taymiyyah (1263-1328), Muhammad ibn Abd al-Wahhab (1703-1787), 
dan Muhammad Abduh (1849-1905). Pendekatan masing-masing pun berbeda 
dalam upaya mengajak kaum Muslim untuk kembali kepada Islam Salafi; Ibn 
Taymiyyah cenderung polemisis, Muhammad ibn Abd al-Wahhab suka memakai 
cara-cara kekerasan, dan Abduh senang dengan pendekatan rasional.
 
Lalu saya ditanya: Muhammadiyah ikut aliran Salafiyyah yang mana? Apa 
ikut orang-orang yang belakangan ini menyebut diri sendiri Salafi, yang 
berpakaian --yang katanya-- seperti pakaian Nabi Muhammad, makan dengan 
cara --yang konon-- seperti cara Nabi bersantap, dan seterusnya; mereka 
adalah orang-orang Salafi yang 'kembali' kepada zaman Nabi dan para 
Sahabatnya secara sangat simbolis dan harfiah.
 
Hemat saya, Salafisme Muhammadiyah jauh --dan seyogianya jauh-- dari 
model Salafiyah literal semacam itu. Salafisme Muhammadiyah sebenarnya 
telah memiliki distingsinya sendiri, yang tidak lagi persis model Ibn 
Taymiyyah atau Abduh, apalagi Abd al-Wahhab. Realitas historis dan 
sosio-religius Islam di nusantara pada gilirannya mempengaruhi corak 
Salafisme Muhammadiyah. Salafisme Muhammadiyah dalam istilah saya 
sendiri adalah Salafisme Wasathiyyah, Salafisme yang berada di 
tengah-tengah, Salafisme moderat.
 
Salafisme Wasathiyyah jelas berbeda dengan Salafisme Wahhabi, yang tidak 
hanya literal pada tingkat doktrin, tetapi juga radikal dalam praksis 
dan aksi. Sejarah Islam di Indonesia membuktikan, Salafisme Wahhabi yang 
radikal tidak pernah bisa menanamkan akarnya dan, bahkan istilah 
'Wahhabisme' menjadi semacam anathema bagi kaum Muslimin di kawasan ini.
 
Salafisme Washatiyyah ala Muhammadiyah jelas --dan seharusnya-- 
berkembang tidak literal. Dalam perspektif saya, literalisme bahkan 
tidak cocok dengan salah satu prinsip dasar Muhammadiyah, yaitu 
pengembangan ijtihad. Secara sederhana, ijtihad berarti mengerahkan 
segenap daya pikiran dan kekuatan intelektual untuk menghasilkan 
rumusan-rumusan 'baru' dalam berbagai bidang kehidupan; jelas tidak 
terbatas pada bidang fikih, tetapi juga dalam bidang sosial, budaya, 
pendidikan, politik, teknologi, seni, dan seterusnya.
 
Jika Muhammadiyah ingin tidak hanya menjadi 'penonton' di tengah 
perubahan yang begitu cepat dan far-reaching sekarang ini, maka 
revitalisasi ijtihad merupakan agenda mendesak. Tetapi jelas pula, 
revitalisasi ijtihad sangat tergantung pada Muhammadiyah sendiri untuk 
dapat memberikan ruang gerak kepada imajinasi, wacana, dan praksis 
kreatif kepada jamaahnya. Sikap reaksioner yang berlebihan hanyalah akan 
membelenggu; dan pada gilirannya ijtihad sulit teraktualisasikan.


Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti 

[EMAIL PROTECTED] Setinggi-tinggi Terbang Bangau...

2005-09-18 Terurut Topik Darwin Bahar
Undangan itu selalu di kirim ke rumah. Lebih dari lima tahun tidak 
pernah saya penuhi. Namun setelah “pensiun” sejak Pebruari lalu, sudah 
tiga bulan berturut-turut undangan pertemuan bulanan, arisan dan 
pengajian warga Ikatan Keluarga Minang (IKM) Blok VII, Depok Tengah bisa 
saya ikuti kembali.


Kegiatan tersebut sudah berlangsung tidak lama setelah Perumnas Depok 
Tengah mulai dihuni dalam tahun 1979, artinya sudah 25 tahun yang lalu. 
Pesertanya tidak sebanyak dulu, dan ada yang sudah dipanggil keharibaan 
Allah SWT terlebih dulu, dan ada pula yang sudah tidak aktif. Bahkan 
dulu ada warga non-keluarga Minang yang dengan setia mengikuti 
pertemuan/pengajian IKM Blok VII [*]. Baru sekitar 3 bulan yang lalu 
kami kehilangan Bpk H. Sutan Asarajo, yang bukan saja merupakan sesepuh 
warga Minang Blok VII, tetapi ketika beliau wafat, hampir seluruh warga 
RW IX Blok VII merasa kehilangan karena pensiunan PT Pos Indonesia itu 
seorang yang ringan tangan dan murah hati. Kalau ada warga yang 
meninggal dunia hampir semua beliau yang memandikan atau mengatur 
pemandiannya. Begitu pula kalau ada yang berkurban pada Hari Raya Idul 
Adha di rumah masing-masing, beliau pula yang sering diminta 
melakukannya. Dan semuanya beliau lakukan dengan ikhlas karena Allah 
semata.


Dulu kami juga punya Pak Adam seorang pensiunan TNI-AD, yang membaktikan 
dirinya dengan mengurus dan membersihkan masjid Istiqamah, yang ketika 
diperbesar, Alhamdulillah warga IKM Blok VII ikut pula berperan.


Dan tentu berkat kemurahan Allah jua, bahwa dalam rentang waktu yang 
sekian lama itu, sebahagian besar warga IKM Blok VII sudah dapat 
memenuhi panggilan Nabi Ibrahim a.s.


Salah satu kegiatan kegiatan IKM Blok VII yang dulu bagi saya sangat 
berkesan ialah shalat Taraweh bergilir dari rumah ke rumah. Walaupun 
kami mengambil yang 11 rakaat, tetapi biasanya selesainya lebih kudian 
dibandingan dengan Tarweh di masjid-masjid yang melaksanakan 23 rakkat 
karena Alhamdulillah kami melakukannya dengan lebih tartil. Dan setelah 
selesai shalat kami teruskan dengan tadarus satu juz satu malam, 
sehingga khatam pada akhir Ramadhan. Rasanya, nikmat banget. Malah pada 
dhahirnya, kegiatan itu yang menimbulkan kembali kecintaan saya kepada 
Al Qur'an. Dan itu saya rasakan benar hikmahnya ketika memenuhi 
panggilan Nabi Ibrahim a.s. dalam tahun 2003 yang lalu.


Seperti saya tulis dalam Catatan Perjalanan Haji di milis ini sekitar 2 
tahun lalu, sakit yang cukup berat saya derita setelah selesai 
melaksanakan Tawaf Ifadhah menyebabkan saya hampir kehilangan suara. 
Kondisi saya yang mulai agak membaik menjelang ziarah ke Medinah, 
kembali memburuk karena perjalanan yang cukup jauh dan berat dengan bus 
yang hampir semalam suntuk tersebut, sehingga saya mengalami kondisi 
yang sangat buruk pada hari pertama Arbain di Masjid Nabawi. 
Alhamdulillah dengan “memaksakan” membaca Al Qur'an setiap hari antara 
waktu-waktu shalat, suara dan kesehatan saya pulih dengan kecepatan yang 
tidak pernah saya duga sebelumnya.


Pada pertemuan tadi malam, Alhamdulillah, kami sepakat untuk melanjutkan 
kembali kegiatan Tarawih bergilir seperti biasa pada bulan suci Ramadhan 
yang tidak lama lagi akan menjelang, tentunya kalau Allah SWT masih 
memberi umur dan kesempatan.


Dan pada kesempatan ini pula saya mohon maaf yang sebesar-besarnya 
kepada segenap dunsanak di Palanta dan para jemaah Surau atau 
ketelongsongan kata dan ketidakpatutan sikap dalam berdiskusi.


Wabillahi taufiq wal hidayah.

Wassalam, St Bandaro Kayo (62+)

[*] Mengenai keikutsertaan warga non-minang dalam kegiatan IKM saya 
mempunyai kisah yang agak menarik. Sewaktu pertama kali ke Bali pada 
tahun 1991, supir taksi yang membawa saya dari Bandara Ngurah Rai 
seorang perempuan yang berasal dari Surabaya dan bersuamikan orang Bali 
yang berhasil dibawanya masuk Islam. Dia bercerita kepada saya bahwa dia 
hampir selalu mengikuti pertemuan IKM di sana karena selalu ada 
pengajian, yang tidak ada pada pertemuan panguyuban warga Surabaya 
karena tidak semuanya Islam.




Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting




[EMAIL PROTECTED] Lembing

2005-09-05 Terurut Topik Darwin Bahar

Catatan Pinggir Goenawan Mohamad

Tempo, 28/XXXIV/05 - 11 September 2005

Lima hari setelah Nurcholish Madjid meninggal, di sebuah masjid kecil di 
Jalan Talang di Jakarta, seorang khatib berbicara tentang sesuatu yang 
menakutkan: dengan sebuah otoritas yang ia kesankan melalui mihrab dan 
kata-kata Arab, ia mengucapkan sesuatu yang tak benar. Ia mengatakan 
bahwa wajah jenazah almarhum menghitam, kata sang pemberi khotbah ini, 
karena Nurcholish diazab Tuhan….


Saya tak tahu lagi apa peran sebuah khotbah. Saya tidak tahu apa peran 
dusta. Saya tidak tahu untuk apa fitnah terutama dari sebuah posisi, 
tempat ayat suci dikutip, pesan Rasulullah diulang, dan yang benar dan 
yang adil diimbaukan berabad-abad.


Yang terasa bagi saya, khotbah itu adalah sebuah onggokan sampah. Sampah 
itu bernama kebencian: buangan dari zaman ini. Salah satu ciri zaman 
ini: iman menemukan saat-saat guyah, penuh cemas, dan genting dan 
kebencian, biarpun berbau busuk adalah sebuah mantra untuk menemukan 
kekuat-an yang melenyapkan kerapuhan itu. Hidup di sebuah dunia yang 
tidak bisa mereka kendalikan, ada orang-orang yang merasa hanya patut 
beriman bila mereka tampil dengan wajah sengit. Marah terus-menerus 
kepada sekitar telah jadi semacam perisai, dan kata-kata telah jadi 
lembing. Chairil Anwar pernah menulis tentang para ahli agama dan 
lembing katanya.


Ketika kata menjadi lembing, hidup menjadi perang yang percuma. Lawan 
dalam pikiran, sengketa dalam pendapat, bentrok dalam keyakinan, adalah 
bagian dari ketegangan yang tak pernah dapat diselesaikan dalam hidup. 
Tuhan tak bermaksud membuat perbedaan tak pernah ada. Ketika kata 
menjadi lembing, apa yang bisa dirobohkan? Apa yang bisa dibinasakan? 
Bahkan sejarah dan dalam hal ini kita bisa berbicara tentang sejarah 
agama-agama adalah sejarah pembantaian yang tak menyebabkan satu pihak 
menjadi benar dan diterima di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa 
saja. Syiah dan Sunni tak bisa saling melenyapkan, Katolik dan Protestan 
tak kunjung mampu saling meyakinkan.


Setiap usaha untuk meyakinkan sebenarnya membutuhkan tidak adanya ilusi. 
Tidak ada paksaan dalam agama, demikian kata Quran: tidak ada 
kekerasan, dalam laku dan ucapan, yang akan dapat membuat keyakinan 
berubah. Kebenaran adalah hal yang selalu bergerak antara 
tertangkap-menangkap dan terlepas-melepas. Yang universal tampak
sebagai kaki langit yang bila digapai selalu menjauh tak henti-hentinya. 
Tiap konsensus mengandung ketidakbulatan. Manusia berpikir, berbicara, 
dan menafsir apa saja juga Sabda Tuhan senantiasa dalam waktu dan dalam 
cacat.


Bahwa tak ada pintu yang satu ke arah satu keyakinan agama pada akhirnya 
melahirkan kesadaran, bahwa tidak ada satu kepala yang bisa menentukan 
arah apa yang terbaik dari yang ada. Pemimpin dan khalifah berganti 
dengan atau tanpa dikecam. Bertahuntahun kemudian, setelah pengalaman 
yang lama, demokrasi datang sebagai cara mengatasi kekosongan itu. 
Demokrasi adalah hal yang tak bisa diingkari jika kita sadar akan 
kefanaan. Demokrasi sebab itu bagian dari ketegangan, tapi ia tidak akan 
bisa berjalan dengan kebencian, jika kebencian membuat yang nisbi 
menjadi seakan-akan mutlak, tak berubah dan kekal.


Ada banyak peninggalan kearifan Nurcholish Madjid untuk orang Indonesia, 
dan salah satunya adalah bagaimana memahami dan menghadapi 
ketidakkekalan. Ketika Golkar begitu dominan, ia memihak Partai 
Persatuan Pembangunan. Ketika di bawah Presiden Soeharto dan 
kekuasaannya pemilihan umum begitu kotor dan kasar, ia mendukung gagasan 
Komite Independen Pemantau Pemilu. Ketika pada tahun 1998 Soeharto 
akhirnya bertanya kepada sejumlah tokoh muslim tak lama sebelum ia turun 
takhta, Nurcholish juga yang mengatakan bahwa sang Presiden yang telah 
berkuasa sejak 1966 itu lebih baik turun. Yang berkuasa atau tidak, akan 
selalu bertemu dengan batas.


Ada hubungan yang tak selalu tampak antara kearifan tentang 
ketidakkekalan manusia dan toleransi kepada iman dan pendapat orang 
lain. Kesulitan para penganut agama ialah ketika mereka menduga bahwa 
ketidakkekalan mereka akan ditiadakan dengan ajaran yang kekal yang 
mereka anut. Yang mustahil dan yang mutlak memang sangat menggugah, tapi 
selalu ia di masa depan, dan masa depan juga tidak abadi. Nurcholish 
adalah guru tentang kerendahan hati.



Kerendahan hati adalah bagian terdalam dari hasrat berjabatan tangan. 
Kebencian selalu menjadi angkuh tetapi kali ini angkuh itu menjadi 
angkuh karena sebenarnya ada yang membuat ragu, cemas, dan rapuh. 
Kebencian yang mengerahkan fitnah adalah tanda putus asa, tapi sekalipun 
tanpa putus asa, ia tidak akan menyebabkan keyakinan-keyakinan berubah. 
Kekuatan sebuah firman tidak datang dari kata yang terhunus bagaikan 
lembing. Ya, Nurcholish adalah guru tentang kata-kata yang tidak 
menusuk, tidak berteriak.



Goenawan Mohamad


Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, 

[EMAIL PROTECTED] Nurcholish, Hari Baik untuk Mati

2005-09-05 Terurut Topik Darwin Bahar
Apa yang akan terjadi dengan Indonesia andai saja tak ada Nurcholish 
Madjid?


Sju'bah Asa

Tempo, 28/XXXIV/05 - 11 September 2005

Wallahu a'lam. Itu pertanyaan untung-untungan. Mungkin juga kita akan 
menjadi seperti di beberapa negara Timur Tengah, yang pertentangannya di 
antara golongan politik Islam dan sekuler demikian tajam. Di Indonesia, 
saya pikir, Nurcholish sudah menjadi pembuat jalan lebar di tengah, 
meski hal itu bisa tak disengaja. Memang, bukan maksud Ketua Umum 
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu waktu itu, ketika ia memulai kampanye 
pembaruan pemikiran keagamaannya di awal 1970 untuk menetralkan 
kalangan penguasa dari kemungkinan menjadi ekstrem terhadap kalangan 
Islam seperti di sebagian negara-negara Arab itu.


Kalangan Islam itu khususnya para bekas Masjumi, dulu. Mereka, seperti 
dikatakan Nurcholish, tidak tanggap untuk dengan segera mendukung 
pemerintahan Orde Baru. Yang kami harapkan dulu (di tahun 1966) 
pimpinan bekas Masjumi itu tidak lagi bicara soal rehabilitasi Masjumi 
(kepada orang-orang Soeharto), tapi membentuk saja partai baru dan 
segera menyatakan sikap mendukung 100% kepemimpinan Pak Harto, katanya 
kepada Tempo di bulan Agustus 1971.


Tentu, ekstremitas teoretis bisa terjadi bila pihak Islam tetap keukeuh 
pada pendirian mereka, sementara para pemain politik di luar Islam terus 
saja memelihara citra bahaya negara Islam sepeninggal Masjumi. Tak 
perlu dipertimbangkan benar apakah kesadaran seperti itu berada di 
kalangan para mantan tokoh Masjumi, yang dikenal sebagai para demokrat 
sejati, ataukah di seberangnya. Tetapi bila, dalam ajakannya kepada 
desakralisasi dan sekularisasi, Nurcholish menginginkan pembersihan 
agama dari semua yang tidak sakral dan bukan sejatinya bagian dari 
agama, seperti partai atau lembaga, yang dimaksudkannya adalah Masjumi.


Pihak yang ditembak paham benar akan serangan itu yang datang dari 
eksponen yang, sangat menyedihkan, sebenarnya menjadi tumpuan harapan 
mereka dan untuk kualitasnya dia dijuluki Natsir Muda. Faktor psikologis 
seperti itu, jangan diingkari, bisa lebih atau tak kurang penting 
sebagai batu pemisah silaturahim (antara Nurcholish dan keluarga 
Masjumi) daripada masalah isi kampanye si pemimpin muda. Itu memang 
momen-momen yang sangat menekan, dan banyak meminta

pengorbanan perasaan, masa-masa awal 1970-an itu.

Baik saya tuliskan bahwa Mas Sudjoko Prasodjo, almarhum, senior 
Nurcholish di HMI dan ayahanda sosiolog Imam Prasodjo, menceritakan 
kepada saya bahwa dekat sebelum masa-masa yang genting itu, kegelisahan 
luar biasa yang melanda Nurcholish sampai-sampai membawanya melakukan 
ziarah ke beberapa makam. Seorang kawan, saya lupa, menambahkan bahwa 
kegelisahan yang kurang lebih sama dulu membuat Muhammad Abduh, reformis 
besar Mesir, sebentar menjadi ateis. Mas Djoko kemudian menasihati 
Nurcholish untuk ke luar negeri, belajar sosiologi. Sementara itu, KH 
Saifuddin Zuhri, almarhum, dari NU, menuturkan kepada saya bahwa di masa 
itu Nurcholish sering datang dan mengadu, sementara Saifuddin 
menyaraninya untuk memperhalus sikap kepada orang-orang tua. Itulah 
transformasi itu.


Memang, bukan maksud Nurcholish waktu itu untuk menyelamatkan umat
dari kemungkinan ekstremisasi di kalangan penguasa yang menjadi sekuler, 
yang bisa saja kita bayangkan terjadi, umpama bila kalangan muslimin 
semakin keras dalam zealot. Sebagian dari negeri-negeri Timur Tengah 
kurang lebih punya situasi begitu, dan kita juga bukan tidak pernah, 
lho, menghadapi keadaan yang hampir sama.


Saya pikir, Nurcholish, dengan kampanyenya, sudah menjadi bagian yang 
penting sekali (ingatlah organisasi HMI yang besar, dengan pengaruhnya 
sampai saat-saat peralihan itu) dari pembangunan gelombang besar 
masyarakat moderat yang baru, yang bisa turut menyingkirkan kemungkinan 
bangkitnya situasi runcing saling berhadapan. Dan itu memang sebagiannya 
bisa dianggap, begitulah kalau Anda mau, buah dari usaha sekularisasi, 
meskipun agak dilebih-lebihkan.


Lagi pula, tentang sekularisasi ini ada yang bisa dituturkan sebagai 
riwayat. Waktu saya menggarap tulisan pertama di Tempo tentang 
Nurcholish, 56 hari setelah majalah ini terbit pertama kali (1 Mei 
1971), saya sudah melihatnya sebagai kata kunci dalam dakwah tokoh muda 
yang sudah beberapa tahun sebelumnya saya kenal di Yogya ini. Tapi 
pengertiannya tidaklah selalu jelas. Benar bahwa Nurcholish mengemukakan 
tetapnya pertalian negara dan agama, tetapi (hanya) secara individual, 
di dalam pribadi. Agamalah yang membentuk pribadi itu.


Itulah sebabnya, baik Abdul Qadir Djailani, sekarang anggota DPR maupun 
Ahmad Azhar Basyir (almarhum) dari Muhammadiyah, tegas-tegas menolak. 
Lebih keras lagi penolakan dari Prof Rasjidi. Tetapi, pada kesempatan 
lain, Nurcholish juga mengatakan, Dengan sekularisasi tidaklah 
dimaksudkan penerapan sekularisme dan merobah (mengubah Red.) kaum 
muslimin menjadi kaum sekularis. Tetapi dimaksudkan untuk menduniawikan 
nilai-nilai yang sudah 

[EMAIL PROTECTED] Menyongsong kebesaran Islam di Amerika

2005-09-04 Terurut Topik Darwin Bahar

Judul : Islam Di Amerika
Penulis : Jane I. Smith
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Tebal : 356

Publik AS yang sebelumnya menafikan agama mulai kembali ke agama untuk 
mencari sandaran rohani. Hasilnya gereja, sinagoga, masjid, kuil dan 
rumah ibadat yang sebelumnya kosong melompong kembali dipenuhi hati 
orang yang hampa.


Jika disederhanakan negara Amerika Serikat sejatinya sejak awal berdiri 
merupakan negara yang terbentuk oleh berbagai pertemuan entitas bangsa 
pendatang dan penduduk asli Indian.


Sebagai sebuah kesatuan jiwa, setiap entitas masih membawa berbagai 
keyakinan, norma, budaya yang berbeda-beda. Untuk menyatukannya-bahkan 
hingga kini-diperlukan banyak kebodohan, kearifan dan kecerdasan untuk 
terus membentuk sebuah bangsa bernama Amerika.


Proses itu berjalan terus tanpa akhir. Tak jarang perbedaan diselesaikan 
dengan jalan dialog namun sering pula harus melalui kerikil tajam 
kekerasan hingga pertumpahan darah.


Tetapi sejak dibentuknya bangsa bernama Amerika, faunding father Amerika 
mengguratkan kata pemersatu yang bermakna tegas, E Pluribus Unum yang 
berarti Satu dari Banyak.


Satu yang pasti, kata pemersatu itu tidak berarti dari banyak agama 
menjadi satu agama, sebab E Pluribus Unum masih terikat dengan kearifan 
In God We Trust atau Kepada Tuhan Kami Percaya.


Sementara itu di saat bersamaan sejak akhir abad ke 20, kecenderungan 
sekularisme di kalangan Kristen mulai muncul yang berujung dibangunnya 
sekat pemisah yang jelas antara agama dan ranah publik.


Sebaliknya terjadi anomali di era 1980-an. Muncul konservatisme, 
literalisme bahkan fundamentalisme di kalangan Protestan dan Islam. 
Puncaknya mungkin tercermin pada hasil survei Internasional Social 
Survey Program 1991.


Diantara 42 negara besar, AS menempati posisi kelima sebagai negara yang 
paling religius. Gelombang ini terus berlanjut di era 1990-an usai 
peledakan Gedung Federal Alfred P. Murrah di Oklahoma City yang 
menewaskan 168.


Peristiwa ini merupakan picu bagi dimulainya perhatian yang besar kepada 
Islam yang dituding sebagai dalang dibalik peristiwa berdarah itu. 
Padahal pelakunya, Timothy McVeigh, veteran Perang Teluk yang Kristen.


Perhatian dalam bentuk keras itu makin memuncak usai serangan gedung 
kembar WTC oleh simpatisan teroris Al Qaeda yang berujung penyerbuan ke 
Afganistan dan Irak.


Dan Islam sebagai salah satu agama yang berkembang paling cepat di AS 
lalu mulai dipelajari. Buku-buku tentang Islam bak kacang goreng laris 
manis dan pluralisme mulai mengumandang.


Islam yang sebelumnya terpojok di sudut kehidupan mulai dicari-cari 
wajahnya. Hasilnya mengejutkan. Secara statistik diperkirakan lima tahun 
dari sekarang jumlah penduduk Muslim AS akan melampui jumlah kaum 
Yahudi, dan menjadikan Islam agama terbesar nomor dua di negara itu 
setelah agama Kristen.


Gambaran keagamaan

Dua buku perkembangan Islam dan keagamaan di Amerika yang peluncurannya 
dilakukan oleh Kedubes AS masing-masing berjudul, Islam Di Amerika karya 
Jane I. Smith dan Amerika Baru Yang Religius karya Diana L. Eck semakin 
memberikan gambaran jelas arah keagamaan AS.


Alwi Shihab dalam pengantar karya Jane secara tegas menuturkan kemampuan 
buku ini untuk meyakinkan khalayak bahwa Islam akan menjadi agama 
terbesar kedua setelah Kristen di AS.


Sebagai sebuah agama, Islam hadir di Amerika dibawa pertama kali oleh 
kelompok-kelompok muslim yang datang dalam jumlah besar berasal dari 
Afrika Barat antara 1530 sampai 1851 karena adanya perdagangan budak.


Sejarah makin mengejutkan jika sempat menyimak Ivan Van Sertima, T.B. 
Irving dan Adib Rashad dalam Dalam Islam, Nationalism, and Slavery 
disebutkan kaum Muslim berkulit hitam datang ke Benua Amerika 180 tahun 
sebelum Columbus.


Kenyataan ini juga dimuat dalam Slave Religion karya Albert Raboteau 
yang menyebutkan banyak imigram Muslim berusaha membawa Islam kepada 
kaum kulit hitam Amerika setelah perang saudara.


Selanjutnya pada awal abad ke-20 mereka datang dari Libanon, Suriah dan 
negara-negara lain di seluruh Kekhalifahan Otsman (sekarang Turki). 
Berlanjut pada gelombang imigran pasca perang Dunia II atau periode 
1960-an dan 1970-an.


Hak sipil

Gelombang imigrasi itu buah disahkannya undang-undang imigrasi oleh 
Presiden Lyndon Baines Johnson yang berisi semangat Kebijakan Hak-Hak 
Sipil yang dikeluarkan tahun 1964, hasil kerja keras Presiden John F. 
Kennedy dan Jaksa Agung, Robert Kennedy.


Hampir mirip dengan karya Albert, Jane secara mengejutkan menampilkan 
kenyataan bahwa motor penyebaran agama Islam di AS adalah sekte 
terlarang Ahmadiyah yang masuk ke AS sejak 1921 dan bergerak di Chicago 
dengan penerbitan bernama Muslim Sunrise.


Selanjutnya Syekh Al-haj Dooud Ahmet Faisal yang berlatar belakang 
Karibia dan Maroko mendirikan Pusat Dakwah Islam Amerika pada 1928 di 
State St. 143, Brooklyn.


Tak dapat dilupakan tentu saja Elijah Muhammad, pemimpin Nation of Islam 
yang kontroversial dan mengangkat Malcolm X sebagai juru 

[EMAIL PROTECTED] Re: [RantauNet] Re: Ahmad Syafii Maarif: Cak Nur

2005-08-31 Terurut Topik Darwin Bahar
Imam Syafei umur 7 tahun sudah hapal Al Qur'an, umur sebelas tahun sudah 
hapal ribuan hadis berkata: “Pendapat saya benar, tapi mungkin saja 
salah, pendapat orang lain salah, tetapi bisa saja benar.”


Begitulah orang-orang yang benar berilmu tinggi, begitulah orang-orang 
yang sadar bahwa kebenaran mutlak hanya ada pada Allah.


Orang-orang yang merasa hanya pendapatnya yang benar dan tidak bersedia 
menerima pendapat yang berbeda itu biasanya umurnya baru setampuk 
jagung, darahnya baru setampuk pinang. Seperti katak dalam tempurung.


Yang suka kekerasan itu orang-orang yang hatinya sudah rusak. Walaupun 
mengaku Islam, mereka itu pengikut setan, bukan pengikut Rasulullah. 
Rasulullah jangankan kepada manusia, kepada hewan pun beliau berlaku 
lembut.


Wassalam, Bandaro Kayo


  Date: Wed, 31 Aug 2005 16:18:48 +0700
  From: Ahmad Ridha [EMAIL PROTECTED]
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Ahmad Syafii Maarif: Cak Nur

Darwin Bahar writes: 

 

Saya kutip: 

Perkara orang belum tentu setuju dengan hujah-hujahnya, adalah lumrah 
belaka. Bukankah tafsiran menusia terhadap wahyu yang mengandung kebenaran 
mutlak tidak pernah benar mutlak semutlak wahyu itu sendiri? Oleh sebab 
itu, jika ada orang yang memonopoli kebenaran dengan jalan memasung hak 
orang lain untuk berpendapat berbeda, sebenarnya (secara tidak sengaja 
atau gegabah?) telah mengambil alih otoritas Tuhan sebagai Sumber 
Kebenaran Mutlak. Cara berpikir semacam ini sangat berbahaya dan dapat 
meluluhlantakkan persaudaraan antarmanusia. 

   



Pendapat di atas adalah hujjah yang membantah dirinya sendiri. Bukankah 
berarti tidak boleh menyalahkan orang yang memaksakan suatu paham ke orang 
lain? Bukankah orang yang berpendapat di atas melarang seseorang menyalahkan 
orang lain? Berarti memaksakan pendapatnya juga dong (melarang kan sama 
dengan meyalahkan). 

Saya setuju bahwa tidak boleh seorang manusia selain Rasulullah Shallallahu 
'alaihi wa Sallam menetapkan bahwa kebenaran hanyalah yang datang dari 
dirinya. Akan tetapi itu tidak berarti bahwa semua pemahaman harus diterima 
dan dibiarkan. 

BTW, bukankah telah banyak contoh dari generasi awal yang dikemukakan? 
Bukankah mereka begitu keras terhadap orang-orang yang pemahamannya 
'nyeleneh'? Apakah mereka termasuk yang mengambil otoritas Tuhan? 

Wassalaamu 'alaikum, 


---
Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1980 M/1400 H) 

 





Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting




[EMAIL PROTECTED] Ahmad Syafii Maarif: Preman Berjubah

2005-08-31 Terurut Topik Darwin Bahar

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 09 Agustus 2005

http://republika.co.id/kolom_detail.asp?id=208657kat_id=19

Pada saat tersiar berita bahwa saya dan teman-teman dari lintas agama 
mau bertemu dengan Presiden Bush pada 22 Oktober 2003 di Bali, dalam 
masyarakat telah terjadi polarisasi penilaian. Ada yang menuduh bahwa 
kami akan menjadi corong Bush, tetapi ada pula yang menilainya positif.


Jawaban saya waktu itu adalah: Mana yang lebih kesatria, berhadapan 
langsung dengan musuh atau mengepalkan tinju dari balik gunung? Setelah 
apa yang kami sampaikan yang kemudian disiarkan media massa, barulah 
kelompok yang skeptik paham bahwa kami yang memilih opsi pertama berada 
di jalan yang benar. Pada waktu saya bacakan pernyataan yang sudah 
disiapkan, Bush mendengar dengan baik, sekalipun menghantam politik 
imperialistiknya.


Bagi saya pertemuan semacam itu penting, sebab kita punya kesempatan 
emas untuk menyampaikan apa yang terasa secara sopan tetapi tajam. Tidak 
seperti cara-cara sementara pihak yang menyerbu suatu tempat yang mereka 
nilai berbahaya bagi Islam seperti yang mereka pahami. Ada pula fatwa 
MUI yang dijadikan dasar. Cara semacam ini adalah cara preman yang 
berjubah, jauh dari sifat seorang ksatria. Kelompok inilah yang saya 
kategorikan sebagai mereka yang berani mati, tetapi tidak berani hidup, 
karena mereka tidak punya sesuatu, kecuali kekerasan, untuk ditawarkan 
bagi kepentingan kemanusiaan.


Di otak belakang mereka sudah lama menggebu syahwat ingin berkuasa 
melalui cara-cara yang tidak beradab dan antidemokrasi. Mereka tidak 
segan-segan membajak Tuhan untuk meraih kekuasaan itu di balik 
dalil-dalil agama yang digunakan. Dan tidak jarang mereka dengan mudah 
dijadikan mangsa oleh pihak tertentu dengan diberi upah materi. 
Cara-cara almarhum Ali Moertopo menjinakkan bekas-bekas anggota DI 
adalah di antara contoh yang masih segar dalam ingatan kita. Cara itu 
pasti berulang, apalagi masyarakat kita sekarang sangat labil karena 
serba ketidakpastian menghadang masa depan.


Sudah berapa kali saya lontarkan bahwa ujung sekularisme dan 
fundamentalisme hampir setali tiga uang. Sekularisme mengusir Tuhan dari 
lingkungan manusia karena dianggap sudah mati, sebagaimana Nietzsche 
pernah mengatakan, sementara fundamentalisme membajak Tuhan untuk 
kepentingan kekuasaan. Bedanya, sekularisme memberhalakan manusia dalam 
mencapai tujuannya yang serba duniawi, fundamentalisme berlindung di 
belakang jargon-jargon religius untuk membunuh peradaban. Rezim Taliban 
di Afghanistan adalah contoh yang dekat dengan masa kita yang ingin 
memutar jarum jam ke belakang. Mereka ingin membangun sebuah dunia 
cita-cita yang akal sehat tidak dapat memahaminya. Perempuan misalnya 
tidak perlu sekolah dan harus tinggal di rumah.


Kesalahan fatal Amerika dan sekutunya adalah melakukan invasi ke negeri 
ini, sebuah tindakan biadab yang berlawanan dengan hukum internasional 
dan prinsip-prinsip demokrasi. Tindakan serupa juga kemudian dilakukan 
di Irak dengan dalih adanya senjata pemusnah massal, tetapi ternyata 
bohong belaka. Bahwa, Saddam Hussein kejam terhadap lawan-lawan 
politiknya, sudah diketahui umum. Tetapi, apa hak negara lain untuk 
menghukumnya? Doktrin pre-emptive strike (pukul dulu) berlawanan secara 
diametral dengan etika dan hukum internasional. Tetapi, etika dan hukum 
itu sudah tidak diabaikan oleh negara-negara kuat tetapi mengklaim 
sebagai benteng demokrasi. Sebuah kebohongan publik mereka bungkus 
dengan cara-cara manis, tetapi penuh bisa yang mematikan.


Konstelasi politik global sekarang memang sangat pelik dan melelahkan, 
sementara dunia Islam seperti tidak mengerti apa yang harus dikerjakan. 
Suasana serba tidak menentu ini menjadi salah satu sebab mengapa 
kekuatan-kekuatan radikal mendapat lahan subur untuk melancarkan 
aksinya, apakah itu melalui teror, dan tidak jarang pula berlindung di 
balik dalil-dalil agama. Pesan Alquran sebagai rahmat bagi alam semesta 
telah lama dicampakkan entah ke mana. Tragis memang. Tetapi, inilah 
realitas getir yang harus dihadapi dengan sabar tetapi cerdas, sambil 
bekerja keras mencari solusi.


Kemanusiaan tidak akan bisa tahan lama berada dalam lingkungan global 
yang serba hipokrit ini. Oleh sebab itu, kita yang masih siuman tidak 
boleh kehilangan perspektif dalam keadaan yang bagaimanapun. Akal sehat 
jangan dibiarkan mati dengan meniru cara-cara radikal dan senang dengan 
serba kekerasan yang risikonya hanya tunggal: menghancurkan peradaban 
dan diri sendiri, lambat atau cepat. Ya Allah, tunjukilah kami jalan-Mu 
yang benar dan lurus, jalan yang Engkau ridhai, bukan jalan yang Engkau 
benci, dan bukan pula jalan yang sesat. Tanpa petunjuk-Mu ya Allah, kami 
tentu akan bertualang tanpa arah, tidak tahu lagi ke mana langkah ini 
harus diayunkan. Amin!


(Ahmad Syafii Maarif )


Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, 

[EMAIL PROTECTED] Ahmad Syafii Maarif: Cak Nur

2005-08-30 Terurut Topik Darwin Bahar

Saya kutip:

Perkara orang belum tentu setuju dengan hujah-hujahnya, adalah lumrah 
belaka. Bukankah tafsiran menusia terhadap wahyu yang mengandung 
kebenaran mutlak tidak pernah benar mutlak semutlak wahyu itu sendiri? 
Oleh sebab itu, jika ada orang yang memonopoli kebenaran dengan jalan 
memasung hak orang lain untuk berpendapat berbeda, sebenarnya (secara 
tidak sengaja atau gegabah?) telah mengambil alih otoritas Tuhan sebagai 
Sumber Kebenaran Mutlak. Cara berpikir semacam ini sangat berbahaya dan 
dapat meluluhlantakkan persaudaraan antarmanusia.


Wassalam, Darwin

=

Cak Nur

Oleh: Ahmad Syafii Maarif

Republika, Selasa, 30 Agustus 2005

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=211544kat_id=19

Cak Nur (Prof Dr Nurcholish Madjid) adalah cendekiawan dan penulis 
Indonesia yang sangat produktif sebelum mengalami pencangkokan hati di 
Cina, kemudian dirawat di Singapura dan di Jakarta selama beberapa 
bulan. Kondisi kesehatannya memburuk dan ia akhirnya wafat kemarin.


Sewaktu dirawat di Singapura dan di RS Pondok Indah, sudah banyak sekali 
orang penting dan para sahabat menjenguknya demi menunjukkan simpati dan 
empati yang amat dalam terhadap Cak Nur. Sewaktu saya dan istri 
mengunjunginya di RS NUH (National University Hospital), Singapura, 
beberapa bulan yang lalu, Cak Nur baru saja keluar dari ICU dalam 
keadaan lemah sekali, tetapi dapat berkomunikasi melalui tulisan 
Arab-Melayu yang tidak mudah saya baca. Kami hanya trenyuh dan tertunduk 
hormat sambil berdoa untuk kesembuhannya.


Sebagai sahabat yang pernah bergaul selama lebih empat tahun di Chicago 
dan mengaji Alquran pada Fazlur Rahman di kediamannya, sekitar 45 mil 
dari kota itu, saya sampai batas-batas yang agak jauh telah mengenal Cak 
Nur dari jarak yang dekat. Ketika berbicara, pembawaannya lembut, sopan, 
serta mengeluarkan pendapat melalui argumen yang kuat dan teratur.


Perkara orang belum tentu setuju dengan hujah-hujahnya, adalah lumrah 
belaka. Bukankah tafsiran menusia terhadap wahyu yang mengandung 
kebenaran mutlak tidak pernah benar mutlak semutlak wahyu itu sendiri? 
Oleh sebab itu, jika ada orang yang memonopoli kebenaran dengan jalan 
memasung hak orang lain untuk berpendapat berbeda, sebenarnya (secara 
tidak sengaja atau gegabah?) telah mengambil alih otoritas Tuhan sebagai 
Sumber Kebenaran Mutlak. Cara berpikir semacam ini sangat berbahaya dan 
dapat meluluhlantakkan persaudaraan antarmanusia.


Dengan sedikit wacana ini, saya akan langsung memasuki topik utama 
Resonansi ini yang sumbernya dari saksi mata langsung dan otentik. 
Demikianlah pada 26 Juli 2005, antara pukul 16.30 dan 17.30, beberapa 
orang mendatangi Cak Nur di rumahnya, sementara Cak Nur sendiri belum 
pulih kesehatannya, masih lemah. Menyaksikan kondisi fisiknya, 
semestinya meluluhkan perasaan mereka yang berhati nurani.


Rombongan ini mengaku membawa pesan Abu Bakar Ba'asyir untuk Cak Nur. 
Sumber pertama merekamkan: “Apakah pikiran Cak Nur masih?” Cak Nur 
menjawab, “Saya masih tidak bingung.” Setelah basa-basi, salah seorang 
bilang menyampaikan salam Ustadz Ba'asyir, dan bahwa beliau bertanya, 
dalam buku Fiqh Lintas Agama ada nama Cak Nur dan berpendapat semua 
agama sama. Cak Nur menjawab, “Saya tidak berpendapat semua agama sama.”


“Ada tertulis kawin antaragama boleh. Ustadz Ba'asyir minta Cak Nur 
menarik pendapat itu.” Seorang lagi mengulangi pesan Ba'asyir, “Itu 
pendapat salah, minta Cak Nur mencabut pendapat agama sama dan boleh
kawin antaragama. Bagaimana pendapat Cak Nur?” Cak Nur menjawab, “Saya 
tidak dalam kondisi untuk menjawab.” (Ini informasi via SMS yang saya 
terima pukul 22.35, pada 14 Agustus 2005).


Hampir serupa dengan yang pertama, sumber kedua antara lain merekamkan: 
“Yang mereka sampaikan adalah (katanya) amanat dari Ustadz Abu Bakar 
Ba'asyir dan M Thalib (dengan asumsi Cak Nur sudah sehat) tentang tiga 
hal yang ada dalam buku Fiqh Lintas Agama.” (SMS pukul 06.44, pada 15 
Agustus 2005).


Saya tidak berminat mempersoalkan isi dialog itu. Sekiranya Cak Nur 
sehat, dia akan bisa menjawab berjam-jam semua pertanyaan yang diajukan 
itu. Yang menjadi keprihatinan saya adalah adab orang menjenguk si 
sakit. Apakah dalam batas kesopanan Cak Nur diguyur dengan 
pertanyaan-pertanyaan serupa itu dalam kondisi fisik yang mengundang 
rasa iba itu?


Rombongan itu 'kan menyaksikan sendiri keadaan Cak Nur dari jarak yang 
sangat dekat. Mengapa sampai hati “meneror”-nya dengan berlindung di 
balik amanah Ba'asyir? Saya sungguh gagal memahami cara orang membawakan 
pesan agama demikian kasar. Sepengetahuan saya, Ba'asyir bukanlah tipe 
manusia garang yang suka memaksa-maksa orang lain. Sewaktu saya dan 
istri menjenguknya di RS PKU Solo pada waktu yang lalu, dia memeluk saya 
dan mohon doa. Tetapi, mengapa mereka yang menyebut diri pengikutnya 
seperti tak terkendali, khususnya sewaktu mengunjungi Cak Nur?


Pesan saya sebagai orang tua yang sudah berusia di 

[EMAIL PROTECTED] Peraturan Boss

2005-08-23 Terurut Topik Darwin Bahar
Bagi Anda para boss, yang ingin melanggengkan kedudukan anda sebagai 
boss, perlu sekali memperhatikan tips di bawah ini yang harus anda 
tekankan kepada bawahan anda supaya dihayati.


PERATURAN BOSS:

Nomor 1: Boss selalu benar;
Nomor 2: Apabila boss melakukan kesalahan. Baca aturan Nomor 1.

Bila boss bersikukuh dengan pendapatnya, itu artinya beliau konsisten;
Bila staf bersikukuh pada pendapatnya, itu artinya dia keras kepala, 
kepala batu!


Bila boss berubah-ubah pendapatnya, itu berarti beliau fleksibel;
Bila staf berubah-ubah pendapatnya, itu berarti dia plin-plan! Tidak punya
pendirian!

Bila boss bekerja lambat, itu artinya beliau teliti;
Bila staf bekerja lambat, itu artinya dia tidak perform!

Bila boss bekerja cepat, itu artinya beliau smart
Bila staf bekerja cepat, itu artinya dia terlalu terburu-buru!

Bila boss lambat dlm mengambil keputusan, itu artinya beliau berhati-hati;
Bila staf lambat dlm mengambil keputusan, itu artinya dia telmi !

Bila boss cepat mengambil keputusan, itu artinya beliau berani mengambil
risiko;
Bila staf cepat mengambil keputusan, itu artinya dia gegabah! Ceroboh!

Bila boss meng-by-pass prosedur, itu artinya beliau
proaktif-inovatif-kreatif;
Bila staf meng-by-pass prosedur, itu artinya dia melanggar aturan!

Bila boss curiga terhadap mitra bisnis, itu artinya beliau waspada.
Bila staf curiga terhadap mitra bisnis, itu artinya dia negative-thinking!
Paranoid!

Bila boss mengatakan Sulit, itu artinya beliau predektif-antisipatif;
Bila staf mengatakan: Sulit, artinya dia pesimistik!

Bila boss mengatakan: Mudah, itu artinya beliau optimis;
Bila staf mengatakan: Mudah, itu artinya dia meremehkan masalah!

Bila bos sering keluar kantor, itu artinya beliau rajin ke customer, 
rajin dan sibuk;

Bila staf sering keluar kantor, itu artinya dia sering keluyuran!

Bila bos sering entertain, itu artinya beliau rajin meng-lobby customer;
Bila staf sering entertain, itu artinya dia menghamburkan anggaran!

Bila bos tidak pernah entertain, itu artinya beliau hemat;
Bila staf tidak pernah entertain, itu artinya dia tidak becus me-lobby 
customer!


Bila bos mengservis atasan, itu artinya dia meng-lobby;
Bila staf  mengservis atasan, itu artinya dia menjilat!

Bila bos sering tidak masuk, itu artinya beliau kecapean karena kerja 
keras;

Bila staf sering tidak masuk, itu artinya dia seorang pemalas!

Bila bos minta fasilitas mewah, itu artinya beliau menjaga citra 
perusahaan;
Bila staf minta fasilitas mewah, itu artinya dia terlalu banyak 
menuntut, tidak tau diuntung!


yang terakhir 

Bila bos membuat tulisan seperti ini, itu artinya beliau pandai membuat 
lelucon: humoris jempolan;
Bila staf membuat tulisan seperti ini, itu artinya dia sedang frustasi, 
kurang kerjaan, penggangguran, iri terhadap karier orang lain, negative 
thinking, tidak tahan banting, provokatif ,dan BSH alias Barisan Sakit 
Hati!


(Disalin dari milis Apakabar)

Wassalam, Darwin


Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting




[EMAIL PROTECTED] Apa Ada yang Bisa Memberikan Klarifikasi?

2005-08-23 Terurut Topik Darwin Bahar

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Apakah ada dunsanak di Palanta yang bisa memberikan klarifikasi mengenai 
berita posting di bawah ini yang saya kopi dari sebuah milis?


Pada dasarnya saya dapat memahami kegusaran orang Minang (termasuk saya) 
terhadap Direktur PUSAKA Sudarto yang juga guru agama pada SMA Don Bosco 
Padang, karena ikut mem-blow up masalah instruksi Walikota Padang 
tentang seragam pelajar di Padang menjadi “pemaksaan jilbab bagi 
non-muslim” dan pernyataannya yang bias/kurang memahami kultur orang 
Minang dalam wawancaranya dengan Burhanudin (JIL) serta keikutsertaannya 
sebagai penandanganan apa yang mereka sebut sebagai “pemaksaan jilbab” 
di Padang bersama-sama dengan Gus Dur, Ulil dan lain-lain.


Tetapi kalau berita di bawah ini benar, maka cara-cara seperti itu 
mestinya dihindarkan. Orang Minang terkenal karena kekuatan akal budi 
(otak) dan bukan otot.


Sebaliknya jika tidak benar, maka berita ini akan saya luruskan di milis 
tersebut.


Wassalam, Bandaro Kayo


Date : Tue, 23 Aug 2005 10:03:30 +0700

From : chaos rules [EMAIL PROTECTED]

Subject : Kronologis Pengusiran Orang-orang gerakan Pluralisme di Padang

From: nendy asyari
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, August 22, 2005 6:13 AM
Subject: Pengusiran Orang-orang gerakan Pluralisme di Padang

KRONOLOGI
Pengusiran Orang-orang gerakan Pluralisme di Padang


Hari Rabu 3 Agustus kira-kira jam 10.45 PUSAKA di datangi 8 orang yang 
mengatasnamakan FORUM TOKOH PEDULI SYARIAH SUMATERA BARAT ereka
tediri dari Paga Nagari, MMI, HTI, FPSI, Arimatea, Fakta, PARDHU' AIN 
dll (kemudian FTPS). Dengan sikap yang arogan tanpa minta izin 
memotret-motret inventarisasi kantor dan aksesoris serta meminta dokumen 
lembaga dengan memaksa. Setelah memperoleh dokumen dan selesai melakukan 
pemotretan dan FTPS meminta ketemu direktur PUSAKA, lalu seorang staf 
menelpon saya yang saat itu sedang mengajar. Dan saya menyatakan tidak 
bisa, dan saya jawab Kalau ingin bertemu silahkan datang saja jam 2 
siang. Berdasarkan keterangan Ibu Lindawati (bendahara PUSAKA) FTPS 
ketua rombongan mereka menanyakan tentang posisi kantor apakah sewa atau 
bagaimana.


Kira-kira jam 14.20 rombongan datang lagi, setelah berbasa-basi, kita 
menanyakan apa yang bisa dibantu? Lalu mereka memegang kendali ketua 
rombongan (Irfianda Abidin) mempersilahkan salah seorang mereka untuk 
memjadi pemandu, setelah bermukadimah ria, lalu pembawa acara 
mempersilahkan ketua rombongan untuk mengutarakan maksud kedatangannya, 
pertama bahwa maksud kedatangannya adalah untuk menyampaikan dukungannya 
atas fatwa MUI, dan kemudian membacakan 7 dari 11 fatwa MUI dan 
menekankan poin nomor 6 karena mereka anggap PUSAKA terkena fatwa MUI 
tersebut.


Setelah ketua rombongan selesai membacakan isi fatwa sambil nyerepet
kiri kanan, lalu pembawa acara mereka mempersilahkan salah seorang dari 
mereka menambahi, kita berusaha mengklarifikasi tapi ditolak, kemudian 
salah seorang mereka menambahi yang inti pembicaraan adalah
agar lembaga-lembaga yang terkena atau yang melakukan kegiatan dengan 
isu pluralisme menghentikan kegiatannya, kalau tidak, kata mereka kita 
tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diingini. Kita
kembali menyela untuk mengklarifikasi, tetapi kembali tidak diberi 
kesempatan. Setelah itu pembawa acara kembali mempersilahkan kepada 
salah seorang dari rombongan (Drs. Ibnu Aqil D.Ghani) pembicaraan. Inti 
pembicaraanya menurut mereka masyarakat sudah resah dan mereka siap 
dikomandoi dan mereka sedang menunggu komando. Maka mereka berharap agar 
PUSAKA menghentikan kegiatannya.


Setelah Drs Ibnu Aqil selesai, bicara pembawa acara kembali memberi 
kesempatan kepada salah seorang dari rombongan, waktu itu mereka 
menunjuk Mat Acin ketua FAKTA, tapi dia tidak berkomentar, langsung saya 
ambil kesempatan itu, tapi rombongan tidak ingin kita mengklarifikasi. 
Drs Ibnu Aqil meminta agar kita diberi kesempatan, kami diberi 
kesempatan bicara, tapi sangat tidak direspon, ketua rombongan (Irfianda 
Abidin) mendapat telpon dan bicaranya keras sehingga saya terpaksa diam 
lagi, sejak saya melanjutkan pembicaraan

Irfianda menyela bahwa mereka tidak punya waktu, demikian ketika Mas
Windi dari PUSAKA mau bicara juga sangat dibatasi. Akhirnya mereka 
meminta izin untuk pergi menuju ke tempat perkumpulan Jema'at Ahmadiyah. 
Kita mau minta kesempatan mengklarifikasi, mereka menimpali kalo mau 
klarifikasi nanti diundang di DPRD undangan menyusul, apakah PUSAKA 
bersedia diajak debat. Saya bilang ya kalau dialog kami bersedia tapi 
mereka bersikeras untuk berdebat dan mereka langsung berdiri untuk 
meninggalkan PUSAKA setelah menjelek-jelekan Ulil Absar dan mengatakan 
saya adiknya Ulil.


Senin 15 Agustus 2005 mereka berdua datang lagi untuk memastikan bahwa 
debatnya jadi dilaksanakan. Berkali-kali kita klarisifikasi kita nggak 
mau debat, kalo mau dialog yang baik kita layanin dan saya siap lahir 
bathin. Akhirnya mereka menyepakati dia log. Kita katakan kalo dialog 
oky kita akan datang 

[EMAIL PROTECTED] Pendukung Gus Dur di Jatim Ngamuk, Ancam Serang MMI

2005-08-11 Terurut Topik Darwin Bahar
Al-Quran mengingatkan bahwa “syaitan” itu adalah musuh yang nyata. 
Tetapi kebanyakan orang Islam---justru orang-orang yang mengaku sangat 
tahu mengenai Al-Quran---menjadikan saudara-saudaranya seagama yang 
berbeda paham menjadi musuh dan saling menghalalkan darah mereka.


Jadi sebenarnya sangat jauh beda antara (yang merasa dirinya yang 
paling) mengetahui Al-Quran dengan mengamalkan Al-Quran. Tetapi 
kebanyakan manusia lupa kepada hal itu.


Ketika seseorang bertanya kepada Umulmukminin Siti Aisyah r.a. seperti 
apa akhlaq Rasulullah, beliau menjawab, “Al-Quran”, dan kemudian membaca 
Surah Al Mukminun.


Sejauh apakah diri saya yang dhaif ini bisa meneladani akhlak Rasulullah?

Sejauh manakah diri saya yang dhaif ini bisa mengamalkan Surah Al Mukminun?

Malu saya rasanya pada diri saya.

Wassalam, Bandaro Kayo
Depok, menjelang Shubuh, 12/8/2005

==

Pendukung Gus Dur di Jatim Ngamuk, Ancam Serang MMI

Budi Sugiharto - detikcom

Surabaya - Puluhan Satgas DPW Caretaker PKB Jatim ngamuk. Sambil 
menenteng pedang, keris, dan clurit, mereka mengancam akan menyerang 
kantor Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). MMI dianggap telah menghina 
Gus Dur.


MMI wilayah Jatim bisa menghindari amuk pendukung Gus Dur jika mereka 
menyampaikan permintaan maaf dalam tempo 1x24 jam. Permintaan maaf itu 
harus disampaikan lewat media massa.


MMI telah menghina dan melecehkan Gus Dur, tegas Komandan Satgas 
Slamet Santoso dalam aksinya di kantor DPW Caretaker PKB Jatim, Jalan 
Ketintang Baru I, Surabaya, Senin (8/8/2005).


Aksi pendukung Gus Dur berawal dari pernyataan Ketua Dewan MMI Jatim 
Yunus Muhammad Bakaur usai tablig akbar pada Minggu (7/8/2005) kemarin. 
Kepada wartawan, Yunus mengecam Gus Dur yang dianggap telah melindungi 
penganut ajaran Ahmadiyah.


Dalam pernyataannya, Yunus menuding Gus Dur yang kini menjabat sebagai 
Ketua Dewan Syuro PKB sebagai orang gila dan tidak rasional. Nantinya 
bukan Ahmadiyah yang disembelih, tapi Gus Dur dan Ulil (Koordinator 
Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla) yang akan disembelih, kata 
Yunus.


Pernyataan Yunus langsung membuat panas pendukung Gus Dur. Puluhan 
satgas langsung meluapkan kemarahannya dengan berdemo di kantor DPW 
Caretaker PKB Jatim, Minggu malam.


Aksi tersebut berlanjut hingga Senin ini. Sejak pagi, puluhan satgas 
sudah berkumpul di kantor tersebut. Mereka mempreteli lampu-lampu neon 
yang ada di kantor tersebut. Lampu berukuran panjang itu lalu 
dipukul-pukulkan ke kepala mereka. Satgas PKB juga menenteng senjata 
tajam, seperti pedang, keris, dan clurit.


Kita siap menyerang MMI. Kita siap mati sebelum Gus Dur disembelih. 
Kalau mereka ingin menyembelih Gus Dur, kita wajib mati duluan. Mereka 
harus langkahi mayat kita. Kalau mereka ngaku NU, kita juga NU tulen. 
Buktikan kalau Yunus pernah menjadi pengawal Gus Dur, kata Slamet 
sambil menenteng-nenteng kerisnya.


Para satgas ini juga memaksakan diri mendatangi kantor MMI di kawasan 
Perak Barat, Surabaya. Namun niat mereka berhasil dicegah Wakil Ketua 
PKB Caretaker Jatim Relies Sumitro.


Namun jika dalam waktu 1x24 jam tidak ada permintaan maaf dan pengusutan 
secara hukum oleh aparat, Relies mengaku tidak mampu meredam pendukung 
Gus Dur. Kita serahkan ke masing-masing pendukung Gus Dur kalau upaya 
yang kita minta tidak dipenuhi. Bagaimana pun juga pernyataan itu telah 
melukai pendukung Gus Dur di Indonesia, kata Relies, seraya 
menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan DPP PKB.


Aksi pendukung Gus Dur juga berupaya diredam Kapolsekta Gayungan AKP 
Wiwik Setyoningsih. Dia meminta massa tidak lakukan aksi anarkis. Saya 
janji akan mengusut pernyataan MMI, janji Wiwik.



Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Allahu Akbar!

2005-08-11 Terurut Topik Darwin Bahar

 A Mustofa Bisri

Pekik kalian menghalilintar
Membuat makhluk-makhluk kecil tergetar
Allahu Akbar!
Allah Maha Besar
Urat-urat leher kalian membesar
Meneriakkan Allahu Akbar
Dan dengan semangat jihad
Nafsu kebencian kalian membakar
Apa saja yang kalian anggap mungkar
Allahu Akbar, Allah Maha Besar!
Seandainya 5 miliar manusia
Penghuni bumi sebesar debu ini
Sesat semua atau saleh semua
Tak sedikit pun memengaruhi
Kebesaran-Nya
Melihat keganasan kalian aku yakin
Kalian belum pernah bertemu Ar-Rahman
Yang kasih sayang-Nya meliputi segalanya
Bagaimana kau begitu berani mengatasnamakan-Nya
Ketika dengan pongah kau melibas mereka
Yang sedang mencari jalan menuju-Nya?
Mengapa kalau mereka
Memang pantas masuk neraka
Tidak kalian biarkan Tuhan mereka
Yang menyiksa mereka
Kapan kalian mendapat mandat
Wewenang dari-Nya untuk menyiksa dan melaknat?
Allahu Akbar!
Syirik adalah dosa paling besar
Dan syirik yang paling akbar
Adalah menyekutukan-Nya
Dengan mempertuhankan diri sendiri
Dengan memutlakkan kebenaran sendiri
Laa ilaaha illallah!


Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



Re: [surau] [EMAIL PROTECTED] I s the United States “the second Mecca”?

2005-08-08 Terurut Topik Darwin Bahar

Tarimo kasi ateh penjelasan Angku Boes.

Webster’s New World College Dictionary Third Edition, 1996, menjelaskan 
entri “Mecca” = city in W. Saudi Arabia, near the Read Sea, birthplace 
of Mohammed  hence a holly city of Islam;………n. 1. any place visited by 
many people. 2. any place that one yearns to go to. 3. any goal that one 
is seeking to achieve. Jadi di sini Mecca sebagai padanan Makkah /Mekah 
yang dieja “mek’a” merupakan kosakata Arab yang diserap dan dieja dalam 
Bahasa Inggris berdasarkan pengucapannya.  Dan seperti Angku Boes 
ketahui ada juga yang yang mengeja Makkah/Mekah dalam bahasa Inggris 
dengan “Mekka”. Angku Boes tentu lebih tahu sekarang ini mana yang lebih 
banyak digunakan di “Barat”: “Mecca” atau “Mekka”.


PS.  “Road to Mecca” yang ditulis oleh mualaf, aktivis/pemikir besar 
Islam abad XX Muhammad Asad (Leopold Weiss) yang berdarah Yahudi 
Austria/Polandia, adalah buku yang sangat menarik dan inspiring.


Wassalam, Bandaro Kayo


  Date: Thu, 4 Aug 2005 20:18:52 -0400
  From: boes [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: 


menurut kabar yg saya baca bahwa kita, ummat islam,
jangan memakai penulisan kota Makkah sebagai Mecca
artinya Mecca sbb:
MECCA mempunyai arti  SHARAB KHANA atau PUSAT PROSTITUSI.

apa demikian, mari kita tunggu para akhli bahasa arab disini.

wassalam,
boes


- Original Message - 
From: Darwin Bahar [EMAIL PROTECTED]


 





Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Tentang Pengarang-Pengarang Minangkabau.

2005-08-06 Terurut Topik Darwin Bahar

Identitas Kultural dan Sastra yang Tersebar

Oleh Sudarmoko

Suatu saat, saya pernah mendengarkan sebuah obrolan ringan tentang 
fenomena yang menarik tentang pengarang-pengarang Minangkabau. Mereka 
mencoba membagi dan melihatnya dalam beberapa bagian. Mengingat juga 
bahwa pembagian ini, dengan cara lain, sering dibicarakan dalam beberapa 
tulisan, lebih-lebih yang membicarakan tentang pengarang karya sastra 
Indonesia yang berasal dari Minangkabau.


Kehadiran dan pengaruh mereka terlihat jelas dalam sastra Indonesia. Hal 
ini disebabkan, mereka yang ‘menguasai’ Balai Pustaka dan karya-karya 
mereka banyak yang diterbitkan di sana. Demikian juga halnya dengan 
kedekatan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu dan kemudian bahasa 
Indonesia. Mereka dengan mudah ‘menemukan’ frasa atau kalimat yang 
sangat indah dan penuh mewakili untuk mengekspresikan sesuatu. Demikian 
juga dengan sejumlah tradisi ritual dan seremonial yang, tak dapat 
dihindarkan, mempengaruhi kompetensi dan ingatan akan bahasa dan cara 
bertutur mereka.


Apa yang saya dengar ketika itu adalah bahwa pengarang Minangkabau 
memiliki kecenderungan untuk mengikatkan dirinya pada rantau dan 
kampung. Rantau menjadi sebuah wilayah atau ranah yang dianggap 
mendewasakan anak-anak lelaki, baik secara psikologis maupun materi. Dan 
sebagian besar pengarang yang berasal dari Minangkabau memang besar di 
kota-kota atau tempat di luar Minangkabau. Meski, sebagian juga masih 
bertahan tetap di dalam ranah Minangkabau, dan melakukan perantauan 
bukan dalam arti geografis dan fisikal.


Untuk kasus yang pertama, zaman Balai Pustaka sudah menunjukkan 
contohnya. Sementara pada kasus yang kedua, sejumlah nama seperti AA 
Navis (alm), Wisran Hadi, Gus tf, Yusrizal KW, Harris Efendi Thahar, Ode 
Barta Ananda (alm), dapat diajukan. Mereka masing-masing memberikan 
sebuah fakta yang patut diperhatikan dan mungkin dapat dilihat jejaknya 
dalam karya-karya mereka.


Memang tak ada jaminan bahwa karya yang dihasilkan oleh perantau akan 
lebih baik daripada orang-orang tetap tinggal di daerah. Hal ini telah 
dibuktikan dengan keberhasilan karya-karya Navis, Wisran Hadi, atau Gus 
tf yang mampu menjadi fenomena dan bahkan mampu memenangi berbagai 
penghargaan berkelas regional. Dengan demikian, kemungkinan capaian 
estetik tak ada sangkut pautnya dengan keberadaan geografis pengarang.


(dipotong)

(Sumber: Milis Forum Pembaca Kompas:Acara Sarasehan 60 thn Kemerdekaan 
R.I.)



Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Kekerasan Atas Nama Agama

2005-08-06 Terurut Topik Darwin Bahar

Bustanuddin Agus, guru besar Sosiologi Agama Universitas Andalas, Padang.

MEDIA INDONESIA, Jum'at, 05 Agustus 2005

KEKERASAN yang mengatasnamakan agama kembali terjadi. Penyerbuan dan 
aksi perusakan oleh massa terhadap Kampus Al-Mubarok, Parung, Bogor, 
beberapa waktu lalu kembali meninggalkan noda. Massa menyerbu markas 
Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), suatu kelompok yang mereka nilai 
mengajarkan aliran sesat.


Banyak pihak mengecam aksi kekerasan dalam menyelesaikan masalah 
perbedaan keyakinan. Kecaman itu tidak hanya didasarkan pada pandangan 
umum tentang cinta dan perdamaian sejati, tetapi juga dari segi ajaran 
Islam sendiri. Bahkan ditinjau lebih jauh, tampilnya kekerasan dalam 
menyelesaikan masalah perbedaan keyakinan, bertolak belakang dengan 
ajaran Nabi Muhammad SAW.


Jika memandang Islam dari beberapa sisi, seperti dari sisi rahman dan 
rahim (sebagai sifat Allah yang terbanyak diungkap dalam Alquran), sisi 
hikmah dan pelajaran yang baik (bil hikmah wal mau'izhah hasanah), 
maupun segi ajaran atau teologisnya, maka tindakan kekerasan terhadap 
JAI perlu dikritisi. Namun dalam konteks ini, pertanyaan besarnya adalah 
mengapa kekerasan atas nama agama terus terjadi?


Bagi massa yang menyerbu, penyerangan terhadap jemaat Ahmadiyah sudah 
menjadi keharusan. Apalagi ada fatwa MUI yang menilai Ahmadiyah aliran 
sesat dan tidak diakui sebagai ajaran Islam. Dalam pandangan Islam, jika 
seorang muslim kemudian menganut ajaran sesat atau keluar dari Islam, 
maka ia menjadi murtad atau bughah (pemberontak). Dalam perspektif 
fikih, jika tidak bertobat dalam tiga hari, orang murtad tadi harus 
dihukum bunuh atau diperangi.


Dari pemberitaan media massa terbaca, sejak awal massa telah menuntut 
kegiatan jemaat Ahmadiyah di Parung dibubarkan. Pembubaran aktivitas 
Ahmadiyah, menurut mereka, adalah tuntutan yang islami sekali. Apalagi, 
dari segi fikih klasik dan struktur masyarakat Islam sendiri, pandangan 
dan tindakan itu dinilai tidak ada salahnya.


Mereka melihat pemerintah tidak tegas terhadap Ahmadiyah, walaupun MUI 
telah memberi fatwa Ahmadiyah sebagai aliran sesat dan menyesatkan. 
Tadinya mereka berharap, pemerintah membubarkan kegiatan Ahmadiyah, 
sebagai tindak lanjut fatwa MUI. Jika tidak, massa dapat mengambil 
tindakan sendiri.


Tetapi, jika ditinjau lebih dalam lagi, sesungguhnya ada kekeliruan 
mendasar dalam cara pandang mereka menghadapi realitas perbedaan 
keyakinan. Aksi kekerasan terhadap jemaat Ahmadiyah, selain 
kontroversial juga blunder. Walaupun atas nama menegakkan keyakinan, 
tindakan kekerasan itu bisa tergolong melanggar hukum negara.


Di samping itu, fatwa MUI sendiri, juga menghadapi kendala operasional. 
Apalagi, fatwa ulama tidak lagi berwibawa seperti dulu. MUI bahkan tidak 
lagi menjadi institusi sakral. Dalam pandangan publik, MUI 
pascareformasi sudah berbeda sekali, misalnya dengan MUI semasa dipimpin 
Buya HAMKA. Ketika kredibilitas ulama merosot, jangankan pemerintah yang 
bersifat netral, individu-individu muslim saja banyak yang mengabaikan 
fatwa para ulama.


Kuatnya tuntutan supaya pemerintah tegas menindak aliran sesat, juga 
terasa tidak 'pas'. Pemerintah sendiri hanya akan bertindak di bawah 
koridor aturan-aturan formal kenegaraan, seperti UU atau instruksi 
presiden. Kalaupun, misalnya, ada instruksi tentang pemberantasan judi 
(yang juga menjadi tuntutan ajaran agama), prosesnya sangat panjang. 
Aparat di bawah bahkan kerap menunggu komando dari atasannya untuk 
menindak praktik maksiat.


Dengan demikian, selama ini sebagian anggota masyarakat melihat prosedur 
menegakkan amar makruf nahi mungkar dan menegakkan Islam secara kaffah 
sangat berbelit-belit. Mereka bahkan mendapat kesan, pemerintah tidak 
punya kemauan, sehingga diperlukan cara-cara tegas dari masyarakat. 
Problemnya, cara-cara tegas sering diaktualisasikan dalam bentuk 
kekerasan fisik. Selain tidak sabar, mereka juga merasa berwenang untuk 
menghukum.


Padahal, dalam konteks bernegara, tindak kekerasan atau represi oleh 
masyarakat tidak dibenarkan. Yang berhak melakukan represi (dalam 
pengertiannya yang 'netral') hanyalah negara. Masalahnya, dalam 
pandangan sebagian masyarakat, sekali lagi, logika seperti ini terasa 
berbelit-belit, sementara penyimpangan ajaran agama terus terjadi.


Dari perspektif ilmu pengetahuan, munculnya kekerasan sebagai solusi 
masalah sosial dan kemanusiaan, jelas menunjukkan adanya kesenjangan 
antara cita-cita (das sollen) dengan kenyataan (das sein). Kekerasan 
atas nama Tuhan, sesungguhnya juga membuktikan adanya kesenjangan antara 
agama teologis dan agama sosiologis-antropologis.


Meskipun demikian, kesenjangan antara das sollen dan das sein tentu 
suatu yang umum terjadi. Hegel, misalnya, menyebut hukum dialektika: 
tesis-antitesis-sintesis. Bahkan perspektif sosiologi dan antropologi 
agama berangkat dari kesadaran mencoloknya kesenjangan antara cita-cita 
dan kenyataan ini. Kedua cabang ilmu ini berkembang karena banyaknya 

[EMAIL PROTECTED] Is the United States “the second Mecca”?

2005-08-04 Terurut Topik Darwin Bahar

The Intellectual Impact of American Muslim Scholars on the Muslim World,
with Special Reference to Southeast Asia
Osman Bakar
Center for Muslim-Christian Understanding
Edmund Walsh School of Foreign Service
Georgetown University
June 2003


Introduction

Shortly before the tragic events of September 11, several leading 
Malaysian newspapers carried a feature article by Bernama, the country’s 
National News Agency, based on an interview with me. The subject was 
Islam in America. Two of the points I raised aroused considerable 
interest. One was the extraordinary diversity of Islam in the United 
States. The other was the possible emergence of the United States in the 
next few decades as the most creative and productive center of Islamic 
intellectual life in the world, in spite of Muslims constituting only a 
small minority in the United States and an even more numerically 
insignificant part of the global ummah of 1.4 billion people. This 
prediction about the future of Islam in the United States may sound 
overly optimistic, but the optimism is not without a rational basis. 
Numerous factors favor the emergence of an American Islam that is 
spiritually dynamic and intellectually robust - provided that American 
Muslims remain faithful to the tenets of their religion. The 
intellectual freedom and cultural openness that characterize the United 
States stand out as the most important of these favorable factors.


In the interview, I spoke of the United States as “the second Mecca,” 
referring to the extraordinary ethnic, cultural and theological 
diversity of Islam in this country. What I meant was that apart from 
Mecca – and Medina – the United States is the only place in the world in 
which every ethnic Muslim group in the ummah and every Muslim school of 
thought current in 1.the world are found. Islam in the United States is 
indeed a microcosm of the Muslim world. Its potential significance for 
both this country and the Muslim world is obvious. If the American 
Muslim community succeeds in coping with its diversity and pluralism and 
produces a distinctive and cohesive American Islam, interacting 
harmoniously and creatively with American diversity and pluralism, it 
will be in a position to serve as an influential model for the rest of 
the ummah. This will have far-reaching consequences for the entire 
world. The idea of the United States of the near future becoming a major 
world center of Islamic learning and intellectual life and thought, even 
if not the most advanced in the world, is exciting.


The idea is not new, but has existed in various Muslim circles for some 
time. After all, the phenomenon of a twenty-first century Western Islam 
exercising much influence on the rest of the ummah would not be without 
historical precedent. Medieval Spanish Islam, which Maria Rosa Menocal 
calls “The Ornament of the World,” was once the enlightened western wing 
of Islam.1 There is broad agreement in these discussions that if the 
United States were to emerge as the leading center of Muslim 
intellectual life, its influence on intellectual developments in the 
Muslim world would be enormous. While real achievements for the American 
Muslim community in the two domains of the development of an American 
Islam and the impact of an
American Islam on Islam elsewhere are within its practical reach, 
progress in the two spheres is not proceeding at the same pace. The 
creation of a distinctively American Islam is still in its initial 
stage. American Islam identity and culture itself is not yet 
well-defined. In contrast, the intellectual relationship between 
American Muslims and the Muslim world has been forged gradually over the 
last two decades to the benefit of both. American Muslim scholars are 
already having a visible impact on contemporary intellectual life and 
developments in various parts of the Muslim world.


Selengkapnya lihat di: 
http://cmcu.georgetown.edu/PDFs/Intellectual_impact_of_American_Muslim_scholars.pdf 



Wassalam, Bandaro Kayo


Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Ahmad Syafii Maarif: Seorang Sudan Bertanya

2005-08-04 Terurut Topik Darwin Bahar


Maa Angku Sjamsir Sjarif di Palanta nangko. Lah ambo usahokan mancari 
email angku Ahmad Syafi'i Ma'arif tapi alun dapek juo dek ambo lai.


Wassalam, Bandaro Kayo



Seorang Sudan Bertanya

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

REPUBLIKA Selasa, 02 Agustus 2005

Sambil membalik-balik arsip lama, saya menjumpai kliping koran the 
Indonesia Times, 3 Maret 1990, hlm 1 pada Pojok Koki yang mengisahkan 
pembicaraan singkat antara seorang Indonesia dengan seorang Sudan di 
Bandara Karachi, Pakistan. Terjemahan pembicaraan itu adalah sebagai 
berikut:


Seorang laki-laki Sudan berjumpa dengan laki-laki Indonesia. Karena 
melihat demikian ramai wanita Indonesia, ia bertanya akan pergi ke mana 
para perempuan itu. Mereka akan pergi ke Arab Saudi untuk bekerja 
sebagai pembantu, jawab si Indonesia.


Apakah negeri Anda begitu papa sehingga Anda harus mengirim perempuan 
untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga? Tahukah Anda apa yang 
berlaku pada diri mereka yang bekerja di rumah-rumah besar itu? Si 
Sudan meneruskan: Negeriku adalah salah satu negeri yang termiskin di 
dunia. Rakyatku sering menderita kelaparan tetapi kami tidak pernah 
mengirimkan perempuan untuk bekerja di luar negeri sebagai pembantu, 
khususnya tidak ke sebuah negeri yang memandang rendah kaum perempuan.


Si Indonesia tak berucap apa-apa, ia hanya tertawa. Bagaimana ia akan 
dapat menjawab sebaliknya terhadap pertanyaan yang begitu perih? Di 
Tanah Air pun tak seorang pun pernah memberikan jawaban yang tepat 
terhadap pertanyaan serupa itu.


Sengaja saya kutip pojok surat kabar yang sudah almarhum itu semata-mata 
untuk menyegarkan ingatan kita kembali tentang nasib buruk sebagian anak 
bangsa yang harus membanting tulang di negeri orang karena sempitnya 
lapangan kerja di Indonesia. Dan percakapan di atas terjadi awal 1990, 
tujuh tahun sebelum krisis. Anda bisa bayangkan gambaran yang lebih 
perih dan suram terjadi selama krisis yang sampai hari ini situasinya 
belum juga membaik.


Derita panjang yang yang tak berkesudahan yang ditanggungkan oleh 
TKW/TKI kita sudah umum kita ketahui, apakah itu di negeri Arab ataupun 
bahkan di negeri jiran. Sebelum berangkat banyak di antara mereka yang 
ditipu oleh calo tenaga kerja, sampai di tempat tujuan diperlakukan lagi 
sebagai separuh manusia. Tentu tidak semua yang bernasib begitu. Bila 
induk semangnya adalah seorang yang bermartabat, para pekerja kita akan 
diperlakukan secara bermartabat pula, sebagai manusia penuh. Jika si bos 
seorang yang haus seks sekalipun sudah punya istri, tidak jarang TKW 
kita dijadikan tempat pelampiasannya. Tidak sedikit pula yang dizalimi 
dan disiksa sampai lumpuh. Namun mereka tidak kapok juga pergi, karena 
sulitnya mencari penghidupan di negeri sendiri.


Persoalan TKW/TKI ini hanyalah salah satu masalah sosial yang akut yang 
dihadapi oleh bangsa kita yang berfalsafahkan Pancasila, yang di antara 
silanya berbunyi: Kemanusiaan yang adil dan beradab dan Keadilan 
sosial bagi seluruh rakyat Indoensia. Bulan ini kita akan memperingati 
60 tahun Indonesia merdeka, tetapi masalah TKW/TKI kita yang bernasib 
malang belum tersentuh oleh kedua sila itu. Rumusan silanya yang padat 
dan anggun, dalam realitas kita belum sungguh-sungguh mau 
melaksanakannya. Apakah sebagian besar politisi kita masih mau berunding 
dengan sila-sila ini? Saya sangat ragu bila dikaitkan dengan fenomena 
pilkada-pilkada yang sarat dengan politik uang dan ancaman kekerasan. 
Pancasila dengan demikian telah terlalu lama diinjak-injak dalam perbuatan.


Saya tidak tahu bagaimana reaksi ruh seorang Hatta menonton perilaku 
sebagian anak bangsa yang lupa daratan dan lupa lautan. Barangkali ruh 
itu akan berucap, Sewaktu aku masih menyatu dengan raga Hatta, aku 
pernah menderita di Digul yang penuh nyamuk malaria demi kemerdekaan 
Tanah Air. Hatta melakukan semuanya itu dengan tingkat ketabahan yang 
luar biasa lantaran cintanya yang teramat dalam kepada bangsa ini. 
Mengapa tuan-tuan yang datang kemudian sampai hati mengkhianati hasil 
jerih payah para pendiri Indonesia yang telah berkorban demikian banyak?


Nasib malang yang menimpa sebagian para TKW/TKI kita adalah di antara 
penyebab yang membuat ruh Hatta gelisah yang tak putus-putusnya. 
Pertanyaannya tetap saja: Mengapa tuan-tuan belum juga sadar hai 
anak-anak bangsaku. Mengapa petualangan dalam dosa dan dusta belum juga 
berakhir? Saya percaya dalam suasana 60 tahun Indonesia merdeka masih 
ada di antara kita yang punya hati nurani. Itulah yang memberi secercah 
harapan bahwa kita punya masa depan!



Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Khaled M Abou Al Fadl tentang Produk Sampingan Kolonialisme

2005-08-01 Terurut Topik Darwin Bahar

Oleh: Ninuk Mardiana Pambudy  Dahono Fitrianto

Kompas, Minggu, 24 Juli 2005

Dalam ”The Orphan of Modernity and the Clash of Civilisations” 
(www.scholarofthehouse.com), Profesor Dr Khaled Abou Al Fadl, profesor 
hukum dengan spesialisasi hukum Islam dari Fakultas Hukum University of 
California di Los Angeles, menyebut kelompok Islam radikal adalah produk 
sampingan kolonialisme dan modernitas, bukan warisan paradigma Islam.


Hal itu juga dijelaskan Prof Al Fadl kepada Kompas saat ditanyakan 
mengapa antara Islam dan modernitas kerap terjadi ketegangan. Sejak 
Minggu (17/7) hingga Selasa (26/7), Prof Al Fadl berada di Jakarta dan 
Yogyakarta atas undangan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan 
Masyarakat (P3M). Sebelumnya, Prof Al Fadl berada sepekan di Singapura 
dan setelah Yogyakarta dia terbang ke Kuala Lumpur, Malaysia.


Selama di Jakarta Prof Al Fadl memberi ceramah dan berdialog dengan 
tokoh agama dan masyarakat, antara lain dari Muhammadiyah dan Nahdlatul 
Ulama, dan di Yogyakarta memberi keynote speech pada International 
Conference on Islam, Women and New Social Order. Berikut petikan 
wawancara Kompas dengan komisioner pada United States Commission on 
International Religious Freedom yang dibentuk Pemerintah Amerika Serikat.


Dalam ceramah di Jakarta, Senin (18/7), dan juga disebut dalam buku 
Anda, Speaking in God’s Name, Anda menyebut individu atau kelompok 
otoriter dan individu yang otoritatif.


Di dalam buku itu saya menyusun prinsip metodologi dan moral, yaitu apa 
dasar yang dimiliki seseorang yang mengklaim dirinya berbicara atas nama 
Tuhan. Saya tidak mengatakan tak seorang pun dapat berbicara mengenai 
keinginan Tuhan, tetapi yang saya maksud adalah tidak seorang pun dapat 
berbicara atas nama Tuhan. Ada beda besar di situ.


Apa yang diinginkan Allah kita ketahui melalui elemen kebenaran. Al 
Quran adalah elemen kebenaran dalam bentuk teks; dan elemen kebenaran 
yang lain adalah penggunaan akal. Dan apa yang diketahui akal harus 
disertai pengetahuan karena Allah menciptakan akal manusia menurut 
aturan tertentu.


Bila seseorang berbicara mengenai Tuhan, dia dapat saja otoritatif, 
yaitu orang yang dapat Anda mintai pendapat karena mereka jujur, rajin, 
memeriksa semua petunjuk dalam teks dan alam secara filosofis dan 
menyeluruh.


Namun, mengatakan patuhi saya atau Anda bukan Muslim, itu adalah 
otoriter. Otoriter adalah tindakan merampas wilayah milik Tuhan, dan 
wilayah Tuhan adalah otoritas absolut untuk mengatakan, menilai, 
memutuskan, dan memulai serta mengakhiri sesuatu.


Dan, buku Speaking in God’s Name seperti lapis-lapis filsafat dan 
pembaca yang berbeda akan sampai pada lapisan yang berbeda karena saya 
juga mengajukan argumentasi bahwa otoriter sesungguhnya adalah sekuler 
sejati.


Bisa dijelaskan?

Sekuler sejati karena tindakan otoriter membatalkan Tuhan dan 
menempatkan manusia di tempat Allah. Ketika saya mengatakan saya yang 
memutuskan serta mengatakan apa yang Islam dan bukan Islam dan 
mengatakan saya memiliki kekuasaan eksklusif, saya meniadakan Tuhan. 
Keputusan itu menjadi keputusan manusia, bukan keputusan Tuhan. Ketika 
itu keputusan manusia, itu adalah sekuler sejati.


Jadi, otoriter seperti monopoli di pasar gagasan, sedangkan otoritatif 
adalah seperti pasar bebas di pasar gagasan. Semua gagasan dan 
argumentasi tersedia di sana dan memberi kebebasan kepada manusia, 
kreasi Tuhan terbesar yaitu kreasi tentang pilihan yang membedakan kita 
dari makhluk lain ciptaan Tuhan. Apa pun yang mencabut elemen kebebasan 
memilih itu, bukan hanya itu otoriter, tetapi juga membatalkan tujuan 
penciptaan manusia, membatalkan kemanusiaan kita.


Mengapa banyak individu atau kelompok yang tidak toleran pada agama lain 
atau bahkan dalam kelompok agamanya sendiri?


Intoleransi terjadi ketika sebuah agama menganggap agama lain, karena 
tidak mau mencari keselamatan menurut agama yang pertama, maka pengikut 
agama lain itu menjadi tidak berharga sebagai manusia. Dan karena mereka 
didehumanisasi, lalu secara psikologis Anda percaya Anda bukan membunuh 
manusia melainkan membunuh setan, kejahatan.


Tidak diragukan, dalam hubungan antar-agama, Islam adalah yang paling 
toleran. Alasannya, ini dikatakan Al Quran berulang kali secara jelas, 
”orang-orang di antara kamu—kepada penganut Kristiani, Judaisme—yang 
melakukan perbuatan baik dan berterima kasih kepada Allah, mereka tidak 
perlu takut dan tidak perlu menderita lebih banyak.”


Yang diajarkan Islam adalah manusia sebagai ciptaan yang memiliki akal, 
memiliki kemampuan memilih, dan karenanya harus ditinggikan derajatnya. 
Karena itu Al Quran mengatakan, ”kita harus meninggikan derajat manusia” 
dan bukan ”meninggikan derajat Muslim”.


Persoalannya adalah kebodohan atau ketidaktahuan. Di dalam banyak 
masyarakat, termasuk Islam, ketika masyarakatnya makmur dan pengetahuan 
menyebar dan orang dengan pengetahuan terbanyak yang paling dihargai, 
toleransi menyebar. Dan pada masyarakat yang tidak makmur, 

[EMAIL PROTECTED] [Fwd: Fw: [nasional-list] 30 Rumah Rusak, Pegawai UNP Hilang]

2005-07-27 Terurut Topik Darwin Bahar

- Original Message -
From: Ambon mailto:[EMAIL PROTECTED]
To: Undisclosed-Recipient:; mailto:Undisclosed-Recipient:;
Sent: Wednesday, July 27, 2005 2:55 AM
Subject: [nasional-list] 30 Rumah Rusak, Pegawai UNP Hilang



http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisherop=viewarticleartid=3525 
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisherop=viewarticleartid=3525


30 Rumah Rusak, Pegawai UNP Hilang
* Ombak Mengganas di Pantai Padang
Oleh admin padek 1
Senin, 25-Juli-2005, 19:04:55 	 
http://www.padangekspres.com/friend.php?op=FriendSendartid=3525 
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisherop=printarticleartid=3525 



Padang, Padek--Sedikitnya 30 rumah dan seorang warga hilang, akibat 
mengganasnya ombak di sejumlah tempat di sepanjang Pantai Padang, 
kemarin. Dua rumah dilaporkan rusak parah, sementara seorang warga 
Gunung Pangilun, Dasman (47) yang tengah memancing di sekitar kawasan 
Bukit Lampu, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, hingga berita ini diturunkan 
belum ditemukan.




Dasman, pegawai administrasi di Universitas Negeri Padang (UNP) itu 
hilang ditelan ombak, ketika menyelamatkan tiga rekannya yang terseret 
ombak duluan. Upaya keras yang dilakukan jajaran Polisi Pamong Praja 
(Pol PP), Pol Airud, Badan SAR Nasional, serta dibantu masyarakat belum 
membuahkan hasil. Pencarian direncanakan dilanjutkan hari ini, menyisiri 
kembali lokasi hilangnya korban.


Hilangnya Dasman menambah deretan warga yang terseret air dalam dua hari 
terakhir, karena sebelumnya, Sabtu (23/7) seorang warga, Ayu (19) juga 
tenggelam di Banda Bakali dan akhirnya ditemukan tewas setelah dilakukan 
pencarian selama tiga jam.


Pantauan koran ini di lapangan dan informasi dari masyarakat di Ulak 
Karang, dalam dua hari ini telah 30 rumah warga yang rusak, dan 2 di 
antaranya rusak parah terdapat di daerah Pasia, di Kelurahan Ulak Karang 
Selatan, bahkan sebagian warga yang tinggal di tepi pantai mengungsi ke 
tempat yang lebih aman.


Hingga tadi malam dua rumah warga yang rusak parah, kondisinya sangat 
mengkhawatirkan bagian bawah dari rumah telah bolong dikikis ombak 
sehingga lantai rumah menggantung. Hal ini merupakan hal yang baru 
dialami warga Pasia Ulak Karang. Syafrizal (35) salah seorang warga yang 
rumahnya terkena ombak mengungkapkan selama ini ombak besar sering 
terjadi, tetapi yang merusak seperti ini baru kali ini . Istri saya 
saja baru sekali ini mengalami padahal dia dari kecil di sini, ujarnya 
lirih.


Saat ini, Syafrizal dan tetangganya tidak bisa hidup tenang dan untuk 
pindah, dia merasa tidak mampu karena tidak punya tempat tinggal lain, 
jadi dia dan istrinya Panur (32) tetap menghuni bagian rumahnya yang 
masih utuh dengan tiga orang anak-anaknya yang masih kecil. Mereka 
sangat berharap sekali pemerintah dapat membantunya. Kami yo harok 
pemerintah dapek mengatasi ini, kalau disuruh pindah kami namuah sajo, 
tetapi kami ndak punyo apo-apo untuak pindah, ujar ayah 3 anak ini, 
sambil tertunduk lemah.


Hilang Saat Memancing

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Pol PP) Kota Padang, Budi Hermanto 
yang turun ke lokasi bersama anggotanya dan jajaran lainnya mengatakan, 
berdasarkan keterangan tiga rekan korban yang selamat, korban justru 
hilang ketika menolong mereka bertiga yang terseret arus.


Saat itu korban membantu dengan kayu, tetapi setelah tiga orang 
diselamatkan ternyata korban tak kelihatan, ujar Budi menirukan 
keterangan para rekan korban yang selama ini sering memancaing. 
Diketahui para pemancing tersebut merupakan warga Gunung Pangilun, Padang.


Sekaitan kurang bersahabatnya ombak laut, Wakil Wali Kota Padang Yusman 
Kasim mengimbau warga kota, terutama yang tinggal di pinggir pantai 
untuk tetap waspada, karena keganasan ombak bisa saja datang secara 
tiba-tiba-tiba. Kita perlu waspada, tetapi tidak perlu panik, karena 
kepanikan justru akan membawa keresahan yang lebih luas, ujar Yusman.


Untuk pengamanan kata Yusman, sebenarnya Pemko padang telah mengajukan 
program pembangunan krip pantai, bahklan sampai ke Ulak Karang. Namun 
karena biayanya yang sangat besar, program tersebut baru dapat 
dilaksanakan secara bertahap. Untuk jangka pendek kewaspadaan yang 
perlu kita tingkatkan, tetapi yang jelas secara bertahap kita 
mengupayakan membangun krip di sepanjang pantai, tandasnya. (cr8/suk)




Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] FYI: Soft File Buku Dialog Masalah Ketuhanan Yesus

2005-07-27 Terurut Topik Darwin Bahar

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Di antara adidunsanak tentunya ada yang pernah membaca/memiliki buku 
kecil yang sangat menarik: “Dialog Masalah Ketuhanan Yesus”.
Bagi yang berminat memiliki softfile dari buku tersebut dapat 
mendownload dari file milis Media Dakwah yang diusahakan netters milis 
tersebut di :


http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/files

Saya pikir Erwin Muchtar dkk perlu mengupload file tersebut di situs 
Cimbuak


Wassalam, Bandaro Kayo



Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Penafsiran Dari Makhluk Islam liberal – was: Re: [surau] Tidak Setuju? OK, Tetapi Kenapa H arus Menyerang dan Merusak?

2005-07-26 Terurut Topik Darwin Bahar
 dibandingkan dengan urat leher sang hamba 
itu sendiri, bahwa Allah itu akan memberi hidayah kepada siapa yang 
dikendakiNYA, sering dikerangkeng oleh aturan-aturan yang dibuat oleh 
para ulama yang pada hakekatnya juga manusia biasa.   




Subhanallah!



Sekian dulu, karena takut saya bahwa semakin banyak saya bicara, semakin 
banyak pula saya melakukan dosa, karena saya sadar saya memiliki 
kekurangan, sadar bahwa usia tua yang saya milik sama sekali tidak 
mempunyai arti bahwa ilmu, amal dan keikhlasan dalam beribadah lebih 
baik dari pada yang muda-muda.




Hanya kepada Allah SWT saja saya mohon keredhaan, hidayah dan maghfirah.



Wassalam, Bandaro Kayo



 


Salam,

azh

 


-Original Message-
From: Darwin Bahar [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, July 24, 2005 2:34 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; palanta@minang.rantaunet.org
Subject: Re: [surau] Tidak Setuju? OK, Tetapi Kenapa Harus Menyerang 
dan Merusak?


 


Assalamu ‘alaikum wr. wb.

 


Sidang Palanta RN dan Jemaah Surau yang dimulyakan Allah SWT

 


Pada akhir tulisan saya pada postingan saya terdahulu, saya menyatakan

harapan saya agar pendapat saya tidak dijadikan polemik ---dan kalau ada

nilainya---menjadi refleksi bersama, namun tetap saja mendapat reaksi

beragam. Arnoldison malah sengaja men-cc-kannya ke account pribadi saya.

Rupanya beliau khawatir komentarnya di Surau tidak terbaca dan tidak

ditanggapi oleh saya. Saya memang tidak langsung menanggapi satu demi

satu. Pertama karena ya itu, saya tidak ingin berpolemik mengenai hal

tersebut. Kedua karena saya juga ingin mengikuti perkembangan keadaan

dan berbagai pernyataan dan wacana yang timbul berkenaan dengan hal

tersebut di media masa dan di sejumlah milis yang saya ikuti, termasuk

pernyataan dari KISDI.

 


Namun tentunya tidak elok kalau saya tetap diam seribu bahasa. Karena

itu dengan tidak mengurangi penghormatan saya kepada himbawan Engku Boes

agar masalah Ahmadiah ini tidak dibahas lagi di Surau, saya merasa perlu

memberikan tanggapan terhadap postingan Azhari di bawah ini, Sekaligus

menanggapi Ronald, Arnold, Rida, Rahima dan lain-lain di Palanta dan 
Surau.


 


Pada dasarnya posting saya yang terdahulu menyangkut keprihatinan saya

akan dua hal. Pertama rendahnya kemampuan mayoritas ummat untuk menerima

penafsiran yang berbeda terhadap Al-Quran dan Sunnah (yang merupakan

urusan ‘langit’ yang berujung kepada perpecahan dan tindak kekerasan,

yang banyak mengabiskan enersi ummat sehingga abai terhadap urusan

‘bumi’ yaitu kondisi umat yang ketinggalan jauh dari para ‘kafirun’

secara ekonomi, politik dan iptek. Kedua, adanya salah kaprah/dstorsi

terhadap keislaman para pengikut Ahmadiah yang dijadikan dasar untuk

menghakimi Ahmadiah sebagai aliran sesat lalu meminta Pemerintah untuk

membubarkan Jemaah Ahmadiah Indonesia.

 


For sure, saya tidak menutup mata bahwa aliran sesat di kalangan ummatt

Islam di Indonesia yang memang ada perlu dilarang oleh Pemerintah

seperti sebuah ‘pesantren’ di Jatim yang membolehkan hubungan seks bebas

antara sang kiyai dengan para santri perempuannya. Tetapi Ahmadiah?

 


Seperti dilaporkan Majalah TEMPO pekan ini, jumlah pengikut Ahmadiah di

seluruh dunia waktu ini sekitar 200 juta, tersebar di 178 negara,

padahal 1965 jumlah mereka baru 10 juta. Adapun di Indonesia saat ini

jumlah mereka diperkirakan 500 ribu tersebar di 300 cabang. Padahal

tahun 1970-an diperkirakan sekitar 20 ribu. Dari sumber lain saya

ketahui bahwa jumlah mereka di Asia hanya 20 juta. Sisanya yang 180 juta

tersebar di Autralia, Afrika, Eropah dan Amerika sebagai hasil dakwah

para mubaligh mereka yang terlatih dan berdedikasi tinggi, organisasi

yang rapi serta didukung oleh jemaah yang gemar berjihad dengan harta

mereka untuk keyakinan mereka.

 


Azhari benar ketika mengatakan bahwa jumlah mereka yang jutaan bukan

jaminan bahwa sikap keberagamaam Ahmadiah benar. Tetapi pernahkah kita

bertanya kepada diri kita sendiri, apakah penilaian kita kepada mereka

sudah sepenuhnya benar, sehingga secara tidak sadar kata sudah berbuat

zalim.

 


Saya menggunakan istilah zalim di sini, karena sepanjang yang saya

ketahui, pencemongan terhadap Mirza Gulam Ahmad (MGA)---antara lain

dinisbatkan sebagai seorang sebagai seorang ‘pecundang’ “penjilat

Inggris” yang suka bekerja sama dengan orang-orang Kristen, dan Jemaah

Ahmadiah---antara lain dikatakan punya kitab suci sendiri Tadzkirah dan

kalau berhaji tidak ke Mekah tetapi ke Qadian---sudah sangat

keterlaluan, persis seperti yang dilakukan kaum pembenci Islam kepada

ajaran Islam terhadap dan Junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Tidak usah

jauh-kauh membaca buku atau artikel-artikel orientalis-orientalis busuk

atau manusia-manusia murtad yang hina seperti Ibn Warraq. Masuk saja ke

milis Proletar atau milis MinangNet.

 


Sikap seperti itu jelas tersebut sangat jauh dari sikap akhlaqul

karimah, dan sangat jauh dari pesan Al-Quran, yang melarang kebencian

kepada suatu kaum

[EMAIL PROTECTED] Re: [surau] Tidak Setuju? OK, Tetapi Kenapa Harus Menyerang dan Merusak?

2005-07-23 Terurut Topik Darwin Bahar
 
kerendahan hati untuk menyadari bahwa kita ini bukan Allah SWT, dan apa 
yang kita anggap benar belum tentu benar menurut Allah SWT. Dengan 
landasan ini kita seharusnya lebih banyak mengingat Allah serta 
memperkuat keimanan kita dan orang-orang terdekat kita, seperti yang 
lebih dari sekali diingat oleh Angku Adrisman dari pada mengurusi 
keimanan orang lain, yang pada hakekatnya hanya Allah SWT sendiri yang 
mengatahuinya.


Mengapa kita tidak berbaik sangka saja untuk menrima pernyataan Pimpinan 
Jemaah Ahmadiah Indonesia bahwa Ahmadiah tidak berbeda dengan kelompok 
Islam lainnya memiliki keyakinan serupa: sama-sama mengucapkan dua 
kalimat syahadat, kecuali kita benar-benar mempunyai bukti yang sahih 
bahwa ucapan tersebut dusta dan apa yang mereka lakukan di Markas mereka 
di Parung tersebut bener-benar meresahkan masyarakat di sekitar nya. 
Padahal sejauh investgasi yang dilakukan sejumlah media masa ternyata 
hal itu tidak benar.


Nabi SAW sendiri telah memberikan contoh yang seyogyanya kita teladani 
dengan baik. Sebagaimana yang diungkapkan dalam biografi Nabi SAW yang 
ditulis oleh Martin Lings (beliau ini seorang Muslim), ketika Nabi SAW 
mengutus Usamah bin Zaid sebagai komandan sebuah pasukan ke daerah suku 
Juhaina, Usamah dan seorang Anshar menjumpai seseorang dari mereka dan 
menyergapnya. Ketika akan dibunuh, orang tersebut berkata: Laa ilaha 
illalah. Namun tetap saja dibunuhnya orang itu. Tatkala berita mengenai 
kejadian itu sampai kepada Nabi SAW, beliau bertanya kepada Usamah 
mengapa ia berbuat demikian, Usamah berkata: Ya Rasulullah, ia 
mengucapkan Laa ilaha illalah karena untuk memastikan dirinya agar 
selamat. Rasulullah SAW bersabda: Mengapakah engkau tidak membelah 
hatinya dan membukanya untuk memastikan apakah ia berkata itu karena 
datang dari lubuk hatinya yang terdalam atau tidak?


Wallahuaalam bissawab

Wassalam, Bandaro Kayo


--- In [EMAIL PROTECTED], Azhari [EMAIL PROTECTED] wrote:

Sebuah kebenaran tidak diukur dari jutaan jamaah Ahmadiyah didunia, 
bukan diukur megahnya mesjid Ahmadiyah di kota London, tetapi sebuah 
kebenaran diukur dari acuan kita umat Islam yakni Al-Quran dan sunnah.



Ini sebetulnya bukan persoalan sederhana, ini persoalan yang sangat penting 
yakni aqidah. Ketika seseorang masuk Islam mudah syaratnya yakni membaca 
syahadat tetapi berat konsekuensinya yakni menjalankan syari'at Islam. Syahadat 
diucapkan dengan meyakini bahwa Tuhannya Allah swt dan nabinya Muhammad saw, 
tetapi ketika ada gerakan seperti Ahmadiyah yang
menyakini Nabi lain selain Muhammad saw maka ia tidak bisa lagi digolongkan 
sebagai Islam, meskipun ia masih meyakini Muhammad saw sebagai Nabi ke 25.



Salam,
azh

-Original Message-
From: Darwin Bahar [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, July 11, 2005 11:32 PM

To: palanta@minang.rantaunet.org; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [surau] Tidak Setuju? OK, Tetapi Kenapa Harus Menyerang dan
Merusak?

 


...



Dengan demikian bagi kelompok pertama yang tetap berpendapat bahwa Jemaah Ahmadiah menyimpang tentunya sah-sah saja. Apalagi pendapat ini didukung jumhur ulama termasuk MUI, walaupun boleh ikut bangga bahwa ada orang Islam yang memperoleh hadiah Nobel untuk fisika, yaitu Prof Abusalam yang notabene seorang muslim Ahmadiah. Kalau mau disanggah, 
seyogyanya sanggah saja penfasirannya.


Persoalannya, mengapa harus melakukan serangan fisik, merusak dan berusaha membubarkan acara yang telah mendapat izin aparat keamanan? Tindakan premanisme dan main hakim sendiri ini tidak saja harus dikutuk, tetapi harus ditindak tegas dan tuntas oleh aparat penegak hukum, dan para pelaku, utamanya mereka-mereka yang bertanggung jawab harus dihukum 
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sekali ini dibiarkan, maka jangan terkejut nanti akan ada korban-korban tindakan anarkis berikutnya dengan dalih yang mereka ditetapkan sendiri.



Dan ini hendaknya menjadi perhatian sungguh-sungguh dari seluruh umat Islam 
utamanya para ulama dan tokoh-tokoh umat, terutama Bapak-Bapak di MUI agar 
lebih mengemukakan kebersamaan serta bersikap tegas terhadap tindakan-tindakan 
premanisme atas nama Islam yang justru mencemongi Islam.
 

... 





Akhirnya saya berharap pendapat saya di atas tidak dijadikan polemik 
---dan kalau ada nilainya---menjadi refleksi kita bersama.


Ya, apalah awak ini.

Wassalam, Darwin
 






Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

[EMAIL PROTECTED] Penjelasan MA Suryawan Mengenai Kitab Tadzkirah

2005-07-23 Terurut Topik Darwin Bahar
Sebagaimana saya kemukakan pada posting saya terdahulu di bawah ini saya 
kopikan penjelasan MA Suryawan mengenai Kitab Tadzkirah yang saya kopi 
dari sebuah milis yang patut didengar dan dipertimbangkan dengan baik. 
Bagi yang tidak bisa menerima penjelasan tersebut, peganglah pendirian 
tersebut, supaya tidak menjadi polemic baru lagi. Dan dengan ini saya 
akhiri pembahsan saya mengenai Jemaah Ahmadiah di kedua milis ini.


Hanya kepada Allah SWT saja saya mohon keredhaan, petunjuk dan ampunan.

Wassalam, Bandaro Kayo

==

Soal Buku Tadzkirah

Assalamu'alaikum,

Saya lagi nonton Today's Dialog di Metro TV malam ini (18 Juli 2005), di 
mana ada ketua MUI dan Ulil Abshar Abdalla (JIL), mereka bolak-balik 
bicara tentang buku Tadzkirah yang dikatakan sebagai kitab suci bagi 
orang Ahmadiyah oleh ketua MUI, padahal bukan.


Penjelasannya begini:

Masalah Pembajakan Al-Qur'an dan Kitab Tadzkirah

Tuduhan bahwa Jemaat Ahmadiyah telah melakukan pembajakan Al-Qur'an 
adalah sebuah tuduhan yang mengada-ada dan jelas tanpa bukti yang dapat 
dipertanggung-jawabkan. Tuduhan itu didasarkan pada perkataan bahwa 
orang Ahmadiyah mempunyai kitab suci sendiri yang bernama Tadzkirah.


Tidak diragukan lagi bagi Jemaat Ahmadiyah bahwa tidak ada kitab suci 
lain kecuali Al-Qur'an. Dan nama Tadzkirah yang disebut-sebut sebagai 
kitab suci baru muncul sekitar tahun 1992, ketika salah seorang penulis 
buku yang terbit di Indonesia yaitu M. Amin Djamaluddin mengarang buku 
berjudul Ahmadiyah  Pembajakan Al-Qur'an. Jadi, istilah kitab suci yang 
melekat pada buku Tadzkirah diciptakan oleh M. Amin Djamaluddin, bukan 
oleh Jemaat Ahmadiyah. Di dalam literatur-literatur Ahmadiyah apa pun, 
sejak masa hidup Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908) sampai dengan 
hari ini, tidak pernah ditemukan istilah kitab suci untuk Tadzkirah.


Demikian pula dengan Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. menyatakan bahwa kitab 
sucinya adalah Al-Qur'an, sbb:


Tidak ada kitab kami selain Qur'an Syarif. Dan tidak ada Rasul kami 
kecuali Muhammad Musthafa shallallaahu `alaihi wasallam. Dan tidak ada 
agama kami kecuali Islam. Dan kita mengimani bahwa Nabi kita s.a.w. 
adalah Khaatamul Anbiya', dan Qur'an Syarif adalah Khaatamul Kutub. 
Jadi, janganlah menjadikan agama sebagai permainan anak-anak. Dan 
hendaknya diingat, kami tidak mempunyai pendakwaan lain kecuali sebagai 
khadim Islam. Dan siapa saja yang mempertautkan hal [yang bertentangan 
dengan] itu pada kami, dia melakukan dusta atas kami. Kami mendapatkan 
karunia berupa berkat-berkat melalui Nabi Karim s.a.w. Dan kami 
memperoleh karunia berupa makrifat-makrifat melalui Qur'an Karim. Jadi, 
adalah tepat agar setiap orang tidak menyimpan di dalam kalbunya apa pun 
yang bertentangan dengan petunjuk ini. Jika tidak, dia akan 
mempertanggung-jawabkannya di hadapan Allah Ta'ala. Jika kami bukan 
khadim Islam, maka segala upaya kami akan sia-sia dan ditolak, serta 
akan diperkarakan. (Maktubaat-e-Ahmadiyyah, jld. 5, no. 4)


Sejarah Tadzkirah

Tadzkirah bukanlah kitab suci bagi Jemaat Ahmadiyah. Kitab suci 
Ahmadiyah adalah Al-Qur'an Karim yang diturunkan kepada junjungannya 
Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikutnya, yaitu Nabi Besar Muhammad 
s.a.w. Tadzkirah adalah sebuah buku yang berisi kumpulan wahyu-wahyu, 
kasyaf-kasyaf serta mimpi-mimpi yang diterima oleh Hz. Mirza Ghulam 
Ahmad dalam hidupnya selama lebih dari 30 tahun. Selama Hz. Mirza Ghulam 
Ahmad hidup, tidak ada buku yang bernama Tadzkirah dalam lingkungan 
Jemaat Ahmadiyah dan Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. tidak pernah menulis 
buku yang berjudul Tadzkirah.


Buku Tadzkirah ini dibuat kemudian atas prakarsa Hz. Mirza Bashiruddin 
Mahmud Ahmad r.a.. Pada sekitar tahun 1935, beliau menginstruksikan 
kepada Nazarat Ta'lif wa Tashnif, sebuah biro penerangan dan penerbitan 
Jemaat Ahmadiyah pada waktu itu untuk menghimpun wahyu-wahyu, 
kasyaf-kasyaf serta mimpi-mimpi yang diterima Hz. Mirza Ghulam Ahmad 
a.s. sebagaimana terdapat dalam berbagai macam terbitan (buku-buku, 
jurnal-jurnal [selebaran, majalah] dan surat kabar-surat kabar) yang 
mana materi terbitan itu telah disebarkan kepada umum pada saat itu. 
Selain itu, dari catatan-catatan harian Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. juga 
ditemukan keterangan mengenai pengalaman ruhani beliau. Dan juga adanya 
kesaksian dari para Sahabat, anggota keluarga, kerabat dan lainnya, di 
mana mereka diberitahu oleh Hz. Mirza Ghulam Ahmad mengenai wahyu, 
kasyaf, mimpi yang beliau terima dari Allah Ta'ala.


Untuk maksud ini dibentuklah sebuah panitia yang terdiri dari Maulana 
Muhammad Ismail, Syekh Abdul Qadir dan Maulvi Abdul Rasyid. Panitia 
tersebut menyusun buku Tadzkirah secara sistematis dan kronologis. 
Setelah pekerjaan tersebut selesai, maka buku tersebut diberi nama 
Tadzkirah. Nama Tadzkirah sendiri mempunyai arti kenangan atau 
peringatan. Buku ini dicetak dalam jumlah yang terbatas. Di Indonesia 
pun jumlahnya sangat terbatas dan hanya 

[EMAIL PROTECTED] [Fwd: Fwd: Lowongan Kerja di KPK]

2005-07-22 Terurut Topik Darwin Bahar

--- In [EMAIL PROTECTED], e-mgradzie [EMAIL PROTECTED]
wrote:
Komisi Pemberantasan Korupsi membutuhkan beberapa tenaga kerja. Jika
ada di antara kawan-kawan
yang berminat, silakan klik link di bawah ini:

http://www.kpk.go.id/portal/html/modules/recruitmentlink/

Batas Akhir 31 Juli 2005

Kirimkan Lamaran dan Daftar Riwayat Hidup ke PPM ASSESSMENT CENTER

melalui
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
dengan mencantumkan Kode Posisi pada Subject Line dan Nama Pendaftar
sebagai Nama Attachment File

Formulir Daftar Riwayat Hidup dapat di-download di bawah ini.

Semoga bermanfaat.
Saleum,
Radzie

NB: KPK Sukses menggelandang Puteh (gubernur Aceh) ke penjara, karena
korupsi di Aceh. Mampukah
membongkar penggunaan dana operasi militer di Aceh?

---
E-MGRADZIE
Jurnalis di Banda Aceh
Jika Anda tak terlalu sibuk, sempatkan mengunjungi rumah saya di alamat:
http://www.acehinteraktif.com
http://radzie.multiply.com
http://www.efmg.blogspot.com













Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Email Angku Ahmad Syafi'i Ma'arif - was: Re: [RantauNet] Muhammadiyah itu Tenda Besar

2005-07-17 Terurut Topik Darwin Bahar
Aa kabatulan ambo indak punyo doh, sakalipun nantun ka ambo usahokan 
untuak mancarikannyo


Wassalam, Sutan Bandaro Kayo

--- In palanta@minang.rantaunet.org, Sjamsir Sjarif [EMAIL PROTECTED] 


Maa Angku Darwin Bahar di Lapau, Kok lai angku punyo email angku Ahmad 
Syafi'i Ma'arif, atau kok dapek mancarikannyo, tolong kirim ambo di 
jalua paribadi. Ambo ingin korespondensi paribadi jo baliau. Tarimo 
kasih. Salam, --MakNgah



40927
From: Darwin Bahar [EMAIL PROTECTED]
Date: Fri Jul 15, 2005 1:21am
Subject: [EMAIL PROTECTED] Muhammadiyah itu Tenda Besar

MAJALAH TEMPO, Edisi. 20/XXXIV/11 - 17 Juli 2005
Wawancara

Muhammadiyah itu Tenda Besar



Website http://www.rantaunet.org
_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Muhammadiyah itu Tenda Besar

2005-07-14 Terurut Topik Darwin Bahar

MAJALAH TEMPO, Edisi. 20/XXXIV/11 - 17 Juli 2005
Wawancara

Muhammadiyah itu Tenda Besar

Di bawah kepemimpinan Ahmad Syafi'i Ma'arif, warna Muhammadiyah 
sebagai gerakan Islam puritan yang kaku mulai pudar. Organisasi Islam 
yang disebut punya 30 juta pengikut itu kini aktif dalam gerakan 
nasional memerangi penyakit sosial dan moral bersama Nahdlatul Ulama, 
kelompok ulama yang kerap berbeda paham dalam soal cara beribadah dengan 
Muhammadiyah. Pasangan Syafi'i Ma'arif bersama Hasyim Muzadi malah 
tampak kompak sekali dalam menggelorakan kampanye nasional antikorupsi. 
Ia juga keras membersihkan tubuh organisasi yang dipimpinnya dari 
penyakit moral itu. Pimpinan Muhammadiyah, kata dia, harus berkarakter 
kuat dan tidak mudah goyah oleh godaan ekonomi dan politik.


Godaan ekonomi memang menguat setelah Muhammadiyah berhasil mendirikan 
belasan ribu sekolah dari TK sampai SMU serta ratusan universitas dan 
ratusan rumah sakit, panti asuhan, dan tempat ibadah yang tersebar di 
penjuru Nusantara. Memang, dalam kondisi pengembangan aset luar biasa 
seperti itulah Ahmad Syafi'i Ma'arif memimpin organisasi Islam yang 
didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini.


Mungkin karena kesibukan tersebut, Muhammadiyah lantas ditengarai kurang 
berbunyi dalam pengembangan khazanah pemikiran keislaman. Ditambah lagi, 
nuansa keberpihakan terhadap partai politik tertentu pada masa reformasi 
membuat Muhammadiyah dituding telah bergeser menjadi wahana kegiatan 
politik praktis.


Tudingan-tudingan itu dibantah Syafi'i Ma'arif. Ia merujuk pada fakta 
bahwa organisasi yang hampir berumur setengah abad itu tidak sepi 
pertentangan pemikiran. Terutama antara sejumlah aktivis Ikatan 
Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Remaja Muhammadiyah, dan Pemuda 
Muhammadiyah yang dituduh mulai berdamai dengan paham Islam liberal, 
melawan kelompok Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah, yang 
dikenal lebih berpihak pada paham Islam fundamentalis. Perdebatan antara 
kelompok liberal dalam JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah) dan 
PSAP (Pusat Studi Agama dan Peradaban) dengan para penganut mazhab 
Tabligh yang kerap berkumpul di lantai 3 markas Muhammadiyah ini memang 
kerap seru.


Apakah pergulatan pemikiran ini akan terus berlangsung setelah Ahmad 
Syafi'i Ma'arif resmi menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Din 
Syamsuddin dalam Muktamar ke-45 di Malang, Jawa Timur, pekan lalu? 
Intelektual muslim yang pernah diundang Presiden Amerika George Walker 
Bush berdialog itu berharap demikian. Setidaknya kesan itu yang muncul 
ketika Syaiful Amin dan Heru C. Nugroho dari Tempo mewawancarai Syafi'i 
Ma'arif di kediamannya di Yogyakarta, sebelum berangkat ke Malang 
menghadiri Muktamar Muhammadiyah, dua pekan lalu. Perbincangan yang 
kemudian dilanjutkan oleh Bibin Bintariadi, wartawan Tempo di Malang, di 
sela-sela acara muktamar.


Berikut petikannya:

Apa perbedaan muktamar ke-45 kali ini dengan sebelumnya?

Muktamar dulu tidak ada perubahan AD/ART, sekarang ada. Kali ini program 
disesuaikan dengan perubahan zaman. Intinya, Muhammadiyah ingin 
revitalisasi di semua sektor, termasuk soal pemikiran. Hal itu tidak mudah.


Selama ini Muhammadiyah agak sedikit inward looking. Jadi, (urusan) 
keluar itu kurang. Sejak Amien Rais memimpin Muhammadiyah, organisasi 
ini sudah masuk arus besar bangsa. Itu jasa Amien, kemudian saya 
teruskan. Amien ke politik sedangkan saya mencoba lebih banyak ke 
kultural, tapi juga ke tengah-tengah arus bangsa.


Dalam muktamar yang lalu, kami juga menjawab kritik soal Muhammadiyah 
mundur secara intelektual dengan menampung Majelis Tarjih. Majelis yang 
semula hanya Majelis Tarjih diganti nama menjadi Majelis Tarjih dan 
Pemikiran Islam.


Akhir-akhir ini Muhammadiyah kurang laku dijual, padahal dikenal sebagai 
organisasi pembaruan. Mengapa?


Ya, mungkin tidak laku keras seperti ketika dia pertama kali muncul.
Sebab sudah banyak orang yang meniru Muhammadiyah.

Karena muncul kelompok Islam progresif yang mengusung perubahan?

Itu relatif. Apa parameter progresif itu? Muhammadi-yah punya Jaringan 
Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM). Dan aktivitas anak-anak muda itu 
luar biasa walaupun banyak pertentangan dari dalam. Mahasiswa 
Muhammadiyah memang pernah mandul lama sekali, sekitar 20 tahun. Bahkan 
pernah terjadi dualisme Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). 
Sekarang sudah mulai dibenahi dan diatasi.


Soal tudingan khazanah keislaman di Muhammadiyah tidak berkembang?

Itu jelas terbantahkan. Khazanah keislaman itu sudah berjalan dengan 
kebangkitan anak-anak muda yang kreatif. Tiap minggu nama mereka muncul 
di berbagai media. Dari sisi pemikiran, juga muncul potensi yang menurut 
saya punya masa depan yang bagus sekali. Walaupun oleh sebagian orang di 
dalam dinilai terlalu jauh, terlalu liberal, bagi saya, biar sajalah. 
Kalau memang ada persoalan begitu, mari kita ajak duduk, mari 
berdiskusi. Kalau perlu mari kita tukar bacaan, supaya kita itu jangan 
sempit (pandangan).


Posisi Pengurus 

[EMAIL PROTECTED] Tidak Setuju? OK, Tetapi Kenapa Harus Menyerang dan Merusak?

2005-07-11 Terurut Topik Darwin Bahar
Dalam hidup kita sering terpaksa melihat yang sangat tidak ingin kita 
lihat atau mendengar yang sangat tidak ingin kita dengar atau mengetahui 
bahwa apa yang dikhawatirkan terjadi kemudian terjadi, yang menyebabkan 
kita menjadi sangat sedih dan gusar.


Itulah yang saya rasakan ketika menyaksikan berita seputar serangan bom 
teroris di London yang menewaskan banyak orang tidak bersalah pekan 
lalu, dan kemudian sebuah peristiwa yang diberitakan Liputan 6 SCTV pagi 
dan Nuansa Pagi hari Minggu yang lalu, yaitu ketika segerombolan orang 
yang mengaku dari Lembaga Penelitian dan Pengkajian (LPPI) dan Front 
Pembela Islam (FPI), sebagian masih belia menyerang, merusak dan 
berusaha membubarkan ‘Jalsah Salanah’ (pertemuan tahunan) ke 46 Jemaah 
Ahmadiah Indonesia di kampus gerakan tersebut di Parung, Bogor, hari 
Jumat lalu, dengan alasan “bertentangan dengan ajaran Islam”. Terdengar 
jelas ada yang berpekik: “Bakar…….bakar!”


“Mereka tidak mengakui Nabi Muhammad dan tidak berkitabkan Al-Quran,” 
demikian kurang lebih ucapan salah seorang penyerang seperti dikutip SCTV.


Memang seperti itu anggapan mayoritas kaum muslimin tentang Jemaah 
Ahmadiah. Dan seperti itu pula anggapan saya dulu, ketika ikut 
mengusulkan untuk “mengusir” Nadri Saadudin alias Wan Nadri, seorang 
mubalih Jemaah Ahmadiah---yang rajin mendakwahkan doktrin-doktrin mereka 
di sejumlah milis---dari Palanta sekitar 5 tahun yang lalu.


Dan setelah itu saya masih sempat “menyerang” Wan Nadri dan Ahmadiah di 
Milis FID. Namun setelah masuk ke Prol dan menyaksikan kegigihan dan 
ketangguhan intelektual Ahmadiah MA Suryawan dan Febrina dalam menangkis 
distorsi terhadap Islam dan serangan kepada pribadi Nabi, saya secara 
brangsur menyadari kekeliruan pandangan saya kepada Jemaah Ahmadiah 
selama ini.


Sekitar satu setengah tahun yang lalu Wan Nadri yang rupanya tidak 
dendam kepada saya, menjapri saya memberi tahu bahwa beliau dan 
isterinya merencanakan untuk menunaikan ibadah haji pada musim haji 
2004, dan minta dikirimi catatan lengkap perjalanan haji yang saya 
kirimkan secara bersambung ke sejumlah milis beberapa bulan sebelumnya, 
karena catatan yang dikoleksinya tidak lengkap. Permintaannya tersebut 
segera saya penuhi disertai catatan, semoga Wan Nadri dan isteri 
mendapat haji mabrur.


Tadinya saya akan mengucapkan selamat di milis-milis Wan Nadri biasa 
mangkal, tetapi saya urungkan. Kenapa? Karena saya khawatir Wan Nadri 
nanti kenapa-kenapa di Tanah Suci, karena saya tahu para Ulama dan 
Pemerintah KSA, tidak membenarkan Jemaah Ahmadiah Qadiani untuk 
menunaikan ibadah haji, dengan kata lain, memasuki teritori KSA [1]


Memang, kebanyakan ulama, termasuk ulama-ulama besar, termasuk Dr Yusuf 
Qaradhawi yang sangat berpengaruh dan dihormati kaum muslimin 
‘mainstream’ termasuk saya, berpendapat bahwa Jemaah Ahmadiah Qadiani 
sudah menyimpang dari ajaran Islam, karena mereka mengimani Mirza Gulam 
Ahmad (MGA) sebagai Nabi, walaupun menurut Jemaah Ahmadiah sendiri Nabi 
yang tidak membawa syariat sendiri tetapi meneruskan syariat Nabi 
Muhammad SAW, dan ini berdasarkan penfasiran mereka terhadap Al-Quran 
bahwa Nabi yang tidak membawa syariat sendiri tidak berakhir sesudah 
Nabi Muhammad SAW.


Sebagian lain---nampaknya waktu ini minoritas---termasuk saya, tidak 
berpendapat mereka bukan Islam, karena pada kenyataannya mereka salat, 
berpuasa, berzakat dan berhaji tidak berbeda berbeda dengan kaum 
muslimin lainnya, yang secara eksplisit menyatakan bahwa mereka 
menjalankan syariat---dengan kata lain mengakui dan mencintai---Nabi 
Muhammad SAW, tidak berbeda dengan kaum muslimin lainnya. Demikian pula 
Al-Quran yang mereka gunakan sebagai sumber keimanan dan amalan mereka, 
juga tidak berbeda dengan Al-Quran kaum muslimin lainnya, yaitu Al-Quran 
Rashm Usmani. Soal apakah paham mereka yang mengimani MGA itu seorang 
Nabi itu diterima Allah SWT atau tidak, tentunya hanya Allah Yang Maha 
Bijaksana sendiri yang mengetahuinya.


Selain itu itu Jemaah Ahmadiah juga dikenal antikekerasan dan sangat 
giat melakukan dakwah Islam ke segenap penjuru dunia. Baitul Futuh, 
masjid megah yang terletak di jantung Kota London berkapsitas 10 ribu 
jemaah, terbesar di Eropah, yang diresmikan tahun 2003 lalu, dibangun 
oleh Jemaah Ahmadiah. Tentu saja kiblatnya menghadap ke arah Ka’bah di 
Makkah Al-Mukarramah. Dengan kapsitas sebesar itu, mustahil kalau yang 
salat berjamaah di sana, termasuk Salat Jumat, terbatas hanya dari 
kalangan kaum muslimin Jemaah Ahmadiah saja.


Persoalannya sebenarnya sederhana saja. Kelompok pertama cenderung 
mengemukakan perbedaan, sedangkan kelompok kedua cenderung melihat 
persamaannya. Namun seperti saya kemukakan di atas, di kalangan kelompok 
pertama jelas tidak sedikit memiliki pandangan yang terdistorsi terhadap 
Ahmadiah.


Dengan demikian bagi kelompok pertama yang tetap berpendapat bahwa 
Jemaah Ahmadiah menyimpang tentunya sah-sah saja. Apalagi pendapat ini 
didukung jumhur ulama termasuk MUI, walaupun 

Re: [RantauNet] [EMAIL PROTECTED] Re: [surau] Islam Hanif, Sebaiknya Ganti Nama Dulu.

2005-07-08 Terurut Topik Darwin Bahar


Nald, kalau argumennya “begitulah resiko kalau tinggal di negara yang 
mayoritas muslim”, minoritas muslim di Prancis atau di negara Eropa 
lainnya tidak usah protes larangan berjilbab bsgi psrsa muslimah di 
sekolah-sekolah negeri atau tempat bekerja (jangan bandingkan drngan 
bunyi lonceng gereja, itu mah “kecil”). Tetapi pointnya bukan itu. Saya 
perhatikan keberatan mereka---bahkan sebagian kaum muslimin yang tinggal 
dekat masjid, terutama yang punya bayi atau ada yang sakit) bukan pada 
azannya (apalagi kalau azannya bagus), tetapi hangar-bingar pakai 
pengeras suara yang tidak ada hubungannya langsung dengan peribadatan 
salat subuh---hatta jika itu lantunan ayat-ayat kitab suci Al-Quran. 
Apalagi kalau ada dua atau tiga mesjid yang berdekatan dan 
ketiga-tiganya seperti adu keras suara loudspeakernya. Pertanyaannya, 
apakah ada contoh atau anjuran dari Nabi untuk itu? Malah yang saya 
tahu, Nabi pernah melarang seorang sahabat mengeraskan bacaan Al-Quran 
di dalam masjid karena bisa mengganggu sahabat lain yang sedang 
bertafkur atau larangan Nabi untuk membaca doa keras-keras karena Tuhan 
yang kita sembah bukanlah Tuhan yang tuli. Tetapi yang lebih hakiki bagi 
saya, sikap yang melakukan sesuatu yang kita suka karena kita mayoritas, 
bukan sikap yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.


Soal ada atau tidak adanya NGO dari negara-negara muslim, saya balik 
tanya kepada Ronald, tolong tinjukkan satu saja NGO dari negara-negara 
muslim yang hadir di Aceh sejak saat bencana tsunami sampai saat ini. 
Dari dalam negeri dulu lumayan. Ada Tim Muhammadiyah, PKS, FPI dan 
lain-lain, dan cukup banyak amal nyata yang dilakukan Tim-Tim tersebut 
bagi saudara-saudara kita di sana. Tetapi setahu saya, tim-tim tersebut 
sudah meninggalkan Aceh sekarang


Wassalam, Darwin


--- In palanta@minang.rantaunet.org, 1972 putra [EMAIL PROTECTED] wrote:

Assalaamu 'alaikum wr wb

Mamak Darwin Bahar,
.
Seharusnya mereka paham bahwa begitulah resiko kalau tinggal di 
negara yang mayoritas muslim. Toh kaum muslimin yang tinggal

di roma pun misalnya, apa mereka juga nggak terganggu dengan
bunyi dentang lonceng gereja ? lalu apa mereka juga merasa 'berhak'
utk meminta gereja utk tidak membunyikan loncengnya ? 
..
Kurang benar pula kalau dikatakan bahwa tidak ada NGO dari 
negara-negara muslim. Silahkan di data ke pemda aceh setempat

siapa-siapa saja yang aktif di sana, bahkan sampai saat ini.


wassalaam,
Ronald

 





_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Re: [surau] Islam Hanif, Sebaiknya Ganti Nama Dulu.

2005-07-03 Terurut Topik Darwin Bahar
 meraka akahirnya menerima Islam dengan 
utuh dan menjadi mubaligh-mubalikh yang hebat di kalangan mereka 
sendiri. Kita doakan saja.


Sekian tanggapan saya.

Wabillahi taufiq wal hidayah

Wassalam, St Bandaro Kayo (62-)


--- In [EMAIL PROTECTED], Muhammad Arfian [EMAIL PROTECTED] wrote:

Mamak Darwin Bahar,

Saya memiliki pandangan yang berbeda dengan yang Mamak miliki. Dalam 
pandangan saya, kekuatan suatu berdasarkan pada konsep 'aqidah

(konsep dasar keimanan) yang dimiliki oleh agama tersebut. Sedikit
tentang 'aqidah ini, �eaqidah menurut bahasa berasal dari kata al-
�eAqdu yang berarti ikatan, at-Tautsiqu yang berarti kepercayaan
atau keyakinan yang kuat, al-Ihkamu artinya mengokohkan/ menetapkan,
dan ar-rabthu biquwwah yang berarti mengikat dengan kuat. Jadi
kepercayaan yang kuat kepada Tuhan yang diimani dalam suatu agama
merupakan fondasi dari berdirinya agama tersebut.

 


dipotong


--- In [EMAIL PROTECTED], Darwin Bahar [EMAIL PROTECTED] wrote:
 


Ketika menanggapi postingan seorang netter penganut Katolik yang
simpatik mengenai azan, saya mengutip pendapat Dr Nurcholis Majid
   





_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Kabar Dari Seorang Rekan dari Aceh (3) : Reaksi Aceh NGOs terhadap Hukum Cambuk

2005-06-30 Terurut Topik Darwin Bahar

Pak Darwin Yth,

Satu pertanyaan belum saya jawab, yaitu tentang reaksi NGO Aceh terhadap 
hukum cambuk.


Hari ini (30/6/2005) koalisi NGO HAM Aceh menggelar diskusi tentang 
Hukum Cambuk dari berbagai perspektif. Saya tidak dapat hadir, karena 
sibuknya pekerjaan. Tapi seorang teman yang sempat mengikuti acara 
tersebut menuturkan simpulan-simpulan hasil diskusi, al: Terkait dengan 
masih berlakunya Hukum Positif di NAD, maka Hukum Cambuk malah menambah 
beban hukuman bagi si terhukum: melalui  proses  
pemeriksaan,penahanan...ditambah...cambuk. Jadi penerapan Hukum Cambuk 
dengan menggunakan Infrastruktur Hukum Positif eksisting, cenderung 
dinilai sebagai tambahan hukuman.


Sementara para Ulama Aceh berpendapat bahwa Hukum Syariat harus dilihat 
dalam perspektif pengadilan Ahirat. Seorang yang dihukum secara Syariat 
di Dunia, maka di Ahirat tidak mendapatkannya lagi.

..
Di Harian Kompas Teuku Kemal Pasya menulis tentang Hukum Cambuk dengan 
amat menarik (Kompas, 17-18 Juni 2005)...


Salam,

Sambas


_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Islam Hanif, Sebaiknya Ganti Nama Dulu.

2005-06-30 Terurut Topik Darwin Bahar
Ketika menanggapi postingan seorang netter penganut Katolik yang 
simpatik mengenai azan, saya mengutip pendapat Dr Nurcholis Majid (Cak 
Nur), bahwa semakin dekat ke pusat lingkaran---pada tataran esetoris 
semua agama--semakin kecil perbedaan. Cak Nur memang salah seorang 
pemikir Islam yang giat dan konsisten mempromosikan adanya titik temu 
semua agama, tanpa menafikan perbedaan-perbedaan yang ada pada 
agama-agama tersebut yang menyebabkan dirinya sering menerima hujatan 
dari kelompok literal/radikal. Bahkan konon ada yang menghalalkan darahnya.


Saya tidak tahu bagaimana perasaan Cak Nur ketika membaca Rubrik Agama 
Majalah TEMPO pekan ini (Edisi 27 Juni-3 Juli 2005): “Gereja yang Nyaris 
Bertauhid”, yang memberitakan Robert P Walean, seorang penganut Kristen 
Advent, mempresentasikan apa yang disebutnya “Islam Hanif” di depan 
sekitar 500 jemaat Gereja Advent di Gedung Argo Pantes Jalan Gatot 
Subroto sekitar tiga pekan yang lalu, di mana dengan lantang dia 
“berfatwa” bahwa: “Al-Kitab dan Al-Quran menunjukkan bahwa Islam hanif 
adalah ajaran yang diterima Allah.”


Cak Nur dalam bukunya “Pintu-pintu Menuju Tuhan” mengemukakan bahwa 
Ibrahim adalah Bapak agama tauhid (monoteisme) sedangkan hanif ialah 
“bersemangat kebenaran”.


Kesimpulan tersebut diperoleh Robert setelah sekitar tiga tahun bersama 
sejumlah Pendeta Advent membolak balik kedua kitab suci itu di lembaga 
Penelitian Al-Kitab dan Al-Quran ‘Last Events’ yang didirikannya, di 
mana akhirnya mereka menemukan kaitan antara Kedar dan Nebayot dalam 
Yesaya 6-7, yang dalam pandangan Kristen merupakan keturunan Nabi 
Ibrahim dari garis Ismail yang menganut Islam, dengan QS 16 : 123 
(“Kemudian Kami wahyukan kepadamu, ikutilah agama Ibrahim secara 
hanif”). Dari sini lah ia kemudian mengusung nama Islam hanif, yang 
artinya Islam yang lurus.


Mengenai syariat Islam hanif ini Robert menjelaskan bahwa “Semua 
perilaku Nabi Ibrahim dan Muhammad SAW adalah Islam hanif.” Tapi tidak 
persis sama seperti Islam, sebab hari suci Islam hanif versi Robert 
bukanlah Jumat, melainkan Sabtu alias Sabath sebagaimana juga dalam 
Kristen Advent.


Tidak sukar untuk diduga bahwa ajaran Robert ini menimbulkan pro dan 
kontra. Menurut Tri Djoko Suwarso, MA, Direktur Komunikasi Gereja 
Kristen Advent Indonesia Barat seperti dikutip TEMPO, pendeta Kristen 
Advent terbelah dua. Demikian pula dengan sekitar 400 ribu penganut 
Advent di Indonesia. Sebagian mendukung, sebagian menolak. Salah seorang 
yang mendukung itu adalah Pendeta L. Situmorang dari Gereja Masehi Hari 
Ketujuh di Jalan Dr Saharjo Jakarta, yang menyambut ajaran Robert 
tersebut dengan terbuka, dan dalam pernyataan resmi bermaterai 
tertanggal 23 Januari yang lalu, antara lain mengakui bahwa “Muhammad 
SAW adalah utusan Allah”.


Masih menurut TEMPO, Gereja Advent tidak melarang aktivitas Robert di 
gerejanya dan jemaahnya. “Pak Robert mencoba mewartakan ajaran Tuhan 
menurut versinya,” ujar Suwarno.


Di sini saya lama termenung.

Pertama saya termenung betapa Robert dkk begitu berani menerabas 
kotak-kotak pemikiran yang namanya dogma agama untuk mencari kebenaran 
yang hakiki dan pertanyaan yang tidak terjawab


Kedua saya termenung karena menyaksikan begitu besarnya toleransi umat 
Kristiani dalam menyikapi perbedaan, walaupun perbedaan itu nyaris 
seperti siang dengan malam, yang saya percaya bahwa hal tersebut 
tentunya dilandasi keyakinan bahwa pemilik kebenaran yang hakiki itu 
hanya Allah.


Lalu, kenapa umat Islam---yang inti ajarannya berserah diri kepada 
Allah---yang juga juga memiliki keyakinan bahwa pemilik kebenaran yang 
hakiki itu hanya Allah, tetapi kadang-kadang merasa menjadi pemilik 
kebenaran itu sendiri, sehingga sangat mudah atas nama Allah untuk 
menkafirkan atau menganggap murtad orang-orang yang pemahaman 
keagamaannya tidak persis sama seperti JIL, LDII dan Ahmadi. Padahal 
perbedaan antara orang-orang Islam yang suka menkafir-kafirkan itu 
dengan JIL, LDII dan Ahmadi tidak sehitam kuku perbedaan antara penganut 
Advent yang menerima Islam hanif dengan yang menolaknya.


Akibatnya waktu dan enersi ummat Islam habis untuk “urusan langit”, 
sehingga kita abai dengan urusan bumi. Sebagian Ummat Islam menyambut 
dengan tempik sorak pemberlakuan syariat Islam dalam bentuk pelaksanaan 
hukum cambuk kepada kriminal-kriminal kecil di Aceh, tetapi abai pada 
kenyataan bahwa Qanun (Perda) No 13/2003 bersifat diskrimintif karena 
tidak berlaku bagi pejabat dan ABRI, sesuatu yang bertentangan dengan 
keadilan dan egaliterianisme yang merupakan prinsip ajaran Islam. 
Bukankah tidak kurang dari Al Mustafa Rasulullah SAW sendiri dengan 
tegas bersabda: “Hatta, jika Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya 
akan aku potong tangannya, dan ketika terjadi kesulitan ekonomi, 
Khalifah Umar bin Khatab tidak memotomg tangan para pencuri yang mencuri 
hanya sekedar mencuri karena lapar?


Tetapi yang lebih menyedihkan umat Islam mulai abai kepada puluhan ribu 
saudara-saudara mereka korban 

[EMAIL PROTECTED] Kabar Dari Seorang Rekan dari Aceh (3)

2005-06-28 Terurut Topik Darwin Bahar

 Assalamualaikum wr. wb.

 Pak Sambas di mana sekarang, dan apa kabar Aceh? Saya baca di
 Koran ada relawan asing yang tertembak.

 Dan bagaimana gaung pelaksanaan hukum cambuk di Bireuen di
 kalangan NGOs di Aceh?

 Semoga Pak Sambas dan Tim LGSP-USAID sehat-sehat saja tidak
 kurang suatu apapun dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT

 Wassalam, Darwin



Terima Kasih Pak Darwin,

Alhamdulillah, Saya dengan teman-teman baik-baik saja. Saya lagi 
grounded naik heli, untuk memulai proses penandatanganan MoU 4 
kabupaten, menyusul Kota Banda Aceh yang telah berjalan sekitar dua bulan.


Tentang relawan tertembak, terjadi di Lamno, Aceh Jaya, saat saya pergi 
dari sana, naik heli dari Calang.


Memang keamanaan belum sepenuhnya terjamin. Sekitar seminggu setelah 
saya keluar dari Nagan Raya, Ketua DPRD-nya diculik.  Kemarin saat saya 
masuk Aceh Besar, beberapa hari sebelumnya terjadi kontak 
senjata...Alhamdulillah, saya selalu bergerak bertepatan dengan saat 
aman. Ini adalah perlindunganNYA...sangat saya syukuri...


Jum'at Kemarin saya sembahyang Jum'at di Masjd Besar Baiturrahman Banda 
Aceh. Khotib mengambil tema khutbah Maju Terus Dengan Syariat Islam. 
Argument-argument(hujah)nya sangat tajam. Dikatakan, bagi Islam hanya 
ada dua hukum: (1) Hukum Allah; (2) Hukum Jahiliyah...sangat memukau, 
karena khotib memperhadapkannya (vis a vis) dengan hukum dunia 
international yang berlaku sekarang, yang mengatakan bahwa hukuman fisik 
itu uncivilized. Rencana eksekusi Hukum Cambuk di Bireun diumumkan di 
masjid Baiturahman. Yang menarik Ketua BRR Kuntoro Mangkusubroto 
menyatakan siap dicambuk jika mengkorupsi dana BRR (berita terlampir).


Saya secara pribadi melihat Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh 
membutuhkan orang-orang yang bisa menjaga keteraturan dalam perubahan 
secepat apa pun. Dengan kata lain, membutuhkan pak Darwin...


Salam, Sambas



Kuntoro: Saya Siap Dicambuk jika Korupsi

SUARA MERDEKA Senin, 27 Juni 2005NASIONAL


BANDA ACEH - Kepala Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) 
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Pulau Nias, Kuntoro 
Mangkusubroto, menyatakan siap menerima hukuman cambuk jika melakukan 
tindak pidana korupsi.


Saya siap dicambuk jika melakukan korupsi karena korupsi melanggar 
Undang-undang Syariat Islam di daerah Serambi Mekah, katanya kepada 
puluhan wartawan dalam dan luar negeri di Masjid Baiturrahim Ulee Lhue, 
Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, Sabtu lalu.


Pernyataan itu dikemukakan Kuntoro saat menjawab pertanyaan wartawan di 
hadapan delegasi badan dunia PBB, perwakilan Bank Dunia, dan sejumlah 
lembaga swadaya masyarakat (LSM).


Kuntoro menegaskan, pihaknya akan menerima hukuman jika melakukan 
perbuatan melanggar hukum syariat (Islam) yang telah diberlakukan di 
NAD. Sekali lagi saya katakan bahwa siapa pun yang berada di Aceh, 
wajib menaati hukum yang berlaku di daerah ini. Apalagi, saya kini sudah 
tercatat sebagai penduduk Aceh, yakni telah memiliki KTP (kartu tanda 
penduduk) merah putih yang berlaku di daerah ini, tandas Kuntoro yang 
mengundang tawa pengunjung.


Lebih lanjut, ia menjelaskan kembali komitmennya bahwa setiap dana yang 
masuk ke badan di bawah pimpinannya (BRR) itu akan diaudit oleh auditor 
independen profesional dan memiliki nama di dunia internasional.


Lima Tahun

BRR adalah satu lembaga yang bertanggung jawab atas rehabilitasi dan 
rekonstruksi Aceh pascabencana alam gempa dan tsunami, 26 Desember 2004, 
dengan masa tugas selama lima tahun mendatang. Tidak ada korupsi di 
BRR, tegasnya.


Oleh karena itu, katanya, satu kebijakan dari BRR bahwa semua pelaku 
rekonstruksi dan rehabilitasi NAD dan Nias itu harus menandatangani 
surat pernyataan tidak melakukan korupsi.


Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa BRR sangat transparan dalam mengelola 
dana bantuan yang telah dipercayakan para negara donatur atau lembaga 
yang mempunyai komitmen untuk membantu pembangunan kembali Aceh dan Nias 
pascaterjadinya musibah gempa dan tsunami akhir tahun lalu.


Di pihak lain, Kuntoro menyebutkan bahwa saat ini tercatat sebanyak 178 
proyek yang disetujui untuk melakukan berbagai kegiatannya di Aceh dan 
Nias dengan total bantuan dana sebesar 585 juta dolar Amerika Serikat.


Provinsi NAD yang telah berstatus sebagai wilayah di Indonesia yang 
menjalankan syariat Islam secara kafah (menyeluruh) melalui 
Undang-undang RI Nomor 44/1999.


Dalam pelaksanaan undang-undang tersebut, Provinsi NAD telah menghukum 
cambuk terhadap belasan terpidana kasus judi dan minuman keras di 
Kabupaten Bireuen dengan hukuman cambuk antara enam hingga delapan kali 
terhadap pelakunya. (ant-41h)



_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:

[EMAIL PROTECTED] Sumatra Barat Belum Habis

2005-06-26 Terurut Topik Darwin Bahar

Assala(mu alaikum wr. wb.

Sekitar tiga tahunan yang lalu, saya pernah menulis di sini posting 
dengan subyek seperti di atas. Kesimpulan tersebut saya peroleh setelah 
Sumatra Barat yang dalam waktu yang cukup lama hanya saya amati dari 
jauh, saya kunjungi dan saya amati dari dekat awal tahun 2002 yang lalu 
untuk tugas program tempat saya bekerja, yang wilayah kerjanya mencakup 
7 provinsi, termasuk Sumatra Barat.


Kemudian Sumatra Barat dan 6 provinsi lainnya tersebut secara berkala 
saya kunjungi sampai program tersebut berakhir Januari yang lalu. Dan 
berdasarkan pengamatan saya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, 
kemajuan yang terjadi di Sumatra Barat tidak di bawah, malahan dalam 
hal-hal tertentu melampau prov lain seperti prestasi dan penghargaan 
nasional yang diperoleh Kab Tanah Datar dan Kab Solok. Secara pribadi 
saya juga melihat kemajuan-kemajuan yang cukupti di Kab Agam dalam 
pengembangan ekonomi lokal Kab Limapuluhkoto dalam pemberdayaan nagari.


Seperti yang diberitakan Liputan6.com yang saya kutip di bawah provinsi 
dinilai Pemerintah Sumatra Barat yang terbaik dalam menangani gizi buruk.


Tentu saja hal itu tidak menutupi kenyataan bahwa masih sangat banyaknya 
hal-hal yang bersifat fundamental yang perlu diperbaiki guna pembangunan 
fisik dan manusia seutuhnya di Sumatra Barat di waktu-waktu yang akan 
datang.


Siapapun Gubernur yang terpilih pada pilkada besok jelas tidak mungkin 
berhasil tanpa dukungan masyarakat.


Termasuk kita-kita yang merantau cina ini.

Termasuk dukungan berupa kritik-kritik.

Kritik pedas, jika perlu.


Wassalam, St Bandaro Kayo (62-)


===

Sumatra Barat Terbaik dalam Menangani Gizi Buruk

Alwi Shihab saat berkunjung ke Sumbar. 26/6/2005 10:04  Penghargaan 
diberikan langsung Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Alwi Shihab. 
Jumlah kasus busung lapar di Provinsi Sumbar terbilang sedikit, cuma 
empat kasus. Padahal pada 1998, ada 615 kasus.


Penanganan gizi buruk di Sumbar

Liputan6.com, Padang: Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Alwi 
Shihab memberikan penghargaan kepada Provinsi Sumatra Barat di Padang, 
Sabtu (25/6). Sumbar dinilai terbaik dalam mengatasi kasus gizi buruk 
dan busung lapar.


Dibandingkan dengan provinsi lain, jumlah penderita gizi buruk maupun 
busung lapar yang ada di Sumbar paling sedikit, yakni empat kasus. 
Kondisi tersebut sangat jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. 
Contohnya, tahun 1998. Saat itu, ada 615 anak penderita gizi buruk 
maupun busung lapar [baca: Busung Lapar di Gudang Beras].


Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sumatra Barat Yasril Rival, empat anak 
itu termasuk 11 penderita busung lapar yang sempat ditemukan. Tujuh di 
antara mereka sudah lebih dahulu ditangani petugas pos pelayanan 
terpadu.(AIS/Deni Risman)



_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] [Fwd: Daftarkan ciek]

2005-06-08 Terurut Topik Darwin Bahar

Waalaikumsalam Nakan St Mudo

Yo batue, langkoknyo RantauNet forum silaturakhmi urang awak baik nan di 
kampuang atau nan dirantau. Ambo taruihkan sajo ka Palanta, bulieh 
tabaco dek urang dapue, supayo keanggotaan St Mudo di RantauNet bisa 
diproses.


Wassalam, Darwin St Bandaro Kayo

 Original Message 
Subject:Daftarkan ciek
Date:   Thu, 09 Jun 2005 09:45:19 +0700
From:   pro-spn [EMAIL PROTECTED]
To: Darwin Bahar [EMAIL PROTECTED]


Assalaamu'alaikum

Mak Darwin, ambo pandatang baru di dunia internet. Tadanga 
kaba ado milist urang awak nan ba-inisial RN. Bisa ambo 
didaftarkan ciek ?


Tarimokasih banyak ateh bantuannyo
Jazakumullahu khairan katsiiran
Wassalaam
Sutan Mudo





_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Selamat dan Mohon Maaf

2005-05-29 Terurut Topik Darwin Bahar

Assalamualaikum Wr Wb

Kepada Dinda St Lembang Alam dan keluarga, ikut bergembira mengucapkan 
selamat atas pernikahan anak kami Diny Fajrini Saib S. Psi dengan nanda 
Setiadi, ST, serta mohon maaf atas keberhalangan untuk hadir baik pada 
acara akad nikah pada hari Sabtu 28 Mei maupun pada acara resepsi Minggu 
tadi malam di Gedung Pewayangan Kautman TMII.


Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan, rakhmat dan 
perlindungan kepada kedua mempelai dalam membina keluarga yang sakinah, 
mawadah, warakhmah dan dianugerahi anak keturunan yang saleh dan salehah.


Pada kesembatan ini kami juga menyampaikan selamat kepada kemenakan kami 
Z Chaniago dan permohonan maaf atas keberhalangan kami untuk  hadir pada 
acara Syukuran Aqiqah cucu kami Muhammad Reza Arvanda pada hari Minggu 8 
Mei 2005 yang lalu.


Semoga Reza menjadi anak yang saleh dan berbakti kepada Allah SWT, kedua 
orang tua dan berguna bagi bangsa dan negaranya.


Wassalam,

HDB St Bandaro Kayo dan Hj Kurniah Darwin
Depok



_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Fwd: Re: Tentang Jilbab di Kota Padang

2005-05-28 Terurut Topik Darwin Bahar

(sekaligus menjawab postingan Mbak Herni, Mbak Chae dan Mas Ayeye)

--- In [EMAIL PROTECTED], Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:


Pak Darwin Bahar tepat sekali mengingatkan bahwa kecenderungan budaya
Minang yang ujung-ujungnya memang toleran, dan setia adat. Karena
itu instruksi walikota nggak diprotes orang Padang sendiri. Sejelek-
jeleknya inilah yang saya harapkan, bahwa formalisasi itu nggak
bakalan melunturkan sifat toleran orang Minang.

Tapi, lepas dari orang Sumbar sendiri nggak protes, orang luar boleh
protes dong - anggap saja urun pendapat.


Darwin

Mbak Mia, ada kearifan orang Minang tntang perlunya perbenturan pendapat
yang tercermin dalam pepatah: Beradu kayu di tungku, di sana timbulnya
api, untuk memasak nasi yang akan dimakan, yang mencerminkan bahwa
pergesekan pendapat bukan saja boleh tetapi perlu agar diperoleh
kemanfatan atau nilai tambah bagi semua. Bayangkan apa yang terjadi jika
memasak nasi di atas tungku yang apinya tidak menyala.

Atau dalam bahasa Pak Walikota Padang: Kontroversi Justru Memperkaya
Wawasan.

Mia:


Saya setuju dengan pendapat-pendapat beberapa temen disini sbb:
- kalau itu sifatnya memelihara adat, kenapa harus diformalkan?


Darwin:

Sejujurnya saya agak terkejut orang secerdas Mbak Mia bisa keluar dengan
pertanyaan seperti itu. Karena pertanyaan serupa juga bisa diajukan
kepada founding fathers kita yang menetapakan Pancasila, yang dianggap
sebagai pencerminan kepribadian bangsa Indonesia menjadi dasar Negara,
dari mana semua prinsip pertauran perundang-unadangan, atau pertauran
Pemerintah Perancis yang melarang dikenakannya pakaian atau atribut yang
dianggap sebagai symbol dari agama termasuk jilbab di sekolah-sekolah
negeri sesuai dengan prinsip sekularisme yang dianut Pemerintah
Perancis---walaupun kita tahu bahwa dari satu sisi hal tersebut
bertentangan dengan pasal 18 Declaration of Human Right tentang
 kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaan dengan cara
mengajarkannya, mempraktekkannya, melaksanakan ibadahnya dan
mentaatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka
umum maupun sendiri


Mia:


- kalau itu memang dari adat, kenapa jilbab?
- kalau itu seragam, lha kenapa jilbab?


Darwin:

Mbak Mia, di akhir tahun limapuluhan ada sebuah lagu Minang yang
berjudul Baju Kurung yang dipopulerkan oleh Orkes Gumarang yang
ketika itu merajai blantika musik Nasional, yang saya masih ingat sekali
baitnya yang berbunyi: Baju kurung onde-onde lah si baju kurung /
Basalendang suto nan aluih bamaniek-maniek.

(basalendang=berselendang; suto=sutera; aluih=halus; maniek=manik)

Baju kurung dan selendang/kerudung memang merupakan pakaian tradisional
yang dikenakan perempuan Minang di Sumatra Barat sejak zaman kuda gigit
besi, baik yang selendangnya sekedar disangkutkan di kepala atau
dilitkan seperti jilbab seperti yang dikenakan siswa Diniyah Putri di
Padang Panjang yang dibangun oleh Rahmah El-Yuniah di awal abad ini.

Almarhumah kakak perempuan saya yang tertua Uni Niar (lahir tahun 1932)
malah pernah mengalami kejadian lucu. Ketika menikah dan mengikuti
suaminya di Jakarta yang bekerja di DKA (sekarang PT KAI) di awal tahun
50-an beliau ikut bekerja sebagai pegawai sipil di AD. Dan kita tahu
bahwa di Jakarta, perempuan yang mengenakan pakaian tertutup seperti
baju kurung dan selendang yang dikenakan kakak saya tersebut di zaman
Orkes Gumarang sangat-sangatlah sedikit dibandingkan dengan di zaman
Grup Musik Dewa dewasa ini. Mungkin merasa agak aneh, beberapa pria
yang duduk dekat Uni Niar di atas trem listrik ngerasanin-nya dalam
bahasa Belanda (maksudnya tentu biar kakak saya tersebut tidak paham apa
yang mereka katakan), yang isinya kira-kira: orang ini kampungan banget
sich. Uni Niar yang alumnus Diniyah Putri itu dengan tenang menjawab
dalam Bahasa Inggris---saya sudah tidak ingat persis isinya---yang
menyebabkan pria-pria tersebut terpecak peluhnya.

Baju kurung dan selendang/kerudung tersebut berkembang sesuai mode.
Tidak sukar menemukan perempuan asal Sumbar, termasuk yang masih belia
di pasar-pasar tradisional atau modern seperti ITC yang banyak pedagang
Minang tetap menggunakan kerudung atau jilbab, dan sesuai dengan
berkembangnya tren perempuan Indonesia menggunakan pakaian tertutup yang
disebut busana muslim pakain tradisional orang Minang tersebut berubah
nama jadi busana muslim.

Namun intinya, baju kurung dan selendang/jilbab tidak ada bedanya dengan
kain dan kebaya, baik dengan atau sonder tutup kepala, yang digunakan
oleh perempuan Betawi, Jawa, Sunda dan Daerah lainnya untuk kegiatan
sehari-hari. Bahkan dulu saya juga pernah mendengar lagu Baju Kurung
dalam bahasa Batak, yang saya tidak tahu artinya. Dugaan saya ketika itu
ialah bahwa perempuan Batakpun memakai baju kurung juga.

Dan Mbak Anita baru saja menjelaskan kepada kita bahwa di negeri
persemakmuran Inggris, anak sekolah juga berseragam dengan contoh di
Australia, yang default seragam siswinya adalah rok mini. Apa kalau di
Australia boleh, di Padang tidak boleh? Atau

[EMAIL PROTECTED] Walikota Menjawab: Kontroversi Justru Memperkaya Wawasan

2005-05-28 Terurut Topik Darwin Bahar

Oleh admin padek 1

Sabtu, 21-Mei-2005, 14:09:0562 klik

Kebijakan Wali Kota Padang Drs H Fauzi Bahar MSi tentang pemberlakukan 
busana muslim bagi seragam sekolah siswa SLTP dan SLTA di Kota Padang, 
ternyata menimbulkan kontroversi di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat 
yang mana? Inilah yang menjadi pertanyaan berikutnya bagi khalayak.


DALAM pekan ini, seruan Walikota Padang tentang pemberlakuan busana 
muslim bagi siswa SLTP dan SLTA se-Kota Padang bagi yang muslim, praktis 
menjadi pembicaraan hangat di tengah-tengah masyarakat Sumbar, bahkan di 
tingkat nasional sekalipun.


Anehnya, ribut-ribut soal penggunaan jilbab bagi pelajar Kota Padang itu 
sendiri, justru muncul dari segelintir orang di pusat. Sementara, 
masyarakat Kota Padang sendiri malah tidak mempersoalkan, bahkan 
mendukung kebijakan tersebut.


Mayoritas warga yang menyampaikan aspirasinya dalam rubrik SMS Padang 
Ekspres, memberikan dukungannya atas kebijakan pemberlakukan berbusana 
muslim bagi seragam pelajar di Kota Bingkuang ini. Sebagian lagi, 
menyuarakannya dalam bahasa yang lebih kritis supaya kebijakan itu bukan 
saja terbatas bagi para pelajar an sich, melainkan lebih luas pada 
masyarakat Kota Padang yang dimulai dari lingkungan masyarakat terkecil 
di dalam rumah tangga. Dan, hanya sebagian kecil SMS yang masuk menolak 
kebijakan tersebut karena alasan kenyamanan siswa dalam belajar.


Menanggapi beragam komentar tersebut, Padang Ekspres dalam rubrik 
Walikota Menjawab setiap Sabtu, memberikan porsi yang lebih 
representatif bagi Wali Kota Padang Fauzi Bahar untuk menjelaskan 
aspirasi dan keluhan warga yang dipimpinnya tersebut. Berikut petikan 
wawancara koran ini Nashrian Bahzein dengan Wali Kota Padang Fauzi Bahar 
seputar kebijakan pemberlakuan busana muslim bagi seragam sekolah 
pelajar SLTP dan SLTA di Kota Padang ini.


Apa tanggapan Anda mengenai kontroversi ini?

Terima kasih. Secara pribadi, saya justru bangga dan senang terhadap 
feedback yang diberikan masyarakat Kota Padang terhadap kebijakan yang 
saya keluarkan ini. Terlepas itu apakah datang dari masyarakat saya 
sendiri, maupun dari kalangan elite di tingkat nasional. Yang jelas, 
saya memandang itu sebuah kemajuan positif di tengah-tengah masyarakat 
Indonesia dan Padang khususnya dalam berdemokrasi di era otonomi daerah. 
Saya memandang kritikan itu sebagai wacana positif dalam rangka 
memberikan input bagi Pemko Padang dalam menyempurnahkan 
kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh kami, sepanjang kritikan itu 
disampaikan dengan cara yang santun dan konstruktif. Dengan adanya 
kontroversi ini, semakin membuka cakrawala bagi kami selaku 
penyelenggara pemerintahan dan pembangunan dalam mengambil kebijakan.


Apa motivasi kebijakan tersebut?

Kebijakan tersebut pada prinsipnya dilandasi oleh Perda No 11 Tahun 2001 
Provinsi Sumbar Tentang Pekat dan Perda No 6 Tahun 2003 Tentang Baca 
Tulis Al Quran dan Berbusana Muslim di samping penjabaran dari semangat 
yang terkandung dalam pelaksanaan era otonomi daerah itu sendiri, bahwa 
daerah berwenang untuk mengatur daerahnya sendiri sesuai dengan adat, 
budaya dan nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakatnya. Berpijak 
dari dasar hukum itu, Padang sebagai Ibu kota Sumbar yang berfalsafahkan 
Adat Basyandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, perlu diejahwantahkan 
dalam tataran kehidupan praktis, bukan hanya sebatas retorika.


Bagaimana sifat kebijakan tersebut?

Kebijakan ini masih bersifat seruan bagi pelajar SLTP dan SLTA di Kota 
Padang yang muslim. Untuk pelajar non muslim, tak usah resah dan salah 
dalam menafsirkan surat edaran Walikota Padang tentang pemberlakuan 
kewajiban berbusana muslim bagi seluruh pelajar di Kota Padang. Bagi 
pelajar non muslim, tidak wajib berbusana muslim, apalagi memakai 
kerudung bagi perempuan. Pakaian untuk pelajar non muslim, cukup 
menyesuaikan. Misalnya, tetap menutup aurat, sopan, dan jangan sampai 
terkesan seksi.


Tidak benar ada pemaksaan kehendak oleh Pemko Padang untuk menggunakan 
pakaian muslim, apalagi berkerudung bagi pelajar non muslim. Kewajiban 
berbusana muslimTidak benar ada pemaksaan kehendak oleh Pemko Padang 
untuk menggunakan pakaian muslim hanya bagi pelajar yang beragam Islam. 
Misalnya bagi pelajar putri tetap menggunakan rok panjang hingga 
pergelangan kaki, baju lengan panjang, sopan. Bukan pakaian muslim yang 
pakai kerudung.


Adanya sinyalemen pemaksaan bagi siswa non muslim?

Adanya informasi yang menyatakan ada sekolah yang memaksakan penggunaan 
kerudung bagi siswa non muslim, merupakan penafsiran yang salah. Lagi 
pula, Pemko Padang tetap mengedepankan dan mengembangkan nilai-nilai 
toleransi kehidupan beragama di Kota Padang. Meski mayoritas penduduk 
Kota Padang beragama Islam, namun Pemko Padang tetap akomodatif dan 
melayani kepentingan-kepentingan kelompok minoritas dari kalangan non 
muslim. (***)

_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan 

[R@ntau-Net] Re: Lingkup Diskusi di RN--Re: [RantauNet.Com] salam perkenalan

2005-05-22 Terurut Topik Darwin Bahar

Yosza Dasril wrote:


Assalamualaikum Da Bahar,

Ambo Yosza Dasril Jalud asal dari payakumbuh kiniko
bakarajo di Malaysia taragak bana untuk join jo
Rantau.Net ko.

Apo sajao syarat nan dilotakkan untuk manjadi ahli
Rantau.Net ko Da Bahar.

Sakian sajo, mandapek respon positif andaknyo dari Da
bahar. Terima kasih.
 



Waalaikum Salam Dinda Yosza

Alhamdulillah dan terima kasih atas kiriman e-mailnya. Semoga Dinda 
Yosza sekeluarga sehat dan sentausa belaka di rantau orang.


Indak ado syarat khusus untuk menjadi ahli Rantau.Net. Rasa taragak 
bana untuk join jo Rantau.Net ko sudah akan menyebabkan Urang Dapua 
untuk bergegas membukakan pintu bagi Dinda Yosza.


Karena itu reply e-mail saya ini saya c.c. kan ke Palanta Rantau.Net, 
biar terbaca oleh Angku Miko c.s.


Wassalam,

Darwin Bahar, St Bandaro Kayo (61+)





_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting


Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Test

2005-05-22 Terurut Topik Darwin Bahar
Maaf tolong didelete sajo

Wass SBK



_
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[EMAIL PROTECTED] Penggagas Praktik Salat Dalam Dua Bahasa itu Minta Maaf. Masihkah Ada Tempat untuk Roy?

2005-05-09 Terurut Topik Darwin Bahar
Pengasuh dan penanggung jawab Pondok Itikaf Jamaah Ngaji Lelaku, 
Mochammad Yusman Roy, seperti dikutip NU Online, meminta maaf kepada 
umat Islam di seluruh Indonesia. Ia menyerukan kepada umat Islam untuk 
tidak mengikuti ajaran dan praktik salat dalam dua bahasa, Arab dan 
Indonesia.

Tapi, masihkah ada tempat untuk Roy? tanya Mas Ahmad Tohari dalam 
kolomnya di Harian Republika Senin 9 Mei 2005 yang saya sertakan di bawah.

Similar dengan kasus salat dengan dua bahasa, tulis Dr Martha Rumimper 
yang bermukim dan bekerja di Amerika Serikat di Milis Apakabar dua hari 
lalu, ICNA, Riverside center sudah lama besalat dengan bahasa Arab dan 
Inggris. Tujuannya adalah untuk membantu umat Islam yang baru atau yang 
kurang tidak mengerti WHAT THEY ARE PRAYING ABOUT, mengingat banyaknya 
umat Islam yang Black Americans, Caucasian or those who are not exposed 
to Arabic Language. Menurut cleric yang ngajarin saya dulu, this is not 
a problem as a start considering that this is a learning process. And at 
the end, and once everyone is familiar with what the prayer means and 
what it is all about, they perform salat with the language used in 
Alquran, lanjutnya.

Dan itu tidak banyak berbeda dengan pengalaman Mas Tohari dan 
teman-temannya sewktu kecil di kampungnya, yang juga diajari praktik 
shalat juga dengan dwibahasa, Arab dan Jawa yang sama-sama di-jahr-kan. 
Bahkan ketika membaca doa berwudhu juga dalam dua bahasa, dan merasa 
dengan belajar shalat dalam dua bahasa penghayatannya jadi lebih 
mendalam. Setelah semua lancar dan paham arti semua lafal shalat, 
barulah mereka diminta melakukannya hanya dalam Bahasa Arab. Sedangkan 
terjemahnya cukup di batin saja, tapi tak boleh ditinggalkan sama sekali

Tetapi, H Muhammad Yusman Roy yang telah mengajarkan shalat dalam 
wibahasa kepada para santrinya diadukan oleh MUI setempat ke polisi, 
setelah sebelumnya kegiatan pondoknya disetop melalui keputusan Bupati 
setempat, kini malahan berstatus sebagai tersangka pelaku tindak pidana 
dan dikenai pasal 156 (a) KUHP yaitu---Masya Allah---penodaan suatu 
agama (!)

Sebuah tuduhan yang mengejutkan dan mencemaskan banyak orang, karena 
bisa jadi preseden, yakni bisa dikenakan kepada siapa saja, karena 
dianggap sekelompok massa menghina Allah atau menodai kemurnian agama.

Roy yang tampaknya pasrah dan menyatakan menghormati proses hukum yang 
dilakukan polisi. Karena, polisi sebatas menjalankan kewajiban. Yang dia 
sayangkan adalah keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten 
Malang serta munculnya keputusan serupa dari MUI Jatim yang menerangkan 
bahwa terjemahan mengiringi pembacaan teks ayat Alquran dalam salat 
berjamaah ijtihad Ustad Roy adalah sesat.

Lalu saya ingat kepada tulisan Mas Tohari yang lain ketika terjadi 
Bencana Tsunami di Aceh, bahwa teologi masyarakat Islam yang dianut 
hingga kini adalah teologi langit, atau meminjam Farid Esack, teologi 
yang terlalu mengurusi Tuhan, sementara Tuhan adalah zat yang tidak 
perlu diurus. Masih menurut Esack, dengan mengurus (mendekati dan 
mengasihi) makhluk-Nya, maka kita sama saja telah mengabdi kepada Tuhan.

Dan saya tidak dapat menahan air mata saya ketika membaca 
kalimat-kalimat Mas Tohari pada kolomnya mengenai Yusman Roy: Dia tidak 
datang dari keluarga santri sehingga pada awalnya pengetahuan agamanya 
tidak mendalam. Namun dalam perjalanan hidup agaknya Roy mendapat cahaya 
iman sehingga hatinya melunak. Dia seakan mengalami dinamika 'dari 
kegelapan menuju cahaya'. Dia sangat beruntung karena dinamika dari 
kegelapan menuju cahaya adalah inti kehidupan beragama.

Ya, saya tidak dapat menahan air mata karena saya karena saya yang 
datang dari keluarga Islam taat, yang menjalani salat lima waktu sejak 
berusia dua puluhan---sekarang 61 lebih---dan sejak tahun 1998 hampir 
tiap malam melakukan salat tahajud, sering tidak semata-mata untuk untuk 
mencari cahayaNya, tetapi masih disertai pamrih ingin ini dan itu yang 
bersifat keduniaan.

Wassalam, Darwin
=
Masihkah Ada Tempat untuk Roy?
Oleh : Ahmad Tohari
Senin, 09 Mei 2005
Rasanya tidak mudah menyatakan simpati kepada orang yang sedang dituduh 
telah melakukan penodaan terhadap Islam. Muhammad Yusman Roy dari 
Malang, Jatim; karena telah mengajarkan shalat dalam dwibahasa dia 
diadukan oleh MUI setempat ke polisi. Kini bekas preman dan petinju itu 
berstatus sebagai tersangka pelaku tindak pidana. Namun entahlah, rasa 
persaudaraan sebagai sesama Muslim yang lemah membuat saya tidak tahan 
untuk tidak membuat tulisan ini. Saya sadar akan ada pembaca yang segera 
bilang saya sama saja dengan Roy yang dianggap telah menodai kesucian 
Islam. Oh, saya mohon, jangan.

Simpati saya kepada Roy berawal dari kisah hidupnya di dunia gelap yang 
keras. Dia pernah bergelimang dengan perkelahian, baik di dalam maupun 
di luar ring tinju. Dia tidak datang dari keluarga santri sehingga pada 
awalnya pengetahuan agamanya tidak mendalam. Namun dalam perjalanan 
hidup agaknya Roy mendapat cahaya iman 

[EMAIL PROTECTED] Bupati Malang Stop Kegiatan Ponpes Salat Berbahasa Indonesia

2005-05-08 Terurut Topik Darwin Bahar
Pemberitaan pers kadang-kadang agak nakal juga, memakai bahasa Arab 
dan Indonesia, dibilang pakai bahasa Indonesia (saja). Yang namanya 
Ponpes itu, santrinya tetapnya hanya 20 orang

Eniwe, jelas sekali bahwa salat---mulai dari waktu-waktu pelaksanaannya, 
cara bersuci, bacaan dan bahasa yang digunakan, gerakan, urut-urutan, 
jumlah rakaat harus mengacu kepada contoh dari Nabi saw, seperti sabda 
beliau yang masyhur itu: salatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku 
salat. Dan itulah yang dipegang ummat Islam sejak zaman Nabi sampai 
saat ini oleh mayoritas kaum muslimin di manapun di belahan bumi ini 
suni, syiah dan ahmadi.

Karena itu pemandangan dari jendela pada lantai-lantai teratas Hotel 
Hilton atau Darut Tauhid ke Masjidil Haram di Mekah pada salat-salat 
wajib pada musim haji atau di bulan Ramadhan, di mana jemaah salat bisa 
mencapai 1,5 juta orang yang luber sampai ke jalan-jalan di sekitar 
Masjid, semuanya melingkar menghadap ke arah Kabah yang berdiri kokoh 
di pelataran terbuka di tengah masjid, merupakan pemandangan yang sangat 
fantastis. Dengan dipimpin seorang imam, seluruh jemaah apapun jabatan 
dan pangkatnya tidak perduli raja atau presiden, apapun bangsanya dan 
warna kulitnya, lelaki atau perempuan, sejak takbiratul ihram, berdiri, 
rukuk, sujud, duduk, berdiri lagi, dst..dst... sampai dengan pembacaan 
ucapan salam, bergerak serempak dengan tertib.

Hal itu pula yang menyebabkan seorang muslim Sunni yang bebas prasangka, 
tidak akan mempunyai hambatan untuk ikut salat berjamah di masjid yang 
dibangun oleh kaum muslimin Syiah dan Ahmadi atau sebaliknya.

Bayangkan apa yang terjadi kalau setiap muslim salat dengan versinya 
sendiri-sendiri.

Lalu, apakah yang diajarkan Ustad KH Muhammad Yusman Roy di Ponpes 
I'tikaf, Lawang, Malang, yang membaca lafal salat---yang dengan jujur 
dikatakan sang ustad merupakan kreativitasnya---dengan menggunakan 2 
bahasa itu menyimpang dari sunah Nabi? Tidak sukar untuk menjawabnya, 
karena ada salah satu ketentuan dasar dalam syariat: untuk hal yang 
bersifat ritual/ubudiyah dilarang melakukan kecuali yang disuruh, 
sedangkan untuk hal yang bersifat sosial/muamalah semua boleh kecuali 
yang dilarang.

Dengan kata lain, kreativitas Sang Ustad memang perlu dikoreksi
Tetapi pertanyaannya kemudian, apakah koreksi terhadap kreativitas 
Sang Ustad yang pengikutnya katanya 300 orang sedangkan jemaah tetapnya 
hanya 20 orang tersebut harus langsung dengan menilainya sesat dan 
dihujat, dan Sang Ustad perlu ditahan polisi seperti yang disarankan 
untuk ditangkap seperti yang disarankan oleh sejumlah tokoh ormas dan 
MUI Jatim?

Ada memang pendapat yang cukup segar dan bijaksana dari Ketua Majelis 
Ulama Indonesia KH Dr Umar Shihab yang menyatakan bahwa ajaran yang 
disebarkan Yusman tidak bisa dibenarkan, sebab semua ketentuan salat 
harus sesuai dengan ajaran Alquran yang telah baku. Namun beliau tidak 
setuju Yusman ditahan polisi. Ia menilai ustad ini hanya cukup diberi 
pengarahan tentang pemahaman agama Islam.

Saya katakan cukup bijaksana, karena kita mestinya tahu, bahwa Sang 
Ustad yang bekas petinju nasional berdarah Indo-Belanda dan pernah 
bergelimang dalam dunia hitam yang covert ke Islam dalam tahun 1975, 
walaupun bagi orang Islam karatan seperti saya ini terlihat agak naf, 
pada dasarnya berniat baik. Yaitu, agar makmum di belakang imam salat 
yang menjaharkan bacaan dalam 2 bahasa itu bisa memahami semua maksud 
yang terkandung dalam salat. Seperti diakuinya sendiri, walaupun pernah 
berguru kepada seorang kiai di Paneleh, Surabaya, untuk belajar ilmu 
syariat dan selama 10 tahun mendalami Islam, dirinya merasa belum mampu 
mendalami arti surat yang dibaca sewaktu salat.

Bukankah setiap amal itu ditentukan oleh niatanya, atau palaing tidak, 
apakah niat baiknya itu tidak patut dihargai?

Bahwa untuk melakukan kreativitas dalam syariat diperlukan 
persyaratan-persyaratan tertentu, dan kreativitas tersebut tidak untuk 
sesuatu yang bersifat qathi, itulah yang perlu diberikan 
pengarahan---sesuai dengan pesan Al-Quran---dengan kebenaran dan kesabaran.

Bukankah seperti sabda Nabi SAW, bahwa agama itu nasehat?
Dan bukankah para mualaf tersebut orang-orang yang harus kita lunakkan 
hatinya?

Apakah iya, seorang ustadz dengan santri yang hanya berjumlah 300 orang, 
yang sebagian besar orang-orang yang pernah bergelimang dalam dunia 
hitam yang ingin taubat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sekedar 
ingin sensasi, atau mengalihkan masalah yang terjadi di negeri ini, 
misalnya mengganggu stabilitas, atau agar ajarannya diblow-up sedemikian 
rupa, biar ada orang atau sekelompok tertentu menggunakan momen ini 
untuk merusak citra Islam, seperti yang ditudingkan oleh seorang 
pimpinan Ormas Islam di Jawa Timur dan anggota DPR RI?

Bukannya tidak mungkin setelah memahami arti bahasa Arab melalui 
pembacaan lafaz salat 2 bahasa tersebut dan berbeur dengan masyarakat di 
tempat tinggalnya masing-masing kalau salat tidak lagi melafazkan bacaan 

[EMAIL PROTECTED] Repaying the West's Debt to Islam

2005-04-28 Terurut Topik Darwin Bahar
http://www.businessweek.com/technology/content/mar2005/tc20050329_3316.htm
VIEWPOINT
By Olga Pikovskaya

Science today wouldn't be as advanced without so many discoveries from 
the Muslim world. It's time to reach across today's hurtful barriers 
Unless you're a history buff, it can be hard to believe how pivotal 
early Islamic civilization was in laying the foundations of modern 
science, mathematics, technology, and the arts. Between 600 AD and 1400 
AD, Europe was caught in a bleak time, commonly termed the Dark Ages. 
During that same period, however, Islamic societies were making 
fundamental discoveries.

The contributions of early Islamic people are far too numerous to list. 
A few innovations starting with the letter a are: acetic acid, 
alcohol, almanacs, aloe, and astrolabes. In addition, these people were 
adept at improving the technologies and inventions that Muslim traders 
brought back from China.

In the sciences, Islamic scholars began converting Greek speculations 
into a process for uncovering verifiable facts. They made fundamental 
contributions to medicine, astronomy, chemistry, physics, and optics. In 
medicine, for example, Muslim scientists developed a hollow needle for 
removing cataracts from the eye by suction -- around 1,000 years ago. 
And mathematics was a Muslim forte, as seen in the creation of algebra 
and the Arabic number system that we use today.

AT ODDS AGAIN.  New musical instruments, such as the violin and the 
guitar, which most people associate with Western music, owe their 
origins to the peoples of North Africa and Asia Minor. Islamic artistic 
contributions ranged from architecture and calligraphy to painting and 
poetry.

These ideas and discoveries spread outside the Muslim world as a result, 
ironically, of the Crusades. Although Europe lost militarily, the 
transfer of goods and ideas led directly to the Renaissance. All this is 
particularly surprising when juxtaposed with the contemporary view of 
Muslim society as being theocratic and backward.

Hundreds of years after the Crusades, the Western and Muslim worlds are 
once again at odds. While the West is racing ahead in industrialization 
and human rights, the Muslim world seems less eager for change. If 
Westernization threatens to undermine their proud history, many Islamic 
countries would rather foresake foreign amenities, preserve their 
customs and culture, and continue leading a religious life according to 
the Quran.

GROWING DISTRUST.  Islamic resistance to change may stem largely from 
the desires of political and religious leaders to preserve their power. 
But skepticism toward Western modernity is not illogical. Some horrific 
events of the 20th century were justified in terms of scientific and 
innovative thinking. Both Hitler and Stalin employed the tools of 
modern science to advance programs that they viewed as highly rational.

Coming on top of the political mayhem in the Middle East wrought by the 
West and its imperialistic policies from the late 19th century until 
after World War I, it's hardly surprising that the Muslim world views 
the West with suspicion. The creation and continuing support of Israel, 
and now the war on terrorism, have only intensified Muslim distrust.

Perhaps it's time for the West to remember its debts to the Muslim world 
and help Islamic society to regain its past glory -- on their terms, not 
ours.

SEE AND BE SEEN.  As a beginning, we must establish mutual trust. Given 
the condescending and stereotypical viewpoints with which each
has viewed the other, one small step might be for the U.S. State Dept. 
or philanthropic organizations to arrange regular visits by Muslim 
clerics to U.S. universities and public TV and radio shows. Many 
Americans know so little about the Muslim religion that they would be 
pleasantly surprised to learn it's more tolerant of other religions than 
some Protestant denominations are, and more catholic in outlook than 
Catholicism.

School teachers from Islamic countries could be invited to join 
educational workshops organized by such groups as the National Science 
Teachers Assn. and the National Science Foundation. Simultaneous 
translations would be available even to small contingents.

Leaders from Muslim communities in the U.S. could make sponsored 
goodwill tours of the Middle East. Hopefully, they would convey the 
message that the first amendment of our Constitution guarantees people 
the right to worship freely as long as it doesn't harm others. Hearing 
this from fellow Muslims who live in the U.S. might help persuade 
skeptics that, contrary to past lessons of history, Western culture does 
not imply meddling in the religious preferences of other peoples.

WORDS TO LIVE BY.  Such actions could be a start, but changing mindsets 
on both sides will be a long-term effort. Whatever the duration, we must 
be patient and remember that we're honoring a debt, expecting nothing in 
return. We must accept that the Muslin 

[R@ntau-Net] Sayang, Kabupaten Solok Terlewat dari Penilaian

2005-02-19 Terurut Topik Darwin Bahar
Kabupaten/kota Terkorup versi Transparency Internasional Indonesia (TII) 
menempatkan Wonosobo sebagai kabupaten/kota tidak terkorup. Saya tidak 
meragukan validitas penilaian TII tersebut. Yang saya sayangkan adalah 
terlewatnya Kabupaten Solok di Sumatra Barat , yang Bupatinya Gamawan 
Fauzi memperoleh Bung Hatta Anti Corruption Award dalam tahun 2004 yang 
lalu.

Saya pikir metode sampling yang digunakan Tim Penilai menyebabkan 
Kabupaten Solok tidak tersamplel. Tetapi ini adalah konsekwensi dari 
penelitian sample, sevalid apapun metodologinya. Namun tidak tertutup 
juga kemunginan bahwa Tim penilai merancukan Kabupaten Solok dengan Kota 
Solok yang juga dapat peringkat tidak terlalu buruk: rangking 13.

Tetapi apapun, penelitian TII sebuah cermin yang bagus buat berkaca. 
Menyadari kekurangan adalah langkah awal dari usaha perbaikan.

Jangan sampai terjadi, buruk muka cermin dibelah. 

Wassalam, Darwin

===

Bupati Solok Terima Bung Hatta Anti Corruption Award
Reporter: Suwarjono

detikcom - Jakarta, Bupati Solok Damawan Fauzi dan Koordinator Forum 
Peduli Sumatera Barat Saldi Isra, menerima anugerah Bung Hatta Anti 
Corruption Award tahun 2004. Kedua orang ini merupakan tokoh dalam 
pemberantasan korupsi di Sumatera Barat.

Penyerahan award tersebut dilakukan di Wisma Serba Guna Senayan, Selasa 
(28/9/2004) pukul 20.00 WIB. Tampak hadir Pengacara Todung Mulya Lubis, 
Kordinator ICW Teten Masduki, Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas 
dan Hakim Agung Benjamin Mangkoedilaga.

Menurut Ketua Dewan Juri Betti Alisjahbana, Bung Hatta Award diberikan 
kepada mereka yang telah berjasa dalam mewujudkan Indonesia yang bersih 
dari korupsi dan mendorong keterlibatan masyarakat untuk memberikan 
dukungan pemberdayaan dan perlindungan bagi mereka yang berjuang melawan 
koruspi.

Damawan Fauzi dianggap layak menerima penghargaan karena dikenal 
sebagai pribadi yang sederhana, tidak pernah terlibat korupsi dan tidak 
pandang bulu dalam menindak aparatnya yang indisipliner. bahkan salah 
satu yang ditindak adalah sahabatnya sendiri, kata Betti.

Selama Damawan memerintah, ia telah memberhentikan 10 orang karyawannya, 
menurunkan pangkat 23 orang stafnya, menunda kenaikan pangkat sembilan 
orang, menunda kenaikan gaji berkala sembilan orang dan pembebasan dari 
jabatan 10 orang. Damawan juga menerbitkan Perda tentang transparansi 
dan partisipasi masyarakat.

Sementara itu, Saldi Isra, banyak dikenal sebagai dosen dan aktifis. Dia 
terpilih karena berhasil membongkar praktik korupsi yang diduga sudah 
sangat mengakar di DPRD Sumbar.

Saldi melakukan gerakan dengan membongkar perilaku anggota DPRD Sumbar 
sampai akhirnya para anggota dewan dibawa ke pengadilan dan diputuskan 
bersalah. Selain itu ia juga aktif dalam kampanye anti koruspi melalui 
beberapa buku, seminar dan lainnya, demikian Betti Alisjahbana.(fab)


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[R@ntau-Net] Sholat dari Perspektif kesehatan

2005-02-15 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dikopi dari Milis Wanita Muslimah. Penulisnya seorang dokter.
Wassalam, Bandaro Kayo (61+)
===
Date: Tue, 15 Feb 2005 07:59:54 -0800 (PST)
From: untung sentosa [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED]
Subject: Sholat dari Perspektif kesehatan
Sholat adalah Tiang agama, siapa yang melaksanakan sholat berarti ia 
menegakkan agama, demikian sabda Rasulullah saw. Begitulah pentingnya 
sholat yang menempati urutan kedua dalam rukun Islam.

Walaupun sholat itu penting dan biaya serta waktu yang dibutuhkan sangat 
sedikit jika dibandingkan dengan ibadah dan kegiatan yang lain, tidak 
sedikit orang yang kurang rajin melaksanakannya dibandingkan dengan 
kegiatan lain yang justru lebih melelahkan dan menyita waktu.

Informasi berikut ini, tentang manfaat sholat ditinjau dari aspek 
kesehatan, mudah-mudahan akan makin memotivasi dan memantapkan kita 
dalam melaksanakan ibadah sholat.

Kegiatan sholat
Sebelum menjelaskan manfaat sholat, ada baiknya kita sedikit 
mengambarkan gerakan sholat.

Untuk melakukan sholat diwajibkan dalam keadaan berwudhlu, dan 
dianjurkan untuk memperbaharui wudhlu-nya. Dengan air yang bersih, 
disunatkan untuk terlebih dulu mencuci kedua telapak tangan dan mencuci 
lubang hidung, baru kemudiaan membasuh muka, kemudian lengan bawah, 
mengusap rambut termasuk daun telinga, dan kaki. Semua dilakukan minimal 
sebanyak 3 kali.

Setelah berwudhlu, dengan pakaian dan tempat yang bersih, sholat dimulai 
dengan gerakan takbir (mengucap kata Allahuakbar sambil mengangkat kedua 
telapak tangan sejajar dengan bahu), dilanjutkan dengan minimal membaca 
Al Fatihah. Kemudian takbir dan ruku, ketika ruku punggung diupayakan 
agar datar (tidak melengkung) dan membaca bacaan ruku minimal 3 kali. 
Selanjutnya Itidal dalam posisi berdiri tegak kemudian takbir dan 
sujud, dan membaca bacaan sujud minimal 3 kali. Setelah itu duduk 
diantara dua sujud dengan paha berada di atas betis dan jempol kaki 
kanan dalam keadaan ditekuk dan membaca bacaan duduk diantara dua sujud. 
Kemudian sujud kembali seperti yang pertama dan dilanjutkan berdiri 
tegak kembali untuk rakaat kedua.Catatan penting, selama sholat 
berlangsung mata tidak dibenarkan melihat kemana-mana, harus tertuju ke 
arah sajadah. Dan minimal satu gerakan sholat satu tarikan napas.

Manfaat sholat
Kebersihan, pada waktu wudhlu terjadi pencucian permukaan tubuh yang 
pada umumnya terbuka dan mudah terkena debu yang sering mengandung bibit 
penyakit. Penelitian kimiawi membuktikan bahwa akan terjadi penurunan 
yang sangat besar kadar suatu zat jika dilakukan pembilasan minimal 3 kali.

Pendinginan, dinginnya air wudhlu menurunkan suhu permukaan tubuh, 
terutama kepala (ketika mengusap air ke kepala) yang didalamnya terdapat 
otak, organ yang aktifitas sangat tinggi (walaupun ukurannya relatif 
kecil) jika dibandingkan organ tubuh yang lain.

Stretching, peregangan otot untuk menghilangkan kekakuan otot sehingga 
kita menjadi lebih relaks, pergangan terjadi pada otot-otot :
otot bahu yang tanpa disadari menjadi tegang jika kita berfikir. 
Peregangan terjadi ketika gerakan takbir dan ruku,
otot punggung dan otot belakang tungkai, peregangan terjadi ketika ruku,
otot paha depan dan otot betis, peregangan terjadi ketika duduk di 
antara dua sujud. Pada duduk ini selain peregangan otot betis juga 
dipijat, ditekan oleh paha. Catatan istirahat yang lebih baik setelah 
perjalanan jauh sebenarnya adalah lakukan seperti duduk di antara du 
sujud untuk beberapa saat baru kemudian berbaring.

Pembilasan otak, ketika kita sujud, karena posisi jantung lebih tinggi 
dari kepala maka volume darah akan meningkat di dalam kepala. Hal ini 
berarti bertambahnya zat makanan yang masuk ke dalam otak dan 
bertambahnya jua sisa makanan yang keluar dari otak ketika kepala 
ditegakkan kembali.

Relaksasi, mata yang hanya tertuju pada sajadah dan napas yang teratur 
serta bacaan-bacaan sholat membuat kita akan menjadi lebih relak, 
terlebih lagi dengan memahami makna bacaan sholat akan menambah 
keyakinan kita kepad Allah yang maha pengasih, yang maha penyayang, dsb 
serta yang mengabulkan doa orang-orang yang berdoa. Hal ini tentunya 
akan membuat kita menjadi lebih tenang lagi.

Singkat kata, salah satu manfaat sholat adalah membuat kita menjadi 
lebih bersih, lebih segar dan lebih tenang. Manfaat ini hanya didapat 
jika sholat dilakukan dengan tenang, tidak buru-buru (tumaninah), 
sebagai perbandingan, stretching pada senam dilakukan minimal dalam 4 
hitungan. Selain itu tentunya pemahaman makna bacaan-bacaan sholat.

Dan, jika kita membandingkan ritme kehidupan harian dengan waktu sholat, 
maka manfaat menyegarkan akan makin terasa. Kekakuan otot setelah diam 
dalam keadaan tidur dihilangkan dengan sholat subuh. Kelelahan setelah 
aktifitas menjelang siang akan berubah menjadi lebih segar setelah 
sholat dhuhur. Kemampuan tubuh yang semakin menurun setelah tengah hari 
disegarkan 

[R@ntau-Net] Politik Moral Anak Gembala

2005-02-07 Terurut Topik Darwin Bahar
Dikopi dari Milis tetangga
http://www.gatra.com/artikel.php?id=52777
Politik Moral Anak Gembala
KALAU ada pejabat tinggi yang mau tidur di lantai beralas tikar, dialah 
Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. Ia melakukan setiap kali mengunjungi 
ibunda, di Dusun Kadipaten Lor, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan 
Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. ''Mas Nur tidak mau tidur di hotel,'' 
kata Septi Swastani Setyaningsih adik bungsu Hidayat Nur Wahid yang 
memanggil kakaknya, Mas Nur itu.

Nur Wahid memilih tidur di rumah sederhana seluas 15 meter x 10 meter 
yang ditempati Nyonya Siti Rahayu, 69 tahun, ibunda Nur Wahid. Tidak ada 
pernik kemewahan di rumah ini. Ruang tamunya hanya diisi satu meja 
kursi. Di ruang keluarga cuma ada televisi 14 inci.

Di rumah itulah Hidayat Nur Wahid dilahirkan pada 8 April 1960. Ia 
adalah putra sulung tujuh bersaudara dari pasangan H. Muhamad Syukri dan 
Siti Rahayu. ''Nama Hidayat Nur Wahid itu pemberian bapaknya,'' kata 
Nyonya Siti Rahayu, 69 tahun. Hidayat berartinya petunjuk, Nur adalah 
cahaya, dan Wahid artinya satu.

Secara nama, Hidayat Nur Wahid merupakan obsesi sekaligus doa dari kedua 
orangtuanya agar anak sulung ini menjadi petunjuk dan cahaya yang nomor 
satu. ''Alhamdulilah terkabul,'' kata Siti Rahayu yang menilai Nur Wahid 
bisa menjadi petunjuk dan cahaya bagi keluarga dan adik-adiknya. Lebih 
dari itu, Nur Wahid kini menjadi pelopor hidup sederhana di kalangan 
pejabat tinggi negeri ini.

Latar belakang kehidupan keluarga Nur Wahid sangat mempengaruhi 
perjalanan hidupnya. Di dusun kelahiran Nur Wahid yang terletak sekitar 
satu kilometer selatan Candi Prambanan, keluarganya tergolong sebagai 
pemuka agama. Kakek dari ibunya merupakan tokoh Muhamamdiyah di 
Prambanan. Ayahnya, H. Muhammad Syukri (almarhum), meski hidup di kultur 
NU, merupakan salah satu pengurus Muhamadiyah di Klaten. Ibunya aktivis 
Aisyiah, organisasi wanita Muhammadiyah.

Kedua orangtua Nur Wahid berprofesi guru. Hanya saja, sang ibu berhenti 
sebagai guru TK ketika anak keduanya lahir. Sedangkan ayahnya terus 
berkarir di jalur pendidikan. Mulai menjadi guru SD, SMP, hingga 
akhirnya menjadi Kepala Sekolah di STM Prambanan. Ayahanda Nur Wahid, 
meninggal enam tahun silam.

Sebagai anak guru, Nur Wahid mendapatkan pendidikan yang sangat baik. 
Kecerdasan Nur Wahid sudah terlihat sejak masih kanak-kanak. Ia sudah 
bisa membaca sebelum masuk SD. Kegemarannya membaca itu berlanjut sampai 
sekarang. Di masa anak-anak dan remaja, Nur Wahid mengaku gemar membaca 
komik Kho Ping Ho. ''Itu bacaan favorit saya,'' katanya Nur Wahid.

Selain keranjingan membaca komik, Hidayat juga suka membaca buku-buku 
sastra dan sejarah milik ayahnya dan keluarga. Kebetulan, sang bapak 
adalah sarjana muda lulusan IKIP Negeri Yogyakarta. Sebagian besar 
anggota keluarga Nur Wahid juga bergerak di bidang pendidikan. 
''Keluarga besar saya adalah keluarga guru dan karenanya lingkungan saya 
adalah lingkungan belajar,'' Nur Wahid menegaskan.

Saat sekolah, Nur Wahid terhitung murid yang pintar. Di bangku SD Negeri 
I Kebondalem Kidul, Prambanan, dia selalu mendapat predikat juara. Meski 
belajar di SD Negeri, Nur Wahid menambah ilmu agama dengan mengaji di 
masjid pada malam hari. Selain itu, ia juga belajar membaca Al Quran 
secara secara privat kepada seorang kiai di desanya.

''Kiai saya itu sebenarnya pekerjaan sehari-harinya adalah penjahit. Di 
sore hari, dia mengajar anak-anak,'' kenang Nur Wahid. Selain itu, 
orangtua Nur Wahid juga sudah melatih dirinya berpuasa sejak masih 
berumur tujuh tahun. Sebenarnya, Nur Wahid cuma disuruh ''puasa beduk'' 
atau berbuka saat luhur tiba. ''Tapi, setelah berbuka, saya tetap puasa 
lagi,'' kata Nur Wahid pula.

Ia menilai, orangtuanya mendidik anak-anak dengan keras dan disiplin. 
Nur Wahid harus menjalani jam belajar, jam tidur, dan jam salat secara 
disiplin. Pernah suatu ketika, Nur Wahid mengenang, dirinya diikat di 
bawah pohon. Itu karena ia terlambat menjalankan salat. Nur Wahid juga 
pernah dihukum dikunci di dalam kamar, karena tidak pergi mengaji.

Sesekali Nur Wahid kecil memberontak juga. Misalnya, pada waktu Ramadan, 
orangtua Nur Wahid mewajibkan tidur siang ''Tapi saya malah pergi 
diam-diam, bermain sama teman-teman,'' ujarnya Nur Wahid. Ia juga pernah 
mengelabui orangtuanya soal waktu berbuka puasa.

Pada masa itu, di desa tempat tinggal Nur Wahid belum banyak orang yang 
punya radio. Televisi juga belum ada yang memiliki. Sedangkan jam belum 
menjadi tradisi keluarga dan warga di desanya. Maka untuk mengetahui 
kedatangan waktu magrib tiba, orang hanya memakai patokan matahari 
tenggelam.

Kalau cuaca mendung, orang kesulitan menetapkan waktu buka puasa. Warga 
desa setempat berpatokan pada kelelawar. Bila ada yang terbang berarti 
magrib telah tiba. Maka Nur Wahid kecil bersama kawan-kawannya menghalau 
kelelawar yang bersarang di kuncup daun pisang. Terbanglah kekelawar itu.

Mereka lantas menunjukkan kelelawar terbang pada orangtuanya. Saat 
itulah mereka 

Re: [R@ntau-Net] INNALILLAHI WAINNA ILAIHI ROJI'UN

2005-01-25 Terurut Topik Darwin Bahar

Assalamualaikum Wr. Wb. 

Walaupun agak terlambat saya dan keluarga menyatakan ikut berduka cita
atas berpulangnya ibunda tercinta dari dinda Erwin Muchtar. Semoga
almarhumah mendapat tempat yang mulia di sisiNya. Amien

Innalillahi Wainna Ilaihi Roji'un

Wassalam, Bandaro Kayo dan keluarga
Depok

--- In [EMAIL PROTECTED], Zuls [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Assalamu'alaikum wr.wb.
 Inna lillhi wa inna ilaihi raji'un, ikut mengucapkan berdukacita atas
 berpulangnya ke Rahmatillah Ibunda dari Bapak Erwin Mochtar, semoga amal
 ibadahnya diterima Allah dan dosanya diampuni-Nya, Amin!
 Wassalam
 ZS Mangkuto dan kel.
 
 --- Original Message -
 From: Z Chaniago [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, January 25, 2005 1:14 PM
 Subject: [EMAIL PROTECTED] INNALILLAHI WAINNA ILAIHI ROJI'UN







Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[R@ntau-Net] Menyikapi Perbedaan Iduladha

2005-01-19 Terurut Topik Darwin Bahar
Oleh T. DJAMALUDDIN

SEMULA, keputusan Majelis Tinggi Arab Saudi, Majlis
Al-Qadla' Al-'Ala, yang menetapkan 1 Zulhijah 1425
pada 12 Januari 2005, hari wukuf 9 Zulhijah 1425 pada
20 Januari, dan Iduladha 21 Januari disambut gembira
oleh banyak pihak. Kekhawatiran terjadinya
kontroversi, seperti sering terjadi lenyaplah sudah.
Majelis mengumumkan tidak ada kesaksian hilal pada
akhir Dzulqaidah. Di Indonesia, keputusan itu pun
disambut dengan lega. Rapat Badan Hisab Rukyat
Departeman Agama pada 22 Desember 2004 lalu sempat
mengkhawatirkan terjadinya kontroversi keputusan Arab
Saudi yang menyebabkan perbedaan dengan keputusan
pemerintah RI.

Ternyata, kelegaan tidak lama. Sabtu, 15 Januari
tersiar kabar melalui mailing list pengamat hilal
(bulan sabit pertama) dan media massa bahwa Arab Saudi
mengubah keputusannya. Berdasarkan laporan terlihatnya
hilal pada 10 Januari 2005, maka diputuskan awal
Zulhijah jatuh pada 11 Januari 2005. 

Akibatnya hari wukuf berubah menjadi 19 Januari dan
Iduladha di Arab Saudi pada 20 Januari 2005. Tentu
saja perubahan ini menyebabkan perbedaan dengan
Iduladha di Indonesia dan menimbulkan kebingungan bagi
orang awam.

Kalangan astronom jelas menolak kesaksian tersebut
karena pada saat magrib 10 Januari 2005 di wilayah
Arab bulan telah berada di bawah ufuk. Di Mekah bulan
terbenam pukul 18.53 kemudian disusul matahari pukul
18.56. Bagaimana mungkin terlihat hilal padahal bulan
telah terbenam. Arab Union for Astronomy and Space
Sciences (AUASS) mengeluarkan pernyataan bahwa
kesaksian tersebut keliru.

Garis tanggal

Untuk melihat kemungkinan rukyatul hilal di seluruh
dunia, biasa digunakan hisab (perhitungan) secara
global dan digambarkan sebagai garis tanggal. Pada
peta garis tanggal diketahui di daerah mana bulan dan
matahari terbenam bersamaan. Inilah garis tanggal
wujudul hilal (wujudnya hilal di kaki langit). Dengan
garis tersebut diketahui bahwa di wilayah sebelah
timur garis tanggal pada saat magrib hilal berada di
bawah ufuk, sedangkan di wilayah baratnya hilal telah
di atas ufuk.

Garis tanggal wujudul hilal untuk awal Zulhijah
melintasi Amerika Utara, Afrika, Yaman, dan Lautan
Hindia sebelah selatan Indonesia. Terlihat bahwa Arab
Saudi dan Indonesia berada pada satu wilayah garis
tanggal. Pada tanggal 10 Januari 2005, baik di Arab
Saudi maupun Indonesia, bulan telah berada di bawah
ufuk saat magrib. Jadi tidak mungkin ada kesaksian
melihat hilal pada hari itu. Dengan demikian, tidak
mungkin juga 1 Zulhijah 1425 jatuh pada 11 Januari
2005 dan tidak mungkin Iduladha 20 Januari 2005. Dari
gambar garis tanggal beserta beberapa kriteria selain
wujudul hilal, dapat disimpulkan bahwa 1 Zulhijah
jatuh pada 12 Januari 2005 dan Iduladha 21 Januari.

Kriteria kemungkinan teramatinya hilal di Indonesia
yang disepakati MABIMS (menteri-menteri Agama Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) adalah
tinggi minimal 2 derajat dan umur hilal minimal 8 jam.
Garis tanggal ketinggian bulan 2 derajat juga
digambarkan pada peta garis tanggal yang melintasi
Amerika Utara, Afrika, dan Australia. Karena bulan
baru atau ijtimak terjadi pada pukul 19.04 WIB 10
Januari, maka saat magrib 11 Januari umur hilal telah
lebih dari 8 jam. Karenanya baru pada 11 Januari hilal
kemungkinan dapat terlihat. Maka 1 Zulhijah 1425 dapat
disimpulkan jatuh pada 12 Januari 2005. Demikian juga
dengan kriteria-kriteria lainnya.

Kesaksian hilal pada 10 Januari 2005 secara astronomi
harus ditolak, karena tidak mungkin terjadi bulan yang
telah terbenam dapat dilihat berada di atas ufuk.
Dapat dipastikan ada kekeliruan pengamatan. Dari
kalangan pengamat hilal seluruh dunia yang bergabung
dalam ICOP (International Crescent Observation
Project), tidak ada laporan terlihatnya hilal di
seluruh dunia pada hari itu. Baru pada 11 Januari
dilaporkan pengamatan hilal dari berbagai tempat di
dunia. Seperti ditunjukkan pada peta garis tanggal,
pada 11 Januari hampir seluruh dunia berkesempatan
melihat hilal yang cukup tinggi. Salah satu pengamat
di Iran berhasil memotretnya dalam kondisi kaki langit
yang berawan.

Dari analisis garis tanggal dan laporan rukyatul hilal
seluruh dunia, semestinya 1 Zulhijah jatuh pada 12
Januari 2005, hari wukuf 9 Zulhijah pada 20 Januari,
dan Iduladha pada 21 Januari 2005. Pemerintah
Indonesia telah memutuskan dalam ketetapan Menteri
Agama RI bahwa Iduladha jatuh pada 21 Januari.

Menyikapi perbedaan

Dalam masalah ibadah, pertimbangan syariat lebih
diutamakan daripada pertimbangan lainnya. Walaupun
secara astronomi keputusan Arab Saudi dinilai
kontroversial dan keliru, secara syariat tetap
dianggap sah. Laporan saksi yang dianggap adil telah
cukup dijadikan dasar tanpa perlu konfirmasi apa pun.
Itulah keyakinan Majelis Tinggi Arab Saudi. Karenanya
di Arab Saudi dan negara-negara sekitarnya yang
mengikutinya, sah bagi mereka untuk beriduladha 20
Januari 2005. 

Masalahnya kemudian timbul kebingungan pada sebagian
masyarakat di Indonesia yang akan beriduladha pada 21
Januari 2004. Sahkah 

Re: [R@ntau-Net] Fwd: Masukan Untuk Pembangunan Aceh

2005-01-16 Terurut Topik Darwin Bahar
Katiko ambo mengunjungi salah satu PDAM di Sumatra
Barat yang dikelola dengan cukup baik dan mulai dapat
menghasilkan laba sesudah pajak bulan Ramadhan yang
lalu, Direkturnyo maagieh tahu, baraso Asian
Development Bank melalui Pemerintah Pusat  menawarkan
pinjaman untuk pengembangan PDAM. Ambo maagieh tahu
supayo dipikie dulu sapuluah kali sabalun manarimo
pinjaman tu. Katiko Ambo mengunjungi dan batamu jo
beberapa pejabat Bappeda, apa nan ambo sampaikan ka
bakeh Direktur PDAM tu ambo ulangi baliek. 

Catatan: Kiniko kurang dari 20% PDAM di Indonesia nan
sehaik, dan nan indak sehattu banyak tacakiek dek
hutang nan digunokan untuk pengembangan  sistem di
bawah perencanaan yang semi sentralistik (yang dikenal
dengan PJM P3KT/IUIDP) , dengan total tunggakan lebih
kurang Rp 4 triliun. Dek hutangtu hutang duo langkah
(subsidiary loan), walaupun PDAM-PDAM tu manunggak,
Pemerintah Pusat tetap membayar pokok pinjaman + bunga
kepada para kreditor = bagian dari pembayaran pinjaman
yang saat ini sangat memberatkan APBN.

Bautang memang indak salamonyo salah dan dalam dunia
usaha utang piutang itu sesuatu yang lazim. Nan paralu
diingek taruih, tarutamo untuk pinjaman-pinjaman LN
dalam jumlah besar (nan sabgian dari pinjaman itu
biasonyo “salah saku”), sio-sio hutang tumbuah,
caba-caba nagari alah. 

Wassalam, Bandaro Kayo (61+)


--- dutamardin umar [EMAIL PROTECTED] wrote:

 -- Forwarded message --
 From: dian rubianti [EMAIL PROTECTED]
 Date: Sat, 15 Jan 2005 08:51:51 -0800 (PST)
 Subject: Masukan untuk Aceh
 To: [EMAIL PROTECTED]
 
 
 Assalamu'alaikum wr.wb
 
 Mohon maaf Pak Duta, saya memberanikan diri mengirim
 email ini pada
 bapak. Selama ini saya sempat mengikuti pemikiran2
 kritis Bapak. Saya
 mohon masukan untuk pemikiran di bawah ini.
 
 Salam rekan-rekan,
 
 Semoga coret-coret saya (dari hasil comot sana-sini)
 ini bisa jadi 
 bahan pertimbangan kita untuk ditindak lanjuti. Sama
 sekali tidak ada
 niat untuk menambah kacau situasi yang memang tak
 terkatakan ini.
 Mohon maaf  kalau kelihatannya sudut pandang saya
 tidak tahu diri
 dan kurang kerjaan.
 
 Sejauh ini seperti juga rekan yang lian, saya
 berusaha mengikuti semua
 ikhtiar dan niat baik berbagai pihak yang ingin
 membantu Aceh pasca
 tsunami. Ada satu berita yang mengganggu pikiran dan
 batin saya, dan
 mohon masukan dari rekan-rekan semuanya. Mohon
 disikapi dengan hati
 dan kepala dingin.
 
 Ada rekan yang memforwardkan berita TENTANG rencana
 kerja dari 
 Bappenas, kemudian di follow-up oleh rekan yang
 lain. Kesimpulannya
 kira-kira sebagai berikut:
 I. BANK DUNIA SAAT INI SUDAH DAN SEDANG MENGIRIM TIM
 dengan tugas :
 1. Menghitung berapa besaran kerusakan gempa dan
 tsunami di Aceh
 2. Menghitung berapa besar alokasi dana yang
 diperlukan untuk : a.
 Rehabilitasi b. Rekonstruksi.
 
 Dalam keadaan hancur-lebur seperti sekarang, sungguh
 ini merupakan 
 suatu usaha yang mulia. Tetapi kalau dilihat lebih
 jauh untuk
 kepentingan ke depan (jangka panjang), sebenarnya
 moratorium hanya
 sampai tim Bank  Dunia mendapatkan hasil assessment
 kerusakan dan
 kebutuhan dana/yang tidak lain adalah NEW LOAN
 PROGRAMME PROPOSAL(S).
 
 Hutang baru ini tidak saja harus dipikul oleh
 segenap bangsa Indonesia,
 tapi juga oleh korban dan ahli waris korban tsunami.
 Duh! Sudah ditimpa
 musibah, ditimpa hutang lagi sampai ke anak-cucu.
 Padahal sekarang
 ini, hutang kita sudah US$130 milyar? Kalau secara
 kasar dibagi dengan
 jumlah penduduk di kepulauan nusantara, kira-kira
 setiap kita punya
 hutang $500...termasuk anak saya yang masih balita,
 belum tau
 apa-apa...sudah punya hutang yang $500 harus ia
 lunasi. Sebuah warisan
 yang mengenaskan!
 
 Besarnya NEW LOAN tergantung dari hasil laporan yang
 dikoordinir oleh
 BAPPENAS. Oleh sebab itu, untuk rekan-rekan yang
 punya akses tolong
 memberi masukan kepada tim ini jangan sampai mereka
 cuma menyelesaikan
 pekerjaan rumah-nya Bank Dunia dan menyeret sekian
 generasi
 anak-anak Indonesia dalam warisan hutang nenek
 moyang.
 
 II. THE PARIS CLUB (TPC) Dari 1956-2004 kira-kira
 TPC sudah memberikan
 rescheduling 369 kali untuk 78 negara. Dari
 1983-2004 (20 tahun!)
 jumlah hutang yang sekedar dijadwalkan kembali hanya
 sekitar 400
 milyar dolar.
 
 Kemungkinan sangat besar: tuntutan untuk hapuskan
 hutang Indonesia 
 (kalau yang langsung menyangkut TPC ya 57 milyar
 hutang multi-lateral
 dan bi-lateral dari 77 milyar hutang pemerintah)
 TIDAK AKAN DIGUBRIS.
 Desakan politis yang jauh lebih mungkin untuk
 didengar adalah kalau
 semua komponen rakyat mendesak Presiden dan DPR
 serta DPRD untuk
 mengajukan DEBT CANCELLATION dengan jumlah minimum
 57 milyar tsb di
 atas.
 
 KITA TIDAK MUNGKIN BERTAHAN bila hutang cuma
 ditunda. Istilah 
 PENUNDAAN PEMBAYARAN HUTANG ini sama sekali tidak
 menyangkut
 pembatalan hutang dan sama sekali tidak ada
 goodwill di dalamnya.
 Semua akibat dari penundaan akan dialokasikan ke pos
 yang ada dalam
 HUTANG BARU.
 
 Mohon dipertimbangkan, kalau sekarang Daerah 

[R@ntau-Net] Prof Dr H Quraish Shihab: Niat Qurban Boleh Diwujudkan Dalam Bentuk Uang Tunai

2005-01-02 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamualaikum Wr. Wb. 

Menurut Prof Dr H Quraish Shihab, niat qurban pada
Idul Adha tahun ini boleh diwujudkan dalam bentuk uang
tunai senilai harga hewan yang diniatkan  sebagai
bantuan bagi korban musibah gempa dan tsunami di
beberapa wilayah Indonesia. Hal itu disampaikan salah
seorang ulama terkemuka Indonesia yang dikenal sangat
berhati-hati dalam berfatwa itu tersebut menjawab
pertanyaan seorang pemirsa pada acara live “Lentera
Hati” di Metro TV yang baru saja selesai jam 3 petang
ini.

Alasan Prof Quraish Shihab ialah, memotong qurban itu
hukumnya sunat, sedangkan membantu orang-orang yang
kesusahan dapat dikatakan wajib.

Wassalam, Bandaro Kayo (61+)




__ 
Do you Yahoo!? 
Yahoo! Mail - Easier than ever with enhanced search. Learn more.
http://info.mail.yahoo.com/mail_250



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



Re: [R@ntau-Net] Hati-hati mereka berusaha menangkap domba-domba yang menderita

2005-01-02 Terurut Topik Darwin Bahar

Assalamualaikum Wr. Wb. 

Pasan Kanda Nismah di bawahko jaleh ko jaleh bana. Iko ambo kopi dari
Milis tetangga

PRIORITY / URGENT MESSAGE
 
Dibutuhkan: Orang tua asuh untuk anak-anak usia 0 - 3 tahun korban 
`Tsunami' di Aceh yang di bawa ke Batam, Jakarta  Bandung. Hubungi 
Raihana (0815-870-0064) dan/atau Dewi: (021) 568-1580 / 568-1270, atau
melalui 
fax: (021) 568-1579, 5696-5397.
 
Di Jakarta, mereka sementara ditempatkan di RS Dharmais dan RSPAD Gatot 
Soebroto.

Mohon berita ini disebarluaskan. Terima kasih.
Sender: 0812-898-1840 on 02/01/05 at 09:26:10.

Catatan: kapatangko ambo baco di sebuah milis baraso Aa Gym alah
mambao 100 urang anak yatim untuk diasuah di Darut Tauhid


Wassalam, Bandaro Kayo (61+) 


--- In [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Nismah Rumzy [EMAIL PROTECTED]
wrote:
 
 Terlampir SMS dari :
  1. Bapak Hasballah : Di Medan dah  diambil anak2 yatim Aceh oleh misi
 kreisten dengan payung kemanusiaan.T.I.M perlu segera ke Medan, kord dg
 Aceh Sepakat.Saya telah rintis.Perlu kita tampung dan ambil langkah
 bersama, segera.THK. Hasballah Hp.
 2. IZ  : Pantauan tekn: Bnyk dan akan terus bertambh orang2 Kristen
 dibwh LSM/NGO brgkt keAceh dgn publisiti menolong korban tpsebnrnya mau
 ambil anak2 kecil balita yang terlantar kehilangan orangtua,kmd dbw
 keluar Aceh untuk diKristen-kan. Hati2 thdp program trselubung dan jkpjg
 ini. Mari kt cgh dg slg berkoordinasi antar lmbgYtmpiatu Muslim, jabngan
 sampai  Serambi Mekah  brbh abad ini.Wassllm.IZ
 3.Ibu Tuty Allawiyah : malam ini jm 22.15 tiba dihalim langsung ke rumah
 jtwrngin anak aceh korban sunami
 
 Marilah kita berbuat sebelum terlambat
 
 Wassalam 
 Bundo
 
 
 
 
 
 
 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
 http://rantaunet.org/palanta-setting
 
 Tata Tertib Palanta RantauNet:
 http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
 






Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[R@ntau-Net] Panik Diterpa Isu Tsunami, Warga Padang Berhamburan di Jalan

2004-12-30 Terurut Topik Darwin Bahar

Reporter: Yonda Sisko

detikcom - Padang, Kepanikan melanda Kota Padang Sumatra Barat. Ribuan
warga tumpah ruah di jalan sambil menjerit histeris lantaran isu
tsunami akan menghantam Padang.

Isu yang berhembus cepat itu menyebutkan, air laut di Kota Padang
mulai naik sejak pukul 22.00 WIB, Kamis (30/12/2004). Walhasil warga
panik dan berhamburan ke jalanan.

Warga tampak memboyong barang-barang dan menggendong anak-anak kecil.
Beberapa warga menggunakan mobil atau motor, namun ada juga yang
berlarian di jalanan. Mereka meninggalkan rumah dan mengungsi.

Arus lalu lintas menuju Bukittinggi dan Solok yang merupakan dataran
tinggi pun menjadi padat. Kepanikan warga antara lain terlihat di
daerah Tabing, Lubuk Buaya, Teluk Bayur, Lolong, Pasaraya, Karandam,
Lubuk Minturun, dan Siteba.

Hingga pukul 02.30 WIB, Jumat (31/12/2004), warga masih memenuhi
jalan-jalan menuju dataran tinggi. Beberapa mobil polisi lalu lalang,
namun tidak bisa berbuat apa-apa.

Warga kebanyakan panik sambil berteriak-teriak. Apalagi isu gelombang
tsunami berkali-kali berhembus. Suasana sempat beberapa kali tenang,
namun beberapa kali pula kembali panik karena diterpa isu tsunami.

Tidak hanya kendaraan pribadi, taksi-taksi juga tampak penuh muatan
barang di Tabing. Sayangnya, detikcom yang mencoba mengontak Kantor
BMG yang berlokasi di Padang Panjang tidak kunjung tersambung. (sss)







Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



Re: [R@ntau-Net] FW: www.cimbuak.net dikupas di sinar harapan

2004-12-29 Terurut Topik Darwin Bahar

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya ingin menggarisbawahi beberapa poin dari ulasan Hr Sinar Harapan
di bawah ini:

(1) Adat Minangkabau memang begitu memukau

(2) Bicara Minangkabau, berarti bicara tentang budaya yang telah
menyerap Islam sebagai dalam sendi-sendi kehidupan.

(3) Minangkabau juga identik dengan warganya yang bekerja keras

(4) Intuisi sastra orang Minangkabau jangan diragukan lagi

Tanpa tanpa mengomentarinya, kecuali ucapan selamat bagi nakan Dewis
cs, jangan jadi takabur dan lupa diri, dan jadikan semua itu menjadi
cambuk untuk tetap maju dan lebih maju lagi.

Serta cermin dan teladan bagi yang lain

Wassalam, Bandaro Kayo (61+)

--- In [EMAIL PROTECTED], Dewis Natra [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Alhamdulillah kehadiran cimbuak mulai dapat tempat, berikut adalah
ulasan
 sinar harapan, klik link berikut
 http://www.sinarharapan.co.id/berita/0412/23/ipt03.html
 Salam
 Dewis
 www.cimbuak.net #kampuang nan jauah dimato dakek dijari#

 KUPAS SITUS
 Urang Awak Pantang Tatingga

 JAKARTA – Adat Minangkabau memang begitu memukau






Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



Re: [R@ntau-Net] Festival Minangkabau, Festival Seni atau Pembangunan?

2004-12-28 Terurut Topik Darwin Bahar


Aaa ini baru sabana Minang……

Yang mengadakan festival orang-orang yang punya DNA pedagang, nama
boleh Keseniaan, tetapi isinya dagangan

Yang membuat laporan orang-orang yang punya di DNA pengarang, biar
yang diceritakan itu sesuatu yang centang perenang, membacanya orang
tetap tersengeng-sengeng senang.

Jadi klop lah

Wassalam, Bandaro Kayo

(sedikit perintang-rintang duka dalam mengikuti nestapa yang sedang
menimpa saudara-saudara kita yang sering membuat kita berderai airmata….)


--- In [EMAIL PROTECTED], RaNK MaRoLa [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Crosposting dari ranah-minang.com
 -

 Festival Minangkabau, Festival Seni atau Pembangunan?
 27/12/2004 - 18:23

bakuduang

 Tapi walau bagaimanapun, festival ini sudah dilaksanakan, walaupun
 sebenarnya lebih layak disebut sebagai pameran pembangunan, karena lebih
 banyak menampilkan perusahaan atau daerah lain yang melakukan promosi
 tentang kesempatan dan peluang berinvestasi di daerahnya masing-masing.
 Sehingga tidak heran jika kemudian ada seorang pengunjung yang justru
 menyebut festival itu sebenarnya lebih layak disebut sebagai pasar
 malam.

 Tapi setidaknya, festival ini memberikan kemudahan bagi ibu-ibu yang
 ingin berbelanja murah. Semuanya tersedia. Celana dalam, pakaian anak,
 cendol, sepeda motor, beras, telepon seluler, balon warna-warni, sate
 dan teh talua, semuanya ada di sini. Harganya pun di diskon! (Bonk/RM)








Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[R@ntau-Net] Penjelasan Teuku Jacob mengenai Homo Floresiensis

2004-12-28 Terurut Topik Darwin Bahar
“Perseteruan” antara Teuku Jacob dengan dengan ilmuwan
Australia perihal temuan “Homo Floresiensis” menjadi
“bola liar” evolution vs creation, karena informasi
yang setengah-setengah. Malah menurut Radityo
Djadjoeri di Milis “Apa Kabar”, “ilmuwan” Turki Harun
Yahya sempat  'loncat-loncat kegirangan' atas
“perseteruan” tersebut, dan  langsung mengutak-atik
kata, menyusun beberapa tulisan yang dirangkumnya dari
berbagai sumber relevan, dan langsung
dipublikasikannya. Titik arahnya sama: 'say no for
evolution, say yes for creation'. Padahal---masih
menurut menurut bung Radityo---rencananya, Teuku Jacob
baru akan menyanggah temuan H. floresiensis sekira
awal tahun depan.

Kemarin saya menemukan tulisan Teuku Jacob mengenai
“Homo Floresiensis” berikut ini di Hr Republika

Wassalam, Bandaro Kayo  
Yang percaya bahwa alam semesta berikut
hukum-hukumnya, termasuk proses penciptaan terhadap
manusia---apakah itu itu mengikuti teori evolusi atau
bukan---adalah ciptaan Sang Kaliq (the Creator) yang
Maha Kuasa dan Maha Cerdas, karena penemuan ilmiah
tidak akan pernah bertentangan dengan kandungan Al
Qur’an . Yang pasti saya  bukan pengagum Harun Yahya. 


Gara-Gara Rangka Liang Bua 


Teuku Jacob

Profesor Emeritus Paleoantropologi UGM

Republika, Selasa, 28 Desember 2004
Dalam bulan Oktober 2003, Prof RP Soejono datang ke
Yogyakarta dan memperlihatkan pada saya foto tengkorak
kecil dari penggaliannya di Liang Bua, Flores Barat,
bersama dengan tim dari New South Wales, Australia.
Dari foto yang diambil dalam posisi rambang dan belum
bersih dari tanah yang meliputinya, saya mendapat
kesan tengkorak itu amat kecil dan menyerupai kera.
Soejono meminta kami di UGM menelitinya, sedangkan Dr
MJ Morwood, chief investigator dari pihak Australia,
menginginkan orang Australia yang mempelajarinya. 
Pak Soejono khawatir kalau dibawa ke Australia, dan
saya, meskipun tidak begitu tertarik melakukan
sendiri, ingin agar ahli-ahli Indonesia yang relatif
muda, yang dengan susah-payah direkrut, tidak cuma
menggigit jari melihat temuan dari negerinya tidak
dapat disentuhnya, sehingga animo untuk masuk ke
bidang paleoantropologi teredam dengan tidak sengaja.
Tidak ada kabar lagi sampai Juli 2004, ketika Prof
Soejono minta agar temuan itu segera dibawa ke
Yogyakarta, supaya aman dan wartawan-wartawan luar
negeri tidak terus-menerus meneleponnya dan datang ke
kantornya. 
Dr T Subiantono, Asdep Arkeologi, setuju ktengkorak
itu saya bawa untuk dipelajari dan memberi biaya
angkutan. Tetapi di luar negeri disiarkan saya
merampas tulang-tulang itu dari Pusat Arkeologi dan
akan disimpan terus di Yogyakarta. Mereka tidak tahu
bahwa sejak awal tahun 1960-an Pusat Arkeologi bekerja
erat dengan Laboratorium Bioantropologi dan
Paleoantropologi UGM (yang berada dalam satu
departemen dan dibangun dengan anggarannya) tanpa
surat serah terima. Gedung laboratorium sendiri
diserahkan tanpa piagam dan banyak pegawainya bekerja
di sini.
Pers Australia terutama mendesak saya (dan Pusat
Arkeologi), agar semua temuan sisa manusia
dikembalikan ke Jakarta, padahal sisa-sisa manusia
dari gua-gua Flores tersimpan di London, Leiden,
Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Maumere.
Bermacam-macam fitnah dan isapan jempol difabrikasi:
bahwa di Yogya ahli-ahli lain tidak boleh melihatnya,
bahwa ada perang teritorium (turf war), bahwa ada
kecemburuan ilmiah, bahwa Australia yang menyediakan
dana, mengapa orang Indonesia yang meneliti dan
sebagainya, meskipun mereka menyediakan situs. 
Dikabarkan mereka akan menjual copyright pembuatan
film TV, kepada penawar tertinggi, padahal
bertentangan dengan undang-undang tentang benda
budaya. Pelanggaran lain adalah mereka mencetak
tengkorak dan menjualnya. Dalam pengalaman saya bukan
pertama kali orang asing memakai siasat divide and
rule dan semangat empire building. 
Mencari kebenaran

Telepon, faksimile, dan e-mail yang saya terima tidak
mengenal waktu. Selfon (HP) dan telepon dapat berbunyi
pagi-pagi sekali, sampai siang, bahkan malam dan
tengah malam (disangkanya siang di sini). Telepon
berdering di rumah, laboratorium, jalan, bandara, dan
di hotel. Wartawan-wartawan Australia paling suka
mendesak, menyudutkan, menuduh, menyindir dan
memfitnah. Misalnya: Apa yang dibuat dengan
tulang-tulang itu? Kalau sudah dipelajari, diapakan?
Bila dikembalikan ke Jakarta, apa tanggal 1 Januari
2005? Mengapa mempertahankan pendirian skeptis
sendirian? Di mana hasil studinya akan dipublikasi?
Mengapa bukan spesies baru, mengapa ia bukan
berevolusi langsung dari homo habilis? Apa tahu
orang-orang Australia marah sekali? Dan profesor
Indonesia di Jakarta juga marah. Waktu didesak siapa,
mereka menyebut nama orang-orang muda dari luar
universitas yang belum profesor. Mengapa harus
dilakukan studi di Yogyakarta? Apa ''konflik'' ini
tidak akan mengganggu hubungan antara negara? Dan
banyak laig yang aneh-aneh, silly dan naif.
Ada yang mencap saya a powerful archeologist, the king
of paleoanthropology in Indonesia, skeptik, a maverick
scientist, I'enfant 

[R@ntau-Net] Sumatra Barat yang Cantik dan Eksotik---Jadi Turis di Kampung Sendiri (1)

2004-12-26 Terurut Topik Darwin Bahar
Setiap saya berada di Bali saya ingat kampung halaman
saya Sumatra Barat. Dan setiap saya berada di Sumatra
Barat saya ingat Bali.

Betapa tidak, baik Sumatra Barat dan Bali dianugerahi
Allah SWT dua hal yang hampir sama: panorama alam yang
mempesona, penduduk yang relatif homogen dengan adat
dan seni budaya yangpenuh eksotika. Namun selebihnya,
seperti kita tahu, dari segi pengembangan pariwisata,
Sumatra Barat masih tertinggal jauh dari Bali.

Tetapi tertinggal atau bukan, Sumatra Barat tetap
sebuah daerah tujuan wisata (DTW) yang lebih dari
pantas untuk dikunjungi pada liburan akhir tahun ini,
baik oleh para perantau Minang yang sudah lama tidak
pulang kampuang, lebih-lebih jika Anda bukan orang 
Minang dan belum pernah ke Sumatra Barat sebelumnya.
Saya saja yang orang Minang dan dalam 3 tahun terakhir
ini sering ke Sumatra Barat tidak bosan-bosannya
melihat keindahan alam Sumatra Barat.   

Dua pekan lalu selama empat hari dari Kamis sampai
Minggu  bersama isteri saya Kur dan dua anak gadis
kami Meila (25 th) dan si bungsu Ira (23 th) saya saya
mengambil cuti dan berkunjung ke Sumatra Barat. Sambil
menyelam minum air, sambil mengunjungi beberapa
keluarga dekat saya yang masih  di Padangpanjang,
sekitar 20 km di Selatan Bukittinggi, saya mengunjungi
berapa tempat yang sangat menarik dan eksotik.  Bagi
Kur yang berasal dari Jawa Barat, ini adalah kunjungan
yang kedua setelah kami menikah, yang pertama ketika
kami baru punya anak dua dalam tahun 1973, dan bagi
Meila dan Ira  ini adalah kunjungan yang pertama dan
sudah lama mereka rindukan. Mungkin karena kunjungan
saya ke Sumatra Barat kali ini bukan dalam rangka
tugas sehingga tidak ada pikiran yang membani kepala
dan bersama keluarga pula, perjalanan tersebut rasanya
menyenangkan sekali. Sebenarnya empat hari kurang
cukup, namun karena saya tidak bisa cuti lama-lama dan
“gizi” kami terbatas, terpaksa dicukup-cukupkan,
antara lain dengan menyusun jadwal perjalanan yang
ketat, suatu hal yang sudah terbiasa saya lakukan jika
melakukan kunjungan kerja ke daerah.

Berikut ini beberapa catatan singkat saya.

Kami menggunakan Garuda GA 160 yang berangkat jam 6.30
pagi dari Soekarno-Hatta dan tiba di Bandara Tabing
jam 7.40. Awalnya saya hanya minta bantuan Kantor
Regional kami di Padang untuk booking hotel di
Bukittinggi dan Padang serta  menjemput di Bandara
Tabing dan mengantar Bukittinggi liwat Maninjau,
karena saya khawatir saya tidak berhasil dapat mobil
yang bagus atau harga yang sesuai kalau saya
mencarinya di Bandara Tabing.  Tetapi, Alhamdulillah,
pucuk dicinta ulam tiba, saya diberitahu bahwa kalau
saya menginginkan, saya  dapat menggunakan mobil
Kijang berikut Nofi, pengemudinya  sampai Sabtu.
Apalagi Nofi  sudah sering mengantar saya bertugas di
Sumatra Barat, dan sudah tempat-tempat makan yang saya
sukai.  

Bukittinggi dapat dicapai dari Padang melalui dua
rute: rute Padang-Lubuk
Alung-Pariaman-Lubukbasung-Maninjau: melewati kelok
ampek puluh ampek dengan jarak ± 170 km, serta rute
Padang-Lubuk Alung-Padangpanjang-Bukittinggi lewat
Lembah Anai dengan jarak ± 90 km. Kondisi jalan di
kedua rute tersebut, seperti halnya hampir semua jalan
di Sumatra Barat cukup bagus dan terawat baik.  

Saya sempat menanyakan sewa taksi Bandara yang
kondisinya umumnya sudah tidak prima itu ke
Bukittinggi dari Tabing dan memperoleh harga Rp 135 rb
lewat Padangpanjang dan Rp 185 rb kalau lewat
Maninjau.

Rute Padang-Bukittinggi lewat Maninjau berpisah dengan
rute Padang-Bukittinggi di Lubuk Alung, berbelok ke
kiri meliwati Kota Pariaman dan Lubukbasung, ibukota
Kab Agam. Sampai di sini tidak ada pemandangan yang
luar biasa kecuali alam yang relatif asri. Suasana
yang agak berbeda terasa setelah mobil memasuki jalan
yang menyusuri Danau Maninjau. Namun suasana dan
panorama yang fantastik---yang bahkan tidak akan Anda
temui di Bali sekalipun---ialah ketika mobil mulai
memasuki kelok ampek puluh ampek---jalan menanjak
dengan 44 tikungan sepanjang 7 km. Kur seperti
terpekik ketika mobil meliwati kelok pertama dan
kedua, tetapi kemuadian terdiam dan terpana melihat
hamparan Danau Maninjau di bawahnya. Di beberapa
kelokan di atasnya beberapa kera hutan jinak bermain
dengan anak-anaknya. Saya kemudian minta Nofi untuk
mencari tempat berhenti untuk berfoto dengan latar
belakang danau Maninjau. Sayang sekali di sana
kera-kera jinak sudah tidak ada di sana , sehingga
keinginan Ira untuk berfoto dengan hewan-hewan
lucu---dan tidak “jahil” seperti di Bedugul, Bali
tersebut tidak kesampaian.

Setelah itu kami nemeneruskan perjalanan menjanjak
kelok demi kelok——setiap kelok diberi nomer yang jelas
di jalan, masih  dengan hamparan danau Maninjau di
latar bawahnya sampai ke kelok terakhir di kawasan
yang disebut Puncak Lawang. Puncak Lawang dalam
beberapa tahun terakhir ini digunakan sebagai sebagai
tempai kegiatan olahraga paralayang. Kalau Anda
penggemar paralayang, Anda bisa membayangkan betapa
fantastiknya melayang-layang dengan hamparan danau
Maninjau di bawahnya. Di kawasan 

[R@ntau-Net] Sumatra Barat yang Cantik dan Eksotik---Jadi Turis di Kampung Sendiri (2)

2004-12-26 Terurut Topik Darwin Bahar
Kami mendapat kamar di lantai empat di mana ngarai
Sianok yang sering juga disebut Grand Canyon of
Indonesia itu dengan latar Gunung Merapi dan Gunung
Singgalang di kiri kanan terlihat menghampar seperti
sebuah lukisan panorama yang sangat indah. Bukittinggi
yang dingin (900 m di atas permukaan laut)  memang
terlhat sangat cantik, bahkan dari jendela kamar
Superior yang biasa saya gunakan. Kabut kadang-kadang
terlihat menyaput pucuk-pucuk pohon. Sementara Ngarai
Sianok di kejauhan dengan desir anak sungai yang
mengalir di bawahnya seperti menyimpan misteri masa
silam dengan bunyi genta pedati menyisir jalan di
dasar ngarai menyisir malam. Novotel letaknya memang
sangat strategis.

Karena anak-anak, sudah mengeluh lapar, setelah
menaruh koper-koper di kamar kami diantar Inof ke
warung Nasi Kapau Uni Lis di Pasar Wisata, Pasar Atas
dekat gerbang tangga yang menghubungkan Pasar Atas
dengan kawasan Pasar Bawah yang lazim disebut sebagai
jenjang empat puluh, sesuai dengan jumlah anak
tangganya. Kenikmatan Nasi Kapau Uni Lis dan nasi
kapau warung tenda lainnya di Bukittinggi cukup
berbeda dengan masakan kapau di warung-tenda di Jalan
Kramat Raya Jakarta. Selain kualitas bahan, yang lebih
baik, masakan kapau di  warung-warung tenda di
Bukittinggi  umumnya masih dimasak dengan kayu bakar.
Saya makan dengan gulai tunjang dan gulai rebung,
sedangkan Kur dengan dendeng belado. Anak-anak saya
lihat makan dengan lahap sekali.

Dari sana kami langsung ke Padangpanjang menemui
beberapa keluarga dekat saya yang masih ada. Dan
sebelum kembali ke Bukittinggi kami mampir ke SMS
atawa Sate Mak Syukur di Padangpanjang yang tersohor
itu. Bagi Anda yang punya bayi dan belum pernah
mencicipi Sate Padang, mungkin “tidak tega” memakan
sate daging sapi yang berkuah kuning setengah kental
itu. Tetapi sekali mencoba pasti ingin mencoba lagi. 

Malamnya di Bukittinggi kami makan di restoran
“Cubadak Gaya Baru” di Pasar Bawah. Berebeda dengan
rumah-rumah makan di Jakarta atau kota-kota besar
lainnya yang di setiap piring disajiakan dua potong
ikan, di restoran ini di setiap piring hanya disajikan
satu potong. Beda lainnya, ada sejumlah masakan khas
serta bumbunya rata-rata lebih terasa.   

Hawa dingin dan perasaan letih karena perjalan yang
cukup panjang hari itu menyebabkan kami cepat
tertidur. Walaupun tidak jauh dari Novotel ada 2 buah
masjid besar, azab subuh hanya terdengar hanya
lamat-lamat saja, lebih pelan dari pada suara azan
yang saya dengar di hotel tempat saya menginap di
Sanur, Bali sepekan sebelumnya.   

Hari itu kami merencanakan akan ke Harau yang terletak
di Kab Limapuluh Kota  sekitar 25 km sebelah timur
Payakumbuh arah ke Pekanbaru, atau sekitar 50 km dari
Bukittinggi, kemandirian ke Pagarruyung di dekat
Batusangkar, ibukota Kab Tanahdatar lalu ke pinggir
Danau Singkarak, dan dari sini kembali ke Bukittinggi
lewat Padangpanjang dan akan start dari hotel jam 10
pagi.

Karena hanya punya 3 kupon breakfast, dan kalau
sarapan di hotel harus bayar Rp 45 rb, saya memilih
sarapan di luar saja dan pergi ke sebuah “Bufet” di
Pasar Wisata untuk makan Amping Dadih [1] dan minum
teh telor khas Minang, habis hanya Rp 9 rb. Sehabis
sarapan Kur dan anak-anak sempat berjalan-jalan ke
Pasar Atas. 

Perjalanan ke Harau memamakan waktu kurang dari satu
jam. Harau adalah adalah sebuah hutan lindung yang
asri, berupa sebuah ngalau memanjang yang berpagar
bukit yang curam berupa patahan dan ujung pada sebuah
air terjun. Karena hari itu hari Jumat pengunjung
tidak terlalu ramai. Sesudah berfoto-foto kami segera
cabut, kembali ke arah semula dan setelah beberapa
meliwati Payakumbuh, berbelok ke kiri, ke arah selatan
menuju ke Batusangkar dan terus ke Istana Pagaruyung.
Karena waktu salat Jumat sudah tiba, saya dan Nofi
salat di sebuah masjid yang tidak jauh dari sana,
sebuah Masjid berukuran sedang yang cukup bagus yang
merupakan wakaf dari seorang dermawan bersebelahan
dengan kantor Bupati Tanahdatar, salah satu dari 4
kabupaten/kota yang menurut evaluasi LIPI yang paling
berhasil melaksanakan otonomi daerah di Indonesia.
Kantor Bupati tersebut terlihat sangat sederhana.

Seusai salat jumat, saya bergabung dengan Kur dan
anak-anak yang sudah lebih dulu masuk kompleks Istana
Pagaruruyung. Kami berfoto-foto berpakaian adat
Minangkabau  di dalam bangunan istana---tepatnya
replika dari istana asli yang habis terbakar yang
terletak tidak jauh dari sana.  Kemudian kami makan
siang di restoran “Ambun Pagi” yang terletak di arah
jalan ke Sawahlunto. Kur saya lihat mendelik
menyaksikan saya menyambar piring gulai gajeboh
(daging yang sangat berlemak) yang dimasak asam padeh
(tanpa santan) yang sangat jarang ditemukan di
rumah-rumah makan Padang di luar Sumatra Barat
(kecuali di Resto Simpang Raya Bogor). Kami kemudian
juga mencicipi gulai jarieng (jengkol) yang agak
berbeda dengan jengkol yang ada di jawa, lebih empuk,
lebih legit dan tidak terlalu berbau.

Selesai makan kami meneruskan perjalanan ke arah
selatan ke Ombilin di pinggir Danau 

  1   2   >