Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
ikutan Ah... juga Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara langsung (face to face). Berantem kali ye..?? Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok... --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED]
intermezo
Joke dikit ah biar agak seger... Men and Women Truisms: Smart man + smart woman = romance Smart man + dumb woman = pregnancy Dumb man + smart woman = affair Dumb man + dumb woman = marriage Smart boss + smart employee = profit Smart boss + dumb employee = production Dumb boss + smart employee = promotion Dumb boss + dumb employee = overtime A man will pay $2 for a $1 item he needs. A woman will pay $1 for a $2 item that she doesn't need. A woman worries about the future until she gets a husband. A man never worries about the future until he gets a wife. A successful man is one who makes more money that his wife can spend. A successful woman is one who can find such a man. To be happy with a man, you must understand him a lot and love him a little. To be happy with a woman, you must love her a lot and not try to understand her at all. Married men lived longer than single men, but married men are a lot more willing to die. Any married man should forget his mistakes. There's no use in two people remembering the same thing. Men wake up as good-looking as they went to bed. Women somehow deteriorate during the night. A woman marries a man expecting he will change, but he doesn't. A man marries a woman expecting that she won't change, and she does. A woman has the last word in any argument. Anything a man says after that is the beginning of a new argument. There are two times when a man doesn't understand a woman. Before marriage and after marriage. _ Do You Yahoo!? Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com
Re: DEBAT CAPRES Habibie-Amien-Gus Dur//Tapi, Mega Tetap Ogah
Wah,..I'm afraid that your expectation nggak akan terlaksana nih Cak Pohan, Lha wong kenyataannya selama ini, para pemikir PDI-P di milis ini justru berusaha mencari alasan yang "semakin terlihat rasional" untuk melegitimasi penolakan si "Ibu Mega" kok... Lihat aja 4 alasan yang dikemukakan Alex Litaay, kan esensinya sama persis dengan alasan2 yang dibikin di milis ini beberapa waktu yang lalu...??? --- Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote: Jika ini terjadi: pentas politik kita jadi makin seru. Bayangkan bila Gus Dur-Amien-Habibie berdebat--- sebagai sosok-sosok yg paling banyak digosippin jadi kandidat prez. Sayang memang, Mega belum-belum sudah menolak. Alasannya, masih soal budaya timur dan signifikansi partai. Para tokoh utama PDI-P di milis Permias@ perlu meyakinkan Megawati agar bicara dan tampil. Sebab, biasanya sih, suara dari AS itu ampuh dan sakti. Mudah-mudahan. Please visit: http://www.jawapos.com/7mei/de7me3.htm salam, ramadhan pohan (penyimak) # # # Mega Tetap Tolak Debat Capres HMI Pertemukan Amien-Gus Dur-Habibie Jakarta, JP.- Setelah Forum Salemba UI sukses menggelar debat kandidat presiden, kini HMI menyusul ingin menggelar acara serupa. Debat yang akan digelar pada 17 Mei nanti direncanakan lebih seru karena kandidat presiden yang dihadirkan lebih terfokus pada tokoh-tokoh utama, seperti Prof Dr Amien Rais, KH Abdurrahman Wahid, dan Presiden Habibie. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: FW: SESAMA BANTENG NGAMUK, KANDANG-KANDANG POSKO REMUK
--- "Lutfi M." [EMAIL PROTECTED] wrote: SESAMA BANTENG NGAMUK, KANDANG-KANDANG POSKO REMUK Comments Ratusan Posko Dibumihanguskan. Akibat Konflik Internal PDI Perjuangan . Bosen, muak, sebel, aneh, bingung, de..el..el..de..es..be Sejak dibukanya lembaran reformasi, peristiwa2 seperti diatas sering sekali terdengar dan mewarnai kehidupan politik kita sehari hari. Beberapa contoh bisa diambil, mulai dari tindak kekerasan yang dilakukan oleh "kelompok 12" kepada anggota KPU gara2 partainya tidak masuk kedalam kategori layak mengikuti pemilu. Kemudian muncul bentrok antar pengikut parpol, mulai dari pencegatan pendukung Golkar oleh massa dengan atribut PDI-P, kemudian bentrok antara warga PPP dengan PKB di Jateng beberapa hari yang lalu. Semuanya diwarnai dengan tindak kekerasan yang menunjukkan kebelum dewasaan rakyat kita untuk menerima perbedaan dalam kehidupan berpolitik. Sekarang, permasalahan internal partaipun bisa memunculkan tindak kekerasan. Di Malang, 3 orang pengurus DPD PAN dihajar beramai ramai oleh satgasnya sendiri akibat perbedaan pendapat dalam pengajuan calon legislatif (baca Jawa Pos kemaren). Berita yang di postingkan oleh rekan kita diatas juga menunjukkan bahwa sikap barbarian masih melekat pada pendukung PDI-P, yang gara2 permasalahan internalnya sampai mengadakan perusakan dan pembakaran terhadap posko2 mereka sendiri. Rentetan peristiwa seperti ini seakan akan sudah melekat pada kehidupan politik bangsa kita saat ini, seakan akan kehidupan politik kita sekarang ini kembali kepada kehidupan masyarakat bar-bar yang primitif dan mengandalkan tindak kekerasan sebagai sarana pemecahan masalah. Banyak orang menilai bahwa polarisasi politik di negara kita pada era reformasi ini menunjukkan gejala yang positif, yaitu semakin bergairahnya masyarakat kita untuk berpartisipasi dalam panggung politik setelah puluhan tahun terkungkung kebebasannya dibawah rezim Soeharto. Menurut saya, penilaian ini tidak salah, dan memang kenyataan yang berkembang di tengah masyarakat kita saat ini menunjukkan bahwa rakyat sudah semakin sadar untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik. Mungkin obrolan yang paling laris saat ini di tengah2 masyarakat adalah tentang Pemilu dan calon presiden yang akan memimpin bangsa kita nantinya. Hal ini tidak pernah terjadi pada masa2 sebelumnya, karena siapa yang akan menang dalam pemilu dan siapa yang akan jadi presiden sudah bisa ditebak. Sekarang, dimana semua pihak mempunyai kesempatan yang relatif seimbang, obrolan semacam ini menjadi asyik. Jadi kalau dilihat dari sudut pandang partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam berpolitik, kita memang mengalami kemajuan. Sayangnya, kesadaran untuk berpartisipasi ini tidak diimbangi dengan kesadaran moral untuk menerima perbedaan dan menyelesaikannya secara dewasa. Dalam hal ini, kita cenderung untuk mengalami kemunduran jauh, kembali ke masa barbarian yang mengandalkan tindak kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Apakah kalau sudah begini, kita juga akan terus terusan mencari kambing hitam yang bernama provokator sebagai dalang dibalik setiap peristiwa? Kalau kita terus terusan latah mencari kambing hitam, menyalahkan satu pihak sebagai perekayasa setiap kerusuhan, saya tidak yakin bahwa kita bangsa Indonesia akan bisa maju. Kita justru akan terjebak dalam status quo pola pikir sendiri yang pada gilirannya justru bisa menjadi alasan untuk menjustify tindakan kekerasan. Setiap orang akan berpikir bahwa melakukan tindak kekerasan adalah hal yang wajar, toh nanti bisa menuding orang lain sebagai perekayasa dan provokator di balik kerusuhan. Kalau sudah begini keadaanya, ya wallahu'alam deh...gimana kelanjutan hidup kita sebagai bangsa. Dari ulasan saya diatas, saya hanya ingin mengambil kesimpulan bahwa "status quo" yang harus di perangi bukanlah cuma status quo dalam arti kedekatan terhadap Soeharto dan rezimnya ataupun status quo dalam arti segala sesuatu yang berhubungan dengan orde baru. Kita harus lebih meluaskan cakupan dari status quo yang harus di berangus sampai ke akar akarnya. Moral dan pola pikir masyarakat dalam berpolitik di tengah tengah berbagai perbedaan dan perselisihan pendapat haruslah menjadi salah satu "sub chapter" yang harus di sertakan dalam program pemberangusan status quo ini. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Perubahan Sistem Pendidikan
Hehehe...silakan deh kalo mo bikin small mailing list. Itung itung ngembangin demokrasi terbatas. Saya sih sebenarnya cuman pengin ngelihat aja, lha wong saya ndak banyak ngerti urusan dunia pendidikan kok. Dan untuk adu argumen disini, saya sih ngambil sisi positifnya aja, belajar berdemokrasi je..Kalaupun arah pembicaraan atau perdebatan sering melenceng kesana kemari dan tidak menentu, anggap aja sebagai suatu kewajaran dalam sebuah learning process. Kalau ada argumen yang bagus menurut saya, ya dibaca, kalau pengin nimbrung ya nimbrung aja...dan kalau males baca ya tinggal di DEL aja, beres. Gitu lho menurut saya.. --- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya setuju dan mau ikutan. Budi Haryanto Notrida Mandica wrote: Sorry Bung Dodo dan rekan PERMIAS, Saya cuma ingin cari jalan aman aja, biar diskusinya tidak terganggu adu urat and adu argumen yang akhirnya membawa diskusi ini ke arah yang tak menentu. Mungkin kita bisa bikin small mailing list untuk topik Perubahan Sistem Pendidikan. Yang mau gabung bisa didaftar di list. Kita intensif diskusinya, lalu kita form dalam tulisan atau laporan. Hasilnya, kita kampanyekan ke department pendidikan dan kebudayaan. Saya harap, diskusi ini intensif dan berguna untuk kepentingan perbaikan sistem pendidikan nasional. Saya akan mulai membuka dialog di mailing list ini setelah final berakhir, May 5, 1999. Untuk sementara, kita susun dulu pertanyaan-pertanyaan dan list kekurangan-kekurangan yang ada dalam sistem pendidikan kita. Kemudian kita post ke small mailing list yang berminat. thank you, ida Tuh kan..tante Ida,... kite2 disini juga pada pengin tahu visinya tante Ida tentang perubahan sistem pendidikan kita. Nggak usah kuatir dehngomongin perubahan sistem pendidikan secara terbuka disini nggak akan melanggar budaya timur kok:) Tuh, subject postingnya udah ane ganti tuh.. --- Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] wrote: In a message dated 4/29/99 1:51:54 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Wah...tante Ida nih pegimane sih..? ya kagak asik dong kalo main privat privat-an, kite2 disini kan juga pengin tau tentang perubahan sistem pendidikan ini. Iya nggak rekan2..?? Iya nih, gue juga butuh pandangan rekan2 yg menguasai soal itu. Jadi ya mbok jangan maen belakang dong:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Perubahan Sistem Pendidikan
Tuh kan..tante Ida,... kite2 disini juga pada pengin tahu visinya tante Ida tentang perubahan sistem pendidikan kita. Nggak usah kuatir dehngomongin perubahan sistem pendidikan secara terbuka disini nggak akan melanggar budaya timur kok:) Tuh, subject postingnya udah ane ganti tuh.. --- Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] wrote: In a message dated 4/29/99 1:51:54 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Wah...tante Ida nih pegimane sih..? ya kagak asik dong kalo main privat privat-an, kite2 disini kan juga pengin tau tentang perubahan sistem pendidikan ini. Iya nggak rekan2..?? Iya nih, gue juga butuh pandangan rekan2 yg menguasai soal itu. Jadi ya mbok jangan maen belakang dong:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Presiden MPR/DPR (was: Re: Mega oh Mega)
Wah, panjang banget nih jadinya, Saya mau menanggapi sebagian aja deh, capek nulis kebanyakan.. --- Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] wrote: Irwan: Saya dukung demam anda, "jangan memilih kucing dalam karung." Hanya saja saya bertanya balik, apakah karena Megawati menolak hadir acara debat capres lalu kalau kita memlih dia akan seperti memilih kucing dalam karung? Kalau ngomongin masalah "kita" berarti kan kita ini mengacu kepada bangsa Indonesia secara keseluruhan, karena kan yang akan dipimpin nanti (seandainya MS jadi presiden) bukan hanya orang2 PDI-P aja, tapi seluruh rakyat Indonesia. Jadi kalau yang bersangkutan menolak untuk mengemukakan visinya kepada publik, itu kan artinya sama dengan memaksa publik untuk memilih kucing dalam karung. Hmm...mungkin bagi yg belum mengenal sepak terjang Megawati selama ini akan berkata demikian. Tapi tidak demikian halnya pada pendukung2 Megawati yg memang sudah bersama2 sejak jaman penindasan orde baru terhadap PDI. Mereka sudah jatuh bangun sama2, mereka sudah tahu kadar kepemimpinan Megawati. Dimata saya Megawati adalah seorang leader yg telah teruji dilapangan, dalam dunia nyata dan bukan dunia maya. catatan: acara debat bagi saya adalah dunia mayanya pemimpin. Ini bukan berarti saya tidak setuju dengan acara debat capres hanya saja saya mempertanyakan kevalidan acara debat dijadikan ajang untuk melihat kepemimpinan seseorang. Mari kita galakan demam "jangan memilih kucing dalam karung". Marilah kita pilih pemimpin yg memang sudah teruji kehandalannya. Membawa PDI dari partai gurem menjadi partai yg besar seperti sekarang bukanlah hal yg mudah. Dan hal itu bisa dicapai bukan semata karena usaha Megawati tapi lebih kepada usaha tim/kelompok/partai itu sendiri. Ini yg membuat saya lebih salut. Saya menangkap kesan bahwa anda melihat keandalan MS dalam memimpin ini agak terbatas dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu internal organization. Kalau melihat hal ini, sayapun setuju dengan anda bahwa MS dan tim nya berhasil membawa PDI-P menjadi besar, dan kepemimpinannya mungkin sudah teruji (di dalam tubuh PDI-P). Namun dalam konteks yang lebih luas, saya rasa masih banyak yang tidak tahu tentang visi serta leadership style nya si Mega ini. Jadi tetap diperlukan adanya sosialisasi visi yang akan dibawanya nanti kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Irwan: Saya justru lebih senang pemimpin yg tidak absolute yg bisa mengarah menjadi diktator. Clinton bisa memenangkan pemilihan bukan semata hanya karena usaha Clinton semata tapi lebih kepada tim2 dibelakangnya. Ekonomi AS bisa menggila seperti sekarang bukan karena kehebatan Clinton dalam menerapkan kebijakan2 ekonominya tapi lebih kepada kepiawaian tim penasehat ekonomi Clinton serta pembantu2nya yg duduk dipemerintahan. Megawati sudah punya visi yg jelas, silahkan mengunjungi websitenya untuk mengetahui lebih lanjut. Megawati buka tipe pemimpin yg bisa disetir, dia tipe pemimpin yg mau mendengarkan masukan2 dari penasehatnya sesuai dengan kemampuannya masing2. Itulah sebabnya dia saya kategorikan pemimpin yg mampu menggali potensi yg ada disekitarnya. Saya pun siap untuk membantunya memberikan ide2 pemecahan masalah ekonomi, hanya sayangnya saya masih dalam proses mencari yg orang2 PDI-P yg bisa saya kontak melalui imel. Team yang berada di sekitar Clinton memang kuat dan sangat berpengaruh, tapi itu tidak berarti Clinton bersandar terlalu banyak kepada timnya. Ada saat saat dimana Clinton harus berdiri sendiri, membuat keputusan, menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Terlepas dari kekuatan team yang berada di sekelilingnya, Clinton sebagai pribadi adalah seorang yang capable sebagai seorang pemimpin. Pada saat debat calon presiden dulupun, Clinton juga harus berdiri sendiri menjawab pertanyaan ataupun kritik yang ditujukan kepadanya, serta mensosialisasikan program programnya kepada rakyat Amerika. Lha kalau MS kan justru menghindar pada saat ada permintaan untuk mensosialisasikan visi dan programnya sebagai calon presiden. Irwan: Karenanya acara debat capres itu menurut saya rada aneh juga dilakukan di Indonesia. Wong yang kita milih anggota MPR, baru nanti anggota MPR itu yg milih presiden. Karenanya kalau mau debat capres ya pas sudah ketahuan komposisi kursi di MPR/DPR. Bayangan saya akan terdiri dari beberapa partai dimana tidak ada yg mayoritas tunggal. Nah, disitulah baru dibutuhkan debat capres karena para anggota capres itu harus berusaha meyakinkan partai2 lainnya bahwa dia pantas menjabat presiden. Debat capres disini juga arahnya pada pengecekan apakah capres tersebut memang mampu dan memiliki kapasitas yg dibutuhkan untuk menerima mandat dari MPR. Memang betul juga apa yang anda sampaikan ini bahwa seorang presiden yang merupakan mandataris MPR harus benar2 memiliki kapasitas untuk menerima mandat dari MPR. MPR itu sendiri kan wakil rakyat, jadi ya sudah sewajarnya kalau
Re: Bukalah matamu wahai BUKAN pendukung Mega
--- Hadeer [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau saja saya wanita, saya juga akan pikir 1000x dipimpin oleh wanita yang lemah Jadi mana nih yang bener Mbak Hadeer? Kalau saja saya wanita,kalau wanita itu saya,atau karena saya wanita...??!! :) _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Kalau Golkar kalah
--- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan-rekan yth., Saya melihat banyak keuntungannya (dibanding dengan kerugiannya) buat perkembangan demokrasi dan penyelenggaraan bernegara di republik kita kalau Golkar kalah dalam pemilu mendatang. Bisa saja saya salah. Berikut ini kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kalau Golkar kalah: 1. Golkar akan kehilangan berbagai fasilitas penunjang yang selama ini menopang kuat organisasinya (rumah dinas pejabat dan anggota DPR/MPR, mobil dinas pejabat, fasilitas gedung, perkantoran dan segala perangkatnya) karena harus dikembalikan ke negara. Golkar nyang mana nih mas Budi..? Golkar sebagai partai ataukah orang2nya Golkar..? Lha kalo Golkar sebagai partai, ya emang jelas begitu, artinya segala fasilitas negara yang dipakai oleh Golkar selama ini harus dikembalikan kepada negara. Tapi kan masih ada orang2 Golkar juga yang duduk di DPR/MPR, dan mungkin di lembaga eksekutif atau badan2 pemerintahan lainnya, karena kan bagaimanapun Golkar masih akan memperoleh suara juga. Jadi, orang2 Golkar itu nanti juga akan tetap dapet rumah dinas pejabat, mobil dinas dan lain lain. Lebih tepatnya menurut saya, fasilitas yang dikembalikan oleh GOlkar itu nanti akan dibagi2 kepada orang lain, dan orang2 GOlkar sendiripun masih ada yang akan menikmatinya. 2. Perpecahan di tingkat pimpinan Golkar akan terjadi karena saling menyalahkan kegagalan yang terjadi. Sangat mungkin terjadi, dan akan menguntungkan partai lainnya, karena kalau terjadi perpecahan, maka akan banyak yang membelot dan bergabung dengan partai lainnya. 3. Anggota DPR/DPRD akan mempunyai proporsi yang relatif seimbang antara partai satu dan lainnya (partai yang besar). Hal ini memungkinkan terciptanya iklim kondusif dan demokratis dalam pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dan pembuatan perundang-undangan. Saya rasa akan lebih tepat kalau dikatakan, proporsi yang seimbang antar koalisi. Mangsud saya, partai partai gurem yang jumlahnya puluhan saat ini, kan kamungkinannya kecil untuk mendapatkan suara yang banyak. Jadi mereka harus berkoalisi dengan partai2 besar. Nah, kalau sudah terjadi koalisi (mungkin 3 atau 4 koalisi), maka kemungkinan perimbangan itu akan lebih nyata. 4. Pemerintah yang baru, dengan semangat baru (karena belum pernah berada di tingkat tsb.) akan berkonsentrasi dan bekerja keras untuk sebesar-besarnya meningkatkan nasib rakyat dan memperbaiki ketatanegaraan di tengah suasana mudahnya rakyat 'protes dan demo' jika terjadi penyelewengan. (Bandingkan dengan 'status quo' yang tetap berada di tingkat tsb. Semangat yang mereka punyai sudah tidak menggebu lagi dan cenderung mengabaikan suara rakyat seperti yang sudah mereka alami selama ini). Asal tidak terjadi demam panggung politik aja. Artinya, mereka yang duduk di pemerintahan nanti, harusnya orang2 yang memang benar2 kapable di bidangnya masing masing (bukan berpengalaman di jabatannya lho..). Dengan begitu, maka para unsur pemerintahan ini akan dengan cepat bisa melaksanakan tugas untuk memperbaiki seluruh aspek kehidupan bangsa kita yang rusak selama ini. 5. Golkar akan introspeksi diri dan menyadari bahwa rakyat telah meninggalkannya karena kesewenang-wenangannya, ketidak jujurannya, dan kecurangannya selama ini. Tidak ada pilihan lain, Golkar harus berangkat lagi dari nol (ingat pendukung di tingkat pemerintahan sudah semakin sedikit dan susah diharapkan) untuk menggalang simpati rakyat dan mencari pendukung. Hal ini akan menjadikan Golkar suatu partai yang akan bersikap 'manis'. Mungkin akan ganti nama jadi Golkar-P:) 6. Partai Golkar akan berposisi sama dengan partai lain dalam hal modal, fasilitas, dan pendukungnya. (Banyak pendukung potensialnya akan hengkang dan mendekati penguasa baru, suatu ciri khas pendukung yang selalu ingin mencari keuntungan). Hal ini akan membuat Golkar bekerja keras untuk konsolidasi. Dengan kekuatan partai-partai yang relatif berimbang, pemilu berikutnya akan lebih demokratis dan jujur. Kemungkinan juga Golkar akan berkoalisi dengan partai2 lain pada pemilu berikutnya, dengan catatan: ada partai yang mau diajak koalisi..:) 7. Dst..., dst..., .. yang nadanya baik untuk bangsa ini. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Bukalah matamu wahai BUKAN pendukung Mega (Toleransi Ummat Islam !)
Ahaaa.judulnya makin panjang, dan konteks diskusinyapun mangkin ngembang. Issue agamapun menjadi muncul lagi, dan prediksi saya...ini akan berkembang lagi menjadi lebih sengit, seperti biasanya. Mudah2an prediksi saya ini salah, dan mudah2an pula karena saya membuat prediksi ini, akhirnya issue agama nggak mengembang jadi perdebatan sengit. Menurut saya sih, ketakutan2 itu nggak perlu ada seandainya kita bangsa Indonesia yang sangat heterogen, multi cultural dan multi religion ini nggak terlalu sensitif, khususnya masalah agama. Seandainya dari dulu2 kita bisa benar2 menerapkan saling menghormati dan saling menghargai antar agama, Insya Allah kita bisa hidup rukun berdampingan (dalam arti sebenarnya, bukan cuman slogan di Bhineka Tunggal Ika) dalam konsep politik apapun. Contoh yang disertakan Bung Rosadi juga menunjukkan, meskipun dalam negara Islam, tapi karena rasa saling menghargai dan menghormatinya sangat tinggi, akhirnya semua orang bisa hidup tentram tanpa adanya ketakutan ketakutan. Contoh yang berlawanan mungkin bisa dilihat juga di US. Meskipun mayoritas penduduknya adalah Nasrani (walaupun negaranya sendiri tidak berdasar pada konsep Kristen) tetapi penganut agama lain, termasuk Islam juga tidak mempunyai kekhawatiran. Itu karena masyarakatnya tidak terlalu sensitif terhadap masalah2 perbedaan agama. Jadi yah, nggak usah deh ada ketakutan atau kekhawatiran akan konsep politik yang dibawa partai2 yang ada sekarang. Justru menurut saya, kita harus takut kalau dipimpin oleh seorang pemimpin yang NGGAK PUNYA KONSEP. Apapun konsep politik yang akan dianut nantinya, saya rasa pemimpin yang akan datang tidak cukup bodoh dan berpikiran sempit untuk menjadi Slobodan Milosevic di Indonesia. --- Mohammad Rosadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Erwin wrote: diapuss=== Dan jujur saja, konsep negara Islam (walaupun mau digembar-gemborkan menghormati perbedaan), tentu saja mencemaskan orang-orang di luar Islam/minoritas. ===diapu== Menghormati dan bersikap baik thd non-muslim merupakan salah satu perintah Allah swt (ajaran Islam) yang HARUS ditaati oleh setiap muslim yang benar-benar beriman..., jadi TIDAK PERLU lagi digembar- gemborkan. Kecemasan yang anda sebutkan tsb sangat tidak beralasan dan tidak lebih merupakan warisan dari pemerintah ORBA dulu ,yang semestinya sudah harus dihilangkan. Kalo anda mau belajar ttg sejarah panjang ummat Islam (mulai zaman Rasulullah saw dan sahabatnya hingga massa kini), maka Insya Allah anda akan menemukan banyak FAKTA sejarah yg tidak terbantahkan ttg penghormatan dan penghargaan kaum muslimin yg sedemikian besarnya thd hak-hak non-muslim.., suatu penghormatan HAM yg mungkin belum ada bandingnya sampai saat ini. Berikut saya postingkan suatu tulisan menarik di majalah Sabili ttg bukti sejarah toleransi kaum muslimin yg begitu tinggi thd umat non-muslim. Semoga dapat membuka mata dan pikiran kita dalam memahami Islam sebagai rahmatan lil alaminn (rahmat bagi seluruh alam semesta). == SABILI: Non Muslim di Tengah Masyarakat lslam Sejarah kekuasaan Islam, telah membuktikan kedamaian dan ketenteraman hakiki. Mayoritas Islam yang menguasai pentas kekuasaan, justeru memberi kedamaian dalam masyarakat plural dan heterogen. Dalam masyarakat lslami, tidak pernah ada vonis negatif bagi semua unsur masyarakat lain yang memeluk agama non Islam. Hubungan sesama warga negara, sepenuhnya ditegakkan di atas asas toleransi, keadilan, kebajikan dan kasih sayang. lnformasi objektif tentang perlakuan minoritas non muslim oleh masyarakat Islam, dijelaskan oleh Will Durant, seorang orientalis, dalam bukunya History of Civilization. "Di masa pemerintah Bani Umayah, kaum Nasrani, Zoroaster, Yahudi dan Shabi'i menikmati toleransi amat tinggi yang tidak dapat kita jumpai bandingannya di negara-negara Kristen. Mereka benar-benar bebas menyelengarakan aktivitas keagamaan. Kaum Kristen tetap menguasai gereja dan biara, dan tidak diwajibkan lebih daripada mengenakanpakaian dengan warna tertentu, serta membayar pajak setiap pribadi yang jumlahnya disesuaikan kadar penghasilannya. Pajak ini dikenakan atas orang-orang non muslim yang masih muda dan berfisik sehat. Sedangkan kaum pendeta, wanita serta anak anak yang belu akil baligh, hamba sahaya, orang-orang lanjut usia, lemah, buta dan miskin, tidak ada kewajiban pajak. Sebagai gantinya, mereka yang telah menyetorkan pajak itu dibebaskan dari kewajiban militer. Artinya, pemerintah Islam menjamin keamanan mereka, dari serangan musuh. Kelompok non muslim yang tergolong dalam ahlu dzimmah (terikat dengan perjanjian dengan kaum muslimin), juga tidak dikenakan membayar zakat sebesar 2,5 % pertahun, sebagaimana kewajiban kaum muslimin. Kesaksian mereka tidak diterima di depan pengadilan, namun
Re: Mega oh Mega
--- Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] wrote: Kepada rekan2 yg senang menggunjingkan atau tepatnya mencoba mengorek2 kelemahan atau membuat tulisan2 atau pun komentar2 sehingga Megawati kelihatan lemah atau buruk, saya ingin bertanya kepada anda-anda, apakah anda akan puas bila GOLKAR dan boneka2nya berhasil menjuarai pemilu mendatang? Ahaaa...landasan yang menjadi titik tolak pembicaraan kan bukan partai mana yang kalah atau yang menang, tapi lebih berdasar kepada kualitas calon pemimpin bangsa di masa depan. Jadi terlepas dari partai mana yang akan menang dalam pemilu, kita tetap menginginkan punya seorang pemimpin yang bener bener berkualitas. Saya rasa sekarang ini kan sebagian besar dari kita sedang demam dengan istilah "jangan memilih kucing dalam karung." Kalau anda tidak puas bila GOLKAR cs nanti yg menang, sadarkah apa yg anda lakukan termasuk kategori memperlancar pemenangan GOLKAR cs? Saya pribadi tidak terlalu masalah bila yg nantinya banyak dipilih orang adalah partai2 seperti PDI Perjuangan, PAN, PKB, PPP, PK, dan yg sejenis, asal bukan GOLKAR cs (ABG cs). Sayapun nggak mau pusing2 mempermasalahkan partai mana yang akan menang dalam pemilu nanti, tapi saya akan ikutan pusing kalau pemimpin yang terpilih ternyata nggak punya visi yang jelas, dan hanya akan disetir oleh orang2 di sekitarnya. Kenapa sih kita "ribut2in" Megawati? Bukankah akan jauh lebih bermanfaat bila kita "ributin" kemungkinan kemenangan GOLKAR cs yg tampaknya menggunakan banyak cara dan upaya termasuk usaha2 yg bisa dikategorikan konyol. Dan yg terlebih parah dari itu adalah adanya kecenderungan usaha menunda pemilu bahkan menggagalkan pemilu. Yang diributin sih sebenarnya bukan Megawati secara pribadi, tapi posisi dia sebagai salah satu calon kuat untuk memimpin bangsa. Sama halnya kita juga pernah ngeributin Akbar Tanjung, BJH, dan ada juga yang pernah ngritik Yusril, Gus Dur bahkan AMin Rais. Cuman, karena si ibu yang satu ini agak terkesan paling konyol, ya akhirnya ribut ributnya jadi berkepanjangan dan menyentuh sisi pribadinya. Bagi saya akan jauh lebih baik buat Indonesia bila PDI Perjuangan, PAN, PKB, PK, dan lain2 yg memang tidak termasuk GOLKAR cs, berkoalisi untuk bekerja sama membereskan negeri ini yg sudah porak poranda karena GOLKAR beserta orde barunya. Ane setuju 200% Bukankah akan jauh lebih baik kita memfokuskan diri pada kampanye ABG cs ataupun memperkenalkan partai2 pilihan kita kepada orang2 yg masih berada di bawah pengaruh GOLKAR cs, ketimbang kita saling mencoba menjatuhkan partai2 lain yg non GOLKAR cs. Secara perhitungan suara keseluruhan, bila kita mencoba menjatuhkan partai2 non GOLKAR cs, maka menurut saya tidak akan memberikan pengaruh suara pada partai2 non-GOLKAR cs karena kemungkinan suara tersebut hanya pindah dari non GOLKAR cs ke non-GOLKAR cs lainnya. Syukur2 ngga pindah ke GOLKAR cs. Semoga hal ini segera disadari dan kita merubah fokus untuk menarik suara dari orang2 yg saat ini masih termasuk kelompok GOLKAR cs. Balik lagi ke persoalan semula, ane secara pribadi nggak begitu pusing tentang urusan partai partai. Golkar atau Non Golkar, siapapun yang menang asal caranya bersih dan demokratis, ya sah sah aja. Yang repot kan kalo kita ini salah memilih pemimpin Soal Megawati yg menolak ikut debat capres yg diselenggarakan oleh mahasiswa2 ITB, UI, dan lainnya, menurut saya sah2 saja dia melakukan hal tersebut. Dan saya percayai dia punya alasan sendiri untuk menolak, apapun itu alasannya. Kan emang ndak ada yang mengatakan bahwa penolakan Megawati untuk debat itu melanggar hukum? Cuman kok sepertinya penolakan itu justru mengesankan ketidak siapan doi menangkap aspirasi yang berkembang. Dan dia memang punya alasan, wong doi sendiri udah ngomong kok, "ndak sesuai dengan budaya timur, capresnya ndak jelas, buang2 waktu de..el..el." permasalahannya kan, kok alasan seorang calon pimpinan bisa sekonyol itu.. Lha si Jeffrey Winters aja ampe bilang bahwa alasan itu terlalu di buat buat kok. Mungkin saja Megawati melihat kegiatan debat capres saat ini kurang tepat waktunya dan kurang memberikan manfaat lebih bagi kemenangan partainya. Sepengamatan saya "target market" dari PDI Perjuangan adalah kelompok rakyat kecil yg hidupnya susah, tertindas, dan diperlakukan tidak adil selama ini. Dari pengajuan programnya pun saya merasakan bahwa inti perjuangan PDI Perjuangan adalah menegakkan kembali wibawa hukum yg selama ini telah diinjak2 disewenangkan. Dan saya setuju dengan ide tersebut karena memang bagi saya inti permasalahan Indonesia selama ini karena tidak berdayanya hukum. Bagus kalo emang doi pengin menegakkan wibawa hukum, tapi kok sampe kejadian beberapa kali 'pengikutnya' melakukan tindakan yang tidak mencerminkan wibawa hukum, contohnya narikin kutang...:) Saya pribadi kalau jadi Megawati juga akan enggan untuk mengikuti debat capres dengan situasi seperti Indonesia sekarang ini. Buat saya jauh
Re: Apakah Mentri Perlu Jumlahnya 30 Lebih?
--- Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote: ... Yw: Gile, nih... Subjek ame isinye udah beda banget, Mas. Tapi biarin aja, deh. Ya kalo gitu balik lagi ke permasalahan semula aja deh, efisiensi departemen. Saya juga mikir kalo jumlah menteri dan departemennya kebanyakan justru malah ndak efisien, apalagi ditambah dengan lembaga2 non-departemen yang jumlahnya juga kebanyakan. Terlalu banyak nantinya budget yang dialokasikan untuk departemen dan no-dep yang kurang berfungsi tersebut. Kalo emang pembagian pusat-daerah nanti sudah berjalan dengan baik, maka sudah menjadi suatu keharusan adanya penyusutan jumlah departemen dan no-dep kepada hal2 yang memang menyangkut urusan nasional dan tidak mungkin didelegasikan kepada daerah, contohnya urusan dalam negeri (internal affairs), urusan luar negeri, serta urusan Hankam. Tapi saya juga tidak punya estimasi tentang jumlah yang efektif, yang jelas, perlu di perkecil, sisanya serahkan aja kepada daerah. Tapi saya juga merasa bahwa untuk saat ini, dimana ekonomi kita masih babak bunyak, kita belum cukup siap untuk melakukan efisiensi departemen, atau perampingan jumlah departemen, karena berkaitan dengan masalah ketenaga kerjaan. Lha kalau sekarang, dengan jumlah departemen yang banyak, dan banyak mempekerjakan karyawan saja, angka pengangguran kita masih tinggi, gimana kalau tiba2 dilakukan perampingan...? apa nggak semakin meroket jumlah pengangguran kita? Jadi ya meskipun efisiensi departemen merupakan suatu keharusan, tapi nggak boleh dilakukan dengan terburu buru karena akan membawa dampak negatif di sisi yang lain. ini cuman pendapat doang, lha ane bukan tukang ekonomi kok.. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Mega dasarnya memang nol dan pengecut
heheheperumpamaan yang menarik tentang kondisi politik tanah air secara keseluruhan (kolam tenang/big picture). Dalam konteks yang lebih kecil (aquarium), saya juga pengin mbikin perumpamaan deh, Disaat orang orang sedang memerlukan hidangan yang menarik dan sesuai dengan selera, ikan ikan yang dianggap berkualitas telah menunjukkan diri, memamerkan keindahannya dan menjanjikan suatu hidangan yang lezat untuk disantap. Tapi sayangnya, ada seekor ikan besar yang cuman plintat plintut sambil kemayu dibalik batu. Lha...lama lama orang yang ngelihat kan jengkel juga, akhirnya orang orang yang sudah kesengsem dengan ikan ikan lainnya, mulai melempari ikan yang kemayu tersebut. Tapi masih untung juga si ikan kemayu, karena bongkahan bongkahan batu disekitarnya secara konsisten berusaha melindungi, dengan harapan kalau nasib mujur menjadi milik si ikan, maka bongkahan2 batu tersebut akan secara otomatis ikut menikmatinya juga. Ini cuman perumpamaan lhokan sah sah aja mbikin perumpamaan.. --- Alexander Lumbantobing [EMAIL PROTECTED] wrote: Beberapa saat sebelum Tragedi Mei 1998, saya mengungkapkan adanya pihak-pihak yang melempar umpan ke tengah kolam-tenang-Indonesia dengan berharap segera mendapat "ikan" besar yang sudah lama ingin ditangkap dan digoreng. Beberapa minggu yang lalu, saya mengungkapkan betapa gusarnya para juru pancing itu menunggu agar sang ikan keluar untuk segera ditangkap dan digoreng. Para juru pancing itu sampai harus mengobok-obok kolam-tenang-Indonesia. Maka kolam-tenang-Indonesia menjadi alam lumpur yang belepotan dan porak-poranda. Sayangnya, sang ikan yang menjadi sasaran mereka tetap belum tertangkap untuk digoreng. Yang menanggapi umpan itu hanyalah ikan-ikan kelas teri. Tentu saja para juru pancing itu semakin gusar dan gundah. Niatnya memang jahat, sih! Omong-omong, permisalan saya tentang pelemparan umpan ini secara "tidak sengaja" disebutkan oleh Amien Rais dalam tanggapan beliau mengenai peristiwa Istiqlal, padahal cara lempar-umpan-tangkap-sang-ikan-lalu-bunuh-dan-digoreng ini sudah tercetus sebelum Tragedi Mei 1998. Para pelempar umpan ini akan semakin gusar dan gundah gulana. Semoga tidak sampai kalap. Big picture, guys, big picture. Rgds, Alex _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Wiranto Emerging as Serious Presidential Contender
Paling enggak ya didukung oleh istrinya..:) --- Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote: April 27, 1999 Wiranto Emerging as Serious Presidential Contender Yw: Didukung oleh siapa? Angkatan Udara? :-) Anggota Brimob yg disidang kasus Trisakti? Para Mahasiswa? Amin Rais? Habibi? Akbar Tanjung? Megawati? Kopasus? Prabowo? Suharto? Jepang? Amerika? IMF? Bank Dunia? Partai-partai besar? Timor Timur? Aceh? Irian? Sambas? :-) _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Pemilu ditunda
Setelah beberapa hari yang lalu muncul dugaan "permainan dana" untuk kartu suara yang dilakukan oleh anggota KPU, sekarang muncul issue baru lagi yang menyebutkan bahwa Pemilu terancam tertunda karena kartu suaranya belum siap. Issue ini kemudian disusul dengan dugaan bahwa pemasokan kertas dan tinta kepada perusahaan percetakan yang ditunjuk untuk mencetak kartu suara disabotase oleh intel militer. Lha kok ada aja sih permasalahan permasalahan konyol kaya begini ini..? Jangan jangan minggu depan muncul lagi berita yang mengatakan bahwa kotak suaranya belum dibikin...jadi pemilu ditunda lagi. Habis itu disusul lagi issue bahwa TPS nya belum siap karena bahan untuk mbikin kamar pencoblosannya habis... lha kalo terus terusan gini...kapan kita ini mau maju..? Mbok ya gini aja, daripada susah susah, pemilih suruh bawa kertas sendiri sendiri, bungkus kacang atau apa kek...yang penting bisa ditulisi "saya milih partai A". Kalaupun nggak ada ya daun pisanglah.. Terus tempat buat ngumpulin kertas suaranya pake tas plastik aja, atau kotak bekas indomie. Saya kok heran dengan segala macem kekonyolan ini. Kok ya susah banget mau mbikin tatanan kehidupan bernegara yang baik aja. Kalau memang ada dugaan kuat tentang sabotase oleh kelompok tertentu, mbok ya segera diungkap biar nggak menjadikan saling tuding, saling menyalahkan, dan nggak menyelesaikan masalah... == Pencetakan Kartu Suara Disabotase Kertas dan Tinta Tak Tersedia, Pemilu Bisa Ditunda Jakarta, JP.- Kecemasan terhadap kemungkinan tertundanya jadwal Pemilu 1999 makin di ambang mata. Ini gara-gara kertas dan tinta untuk kartu suara sampai saat ini belum diterima oleh perusahaan-perusahaan yang mendapatkan pesanan untuk mencetaknya. Kemungkinan tertundanya pemilu yang direncanakan berlangsung 7 Juni 1999 ini diungkapkan Wakil Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dr Adnan Buyung Nasution. Sayangnya, Buyung tidak mengatakan secara jelas siapa yang berkewajiban memasok kertas dan tinta yang konon bersifat khusus itu. Apakah ini bentuk sabotase untuk menggagalkan pemilu? Buyung meyakini hal itu. Siapa pelakunya? Ia menuding rezim dan orang lama di militer. Ada laporan tadi malam (Minggu malam, Red) bahwa masih ada upaya-upaya sabotase (pencetakan kartu suara) itu, kata Buyung. Seperti diketahui, pencetakan kartu suara memang diserahkan kepada sejumlah perusahaan percetakan di dalam negeri. Mereka mendapatkan proyek tersebut melalui tender yang dilakukan oleh KPU. Konon, dalam tender tersebut, percetakan yang ada hubungannya dengan keluarga Cendana telah dicoret sebelum tender berlangsung. Buyung mengaku cemas terhadap upaya-upaya sabotase yang dilakukan pihak-pihak yang tidak menginginkan Pemilu 1999 ini berlangsung mulus dan sukses. Inilah yang saya cemaskan, tandasnya. Masalahnya, jelas Buyung, diperlukan setidaknya empat minggu atau sebulan sebelum hari-H pemilu untuk mendistribusikan kartu suara itu ke wilayah-wilayah Indonesia yang luas ini. Dan, untuk sampai ke pemilu yang diperkirakan paling demokratis sejak Pemilu 1955 itu, waktunya tinggal enam minggu. Bila sampai 7 Mei kertas suara itu belum siap, mungkin pemilu ditunda, ingatnya. Buyung menyadari, masih ada orang-orang yang ingin melihat pemilu kali ini gagal. Bahkan, tandasnya, upaya menggagalkan pemilu itu terjadi pula di ibu kota Jakarta dengan banyak cara. Rezim lama dan orang-orang lama dalam intelijen militer sangat pintar dalam soal itu (sabotase) sejak 1950-an, papar dedengkot pembela HAM ini. Buyung mengaku sangat gembira melihat animo masyarakat pada pemilu kali ini, meskipun ada perubahan sistem pendaftaran pemilih. Walaupun partisipasi rakyat sampai saat ini ada pada rentang 20 sampai 90 persen, di beberapa wilayah, katanya, 90 persen warga yang berhak menggunakan hak pilih telah mendaftarkan diri. Di beberapa wilayah padat penduduk seperti Jawa, Bali, beberapa wilayah di Sumatera dan Sulawesi, tingkat partisipasi warga sudah mencapai 80 persen. Mereka sangat antusias dan committed terhadap pemilu ini. Kalian tidak bisa membandingkannya dengan pemilu lalu. Pada pemilu yang sudah lewat itu, apa pun persentase (pemilih yang menggunakan hak pilih), kalian tidak bisa menyebutnya sebagai pemilu murni, jelas Buyung. Bagaimana Pemilu 1955 yang dikenal paling demokratis dalam sejarah pemilu
Mega oh Mega
Ngomongin ibu kita ini lagi ah...daripada ndak ada kerjaan. Setelah lamaa banget mikir, akhirnya keluar jugalah pernyataan dari kubu PDI-P dengan alasan konyolnya yang dibuat untuk merasionalisasi penolakan debat oleh sang ibu. Kali aja karena udah terlalu terpengaruh ama 'ketidak jelasan-ketidak jelasan' yang sering dilontarkan oleh partnernya, Gus "D", akhirnya MS mengatakan bahwa caprez sekarang ini masih belum jelas. Lha wong Amin Rais, Yusril, Akbar, dkk udah jelas jelas dicalonin oleh partainya masing masing kok ya masih dianggap ndak jelas. Apakah mau nunggu setelah ada yang kepilih, terus mau nggerakin massanya untuk "mendebat"...? Lebih konyol lagi, katanya debat yang ndak sampe sehari itu dianggap ngabisin waktu. Waktu yang mana nih..? yang bener aje.. Atau mungkin takut, jangan jangan pas di debat trus grogi, trus pingsan, trus...trus... Lha kalo ini ya memang bisa "ngabisin waktunya" untuk bisa jadi caprez. Anehnya juga, wong yang 'mbikin' alasan itu si Mega, kok yang nyampaikannya si Lubis, apa memang masih takut lagi kalau alasannya juga akan di debat? jangan jangan ibu ini nanti menjadi trauma dengan kata kata 'debat'. = Megawati Siap Debat seusai Pemilu Jakarta, JP.- Ternyata Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tidak tahan juga diledek setiap hari karena dianggap tidak berani berdebat dengan kandidat calon presiden lainnya. Menurut Mega, tuduhan dirinya tidak berani berdebat dengan kandidat presiden lainnya itu salah. Saya mau diajak berdebat atau berdialog dengan calon presiden lainnya, asal calon presidennya benar-benar jelas, ujar Mega seperti disampaikan melalui anggota Litbang PDI Perjuangan Manginsara Lubis kemarin. Menurut Mega, kalau selama ini ada kesan ia menolak diajak debat, itu disebabkan calon-calon yang disandingkan dalam forum debat itu dinilainya statusnya tidak jelas. Calon-calon itu baru bisa dianggap calon presiden sesungguhnya setelah pemilu. Kalau sekarang banyak capres, ya bukan capres yang sesungguhnya, ujarnya. Debat terbuka para calon presiden, menurut rencana, dilakukan Selasa ini di kampus UI Depok. Capres yang sudah menyatakan siap hadir dalam kesempatan tersebut, antara lain, Amien Rais (PAN), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Sri-Bintang Pamungkas (PUDI), dan Akbar Tanjung (Golkar). Sementara itu, Megawati Soekarnoputri menolak menghadiri undangan tersebut. Menurut Mega, seperti yang dikutip Lubis, demokrasi di Indonesia sangat berbeda dengan di Amerika. Di sana, katanya, sudah jelas kandidat presiden hanya dua orang karena jumlah partainya memang cuma dua. Tapi, di Indonesia yang saat ini punya 48 partai, jumlah kandidatnya masih belum jelas. Jumlah yang ada sekarang ini, nanti seusai pemilu akan semakin mengerucut sehingga yang ada tinggal beberapa saja. Di saat itulah Megawati akan siap diajak berdialog atau berdebat, ujar Lubis. Pihak PDI, kata Lubis, sangat memahami keinginan dan idealisme yang diharapkan mahasiswa atau cendekiawan. Bahkan, PDI pun sangat mendukung adanya debat di antara capres. Namun, Megawati justru punya pertimbangan lain daripada sekadar cari popularitas atau menarik massa lewat perdebatan. Menang dalam perdebatan bukan jaminan bahwa dalam segi leadership dia pandai. Tapi, yang lebih penting, saat ini dia lebih mementingkan melakukan konsolidasi partai daripada menghabiskan waktu untuk berdebat, katanya. Penolakan Megawati berdebat itu apa tidak akan mengurangi rasa simpati pendukung terhadapnya? Megawati tidak pernah menolak berdebat atau berdialog. Bahkan, beliau mendukung, hanya dalam pandangannya, waktu saat ini belum tepat. Dan, saya kira kemampuan berdebat itu bukan tolok ukur bahwa seseorang pandai memimpin. Apa ada jaminan seorang yang menang dalam berdebat itu diartikan bahwa dia juga seorang pemimpin yang andal, kata Lubis. Penolakan itu apakah dinilai akan mengurangi pamor Megawati sebagai calon presiden? Tidak sama sekali. Tanpa berdebat pun, Megawati sudah terkenal dan orang tidak meragukan kemampuannya, katanya. Apakah PDI tidak khawatir banyak suara yang hilang karena penolakan tersebut? Sama sekali tidak. Justru karena itulah, Megawati lebih memilih melakukan konsolidasi ke daerah-daerah daripada melakukan debat dengan kandidat presiden dari partai yang belum tentu mendapat suara besar
Re: Apakah Mentri Perlu Jumlahnya 30 Lebih?
Nanya dikit nih bung Budi, --- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya optimis bahwa perimbangan pusat-daerah ini semakin lama akan semakin gencar dan bobotnya akan semakin membesar ke daerah. Dengan berpindahnya 'kue' ke daerah, para 'pakar'pun akan ngikutin 'kue' tsb ke daerah, yang pada gilirannya daerah akan semakin kuat dan menginginkan porsi otonomi yang semakin besar. Semakin besar otonomi daerah, akan semakin banyak 'pakar' berpindah ke daerah-daerah. Di sisi lain, daerahpun menjadi semakin mandiri dan bebas mengembangkan ide-ide untuk kemajuannya. Saya tertarik dengan argumen anda diatas, khususnya masalah otonomi daerah yang makin besar, dan pertanyaan saya berkaitan dengan masalah integrasi nasional. Beberapa hari yang lalu, saya mendengarkan sebuah speech dari seorang Professor political science dari McGill University, Montreal. Topic yang disajikan menarik sekali yaitu masalah pemisahan negara bagian Quebec dari Canada. Sebagai negara konfederalis, negara negara bagian di Canada mempunyai otonomi yang seluas luasnya, bahkan power yang dimiliki negara bagian lebih besar dari powernya federal (pusat). Inti yang saya tangkap dari speech tersebut adalah, kekuatan ekonomi negara bagian Quebec yang sangat besar, yang memungkinkan wilayah tersebut untuk berdiri sendiri, menjadi salah satu fator utama yang melandasi keinginan Quebec untuk memisahkan diri dari Canada. Tentunya ada faktor2 lain seperti budaya dan bahasa Perancis yang kental dipakai oleh masyarakat Quebec sangat berlainan dengan budaya dan bahasa Inggris yang berlaku di bagian lain dari Canada. Meskipun sudah beberapa kali dilaksanakan referendum di Quebec, dan hasilnya lebih dari 50% suara mendukung separation of Quebec dari Canada, tetapi hal itu belum terlaksana juga sampai sekarang. Kendala utamanya adalah konstitusi Canada tidak mengijinkannya, dan Quebec juga tidak memperoleh dukungan internasional. Kemudian saya tanyakan kepada pembicara, bagaimana dia melihat relevansi permasalahan Quebec tersebut bila di hadapkan dengan negara Indonesia yang saat ini sedang merencanakan untuk memberikan otonomi yang lebih luas kepada daerah. Tapi karena beliau tidak paham tentang Indonesia, maka saya juga tidak meperoleh jawaban yang memuaskan. Dia hanya kembali kepada argumennya bahwa semakin kuat perekonomian suatu daerah, dan semakin besar otonomi yang diterima, maka akan semakin besar pula keinginan dari daerah tersebut untuk 'berdiri sendiri'. Menurut Bung Budi, adakah kemungkinan akan munculnya permasalahan disintegrasi di negara kita apabila daerah sudah mendapatkan otonomi yang luas, dan perekonomiannya semakin kuat, bahkan mungkin akan lebih kuat dari perekonomian pusat? Perlu di pertimbangkan bahwa negara kita lebih majemuk dan lebih heterogen bila dibanding Canada, serta potensi perpecahannya saya rasa juga lebih besar. Thanks. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: PELAKU PEMBOMAN MASJID ISTIQLAL SEORANG MANTAN TARUNA AKABRI
Saya salut dengan berita2 dari SiaR seperti ini, paling tidak cara menyajikan rentetan berbagai events patut diacungi jempol. Cerita cerita di rakit dan dijahit secara halus sehingga bisa memberikan keyakinan kepada pembaca bahwa memang peristiwa2 itu sangat berkaitan erat satu sama lainnya, dan menyajikan sequence yang cukup enak untuk dibaca. Akurasi dari kebenaran individual story dalam "kumpulan cerita" ini juga patut diacungi jempol, dan saya rasa 80% benar. Contohnya cerita tentang Edy Prabowo yang mantan taruna AKABRI dengan segala macam permasalahannya memang mendekati hal yang sebenarnya, dan seperti saya bilang, 80% benar. Akan tetapi, setelah membaca sampai selesai, kemudian melihat lagi judulnya, saya kok jadi kurang menangkap relevansi dari cerita tentang Edy Prabowo ini dengan judul yang ditawarkan. Judul berita mengisyaratkan keyakinan dan mungkin bermaksud untuk membawa pembaca kepada keyakinan bahwa pelaku pengeboman Istiqlal adalah mantan taruna AKABRI. Kemudian di bagian akhir cerita dibahas tentang perjalanan hidup seorang mantan taruna AKABRI bernama Edy Prabowo, dan keterkaitannya dengan kelompok tidar yang diduga berada di belakang peristiwa2 yang selama ini terjadi. Sayangnya tidak di jelaskan sejauh mana keterlibatannya pada pemboman Istiqlal tersebut. Yang menghubungkan peristiwa Istiqlal dengan dugaan keterlibatan Edy Prabowo hanyalah kemiripan sketsa wajah dari kepolisian dengan wajah si EP ini. Kalau melihat latar belakang si EP, pribadinya, dan keahliannya, memang ada kemungkinan bahwa dia terlibat dalam pemboman Istiqlal. Tetapi untuk merasa yakin bahwa memang dialah pelakunya, tentu tidak cukup hanya berdasarkan dugaan. Saya rasa, judul berita itu akan lebih tepat di kemukakan apabila memang sudah terbukti bahwa si EP ini pelakunya. Saya ingat sewaktu sedang rame ramenya kerusuhan Ambon dan Gus Dur menyebut initial Mayjen K sebagai dalangnya. Atas dasar ucapan Gus Dur itu pula kemudian keluar cerita yang mirip seperti ini. Dengan kepandaian menjahit cerita secara halus, akhirnya keluarlah nama Kivlan Zein sebagai 'terdakwa utama' di berita itu, seakan akan memang sudah terbukti bahwa dia pelakunya. Kemudian si Kivlan uring uringan, dan mendatangi Gus Dur untuk minta klarifikasi. Ternyata jawaban Gus Dur apa...? yang dimaksud Mayjen K bukanlah si Kivlan. Pada cerita kali ini, sebenarnya apa yang di sajikan masih mirip2 dan berkaitan erat dengan cerita tentang Kivlan Zein dulu, tapi mungkin karena pernah 'mengeluarkan dakwaan yang salah' terhadap Kivlan, akhirnya nama itu nggak di singgung2 lagi. Jadi menurut saya, tidak seharusnya kita menjustify sesuatu atau seseorang sebelum benar2 di buktikan. Pemberitaan surat kabar atau press release dari suatu kelompok, seperti biasa, pasti punya tendensi tertentu yang sering mengakibatkan beritanya bias. Yang jelas, siapapun pelaku pemboman Istiqlal, harus diungkap secara tuntas dan setransparan mungkin di jelaskan kepada masyarakat agar tidak terjadi tuding menuding antar kelompok, apalagi antar agama yang memang sangat sensitif di negara kita. Jangan sampai pihak berwajib memanipulasi fakta dan akhirnya menutup-nutupi kelompok tertentu hanya karena 'merasa sungkan' yang akhirnya akan menghancurkan bangsa Indonesia secara keseluruhan. --- Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote: Mencuat kembali nama, Letnan Jendral Prabowo Subianto dan Kelompok Asuhannya yang bernama kelompok "Tidar". * PELAKU PEMBOMAN MASJID ISTIQLAL SEORANG MANTAN TARUNA AKBRI JAKARTA (SiaR,23/4/99), Aparat menyatakan bahwa Amir alias Edi Ranto, Ketua Kelompok Angkatan Mujahidin Islam Indonesia (AMIN) adalah tersangka otak perampokan BCA dikaitkan dengan kasus peledakan Mesjid Istiqlal (19/4). Sedangkan Gus Dur menduga pembom itu orang bayaran dan oknum bekas ABRI. Tapi lain lagi dengan temuan SiaR yang menyimpulkan adanya kemungkinan anak emas Prabowo dari kelompok Tidar. Hasil investigasi SiaR menunjukkan bahwa pelaku peledakan bom di Masjid Istiqlal adalah Eddy Prabowo, seorang mantan taruna AKABRI, yang direkrut Prabowo -mantu mantan Presiden Soehartountuk masuk kelompok Tidar yang dibentuknya. Kontroversi siapa pelaku pemboman di Mesjid Istiqlal makin meruncing setelah POLRI dengan mudahnya melanggar asas praduga tak bersalah, dengan mengaitkan Amir alias Edi Ranto tersangka pelaku perampokan Bank BCA di Gang Kancil menjadi tersangka utama satu-satunya pemboman Istiqlal. Bahkan Kadispen Polri Brigjen Pol Togar Sianipar, Rabu (21/4) kemarin menjelaskan, bahwa satu dari 10 saksi, mengaku pernah bertemu dengan 2 di antara 4 pelaku yang diduga melakukan pemboman di Istiqlal. Saksi ini ditemukan polisi pada Selasa (20/4) malam. Dengan demikian, sudah ada 2 saksidi samping para saksi mata yang diperkirakan bisa membawa polisi melacak jejak pelaku pemboman di Istiqlal, demikian tuduh Togar Sianipar. Dari saksi tersebut diperoleh gambaran atau
Re: Pemimpin berbudaya Timur
Mengikuti obrolan tentang fenomena Mega ini, saya jadi ingat sebuah buku tentang leadership yang berjudul "Hope is not a method" yang ditulis oleh mantan Chief of Staff of the US Army, Gordon Sullivan. Buku ini sangat menarik karena merupakan aplikasi military leadership (khususnya US Army) ke dalam bisnis dan organisasi secara umum. Dalam bahasan khususnya tentang pemimpin, Sullivan mengatakan bahwa hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah 'shared vision.' Pemimpin menggunakan vision and values untuk memobilisasi orang lain (yang dipimpin), memfasilitasi perubahan dan pertumbuhan, serta menciptakan masa depan suatu organisasi. Visi adalah langkah pertama dalam mentransform organisasi. Contoh yang di kemukakan mas Eep tentang masyarakat Finlandia sangat relevan dengan argumenya Sullivan diatas. Masyarakat Finlandia tidak mau dipimpin oleh orang yang tidak punya visi karena memang tidak menjanjikan sesuatu buat masa depan mereka. Seorang pemimpin harus punya visi yang jelas, karena visi yang jelas dan di jelaskan kepada masyarakat akan 'provides a sense of enduring purpose, and incorporates a measure of success.' Jadi menurut saya, sangat wajar apabila kita masyarakat Indonesia yang semakin maju dan kritis ini meragukan kemampuan Megawati untuk memimpin, karena selama ini dia tidak pernah menyatakan visinya dan menjelaskannya kepada masyarakat luas. Apalagi sewaktu di undang untuk acara debat, yang pada intinya agar masyarakat mengetahui visi calon presidennya, juga menolak dengan alasan yang 'konyol' yaitu tidak sesuai dengan budaya timur. Kalaupun masyarakat kita nanti terlena (atau memang masih tidur) dan memilih pemimpin semacam ini, semuanya akan rugi. Apabila suatu saat ternyata pemimpin ini tidak bisa memenuhi tuntutan masyarakat, masyarakatpun tidak akan bisa terlalu menggugat, karena mereka telah memilihnya walaupun tanpa visi. Kalaupun masyarakat akhirnya menggugat, sang pemimpin akan dengan mudah pula mengelak dengan mengatakan bahwa dia dulu dipilih bukan untuk membawa misi seperti yang di harapkan oleh masyarakat, karena memang dari awal tidak pernah mengeluarkan visinya kedepan. Saya setuju kalau dikatakan bahwa dengan memilih pemimpin yang nggak punya visi yang jelas, sama dengan memilih kucing dalam karung. Judul bukunya Sullivan mengimplikasikan bahwa 'Hope' bukanlah metoda yang tepat untuk memilih pemimpin, sama artinya dengan 'memilih kucing dalam karung.' --- Endra Susila [EMAIL PROTECTED] wrote: Beberapa hari yll., di kampus ITB telah diadakan hearing dari para Calon Presiden RI. Tercatat, wakil dari PAN, PBB, PK, PRD, serta PUDI (+..) telah mengungkapkan gagasan-gagasan mereka. Tercatat pula wakil dari PDI-P serta PKB menolak hadir pada acara tsb dengan alasan "bukan budaya Indonesia serta tidak diatur dalam RUU (mohon dikoreksi kalau salah)". UI Salemba, tidak kalah pula, akan mengadakan acara sejenis beberapa saat mendatang. Rupanya PDI-P dan PKB juga telah menolak untuk menghadiri acara tsb. Sehubungan dengan kegiatan-kegiatan di atas, ini tadi saya barusan mendapatkan tulisan Eep Saefulloh pada Refleksi Republika yang menyentil Mbak Mega karena keengganan-keengganannya untuk diajak berdiskusi terbuka. Cukup menarik untuk dibaca. Walaupun, bisa jadi menurut para pendukung Mbak Mega, tulisannya agak subjektif. Endra - http://www.republika.co.id/9904/25/12738.htm Pemimpin Berbudaya Timur Oleh Eep Saefulloh Fatah "Kertas yang kosong untuk kepala yang kosong dan janji yang kosong." Kata-kata itu tertera di sebuah kertas suara di Uusima, satu dari 15 wilayah pemilihan dalam Pemilu Parlemen Finlandia, 21 Maret 1999 lalu. Ia tertera di salah satu kertas suara yang bertumpuk bersama dengan kartu suara lain yang tidak sah karena pemilih tidak menulis nomor kandidat anggota parlemen di kertas itu. Pemilih justru melaku?n protes dengan menuliskan kata-kata di atas, boleh jadi lantaran ia tak tahu isi kepala dan tak percaya janji kosong para kandidat. Apa yang bisa kita pelajari dari soal yang kelihatan remeh temeh itu? Jawabnya: Setiap orang bebas memilih wakil mereka di parlemen dengan rasional. Ketika yang didapati sang pemilih adalah ''kepala yang kosong dan janji yang kosong'', ia leluasa untuk tak menentukan pilihannya. Soal remeh temeh itu pun memberi pelajaran lanjutan lain: Rakyat berhak tahu du? isi kepala dan dan menakar dulu janji seorang calon pemimpin sebelum memutuskan pilihannya. Rakyat tak boleh dipaksa membeli kucing dalam karung. Pemimpin tak berhak meminta cek kosong dari rakyat. Itulah pelajaran Finlandia, sebuah negara Skandinavia yang makmur dengan kualitas demokrasi yang teruji, nun di utara Eropa sana. Apakah itu pelajaran tentang budaya utara atau budaya barat, dan bukan timur? Menurut saya, bukan. Pelajaran Finlandia yang saya temukan ketika ikut meninjau pemilu di sana itu adalah pelajaran
Re: Kamis, 22 April : Calon2 presiden hearing di ITB
--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: 1. MS itu sebenarnya punya kemampuan nggak sih? Lho...sampeyan ini gimana tho cak,...Ya jelas punya kemampuan tho ya, at least mampu ngomong sekata dua kata bahwa debat itu tidak sesuai dengan budaya timur. Dan saya rasa, dia sekarang juga 'mampu' ndengarkan bisik bisik para pendukungnyakira kira apa ya yang bisa ane katakan untuk menjawab gossip yang berkembang menyusul pernyataan ane kemaren..?? dan pasti juga doi sambil senyum2 simpul malu2 kucing (klenyam klenyem..) Memang diam dapat berarti emas, cuma kalau masyarakat meragukan kapabilitasnya dan MS malah mengambil sikap tapa brata puasa ngomong, maka keraguan thd MS akan makin besar lagi. Dalam hal ini, diam berarti loyang. Lho...loyang kan kalo kebentur biasanya bunyi keras...lha yang satu ini udah di bentur dari sana sini masih stays quiet aja kok. Kali aja yang satu ini diemnya kaya gumpalan tanah lembek... MS dengan karakteristik begini akan berpotensi menjadi pemimpin yang disetir para pembantu dekatnya. Kelambanan dalam bersikap mungkin disebabkan perlunya meminta pertimbangan dari para DFA-DFA di sekitarnya. Kalau terus-terusan ya repot. Kalau gitu kenapa nggak para pembantunya aja yg jadi presiden? Ya kalo gitu si DFA aja suruh nyalonkan diri...kan sama sama ceweknya jadi masih tetap adil, tetap punya capres cewek Salam, Jaya '- Hadeer wrote: Tulisan seperti ini sampai nggak ya ke MS. Apa udah dicegat duluan oleh para "penjaga" MS... Jangan-jangan MS itu duduk di menara gadingbetul - betul nggak tahu sebenarnya apa yang sedang terjadi disekitanya... Kasihan... :-( Hadeer (Sitorus tolong diforwardkan berita dari Ira Damayanti ini ke Email nya PDI - P, thanks. Kamukan pernah kirim-kiriman email dengan PDI - P beberapa waktu yang lalu) -- From: Ira Damayanti [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Kamis, 22 April : Calon2 presiden hearing di ITB Date: 22 April 1999 14:33 Hari ini dan besok.. April 22-23, di kampus kami,Aula Barat - ITB , KM -ITB mengadakan hearing terbuka beberapa calon presiden Indonesia.. Diantaranya ialah dari PBB,PK,PUDI,PAN,.. dan seharusnya ada PKB dan PDI Perjuangan.. (dan ada satu-dua lagi saya lupa, sorry) Dari PBB sudah , PK mungkin sedang berlangsung.. dan nanti jam 4 sore Insya Allah ada Amien Rais... Dan tadi pagi ternyata saya dengar bahwa Mega dan GusDur dengan alasan sesuatu hal menolak hadir di kampus kami untuk ikutan hearing... Kenapa kok nggak mau hadir, Mbak Mega ? Apa hearing terbuka juga melanggar budaya timur-kah ? Mana kharisma Ayahanda Bung Karno sebagai alumnus ITB ? yang bahkan namanya diabadikan di "monumen soekarno" di kampus kami ini ??? Kok ternyata putri tercinta penerus perjuangan tidak cukup punya nyali untuk hadir dalam hearing di almamater ayahanda ?! Malu-maluin aja! - O ya, menanggapi tentang penolakan MS untuk debat terbuka dengan alasana pelanggaran budaya timur. Well. Saya kok baru dengar ya, debat terbuka itu melanggar budaya timur.Sebelumnya apa pernah dipermasalahkan gitu ? Saya pikir malahan budaya tersebut hanya berlaku di jaman Soeharto aja.Tujuannya supaya Suharto nggak didebat... Is this the same thing ? ( as Soeharto ) Well, oke kalo MS nggak mau berdebat karena bukan budaya timur, dan yaa.. mungkin karena arena debat terbuka ini malah berpotensi jadi ajang debat kusir yang berkepanjangan yang malah saling menjatuhkan satu sama lain (tapi masak calon presiden berantem di depan publik ?) , tapi kali inimasak iya presentasi visi dan misinya aja juga melanggar budaya Timur ? datang ke hearing saja nggak mau ? Apa hearing juga melanggar budaya timur ? Emang 'budaya timur' itu apa sih ? Emangnya semua budaya timur sebegitu bagusnya gitu kok sampe dibela2in secara tidak logis dan non-sense ? Atau hanya merupakan justifikasi dari sikapnya yg "silence is( golden or stupidity ? )..." Saya kira itu cuma cara2 eskapisme aja Saya asli orang timur... (katakanlah Jawa Timur), tapi kayaknya nggak ada deh peraturan dan norma yang kaya gitu... Ini sih bukan "meneng mergo anteng" ( diam karena tenang ) tapi ini mah "meneng mergo nggelenggem" ( diam karena bego ) Lha wong pemilihan2 di kampus kami saja, mulai dari pemilihan ketua himpunan,ketua unit sampai presiden KM aja semuanya melalui proses debat terbuka... Apakah kami para mahasiswa (yg notabene dicap kaum terpelajar) ini melanggar budaya timur ?? Nah kalo kita sebagai rakyat yang mau memilih, gimana kita bisa tau visi dan misi dia sebagai presiden nanti kalo "yang punya gawe" untuk jadi presiden aja nggak tau gimana harus ngomong .. menjelaskan "Ini
Re: BAN ME
Nnnganu kok, kalo ndak salah, di body emailnya di tulis command SIGNOFF ini kalo ndak salah juga lho...soalnya saya belom pernah unsubsribe.. --- Kris Wilburn [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah kasihan Bung Indi ini...mau keluar kok ndak bisa. Kalau ndak salah requestnya dg kirim email ke alamat: [EMAIL PROTECTED] lalu ketik unsubscribe pada subjeknya. isi email kosong Kalau salah ya embuh... Salam, Jaya '--- Indi Soemardjan wrote: BAN ME -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Silence is ............
Hati hati lho Bung Hadeer.. menyindir calon presiden itu juga termasuk "bukan budaya timur" lho... kali aja ntar kalo ibu itu jadi presiden akan diberlakukan UU subversi tentang budaya ketimuran...:) --- Hadeer [EMAIL PROTECTED] wrote: Sebenernye saya nggak suka mengambil berita - berita dari Detik.com atau Siar atau Pijar dan sejenisnya. Ini bukan hobi saya. Tapi begitu ada tulisan yang seperti dibawah, KOQ temen-temen yang biasanya hobi men-forwardkan Detik.com atau Siar atau Pijar malah diam saja...kaya' nggak ada apa - apa :-) ...Padahal berita ini "menarik" lhohe...he :-) Hadeer lagi -- From: Hadeer [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Silence is Date: 21 April 1999 16:27 Megawati : "Debat itu tidak sesuai dengan Budaya Timur" Jadi kawan-kawan...janganlah banyak berdebat ya ...!! Diam sajapokoknya pasti kepilih dech jadi presiden :-) :-) Hadeer === Rabu, 21 April 1999 Rencana Debat Calon Presiden Mega dan Sultan tak Bersedia Reporter Hestiana Darmastuti detikcom, Jakarta. Megawati menolak menghadiri undangan debat calon presiden yang diadakan mahasiswa pro reformasi Forum Salemba (Forsal). Alasannya, tak sesuai dengan budaya timur. Sultan juga absen karena alasan lain, tapi Amien Rais bersedia. "Jawaban Mega itu disampaikan oleh Haryanto Taslam (Sekjen PDI Perjuangan), katanya tidak sesuai dengan budaya timur," jelas Agus Haryadi, koordinator Forsal dalam jumpa pers di UI Salemba, Rabu (21/4/1999) pukul 11.00 WIB. Absennya Mega itu sangat disesalkan Forsal. Sebab pihaknya melihat Mega adalah calon potensial dan yang paling didengungkan banyak pihak. Bahkan pendukung PDI Perjuangan sudah tak melirik calon manapun, kecuali Mega untuk menduduki tampuk pemerintahan RI keempat mendatang. Dijelaskan Agus, jawaban Mega secara tertulis sendiri memang tak pernah didapatkan. Meski sudah diundang. Beberapa kali mahasiswa Forsal - yang pernah melakukan aksi melepas baju Golkar - mendatangi Mega di DPP maupun di rumahnya, tapi tak pernah berhasil. Tampaknya Mega memang pasti tidak akan hadir dalam debat itu. Sebab, tambah Agus, Haryanto Taslam juga mengatakan bahwa tidak ada undang-undang yang mewajibkan calon presiden termasuk Megawati harus mengikuti debat. "Karena kami anggap Megawati adalah calon pemimpin bangsa, kami ingin mengetahui visinya. Tapi dihubungi secara formal maupun informal melalui telepon pun semuanya tak berhasil," katanya. Walau demikian, dalam beberapa hari ini Forsal berharap ada perubahan keputusan pada Megawati. Selai Mega, misalnya Kwik Kian Gie kalaupun mau ikut akan ditolak, karena bukan calon. "Jika Mega tetap tak bisa hadir, itu hak Mega.Yang menjadi perhatian dan pikiran kami adalah kembali ke pikiran rakyat. Kami hanya memfasilitasi, agar proses demokrasi berjalan baik." Calon yang sudah menyatakan bersedia datang adalah Amien nbsp;Rais (PAN), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Didin Hafidhudin (Partai Keadilan), Sri Bintang Pamungkas (PUDI), dan Budiman Sudjatmiko (PRD). Kelima orang itu sudah menyatakan kesediaannya secara tertulis. Dijelaskan, hanya sembilan partai yang diundang, terutama partai besar dan yang sudah memiliki calon presiden. Partai besar itu diambil dari hasil polling Tabloid Politik terkemuka TEKAD, dan sedang PUDI dan PRD diundang karena sudah menyatakan punya capres. Khusus soal Budiman yang masih berstatus Napol, Forsal sudah mengajukan permohonan ke Depkeh pada 14 April lalu. Juga PRD sudah mengurusnya ke Depkeh agar Budiman dibolehkan ikut debat Capres. Tapi
Re: Silence is ............
Nah...ini ada satu pembelaan..lumayan bagus alasannya tapi saya rasa kok tokoh2 semacam Prof. Dr. Amien Rais dan Budiman Sudjatmiko, serta calon1 lain dari PK dan lainnya 'tidak kurang bijaksana' atau kasarnya 'nggak buta" (kecuali Gus Dur) untuk bisa menilai apakah debat itu di rekayasa, membangun de el elde es be.. Gus Dur aja yang nggak bisa ngelihat, masih pinter menilai kok, bahkan setiap ada kejadian udah langsung bisa tahu siapa pelakunya...:) Nah, kalau MS lebih pinter dan lebih bijaksana menilai (atau mencurigai..??) dibanding tokoh2 lainnya (AR dkk), ya berarti emang udah cocok jadi presiden udah deh langsung di lantik ajandak usah ribut ribut.. --- Frarev Sitorus [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas...menurut Saya ...kata-kata ibu MS itu bukan perdebatan yang sebenarnya. Kalau perdebatan yang direkayasa sedemikian rupa untuk tujuan tertentu yang tidak sesuai dengan semestinya...pasti Saya tolak kan. Jadi lihat dulu konteksnya, siapa yang mengadakan perdebatan ( netral atau bukan?). Bukan berarti ibu MS menolak debat itu sama dengan menolak debat yang membangun. :-) On Wed, 21 Apr 1999, Hadeer wrote: Megawati : "Debat itu tidak sesuai dengan Budaya Timur" Jadi kawan-kawan...janganlah banyak berdebat ya ...!! Diam sajapokoknya pasti kepilih dech jadi presiden :-) :-) Hadeer === Rabu, 21 April 1999 Rencana Debat Calon Presiden Mega dan Sultan tak Bersedia Reporter Hestiana Darmastuti detikcom, Jakarta. Megawati menolak menghadiri undangan debat calon presiden yang diadakan mahasiswa pro reformasi Forum Salemba (Forsal). Alasannya, tak sesuai dengan budaya timur. Sultan juga absen karena alasan lain, tapi Amien Rais bersedia. "Jawaban Mega itu disampaikan oleh Haryanto Taslam (Sekjen PDI Perjuangan), katanya tidak sesuai dengan budaya timur," jelas Agus Haryadi, koordinator Forsal dalam jumpa pers di UI Salemba, Rabu (21/4/1999) pukul 11.00 WIB. Absennya Mega itu sangat disesalkan Forsal. Sebab pihaknya melihat Mega adalah calon potensial dan yang paling didengungkan banyak pihak. Bahkan pendukung PDI Perjuangan sudah tak melirik calon manapun, kecuali Mega untuk menduduki tampuk pemerintahan RI keempat mendatang. Dijelaskan Agus, jawaban Mega secara tertulis sendiri memang tak pernah didapatkan. Meski sudah diundang. Beberapa kali mahasiswa Forsal - yang pernah melakukan aksi melepas baju Golkar - mendatangi Mega di DPP maupun di rumahnya, tapi tak pernah berhasil. Tampaknya Mega memang pasti tidak akan hadir dalam debat itu. Sebab, tambah Agus, Haryanto Taslam juga mengatakan bahwa tidak ada undang-undang yang mewajibkan calon presiden termasuk Megawati harus mengikuti debat. "Karena kami anggap Megawati adalah calon pemimpin bangsa, kami ingin mengetahui visinya. Tapi dihubungi secara formal maupun informal melalui telepon pun semuanya tak berhasil," katanya. Walau demikian, dalam beberapa hari ini Forsal berharap ada perubahan keputusan pada Megawati. Selai Mega, misalnya Kwik Kian Gie kalaupun mau ikut akan ditolak, karena bukan calon. "Jika Mega tetap tak bisa hadir, itu hak Mega.Yang menjadi perhatian dan pikiran kami adalah kembali ke pikiran rakyat. Kami hanya memfasilitasi, agar proses demokrasi berjalan baik." Calon yang sudah menyatakan bersedia datang adalah Amien Rais (PAN), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Didin Hafidhudin (Partai Keadilan), Sri Bintang Pamungkas (PUDI), dan Budiman Sudjatmiko (PRD). Kelima orang itu sudah menyatakan kesediaannya secara tertulis. Dijelaskan, hanya sembilan partai yang diundang, terutama partai besar dan yang sudah memiliki calon presiden. Partai besar itu
Re: Silence is ............
Lha saya kan ngikutnya disini baru baru aja, jadi ya ndak begitu ngerti. Wong orang lain juga manggilnya Bung Hadeer kok, jadinya ya saya ikut ikutan. Kalau tahu ini adalah seorang Mbak...wah, udah dari dulu tak kirimi surat...hehehe..:) --- "FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY" [EMAIL PROTECTED] wrote: Mbak Hadeer emang wanita tulen. Kan dulu udah ngaku Cuman kalau dipancing mesti disebut mbak atau mas biasanya diam saja. Padahal kitanya cuman pura-pura lupa. Tapi nggak apa-apasoale entar Bung Dodo sama Bung Andrew bakal selalu setuju dengan pendapate Mbak Hadeer. Nah kan yg repot kita-kita juga. Lha diskusi jadi macet... apalagi kalau tiba-tiba jadi seneng bikin puisi. Hehehe. Dodo D. wrote: --- Hadeer [EMAIL PROTECTED] wrote: Tapi preman nggak gebukin seorang wanita kan ?! :-) Cuma "narikin" doang... :-) Apakah kalimat ini merupakan "unintentional confession" dari Sdr.(i) Hadeer bahwa anda adalah seorang wanita.(yang selama ini jadi teka teki)..??? :) _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Beda laki sama perempuan
WHAT WOMEN SAY AND WHAT THEY MEAN: "Can't we just be friends?" = There is no way in hell I am going to let any part of your body touch any part of mine, ever again. " I just need some space" = .without you in it. "Do I look fat in this dress?" = We haven't had a fight in a while. "No, pizza's fine!" = ...you cheap bastard! "I just don't want a boyfriend now." = I just don't want YOU as a boyfriend now. "You never listen!" = You never listen! "We're moving too quickly." = I am not going to sleep with you until I find out if this guy at work is married. "I'll be ready in a minute!" = I AM ready, but I am going to make you wait because I know you will. "Oh, no, I'll pay for myself!" = I'm just being nice; there is no way I'm going dutch. "Oh YES!!! Right there!!!" = Well, near there, I just want to get this over with. "I'm just going out with a few of my girfriends." = We're going to get shit-faced and make fun of you and your stupid friends. "There's no one else." = I'm doing your brother. "Size doesn't matter.." = unless I want to come. WOMAN'S GUIDE TO WHAT A MAN REALLY MEANS-- "I'm hungry" = I'm hungry. "I'm sleepy" = I'm sleepy. "I'm tired" = I'm tired. "I've gotta pee" = Get out of the way. "Can I call you sometime?" = I'd eventually like to have sex with you. "Do you want to go to a movie?" = I'd eventually like to have sex with you. "Can I take you out to dinner?" = I'd eventually like to have sex with you. "Can I get your coat?" = I'd eventually like to have sex with you. "Let me get your door." = I'd eventually like to have sex with you. "May I have this dance?" = I'd eventually like to have sex with you. "I'd like to take you away some place really special for the weekend." = Don't expect to see anything other than 4 walls and the ceiling. "Nice dress!" = Nice cleavage! "You look tense, lie down and I'll rub your back." = I want to fondle you, and hopefully it will lead to sex. "What's wrong?" = I don't see why you're making such a big deal out of this. "What's wrong?" = What meaningless self-inflicted psychological trauma are you going through now? "What's wrong?" = I guess sex tonight is out of the question. "I'm bored." = Do you want to have sex? "I love you." = Let's have sex now. "I love you too." = Okay, I said it...we'd better have sex now! "Good morning." = Is it too early for sex? "See you later." = That was great sex..let's have more! "Yes, I like the way you cut your hair." = I liked it better before. "Yes, I like the way you cut your hair." = $50 and it doesn't look that much different! "Let's talk." = I am trying to impress you by showing that I am a deep person and maybe then you'll want to have sex with me. "Will you marry me?" = I want to make it illegal for you to have sex with other guys. "Will you marry me?" = I might as well get tax benefits for going through these "talks". WHILE SHOPPING: "Yes, that one's nice" = Why do you ask when you aren't going to listen anyway? "That one looks great on you" = Pick any f! dress and let's go home! "I like that one better." = Pick any f! dress and let's go home! _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Beda laki sama perempuan 2
The differences between how a woman and a man uses a drive-through banking machine. Here is his and hers ATM usage explained... HIS 1. Pull up to ATM 2. Insert card 3. Enter PIN number and account 4. Take cash, card and receipt HER 1. Pull up to ATM 2. Check makeup in rearview mirror 3. Shut off engine 4. Put keys in purse 5. Get out of car because you're too far from machine 6. Hunt for card in purse 7. Insert card 8. Hunt in purse for wrapper with PIN number written on it 9. Enter PIN number 10. Study instructions for at least 2 minutes. 11. Hit "cancel" 12. Re-enter correct PIN number 13. Check balance 14. Look for envelope 15. Look in purse for pen 16. Make out deposit slip 17. Endorse checks 18. Make deposit 19. Study instructions 20. Make cash withdrawal 21. Get in car 22. Check makeup 23. Look for keys 24. Start car 25. Check makeup 26. Start pulling away 27. STOP 28. Back up to machine 29. Get out of car 30. Take card and receipt 31. Get back in car 32. Put card in wallet 33. Put receipt in checkbook 34. Enter deposits and withdrawals in checkbook 35. Clear area in purse for wallet and checkbook 36. Check makeup 37. Put car in gear, reverse 38. Put car in drive 39. Drive away from machine 40. Travel 3 miles 41. Release parking brake _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Pengakuan Pemerintah ttg Timor-Timur
karena pejabat deketnya presiden ndak terkena tuntutan masalah dwi fungsi, makanya si ibu itu memanfaatkan akronim namanya untuk ber-DFA (Dwi Fungsi Ah..);) --- ". Brawijaya" [EMAIL PROTECTED] wrote: Hehehe.kali ada yg laporan kedudukan DFA diomongin di milis ini. Hiyaati-ati lho Nah, sekarang udah pas kan kalau DFA ditaruh spt itu. Berarti bener kalau kemarin sebetulnya kedudukannya lebih bersifat informal. (Dukun kali..penasihat kok informal). Dengan demikian, teka-teki silang kita sudah terjawab nih Bung BRidwan, bahwa memang DFA mau diorbitkan cuma belum ada jabatan yang pas untuk mbak DFA ini. Kalau kemarin mau didudukkan sebagai asisten Mensesneg, maka akan ada kerancuan karena asisten mensesneg tanggung jawabnya ya ke mensesneg. Padahal di lain pihak, BJH pengen nge-keep DFA supaya dekat ke dia. Mangkane jadi mbingungi mau ditaruh sbg jubir salah, jabatan yg lain juga kagok. Mungkinkah seorang Dewi menyandang begitu banyak jabatan? Ya mungkin aja bung. Yang nggak mungkin adalah jabatan jubir sekaligus menjabat asisten mensesneg. Soale dengan cara ini mensesneg akan selalu dilangkahi. Kok asisten lebih deket dg BJH dpd menterine. Cuma sekarang masalah ini sudah terselesaikan karena AT sebentar lagi akan cuti, shg DFA otomatis sah ijah kabul berlaku sbg mensesneg. Rak gitu tho? Wis gathuk...cocok... Salam, Jaya On Apr 20, 11:19pm, bRidWaN wrote: Subject: Re: Pengakuan Pemerintah ttg Timor-Timur Hari ini disuati surat kabar, beliau disebutkan sebagai asisten Mensesneg bidang luar negeri. Nah, yang mana yang benar ? Mungkinkah seorang Dewi menyandang begitu banyak jabatan, ataukah ini merupakan tanda semrawutnya organisasi dalam kabinet saat ini? At 22:40 19/04/99 +0700, Erwin wrote: Sekedar informasi... Dewi Fortuna Anwar memang salah satu calon kandidat menjadi Menteri Luar Negeri di kemudian hari... Setidaknya, Amien Rais dalam sebuah artikel di tabloid "Detak" pernah mengatakan, bahwa apabila Amien Rais terpilih menjadi presiden, maka Ia akan meminta Dewi Fortuna Anwar menjadi Menteri Luar Negerinya... Salam, Erwin -- From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, April 19, 1999 3:45 PM Dr Dewi Fortuna Anwar ini siapa sih? Setahu saya 'beliau' adalah salah seorang PENASEHAT PRESIDEN. Mengapa terkesan kadang sebagai seorang Pejabat atau bahkan Menteri Luar Negeri? Jangan-jangan memang ada promosi yang saya tidak ketahui?? -- End of excerpt from bRidWaN _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
High School Attack di Denver, Colorado
Rekan2 Permias, Ternyata kebrutalan manusia terhadap sesamanya tidak hanya menjadi dominasi pasukan Serbia di Bosnia dan Kossovo, atau kelompok bersenjata di Tim-Tim, maupun kelompok yang bertikai di Ambon dan Sambas yang berada dalam kekacauan politik negaranya. Di US pun detik ini terjadi kebrutalan manusia tak beradab yang sampai sekarang belum diketahui motivasi dan latar belakangnya. Sampai saya menulis cerita ini, sudah sekitar 3 jam CNN menayangkan laporan langsung tentang high school attack di Denver, COlorado yang sampai detik ini diperkirakan sudah memakan sekitar 25 korban meninggal dan belasan lainnya luka luka. Beberapa orang bersenjata telah menyerang sebuah high school yang berisi sekitar 2000 siswa. Ratusan siswa sudah berhasil di evakuasi dari kompleks sekolah, sementara ratusan lainnya masih terkurung di sekolah dibawah ancaman para penyerang. Seorang dari para penyerang yang diperkirakan paling sedikit dua orang, berhasil di tangkap pihak kepolisian, tapi sampai sekarang berlum di beritakan keterangan lebih lanjut. Saya tidak tahu, gejala sosial apa yang sedang terjadi pada manusia saat ini, sehingga dengan mudahnya orang2 tak beradap tersebut menumpahkan darah sesamanya. Mungkin ada rekan2 yang dari Colorado bisa memberikan penjelasan lebih lengkap terhadap tragedi ini. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Cerita sederhana yang cukup menarik
Ada sebuah kisah sederhana yang rasanya cukup menarik dan baik untuk kita baca sekali lagi. Pada jaman dahulu di negara Arab, banyak orang menunggang keledai sebagai kendaraan. Seorang bapak membawa anaknya ke satu tempat dengan membawa seekor keledai. Mereka menaiki keledai itu dan lewat di sebuah desa. Keadaan ini menarik perhatian orang-orang. Ada di antara mereka berkata "Ini penganiayaan. Keledai itu terlalu kecil untuk dinaiki oleh dua orang. Kan itu menyiksa binatang.. Tak ada prikemanusiaan ". Bapak itu mendengar komentar mereka. Lalu si Bapak turun dan membiarkan anaknya sendirian di atas keledai. Si Bapak meneruskan perjalanan sambil berjalan kaki. Mereka pun melalui sekumpulan orang ramai. Sekali lagi ada yang berkomentar, "Kurang ajar anak itu. Dia enak-enak naik keledai. Bapaknya dibiarkan berjalan kaki." Si anak mendengar komentar mereka, lalu dia turun dan menyuruh bapaknya menunggang keledai. Si anak berjalan kaki mengiringi bapaknya di atas keledai. Mereka pun melalui sekumpulan orang. Sekali lagi mereka mendengar rungutan "Bapak tak ada otak, dia enak naik keledai, anaknya dibiarkan berjalan keringatan." Mendengar hal itu, si bapak pun turun dan berjalan bersama anaknya. Keledai itu dibiarkan berjalan sendirian. Mereka pun melalui lagi sekumpulan orang. Kali ini pun masih ada yang berkomentar "Bodohnya orang tua ini. Ada keledai tapi tidak mau dinaiki. Kalau begini, lebih baik tak usah bawa keledai!" Mendengar kata-kata ini, si-bapak pun memberitahu anaknya. "Beginilah keadaan masyarakat. Mereka hanya pandai memberikan komentar. Pintar melihat kesalahan orang. Ada saja yang tak betul. Kalau kita ikut saja kata-kata mereka, rusaklah kita. Kita tidak boleh terima pandangan mereka secara langsung. Kita harus pikirkan semuanya dan kita buat yang sekiranya baik. Jangan pedulikan komentar mereka.." _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Fwd: URGENT ACTION ON EAST TIMOR!
wah...gimana nih seandainya orang lain bilang bahwa justru berita ini yang bias? kan logis kalo ada yang ngomong gitu, soalnya kan etan merupakan salah satu pihak yang terlibat (langsung apa enggak..???) dalam pertikaian, sehingga besar kemungkinannya bahwa berita yang di buat sudah dimuati interest tertentu.. jawabannya ya ndak tahu... --- Donald Saluling [EMAIL PROTECTED] wrote: Ini ada berita dari East Timor Action Network. Semoga menambah sedikit wawasan pada teman2 yang sekarang ini cuma mengikuti cerita2 dari Kompas dan media2 tanah air yg bias dan kurang akurat. Mari kita teruskan berita ini kepada mereka2 yang belum mengetahui atau yang selama ini sudah dibutakan oleh media2 pemerintah tentang keadaan di Tim-Tim. Donald Saluling ATTACHMENT part 2 message/rfc822 Date: Sun, 15 Jul 1990 15:09:14 -0700 To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] From: Carrie Anderson [EMAIL PROTECTED] Subject: URGENT ACTION ON EAST TIMOR! Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Reply-To: [EMAIL PROTECTED] URGENT EAST TIMOR ALERT -- PLEASE CALL IMMEDIATELY!! Yesterday (Saturday, 4/17) more than 1000 armed pro-Indonesian paramilitary members took control of the streets of Dili. Current reports confirm at least 13 dead so far and many more wounded although it is impossible to know the full extent of the damage and violence. At this moment the paramilitaries are marauding through the capital, attacking civilians, shooting into buildings, and ransacking and burning homes. Part of Becora market and at least six houses have been razed. The streets are empty save for the paramilitary groups and the accompanying special mobile police units. The military and police are refusing to halt the violence, instead providing water and cigarettes to the paramilitaries. At least 275 people (including civil servants, CNRT(National Council of Timorese Resistance) members, East Timorese NGO leaders, and reconciliation advocates) are believed to be on a death list. Militias have threatened that Bishop Belo will be assassinated on Sunday (tomorrow). The targeting of the pro-independence leadership appears to have begun at the home of Manuel Carrascalao, leader of the Movement for the Reconciliation and Unity of the People of East Timor. Militias firing automatic weapons supplied by the Indonesian army attacked his home today, killing an undetermined number of the 140 refugees, mainly women and children, living in Carrascalao's back yard. Carrascalao's son is also reported dead. Photographers were told they would be shot if they took pictures. Foreign journalists have been attacked and few are reporting from the streets. It appears that the ABRI-supported paramilitary rampage may have only just begun.
Re: Korban Purbalingga angkat bicara
Ini kayanya berkaitan dengan reliability dari sumber berita, soalnya yang saya temukan di harian BERNAS (http://www.indomedia.com/bernas/9904/05/UTAMA/05uta0.html) juga mengatakan lain dari apa yang dimuat oleh SiaR. Kalau tiga dari empat sumber mengatakan bahwa oknum yang di tangkap itu mengaku kader PDI-P sementara hanya satu yang mengatakan sebalikknya maka saya tidak berani mengatakan bahwa yang satu itu yang benar. Nggak tahu kalau bung Blucer punya argumentasi untuk mengadakan pembenaran terhadap yang satu itu. Dari segi reliability-nya, bisa dilihat juga bahwa sumber yang tiga itu lebih reliable (Suara Merdeka, Media Indonesia, dan Bernas) sedangkan yang satu hanya merupakan artikel dari sebuah milis (SiaR). Mungkin ada yang bisa mengajukan metodologi research yang membenarkan kesimpulan berdasarkan satu sumber yang kurang reliable, sementara di temukan lebih banyak sumber lain yang lebih reliable mengatakan sebaliknya...?? Tapi sekali lagi, saya tidak bermaksud memihak satu partai dan memojokkan partai yang lain. Sudah saya katakan, saya tidak akan milih. Bagi saya, siapapun pelakunya, dan apapun motivasi di belakangnya, yang jelas hal itu TIDAK BISA DI BENARKAN dan TIDAK BISA DIANGGAP WAJAR baik dari sisi hukum maupun moral. Karena jelas jelas pelaku di lapangan pada kejadian Purbalingga itu memakai atribut PDI-P, maka sudah seharusnya Megawati dengan besar hati minta maaf kepada Masyarakat (bukan cuma Golkar) atas kejadian itu dan berjanji untuk mengusut tuntas. Apabila ternyata ditemukan bukti bahwa kader PDI-P yang melakukannya, baik atas perintah maupun inisiatif sendiri, Megawati sebagai ketua PDI-P harus melakukan tindakan tegas. Bila ternyata ditemukan bahwa hal itu merupakan rekayasa dari Golkar atau kelompok lain, akan di klarifikasi dan tentunya dalam hal ini piha Golkar yang harus minta maaf, dan siap menanggung resiko untuk di bubarkan atau kehilangan pendukung. Sekali lagi, diperlukan KEBESARAN JIWA dan KELAPANGAN DADA untuk menerima perbedaan demi menyukseskan Pemilu 99 yang diharapkan akan bisa menjadi kunci untuk menyelesaikan berbagai krisis yang melanda negara kita. --- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah, berhubung saya belum menentukan untuk milih yg mana, jadi ya endak berusaha membela ataupun memojokkan suatu partai. Di bawah ini artikel di republika. Di Suara Merdeka juga banyak korban yg membantah sinyalemen bahwa korban melepas kaosnya sendiri karena ketakutan. Menurut mereka, mereka melepas kaos karena dipaksa. Bahkan ada yg diancam mau dibunuh bila tidak melepasnya. Ada juga yang aktif memakai tangannya untuk mencopoti kaos kuning. Suara Merdeka menyebut jumlah korban yang melapor 38 orang. Belum yg tidak berani melapor karena diancam dibunuh dan yg malu. Sekarang siapa dalangnya? Apakah PDI-P, Masyarakat biasa yg kalap, atau malah Golkar? Sejauh ini Harian Suara Merdeka (koran lokal Jateng, di mana Purbalingga berada) kok tidak menyebut nama PP. Yang muncul adalah Bendahara PDI-P yang mengaku memang berada di lapangan, dan bangga bisa mengusir Akbar Tanjung. Akhirnya PDI-P menurunkan tim dan akan bertindak tegas thd oknumnya. Itu setelah banyak organisasi wanita protes. Inga...inga 50% pencoblos adalah wanita... Memang ini juga salah Golkar yg curang mencuri start kampanye. Nah, sebagai fungsionaris eh simpatisan PDI-P (hehe...), bagaimana nih Bung Blucer dalam mensikapi berita ini? Salam, Jaya '- Kisah Wanita Korban Kasus Purbalingga Wanita berusia 48 tahun itu tak kuasa menahan tangisnya. Ruang kerja Himpunan Wanita Karya (HWK) di Kantor DPD II Golkar Purbalingga, Jateng, hening. Sejumlah wanita yang hadir menundukkan kepala. Mereka tenggelam dalam kesedihan saat wanita beranak tiga itu terbata-bata memaparkan pelecehan yang dialaminya ketika mengikuti silaturahmi Golkar, 2 April lalu di Stadion Wasesa. ''Saya ingat betul pelakunya. Ada tiga orang lelaki yang mencopoti kaos yang saya kenakan. Mereka jelas dari orang PDI Perjuangan, karena yang warna merah bergambar Ibu Megawati,'' kisah Ny S, wanita berusia 48 tahun itu sambil sesekali menyeka air matanya. Ny S penduduk Kelurahan Purbalingga Kidul, salah satu wanita yang busananya dicopot oleh massa yang menggunakan atribut PDI Perjuangan dalam kasus Purbalingga. Ketika itu, kader-kader Golkar yang akan menghadiri apel akbar di Stadion Wisesa, diserang. Sebuah mobil dibakar. Mobil yang ditumpangi Ketua Umum DPP Golkar Akbar Tanjung dirusak.
Re: pemilu 99
Di Vermont nggak ada Permias, yang ada hanya orang orang Indonesia yang pada sekolah di Vermont. Karena saya udah jelas ndak akan milih, jadi ya ndak udah ndaptar. Karena sebagian besar orang mahasiswa Indo di Vermont terpusat di Norwich, mungkin mas ANdrew yang bisa ngasih tau lainnya, dan di koordinir untuk pendaptarannya. Dony Wisnu, CCNY, NY wrote: bagi Ketua and anggota permias :Conn, Delaware, Maryland, Maine, Massachusettes, New Hampshire, New Jersey, N Carolina, S Carolina, Pennsylvania, Rhode Island, Vermont, and Virginia. Mohon Kirim alamat e-mail ketua, untuk mendapatkan informasi tentang pemilu yg akan di adakan di Konsulat Jendral New york bulan Juni nanti. Permias NYC akan membantu sebisanya untuk pendaftaran perserta pemilu. Thank you. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Xanana anjurkan perang
ikutan ngomongin Xanana ah... Kalo nurut saya, hipotesa no 1 2 dari Bung Efron lebih punya relevansi kalau kita membahas pernyataan perang dari Xanana beberapa hari yang lalu. 1. Xanana memang jengkel pada tentara yang gatel. Seperti udah di bahas dan di beritakan di koran koran atau media yang lain, meskipun TNI udah ndak secara aktif lagi ngurusin Tim-Tim, tapi masih belum terjadi penarikan pasukan secara total dari daerah itu. Untuk ini mungkin masih bisa dimaklumi, karena secara yuridis formal Tim-Tim sampai detik ini masih menjadi bagian dari RI. Dengan status ini, berarti pemerintah RI masih punya hak untuk menempatkan aparatnya disana, baik aparat pemerintahan maupun aparat keamanan. Yang membuat jengkel Xanana adalah issue dukungan senjata kepada rakyat Tim-Tim pro-integrasi dengan alasan untuk membentuk pasukan Ratih, yang pada akhirnya justru menimbulkan banyak korban akibat bentrokan senjata dengan kelompok pro-kemerdekaan. Pemasokan senjata itu juga mengesankan bahwa meskpun pemerintahan Habibie sudah memberikan opsi merdeka kepada tim-tim, namun TNI terlihat enggan untuk melepaskannya dan berusaha agar di tim-tim tetap terjadi konflik, sehingga suatu saat ada alasan bagi TNI untuk masuk kembali ke sana. Melihat hal ini, mungkin Xanana menjadi jengkel dan akhirnya mengeluarkan pernyataan perang tersebut. 2. Xanana mencari polularitas murahan. Ini juga ada betulnya meskipun tidak sepenuhnya. Sebelum tertangkap dan di penjara oleh pemerintah RI, Xanana sebenarnya hanya seorang tokoh biasa dari kelompok yang oleh TNI disebut GPK. Setelah tertangkap dan menghuni penjara, justru nama dia jadi meroket dan populer seperti bintang pelem. Ini juga berkat pemberitaan TNI yang mengumumkan bahwa TNI telah menangkap tokoh nomor satu GPK Tim-Tim. Mungkin waktu itu TNI tidak menyadari bahwa dengan menahan Xanana dan memberitakannya sebagai tokoh nomor satu GPK, suatu saat akan menyulitkan. Kira kira aja saat itu yang ada di benak TNI adalah popularitas tentang keberhasilan menangkap pimpinan GPK. Setelah beberapa saat di tahan, dan di anggap sebagai tokoh terpenting dari GPK, mulailah nama Xanana terkenal, bahkan banyak tamu resmi negara yang setiap datang ke Indonesia mengunjugi penjara Xanana, sehingga popularitas Xanana semakin melangit. Saya berasumsi bahwa dari sini akhirnya kelompok Xanana atau kelompok GPK memanfaatkan moment ini untuk kepentingan politis. Mereka akhirnya juga mengklaim bahwa Xanana adalah tokoh yang peling penting di Tim-Tim. Dengan begitu, perhatian internasionalpun akan semakin besar kepada seorang Xanana. Dengan perhatian yang besar dari dunia Internasional, akhirnya kelompok anti-integrasi Tim-Tim bisa memanfaatkan Xanana untuk mencari dukungan politis dan suara Xananapun semakin menjadi penting. Dengan kondisi yang masih serba ndak jelas di TIm-Tim akhir akhir ini, mungkin Xanana ingin menunjukkan pula bahwa suaranyalah yang paling di dengar oleh rakyat Tim-Tim, bahkan paling di dengar oleh seluruh dunia apabila berbicara tentang masalah Tim-Tim. Jadi yahpencarian popularitas juga bisa di jadikan latar belakang pernyataan "beliau" itu. Tentang TNI yang mempersenjatai rakyat pro-integrasi di Tim-Tim, ini adalah dilema juga sih... Sama seperti rencana NATO untuk mempersenjatai rakyat Kosovo beberapa waktu lalu yang juga di perdebatkan di antara pejabat NATO dan politisi USA. Kelompok pro-kemerdekaan sering melakukan terror kepada kelompok rakyat pro-integrasi, mirip dengan perlakuan kelompok Serbia terhadap Kossovar Albanian, cuman kualitasnya berbeda. Kadang kadang terlintas pemikiran untuk mempersenjatai kelompok yang di teror, dengan tujuan untuk membela diri sehingga tidak terjadi penindasan dari satu kelompok terhadap kelompok lain. Namun efek yang di timbulkan juga bisa lebih parah kalau kedua belah pihak justru sama sama menggunakan senjata dan terlibat dalam bentrokan fisik, karena korban yang ditimbulkan bisa lebih banyak. Akan tetapi masih ada rasa keadilan juga dalam hal ini, karena korban tidak hanya berasal dari satu pihak. Namun bagaimanapun, seharusnya di upayakan agar tidak timbul korban sekecil apapun. Untuk itu perlu kesadaran kedua belah pihak untuk meletakkan senjata, dan sama sama menuju ke meja perundingan untuk pemecahan masalah secara damai. --- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Hehe... dari 2 tanggapan yg masuk kok belum ada faktor sejumlah orang timtim yg tetap ingin gabung? Bila referendum (atau apalah namanya, krn Ind menolak untuk memakai istilah itu) dijalankan, lalu diberi pilihan yang dua itu, maka status quo tidak akan pernah ada. Kedua pilihan itu sama-sama menjadikan propinsi Timtim berstatus lain dari yg sekarang. Otonomi luas (protektorat?) atau dilepaskan. Mengapa pula korban 5 orang (ataupun 25 orang menurut Belo) menjadi isu? Ambon ratusan mungkin ribuan, Tual sudah 81 orang, Sambas ratusan orang. Ngapain kita mesti sibuk dengan 25 orang? Sebagai tambahan pertanyaan nih, apakah dapat dibenarkan
Re: pro:HadeerBluceer
Biar tercapai titik temu, ya di gambar dulu titiknya terus si "abang abang" nya di jewer kupingnya dibawa ke titik itu, kan gampang... kalo nggak punya pensil buat bikin titik, ntar gue pinjemin deh --- Frarev Sitorus [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya lihat diskusi abang-abang sekalian penuh "klimaks" tanpa "anti-klimaks", so...kapan anti - klimaksnya supaya tercapai titik temu dari perbedaan pola pikir yang kritis...? :) KOCU _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
acungan jempol buat jogja
Ternyata masyarakat jogja tetap bisa menjadi contoh bagi masyarakat daerah lain dalam hal kesadaran berpolitik. Meskipun hal ini tidak lepas dari pengaruh Sri Sultan sebagai pemimpin jogja serta para tokoh masyarakat lainnya, tetapi sambutan rakyat dalam pawai perdamaian pemilu ini menunjukkan jiwa besar dan budaya politik yang tinggi dari seluruh masyarakat Jogja. Silakan baca ini: http://www.kompas.com/kompas-cetak/9904/05/UTAMA/dari01.htm _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Gus Dur tentang penyerangan terhadap Golkar
Saya kok jadi tambah bingung nih ama yang namanya Gus Dur, kelihatannya kok dia memberikan pembenaran terhadap kasus penyerangan terhadap Golkar yang terjadi di Purbalingga baru baru ini. Pernyataannya yang dimuat di Kompas seakan akan mengisyaratkan bahwa menurut orang nomor satu di NU ini, penyerangan terhadap Golkar adalah hal yang memang sudah seharusnya terjadi. Silakan baca paragraph yang saya cuplik dari kompas ini, dan silakan kasih komentar: .. Gus Dur menyatakan keberatan jika para pendukung parpol tertentu yang menyerang Golkar dicap sebagai pengganggu. Itu kan timbal balik saja. Nyatanya, parpol lain kan nggak diganggu, tegas cucu salah seorang pendiri NU ini. . berita selengkapnya baca di : http://www.jawapos.com/5apr/de5ap1.htm _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Gus Dur tentang penyerangan terhadap Golkar
Ralat..!!! sorry salah ketik, cuplikan bukan dari Kompas, tapi dari Jawapos.. --- "Dodo D." [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya kok jadi tambah bingung nih ama yang namanya Gus Dur, kelihatannya kok dia memberikan pembenaran terhadap kasus penyerangan terhadap Golkar yang terjadi di Purbalingga baru baru ini. Pernyataannya yang dimuat di Kompas seakan akan mengisyaratkan bahwa menurut orang nomor satu di NU ini, penyerangan terhadap Golkar adalah hal yang memang sudah seharusnya terjadi. Silakan baca paragraph yang saya cuplik dari kompas ini, dan silakan kasih komentar: .. Gus Dur menyatakan keberatan jika para pendukung parpol tertentu yang menyerang Golkar dicap sebagai pengganggu. Itu kan timbal balik saja. Nyatanya, parpol lain kan nggak diganggu, tegas cucu salah seorang pendiri NU ini. . berita selengkapnya baca di : http://www.jawapos.com/5apr/de5ap1.htm _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Alert: Koalisi Besar Sudah Terbentuk! (Re: Gus Dur tentang ...)
Bagus sekali bila partai partai politik non golkar sudah mulai berkoalisi meskipun masih bersifat informal dan masih berlangsung di jalanan. Hal ini menunjukkan bahwa partai partai tersebut sudah memulai kesadaran baru untuk mengesampingkan perbedaan perbedaan yang terdapat di antara mereka yang punya potensi konflik. Dengan berkoalisi, akan memungkinkan bagi mereka untuk menggolkan calon presiden dari salah satu ketua partai mereka. Yang paling penting bagi saya adalah, dengan berkoalisi ini, berarti pula memperkecil potensi konflik diantara pengikut partai yang bisa timbul akibat perbedaan dan kekalahan. Syukur syukur koalisi ini bisa segera di formalisasi, dan akan lebih bagus lagi bila bisa diwadahi dalam satu wadah partai yang lebih besar, dan akan terbentuk two-party system di negara kita. Ini memang tidak mudah, dan rasanya akan mustahil bisa terbentuk pada pemilu berikutnya (2004) karena masyarakat kita saat ini masih dilanda demam kebebasan berpolitik akibat kungkungan selama 32 tahun. Setiap orang masih ingin menikmati kebebasan politik baru ini dengan berlomba lomba mendirikan partai politik. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mewujudkan two-party system di negara kita pada pemilu 2009 ataupun 2014 mendatang. Sistem dua partai ini sudah terbukti efektifitasnya di negara2 besar seperti Inggris dan USA, karena akan memudahkan check and balance. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa negara kita harus meniru USA ataupun negara lain, tapi alangkah baiknya bila sistem politik yang sudah terbukti efektif di negara lain itu dicoba untuk di terapkan di negara kita. Apabila ternyata tidak cocok, maka bisa di evaluasi dan dicari yang terbaik buat negara kita. Yang jelas, gejala yang menunjukkan bahwa partai partai politik non-golkar mulai berkoalisi adalah merupakan gejala yang bagus. Namun yang saya soroti bukanlah masalah koalisi tersebut, tetapi sekali lagi, perlakuan sebuah partai terhadap partai lain yang masih menyiratkan ketidak dewasaan masyarakat kita dalam perbedaan pendapat dan pandangan seperti yang terjadi dalam kasus Purbalingga. Saya tetap tidak sependapat apabila kejadian seperti itu dianggap wajar karena menunjukkan adanya niat untuk berkoalisi melawan Golkar. Kalau hal tersebut masih juga dianggap wajar, saya kuatir bahwa pertandingan politik (pemilu) kita ini akan berlangsung tidak sehat, dan hasilnyapun tidak akan memuaskan. Saya ingat pertandingan tinju dunia antara Mike Tyson melawan Holyfield yang sangat memalukan dunia pertinjuan beberapa waktu lalu. Seorang raksasa tinju dunia melakukan perbuatan yang memalukan dengan menggigit telinga lawannya dengan alasan karena jengkel akibat lawannya sering main curang dengan memukul terlalu bawah dan dibiarkan saja oleh wasit. Ini kan mirip dengan pertandingan politik kita saat ini. Partai partai politik non golkar mungkin merasa jengkel dengan kecurangan kecurangan yang dilakukan oleh golkar selama masa ORBA dan selalu dibela oleh pemerintah dan ABRI yang seharusnya bertindak sebagai wasit. Akan tetapi pembalasan yang dilakukan dengan tindakan yang tidak tepat justru akan merugikan, dan akan mencoreng muka sendiri seperti yang dialami oleh Tyson. Dalam pertandingan tinju penyelesaiannya mudah. Setelah Tyson menggigit kuping si Holyfield, pertandingan di hentikan, dan tyson dinyatakan kalah, serta diberikan sanksi. Tapi hal itu tidak akan bisa di berlakukan begitu saja di dalam pertandingan politik seperti pemilu kita nanti. TIdak mungkin pemilu di nyatakan bubar dan Golkar keluar sebagai pemenang karena lawan Golkar melakukan tindakan seperti yang terjadi di Purbalingga. Permasalahannya sangat rumit. Kalau penonton pertandingan tinju Tyson-Holyfield akan dengan mudah menerima kemenangan Holyfield, maka "penonton" pertandingan politik kita tidak akan bisa seperti itu. Jadi akan sangat kompleks permasalahannya. Jadi, bentuk pelanggaran apapun di dalam pertandingan politik kita nanti harus bisa si eliminir sedapat mungkin, janganlah koalisi dijadikan alasan untuk "melegitimasi" tindakan tindakan brutal suatu kelompok terhadap kelompok lain. Janganlah kecurangan kecurangan di masa lalu tetap di bawa bawa sebagai alasan untuk melakukan pembalasan dengan cara yang memalukan bangsa kita yang dikenal selama ini sebagai "bangsa yang berbudi pekerti luhur". Marilah kita memainkan pertandingan politik ini dengan jiwa fair play. Udah kepanjangan ah...capek ngetik.. --- Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote: Silakan baca paragraph yang saya cuplik dari kompas ini, dan silakan kasih komentar: .. Gus Dur menyatakan keberatan jika para pendukung parpol tertentu yang menyerang Golkar dicap sebagai pengganggu. Itu kan timbal balik saja. Nyatanya, parpol lain kan nggak diganggu, tegas cucu salah seorang pendiri NU ini. . Yw: Kondisi di jalanan sekarang, menunjukkan bahwa koalisi (informal) sekarang ini sudah terbentuk. Walopun golkar diganggu, tapi kalo dilihat secara jernih, itu bukan
Re: Alert: Koalisi Besar Sudah Terbentuk!
Yw: Saya justru sependapat dg Gus Dur. Kejadian itu wajar dan biasa. Dalam arti, itu tuh bukan merupakan 'insiden politik' (sesuatu yg direkayasa secara sistematis utk tujuan politik di tingkat elit); melainkan suatu tindak kriminal/pidana biasa. Dalam hal dewasa atau tidak dewasa, rasanya kejadian itu kurang secara langsung berkorelasi dg urusan politik, tapi lebih kepada urusan hukum. Hukum kita memang 'belum dewasa' (dan politik dg sendirinya juga mengikuti). Saya tidak begitu paham perbedaan antara urusan hukum dengan urusan politik, insiden politik dengan tindak kriminal biasa, hal ini bagi saya memang membingungkan. Ketika terjadi kasus seperti pembunuhan dukun santet di Banyuwangi atau kasus Ambon, Kapolri ataupun Pangab menyatakan bahwa kejadian tersebut merupakan "tindak kriminal murni", lalu para tokohpun beramai ramai memprotesnya karena mereka melihat adanya unsur politik di balik kejadian kejadian kejadian tersebut, padahal di dalamnya tidak ada sama sekali orang yang menggunakan atribut partai politik tertentu. Saat ini, ketika ada insiden antara dua partai dan di dalamnya jelas2 terlihat kelompok orang yang memakai atribut partai politik, lantas dibilang bukan merupakan insiden politik, tapi merupakan tindakan kriminal biasa. Lha ini kan membingungkan.. Dan lebih membingungkan lagi kalau insiden politik atau tindakan kriminal biasa atau apapun namanya dianggap sebagai hal yang sudah seharusnya terjadi. Saya rasa, apapun namanya dan siapapun pelakunya atau korbannya, kejadian seperti di Purbalingga itu tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang wajar, kecuali memang ada hukum atau aturan moral yang memberikan pembenaran kepada kasus seperti itu. Yang jelas, sepanjang pengetahuan saya dan menurut pikiran logis saya, hal seperti itu tetap saja tidak bisa di benarkan. Jadi: dengan mengingat kondisi Indonesia ruwetnya kayak sekarang ini, kejadian Purbalingga itu wajar terjadi. Kalau keruwetan kondisi Indonesia dijadikan alasan untuk menmganggap kejadian seperti itu sebagai sesuatu yang wajar, maka akan memunculkan anggapan juga bahwa kejadian2 seperti kasus Ambon dan Sambas sebagai sesuatu yang wajar pula, toh berada di dalam situasi yang sama sama ruwetnya. Seandainya mungkin saudara2 perempuan anda di lucuti pakaianya oleh sekelompok orang, itupun bisa dianggap hal yang wajar, karena berada dalam situasi yang ruwet. Kalo toh golkar telmi (tidak menyangka sebelumnya bahwa hal seperti itu bisa terjadi), itu juga wajar banget... Soalnya selama ini mereka kan memang selalu begitu. He, he, he... ;-) Disini saya setuju. Selama ini Golkar memang terlalu overconfidence bahwa dimana2 rakyat akan "mendukungnya", sehingga mereka terlena dan tidak pernah memprediksikan bahwa suatu saat akan muncul juga tantangan yang berasal dari rakyat. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Wajarnya Purbalingga
Hehehe...oke..oke.. ternyata sejak awal sudah terdapat perbedaan persepsi dan pengambilan sudut pandang dalam menyikapi masalah yang sama. Kalau sejak awal saya sudah mengambil sudut pandang benar atau tidaknya kejadian di Prubalingga dari segi moral tanpa melihat "kewajaran" atau "ke-luar biasaan" kasus itu ditinjau dari segi kualitasnya, anda cenderung menyikapinya dari sudut yang sebaliknya, sehingga hampir saja tidak mencapai titik temu. Tentang sisi pandang dalam melihat kasus itu dari kaca mata hukum dan politik, saya tetap melihat adanya kerancuan di dalamnya. Saya mengerti acuan yang anda gunakan dalam melihat sebuah kejadian merupakan tindak kriminal biasa atau insiden politik. Saya menangkap kesan spontanitas dan intention dari si pelaku sebagai determining factor dalam melihat apakah itu merupakan tindak kriminal biasa atau insiden politik. Menurut saya, definisi itu bisa di terima dengan jelas dalam situasi yang normal. Tetapi dalam situasi politik yang ruwet seperti di negara kita saat ini, susah rasanya untuk menentukan apakah kasus semacam itu merupakan tindak kriminal biasa atau insiden politik, karena bagaimanapun ada unsur2 politis yang dibawa di dalamnya. Mengenai spontanitas dan intention dari pelaku, saya agak sulit menerima sebuah hipotesa yang mengatakan bahwa kejadian yang melibatkan kurang lebih 300 orang pelaku itu merupakan kejadian yang spontan dan di dorong oleh kemauan pribadi para pelaku tanpa ada dorongan dari belakang. Apalagi para pelaku sebagian besar menggunakan atribut partai politik tertentu. Mengenai siapa yang berdiri di belakang kasus itu, kita perlu cukup bukti untuk mengatakannya. Bisa jadi mereka memang di perintah oleh partainya, bisa juga karena mereka dibayar oleh partai lain, atau bahkan bisa jadi mereka di bayar oleh si korban untuk mencari simpati, tentunya dengan syarat "bila nggak ketahuan." Disini, saya tetap berdiri pada sudut pandang saya sendiri yang melihat kasus itu dari sisi kebenaran moral dan mungkin juga hukum. Silakan kalau anda menyikapinya dari sudut pandang kualitas dan akhirnya mengambil kesimpulan bahwa kejadian itu merupakan kejadian yang wajar. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Jatah kursi
kursi yang dimana tuh yang ditambah? lha kalo yang di MPR yang nambah, trus kabupatennya bertambah buanyak...berarti gedungnya harus di renovasi dong, ntar nggak muat karena kebanyakan kursi. Yang jelas, tukang bikin kursi bakalan panen rejeki.. --- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Katanya kalau jumlah kabupaten nambah, maka jumlah kursi juga nambah. Maksudnya nambah secara total atau gimana ya? Kalau total kursi yg diperebutkan tetap, malah bagus dong. Kalau perlu dibikin kabupaten tambahan banyak-banyak. Jadi jumlah jatah ABRI bisa diperkecil lagi. hehehe. -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_) _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: PDI-P, kaum tertindas yg mau menindas
. Logikanya mudah sekali, kalau memang itu simpatisan PDI, sunguh tololnya mereka mau mencoreng pilihannya apalagi pada saat akbar tanjung disana. . Memang sih, seandainya benar mereka itu orang2nya PDI, berarti PDI isinya adalah orang orang yang tolol yang bisa mencoreng muka partainya sendiri. Seandainya hal itu adalah rekayasa Golkar untuk menarik simpati masyarakat sekaligus mencemarkan nama PDI-P yang dianggap saingan berat. Berarti Golkar juga tolol, karena berani mempertaruhkan nama yang memang sudah tercemar. Karena kalau sampai terungkap bahwa Golkar melakukan rekayasa, maka nama Golkar akan semakin terpuruk sampai serendah rendahnya. Seandainya itu adalah ulah Partai lain yang ingin mengacau acara Golkar sekaligus mencemarkan nama PDI-P, berarti partai itu juga tolol, karena dengan begitu Golkar akan mendapat simpati meskipun acaranya di dua tempat di gagal. Hal itu juga nggak akan membuat simpatisan PDI-P menyeberang ke partainya. Seandainya kejadian itu merupakan rekayasa kelompok pro-Status Quo (Pemerintah dan ABRI), mereka juga sangat tolol. Lha nggak gitu aja namanya sudah tercemar dan tercoreng disana sini, kok masih mau gambling melakukan rekayasa. Seandainya ketahuan, apa nggak semakin memperburuk citra status quo yang emang udah buruk..? Lha kalo gitu, kejadian tersebut mencerminkan bahwa bangsa kita ini masih dipenuhi dengan orang orang tolol serta ketololan ketololan konyol yang kadang kadang membikin geli.. trus siapa yang pinter..?? _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: PDI Perjuangan = kumpulan preman
See, I told you too, Masalah seperti ini sepertinya agak luput dari perhatian para pemimpin partainya. Lha kalau sebelum pemilu aja udah kaya begini, trus gimana nanti setelah pemilu berlangsung, dan jelas siapa pemenangnya...? Kalau para pemimpin partai hanya sibuk ngurusin pencalonan dirinya, tanpa memperhatikan dampak sosial (tentunya yang negatif) yang bisa merugikan semua pihak, saya ndak yakin negara kita akan bisa menjadi negara demokrasi yang kita inginkan bersama. Makanya waktu bang Yusuf nanggapi usulan saya dulu dengan mengatakan bahwa masalah pengikut partai bisa dibicarakan setelah pemilu dilaksanakan, saya merasa sangat skeptis, karena memang kenyataannya kita masih belum dewasa untuk menerima kekalahan dan perbedaan pendapat. Au ahpusing, mending ndak usah milih aja... --- "N.S. Sisworahardjo" [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum wr. wb. See, I told you :) Massa PDI Perjuangan Serbu Golkar http://www.republika.co.id/9904/03/11011.htm Wassalam, nur N.S. Sisworahardjo _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Sikap Sukuis Kita (Re: Betapa mulia niatnya)
Wah, kali ini saya agak ndak sependapat dengan Cak Brawi, Sepertinya kita terlalu mencampur adukkan antara optimisme seseorang untuk memajukan diri dan bangsanya dengan trauma masa lalu akibat masalah2 SARA. Memang eliminasi potential conflict akibat perbedaan SARA adalah salah satu faktor kunci dalam memperbaiki kehidupan bangsa kita secara keseluruhan. Akan tetapi apabila kita selalu apriori terhadap niat baik seseorang dan optimismenya dalam mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik, maka perubahan itu sendiripun tidak akan bisa terlaksana dengan baik, karena pesimisme kita atau sikap yang skeptis akan menjadi kendalanya. Trauma terhadap "penyakit bangsa" yang bisa dibilang kronis ini sepertinya memang sangat menghantui sebagian besar bangsa kita, bahkan di kalangan legislatifpun bisa terjadi. Contoh posting Bung Rosadi tentang Komisi V DPR yang menggagalkan tender perusahaan Amerika bernilai ratusan juta dolar itu-- yang hanya karena mitra kerjanya adalah Bob Hasan yang identik dengan KKN-- juga merupakan salah satu akibat dari trauma yang berkepanjangan. Sayangnya, trauma ini sering membutakan mata dan hati kita untuk bisa melihat permasalahan secara jernih dan akibatnya justru merugikan bangsa kita sendiri. Saya setuju dengan Bung Rosadi dalam postingnya yang mengatakan bahwa sikap DPR ini justru akan bisa mematikan minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Jadi menurut saya, tidak seharusnya kita terlalu terbawa oleh trauma masa lalu yang berkepanjangan sehingga membutakan rasio kiuta untuk menerima hal hal yang positif. Itu aja deh... nggak hoby nulis panjang lebar, capek.. --- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Peringatan: Email ini puanjang. Intinya ngomong SARA dan sedikit ngomong bentuk federasi. Kalau ndak suka langsung apus aje. Hehe...serius amat sih. Santai aja ah. Tidak ada kritik dari saya, yang ada adalah kekecewaan terhadap apa yg ada di lapangan. Pembangunan di daerah tidak hanya memerlukan orang macam Punky saja. Okay lah kita persempit, misal pembangunan Kalbar deh. Diperlukan juga orang macam Pariyem dan Sugiyo, Topson Simanungkalit, I Ketut Tantri, atau Adi Cakranegara dari madura, dll. Terusin aja sendiri, masak ratusan suku mesti disebut. Itu baik untuk bidang pertanian, perdagangan, dll. Sayangnya, yang namanya kaum pendatang biarpun sudah beranak-pinak puluhan tahun tetap dianggap sebagai pendatang. Dan kaum pendatang ini mempunyai hak yg terbatas. Paling tidak, endak akan sama dengan yang punya nama belakang Datau, misalnya. Ini adalah kenyataan. Biarpun kita memalingkan muka ke mana saja, kenyataan ini endak akan berubah. Kaum pendatang adalah tamu, yang setiap saat bisa diusir, di-harras, bahkan dibunuh. Peristiwa Sambas kemarin menunjukkan bagaimana praktek ethnic cleansing dijalankan. Pemerintah lokal malah menunjukkan keberpihakan, bukannya mengayomi semua penduduk, sebagai pemilik bersama wilayah itu. Kalau anda baca, anda akan menemukan keberatan kepala suku Dayak bila di Sambas masih ada orang Madura. Ini adalah sikap dan praktek SARA yg luar biasa. Di masa depan, pemimpin macam ini perlu dimasukkan ke kamar gas. Maksudnya diambil 100 orang secara random untuk kentut bareng ke kamar kecil, lalu si ketua rasis ini dimasukin ke kamar itu. Biar puyeng.hehe Mosok sebentar-sebentar angkat mandau. Mbok ya angkat besi aja, jadi atlit. Sikap semacam ketua suku juga ada di benak Uskup Bello. Dia pernah bilang agar Timtim untuk orang Timtim saja, juga khusus untuk orang Katolik saja. Ini juga tindakan SARA. Jadi juga mesti dimasukin ke kamar bareng ketua suku itu. Mbok ya yg katolik demo ke Vatikan gitu lho. Supaya uskup yg rasis ini diganti aja. Mosok orang rasis en sukuis kok dapat Nobel. Weleh...weleh mbok yao dikasihin ke saya aja. Bila kita buka peta Indonesia, saat ini tiap propinsi mewakili 1 atau 2 suku yg dapat mengklaim sebagai pemilik asli wilayah tersebut. Yang lain cuma numpang. Beberapa pendatang yg punya ketrampilan istimewa macam Punky akan diperlakukan sebagai savior. Yang biasa saja seperti Eyang Troy tetap dianggap sebagai tamu. Yang kurang dari rata-rata akan dianggap benalu yang perlu dimusnahkan. Kalau kita ingin maju, semua daerah harus dibuka. Tidak ada kecuali. Mau Aceh, mau Jateng, atau Ambon, dll. Saat ini tidak ada daerah yg benar-benar terbuka kecuali DKI Jakarta. Di sana setiap orang punya chance yg sama untuk meraih sukses di sektor swasta dan pemerintahan. Bila kita ingin bicara kota per kota, menurut saya hanya Jakarta dan Surabaya yang benar-benar terbuka. Jakarta jadi melting pot secara nasional, dan Surabaya jadi melting pot wilayah timur. Di luar kedua kota itu, sukuisme dan rasisme masih merajalela. Dengar-dengar sih Medan dan Ujungpandang yg terparah. Tahu deh... Untuk itulah, perlu gebrakan bagaimana memberantas sikap SARA ini baik yg tersembunyi maupun yg terbuka yg dimiliki setiap orang. Jangan sampai kesalahan Broz Tito kita
Fwd: Don't be afraid to take a risk
(Author Unknown) Risk is something that we all fear. Yet it is only when we take a chance that we manage to change our lives and improved them. Whenever I am afraid to take a risk on something I always remember this quote: "You can't get to second base unless you have the courage to leave first". Today, I came across a small piece that I like to share with you: Risks: To laugh is to risk appearing the fool. To weep is to risk appearing sentimental To reach out for another is to risk involvement To expose your feelings is to risk exposing your true self. To place your ideas, your dreams before a crowd is to risk their loss. To love is to risk not being loved in return To live is to risk dying. To hope is to risk despair. But risks must be taken, because the greatest hazard in life is to risk nothing. The person who risks nothing, does nothing, has nothing, and is nothing. They may avoid suffering and sorrow, but they cannot learn, feel, change, grow, love, live. Chained by their attitudes, they are a slave, they have forfeited their freedom. Only the person who risks is free. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Fwd: Tragedi Kalimantan
Analisa yang sangat bagus tentang tragedi Kalimantan oleh Mahendra Siregar. Menurut penilaian saya pribadi, paling tidak ada tiga alasan mengapa tragedi di Kalbar tidak begitu ramai diperdebatkan di milis Bincang atau dalam wadah lainnya: 1. Kita kurang memahami permasalahan yang terjadi dengan baik, secara rasional maupun emosional. Pengetahuan kita mengenai Kalimantan dan suku-suku yang ada di sana sangat terbatas sehingga kita kekurangan bahan untuk mencerna persoalan yang terjadi secara rasional. Sedangkan secara emosional, mayoritas suku-suku di luar Kalimantan (kecuali Madura) merasa tidak memiliki "perasaan senasib" dengan saudara-saudara kita yang saling "baku-potong" itu. Hal ini berbeda dengan peristiwa di Ambon, yang walaupun sebagian besar dari kita sebenarnya sama tidak mengertinya dalam memahami persoalan di Ambon dengan Kalbar, tetapi kita memiliki "solidaritas" agama yang dapat membangkitkan sentimen emosional yang sangat kuat. Akibatnya, walaupun kita juga tidak mengerti persoalan di Ambon dengan benar dan lengkap, tetapi sesama kita (baik umat Islam maupun Kristen) langsung merasa "senasib" dengan saudara-saudara di Ambon secara emosional, sehingga hampir-hampir kita terjerumus dalam perang saudara. Terus terang saja, saya menilai perdebatan anggota Permias di milis ini mengenai Ambon lebih didorong oleh emosi solidaritas sesama pemeluk agama, ketimbang diskusi rasional yang semestinya terjadi di antara kaum intelektual. 2.Sebagian besar dari kita lebih senang mencari kambing hitam dari suatu persoalan daripada berusaha melihatnya sebagai suatu fenomena sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Saya tidak menyangkal kemungkinan adanya provokator di daerah-daerah yang menyulut pertumpahan darah diantara kelompok-kelompok masyarakat kita. Namun demikian, mengkambing-hitamkan provokator sebagai satu-satunya penyebab semua permasalahan bukan merupakan langkah yang tepat. Provokator itu dapat dianalogikan dengan korek api, sedangkan hubungan antar kelompok masyarakat kita adalah suatu tumpukan ilalang kering yang mudah dibakar. Oleh karena itu, disaat kita bersama-sama mencari para provokator itu dan menyeret mereka ke pengadilan, marilah kita sirami ilalang kering ini dengan air segar, sehingga korek-korek api sebesar apapun tidak akan sanggup membakarnya. "Penyakit" mencari kambing hitam ini juga menjalar ke berbagai pihak lain seperti menuduh keberpihakan atau kelambanan ABRI, Pemda dsb. Hal ini merupakan suatu sikap yang tidak tepat, karena sekali lagi hal itu mencoba mengingkari kenyataan yang terjadi di masyarakat kita. Kalau ABRI dianggap terlambat bereaksi, jangan terlalu cepat menuduh secara apriori. Jumlah anggota ABRI kita sangat kecil dibandingkan populasi, sekitar 1:500 orang, sedangkan rasio polisi adalah 1:1100. Bandingkan dengan negara-negara maju yang mencapai rasio 1:200 atau lebih rendah lagi. Dan jangan lupa, kondisi geografis kita yang didominasi oleh laut tentunya semakin menyulitkan mobilisasi Apkam dari satu daerah ke daerah lainnya. On top of that, infrastruktur, peralatan dan kemampuan SDM Apkam yang kita miliki masih minim. 3.Secara sadar atau tidak, kita terjerat dalam kerangka berpikir negara-negara besar (baca:Barat) dalam melihat dunia dari kacamata mereka. The Clash of Civilization-nya Huntington yang anda kutip itu terlalu mengeneralisir (dan exaggerate) signifikansi pertentangan antara agama sebagai suatu teori yang terjadi dimanapun, dan sepenuhnya adalah refleksi cara pandang negara-negara Barat. Sebagai contoh, persoalan mengenai kemerdekaan Palestina sering dianggap sebagai pertentangan antara Yahudi, Kristen dengan Islam. Itu adalah cara berpikir Barat yang selalu melakukan stereotyping terhadap persoalan Palestina sebagai persoalan bangsa Arab atau Islam. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah direbutnya secara paksa hak-hak kemerdekaan bangsa Palestina oleh Israel. Oleh karena itu, Indonesia senantiasa mendukung perjuangan bangsa Palestina menuntut dihormatinya hak kemerdekaan mereka, karena hal itu merupakan cara pandang bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kemerdekaan suatu bangsa. Saya yakin banyak dari kita yang terjebak dengan cara berpikir Barat itu dan juga menganggap bahwa dukungan Indonesia kepada Palestina adalah karena populasi terbesar rakyat kedua negara itu adalah sama-sama Islam. Itu keliru, karena sikap itu sama saja dengan mengakui bahwa cara pandang Barat yang benar. Indonesia selalu konsisten dalam Politik Luar Negerinya, tidak melihat latar belakang agama, bangsa dsb dalam menentukan sikap dan posisi terhadap suatu persoalan. Oleh karena itu, tragedi di Kalbar tidak terlalu disorot oleh media AS seperti kejadian di Ambon, karena tidak ada aspek "clash of civilization"-nya, sehingga kurang menarik. Padahal untuk bangsa Indonesia, persoalan di Kalbar, Kupang, Ambon, Aceh dan didaerah manapun adalah sama pentingnya. Penyebab Berbagai
Re: Korban Sambas
Setuju, Memang masalah SARA atau yang kata bung Pohan lebih tepat di katakan diskriminasi ini harus segera diundangkan dan diperjelas hukumnya. Bukan hanya dalam ruang lingkup struktur organisasi, tapi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat secara umum. Misalnya, pendapat seseorang baik lisan maupun tertulis yang bisa menyebabkan atau merangsang timbulnya pertentangan antar suku, agama, ras dan adat bisa di jerat dengan hukuman tertentu. Hal ini tentu saja bukan bermaksud untuk mengekang kebebasan berpendapat bagi seseorang, tapi lebih di dasarkan kepada tanggung jawab atas pernyataan yang di kemukakan yang mungkin bisa berkonsekwensi negatif terhadap persatuan dan kesatuan bangsa serta kemanusiaan. Tentu saja batasan batasannya harus jelas, dan tidak boleh dipolitisasi oleh kelompok tertentu (penguasa). Menanggapi tentang masalah promosi jabatan, kelihatannya hal ini akan sulit deh, soalnya kan masalah itu mengandung unsur subyektifitas yang tinggi. Seorang boss atau atasan kan punya semacam "hak prerogatif" dalam memilih bawahan yang akan di promosikan, khususnya di instansi swasta. Mungkin UU ketenaga kerjaan bisa mengatur dan memberikan batasan batasan tentang hak dan kewajiban seorang pegawai. Tapi sekali lagi untuk masalah promosi jabatan, khususnya di instansi swasta, sangat berhubungan erat dengan "hak prerogatif" si boss, dan ini merupakan masalah internal dari instansi yang bersangkutan. Barangkali aja rekan2 yang ahli hukum dan ketenaga kerjaan bisa ngasih gambaran yang lebih jelas. --- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Setelah melihat foto ibu yg baru melahirkan di harian SP ini, mungkin kita dapat menarik kesimpulan agar RUU tentang anti SARA segera diundangkan. Sayang kita tidak tahu isi RUU itu dengan jelas. Yang jelas di masa depan tidak boleh ada praktek SARA baik di dalam pergaulan dan di lingkungan kerja. Saat ini masih terdapat beberapa kasus yaitu: - suatu instansi di mana seluruh pegawainya mempunyai latar belakang etnis tertentu, baik entah di sengaja atau tidak. Bila hal ini terjadi, mekanisme untuk menuntut pimpinan instansi ybs perlu disiapkan dengan baik. Misal pimpinan orang Jawa, lalu bawahannya orang Jawa semua, kalau orang Batak lalu sampe ke tukang sapupun orang Batak...ini misal yg kadang terjadi di ibukota. Hal ini juga berlaku untuk perusahaan- perusahaan swasta. Bila terbukti perusahaan yang dimiliki etnis atau ras tertentu melakukana praktek rasialis dan sukuis, baik dilihat dari proporsi pegawai (jumlah dan jenjang karyawan), maka celah untuk menuntut perlu dibuka lebar-lebar. Ini juga permisalan saja. - perlakuan tidak adil dalam promosi yang dilakukan atas dasar asal usul. Misalnya, sukuapa ya... okay pegawai suku Dani yg bekerja di ... Samarinda. Jangan sampai pegawai ini dikalahkan oleh pegawai lain karena calon lain untuk menduduki jabatan tsb adalah orang asli Samarinda. Hal ini dapat digolongkan sebagai tindak SARA, sehingga tuntutan hukum perlu dimungkinkan. - banyak lagi. Di masa lalu SARA tidak boleh dibicarakan, dan jadi barang haram. Sebetulnya (menurut saya) masalah SARA perlu dibicarakan secara terbuka, dan praktek-praktek SARA tsb harus dihentikan dengan pasal-pasal pelarangan. Dengan kejelasan hukum ini, diharapkan korban perselisihan antar etnis, agama, ras seperti di Ambon dan Sambas, dan juga peristiwa Mei di Jakarta tidak terjadi. Jeratan hukum bagi pelanggar harus dijelaskan sejelas-jelasnya, dan hukuman bagi pelanggarnya harus cukup berat agar tindak pelanggaran dapat dieliminasi. http://www.suarapembaruan.com/News/1999/03/270399/index.html Salam, Jaya -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_) _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
akhirnya MA mendukung KPU
Akhirnya keputusan KPU untuk melarang menteri berkampanye disetujui oleh MA. Sekarang tinggal nunggu reaksi dari para menteri...berapa orang yang akan milih untuk kampanye...? baca berita selengkapnya di: http://www.jawapos.com/29mar/de29ma10.htm _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Komitmen Menyukseskan Pemilu
--- Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote: Kang Dodo: Gimana kalo kita ngusulin kepada beliau beliau yang terhormat para pemimpin partai dan orang2 nyang pinter itu untuk membikin pernyataan bersama dan di sampaikan kepada publik lewat tipi, radio, dan koran koran (dibantu para tukang koran) yang isinya kira2 gini: Yw: Setuju...pri', eh, nggak pake pri. 1. Pernyataan komitmen bersama seluruh komponen bangsa (termasuk ORANG LAMA dan ABRI) untuk melaksanakan pemilu secara jujur dan adil. Bila dipandang perlu, bisa diundang observer dari negara lain, serta dari lembaga lembaga independen yang dipercaya oleh masyarakat. Yw: Konkritnya, yg dihimbau itu Pak Habibie aja dulu, Dia membuat pernyataan resmi. Lantas, dia menghimbau para mentri dan pimpinan lembaga-lembaga negara/pemerintah (pusat daerah) utk secara resmi membuat pernyataan perihal (dukungan) pemilu. Akan halnya para partai, itu sukarela aja. Kalo sukarela kayanya akan susah deh, lha wong lagi anget2nya ngomongin reformasi ama demokrasi aja masih banyak terjadi pemaksaan kehendak kokam I too skeptical..? 2. Menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia dari golongan manapun untuk menerima hasil pemilu dan SU MPR demi terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa dan demi terwujudnya tatanan masyarakat madani yang lebih demokratis. Yw: Ini sih nanti aja, kalo pemilunya sudah terlaksana. Yg diperlukan khususnya partai-partai yg dapet suara banyak. Apa ndak telat kalo nunggu selesainya pemilu, kan permasalahan yang kita takutkan adalah kebesaran hati menerima hasil pemilu. Lha kalo nunggu pemilu terlaksana dulu kan agak telat, tapi bisa di coba juga deh (siapa yang mau nyoba...??) 3. Menghimbau kepada media masa, baik cetak maupun elektronik untuk semaksimal mungkin membantu mengawasi jalannya pemilu dan SU MPR serta menciptakan situasi yang kondusif bagi terwujud dan tarjaganya persatuan dan kesatuan bangsa. Yw: Ini pelengkap dari pernyataan no. 1. Setuju. tiga itu aja deh usulan dari saya, kalo kebanyakan ntar malah mbingungin, soalnya tiga itu aja akan lumayan susah untuk diwujudkan.. kalo ada yang mau nambahin atau ngoreksi ya silakan aja...wong namanya urun rembuk kok.. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: [none]
Maksud saya tuh, ngusulnya ndak hanya kepada pemerintah lho cak Budi..tapi kepada seluruh pihak (pemerintah dan partai partai politik). Kan mereka semua yang nantinya akan bertarung di gelanggang. Pemerintah hanya merupakan salah satu bagian dari keseluruhan itu. Lha kalo pemerintahnya masih enggan juga menerima usulan, barangkali aja para partai politik yang dipimpin para propesor itu mau ngerti dikittt...aja gitu lho. Syukur2 ngertinya agak banyak. --- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah bagus sekali idenya ! Cuman .., apa iya mereka-mereka itu bisa menerima usulan dari orang lain, apalagi dari yang namanya mahasiswa. Khan udah banyak korban 'usul' tsb. Tuh yang di Trisakti, Semanggi, dan lain-lainnya. Kayaknya sih Indonesia 'masih seperti yang dulu'. Salam, Budi Dodo D. wrote: Gimana kalo kita ngusulin kepada beliau beliau yang terhormat para pemimpin partai dan orang2 nyang pinter itu untuk membikin pernyataan bersama dan di sampaikan kepada publik lewat tipi, radio, dan koran koran (dibantu para tukang koran) yang isinya kira2 gini: 1. Pernyataan komitmen bersama seluruh komponen bangsa (termasuk ORANG LAMA dan ABRI) untuk melaksanakan pemilu secara jujur dan adil. Bila dipandang perlu, bisa diundang observer dari negara lain, serta dari lembaga lembaga independen yang dipercaya oleh masyarakat. 2. Menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia dari golongan manapun untuk menerima hasil pemilu dan SU MPR demi terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa dan demi terwujudnya tatanan masyarakat madani yang lebih demokratis. 3. Menghimbau kepada media masa, baik cetak maupun elektronik untuk semaksimal mungkin membantu mengawasi jalannya pemilu dan SU MPR serta menciptakan situasi yang kondusif bagi terwujud dan tarjaganya persatuan dan kesatuan bangsa. tiga itu aja deh usulan dari saya, kalo kebanyakan ntar malah mbingungin, soalnya tiga itu aja akan lumayan susah untuk diwujudkan.. kalo ada yang mau nambahin atau ngoreksi ya silakan aja...wong namanya urun rembuk kok.. --- Indra Adrisudiro [EMAIL PROTECTED] wrote: Harusnya sih gitu. Tapi gimana yah ? :) Baca tulisan anda, saya jadi mau tanya ama anda, gimana menurut anda kalau Indonesia bener-bener bubar ... bar ... bar ? :) Indra PS: Eniwei, gaya bahasanya serius amat sih ... mirip-mirip propaganda. Nyantai aja, Kang. --- Frarev Sitorus [EMAIL PROTECTED] wrote: Sebenarnya PEMILU Juni mendatang salah satu faktor penentu kelangsungan bangsa Indonesia, tetapi bukanlah yang paling penting. Satu hal yang paling terpenting adalah MEMPERTAHANKAN KESATUAN bangsa INDONESIA yang mulai pecah , yang merupkan benang merah kelangsungan bangsa Indonesia tercinta. Siapapun yang menjadi pemimpin bangsa Indonesia setelah PEMILU nanti, tetapi KESATUAN bangsa Indonesia sudah sirna ( dari sabang sampai Merauke ) maka sia-sialah semua cita - cita kita seluruh bangsa Indonesia. Bagaimana? KOCU _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Golkar dan Akbar
--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya kok heran dengan sikap ngotot Akbar Tanjung. Terus aja ngotot kayak gitu. Kalau kita bikin rating popularitas Golkar, yakin deh makin anjlok. Lalu mengapa ia begitu ngotot? Ya untuk nunjukin bahwa dia punya otot, sampe2 jidatnya pun berotot Semua juga sudah tahu kalau jabatan menteri adalah jabatan politis. Semua orang juga sudah tahu kalau harusnya menteri boleh kampanye. Tetapi kayaknya cuma dia yang nggak tahu kalau rakyat masih terbayang-bayang pengalaman pemilu di masa lalu. Kayanya sih dia tahu, cuman mungkin aja pengetahuannya di catet di buku sakunya, trus bukunya ikut kecuci, makanya sering lupa. Oya, kenapa bola dilempar BJH ke MA ya? Apa biar lolos dari ancaman Akbar bahwa Golkar hendak mencabut dukungan thd BJH bila BJH menyuruh menteri tidak kampanye? Yah biar dapet legitimasi lah, sehingga para menteri yang ngurusin parpol dan pengin berkampanye ndak akan ngintimidasi dia. Pertanyaan terakhir, seberapa besar sih pengaruh perolehan suara oleh kampanye Akbar? Apa AT akan kehilangan sesuatu bila dia tidak kampanye? Yang jelas kehilangan teh yang disiapin panitia untuk juru kampanye. -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_) _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Untuk administratur
Untuk bung administratur (biar nggak dikoreksi seperti provokator=provokatur): alamat email [EMAIL PROTECTED] nih di coret aja deh biar ndak mbalikin email mulu... masa tiap kirim posting selalu ada returned e-mail dari alamat itu.. tolong deh.. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
menteri ndak kampanye
Tolong nih kalo ada yang paham, bagi2 dong infonya... gini nih, saya kok masih agak bingung tentang masalah menteri ndak boleh ikut kampanye. Kelihatannya ini sebuah permasalahan yang menarik, apalagi si Akbar Tanjung tetep ngotot untuk ikut kampanye meskipun oleh KPU udah diputuskan bahwa menteri ndak boleh ikut kampanye. Kemudian setelah putusan KPU itu di serahkan kepada presiden untuk diundangkan, si Habibie ternyata kelihatan agak mbingungi, trus di lemparkan ke MA untuk mendapatkan legitimasi atau dasar hukum yang kuat sebelum diundangkan. Kalaupun MA nanti menyetujui, Habibie katanya juga akan memandatkan urusan itu kepada Mendagri untuk urusan mengundangkannya. Ini kan memperlihatkan bahwa Habibie punya ketakutan untuk mengambil resiko dengan mengatakan secara langsung bahwa menteri di larang kampanye. Mungkin ini akibat dari ancaman golkar untuk menarik dukungannya kepada BJH apabila dia melarang menteri untuk kampanye. Yang menarik lagi bagi saya, si Akbar pernah mengatakan kalo ndak salah, menteri yang mau kampanye harus cuti atau berhenti jadi menteri. Terus si Hamzah Haz kemaren di kompas bilang, kalau menteri aktif filarang untuk kampanye, maka dia akan milih untuk kembali ke PPP dan melaksanakan kampanye. Dua pertanyaan yang membingungkan saya adalah..: 1. Kalau ternyata MA menyetujui bahwa menteri dilarang ikut kampanye, kemudian si Hamzah Haz keluar dari kabinet untuk berkampanye, kemudian sebagian besar menteri juga ikut2 si Hamzah ini, lha terus siapa nantinya yang akan ngerjain tugas2 menteri selama masa kampanye..?? 2. Gimana seandainya seorang menteri ndak ikut kampanye, tapi menghadiri acara kampanye dan duduk di panggung, pake seragam parpol sambil duduk minum teh anget dan makan pisang goreng...apakah ini juga dilarang..? tolong deh di jelasin kalo ada yang tahu mekanismenya, biar ndak mbulet kaya kentutnya brimob.. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Golkar dan Akbar
Ini artikel dari Detik.com yang cukup menarik untuk disimak dan barangkali ada yang pengin ngasih tanggapan juga: === Jumat, 26 Maret 1999 Jika Ada Negara Lain Ijinkan Anggota KPU Kampanye Ryaas Rasyid Akan Bunuh Diri Reporter : Nurul Hidayati detikcom, Jakarta - Kontroversi menteri tak boleh kampanye dan anggota KPU boleh berkampanye masih berlanjut. Bahkan Dirjen PUOD Depdagri, Prof.DR.Ryaas Rasyid rela bunuh diri jika ada contoh di negara lain yang anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU)-nya boleh berkampanye. Ryaas menyatakan hal itu ketika ditemui wartawan di sela-sela Rapat Paripurna pembentukan sebelas Dati II baru di Gedung DPR RI, Jumat (26/003/1999) pukul 10.00 WIB. Ryaas mengingatkan juga, sebaiknya bangsa Indonesia ini jangan menjadi bangsa yang paling lucu di dunia. "Adakah negara demokrasi yang anggota KPU-nya boleh berkampanye?"tanya Ryaas. "Coba sebutkan saja satu contoh saja. Kalau ada satu saja negara demokrasi yang memperbolehkan anggota KPU berkampanye, saya akan bunuh diri di depan Anda,"begitu tantang Ryaas di depan para wartawan. Tentu saja, apa yang diucapkan Ryaas itu bukan sekadar guyon. Ryaas mengucapkan tekatnya itu dengan nada dan mimik yang serius. Ryaas kemudian juga membidik keputusan KPU yang melarang pejabat tinggi negara termasuk menteri untuk kampanye. Ryaas mengatakan, tak ada satu negara demokrasi pun yang melarang anggota Parpol yang menjadi menteri untuk berkampanye. Ryaas pun curigai, keputusan KPU itu motifnya hanya satu, yakni supaya Golkar tidak bisa menggunakan kader-kadernya yang menjadi menteri untuk berkampanye. "Keputusan KPU jelas-jelas tidak membangun sebuah sistem yang baik,"tandas Ryaas. "Dan sekarang saya mau tanya kepada Anda, setelah lima tahun lagi, setelah banyak menteri berasal dari Parpol, apakah larangan itu masih dipakai. Saya tidak yakin bangsa Indonesia sudah tidak konsisten lagi,"kata Ryaas. Menurut Ryaas, ide pembentukan KPU itu bukanlah ide orisinal dari dalam negeri, melainkan ide yang diadaptasi dari luar negeri. Dan di luar negeri, tak ada satu negara pun yang memiliki lembaga semacam KPU itu, yang memperbolehkan anggota KPU-nya melakukan kampanye. Dan lagi, kata Ryaas, berdasarkan Pasal 46 ayat 6 UU No.3/1999 Tentang Kampanye, tugas KPU itu hanyalah menetapkan tata cara berkampanye. Bagi Ryaas, keputusan yang diambil oleh KPU itu sifatnya hanya mengembangkan masalah yang kontroversial saja. Padahal, menurut Ryaas, banyak hal lain yang lebih penting dalam persiapan pelaksanaan Pemilu yang bisa dikerjakan oleh KPU. "Kontroversial yang dibuat KPU itu siapa tahu untuk menarik simpati. Kebetulan kan bangsa Indonesia sedang sebal sama pemerintah. Jadi itu dimanfaatkan. Namun itu jelas tidak membangun sistem yang baik,"kata Ryaas. Untuk diketahui saja, keputusan KPU yang melarang menteri berkampanye sudah merupakan keputusan final dari KPU. Keputusan itu, menurut Ketua KPU Rudini, diputuskan secara demokratis yang diikuti juga oleh wakil dari Pemerintah. "Kalau kemudian dalam voting yang usul menteri boleh kampanye kalah, ya jangan lantas marah-marah. Pemerintah semestinya menghormati keputusan KPU,"kata Rudini. Dan mengenai anggota KPU boleh kampanye atau tidak, kata Rudini, semua itu terserah kepada anggota KPU. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Golkar dan Akbar
Lhaa..kalo ada orang yang merujuk sebuah permasalahan politik ke negara2 yang sudah demokrasi duluan, terus kita balikkan dengan pertanyaan "emangnya negara kita udah demokrasi..??" ini kok berimplikasi bahwa kita skeptis terhadap langkah "demokratisasi" yang sebenarnya diinginkan oleh kita semua. Lha kalau setiap keinginan untuk mencontoh demokrasi negara lain yang sudah lebih mapan, kemudian kita balikkan dengan pertanyaan pertanyaan semacam itu...terus kapan proses demokrasi bisa dijalankan..??? Misalnya saya mengatakan "kalau kita mau demokrasi, maka kita harus belajar untuk bisa menerima perbedaan pendapat dengan besar hati, menerima kekalahan dengan lapang dada, karena itu merupakan ciri demokrasi di negara manapun". Kemudian perkataan saya itu di balikkan dengan pertanyaan, "emangnya negara kita udah demokrasi..? " lha terus kapan negara kita akan bener...?? Wallahu 'alam bisshawab deh.. --- Alvian Marzan [EMAIL PROTECTED] wrote: "Adakah negara demokrasi yang anggota KPU-nya boleh berkampanye?"tanya Ryaas. Jawaban saya: Lho, emang Indonesia termasuk negara demokrasi?? Salam, alvi -Original Message- From: bRidWaN [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Saturday, 27 March 1999 9:10 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Golkar dan Akbar "Adakah negara demokrasi yang anggota KPU-nya boleh berkampanye?"tanya Ryaas. Ini Penyataan yang ingin dikomentari ? Rupanya Negara kita sudah menjadi Negara Demokrasi ? Coba kalau saya diperbolehkan bertanya : "Adakah Negara didunia yang memperbolehkan Pemimpinnya untuk mengumpulkan uang pribadi sebanyak-banyaknya ?" "Adakah Negara Demokrasi didunia yang memperbolehkan para Pemimpinnya bertindak semau gue ?" KPU adalah KPU, singkatan dari Komisi Pemilihan Umum, yaitu semacam Badan Pelaksana Pemilu, artinya Organisasi yang mengurus Pemilu secara 'keseluruhan', setelah Komisi Sebelas menseleksi Parpol yang boleh ikut Pemilu. Mungkin ada yang masih belum mengerti arti dan tugas KPU ? Saya juga belum mengerti benar sih..:) Salam, bRidWaN +++++++ At 09:48 26/03/99 -0800, Dodo D. wrote: Ini artikel dari Detik.com yang cukup menarik untuk disimak dan barangkali ada yang pengin ngasih tanggapan juga: == Jumat, 26 Maret 1999 Jika Ada Negara Lain Ijinkan Anggota KPU Kampanye Ryaas Rasyid Akan Bunuh Diri Reporter : Nurul Hidayati detikcom, Jakarta - Kontroversi menteri tak boleh kampanye dan anggota KPU boleh berkampanye masih berlanjut. Bahkan Dirjen PUOD Depdagri, Prof.DR.Ryaas Rasyid rela bunuh diri jika ada contoh di negara lain yang anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU)-nya boleh berkampanye. Ryaas menyatakan hal itu ketika ditemui wartawan di sela-sela Rapat Paripurna pembentukan sebelas Dati II baru di Gedung DPR RI, Jumat (26/003/1999) pukul 10.00 WIB. Ryaas mengingatkan juga, sebaiknya bangsa Indonesia ini jangan menjadi bangsa yang paling lucu di dunia. "Adakah negara demokrasi yang anggota KPU-nya boleh berkampanye?"tanya Ryaas. "Coba sebutkan saja satu contoh saja. Kalau ada satu saja negara demokrasi yang memperbolehkan anggota KPU berkampanye, saya akan bunuh diri di depan Anda,"begitu tantang Ryaas di depan para wartawan. Tentu saja, apa yang diucapkan Ryaas itu bukan sekadar guyon. Ryaas mengucapkan tekatnya itu dengan nada dan mimik yang serius. Ryaas kemudian juga membidik keputusan KPU yang melarang pejabat tinggi negara termasuk menteri untuk kampanye. Ryaas mengatakan, tak ada satu negara demokrasi pun yang melarang anggota Parpol yang menjadi menteri untuk berkampanye. Ryaas pun curigai, keputusan KPU itu motifnya hanya satu, yakni supaya Golkar tidak bisa menggunakan kader-kadernya yang menjadi menteri untuk berkampanye. "Keputusan KPU jelas-jelas tidak membangun sebuah sistem yang baik,"tandas Ryaas. "Dan sekarang saya mau tanya kepada Anda, setelah lima tahun lagi, setelah banyak menteri berasal dari Parpol, apakah larangan itu masih dipakai. Saya tidak yakin bangsa Indonesia sudah tidak konsisten lagi,"kata Ryaas. Menurut Ryaas, ide pembentukan KPU itu bukanlah ide orisinal dari dalam negeri, melainkan ide yang diadaptasi dari luar negeri. Dan di luar negeri, tak ada satu negara pun yang memiliki lembaga semacam KPU itu, yang memperbolehkan anggota KPU-nya melakukan kampanye. Dan lagi, kata Ryaas, berdasarkan Pasal 46 ayat 6 UU No.3/1999 Tentang Kampanye, tugas KPU itu hanyalah menetapkan tata cara berkampanye. Bagi Ryaas, keputusan yang diambil oleh KPU itu sifatnya hanya mengembangkan masalah yang kontroversial saja. Padahal, menurut Ryaas, banyak hal lain yang lebih penting dalam
Re: menteri ndak kampanye
Matur suwun cak Brawi atas penjelasannya, rasanya sudah cukup mengena dan relevan dengan pertanyaan yang saya ajukan, tapi alangkah baiknya kalau rekan2 ada yang ahli tata negara (seperti kata cak Brawi) terus mau menjelaskan lebih detail permasalahan ini.. --- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Sebetulnya kite ndak paham, tapi berhubung yg punya bekgron ISIP biasanya agak pelit kasih opini, apalagi bagi info, ya sudah dibahas sendiri aja. Kalau mau sih nembak Tante Ida aja. Cuma sayang den ayune lebih seneng bikin puisi. Ya memang kalau ngomong di milis ndak ada untungnya, laen dengan seminar misalnya. Makanya kite rada skeptis juga. AT bikin statement menteri boleh cuti untuk kampanye kan sebelum KPU bikin larangan. Bung BRidwan bilang segala sesuatu yg terkait dg pemilu jadi urusan KPU sih bener. Tapi kan bakal bentrok dengan urusan teknis administratif. Soalnya KPU endak punya kekuatan hukum untuk melarang menteri atau PNS. Setelah KPU bikin itu keputusan, AT en temen-temen cuma punya 2 options yaitu keluar sebagai menteri atau tetap jadi menteri tapi endak kampanye. Pertanyaan (pengetesan?) Bung Dodo kalau para menteri pada rame-rame keluar bagaimana? Menurut saya nggak akan terjadi. Soalnya: - Menteri terikat sumpah untuk membantu presiden, kalau mbalelo pada keluar kan berarti mencoreng muka presiden, yaitu sang majikan. Makin rumit lagi karena current president mereka calonkan jadi presiden mendatang. Jadinya kan aneh, mbalelo sekaligus nyalonin lagi. Lagipula by nature menteri nggak bakal ngasih akses bawahannya untuk berhubungan dengan presiden. Entar pengganti sementara ini yg dijadiin menteri, baru deh pada kapok. - Kalau sebagian besar menteri keluar, secara tidak langsung kabinet demisioner. Lha wong endak bisa menjalankan tugas Jadi kayaknya presiden wajib menyusun kabinet baru untuk menjalankan roda pemerintahan. Penjabat menteri, misal oleh Sekjen atau Staf ahli menteri, atau Dirjen kayaknya sih ndak bakal boleh. Soalnya kebanyakan. Kalau di tingkatan lebih bawah sih orang cuti aja dibatasin. Misal ada 5 direktur, paling dirjen membolehkan 2 orang direktur untuk cuti, lebih dari itu dirjennya berarti cari penyakit. - Presiden punya hak untuk menolak permohonan menteri yg mau berhenti. Nah, nanti urusannya jadi balik lagi. Muka presiden yg babak belur lagi. Kalau Akbar sih ndak mungkin senekat itu, soalnya bisa diartikan bakal melorot BJH sekaligus menunjukkan ambisi dia. Kalau Hamzah Haz doang sih mungkin bisa. Cuman satu menteri berarti boleh dong ditunjuk seorang penjabat menteri. Eh, ada nggak sih? Kalau dari sekjen kok nggak pernah denger. Tapi kalau urusan digabung oleh menteri lain sih pernah. Tapi bakal banyak kerjaan kantor yg terbengkelai karena penjabat menteri ndak menguasai masalah, dan cenderung menunda kerjaan aja. Gimana kalau cuman duduk di panggung sambil minum teh anget dan nyolek- nyolek artis? Berarti dia bukan jurkam. Tapi dia kampanye. Yang namanya kampanye kan bukan berarti harus koar-koar. Lha wong misal kita cuma di-foto pake seragam parpol lalu foto itu diiklankan berarti kita juga sudah kampanye kok. Hayo siapa yg ahli tata negara? Kali aja mau bagi info. Eh, ane baru tahu kalo kentut bisa mbulet. '--- "Dodo D." wrote: Tolong nih kalo ada yang paham, bagi2 dong infonya... gini nih, saya kok masih agak bingung tentang masalah menteri ndak boleh ikut kampanye. Kelihatannya ini sebuah permasalahan yang menarik, apalagi si Akbar Tanjung tetep ngotot untuk ikut kampanye meskipun oleh KPU udah diputuskan bahwa menteri ndak boleh ikut kampanye. Kemudian setelah putusan KPU itu di serahkan kepada presiden untuk diundangkan, si Habibie ternyata kelihatan agak mbingungi, trus di lemparkan ke MA untuk mendapatkan legitimasi atau dasar hukum yang kuat sebelum diundangkan. Kalaupun MA nanti menyetujui, Habibie katanya juga akan memandatkan urusan itu kepada Mendagri untuk urusan mengundangkannya. Ini kan memperlihatkan bahwa Habibie punya ketakutan untuk mengambil resiko dengan mengatakan secara langsung bahwa menteri di larang kampanye. Mungkin ini akibat dari ancaman golkar untuk menarik dukungannya kepada BJH apabila dia melarang menteri untuk kampanye. Yang menarik lagi bagi saya, si Akbar pernah mengatakan kalo ndak salah, menteri yang mau kampanye harus cuti atau berhenti jadi menteri. Terus si Hamzah Haz kemaren di kompas bilang, kalau menteri aktif filarang untuk kampanye, maka dia akan milih untuk kembali ke PPP dan melaksanakan kampanye. Dua pertanyaan yang membingungkan saya adalah..: 1. Kalau ternyata MA menyetujui bahwa menteri dilarang ikut kampanye, kemudian si Hamzah Haz keluar dari kabinet untuk berkampanye, kemudian sebagian besar menteri juga ikut2 si Hamzah ini, lha terus siapa nantinya yang akan ngerjain tugas2 ment
Re: GUS DUR TAK DUKUNG MEGA?
di ilangin. Menanggapi posting apakah kita siap menghadapi kenyataan hasil Pemilu, kayaknya sih nggak siap. .di sensor. Kalau Golkar menang gimana? Kayaknya bakal ada kerusuhan besar juga. Entah kalau para pemimpin partai yg kalah ini sanggup meredam. Makanya transparansi pemilu mesti bener-bener dijamin. Itu juga belum menjamin, wong sepakbola jelas-jelas kasat mata kalah aja supporter bisa ngamuk. Apalagi yg ini masih pake transparansi, jadi rada burem juga Moga-moga aja tebakan saya salah. .di busek... Nah...itulah yang kemaren saya bilang jadi pertanyaan gede di jidat saya yang udah mulai keluar urat nih... Kok kayanya ndak ada ketua partai yang menyadari pontensi konflik pasca pemilu nanti. Kalau memang kita menginginkan warna demokrasi yang lebih cerah di negara kita pada era reformasi ini, ya seharusnya potensi konlfik yang bisa meledak akibat perbedaan pendapat, kecurigaan, ketidak percayaan serta SARA menjadi salah satu perhatian khusus dari semua pihak, baik pemerintah maupun para pemimpin partai politik. Seharusnya di tengah2 perbedaan pendapat (yang memang menjadi salah satu ciri dari dinamika demokrasi), semua pihak juga menyadari permasalahan yang sangat substansial ini, dan di cari jalan pemecahan maupun pengecagannya. Ambillah asumsi bahwa faktor yang paling dominan adalah kesadaran politik masyarakat yang masih rendah, berarti ini tugas para ketua partai politik untuk ikut andil dalam pendidikan politik rakyat, sehingga rakyat lebih dewasa, dan lebih bisa berfikir rasional di dalam berpolitik. Jangan justru memberikan contoh yang tidak baik seperti kasus kelompok 12 kemaren. Kalo mau mencontoh dikttt...aja, mungkin kita bisa melihat proses impeachment nya si Clinton kemaren. Meskipun di Congress terjadi perdebatan sengit antara kelompok Republican ama Democrat, dan di masyarakatpun berkembang perbedaan opini, tapi setelah dinyatakan bahwa Clinton masih berhak untuk nduduki kursinya, toh semua bisa menerima dengan besar hati, nggak sampe terjadi tawuran antara republican dan demokrat. Lha kalo kita kan belum bisa begitu. Dimana ada perbedaan, eee...para pemuka partainya masih sering ngomporin para pendukungnya, njelek njelekin partai yang lain, nyurigain partai lawannya de el el, de es be. Akhirnya ini menimbulkan opini negatif di jidat dan otot para pendukungnya, dan begitu dua kelompok berhadapan, yang ada ya adu otot. Kan repot Saya sih sebagai rekyat jelata, cuman menyarankan, mbok ya para yang terhormat tokoh2 partai itu mikirin yang beginian ini. Wong hampir semuanya lulusan perguruan tinggi (kecuali satu), bahkan banyak yang sudah doktor, insinyur, master dan segala embel embel lainnya. Mbok ya atribut2 yang terpasang di belakang nama itu dimanfaatkan untuk mendidik moral dan kesadaran politik para pengikutnya yang 95% nggak punya embel embel di belakang namanya. Tentu saja, bukan cuman mendidik dengan kata2, orasi, pernyataan2kalo itu sih, nenek nenek juga bisa, tapi ya dikasih contoh. Pemimpin sendiri seharusnya memulainya dari dalam diri mereka masing2, kemudian memberi contoh dan mengarahkan para pengikutnya. Kalau ini bisa dilaksanakan, Insya Allah kekuatiran kita ndak akan terjadi. Tapi kok untuk melaksanakannya itu yang kelihatannya agak susah...au ah...elap..namanya juga cuman oret oret. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Agresi NATO
Wah, persoalan ini agak mbingungkan, Saya pernah ngobrol ama seorang bule yang pernah jadi sukarelawan medis di sana, dia bilang seharusnya udah dari dulu2 si Amerika (atas nama NATO) melancarkan serangan militer ke Kossovo. Dalam hal ini si temen bule melihatnya dari sudut pandang kemanusiaan (HAM). Kemudian kalau saya ngobrol masalah ini juga dengan rekan2 muslim, hampir seperti paduan suara semuanya mengatakan bahwa seharusnya Amrik bertindak keras untuk menyelesaikan masalah di Kossovo. Dasar yang diambil oleh yang kedua ini adalah, bahwa si Amrik terkesan ndak adil. Ketika Irak menyerang Kuwait, seperti tanpa di minta dan di komando, Amrik langsung bereaksi mengerahkan pasukannya, meskipun pada tahap awalnya sempat menimbulkan pro dan kontra di konggres nya. Tapi terhadap masalah Palestina dan Bosnia, Amrik terkesan enggan untuk bertindak. Sekarang, setelah kemaren Amrik bersama NATO nya ngebom Yugo, banyak orang rame rame menentangnya, termasuk beberapa negara islam (tadi disebutin di CNN, Irak, Iran dan Indonesia). Lha kan memang repot Saya kebetulan pernah ngobrol di warung tegal bersama seorang kolonel marinir Amrik dan saya nanyain pendapatnya tentang kritik yang dilontarkan oleh negara lain terhadap "arogansi" amerika yang demen intervensi militer ke negara2 yang punya masalah. Bapak kolonel itu bilang, ini memang dilema bagi Amrik. Pada saat di suatu wilayah terjadi konflik apapun bentuknya yang mengarah kepada pelecehan demokrasi dan HAM, dan sepertinya tidak bisa di selesaikan dengan perundingan, dunia cenderung melirik kepada US untuk mengadakan intervensi untuk menyelesaikannya. Kenapa hanya nglirik...? lha banyak juga yang terkesan munafik, gengsi untuk ngelihat langsung dan minta tolong secara terang terangan. Jadi dengan nglirik, suatu saat akan gampang memalingkan muka dan melihat ke tempat lain. Ketika Irak invasi ke kuwait, negara lain hanya diam sambil lirik lirikan, karena agak takut juga sih kalo ikut2an musuhin Irak. Kemudian tampillah si Amrik sebagai pendekar demokrasi dan HAM. Dengan segudang argumen politik, akhirnya Amrik berhasil ngajak temen2nya untuk bergabung dalam pasukan multinasional. Setelah penyerangan terjadi, dan ada satu dua "musuh" Amrik yang berkomentar, akhirnya yang tadinya cuman lirik2an doang, merasa perlu untuk ngelihat ke tempat lain dan ikut2an berkomentar. Disinilah dilemanya (menurut bapak kolonel itu lho..) Pada saat konlfik yang terjadi di teluk persi hanya melibatkan AMrik dan Irak, tanpa kuwait dan tetangga lainnya, akhirnya semua berani berkomentar dan menentang tindakan AMrik, termasuk Arab yang melarang wilayahnya dijadikan basis pasukan darat AMrik. Dari obrolan obrolan ini, saya melihat bahwa dilema ini akan dialami oleh si pendekar HAM, Amrik, dimana mana. Gejala lirik lirikan kemudian berpaling muka ini juga sepertinya sedang terjadi dalam menyikapi masalah Kossovo ini. Saya pribadi sebagai manusia ndak setuju terhadap intervensi militer oleh NATO atau siapapun terhadap wilayah negara lain, apalagi Kossovo secara yuridis formalnya merupakan bagian dari Yugo, jadi menurut saya, secara hukum internasional juga Amrik sudah nyalahi aturan. Akan tetapi kalau melihat konflik yang berkepanjangan dan tak kunjung selesai, serta jatuhnya korban yang makin banyak akibat pertikaian etnik ini, saya melihat ada benarnya juga serangan NATO terhadap Kossovo (Serbia). Perundingan perundingan damai sudah di tempuh, tapi sampai sekian lama belum membuahkan hasil, sementara pelecehan HAM, pembantaian dan segala jenis kejahatan kemanusiaan lainnya terus berlangsung. Kalau Amrik ndak cawe cawe dan bertindak keras, mungkin konflik itu ndak akan pernah terselesaikan, dan akan semakin banyak lagi nyawa yang hilang. Dengan aksi militer ini, Amerika mungkin melanggar kedaulatan negara lain, dan penyerangan itu sendiri bisa menimbulkan korban jiwa. Tapi bila itu bisa membuahkan hasil dengan berhentinya konflik yang sudah kronis, saya rasa sih ndak usah terlalu disalahkan.. itu hanya pendapat saya lho... --- "FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY" [EMAIL PROTECTED] wrote: AWW, Hiyaaa. NATO ngebom Yugoslavia. Ada komentar? Kalau menurut saya sih serangan NATO melanggar kedaulatan negara Yugoslavia. Bagaimanapun juga Kosovo adalah bagian daripada negara Yugoslavia. Memang orang Serbia ada radanya. Mereka menganggap etniknya lebih baik dari etnik yang lain. Yang lain dianggap cuma numpang dan perlu dikontrol. Di masa lalu usaha pemersatuan memang agak aneh, paling tidak menurut ukuran yg nulis. Penggunaan abjat latin oleh orang Kroasia dan abjat greco oleh orang Serbia tidak menunjukkan usaha persatuan. Penggunaan tiga bahasa dalam mata uang mereka juga menunjukkan adanya sentimen etnik untuk menang-menangan. Yang jadi pertanyaan buat saya sendiri sih, seberapa jauh suatu daerah berhak mendirikan negara sendiri, dan seberapa jauh current pemerintah boleh menumpas pemberontakan itu. Itu bila saya diperbolehkan menggunakan istilah tsb lho.
Re: [none]
Gimana kalo kita ngusulin kepada beliau beliau yang terhormat para pemimpin partai dan orang2 nyang pinter itu untuk membikin pernyataan bersama dan di sampaikan kepada publik lewat tipi, radio, dan koran koran (dibantu para tukang koran) yang isinya kira2 gini: 1. Pernyataan komitmen bersama seluruh komponen bangsa (termasuk ORANG LAMA dan ABRI) untuk melaksanakan pemilu secara jujur dan adil. Bila dipandang perlu, bisa diundang observer dari negara lain, serta dari lembaga lembaga independen yang dipercaya oleh masyarakat. 2. Menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia dari golongan manapun untuk menerima hasil pemilu dan SU MPR demi terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa dan demi terwujudnya tatanan masyarakat madani yang lebih demokratis. 3. Menghimbau kepada media masa, baik cetak maupun elektronik untuk semaksimal mungkin membantu mengawasi jalannya pemilu dan SU MPR serta menciptakan situasi yang kondusif bagi terwujud dan tarjaganya persatuan dan kesatuan bangsa. tiga itu aja deh usulan dari saya, kalo kebanyakan ntar malah mbingungin, soalnya tiga itu aja akan lumayan susah untuk diwujudkan.. kalo ada yang mau nambahin atau ngoreksi ya silakan aja...wong namanya urun rembuk kok.. --- Indra Adrisudiro [EMAIL PROTECTED] wrote: Harusnya sih gitu. Tapi gimana yah ? :) Baca tulisan anda, saya jadi mau tanya ama anda, gimana menurut anda kalau Indonesia bener-bener bubar ... bar ... bar ? :) Indra PS: Eniwei, gaya bahasanya serius amat sih ... mirip-mirip propaganda. Nyantai aja, Kang. --- Frarev Sitorus [EMAIL PROTECTED] wrote: Sebenarnya PEMILU Juni mendatang salah satu faktor penentu kelangsungan bangsa Indonesia, tetapi bukanlah yang paling penting. Satu hal yang paling terpenting adalah MEMPERTAHANKAN KESATUAN bangsa INDONESIA yang mulai pecah , yang merupkan benang merah kelangsungan bangsa Indonesia tercinta. Siapapun yang menjadi pemimpin bangsa Indonesia setelah PEMILU nanti, tetapi KESATUAN bangsa Indonesia sudah sirna ( dari sabang sampai Merauke ) maka sia-sialah semua cita - cita kita seluruh bangsa Indonesia. Bagaimana? KOCU _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: kodam (fwd) Tentara Milisia/ Tentara Daerah
Tambahan aja deh.. Kalau berbicara masalah peningkatan kualitas SMD di tubuh ABRI (Angkatan Darat khususnya) kita perlu memberikan acungan jempol kepada Prabowo, despite of citra buruk yang sekarang di sandangnya berhubungan dengan kasus Mei 98. Tanpa melihat darimana dia memperoleh dana untuk memperbaiki, mempermodern, dan meningkatkan kualitas ABRI (AD/Kopassus), dia adalah salah satu contoh (dan mungkin satu satunya) perwira ABRI yang berani mengadakan perubahan. Diapun merupakan contoh seorang pemimpin ABRI yang punya visi jauh ke depan. Sayangnya, ambisi politiknya terlalu besar, sehingga dia terjebak oleh ambisinya sendiri dan mengambil langkah langkah yang salah. Namun demikian, kontribusinya dalam pengembangan SDM ditubuh AD, serta modernisasi tentara kita sangat besar, dan mungkin tidak akan tertandingi oleh perwira lain, Wiranto sekalipun. 2 tahun lalu dia mengirimkan perwira perwiranya untuk belajar di luar negeri (US, UK, Australia dan New Zealand) dengan tujuan agar mempunyai wawasan yang lebih demokratis, lebih luas dan akhirnya dapat memajukan ABRI. Dari situlah kemudian muncul master2 di angkatan darat yang tentunya diharapkan bisa memberikan warna baru yang lebih baik. Hanya sayangnya, di dalam tubuh ABRI sendiri Prabowo banyak punya musuh, sehingga program yang sangat bagus tersebut tidak mendapat banyak dukungan, bahkan terkesan dicuekin. Dampak yang timbul adalah, para perwira yang berkualitas tersebut akhirnya kembali ke kesatuan asal mereka, dan tidak punya kesempatan untuk mengembangkan ide ide ataupun gagasan gagasan dari pengetahuan yag di perolehnya selama belajar di luar negeri. Inilah kesalahan para pemimpin ABRI kita, sentimen pribadi sering mewarnai hubungan diantara mereka dan sering pula berdampak terhadap pembangunan tubuh ABRI sendiri. Saat ini, masih ada beberapa siswa lulusan SMA TN yang disekolahkan di sekolah militer Norwich (dulunya di biayai oleh Prabowo, dan sekarang diambil alih oleh AD). Mereka adalah putra2 terbaik yang diharapkan bisa menjadi perwira2 andalan di masa depan. Seperti yang dikatakan bung Brawi, mereka juga mendapatkan respect dan cukup disegani oleh teman2 bule mereka, karena mereka mampu membuktikan bahwa siswa Indonesia tidak kalah kualitasnya dengan orang Amerika. Bahkan ada yang GPA nya selama 4 semester mencapai 4.0. Ini merupakan salah satu upaya TNI-AD (yang semula di pelopori oleh Prabowo) yang patut di acungi jempol dalam rangka peningkatan kualitas SDM ditubuh ABRI, khususnya AD. Kesimpulannya, jadi sebenarnya ABRI sendiripun sedang berusaha untuk membenahi dirinya, hanya tuntutan masyarakat sepertinya lebih gencar daripada langkah yang diambil oleh ABRI sendiri, sehingga kelihatan ABRI kedodoran. Di satu pihak, di kritik habis habisan dari kanan kiri, dan di lain pihak dipusingkan oleh berbagai kerusuhan yang bisa dikatakan berskala nasional. Mungkin ini yang menimbulkan kelambanan ABRI dalam berbenah diri dan merespon tuntutan masyarakat, disamping faktor reluctance dari para pemimpinnya yang sebagian besar masih sisa2 ORANG LAMA. Semoga cepat berbenah diri deh.. ---FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah serasa ikut kuliah kewiraan lagi nih, definisi keamanan dan pertahanan jadi diperjelas. Bentar lagi HTAG bakal keluar nih. Saya setuju dengan pendapat Bung Dodo bahwa secara kuantitaspun ABRI mestinya ditambah, bukannya dikurangi. Kualitas sih emang jelas mesti diperbaiki, walaupun denger-denger personil yg disekolahkan ke US biasanya mendapat respek dari orang-orang bule sendiri. Beberapa bincang teman di sekolahan dengan bule-bule west point itu juga bilang demikian. ..di busek.. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: The Siege
Saya melihat adanya kesamaan dan perbedaan antara kasus yang dialami oleh Bruce Willis (sebagai U.S. Army Maj.Gen) dengan kasusnya Prabowo (Ind. Army LG) Mei yang lalu. Kesamaannya, dua duanya menggunakan cara2 represif dan membabi buta dalam menangani masalah yang berakhir dengan "masuk kotak" nya sang Jendral. Kesamaan lainnya adalah, kunci dari permasalahan berada di pimpinan US Army maupun FBI, sedangkan para bawahan tahunya hanyalah melaksanakan perintah (khususnya yang tentara). Ironis juga memang, akhirnya para bawahan yang hanya bertindak sebagai eksekutor lapangan ini yang ikut memikul akibatnya, di caci maki oleh rakyat. Padahal kalau disuruh memilih, mungkin mereka lebih memilih untuk latihan perang aja di hutan, tanpa harus berurusan dengan rakyat sendiri. Perbedaannya, si U.S. Army membawa pasukannya masuk kota atas dasar perintah/permintaan dari politikus di Gedung Putih sedangkan Prabowo lebih di dasarkan atas inisiatifnya sendiri yang dilandasi oleh ambisi politik pribadinya. Perbedaan yang lain, seperti yang disampaikan Bung Efron, U.S. Army setelah menyadari kekeliruannya, segera menarik diri dan kembali ke baraknya, sedangkan Ind. Army seperti enggan untuk melakukannya meskipun sudah jelas2 melakukan kekeliruan. Perbedaan lain mungkin dapat di lihat dari rakyatnya, kalo rakyat NY nggak melakukan pembakaran, perusakan, penjarahan dll, sementara rakyat Jakarta, doyan banget bikin onar. Saya udah agak lupa tuh detail dari ceritanya, karena nontonnya udah beberapa bulan yang lalu. Tapi seingat saya, U.S. Army masuk kota NY setelah FBI cukup lama tidak bisa menyelesaikan masalah, dan kemudian terjadi perdebatan di gedung putih yang berakhir dengan keputusan bahwa U.S. Army harus di turunkan. Namanya juga serdadu, dimanapun pasti akan menerapkan langkah2 represif, langkah2 militer yang penuh dengan kekerasan. Meskipun dalam beberapa hal, mereka berhasil menangkap tokoh teroris, tapi tindakannya yang membabi buta akhirnya merugikan rakyat kota, dan di kritik habis2an. ---"Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] wrote: Saat ini sedang beredar "Enemy of The State" yang dibintangi Will Smith dan si gaek Gene Hackman. Tema yang diangkat sangat mengena karena sedang hangat-hangatnya berita penyadapan telepon Habibie-Ghalib. Ada satu lagi film yang sayang sekali tidak beredar di Indonesia yang sangat baik dijadikan pelajaran bagi ABRI. "The Siege" judulnya yang dibintangi Denzel Washington dan Bruce Willis. Di situ diceritakan bagaimana campur tangan tentara yang dipimpin Mayjen ??? (Bruce Willis) terhadap urusan sipil. Sudah dapat diduga tentara yang dilatih untuk merusak benar-benar membuat penyelidikan FBI berantakan. Bedanya di sini tentara akhirnya dengan jiwa besar mau mengalah dan menarik diri dari kota NY. Kalau saja ABRI mau tahu diri akan porsi bisnisnya saya yakin rakyat tak segan-segan mengelu-elukan mereka. Wassalam, Efron _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: [Berita sangat buruk tentang Indonesia]
Lha aparat hukumnya takut ama si Munir kok... ---FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Manusia-manusia bejat ini kan sudah ketahuan wajahnya. Mestinya bisa langsung kena garuk. Mau pakai pendekatan apapun, tetap saja ini adalah kasus pembunuhan. Mungkin di masa mendatang yang terbukti melakukan pembunuhan dapat dihukum mati atau seumur hidup. Bukan untuk satu mata dibalas dengan satu matabukan. Tetapi lebih di- dasari oleh upaya menimbulkan rasa takut untuk melakukan kejahatan ini. Di masa mendatang, walaupun bersifat masal, pengejaran thd pelaku pembunuhan harus tetap dilakukan. Jangan seperti sekarang ini, bila pembunuhan dilakukan oleh banyak orang, maka kasus langsung ditutup karena kebingungan dg proses hukumnya. Apalagi bila pertimbangan politik dimasukkan malah jadinya tidak ada proses verbal hukum. Kalau perlu orang satu kampung dimasukkan ke bui semua. Ini berlaku pula pada peristiwa banyuwangi. Terlalu sering kita baca warga sekampung membantai tersangka dukun santet misalnya. Karena yg mengaku satu kampung malahan tidak ada yg ditahan/dihukum. Di masa mendatang kiranya satu kampung itulah yg harus dihukum. Seratus orang yg mengaku, ya seratus orang itu yg mesti masuk penjara. Dengan demikian, tatanan masyarakat tetap terpelihara. Lalu bgmn dg perangkat hukumnya? Ya itu tugas para ahli hukum lah untuk selesaikan perangkat lunaknya. Perasaan SH buanyak sekali. Salam, Jaya Pandir Ontohod wrote: Juga ada di waspada online, sama seremnya.. Miris sekali melihatnya... mempermainkan orang hidup aja udah mengerikan.eh ini mepermainkan juga orang yang telah meninggal... Sedih sekali. Pandir cortino sukotjo [EMAIL PROTECTED] wrote: rekan-rekan, saya kirimkan berita yang sangat buruk tentang Indonesia, semoga peristiwa seperti dapat segera berhenti http://straitstimes.asia1.com/reg/sea1_0321.html (Gambarnya cukup seram, please be prepared). Salam, tino Get free e-mail and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1 -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_) _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Untung enggak terpilih ikut (malu-maluin)
Lha itu si Doktor apa Insinyur tuh yang di Riau.. kayanya dia ORANG BARU deh, tapi kok ndak mencintai KESATUAN..?? ---Frarev Sitorus [EMAIL PROTECTED] wrote: boleh ikutan nih yah...Kalau namanya ORANG LAMA dalam posisi pemimpin negara saat ini secara umum adalah orang - orang orde baru baik yang tidak menjabat lagi maupun tangannya sekarang ini yang lagi menjabat. Menurut saya...mereka - mereka pemimpin maupun calon pemimpin dan pejabat- pejabatnya yang memandang rendah nilai KESATUAN Indonesia dengan menghargai propinsi2 di Indonesia dengan $ atau Rp. serta mereka yang tidak menganggap lagi kemampuan bangsa Indonesia adalah ORANG LAMA. Tetapi mereka - mereka yang mencintai KESATUAN Indonesia bagaimanapun dan bangga akan kemampuan bangsa Indonesia tercinta ini "apa adanya" sekarang adalah ORANG BARU. Revolusi yang demikian-lah yang ideal dicapai. MERDEKA... (KOCU) === On Mon, 22 Mar 1999, Dodo D. wrote: ---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya sih pada prinsipnya setuju dg anda Mas Dodo Cuma saya selalu percaya, bahwa kalau ORANG LAMA yang menjadi Pemimpin, apakah bukannya rakyat akan mencibir atau bahkan menghujatnya ? tanya lagi nih..(banyak tanya yah.) rakyat yang mana..? lha saya rasa, dan ini yang saya lihat di kampung saya dan sekitarnya, rakyat kecil tuh nggak begitu peduli dengan siapa aja yang mimpin, yang penting bagi mereka adalah ketenangan mencari nafkah dan kestabilan ekonomi. Nah kalau yang dibilang ORANG2 BARU ini ternyata belum juga mampu memberikan apa yang mereka inginkan, sementara kehidupan pada saat ORANG LAMA masih memimpin dirasa lebih enak, apakah mereka juga akan begitu saja mencibir kepada ORANG LAMA..? lha kalau kita sih mungkin berpikirnya lain dari mereka yang di kampung2 sana... Terutama yang mempunyai pengalaman yang engga enak, dan sulit melupakan kelakuan Orang ini ketika sedang berjuang melestarikan kepemimpinan Nasional kala itu. Kalau saya sih sudah muak dengan kelakuan Orang Lama. Mungkin ada beberapa yang masih bisa diselamatkan, tapi itu mungkin perlu waktu untuk membuktikan apakah orang ini telah betul2 sadar akan kelakuannya. Saya sih bukannya mendukung ORANG LAMA, cuman kok kalau mereka2 yang sisa2 lama tapi masih berpotensi dan punya niat untuk memperbaiki diri dan memperbaiki bangsa lantas di "singkirkan"hanya karena mereka ORANG LAMA, kok rasanya kita sendiri juga akan rugi. Oleh sebab itu apabila Orang Lama ingin tetap berjuang untuk Negara, sebaiknya berjuang dari garis belakang saja. Tidak usah tampil kepermukaan. Toh Arti dari Perjuangannya akan bernilai sama, kan ? Mengenai pengalaman orang Lama, pengalaman apa yang anda maksudkan disini. Pengalaman KKN, pengalaman Rekayasa, atau ada pengalaman yang lain ?? Nah..kan anda sendiri yang mengkonotasikan ORANG LAMA dengan KKN, rekayasa dan sejenisnya, padahal kan nggak semuanya gitu..? Saya ambil contoh aja yang obvious, PANGAB, tentunya kan harus orang yang punya pengalaman lapangan bergelut dengan urusan militer, dan saya rasa semua anggota militer adalah orang yang terlibat langsung dalam sistem ORBA (kecuali rekruit-an baru yang masuk setelah mei 1998) karena mereka kan alat negara. Jadi yah, pengalaman (tentunya yang berkonotasi baik) masih di perlukan dong... hehehehe..sinis yah.:) Salam, bRidWaN - GaoL - At 13:31 21/03/99 -0800, Dodo D. wrote: Hehehe Jadi itu yah definisinya. Bisa nggak yah, suatu negara atau suatu sistem pemerintahan get rid of ORANG LAMA..? soalnya kan untuk ngatur negara itu nggak bisa hanya bermodalkan teoretical knowledge doang, tapi paling tidak harus punya pegalaman lapangan. Pemimpin suatu negara juga saya rasa kok nggak bisa kalau hanya bermodalkan pengetahuan teoritis yang didapatkan di kampus, tapi harus dibuktikan dengan kemampuan praktetk lapangan. Kalau kita pengin get rid of ORANG LAMA dan nggantinya dengan ORANG BARU secara keseluruhan, itu kan namanya revolusi, bukan lagi reformasi. Lha..terus kita inginnya yang mana? reformasi atau revolusi..? Saya pernah baca buku Anatomy of Revolutions (lupa pengarangnya), the main idea dari ravolusi (dengan mengambil contoh revolusi Perancis, Inggris, Rusia dan Amerika) adalah pengambil alihan suatu kekuasaan pemerintahan dari ORANG LAMA oleh ORANG BARU. Jadi kalau emang kita menghendaki untuk keluar sama sekali dari unsur ORANG LAMA, berarti yang kita kehendaki adalah sebuah revolusi. Siapkan kita untuk sebuah revolusi...?? kita yang berada di milis ini mungkin akan enak aja bilang "kenapa enggak..??" lha terus bagaimana dengan rakyat di pedesaan sana..?? nggak tahu deh... bingung.. bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: heheheheebung Dodo Istilah Orang Lama
Re: [Berita sangat buruk tentang Indonesia]
Hahaha...lumayan juga lho...punya orang2 sekaliber Cak Nur, Cak Nun, Asmuni dll, bakalan semarak tuh RRN, asal Harmoko ndak ikut2an ngaku orang Ndiwek aja... ---FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Ya boleh lah...Entar kalau Republik Rakyat Ndiwek (RRN) jadi berdiri kita bagi-bagi posisi ya? Berbeda dengan Gokar yg masih sibuk tarik ulur calon definitif-nya, caprez untuk RRN sudah jelas yaitu Asmuni. Wakil dari Ndiwek barat maupun timur selalu kompak, jadi endak perlu keluar caprez 5 orang. "Dodo D." wrote: Waw... gimana nih kalo oom Brawi jadi Menhan+kam trus saya jadi Pangabnya..? saya bukan ORANG LAMA lho.. ---Panut Wirata [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya setuju bahwa tindakan tegas dari aparat harus ditujukan pada penyerang untuk melindungi yang lemah. Mungkin kita perlu berani membela aparat/ABRI bila memang tindakannya benar. Saya kira salah satu kunci dari keadilan adalah melindungi yang lemah dan menahan yang kuat dalam kasus si kuat memperdaya si lemah. Kalau satu-satunya jalan menyelamatkan si lemah adalah harus membunuh si kuat, ya jalan itulah yang harus ditempuh. Tentu saja sebelum ditembak si kuat harus diberi peringatan dahulu supaya menghentikan tindakannya. Bila ternyata si kuat malah berbalik menyerang aparat, maka sama sekali tidak salah bila aparat menembak si kuat itu. Alasannya semata-mata bela diri. Kalau KONTRAS atau siapapun menyalahkan tindakan aparat dalam kasus contoh di atas, maka KONTRAS hanyalah mencari popularitas dengan beraksi sok moralis. Dalam hal ini, silahkan saja KONTRAS datang ke medan kerusuhan dan menyelesaikan masalah tersebut. Jadi saya kira tidak ada dilema rumit yang perlu dipertimbangkan dalam kasus seperti ini. Kritik (dan proses hukum) perlu diberikan bila memang ada bukti bahwa pembunuhan atau penyikasaan dilakukan tanpa alasan yang kuat, seperti kasus penculikan aktivis, penyiksaan dalam interogasi dsb. Tetapi dalam kasus melindungi orang yang akan dibunuh orang lain, sangat jelas sekali bahwa yang lemah harus dilindungi. Masalahnya, aparat kita seringkali bertindak sangat tidak tepat tempat dan waktu. Waktunya bertindak tegas, malah tidak tegas; waktunya sedikit santai malah membabi-buta. Sudah jelas Prabowo mengakui bertanggungjawab terhadap penculikan, eh jaksa penuntut hanya menuntut kroco-kroco pelaksananya tanpa berusaha mencari biangnya. Lalu provokator Ambon yang sudah di adili (apakah benar-benar provokator atau hanya orang yang lagi sial ketangkap) hanya dipenjara 3 bulan. Banyak orang diperikasa dalam kasus KKN oleh Andi Ghalib, tapi siapakah yang sudah diputuskan bersalah dan menghuni penjara? Bagaimana dengan para ninja pembunuh Kiai di Banyuwangi yang telah ditangkap, apakah sudah di hukum? Tapi saya juga khwatir bila hukum ditegakkan dengan sempurna, hampir separuh penduduk Indonesia masuk penjara. Sekarang saja, nampaknya penjara sudah tidak muat lagi, karena itu hukuman-hukuman sangat ringan. mungkin perlu dompet amal untuk pembangunan penjara. Panut Wirata --- ". Brawijaya" [EMAIL PROTECTED] wrote: Nope, tindakan ini memang sangat diperlukan. Justru kita perlu mempertanyakan pihak-pihak yang masih bicara soal HAM, yang untuk kasus ini tidak pada tempatnya. Masih banyak yang bisa dilakukan oleh para LSM-HAM untuk ikut membantu meringankan beban para pengungsi. Bila memang ada LSM-HAM masih juga mencela tindakan ini, saya kira justru titik terang siapa yg mendalangi kejadian-kejadian terusirnya para pendatang di berbagai tempat di wilayah-wilayah Indonesia ini. Sungguh mengherankan karena pada peristiwa Ambon pihak LSM tidak berbunyi sama sekali. Makin mengherankan bila untuk kasus Sambas mereka akan berbunyi. Piala berujud kepala yang ditampilkan di harian Waspada kemarin itulah yang merupakan pelanggaran HAM. Saya malah merasa agak lucu dengan sikap gojak-gajik (salting) dari petinggi ABRI untuk menyelesaikan masalah ini. Salam, Jaya On Mar 23, 1:29pm, Dodo D. wrote: Subject: Re: [Berita sangat buruk tentang Indonesia] Contoh sedikit nih, mungkin rekan2 yang lain bisa memberikan argumen tentang bagaimana harus menyikapinya. Contoh berita di Kompas ini saya rasa bisa memberikan gambaran tentang dilema yang dihadapi oleh aparat. Di suatu sisi aparat merasa punya kewajiban moral untuk melindungi mereka yang dalam bahaya, bayangkan seandainya aparat membiarkan warga asli menyerang orang madura yang berlindung dihutan, berapa nyawa yang akan melayang. Seandainya juga dalam tugas perlindungan tersebut aparat hanya bertahan, tanpa memberikan tindakan represif, saya yakin warga asli akan berani menyerang dan membunuh aparat, seh
Re: Untung enggak terpilih ikut (malu-maluin)
---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya sih pada prinsipnya setuju dg anda Mas Dodo Cuma saya selalu percaya, bahwa kalau ORANG LAMA yang menjadi Pemimpin, apakah bukannya rakyat akan mencibir atau bahkan menghujatnya ? tanya lagi nih..(banyak tanya yah.) rakyat yang mana..? lha saya rasa, dan ini yang saya lihat di kampung saya dan sekitarnya, rakyat kecil tuh nggak begitu peduli dengan siapa aja yang mimpin, yang penting bagi mereka adalah ketenangan mencari nafkah dan kestabilan ekonomi. Nah kalau yang dibilang ORANG2 BARU ini ternyata belum juga mampu memberikan apa yang mereka inginkan, sementara kehidupan pada saat ORANG LAMA masih memimpin dirasa lebih enak, apakah mereka juga akan begitu saja mencibir kepada ORANG LAMA..? lha kalau kita sih mungkin berpikirnya lain dari mereka yang di kampung2 sana... Terutama yang mempunyai pengalaman yang engga enak, dan sulit melupakan kelakuan Orang ini ketika sedang berjuang melestarikan kepemimpinan Nasional kala itu. Kalau saya sih sudah muak dengan kelakuan Orang Lama. Mungkin ada beberapa yang masih bisa diselamatkan, tapi itu mungkin perlu waktu untuk membuktikan apakah orang ini telah betul2 sadar akan kelakuannya. Saya sih bukannya mendukung ORANG LAMA, cuman kok kalau mereka2 yang sisa2 lama tapi masih berpotensi dan punya niat untuk memperbaiki diri dan memperbaiki bangsa lantas di "singkirkan"hanya karena mereka ORANG LAMA, kok rasanya kita sendiri juga akan rugi. Oleh sebab itu apabila Orang Lama ingin tetap berjuang untuk Negara, sebaiknya berjuang dari garis belakang saja. Tidak usah tampil kepermukaan. Toh Arti dari Perjuangannya akan bernilai sama, kan ? Mengenai pengalaman orang Lama, pengalaman apa yang anda maksudkan disini. Pengalaman KKN, pengalaman Rekayasa, atau ada pengalaman yang lain ?? Nah..kan anda sendiri yang mengkonotasikan ORANG LAMA dengan KKN, rekayasa dan sejenisnya, padahal kan nggak semuanya gitu..? Saya ambil contoh aja yang obvious, PANGAB, tentunya kan harus orang yang punya pengalaman lapangan bergelut dengan urusan militer, dan saya rasa semua anggota militer adalah orang yang terlibat langsung dalam sistem ORBA (kecuali rekruit-an baru yang masuk setelah mei 1998) karena mereka kan alat negara. Jadi yah, pengalaman (tentunya yang berkonotasi baik) masih di perlukan dong... hehehehe..sinis yah.:) Salam, bRidWaN - GaoL - At 13:31 21/03/99 -0800, Dodo D. wrote: Hehehe Jadi itu yah definisinya. Bisa nggak yah, suatu negara atau suatu sistem pemerintahan get rid of ORANG LAMA..? soalnya kan untuk ngatur negara itu nggak bisa hanya bermodalkan teoretical knowledge doang, tapi paling tidak harus punya pegalaman lapangan. Pemimpin suatu negara juga saya rasa kok nggak bisa kalau hanya bermodalkan pengetahuan teoritis yang didapatkan di kampus, tapi harus dibuktikan dengan kemampuan praktetk lapangan. Kalau kita pengin get rid of ORANG LAMA dan nggantinya dengan ORANG BARU secara keseluruhan, itu kan namanya revolusi, bukan lagi reformasi. Lha..terus kita inginnya yang mana? reformasi atau revolusi..? Saya pernah baca buku Anatomy of Revolutions (lupa pengarangnya), the main idea dari ravolusi (dengan mengambil contoh revolusi Perancis, Inggris, Rusia dan Amerika) adalah pengambil alihan suatu kekuasaan pemerintahan dari ORANG LAMA oleh ORANG BARU. Jadi kalau emang kita menghendaki untuk keluar sama sekali dari unsur ORANG LAMA, berarti yang kita kehendaki adalah sebuah revolusi. Siapkan kita untuk sebuah revolusi...?? kita yang berada di milis ini mungkin akan enak aja bilang "kenapa enggak..??" lha terus bagaimana dengan rakyat di pedesaan sana..?? nggak tahu deh... bingung.. bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: heheheheebung Dodo Istilah Orang Lama ini pertama kali keluar disini pada bulan Mei yang lalu. Pada pemikiran pertama, pengertian ORANG LAMA adalah orang yang pernah terlibat langsung dalam pemerintah Orde Baru. Paling tidak mereka pernah 'mendukung' kepemimpinan Nasional saat itu, bahkan turut melestarikannya. Salam, bRidWaN - GoaL -- At 11:33 19/03/99 -0800, Dodo D. wrote: Apa sih yang membedakan antara ORANG LAMA dan ORANG BARU itu..? saya kok nggak begitu mudheng. ---Blucer Rajagukguk [EMAIL PROTECTED] wrote: ha ha ha, bung ridwan ini terjangkit 'oranglamaphobia syndrome'. Obatnya sebenarnya ada, yaitu 'orangbaru penicilyne'. Sayangnya obat ini susah dicari yang benar-benar murni, karena produk 'orangbaru penicilyne' ini rata-rata sudah terkontaminasi oleh 'virus oranglama' :). bRidWaN wrote: wah...ini sih gaya ORANG LAMA...:) At 13:27 17/03/99 -0500, FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY wrote: Hehelha jelas ini kelakuan wong gendeng kok Bung Blucer masih nanya-nanya lho. Memang dari dulu masyarakat kita (termasuk saya) kan belum dewasa. Blucer Rajagukguk wrote: Gimana nich bung Ridwan. kelihatannya 12 parta
Re: kodam (fwd) Tentara Milisia/ Tentara Daerah
Terus terang kok saya agak kebingungan memahami esensi dari tulisan ini, atau mungkin emang saya yang agak telmi yah?? Tapi setelah saya basa dua atau tiga kali, saya menangkap kesan bahwa bung Andrew ini mencoba membandingkan eksistensi ABRI dengan ABRA (Angkatan Bersenjata Rakyat Amerika) dimana selain punya tentara nasional (US Army, Navy dan Airforce) juga punya National Guard yang dikelola oleh masing2 state. Emang sih kalo bisa seperti itu akan sangat ideal, tapi kan susah kalo nggak mau dibilang mustahil, lha wong perbedaannya sangat jauh. Kok saya agak nggak setuju kalau dikatakan bahwa pendapat secara nasional menginginkan "diperkecilnya peran dan organisasi ABRI". Diperkecil perannya emang iya, supaya lebih berfokus kepada peran hankamnya, dan tidak terpecah2 ke dalam fungsi sospol yang membawa kepada distorsi dari hakekat dan fungsi ABRI itu sendiri. Tapi kalau diperkecil organisasinyalha terus kita mau punya tentara berapa ekor..? Sekarang ini aja jumlah ABRI kita (termasuk polisi) hanya sekitar 600 rebu ekor, kalo dibanding dengan jumlah penduduk yang 205 juta, kan berarti diantara 400 orang cuman terdapat 1 ekor anggota ABRI, lha ini kan udah sedikit banget. Bandingkan dengan Amerika (ikut2an bung Andrew) yang punya active duty military personnel sekitar dua juta dengan jumlah penduduk yang nggak beda jauh dengan Indonesia, itupun belum termasuk polisi, sherif, National Guard, Cost Guard, reserve dll. Nah dari sini kan kelihatan bahwa ABRI kita sebenarnya masih sangat kecil, belum lagi persenjataan yang dipake masih persenjataan jaman romawi tuh yang cuman buat hiasan doang. jadi yah, nggak usahlah terlalu american centris. Apa yang udah ada aja sementara ini di optimalkan fungsi utamanya, dan itupun masih susah. Kalau itu udah berhasil, dalam arti ABRI bisa kembali menjadi sebuah organisasi militer yang professional di bidangnya, baru dipikirkan langkah2 untuk modernisasi baik secara materiil maupun organisasi. Begitulah kira2 tanggapan saya... ---Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote: Atau seperti Tentara Milisi yang ditempatkan di setiap Propinsi, (mungkin bisa berbentuk satu divisi yang berjumlah sekitar 2000-3000 prajurit dan dikepalai oleh seorang Mayor Jendral) dapat berbentuk Air National Guard, Army National Guard...bertanggung jawab kepada Gubernur dan Pangab. Selain itu dapat secara cepat di kerahkan untuk mengamankan setiap pelosok propinsi Konsekwensinya: ABRI diperkecil, AD mungkin hanya akan terdiri dari Kostrad dan Koppassus Kemungkinan bisa terjadi penyalah gunaan kekuasaan oleh Gubernur yang ingin memisahkan diri dari negara kesatuan. Propinsi mungkin harus membantu subsidi dari pembiyayaan Tentara Daerah ini. Peran ABRI akan lebih kedaerahan, sehingga ditakutkan akan terjadi persaingan antar Kepala Kodam yang telah diperbesar kekuasaaanya itu, mungkin juga persaingan antar daerah, atau bisa jadi perang sipil yang terjadi diantara para kodam. Tentu kita masih ingat dengan laskar-laskar yang berbentuk kesatuan tersendiri...sebelum dibentuknya BKR, TKR dan TNI...mereka bergerak sendiri-sendiri dan mempunyai tujuan yang sendiri-sendiri pula... Mungkin ada baiknya, dengan terjadinya pemekaran kodam-kodam ini, selain lebih cepat tanggap, kodam-kodam dengan tentunya mengerti daerah lingkungannya sendiri. Namun dilihat dari segi Nasionalnya, bukankah kita semua menginginkan "diperkecilnya" peran dan besarnya ABRI (Terutama AD) Para wakil rakyat dan Pangab tentunya harus merembukkan bagaimana peran ABRI dimasa mendatang.. Apakah dengan memperkecil peran ABRI secara nasional (terutama peran sospol) dan memperbesar peran ABRI secara kedaerahan (jangan disamakan dengan sentimen kedaerahan, namun lebih secara regional teritorial) akan lebih menjawab tuntutan rakyat. Bagaimana pula dengan POLDA? apakah KAPOLDA seharusnya juga melapor kepada Gubernur selain kepada Kapolri? Apa peran dan tugas Kapolri? Mungkinkah peran kapolri ditiadakan, dikarenakan dengan adanya seorang kapolri, maka POLRI ibarat sebuah kesatuan militer yang dikepalai oleh seorang jendral berbintang tiga? Apalagi dengan akan diputuskannya tali hubungan ABRI dengan POLRI. Apakah ada baiknya polisi dipusatkan secara regional juga? banyak pertanyaan yang harus kita semua cari dan jawab...dan mungkin juga bukanlah suatu solusi yang tepat Andrew Pattiwael On Tue, 23 Mar 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: Justru semestinya TNI-AD melikuidasi semua KODAM, KOREM, KODIM, dan KORAMIL. Tidak ada lagi kegiatan pembinaan teritorial yang intinya "memajaki" rakyat. Biaya yang digunakan untuk operasi teritorial itu sebenarnya sangat besar (termasuk membayari para perwira). Biaya ini dialokasikan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit yang saya yakin sedikitnya bisa dua kali lipat. Satu batalyon ditempatkan di setiap kabupaten. Kabupaten yang tak begitu padat penduduknya cukup dijaga satuan setingkat batalyon (SSB). Dengan
Re: Menumpas biang kerok
---Indi Soemardjan [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan2; Kerusuhan dan kekerasan semakin merambat dari Indonesia Barat ke Timur. Dari Maluku sampai Kalimantan. Bisakah kita menemukan biang kerok dari semua kerusuhan yang terjadi? Nampaknya, biang kerok inilah yang telah menyulut api ketegangan antar suku maupun agama di dalam 2 bulan terakhir ini dan sementara api berkobar di segala pelosok nusantara, sang biang kerok tersebut sedang tertawa bangga dengan hasil kerjanya yang amat memuaskan! Lho...kok tahu kalo biang keroknya lagi tertawa..? harusnya kalo bung Indi lihat tuh si biang kerok lagi ketawa, ya di gebuk aja deh.. Kenapa sampai sekarang tidak ada penyelidikan khusus mengenai gejala merambatnya kerusuhan sosial tersebut? Lha karena yang seharusnya menyelidiki juga takut kalau2 dia, atau paling tidak organisasinya, juga terlibat kok. Untuk lebih ekstrimnya, apakah Soeharto ada hubungannya dengan munculnya percikan-percikan api ketengangan tsb.? Apakah ABRI ada hubungannya? Nah, ini yang nggak banyak orang yang tahu pasti. Kalau dugaan sih memang rata rata bunyinya gitu "Soeharto di belakang semua kerusuhan yang telah dan sedang terjadi" atau ÄBRI merekayasa segala kerusuhan yang terjadi selama ini" tapi kok nggak ada yang mengajukan bukti yang kuat untuk menyeret yang bersangkutan ke pengadilan. Kalau alasannya adalah lamban dan enggannya pihak pengadilan kita untuk mengadili keterlibatan Soeharto, kenapa nggak di bawa ke mahkamah internasional aja..? Jadi menurut saya sih, daripada ribut2 curiga sana sini atau nuduh sana sini, ya mendingan cari bukti yang nyata aja, trus di bawa ke pengadilan. Contohnya, kalau bung Indi yakin bahwa provokatornya sedang ketawa ketawa, berarti bung Indi kan tahu siapa provokatornya, ya tangkep aja dong..trus seret ke pengadilan, kalo nggak mau...gebukin aja. Mari kita bahas bersama-sama. pesan dari Orang Biasa bernama Indi Visit my world: http://pagina.de/indradi _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Untung enggak terpilih ikut (malu-maluin)
Apa sih yang membedakan antara ORANG LAMA dan ORANG BARU itu..? saya kok nggak begitu mudheng. ---Blucer Rajagukguk [EMAIL PROTECTED] wrote: ha ha ha, bung ridwan ini terjangkit 'oranglamaphobia syndrome'. Obatnya sebenarnya ada, yaitu 'orangbaru penicilyne'. Sayangnya obat ini susah dicari yang benar-benar murni, karena produk 'orangbaru penicilyne' ini rata-rata sudah terkontaminasi oleh 'virus oranglama' :). bRidWaN wrote: wah...ini sih gaya ORANG LAMA...:) At 13:27 17/03/99 -0500, FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY wrote: Hehelha jelas ini kelakuan wong gendeng kok Bung Blucer masih nanya-nanya lho. Memang dari dulu masyarakat kita (termasuk saya) kan belum dewasa. Blucer Rajagukguk wrote: Gimana nich bung Ridwan. kelihatannya 12 partai terlikuidasi ini bukan 'orang-orang lama'. Tetapi kok kelakuannya 'minus' banget. Orang-orang yang masih rasial dan tidak beradab begini kok mau bikin partai. Buat mas brawijaya, yang begini termasuk move politik apa movenya orang gila? :) peace. Partai Terlikuidasi Bikin Onar Reporter: Sigit Widodo detikcom, Jakarta-Di luar dugaan, Tim 12, kumpulan parpol yang tidak bisa ikut pemilu, bertindak kasar pada salah seorang anggota KPU dari Partai Bhinneka Tunggal Ika, Nurdin Purnomo, Selasa (16/3/1999). Tindakan kasar yang nyaris mengarah pada kekerasan fisik itu terjadi sekitar 19.30 WIB di luar ruang sidang KPU yang telah sepi. Nurdin adalah anggota KPU yang terakhir keluar dari ruangan. Sedang rekan-rekan lainnya, termasuk puluhan wartawan, telah meninggalkan tempat itu. Tujuan Tim 12 tersebut adalah memaksa Nurdin yang keturunan Tionghoa itu untuk menandatangani sebuah surat. Surat itu berisikan pernyataan agar Tim 12 PPD diperbolehkan ikut pemilu. Nurdin jelas menolak permintaan Tim 12 yang sejak sore berdemo di luar sidang KPU, lantai 2 Gedung KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat. Sebab 12 parpol itu memang tidak direkomendasi Tim 11 untuk mengikuti pemilu karena dinilai tidak layak. Karena menolak, Tim 12 langsung mencaci maki Nurdin. Cacian itu bernada rasial. Mereka juga menuduh partai pimpinan Nurdin menyogok Tim 11 supaya lolos pemilu. Kekerasan fisik nyaris menimpa Nurdin. Seorang anggota Tim 12 dengan garang menarik dasi Nurdin dengan kasar sehingga Nurdin tidak berkutik. Karena desakan kian kuat, Nurdin akhirnya menandatangani surat itu. Akibat ribut-ribut itu, 4 anggota PHH Brimob yang "berkantor" di KPU, masuk. Tapi mereka tidak berbuat apa-apa. Tiga wartawan yang menyaksikan kejadian itu, termasuk detikcom, tidak juga berani bersikap sebab Tim 12 terlihat garang dan tidak kenal kompromi. Nurdin terus diintimidasi. "Catat saja nomor mobilnya!" teriak seorang anggota Tim 12, mengancam Nurdin. Setelah Nurdin menandatangi surat yang diberikan Tim 12, Nurdin dilepaskan, sekitar pukul 19.45 WIB. Sementara itu, semua pintu keluar sengaja ditutup oleh Tim 12 supaya Nurdin tidak gampang meloloskan diri. Tampaknya, Tim 12 menganggap kekerasan yang dilakukan mereka pada Nurdin yang terpilih sebagai anggota KPU dengan Keppres itu adalah hal biasa. Dengan tidak merasa bersalah, mereka asyik makan malam di teras Gedung KPU, seusai mengintimidasi Nurdin. Hak Cipta © detikcom Digital Life 1999
Re: Peta kekuatan
Gimana dengan yang satu ini..? (PBB) baca dulu deh wawancara dengan ketua partainya. ==Wawancara Prof Dr Yusril Ihza Mahendra : Tak Aneh kalau Saya Dicalonkan Jadi Presiden WAWANCARA ISTIQOMAH. Itulah jalan hidup yang ditempuh Prof Dr Yusril Ihza Mahendra. Ketua Umum Partai Bulan Bintang ini sejak remaja memang aktif berorganisasi. Ketika masih di SLTP, ia aktif di KAPPI. Saat berstatus mahasiswa pada 1978, ia pun sempat diskor 1,5 tahun ketika membakar patung Pak Harto. Lalu mengapa pakar hukum tata negara itu saat ini aktif berpolitik? ''Itu tuntutan keadaan,'' tukasnya. Pria kelahiran Belitung, 5 Februari 1956 silam ini mengatakan tak dapat menolak ketika orang banyak mendaulatnya sebagai ketua umum partai. Namun ia mengaku tak asal terjun ke dunia politik. Guru Besar Luar Biasa Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini berprinsip menggabungkan antara intelektualisme dan aktivisme. Artinya, ia tidak malu terjun dalam dunia pergerakan karena memiliki base akademik yang kuat. ''Dengan cara itu kita tahu apa yang sebenarnya harus dilakukan dan apa yang semestinya tidak diperbuat,'' ujarnya. Walaupun saat ini waktunya banyak tersita mengurus partai, namun ia masih bisa meluangkan waktu bercengkerama dengan istri dan keempat anaknya. ''Saya tak ngotot-ngotot sehingga keluarga ditinggalkan begitu saja.'' Bekas pejabat tinggi di Sekretariat Negara RI ini menerima Hotma Siregar dari Media, Selasa silam, di rumahnya yang asri di bilangan Ciputat, Jakarta Selatan. Ia berbicara panjang lebar mengenai partainya, PBB, kemungkinan koalisi antarpartai, peran ABRI, kandidat presiden, isu kedekatan dengan Cendana hingga kehidupan pribadinya. Berikut petikannya: Mukernas PBB yang berakhir Februari lalu merekomendasikan agar pemilihan presiden dilakukan secara langsung. Bisa dijelaskan mengapa PBB merekomendasikan hal itu? Mukernas kemarin kita memang menegaskan kembali bahwa prinsipnya kita menghendaki presiden dipilih langsung. Tapi tidak untuk pemilihan presiden 1999. Memang partai akan mengajukan calon presiden, prinsip yang kita sepakati adalah bahwa capres harus dari partai sendiri. Sangat ganjil jika partai mencalonkan ketua dari partai lain, misalnya PBB mencalonkan Habibie. Kami ingin partai ini sedemokratis mungkin. Karena itu waktu mukernas kita menginventarisasi nama-nama berdasarkan usulan-usulan dari utusan cabang-cabang. Dari 318 utusan cabang diinventarisasi ada 10 nama capres. Nama saya masuk dan kita belum tahu hasilnya. Proses penilaian kesepuluh capres itu berlangsung selama satu bulan dan akan selesai April mendatang. Mereka inilah yang memilih 10 bakal calon yang diinventarisasi untuk ditentukan siapa yang skornya tertinggi. Ini mencegah terjadinya nepotisme, begitu pula dalam mencalonkan anggota DPR sampai ke bawah (DPR pusat, DPRD I, dan DPRD II). Selain itu kecil kemungkinan terjadinya kolusi. Dengan kata lain PBB akan mengusulkan untuk mengamandemen pasal 2 dan pasal 6. Dan itu berarti pula akan mengubah fungsi MPR? Ya, dengan sendirinya. Di dunia ini kalau negara republik menganut sistem presidensial, pada umumnya presiden dipilih langsung. Misalnya Alberto Fujimori menjadi Presiden Peru, begitu juga Filipina dengan konstitusi baru. Barangkali cuma kita (Indonesia) di mana presidennya dipilih MPR. Dari 48 parpol yang dinyatakan berhak ikut pemilu mendatang, 17 di antaranya adalah parpol yang berasaskan Islam. Berbagai usulan telah diajukan untuk menyatukan visi dan misi parpol Islam. Di antaranya pembentukan forum silaturahmi, koalisi, aliansi kampanye hingga aliansi figur. Bagaimana pendapat Anda? Antara tuntutan normatif dengan realitas itu dua hal yang berbeda. Keinginan kita dari awal sebetulnya hanya ada satu kekuatan politik Islam, tapi kenyataannya ada banyak. Saya yakin landasan filofis dari partai-partai itu sama. Tapi proses transformasi yang menjadi ideologi politik masing-masing partai Islam menunjukkan perbedaan-perbedaan. Namun demikian keinginan untuk mencari titik temu bersama memang sudah banyak dilakukan hasilnya masih fifty-fifty belum sepenuhnya memuaskan karena masih ada perbedaan-perbedaan. Inilah realitas politik namanya. Parpol kan tidak sama dengan organisasi massa, bahkan ormas pun sulit bisa bersatu. Saya kira tidak mungkin melebur parpol-parpol Islam menjadi satu, karena tidak demokratis juga. Saya melihat Islam itu menjunjung tinggi demokrasi, perbedaan dan keragaman. Bukan saja keragaman umat manusia tapi keragaman di kalangan umat Islam. Saya kira akan terjadi proses seleksi secara wajar. Saya pernah mengatakan kalau PBB tidak mendapat kursi satu pun di DPR kita bubar saja. Buat apa mempertahankan sesuatu yang tidak laku dijual kepada rakyat. PBB dinilai oleh pengamat sebagai salah satu parpol yang akan meraih suara banyak. Bagaimana komentar Anda? Begitu partai ini berdiri perkembangannya cepat sekali. Terdapat
Re: [bincang] Sepak Bola Minggu ini
Mas Andrew Pattiwael nih, gimana pasukan Norwich nya? kelihatannya cukup menjanjikan juga kalo di adu ama team nya DC..?? ---Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote: Mari kita mulai permulaan 'musim bola' tahun ini dengan hati riang, penuh senyum dan penuh persaudaraan. Andaikata semua orang suka sepak bola, pasti KKN dan kerusuhan nggak bakal ada :-) salam, ramadhan pohan (sudah nyiapin sepatu+kaos sejak Minggu lalu) _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: [Re: Fenomena AGI + ABRI
---Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote: ABRI tidak boleh salah langkah membaca aspirasi yang berkembang di masyarakat. Kalo ABRI salah langkah, ya di dor sama musuh, atau bahkan ketembak ama temen sendirikan konyol namanya... Kami minta kalangan yang selama ini mengatasnamakan rakyat supaya hati-hati. Republik yang kita bangun ini bukan untuk 5-10 tahun. Jadi jangan macam-macam. Wah, coba bikin satu macam aja (re: demokrasi) susahnya minta ampun, apalagi sampe macam macam.. Indikasi konspirasi internasional dalam kerusuhan Ambon sedang kami teliti. Siapa pun yang terlibat pasti akan kita garuk. Saya minta kalian sabar. ABRI tidak tidur. Tak perlu menunggu moral pressure AS. Kita tidak perduli dengan kemampuan atau adidaya bangsa lain. Kami memang sedang bersabar menunggu sampai orang lain tidak sabar Saya tidak bicara tentang Amien Rais yang masih di AS. Itu karena anda bukan pendukung Amien Rais Demikian penjelasan hari ini. Terima kasih. salam arek pinggiran ## In a message dated 3/12/99 6:33:51 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Ha.ha..ha..ha, Nampaknya banyak juga peminat komedi satire dan humor di Indonesia. Bisa jadi ini bahan kampanye bagus buat partai buat ikut pemilu. Kalau partai saya menang saya akan tunjuk menteri urusan khusus humor dan komedi, biar tu orang yang bunuh-bunuhan, bakar-bakaran punya kesibukan baru ber hi..hi..hi Itung-itung membuka kesempatan kerja dan mengurangi korban PHK ...Kayaknya bakal banyak peminatnya nich... Salam, Ngomong-ngomong tu partai dagelan indonesia (PDI) kemana yaaa? -Original Message- From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: 12 Maret 1999 12:35 Subject: Re: [Re: Fenomena AGI (Anak Gaul Indonesia) !] Wah..sepertinya ada juga yang berbakat menjadi Pejabat/Pemimpin di-Indonesia..:) At 16:03 11/03/99 EST, Ramadhan Pohan wrote: Kalau diminta rakyat, ABRI pasti siap. Pokoknya ABRI mendukung. Kalau ada yang macam-macam, sapu saja. Kita libas. Kita sikat. Ini demi rakyat. Tulis itu! salam, arek pinggiran ## In a message dated 3/11/99 6:09:59 PM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Menurut saya sih keadaan saat ini 'aman dan terkendali' Pihak-pihak yang dicurigai sedang dimintai keterangan seperlunya, dan saya tekankan: ' tidak ada yang kebal hukum' di bumi Indonesia!! ...=) At 04:06 11/03/99 MST, Pandir Ontohod wrote: Menurut saya sih, pasti acara tersebut ada yang menunggangi. Mungkin orang yang nggak mau melihat Indonesia maju. Salah satu cara untuk merusak moral generasi Indonesia - - - - - - - - - He.He...He. :-) Ha.Ha...Ha. :-D - Itung-itung belajar jadi pejabat di Indonesia.. Belajar menggunakan kata-kata yang asyik.. Gimana udah cocok belon saya jadi pejabat ? :-D Pandir Calon pejabat juga propokator kelas teri .deleted. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Membecuskan ABRI
Assalamualaikum, Saudara-saudara sekalian, Sejak bergulirnya agenda reformasi sampai dengan saat ini dimana situasi politik dan stabilitas keamanan nasional masih belum pulih dan belum bisa dikendalikan seperti apa yang diharapkan oleh seluruh masyarakat, ABRI selalu mendapat sorotan tajam. ABRI telah dinilai oleh masyarakat sebagai belum berpihak kepada rakyat dan belum berhasil melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan. Berbagai kerusuhan yang terjadi sejak bergulirnya agenda reformasi sampai dengan tragedi yang saat ini masih berlangsung di Ambon masih belum bisa di selesaikan dan diungkap penyebabnya secara transparan oleh ABRI. Sebagian besar masyarakatpun masih bertanya tanya, ada apa sebenarnya di balik semua kekacauan yang terjadi selama ini? Berbagai dugaanpun lantas bermunculan dan tentu saja, sebagian besar opini masyarakat yang dipelopori oleh kaum intelektual dan mahasiswa ramai ramai berasumsi bahwa kekacauan yang terjadi selama ini memang sengaja ditimbulkan dengan berbagai alasan. Saya menangkap ada dua anggapan pokok dalam melihat penyebab kekacauan yang sampai saat ini masih terus berlangsung. Yang pertama adalah adanya usaha salah satu kelompok untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari tuntutan tuntutan terhadap pemerintahan Habibie seperti tuntutan untuk mengadili mantan presiden Soeharto dan kroni2nya. Yang kedua, dan masih berhubungan dengan yang pertama, adalah sebagai usaha untuk menciptakan kesan di masyarakat bawah bahwa ternyata reformasi tidak membuahkan hasil yang baik, bahwa ternyata sistem pemerintahan yang lama lebih memberikan kestabilan politik dan ekonimi, serta ketenteraman kepada masyarakat, dengan demikian masyarakat mungkin akan memilih untuk kembali ke tatanan lama, dan status quo dapat di pertahankan. Di lain pihak, pemerintah dan aparat keamanan selalu berusaha menolak anggapan anggapan tersebut dengan mengatakan bahwa kerusuhan kerusuhan yang terjadi dilatar belakangi oleh tindak kriminal murni, dan tidak ada unsur politik maupun SARA dibelakangnya. Namun mereka seperti kurang menyadari bahwa masyarakat sekarang tidak bisa "dibohongi" begitu saja. Masyarakat sudah menjadi sangat kritis dan jeli melihat situasi yang berkembang secara dinamis di sekitarnya, sehingga pada titik titik tertentu, pemerintah dan aparat keamanan tidak bisa lagi menutup nutupi adanya permainan politik dibalik berbagai peristiwa yang mengorbankan nyawa ribuan rakyat Indonesia. Walaupun dalam berbagai hal, pemerintah dan aparat keamanan sudah mengakui adanya hal ini, tapi tindakan nyata yang di tunggu tunggu oleh masyarakat untuk mengakhiri semua itu, masih belum nampak ditunjukkan oleh pemerintah maupun aparat keamanan (ABRI). Masih terlihat kesan bahwa pemerintah dan ABRI bertindak lamban, dan ini mengesankan pula bahwa pemerintah dan ABRI masih belum bisa sepenuhnya berpihak kepada rakyat. Lambatnya tindakan ABRI sebagai aparat keamanan dalam menangani berbagai peristiwa, dan belum berpihaknya ABRI secara penuh kepada rakyat, dinilai sebagai akibat dari terlalu lamanya ABRI berkecimpung dalam politik praktis, sehingga tugas utamanya sebagai kekuatan hankam justru terabaikan. Selama puluhan tahun berkecimpung di dalam politik dan pemerintahan, telah menyebabkan orientasi para perwira ABRI terhadap kekuasaan dan materi mengalahkan orientasi mereka sebagai prajurit yang seharusnya lebih professional di bidangnya. Akhir akhir ini masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa menuntut agar ABRI mundur secara total dari gelanggang politik praktis, dan kembali ke "fitrahnya" sebagai militer yang professional, terpisah dari urusan sosial politik. Walaupun hal ini mutlak harus dilaksanakan untuk bisa mewujudkan negara yang benar benar demokrasi, tapi pelaksanaannya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, hal ini memerlukan proses yang bertahap, sistematis dan berkesinambungan. Kita, masyarakat dan mahasiswa berhak dan harus terus menerus menyerukan agar ABRI mereformasi dirinya dan mengaktualisasikan kembali fungsinya sebagai kekuatan hankam yang professional. Tapi alangkah lebih baik kalau kita juga bisa memberikan kontribusi dan masukan kepada ABRI dan pemerintah yang berupa solusi untuk membentuk kembali ABRI kita sebagai organisasi yang professional, karena bagaimanapun ABRI adalah milik kita bersama, dan merupakan unsur yang harus dimiliki oleh suatu negara. Saya secara pribadi mengusulkan beberapa hal yang perlu untuk di lakukan oleh ABRI dan pemerintah serta rakyat. 1. ABRI harus secara sadar dan bertahap mundur dari arena politik praktis dan kemudian kembali kepada hakekatnya sebagai prajurit rakyat, prajurit pejuang dan prajurit nasional. ABRI adalah prajurit dari rakyat, yang berjuang bersama sama rakyat dan untuk kepentingan rakyat, sehingga ABRI juga harus berpihak kepada rakyat. 2. ABRI (dan pemerintah) harus lebih tanggap terhadap permasalahan keamanan yang timbul di tengah tengah masyarakat serta harus bertindak cepat dan tepat untuk
lebih baik diam
Rekan2, Kata MS, kita sebaiknya lebih banyak merenung dan tenang daripada banyak bersuara, setuju nggak? soalnya saya nggak setuju http://www.jawapos.com/8mar/de8ma1.htm _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Ulasan yang sangat baik (dari Bhimantara W) (fwd)
Menarik sekali ulasan dari Bhima ini. Tertangkap kejernihan berpikir didalamnya, yang akhirnya membuahkan sebuah analisa yang rasional dan logis serta tidak dilandasi oleh emosi. Gimana kalau ditambahin dikit..?? Selain lack of control of emotion yang kadang2 menjadi trend di diskusi kita ini (khususnya kalau sudah menyangkut masalah keagamaan, saya juga menagkpa trend lain, yang mungkin juga terjadi pada saya. Yaitu, bahwa kadang2 kita memberikan tanggapan atas tulisan rekan hanya karena faktor "pokoknya ngasih komentar," walaupun seringkali tanggapan yang disampaikan agak kurang relevan dengan inti permasalahan yang sedang di diskusikan. Ini juga saya rasakan terjadi pada diri saya sendiri, karena saya memang bukan orang yang pinter nulis dan membikin analisa yang canggih seperti rekan2 lainnya. Hanya saya menangkap kesan bahwa terkadang kita sering terjebak untuk menanggapi tulisan rekan yang lain hanya berdasarkan satu point yang kecil dalam tulisan itu, yang mungkin kurang "sreg" di benak kita, dan kemudian kita kembangkan menjadi argumen yang panjang lebar, regarless of tanggapan kita sudah keluar dari konteks yang sedang dibicarakan atau tidak. Sering kali kita melihat sebuah diskusi yang akhirnya melebar kemana2 dan jauh meninggalkan inti dari pembicaraan, dan seringkali pula kita end up dengan debat kusir yang kebanyakan bertitik tolak pada masalah agama. Saya rasa akan sangat bagus kalau kita belajar berpikir dan mengemukakan pendapat serta menghargai pendapat orang lain seperti tulisan Bhima tersebut. Dodo (lagi belajar nulis) deleted.. Situasi in-group dan out-group ini sebenarnya fakta yang sudah lama diingatkan oleh para sosiolog. Keseleo lidah sedikit akan dapat memicu amuk massa. Apalagi kalau keseleonya banyak dan sering sekali. Di forum Bincang ini yang notabene warganya memiliki latar belakang pendidikan yang baik (setidaknya bisa main e-mail), seringkali emosi lebih berperan dalam diskusi, apalagi saudara-saudara kita yang langsung mengalami persoalan di sana. Karena menyangkut sifat dasar atau alami manusia tadi, maka penyelesaian atau penanganan persoalannya seharusnya juga senatural mungkin. Jangan pakai deklarasi bersama atau pernyataan damai yang diprakarsai (baca:dipaksakan) oleh aparat seperti masa lalu yang maunya cepat selesai. Itu sebabnya projek-projek yang hanya mengejar target waktu, hasilnya pada umumnya berantakan. Teoritis kedengarannya? Betul sekali karena memang pada dasarnya yang saya ingin kemukakan adalah bagaimana mendewasakan pola berpikir kita sebagai orang Indonesia MUMPUNG (sorry lagi) sedang ada di negeri orang (ada cukup jarak untuk melihat Indonesia) agar tidak mudah terjebak pemikiran-pemikiran yang terlalu sempit atau pun sebaliknya terlalu luas sehingga tidak jelas lagi batas-batasnya. Ada koridor yang cukup luas bagi kita untuk bekerja sama dan bergaul tanpa harus menjadikan perbedaan agama sebagai ganjalan di antara kita. Sayangnya tidak semua orang mau memanfaatkan koridor ini atau justru cenderung mengabaikan batas-batasnya. Kalau kita yang sekolah di Amerika saja masih berpola pikir garis keras, apalagi saudara-saudara kita yang ada di seberang sana yang mengalami kekerasan itu dalam arti yang sebenarnya. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Korpri vs PNS
Menarik Bung YW. bisa lebih dijelasin lagi batasan KORPRI ama PNS? karena saya bukan anggota dari keduanya dan saya juga nggak ngerti batasan2nya. Thanks ---Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote: Dari kompas-online hari ini: ... Semua anggota Korpri, termasuk pejabat pemerintah, tidak boleh menjadi juru kampanye atau sekadar ikut kampanye partai tertentu dalam pemilu mendatang, karena sebagai PNS (pegawai negeri sipil) mereka harus netral. ... Yw: Komentar: Frase: 'SEMUA ANGGOTA KORPRI ...' dengan 'KARENA SEBAGAI PNS ...' Kayaknya terbentuk dari pikiran yg rancu. Seolah-olah semua anggota Korpri itu PNS. Ini siapa yg rancu, ya? Apakah Kompas? Apa Ketua Umum DPP Korpri, H Feisal Tamin di Jakarta? Apa saya? Atau mungkin Ketum Feisal Tamin tidak tahu bahwa tidak semua anggota korpri adalah PNS? Great. ;-) _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Korpri vs PNS
Makasih Bung YW, Saya jadi agak lebih ngerti sekarang, kayanya mirip dengan keanggotaan MPR dan DPR. Mungkin akan lebih jelas lagi kalau bung YW, atau rekan lain yang tahu, bisa jelasin perbedaannya berdasarkan pengangkatan atau mungkin keterkaitannya sama lembaga pemerintah dll. Untuk rekan2 yang lain, sorry kalau ini diangap bersifat sebagai kepentingan pribadi saya, karena memang saya nggak ngerti. Thanks ---Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote: ... Menarik Bung YW. bisa lebih dijelasin lagi batasan KORPRI ama PNS? karena saya bukan anggota dari keduanya dan saya juga nggak ngerti batasan2nya. Thanks Yw: Sepengetahuan saya: Anggota Korpri itu meliputi dua kelompok, yaitu: - PNS (Pegawai Negeri Sipil) - anggota non-PNS (misalnya: pegawai BUMN tertentu, pegawai honorer calon-PNS yg belum jadi PNS ...). (Jumlahnya: kelompok 1 dan 2 ini kayaknya imbang). Nah, sementara: aturan (perundangan) harus netral itu, berlaku bagi PNS. Dg sendirinya kalo ada pejabat yg memlesetkannya (menerapkan peraturan itu) yg semula utk PNS jadi utk SEMUA anggota korpri, pejabat itu sebenernya bikin aturan seenak udelnya (itu pun kalo dia punya udel ;-). Bisa dicopy gitu? ;-) _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Usul Pendekatan Secara Militer/Polisi di Ambon
Sdr Andrew, Usulan anda sangat bagus, tapi saya rasa, sebagian sudah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik ABRI, Pemerintah pusat dan daerah, tokoh2 agama, dan organisasi2 independen lainnya. 1. Usulan anda yang pertama ini sedang dilaksanakan oleh ABRI, dengan mengirimkan satu batalyon TNI-AD dari Jatim, satu detasemen ZIPUR Marinir, dan satu batalyon TNI-AD dari Jateng. Ini pertandaa niat baik dari ABRI untuk bertindak netral. 2. Usulan kedua dan seterusnya sebenarnya sudah dilaksanakan di Ambon, tapi belum mampu menyelesaikan masalah. Kalau menurut saya, yang paling penting sekarang justru saran anda di akhir posting, yaitu pendekatan moral dan agama oleh pihak2 yang bisa di dengar oleh masyarakat, baik itu para pemuka agama dan adat, organisasi2 HAM yang independen, maupun tokoh2 nasional yang punya potensi untuk bisa di dengar suaranya oleh masyarakat Ambon. MS pernah di minta untuk kesana karena di percaya bisa menyelesaikan masalah, tapi sampai sekarangpun kelihatan masih pasif. Saya cuman bisa ikut berdoa saja deh supaya tragedi nasional yang menimpa saudara2 kita di Ambon baik yang muslim maupun yang kristen segera bisa diselesaikan dan dikembalikan seperti dahulu dimana kerukunan menjadi simbol dan kebanggaan masyarakat Maluku. ---Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote: Pendekatan secara militer/polisi: 1. Mengirimkan atau mengaktifkan kesatuan yang netral atau tidak mempunyai latar belakang dalam kerusuhan di Ambon, contohnya, jangan mengirimkan kesatuan dari Wirabuana yang anggotanya kebanyakan dari suku Makassar-Buton-Bugis. Jangan pula mengirimkan kesatuan yang anggotanya kebanyakan berasal dari Ambon Kristen, Kesatuan Trikora (terutama Indonesia Kristen-nya) Hal ini untuk mencegah agar tidak terjadinya pihak memihak dari pada para penjaga keamanan kepada salah satu golongan. 2. Demiliterisasi Kota Ambon ( Perlucutan Senjata ) Menganjurkan kepada para masyarakat umum, untuk menyerahkan senjata-senjata tajam atau bahan peledak yang dapat digunakan untuk tindakan anarki secara damai. Phase ini adalah phase pertama dari demiliterisasasi kota Ambon Phase kedua adalah Perintah untuk gencatan senjata dan penyerahan alat-alat kekerasan kepada kantor polisi dan militer di kota Ambon. Phase ketiga adalah Pengeledahan rumah-rumah penduduk atau razia ditempat-tempat umum kepada tersangka (bukan pengeledahan dan razia massal) untuk meranjau senjata-senjata, alat-alat tajam dan bahan peledak yang tidak dapat dipertanggung jawabkan keberadaannya. Phase keempat, penggeledahan dan perazian massal di kantong-kantong yang rawan dengan kerusuhan. Pemberlakuan Jam Malam bagi tempat-tempat tertentu, dan dapat ditingkatkan untuk seluruh kota Ambon. Tentu semua ini harus mendapat konsent dari para pemuka agama, tetua adat, dan berdasarkan keinginan sebagian besar warga kota Ambon, supaya tidak terjadi perasaan dirampasnya hak asasi manusia oleh pihak keamanan. 3. Penempatan Satuan-satuan keamanan secara menyeluruh dan berada dibawah kesiagaan yang tinggi. Penerapan zona-zona keamanan yang akan memisahkan sementara kantong Kristen dan kantong Muslim yang pernah berseteru selama kerusuhan ini, dan tidak bisa didamaikan dalam waktu yang singkat. Penempatan pasukan yang cukup bagi kantong-kantong yang menjadi minoritas dan lemah, terutama kantong-kantong Muslimnya. 3. Perlindungan bagi perumahan para minoritas dengan penempatan satuan keamanan dan diberlakukannya pemeriksaan diri pada unsur-unsur luar yang ingin memasuki wilayah tersebut. Pemeriksaan KTP atau sejenisnya. 4. Koordinasi 24 jam antar pihak Gubernur, Kapolda, Pemuka Agama, Wakil Operasi ABRI di Ambon, yang dapat melerai kerusuhan sewaktu-waktu diperlukan. 5. Perlindungan thd setiap rumah ibadah, agar tidak ada lagi isu-isu yang mengatakan bahwa telah terjadi pembakaran thd gereja atau mesjid. Ini dapat dilakukan oleh para anggota jemaat masing-masing rumah ibadah, dapat dihubungi lewat telepon sewaktu-waktu diperlukan untuk kejelasannya. 6. Pertemuan rutin antar pemeluk beragama, yang dapat dilakukan untuk mengadakan koordinasi dan kesepakatan berdamai atau kerjasama. Aparat Pemda, Pemuka Agama, keamanan diharapkan dapat hadir untuk memantau jalannya pertemuan. 7. Dibutuhkannya Tim dari luar yang dapat memantau hasil kesepakatan damai yang telah disetujui oleh bersama. Tim Komnas Ham atau Tim Independent harus segera dibentuk dan diberangkatkan ke Ambon guna menjadi penengah dalam dialog damai ini. Setelah Pendekatan secara Militer/polisi ini, baru diadakan dialog atau pendekatan secara keagamaan dan kebersamaan antar warga Ambon. Tolong ditambahkan kalau ada masukan selanjutnya.. andrew pattiwael _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Kefrustrasian Emha = kefrustrasian umat Islam?
Assalamuálaikum, Waw, panjang amit nih posting cak Panut, sampe saya pusing nih bacanya. Tapi memang menarik posting anda ini, meskipun pada saat baca paragraph ketiga, saya udah agak lupa isi paragraph pertama...hehehe (JK) Saya sendiri sebagai orang islam masih bingung menyikapi tulisan Can Nun itu. Apakah memang itu benar benar mewakili komunitas Islam secara universal ataukah hanya merupakan keputusasaan pribadi Cak Nun sebagai seorang sastrawan Islam yang melihat kejadian di luar sana yang dirasa begitu tidak adil kepada umat islam. Saya rasa anda mengerti juga bagaimana perasaan seorang sastrawan sekaliber Cak Nun, dan bagaimana juga beliau menilai perkembangan sosial serta mengungkapkannya dalam bentuk tulisan. Dalam hal ini, saya berpendapat bahwa romantisme Cak Nur dalam tulisan2nya tidak bisa dikatakan 100% mewakili umat Islam. Secara pribadi, saya sendiri kadang2 memang merasakan adanya ketidak adilan seperti yang di rasakan Cak Nun, ketika saya melihat begitu kerasnya reaksi USA terhadaap Irak ketika menyerang kuwait, atau begitu getolnya film2 hollywood menyajikan tema terrorism oleh orang2 Islam dll. Hal ini terkesan sangat berlawanan ketika dihadapkan kepada masalah Bosnia, dimana USA (NATO) terkesan reluctant untuk bertindak. Disinilah saya merasakan ketidak adilan itu. Namun demikian, saya tidak bisa membuat direct conclusion bahwa ada faktor kepentingan agama dibalik tindakan mereka. Yang jelas sayapun kadang2 merasakan adanya ketidak adilan itu, meskipun tidak sefrustasi Cak Nun. Karena saya juga melihat faktor internal islam sendiri yang kadang2 membuat islam seperti diintimidasi oleh barat. Sekali lagi, ini merupakan pendapat pribadi saya. Mungkin Cak P{ohan akan mendapat opini yang berbeda dari orang lain, karena setiap orang kan punya sudut pandang masing2 yang juga beragam. Dikit aja deh, kalo kebanyakan tambah pusing. Wassalam ---Panut Wirata [EMAIL PROTECTED] wrote: Saudara-saudara sekalian: Membaca tulisan Emha Ainun Nadjib yang dikirimkan oleh Bung Rosadi, saya jadi bertanya-tanya dan berpikir-pikir dan terheran-heran. Dari tulisan itu, tersurat dan tersirat betapa besar rasa frustrasi beliau sebagai Muslimin atas ketidakadilan dunia terhadap Islam. Dan rasa frustrasi semacam ini sebenarnya tidak hanya monopoli perasaan Emha tapi juga banyak Muslimin yang lain seperti Achmad Sumargono. Dalam posting ini, saya ingin pendapat rekan-rekan apakah ketidak adilan dunia itu hanya dirasakan oleh umat Islam atau juga umat yang lain? Apakah ketidak adilan itu dipraktekkan oleh umat agama satu terhadap yang lain? Ataukah ketidak adilan itu dirasakan oleh semua pihak? Bila demikian siapa pelaku ketidak adilan itu? Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam (di KTP, tapi apakah benar sebagai penganut sukar di ukur)menurut saya banyak mempraktekkan budaya Islam. Pembacaan doa setiap Upacara Bendera tgl 17 Agustus di Instansi Penmerintah di Jawa selalu doa cara Islam (Ada yang tahu bagaimana kalau di Irian atau Ambon yang mayoritas Kristen atau Bali yang mayoritas Hindu?). Pembacaan doa usai sekolah di sekolah Negeri juga ragam Islam. Saya kira sampai sekarang tidak ada protes dari yang bukan Islam. Belakangan ini memang banyak pertemuan antar umat berbeda agama dan mengakhiri pertemuan dengan doa dari bermacam-macam agama. Jam kerja di kantor pemerintah juga berakhir jam 11 pada hari Jum'at untuk Shalat Jumat. Kalau ada kantor swasta yang ngadain rapat pada jam shalat jum'at itu memang tidak perasaan. Ini bisa diatur dengan mudah dengan undang-undang yang ada sanksinya. jadi dengan undang-undang itu pihak swasta harus beristirahat pada waktu Shalat Jumat dsb (pabrik tidak bisa berhenti mesin sewaktu-waktu, ini perlu dipertimbangkan). Lalu AS vs Iraq, apakah benar AS menganggap yang salah adalah Islam? Setahu saya AS menyalahkan Saddam bukan Islam. Kalau menyalahkan Islam, mengapa membantu Kuwait dan Arab Saudi waktu diserang Iraq? Omong-omong tentang Kristen dan AS, mayoritas orang Amerika adalah sekuler dan lebih berpegang pada hukum daripada Agama. Kristen fundamentalis juga ada di Amerika yaitu di negara-bagian negara-bagian di Selatan seperti Arkansaa, Oklahoma dll. Kristen fundamentalis ini juga mirip Islam fundamentalist yang menganggap orang lain tidak benar dan tidak akan masuk surga dan ajaran lain adalah sesat. Ini hanya minoritas. Bahkan sekte tertentu yang berhaluan keras juga ditindak oleh pemerintah, ingat Waco, Texas yang dibumi-hangus oleh Janet Reno? Pemerintah Amerika juga menghormati seluruh agama, Hilary Clinton juga mengucapkan selamat Berpuasa kepada Umat Islam. Namun ada benarnya bahwa citra Islam di AS tidak terlalu bagus. Sebab citra suatu aliran atau agama atau etnis selalu ditunjukan oleh perilaku orang-orang yang mengaku menganut agama atau aliran tersebut. Nah di AS yang mengaku Islam adalah Nation of Islam yang kegiatannya lebih banyak menyebarkan bibit
Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
Setuju banget sih Bung Ridwan, tapi kan kadang2 diperlukan juga kebohongan2 dalam politik, contohnya dalam diplomasi, atau mungkin ini nggak termasuk dalam kategori "bohong" nya Bung Ridwan? hehehe.. ---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau Pemimpin yang pantang berbohong sih pasti ada-lah... Setuju dong Mas Dodo?? === At 09:18 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote: Wah..wah..tolok ukur tekhnis yang bung Ridwan kemukakan ideal sekali nih. Saya nggak bisa bayangin gimana enaknya punya unsur pimpinan dan pemerintahan seperti itu. Tapi rasanya saya juga belum pernah mendengar suatu pemerintahan yang ideal seperti itu. Mudah2an nanti ada..:) ---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: wah banyak dong yah...:)) misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia malah ngerjain 'B'.. misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia malah make duit rakyat seenak udel nya. misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat, eh malah menyengsarakan rakyat... misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah menyepelakan hukum masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ? ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan permasalahan 'moral'...?? kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong.. Salam, bRidWaN At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote: parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin bermoral apa enggak? bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Budi, Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang akan datang ?? Salam, bRidWaN At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote: Rekan-rekan yth., Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum, ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan kebenaran, dll.). Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah, masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah... yang masih banyak lagi lainnya. Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat tenang mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat atau pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme. Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat kebanyakan dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di negara makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb. susah sekali didapat di republik kita? Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan diri dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan tsb. Salam, Budi bRidWaN wrote: Rekan Yth., Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua, sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=) Salam, bRidWaN MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional yang tengah terjadi saat ini adalah kr
Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin bermoral apa enggak? ---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Budi, Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang akan datang ?? Salam, bRidWaN At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote: Rekan-rekan yth., Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum, ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan kebenaran, dll.). Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah, masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah... yang masih banyak lagi lainnya. Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat tenang mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat atau pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme. Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat kebanyakan dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di negara makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb. susah sekali didapat di republik kita? Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan diri dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan tsb. Salam, Budi bRidWaN wrote: Rekan Yth., Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua, sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=) Salam, bRidWaN MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya. Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii. = simak di: http://www.detik.com/berita/199902/990226-1932.html _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Inikah calon Presiden kita?
Assalamu'alaikum, Ikut nimbrung dikit nih, saya kok tertarik ngikutin pembicaraan tentang kriteria pemimpin bangsa kita nanti, apalagi sekarang kita di hadapkan pada beberapa pilihan yang punya karakteristik berbeda beda, dan semuanya "masih di dalam karung". Menurut saya, acara talk show seperti yang di selenggarakan di TPI adalah sebuah langkah yang bagus untuk "mengeluarkan kucing2 kita dari dalam karung". Debat terbuka seperti itu akan sangat berguna sebagai wahana pendidikan politik rakyat. Kita harus mengakui bahwa kebebasan politik rakyat kita selama ini terpasung oleh kepemimpina ala machiavelli yang di terapkan di jaman orde baru. Rakyat menjadi buta politik, dan akibatnya begitu terjadi perubahan mendadak (reformasi), rakyat menjadi shock dan banyak timbul perbuatan2 anarkhis karena keterpasungan politik selama ini membuat rakyat tidak siap untuk menerima perubahan yang begitu mendadak. Acara talk show atau debat terbuka seperti itu juga sangat bagus bagi both pemimpin partai dan masyarakat yang dalam hal ini lebih banyak di wakili oleh para mahasiswa. Buat pemimpin partai, debat seperti itu bisa dipakai sebagai wahana untuk menawarkan konsep2 politik mereka, serta visi yang ingin dicapai oleh partainya. Dilain pihak, masyarakat juga akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang visi dari partai partai politik yang sedang berebut suara. Masyarakat juga akan bisa menilai secara langsung calon2 pemimpin mereka. Dan ini merupakan salah satu ciri demokrasi, dimana rakyat di berikan kesempatan untuk menilai pemimpin mereka sendiri. Berbicara tentang kriteria pemimpin, saya coba menyimpulkan dari beberapa teori kepemimpinan modern yang pernah saya baca, bahwa di era yang sangat dinamis seperti sekarang ini, sangat di perlukan seorang pemimpin yang transformational, yang bisa membawa organisasi (negara) kearah perubahan2 yang positif mengikuti perkembangan jaman. Saya rasa tidak bisa dipungkiri bahwa untuk mentransform suatu organisasi atau negara, unsur pokok yang harus di miliki oleh seorang pemimpin adalah VISI. Tidak mungkin seorang pemimpin akan membawa perubahan tanpa mempunyai visi yang jelas. Pencapaian visi itu sendiri tentunya tidak bisa dilakukan oleh pemimpinnya sendiri, tapi harus merupakan usaha bersama seluruh komponen masyarakat. Bagaimana masyarakat akan dibawa untuk mencapai visi itu kalau visinya itu sendiri tidak pernah di shared??, ini kan seperti mengajak masyarakat untuk berjalan tanpa dikasih tahu arahnya. Empat karakteristik pokok yang di perlukan oleh seorang pemimpin yang transformational adalah kharisma, inspirasi, intelektual stimuli, dan individual consideration. Kharisma disini tidak hanya berarti personnal performance, tapi lebih berarti "providing vision and sense of mission" serta "gaining respect and trust" dari masyarakat luas. Kembali ke pokok permasalahan bahwa MS tidak pernah datang ke acara yang di selenggarakan oleh TPI, bagi saya itu menunjukkan bahwa memang si MS terkesan tidak siap atau "tidak berani" berhadapan langsung dengan rival2 politiknya, karena memang dia sendiri tidak punya kemampuan untuk itu. Saya sendiri juga tidak melihat sosok MS sebagai seseorang yang memiliki kriteria seorang pemimpin yang transformational. Meskipun para pendukungnya mengatakan bahwa MS adalah seorang yang punya kharisma, tapi saya lebih melihatnya sebagai bayang2 dari Soekarno, bukan cerminan kharisma dari MS sebagai individu. MS gains respect and trust karena ada bayang2 nama besar Soekarno di belakangnya, sementara dia sendiri terkesan tidak punya visi dan sense of mission. Konsep2 politik yang di tawarkan oleh PDI-P lebih banyak bersumber dari para tokoh di sekitar MS seperti Kwik Kian Gie, Alex Litaay, dll. MS sendiri seakan2 cuman sebagai boneka yang dikendalikan oleh orang2 di sekitarnya. Jadi menurut saya, kalau kita memang menginginkan sosok pemimpin yang berkualitas di masa depan, kita harus bisa berpikir jernih dan rasional. Jangan terjebak kepada pengkultusan individu seperti yang terjadi di era Soeharto. Debat terbuka seperti yang di selenggarakan TPI merupakan langkah yang bagus untuk menentukan pemimpin yang kita harapkan bersama. Maaf kalau tanggapan saya nggak sistematis, karena saya sedang belajar menulis. Wassalamu'alaikum Dodo ---"N.S. Sisworahardjo" [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum wr. wb. Mas Budi yang budiman, Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat dengan anda tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang sependapat dengan pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. Prinsip demokrasi adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan berlangsungnya komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2 partai dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam (..dst...dihapus) _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
Wah..wah..tolok ukur tekhnis yang bung Ridwan kemukakan ideal sekali nih. Saya nggak bisa bayangin gimana enaknya punya unsur pimpinan dan pemerintahan seperti itu. Tapi rasanya saya juga belum pernah mendengar suatu pemerintahan yang ideal seperti itu. Mudah2an nanti ada..:) ---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: wah banyak dong yah...:)) misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia malah ngerjain 'B'.. misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia malah make duit rakyat seenak udel nya. misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat, eh malah menyengsarakan rakyat... misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah menyepelakan hukum masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ? ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan permasalahan 'moral'...?? kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong.. Salam, bRidWaN At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote: parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin bermoral apa enggak? bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Budi, Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang akan datang ?? Salam, bRidWaN At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote: Rekan-rekan yth., Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum, ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan kebenaran, dll.). Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah, masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah... yang masih banyak lagi lainnya. Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat tenang mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat atau pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme. Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat kebanyakan dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di negara makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb. susah sekali didapat di republik kita? Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan diri dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan tsb. Salam, Budi bRidWaN wrote: Rekan Yth., Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua, sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=) Salam, bRidWaN MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya. Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii. = simak di: http://www.detik.com/ber
Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
Gimana kalau kita kembali saja ke jamannya machiavelli. Punya seorang "prince" yang otoriter, tapi prince nya harus bener2 berkualitas, yang memenuhi kriteria bung Ridwan itu..?? ---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: wah banyak dong yah...:)) misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia malah ngerjain 'B'.. misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia malah make duit rakyat seenak udel nya. misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat, eh malah menyengsarakan rakyat... misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah menyepelakan hukum masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ? ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan permasalahan 'moral'...?? kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong.. Salam, bRidWaN At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote: parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin bermoral apa enggak? bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Budi, Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang akan datang ?? Salam, bRidWaN At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote: Rekan-rekan yth., Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum, ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan kebenaran, dll.). Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah, masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah... yang masih banyak lagi lainnya. Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat tenang mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat atau pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme. Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat kebanyakan dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di negara makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb. susah sekali didapat di republik kita? Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan diri dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan tsb. Salam, Budi bRidWaN wrote: Rekan Yth., Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua, sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=) Salam, bRidWaN MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya. Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii. = simak di: http://www.detik.com/berita/199902/990226-1932.html ___
Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Oooohh alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya. Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah. Tiap2 agama ngurusin religious quality dari ummatnya masing2, nggak usah saling mencela dan tetek bengeknya. Saya kuatir bahwa konflik agama ini akan berlanjut sampe nanti di surga atau di neraka. Bayangin aja, nanti juga masing2 agama akan mengklaim bahwa surga itu hanya untuk ummatnya yang taat, pemeluk agama lain harus di neraka. Nah kalo udah begini, kan jadinya gontok2an juga nanti di surga, siapa yang berhak masuk sana? Atau mungkinkan oleh Tuhan akan dibuatkan surga yang terpisah? untuk kristen sendiri, untuk islam sendiri, untuk agama lain juga punya masing2?. Inipun nggak akan menyelesaikan masalah, karena masih ada kemungkinan tawuran antar surga, ejek ejekan, lempar lemparan batu, tombak, parang dll. Terus kapan selesainya? Kalau saya kok setuju tawarannya Gus Dur beberapa waktu lalu. Kita ini jadi negara sekuler aja deh. Agama digunakan sebagai landasan moral pribadi penganutnya. Jangan mencampur adukkan negara (politik) dan agama. Jangan juga seperti Turki yang melarang pemakaian jilbab, karena itu sudah termasuk pemasungan hak2 manusia. Udah deh...politik ya politik, agama ya agama, diurus di masjid atau di gereja atau di pura dll. Jangan di campur aduk kaya nasi rames. Kalau campurannya tepat, rasanya enak, tapi kalau nggak tepat, ya bikin sakit perut. ---Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote: Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas lalu boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain donk. Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang "berimbang dan netral" Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan yang bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan persoalan, bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa kebencian thd satu sama lainnya. Cerita dongeng atau Keajaiban-keajaiban ttg keagungan sebuah agama juga sering saya dengar. Bahkan sampai bosen mendengarnya. Sama seperti di Kristen, ada cerita bahwa alkitab dan salib tidak terbakar, sebuah gereja yang tidak disentuh api, atau rantai malaikat yang mengelilingi sebuah gereja yang akan dibakar waktu mei lalu, etc... Lantas, apa maksud "dongeng" ini? untuk mengkuatkan iman para pemeluknya? boleh!, untuk menghasut dan menghujat agama lain? Ini kan harus dipertanyakan. andrew pattiwael On Sun, 28 Feb 1999, Hadeer wrote: Patokan saya sich mah jelas : Yang paling banyak menjadi korban adalah yang tertindas. Kita lihat saja, siapa yang paling banyak jadi korban dan tertindas. We are not stupid laaand dont be stupid laa... Hadeer Andrew G Pattiwael wrote: Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya... :) On Sat, 27 Feb 1999, Hadeer wrote: Kalau berita seperti ini masuk dalam kategori mana ? Smile Hadeer === From: "Nunung" [EMAIL PROTECTED] To: "sabili" [EMAIL PROTECTED] Cc: "Riska" [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 26 Feb 1999 20:17:55 +0700 Subject: [Sabili] Tentara Allah Turun Di Ambon Assalamu'alaikum Wr.Wb (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kpd Rabbmu, lalu diperkenankan-= Nya bagimu:"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dgn se= ribu malaikat yg datang berturut-turut." (QS Al-Anfaal:9) = = Di tengah peristiwa pembantaian umat muslim di Ambon, ternyata Allah menuru= nkan ribuan jundullah cilik yg menyerang org2 kafir dgn keberanian luar bia= sa. = Berikut ini saya kutipkan dari majalah Sabili : Org2 nasrani yg bersenjatakan panah2 api racun, parang, tombak, batu, kay= u, besi senapan berburu, bom molotov hingga bom ikan, pd malam 20 Jan 99 se= kitar pk. 24.00 s/d 01.00 malam mendesak umat Islam yg mengungsi di mesjid = Raya Al-Fatah hingga mundur. Mereka benar2 ingin menghancurkan mesjid. Di d= lm mesjid tsb berkumpul 5000-an pengungsi. Umat Islam panik bercampur marah= . Para pengungsi yg kebanyakan ibu2 anak kecil histeris ketakutan. Gambar= an kehancuran mesjid pembantaian pengungsi sudah terbayang di pelupuk mat= a. Keadaan sudah semakin gawat. Tetapi, tiba2 penyerang itu berbalik lari= terbirit-birit. Mereka sangat ketakutan. Umat Islam tdk tahu apa yg sebena= rnya terjadi. Ternyata dari penuturan seorg nasrani yg berhasil ditawan ad= alah : "saya melihat ribuan kanak2 berusia sekitar 10 th, memakai baju so= ngkok putih berlari kencang ke luar mesjid ke arah kita. Seorg tua berjubah= bersorban putih dgn tongkat di tangannya tampak memimpin pasukan itu. Ju=
Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Lha iya tho mas, Semua orang kan sudah tahu kalau agama itu suci, sedangkan politik itu kotor. Lha kalau yang kotor dicampur aduk dengan yang bersih (suci), jadinya ya keruh dong. Ibaratnya juga mempertemukan dua pihak yang berlawanan diatas suatu arena, maka arena itu akan selalu diwarnai dengan keributan, dan permusuhan. Contohnya saja pendawa dan kurawa, dimanapun tempatnya, kalau mereka sudah dibawa oleh pak dalang ke panggung yang sama, ya pasti berantem. Makanya, biar tidak berantem, masukkan saja pendawa dan kurawa ke kotak masing2, biarkan mereka hidup dalam kotaknya masing masing. ---Blucer Rajagukguk [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Dodo, saya setuju dengan anda bahwa agama dan politik jangan dicampur aduk. Masalahnya masih banyak yang hobi mencampuraduk kedua hal ini agar bisa cepat mencapai pucuk pimpinan. Ada satu hal yang menjadi pegangan saya buat seorang yang benar-benar beragama. Orang ini hanya akan mendekatkan diri kepada Tuhan dan berbuat sebaik mungkin untuk sesama manusia. Sedangkan politikus akan membuat strategi sebaik mungkin untuk mencapai posisinya, kalau perlu mengorbankan orang lain untuk memantapkan posisinya. Jelas kalau politikus bicara soal agama, ini namanya makan nasi goreng dicampur sop ayam. peace. Dodo D. wrote: Oooohh alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya. Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Inikah calon Presiden kita?
Wah..wah..wah, Saya rasa pak Harto dulu ndak kurang kurangnya turun ke daerah membantu rakyat. Tapi karena rakyat tidak pernah di didik politik secara terbuka, dan pak Harto tidak pernah di debat di depan umum, akhirnya rakyat ya bodoh saja. Orang orang di sekeliling pak Harto selalu membenarkan ucapan dan tindakannya, sehingga rakyat yang bodohpun ikut2an memberikan pembenaran. Akhirnya terjadilah pengkultusan individu terhadap seorang yang namanya Soeharto. Apakah kita ingin mengulang kebodohan masa lalu? Kalau saya kok ndak mau. ---Blucer Rajagukguk [EMAIL PROTECTED] wrote: Lebih setuju lagi kalau kemampuan menjawab pertanyaan rakyat segera direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak krisis dan penderitaan rakyat yang terjadi, saya kira menjawab pertanyaan dalam diskusi tidak cukup untuk rakyat, yang diharapkan pemimpin langsung turun kelapangan untuk mengurangi penderitaan rakyat. Sekali lagi, semoga niat MS untuk turun kelapangan segera diikuti oleh pemimpin yang lain. peace. Yuni Wulandana wrote: Assalamu'alikum ww Maaf ikut nimbrung. Saya sendiri cenderung melihat bahwa yg terjadi pada talk show adalah tidak saja kemampuan dari peserta secara individual, tapi juga kemampuan suatu team yang diwakili oleh individu tersebut. Persiapan utk menghadapi talk show bukanlah tugas sebuah individu, tapi sebuah team. Seorg peserta (individu) yg 'kelabakan' adalah bukti tidak saja kurang siapnya dia secara individu tapi juga team yg mempersiapkannya. Mugkin mereka kurang ber'brain storming' sebelum acara tsb atau sebab lain. Namun seperti juga pelajar yg baik yg tidak belajar semalam sebelum ujian berlangsung, sebuah partai tidaklah berbrain storming hanya sebelum kampanye atau talk show. Menjawab sejuta pertanyaan yg ada di masyarakat sekarang adalah tugas sebuah partai. Tidaklah seperti sebuah PR dimana pak guru mengetahui jawaban yg benar dan sang pelajar berusaha menemukannya, dan pak guru memberinya nilai seratus jika dia menemukannya, masyarakat tidak pernah tahu jawaban yg benar. Mereka hanya tahu sejuta pertanyaannya saja. Partai tidaklah mampu mencari jawban yag benar, karena kalau pun benar, masyarakat toh tidak tahu. Partai hanyalah berusaha mencari jawaban yg cukup meyakinkan di mata masyarakat. Apakah itu jawaban yg benar ? Hanya perjalanan waktu yang bisa menjawabnya. Jika usaha menjawab ini dilakukan secara intensif oleh sebuah partai. atau setidak-tidaknya sebuah think tank partai, maka pertanyaan2 yg terlontar di talk show bukanlah suatu kejutan. Walhasil, menjawabnya adalah hal yg enteng dilakukan .Bahwa yg melontarkan pertanyaan tidak puas dengan jawaban yg disediakan oleh sebuah partai, itu adalah urusan lain. In fact itu adalah urusan si pelontar perta- nyaan itu sendiri, apakah dia akan memilih partai itu atau tidak karena tidak memberikan jawab yg memuaskannya. Sebuah partai tidak menjawab pertanyaan berdasarkan keinginan masyarakat tapi berdasarkan visinya sendiri. Jawaban oleh sebuah partai adalah visi partai tsb. Kesimpulannya, saya setuju dengan pak Nur bahwa talk show janganlah dianggap sebagai budaya asing. Ibarat mengendarai mobil, janganlah dipandang sebagai budaya asing, tapi simaklah manfaatnya. Tentu saja utk dapat memanfaatkannya kita harus belajar mengendarai mobil, tidak bisalah kita terus terusan meminta orang lain utk menyetirnya buat kita. Kesimpulan kedua adalah bahwa keberhasilan menjawab seorg individu di talk show tidak hanya refleksi kemampuan individualnya tapi juga refleksi kemampuan think tank bahkan the whole party yg diwakilinya untuk menjawab tantangan masa depan. baiklah sudah terlalu panjang nimbrungnya, sekian dulu, selamat berdiskusi. doni Pittsburgh N.S. Sisworahardjo wrote: Assalamu'alaikum wr. wb. Mas Budi yang budiman, Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat dengan anda tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang sependapat dengan pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. Prinsip demokrasi adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan berlangsungnya komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2 partai dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam pertunjukan Loedreok. Bahkan kadang saya pikir, didalam pertunjukkan Loedreok malah lebih baik dari kampanye tersebut. Mengapa, karena disitu terjadi proses dialog dan interaksi yang baik antara pemain di atas panggung dan penonton. Justru teater2 rakyat mampu menunjukan konsep demokrasi yang sebenarnya, bahwa subjeck dalam suatu peran, tidak hanya ditampilkan oleh tokoh yang berdiri di atas panggung namun oleh seluruh komponen yang terlibat dalam proses pertunjukkan itu sendiri. Saya sependapat dengan Mas Budi bahwa penekanan pada sistem lebih penting dari pada individu2 dalam sistem itu sendiri. Namun bisa kita
Re: LAGI-LAGI, PAN-AMIEN RAIS
Kok menurut saya, Amin Rais agak sedikit "norak" dengan pernyataan-pernyataan politiknya yang di sampaikan di Singapore beberapa waktu yang lalu dan yang di senada di sampaikan di Hong Kong. Ditambah lagi dengan merekrut anak2 SMU. Saya kok jadi suka tersenyum sendiri kalo baca tentang Amien Rais ini. Pada saat2 awal reformasi bergulir, saya melihat sosok Amien Rais sebagai sosok yang sangat ideal dengan aksi2nya yang cukup berani dan idealis. Kemudian sesaat setelah reformasi menunjukkan hasil2 awalnya, dia mulai memperlihatkan ambisi politik pribadinya untuk menjadi presiden, bahkan secara terang terangan dia menolak diangkat menjadi menteri karena memang pengin jadi presiden. Akhir akhir ini dia mulai menyadari bahwa rival rival politiknya cukup kuat, sehingga dia membuat pernyataan bahwa tidak berambisi jadi presiden. Trus dia mungkin juga menyadari bahwa konsep2 politik yang dibawanya di bawah bendera PAN "kurang menyentuh" rakyat kalangan bawah. Lain halnya dengan PDI perjuangan yang meskipun visinya nggak jelas, tapi mendapat dukungan rakyat golongan bawah. Menyadari hal ini, mungkin dia berpikir untuk mencari dukungan dari golongan minoritas, serta dukungan dari negara2 tetangga yang mayoritas penduduknya adalah golongan minoritas di Indonesia. Dia juga berusaha merangkul para TKI yang berada di luar negeri. Kok saya juga merasa aneh ketika mendengar Amien Rais membikin pernyataan seperti itu di Hong Kong. Sepengetahuan saya, AMien Rais adalah seorang tokoh islam yang fundamental. Bahkan saya pernah dengar cerita bahwa sewaktu dia dulu jadi mahasiswa di University of Chicago, dia menolak undangan2 di rumah orang2 bule, karena sebagai seorang islam, dia merasa haram menghadiri acara2 tersebut. Setelah "nyemplung" ke kolam politik, dia sepertinya berubah 180% dari hakekat dirinya sendiri. Saya tidak tahu apakah memang perubahan itu dilandasi oleh kesadarannya untuk menyelamatkan negara, ataukan karena ambisi politik pribadinya dan untuk sekedar mencari dukungan. Sedandainya dia terpilik sebagai presiden, akankan dia konsisten dengan langkah2 pendahuluannya ini? Wallahu 'alam. Saya juga tidak mau berprasangka. ---"Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] wrote: Apapun yang dijanjikan AR memang spektakuler dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun satu hal tentang bahasa Mandarin kalo dijadikan bahasa alternatif setelah bahasa Indonesia di Kabinet apa ini bukan suatu janji konyol. Lha wong berbahasa Indonesia saja banyak orang (termasuk menteri) yang tidak becus, malah mau cari perkara berbahasa Mandarin di Kabinet. Wassalam, Efron -Original Message- From: Ramadhan Pohan [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Wednesday, 17 February, 1999 04:52 To: [EMAIL PROTECTED] Subject:LAGI-LAGI, PAN-AMIEN RAIS Salam! Senin Presiden, Selasa bahasa Mandarin bebas diajarkan. Cina bisa jadi perwira ABRI, masuk Kabinet dan berbahasa leluhur mereka. Itu janji Amien Rais bila PAN menang dan Amien Rais jadi Presiden-- yang katanya semua janjinya itu dipertanggungjawabkan dunia-akhirat. Pantaslah kalau Amien Rais-PAN disambut istimewa oleh "huaren", para TKI, dan pejabat Hongkong. Apalagi ketika doktor ilmu politik lulusan Chicago ini mengucapkan "selamat imlek" dalam bahasa Mandarin-- sembari menginginkan anaknya ikut kursus bahasa Mandarin. Lagi-lagi Amien. Sayangnya, ini yang tidak ada-- ibarat bumi dan langit-- pada Megawati. Sedangkan Megawati fasih bicara marhaenisme, wong cilik, becak-- yang juga sayangnya tidak ada pada Amien Rais. Di atas kertas Megawati dan PDI Perjuangan akan jadi Presiden dan pemenang telak pemilu 1999. Namun jangan berharap Indonesia bisa mendekati demokrasi dan semangat anti rasis model AS-- negeri yang banyak menjadi inspirasi politik Amien. Bagaimana pendapat Anda? Silahkan setuju atau mencibir salam! ramadhan pohan ## Berikut saya paste dari Jawa Pos, edisi hari ini, Rabu: http://jawapos.co.id Oleh-Oleh Prof Dr Amien Rais dari Hongkong (1) ''Senin Presiden, Selasa Mandarin Diajarkan'' Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh Dr Amien Rais, ketua umum DPP PAN, kunjungan silaturahminya ke Hongkong akan disambut semeriah di tanah air. Mengunjungi ribuan TKI yang bekerja di bekas koloni Inggris itu, Amien disambut bagai seorang bintang film di tengah penggemarnya. Sedang berkampanyekah Amien? _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Polling Presiden RI!
Quote of the day: "Great minds discuss ideas, Average minds discuss events, Small minds discuss people." So, who are we..??? ---Priyo Pujiwasono [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya mau ngadain polling nih... Setelah melihat-lihat calon Presiden mendatang yang sekarang beredar: Amien, Gus Dur, Mega, HB X...mereka memang punya dukungan yang lumayan. Cuma, dari segi "akseptabilitas", rasanya mereka tidak akan mendapat dukungan yang mayoritas. Artinya ya...kalo satu diantara mereka terpilih, kemungkinan terjadi chaos riots seperti sekarang tetap terbuka. So, kemungkinan negara kita yang tetap aja kacau. Padahal, kita masih punya tokoh yang dari segi "akseptabilitas" ini justru punya basis dukungan yang lebih besar, dan menurut saya "hampir" bisa diterima semua pihak, baik muslim, non-muslim, nasionalis, mahasiswa, NU-Muhammadiyah, etc-etc. Pokoknya, saya yakin, dibandingkan ke-4 figur di atas, sebetulnya yang satu ini masih lebih baik -- untuk membawa INDONESIA BARU yang MODERN, mewujudkan MASYARAKAT MADANI. Apalagi, dia tidak berpolitik praktis dengan menjadi Ketua salah satu Partai -- Intelektual yang sangat GENIUS, WAWASANNYA sangat luas dalam, JUJUR, SEDERHANA, dapat menjadi tauladan baik dalam keluarga maupun masyarakat, ucapannya selalu BIJAK serta dapat diterima hampir semua golongan dan kelompok massa. Pokoknya, dialah THE BEST CANDIDATE untuk Presiden mendatang. Siapa Dia... Sabaaar. Hmmmtahan napas.. Yaa.PROF. DR. NURCHOLISH MADJID!!! alias CAK NUR...Doktor Genius lulusan University of Chicago yang sangat sederhana bijaksana! Bagaimana kalau dia kita dukung rame-rame?? Setujuuu.. VOTE CAK NUR FOR PRESIDENT!!! -- Kalau anda setuju dengan isi e-mail ini, silakan sebar luaskan ke sebanyak mungkin milis Indonesian Community. Terimakasih. -- Priyo Pujiwasono Engineering Technology Management George Washington University == Tidak ada hubungan/pertalian saudara, famili dengan Cak Nur, ataupun mendapatkan keuntungan materiil dari menulis dukungan ini. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Polling Presiden RI!
Itulah permasalahannya, agak susah bagi kita saat ini untuk menempatkan diri kita sendiri karena keragaman permasalahan yang kita hadapi saat ini, sama sulitnya dengan menilai calon pemimpin kita nanti. Kalau kita mau jadi kelompok "great minds", kita akan terbuai oleh angan angan dan ide yang muluk2, sehingga sering melupakan events yang sedang terjadi di masyarakat dan hasilnya adalah, hal2 yang essensial yang sedang di hadapi oleh masyarakat secara keseluruhan menjadi terabaikan. Dalam hal ini, saya pribadi menilai Amien Rais dengan PAN-nya termasuk kelompok yang great mind, mereka sering muncul dengan konsep konsep politik mereka yang jelas dan cenderung lebih radikal. Ini juga bisa dilihat dengan struktur organisasinya yang inklusif, dimana di dalamnya terdapat tokoh2 handal dari berbagai golongan yang memungkinkan PAN untuk berbuat lebih dari kelompok2 yang lain dalam konsep2 politiknya. Sayangnya, mereka terkesan terlalu "elit" sehingga kurang "diminati"oleh masyarakat golongan bawah. Hal yang berlawanan telihat pada PDI perjuangan dengan Megawati sebagai pemegang komando. Realita2 yang ada di masyarakat bawah menjadi andalannya untuk disuguhkan sebagai "hidangan" yang menarik, khususnya bagi masyarakat kelompok bawah. Hasilnya memang ampuh, masyarakat "kebanyakan" melihat PDI perjuangan sebagai partai yang lebih menjanjikan. Ditambah lagi dengan (nggak bisa dipungkiri) keberadaan Mega sebagai keturunan Soekarno. Sayangnya, konsep politik dan visi yang di tawarkan oleh PDI kurang jelas, bahkan Mega sendiri sebagai pimpinan ketika ditanya wartawan tentang visinya, tidak memberikan jawaban. Makanya, kalau saya sendiri di tanya calon presiden kita nanti siapa? saya juga nggak bisa memberikan jawaban. "Kucing kucing kita masih di dalam karung" (kata Ida). Kita tentunya nggak mau milih kucing yang masih di dalam karung, karena masih belum jelas kemampuan dan keindahannya. Mudah mudahan aja wakil2 kita di MPR nantinya, tidak memilih kucing yang salah. Untuk itu, akan sangat berguna menurut saya, apabila calon calon yang di tetapkan nanti, di minta untuk berdebat di depan publik sebelum MPR membuat keputusan. ---Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah Bung Dodo, agak sulit kalau kita mau menempatkan diri kita sendiri... Kalau saya melihatnya malah perlu untuk mulai melirik-lirik siapa calon yang pantas. Hal yang belum jelas bagi saya, apakah calon presiden dan wakilnya ditentukan setelah ketahuan partai mana yg menang ataukah sebelum pemilu para partai ini selain membeberkan programnya juga menyebutkan calon unggulannya. Jaman dulu kita sudah capek gebug- gebugan ternyata ketiga partai dan golongan tetap memilih presiden yg itu-itu juga. Pernyataan Adi Sasono yg mengisyaratkan bahwa Habibie yg akan dicalonkan partainya membuat sedikit kekawatiran, jangan-jangan kejadian yg dulu terulang lagi. Kalau begitu masyarakat tidak perlu ambil pusing dengan pemilu, toh para tokoh yg merasa pantas menjadi presiden dapat melakukan lobbi akhir kepada partai yg menang. Yaaakalau gitu kita ini seperti membeli kucing dalam karung. Toh program-program yg ditawarkan sebelum pemilu dapat dikreasikan lagi. "Dodo D." wrote: Quote of the day: "Great minds discuss ideas, Average minds discuss events, Small minds discuss people." So, who are we..??? ---Priyo Pujiwasono [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya mau ngadain polling nih... Setelah melihat-lihat calon Presiden mendatang yang sekarang beredar: Amien, Gus Dur, Mega, HB X...mereka memang punya dukungan yang lumayan. Cuma, dari segi "akseptabilitas", rasanya mereka tidak akan mendapat dukungan yang mayoritas. Artinya ya...kalo satu diantara mereka terpilih, kemungkinan terjadi chaos riots seperti sekarang tetap terbuka. So, kemungkinan negara kita yang tetap aja kacau. Padahal, kita masih punya tokoh yang dari segi "akseptabilitas" ini justru punya basis dukungan yang lebih besar, dan menurut saya "hampir" bisa diterima semua pihak, baik muslim, non-muslim, nasionalis, mahasiswa, NU-Muhammadiyah, etc-etc. Pokoknya, saya yakin, dibandingkan ke-4 figur di atas, sebetulnya yang satu ini masih lebih baik -- untuk membawa INDONESIA BARU yang MODERN, mewujudkan MASYARAKAT MADANI. Apalagi, dia tidak berpolitik praktis dengan menjadi Ketua salah satu Partai -- Intelektual yang sangat GENIUS, WAWASANNYA sangat luas dalam, JUJUR, SEDERHANA, dapat menjadi tauladan baik dalam keluarga maupun masyarakat, ucapannya selalu BIJAK serta dapat diterima hampir semua golongan dan kelompok massa. Pokoknya, dialah THE BEST CANDIDATE untuk Presiden mendatang. Siapa Dia... -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Ren
Re: Polling Presiden RI!
No minds? susah deh definisinya. Bisa jadi adalah "people without any ideas to discuss" tapi kelihatannya kkurang tepat juga. Orang2 yang introvert, cenderung memilih untuk diam, tapi berpikir, daripada teriak teriak kesana kemari tanpa isi yang jelas. Atau mungkin definisinya adalah "people without ideas at all", tapi mungkin cuma orang gila yang hidup tanpa ide2. Nggak tahu deh.. ---Notrida Mandica [EMAIL PROTECTED] wrote: How about "No Minds?" he..he..he.. ida Quote of the day: "Great minds discuss ideas, Average minds discuss events, Small minds discuss people." So, who are we..??? ---Priyo Pujiwasono [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya mau ngadain polling nih... Setelah melihat-lihat calon Presiden mendatang yang sekarang beredar: Amien, Gus Dur, Mega, HB X...mereka memang punya dukungan yang lumayan. Cuma, dari segi "akseptabilitas", rasanya mereka tidak akan mendapat dukungan yang mayoritas. Artinya ya...kalo satu diantara mereka terpilih, kemungkinan terjadi chaos riots seperti sekarang tetap terbuka. So, kemungkinan negara kita yang tetap aja kacau. Padahal, kita masih punya tokoh yang dari segi "akseptabilitas" ini justru punya basis dukungan yang lebih besar, dan menurut saya "hampir" bisa diterima semua pihak, baik muslim, non-muslim, nasionalis, mahasiswa, NU-Muhammadiyah, etc-etc. Pokoknya, saya yakin, dibandingkan ke-4 figur di atas, sebetulnya yang satu ini masih lebih baik -- untuk membawa INDONESIA BARU yang MODERN, mewujudkan MASYARAKAT MADANI. Apalagi, dia tidak berpolitik praktis dengan menjadi Ketua salah satu Partai -- Intelektual yang sangat GENIUS, WAWASANNYA sangat luas dalam, JUJUR, SEDERHANA, dapat menjadi tauladan baik dalam keluarga maupun masyarakat, ucapannya selalu BIJAK serta dapat diterima hampir semua golongan dan kelompok massa. Pokoknya, dialah THE BEST CANDIDATE untuk Presiden mendatang. Siapa Dia... Sabaaar. Hmmmtahan napas.. Yaa.PROF. DR. NURCHOLISH MADJID!!! alias CAK NUR...Doktor Genius lulusan University of Chicago yang sangat sederhana bijaksana! Bagaimana kalau dia kita dukung rame-rame?? Setujuuu.. VOTE CAK NUR FOR PRESIDENT!!! -- Kalau anda setuju dengan isi e-mail ini, silakan sebar luaskan ke sebanyak mungkin milis Indonesian Community. Terimakasih. -- Priyo Pujiwasono Engineering Technology Management George Washington University == Tidak ada hubungan/pertalian saudara, famili dengan Cak Nur, ataupun mendapatkan keuntungan materiil dari menulis dukungan ini. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: RICE
Tolong dicarikan bahasa inggrisnya untuk jenis beras di bawah ini: 1. beras jatah PNS=...? 2. beras nggak laku=...? 3. beras berkutu=...? 4. beras nggak enak=...? 5. penjarah beras=...? ---Panut Wirata [EMAIL PROTECTED] wrote: Untuk Ida: Ini beberapa terminologi untuk padi dan beras. Untuk ini perbendaharaan kata kita lebih kaya dari bahasa Inggris nasi = steam rice; nasi goreng = fried rice; nasi spanyol = paella beras = rice; beras selep = polished rice beras sosoh = whole grain rice beras mutiara = pearl rice; beras ketan = glutinous, sweet rice gabah = rice seed, rice grain tanaman padi = paddy plant, rice plant sawah = paddy field padi sawah = lowland rice padi gogo = upland rice Tanaman padi disebut tanaman setahun artinya siklus hidupnya selesai dalam satu tahun (bisa kurang dalam setahun). Khusus untuk tanaman padi, dari biji (benih) sampai tumbuh dewasa, berbunga dan berbuah (gabah itulah buahnya)perlu waktu sekitar 3 bulan. Setelah berbuah lalu mati. Beda dengan tanaman markisa yang bisa hidup bertahun-tahun (disebut tanaman tahunan). ---Notrida Mandica [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear a bunch of paddy, dry has stayed on the ground for years, thee slowly, time has eaten it its skin has been torn almost naked, the paddy asks for mercy seems very expensive none wants to hold it though exhausted,dry paddy is searching for protection empty, only empty looks it has earned not deserve that indeed it ought to live with ida __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: HUMOR KONTEMPORER
Karena Jayabaya keburu mati, maka ramalannya itu masih kurang lengkap, seharusnya masih ada lanjutannya setelah Notonegoro. Harusnya Notonegoro Podosuko. Dan dalam hal ini saya setuju dengan megawati. Habis "Neruske" suharTo, maka akan muncul si meGO menjadi Presiden dengan si amin ROis menjadi wapres. Setelah meGO turun digantikan amin ROis. Pada saat amin ROis menjadi presiden si POhan melakukan kudeta dan akhirnya jadi presiden berikutnya. Karena POhan nggak beres, maka rakyat mengangkat DOdo menjadi penggantinya. Untuk "SU" ama "KO" terserah aja, siapa yang mau daftar. Gitu seharusnya cerita yang lengkap. ---Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote: Salam! Teman saya, barusan nggosipin kaum elite kita. Biasa, bikin othak-athik menurut gathuknya wong Jowo-- yang sangat menarik. Ceritanya begini: Notonegoro atau Notobirowo? Orang boleh percaya atau tidak tentang Jangka Jayabaya. Bagi yang percaya, tentunya sekarang bingung, kenapa sekarang harusnya "NO" kok jadi "BI" (habiBI). Ada orang, terutama yang pendukung PAN, mengatakan mungkin karena globalisasi atau apa kek, unen-unen (motto) sudah ganti menjadi Noto Birowo. Jadi sesudah "BI" akan datang "RO" alias ROis (Amin Rais). Lain lagi dengan pendukung PDI Mega. Mereka yang percaya Jangka Jayabaya, akan nyletuk, ah unen-unen kok ganti, bukannya itu dipas-pasin aja? Jayabaya kan selama ini ramalannya benar? Lanjutnya, unen-unennya tetap Noto Negoro, dalam arti sekarang itu "NE" yang artinya Neruske (Nerusin). Kan Pak Habibie nggak dipilih MPR. Dia hanya nerusin Pak Harto yang kepleset! Dan sesudah "NE", tetntunya "GO" alias meGO (Mega), baru setelah itu "RO". Jadi wajar, kalau baru-baru ini, Amin Rais bilang mau jadi wapres aja kalau yang jadi presiden Mbak Mega. Sebab di bisa tetap high profile dan akhirnya menggantikan Mbak Mega pada periode berikutnya. Eh, mathuk (cocok) juga, analisa ini. Menurut Anda, bagaimana? Atau ada ada anekdot lain? salam! ramadhan pohan _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Wiranto=Pahlawan baru....
Menarik Bung Budi, Tapi pertanyaannya, bagaimana kita mengkategorikan "perusuh" itu. Apakah setiap orang yang telibat kerusuhan lantas disebut perusuh dan perlu di tembak di tempat? Sementara, setiap kerusuhan pasti melibatkan ratusan bahkan ribuan orang, lalu apakah ABRI akan menmbantai seribu orang dengan alasan melakukan kerusuhan? ini mustahil, dan tidak masuk akal. Kalau kita mempersempit kategori perusuh sebagai orang yang menggerakkan kerusuhan, atau yang akhir2 ini populer disebut provokator, bagaimana kita mengidentifikasi provokator tersebut? Seperti yang pernah saya kemukakan, kita ini sering menggunakan istilah-istilah yang tidak jelas definisinya, mulai dari OTB, oknum2 tertentu, ninja, perusuh sampai dengan provokator. Semuanya hanya istilah yang tidak jelas artinya dan hanya berdasarkan dugaan tanpa ada bukti2 yang nyata. Kalau ABRI hanya menduga duga si "perusuh" atau "provokator" kemudian main tembak tempat, justru itu akan menyulitkan ABRI sendiri, karena besar sekali kemungkinan menembak sasaran yang salah. Dan kalau itu terjadi, rakyat akan semakin marah dan brutal serta menghujat ABRI habis habisan. Hal ini akan membuat posisi ABRI yang sudah sulit, menjadi lebih sulit lagi. Ini juga akan menghambat reformasi internal yang sedang dilakukan oleh ABRI. Dalam hal ini, saya rasa perlu adanya konsensus bersama antara ABRI dengan para tokoh masyarakat dalam menentukan tindakan terhadap kerusuhan yang terjadi, sehingga ABRI mempunyai semacam guidelines dalam melakukan tindakannya. Dalam hal ini, saya tidak berbicara tentang hukum formal yang berlaku di negara kita maupun aturan main di dalam tubuh ABRI sendiri. Saya rasa konsensus bersama akan lebih memudahkan semua pihak untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian, tindakan ABRI tetap bisa terkontrol dan tidak boleh keluar dari aturan main yang sudah disepakati. Hal ini pula akan memudahkan semua pihak apabila terjadi kesalahan prosedur di lapangan, karena sudah ada guidelines yang jelas yang bisa dipedomani oleh semua pihak. Mungkin ada pendapat dari rekan2 yang lain tentang ABRI ini? Wassalam ---Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan yth., Menanggapi berita terakhir tentang: ABRI menyatakan perang terhadap kerusuhan-kerusuhan dan akan melakukan tembak di tempat terhadap perusuh, yang disampaikan oleh Pangab Wiranto, sungguh sangat tepat waktunya setelah segala kerusuhan yang terjadi di Indonesia selama ini terkesan 'dibiarkan saja'. Apalagi kalau dikaitkan dengan Pemilu yang semakin dekat, dan kecemasan masyarakat yang semakin tinggi. Tidak ada kata lain yang lebih tepat untuk menyebut Pangab kita satu ini saat ini, yaitu 'Pahlawan Baru'. Saya kok punya keyakinan bahwa dalam waktu singkat Indonesia akan menjadi aman dan tenang. Kalau ini benar, maka kelihatannya ada dua kemungkinan besar yang bisa dicermati, yaitu: 1. Dengan niat murni dan profesionalisme-nya ABRI betul-betul memberantas penyebab kerusuhan dan keresahan masyarakat selama ini dan mencegah timbulnya kerusuhan baru. Artinya, ABRI melakukannya untuk kepentingan rakyat dan negara tanpa tendensi apapun. Ini harapan saya dan kita semua, meskipun masih ada pertanyaan yang mengganjal, yaitu: kenapa nggak dilakukan sejak dulu? 2. ABRI akan menghentikan tindakan-tindakan penyebab kerusuhan dan keresahan masyarakat yang selama ini adalah bagian dari 'rekayasa'nya, dengan tujuan mendapatkan simpati masyarakat lagi. Dan bukan suatu hal yang mustahil jika Wiranto sang 'pahlawan' dicalonkan oleh beberapa partai dengan dimotori oleh partai-partai 'jadi-jadian' sebagai presiden ke 4. Hal ini yang tidak saya harapkan, karena pendekatan militerisme kelihatannya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan demokrasi dan ketatanegaraan di Indonesia beberapa bulan terakhir ini. Disamping itu, masih ada pertanyaan lain yang mengganjal, yaitu: apakah ini rekayasa Wiranto sendiri atau ada sutradara yang handal di belakangnya? Mudah-mudahan Tuhan selalu bersama kita untuk menunjukkan jalan terbaik buat bangsa ini. Salam, Budi _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: deklarasi API
Salut.!!! Tindakan yang sangat positif dari pelajar. Mudah2an cepat membawa hasil. ---deddy priadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Sabtu, 6 Februari 1999 Peta Situs Beranda Dapur Gudang Data Kotak Pos Analisa Berita The Net Wawancara Aliansi Pelajar Indonesia Dideklarasikan, Dukung Gerakan Mahasiswa detikcom, Jakarta - Aliansi Pelajar Indonesia (API) direncanakan akan didekrasikan Sabtu Malam ini (6/2/1999). Deklarasi itu rencananya akan dilakukan di Apartemen Casablanca, Kuningan, Jakarta Selatan. API mengharapkan wadah ini dapat memberantas, setidaknya mengurangi tawuran antar pelajar yang marak akhir-akhir ini. Humas Api, Saras Dhamantra, kepada detikcom mengatakan bahwa API telah mendapat dukungan dari ratusan SMU di kawasan Jabotabek. Masalah tawuran antar pelajar tampaknya akan menjadi agenda utama API. Api menyesalkan terbentuknya citra pelajar sebagai petarung-petarung jalanan yang hanya bisa mengandalkan kekuatan fisik. "Orang tawuran kan kalau mati disukurin orang," tutur Saras. Pelajar Australian International School ini mengatakan bahwa pada deklarasi malam ini pihaknya akan mempertemukan pihak-pihak yang selama ini sering berseteru. Selain masalah tawuran, API juga menyatakan mendukung gerakan mahasiswa Indonesia. Saras mengatakan bahwa API melihat hal yang sama dengan mahasiswa. API juga merasakan keprihatinan mendalam pada kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini. Walaupun API lebih menyukai gerakan-gerakan yang kooperatif, namun Saras tidak menutup kemungkinan API akan ikut serta dalam demonstrasi-demonstrasi mahasiswa. "Tidak menutup kami akan ikut aksi di lapangan," tutur Saras bersemangat. Saras sebagai pribadi setuju dengan pendapat front-front mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Mahasiswa Bersatu (KMB). KMB hingga saat ini tetap menolak pemerintahan Habibie dan menolak penyelenggaraan pemilu 1999. KMB menuntut dibentuk pemerintahan transisi yang menggantikan Habibie sebelum pemilu dilaksanakan. "Kalau yang melaksanakan pemilu orang-orang lama, buntutnya akan sama seperti dulu," ujar Saras menyetujui. HR !DOCTYPE HTML PUBLIC "-//W3C//DTD W3 HTML//EN" HTML HEAD META content=text/html;charset=iso-8859-1 http-equiv=Content-Type META content='"MSHTML 4.72.3110.7"' name=GENERATOR /HEAD BODY bgColor=#ff DIV CENTER!-- AWAL TABEL UTAMA -- TABLE bgColor=#262398 width=640 TBODY TR TD CENTER PBR!-- AWAL TABLE ATAS -- TABLE border=0 cellSpacing=0 width=600 TBODY TR TD!-- LOGO detikcom --IMG border=0 height=60 src="cid:000101be530b$fa13cd60$017f@priadi" width=152/TD TD!-- IKLAN -- SCRIPT language=JavaScript1.1 src="../../script/iklan1_indexberita.js" !-- //-- /SCRIPT A href="http://rm.theblackbox.com:8000/RealMedia/ads/click_nx.cgi/www.indonesia.com/detikbertia/" target=_blankIMG border=0 src="cid:000301be530b$fa1cf520$017f@priadi"/A/TD/TR TR FORM action=nowhere TD bgColor=lime!-- TEKS EDISI --FONT color=black size=2BSabtu, 6 Februari 1999/FONT/B/TD TD align=middle bgColor=limeSELECT name=selList onchange=pindahURL(this.form) OPTION selected value=""Peta Situs OPTION value="" OPTION value=../../index.htmlBeranda OPTION value=../../profil.htmlDapur OPTION value=../../cgi-bin/search.plGudang Data OPTION value=../../kotakpos.htmlKotak Pos OPTION value="" OPTION value=../../analisa/index.htmlAnalisa OPTION value=../index.htmlBerita OPTION value=../../net/index.htmlThe Net OPTION value=../../wawancara/index.htmlWawancara/SELECT /TD/FORM/TR TR TD vAlign=topBR CENTERA href="http://www.detik.com/cgi-bin/tropis-detik.pl"
Re: Sketsa Politik
Posting bung Nasrullah kali ini benar2 menarik, dan menurut saya, perasaan si suami itu dirasakan pula oleh sebagian besar rakyat Indonesia yang merdeka sebelum th. 1975. ---Nasrullah Idris [EMAIL PROTECTED] wrote: Seorang wanita bernama Dhora Fransisca berkata kepada suaminya bernama Suharjono Prawiro, "Loe boleh memiliki saya. Selama itu pula loe harus tetap memberi makanan dan memberi kebebasan kepada gua" "Oke deh. Lalu ?", tanya si suami "Setelah lima atau sepuluh tahun kemudian, gua boleh kan memutuskan, apakah cerai atau tetap sebagai istri loe? "Ha ? Kenapa nggak sekarang saja kita bercerai?" === _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Materi Tarbiyah
Assalamuálaikum Wr. Wb. Rekan-rekan sekalian, Saya kok jadi tersenyum sendiri membaca perdebatan yang berkepanjangan tentang file yang dikirim rekan Basuki yang katanya terlalu besar. Padahal kalau menurut saya sih simple saja, kalau memang nggak mau terima file yang terlalu besar, ya nggak usah dibuka, langsung di delete aja. Kalau mau buka, berarti ya udah siap terima resiko habis pulsa, habis memory space, buang waaktu dll. Kesan yang saya tangkap selama beberapa hari saya bergabung dalam milis ini, sudah semakin berkembang sikap kritis kita dalam melihat hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Akibatnya, hal-hal yang kecilpun, yang sebenarnya tidak terlalu penting, bisa menjadi bahan perdebatan yang panjang. Sudah dua kali saya temukan hal serupa sejak saya bergabung beberapa hari yang lalu. Pertama, masalah "perceraian" Tim-Tim dengan Indonesia. Orang yang pertama kali memakai istilah "perceraian" sebenarnya tidak punya maksud lain kecuali hanya meminjam istilah untuk menyebut rencana pemberian kemerdekaan bagi Tim-Tim oleh Indonesia. Tapi kata "peceraian" ini kemudian berkembang menjadi perdebatan panjang sampai kepada makna perceraian yang sesungguhnya di dalam Kristen Katolik dan Protestan. (menarik) Yang kedua, adalah masalah kiriman file yang terlalu besar dari seseorang, yang kemudian juga menjadi berkepanjangan sampai akhirnya kepada kata2 yang agak kasar seperti (maaf) "pantat anjing". Padahal saya yakin, tidak ada sama sekali maksud dari pengirim file untuk membuat debat yang berkepanjangan sepertin ini. Ini menujukkan gejala berkembangnya pandangan kritis kita terhadap segala sesuatu yang sedang terjadi, sampai pada hal-hal yang kecil. Hal ini adalah suatu pertanda yang baik, asalkan kita tidak terlalu terbuai oleh urusan urusan yang kecil sehingga melupakan hal-hal yang mendasar yang seharusnya lebih membutuhkan perhatian. Mungkin ini juga yang terjadi pada kalangan elite politik kita sekarang ini. Semuanya menjadi kritis terhadap gejala politik apapun yang berkembang di tanah air, sampai-sampai peristiwa apapun di bahas panjang lebar dan di kaitkan dengan situasi permainan politik di panggung perpolitikan kalangan atas. Waktu Baramuli membagikan uang, semua orang sibuk membicarakannya dengan pendapat yang bermacam-macam, dan tentunya berkaitan dengan politik. Setiap ada kejadian, orang rame2 memberikan komentar dan ujung2nya mengarah kepada kecurigaan terhada"p öknum2 tertentu"(istilah jaman ORBA). Seorang tokoh politik membuat pernyataan, orang lain rame2 memberikan komentar. Dan lain-laindan lain..lain.. Sayangnya, saya jarang sekali orang membicarakan dengan serius masalah yang sebetulnya menurut saya sangat mendasar bagi bangsa kita, yaitu perbaikan taraf hidup masyarakat, perbaikan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan kerusakan moral anak-anak kita, apalagi membuat langkah langkah yang konkrit untuk pemecahannya. Mereka yang bermain di panggung politik, terlalu asyik memainkan peran masing-masing untuk menarik perhatian penonton supaya dianggap sebagai pemain yang paling berbakat. Contoh konkrit yang mungkin menyentuh diri kita yang berada di mailing list ini (termasuk saya) adalah, kita semakin pintar menilai gejala politik, semakin pintar mengkritik pemerintah, semakin jago berargumen dan berbicara tentang teori, tetapi saya membayangkan, seandainya kita di suruh untuk turun ke daerah pedalaman, membantu peningkatan pendidikan rakyat, saya tidak yakin kalau kita ini akan dengan suka rela menerimanya. Inilah yang menurut saya, tidak seharusnya terjadi. Gejala positif padaa pola pikir kita seharusnya di barengi dengan kepekaan kita terhadap masalah masalah yang substansial yang terjadi pada masyarakat secara menyeluruh. Mudah-mudahanlah, pandangan saya ini salah, dan ada yang bisa membetulkan. Wassalamuálaikum Wr. Wb. _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Because I'm a guy
TOP TEN REASONS GOD CREATED EVE 10. God worried that Adam would always be lost in the garden because» men hate to ask for directions.» 9. God knew that Adam would one day need someone to hand him the TV» remote. (Men don't want to see what's ON television, they want to see WHAT ELSE is on!)» 8. God knew that Adam would never buy a new fig leaf when his seat wore» out and would therefore need Eve to get one for him.» 7. God knew that Adam would never make a doctor's appointment for» himself.» 6. God knew that Adam would never remember which night was garbage night. 5. God knew that if the world was to be populated, men would never be able to handle childbearing.» 4. As "Keeper of the Garden," Adam would never remember where he put his tools.» 3. The scripture account of creation indicates Adam needed someone to blame his troubles on when God caught him hiding in the garden.» 2. As the Bible says, "It is not good for man to be alone!"» 1. When God finished the creation of Adam, He stepped back, scratched His head and said, "I can do better than that."» ---Indi Soemardjan [EMAIL PROTECTED] wrote: Because I'm a guy... Because I'm a guy, I must hold the television remote control in my hand while I watch TV. If the thing has been misplaced, I'll miss a whole show looking for it, though one time I was able to survive by holding a calculator. Because I'm a guy, when I lock my keys in the car I will fiddle with a wire clothes hanger and ignore your suggestions that we call a road service until long after hypothermia has set in. Oh, and when the car isn't running very well, I will pop the hood and stare at the engine as if I know what I'm looking at. If another guy shows up, one of us will say to the other, "I used to be able to fix these things, but now with all these computers and everything, I wouldn't know where to start." We will then drink beer. Because I'm a guy, when I catch a cold I need someone to bring me soup and take care of me while I lie in bed and moan. You never get as sick as I do, so for you this isn't an issue. Because I'm a guy, I can be relied upon to purchase basic groceries at the store, like milk, or bread. I cannot be expected to find exotic items like "Cumin" or "Tofu." For all I know these are the same thing. And never, under any circumstances, expect me to pick up anything for which "feminine hygiene product" is a euphemism. Because I'm a guy, when one of our appliances stops working I will insist on taking it apart, despite evidence that this will just cost me twice as much once the repair person gets here and has to put it back together. Because I'm a guy, I don't think we're all that lost, and no, I don't think we should stop and ask someone. Why would you listen to a complete stranger--how the heck could HE know where we're going? Because I'm a guy, there is no need to ask me what I'm thinking about. The answer is always either sex or football, though I have to make up something else when you ask, so don't. Because I'm a guy, I do not want to visit your mother, or have your mother come visit us, or talk to her when she calls, or think about her any more than I have to. Whatever you got her for mother's day is ok, I don't need to see it. Did you remember to pick up something for my mom, too? Because I'm a guy, I am capable of announcing, "one more beer and I really have to go," and mean it every single time I say it, even when it gets to the point that the one bar closes and my buddies and I have to go hunt down another. I will find it increasingly hilarious to have my pals call you to tell you I'll be home soon, and no, I don't understand why you threw all my clothes into the front yard. What's the connection? Because I'm a guy, you don't have to ask me if I liked the movie. Chances are, if you're crying at the end of it, I didn't. Because I'm a guy, yes, I have to turn up the radio when Bruce Springsteen or The Doors comes on, and then, yes, I have to tell you every single time about how Bruce had his picture on the cover of Time and Newsweek the same day, or how Jim Morrison is buried in Paris and everyone visits his grave. Please do not behave as if you do not find this fascinating. Because I'm a guy, I think what you're wearing is fine. I thought what you were wearing five minutes ago was fine, too. Either pair of shoes is fine. With the belt or without it looks fine. Your hair is fine. You look fine. Can we just go now? Because I'm a guy and this is, after all, the 90's, I will share equally in the housework. You do the laundry, the cooking, the cleaning, and the dishes. I'll do the rest. Helen Alexander Student Exchanges and Study Abroad Admissions and Registrar's Office James Annex _ DO YOU YAHOO!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Ambisi Amien Rais
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Thanks Bung Rosadi, Saya senang membaca ulasan anda yang panjang lebar, tentang masalah yang saya angkat, yang sebenarnya cuma untuk mengisi kekosongan bahan diskusi beberapa hari yang lalu. Ternyata masalah yang saya angkat bisa berkembang menjadi bahan diskusi yang cukup menarik. Argumen Bung Rosadi juga sekaligus menambahkan apa yang telah saya diskusikan dengan Bung Ridwan pada topik yang lainnya (Re: Menyikapi Soeharto). Wassalam ---Mohammad Rosadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum wr.wb Alloo bung Bridwan dan bung Dodo..., saya mo ikutan ni..:) Saya tertarik sekali mengikuti diskusi anda berdua tentang pak Amien Rais. Ada beberapa hal yang mau sampaikan sehubungan dengan diskusi anda tsb. Mudaha-mudahan berguna bagi kita semua. Pertama: Menurut hemat saya, tidak selamanya salah seseorang itu masuk kedalam pusat kekuasaan, sekalipun kekuasaan tersebut berada ditangan orang-orang yang rakus harta dan gila kekuasaan. Adakalanya diperlukan orang-orang yang baik dan jujur untuk memberikan sedikit pelita atau cahaya ditengah "kegelapan" yang dominan tersebut, agar orang-orang lain yang masih punya iman, tidak terjerumus lebih dalam lagi ke jurang kesesatan.Malah akan lebih buruk lagi akibatnya, jika TIDAK ADA lagi orang-orang baik dan jujur didalam pusat kekuasaan, yang senantiasa memberi contoh dan nasehat yang baik kepada penguasa yang lalim sekalipun. Bukankah nantinya sang penguasa akan semakin menjadi bertambah buruk dan lalim..??? Hanya mungkin pertanyaannya adalah sampai seberapa jauh orang-orang baik ini bisa mempengaruhi lingkungannya (bukannya malah dipengaruhi oleh lingkungannya)? Jika memang orang-orang baik ini dapat meminimalkan pengaruh buruk dari lingkungannya terhadap diri dan keluarganya dan tetap konsisten dalam membela kebenaran, saya rasa kehadiran mereka ini dipusat kekuasaan akan lebih banyak manfaatnya ketimbang mudharatnya. Kehadiran mereka mungkin bisa dibaratkan seperti ikan yang tubuhnya tidak ikut asin, walaupun hidup didalam air laut yang asin(mengutip perkataan ulama besar Mesir Sayyid Qutb tentang kehidupan seorang muslim yang baik). Kedua: Mengenai pak Amien Rais, saya mencoba melihat beliau sebagai seorang manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Adakalanya beliau memang salah dalam berbuat dan bertindak. Gus Dur saja yang katanya selalu menghindari dan tidak mau masuk kedalam pusat kekuasaan, nyatanya seringkali berbuat keliru dan kontroversial,yang malah mencerminkan dirinya seolah dekat dengan pusat kekuasaan itu sendiri.Sebaliknya kita juga dapat melihat dengan mata telanjang betapa orang-orang baik yang dulu ikut masuk dalam lingkaran kekuasaan(seperti bp. Amien Rais dan bp. Sri Bintang Pamungkas),cukup berani mengoreksi dan mengkritik kebijakan-kebijakan rejim Orde baru (baca:Soeharto)yang keliru. Disinilah saya menaruh rasa hormat kepada mereka berdua..., berani menyuarakan kebenaran secara terang-terangan disaat rejim Orde baru SANGAT BERKUASA dahulu, bukannya baru mengkritik dan buka mulut SETELAH rejim orba jatuh (seperti yang dilakukan kebanyakan orang saat ini, termasuk kita yang ada di Milis ini). Ketiga: Kehadiran ICMI memang sulit dipisahkan dari rejim Orde Baru, sepertinya juga organisasi-organisasi intelektual non Islam lainnya seperti PIKI,Intelektual pancasila, hindu,dsb (saya lupa namanya), yang juga merupakan bentukan rejim ORBA. Saya sendiri melihat bahwa kehadiran para cendikiawan muslim di ICMI sejak dulu TIDAK SELALU menjadi "pelayan" rejim Orba, karena di ICMI sendiri berkumpul para cendikiawan dari berbagai latar belakang dan karakter yang berbeda. Disatu sisi di ICMI memang terdapat orang-orang yang sikap dan mentalnya seperti budak belian, yang mengikuti apa saja kemauan penguasa kala itu. Namun disisi lain banyak pula anggota ICMI yang punya sikap tegas mengoreksi segala penyimpangan yang dilakukan rejim orba(seperti bp.Amien Rais,Sri Bintang Pamungkas,Cak Nur,dll). Jadi kurang bijaksana rasanya jika kita menilai pribadi seseorang berdasarkan bergabung tidaknya seseorang kedalam ICMI atau ke dalam lingkaran kekuasaan mantan presiden Soeharto dahulu. Masih banyak variabel yang harus dimasukkan dalam memberikan penilaian. Keempat: Saya ingin mengajak rekan-rekan semua untuk tetap berpikir dan bersikap kritis dalam batas-batas kewajaran. kejadian-kejadian buruk yang menimpa bangsa dan negara kita saat ini bukanlah karena kesalahan mantan presiden soeharto dan antek-anteknya semata. Kita semua (kecuali bayi yang lahir sesudah tanggal 21 mei 1998 lalu) ikut punya andil atas terjadinya segala macam krisis yang menimpa Indonesia saat ini. Oleh karena itu, alangkah lebih bijaksana-nya jika kita menilai seseorang TIDAK SEBATAS tindakan atau perbuatannya di masa lalu saja(terutama saat rejim Orba berkuasa), melainkan LEBIH kepada apa yang dilakukan orang tersebut saat ini dan di masa mendatang. Kalaulah orang-orang seperti