Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Dodo D.

ikutan   Ah...  juga

Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi
membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara
langsung (face to face). Berantem kali ye..??

Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura
dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar
pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok...

--- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Ah...


 Helson SIAGIAN
 ---
 http://gwu.edu/~siagian
 ---


 On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:

  he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy
 :) Lagian istilah eyang
  troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.
 
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   ketidak tahuan? mungkin.
   tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan
 itu lho...
   Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa
 nga ada
   hubungannya
  
   seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi
 antar
   tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti
 saya ini.
  
   Andrew
  
   On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
  
Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu
 artinya
tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah
 engkong sering
digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian
 dengan
istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
   
Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi
 terus terang
saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan
 yg berlebihan
untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh
 ketidaktahuan. Ini
sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi)
 sehingga malah
menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya
 tidak perlu ada.
Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam
 keseharian, terutama dalam
berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan
 menulis posting ini.
Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
   
Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak
 direply lebih
lanjut.
   
   
'
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus,
 namun
 penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu.
 Kan yang
 dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa
 pengantar dalam
 dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah
 yang positif,
 jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya
 anda mengunakan
 istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang
 orang tua
 dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau
 tidak salah
 juga memakai istilah yang sama.
 Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah
 semacam
 pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup
 bertenggang rasa.

 Andrew Pattiwael

 On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

  Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung
 Patrick kan bukan orang
  WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke
 masalah ras.
 
  Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg
 bukan, dibilang tauke
  adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe...
 Tidak tahu bila sekarang
  arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai
 bahasa mandarin
  sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake
 istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
  Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
 
 
 
  '--
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Bung Brawi,
  
   tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa
 'menyindir'  orang lain
   atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada
 kepada golongan
   keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau
 tidak semua
   pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah
 membawa-bawa
   istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan
 seperti itu.
   Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan
 panggilan 'cung'
   sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate
 student,
   sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo).
 Saya rasa
   panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak
 mengenakkan.
   Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
  
   Andrew Pattiwael
   
--
Salam,
Jaya
   
   
-- I disapprove of what you say, but I will
defend to death your right to say it. - Voltaire
   
   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]

intermezo

1999-05-11 Terurut Topik Dodo D.

Joke dikit ah biar agak seger...


Men and Women Truisms:

Smart man + smart woman = romance
Smart man + dumb woman = pregnancy
Dumb man + smart woman = affair
Dumb man + dumb woman = marriage

Smart boss + smart employee = profit
Smart boss + dumb employee = production
Dumb boss + smart employee = promotion
Dumb boss + dumb employee = overtime

A man will pay $2 for a $1 item he needs.
A woman will pay $1 for a $2 item that she doesn't need.

A woman worries about the future until she gets a husband.
A man never worries about the future until he gets a wife.

A successful man is one who makes more money that his wife can spend.
A successful woman is one who can find such a man.

To be happy with a man, you must understand him a lot and love him a
little.
To be happy with a woman, you must love her a lot and not try to
understand her at all.

Married men lived longer than single men, but married men are a lot
more willing to die.

Any married man should forget his mistakes. There's no use in two
people remembering the same thing.

Men wake up as good-looking as they went to bed.
Women somehow deteriorate during the night.

A woman marries a man expecting he will change, but he doesn't.
A man marries a woman expecting that she won't change, and she does.

A woman has the last word in any argument.
Anything a man says after that is the beginning of a new argument.

There are two times when a man doesn't understand a
woman. Before marriage and after marriage.
_
Do You Yahoo!?
Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Re: DEBAT CAPRES Habibie-Amien-Gus Dur//Tapi, Mega Tetap Ogah

1999-05-06 Terurut Topik Dodo D.

Wah,..I'm afraid that your expectation nggak akan terlaksana nih Cak
Pohan,

Lha wong kenyataannya selama ini, para pemikir PDI-P di milis ini
justru berusaha mencari alasan yang "semakin terlihat rasional" untuk
melegitimasi penolakan si "Ibu Mega" kok...

Lihat aja 4 alasan yang dikemukakan Alex Litaay, kan esensinya sama
persis dengan alasan2 yang dibikin di milis ini beberapa waktu yang
lalu...???

--- Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Jika ini terjadi: pentas politik kita jadi makin seru. Bayangkan bila
 Gus
 Dur-Amien-Habibie berdebat--- sebagai sosok-sosok yg paling banyak
 digosippin
 jadi kandidat prez.

 Sayang memang, Mega belum-belum sudah menolak. Alasannya, masih soal
 budaya
 timur dan signifikansi partai. Para tokoh utama PDI-P di milis
 Permias@ perlu
 meyakinkan Megawati agar bicara dan tampil. Sebab, biasanya sih,
 suara dari
 AS itu ampuh dan sakti. Mudah-mudahan.


 Please visit:


 http://www.jawapos.com/7mei/de7me3.htm

 salam,
 ramadhan pohan
 (penyimak)
 # # #
 Mega Tetap Tolak Debat Capres
 HMI Pertemukan Amien-Gus Dur-Habibie
 Jakarta, JP.-

 Setelah Forum Salemba UI sukses menggelar debat kandidat presiden,
 kini HMI
 menyusul ingin menggelar acara serupa. Debat yang akan digelar pada
 17 Mei
 nanti direncanakan lebih seru karena kandidat presiden yang
 dihadirkan lebih
 terfokus pada tokoh-tokoh utama, seperti Prof Dr Amien Rais, KH
 Abdurrahman
 Wahid, dan Presiden Habibie.


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: FW: SESAMA BANTENG NGAMUK, KANDANG-KANDANG POSKO REMUK

1999-05-05 Terurut Topik Dodo D.

--- "Lutfi M." [EMAIL PROTECTED] wrote:
 SESAMA BANTENG NGAMUK, KANDANG-KANDANG POSKO REMUK

 
 Comments
 Ratusan Posko Dibumihanguskan. Akibat Konflik Internal PDI
 Perjuangan
.

Bosen, muak, sebel, aneh, bingung, de..el..el..de..es..be

Sejak dibukanya lembaran reformasi, peristiwa2 seperti diatas sering
sekali terdengar dan mewarnai kehidupan politik kita sehari hari.
Beberapa contoh bisa diambil, mulai dari tindak kekerasan yang
dilakukan oleh "kelompok 12" kepada anggota KPU gara2 partainya tidak
masuk kedalam kategori layak mengikuti pemilu. Kemudian muncul bentrok
antar pengikut parpol, mulai dari pencegatan pendukung Golkar oleh
massa dengan atribut PDI-P, kemudian bentrok antara warga PPP dengan
PKB di Jateng beberapa hari yang lalu. Semuanya diwarnai dengan tindak
kekerasan yang menunjukkan kebelum dewasaan rakyat kita untuk menerima
perbedaan dalam kehidupan berpolitik.

Sekarang, permasalahan internal partaipun bisa memunculkan tindak
kekerasan. Di Malang, 3 orang pengurus DPD PAN dihajar beramai ramai
oleh satgasnya sendiri akibat perbedaan pendapat dalam pengajuan calon
legislatif (baca Jawa Pos kemaren). Berita yang di postingkan oleh
rekan kita diatas juga menunjukkan bahwa sikap barbarian masih melekat
pada pendukung PDI-P, yang gara2 permasalahan internalnya sampai
mengadakan perusakan dan pembakaran terhadap posko2 mereka sendiri.

Rentetan peristiwa seperti ini seakan akan sudah melekat pada kehidupan
politik bangsa kita saat ini, seakan akan kehidupan politik kita
sekarang ini kembali kepada kehidupan masyarakat bar-bar yang primitif
dan mengandalkan tindak kekerasan sebagai sarana pemecahan masalah.

Banyak orang menilai bahwa polarisasi politik di negara kita pada era
reformasi ini menunjukkan gejala yang positif, yaitu semakin
bergairahnya masyarakat kita untuk berpartisipasi dalam panggung
politik setelah puluhan tahun terkungkung kebebasannya dibawah rezim
Soeharto. Menurut saya, penilaian ini tidak salah, dan memang kenyataan
yang berkembang di tengah masyarakat kita saat ini menunjukkan bahwa
rakyat sudah semakin sadar untuk berpartisipasi dalam kehidupan
politik. Mungkin obrolan yang paling laris saat ini di tengah2
masyarakat adalah tentang Pemilu dan calon presiden yang akan memimpin
bangsa kita nantinya. Hal ini tidak pernah terjadi pada masa2
sebelumnya, karena siapa yang akan menang dalam pemilu dan siapa yang
akan jadi presiden sudah bisa ditebak. Sekarang, dimana semua pihak
mempunyai kesempatan yang relatif seimbang, obrolan semacam ini menjadi
asyik.

Jadi kalau dilihat dari sudut pandang partisipasi dan kesadaran
masyarakat dalam berpolitik, kita memang mengalami kemajuan. Sayangnya,
kesadaran untuk berpartisipasi ini tidak diimbangi dengan kesadaran
moral untuk menerima perbedaan dan menyelesaikannya secara dewasa.
Dalam hal ini, kita cenderung untuk mengalami kemunduran jauh, kembali
ke masa barbarian yang mengandalkan tindak kekerasan untuk
menyelesaikan masalah.

Apakah kalau sudah begini, kita juga akan terus terusan mencari kambing
hitam yang bernama provokator sebagai dalang dibalik setiap peristiwa?
Kalau kita terus terusan latah mencari kambing hitam, menyalahkan satu
pihak sebagai perekayasa setiap kerusuhan, saya tidak yakin bahwa kita
bangsa Indonesia akan bisa maju. Kita justru akan terjebak dalam status
quo pola pikir sendiri yang pada gilirannya justru bisa menjadi alasan
untuk menjustify tindakan kekerasan. Setiap orang akan berpikir bahwa
melakukan tindak kekerasan adalah hal yang wajar, toh nanti bisa
menuding orang lain sebagai perekayasa dan provokator di balik
kerusuhan. Kalau sudah begini keadaanya, ya wallahu'alam deh...gimana
kelanjutan hidup kita sebagai bangsa.

Dari ulasan saya diatas, saya hanya ingin mengambil kesimpulan bahwa
"status quo" yang harus di perangi bukanlah cuma status quo dalam arti
kedekatan terhadap Soeharto dan rezimnya ataupun status quo dalam arti
segala sesuatu yang berhubungan dengan orde baru. Kita harus lebih
meluaskan cakupan dari status quo yang harus di berangus sampai ke akar
akarnya. Moral dan pola pikir masyarakat dalam berpolitik di tengah
tengah berbagai perbedaan dan perselisihan pendapat haruslah menjadi
salah satu "sub chapter" yang harus di sertakan dalam program
pemberangusan status quo ini.
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Perubahan Sistem Pendidikan

1999-04-30 Terurut Topik Dodo D.

Hehehe...silakan deh kalo mo bikin small mailing list. Itung itung
ngembangin demokrasi terbatas. Saya sih sebenarnya cuman pengin
ngelihat aja, lha wong saya ndak banyak ngerti urusan dunia pendidikan
kok.

Dan untuk adu argumen disini, saya sih ngambil sisi positifnya aja,
belajar berdemokrasi je..Kalaupun arah pembicaraan atau perdebatan
sering melenceng kesana kemari dan tidak menentu, anggap aja sebagai
suatu kewajaran dalam sebuah learning process.

Kalau ada argumen yang bagus menurut saya, ya dibaca, kalau pengin
nimbrung ya nimbrung aja...dan kalau males baca ya tinggal di DEL aja,
beres.

Gitu lho menurut saya..


--- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Saya setuju dan mau ikutan.

 Budi Haryanto

 Notrida Mandica wrote:
 
  Sorry Bung Dodo dan rekan PERMIAS,
  Saya cuma ingin cari jalan aman aja, biar diskusinya
  tidak terganggu adu urat and adu argumen yang
  akhirnya membawa diskusi ini ke arah yang tak menentu.
  Mungkin kita bisa bikin small mailing list untuk topik Perubahan
 Sistem
  Pendidikan.  Yang mau gabung bisa didaftar di list.
  Kita intensif diskusinya, lalu kita form dalam tulisan atau
  laporan.  Hasilnya, kita kampanyekan ke department pendidikan dan
  kebudayaan. Saya harap, diskusi ini intensif dan berguna untuk
  kepentingan perbaikan sistem pendidikan nasional.
  Saya akan mulai membuka dialog di mailing list ini setelah final
 berakhir,
  May 5, 1999. Untuk sementara, kita susun dulu pertanyaan-pertanyaan
 dan list
  kekurangan-kekurangan yang ada dalam sistem pendidikan kita.
 Kemudian kita
  post ke small mailing list yang berminat.
 
  thank you,
 
  ida
 
  
  Tuh kan..tante Ida,...
  kite2 disini juga pada pengin tahu visinya tante Ida tentang
 perubahan
  sistem pendidikan kita.
  
  Nggak usah kuatir dehngomongin perubahan sistem pendidikan
 secara
  terbuka disini nggak akan melanggar budaya timur kok:)
  
  Tuh, subject postingnya udah ane ganti tuh..
  
  
  --- Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] wrote:
In a message dated 4/29/99 1:51:54 PM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED]
writes:
   
 Wah...tante Ida nih pegimane sih..?

  ya kagak asik dong kalo main privat privat-an, kite2 disini
 kan
juga
  pengin tau tentang perubahan sistem pendidikan ini.

  Iya nggak rekan2..??
   
   
Iya nih, gue juga butuh pandangan rekan2 yg menguasai
soal itu. Jadi ya mbok jangan maen belakang dong:)
   
jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu
   
  
  _
  Do You Yahoo!?
  Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
 
  __
  Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Perubahan Sistem Pendidikan

1999-04-29 Terurut Topik Dodo D.

Tuh kan..tante Ida,...
kite2 disini juga pada pengin tahu visinya tante Ida tentang perubahan
sistem pendidikan kita.

Nggak usah kuatir dehngomongin perubahan sistem pendidikan secara
terbuka disini nggak akan melanggar budaya timur kok:)

Tuh, subject postingnya udah ane ganti tuh..


--- Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] wrote:
 In a message dated 4/29/99 1:51:54 PM Eastern Daylight Time,
 [EMAIL PROTECTED]
 writes:

  Wah...tante Ida nih pegimane sih..?
 
   ya kagak asik dong kalo main privat privat-an, kite2 disini kan
 juga
   pengin tau tentang perubahan sistem pendidikan ini.
 
   Iya nggak rekan2..??


 Iya nih, gue juga butuh pandangan rekan2 yg menguasai
 soal itu. Jadi ya mbok jangan maen belakang dong:)

 jabat erat,
 Irwan Ariston Napitupulu


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Presiden MPR/DPR (was: Re: Mega oh Mega)

1999-04-28 Terurut Topik Dodo D.

Wah, panjang banget nih jadinya,

Saya mau menanggapi sebagian aja deh, capek nulis kebanyakan..

--- Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Irwan:
 Saya dukung demam anda, "jangan memilih kucing dalam karung."
 Hanya saja saya bertanya balik, apakah karena Megawati menolak hadir
 acara
 debat
 capres lalu kalau kita memlih dia akan seperti memilih kucing dalam
 karung?

Kalau ngomongin masalah "kita" berarti kan kita ini mengacu kepada
bangsa Indonesia secara keseluruhan, karena kan yang akan dipimpin
nanti (seandainya MS jadi presiden) bukan hanya orang2 PDI-P aja, tapi
seluruh rakyat Indonesia. Jadi kalau yang bersangkutan menolak untuk
mengemukakan visinya kepada publik, itu kan artinya sama dengan memaksa
publik untuk memilih kucing dalam karung.
 Hmm...mungkin bagi yg belum mengenal sepak terjang Megawati selama
 ini akan
 berkata demikian. Tapi tidak demikian halnya pada pendukung2 Megawati
 yg
 memang
 sudah bersama2 sejak jaman penindasan orde baru terhadap PDI. Mereka
 sudah
 jatuh
 bangun sama2, mereka sudah tahu kadar kepemimpinan Megawati. Dimata
 saya
 Megawati adalah seorang leader yg telah teruji dilapangan, dalam
 dunia nyata
 dan
 bukan dunia maya.
 catatan: acara debat bagi saya adalah dunia mayanya pemimpin. Ini
 bukan
 berarti saya
 tidak setuju dengan acara debat capres hanya saja saya mempertanyakan
 kevalidan
 acara debat dijadikan ajang untuk melihat kepemimpinan seseorang.
 Mari kita galakan demam "jangan memilih kucing dalam karung". Marilah
 kita
 pilih pemimpin
 yg memang sudah teruji kehandalannya.
 Membawa PDI dari partai gurem menjadi partai yg besar seperti
 sekarang
 bukanlah hal
 yg mudah. Dan hal itu bisa dicapai bukan semata karena usaha Megawati
 tapi
 lebih
 kepada usaha tim/kelompok/partai itu sendiri. Ini yg membuat saya
 lebih salut.

Saya menangkap kesan bahwa anda melihat keandalan MS dalam memimpin ini
agak terbatas dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu internal
organization. Kalau melihat hal ini, sayapun setuju dengan anda bahwa
MS dan tim nya berhasil membawa PDI-P menjadi besar, dan
kepemimpinannya mungkin sudah teruji (di dalam tubuh PDI-P). Namun
dalam konteks yang lebih luas, saya rasa masih banyak yang tidak tahu
tentang visi serta leadership style nya si Mega ini. Jadi tetap
diperlukan adanya sosialisasi visi yang akan dibawanya nanti kepada
masyarakat Indonesia secara keseluruhan.


 Irwan:
 Saya justru lebih senang pemimpin yg tidak absolute yg bisa mengarah
 menjadi
 diktator.
 Clinton bisa memenangkan pemilihan bukan semata hanya karena usaha
 Clinton
 semata
 tapi lebih kepada tim2 dibelakangnya. Ekonomi AS bisa menggila
 seperti
 sekarang bukan
 karena kehebatan Clinton dalam menerapkan kebijakan2 ekonominya tapi
 lebih
 kepada
 kepiawaian tim penasehat ekonomi Clinton serta pembantu2nya yg duduk
 dipemerintahan.
 Megawati sudah punya visi yg jelas, silahkan mengunjungi websitenya
 untuk
 mengetahui lebih
 lanjut. Megawati buka tipe pemimpin yg bisa disetir, dia tipe
 pemimpin yg mau
 mendengarkan
 masukan2 dari penasehatnya sesuai dengan kemampuannya masing2. Itulah
 sebabnya dia
 saya kategorikan pemimpin yg mampu menggali potensi yg ada
 disekitarnya.
 Saya pun siap untuk membantunya memberikan ide2 pemecahan masalah
 ekonomi,
 hanya
 sayangnya saya masih dalam proses mencari yg orang2 PDI-P yg bisa
 saya kontak
 melalui imel.

Team yang berada di sekitar Clinton memang kuat dan sangat berpengaruh,
tapi itu tidak berarti Clinton bersandar terlalu banyak kepada timnya.
Ada saat saat dimana Clinton harus berdiri sendiri, membuat keputusan,
menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Terlepas dari kekuatan
team yang berada di sekelilingnya, Clinton sebagai pribadi adalah
seorang yang capable sebagai seorang pemimpin. Pada saat debat calon
presiden dulupun, Clinton juga harus berdiri sendiri menjawab
pertanyaan ataupun kritik yang ditujukan kepadanya, serta
mensosialisasikan program programnya kepada rakyat Amerika.

Lha kalau MS kan justru menghindar pada saat ada permintaan untuk
mensosialisasikan visi dan programnya sebagai calon presiden.
Irwan:
 Karenanya acara debat capres itu menurut saya rada aneh juga
 dilakukan di
 Indonesia.
 Wong yang kita milih anggota MPR, baru nanti anggota MPR itu yg milih
 presiden. Karenanya
 kalau mau debat capres ya pas sudah ketahuan komposisi kursi di
 MPR/DPR.
 Bayangan saya akan
 terdiri dari beberapa partai dimana tidak ada yg mayoritas tunggal.
 Nah,
 disitulah baru dibutuhkan
 debat capres karena para anggota capres itu harus berusaha meyakinkan
 partai2
 lainnya bahwa
 dia pantas menjabat presiden. Debat capres disini juga arahnya pada
 pengecekan apakah capres
 tersebut memang mampu dan memiliki kapasitas yg dibutuhkan untuk
 menerima
 mandat dari MPR.

Memang betul juga apa yang anda sampaikan ini bahwa seorang presiden
yang merupakan mandataris MPR harus benar2 memiliki kapasitas untuk
menerima mandat dari MPR.
MPR itu sendiri kan wakil rakyat, jadi ya sudah sewajarnya kalau 

Re: Bukalah matamu wahai BUKAN pendukung Mega

1999-04-28 Terurut Topik Dodo D.

--- Hadeer [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Kalau saja
 saya
 wanita, saya juga akan pikir 1000x dipimpin oleh wanita yang lemah
 

Jadi mana nih yang bener Mbak Hadeer?
Kalau saja saya wanita,kalau wanita itu saya,atau
karena saya wanita...??!!
:)

_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Kalau Golkar kalah

1999-04-28 Terurut Topik Dodo D.

--- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Rekan-rekan yth.,

 Saya melihat banyak keuntungannya (dibanding dengan kerugiannya) buat
 perkembangan demokrasi dan penyelenggaraan bernegara di republik kita
 kalau Golkar kalah dalam pemilu mendatang. Bisa saja saya salah.
 Berikut ini kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kalau Golkar kalah:

 1. Golkar akan kehilangan berbagai fasilitas penunjang yang selama
 ini
 menopang kuat organisasinya (rumah dinas pejabat dan anggota DPR/MPR,
 mobil dinas pejabat, fasilitas gedung, perkantoran dan segala
 perangkatnya) karena harus dikembalikan ke negara.

Golkar nyang mana nih mas Budi..? Golkar sebagai partai ataukah
orang2nya Golkar..?
Lha kalo Golkar sebagai partai, ya emang jelas begitu, artinya segala
fasilitas negara yang dipakai oleh Golkar selama ini harus dikembalikan
kepada negara. Tapi kan masih ada orang2 Golkar juga yang duduk di
DPR/MPR, dan mungkin di lembaga eksekutif atau badan2 pemerintahan
lainnya, karena kan bagaimanapun Golkar masih akan memperoleh suara
juga. Jadi, orang2 Golkar itu nanti juga akan tetap dapet rumah dinas
pejabat, mobil dinas dan lain lain. Lebih tepatnya menurut saya,
fasilitas yang dikembalikan oleh GOlkar itu nanti akan dibagi2 kepada
orang lain, dan orang2 GOlkar sendiripun masih ada yang akan
menikmatinya.

 2. Perpecahan di tingkat pimpinan Golkar akan terjadi karena saling
 menyalahkan kegagalan yang terjadi.

Sangat mungkin terjadi, dan akan menguntungkan partai lainnya, karena
kalau terjadi perpecahan, maka akan banyak yang membelot dan bergabung
dengan partai lainnya.

 3. Anggota DPR/DPRD akan mempunyai proporsi yang relatif seimbang
 antara
 partai satu dan lainnya (partai yang besar). Hal ini memungkinkan
 terciptanya iklim kondusif dan demokratis dalam pengawasan
 penyelenggaraan pemerintahan dan pembuatan perundang-undangan.

Saya rasa akan lebih tepat kalau dikatakan, proporsi yang seimbang
antar koalisi. Mangsud saya, partai partai gurem yang jumlahnya puluhan
saat ini, kan kamungkinannya kecil untuk mendapatkan suara yang banyak.
Jadi mereka harus berkoalisi dengan partai2 besar. Nah, kalau sudah
terjadi koalisi (mungkin 3 atau 4 koalisi), maka kemungkinan
perimbangan itu akan lebih nyata.

 4. Pemerintah yang baru, dengan semangat baru (karena belum pernah
 berada di tingkat tsb.) akan berkonsentrasi dan bekerja keras untuk
 sebesar-besarnya meningkatkan nasib rakyat dan memperbaiki
 ketatanegaraan di tengah suasana mudahnya rakyat 'protes dan demo'
 jika
 terjadi penyelewengan. (Bandingkan dengan 'status quo' yang tetap
 berada
 di tingkat tsb. Semangat yang mereka punyai sudah tidak menggebu lagi
 dan cenderung mengabaikan suara rakyat seperti yang sudah mereka
 alami
 selama ini).

Asal tidak terjadi demam panggung politik aja. Artinya, mereka yang
duduk di pemerintahan nanti, harusnya orang2 yang memang benar2 kapable
di bidangnya masing masing (bukan berpengalaman di jabatannya lho..).
Dengan begitu, maka para unsur pemerintahan ini akan dengan cepat bisa
melaksanakan tugas untuk memperbaiki seluruh aspek kehidupan bangsa
kita yang rusak selama ini.

 5. Golkar akan introspeksi diri dan menyadari bahwa rakyat telah
 meninggalkannya karena kesewenang-wenangannya, ketidak jujurannya,
 dan
 kecurangannya selama ini. Tidak ada pilihan lain, Golkar harus
 berangkat
 lagi dari nol (ingat pendukung di tingkat pemerintahan sudah semakin
 sedikit dan susah diharapkan) untuk menggalang simpati rakyat dan
 mencari pendukung. Hal ini akan menjadikan Golkar suatu partai yang
 akan
 bersikap 'manis'.

Mungkin akan ganti nama jadi Golkar-P:)

 6. Partai Golkar akan berposisi sama dengan partai lain dalam hal
 modal,
 fasilitas, dan pendukungnya. (Banyak pendukung potensialnya akan
 hengkang dan mendekati penguasa baru, suatu ciri khas pendukung yang
 selalu ingin mencari keuntungan). Hal ini akan membuat Golkar bekerja
 keras untuk konsolidasi. Dengan kekuatan partai-partai yang relatif
 berimbang, pemilu berikutnya akan lebih demokratis dan jujur.

Kemungkinan juga Golkar akan berkoalisi dengan partai2 lain pada pemilu
berikutnya, dengan catatan: ada partai yang mau diajak koalisi..:)

 7. Dst..., dst..., .. yang nadanya baik untuk bangsa ini.

_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Bukalah matamu wahai BUKAN pendukung Mega (Toleransi Ummat Islam !)

1999-04-28 Terurut Topik Dodo D.

Ahaaa.judulnya makin panjang, dan konteks diskusinyapun mangkin
ngembang. Issue agamapun menjadi muncul lagi, dan prediksi saya...ini
akan berkembang lagi menjadi lebih sengit, seperti biasanya. Mudah2an
prediksi saya ini salah, dan mudah2an pula karena saya membuat prediksi
ini, akhirnya issue agama nggak mengembang jadi perdebatan sengit.

Menurut saya sih, ketakutan2 itu nggak perlu ada seandainya kita bangsa
Indonesia yang sangat heterogen, multi cultural dan multi religion ini
nggak terlalu sensitif, khususnya masalah agama. Seandainya dari dulu2
kita bisa benar2 menerapkan saling menghormati dan saling menghargai
antar agama, Insya Allah kita bisa hidup rukun berdampingan (dalam arti
sebenarnya, bukan cuman slogan di Bhineka Tunggal Ika) dalam konsep
politik apapun.

Contoh yang disertakan Bung Rosadi juga menunjukkan, meskipun dalam
negara Islam, tapi karena rasa saling menghargai dan menghormatinya
sangat tinggi, akhirnya semua orang bisa hidup tentram tanpa adanya
ketakutan ketakutan. Contoh yang berlawanan mungkin bisa dilihat juga
di US. Meskipun mayoritas penduduknya adalah Nasrani (walaupun
negaranya sendiri tidak berdasar pada konsep Kristen) tetapi penganut
agama lain, termasuk Islam juga tidak mempunyai kekhawatiran. Itu
karena masyarakatnya tidak terlalu sensitif terhadap masalah2 perbedaan
agama.

Jadi yah, nggak usah deh ada ketakutan atau kekhawatiran akan konsep
politik yang dibawa partai2 yang ada sekarang. Justru menurut saya,
kita harus takut kalau dipimpin oleh seorang pemimpin yang NGGAK PUNYA
KONSEP.

Apapun konsep politik yang akan dianut nantinya, saya rasa pemimpin
yang akan datang tidak cukup bodoh dan berpikiran sempit untuk menjadi
Slobodan Milosevic di Indonesia.


--- Mohammad Rosadi [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Erwin wrote:


diapuss===

 Dan jujur saja, konsep negara Islam (walaupun mau digembar-gemborkan
 menghormati perbedaan), tentu saja mencemaskan orang-orang di luar
 Islam/minoritas.


===diapu==

 Menghormati dan bersikap baik thd non-muslim merupakan salah satu
 perintah Allah swt (ajaran Islam) yang HARUS ditaati oleh setiap
 muslim yang benar-benar beriman..., jadi TIDAK PERLU lagi digembar-
 gemborkan. Kecemasan yang anda sebutkan tsb sangat tidak beralasan
 dan
 tidak lebih merupakan warisan dari pemerintah ORBA dulu ,yang
 semestinya sudah harus dihilangkan.

 Kalo anda mau belajar ttg sejarah panjang ummat Islam (mulai zaman
 Rasulullah saw dan sahabatnya hingga massa kini), maka Insya Allah
 anda akan menemukan banyak FAKTA sejarah yg tidak terbantahkan ttg
 penghormatan dan penghargaan kaum muslimin yg sedemikian besarnya thd
 hak-hak non-muslim.., suatu penghormatan HAM yg mungkin belum ada
 bandingnya sampai saat ini.


 Berikut saya postingkan suatu tulisan menarik di majalah Sabili ttg
 bukti sejarah toleransi kaum muslimin yg begitu tinggi thd umat
 non-muslim. Semoga dapat membuka mata dan pikiran kita dalam memahami
 Islam sebagai rahmatan lil alaminn (rahmat bagi seluruh alam
 semesta).


==

 SABILI: Non Muslim di Tengah Masyarakat lslam


 Sejarah kekuasaan Islam, telah membuktikan kedamaian dan ketenteraman
 hakiki. Mayoritas Islam yang menguasai pentas kekuasaan, justeru
 memberi kedamaian dalam masyarakat plural dan heterogen.

 Dalam masyarakat lslami, tidak pernah ada vonis negatif bagi semua
 unsur masyarakat lain yang memeluk agama non Islam.  Hubungan sesama
 warga negara, sepenuhnya ditegakkan di atas asas toleransi, keadilan,
 kebajikan dan kasih sayang.

 lnformasi objektif tentang perlakuan minoritas non muslim oleh
 masyarakat Islam, dijelaskan oleh Will Durant, seorang orientalis,
 dalam bukunya History of Civilization.  "Di masa pemerintah Bani
 Umayah, kaum Nasrani, Zoroaster, Yahudi dan Shabi'i menikmati
 toleransi amat tinggi yang tidak dapat kita jumpai bandingannya di
 negara-negara Kristen.  Mereka benar-benar bebas menyelengarakan
 aktivitas keagamaan.  Kaum Kristen tetap menguasai gereja dan biara,
 dan tidak diwajibkan lebih daripada mengenakanpakaian dengan warna
 tertentu, serta membayar pajak setiap pribadi yang jumlahnya
 disesuaikan kadar penghasilannya.

 Pajak ini dikenakan atas orang-orang non muslim yang masih muda dan
 berfisik sehat.  Sedangkan kaum pendeta, wanita serta anak anak yang
 belu akil baligh, hamba sahaya, orang-orang lanjut usia, lemah, buta
 dan miskin, tidak ada kewajiban pajak.

 Sebagai gantinya, mereka yang telah menyetorkan pajak itu dibebaskan
 dari kewajiban militer.  Artinya, pemerintah Islam menjamin keamanan
 mereka, dari serangan musuh.  Kelompok non muslim yang tergolong
 dalam
 ahlu dzimmah (terikat dengan perjanjian dengan kaum muslimin), juga
 tidak dikenakan membayar zakat sebesar 2,5 % pertahun, sebagaimana
 kewajiban kaum muslimin.  Kesaksian mereka tidak diterima di depan
 pengadilan, namun 

Re: Mega oh Mega

1999-04-27 Terurut Topik Dodo D.

--- Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kepada rekan2 yg senang menggunjingkan atau tepatnya
 mencoba mengorek2 kelemahan atau membuat tulisan2
 atau pun komentar2 sehingga Megawati kelihatan lemah atau
 buruk, saya ingin bertanya kepada anda-anda, apakah anda
 akan puas bila GOLKAR dan boneka2nya berhasil menjuarai
 pemilu mendatang?

Ahaaa...landasan yang menjadi titik tolak pembicaraan kan bukan partai
mana yang kalah atau yang menang, tapi lebih berdasar kepada kualitas
calon pemimpin bangsa di masa depan. Jadi terlepas dari partai mana
yang akan menang dalam pemilu, kita tetap menginginkan punya seorang
pemimpin yang bener bener berkualitas. Saya rasa sekarang ini kan
sebagian besar dari kita sedang demam dengan istilah "jangan memilih
kucing dalam karung."

 Kalau anda tidak puas bila GOLKAR cs nanti yg menang,
 sadarkah apa yg anda lakukan termasuk kategori memperlancar
 pemenangan GOLKAR cs?

 Saya pribadi tidak terlalu masalah bila yg nantinya banyak
 dipilih orang adalah partai2 seperti PDI Perjuangan, PAN, PKB, PPP,
 PK, dan yg
 sejenis, asal bukan GOLKAR cs (ABG cs).

Sayapun nggak mau pusing2 mempermasalahkan partai mana yang akan menang
dalam pemilu nanti, tapi saya akan ikutan pusing kalau pemimpin yang
terpilih ternyata nggak punya visi yang jelas, dan hanya akan disetir
oleh orang2 di sekitarnya.

 Kenapa sih kita "ribut2in" Megawati?
 Bukankah akan jauh lebih bermanfaat bila kita "ributin"
 kemungkinan kemenangan GOLKAR cs yg tampaknya
 menggunakan banyak cara dan upaya termasuk
 usaha2 yg bisa dikategorikan konyol.
 Dan yg terlebih parah dari itu adalah adanya kecenderungan
 usaha menunda pemilu bahkan menggagalkan pemilu.

Yang diributin sih sebenarnya bukan Megawati secara pribadi, tapi
posisi  dia sebagai salah satu calon kuat untuk memimpin bangsa. Sama
halnya kita juga pernah ngeributin Akbar Tanjung, BJH, dan ada juga
yang pernah ngritik Yusril, Gus Dur bahkan AMin Rais. Cuman, karena si
ibu yang satu ini agak terkesan paling konyol, ya akhirnya ribut
ributnya jadi berkepanjangan dan menyentuh sisi pribadinya.

 Bagi saya akan jauh lebih baik buat Indonesia bila
 PDI Perjuangan, PAN, PKB, PK, dan lain2 yg memang
 tidak termasuk GOLKAR cs, berkoalisi untuk bekerja sama membereskan
 negeri ini yg sudah porak poranda karena GOLKAR beserta orde barunya.

Ane setuju 200%

 Bukankah akan jauh lebih baik kita memfokuskan diri pada
 kampanye ABG cs ataupun memperkenalkan partai2 pilihan
 kita kepada orang2 yg masih berada di bawah pengaruh GOLKAR cs,
 ketimbang kita saling mencoba menjatuhkan partai2 lain yg non GOLKAR
 cs.
 Secara perhitungan suara keseluruhan, bila kita mencoba menjatuhkan
 partai2 non GOLKAR cs, maka menurut saya tidak akan memberikan
 pengaruh suara pada partai2 non-GOLKAR cs karena kemungkinan
 suara tersebut hanya pindah dari non GOLKAR cs ke non-GOLKAR cs
 lainnya. Syukur2 ngga pindah ke GOLKAR cs.
 Semoga hal ini segera disadari dan kita merubah fokus untuk menarik
 suara dari orang2 yg saat ini masih termasuk kelompok GOLKAR cs.

Balik lagi ke persoalan semula, ane secara pribadi nggak begitu pusing
tentang urusan partai partai. Golkar atau Non Golkar, siapapun yang
menang asal caranya bersih dan demokratis, ya sah sah aja. Yang repot
kan kalo kita ini salah memilih pemimpin

 Soal Megawati yg menolak ikut debat capres yg diselenggarakan oleh
 mahasiswa2 ITB, UI, dan lainnya, menurut saya sah2 saja dia melakukan
 hal tersebut. Dan saya percayai dia punya alasan sendiri untuk
 menolak,
 apapun itu alasannya.

Kan emang ndak ada yang mengatakan bahwa penolakan Megawati untuk debat
itu melanggar hukum? Cuman kok sepertinya penolakan itu justru
mengesankan ketidak siapan doi menangkap aspirasi yang berkembang. Dan
dia memang punya alasan, wong doi sendiri udah ngomong kok, "ndak
sesuai dengan budaya timur, capresnya ndak jelas, buang2 waktu
de..el..el."
permasalahannya kan, kok alasan seorang calon pimpinan bisa sekonyol
itu..

Lha si Jeffrey Winters aja ampe bilang bahwa alasan itu terlalu di buat
buat kok.

 Mungkin saja Megawati melihat kegiatan debat capres saat ini kurang
 tepat waktunya dan kurang memberikan manfaat lebih bagi kemenangan
 partainya. Sepengamatan saya "target market" dari PDI Perjuangan
 adalah kelompok rakyat kecil yg hidupnya susah, tertindas, dan
 diperlakukan tidak adil selama ini. Dari pengajuan programnya pun
 saya merasakan bahwa inti perjuangan PDI Perjuangan adalah
 menegakkan kembali wibawa hukum yg selama ini telah diinjak2
 disewenangkan. Dan saya setuju dengan ide tersebut karena
 memang bagi saya inti permasalahan Indonesia selama ini karena
 tidak berdayanya hukum.

Bagus kalo emang doi pengin menegakkan wibawa hukum, tapi kok sampe
kejadian beberapa kali 'pengikutnya' melakukan tindakan yang tidak
mencerminkan wibawa hukum, contohnya narikin kutang...:)

 Saya pribadi kalau jadi Megawati juga akan enggan untuk mengikuti
 debat capres
 dengan situasi seperti Indonesia sekarang ini.
 Buat saya jauh 

Re: Apakah Mentri Perlu Jumlahnya 30 Lebih?

1999-04-27 Terurut Topik Dodo D.

--- Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote:
 ...

 Yw: Gile, nih... Subjek ame isinye udah beda banget, Mas.
 Tapi biarin aja, deh.

Ya kalo gitu balik lagi ke permasalahan semula aja deh, efisiensi
departemen.

Saya juga mikir kalo jumlah menteri dan departemennya kebanyakan justru
malah ndak efisien, apalagi ditambah dengan lembaga2 non-departemen
yang jumlahnya juga kebanyakan. Terlalu banyak nantinya budget yang
dialokasikan untuk departemen dan no-dep yang kurang berfungsi
tersebut.
Kalo emang pembagian pusat-daerah nanti sudah berjalan dengan baik,
maka sudah menjadi suatu keharusan adanya penyusutan jumlah departemen
dan no-dep kepada hal2 yang memang menyangkut urusan nasional dan tidak
mungkin didelegasikan kepada daerah, contohnya urusan dalam negeri
(internal affairs), urusan luar negeri, serta urusan Hankam. Tapi saya
juga tidak punya estimasi tentang jumlah yang efektif, yang jelas,
perlu di perkecil, sisanya serahkan aja kepada daerah.

Tapi saya juga merasa bahwa untuk saat ini, dimana ekonomi kita masih
babak bunyak, kita belum cukup siap untuk melakukan efisiensi
departemen, atau perampingan jumlah departemen, karena berkaitan dengan
masalah ketenaga kerjaan.

Lha kalau sekarang, dengan jumlah departemen yang banyak, dan banyak
mempekerjakan karyawan saja, angka pengangguran kita masih tinggi,
gimana kalau tiba2 dilakukan perampingan...? apa nggak semakin meroket
jumlah pengangguran kita?

Jadi ya meskipun efisiensi departemen merupakan suatu keharusan, tapi
nggak boleh dilakukan dengan terburu buru karena akan membawa dampak
negatif di sisi yang lain.

ini cuman pendapat doang, lha ane bukan tukang ekonomi kok..

_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Mega dasarnya memang nol dan pengecut

1999-04-27 Terurut Topik Dodo D.

heheheperumpamaan yang menarik tentang kondisi politik tanah air
secara keseluruhan (kolam tenang/big picture).

Dalam konteks yang lebih kecil (aquarium), saya juga pengin mbikin
perumpamaan deh,

Disaat orang orang sedang memerlukan hidangan yang menarik dan sesuai
dengan selera, ikan ikan yang dianggap berkualitas telah menunjukkan
diri, memamerkan keindahannya dan menjanjikan suatu hidangan yang lezat
untuk disantap. Tapi sayangnya, ada seekor ikan besar yang cuman
plintat plintut sambil kemayu dibalik batu. Lha...lama lama orang yang
ngelihat kan jengkel juga, akhirnya orang orang yang sudah kesengsem
dengan ikan ikan lainnya, mulai melempari ikan yang kemayu tersebut.

Tapi masih untung juga si ikan kemayu, karena bongkahan bongkahan batu
disekitarnya secara konsisten berusaha melindungi, dengan harapan kalau
nasib mujur menjadi milik si ikan, maka bongkahan2 batu tersebut akan
secara otomatis ikut menikmatinya juga.

Ini cuman perumpamaan lhokan sah sah aja mbikin perumpamaan..

--- Alexander Lumbantobing [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Beberapa saat sebelum Tragedi Mei 1998, saya mengungkapkan adanya
 pihak-pihak
 yang melempar umpan ke tengah kolam-tenang-Indonesia dengan berharap
 segera
 mendapat "ikan" besar yang sudah lama ingin ditangkap dan digoreng.

 Beberapa minggu yang lalu, saya mengungkapkan betapa gusarnya para
 juru
 pancing itu menunggu agar sang ikan keluar untuk segera ditangkap dan
 digoreng. Para juru pancing itu sampai harus mengobok-obok
 kolam-tenang-Indonesia. Maka kolam-tenang-Indonesia menjadi alam
 lumpur yang
 belepotan dan porak-poranda.

 Sayangnya, sang ikan yang menjadi sasaran mereka tetap belum
 tertangkap untuk
 digoreng. Yang menanggapi umpan itu hanyalah ikan-ikan kelas teri.
 Tentu saja
 para juru pancing itu semakin gusar dan gundah. Niatnya memang jahat,
 sih!

 Omong-omong, permisalan saya tentang pelemparan umpan ini secara
 "tidak
 sengaja" disebutkan oleh Amien Rais dalam tanggapan beliau mengenai
 peristiwa
 Istiqlal, padahal cara
 lempar-umpan-tangkap-sang-ikan-lalu-bunuh-dan-digoreng
 ini sudah tercetus sebelum Tragedi Mei 1998.

 Para pelempar umpan ini akan semakin gusar dan gundah gulana. Semoga
 tidak
 sampai kalap.

 Big picture, guys, big picture.

 Rgds,

 Alex


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Wiranto Emerging as Serious Presidential Contender

1999-04-27 Terurut Topik Dodo D.

Paling enggak ya didukung oleh istrinya..:)

--- Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote:
 April 27, 1999
 Wiranto Emerging as Serious Presidential Contender

 Yw: Didukung oleh siapa?
 Angkatan Udara? :-)
 Anggota Brimob yg disidang kasus Trisakti?
 Para Mahasiswa?
 Amin Rais?
 Habibi?
 Akbar Tanjung?
 Megawati?
 Kopasus?
 Prabowo?
 Suharto?
 Jepang?
 Amerika?
 IMF?
 Bank Dunia?
 Partai-partai besar?
 Timor Timur?
 Aceh?
 Irian?
 Sambas?

 :-)


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Pemilu ditunda

1999-04-26 Terurut Topik Dodo D.

Setelah beberapa hari yang lalu muncul dugaan "permainan dana" untuk
kartu suara yang dilakukan oleh anggota KPU, sekarang muncul issue baru
lagi yang menyebutkan bahwa Pemilu terancam tertunda karena kartu
suaranya belum siap. Issue ini kemudian disusul dengan dugaan bahwa
pemasokan kertas dan tinta kepada perusahaan percetakan yang ditunjuk
untuk mencetak kartu suara disabotase oleh intel militer.

Lha kok ada aja sih permasalahan permasalahan konyol kaya begini ini..?
Jangan jangan minggu depan muncul lagi berita yang mengatakan bahwa
kotak suaranya belum dibikin...jadi pemilu ditunda lagi. Habis itu
disusul lagi issue bahwa TPS nya belum siap karena bahan untuk mbikin
kamar pencoblosannya habis...
lha kalo terus terusan gini...kapan kita ini mau maju..?

Mbok ya gini aja, daripada susah susah, pemilih suruh bawa kertas
sendiri sendiri, bungkus kacang atau apa kek...yang penting bisa
ditulisi "saya milih partai A". Kalaupun nggak ada ya daun pisanglah..
Terus tempat buat ngumpulin kertas suaranya pake tas plastik aja, atau
kotak bekas indomie.

Saya kok heran dengan segala macem kekonyolan ini. Kok ya susah banget
mau mbikin tatanan kehidupan bernegara yang baik aja. Kalau memang ada
dugaan kuat tentang sabotase oleh kelompok tertentu, mbok ya segera
diungkap biar nggak menjadikan saling tuding, saling menyalahkan, dan
nggak menyelesaikan masalah...

==
Pencetakan Kartu Suara Disabotase

   Kertas dan Tinta Tak Tersedia, Pemilu Bisa Ditunda

   Jakarta, JP.-

   Kecemasan terhadap kemungkinan tertundanya jadwal Pemilu
   1999 makin di ambang mata. Ini gara-gara kertas dan tinta
untuk
   kartu suara sampai saat ini belum diterima oleh
   perusahaan-perusahaan yang mendapatkan pesanan untuk
   mencetaknya.

   Kemungkinan tertundanya pemilu yang direncanakan berlangsung
   7 Juni 1999 ini diungkapkan Wakil Ketua Komisi Pemilihan
Umum
   (KPU) Dr Adnan Buyung Nasution. Sayangnya, Buyung tidak
   mengatakan secara jelas siapa yang berkewajiban memasok
   kertas dan tinta yang konon bersifat khusus itu.

   Apakah ini bentuk sabotase untuk menggagalkan pemilu? Buyung
   meyakini hal itu. Siapa pelakunya? Ia menuding rezim dan
orang
   lama di militer. ’’Ada laporan tadi malam (Minggu malam,
Red)
   bahwa masih ada upaya-upaya sabotase (pencetakan kartu
suara)
   itu,’’ kata Buyung.

   Seperti diketahui, pencetakan kartu suara memang diserahkan
   kepada sejumlah perusahaan percetakan di dalam negeri.
Mereka
   mendapatkan proyek tersebut melalui tender yang dilakukan
oleh
   KPU. Konon, dalam tender tersebut, percetakan yang ada
   hubungannya dengan keluarga Cendana telah dicoret sebelum
   tender berlangsung.

   Buyung mengaku cemas terhadap upaya-upaya sabotase yang
   dilakukan pihak-pihak yang tidak menginginkan Pemilu 1999
ini
   berlangsung mulus dan sukses. ’’Inilah yang saya cemaskan,’’
   tandasnya.

   Masalahnya, jelas Buyung, diperlukan setidaknya empat minggu
   atau sebulan sebelum hari-H pemilu untuk mendistribusikan
kartu
   suara itu ke wilayah-wilayah Indonesia yang luas ini. Dan,
untuk
   sampai ke pemilu yang diperkirakan paling demokratis sejak
   Pemilu 1955 itu, waktunya tinggal enam minggu.

   ’’Bila sampai 7 Mei kertas suara itu belum siap, mungkin
pemilu
   ditunda,’’ ingatnya.

   Buyung menyadari, masih ada orang-orang yang ingin melihat
   pemilu kali ini gagal. Bahkan, tandasnya, upaya menggagalkan
   pemilu itu terjadi pula di ibu kota Jakarta dengan banyak
cara.

   ’’Rezim lama dan orang-orang lama dalam intelijen militer
sangat
   pintar dalam soal itu (sabotase) sejak 1950-an,’’ papar
dedengkot
   pembela HAM ini.

   Buyung mengaku sangat gembira melihat animo masyarakat pada
   pemilu kali ini, meskipun ada perubahan sistem pendaftaran
   pemilih. Walaupun partisipasi rakyat sampai saat ini ada
pada
   rentang 20 sampai 90 persen, di beberapa wilayah, katanya,
90
   persen warga yang berhak menggunakan hak pilih telah
   mendaftarkan diri.

   Di beberapa wilayah padat penduduk seperti Jawa, Bali,
beberapa
   wilayah di Sumatera dan Sulawesi, tingkat partisipasi warga
sudah
   mencapai 80 persen.

   ’’Mereka sangat antusias dan committed terhadap pemilu ini.
   Kalian tidak bisa membandingkannya dengan pemilu lalu. Pada
   pemilu yang sudah lewat itu, apa pun persentase (pemilih
yang
   menggunakan hak pilih), kalian tidak bisa menyebutnya
sebagai
   pemilu murni,’’ jelas Buyung.

   Bagaimana Pemilu 1955 yang dikenal paling demokratis dalam
   sejarah pemilu 

Mega oh Mega

1999-04-26 Terurut Topik Dodo D.

Ngomongin ibu kita ini lagi ah...daripada ndak ada kerjaan.

Setelah lamaa banget mikir, akhirnya keluar jugalah pernyataan dari
kubu PDI-P dengan alasan konyolnya yang dibuat untuk merasionalisasi
penolakan debat oleh sang ibu.

Kali aja karena udah terlalu terpengaruh ama 'ketidak jelasan-ketidak
jelasan' yang sering dilontarkan oleh partnernya, Gus "D", akhirnya MS
mengatakan bahwa caprez sekarang ini masih belum jelas. Lha wong Amin
Rais, Yusril, Akbar, dkk udah jelas jelas dicalonin oleh partainya
masing masing kok ya masih dianggap ndak jelas. Apakah mau nunggu
setelah ada yang kepilih, terus mau nggerakin massanya untuk
"mendebat"...?

Lebih konyol lagi, katanya debat yang ndak sampe sehari itu dianggap
ngabisin waktu. Waktu yang mana nih..? yang bener aje..
Atau mungkin takut, jangan jangan pas di debat trus grogi, trus
pingsan, trus...trus...
Lha kalo ini ya memang bisa "ngabisin waktunya" untuk bisa jadi caprez.

Anehnya juga, wong yang 'mbikin' alasan itu si Mega, kok yang
nyampaikannya si Lubis, apa memang masih takut lagi kalau alasannya
juga akan di debat? jangan jangan ibu ini nanti menjadi trauma
dengan kata kata 'debat'.

=
Megawati Siap Debat seusai Pemilu

   Jakarta, JP.-

   Ternyata Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
   tidak tahan juga diledek setiap hari karena dianggap tidak
berani
   berdebat dengan kandidat calon presiden lainnya. Menurut
Mega,
   tuduhan dirinya tidak berani berdebat dengan kandidat
presiden
   lainnya itu salah. ’’Saya mau diajak berdebat atau berdialog
   dengan calon presiden lainnya, asal calon presidennya
   benar-benar jelas,’’ ujar Mega seperti disampaikan melalui
anggota
   Litbang PDI Perjuangan Manginsara Lubis kemarin.

   Menurut Mega, kalau selama ini ada kesan ia menolak diajak
   debat, itu disebabkan calon-calon yang disandingkan dalam
forum
   debat itu dinilainya statusnya tidak jelas. ’’Calon-calon
itu baru
   bisa dianggap calon presiden sesungguhnya setelah pemilu.
Kalau
   sekarang banyak capres, ya bukan capres yang sesungguhnya,’’
   ujarnya.

   Debat terbuka para calon presiden, menurut rencana,
dilakukan
   Selasa ini di kampus UI Depok. Capres yang sudah menyatakan
   siap hadir dalam kesempatan tersebut, antara lain, Amien
Rais
   (PAN), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Sri-Bintang Pamungkas
   (PUDI), dan Akbar Tanjung (Golkar). Sementara itu, Megawati
   Soekarnoputri menolak menghadiri undangan tersebut.

   Menurut Mega, seperti yang dikutip Lubis, demokrasi di
Indonesia
   sangat berbeda dengan di Amerika. Di sana, katanya, sudah
jelas
   kandidat presiden hanya dua orang karena jumlah partainya
   memang cuma dua. Tapi, di Indonesia yang saat ini punya 48
   partai, jumlah kandidatnya masih belum jelas.

   ’’Jumlah yang ada sekarang ini, nanti seusai pemilu akan
semakin
   mengerucut sehingga yang ada tinggal beberapa saja. Di saat
   itulah Megawati akan siap diajak berdialog atau berdebat,’’
ujar
   Lubis.

   Pihak PDI, kata Lubis, sangat memahami keinginan dan
idealisme
   yang diharapkan mahasiswa atau cendekiawan. Bahkan, PDI pun
   sangat mendukung adanya debat di antara capres. Namun,
   Megawati justru punya pertimbangan lain daripada sekadar
cari
   popularitas atau menarik massa lewat perdebatan.

   ’’Menang dalam perdebatan bukan jaminan bahwa dalam segi
   leadership dia pandai. Tapi, yang lebih penting, saat ini
dia lebih
   mementingkan melakukan konsolidasi partai daripada
   menghabiskan waktu untuk berdebat,’’ katanya.

   Penolakan Megawati berdebat itu apa tidak akan mengurangi
rasa
   simpati pendukung terhadapnya? ’’Megawati tidak pernah
menolak
   berdebat atau berdialog. Bahkan, beliau mendukung, hanya
dalam
   pandangannya, waktu saat ini belum tepat. Dan, saya kira
   kemampuan berdebat itu bukan tolok ukur bahwa seseorang
   pandai memimpin. Apa ada jaminan seorang yang menang dalam
   berdebat itu diartikan bahwa dia juga seorang pemimpin yang
   andal,’’ kata Lubis.

   Penolakan itu apakah dinilai akan mengurangi pamor Megawati
   sebagai calon presiden? ’’Tidak sama sekali. Tanpa berdebat
pun,
   Megawati sudah terkenal dan orang tidak meragukan
   kemampuannya,’’ katanya.

   Apakah PDI tidak khawatir banyak suara yang hilang karena
   penolakan tersebut? ’’Sama sekali tidak. Justru karena
itulah,
   Megawati lebih memilih melakukan konsolidasi ke
daerah-daerah
   daripada melakukan debat dengan kandidat presiden dari
partai
   yang belum tentu mendapat suara besar 

Re: Apakah Mentri Perlu Jumlahnya 30 Lebih?

1999-04-26 Terurut Topik Dodo D.

Nanya dikit nih bung Budi,

--- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya optimis bahwa perimbangan pusat-daerah ini semakin lama akan
 semakin gencar dan bobotnya akan semakin membesar ke daerah. Dengan
 berpindahnya 'kue' ke daerah, para 'pakar'pun akan ngikutin 'kue' tsb
 ke
 daerah, yang pada gilirannya daerah akan semakin kuat dan
 menginginkan
 porsi otonomi yang semakin besar. Semakin besar otonomi daerah, akan
 semakin banyak 'pakar' berpindah ke daerah-daerah. Di sisi lain,
 daerahpun menjadi semakin mandiri dan bebas mengembangkan ide-ide
 untuk
 kemajuannya.

Saya tertarik dengan argumen anda diatas, khususnya masalah otonomi
daerah yang makin besar, dan pertanyaan saya berkaitan dengan masalah
integrasi nasional.

Beberapa hari yang lalu, saya mendengarkan sebuah speech dari seorang
Professor political science dari McGill University, Montreal. Topic
yang disajikan menarik sekali yaitu masalah pemisahan negara bagian
Quebec dari Canada. Sebagai negara konfederalis, negara negara bagian
di Canada mempunyai otonomi yang seluas luasnya, bahkan power yang
dimiliki negara bagian lebih besar dari powernya federal (pusat).

Inti yang saya tangkap dari speech tersebut adalah, kekuatan ekonomi
negara bagian Quebec yang sangat besar, yang memungkinkan wilayah
tersebut untuk berdiri sendiri, menjadi salah satu fator utama yang
melandasi keinginan Quebec untuk memisahkan diri dari Canada. Tentunya
ada faktor2 lain seperti budaya dan bahasa Perancis yang kental dipakai
oleh masyarakat Quebec sangat berlainan dengan budaya dan bahasa
Inggris yang berlaku di bagian lain dari Canada.

Meskipun sudah beberapa kali dilaksanakan referendum di Quebec, dan
hasilnya lebih dari 50% suara mendukung separation of Quebec dari
Canada, tetapi hal itu belum terlaksana juga sampai sekarang. Kendala
utamanya adalah konstitusi Canada tidak mengijinkannya, dan Quebec juga
tidak memperoleh dukungan internasional.

Kemudian saya tanyakan kepada pembicara, bagaimana dia melihat
relevansi permasalahan Quebec tersebut bila di hadapkan dengan negara
Indonesia yang saat ini sedang merencanakan untuk memberikan otonomi
yang lebih luas kepada daerah. Tapi karena beliau tidak paham tentang
Indonesia, maka saya juga tidak meperoleh jawaban yang memuaskan. Dia
hanya kembali kepada argumennya bahwa semakin kuat perekonomian suatu
daerah, dan semakin besar otonomi yang diterima, maka akan semakin
besar pula keinginan dari daerah tersebut untuk 'berdiri sendiri'.

Menurut Bung Budi, adakah kemungkinan akan munculnya permasalahan
disintegrasi di negara kita apabila daerah sudah mendapatkan otonomi
yang luas, dan perekonomiannya semakin kuat, bahkan mungkin akan lebih
kuat dari perekonomian pusat? Perlu di pertimbangkan bahwa negara kita
lebih majemuk dan lebih heterogen bila dibanding Canada, serta potensi
perpecahannya saya rasa juga lebih besar.

Thanks.
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: PELAKU PEMBOMAN MASJID ISTIQLAL SEORANG MANTAN TARUNA AKABRI

1999-04-24 Terurut Topik Dodo D.

Saya salut dengan berita2 dari SiaR seperti ini, paling tidak cara
menyajikan rentetan berbagai events patut diacungi jempol. Cerita
cerita di rakit dan dijahit secara halus sehingga bisa memberikan
keyakinan kepada pembaca bahwa memang peristiwa2 itu sangat berkaitan
erat satu sama lainnya, dan menyajikan sequence yang cukup enak untuk
dibaca.

Akurasi dari kebenaran individual story dalam "kumpulan cerita" ini
juga patut diacungi jempol, dan saya rasa 80% benar. Contohnya cerita
tentang Edy Prabowo yang mantan taruna AKABRI dengan segala macam
permasalahannya memang mendekati hal yang sebenarnya, dan seperti saya
bilang, 80% benar. Akan tetapi, setelah membaca sampai selesai,
kemudian melihat lagi judulnya, saya kok jadi kurang menangkap
relevansi dari cerita tentang Edy Prabowo ini dengan judul yang
ditawarkan.

Judul berita mengisyaratkan keyakinan dan mungkin bermaksud untuk
membawa pembaca kepada keyakinan bahwa pelaku pengeboman Istiqlal
adalah mantan taruna AKABRI. Kemudian di bagian akhir cerita dibahas
tentang perjalanan hidup seorang mantan taruna AKABRI bernama Edy
Prabowo, dan keterkaitannya dengan kelompok tidar yang diduga berada di
belakang peristiwa2 yang selama ini terjadi. Sayangnya tidak di
jelaskan sejauh mana keterlibatannya pada pemboman Istiqlal tersebut.
Yang menghubungkan peristiwa Istiqlal dengan dugaan keterlibatan Edy
Prabowo hanyalah kemiripan sketsa wajah dari kepolisian dengan wajah si
EP ini.

Kalau melihat latar belakang si EP, pribadinya, dan keahliannya, memang
ada kemungkinan bahwa dia terlibat dalam pemboman Istiqlal. Tetapi
untuk merasa yakin bahwa memang dialah pelakunya, tentu tidak cukup
hanya berdasarkan dugaan. Saya rasa, judul berita itu akan lebih tepat
di kemukakan apabila memang sudah terbukti bahwa si EP ini pelakunya.

Saya ingat sewaktu sedang rame ramenya kerusuhan Ambon dan Gus Dur
menyebut initial Mayjen K sebagai dalangnya. Atas dasar ucapan Gus Dur
itu pula kemudian keluar cerita yang mirip seperti ini. Dengan
kepandaian menjahit cerita secara halus, akhirnya keluarlah nama Kivlan
Zein sebagai 'terdakwa utama' di berita itu, seakan akan memang sudah
terbukti bahwa dia pelakunya. Kemudian si Kivlan uring uringan, dan
mendatangi Gus Dur untuk minta klarifikasi. Ternyata jawaban Gus Dur
apa...? yang dimaksud Mayjen K bukanlah si Kivlan.

Pada cerita kali ini, sebenarnya apa yang di sajikan masih mirip2 dan
berkaitan erat dengan cerita tentang Kivlan Zein dulu, tapi mungkin
karena pernah 'mengeluarkan dakwaan yang salah' terhadap Kivlan,
akhirnya nama itu nggak di singgung2 lagi.

Jadi menurut saya, tidak seharusnya kita menjustify sesuatu atau
seseorang sebelum benar2 di buktikan. Pemberitaan surat kabar atau
press release dari suatu kelompok, seperti biasa, pasti punya tendensi
tertentu yang sering mengakibatkan beritanya bias.

Yang jelas, siapapun pelaku pemboman Istiqlal, harus diungkap secara
tuntas dan setransparan mungkin di jelaskan kepada masyarakat agar
tidak terjadi tuding menuding antar kelompok, apalagi antar agama yang
memang sangat sensitif di negara kita. Jangan sampai pihak berwajib
memanipulasi fakta dan akhirnya menutup-nutupi kelompok tertentu hanya
karena 'merasa sungkan' yang akhirnya akan menghancurkan bangsa
Indonesia secara keseluruhan.

--- Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Mencuat kembali nama, Letnan Jendral Prabowo Subianto dan Kelompok
 Asuhannya yang bernama kelompok "Tidar".


*
 PELAKU PEMBOMAN MASJID ISTIQLAL SEORANG MANTAN
 TARUNA AKBRI

 JAKARTA (SiaR,23/4/99), Aparat menyatakan bahwa Amir alias Edi Ranto,
 Ketua Kelompok Angkatan Mujahidin Islam Indonesia (AMIN) adalah
 tersangka
 otak perampokan BCA dikaitkan dengan kasus peledakan Mesjid Istiqlal
 (19/4). Sedangkan Gus Dur menduga pembom itu orang bayaran dan oknum
 bekas ABRI. Tapi lain lagi dengan temuan SiaR yang menyimpulkan
 adanya
 kemungkinan anak emas Prabowo dari kelompok Tidar.
 Hasil investigasi SiaR menunjukkan bahwa pelaku peledakan bom di
 Masjid
 Istiqlal adalah Eddy Prabowo, seorang mantan taruna AKABRI, yang
 direkrut
 Prabowo -mantu mantan Presiden Soehartountuk masuk kelompok Tidar
 yang
 dibentuknya.

 Kontroversi siapa pelaku pemboman di Mesjid Istiqlal makin meruncing
 setelah POLRI dengan mudahnya melanggar asas praduga tak bersalah,
 dengan
 mengaitkan Amir alias Edi Ranto tersangka pelaku perampokan Bank BCA
 di
 Gang Kancil menjadi tersangka utama satu-satunya pemboman Istiqlal.
 Bahkan

 Kadispen Polri Brigjen Pol Togar Sianipar, Rabu (21/4) kemarin
 menjelaskan, bahwa satu dari 10 saksi, mengaku pernah bertemu dengan
 2 di
 antara 4 pelaku yang diduga melakukan pemboman di Istiqlal. Saksi ini
 ditemukan polisi pada Selasa (20/4) malam.
 Dengan demikian, sudah ada 2 saksidi samping para saksi mata yang
 diperkirakan bisa membawa polisi melacak jejak pelaku pemboman di
 Istiqlal, demikian tuduh Togar Sianipar.

 Dari saksi tersebut diperoleh gambaran atau 

Re: Pemimpin berbudaya Timur

1999-04-24 Terurut Topik Dodo D.

Mengikuti obrolan tentang fenomena Mega ini, saya jadi ingat sebuah
buku tentang leadership yang berjudul "Hope is not a method" yang
ditulis oleh mantan Chief of Staff of the US Army, Gordon Sullivan.
Buku ini sangat menarik karena merupakan aplikasi military leadership
(khususnya US Army) ke dalam bisnis dan organisasi secara umum.

Dalam bahasan khususnya tentang pemimpin, Sullivan mengatakan bahwa hal
yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah
'shared vision.' Pemimpin menggunakan vision and values untuk
memobilisasi orang lain (yang dipimpin), memfasilitasi perubahan dan
pertumbuhan, serta menciptakan masa depan suatu organisasi. Visi adalah
langkah pertama dalam mentransform organisasi.

Contoh yang di kemukakan mas Eep tentang masyarakat Finlandia sangat
relevan dengan argumenya Sullivan diatas. Masyarakat Finlandia tidak
mau dipimpin oleh orang yang tidak punya visi karena memang tidak
menjanjikan sesuatu buat masa depan mereka. Seorang pemimpin harus
punya visi yang jelas, karena visi yang jelas dan di jelaskan kepada
masyarakat akan 'provides a sense of enduring purpose, and incorporates
a measure of success.'

Jadi menurut saya, sangat wajar apabila kita masyarakat Indonesia yang
semakin maju dan kritis ini meragukan kemampuan Megawati untuk
memimpin, karena selama ini dia tidak pernah menyatakan visinya dan
menjelaskannya kepada masyarakat luas. Apalagi sewaktu di undang untuk
acara debat, yang pada intinya agar masyarakat mengetahui visi calon
presidennya, juga menolak dengan alasan yang 'konyol' yaitu tidak
sesuai dengan budaya timur.

Kalaupun masyarakat kita nanti terlena (atau memang masih tidur) dan
memilih pemimpin semacam ini, semuanya akan rugi. Apabila suatu saat
ternyata pemimpin ini tidak bisa memenuhi tuntutan masyarakat,
masyarakatpun tidak akan bisa terlalu menggugat, karena mereka telah
memilihnya walaupun tanpa visi. Kalaupun masyarakat akhirnya menggugat,
sang pemimpin akan dengan mudah pula mengelak dengan mengatakan bahwa
dia dulu dipilih bukan untuk membawa misi seperti yang di harapkan oleh
masyarakat, karena memang dari awal tidak pernah mengeluarkan visinya
kedepan.

Saya setuju kalau dikatakan bahwa dengan memilih pemimpin yang nggak
punya visi yang jelas, sama dengan memilih kucing dalam karung. Judul
bukunya Sullivan mengimplikasikan bahwa 'Hope' bukanlah metoda yang
tepat untuk memilih pemimpin, sama artinya dengan 'memilih kucing dalam
karung.'


--- Endra Susila [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Beberapa hari yll., di kampus ITB telah diadakan hearing dari para
 Calon Presiden RI. Tercatat, wakil dari PAN, PBB, PK, PRD, serta PUDI
 (+..) telah mengungkapkan gagasan-gagasan mereka. Tercatat pula
 wakil
 dari PDI-P serta PKB menolak hadir pada acara tsb dengan alasan
 "bukan
 budaya Indonesia serta tidak diatur dalam RUU (mohon dikoreksi kalau
 salah)". UI Salemba, tidak kalah pula, akan mengadakan acara sejenis
 beberapa saat mendatang. Rupanya PDI-P dan PKB juga telah menolak
 untuk
 menghadiri acara tsb.

 Sehubungan dengan kegiatan-kegiatan di atas, ini tadi saya barusan
 mendapatkan tulisan Eep Saefulloh pada Refleksi Republika yang
 menyentil
 Mbak Mega karena keengganan-keengganannya untuk diajak berdiskusi
 terbuka.

 Cukup menarik untuk dibaca. Walaupun, bisa jadi menurut para
 pendukung Mbak Mega, tulisannya agak subjektif.

 Endra

 -
 http://www.republika.co.id/9904/25/12738.htm

 Pemimpin Berbudaya Timur

 Oleh Eep Saefulloh Fatah

 "Kertas yang kosong untuk kepala yang kosong dan janji yang kosong."

 Kata-kata itu tertera di sebuah kertas suara di Uusima, satu dari 15
 wilayah pemilihan dalam Pemilu Parlemen Finlandia, 21 Maret 1999
 lalu. Ia
 tertera di salah satu kertas suara yang bertumpuk bersama dengan
 kartu
 suara lain yang tidak sah karena pemilih tidak menulis nomor kandidat
 anggota parlemen di kertas itu. Pemilih justru melaku?n protes dengan
 menuliskan kata-kata di atas, boleh jadi lantaran ia tak tahu isi
 kepala
 dan tak percaya janji kosong para kandidat.

 Apa yang bisa kita pelajari dari soal yang kelihatan remeh temeh itu?
 Jawabnya: Setiap orang bebas memilih wakil mereka di parlemen dengan
 rasional. Ketika yang didapati sang pemilih adalah ''kepala yang
 kosong
 dan janji yang kosong'', ia leluasa untuk tak menentukan pilihannya.

 Soal remeh temeh itu pun memberi pelajaran lanjutan lain: Rakyat
 berhak
 tahu du? isi kepala dan dan menakar dulu janji seorang calon pemimpin
 sebelum memutuskan pilihannya. Rakyat tak boleh dipaksa membeli
 kucing
 dalam karung. Pemimpin tak berhak meminta cek kosong dari rakyat.

 Itulah pelajaran Finlandia, sebuah negara Skandinavia yang makmur
 dengan
 kualitas demokrasi yang teruji, nun di utara Eropa sana. Apakah itu
 pelajaran tentang budaya utara atau budaya barat, dan bukan timur?
 Menurut
 saya, bukan.

 Pelajaran Finlandia yang saya temukan ketika ikut meninjau pemilu di
 sana
 itu adalah pelajaran 

Re: Kamis, 22 April : Calon2 presiden hearing di ITB

1999-04-22 Terurut Topik Dodo D.

--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:

 1. MS itu sebenarnya punya kemampuan nggak sih?

  Lho...sampeyan ini gimana tho cak,...Ya jelas punya kemampuan tho ya,
  at least mampu ngomong sekata dua kata bahwa debat itu tidak sesuai
  dengan budaya timur. Dan saya rasa, dia sekarang juga 'mampu'
  ndengarkan bisik bisik para pendukungnyakira kira apa ya yang
bisa
  ane katakan untuk menjawab gossip yang berkembang menyusul pernyataan
  ane kemaren..?? dan pasti juga doi sambil senyum2 simpul malu2 kucing
  (klenyam klenyem..)

 Memang diam dapat berarti emas, cuma kalau masyarakat meragukan
 kapabilitasnya dan MS malah mengambil sikap tapa brata  puasa
 ngomong, maka keraguan thd MS akan makin besar lagi. Dalam hal ini,
 diam berarti loyang.

  Lho...loyang kan kalo kebentur biasanya bunyi keras...lha yang satu
  ini udah di bentur dari sana sini masih stays quiet aja kok. Kali aja
  yang satu ini diemnya kaya gumpalan tanah lembek...


 MS dengan karakteristik begini akan berpotensi menjadi pemimpin yang
 disetir para pembantu dekatnya. Kelambanan dalam bersikap mungkin
 disebabkan perlunya meminta pertimbangan dari para DFA-DFA di
 sekitarnya. Kalau terus-terusan ya repot. Kalau gitu kenapa nggak
 para pembantunya aja yg jadi presiden?

  Ya kalo gitu si DFA aja suruh nyalonkan diri...kan sama sama ceweknya
  jadi masih tetap adil, tetap punya capres cewek

 Salam,
 Jaya

 '-
 Hadeer wrote:

 
  Tulisan seperti ini sampai nggak ya ke MS.
  Apa udah dicegat duluan oleh para "penjaga" MS...
  Jangan-jangan MS itu duduk di menara gadingbetul - betul nggak
 tahu sebenarnya apa yang sedang terjadi disekitanya...
 
  Kasihan... :-(
 
  Hadeer
 
  (Sitorus tolong diforwardkan berita dari Ira Damayanti ini ke Email
 nya PDI - P, thanks. Kamukan pernah kirim-kiriman email dengan PDI -
 P beberapa waktu yang lalu)
 
  --
   From: Ira Damayanti [EMAIL PROTECTED]
   To: [EMAIL PROTECTED]
   Subject: Kamis, 22 April : Calon2 presiden hearing di ITB
   Date: 22 April 1999 14:33
  
   Hari ini dan besok.. April 22-23, di kampus kami,Aula Barat - ITB
 ,
   KM -ITB mengadakan hearing terbuka beberapa calon presiden
 Indonesia..
   Diantaranya ialah dari PBB,PK,PUDI,PAN,.. dan seharusnya ada PKB
 dan PDI
   Perjuangan.. (dan ada satu-dua lagi saya lupa, sorry)
   Dari PBB sudah , PK mungkin sedang berlangsung.. dan nanti jam 4
 sore
   Insya Allah ada Amien Rais...
  
   Dan tadi pagi ternyata saya dengar bahwa Mega dan GusDur dengan
 alasan
   sesuatu hal menolak hadir di kampus kami untuk ikutan hearing...
  
   Kenapa kok nggak mau hadir, Mbak Mega ?
   Apa hearing terbuka juga melanggar budaya timur-kah ?
  
   Mana kharisma Ayahanda Bung Karno sebagai alumnus ITB ? yang
 bahkan
   namanya diabadikan di "monumen soekarno" di kampus kami ini ???
   Kok ternyata putri tercinta penerus perjuangan tidak cukup punya
 nyali
   untuk hadir dalam hearing di almamater ayahanda ?!
   Malu-maluin aja!
  
  
 -
   O ya, menanggapi tentang penolakan MS untuk debat terbuka dengan
 alasana
   pelanggaran budaya timur.
  
   Well.
   Saya kok baru dengar ya, debat terbuka itu melanggar budaya
   timur.Sebelumnya apa pernah dipermasalahkan gitu ?
  
   Saya pikir malahan budaya tersebut hanya berlaku di jaman
 Soeharto
   aja.Tujuannya supaya Suharto nggak didebat...
   Is this the same thing ? ( as Soeharto )
  
   Well, oke kalo MS nggak mau berdebat karena bukan budaya timur,
 dan
   yaa.. mungkin karena arena debat terbuka ini malah berpotensi
 jadi ajang
   debat kusir yang berkepanjangan yang malah saling
   menjatuhkan satu sama lain (tapi masak calon presiden berantem di
 depan
   publik ?) ,
   tapi kali inimasak iya presentasi visi dan
   misinya aja juga melanggar budaya Timur ?
  
   datang ke hearing saja nggak mau ?
   Apa hearing juga melanggar budaya timur ?
   Emang 'budaya timur' itu apa sih ?
   Emangnya semua budaya timur sebegitu bagusnya gitu kok sampe
 dibela2in
   secara tidak logis dan non-sense ?
   Atau hanya merupakan justifikasi dari sikapnya yg "silence
 is( golden
   or stupidity ? )..."
   Saya kira itu cuma cara2 eskapisme aja
  
   Saya asli orang timur... (katakanlah Jawa Timur), tapi kayaknya
 nggak ada
   deh peraturan dan norma yang kaya gitu...
   Ini sih bukan "meneng mergo anteng" ( diam karena tenang ) tapi
 ini mah
   "meneng mergo nggelenggem" ( diam karena bego )
  
   Lha wong pemilihan2 di kampus kami saja, mulai dari pemilihan
 ketua
   himpunan,ketua unit sampai presiden KM aja semuanya melalui
 proses debat
   terbuka...
   Apakah kami para mahasiswa (yg notabene dicap kaum terpelajar)
 ini
   melanggar budaya timur ??
  
   Nah kalo kita sebagai rakyat yang mau memilih, gimana kita bisa
 tau visi
   dan misi dia sebagai presiden nanti kalo "yang punya gawe" untuk
 jadi
   presiden aja nggak tau gimana harus ngomong .. menjelaskan "Ini

Re: BAN ME

1999-04-22 Terurut Topik Dodo D.

Nnnganu kok,
kalo ndak salah, di body emailnya di tulis command SIGNOFF

ini kalo ndak salah juga lho...soalnya saya belom pernah unsubsribe..

--- Kris Wilburn [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Wah kasihan Bung Indi ini...mau keluar kok ndak bisa.
 Kalau ndak salah requestnya dg kirim email ke alamat:

 [EMAIL PROTECTED]

 lalu ketik unsubscribe pada subjeknya.
 isi email kosong

 Kalau salah ya embuh...

 Salam,
 Jaya


 '---
 Indi Soemardjan wrote:
 
  BAN ME
  --
 
  Indi Soemardjan
  Be my guest: http://pagina.de/indradi


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Silence is ............

1999-04-21 Terurut Topik Dodo D.

Hati hati lho Bung Hadeer..
menyindir calon presiden itu juga termasuk "bukan budaya timur" lho...

kali aja ntar kalo ibu itu jadi presiden akan diberlakukan UU subversi
tentang budaya ketimuran...:)

--- Hadeer [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Sebenernye saya nggak suka mengambil berita - berita dari Detik.com
 atau
 Siar atau Pijar dan sejenisnya. Ini bukan hobi saya.
 Tapi begitu ada tulisan yang seperti dibawah, KOQ temen-temen yang
 biasanya
 hobi men-forwardkan Detik.com atau Siar atau Pijar malah diam
 saja...kaya'
 nggak ada apa - apa  :-) ...Padahal berita ini "menarik"
 lhohe...he

 :-)
 Hadeer lagi

 --
 From: Hadeer [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Silence is 
 Date: 21 April 1999 16:27


 Megawati : "Debat itu tidak sesuai dengan Budaya Timur"

 Jadi kawan-kawan...janganlah banyak berdebat ya ...!!
 Diam sajapokoknya pasti kepilih dech jadi presiden :-)

 :-)
 Hadeer

 ===

   Rabu, 21 April 1999

   Rencana Debat Calon Presiden
   Mega dan Sultan tak Bersedia
   Reporter Hestiana Darmastuti

   detikcom, Jakarta. Megawati menolak
 menghadiri undangan
   debat calon presiden yang diadakan
 mahasiswa
 pro reformasi
   Forum Salemba (Forsal). Alasannya, tak
 sesuai dengan budaya
   timur. Sultan juga absen karena alasan
 lain,
 tapi Amien Rais
   bersedia.

   "Jawaban Mega itu disampaikan oleh Haryanto
 Taslam (Sekjen
   PDI Perjuangan), katanya tidak sesuai
 dengan
 budaya timur,"
   jelas Agus Haryadi, koordinator Forsal
 dalam
 jumpa pers di UI
   Salemba, Rabu (21/4/1999) pukul 11.00 WIB.

   Absennya Mega itu sangat disesalkan Forsal.
 Sebab pihaknya
   melihat Mega adalah calon potensial dan
 yang
 paling
   didengungkan banyak pihak. Bahkan pendukung
 PDI
   Perjuangan sudah tak melirik calon manapun,
 kecuali Mega
   untuk menduduki tampuk pemerintahan RI
 keempat mendatang.

   Dijelaskan Agus, jawaban Mega secara
 tertulis sendiri memang
   tak pernah didapatkan. Meski sudah
 diundang.
 Beberapa kali
   mahasiswa Forsal - yang pernah melakukan
 aksi melepas baju
   Golkar - mendatangi Mega di DPP maupun di
 rumahnya, tapi
   tak pernah berhasil.

   Tampaknya Mega memang pasti tidak akan
 hadir
 dalam debat
   itu. Sebab, tambah Agus, Haryanto Taslam
 juga mengatakan
   bahwa tidak ada undang-undang yang
 mewajibkan calon
   presiden termasuk Megawati harus mengikuti
 debat. "Karena
   kami anggap Megawati adalah calon pemimpin
 bangsa, kami
   ingin mengetahui visinya. Tapi dihubungi
 secara formal maupun
   informal melalui telepon pun semuanya tak
 berhasil," katanya.

   Walau demikian, dalam beberapa hari ini
 Forsal berharap ada
   perubahan keputusan pada Megawati. Selai
 Mega, misalnya
   Kwik Kian Gie kalaupun mau ikut akan
 ditolak, karena bukan
   calon. "Jika Mega tetap tak bisa hadir, itu
 hak Mega.Yang
   menjadi perhatian dan pikiran kami adalah
 kembali ke pikiran
   rakyat. Kami hanya memfasilitasi, agar
 proses demokrasi
   berjalan baik."

   Calon yang sudah menyatakan bersedia datang
 adalah Amien
  nbsp;Rais (PAN), Yusril Ihza Mahendra
 (PBB),
 Didin Hafidhudin
   (Partai Keadilan), Sri Bintang Pamungkas
 (PUDI), dan Budiman
   Sudjatmiko (PRD). Kelima orang itu sudah
 menyatakan
   kesediaannya secara tertulis.

   Dijelaskan, hanya sembilan partai yang
 diundang, terutama partai
   besar dan yang sudah memiliki calon
 presiden. Partai besar itu
   diambil dari hasil polling Tabloid Politik
 terkemuka TEKAD,
   dan sedang PUDI dan PRD diundang karena
 sudah menyatakan
   punya capres.

   Khusus soal Budiman yang masih berstatus
 Napol, Forsal sudah
   mengajukan permohonan ke Depkeh pada 14
 April lalu. Juga
   PRD sudah mengurusnya ke Depkeh agar
 Budiman
 dibolehkan
   ikut debat Capres. Tapi 

Re: Silence is ............

1999-04-21 Terurut Topik Dodo D.

Nah...ini ada satu pembelaan..lumayan bagus alasannya

tapi saya rasa kok tokoh2 semacam Prof. Dr. Amien Rais dan Budiman
Sudjatmiko, serta calon1 lain dari PK dan lainnya 'tidak kurang
bijaksana' atau kasarnya 'nggak buta" (kecuali Gus Dur) untuk bisa
menilai apakah debat itu di rekayasa, membangun de el elde es be..

Gus Dur aja yang nggak bisa ngelihat, masih pinter menilai kok, bahkan
setiap ada kejadian udah langsung bisa tahu siapa pelakunya...:)

Nah, kalau MS lebih pinter dan lebih bijaksana menilai (atau
mencurigai..??) dibanding tokoh2 lainnya (AR dkk), ya berarti emang
udah cocok jadi presiden

udah deh langsung di lantik ajandak usah ribut ribut..

--- Frarev Sitorus [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Mas...menurut Saya ...kata-kata ibu MS itu bukan perdebatan yang
 sebenarnya. Kalau perdebatan yang direkayasa sedemikian rupa untuk
 tujuan
 tertentu yang tidak sesuai dengan semestinya...pasti Saya tolak kan.
 Jadi
 lihat dulu konteksnya, siapa yang mengadakan perdebatan ( netral atau
 bukan?). Bukan berarti ibu MS menolak debat itu sama dengan menolak
 debat
 yang membangun.
 :-)

 On Wed, 21 Apr 1999, Hadeer wrote:

 
  Megawati : "Debat itu tidak sesuai dengan Budaya Timur"
 
  Jadi kawan-kawan...janganlah banyak berdebat ya ...!!
  Diam sajapokoknya pasti kepilih dech jadi presiden :-)
 
  :-)
  Hadeer
 
  ===
 
Rabu, 21 April 1999
 
Rencana Debat Calon Presiden
Mega dan Sultan tak Bersedia
Reporter Hestiana Darmastuti
 
detikcom, Jakarta. Megawati menolak
  menghadiri undangan
debat calon presiden yang diadakan
 mahasiswa
  pro reformasi
Forum Salemba (Forsal). Alasannya, tak
  sesuai dengan budaya
timur. Sultan juga absen karena alasan
 lain,
  tapi Amien Rais
bersedia.
 
"Jawaban Mega itu disampaikan oleh
 Haryanto
  Taslam (Sekjen
PDI Perjuangan), katanya tidak sesuai
 dengan
  budaya timur,"
jelas Agus Haryadi, koordinator Forsal
 dalam
  jumpa pers di UI
Salemba, Rabu (21/4/1999) pukul 11.00
 WIB.
 
Absennya Mega itu sangat disesalkan
 Forsal.
  Sebab pihaknya
melihat Mega adalah calon potensial dan
 yang
  paling
didengungkan banyak pihak. Bahkan
 pendukung
  PDI
Perjuangan sudah tak melirik calon
 manapun,
  kecuali Mega
untuk menduduki tampuk pemerintahan RI
  keempat mendatang.
 
Dijelaskan Agus, jawaban Mega secara
  tertulis sendiri memang
tak pernah didapatkan. Meski sudah
 diundang.
  Beberapa kali
mahasiswa Forsal - yang pernah melakukan
  aksi melepas baju
Golkar - mendatangi Mega di DPP maupun di
  rumahnya, tapi
tak pernah berhasil.
 
Tampaknya Mega memang pasti tidak akan
 hadir
  dalam debat
itu. Sebab, tambah Agus, Haryanto Taslam
  juga mengatakan
bahwa tidak ada undang-undang yang
  mewajibkan calon
presiden termasuk Megawati harus
 mengikuti
  debat. "Karena
kami anggap Megawati adalah calon
 pemimpin
  bangsa, kami
ingin mengetahui visinya. Tapi dihubungi
  secara formal maupun
informal melalui telepon pun semuanya tak
  berhasil," katanya.
 
Walau demikian, dalam beberapa hari ini
  Forsal berharap ada
perubahan keputusan pada Megawati. Selai
  Mega, misalnya
Kwik Kian Gie kalaupun mau ikut akan
  ditolak, karena bukan
calon. "Jika Mega tetap tak bisa hadir,
 itu
  hak Mega.Yang
menjadi perhatian dan pikiran kami adalah
  kembali ke pikiran
rakyat. Kami hanya memfasilitasi, agar
  proses demokrasi
berjalan baik."
 
Calon yang sudah menyatakan bersedia
 datang
  adalah Amien
Rais (PAN), Yusril Ihza Mahendra (PBB),
  Didin Hafidhudin
(Partai Keadilan), Sri Bintang Pamungkas
  (PUDI), dan Budiman
Sudjatmiko (PRD). Kelima orang itu sudah
  menyatakan
kesediaannya secara tertulis.
 
Dijelaskan, hanya sembilan partai yang
  diundang, terutama partai
besar dan yang sudah memiliki calon
  presiden. Partai besar itu

Re: Silence is ............

1999-04-21 Terurut Topik Dodo D.

Lha saya kan ngikutnya disini baru baru aja, jadi ya ndak begitu
ngerti. Wong orang lain juga manggilnya Bung Hadeer kok, jadinya ya
saya ikut ikutan.

Kalau tahu ini adalah seorang Mbak...wah, udah dari dulu tak kirimi
surat...hehehe..:)

--- "FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY" [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Mbak Hadeer emang wanita tulen. Kan dulu udah ngaku
 Cuman kalau dipancing mesti disebut mbak atau mas biasanya
 diam saja. Padahal kitanya cuman pura-pura lupa. Tapi nggak
 apa-apasoale entar Bung Dodo sama Bung Andrew bakal
 selalu setuju dengan pendapate Mbak Hadeer. Nah kan yg repot
 kita-kita juga. Lha diskusi jadi macet... apalagi kalau tiba-tiba
 jadi
 seneng bikin puisi. Hehehe.



 Dodo D. wrote:

  --- Hadeer [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
   Tapi preman nggak gebukin seorang wanita kan ?! :-) Cuma
 "narikin"
   doang...
   :-)
   Apakah kalimat ini merupakan "unintentional confession" dari
 Sdr.(i)
  Hadeer bahwa anda adalah seorang wanita.(yang selama ini jadi
 teka
  teki)..??? :)
  _
  Do You Yahoo!?
  Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Beda laki sama perempuan

1999-04-20 Terurut Topik Dodo D.

WHAT WOMEN SAY AND WHAT THEY MEAN:

"Can't we just be friends?" = There is no way in hell I am going to
let any part of your body touch any part of mine, ever again.

" I just need some space" = .without you in it.

"Do I look fat in this dress?" = We haven't had a fight in a while.

"No, pizza's fine!" = ...you cheap bastard!

"I just don't want a boyfriend now." = I just don't want YOU as a
boyfriend now.

"You never listen!" = You never listen!

"We're moving too quickly." = I am not going to sleep with you until I
find out if this guy at work is married.

"I'll be ready in a minute!"  = I AM ready, but I am going to make you
wait because I know you will.

"Oh, no, I'll pay for myself!" = I'm just being nice; there is no way
I'm going dutch.

"Oh YES!!!  Right there!!!"  = Well, near there, I just want to get
this over with.

"I'm just going out with a few of my girfriends." = We're going to get
shit-faced and make fun of you and your stupid friends.

"There's no one else." = I'm doing your brother.

"Size doesn't matter.." = unless I want to come.

WOMAN'S GUIDE TO WHAT A MAN REALLY MEANS--

"I'm hungry" = I'm hungry.

"I'm sleepy" = I'm sleepy.

"I'm tired" = I'm tired.

"I've gotta pee" = Get out of the way.

"Can I call you sometime?" = I'd eventually like to have sex with you.

"Do you want to go to a movie?" = I'd eventually like to have sex with
you.

"Can I take you out to dinner?" = I'd eventually like to have sex with
you.

"Can I get your coat?" = I'd eventually like to have sex with you.

"Let me get your door." = I'd eventually like to have sex with you.

"May I have this dance?" = I'd eventually like to have sex with you.

"I'd like to take you away some place really special for the weekend."
 = Don't expect to see anything other than 4 walls and the ceiling.

"Nice dress!" = Nice cleavage!

"You look tense, lie down and I'll rub your back." = I want to fondle
you, and hopefully it will lead to sex.

"What's wrong?" = I don't see why you're making such a big deal out of
this.

"What's wrong?" = What meaningless self-inflicted psychological trauma
are you going through now?

"What's wrong?" = I guess sex tonight is out of the question.

"I'm bored." = Do you want to have sex?

"I love you." = Let's have sex now.

"I love you too." = Okay, I said it...we'd better have sex now!

"Good morning." = Is it too early for sex?

"See you later." = That was great sex..let's have more!

"Yes, I like the way you cut your hair." = I liked it better before.

"Yes, I like the way you cut your hair." = $50 and it doesn't look
that much different!

"Let's talk." = I am trying to impress you by showing that I am a deep
person and maybe then you'll want to have sex with me.

"Will you marry me?" = I want to make it illegal for you to have sex
with other guys.

"Will you marry me?" = I might as well get tax benefits for going
through these "talks".

WHILE SHOPPING:

"Yes, that one's nice" = Why do you ask when you aren't going to
listen anyway?

"That one looks great on you" = Pick any f! dress and let's go
home!

"I like that one better." = Pick any f! dress and let's go home!
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Beda laki sama perempuan 2

1999-04-20 Terurut Topik Dodo D.

The differences between how a woman and a man uses a drive-through
banking machine.
Here is his and hers ATM usage explained...
HIS
1. Pull up to ATM
2. Insert card
3. Enter PIN number and account
4. Take cash, card and receipt

HER
1. Pull up to ATM
2. Check makeup in rearview mirror
3. Shut off engine
4. Put keys in purse
5. Get out of car because you're too far from machine
6. Hunt for card in purse
7. Insert card
8. Hunt in purse for wrapper with PIN number written on it
9. Enter PIN number
10. Study instructions for at least 2 minutes.
11. Hit "cancel"
12. Re-enter correct PIN number
13. Check balance
14. Look for envelope
15. Look in purse for pen
16. Make out deposit slip
17. Endorse checks
18. Make deposit
19. Study instructions
20. Make cash withdrawal
21. Get in car
22. Check makeup
23. Look for keys
24. Start car
25. Check makeup
26. Start pulling away
27. STOP
28. Back up to machine
29. Get out of car
30. Take card and receipt
31. Get back in car
32. Put card in wallet
33. Put receipt in checkbook
34. Enter deposits and withdrawals in checkbook
35. Clear area in purse for wallet and checkbook
36. Check makeup
37. Put car in gear, reverse
38. Put car in drive
39. Drive away from machine
40. Travel 3 miles
41. Release parking brake
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Pengakuan Pemerintah ttg Timor-Timur

1999-04-20 Terurut Topik Dodo D.

karena pejabat deketnya presiden ndak terkena tuntutan masalah dwi
fungsi, makanya si ibu itu memanfaatkan akronim namanya untuk ber-DFA
(Dwi Fungsi Ah..);)

--- ". Brawijaya" [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Hehehe.kali ada yg laporan kedudukan DFA diomongin di milis ini.
 Hiyaati-ati lho

 Nah, sekarang udah pas kan kalau DFA ditaruh spt itu. Berarti bener
 kalau kemarin sebetulnya kedudukannya lebih bersifat informal.
 (Dukun kali..penasihat kok informal). Dengan demikian, teka-teki
 silang kita sudah terjawab nih Bung BRidwan, bahwa memang DFA mau
 diorbitkan cuma belum ada jabatan yang pas untuk mbak DFA ini.
 Kalau kemarin mau didudukkan sebagai asisten Mensesneg, maka akan
 ada kerancuan karena asisten mensesneg tanggung jawabnya ya ke
 mensesneg. Padahal di lain pihak, BJH pengen nge-keep DFA supaya
 dekat ke dia. Mangkane jadi mbingungi mau ditaruh sbg jubir salah,
 jabatan yg lain juga kagok.

 Mungkinkah seorang Dewi menyandang begitu banyak jabatan? Ya
 mungkin aja bung. Yang nggak mungkin adalah jabatan jubir sekaligus
 menjabat asisten mensesneg. Soale dengan cara ini mensesneg akan
 selalu dilangkahi. Kok asisten lebih deket dg BJH dpd menterine.
 Cuma sekarang masalah ini sudah terselesaikan karena AT sebentar
 lagi akan cuti, shg DFA otomatis sah ijah kabul berlaku sbg
 mensesneg. Rak gitu tho? Wis gathuk...cocok...


 Salam,
 Jaya


 On Apr 20, 11:19pm, bRidWaN wrote:
  Subject: Re: Pengakuan Pemerintah ttg Timor-Timur
  Hari ini disuati surat kabar, beliau disebutkan sebagai
  asisten Mensesneg bidang luar negeri.
  Nah, yang mana yang benar ? Mungkinkah seorang Dewi
  menyandang begitu banyak jabatan, ataukah ini merupakan
  tanda semrawutnya organisasi dalam kabinet saat ini?
 
 
  At 22:40 19/04/99 +0700, Erwin wrote:
  Sekedar informasi...
  Dewi Fortuna Anwar memang salah satu calon kandidat menjadi
 Menteri
  Luar Negeri di kemudian hari...
  Setidaknya, Amien Rais dalam sebuah artikel di tabloid "Detak"
 pernah
  mengatakan, bahwa apabila Amien Rais terpilih menjadi presiden,
 maka
  Ia akan meminta Dewi Fortuna Anwar menjadi Menteri Luar
 Negerinya...
  
  Salam,
  Erwin
 
  --
  From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED]
  Date: Monday, April 19, 1999 3:45 PM
  
  Dr Dewi Fortuna Anwar ini siapa sih? Setahu saya 'beliau'
  adalah salah seorang PENASEHAT PRESIDEN.
  Mengapa terkesan kadang sebagai seorang Pejabat atau bahkan
  Menteri Luar Negeri?
  Jangan-jangan memang ada promosi yang saya tidak ketahui??
 -- End of excerpt from bRidWaN


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



High School Attack di Denver, Colorado

1999-04-20 Terurut Topik Dodo D.

Rekan2 Permias,
Ternyata kebrutalan manusia terhadap sesamanya tidak hanya menjadi
dominasi pasukan Serbia di Bosnia dan Kossovo, atau kelompok bersenjata
di Tim-Tim, maupun kelompok yang bertikai di Ambon dan Sambas yang
berada dalam kekacauan politik negaranya.

Di US pun detik ini terjadi kebrutalan manusia tak beradab yang sampai
sekarang belum diketahui motivasi dan latar belakangnya.

Sampai saya menulis cerita ini, sudah sekitar 3 jam CNN menayangkan
laporan langsung tentang high school attack di Denver, COlorado yang
sampai detik ini diperkirakan sudah memakan sekitar 25 korban meninggal
dan belasan lainnya luka luka. Beberapa orang bersenjata telah
menyerang sebuah high school yang berisi sekitar 2000 siswa. Ratusan
siswa sudah berhasil di evakuasi dari kompleks sekolah, sementara
ratusan lainnya masih terkurung di sekolah dibawah ancaman para
penyerang. Seorang dari para penyerang yang diperkirakan paling sedikit
dua orang, berhasil di tangkap pihak kepolisian, tapi sampai sekarang
berlum di beritakan keterangan lebih lanjut.

Saya tidak tahu, gejala sosial apa yang sedang terjadi pada manusia
saat ini, sehingga dengan mudahnya orang2 tak beradap tersebut
menumpahkan darah sesamanya.

Mungkin ada rekan2 yang dari Colorado bisa memberikan penjelasan lebih
lengkap terhadap tragedi ini.

_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Cerita sederhana yang cukup menarik

1999-04-19 Terurut Topik Dodo D.

Ada sebuah kisah sederhana yang rasanya cukup menarik dan baik untuk
kita baca sekali lagi.

Pada jaman dahulu di negara Arab, banyak orang menunggang keledai
sebagai kendaraan. Seorang bapak membawa anaknya ke satu tempat dengan
membawa seekor keledai. Mereka menaiki keledai itu dan lewat di sebuah
desa. Keadaan ini menarik perhatian orang-orang. Ada di antara mereka
berkata "Ini penganiayaan. Keledai itu terlalu kecil untuk dinaiki
oleh dua orang. Kan itu menyiksa binatang.. Tak ada prikemanusiaan ".


Bapak itu mendengar komentar mereka. Lalu si Bapak turun dan
membiarkan anaknya sendirian di atas keledai. Si Bapak meneruskan
perjalanan sambil berjalan kaki. Mereka pun melalui sekumpulan orang
ramai. Sekali lagi ada yang berkomentar,
"Kurang ajar anak itu. Dia enak-enak naik keledai. Bapaknya dibiarkan
berjalan kaki."

Si anak mendengar komentar mereka, lalu dia turun dan menyuruh
bapaknya menunggang keledai. Si anak berjalan kaki mengiringi bapaknya
di atas keledai. Mereka pun melalui sekumpulan orang. Sekali lagi
mereka mendengar rungutan
"Bapak tak ada otak, dia enak naik keledai,
anaknya dibiarkan berjalan keringatan."

Mendengar hal itu, si bapak pun turun dan berjalan bersama anaknya.
Keledai itu dibiarkan berjalan sendirian. Mereka pun melalui lagi
sekumpulan orang. Kali ini pun masih ada yang berkomentar
"Bodohnya orang tua ini. Ada keledai tapi tidak mau dinaiki.
Kalau begini, lebih baik tak usah bawa keledai!"

Mendengar kata-kata ini, si-bapak pun memberitahu anaknya. "Beginilah
keadaan masyarakat. Mereka hanya pandai memberikan komentar.
Pintar melihat kesalahan orang. Ada saja yang tak betul.
Kalau kita ikut saja kata-kata mereka, rusaklah kita. Kita tidak
boleh terima pandangan mereka secara langsung. Kita harus pikirkan
semuanya dan kita buat yang sekiranya baik. Jangan pedulikan komentar
mereka.."



_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Fwd: URGENT ACTION ON EAST TIMOR!

1999-04-19 Terurut Topik Dodo D.

wah...gimana nih seandainya orang lain bilang bahwa justru berita ini
yang bias?
kan logis kalo ada yang ngomong gitu, soalnya kan etan merupakan salah
satu pihak yang terlibat (langsung apa enggak..???) dalam pertikaian,
sehingga besar kemungkinannya bahwa berita yang di buat sudah dimuati
interest tertentu..

jawabannya ya ndak tahu...

--- Donald Saluling [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Ini ada berita dari East Timor Action Network. Semoga menambah
 sedikit
 wawasan pada teman2 yang sekarang ini cuma mengikuti cerita2 dari
 Kompas dan
 media2 tanah air yg bias dan kurang akurat. Mari kita teruskan berita
 ini
 kepada mereka2 yang belum mengetahui atau yang selama ini sudah
 dibutakan
 oleh media2 pemerintah tentang keadaan di Tim-Tim.

 Donald Saluling



 ATTACHMENT part 2 message/rfc822
 Date: Sun, 15 Jul 1990 15:09:14 -0700
 To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
 From: Carrie Anderson [EMAIL PROTECTED]
 Subject: URGENT ACTION ON EAST TIMOR!
 Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED],
   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
 Reply-To: [EMAIL PROTECTED]

 URGENT EAST TIMOR ALERT -- PLEASE CALL IMMEDIATELY!!

 Yesterday (Saturday, 4/17) more than 1000 armed pro-Indonesian
 paramilitary
 members took control of the streets of Dili.

 Current reports confirm at least 13 dead so far and many more wounded
 although it is impossible to know the full extent of the damage and
 violence.  At this moment the paramilitaries are marauding through
 the
 capital, attacking civilians, shooting into buildings, and ransacking
 and
 burning homes. Part of Becora market and at least six houses have
 been
 razed.  The streets are empty save for the paramilitary groups and
 the
 accompanying special mobile police units. The military and police are
 refusing to halt the violence, instead providing water and cigarettes
 to
 the paramilitaries.

 At least 275 people (including civil servants, CNRT(National Council
 of
 Timorese Resistance) members, East Timorese NGO leaders, and
 reconciliation
 advocates) are believed to be on a death list.  Militias have
 threatened
 that Bishop Belo will be assassinated on Sunday (tomorrow).

 The targeting of the pro-independence leadership appears to have
 begun at
 the home of Manuel Carrascalao, leader of the Movement for the
 Reconciliation and Unity of the People of East Timor. Militias firing
 automatic weapons supplied by the Indonesian army attacked his home
 today,
 killing an undetermined number of the 140 refugees, mainly women and
 children, living in Carrascalao's back yard.  Carrascalao's son is
 also
 reported dead.

 Photographers were told they would be shot if they took pictures.
 Foreign
 journalists have been attacked and few are reporting from the
 streets.

 It appears that the ABRI-supported paramilitary rampage may have only
 just
 begun.  

Re: Korban Purbalingga angkat bicara

1999-04-08 Terurut Topik Dodo D.

Ini kayanya berkaitan dengan reliability dari sumber berita, soalnya
yang saya temukan di harian BERNAS
(http://www.indomedia.com/bernas/9904/05/UTAMA/05uta0.html) juga
mengatakan lain dari apa yang dimuat oleh SiaR. Kalau tiga dari empat
sumber mengatakan bahwa oknum yang di tangkap itu mengaku kader PDI-P
sementara hanya satu yang mengatakan sebalikknya maka saya tidak berani
mengatakan bahwa yang satu itu yang benar. Nggak tahu kalau bung Blucer
punya argumentasi untuk mengadakan pembenaran terhadap yang satu itu.

Dari segi reliability-nya, bisa dilihat juga bahwa sumber yang tiga itu
lebih reliable (Suara Merdeka, Media Indonesia, dan Bernas) sedangkan
yang satu hanya merupakan artikel dari sebuah milis (SiaR). Mungkin ada
yang bisa mengajukan metodologi research yang membenarkan kesimpulan
berdasarkan satu sumber yang kurang reliable, sementara di temukan
lebih banyak sumber lain yang lebih reliable mengatakan sebaliknya...??

Tapi sekali lagi, saya tidak bermaksud memihak satu partai dan
memojokkan partai yang lain. Sudah saya katakan, saya tidak akan milih.
Bagi saya, siapapun pelakunya, dan apapun motivasi di belakangnya, yang
jelas hal itu TIDAK BISA DI BENARKAN dan TIDAK BISA DIANGGAP WAJAR baik
dari sisi hukum maupun moral.

Karena jelas jelas pelaku di lapangan pada kejadian Purbalingga itu
memakai atribut PDI-P, maka sudah seharusnya Megawati dengan besar hati
minta maaf kepada Masyarakat (bukan cuma Golkar) atas kejadian itu dan
berjanji untuk mengusut tuntas. Apabila ternyata ditemukan bukti bahwa
kader PDI-P yang melakukannya, baik atas perintah maupun inisiatif
sendiri, Megawati sebagai ketua PDI-P harus melakukan tindakan tegas.
Bila ternyata ditemukan bahwa hal itu merupakan rekayasa dari Golkar
atau kelompok lain, akan di klarifikasi dan tentunya dalam hal ini piha
Golkar yang harus minta maaf, dan siap menanggung resiko untuk di
bubarkan atau kehilangan pendukung.

Sekali lagi, diperlukan KEBESARAN JIWA dan KELAPANGAN DADA untuk
menerima perbedaan demi menyukseskan Pemilu 99 yang diharapkan akan
bisa  menjadi kunci untuk menyelesaikan berbagai krisis yang melanda
negara kita.

--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Wah, berhubung saya belum menentukan untuk milih yg mana,
 jadi ya endak berusaha membela ataupun memojokkan suatu partai.
 Di bawah ini artikel di republika. Di Suara Merdeka juga banyak
 korban
 yg membantah sinyalemen bahwa korban melepas kaosnya sendiri
 karena ketakutan. Menurut mereka, mereka melepas kaos karena
 dipaksa. Bahkan ada yg diancam mau dibunuh bila tidak melepasnya.
 Ada juga yang aktif memakai tangannya untuk mencopoti kaos kuning.

 Suara Merdeka menyebut jumlah korban yang melapor 38 orang.
 Belum yg tidak berani melapor karena diancam dibunuh dan yg malu.

 Sekarang siapa dalangnya? Apakah PDI-P, Masyarakat biasa yg
 kalap, atau malah Golkar? Sejauh ini Harian Suara Merdeka (koran
 lokal Jateng, di mana Purbalingga berada) kok tidak menyebut
 nama PP. Yang muncul adalah Bendahara PDI-P yang mengaku
 memang berada di lapangan, dan bangga bisa mengusir Akbar Tanjung.

 Akhirnya PDI-P menurunkan tim dan akan bertindak tegas thd oknumnya.
 Itu setelah banyak organisasi wanita protes. Inga...inga 50%
 pencoblos
 adalah wanita...

 Memang ini juga salah Golkar yg curang mencuri start kampanye.

 Nah, sebagai fungsionaris eh simpatisan PDI-P (hehe...), bagaimana
 nih
 Bung Blucer dalam mensikapi berita ini?


 Salam,
 Jaya


 '-
 Kisah Wanita Korban Kasus Purbalingga

 Wanita berusia 48 tahun itu tak kuasa menahan
 tangisnya.
 Ruang kerja Himpunan Wanita Karya (HWK) di
 Kantor DPD II
 Golkar Purbalingga, Jateng, hening. Sejumlah
 wanita yang
 hadir menundukkan kepala. Mereka tenggelam
 dalam
 kesedihan saat wanita beranak tiga itu
 terbata-bata
 memaparkan pelecehan yang dialaminya ketika
 mengikuti
 silaturahmi Golkar, 2 April lalu di Stadion
 Wasesa.

 ''Saya ingat betul pelakunya. Ada tiga orang
 lelaki yang
 mencopoti kaos yang saya kenakan. Mereka
 jelas dari orang
 PDI Perjuangan, karena yang warna merah
 bergambar Ibu
 Megawati,'' kisah Ny S, wanita berusia 48
 tahun itu sambil
 sesekali menyeka air matanya.

 Ny S penduduk Kelurahan Purbalingga Kidul,
 salah satu
 wanita yang busananya dicopot oleh massa yang
 menggunakan atribut PDI Perjuangan dalam
 kasus
 Purbalingga. Ketika itu, kader-kader Golkar
 yang akan
 menghadiri apel akbar di Stadion Wisesa,
 diserang. Sebuah
 mobil dibakar. Mobil yang ditumpangi Ketua
 Umum DPP
 Golkar Akbar Tanjung dirusak.

   

Re: pemilu 99

1999-04-08 Terurut Topik Dodo D.

Di Vermont nggak ada Permias, yang ada hanya orang orang Indonesia yang
pada sekolah di Vermont. Karena saya udah jelas ndak akan milih, jadi
ya ndak udah ndaptar.
Karena sebagian besar orang mahasiswa Indo di Vermont terpusat di
Norwich, mungkin mas ANdrew yang bisa ngasih tau lainnya, dan di
koordinir untuk pendaptarannya.

Dony Wisnu, CCNY, NY wrote:

 bagi Ketua and anggota permias  :Conn, Delaware, Maryland, Maine,
 Massachusettes,  New Hampshire, New Jersey,  N Carolina, S Carolina,
 Pennsylvania, Rhode Island, Vermont, and Virginia.  Mohon Kirim
alamat e-mail
 ketua, untuk mendapatkan informasi tentang pemilu yg akan di adakan
di
 Konsulat Jendral  New york bulan Juni nanti.  Permias NYC akan
membantu
 sebisanya untuk pendaftaran perserta pemilu.

 Thank you.
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Xanana anjurkan perang

1999-04-08 Terurut Topik Dodo D.

ikutan ngomongin Xanana ah...

Kalo nurut saya, hipotesa no 1  2 dari Bung Efron lebih punya
relevansi kalau kita membahas pernyataan perang dari Xanana beberapa
hari yang lalu.

1. Xanana memang jengkel pada tentara yang gatel.

   Seperti udah di bahas dan di beritakan di koran koran atau media
yang lain, meskipun TNI udah ndak secara aktif lagi ngurusin Tim-Tim,
tapi masih belum terjadi penarikan pasukan secara total dari daerah
itu. Untuk ini mungkin masih bisa dimaklumi, karena secara yuridis
formal Tim-Tim sampai detik ini masih menjadi bagian dari RI. Dengan
status ini, berarti pemerintah RI masih punya hak untuk menempatkan
aparatnya disana, baik aparat pemerintahan maupun aparat keamanan.
Yang membuat jengkel Xanana adalah issue dukungan senjata kepada rakyat
Tim-Tim pro-integrasi dengan alasan untuk membentuk pasukan Ratih, yang
pada akhirnya justru menimbulkan banyak korban akibat bentrokan senjata
dengan kelompok pro-kemerdekaan. Pemasokan senjata itu juga mengesankan
bahwa meskpun pemerintahan Habibie sudah memberikan opsi merdeka kepada
tim-tim, namun TNI terlihat enggan untuk melepaskannya dan berusaha
agar di tim-tim tetap terjadi konflik, sehingga suatu saat ada alasan
bagi TNI untuk masuk kembali ke sana. Melihat hal ini, mungkin Xanana
menjadi jengkel dan akhirnya mengeluarkan pernyataan perang tersebut.

2. Xanana mencari polularitas murahan.

   Ini juga ada betulnya meskipun tidak sepenuhnya. Sebelum tertangkap
dan di penjara oleh pemerintah RI, Xanana sebenarnya hanya seorang
tokoh biasa dari kelompok yang oleh TNI disebut GPK. Setelah tertangkap
dan menghuni penjara, justru nama dia jadi meroket dan populer seperti
bintang pelem. Ini juga berkat pemberitaan TNI yang mengumumkan bahwa
TNI telah menangkap tokoh nomor satu GPK Tim-Tim. Mungkin waktu itu TNI
tidak menyadari bahwa dengan menahan Xanana dan memberitakannya sebagai
tokoh nomor satu GPK, suatu saat akan menyulitkan. Kira kira aja saat
itu yang ada di benak TNI adalah popularitas tentang keberhasilan
menangkap pimpinan GPK.
   Setelah beberapa saat di tahan, dan di anggap sebagai tokoh
terpenting dari GPK, mulailah nama Xanana terkenal, bahkan banyak tamu
resmi negara yang setiap datang ke Indonesia mengunjugi penjara Xanana,
sehingga popularitas Xanana semakin melangit. Saya berasumsi bahwa dari
sini akhirnya kelompok Xanana atau kelompok GPK memanfaatkan moment ini
untuk kepentingan politis. Mereka akhirnya juga mengklaim bahwa Xanana
adalah tokoh yang peling penting di Tim-Tim. Dengan begitu, perhatian
internasionalpun akan semakin besar kepada seorang Xanana. Dengan
perhatian yang besar dari dunia Internasional, akhirnya kelompok
anti-integrasi Tim-Tim bisa memanfaatkan Xanana untuk mencari dukungan
politis dan suara Xananapun semakin menjadi penting.
Dengan kondisi yang masih serba ndak jelas di TIm-Tim akhir akhir ini,
mungkin Xanana ingin menunjukkan pula bahwa suaranyalah yang paling di
dengar oleh rakyat Tim-Tim, bahkan paling di dengar oleh seluruh dunia
apabila berbicara tentang masalah Tim-Tim. Jadi yahpencarian
popularitas juga bisa di jadikan latar belakang pernyataan "beliau"
itu.

Tentang TNI yang mempersenjatai rakyat pro-integrasi di Tim-Tim, ini
adalah dilema juga sih...
Sama seperti rencana NATO untuk mempersenjatai rakyat Kosovo beberapa
waktu lalu yang juga di perdebatkan di antara pejabat NATO dan politisi
USA.
Kelompok pro-kemerdekaan sering melakukan terror kepada kelompok rakyat
pro-integrasi, mirip dengan perlakuan kelompok Serbia terhadap Kossovar
Albanian, cuman kualitasnya berbeda.
Kadang kadang terlintas pemikiran untuk mempersenjatai kelompok yang di
teror, dengan tujuan untuk membela diri sehingga tidak terjadi
penindasan dari satu kelompok terhadap kelompok lain. Namun efek yang
di timbulkan juga bisa lebih parah kalau kedua belah pihak justru sama
sama menggunakan senjata dan terlibat dalam bentrokan fisik, karena
korban yang ditimbulkan bisa lebih banyak. Akan tetapi masih ada rasa
keadilan juga dalam hal ini, karena korban tidak hanya berasal dari
satu pihak.

Namun bagaimanapun, seharusnya di upayakan agar tidak timbul korban
sekecil apapun. Untuk itu perlu kesadaran kedua belah pihak untuk
meletakkan senjata, dan sama sama menuju ke meja perundingan untuk
pemecahan masalah secara damai.

--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Hehe... dari 2 tanggapan yg masuk kok belum ada faktor sejumlah orang
 timtim yg tetap ingin gabung? Bila referendum (atau apalah namanya,
 krn Ind menolak untuk memakai istilah itu) dijalankan, lalu diberi
 pilihan yang
 dua itu, maka status quo tidak akan pernah ada. Kedua pilihan itu
 sama-sama
 menjadikan propinsi Timtim berstatus lain dari yg sekarang. Otonomi
 luas
 (protektorat?) atau dilepaskan.

 Mengapa pula korban 5 orang (ataupun 25 orang menurut Belo) menjadi
 isu?
 Ambon ratusan mungkin ribuan, Tual sudah 81 orang, Sambas ratusan
 orang. Ngapain kita mesti sibuk dengan 25 orang?

 Sebagai tambahan pertanyaan nih, apakah dapat dibenarkan 

Re: pro:HadeerBluceer

1999-04-06 Terurut Topik Dodo D.

Biar tercapai titik temu, ya di gambar dulu titiknya terus si "abang
abang" nya di jewer kupingnya dibawa ke titik itu, kan gampang...
kalo nggak punya pensil buat bikin titik, ntar gue pinjemin deh

--- Frarev Sitorus [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Saya lihat diskusi abang-abang sekalian penuh "klimaks" tanpa
 "anti-klimaks", so...kapan anti - klimaksnya supaya tercapai titik
 temu
 dari perbedaan pola pikir yang kritis...?


 :)
 KOCU


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



acungan jempol buat jogja

1999-04-05 Terurut Topik Dodo D.

Ternyata masyarakat jogja tetap bisa menjadi contoh bagi masyarakat
daerah lain dalam hal kesadaran berpolitik. Meskipun hal ini tidak
lepas dari pengaruh Sri Sultan sebagai pemimpin jogja serta para tokoh
masyarakat lainnya, tetapi sambutan rakyat dalam pawai perdamaian
pemilu ini menunjukkan jiwa besar dan budaya politik yang tinggi dari
seluruh masyarakat Jogja. Silakan baca ini:

http://www.kompas.com/kompas-cetak/9904/05/UTAMA/dari01.htm
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Gus Dur tentang penyerangan terhadap Golkar

1999-04-05 Terurut Topik Dodo D.

Saya kok jadi tambah bingung nih ama yang namanya Gus Dur, kelihatannya
kok dia memberikan pembenaran terhadap kasus penyerangan terhadap
Golkar yang terjadi di Purbalingga baru baru ini. Pernyataannya yang
dimuat di Kompas seakan akan mengisyaratkan bahwa menurut orang nomor
satu di NU ini, penyerangan terhadap Golkar adalah hal yang memang
sudah seharusnya terjadi.
Silakan baca paragraph yang saya cuplik dari kompas ini, dan silakan
kasih komentar:
..
  Gus Dur menyatakan keberatan jika para pendukung parpol
  tertentu yang menyerang Golkar dicap sebagai pengganggu. ’’Itu
  kan timbal balik saja. Nyatanya, parpol lain kan nggak diganggu,’’
  tegas cucu salah seorang pendiri NU ini.
.

berita selengkapnya baca di :
http://www.jawapos.com/5apr/de5ap1.htm

_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Gus Dur tentang penyerangan terhadap Golkar

1999-04-05 Terurut Topik Dodo D.

Ralat..!!!
sorry salah ketik, cuplikan bukan dari Kompas, tapi dari Jawapos..


--- "Dodo D." [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Saya kok jadi tambah bingung nih ama yang namanya Gus Dur,
 kelihatannya
 kok dia memberikan pembenaran terhadap kasus penyerangan terhadap
 Golkar yang terjadi di Purbalingga baru baru ini. Pernyataannya yang
 dimuat di Kompas seakan akan mengisyaratkan bahwa menurut orang nomor
 satu di NU ini, penyerangan terhadap Golkar adalah hal yang memang
 sudah seharusnya terjadi.
 Silakan baca paragraph yang saya cuplik dari kompas ini, dan silakan
 kasih komentar:
 ..
   Gus Dur menyatakan keberatan jika para pendukung parpol
   tertentu yang menyerang Golkar dicap sebagai pengganggu. ’’Itu
   kan timbal balik saja. Nyatanya, parpol lain kan nggak diganggu,’’
   tegas cucu salah seorang pendiri NU ini.
 .

 berita selengkapnya baca di :
 http://www.jawapos.com/5apr/de5ap1.htm

 _
 Do You Yahoo!?
 Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Alert: Koalisi Besar Sudah Terbentuk! (Re: Gus Dur tentang ...)

1999-04-05 Terurut Topik Dodo D.

Bagus sekali bila partai partai politik non golkar sudah mulai
berkoalisi meskipun masih bersifat informal dan masih berlangsung di
jalanan. Hal ini menunjukkan bahwa partai partai tersebut sudah memulai
kesadaran baru untuk mengesampingkan perbedaan perbedaan yang terdapat
di antara mereka yang punya potensi konflik. Dengan berkoalisi, akan
memungkinkan bagi mereka untuk menggolkan calon presiden dari salah
satu ketua partai mereka. Yang paling penting bagi saya adalah, dengan
berkoalisi ini, berarti pula memperkecil potensi konflik diantara
pengikut partai yang bisa timbul akibat perbedaan dan kekalahan. Syukur
syukur koalisi ini bisa segera di formalisasi, dan akan lebih bagus
lagi bila bisa diwadahi dalam satu wadah partai yang lebih besar, dan
akan terbentuk two-party system di negara kita. Ini memang tidak mudah,
dan rasanya akan mustahil bisa terbentuk pada pemilu berikutnya (2004)
karena masyarakat kita saat ini masih dilanda demam kebebasan
berpolitik akibat kungkungan selama 32 tahun. Setiap orang masih ingin
menikmati kebebasan politik baru ini dengan berlomba lomba mendirikan
partai politik. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mewujudkan
two-party system di negara kita pada pemilu 2009 ataupun 2014
mendatang. Sistem dua partai ini sudah terbukti efektifitasnya di
negara2 besar seperti Inggris dan USA, karena akan memudahkan check and
balance.

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa negara kita harus meniru USA
ataupun negara lain, tapi alangkah baiknya bila sistem politik yang
sudah terbukti efektif di negara lain itu dicoba untuk di terapkan di
negara kita. Apabila ternyata tidak cocok, maka bisa di evaluasi dan
dicari yang terbaik buat negara kita.

Yang jelas, gejala yang menunjukkan bahwa partai partai politik
non-golkar mulai berkoalisi adalah merupakan gejala yang bagus.

Namun yang saya soroti bukanlah masalah koalisi tersebut, tetapi sekali
lagi, perlakuan sebuah partai terhadap partai lain yang masih
menyiratkan ketidak dewasaan masyarakat kita dalam perbedaan pendapat
dan pandangan seperti yang terjadi dalam kasus Purbalingga. Saya tetap
tidak sependapat apabila kejadian seperti itu dianggap wajar karena
menunjukkan adanya niat untuk berkoalisi melawan Golkar. Kalau hal
tersebut masih juga dianggap wajar, saya kuatir bahwa pertandingan
politik (pemilu) kita ini akan berlangsung tidak sehat, dan hasilnyapun
tidak akan memuaskan.

Saya ingat pertandingan tinju dunia antara Mike Tyson melawan Holyfield
yang sangat memalukan dunia pertinjuan beberapa waktu lalu. Seorang
raksasa tinju dunia melakukan perbuatan yang memalukan dengan menggigit
telinga lawannya dengan alasan karena jengkel akibat lawannya sering
main curang dengan memukul terlalu bawah dan dibiarkan saja oleh wasit.
Ini kan mirip dengan pertandingan politik kita saat ini. Partai partai
politik non golkar mungkin merasa jengkel dengan kecurangan kecurangan
yang dilakukan oleh golkar selama masa ORBA dan selalu dibela oleh
pemerintah dan ABRI yang seharusnya bertindak sebagai wasit. Akan
tetapi pembalasan yang dilakukan dengan tindakan yang tidak tepat
justru akan merugikan, dan akan mencoreng muka sendiri seperti yang
dialami oleh Tyson.

Dalam pertandingan tinju penyelesaiannya mudah. Setelah Tyson menggigit
kuping si Holyfield, pertandingan di hentikan, dan tyson dinyatakan
kalah, serta diberikan sanksi. Tapi hal itu tidak akan bisa di
berlakukan begitu saja di dalam pertandingan politik seperti pemilu
kita nanti. TIdak mungkin pemilu di nyatakan bubar dan Golkar keluar
sebagai pemenang karena lawan Golkar melakukan tindakan seperti yang
terjadi di Purbalingga. Permasalahannya sangat rumit. Kalau penonton
pertandingan tinju Tyson-Holyfield akan dengan mudah menerima
kemenangan Holyfield, maka "penonton" pertandingan politik kita tidak
akan bisa seperti itu. Jadi akan sangat kompleks permasalahannya.

Jadi, bentuk pelanggaran apapun di dalam pertandingan politik kita
nanti harus bisa si eliminir sedapat mungkin, janganlah koalisi
dijadikan alasan untuk "melegitimasi" tindakan tindakan brutal suatu
kelompok terhadap kelompok lain. Janganlah kecurangan kecurangan di
masa lalu tetap di bawa bawa sebagai alasan untuk melakukan pembalasan
dengan cara yang memalukan bangsa kita yang dikenal selama ini sebagai
"bangsa yang berbudi pekerti luhur". Marilah kita memainkan
pertandingan politik ini dengan jiwa fair play.

Udah kepanjangan ah...capek ngetik..

--- Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Silakan baca paragraph yang saya cuplik dari kompas ini, dan silakan
 kasih komentar:
 ..
   Gus Dur menyatakan keberatan jika para pendukung parpol
   tertentu yang menyerang Golkar dicap sebagai pengganggu. ’’Itu
   kan timbal balik saja. Nyatanya, parpol lain kan nggak diganggu,’’
   tegas cucu salah seorang pendiri NU ini.
 .

 Yw: Kondisi di jalanan sekarang, menunjukkan bahwa koalisi (informal)
 sekarang ini sudah terbentuk. Walopun golkar diganggu, tapi
 kalo dilihat secara jernih, itu bukan 

Re: Alert: Koalisi Besar Sudah Terbentuk!

1999-04-05 Terurut Topik Dodo D.

 Yw: Saya justru sependapat dg Gus Dur. Kejadian itu wajar dan biasa.

 Dalam arti, itu tuh bukan merupakan 'insiden politik' (sesuatu
 yg direkayasa secara sistematis utk tujuan politik di tingkat
 elit);
 melainkan suatu tindak kriminal/pidana biasa.

 Dalam hal dewasa atau tidak dewasa, rasanya kejadian itu kurang
 secara langsung berkorelasi dg urusan politik, tapi lebih kepada
 urusan hukum. Hukum kita memang 'belum dewasa' (dan politik dg
 sendirinya juga mengikuti).
Saya tidak begitu paham perbedaan antara urusan hukum dengan urusan
politik, insiden politik dengan tindak kriminal biasa, hal ini bagi
saya memang membingungkan. Ketika terjadi kasus seperti pembunuhan
dukun santet di Banyuwangi atau kasus Ambon, Kapolri ataupun Pangab
menyatakan bahwa kejadian tersebut merupakan "tindak kriminal murni",
lalu para tokohpun beramai ramai memprotesnya karena mereka melihat
adanya unsur politik di balik kejadian kejadian kejadian tersebut,
padahal di dalamnya tidak ada sama sekali orang yang menggunakan
atribut partai politik tertentu. Saat ini, ketika ada insiden antara
dua partai dan di dalamnya jelas2 terlihat kelompok orang yang memakai
atribut partai politik, lantas dibilang bukan merupakan insiden
politik, tapi merupakan tindakan kriminal biasa. Lha ini kan
membingungkan..

Dan lebih membingungkan lagi kalau insiden politik atau tindakan
kriminal biasa atau apapun namanya dianggap sebagai hal yang sudah
seharusnya terjadi. Saya rasa, apapun namanya dan siapapun pelakunya
atau korbannya, kejadian seperti di Purbalingga itu tidak bisa dianggap
sebagai sesuatu yang wajar, kecuali memang ada hukum atau aturan moral
yang memberikan pembenaran kepada kasus seperti itu. Yang jelas,
sepanjang pengetahuan saya dan menurut pikiran logis saya, hal seperti
itu tetap saja tidak bisa di benarkan.

 Jadi: dengan mengingat kondisi Indonesia ruwetnya kayak
 sekarang ini, kejadian Purbalingga itu wajar terjadi.

Kalau keruwetan kondisi Indonesia dijadikan alasan untuk menmganggap
kejadian seperti itu sebagai sesuatu yang wajar, maka akan memunculkan
anggapan juga bahwa kejadian2 seperti kasus Ambon dan Sambas sebagai
sesuatu yang wajar pula, toh berada di dalam situasi yang sama sama
ruwetnya. Seandainya mungkin saudara2 perempuan anda di lucuti
pakaianya oleh sekelompok orang, itupun bisa dianggap hal yang wajar,
karena berada dalam situasi yang ruwet.

 Kalo toh golkar telmi (tidak menyangka sebelumnya bahwa
 hal seperti itu bisa terjadi), itu juga wajar banget...
 Soalnya selama ini mereka kan memang selalu begitu.
 He, he, he... ;-)

Disini saya setuju. Selama ini Golkar memang terlalu overconfidence
bahwa dimana2 rakyat akan "mendukungnya", sehingga mereka terlena dan
tidak pernah memprediksikan bahwa suatu saat akan muncul juga tantangan
yang berasal dari rakyat.


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Wajarnya Purbalingga

1999-04-05 Terurut Topik Dodo D.

Hehehe...oke..oke..
ternyata sejak awal sudah terdapat perbedaan persepsi dan pengambilan
sudut pandang dalam menyikapi masalah yang sama.
Kalau sejak awal saya sudah mengambil sudut pandang benar atau tidaknya
kejadian di Prubalingga dari segi moral tanpa melihat "kewajaran" atau
"ke-luar biasaan" kasus itu ditinjau dari segi kualitasnya, anda
cenderung menyikapinya dari sudut yang sebaliknya, sehingga hampir saja
tidak mencapai titik temu.

Tentang sisi pandang dalam melihat kasus itu dari kaca mata hukum dan
politik, saya tetap melihat adanya kerancuan di dalamnya. Saya mengerti
acuan yang anda gunakan dalam melihat sebuah kejadian merupakan tindak
kriminal biasa atau insiden politik. Saya menangkap kesan spontanitas
dan intention dari si pelaku sebagai determining factor dalam melihat
apakah itu merupakan tindak kriminal biasa atau insiden politik.
Menurut saya, definisi itu bisa di terima dengan jelas dalam situasi
yang normal. Tetapi dalam situasi politik yang ruwet seperti di negara
kita saat ini, susah rasanya untuk menentukan apakah kasus semacam itu
merupakan tindak kriminal biasa atau insiden politik, karena
bagaimanapun ada unsur2 politis yang dibawa di dalamnya. Mengenai
spontanitas dan intention dari pelaku, saya agak sulit menerima sebuah
hipotesa yang mengatakan bahwa kejadian yang melibatkan kurang lebih
300 orang pelaku itu merupakan kejadian yang spontan dan di dorong oleh
kemauan pribadi para pelaku tanpa ada dorongan dari belakang. Apalagi
para pelaku sebagian besar menggunakan atribut partai politik tertentu.

Mengenai siapa yang berdiri di belakang kasus itu, kita perlu cukup
bukti untuk mengatakannya. Bisa jadi mereka memang di perintah oleh
partainya, bisa juga karena mereka dibayar oleh partai lain, atau
bahkan bisa jadi mereka di bayar oleh si korban untuk mencari simpati,
tentunya dengan syarat "bila nggak ketahuan."

Disini, saya tetap berdiri pada sudut pandang saya sendiri yang melihat
kasus itu dari sisi kebenaran moral dan mungkin juga hukum. Silakan
kalau anda menyikapinya dari sudut pandang kualitas dan akhirnya
mengambil kesimpulan bahwa kejadian itu merupakan kejadian yang wajar.
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Jatah kursi

1999-04-05 Terurut Topik Dodo D.

kursi yang dimana tuh yang ditambah?
lha kalo yang di MPR yang nambah, trus kabupatennya bertambah
buanyak...berarti gedungnya harus di renovasi dong, ntar nggak muat
karena kebanyakan kursi.
Yang jelas, tukang bikin kursi bakalan panen rejeki..


--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Katanya kalau jumlah kabupaten nambah, maka jumlah kursi
 juga nambah. Maksudnya nambah secara total atau gimana ya?
 Kalau total kursi yg diperebutkan tetap, malah bagus dong.
 Kalau perlu dibikin kabupaten tambahan banyak-banyak.
 Jadi jumlah jatah ABRI bisa diperkecil lagi. hehehe.



 --
\\\|///
  \\  - -  //
   (  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Rensselaer Polytechnic Institute
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Oooo
oooO (   )
   (   )  ) /
\ (  (_/
 \_)


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: PDI-P, kaum tertindas yg mau menindas

1999-04-04 Terurut Topik Dodo D.

.
 Logikanya mudah sekali, kalau memang itu simpatisan PDI, sunguh
 tololnya
 mereka mau mencoreng pilihannya apalagi pada saat akbar tanjung
 disana.
.

Memang sih, seandainya benar mereka itu orang2nya PDI, berarti PDI
isinya adalah orang orang yang tolol yang bisa mencoreng muka partainya
sendiri.

Seandainya hal itu adalah rekayasa Golkar untuk menarik simpati
masyarakat sekaligus mencemarkan nama PDI-P yang dianggap saingan
berat. Berarti Golkar juga tolol, karena berani mempertaruhkan nama
yang memang sudah tercemar. Karena kalau sampai terungkap bahwa Golkar
melakukan rekayasa, maka nama Golkar akan semakin terpuruk sampai
serendah rendahnya.

Seandainya itu adalah ulah Partai lain yang  ingin mengacau acara
Golkar sekaligus mencemarkan nama PDI-P, berarti partai itu juga tolol,
karena dengan begitu Golkar akan mendapat simpati meskipun acaranya di
dua tempat di gagal. Hal itu juga nggak akan membuat simpatisan PDI-P
menyeberang ke partainya.

Seandainya kejadian itu merupakan rekayasa kelompok pro-Status Quo
(Pemerintah dan ABRI), mereka juga sangat tolol. Lha nggak gitu aja
namanya sudah tercemar dan tercoreng disana sini, kok masih mau
gambling melakukan rekayasa. Seandainya ketahuan, apa nggak semakin
memperburuk citra status quo yang emang udah buruk..?

Lha kalo gitu, kejadian tersebut mencerminkan bahwa bangsa kita ini
masih dipenuhi dengan orang orang tolol serta ketololan ketololan
konyol yang kadang kadang membikin geli.. trus siapa yang pinter..??


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: PDI Perjuangan = kumpulan preman

1999-04-02 Terurut Topik Dodo D.

See, I told you too,

Masalah seperti ini sepertinya agak luput dari perhatian para pemimpin
partainya.

Lha kalau sebelum pemilu aja udah kaya begini, trus gimana nanti setelah
pemilu berlangsung, dan jelas siapa pemenangnya...? Kalau para pemimpin
partai hanya sibuk ngurusin pencalonan dirinya, tanpa memperhatikan
dampak sosial (tentunya yang negatif) yang bisa merugikan semua pihak,
saya ndak yakin negara kita akan bisa menjadi negara demokrasi yang kita
inginkan bersama.

Makanya waktu bang Yusuf nanggapi usulan saya dulu dengan mengatakan
bahwa masalah pengikut partai bisa dibicarakan setelah pemilu
dilaksanakan, saya merasa sangat skeptis, karena memang kenyataannya
kita masih belum dewasa untuk menerima kekalahan dan perbedaan
pendapat.

Au ahpusing, mending ndak usah milih aja...

--- "N.S. Sisworahardjo" [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Assalamu'alaikum wr. wb.

 See, I told you :)
 Massa PDI Perjuangan Serbu Golkar
 http://www.republika.co.id/9904/03/11011.htm

 Wassalam,
 nur

 N.S. Sisworahardjo


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Sikap Sukuis Kita (Re: Betapa mulia niatnya)

1999-04-02 Terurut Topik Dodo D.

Wah, kali ini saya agak ndak sependapat dengan Cak Brawi,

Sepertinya kita terlalu mencampur adukkan antara optimisme seseorang
untuk memajukan diri dan bangsanya dengan trauma masa lalu akibat
masalah2 SARA. Memang eliminasi potential conflict akibat perbedaan SARA
adalah salah satu faktor kunci dalam memperbaiki kehidupan bangsa kita
secara keseluruhan. Akan tetapi apabila kita selalu apriori terhadap
niat baik seseorang dan optimismenya dalam mengadakan perubahan ke arah
yang lebih baik, maka perubahan itu sendiripun tidak akan bisa
terlaksana dengan baik, karena pesimisme kita atau sikap yang skeptis
akan menjadi kendalanya.

Trauma terhadap "penyakit bangsa" yang bisa dibilang kronis ini
sepertinya memang sangat menghantui sebagian besar bangsa kita, bahkan
di kalangan legislatifpun bisa terjadi. Contoh posting Bung Rosadi
tentang Komisi V DPR yang menggagalkan tender perusahaan Amerika
bernilai ratusan juta dolar itu-- yang hanya karena mitra kerjanya
adalah Bob Hasan yang identik dengan KKN-- juga merupakan salah satu
akibat dari trauma yang berkepanjangan. Sayangnya, trauma ini sering
membutakan mata dan hati kita untuk bisa melihat permasalahan secara
jernih dan akibatnya justru merugikan bangsa kita sendiri. Saya setuju
dengan Bung Rosadi dalam postingnya yang mengatakan bahwa sikap DPR ini
justru akan bisa mematikan minat investor asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.

Jadi menurut saya, tidak seharusnya kita terlalu terbawa oleh trauma
masa lalu yang berkepanjangan sehingga membutakan rasio kiuta untuk
menerima hal hal yang positif.

Itu aja deh...
nggak hoby nulis panjang lebar, capek..



--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Peringatan: Email ini puanjang. Intinya ngomong SARA dan sedikit
 ngomong bentuk federasi. Kalau ndak suka langsung apus aje.

 Hehe...serius amat sih. Santai aja ah. Tidak ada kritik dari saya,
 yang
 ada adalah kekecewaan terhadap apa yg ada di lapangan. Pembangunan
 di daerah tidak hanya memerlukan orang macam Punky saja. Okay lah
 kita persempit, misal pembangunan Kalbar deh. Diperlukan
 juga orang macam Pariyem dan Sugiyo, Topson Simanungkalit,
 I Ketut Tantri, atau Adi Cakranegara dari madura, dll. Terusin aja
 sendiri,
 masak ratusan suku mesti disebut. Itu baik untuk bidang pertanian,
 perdagangan, dll.

 Sayangnya, yang namanya kaum pendatang biarpun sudah
 beranak-pinak puluhan tahun tetap dianggap sebagai pendatang.
 Dan kaum pendatang ini mempunyai hak yg terbatas. Paling tidak,
 endak akan sama dengan yang punya nama belakang Datau, misalnya.

 Ini adalah kenyataan. Biarpun kita memalingkan muka ke mana saja,
 kenyataan ini endak akan berubah. Kaum pendatang adalah tamu,
 yang setiap saat bisa diusir, di-harras, bahkan dibunuh. Peristiwa
 Sambas kemarin menunjukkan bagaimana praktek ethnic cleansing
 dijalankan. Pemerintah lokal malah menunjukkan keberpihakan,
 bukannya mengayomi semua penduduk, sebagai pemilik bersama wilayah
 itu. Kalau anda baca, anda akan menemukan keberatan kepala suku
 Dayak bila di Sambas masih ada orang Madura. Ini adalah sikap
 dan praktek SARA yg luar biasa. Di masa depan, pemimpin macam
 ini perlu dimasukkan ke kamar gas. Maksudnya diambil 100 orang
 secara random untuk kentut bareng ke kamar kecil, lalu si ketua
 rasis ini dimasukin ke kamar itu. Biar puyeng.hehe Mosok
 sebentar-sebentar angkat mandau. Mbok ya angkat besi aja, jadi atlit.

 Sikap semacam ketua suku juga ada di benak Uskup Bello. Dia pernah
 bilang agar Timtim untuk orang Timtim saja, juga khusus untuk orang
 Katolik saja. Ini juga tindakan SARA. Jadi juga mesti dimasukin ke
 kamar
 bareng ketua suku itu. Mbok ya yg katolik demo ke Vatikan gitu lho.
 Supaya uskup yg rasis ini diganti aja. Mosok orang rasis en sukuis
kok
 dapat Nobel. Weleh...weleh mbok yao dikasihin ke saya aja.

 Bila kita buka peta Indonesia, saat ini tiap propinsi mewakili 1 atau
 2
 suku yg dapat mengklaim sebagai pemilik asli wilayah tersebut. Yang
 lain cuma numpang. Beberapa pendatang yg punya ketrampilan
 istimewa macam Punky akan diperlakukan sebagai savior. Yang biasa
 saja seperti Eyang Troy tetap dianggap sebagai tamu. Yang kurang dari
 rata-rata akan dianggap benalu yang perlu dimusnahkan.

 Kalau kita ingin maju, semua daerah harus dibuka. Tidak ada kecuali.
 Mau Aceh, mau Jateng, atau Ambon, dll. Saat ini tidak ada daerah yg
 benar-benar terbuka kecuali DKI Jakarta. Di sana setiap orang punya
 chance yg sama untuk meraih sukses di sektor swasta dan pemerintahan.
 Bila kita ingin bicara kota per kota, menurut saya hanya Jakarta dan
 Surabaya yang benar-benar terbuka. Jakarta jadi melting pot secara
 nasional, dan Surabaya jadi melting pot wilayah timur. Di luar kedua
 kota itu, sukuisme dan rasisme masih merajalela. Dengar-dengar sih
 Medan dan Ujungpandang yg terparah. Tahu deh...

 Untuk itulah, perlu gebrakan bagaimana memberantas sikap SARA
 ini baik yg tersembunyi maupun yg terbuka yg dimiliki setiap orang.
 Jangan sampai kesalahan Broz Tito kita 

Fwd: Don't be afraid to take a risk

1999-04-02 Terurut Topik Dodo D.

(Author Unknown)

Risk is something that we all fear.  Yet it is only when we take a
chance that we manage
to change our lives and improved them.  Whenever I am afraid to take a
risk on
something I always remember this quote: "You can't  get to second base
unless you
have the courage to leave first".   Today, I came across a small piece
that I like to share
with you:

Risks:

To laugh is to risk appearing the fool.
To weep is to risk appearing sentimental
To reach out for another is to risk involvement
To expose your feelings is to risk exposing your true self.
To place your ideas, your dreams before a crowd is to risk their loss.
To love is to risk not being loved in return
To live is to risk dying.
To hope is to risk despair.
But risks must be taken, because the greatest hazard in life is to risk
nothing.
The person who risks nothing, does nothing, has nothing, and is
nothing.
They may avoid suffering and sorrow, but they cannot learn, feel,
change, grow, love,
live.
Chained by their attitudes, they are a slave, they have forfeited their
freedom.
Only the person who risks is free.
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Fwd: Tragedi Kalimantan

1999-03-29 Terurut Topik Dodo D.

Analisa yang sangat bagus tentang tragedi Kalimantan oleh Mahendra
Siregar.


Menurut penilaian saya pribadi, paling tidak ada tiga alasan mengapa
tragedi di
Kalbar tidak begitu ramai diperdebatkan di milis Bincang atau dalam
wadah
lainnya:

1. Kita kurang memahami permasalahan yang terjadi dengan baik, secara
rasional
maupun emosional. Pengetahuan kita mengenai Kalimantan dan suku-suku
yang ada di
sana sangat terbatas sehingga kita kekurangan bahan untuk mencerna
persoalan yang
terjadi secara rasional. Sedangkan secara emosional, mayoritas
suku-suku di luar
Kalimantan (kecuali Madura) merasa tidak memiliki "perasaan senasib"
dengan
saudara-saudara kita yang saling "baku-potong" itu. Hal ini berbeda
dengan
peristiwa di Ambon, yang walaupun sebagian besar dari kita sebenarnya
sama tidak
mengertinya dalam memahami persoalan di Ambon dengan Kalbar, tetapi
kita memiliki
"solidaritas" agama yang dapat membangkitkan sentimen emosional yang
sangat kuat.
Akibatnya, walaupun kita juga tidak mengerti persoalan di Ambon dengan
benar dan
lengkap, tetapi sesama kita (baik umat Islam maupun Kristen) langsung
merasa
"senasib" dengan saudara-saudara di Ambon secara emosional, sehingga
hampir-hampir kita terjerumus dalam perang saudara. Terus terang saja,
saya
menilai perdebatan anggota Permias di milis ini mengenai Ambon lebih
didorong
oleh emosi solidaritas sesama pemeluk agama, ketimbang diskusi rasional
yang
semestinya terjadi di antara kaum intelektual.

2.Sebagian besar dari kita lebih senang mencari kambing hitam dari
suatu
persoalan daripada berusaha melihatnya sebagai suatu fenomena sosial
yang terjadi
di tengah-tengah masyarakat kita. Saya tidak menyangkal kemungkinan
adanya
provokator di daerah-daerah yang menyulut pertumpahan darah diantara
kelompok-kelompok masyarakat kita. Namun demikian, mengkambing-hitamkan
provokator sebagai satu-satunya penyebab semua permasalahan bukan
merupakan
langkah yang tepat. Provokator itu dapat dianalogikan dengan korek api,
sedangkan
hubungan antar kelompok masyarakat kita adalah suatu tumpukan ilalang
kering yang
mudah dibakar. Oleh karena itu, disaat kita bersama-sama mencari para
provokator
itu dan menyeret mereka ke pengadilan, marilah kita sirami ilalang
kering ini
dengan air segar, sehingga korek-korek api sebesar apapun tidak akan
sanggup
membakarnya. "Penyakit" mencari kambing hitam ini juga menjalar ke
berbagai pihak
lain seperti menuduh keberpihakan atau kelambanan ABRI, Pemda dsb. Hal
ini
merupakan suatu sikap yang tidak tepat, karena sekali lagi hal itu
mencoba
mengingkari kenyataan yang terjadi di masyarakat kita. Kalau ABRI
dianggap
terlambat bereaksi, jangan terlalu cepat menuduh secara apriori. Jumlah
anggota
ABRI kita sangat kecil dibandingkan populasi, sekitar 1:500 orang,
sedangkan
rasio polisi adalah 1:1100. Bandingkan dengan negara-negara maju yang
mencapai
rasio 1:200 atau lebih rendah lagi. Dan jangan lupa, kondisi geografis
kita yang
didominasi oleh laut tentunya semakin menyulitkan mobilisasi Apkam dari
satu
daerah ke daerah lainnya. On top of that, infrastruktur, peralatan dan
kemampuan
SDM Apkam yang kita miliki masih minim.

3.Secara sadar atau tidak, kita terjerat dalam kerangka berpikir
negara-negara besar (baca:Barat) dalam melihat dunia dari kacamata
mereka. The
Clash of Civilization-nya Huntington yang anda kutip itu terlalu
mengeneralisir
(dan exaggerate)  signifikansi pertentangan antara agama sebagai suatu
teori yang
terjadi dimanapun, dan sepenuhnya adalah refleksi cara pandang
negara-negara
Barat. Sebagai contoh, persoalan mengenai kemerdekaan Palestina sering
dianggap
sebagai pertentangan antara Yahudi, Kristen dengan Islam. Itu adalah
cara
berpikir Barat yang selalu melakukan stereotyping terhadap persoalan
Palestina
sebagai persoalan bangsa Arab atau Islam. Padahal yang sebenarnya
terjadi adalah
direbutnya secara paksa hak-hak kemerdekaan bangsa Palestina oleh
Israel. Oleh
karena itu, Indonesia senantiasa mendukung perjuangan bangsa Palestina
menuntut
dihormatinya hak kemerdekaan mereka, karena hal itu merupakan cara
pandang bangsa
Indonesia yang menjunjung tinggi kemerdekaan suatu bangsa. Saya yakin
banyak dari
kita yang terjebak dengan cara berpikir Barat itu dan juga menganggap
bahwa
dukungan Indonesia kepada Palestina adalah karena populasi terbesar
rakyat kedua
negara itu adalah sama-sama Islam. Itu keliru, karena sikap itu sama
saja dengan
mengakui bahwa cara pandang Barat yang benar. Indonesia selalu
konsisten dalam
Politik Luar Negerinya, tidak melihat latar belakang agama, bangsa dsb
dalam
menentukan sikap dan posisi terhadap suatu persoalan. Oleh karena itu,
tragedi di
Kalbar tidak terlalu disorot oleh media AS seperti kejadian di Ambon,
karena
tidak ada aspek "clash of civilization"-nya, sehingga kurang menarik.
Padahal
untuk bangsa Indonesia, persoalan di Kalbar, Kupang, Ambon, Aceh dan
didaerah
manapun adalah sama pentingnya.

Penyebab Berbagai 

Re: Korban Sambas

1999-03-28 Terurut Topik Dodo D.

Setuju,
Memang masalah SARA atau yang kata bung Pohan lebih tepat di katakan
diskriminasi ini harus segera diundangkan dan diperjelas hukumnya. Bukan
hanya dalam ruang lingkup struktur organisasi, tapi dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat secara umum. Misalnya, pendapat seseorang baik
lisan maupun tertulis yang bisa menyebabkan atau merangsang timbulnya
pertentangan antar suku, agama, ras dan adat bisa di jerat dengan
hukuman tertentu. Hal ini tentu saja bukan bermaksud untuk mengekang
kebebasan berpendapat bagi seseorang, tapi lebih di dasarkan kepada
tanggung jawab atas pernyataan yang di kemukakan yang mungkin bisa
berkonsekwensi negatif terhadap persatuan dan kesatuan bangsa serta
kemanusiaan. Tentu saja batasan batasannya harus jelas, dan tidak boleh
dipolitisasi oleh kelompok tertentu (penguasa).

Menanggapi tentang masalah promosi jabatan, kelihatannya hal ini akan
sulit deh, soalnya kan masalah itu mengandung unsur subyektifitas yang
tinggi. Seorang boss atau atasan kan punya semacam "hak prerogatif"
dalam memilih bawahan yang akan di promosikan, khususnya di instansi
swasta. Mungkin UU ketenaga kerjaan bisa mengatur dan memberikan batasan
batasan tentang hak dan kewajiban seorang pegawai. Tapi sekali lagi
untuk masalah promosi jabatan, khususnya di instansi swasta, sangat
berhubungan erat dengan "hak prerogatif" si boss, dan ini merupakan
masalah internal dari instansi yang bersangkutan.

Barangkali aja rekan2 yang ahli hukum dan ketenaga kerjaan bisa ngasih
gambaran yang lebih jelas.



--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Setelah melihat foto ibu yg baru melahirkan di harian SP ini, mungkin
 kita dapat menarik kesimpulan agar RUU tentang anti SARA segera
 diundangkan. Sayang kita tidak tahu isi RUU itu dengan jelas.
 Yang jelas di masa depan tidak boleh ada praktek SARA baik di
 dalam pergaulan dan di lingkungan kerja.

 Saat ini masih terdapat beberapa kasus yaitu:
 - suatu instansi di mana seluruh pegawainya mempunyai latar belakang
   etnis tertentu, baik entah di sengaja atau tidak. Bila hal ini
 terjadi,
   mekanisme untuk menuntut pimpinan instansi ybs perlu disiapkan
   dengan baik. Misal pimpinan orang Jawa, lalu bawahannya orang
   Jawa semua, kalau orang Batak lalu sampe ke tukang sapupun
   orang Batak...ini misal yg kadang terjadi di ibukota. Hal ini juga
   berlaku untuk perusahaan- perusahaan swasta. Bila terbukti
   perusahaan yang dimiliki etnis atau ras tertentu melakukana
   praktek rasialis dan sukuis, baik dilihat dari proporsi pegawai
   (jumlah dan jenjang karyawan), maka celah untuk menuntut perlu
   dibuka lebar-lebar. Ini juga permisalan saja.
 - perlakuan tidak adil dalam promosi yang dilakukan atas dasar asal
   usul. Misalnya, sukuapa ya... okay pegawai suku Dani yg bekerja
   di ... Samarinda. Jangan sampai pegawai ini   dikalahkan oleh
   pegawai lain karena calon lain untuk menduduki   jabatan tsb
   adalah orang asli Samarinda. Hal ini dapat digolongkan
   sebagai tindak SARA, sehingga tuntutan hukum perlu dimungkinkan.
 - banyak lagi.

 Di masa lalu SARA tidak boleh dibicarakan, dan jadi barang haram.
 Sebetulnya (menurut saya) masalah SARA perlu dibicarakan secara
 terbuka, dan praktek-praktek SARA tsb harus dihentikan dengan
 pasal-pasal pelarangan. Dengan kejelasan hukum ini, diharapkan
 korban perselisihan antar etnis, agama, ras seperti di Ambon dan
 Sambas, dan juga peristiwa Mei di Jakarta tidak terjadi. Jeratan
 hukum bagi pelanggar harus dijelaskan sejelas-jelasnya, dan hukuman
 bagi pelanggarnya harus cukup berat agar tindak pelanggaran
 dapat dieliminasi.

 http://www.suarapembaruan.com/News/1999/03/270399/index.html


 Salam,
 Jaya

 --
\\\|///
  \\  - -  //
   (  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Rensselaer Polytechnic Institute
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Oooo
oooO (   )
   (   )  ) /
\ (  (_/
 \_)


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



akhirnya MA mendukung KPU

1999-03-28 Terurut Topik Dodo D.

Akhirnya keputusan KPU untuk melarang menteri berkampanye disetujui oleh
MA. Sekarang tinggal nunggu reaksi dari para menteri...berapa orang yang
akan milih untuk kampanye...?

baca berita selengkapnya di:
http://www.jawapos.com/29mar/de29ma10.htm
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Komitmen Menyukseskan Pemilu

1999-03-26 Terurut Topik Dodo D.

--- Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Kang Dodo:

 Gimana kalo kita ngusulin kepada beliau beliau yang terhormat para
 pemimpin partai dan orang2 nyang pinter itu untuk membikin
pernyataan
 bersama dan di sampaikan kepada publik lewat tipi, radio, dan koran
 koran (dibantu para tukang koran) yang isinya kira2 gini:

 Yw: Setuju...pri', eh, nggak pake pri.

 1. Pernyataan komitmen bersama seluruh komponen bangsa (termasuk
 ORANG
 LAMA dan ABRI) untuk melaksanakan pemilu secara jujur dan adil. Bila
 dipandang perlu, bisa diundang observer dari negara lain, serta dari
 lembaga lembaga independen yang dipercaya oleh masyarakat.

 Yw: Konkritnya, yg dihimbau itu Pak Habibie aja dulu,
 Dia membuat pernyataan resmi. Lantas, dia menghimbau para
 mentri dan pimpinan lembaga-lembaga negara/pemerintah
 (pusat  daerah) utk secara resmi membuat pernyataan perihal
 (dukungan) pemilu. Akan halnya para partai, itu sukarela aja.
Kalo sukarela kayanya akan susah deh, lha wong lagi anget2nya ngomongin
reformasi ama demokrasi aja masih banyak terjadi pemaksaan kehendak
kokam I too skeptical..?

 2. Menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia dari golongan manapun
 untuk menerima hasil pemilu dan SU MPR demi terjaganya persatuan dan
 kesatuan bangsa dan demi terwujudnya tatanan masyarakat madani yang
 lebih demokratis.

 Yw: Ini sih nanti aja, kalo pemilunya sudah terlaksana.
 Yg diperlukan khususnya partai-partai yg dapet suara banyak.
Apa ndak telat kalo nunggu selesainya pemilu, kan permasalahan yang kita
takutkan adalah kebesaran hati menerima hasil pemilu. Lha kalo nunggu
pemilu terlaksana dulu kan agak telat, tapi bisa di coba juga deh (siapa
yang mau nyoba...??)

 3. Menghimbau kepada media masa, baik cetak maupun elektronik untuk
 semaksimal mungkin membantu mengawasi jalannya pemilu dan SU MPR
 serta
 menciptakan situasi yang kondusif bagi terwujud dan tarjaganya
 persatuan
 dan kesatuan bangsa.

 Yw: Ini pelengkap dari pernyataan no. 1. Setuju.

 tiga itu aja deh usulan dari saya, kalo kebanyakan ntar malah
 mbingungin, soalnya tiga itu aja akan lumayan susah untuk
 diwujudkan..
 
 kalo ada yang mau nambahin atau ngoreksi ya silakan aja...wong
 namanya
 urun rembuk kok..


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: [none]

1999-03-26 Terurut Topik Dodo D.

Maksud saya tuh, ngusulnya ndak hanya kepada pemerintah lho cak
Budi..tapi kepada seluruh pihak (pemerintah dan partai partai politik).
Kan mereka semua yang nantinya akan bertarung di gelanggang. Pemerintah
hanya merupakan salah satu bagian dari keseluruhan itu. Lha kalo
pemerintahnya masih enggan juga menerima usulan, barangkali aja para
partai politik yang dipimpin para propesor itu mau ngerti
dikittt...aja gitu lho. Syukur2 ngertinya agak banyak.

--- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Wah bagus sekali idenya !
 Cuman .., apa iya mereka-mereka itu bisa menerima usulan dari
 orang
 lain, apalagi dari yang namanya mahasiswa. Khan udah banyak korban
 'usul' tsb. Tuh yang di Trisakti, Semanggi, dan lain-lainnya.
Kayaknya
 sih Indonesia 'masih seperti yang dulu'.

 Salam,
 Budi

 Dodo D. wrote:
 
  Gimana kalo kita ngusulin kepada beliau beliau yang terhormat para
  pemimpin partai dan orang2 nyang pinter itu untuk membikin
 pernyataan
  bersama dan di sampaikan kepada publik lewat tipi, radio, dan koran
  koran (dibantu para tukang koran) yang isinya kira2 gini:
 
  1. Pernyataan komitmen bersama seluruh komponen bangsa (termasuk
 ORANG
  LAMA dan ABRI) untuk melaksanakan pemilu secara jujur dan adil.
Bila
  dipandang perlu, bisa diundang observer dari negara lain, serta
dari
  lembaga lembaga independen yang dipercaya oleh masyarakat.
 
  2. Menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia dari golongan manapun
  untuk menerima hasil pemilu dan SU MPR demi terjaganya persatuan
dan
  kesatuan bangsa dan demi terwujudnya tatanan masyarakat madani yang
  lebih demokratis.
 
  3. Menghimbau kepada media masa, baik cetak maupun elektronik untuk
  semaksimal mungkin membantu mengawasi jalannya pemilu dan SU MPR
 serta
  menciptakan situasi yang kondusif bagi terwujud dan tarjaganya
 persatuan
  dan kesatuan bangsa.
 
  tiga itu aja deh usulan dari saya, kalo kebanyakan ntar malah
  mbingungin, soalnya tiga itu aja akan lumayan susah untuk
 diwujudkan..
 
  kalo ada yang mau nambahin atau ngoreksi ya silakan aja...wong
 namanya
  urun rembuk kok..
 
  --- Indra Adrisudiro [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Harusnya sih gitu. Tapi gimana yah ? :)
  
   Baca tulisan anda, saya jadi mau tanya ama anda,
   gimana menurut anda kalau Indonesia bener-bener
   bubar ... bar ... bar ? :)
  
   Indra
  
   PS: Eniwei, gaya bahasanya serius amat sih ...
   mirip-mirip propaganda. Nyantai aja, Kang.
  
   --- Frarev Sitorus [EMAIL PROTECTED] wrote:
Sebenarnya PEMILU Juni mendatang salah satu
faktor penentu kelangsungan bangsa Indonesia, tetapi
  
bukanlah yang paling penting. Satu hal yang paling
terpenting adalah MEMPERTAHANKAN KESATUAN bangsa
INDONESIA yang mulai pecah , yang merupkan benang
merah kelangsungan bangsa Indonesia tercinta.
Siapapun yang menjadi pemimpin bangsa Indonesia
setelah PEMILU nanti, tetapi KESATUAN bangsa
Indonesia sudah sirna ( dari sabang sampai Merauke )
maka sia-sialah semua cita - cita kita seluruh
bangsa Indonesia.
   
Bagaimana?
KOCU
  
   _
   Do You Yahoo!?
   Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
  
 
  _
  Do You Yahoo!?
  Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Golkar dan Akbar

1999-03-26 Terurut Topik Dodo D.

--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Saya kok heran dengan sikap ngotot Akbar Tanjung. Terus aja
 ngotot kayak gitu. Kalau kita bikin rating popularitas Golkar,
 yakin deh makin anjlok. Lalu mengapa ia begitu ngotot?

Ya untuk nunjukin bahwa dia punya otot, sampe2 jidatnya pun berotot


 Semua juga sudah tahu kalau jabatan menteri adalah jabatan
 politis. Semua orang juga sudah tahu kalau harusnya menteri
 boleh kampanye. Tetapi kayaknya cuma dia yang nggak tahu
 kalau rakyat masih terbayang-bayang pengalaman pemilu di
 masa lalu.

Kayanya sih dia tahu, cuman mungkin aja pengetahuannya di catet di buku
sakunya, trus bukunya ikut kecuci, makanya sering lupa.

 Oya, kenapa bola dilempar BJH ke MA ya? Apa biar lolos dari
 ancaman Akbar bahwa Golkar hendak mencabut dukungan thd
 BJH bila BJH menyuruh menteri tidak kampanye?

Yah biar dapet legitimasi lah, sehingga para menteri yang ngurusin
parpol dan pengin berkampanye ndak akan ngintimidasi dia.

 Pertanyaan terakhir, seberapa besar sih pengaruh perolehan
 suara oleh kampanye Akbar? Apa AT akan kehilangan sesuatu
 bila dia tidak kampanye?

Yang jelas kehilangan teh yang disiapin panitia untuk juru kampanye.



 --
\\\|///
  \\  - -  //
   (  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Rensselaer Polytechnic Institute
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Oooo
oooO (   )
   (   )  ) /
\ (  (_/
 \_)


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Untuk administratur

1999-03-26 Terurut Topik Dodo D.

Untuk bung administratur (biar nggak dikoreksi seperti
provokator=provokatur):

alamat email [EMAIL PROTECTED] nih di coret aja deh biar ndak mbalikin
email mulu...
masa tiap kirim posting selalu ada returned e-mail dari alamat itu..

tolong deh..
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



menteri ndak kampanye

1999-03-26 Terurut Topik Dodo D.

Tolong nih kalo ada yang paham, bagi2 dong infonya...

gini nih, saya kok masih agak bingung tentang masalah menteri ndak boleh
ikut kampanye. Kelihatannya ini sebuah permasalahan yang menarik,
apalagi si Akbar Tanjung tetep ngotot untuk ikut kampanye meskipun oleh
KPU udah diputuskan bahwa menteri ndak boleh ikut kampanye. Kemudian
setelah putusan KPU itu di serahkan kepada presiden untuk diundangkan,
si Habibie ternyata kelihatan agak mbingungi, trus di lemparkan ke MA
untuk mendapatkan legitimasi atau dasar hukum yang kuat sebelum
diundangkan. Kalaupun MA nanti menyetujui, Habibie katanya juga akan
memandatkan urusan itu kepada Mendagri untuk urusan mengundangkannya.
Ini kan memperlihatkan bahwa Habibie punya ketakutan untuk mengambil
resiko dengan mengatakan secara langsung bahwa menteri di larang
kampanye. Mungkin ini akibat dari ancaman golkar untuk menarik
dukungannya kepada BJH apabila dia melarang menteri untuk kampanye.

Yang menarik lagi bagi saya, si Akbar pernah mengatakan kalo ndak salah,
menteri yang mau kampanye harus cuti atau berhenti jadi menteri. Terus
si Hamzah Haz kemaren di kompas bilang, kalau menteri aktif filarang
untuk kampanye, maka dia akan milih untuk kembali ke PPP dan
melaksanakan kampanye. Dua pertanyaan yang membingungkan saya adalah..:

1. Kalau ternyata MA menyetujui bahwa menteri dilarang ikut kampanye,
kemudian si Hamzah Haz keluar dari kabinet untuk berkampanye, kemudian
sebagian besar menteri juga ikut2 si Hamzah ini, lha terus siapa
nantinya yang akan ngerjain tugas2 menteri selama masa kampanye..??

2. Gimana seandainya seorang menteri ndak ikut kampanye, tapi menghadiri
acara kampanye dan duduk di panggung, pake seragam parpol sambil duduk
minum teh anget dan makan pisang goreng...apakah ini juga dilarang..?

tolong deh di jelasin kalo ada yang tahu mekanismenya, biar ndak mbulet
kaya kentutnya brimob..
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Golkar dan Akbar

1999-03-26 Terurut Topik Dodo D.

Ini artikel dari Detik.com yang cukup menarik untuk disimak dan
barangkali ada yang pengin ngasih tanggapan juga:
===



  Jumat, 26 Maret 1999






  Jika Ada Negara Lain Ijinkan Anggota KPU
  Kampanye
  Ryaas Rasyid Akan Bunuh Diri
  Reporter : Nurul Hidayati

  detikcom, Jakarta - Kontroversi menteri tak
boleh kampanye
  dan anggota KPU boleh berkampanye masih
berlanjut. Bahkan
  Dirjen PUOD Depdagri, Prof.DR.Ryaas Rasyid
rela bunuh diri
  jika ada contoh di negara lain yang anggota
Komisi Pemilihan
  Umum (KPU)-nya boleh berkampanye.

  Ryaas menyatakan hal itu ketika ditemui
wartawan di sela-sela
  Rapat Paripurna pembentukan sebelas Dati II
baru di Gedung
  DPR RI, Jumat (26/003/1999) pukul 10.00 WIB.
Ryaas
  mengingatkan juga, sebaiknya bangsa Indonesia
ini jangan
  menjadi bangsa yang paling lucu di dunia.
"Adakah negara
  demokrasi yang anggota KPU-nya boleh
berkampanye?"tanya
  Ryaas.

  "Coba sebutkan saja satu contoh saja. Kalau
ada satu saja
  negara demokrasi yang memperbolehkan anggota
KPU
  berkampanye, saya akan bunuh diri di depan
Anda,"begitu
  tantang Ryaas di depan para wartawan. Tentu
saja, apa yang
  diucapkan Ryaas itu bukan sekadar guyon. Ryaas
mengucapkan
  tekatnya itu dengan nada dan mimik yang
serius.

  Ryaas kemudian juga membidik keputusan KPU
yang melarang
  pejabat tinggi negara termasuk menteri untuk
kampanye. Ryaas
  mengatakan, tak ada satu negara demokrasi pun
yang melarang
  anggota Parpol yang menjadi menteri untuk
berkampanye.
  Ryaas pun curigai, keputusan KPU itu motifnya
hanya satu,
  yakni supaya Golkar tidak bisa menggunakan
kader-kadernya
  yang menjadi menteri untuk berkampanye.

  "Keputusan KPU jelas-jelas tidak membangun
sebuah sistem
  yang baik,"tandas Ryaas. "Dan sekarang saya
mau tanya kepada
  Anda, setelah lima tahun lagi, setelah banyak
menteri berasal
  dari Parpol, apakah larangan itu masih
dipakai. Saya tidak yakin
  bangsa Indonesia sudah tidak konsisten
lagi,"kata Ryaas.

  Menurut Ryaas, ide pembentukan KPU itu
bukanlah ide orisinal
  dari dalam negeri, melainkan ide yang
diadaptasi dari luar negeri.
  Dan di luar negeri, tak ada satu negara pun
yang memiliki
  lembaga semacam KPU itu, yang memperbolehkan
anggota
  KPU-nya melakukan kampanye. Dan lagi, kata
Ryaas,
  berdasarkan Pasal 46 ayat 6 UU No.3/1999
Tentang
  Kampanye, tugas KPU itu hanyalah menetapkan
tata cara
  berkampanye.

  Bagi Ryaas, keputusan yang diambil oleh KPU
itu sifatnya hanya
  mengembangkan masalah yang kontroversial saja.
Padahal,
  menurut Ryaas, banyak hal lain yang lebih
penting dalam
  persiapan pelaksanaan Pemilu yang bisa
dikerjakan oleh KPU.

  "Kontroversial yang dibuat KPU itu siapa tahu
untuk menarik
  simpati. Kebetulan kan bangsa Indonesia sedang
sebal sama
  pemerintah. Jadi itu dimanfaatkan. Namun itu
jelas tidak
  membangun sistem yang baik,"kata Ryaas.

  Untuk diketahui saja, keputusan KPU yang
melarang menteri
  berkampanye sudah merupakan keputusan final
dari KPU.
  Keputusan itu, menurut Ketua KPU Rudini,
diputuskan secara
  demokratis yang diikuti juga oleh wakil dari
Pemerintah. "Kalau
  kemudian dalam voting yang usul menteri boleh
kampanye kalah,
  ya jangan lantas marah-marah. Pemerintah
semestinya
  menghormati keputusan KPU,"kata Rudini. Dan
mengenai
  anggota KPU boleh kampanye atau tidak, kata
Rudini, semua
  itu terserah kepada anggota KPU.
_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Golkar dan Akbar

1999-03-26 Terurut Topik Dodo D.

Lhaa..kalo ada orang yang merujuk sebuah permasalahan politik ke
negara2 yang sudah demokrasi duluan, terus kita balikkan dengan
pertanyaan "emangnya negara kita udah demokrasi..??" ini kok
berimplikasi bahwa kita skeptis terhadap langkah "demokratisasi" yang
sebenarnya diinginkan oleh kita semua.

Lha kalau setiap keinginan untuk mencontoh demokrasi negara lain yang
sudah lebih mapan, kemudian kita balikkan dengan pertanyaan pertanyaan
semacam itu...terus kapan proses demokrasi bisa dijalankan..???

Misalnya saya mengatakan "kalau kita mau demokrasi, maka kita harus
belajar untuk bisa menerima perbedaan pendapat dengan besar hati,
menerima kekalahan dengan lapang dada, karena itu merupakan ciri
demokrasi di negara manapun". Kemudian perkataan saya itu di balikkan
dengan pertanyaan, "emangnya negara kita udah demokrasi..?  " lha terus
kapan negara kita akan bener...??

Wallahu 'alam bisshawab deh..


--- Alvian Marzan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   "Adakah negara demokrasi yang anggota KPU-nya
boleh berkampanye?"tanya Ryaas.

 Jawaban saya:
 Lho, emang Indonesia termasuk negara demokrasi??

 Salam,
 alvi
 -Original Message-
 From: bRidWaN [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Saturday, 27 March 1999 9:10
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: Golkar dan Akbar


   "Adakah negara demokrasi yang anggota KPU-nya
boleh berkampanye?"tanya Ryaas.

 Ini Penyataan yang ingin dikomentari ?
 Rupanya Negara kita sudah menjadi Negara Demokrasi ?

 Coba kalau saya diperbolehkan bertanya :

   "Adakah Negara didunia yang memperbolehkan Pemimpinnya
untuk mengumpulkan uang pribadi sebanyak-banyaknya ?"

   "Adakah Negara Demokrasi didunia yang memperbolehkan
para Pemimpinnya bertindak semau gue ?"


 KPU adalah KPU, singkatan dari Komisi Pemilihan Umum,
 yaitu semacam Badan Pelaksana Pemilu, artinya
 Organisasi yang mengurus Pemilu secara 'keseluruhan',
 setelah Komisi Sebelas menseleksi Parpol yang boleh
 ikut Pemilu.

 Mungkin ada yang masih belum mengerti arti dan tugas KPU ?
 Saya juga belum mengerti benar sih..:)

 Salam,
 bRidWaN

 +++++++

 At 09:48 26/03/99 -0800, Dodo D. wrote:
 Ini artikel dari Detik.com yang cukup menarik untuk disimak
 dan barangkali ada yang pengin ngasih tanggapan juga:
 ==
 
   Jumat, 26 Maret 1999
 
   Jika Ada Negara Lain Ijinkan Anggota KPU Kampanye
   Ryaas Rasyid Akan Bunuh Diri
   Reporter : Nurul Hidayati
 
   detikcom, Jakarta - Kontroversi menteri tak boleh kampanye
   dan anggota KPU boleh berkampanye masih berlanjut. Bahkan
   Dirjen PUOD Depdagri, Prof.DR.Ryaas Rasyid rela bunuh diri
   jika ada contoh di negara lain yang anggota Komisi Pemilihan
   Umum (KPU)-nya boleh berkampanye.
 
   Ryaas menyatakan hal itu ketika ditemui wartawan di sela-sela
   Rapat Paripurna pembentukan sebelas Dati II baru di Gedung
   DPR RI, Jumat (26/003/1999) pukul 10.00 WIB.
 
   Ryaas mengingatkan juga, sebaiknya bangsa Indonesia
   ini jangan menjadi bangsa yang paling lucu di dunia.
   "Adakah negara demokrasi yang anggota KPU-nya boleh
   berkampanye?"tanya Ryaas.
 
   "Coba sebutkan saja satu contoh saja. Kalau ada satu saja
   negara demokrasi yang memperbolehkan anggota KPU
   berkampanye, saya akan bunuh diri di depan Anda,"begitu
   tantang Ryaas di depan para wartawan. Tentu saja, apa yang
   diucapkan Ryaas itu bukan sekadar guyon. Ryaas mengucapkan
   tekatnya itu dengan nada dan mimik yang serius.
 
   Ryaas kemudian juga membidik keputusan KPU yang melarang
   pejabat tinggi negara termasuk menteri untuk kampanye. Ryaas
   mengatakan, tak ada satu negara demokrasi pun yang melarang
   anggota Parpol yang menjadi menteri untuk berkampanye.
   Ryaas pun curigai, keputusan KPU itu motifnya hanya satu,
   yakni supaya Golkar tidak bisa menggunakan kader-kadernya
   yang menjadi menteri untuk berkampanye.
 
   "Keputusan KPU jelas-jelas tidak membangun sebuah sistem
   yang baik,"tandas Ryaas. "Dan sekarang saya mau tanya kepada
   Anda, setelah lima tahun lagi, setelah banyak menteri berasal
   dari Parpol, apakah larangan itu masih dipakai. Saya tidak yakin
   bangsa Indonesia sudah tidak konsisten lagi,"kata Ryaas.
 
   Menurut Ryaas, ide pembentukan KPU itu bukanlah ide orisinal
   dari dalam negeri, melainkan ide yang diadaptasi dari luar negeri.
   Dan di luar negeri, tak ada satu negara pun yang memiliki
   lembaga semacam KPU itu, yang memperbolehkan anggota
   KPU-nya melakukan kampanye. Dan lagi, kata Ryaas,
   berdasarkan Pasal 46 ayat 6 UU No.3/1999 Tentang Kampanye,
   tugas KPU itu hanyalah menetapkan tata cara berkampanye.
 
   Bagi Ryaas, keputusan yang diambil oleh KPU itu sifatnya hanya
   mengembangkan masalah yang kontroversial saja. Padahal,
   menurut Ryaas, banyak hal lain yang lebih penting dalam

Re: menteri ndak kampanye

1999-03-26 Terurut Topik Dodo D.

Matur suwun cak Brawi atas penjelasannya, rasanya sudah cukup mengena
dan relevan dengan pertanyaan yang saya ajukan, tapi alangkah baiknya
kalau rekan2 ada yang ahli tata negara (seperti kata cak Brawi) terus
mau menjelaskan lebih detail permasalahan ini..



--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Sebetulnya kite ndak paham, tapi berhubung yg punya bekgron ISIP
 biasanya
 agak pelit kasih opini, apalagi bagi info, ya sudah dibahas sendiri
 aja. Kalau
 mau sih nembak Tante Ida aja. Cuma sayang den ayune lebih seneng
bikin
 puisi. Ya memang kalau ngomong di milis ndak ada untungnya, laen
 dengan
 seminar misalnya. Makanya kite rada skeptis juga.

 AT bikin statement menteri boleh cuti untuk kampanye kan sebelum KPU
 bikin larangan. Bung BRidwan bilang segala sesuatu yg terkait dg
 pemilu
 jadi urusan KPU sih bener. Tapi kan bakal bentrok dengan urusan
teknis
 administratif. Soalnya KPU endak punya kekuatan hukum untuk melarang
 menteri atau PNS.

 Setelah KPU bikin itu keputusan, AT en temen-temen cuma punya 2
 options
 yaitu keluar sebagai menteri atau tetap jadi menteri tapi endak
 kampanye.
 Pertanyaan (pengetesan?) Bung Dodo kalau para menteri pada rame-rame
 keluar bagaimana? Menurut saya nggak akan terjadi. Soalnya:
 - Menteri terikat sumpah untuk membantu presiden, kalau mbalelo pada
   keluar kan berarti mencoreng muka presiden, yaitu sang majikan.
 Makin
   rumit lagi karena current president mereka calonkan jadi presiden
   mendatang. Jadinya kan aneh, mbalelo sekaligus nyalonin lagi.
 Lagipula
   by nature menteri nggak bakal ngasih akses bawahannya untuk
 berhubungan
   dengan presiden. Entar pengganti sementara ini yg dijadiin menteri,
 baru
   deh pada kapok.
 - Kalau sebagian besar menteri keluar, secara tidak langsung kabinet
   demisioner. Lha wong endak bisa menjalankan tugas  Jadi
kayaknya
   presiden wajib menyusun kabinet baru untuk menjalankan roda
   pemerintahan. Penjabat menteri, misal oleh Sekjen atau Staf ahli
 menteri,
   atau Dirjen kayaknya sih ndak bakal boleh. Soalnya kebanyakan.
Kalau
 di
   tingkatan lebih bawah sih orang cuti aja dibatasin. Misal ada 5
 direktur, paling
   dirjen membolehkan 2 orang direktur untuk cuti, lebih dari itu
 dirjennya berarti
   cari penyakit.
 - Presiden punya hak untuk menolak permohonan menteri yg mau
berhenti.
   Nah, nanti urusannya jadi balik lagi. Muka presiden yg babak belur
 lagi. Kalau
   Akbar sih ndak mungkin senekat itu, soalnya bisa diartikan bakal
 melorot
   BJH sekaligus menunjukkan ambisi dia. Kalau Hamzah Haz doang sih
 mungkin
   bisa. Cuman satu menteri berarti boleh dong ditunjuk seorang
 penjabat menteri.
   Eh, ada nggak sih? Kalau dari sekjen kok nggak pernah denger. Tapi
 kalau
   urusan digabung oleh menteri lain sih pernah. Tapi bakal banyak
 kerjaan
   kantor yg terbengkelai karena penjabat menteri ndak menguasai
 masalah,
   dan cenderung menunda kerjaan aja.

 Gimana kalau cuman duduk di panggung sambil minum teh anget dan
 nyolek-
 nyolek artis? Berarti dia bukan jurkam. Tapi dia kampanye. Yang
 namanya
 kampanye kan bukan berarti harus koar-koar. Lha wong misal kita cuma
 di-foto pake seragam parpol lalu foto itu diiklankan berarti kita
juga
 sudah
 kampanye kok.

 Hayo siapa yg ahli tata negara? Kali aja mau bagi info. Eh, ane baru
 tahu kalo
 kentut bisa mbulet.


 '---
 "Dodo D." wrote:

  Tolong nih kalo ada yang paham, bagi2 dong infonya...
 
  gini nih, saya kok masih agak bingung tentang masalah menteri ndak
 boleh
  ikut kampanye. Kelihatannya ini sebuah permasalahan yang menarik,
  apalagi si Akbar Tanjung tetep ngotot untuk ikut kampanye meskipun
 oleh
  KPU udah diputuskan bahwa menteri ndak boleh ikut kampanye.
Kemudian
  setelah putusan KPU itu di serahkan kepada presiden untuk
 diundangkan,
  si Habibie ternyata kelihatan agak mbingungi, trus di lemparkan ke
 MA
  untuk mendapatkan legitimasi atau dasar hukum yang kuat sebelum
  diundangkan. Kalaupun MA nanti menyetujui, Habibie katanya juga
akan
  memandatkan urusan itu kepada Mendagri untuk urusan
 mengundangkannya.
  Ini kan memperlihatkan bahwa Habibie punya ketakutan untuk
mengambil
  resiko dengan mengatakan secara langsung bahwa menteri di larang
  kampanye. Mungkin ini akibat dari ancaman golkar untuk menarik
  dukungannya kepada BJH apabila dia melarang menteri untuk kampanye.
 
  Yang menarik lagi bagi saya, si Akbar pernah mengatakan kalo ndak
 salah,
  menteri yang mau kampanye harus cuti atau berhenti jadi menteri.
 Terus
  si Hamzah Haz kemaren di kompas bilang, kalau menteri aktif
filarang
  untuk kampanye, maka dia akan milih untuk kembali ke PPP dan
  melaksanakan kampanye. Dua pertanyaan yang membingungkan saya
 adalah..:
 
  1. Kalau ternyata MA menyetujui bahwa menteri dilarang ikut
 kampanye,
  kemudian si Hamzah Haz keluar dari kabinet untuk berkampanye,
 kemudian
  sebagian besar menteri juga ikut2 si Hamzah ini, lha terus siapa
  nantinya yang akan ngerjain tugas2 ment

Re: GUS DUR TAK DUKUNG MEGA?

1999-03-25 Terurut Topik Dodo D.

di ilangin.
 Menanggapi posting apakah kita siap menghadapi kenyataan hasil
 Pemilu, kayaknya sih nggak siap.

.di sensor.
 Kalau Golkar menang gimana? Kayaknya bakal ada kerusuhan besar
 juga. Entah kalau para pemimpin partai yg kalah ini sanggup meredam.
 Makanya transparansi pemilu mesti bener-bener dijamin. Itu juga
 belum menjamin, wong sepakbola jelas-jelas kasat mata kalah aja
 supporter bisa ngamuk. Apalagi yg ini masih pake transparansi, jadi
 rada burem juga Moga-moga aja tebakan saya salah.

.di busek...

Nah...itulah yang kemaren saya bilang jadi pertanyaan gede di jidat saya
yang udah mulai keluar urat nih...

Kok kayanya ndak ada ketua partai yang menyadari pontensi konflik pasca
pemilu nanti. Kalau memang kita menginginkan warna demokrasi yang lebih
cerah di negara kita pada era reformasi ini, ya seharusnya potensi
konlfik yang bisa meledak akibat perbedaan pendapat, kecurigaan, ketidak
percayaan serta SARA menjadi salah satu perhatian khusus dari semua
pihak, baik pemerintah maupun para pemimpin partai politik. Seharusnya
di tengah2 perbedaan pendapat (yang memang menjadi salah satu ciri dari
dinamika demokrasi), semua pihak juga menyadari permasalahan yang sangat
substansial ini, dan di cari jalan pemecahan maupun pengecagannya.
Ambillah asumsi bahwa faktor yang paling dominan adalah kesadaran
politik masyarakat yang masih rendah, berarti ini tugas para ketua
partai politik untuk ikut andil dalam pendidikan politik rakyat,
sehingga rakyat lebih dewasa, dan lebih bisa berfikir rasional di dalam
berpolitik. Jangan justru memberikan contoh yang tidak baik seperti
kasus kelompok 12 kemaren.

Kalo mau mencontoh dikttt...aja, mungkin kita bisa melihat
proses impeachment nya si Clinton kemaren. Meskipun di Congress terjadi
perdebatan sengit antara kelompok Republican ama Democrat, dan di
masyarakatpun berkembang perbedaan opini, tapi setelah dinyatakan bahwa
Clinton masih berhak untuk nduduki kursinya, toh semua bisa menerima
dengan besar hati, nggak sampe terjadi tawuran antara republican dan
demokrat.

Lha kalo kita kan belum bisa begitu. Dimana ada perbedaan, eee...para
pemuka partainya masih sering ngomporin para pendukungnya, njelek
njelekin partai yang lain, nyurigain partai lawannya de el el, de es be.
Akhirnya ini menimbulkan opini negatif di jidat dan otot para
pendukungnya, dan begitu dua kelompok berhadapan, yang ada ya adu otot.
Kan repot

Saya sih sebagai rekyat jelata, cuman menyarankan, mbok ya para yang
terhormat tokoh2 partai itu mikirin yang beginian ini. Wong hampir
semuanya lulusan perguruan tinggi (kecuali satu), bahkan banyak yang
sudah doktor, insinyur, master dan segala embel embel lainnya. Mbok ya
atribut2 yang terpasang di belakang nama itu dimanfaatkan untuk mendidik
moral dan kesadaran politik para pengikutnya yang 95% nggak punya embel
embel di belakang namanya. Tentu saja, bukan cuman mendidik dengan
kata2, orasi, pernyataan2kalo itu sih, nenek nenek juga bisa, tapi
ya dikasih contoh. Pemimpin sendiri seharusnya memulainya dari dalam
diri mereka masing2, kemudian memberi contoh dan mengarahkan para
pengikutnya.

Kalau ini bisa dilaksanakan, Insya Allah kekuatiran kita ndak akan
terjadi. Tapi kok untuk melaksanakannya itu yang kelihatannya agak
susah...au ah...elap..namanya juga cuman oret oret.


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Agresi NATO

1999-03-25 Terurut Topik Dodo D.

Wah, persoalan ini agak mbingungkan,

Saya pernah ngobrol ama seorang bule yang pernah jadi sukarelawan medis
di sana, dia bilang seharusnya udah dari dulu2 si Amerika (atas nama
NATO) melancarkan serangan militer ke Kossovo. Dalam hal ini si temen
bule melihatnya dari sudut pandang kemanusiaan (HAM). Kemudian kalau
saya ngobrol masalah ini juga dengan rekan2 muslim, hampir seperti
paduan suara semuanya mengatakan bahwa seharusnya Amrik bertindak keras
untuk menyelesaikan masalah di Kossovo. Dasar yang diambil oleh yang
kedua ini adalah, bahwa si Amrik terkesan ndak adil. Ketika Irak
menyerang Kuwait, seperti tanpa di minta dan di komando, Amrik langsung
bereaksi mengerahkan pasukannya, meskipun pada tahap awalnya sempat
menimbulkan pro dan kontra di konggres nya. Tapi terhadap masalah
Palestina dan Bosnia, Amrik terkesan enggan untuk bertindak.

Sekarang, setelah kemaren Amrik bersama NATO nya ngebom Yugo, banyak
orang rame rame menentangnya, termasuk beberapa negara islam (tadi
disebutin di CNN, Irak, Iran dan Indonesia). Lha kan memang repot

Saya kebetulan pernah ngobrol di warung tegal bersama seorang kolonel
marinir Amrik dan saya nanyain pendapatnya tentang kritik yang
dilontarkan oleh negara lain terhadap "arogansi" amerika yang demen
intervensi militer ke negara2 yang punya masalah. Bapak kolonel itu
bilang, ini memang dilema bagi Amrik. Pada saat di suatu wilayah terjadi
konflik apapun bentuknya yang mengarah kepada pelecehan demokrasi dan
HAM, dan sepertinya tidak bisa di selesaikan dengan perundingan, dunia
cenderung melirik kepada US untuk mengadakan intervensi untuk
menyelesaikannya. Kenapa hanya nglirik...? lha banyak juga yang terkesan
munafik, gengsi untuk ngelihat langsung dan minta tolong secara terang
terangan. Jadi dengan nglirik, suatu saat akan gampang memalingkan muka
dan melihat ke tempat lain.

Ketika Irak invasi ke kuwait, negara lain hanya diam sambil lirik
lirikan, karena agak takut juga sih kalo ikut2an musuhin Irak. Kemudian
tampillah si Amrik sebagai pendekar demokrasi dan HAM. Dengan segudang
argumen politik, akhirnya Amrik berhasil ngajak temen2nya untuk
bergabung dalam pasukan multinasional. Setelah penyerangan terjadi, dan
ada satu dua "musuh" Amrik yang berkomentar, akhirnya yang tadinya cuman
lirik2an doang, merasa perlu untuk ngelihat ke tempat lain dan ikut2an
berkomentar. Disinilah dilemanya (menurut bapak kolonel itu lho..) Pada
saat konlfik yang terjadi di teluk persi hanya melibatkan AMrik dan
Irak, tanpa kuwait dan tetangga lainnya, akhirnya semua berani
berkomentar dan menentang tindakan AMrik, termasuk Arab yang melarang
wilayahnya dijadikan basis pasukan darat AMrik.

Dari obrolan obrolan ini, saya melihat bahwa dilema ini akan dialami
oleh si pendekar HAM, Amrik, dimana mana. Gejala lirik lirikan kemudian
berpaling muka ini juga sepertinya sedang terjadi dalam menyikapi
masalah Kossovo ini.

Saya pribadi sebagai manusia ndak setuju terhadap intervensi militer
oleh NATO atau siapapun terhadap wilayah negara lain, apalagi Kossovo
secara yuridis formalnya merupakan bagian dari Yugo, jadi menurut saya,
secara hukum internasional juga Amrik sudah nyalahi aturan.

Akan tetapi kalau melihat konflik yang berkepanjangan dan tak kunjung
selesai, serta jatuhnya korban yang makin banyak akibat pertikaian etnik
ini, saya melihat ada benarnya juga serangan NATO terhadap Kossovo
(Serbia). Perundingan perundingan damai sudah di tempuh, tapi sampai
sekian lama belum membuahkan hasil, sementara pelecehan HAM, pembantaian
dan segala jenis kejahatan kemanusiaan lainnya terus berlangsung. Kalau
Amrik ndak cawe cawe dan bertindak keras, mungkin konflik itu ndak akan
pernah terselesaikan, dan akan semakin banyak lagi nyawa yang hilang.
Dengan aksi militer ini, Amerika mungkin melanggar kedaulatan negara
lain, dan penyerangan itu sendiri bisa menimbulkan korban jiwa. Tapi
bila itu bisa membuahkan hasil dengan berhentinya konflik yang sudah
kronis, saya rasa sih ndak usah terlalu disalahkan..


itu hanya pendapat saya lho...



--- "FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY" [EMAIL PROTECTED] wrote:
 AWW,

 Hiyaaa. NATO ngebom Yugoslavia. Ada komentar?

 Kalau menurut saya sih serangan NATO melanggar kedaulatan
 negara Yugoslavia. Bagaimanapun juga Kosovo adalah bagian
 daripada negara Yugoslavia. Memang orang Serbia ada radanya.
 Mereka menganggap etniknya lebih baik dari etnik yang lain.
 Yang lain dianggap cuma numpang dan perlu dikontrol.

 Di masa lalu usaha pemersatuan memang agak aneh, paling tidak
 menurut ukuran yg nulis. Penggunaan abjat latin oleh orang
 Kroasia dan abjat greco oleh orang Serbia tidak menunjukkan
 usaha persatuan. Penggunaan tiga bahasa dalam mata uang mereka
 juga menunjukkan adanya sentimen etnik untuk menang-menangan.

 Yang jadi pertanyaan buat saya sendiri sih, seberapa jauh
 suatu daerah berhak mendirikan negara sendiri, dan seberapa
 jauh current pemerintah boleh menumpas pemberontakan itu.
 Itu bila saya diperbolehkan menggunakan istilah tsb lho.
 

Re: [none]

1999-03-25 Terurut Topik Dodo D.

Gimana kalo kita ngusulin kepada beliau beliau yang terhormat para
pemimpin partai dan orang2 nyang pinter itu untuk membikin pernyataan
bersama dan di sampaikan kepada publik lewat tipi, radio, dan koran
koran (dibantu para tukang koran) yang isinya kira2 gini:

1. Pernyataan komitmen bersama seluruh komponen bangsa (termasuk ORANG
LAMA dan ABRI) untuk melaksanakan pemilu secara jujur dan adil. Bila
dipandang perlu, bisa diundang observer dari negara lain, serta dari
lembaga lembaga independen yang dipercaya oleh masyarakat.

2. Menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia dari golongan manapun
untuk menerima hasil pemilu dan SU MPR demi terjaganya persatuan dan
kesatuan bangsa dan demi terwujudnya tatanan masyarakat madani yang
lebih demokratis.

3. Menghimbau kepada media masa, baik cetak maupun elektronik untuk
semaksimal mungkin membantu mengawasi jalannya pemilu dan SU MPR serta
menciptakan situasi yang kondusif bagi terwujud dan tarjaganya persatuan
dan kesatuan bangsa.

tiga itu aja deh usulan dari saya, kalo kebanyakan ntar malah
mbingungin, soalnya tiga itu aja akan lumayan susah untuk diwujudkan..

kalo ada yang mau nambahin atau ngoreksi ya silakan aja...wong namanya
urun rembuk kok..



--- Indra Adrisudiro [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Harusnya sih gitu. Tapi gimana yah ? :)

 Baca tulisan anda, saya jadi mau tanya ama anda,
 gimana menurut anda kalau Indonesia bener-bener
 bubar ... bar ... bar ? :)

 Indra

 PS: Eniwei, gaya bahasanya serius amat sih ...
 mirip-mirip propaganda. Nyantai aja, Kang.

 --- Frarev Sitorus [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Sebenarnya PEMILU Juni mendatang salah satu
  faktor penentu kelangsungan bangsa Indonesia, tetapi

  bukanlah yang paling penting. Satu hal yang paling
  terpenting adalah MEMPERTAHANKAN KESATUAN bangsa
  INDONESIA yang mulai pecah , yang merupkan benang
  merah kelangsungan bangsa Indonesia tercinta.
  Siapapun yang menjadi pemimpin bangsa Indonesia
  setelah PEMILU nanti, tetapi KESATUAN bangsa
  Indonesia sudah sirna ( dari sabang sampai Merauke )
  maka sia-sialah semua cita - cita kita seluruh
  bangsa Indonesia.
 
  Bagaimana?
  KOCU

 _
 Do You Yahoo!?
 Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: kodam (fwd) Tentara Milisia/ Tentara Daerah

1999-03-23 Terurut Topik Dodo D.

Tambahan aja deh..

Kalau berbicara masalah peningkatan kualitas SMD di tubuh ABRI
(Angkatan Darat khususnya) kita perlu memberikan acungan jempol kepada
Prabowo, despite of citra buruk yang sekarang di sandangnya
berhubungan dengan kasus Mei 98. Tanpa melihat darimana dia memperoleh
dana untuk memperbaiki, mempermodern, dan meningkatkan kualitas ABRI
(AD/Kopassus), dia adalah salah satu contoh (dan mungkin satu satunya)
perwira ABRI yang berani mengadakan perubahan. Diapun merupakan contoh
seorang pemimpin ABRI yang punya visi jauh ke depan. Sayangnya, ambisi
politiknya terlalu besar, sehingga dia terjebak oleh ambisinya sendiri
dan mengambil langkah langkah yang salah.

Namun demikian, kontribusinya dalam pengembangan SDM ditubuh AD, serta
modernisasi tentara kita sangat besar, dan mungkin tidak akan
tertandingi oleh perwira lain, Wiranto sekalipun. 2 tahun lalu dia
mengirimkan perwira perwiranya untuk belajar di luar negeri (US, UK,
Australia dan New Zealand) dengan tujuan agar mempunyai wawasan yang
lebih demokratis, lebih luas dan akhirnya dapat memajukan ABRI. Dari
situlah kemudian muncul master2 di angkatan darat yang tentunya
diharapkan bisa memberikan warna baru yang lebih baik. Hanya
sayangnya, di dalam tubuh ABRI sendiri Prabowo banyak punya musuh,
sehingga program yang sangat bagus tersebut tidak mendapat banyak
dukungan, bahkan terkesan dicuekin. Dampak yang timbul adalah, para
perwira yang berkualitas tersebut akhirnya kembali ke kesatuan asal
mereka, dan tidak punya kesempatan untuk mengembangkan ide ide ataupun
gagasan gagasan dari pengetahuan yag di perolehnya selama belajar di
luar negeri. Inilah kesalahan para pemimpin ABRI kita, sentimen
pribadi sering mewarnai hubungan diantara mereka dan sering pula
berdampak terhadap pembangunan tubuh ABRI sendiri.

Saat ini, masih ada beberapa siswa lulusan SMA TN yang disekolahkan di
sekolah militer Norwich (dulunya di biayai oleh Prabowo, dan sekarang
diambil alih oleh AD). Mereka adalah putra2 terbaik yang diharapkan
bisa menjadi perwira2 andalan di masa depan. Seperti yang dikatakan
bung Brawi, mereka juga mendapatkan respect dan cukup disegani oleh
teman2 bule mereka, karena mereka mampu membuktikan bahwa siswa
Indonesia tidak kalah kualitasnya dengan orang Amerika. Bahkan ada
yang GPA nya selama 4 semester mencapai 4.0. Ini merupakan salah satu
upaya TNI-AD (yang semula di pelopori oleh Prabowo) yang patut di
acungi jempol dalam rangka peningkatan kualitas SDM ditubuh ABRI,
khususnya AD.

Kesimpulannya, jadi sebenarnya ABRI sendiripun sedang berusaha untuk
membenahi dirinya, hanya tuntutan masyarakat sepertinya lebih gencar
daripada langkah yang diambil oleh ABRI sendiri, sehingga kelihatan
ABRI kedodoran. Di satu pihak, di kritik habis habisan dari kanan
kiri, dan di lain pihak dipusingkan oleh berbagai kerusuhan yang bisa
dikatakan berskala nasional. Mungkin ini yang menimbulkan kelambanan
ABRI dalam berbenah diri dan merespon tuntutan masyarakat, disamping
faktor reluctance dari para pemimpinnya yang sebagian besar masih
sisa2 ORANG LAMA.

Semoga cepat berbenah diri deh..




---FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Wah serasa ikut kuliah kewiraan lagi nih, definisi keamanan dan
pertahanan
 jadi diperjelas. Bentar lagi HTAG bakal keluar nih.

 Saya setuju dengan pendapat Bung Dodo bahwa secara kuantitaspun ABRI
 mestinya ditambah, bukannya dikurangi. Kualitas sih emang jelas mesti
 diperbaiki, walaupun denger-denger personil yg disekolahkan ke US
biasanya
 mendapat respek dari orang-orang bule sendiri. Beberapa bincang teman
 di sekolahan dengan bule-bule west point itu juga bilang demikian.
..di busek..
_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: The Siege

1999-03-23 Terurut Topik Dodo D.

Saya melihat adanya kesamaan dan perbedaan antara kasus yang dialami
oleh Bruce Willis (sebagai U.S. Army Maj.Gen) dengan kasusnya Prabowo
(Ind. Army LG) Mei yang lalu. Kesamaannya, dua duanya menggunakan
cara2 represif dan membabi buta dalam menangani masalah yang berakhir
dengan "masuk kotak" nya sang Jendral. Kesamaan lainnya adalah, kunci
dari permasalahan berada di pimpinan US Army maupun FBI, sedangkan
para bawahan tahunya hanyalah melaksanakan perintah (khususnya yang
tentara). Ironis juga memang, akhirnya para bawahan yang hanya
bertindak sebagai eksekutor lapangan ini yang ikut memikul akibatnya,
di caci maki oleh rakyat. Padahal kalau disuruh memilih, mungkin
mereka lebih memilih untuk latihan perang aja di hutan, tanpa harus
berurusan dengan rakyat sendiri.

Perbedaannya, si U.S. Army membawa pasukannya masuk kota atas dasar
perintah/permintaan dari politikus di Gedung Putih sedangkan Prabowo
lebih di dasarkan atas inisiatifnya sendiri yang dilandasi oleh ambisi
politik pribadinya. Perbedaan yang lain, seperti yang disampaikan Bung
Efron, U.S. Army setelah menyadari kekeliruannya, segera menarik diri
dan kembali ke baraknya, sedangkan Ind. Army seperti enggan untuk
melakukannya meskipun sudah jelas2 melakukan kekeliruan. Perbedaan
lain mungkin dapat di lihat dari rakyatnya, kalo rakyat NY nggak
melakukan pembakaran, perusakan, penjarahan dll, sementara rakyat
Jakarta, doyan banget bikin onar.

Saya udah agak lupa tuh detail dari ceritanya, karena nontonnya udah
beberapa bulan yang lalu. Tapi seingat saya, U.S. Army masuk kota NY
setelah FBI cukup lama tidak bisa menyelesaikan masalah, dan kemudian
terjadi perdebatan di gedung putih yang berakhir dengan keputusan
bahwa U.S. Army harus di turunkan. Namanya juga serdadu, dimanapun
pasti akan menerapkan langkah2 represif, langkah2 militer yang penuh
dengan kekerasan. Meskipun dalam beberapa hal, mereka berhasil
menangkap tokoh teroris, tapi tindakannya yang membabi buta akhirnya
merugikan rakyat kota, dan di kritik habis2an.




---"Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saat ini sedang beredar "Enemy of The State" yang dibintangi Will
Smith dan
 si gaek Gene Hackman. Tema yang diangkat sangat mengena karena sedang
 hangat-hangatnya berita penyadapan telepon Habibie-Ghalib.

 Ada satu lagi film yang sayang sekali tidak beredar di Indonesia
yang sangat
 baik dijadikan pelajaran bagi ABRI. "The Siege" judulnya yang
dibintangi
 Denzel Washington dan Bruce Willis. Di situ diceritakan bagaimana
campur
 tangan tentara yang dipimpin Mayjen ??? (Bruce Willis) terhadap urusan
 sipil. Sudah dapat diduga tentara yang dilatih untuk merusak
benar-benar
 membuat penyelidikan FBI berantakan.

 Bedanya di sini tentara akhirnya dengan jiwa besar mau mengalah dan
menarik
 diri dari kota NY. Kalau saja ABRI mau tahu diri akan porsi
bisnisnya saya
 yakin rakyat tak segan-segan mengelu-elukan mereka.

 Wassalam,
 Efron


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: [Berita sangat buruk tentang Indonesia]

1999-03-23 Terurut Topik Dodo D.

Lha aparat hukumnya takut ama si Munir kok...


---FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Manusia-manusia bejat ini kan sudah ketahuan wajahnya.
 Mestinya bisa langsung kena garuk. Mau pakai pendekatan
 apapun, tetap saja ini adalah kasus pembunuhan. Mungkin
 di masa mendatang yang terbukti melakukan pembunuhan
 dapat dihukum mati atau seumur hidup. Bukan untuk satu
 mata dibalas dengan satu matabukan. Tetapi lebih di-
 dasari oleh upaya menimbulkan rasa takut untuk melakukan
 kejahatan ini.

 Di masa mendatang, walaupun bersifat masal, pengejaran
 thd pelaku pembunuhan harus tetap dilakukan. Jangan
 seperti sekarang ini, bila pembunuhan dilakukan oleh banyak
 orang, maka kasus langsung ditutup karena kebingungan
 dg proses hukumnya. Apalagi bila pertimbangan politik
 dimasukkan malah jadinya tidak ada proses verbal hukum.
 Kalau perlu orang satu kampung dimasukkan ke bui semua.

 Ini berlaku pula pada peristiwa banyuwangi. Terlalu sering kita
 baca warga sekampung membantai tersangka dukun santet
 misalnya. Karena yg mengaku satu kampung malahan tidak
 ada yg ditahan/dihukum. Di masa mendatang kiranya satu
 kampung itulah yg harus dihukum. Seratus orang yg mengaku,
 ya seratus orang itu yg mesti masuk penjara. Dengan demikian,
 tatanan masyarakat tetap terpelihara. Lalu bgmn dg perangkat
 hukumnya? Ya itu tugas para ahli hukum lah untuk selesaikan
 perangkat lunaknya. Perasaan SH buanyak sekali.


 Salam,
 Jaya



 Pandir Ontohod wrote:

  Juga ada di waspada online,  sama seremnya..
  Miris sekali melihatnya...
  mempermainkan orang hidup aja udah mengerikan.eh ini
mepermainkan juga
  orang yang telah meninggal...
 
  Sedih sekali.
 
  Pandir
 
  cortino sukotjo [EMAIL PROTECTED] wrote:
  rekan-rekan, saya kirimkan berita yang sangat buruk tentang
Indonesia,
  semoga peristiwa seperti dapat segera berhenti
  http://straitstimes.asia1.com/reg/sea1_0321.html
 
  (Gambarnya cukup seram, please be prepared).
 
  Salam, tino
 
  
  Get free e-mail and a permanent address at
http://www.netaddress.com/?N=1

 --
\\\|///
  \\  - -  //
   (  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Rensselaer Polytechnic Institute
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Oooo
oooO (   )
   (   )  ) /
\ (  (_/
 \_)


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Untung enggak terpilih ikut (malu-maluin)

1999-03-23 Terurut Topik Dodo D.

Lha itu si Doktor apa Insinyur tuh yang di Riau..

kayanya dia ORANG BARU deh, tapi kok ndak mencintai KESATUAN..??

---Frarev Sitorus [EMAIL PROTECTED] wrote:

 boleh ikutan nih yah...Kalau namanya ORANG LAMA dalam posisi pemimpin
 negara saat ini secara umum adalah orang - orang orde baru baik yang
 tidak menjabat lagi maupun tangannya sekarang ini yang lagi menjabat.
 Menurut saya...mereka - mereka pemimpin maupun calon pemimpin dan
pejabat-
 pejabatnya yang memandang rendah nilai KESATUAN Indonesia dengan
 menghargai propinsi2 di Indonesia dengan $ atau Rp. serta mereka yang
 tidak menganggap lagi kemampuan bangsa Indonesia adalah ORANG LAMA.
Tetapi
 mereka - mereka yang mencintai KESATUAN Indonesia bagaimanapun dan
bangga
 akan kemampuan bangsa Indonesia tercinta ini "apa adanya" sekarang
adalah
 ORANG BARU.
 Revolusi yang demikian-lah yang ideal dicapai.

 MERDEKA...
 (KOCU)


===
 On Mon, 22 Mar 1999, Dodo D. wrote:

  ---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Saya sih pada prinsipnya setuju dg anda Mas Dodo
   Cuma saya selalu percaya, bahwa kalau ORANG LAMA yang
   menjadi Pemimpin, apakah bukannya rakyat akan
   mencibir atau bahkan menghujatnya ?
  tanya lagi nih..(banyak tanya yah.) rakyat yang mana..?
  lha saya rasa, dan ini yang saya lihat di kampung saya dan
sekitarnya,
  rakyat kecil tuh nggak begitu peduli dengan siapa aja yang mimpin,
  yang penting bagi mereka adalah ketenangan mencari nafkah dan
  kestabilan ekonomi. Nah kalau yang dibilang ORANG2 BARU ini ternyata
  belum juga mampu memberikan apa yang mereka inginkan, sementara
  kehidupan pada saat ORANG LAMA masih memimpin dirasa lebih enak,
  apakah mereka juga akan begitu saja mencibir kepada ORANG LAMA..?
  lha kalau kita sih mungkin berpikirnya lain dari mereka yang di
  kampung2 sana...
   Terutama yang mempunyai pengalaman yang engga enak,
   dan sulit melupakan kelakuan Orang ini ketika sedang
   berjuang melestarikan kepemimpinan Nasional kala itu.
   Kalau saya sih sudah muak dengan kelakuan Orang Lama.
   Mungkin ada beberapa yang masih bisa diselamatkan,
   tapi itu mungkin perlu waktu untuk membuktikan apakah
   orang ini telah betul2 sadar akan kelakuannya.
  Saya sih bukannya mendukung ORANG LAMA, cuman kok kalau mereka2 yang
  sisa2 lama tapi masih berpotensi dan punya niat untuk memperbaiki
diri
  dan memperbaiki bangsa lantas di "singkirkan"hanya karena mereka
ORANG
  LAMA, kok rasanya kita sendiri juga akan rugi.
  
   Oleh sebab itu apabila Orang Lama ingin tetap berjuang
   untuk Negara, sebaiknya berjuang dari garis belakang saja.
   Tidak usah tampil kepermukaan. Toh Arti dari Perjuangannya
   akan bernilai sama, kan ?
  
   Mengenai pengalaman orang Lama, pengalaman apa yang anda
   maksudkan disini. Pengalaman KKN, pengalaman Rekayasa, atau
   ada pengalaman yang lain ??
  Nah..kan anda sendiri yang mengkonotasikan ORANG LAMA dengan KKN,
  rekayasa dan sejenisnya, padahal kan nggak semuanya gitu..?
  Saya ambil contoh aja yang obvious, PANGAB, tentunya kan harus orang
  yang punya pengalaman lapangan bergelut dengan urusan militer, dan
  saya rasa semua anggota militer adalah orang yang terlibat langsung
  dalam sistem ORBA (kecuali rekruit-an baru yang masuk setelah mei
  1998) karena mereka kan alat negara. Jadi yah, pengalaman (tentunya
  yang berkonotasi baik) masih di perlukan dong...
  
   hehehehe..sinis yah.:)
  
   Salam,
   bRidWaN - GaoL
   -
   At 13:31 21/03/99 -0800, Dodo D. wrote:
   Hehehe
   
   Jadi itu yah definisinya. Bisa nggak yah, suatu negara atau suatu
   sistem pemerintahan get rid of ORANG LAMA..? soalnya kan untuk
ngatur
   negara itu nggak bisa hanya bermodalkan teoretical knowledge
doang,
   tapi paling tidak harus punya pegalaman lapangan. Pemimpin suatu
   negara juga saya rasa kok nggak bisa kalau hanya bermodalkan
   pengetahuan teoritis yang didapatkan di kampus, tapi harus
dibuktikan
   dengan kemampuan praktetk lapangan.
   
   Kalau kita pengin get rid of ORANG LAMA dan nggantinya dengan
ORANG
   BARU secara keseluruhan, itu kan namanya revolusi, bukan lagi
   reformasi. Lha..terus kita inginnya yang mana? reformasi atau
   revolusi..?
   Saya pernah baca buku Anatomy of Revolutions (lupa
pengarangnya), the
   main idea  dari ravolusi (dengan mengambil contoh revolusi
Perancis,
   Inggris, Rusia dan Amerika) adalah pengambil alihan suatu
kekuasaan
   pemerintahan dari ORANG LAMA oleh ORANG BARU.
   
   Jadi kalau emang kita menghendaki untuk keluar sama sekali dari
unsur
   ORANG LAMA, berarti yang kita kehendaki adalah sebuah revolusi.
   Siapkan kita untuk sebuah revolusi...?? kita yang berada di
milis ini
   mungkin akan enak aja bilang "kenapa enggak..??" lha terus
bagaimana
   dengan rakyat di pedesaan sana..??
   
   nggak tahu deh...
   bingung..
  
  
   bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
heheheheebung Dodo
Istilah Orang Lama 

Re: [Berita sangat buruk tentang Indonesia]

1999-03-23 Terurut Topik Dodo D.

Hahaha...lumayan juga lho...punya orang2 sekaliber Cak Nur, Cak Nun,
Asmuni dll, bakalan semarak tuh RRN, asal Harmoko ndak ikut2an ngaku
orang Ndiwek aja...


---FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ya boleh lah...Entar kalau Republik Rakyat Ndiwek (RRN) jadi berdiri
 kita bagi-bagi posisi ya? Berbeda dengan Gokar yg masih sibuk
 tarik ulur calon definitif-nya, caprez untuk RRN sudah jelas yaitu
 Asmuni. Wakil dari Ndiwek barat maupun timur selalu kompak,
 jadi endak perlu keluar caprez 5 orang.


 "Dodo D." wrote:

  Waw...
  gimana nih kalo oom Brawi jadi Menhan+kam trus saya jadi
Pangabnya..?
  saya bukan ORANG LAMA lho..
 
  ---Panut Wirata [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Saya setuju bahwa tindakan tegas dari aparat harus ditujukan pada
   penyerang untuk melindungi yang lemah.  Mungkin kita perlu berani
   membela aparat/ABRI bila memang tindakannya benar.
Saya kira salah satu kunci dari keadilan adalah melindungi
yang
   lemah dan menahan yang kuat dalam kasus si kuat memperdaya si
lemah.
   Kalau satu-satunya jalan menyelamatkan si lemah adalah harus
  membunuh si
   kuat, ya jalan itulah yang harus ditempuh.  Tentu saja sebelum
  ditembak
   si kuat harus diberi peringatan dahulu supaya menghentikan
  tindakannya.
   Bila ternyata si kuat malah berbalik menyerang aparat, maka sama
  sekali
   tidak salah bila aparat menembak si kuat itu.  Alasannya
semata-mata
   bela diri.  Kalau KONTRAS atau siapapun menyalahkan tindakan
aparat
   dalam kasus contoh di atas, maka KONTRAS hanyalah mencari
popularitas
   dengan beraksi sok moralis.  Dalam hal ini, silahkan saja KONTRAS
  datang
   ke medan kerusuhan dan menyelesaikan masalah tersebut.  Jadi
saya kira
   tidak ada dilema rumit yang perlu dipertimbangkan dalam kasus
seperti
   ini.  Kritik (dan proses hukum) perlu diberikan bila memang ada
bukti
   bahwa pembunuhan atau penyikasaan dilakukan tanpa alasan yang
kuat,
   seperti kasus penculikan aktivis, penyiksaan dalam interogasi dsb.
   Tetapi dalam kasus melindungi orang yang akan dibunuh orang lain,
  sangat
   jelas sekali bahwa yang lemah harus dilindungi.
Masalahnya, aparat kita seringkali bertindak sangat tidak
tepat
   tempat dan waktu.  Waktunya bertindak tegas, malah tidak tegas;
  waktunya
   sedikit santai malah membabi-buta.  Sudah jelas Prabowo mengakui
   bertanggungjawab terhadap penculikan, eh jaksa penuntut hanya
menuntut
   kroco-kroco pelaksananya tanpa berusaha mencari biangnya.  Lalu
   provokator Ambon yang sudah di adili (apakah benar-benar
provokator
  atau
   hanya orang yang lagi sial ketangkap) hanya dipenjara 3 bulan.
Banyak
   orang diperikasa dalam kasus KKN oleh Andi Ghalib, tapi siapakah
yang
   sudah diputuskan bersalah dan menghuni penjara?  Bagaimana
dengan para
   ninja pembunuh Kiai di Banyuwangi yang telah ditangkap, apakah
sudah
  di
   hukum?  Tapi saya juga khwatir bila hukum ditegakkan dengan
sempurna,
   hampir separuh penduduk Indonesia masuk penjara.  Sekarang saja,
   nampaknya penjara sudah tidak muat lagi, karena itu
hukuman-hukuman
   sangat ringan.  mungkin perlu dompet amal untuk pembangunan
penjara.
  
   Panut Wirata
  
   --- ". Brawijaya" [EMAIL PROTECTED] wrote:
Nope, tindakan ini memang sangat diperlukan. Justru
kita perlu mempertanyakan
pihak-pihak yang masih bicara soal HAM, yang untuk
kasus ini tidak pada
tempatnya. Masih banyak yang bisa dilakukan oleh para
LSM-HAM untuk ikut
membantu meringankan beban para pengungsi. Bila
memang ada LSM-HAM masih juga
mencela tindakan ini, saya kira justru titik terang
siapa yg mendalangi
kejadian-kejadian terusirnya para pendatang di
berbagai tempat di
wilayah-wilayah Indonesia ini. Sungguh mengherankan
karena pada peristiwa
Ambon pihak LSM tidak berbunyi sama sekali. Makin
mengherankan bila untuk
kasus Sambas mereka akan berbunyi. Piala berujud
kepala yang ditampilkan di
harian Waspada kemarin itulah yang merupakan
pelanggaran HAM.
   
Saya malah merasa agak lucu dengan sikap gojak-gajik
(salting) dari petinggi
ABRI untuk menyelesaikan masalah ini.
   
   
Salam,
Jaya
   
   
On Mar 23,  1:29pm, Dodo D. wrote:
 Subject: Re: [Berita sangat buruk tentang
Indonesia]
 Contoh sedikit nih, mungkin rekan2 yang lain bisa
memberikan argumen
 tentang bagaimana harus menyikapinya. Contoh berita
di Kompas ini saya
 rasa bisa memberikan gambaran tentang dilema yang
dihadapi oleh
 aparat. Di suatu sisi aparat merasa punya kewajiban
moral untuk
 melindungi mereka yang dalam bahaya, bayangkan
seandainya aparat
 membiarkan warga asli menyerang orang madura yang
berlindung dihutan,
 berapa nyawa yang akan melayang. Seandainya juga
dalam tugas
 perlindungan tersebut aparat hanya bertahan, tanpa
memberikan tindakan
 represif, saya yakin warga asli akan berani
menyerang dan membunuh
 aparat, seh

Re: Untung enggak terpilih ikut (malu-maluin)

1999-03-22 Terurut Topik Dodo D.

---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya sih pada prinsipnya setuju dg anda Mas Dodo
 Cuma saya selalu percaya, bahwa kalau ORANG LAMA yang
 menjadi Pemimpin, apakah bukannya rakyat akan
 mencibir atau bahkan menghujatnya ?
tanya lagi nih..(banyak tanya yah.) rakyat yang mana..?
lha saya rasa, dan ini yang saya lihat di kampung saya dan sekitarnya,
rakyat kecil tuh nggak begitu peduli dengan siapa aja yang mimpin,
yang penting bagi mereka adalah ketenangan mencari nafkah dan
kestabilan ekonomi. Nah kalau yang dibilang ORANG2 BARU ini ternyata
belum juga mampu memberikan apa yang mereka inginkan, sementara
kehidupan pada saat ORANG LAMA masih memimpin dirasa lebih enak,
apakah mereka juga akan begitu saja mencibir kepada ORANG LAMA..?
lha kalau kita sih mungkin berpikirnya lain dari mereka yang di
kampung2 sana...
 Terutama yang mempunyai pengalaman yang engga enak,
 dan sulit melupakan kelakuan Orang ini ketika sedang
 berjuang melestarikan kepemimpinan Nasional kala itu.
 Kalau saya sih sudah muak dengan kelakuan Orang Lama.
 Mungkin ada beberapa yang masih bisa diselamatkan,
 tapi itu mungkin perlu waktu untuk membuktikan apakah
 orang ini telah betul2 sadar akan kelakuannya.
Saya sih bukannya mendukung ORANG LAMA, cuman kok kalau mereka2 yang
sisa2 lama tapi masih berpotensi dan punya niat untuk memperbaiki diri
dan memperbaiki bangsa lantas di "singkirkan"hanya karena mereka ORANG
LAMA, kok rasanya kita sendiri juga akan rugi.

 Oleh sebab itu apabila Orang Lama ingin tetap berjuang
 untuk Negara, sebaiknya berjuang dari garis belakang saja.
 Tidak usah tampil kepermukaan. Toh Arti dari Perjuangannya
 akan bernilai sama, kan ?

 Mengenai pengalaman orang Lama, pengalaman apa yang anda
 maksudkan disini. Pengalaman KKN, pengalaman Rekayasa, atau
 ada pengalaman yang lain ??
Nah..kan anda sendiri yang mengkonotasikan ORANG LAMA dengan KKN,
rekayasa dan sejenisnya, padahal kan nggak semuanya gitu..?
Saya ambil contoh aja yang obvious, PANGAB, tentunya kan harus orang
yang punya pengalaman lapangan bergelut dengan urusan militer, dan
saya rasa semua anggota militer adalah orang yang terlibat langsung
dalam sistem ORBA (kecuali rekruit-an baru yang masuk setelah mei
1998) karena mereka kan alat negara. Jadi yah, pengalaman (tentunya
yang berkonotasi baik) masih di perlukan dong...

 hehehehe..sinis yah.:)

 Salam,
 bRidWaN - GaoL
 -
 At 13:31 21/03/99 -0800, Dodo D. wrote:
 Hehehe
 
 Jadi itu yah definisinya. Bisa nggak yah, suatu negara atau suatu
 sistem pemerintahan get rid of ORANG LAMA..? soalnya kan untuk ngatur
 negara itu nggak bisa hanya bermodalkan teoretical knowledge doang,
 tapi paling tidak harus punya pegalaman lapangan. Pemimpin suatu
 negara juga saya rasa kok nggak bisa kalau hanya bermodalkan
 pengetahuan teoritis yang didapatkan di kampus, tapi harus dibuktikan
 dengan kemampuan praktetk lapangan.
 
 Kalau kita pengin get rid of ORANG LAMA dan nggantinya dengan ORANG
 BARU secara keseluruhan, itu kan namanya revolusi, bukan lagi
 reformasi. Lha..terus kita inginnya yang mana? reformasi atau
 revolusi..?
 Saya pernah baca buku Anatomy of Revolutions (lupa pengarangnya), the
 main idea  dari ravolusi (dengan mengambil contoh revolusi Perancis,
 Inggris, Rusia dan Amerika) adalah pengambil alihan suatu kekuasaan
 pemerintahan dari ORANG LAMA oleh ORANG BARU.
 
 Jadi kalau emang kita menghendaki untuk keluar sama sekali dari unsur
 ORANG LAMA, berarti yang kita kehendaki adalah sebuah revolusi.
 Siapkan kita untuk sebuah revolusi...?? kita yang berada di milis ini
 mungkin akan enak aja bilang "kenapa enggak..??" lha terus bagaimana
 dengan rakyat di pedesaan sana..??
 
 nggak tahu deh...
 bingung..


 bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  heheheheebung Dodo
  Istilah Orang Lama ini pertama kali keluar disini
  pada bulan Mei yang lalu.
  Pada pemikiran pertama, pengertian ORANG LAMA
  adalah orang yang pernah terlibat langsung dalam
  pemerintah Orde Baru.
  Paling tidak mereka pernah 'mendukung' kepemimpinan
  Nasional saat itu, bahkan turut melestarikannya.
 
  Salam,
  bRidWaN - GoaL
  --
  At 11:33 19/03/99 -0800, Dodo D. wrote:
  Apa sih yang membedakan antara ORANG LAMA dan ORANG BARU itu..?
  saya kok nggak begitu mudheng.

  ---Blucer Rajagukguk [EMAIL PROTECTED] wrote:
   ha ha ha,
   bung ridwan ini terjangkit 'oranglamaphobia syndrome'.
   Obatnya sebenarnya ada, yaitu 'orangbaru penicilyne'.
   Sayangnya obat ini susah dicari yang benar-benar murni,
   karena produk 'orangbaru penicilyne' ini rata-rata
   sudah terkontaminasi oleh 'virus oranglama' :).

   bRidWaN wrote:
wah...ini sih gaya ORANG LAMA...:)


  At 13:27 17/03/99 -0500, FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY wrote:
   Hehelha jelas ini kelakuan wong gendeng kok Bung Blucer
   masih nanya-nanya lho. Memang dari dulu masyarakat kita
   (termasuk saya) kan belum dewasa.

  Blucer Rajagukguk wrote:
  Gimana nich bung Ridwan. kelihatannya 12 parta

Re: kodam (fwd) Tentara Milisia/ Tentara Daerah

1999-03-22 Terurut Topik Dodo D.

Terus terang kok saya agak kebingungan memahami esensi dari tulisan
ini, atau mungkin emang saya yang agak telmi yah??

Tapi setelah saya basa dua atau tiga kali, saya menangkap kesan bahwa
bung Andrew ini mencoba membandingkan eksistensi ABRI dengan ABRA
(Angkatan Bersenjata Rakyat Amerika) dimana selain punya tentara
nasional (US Army, Navy dan Airforce) juga punya National Guard yang
dikelola oleh masing2 state. Emang sih kalo bisa seperti itu akan
sangat ideal, tapi kan susah kalo nggak mau dibilang mustahil, lha
wong perbedaannya sangat jauh.

Kok saya agak nggak setuju kalau dikatakan bahwa pendapat secara
nasional menginginkan "diperkecilnya peran dan organisasi ABRI".
Diperkecil perannya emang iya, supaya lebih berfokus kepada peran
hankamnya, dan tidak terpecah2 ke dalam fungsi sospol yang membawa
kepada distorsi dari hakekat dan fungsi ABRI itu sendiri. Tapi kalau
diperkecil organisasinyalha terus kita mau punya tentara berapa
ekor..? Sekarang ini aja jumlah ABRI kita (termasuk polisi) hanya
sekitar 600 rebu ekor, kalo dibanding dengan jumlah penduduk yang 205
juta, kan berarti diantara 400 orang cuman terdapat 1 ekor anggota
ABRI, lha ini kan udah sedikit banget. Bandingkan dengan Amerika
(ikut2an bung Andrew) yang punya active duty military personnel
sekitar dua juta dengan jumlah penduduk yang nggak beda jauh dengan
Indonesia, itupun belum termasuk polisi, sherif, National Guard, Cost
Guard, reserve dll. Nah dari sini kan kelihatan bahwa ABRI kita
sebenarnya masih sangat kecil, belum lagi persenjataan yang dipake
masih persenjataan jaman romawi tuh yang cuman buat hiasan doang.

jadi yah, nggak usahlah terlalu american centris.
Apa yang udah ada aja sementara ini di optimalkan fungsi utamanya, dan
itupun masih susah. Kalau itu udah berhasil, dalam arti ABRI bisa
kembali menjadi sebuah organisasi militer yang professional di
bidangnya, baru dipikirkan langkah2 untuk modernisasi baik secara
materiil maupun organisasi. Begitulah kira2 tanggapan saya...



---Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Atau seperti Tentara Milisi yang ditempatkan di setiap Propinsi,
(mungkin
 bisa berbentuk satu divisi yang berjumlah sekitar 2000-3000 prajurit
dan
 dikepalai oleh seorang Mayor Jendral)
 dapat berbentuk Air National Guard, Army National Guard...bertanggung
 jawab kepada Gubernur dan Pangab.
 Selain itu dapat secara cepat di kerahkan untuk mengamankan setiap
 pelosok propinsi

 Konsekwensinya:
 ABRI diperkecil, AD mungkin hanya akan terdiri dari Kostrad dan
Koppassus
 Kemungkinan bisa terjadi penyalah gunaan kekuasaan oleh Gubernur yang
 ingin memisahkan diri dari negara kesatuan.
 Propinsi mungkin harus membantu subsidi dari pembiyayaan Tentara
Daerah
 ini.
 Peran ABRI akan lebih kedaerahan, sehingga ditakutkan akan terjadi
 persaingan antar Kepala Kodam yang telah diperbesar kekuasaaanya itu,
 mungkin juga persaingan antar daerah, atau bisa jadi perang sipil yang
 terjadi diantara para kodam.

 Tentu kita masih ingat dengan laskar-laskar yang berbentuk kesatuan
 tersendiri...sebelum dibentuknya BKR, TKR dan TNI...mereka bergerak
 sendiri-sendiri dan mempunyai tujuan yang sendiri-sendiri pula...

 Mungkin ada baiknya, dengan terjadinya pemekaran kodam-kodam ini,
selain
 lebih cepat tanggap, kodam-kodam dengan tentunya mengerti daerah
 lingkungannya sendiri. Namun dilihat dari segi Nasionalnya, bukankah
kita
 semua menginginkan "diperkecilnya" peran dan besarnya ABRI (Terutama
AD)

 Para wakil rakyat dan Pangab tentunya harus merembukkan bagaimana
peran
 ABRI dimasa mendatang.. Apakah dengan memperkecil peran  ABRI secara
 nasional (terutama peran sospol) dan memperbesar peran ABRI secara
 kedaerahan (jangan disamakan dengan sentimen kedaerahan, namun lebih
 secara regional teritorial) akan lebih menjawab tuntutan rakyat.

 Bagaimana pula dengan POLDA? apakah KAPOLDA seharusnya juga melapor
 kepada Gubernur selain kepada Kapolri? Apa peran dan tugas Kapolri?
 Mungkinkah peran kapolri ditiadakan, dikarenakan dengan adanya seorang
 kapolri, maka POLRI ibarat sebuah kesatuan militer yang dikepalai oleh
 seorang jendral berbintang tiga? Apalagi dengan akan diputuskannya
tali
 hubungan ABRI dengan POLRI. Apakah ada baiknya polisi dipusatkan
secara
 regional juga?
 banyak pertanyaan yang harus kita semua cari dan jawab...dan mungkin
juga
 bukanlah  suatu solusi yang tepat



 Andrew Pattiwael



 On Tue, 23 Mar 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote:

  Justru semestinya TNI-AD melikuidasi semua KODAM, KOREM, KODIM,
dan KORAMIL.
  Tidak ada lagi kegiatan pembinaan teritorial yang intinya
"memajaki" rakyat.
  Biaya  yang digunakan untuk operasi teritorial itu sebenarnya
sangat besar
  (termasuk membayari para perwira). Biaya ini dialokasikan untuk
meningkatkan
  kesejahteraan prajurit yang saya yakin sedikitnya bisa dua kali
lipat.
 
  Satu batalyon ditempatkan di setiap kabupaten. Kabupaten yang tak
begitu
  padat penduduknya cukup dijaga satuan setingkat batalyon (SSB).
Dengan 

Re: Menumpas biang kerok

1999-03-21 Terurut Topik Dodo D.

---Indi Soemardjan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Rekan2;
 Kerusuhan dan kekerasan semakin merambat dari Indonesia Barat ke
Timur.
 Dari Maluku sampai Kalimantan. Bisakah kita menemukan biang kerok dari
 semua kerusuhan yang terjadi? Nampaknya, biang kerok inilah yang telah
 menyulut api ketegangan antar suku maupun agama di dalam 2 bulan
 terakhir ini dan sementara api berkobar di segala pelosok nusantara,
 sang biang kerok tersebut sedang tertawa bangga dengan hasil kerjanya
 yang amat memuaskan!

Lho...kok tahu kalo biang keroknya lagi tertawa..?
harusnya kalo bung Indi lihat tuh si biang kerok lagi ketawa, ya di
gebuk aja deh..

 Kenapa sampai sekarang tidak ada penyelidikan khusus mengenai gejala
 merambatnya kerusuhan sosial tersebut?

Lha karena yang seharusnya menyelidiki juga takut kalau2 dia, atau
paling tidak organisasinya, juga terlibat kok.


 Untuk lebih ekstrimnya, apakah Soeharto ada hubungannya dengan
munculnya
 percikan-percikan api ketengangan tsb.? Apakah ABRI ada hubungannya?

Nah, ini yang nggak banyak orang yang tahu pasti. Kalau dugaan sih
memang rata rata bunyinya gitu "Soeharto di belakang semua kerusuhan
yang telah dan sedang terjadi" atau ÄBRI merekayasa segala kerusuhan
yang terjadi selama ini" tapi kok nggak ada yang mengajukan bukti yang
kuat untuk menyeret yang bersangkutan ke pengadilan. Kalau alasannya
adalah lamban dan enggannya pihak pengadilan kita untuk mengadili
keterlibatan Soeharto, kenapa nggak di bawa ke mahkamah internasional
aja..?
Jadi menurut saya sih, daripada ribut2 curiga sana sini atau nuduh
sana sini, ya mendingan cari bukti yang nyata aja, trus di bawa ke
pengadilan. Contohnya, kalau bung Indi yakin bahwa provokatornya
sedang ketawa ketawa, berarti bung Indi kan tahu siapa provokatornya,
ya tangkep aja dong..trus seret ke pengadilan, kalo nggak
mau...gebukin aja.

 Mari kita bahas bersama-sama.


 pesan dari

 Orang Biasa bernama Indi

 Visit my world: http://pagina.de/indradi


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Untung enggak terpilih ikut (malu-maluin)

1999-03-19 Terurut Topik Dodo D.

Apa sih yang membedakan antara ORANG LAMA dan ORANG BARU itu..?
saya kok nggak begitu mudheng.


---Blucer Rajagukguk [EMAIL PROTECTED] wrote:

 ha ha ha,
 bung ridwan ini terjangkit 'oranglamaphobia syndrome'. Obatnya
 sebenarnya ada, yaitu 'orangbaru penicilyne'. Sayangnya obat ini susah
 dicari yang benar-benar murni, karena produk 'orangbaru penicilyne'
ini
 rata-rata sudah terkontaminasi oleh 'virus oranglama' :).


 bRidWaN wrote:
 
  wah...ini sih gaya ORANG LAMA...:)
 
  At 13:27 17/03/99 -0500, FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY wrote:
  Hehelha jelas ini kelakuan wong gendeng kok Bung Blucer masih
  nanya-nanya lho. Memang dari dulu masyarakat kita (termasuk saya)
  kan belum dewasa.
 
  Blucer Rajagukguk wrote:
   Gimana nich bung Ridwan. kelihatannya 12 partai terlikuidasi
ini bukan
   'orang-orang lama'. Tetapi kok kelakuannya 'minus' banget.
Orang-orang
   yang masih rasial dan tidak beradab begini kok mau bikin
partai. Buat
   mas brawijaya, yang begini termasuk move politik apa movenya
orang gila?
   :)
   peace.
  
 Partai Terlikuidasi Bikin Onar
 Reporter: Sigit Widodo
  
 detikcom, Jakarta-Di luar
dugaan, Tim
   12, kumpulan parpol
 yang tidak bisa ikut pemilu,
bertindak
   kasar pada salah seorang
 anggota KPU dari Partai
Bhinneka
   Tunggal Ika, Nurdin
 Purnomo, Selasa (16/3/1999).
Tindakan
   kasar yang nyaris
 mengarah pada kekerasan fisik
itu
   terjadi sekitar 19.30 WIB di
 luar ruang sidang KPU yang
telah sepi.
  
 Nurdin adalah anggota KPU yang
   terakhir keluar dari ruangan.
 Sedang rekan-rekan lainnya,
termasuk
   puluhan wartawan, telah
 meninggalkan tempat itu.
Tujuan Tim 12
   tersebut adalah
 memaksa Nurdin yang keturunan
Tionghoa
   itu untuk
 menandatangani sebuah surat.
Surat itu
   berisikan pernyataan
 agar Tim 12 PPD diperbolehkan
ikut
   pemilu.
  
 Nurdin jelas menolak
permintaan Tim 12
   yang sejak sore
 berdemo di luar sidang KPU,
lantai 2
   Gedung KPU, Jl Imam
 Bonjol, Jakarta Pusat. Sebab
12 parpol
   itu memang tidak
 direkomendasi Tim 11 untuk
mengikuti
   pemilu karena dinilai
 tidak layak.
  
 Karena menolak, Tim 12 langsung
   mencaci maki Nurdin. Cacian
 itu bernada rasial. Mereka juga
   menuduh partai pimpinan Nurdin
 menyogok Tim 11 supaya lolos
pemilu.
   Kekerasan fisik nyaris
 menimpa Nurdin. Seorang
anggota Tim 12
   dengan garang
 menarik dasi Nurdin dengan
kasar
   sehingga Nurdin tidak
 berkutik. Karena desakan kian
kuat,
   Nurdin akhirnya
 menandatangani surat itu.
  
 Akibat ribut-ribut itu, 4
anggota PHH
   Brimob yang "berkantor"
 di KPU, masuk. Tapi mereka
tidak
   berbuat apa-apa. Tiga
 wartawan yang menyaksikan
kejadian
   itu, termasuk detikcom,
 tidak juga berani bersikap
sebab Tim
   12 terlihat garang dan
 tidak kenal kompromi.
  
 Nurdin terus diintimidasi.
"Catat saja
   nomor mobilnya!" teriak
 seorang anggota Tim 12,
mengancam
   Nurdin.
  
 Setelah Nurdin menandatangi
surat yang
   diberikan Tim 12,
 Nurdin dilepaskan, sekitar
pukul 19.45
   WIB. Sementara itu,
 semua pintu keluar sengaja
ditutup
   oleh Tim 12 supaya Nurdin
 tidak gampang meloloskan diri.
  
 Tampaknya, Tim 12 menganggap
kekerasan
   yang dilakukan
 mereka pada Nurdin yang
terpilih
   sebagai anggota KPU dengan
 Keppres itu adalah hal biasa.
Dengan
   tidak merasa bersalah,
 mereka asyik makan malam di
teras
   Gedung KPU, seusai
 mengintimidasi Nurdin.
  
Hak Cipta © detikcom
Digital
   Life 1999
  
  



Re: Peta kekuatan

1999-03-16 Terurut Topik Dodo D.

Gimana dengan yang satu ini..? (PBB)
baca dulu deh wawancara dengan ketua partainya.
==Wawancara
Prof Dr Yusril Ihza Mahendra :
Tak Aneh kalau Saya Dicalonkan Jadi Presiden
WAWANCARA


ISTIQOMAH. Itulah jalan hidup yang ditempuh Prof Dr Yusril Ihza
Mahendra.
Ketua Umum Partai Bulan Bintang ini sejak remaja memang aktif
berorganisasi. Ketika masih di SLTP, ia aktif di KAPPI. Saat berstatus
mahasiswa pada 1978, ia pun sempat diskor 1,5 tahun ketika membakar
patung
Pak Harto.

Lalu mengapa pakar hukum tata negara itu saat ini aktif berpolitik?
''Itu
tuntutan keadaan,'' tukasnya.

Pria kelahiran Belitung, 5 Februari 1956 silam ini mengatakan tak dapat
menolak ketika orang banyak mendaulatnya sebagai ketua umum partai.
Namun
ia mengaku tak asal terjun ke dunia politik. Guru Besar Luar Biasa
Fakultas
Hukum Universitas Indonesia ini berprinsip menggabungkan antara
intelektualisme dan aktivisme. Artinya, ia tidak malu terjun dalam dunia
pergerakan karena memiliki base akademik yang kuat.

''Dengan cara itu kita tahu apa yang sebenarnya harus dilakukan dan apa
yang semestinya tidak diperbuat,'' ujarnya.

Walaupun saat ini waktunya banyak tersita mengurus partai, namun ia
masih
bisa meluangkan waktu bercengkerama dengan istri dan keempat anaknya.
''Saya tak ngotot-ngotot sehingga keluarga ditinggalkan begitu saja.''

Bekas pejabat tinggi di Sekretariat Negara RI ini menerima Hotma Siregar
dari Media, Selasa silam, di rumahnya yang asri di bilangan Ciputat,
Jakarta Selatan. Ia berbicara panjang lebar mengenai partainya, PBB,
kemungkinan koalisi antarpartai, peran ABRI, kandidat presiden, isu
kedekatan dengan Cendana hingga kehidupan pribadinya. Berikut
petikannya:

Mukernas PBB yang berakhir Februari lalu merekomendasikan agar pemilihan
presiden dilakukan secara langsung. Bisa dijelaskan mengapa PBB
merekomendasikan hal itu?

Mukernas kemarin kita memang menegaskan kembali bahwa prinsipnya kita
menghendaki presiden dipilih langsung. Tapi tidak untuk pemilihan
presiden
1999.

Memang partai akan mengajukan calon presiden, prinsip yang kita sepakati
adalah bahwa capres harus dari partai sendiri. Sangat ganjil jika partai
mencalonkan ketua dari partai lain, misalnya PBB mencalonkan Habibie.

Kami ingin partai ini sedemokratis mungkin. Karena itu waktu mukernas
kita
menginventarisasi nama-nama berdasarkan usulan-usulan dari utusan
cabang-cabang. Dari 318 utusan cabang diinventarisasi ada 10 nama
capres.
Nama saya masuk dan kita belum tahu hasilnya. Proses penilaian kesepuluh
capres itu berlangsung selama satu bulan dan akan selesai April
mendatang.
Mereka inilah yang memilih 10 bakal calon yang diinventarisasi untuk
ditentukan siapa yang skornya tertinggi.

Ini mencegah terjadinya nepotisme, begitu pula dalam mencalonkan anggota
DPR sampai ke bawah (DPR pusat, DPRD I, dan DPRD II). Selain itu kecil
kemungkinan terjadinya kolusi.

Dengan kata lain PBB akan mengusulkan untuk mengamandemen pasal 2 dan
pasal
6. Dan itu berarti pula akan mengubah fungsi MPR?

Ya, dengan sendirinya. Di dunia ini kalau negara republik menganut
sistem
presidensial, pada umumnya presiden dipilih langsung. Misalnya Alberto
Fujimori menjadi Presiden Peru, begitu juga Filipina dengan konstitusi
baru. Barangkali cuma kita (Indonesia) di mana presidennya dipilih MPR.

Dari 48 parpol yang dinyatakan berhak ikut pemilu mendatang, 17 di
antaranya adalah parpol yang berasaskan Islam. Berbagai usulan telah
diajukan untuk menyatukan visi dan misi parpol Islam. Di antaranya
pembentukan forum silaturahmi, koalisi, aliansi kampanye hingga aliansi
figur. Bagaimana pendapat Anda?

Antara tuntutan normatif dengan realitas itu dua hal yang berbeda.
Keinginan kita dari awal sebetulnya hanya ada satu kekuatan politik
Islam,
tapi kenyataannya ada banyak.

Saya yakin landasan filofis dari partai-partai itu sama. Tapi proses
transformasi yang menjadi ideologi politik masing-masing partai Islam
menunjukkan perbedaan-perbedaan.

Namun demikian keinginan untuk mencari titik temu bersama memang sudah
banyak dilakukan hasilnya masih fifty-fifty belum sepenuhnya memuaskan
karena masih ada perbedaan-perbedaan. Inilah realitas politik namanya.
Parpol kan tidak sama dengan organisasi massa, bahkan ormas pun sulit
bisa
bersatu.

Saya kira tidak mungkin melebur parpol-parpol Islam menjadi satu, karena
tidak demokratis juga. Saya melihat Islam itu menjunjung tinggi
demokrasi,
perbedaan dan keragaman. Bukan saja keragaman umat manusia tapi
keragaman
di kalangan umat Islam.

Saya kira akan terjadi proses seleksi secara wajar. Saya pernah
mengatakan
kalau PBB tidak mendapat kursi satu pun di DPR kita bubar saja. Buat apa
mempertahankan sesuatu yang tidak laku dijual kepada rakyat.

PBB dinilai oleh pengamat sebagai salah satu parpol yang akan meraih
suara
banyak. Bagaimana komentar Anda?

Begitu partai ini berdiri perkembangannya cepat sekali. Terdapat 

Re: [bincang] Sepak Bola Minggu ini

1999-03-16 Terurut Topik Dodo D.

Mas Andrew Pattiwael nih, gimana pasukan Norwich nya?
kelihatannya cukup menjanjikan juga kalo di adu ama team nya DC..??

---Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mari kita mulai permulaan 'musim bola' tahun ini dengan hati riang,
penuh
 senyum dan penuh persaudaraan. Andaikata semua orang suka sepak
bola, pasti
 KKN dan kerusuhan nggak bakal ada :-)

 salam,
 ramadhan pohan
 (sudah nyiapin sepatu+kaos sejak Minggu lalu)


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: [Re: Fenomena AGI + ABRI

1999-03-12 Terurut Topik Dodo D.

---Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 ABRI tidak boleh salah langkah membaca aspirasi yang berkembang di
masyarakat.

Kalo ABRI salah langkah, ya di dor sama musuh, atau bahkan ketembak
ama temen sendirikan konyol namanya...

 Kami minta kalangan yang selama ini mengatasnamakan rakyat supaya
hati-hati.
 Republik yang kita bangun ini bukan untuk 5-10 tahun. Jadi jangan
macam-macam.

Wah, coba bikin satu macam aja (re: demokrasi) susahnya minta ampun,
apalagi sampe macam macam..

 Indikasi konspirasi internasional dalam kerusuhan Ambon sedang kami
teliti.
 Siapa pun yang terlibat pasti akan kita garuk. Saya minta kalian
sabar. ABRI
 tidak tidur. Tak perlu menunggu moral pressure AS. Kita tidak
perduli dengan
 kemampuan atau adidaya bangsa lain.

Kami memang sedang bersabar menunggu sampai orang lain tidak sabar

  Saya tidak bicara tentang Amien Rais
 yang masih di AS.

Itu karena anda bukan pendukung Amien Rais

Demikian penjelasan hari ini. Terima kasih.


 salam
 arek pinggiran

 ##
 In a message dated 3/12/99 6:33:51 AM !!!First Boot!!!,
[EMAIL PROTECTED]
 writes:


  Ha.ha..ha..ha,

  Nampaknya banyak juga peminat komedi satire dan humor di Indonesia.
Bisa
  jadi ini bahan kampanye bagus buat partai buat ikut pemilu.

  Kalau partai saya menang saya akan tunjuk menteri urusan khusus
humor dan
  komedi, biar tu orang yang bunuh-bunuhan, bakar-bakaran punya
kesibukan baru
  ber hi..hi..hi
  Itung-itung membuka kesempatan kerja dan mengurangi korban PHK

  ...Kayaknya bakal banyak peminatnya nich...

  Salam,
  Ngomong-ngomong tu partai dagelan indonesia (PDI) kemana yaaa?


  -Original Message-
  From: bRidWaN [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
  Date: 12 Maret 1999 12:35
  Subject: Re: [Re: Fenomena AGI (Anak Gaul Indonesia) !]


  Wah..sepertinya ada juga yang berbakat menjadi
  Pejabat/Pemimpin di-Indonesia..:)
  
  At 16:03 11/03/99 EST, Ramadhan Pohan wrote:
  Kalau diminta rakyat, ABRI pasti siap. Pokoknya ABRI mendukung.
  Kalau ada yang macam-macam, sapu saja. Kita libas. Kita sikat.
  Ini demi rakyat. Tulis itu!
  
  salam,
  arek pinggiran
  ##
  In a message dated 3/11/99 6:09:59 PM !!!First Boot!!!,
  [EMAIL PROTECTED] writes:
  
   Menurut saya sih keadaan saat ini 'aman dan terkendali'
   Pihak-pihak yang dicurigai sedang dimintai keterangan seperlunya,
   dan saya tekankan: ' tidak ada yang kebal hukum' di bumi
Indonesia!!
  
   ...=)
  
   
   At 04:06 11/03/99 MST, Pandir Ontohod wrote:
   Menurut saya sih, pasti acara tersebut ada yang menunggangi.
   Mungkin orang yang nggak mau melihat Indonesia maju.
   Salah satu cara untuk merusak moral generasi Indonesia
   -
   -
   -
   -
   -
   -
   -
   -
   -
   He.He...He. :-)
   Ha.Ha...Ha. :-D
   -
   
   Itung-itung belajar jadi pejabat di Indonesia..
   Belajar menggunakan kata-kata yang asyik..
   Gimana udah cocok belon saya jadi pejabat ?   :-D
   
   
   Pandir
   Calon pejabat juga propokator kelas teri
   
   
   
.deleted.
   


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Membecuskan ABRI

1999-03-07 Terurut Topik Dodo D.

Assalamu’alaikum,

Saudara-saudara sekalian,
Sejak bergulirnya agenda reformasi sampai dengan saat ini dimana
situasi politik dan stabilitas keamanan nasional masih belum pulih dan
belum bisa dikendalikan seperti apa yang diharapkan oleh seluruh
masyarakat, ABRI selalu mendapat sorotan tajam. ABRI telah dinilai
oleh masyarakat sebagai belum berpihak kepada rakyat dan belum
berhasil melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai kekuatan pertahanan
dan keamanan. Berbagai kerusuhan yang terjadi sejak bergulirnya agenda
reformasi sampai dengan tragedi yang saat ini masih berlangsung di
Ambon masih belum bisa di selesaikan dan diungkap penyebabnya secara
transparan oleh ABRI. Sebagian besar masyarakatpun masih bertanya
tanya, ada apa sebenarnya di balik semua kekacauan yang terjadi selama
ini? Berbagai dugaanpun lantas bermunculan dan tentu saja, sebagian
besar opini masyarakat yang dipelopori oleh kaum intelektual dan
mahasiswa ramai ramai berasumsi bahwa kekacauan yang terjadi selama
ini memang sengaja ditimbulkan dengan berbagai alasan.

Saya menangkap ada dua anggapan pokok dalam melihat penyebab kekacauan
yang sampai saat ini masih terus berlangsung. Yang pertama adalah
adanya usaha salah satu kelompok untuk mengalihkan perhatian
masyarakat dari tuntutan tuntutan terhadap pemerintahan Habibie
seperti tuntutan untuk mengadili mantan presiden Soeharto dan
kroni2nya. Yang kedua, dan masih berhubungan dengan yang pertama,
adalah sebagai usaha untuk menciptakan kesan di masyarakat bawah bahwa
ternyata reformasi tidak membuahkan hasil yang baik, bahwa ternyata
sistem pemerintahan yang lama lebih memberikan kestabilan politik dan
ekonimi, serta ketenteraman kepada masyarakat, dengan demikian
masyarakat mungkin akan memilih untuk kembali ke tatanan lama, dan
status quo dapat di pertahankan.

Di lain pihak, pemerintah dan aparat keamanan selalu berusaha menolak
anggapan anggapan tersebut dengan mengatakan bahwa kerusuhan kerusuhan
yang terjadi dilatar belakangi oleh tindak kriminal murni, dan tidak
ada unsur politik maupun SARA dibelakangnya. Namun mereka seperti
kurang menyadari bahwa masyarakat sekarang tidak bisa "dibohongi"
begitu saja. Masyarakat sudah menjadi sangat kritis dan jeli melihat
situasi yang berkembang secara dinamis di sekitarnya, sehingga pada
titik titik tertentu, pemerintah dan aparat keamanan tidak bisa lagi
menutup nutupi adanya permainan politik dibalik berbagai peristiwa
yang mengorbankan nyawa ribuan rakyat Indonesia. Walaupun dalam
berbagai hal, pemerintah dan aparat keamanan sudah mengakui adanya hal
ini, tapi tindakan nyata yang di tunggu tunggu oleh masyarakat untuk
mengakhiri semua itu, masih belum nampak ditunjukkan oleh pemerintah
maupun aparat keamanan (ABRI). Masih terlihat kesan bahwa pemerintah
dan ABRI bertindak lamban, dan ini mengesankan pula bahwa pemerintah
dan ABRI masih belum bisa sepenuhnya berpihak kepada rakyat.

Lambatnya tindakan ABRI sebagai aparat keamanan dalam menangani
berbagai peristiwa, dan belum berpihaknya ABRI secara penuh kepada
rakyat, dinilai sebagai akibat dari terlalu lamanya ABRI berkecimpung
dalam politik praktis, sehingga tugas utamanya sebagai kekuatan hankam
justru terabaikan. Selama puluhan tahun berkecimpung di dalam politik
dan pemerintahan, telah menyebabkan orientasi para perwira ABRI
terhadap kekuasaan dan materi mengalahkan orientasi mereka sebagai
prajurit yang seharusnya lebih professional di bidangnya.

Akhir akhir ini masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa menuntut
agar ABRI mundur secara total dari gelanggang politik praktis, dan
kembali ke "fitrahnya" sebagai militer yang professional, terpisah
dari urusan sosial politik. Walaupun hal ini mutlak harus dilaksanakan
untuk bisa mewujudkan negara yang benar benar demokrasi, tapi
pelaksanaannya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, hal ini
memerlukan proses yang bertahap, sistematis dan berkesinambungan.
Kita, masyarakat dan mahasiswa berhak dan harus terus menerus
menyerukan agar ABRI mereformasi dirinya dan mengaktualisasikan
kembali fungsinya sebagai kekuatan hankam yang professional. Tapi
alangkah lebih baik kalau kita juga bisa memberikan kontribusi dan
masukan kepada ABRI dan pemerintah yang berupa solusi untuk membentuk
kembali ABRI kita sebagai organisasi yang professional, karena
bagaimanapun ABRI adalah milik kita bersama, dan merupakan unsur yang
harus dimiliki oleh suatu negara. Saya secara pribadi mengusulkan
beberapa hal yang perlu untuk di lakukan oleh ABRI dan pemerintah
serta rakyat.

1.  ABRI harus secara sadar dan bertahap mundur dari arena politik
praktis dan kemudian kembali kepada hakekatnya sebagai prajurit
rakyat, prajurit pejuang dan prajurit nasional. ABRI adalah prajurit
dari rakyat, yang berjuang bersama sama rakyat dan untuk kepentingan
rakyat, sehingga ABRI juga harus berpihak kepada rakyat.

2.  ABRI (dan pemerintah) harus lebih tanggap terhadap permasalahan
keamanan yang timbul di tengah tengah masyarakat serta harus bertindak
cepat dan tepat untuk 

lebih baik diam

1999-03-07 Terurut Topik Dodo D.

Rekan2,

Kata MS, kita sebaiknya lebih banyak merenung dan tenang daripada
banyak bersuara, setuju nggak? soalnya saya nggak setuju

http://www.jawapos.com/8mar/de8ma1.htm
_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Ulasan yang sangat baik (dari Bhimantara W) (fwd)

1999-03-04 Terurut Topik Dodo D.

Menarik sekali ulasan dari Bhima ini.
Tertangkap kejernihan berpikir didalamnya, yang akhirnya membuahkan
sebuah analisa yang rasional dan logis serta tidak dilandasi oleh emosi.

Gimana kalau ditambahin dikit..??
Selain lack of control of emotion yang kadang2 menjadi trend di
diskusi kita ini (khususnya kalau sudah menyangkut masalah keagamaan,
saya juga menagkpa trend lain, yang mungkin juga terjadi pada saya.
Yaitu, bahwa kadang2 kita memberikan tanggapan atas tulisan rekan
hanya karena faktor "pokoknya ngasih komentar," walaupun seringkali
tanggapan yang disampaikan agak kurang relevan dengan inti
permasalahan yang sedang di diskusikan. Ini juga saya rasakan terjadi
pada diri saya sendiri, karena saya memang bukan orang yang pinter
nulis dan membikin analisa yang canggih seperti rekan2 lainnya. Hanya
saya menangkap kesan bahwa terkadang kita sering terjebak untuk
menanggapi tulisan rekan yang lain hanya berdasarkan satu point yang
kecil dalam tulisan itu, yang mungkin kurang "sreg" di benak kita, dan
kemudian kita kembangkan menjadi argumen yang panjang lebar, regarless
of tanggapan kita sudah keluar dari konteks yang sedang dibicarakan
atau tidak.

Sering kali kita melihat sebuah diskusi yang akhirnya melebar kemana2
dan jauh meninggalkan inti dari pembicaraan, dan seringkali pula kita
end up dengan debat kusir yang kebanyakan bertitik tolak pada masalah
agama.

Saya rasa akan sangat bagus kalau kita belajar berpikir dan
mengemukakan pendapat serta menghargai pendapat orang lain seperti
tulisan Bhima tersebut.

Dodo
(lagi belajar nulis)



deleted..


 Situasi in-group dan out-group ini
  sebenarnya fakta yang sudah lama diingatkan oleh para sosiolog.
Keseleo
  lidah sedikit akan dapat memicu amuk massa. Apalagi kalau keseleonya
  banyak dan sering sekali. Di forum Bincang ini yang notabene
warganya
  memiliki latar belakang pendidikan yang baik (setidaknya bisa main
  e-mail), seringkali emosi lebih berperan dalam diskusi, apalagi
  saudara-saudara kita yang langsung mengalami persoalan di sana.
 
  Karena menyangkut sifat dasar atau alami manusia tadi, maka
penyelesaian
  atau penanganan persoalannya seharusnya juga senatural mungkin.
Jangan
  pakai deklarasi bersama atau pernyataan damai yang diprakarsai
  (baca:dipaksakan) oleh aparat seperti masa lalu yang maunya cepat
selesai.
  Itu sebabnya projek-projek yang hanya mengejar target waktu,
hasilnya pada
  umumnya berantakan.
  Teoritis kedengarannya? Betul sekali karena memang pada dasarnya
yang saya
  ingin kemukakan adalah bagaimana mendewasakan pola berpikir kita
sebagai
  orang Indonesia MUMPUNG (sorry lagi) sedang ada di negeri orang
(ada cukup
  jarak untuk melihat Indonesia) agar tidak mudah terjebak
  pemikiran-pemikiran yang terlalu sempit atau pun sebaliknya
terlalu luas
  sehingga tidak jelas lagi batas-batasnya. Ada koridor yang cukup
luas bagi
  kita untuk bekerja sama dan bergaul tanpa harus menjadikan
perbedaan agama
  sebagai ganjalan di antara kita. Sayangnya tidak semua orang mau
  memanfaatkan koridor ini atau justru cenderung mengabaikan
batas-batasnya.
  Kalau kita yang sekolah di Amerika saja masih berpola pikir garis
keras,
  apalagi saudara-saudara kita yang ada di seberang sana yang
mengalami
  kekerasan itu dalam arti yang sebenarnya.

_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Korpri vs PNS

1999-03-04 Terurut Topik Dodo D.

Menarik Bung YW.

bisa lebih dijelasin lagi batasan KORPRI ama PNS? karena saya bukan
anggota dari keduanya dan saya juga nggak ngerti batasan2nya.

Thanks




---Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dari kompas-online hari ini:

 ...

 Semua anggota Korpri, termasuk pejabat pemerintah, tidak boleh
menjadi juru
 kampanye atau sekadar ikut kampanye partai tertentu dalam pemilu
mendatang,
 karena sebagai PNS (pegawai negeri sipil) mereka harus netral.

 ...


 Yw: Komentar:
 Frase: 'SEMUA ANGGOTA KORPRI ...' dengan 'KARENA SEBAGAI PNS ...'
 Kayaknya terbentuk dari pikiran yg rancu.

 Seolah-olah semua anggota Korpri itu PNS. Ini siapa yg rancu, ya?
 Apakah Kompas? Apa Ketua Umum DPP Korpri, H Feisal Tamin di
 Jakarta? Apa saya? Atau mungkin Ketum Feisal Tamin tidak tahu
 bahwa tidak semua anggota korpri adalah PNS? Great.

 ;-)


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Korpri vs PNS

1999-03-04 Terurut Topik Dodo D.

Makasih Bung YW,

Saya jadi agak lebih ngerti sekarang, kayanya mirip dengan keanggotaan
MPR dan DPR. Mungkin akan lebih jelas lagi kalau bung YW, atau rekan
lain yang tahu, bisa jelasin perbedaannya berdasarkan pengangkatan
atau mungkin  keterkaitannya sama lembaga pemerintah dll.

Untuk rekan2 yang lain, sorry kalau ini diangap bersifat sebagai
kepentingan pribadi saya, karena memang saya nggak ngerti.

Thanks


---Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote:

 ...

 Menarik Bung YW.
 
 bisa lebih dijelasin lagi batasan KORPRI ama PNS? karena saya bukan
 anggota dari keduanya dan saya juga nggak ngerti batasan2nya.
 
 Thanks

 Yw: Sepengetahuan saya: Anggota Korpri itu meliputi
 dua kelompok, yaitu:
 - PNS (Pegawai Negeri Sipil)
 - anggota non-PNS
   (misalnya: pegawai BUMN tertentu, pegawai honorer
   calon-PNS yg belum jadi PNS ...).
 (Jumlahnya: kelompok 1 dan 2 ini kayaknya imbang).

 Nah, sementara: aturan (perundangan) harus netral itu,
 berlaku bagi PNS. Dg sendirinya kalo ada pejabat
 yg memlesetkannya (menerapkan peraturan itu) yg semula
 utk PNS jadi utk SEMUA anggota korpri, pejabat itu sebenernya
 bikin aturan seenak udelnya (itu pun kalo dia punya udel ;-).

 Bisa dicopy gitu?

 ;-)


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Usul Pendekatan Secara Militer/Polisi di Ambon

1999-03-03 Terurut Topik Dodo D.

Sdr Andrew,

Usulan anda sangat bagus, tapi saya rasa, sebagian sudah dilaksanakan
oleh berbagai pihak, baik ABRI, Pemerintah pusat dan daerah, tokoh2
agama, dan organisasi2 independen lainnya.
1. Usulan anda yang pertama ini sedang dilaksanakan oleh ABRI, dengan
mengirimkan satu batalyon TNI-AD dari Jatim, satu detasemen ZIPUR
Marinir, dan satu batalyon TNI-AD dari Jateng. Ini pertandaa niat baik
dari ABRI untuk bertindak netral.
2. Usulan kedua dan seterusnya sebenarnya sudah dilaksanakan di Ambon,
tapi belum mampu menyelesaikan masalah.
Kalau menurut saya, yang paling penting sekarang justru saran anda di
akhir posting, yaitu pendekatan moral dan agama oleh pihak2 yang bisa
di dengar oleh masyarakat, baik itu para pemuka agama dan adat,
organisasi2 HAM yang independen, maupun tokoh2 nasional yang punya
potensi untuk bisa di dengar suaranya oleh masyarakat Ambon. MS pernah
di minta untuk kesana karena di percaya bisa menyelesaikan masalah,
tapi sampai sekarangpun kelihatan masih pasif.

Saya cuman bisa ikut berdoa saja deh supaya tragedi nasional yang
menimpa saudara2 kita di Ambon baik yang muslim maupun yang kristen
segera bisa diselesaikan dan dikembalikan seperti dahulu dimana
kerukunan menjadi simbol dan kebanggaan masyarakat Maluku.




---Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pendekatan secara militer/polisi:

 1.  Mengirimkan atau mengaktifkan kesatuan yang netral atau tidak
 mempunyai latar belakang dalam kerusuhan di Ambon, contohnya, jangan
 mengirimkan kesatuan dari Wirabuana yang anggotanya kebanyakan dari
suku
 Makassar-Buton-Bugis. Jangan pula mengirimkan kesatuan yang anggotanya
 kebanyakan berasal dari Ambon Kristen, Kesatuan Trikora (terutama
 Indonesia Kristen-nya)
  Hal ini untuk mencegah agar tidak terjadinya pihak memihak dari pada
 para penjaga keamanan
  kepada salah satu golongan.

 2. Demiliterisasi Kota Ambon ( Perlucutan Senjata )
  Menganjurkan kepada  para masyarakat umum, untuk menyerahkan
 senjata-senjata tajam atau
  bahan peledak yang dapat digunakan untuk tindakan anarki secara
damai.
 Phase ini adalah
  phase pertama dari demiliterisasasi kota Ambon

 Phase kedua adalah Perintah untuk gencatan senjata dan penyerahan
 alat-alat kekerasan kepada kantor polisi dan militer di kota Ambon.

 Phase ketiga adalah Pengeledahan rumah-rumah penduduk atau razia
 ditempat-tempat umum kepada tersangka (bukan pengeledahan dan razia
 massal) untuk meranjau senjata-senjata, alat-alat tajam dan bahan
peledak
 yang tidak dapat dipertanggung jawabkan keberadaannya.

 Phase keempat, penggeledahan dan perazian massal di kantong-kantong
yang
 rawan dengan kerusuhan.

 Pemberlakuan Jam Malam bagi tempat-tempat tertentu, dan dapat
 ditingkatkan untuk seluruh kota Ambon.

 Tentu semua ini harus mendapat konsent dari para pemuka agama, tetua
 adat, dan berdasarkan keinginan sebagian besar warga kota Ambon,
supaya
 tidak terjadi perasaan dirampasnya hak asasi manusia oleh pihak
keamanan.

 3.  Penempatan Satuan-satuan keamanan secara menyeluruh dan berada
 dibawah kesiagaan yang tinggi.
  Penerapan zona-zona keamanan yang akan memisahkan sementara kantong
 Kristen dan kantong
  Muslim yang pernah berseteru selama kerusuhan ini, dan tidak bisa
 didamaikan dalam waktu yang
  singkat. Penempatan pasukan yang cukup bagi kantong-kantong yang
menjadi
 minoritas dan lemah,
  terutama kantong-kantong Muslimnya.

 3.  Perlindungan bagi perumahan para minoritas dengan penempatan
satuan
 keamanan dan diberlakukannya pemeriksaan diri pada unsur-unsur luar
yang
 ingin memasuki wilayah tersebut.
  Pemeriksaan KTP atau sejenisnya.

 4.  Koordinasi 24 jam antar pihak Gubernur, Kapolda, Pemuka Agama,
Wakil
 Operasi ABRI di Ambon, yang dapat melerai kerusuhan sewaktu-waktu
diperlukan.

 5.  Perlindungan thd setiap rumah ibadah, agar tidak ada lagi isu-isu
 yang mengatakan bahwa telah terjadi pembakaran thd gereja atau mesjid.
 Ini dapat dilakukan oleh para anggota jemaat masing-masing rumah
ibadah,
 dapat dihubungi lewat telepon sewaktu-waktu diperlukan untuk
kejelasannya.

 6.  Pertemuan rutin antar pemeluk beragama, yang dapat dilakukan untuk
 mengadakan koordinasi dan kesepakatan berdamai atau kerjasama. Aparat
 Pemda, Pemuka Agama, keamanan diharapkan dapat hadir untuk memantau
 jalannya pertemuan.

 7.  Dibutuhkannya Tim dari luar yang dapat memantau hasil kesepakatan
 damai yang telah disetujui oleh bersama. Tim Komnas Ham atau Tim
 Independent harus segera dibentuk dan diberangkatkan ke  Ambon guna
 menjadi penengah dalam dialog damai ini.


 Setelah Pendekatan secara Militer/polisi ini,  baru diadakan dialog
atau
 pendekatan secara keagamaan dan kebersamaan antar warga Ambon.

 Tolong ditambahkan kalau ada masukan selanjutnya..

 andrew pattiwael


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Kefrustrasian Emha = kefrustrasian umat Islam?

1999-03-03 Terurut Topik Dodo D.

Assalamuálaikum,

Waw, panjang amit nih posting cak Panut, sampe saya pusing nih bacanya.
Tapi memang menarik posting anda ini, meskipun pada saat baca
paragraph ketiga, saya udah agak lupa isi paragraph pertama...hehehe
(JK)

Saya sendiri sebagai orang islam masih bingung menyikapi tulisan Can
Nun itu. Apakah memang itu benar benar mewakili komunitas Islam secara
universal ataukah hanya merupakan keputusasaan pribadi Cak Nun sebagai
seorang sastrawan Islam yang melihat kejadian di luar sana yang dirasa
begitu tidak adil kepada umat islam. Saya rasa anda mengerti juga
bagaimana perasaan seorang sastrawan sekaliber Cak Nun, dan bagaimana
juga beliau menilai perkembangan sosial serta mengungkapkannya dalam
bentuk tulisan. Dalam hal ini, saya berpendapat bahwa romantisme Cak
Nur dalam tulisan2nya tidak bisa dikatakan 100% mewakili umat Islam.

Secara pribadi, saya sendiri kadang2 memang merasakan adanya ketidak
adilan seperti yang di rasakan Cak Nun, ketika saya melihat begitu
kerasnya reaksi USA terhadaap Irak ketika menyerang kuwait, atau
begitu getolnya film2 hollywood menyajikan tema terrorism oleh orang2
Islam dll. Hal ini terkesan sangat berlawanan ketika dihadapkan kepada
masalah Bosnia, dimana USA (NATO) terkesan reluctant untuk bertindak.
Disinilah saya merasakan ketidak adilan itu. Namun demikian, saya
tidak bisa membuat direct conclusion bahwa ada faktor kepentingan
agama dibalik tindakan mereka. Yang jelas sayapun kadang2 merasakan
adanya ketidak adilan itu, meskipun tidak sefrustasi Cak Nun. Karena
saya juga melihat faktor internal islam sendiri yang kadang2 membuat
islam seperti diintimidasi oleh barat.

Sekali lagi, ini merupakan pendapat pribadi saya. Mungkin Cak P{ohan
akan mendapat opini yang berbeda dari orang lain, karena setiap orang
kan punya sudut pandang masing2 yang juga beragam.

Dikit aja deh, kalo kebanyakan tambah pusing.

Wassalam



---Panut Wirata [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saudara-saudara sekalian:
  Membaca tulisan Emha Ainun Nadjib yang dikirimkan oleh Bung
 Rosadi, saya jadi bertanya-tanya dan berpikir-pikir dan
 terheran-heran. Dari tulisan itu, tersurat dan tersirat betapa besar
 rasa frustrasi beliau sebagai Muslimin atas ketidakadilan dunia
 terhadap Islam.  Dan rasa frustrasi semacam  ini sebenarnya tidak
 hanya monopoli perasaan Emha tapi juga banyak Muslimin yang lain
 seperti Achmad Sumargono.  Dalam posting ini, saya ingin pendapat
 rekan-rekan apakah ketidak adilan dunia itu hanya dirasakan oleh umat
 Islam atau juga umat yang lain?  Apakah ketidak adilan itu
 dipraktekkan oleh umat agama satu terhadap yang lain? Ataukah ketidak
 adilan itu dirasakan oleh semua pihak?  Bila demikian siapa pelaku
 ketidak adilan itu?
  Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam (di KTP,
 tapi apakah benar sebagai penganut sukar di ukur)menurut saya banyak
 mempraktekkan budaya Islam.  Pembacaan doa setiap Upacara Bendera tgl
 17 Agustus di Instansi Penmerintah di Jawa selalu doa cara Islam (Ada
 yang tahu bagaimana kalau di Irian atau Ambon yang mayoritas Kristen
 atau Bali yang mayoritas Hindu?).  Pembacaan doa usai sekolah di
 sekolah Negeri juga ragam Islam.  Saya kira sampai sekarang tidak ada
 protes dari yang bukan Islam.  Belakangan ini memang banyak pertemuan
 antar umat berbeda agama dan mengakhiri pertemuan dengan doa dari
 bermacam-macam agama. Jam kerja di kantor pemerintah juga berakhir jam
 11 pada hari Jum'at untuk Shalat Jumat.  Kalau ada kantor swasta yang
 ngadain rapat pada jam shalat jum'at  itu memang tidak perasaan.  Ini
 bisa diatur dengan mudah dengan undang-undang yang ada sanksinya.
 jadi dengan undang-undang itu pihak swasta harus beristirahat pada
 waktu Shalat Jumat dsb (pabrik tidak bisa berhenti mesin
 sewaktu-waktu, ini perlu dipertimbangkan).
  Lalu AS vs Iraq, apakah benar AS menganggap yang salah adalah
 Islam?  Setahu saya AS menyalahkan Saddam bukan Islam.  Kalau
 menyalahkan Islam, mengapa membantu Kuwait dan Arab Saudi waktu
 diserang Iraq?  Omong-omong tentang Kristen dan AS, mayoritas orang
 Amerika adalah sekuler dan lebih berpegang pada hukum daripada Agama.
 Kristen fundamentalis juga ada di Amerika yaitu di negara-bagian
 negara-bagian di Selatan seperti Arkansaa, Oklahoma dll.  Kristen
 fundamentalis ini juga mirip Islam fundamentalist yang menganggap
 orang lain tidak benar dan tidak akan masuk surga dan ajaran lain
 adalah sesat.  Ini hanya minoritas.  Bahkan sekte tertentu yang
 berhaluan keras juga ditindak oleh pemerintah, ingat  Waco, Texas yang
 dibumi-hangus oleh Janet Reno?  Pemerintah Amerika juga menghormati
 seluruh agama, Hilary Clinton juga mengucapkan selamat Berpuasa kepada
 Umat Islam.  Namun ada benarnya bahwa citra Islam di AS tidak terlalu
 bagus.  Sebab citra suatu aliran atau agama atau etnis selalu
 ditunjukan oleh perilaku orang-orang yang mengaku menganut agama atau
 aliran tersebut.  Nah di AS yang mengaku Islam adalah Nation of Islam
 yang kegiatannya lebih banyak menyebarkan bibit 

Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa

1999-03-02 Terurut Topik Dodo D.

Setuju banget sih Bung Ridwan,
tapi kan kadang2 diperlukan juga kebohongan2 dalam politik, contohnya
dalam diplomasi, atau mungkin ini nggak termasuk dalam kategori
"bohong" nya Bung Ridwan? hehehe..



---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kalau Pemimpin yang pantang berbohong sih pasti ada-lah...
 Setuju dong Mas Dodo??


 ===
 At 09:18 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote:
 Wah..wah..tolok ukur tekhnis yang bung Ridwan kemukakan ideal sekali
 nih. Saya nggak bisa bayangin gimana enaknya punya unsur pimpinan dan
 pemerintahan seperti itu. Tapi rasanya saya juga belum pernah
 mendengar suatu pemerintahan yang ideal seperti itu. Mudah2an nanti
 ada..:)

 ---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  wah banyak dong yah...:))
 
  misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia
  malah ngerjain 'B'..
  misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia
  malah make duit rakyat seenak udel nya.
  misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat,
  eh malah menyengsarakan rakyat...
  misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN
  misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah
  menyepelakan hukum
  masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ?
  ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan
  permasalahan 'moral'...??
 
  kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong..
 
  Salam,
  bRidWaN
  
  At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote:
  parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin
  bermoral apa enggak?
 
  bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Bung Budi,
   Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa
   calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti
   adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat
   pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga
   kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb
   ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar
   bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang
   akan datang ??
  
   Salam,
   bRidWaN
   
   At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote:
   Rekan-rekan yth.,
   
   Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah
akar
   permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang
 terjadi
   selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak
baik
   dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah
para
   pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan
   sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum,
   ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah
kejadian-kejadian
   seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas,
 sebagai
   akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic
need
   tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman
dan
   kebenaran, dll.).
   
   Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa
 yang
   mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah
 kesadaran
   hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah,
   masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ...
-lah...
   yang masih banyak lagi lainnya.
   
   Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat
  tenang
   mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup
 saling
   menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri,
dan
   mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya
 jelas dan
   tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran
kepada si
   pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari
 kehidupannya
   sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan
 yang
   tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu
rakyat
  atau
   pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme.
   
   Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat
  kebanyakan
   dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi
di
  negara
   makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah
 dengan
   tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini
khan
   sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal
tsb.
  susah
   sekali didapat di republik kita?
   
   Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang
mengkonsentrasikan
  diri
   dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat
 kebanyakan
  tsb.
   
   Salam,
   Budi
  
  
 


   bRidWaN wrote:
   
Rekan Yth.,
   
Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua,
sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=)
   
Salam,
bRidWaN

MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
   
detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional
yang tengah terjadi saat ini adalah kr

Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin
bermoral apa enggak?




---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Budi,
 Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa
 calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti
 adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat
 pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga
 kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb
 ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar
 bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang
 akan datang ??

 Salam,
 bRidWaN
 
 At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote:
 Rekan-rekan yth.,
 
 Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar
 permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi
 selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik
 dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para
 pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan
 sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum,
 ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian
 seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai
 akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need
 tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan
 kebenaran, dll.).
 
 Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang
 mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran
 hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah,
 masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah...
 yang masih banyak lagi lainnya.
 
 Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat
tenang
 mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling
 menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan
 mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan
 tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si
 pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya
 sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang
 tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat
atau
 pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme.
 
 Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat
kebanyakan
 dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di
negara
 makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan
 tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan
 sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb.
susah
 sekali didapat di republik kita?
 
 Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan
diri
 dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan
tsb.
 
 Salam,
 Budi



 bRidWaN wrote:
 
  Rekan Yth.,
 
  Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua,
  sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=)
 
  Salam,
  bRidWaN
  
  MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
 
  detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
  KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional
  yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral
  kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai
  obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya.
 
  Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor
  MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut
  Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi
  moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari
  tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii.
 
  =
  simak di: http://www.detik.com/berita/199902/990226-1932.html
 
 


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Inikah calon Presiden kita?

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Assalamu'alaikum,

Ikut nimbrung dikit nih, saya kok tertarik ngikutin pembicaraan
tentang kriteria pemimpin bangsa kita nanti, apalagi sekarang kita di
hadapkan pada beberapa pilihan yang punya karakteristik berbeda beda,
dan semuanya "masih di dalam karung". Menurut saya, acara talk show
seperti yang di selenggarakan di TPI adalah sebuah langkah yang bagus
untuk "mengeluarkan kucing2 kita dari dalam karung". Debat terbuka
seperti itu akan sangat berguna sebagai wahana pendidikan politik
rakyat. Kita harus mengakui bahwa kebebasan politik rakyat kita selama
ini terpasung oleh kepemimpina ala machiavelli yang di terapkan di
jaman orde baru. Rakyat menjadi buta politik, dan akibatnya begitu
terjadi perubahan mendadak (reformasi), rakyat menjadi shock dan
banyak timbul perbuatan2 anarkhis karena keterpasungan politik selama
ini membuat rakyat tidak siap untuk menerima perubahan yang begitu
mendadak.

Acara talk show atau debat terbuka seperti itu juga sangat bagus bagi
both pemimpin partai dan masyarakat yang dalam hal ini lebih banyak di
wakili oleh para mahasiswa. Buat pemimpin partai, debat seperti itu
bisa dipakai sebagai wahana untuk menawarkan konsep2 politik mereka,
serta visi yang ingin dicapai oleh partainya. Dilain pihak, masyarakat
juga akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang visi dari partai
partai politik yang sedang berebut suara. Masyarakat juga akan bisa
menilai secara langsung calon2 pemimpin mereka. Dan ini merupakan
salah satu ciri demokrasi, dimana rakyat di berikan kesempatan untuk
menilai pemimpin mereka sendiri.

Berbicara tentang kriteria pemimpin, saya coba menyimpulkan dari
beberapa teori kepemimpinan modern yang pernah saya baca, bahwa di era
yang sangat dinamis seperti sekarang ini, sangat di perlukan seorang
pemimpin yang transformational, yang bisa membawa organisasi (negara)
kearah perubahan2 yang positif mengikuti perkembangan jaman. Saya rasa
tidak bisa dipungkiri bahwa untuk mentransform suatu organisasi atau
negara, unsur pokok yang harus di miliki oleh seorang pemimpin adalah
VISI. Tidak mungkin seorang pemimpin akan membawa perubahan tanpa
mempunyai visi yang jelas. Pencapaian visi itu sendiri tentunya tidak
bisa dilakukan oleh pemimpinnya sendiri, tapi harus merupakan usaha
bersama seluruh komponen masyarakat. Bagaimana masyarakat akan dibawa
untuk mencapai visi itu kalau visinya itu sendiri tidak pernah di
shared??, ini kan seperti mengajak masyarakat untuk berjalan tanpa
dikasih tahu arahnya.

Empat karakteristik pokok yang di perlukan oleh seorang pemimpin yang
transformational adalah kharisma, inspirasi, intelektual stimuli, dan
individual consideration. Kharisma disini tidak hanya berarti
personnal performance, tapi lebih berarti "providing vision and sense
of mission" serta "gaining respect and trust" dari masyarakat luas.

Kembali ke pokok permasalahan bahwa MS tidak pernah datang ke acara
yang di selenggarakan oleh TPI, bagi saya itu menunjukkan bahwa memang
si MS terkesan tidak siap atau "tidak berani" berhadapan langsung
dengan rival2 politiknya, karena memang dia sendiri tidak punya
kemampuan untuk itu.

Saya sendiri juga tidak melihat sosok MS sebagai seseorang yang
memiliki kriteria seorang pemimpin yang transformational. Meskipun
para pendukungnya mengatakan bahwa MS adalah seorang yang punya
kharisma, tapi saya lebih melihatnya sebagai bayang2 dari Soekarno,
bukan cerminan kharisma dari MS sebagai individu. MS gains respect and
trust karena ada bayang2 nama besar Soekarno di belakangnya, sementara
dia sendiri terkesan tidak punya visi dan sense of mission. Konsep2
politik yang di tawarkan oleh PDI-P lebih banyak bersumber dari para
tokoh di sekitar MS seperti Kwik Kian Gie, Alex Litaay, dll. MS
sendiri seakan2 cuman sebagai boneka yang dikendalikan oleh orang2 di
sekitarnya.

Jadi menurut saya, kalau kita memang menginginkan sosok pemimpin yang
berkualitas di masa depan, kita harus bisa berpikir jernih dan
rasional. Jangan terjebak kepada pengkultusan individu seperti yang
terjadi di era Soeharto. Debat terbuka seperti yang di selenggarakan
TPI merupakan langkah yang bagus untuk menentukan pemimpin yang kita
harapkan bersama.

Maaf kalau tanggapan saya nggak sistematis, karena saya sedang belajar
menulis.

Wassalamu'alaikum

Dodo




---"N.S. Sisworahardjo" [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Assalamu'alaikum wr. wb.

 Mas Budi yang budiman,

 Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat dengan
anda
 tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang sependapat
dengan
 pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. Prinsip
demokrasi
 adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan berlangsungnya
 komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2 partai
 dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam

(..dst...dihapus)
_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Wah..wah..tolok ukur tekhnis yang bung Ridwan kemukakan ideal sekali
nih. Saya nggak bisa bayangin gimana enaknya punya unsur pimpinan dan
pemerintahan seperti itu. Tapi rasanya saya juga belum pernah
mendengar suatu pemerintahan yang ideal seperti itu. Mudah2an nanti
ada..:)




---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:

 wah banyak dong yah...:))

 misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia
 malah ngerjain 'B'..
 misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia
 malah make duit rakyat seenak udel nya.
 misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat,
 eh malah menyengsarakan rakyat...
 misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN
 misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah
 menyepelakan hukum
 masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ?
 ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan
 permasalahan 'moral'...??

 kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong..

 Salam,
 bRidWaN
 
 At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote:
 parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin
 bermoral apa enggak?

 bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Bung Budi,
  Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa
  calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti
  adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat
  pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga
  kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb
  ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar
  bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang
  akan datang ??
 
  Salam,
  bRidWaN
  
  At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote:
  Rekan-rekan yth.,
  
  Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar
  permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang
terjadi
  selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik
  dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para
  pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan
  sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum,
  ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian
  seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas,
sebagai
  akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need
  tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan
  kebenaran, dll.).
  
  Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa
yang
  mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah
kesadaran
  hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah,
  masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah...
  yang masih banyak lagi lainnya.
  
  Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat
 tenang
  mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup
saling
  menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan
  mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya
jelas dan
  tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si
  pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari
kehidupannya
  sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan
yang
  tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat
 atau
  pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme.
  
  Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat
 kebanyakan
  dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di
 negara
  makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah
dengan
  tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan
  sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb.
 susah
  sekali didapat di republik kita?
  
  Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan
 diri
  dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat
kebanyakan
 tsb.
  
  Salam,
  Budi
 
 


  bRidWaN wrote:
  
   Rekan Yth.,
  
   Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua,
   sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=)
  
   Salam,
   bRidWaN
   
   MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
  
   detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
   KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional
   yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral
   kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai
   obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya.
  
   Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor
   MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut
   Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi
   moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari
   tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii.
  
   =
   simak di: http://www.detik.com/ber

Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Gimana kalau kita kembali saja ke jamannya machiavelli. Punya seorang
"prince" yang otoriter, tapi prince nya harus bener2 berkualitas, yang
memenuhi kriteria bung Ridwan itu..??




---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:

 wah banyak dong yah...:))

 misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia
 malah ngerjain 'B'..
 misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia
 malah make duit rakyat seenak udel nya.
 misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat,
 eh malah menyengsarakan rakyat...
 misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN
 misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah
 menyepelakan hukum
 masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ?
 ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan
 permasalahan 'moral'...??

 kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong..

 Salam,
 bRidWaN
 
 At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote:
 parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin
 bermoral apa enggak?

 bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Bung Budi,
  Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa
  calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti
  adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat
  pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga
  kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb
  ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar
  bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang
  akan datang ??
 
  Salam,
  bRidWaN
  
  At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote:
  Rekan-rekan yth.,
  
  Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar
  permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang
terjadi
  selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik
  dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para
  pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan
  sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum,
  ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian
  seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas,
sebagai
  akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need
  tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan
  kebenaran, dll.).
  
  Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa
yang
  mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah
kesadaran
  hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah,
  masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah...
  yang masih banyak lagi lainnya.
  
  Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat
 tenang
  mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup
saling
  menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan
  mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya
jelas dan
  tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si
  pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari
kehidupannya
  sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan
yang
  tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat
 atau
  pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme.
  
  Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat
 kebanyakan
  dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di
 negara
  makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah
dengan
  tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan
  sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb.
 susah
  sekali didapat di republik kita?
  
  Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan
 diri
  dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat
kebanyakan
 tsb.
  
  Salam,
  Budi
 
 


  bRidWaN wrote:
  
   Rekan Yth.,
  
   Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua,
   sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=)
  
   Salam,
   bRidWaN
   
   MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
  
   detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
   KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional
   yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral
   kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai
   obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya.
  
   Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor
   MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut
   Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi
   moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari
   tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii.
  
   =
   simak di: http://www.detik.com/berita/199902/990226-1932.html
  
  
 
 
 ___

Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Oooohh
alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran
religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya.
Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah. Tiap2 agama ngurusin
religious quality dari ummatnya masing2, nggak usah saling mencela dan
tetek bengeknya.

Saya kuatir bahwa konflik agama ini akan berlanjut sampe nanti di
surga atau di neraka. Bayangin aja, nanti juga masing2 agama akan
mengklaim bahwa surga itu hanya untuk ummatnya yang taat, pemeluk
agama lain harus di neraka. Nah kalo udah begini, kan jadinya
gontok2an juga nanti di surga, siapa yang berhak masuk sana?

Atau mungkinkan oleh Tuhan akan dibuatkan surga yang terpisah? untuk
kristen sendiri, untuk islam sendiri, untuk agama lain juga punya
masing2?. Inipun nggak akan menyelesaikan masalah, karena masih ada
kemungkinan tawuran antar surga, ejek ejekan, lempar lemparan batu,
tombak, parang dll. Terus kapan selesainya?

Kalau saya kok setuju tawarannya Gus Dur beberapa waktu lalu. Kita ini
jadi negara sekuler aja deh. Agama digunakan sebagai landasan moral
pribadi penganutnya. Jangan mencampur adukkan negara (politik) dan
agama. Jangan juga seperti Turki yang melarang pemakaian jilbab,
karena itu sudah termasuk pemasungan hak2 manusia.

Udah deh...politik ya politik, agama ya agama, diurus di masjid atau
di gereja atau di pura dll. Jangan di campur aduk kaya nasi rames.
Kalau campurannya tepat, rasanya enak, tapi kalau nggak tepat, ya
bikin sakit perut.



---Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas
lalu
 boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain
donk.
 Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang
 "berimbang dan netral"
 Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan
yang
 bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya
 yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan
persoalan,
 bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa
kebencian
 thd satu sama lainnya.
 Cerita dongeng atau Keajaiban-keajaiban ttg keagungan sebuah agama
juga
 sering saya dengar. Bahkan sampai bosen mendengarnya.
 Sama seperti di Kristen, ada cerita bahwa alkitab dan salib tidak
terbakar,
 sebuah gereja yang tidak  disentuh api, atau rantai malaikat yang
 mengelilingi sebuah gereja yang akan dibakar waktu mei lalu, etc...
 Lantas, apa maksud "dongeng" ini? untuk mengkuatkan iman para
pemeluknya?
 boleh!, untuk menghasut dan menghujat agama lain? Ini kan harus
 dipertanyakan.

 andrew pattiwael



 On Sun, 28 Feb 1999, Hadeer wrote:

  Patokan saya sich mah jelas :
 
  Yang paling banyak menjadi korban adalah yang tertindas.
  Kita lihat saja, siapa yang paling banyak jadi korban dan tertindas.
  We are not stupid laaand dont be stupid laa...
 
  Hadeer
 
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya...
  
   :)
  
   On Sat, 27 Feb 1999, Hadeer wrote:
  
Kalau berita seperti ini masuk dalam kategori mana ?
   
Smile
Hadeer
   
===
   
From: "Nunung" [EMAIL PROTECTED]
To: "sabili" [EMAIL PROTECTED]
Cc: "Riska" [EMAIL PROTECTED]
Date: Fri, 26 Feb 1999 20:17:55 +0700
Subject: [Sabili] Tentara Allah Turun Di Ambon
   
Assalamu'alaikum Wr.Wb
   
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kpd Rabbmu, lalu
diperkenankan-=
Nya bagimu:"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepadamu
   dgn
se=
ribu malaikat yg datang berturut-turut." (QS Al-Anfaal:9)
=
   
=
   
Di tengah peristiwa pembantaian umat muslim di Ambon, ternyata
Allah
  
menuru=
nkan ribuan jundullah cilik yg menyerang org2 kafir dgn
keberanian
   luar
bia=
sa.
=
   
Berikut ini saya kutipkan dari majalah Sabili :
Org2 nasrani yg bersenjatakan panah2 api  racun, parang,
tombak,
   batu,
kay=
u, besi senapan berburu, bom molotov hingga bom ikan, pd malam
20
   Jan 99
se=
kitar pk. 24.00 s/d 01.00 malam mendesak umat Islam yg
mengungsi di
mesjid =
Raya Al-Fatah hingga mundur. Mereka benar2 ingin menghancurkan
   mesjid.
Di d=
lm mesjid tsb berkumpul 5000-an pengungsi. Umat Islam panik
   bercampur
marah=
. Para pengungsi yg kebanyakan ibu2  anak kecil histeris
ketakutan.
  
Gambar=
an kehancuran mesjid  pembantaian pengungsi sudah terbayang di
   pelupuk
mat=
a. Keadaan sudah semakin gawat. Tetapi, tiba2 penyerang itu
berbalik
   
lari=
terbirit-birit. Mereka sangat ketakutan. Umat Islam tdk tahu
apa yg
sebena=
rnya terjadi. Ternyata dari penuturan seorg nasrani yg berhasil
   ditawan
ad=
alah : "saya melihat ribuan kanak2 berusia sekitar 10 th,
memakai
   baju 
so=
ngkok putih berlari kencang ke luar mesjid ke arah kita. Seorg
tua
berjubah=
 bersorban putih dgn tongkat di tangannya tampak memimpin
pasukan
   itu.
Ju=
 

Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Lha iya tho mas,
Semua orang kan sudah tahu kalau agama itu suci, sedangkan politik itu
kotor. Lha kalau yang kotor dicampur aduk dengan yang bersih (suci),
jadinya ya keruh dong.

Ibaratnya juga mempertemukan dua pihak yang berlawanan diatas suatu
arena, maka arena itu akan selalu diwarnai dengan keributan, dan
permusuhan. Contohnya saja pendawa dan kurawa, dimanapun tempatnya,
kalau mereka sudah dibawa oleh pak dalang ke panggung yang sama, ya
pasti berantem. Makanya, biar tidak berantem, masukkan saja pendawa
dan kurawa ke kotak masing2, biarkan mereka hidup dalam kotaknya
masing masing.


---Blucer Rajagukguk [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Dodo, saya setuju dengan anda bahwa agama dan politik jangan
 dicampur aduk.
 Masalahnya masih banyak yang hobi mencampuraduk kedua hal ini agar
bisa
 cepat mencapai pucuk pimpinan. Ada satu hal yang menjadi pegangan saya
 buat seorang yang benar-benar beragama. Orang ini hanya akan
mendekatkan
 diri kepada Tuhan dan berbuat sebaik mungkin untuk sesama manusia.
 Sedangkan politikus akan membuat strategi sebaik mungkin untuk
mencapai
 posisinya, kalau perlu mengorbankan orang lain untuk memantapkan
 posisinya. Jelas kalau politikus bicara soal agama, ini namanya makan
 nasi goreng dicampur sop ayam.
 peace.

 Dodo D. wrote:
 
  Oooohh
  alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran
  religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya.
  Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah.
_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Inikah calon Presiden kita?

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Wah..wah..wah,
Saya rasa pak Harto dulu ndak kurang kurangnya turun ke daerah
membantu rakyat. Tapi karena rakyat tidak pernah di didik politik
secara terbuka, dan pak Harto tidak pernah di debat di depan umum,
akhirnya rakyat ya bodoh saja. Orang orang di sekeliling pak Harto
selalu membenarkan ucapan dan tindakannya, sehingga rakyat yang
bodohpun ikut2an memberikan pembenaran. Akhirnya terjadilah
pengkultusan individu terhadap seorang yang namanya Soeharto.

Apakah kita ingin mengulang kebodohan masa lalu?

Kalau saya kok ndak mau.


---Blucer Rajagukguk [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Lebih setuju lagi kalau kemampuan menjawab pertanyaan rakyat segera
 direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak krisis dan
 penderitaan rakyat yang terjadi, saya kira menjawab pertanyaan dalam
 diskusi tidak cukup untuk rakyat, yang diharapkan pemimpin langsung
 turun kelapangan untuk mengurangi penderitaan rakyat.
 Sekali lagi, semoga niat MS untuk turun kelapangan segera diikuti oleh
 pemimpin yang lain.
 peace.

 Yuni Wulandana wrote:
 
  Assalamu'alikum ww
 
  Maaf ikut nimbrung.
  Saya sendiri cenderung melihat bahwa yg terjadi pada
  talk show adalah tidak saja kemampuan dari peserta
  secara individual, tapi juga kemampuan suatu team
  yang diwakili oleh individu tersebut. Persiapan utk menghadapi
  talk show bukanlah tugas sebuah individu, tapi sebuah
  team. Seorg peserta (individu) yg 'kelabakan' adalah
  bukti tidak saja kurang siapnya dia secara individu tapi
  juga team yg mempersiapkannya. Mugkin mereka kurang
  ber'brain storming' sebelum acara tsb atau sebab lain.
 
  Namun seperti juga  pelajar yg baik yg tidak belajar semalam
  sebelum ujian berlangsung, sebuah partai tidaklah berbrain storming
  hanya sebelum kampanye atau talk show. Menjawab sejuta
  pertanyaan yg ada di masyarakat sekarang adalah tugas sebuah
  partai. Tidaklah seperti sebuah PR dimana pak guru mengetahui
  jawaban yg benar dan sang pelajar berusaha menemukannya,
  dan pak guru memberinya nilai seratus jika dia menemukannya,
  masyarakat tidak pernah tahu jawaban yg benar. Mereka hanya
  tahu sejuta pertanyaannya saja. Partai tidaklah mampu mencari jawban
  yag benar, karena kalau pun benar, masyarakat toh tidak tahu.
  Partai hanyalah berusaha mencari jawaban yg cukup meyakinkan
  di mata masyarakat. Apakah itu jawaban yg benar ? Hanya perjalanan
  waktu yang bisa menjawabnya.
 
  Jika usaha menjawab ini dilakukan secara intensif oleh sebuah
partai.
  atau setidak-tidaknya sebuah think tank partai, maka pertanyaan2
  yg terlontar di talk show bukanlah suatu kejutan. Walhasil,
  menjawabnya adalah hal yg enteng dilakukan .Bahwa yg melontarkan
  pertanyaan tidak puas dengan jawaban yg disediakan oleh sebuah
  partai, itu adalah urusan lain. In fact itu adalah urusan si
pelontar perta-
  nyaan itu sendiri, apakah dia akan memilih partai itu atau tidak
karena
  tidak memberikan jawab yg memuaskannya. Sebuah partai tidak
menjawab pertanyaan
 
  berdasarkan keinginan masyarakat tapi berdasarkan visinya sendiri.
  Jawaban oleh sebuah partai adalah visi partai tsb.
 
  Kesimpulannya, saya setuju dengan pak Nur bahwa talk show janganlah
  dianggap sebagai budaya asing. Ibarat mengendarai mobil, janganlah
  dipandang sebagai budaya asing, tapi simaklah manfaatnya. Tentu saja
  utk dapat memanfaatkannya kita harus belajar mengendarai mobil,
  tidak bisalah kita terus terusan meminta orang lain utk menyetirnya
  buat kita. Kesimpulan kedua adalah bahwa keberhasilan menjawab
  seorg individu di talk show tidak hanya refleksi kemampuan
individualnya
  tapi juga refleksi kemampuan think tank bahkan the whole party
  yg diwakilinya untuk menjawab tantangan masa depan.
 
  baiklah sudah terlalu panjang nimbrungnya, sekian dulu,
  selamat berdiskusi.
 
  doni
  Pittsburgh
 
  N.S. Sisworahardjo wrote:
 
   Assalamu'alaikum wr. wb.
  
   Mas Budi yang budiman,
  
   Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat
dengan anda
   tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang
sependapat dengan
   pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika.
Prinsip demokrasi
   adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan
berlangsungnya
   komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2
partai
   dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam
pertunjukan
   Loedreok. Bahkan kadang saya pikir, didalam pertunjukkan
Loedreok malah
   lebih baik dari kampanye tersebut. Mengapa, karena disitu
terjadi proses
   dialog dan interaksi yang baik antara pemain di atas panggung
dan penonton.
   Justru teater2 rakyat mampu menunjukan konsep demokrasi yang
sebenarnya,
   bahwa subjeck dalam suatu peran, tidak hanya ditampilkan oleh
tokoh yang
   berdiri di atas panggung namun oleh seluruh komponen yang
terlibat dalam
   proses pertunjukkan itu sendiri.
  
   Saya sependapat dengan Mas Budi bahwa penekanan pada sistem
lebih penting
   dari pada individu2 dalam sistem itu sendiri. Namun bisa kita

Re: LAGI-LAGI, PAN-AMIEN RAIS

1999-02-17 Terurut Topik Dodo D.

Kok menurut saya, Amin Rais agak sedikit "norak" dengan
pernyataan-pernyataan politiknya yang di sampaikan di Singapore
beberapa waktu yang lalu dan yang di senada di sampaikan di Hong Kong.
Ditambah lagi dengan merekrut anak2 SMU.

Saya kok jadi suka tersenyum sendiri kalo baca tentang Amien Rais ini.
Pada saat2 awal reformasi bergulir, saya melihat sosok Amien Rais
sebagai sosok yang sangat ideal dengan aksi2nya yang cukup berani dan
idealis. Kemudian sesaat setelah reformasi menunjukkan hasil2 awalnya,
dia mulai memperlihatkan ambisi politik pribadinya untuk menjadi
presiden, bahkan secara terang terangan dia menolak diangkat menjadi
menteri karena memang pengin jadi presiden.

Akhir akhir ini dia mulai menyadari bahwa rival rival politiknya cukup
kuat, sehingga dia membuat pernyataan bahwa tidak berambisi jadi
presiden. Trus dia mungkin juga menyadari bahwa konsep2 politik yang
dibawanya di bawah bendera PAN "kurang menyentuh" rakyat kalangan
bawah. Lain halnya dengan PDI perjuangan yang meskipun visinya nggak
jelas, tapi mendapat dukungan rakyat golongan bawah. Menyadari hal
ini, mungkin dia berpikir untuk mencari dukungan dari golongan
minoritas, serta dukungan dari negara2 tetangga yang mayoritas
penduduknya adalah golongan minoritas di Indonesia. Dia juga berusaha
merangkul para TKI yang berada di luar negeri.

Kok saya juga merasa aneh ketika mendengar Amien Rais membikin
pernyataan seperti itu di Hong Kong. Sepengetahuan saya, AMien Rais
adalah seorang tokoh islam yang fundamental. Bahkan saya pernah dengar
cerita bahwa sewaktu dia dulu jadi mahasiswa di University of Chicago,
dia menolak undangan2 di rumah orang2 bule, karena sebagai seorang
islam, dia merasa haram menghadiri acara2 tersebut. Setelah
"nyemplung" ke kolam politik, dia sepertinya berubah 180% dari hakekat
dirinya sendiri. Saya tidak tahu apakah memang perubahan itu dilandasi
oleh kesadarannya untuk menyelamatkan negara, ataukan karena ambisi
politik pribadinya dan untuk sekedar mencari dukungan. Sedandainya dia
terpilik sebagai presiden, akankan dia konsisten dengan langkah2
pendahuluannya ini? Wallahu 'alam. Saya juga tidak mau berprasangka.





---"Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Apapun yang dijanjikan AR memang spektakuler dan dapat
 dipertanggungjawabkan. Namun satu hal tentang bahasa Mandarin kalo
dijadikan
 bahasa alternatif setelah bahasa Indonesia di Kabinet apa ini bukan
suatu
 janji konyol. Lha wong berbahasa Indonesia saja banyak orang (termasuk
 menteri) yang tidak becus, malah mau cari perkara berbahasa Mandarin
di
 Kabinet.

 Wassalam,
 Efron

 -Original Message-
 From:   Ramadhan Pohan [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent:   Wednesday, 17 February, 1999 04:52
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject:LAGI-LAGI, PAN-AMIEN RAIS

 Salam!
 Senin Presiden, Selasa bahasa Mandarin bebas diajarkan. Cina bisa jadi
 perwira
 ABRI, masuk Kabinet dan berbahasa leluhur mereka. Itu janji Amien
Rais bila
 PAN menang dan Amien Rais jadi Presiden-- yang katanya semua
janjinya itu
 dipertanggungjawabkan dunia-akhirat.

 Pantaslah kalau Amien Rais-PAN disambut istimewa oleh "huaren", para
TKI,
 dan
 pejabat Hongkong. Apalagi ketika doktor ilmu politik lulusan Chicago
ini
 mengucapkan "selamat imlek" dalam bahasa Mandarin-- sembari
menginginkan
 anaknya ikut kursus bahasa Mandarin.

 Lagi-lagi Amien. Sayangnya, ini yang tidak ada-- ibarat bumi dan
langit--
 pada
 Megawati. Sedangkan Megawati fasih bicara marhaenisme, wong cilik,
becak--
 yang juga sayangnya tidak ada pada Amien Rais.

 Di atas kertas Megawati dan PDI Perjuangan akan jadi Presiden dan
pemenang
 telak pemilu 1999. Namun jangan berharap Indonesia bisa mendekati
demokrasi
 dan semangat anti rasis model AS-- negeri yang banyak menjadi
inspirasi
 politik Amien.
 Bagaimana pendapat Anda? Silahkan setuju atau mencibir


 salam!
 ramadhan pohan
 ##
 Berikut saya paste dari Jawa Pos, edisi hari ini, Rabu:
 http://jawapos.co.id
 Oleh-Oleh Prof Dr Amien Rais dari Hongkong (1)

 ''Senin Presiden, Selasa Mandarin Diajarkan''

 Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh Dr Amien Rais, ketua umum DPP
PAN,
 kunjungan silaturahminya ke Hongkong akan disambut semeriah di tanah
air.
 Mengunjungi ribuan TKI yang bekerja di bekas koloni Inggris itu, Amien
 disambut bagai seorang bintang film di tengah penggemarnya. Sedang
 berkampanyekah Amien?


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Polling Presiden RI!

1999-02-15 Terurut Topik Dodo D.

Quote of the day: "Great minds discuss ideas, Average minds discuss
events, Small minds discuss people."

So, who are we..???




---Priyo Pujiwasono [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya mau ngadain polling nih...
 Setelah melihat-lihat calon Presiden mendatang yang sekarang beredar:
 Amien, Gus Dur, Mega, HB X...mereka memang punya dukungan yang
 lumayan. Cuma, dari segi "akseptabilitas", rasanya mereka tidak akan
 mendapat dukungan yang mayoritas. Artinya ya...kalo satu diantara
 mereka terpilih, kemungkinan terjadi chaos  riots seperti sekarang
 tetap terbuka. So, kemungkinan negara kita yang tetap aja kacau.
 Padahal, kita masih punya tokoh yang dari segi "akseptabilitas" ini
 justru punya basis dukungan yang lebih besar, dan menurut saya
 "hampir" bisa diterima semua pihak, baik muslim, non-muslim,
 nasionalis, mahasiswa, NU-Muhammadiyah, etc-etc. Pokoknya, saya yakin,
 dibandingkan ke-4 figur di atas, sebetulnya yang satu ini masih lebih
 baik -- untuk membawa INDONESIA BARU yang MODERN, mewujudkan
 MASYARAKAT MADANI. Apalagi, dia tidak berpolitik praktis dengan
 menjadi Ketua salah satu Partai -- Intelektual yang sangat GENIUS,
 WAWASANNYA sangat luas  dalam, JUJUR, SEDERHANA, dapat menjadi
 tauladan baik dalam keluarga maupun masyarakat, ucapannya selalu BIJAK
 serta dapat diterima hampir semua golongan dan kelompok massa.
 Pokoknya, dialah THE BEST CANDIDATE untuk Presiden mendatang. Siapa
 Dia...


 Sabaaar.



 Hmmmtahan napas..








 










 Yaa.PROF. DR. NURCHOLISH MADJID!!!
 alias CAK NUR...Doktor Genius lulusan University of Chicago yang
 sangat sederhana  bijaksana!
 Bagaimana kalau dia kita dukung rame-rame??
 Setujuuu..
 VOTE CAK NUR FOR PRESIDENT!!!

 --
 Kalau anda setuju dengan isi e-mail ini, silakan sebar luaskan ke
 sebanyak mungkin milis Indonesian Community.
 Terimakasih.
 --

 Priyo Pujiwasono
 Engineering  Technology Management
 George Washington University

 == Tidak ada hubungan/pertalian saudara, famili dengan Cak Nur,
 ataupun mendapatkan keuntungan materiil dari menulis dukungan ini.

 _
 DO YOU YAHOO!?
 Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Polling Presiden RI!

1999-02-15 Terurut Topik Dodo D.

Itulah permasalahannya,

agak susah bagi kita saat ini untuk menempatkan diri kita sendiri
karena keragaman permasalahan yang kita hadapi saat ini, sama sulitnya
dengan menilai calon pemimpin kita nanti. Kalau kita mau jadi kelompok
"great minds", kita akan terbuai oleh angan angan dan ide yang muluk2,
sehingga sering melupakan events yang sedang terjadi di masyarakat dan
hasilnya adalah, hal2 yang essensial yang sedang di hadapi oleh
masyarakat secara keseluruhan menjadi terabaikan.

Dalam hal ini, saya pribadi menilai Amien Rais dengan PAN-nya termasuk
kelompok yang great mind, mereka sering muncul dengan konsep konsep
politik mereka yang jelas dan cenderung lebih radikal. Ini juga bisa
dilihat dengan struktur organisasinya yang inklusif, dimana di
dalamnya terdapat tokoh2 handal dari berbagai golongan yang
memungkinkan PAN untuk berbuat lebih dari kelompok2 yang lain dalam
konsep2 politiknya. Sayangnya, mereka terkesan terlalu "elit" sehingga
kurang "diminati"oleh masyarakat golongan bawah.

Hal yang berlawanan telihat pada PDI perjuangan dengan Megawati
sebagai pemegang komando. Realita2 yang ada di masyarakat bawah
menjadi andalannya  untuk disuguhkan sebagai "hidangan" yang menarik,
khususnya bagi masyarakat kelompok bawah. Hasilnya memang ampuh,
masyarakat "kebanyakan" melihat PDI perjuangan sebagai partai yang
lebih  menjanjikan. Ditambah lagi dengan (nggak bisa dipungkiri)
keberadaan Mega sebagai keturunan Soekarno. Sayangnya, konsep politik
dan visi yang di tawarkan oleh PDI kurang jelas, bahkan Mega sendiri
sebagai pimpinan ketika ditanya wartawan tentang visinya, tidak
memberikan jawaban.

Makanya, kalau saya sendiri di tanya calon presiden kita nanti siapa?
saya juga nggak bisa memberikan jawaban. "Kucing kucing kita masih di
dalam karung" (kata Ida). Kita tentunya nggak mau milih kucing yang
masih di dalam karung, karena masih belum jelas kemampuan dan
keindahannya.

Mudah mudahan aja wakil2 kita di MPR nantinya, tidak memilih kucing
yang salah. Untuk itu, akan sangat berguna menurut saya, apabila calon
calon yang di tetapkan nanti, di minta untuk berdebat di depan publik
sebelum MPR membuat keputusan.




---Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Wah Bung Dodo, agak sulit kalau kita mau menempatkan diri kita
sendiri...

 Kalau saya melihatnya malah perlu untuk mulai melirik-lirik siapa
calon
 yang pantas. Hal yang belum jelas bagi saya, apakah calon presiden
 dan wakilnya ditentukan setelah ketahuan partai mana yg menang ataukah
 sebelum pemilu para partai ini selain membeberkan programnya juga
 menyebutkan calon unggulannya. Jaman dulu kita sudah capek gebug-
 gebugan ternyata ketiga partai dan golongan tetap memilih presiden
yg itu-itu
 juga.

 Pernyataan Adi Sasono yg mengisyaratkan bahwa Habibie yg akan
dicalonkan
 partainya membuat sedikit kekawatiran, jangan-jangan kejadian yg dulu
 terulang lagi. Kalau begitu masyarakat tidak perlu ambil pusing dengan
 pemilu, toh para tokoh yg merasa pantas menjadi presiden dapat
melakukan
 lobbi akhir kepada partai yg menang. Yaaakalau gitu kita ini
seperti
 membeli kucing dalam karung. Toh program-program yg ditawarkan
 sebelum pemilu dapat dikreasikan lagi.


 "Dodo D." wrote:

  Quote of the day: "Great minds discuss ideas, Average minds discuss
  events, Small minds discuss people."
 
  So, who are we..???
 
  ---Priyo Pujiwasono [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Saya mau ngadain polling nih...
   Setelah melihat-lihat calon Presiden mendatang yang sekarang
beredar:
   Amien, Gus Dur, Mega, HB X...mereka memang punya dukungan yang
   lumayan. Cuma, dari segi "akseptabilitas", rasanya mereka tidak
akan
   mendapat dukungan yang mayoritas. Artinya ya...kalo satu diantara
   mereka terpilih, kemungkinan terjadi chaos  riots seperti
sekarang
   tetap terbuka. So, kemungkinan negara kita yang tetap aja kacau.
   Padahal, kita masih punya tokoh yang dari segi "akseptabilitas"
ini
   justru punya basis dukungan yang lebih besar, dan menurut saya
   "hampir" bisa diterima semua pihak, baik muslim, non-muslim,
   nasionalis, mahasiswa, NU-Muhammadiyah, etc-etc. Pokoknya, saya
yakin,
   dibandingkan ke-4 figur di atas, sebetulnya yang satu ini masih
lebih
   baik -- untuk membawa INDONESIA BARU yang MODERN, mewujudkan
   MASYARAKAT MADANI. Apalagi, dia tidak berpolitik praktis dengan
   menjadi Ketua salah satu Partai -- Intelektual yang sangat GENIUS,
   WAWASANNYA sangat luas  dalam, JUJUR, SEDERHANA, dapat menjadi
   tauladan baik dalam keluarga maupun masyarakat, ucapannya selalu
BIJAK
   serta dapat diterima hampir semua golongan dan kelompok massa.
   Pokoknya, dialah THE BEST CANDIDATE untuk Presiden mendatang.
Siapa
   Dia...
  

 --
\\\|///
  \\  - -  //
   (  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Ren

Re: Polling Presiden RI!

1999-02-15 Terurut Topik Dodo D.

No minds? susah deh definisinya.
Bisa jadi adalah "people without any ideas to discuss" tapi
kelihatannya kkurang tepat juga. Orang2 yang introvert, cenderung
memilih untuk diam, tapi berpikir, daripada teriak teriak kesana
kemari tanpa isi yang jelas.

Atau mungkin definisinya adalah "people without ideas at all", tapi
mungkin cuma orang gila yang hidup tanpa ide2.  Nggak tahu deh..




---Notrida Mandica [EMAIL PROTECTED] wrote:

 How about "No Minds?"

 he..he..he..

 ida

 
 Quote of the day: "Great minds discuss ideas, Average minds discuss
 events, Small minds discuss people."
 
 So, who are we..???
 
 
 
 
 ---Priyo Pujiwasono [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Saya mau ngadain polling nih...
  Setelah melihat-lihat calon Presiden mendatang yang sekarang
beredar:
  Amien, Gus Dur, Mega, HB X...mereka memang punya dukungan yang
  lumayan. Cuma, dari segi "akseptabilitas", rasanya mereka tidak
akan
  mendapat dukungan yang mayoritas. Artinya ya...kalo satu diantara
  mereka terpilih, kemungkinan terjadi chaos  riots seperti sekarang
  tetap terbuka. So, kemungkinan negara kita yang tetap aja kacau.
  Padahal, kita masih punya tokoh yang dari segi "akseptabilitas" ini
  justru punya basis dukungan yang lebih besar, dan menurut saya
  "hampir" bisa diterima semua pihak, baik muslim, non-muslim,
  nasionalis, mahasiswa, NU-Muhammadiyah, etc-etc. Pokoknya, saya
 yakin,
  dibandingkan ke-4 figur di atas, sebetulnya yang satu ini masih
lebih
  baik -- untuk membawa INDONESIA BARU yang MODERN, mewujudkan
  MASYARAKAT MADANI. Apalagi, dia tidak berpolitik praktis dengan
  menjadi Ketua salah satu Partai -- Intelektual yang sangat GENIUS,
  WAWASANNYA sangat luas  dalam, JUJUR, SEDERHANA, dapat menjadi
  tauladan baik dalam keluarga maupun masyarakat, ucapannya selalu
 BIJAK
  serta dapat diterima hampir semua golongan dan kelompok massa.
  Pokoknya, dialah THE BEST CANDIDATE untuk Presiden mendatang. Siapa
  Dia...
 
 
  Sabaaar.
 
 
 
  Hmmmtahan napas..
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Yaa.PROF. DR. NURCHOLISH MADJID!!!
  alias CAK NUR...Doktor Genius lulusan University of Chicago
yang
  sangat sederhana  bijaksana!
  Bagaimana kalau dia kita dukung rame-rame??
  Setujuuu..
  VOTE CAK NUR FOR PRESIDENT!!!
 
  --
  Kalau anda setuju dengan isi e-mail ini, silakan sebar luaskan ke
  sebanyak mungkin milis Indonesian Community.
  Terimakasih.
  --
 
  Priyo Pujiwasono
  Engineering  Technology Management
  George Washington University
 
  == Tidak ada hubungan/pertalian saudara, famili dengan Cak Nur,
  ataupun mendapatkan keuntungan materiil dari menulis dukungan ini.
 
  _
  DO YOU YAHOO!?
  Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
 
 
 _
 DO YOU YAHOO!?
 Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
 


 __
 Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: RICE

1999-02-11 Terurut Topik Dodo D.

Tolong dicarikan bahasa inggrisnya untuk jenis beras di bawah ini:

1. beras jatah PNS=...?
2. beras nggak laku=...?
3. beras berkutu=...?
4. beras nggak enak=...?
5. penjarah beras=...?





---Panut Wirata [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Untuk Ida:
 Ini beberapa terminologi untuk padi dan beras.  Untuk ini
 perbendaharaan kata kita lebih kaya dari bahasa Inggris

 nasi = steam rice;
 nasi goreng = fried rice;
 nasi spanyol = paella
 beras = rice;
 beras selep = polished rice
 beras sosoh = whole grain rice
 beras mutiara = pearl rice;
 beras ketan = glutinous, sweet rice
 gabah = rice seed, rice grain
 tanaman padi = paddy plant, rice plant
 sawah = paddy field
 padi sawah = lowland rice
 padi gogo = upland rice

 Tanaman padi disebut tanaman setahun artinya siklus hidupnya selesai
 dalam satu tahun (bisa kurang dalam setahun). Khusus untuk tanaman
 padi, dari biji (benih) sampai tumbuh dewasa, berbunga dan berbuah
 (gabah itulah buahnya)perlu waktu sekitar 3 bulan.  Setelah berbuah
 lalu mati.  Beda dengan tanaman markisa yang bisa hidup bertahun-tahun
 (disebut tanaman tahunan).






 ---Notrida Mandica [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Dear
 
 
  a bunch of paddy, dry
  has stayed on the ground
  for years, thee
  slowly,  time has eaten it
  its skin has been torn
  almost naked, the paddy
  asks for mercy
  seems very expensive
  none wants to hold it though
  exhausted,dry paddy is searching for protection
  empty, only empty looks it has earned
  not deserve that indeed
  it ought to live with
 
 
  ida
 
 
 
 
 
  __
  Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
 

 _
 DO YOU YAHOO!?
 Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: HUMOR KONTEMPORER

1999-02-10 Terurut Topik Dodo D.

Karena Jayabaya keburu mati, maka ramalannya itu masih kurang lengkap,
seharusnya masih ada lanjutannya setelah Notonegoro. Harusnya
Notonegoro Podosuko.
Dan dalam hal ini saya setuju dengan megawati. Habis "Neruske"
suharTo, maka akan muncul si meGO menjadi Presiden dengan si amin ROis
menjadi wapres. Setelah meGO turun digantikan amin ROis. Pada saat
amin ROis menjadi presiden si POhan melakukan kudeta dan akhirnya jadi
presiden berikutnya. Karena POhan nggak beres, maka rakyat mengangkat
DOdo menjadi penggantinya. Untuk "SU" ama "KO" terserah aja, siapa
yang mau daftar.

Gitu seharusnya cerita yang lengkap.




---Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Salam!
 Teman saya, barusan nggosipin  kaum elite kita. Biasa, bikin
othak-athik
 menurut gathuknya wong Jowo-- yang sangat menarik. Ceritanya begini:

 Notonegoro atau Notobirowo?

 Orang boleh percaya atau tidak tentang Jangka Jayabaya. Bagi yang
  percaya, tentunya sekarang bingung, kenapa sekarang harusnya "NO" kok
  jadi "BI" (habiBI).
  Ada orang, terutama yang pendukung PAN, mengatakan mungkin karena
  globalisasi atau apa kek, unen-unen (motto) sudah ganti menjadi Noto
  Birowo. Jadi sesudah "BI" akan datang "RO" alias ROis (Amin Rais).
  Lain lagi dengan pendukung PDI Mega. Mereka yang percaya Jangka
  Jayabaya, akan nyletuk,  ah unen-unen kok ganti, bukannya itu
  dipas-pasin aja? Jayabaya kan selama ini ramalannya benar?
  Lanjutnya, unen-unennya tetap Noto Negoro, dalam arti sekarang itu
"NE"
  yang artinya Neruske (Nerusin). Kan Pak Habibie nggak dipilih MPR.
Dia
  hanya nerusin Pak Harto yang kepleset! Dan sesudah "NE", tetntunya
"GO"
  alias meGO (Mega), baru setelah itu "RO". Jadi wajar, kalau baru-baru
  ini, Amin Rais bilang mau jadi wapres aja kalau yang jadi presiden
Mbak
  Mega. Sebab di bisa tetap high profile dan akhirnya menggantikan Mbak
  Mega pada periode berikutnya.
  Eh, mathuk (cocok) juga, analisa ini.

 Menurut Anda, bagaimana? Atau ada ada anekdot lain?

 salam!
 ramadhan pohan


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Wiranto=Pahlawan baru....

1999-02-07 Terurut Topik Dodo D.

Menarik Bung Budi,

Tapi pertanyaannya, bagaimana kita mengkategorikan "perusuh" itu.
Apakah setiap orang yang telibat kerusuhan lantas disebut perusuh dan
perlu di tembak di tempat? Sementara, setiap kerusuhan pasti
melibatkan ratusan bahkan ribuan orang, lalu apakah ABRI akan
menmbantai seribu orang dengan alasan melakukan kerusuhan? ini
mustahil, dan tidak masuk akal.

Kalau kita mempersempit kategori perusuh sebagai orang yang
menggerakkan kerusuhan, atau yang akhir2 ini populer disebut
provokator, bagaimana kita mengidentifikasi provokator tersebut?
Seperti yang pernah saya kemukakan, kita ini sering menggunakan
istilah-istilah yang tidak jelas definisinya, mulai dari OTB, oknum2
tertentu, ninja, perusuh sampai dengan provokator. Semuanya hanya
istilah yang tidak jelas artinya dan hanya berdasarkan dugaan tanpa
ada bukti2 yang nyata.

Kalau ABRI hanya menduga duga si "perusuh" atau "provokator" kemudian
main tembak tempat, justru itu akan menyulitkan ABRI sendiri, karena
besar sekali kemungkinan menembak sasaran yang salah. Dan kalau itu
terjadi, rakyat akan semakin marah dan brutal serta menghujat ABRI
habis habisan. Hal ini akan membuat posisi ABRI yang sudah sulit,
menjadi lebih sulit lagi. Ini juga akan menghambat reformasi internal
yang sedang dilakukan oleh ABRI.

Dalam hal ini, saya rasa perlu adanya konsensus bersama antara ABRI
dengan para tokoh masyarakat dalam menentukan tindakan terhadap
kerusuhan yang terjadi, sehingga ABRI mempunyai semacam guidelines
dalam melakukan tindakannya. Dalam hal ini, saya tidak berbicara
tentang hukum formal yang berlaku di negara kita maupun aturan main di
dalam tubuh ABRI sendiri. Saya rasa konsensus bersama akan lebih
memudahkan semua pihak untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian,
tindakan ABRI tetap bisa terkontrol dan tidak boleh keluar dari aturan
main yang sudah disepakati. Hal ini pula akan memudahkan semua pihak
apabila terjadi kesalahan prosedur di lapangan, karena sudah ada
guidelines yang jelas yang bisa dipedomani oleh semua pihak.

Mungkin ada pendapat dari rekan2 yang lain tentang ABRI ini?

Wassalam




---Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Rekan yth.,

 Menanggapi berita terakhir tentang: ABRI menyatakan perang terhadap
 kerusuhan-kerusuhan dan akan melakukan tembak di tempat terhadap
 perusuh, yang disampaikan oleh Pangab Wiranto, sungguh sangat tepat
 waktunya setelah segala kerusuhan yang terjadi di Indonesia selama ini
 terkesan 'dibiarkan saja'. Apalagi kalau dikaitkan dengan Pemilu yang
 semakin dekat, dan kecemasan masyarakat yang semakin tinggi.

 Tidak ada kata lain yang lebih tepat untuk menyebut Pangab kita satu
ini
 saat ini, yaitu 'Pahlawan Baru'. Saya kok punya keyakinan bahwa dalam
 waktu singkat Indonesia akan menjadi aman dan tenang.

 Kalau ini benar, maka kelihatannya ada dua kemungkinan besar yang bisa
 dicermati, yaitu:

 1. Dengan niat murni dan profesionalisme-nya ABRI betul-betul
 memberantas penyebab kerusuhan dan keresahan masyarakat selama ini dan
 mencegah timbulnya kerusuhan baru. Artinya, ABRI melakukannya untuk
 kepentingan rakyat dan negara tanpa tendensi apapun. Ini harapan saya
 dan kita semua, meskipun masih ada pertanyaan yang mengganjal, yaitu:
 kenapa nggak dilakukan sejak dulu?

 2. ABRI akan menghentikan tindakan-tindakan penyebab kerusuhan dan
 keresahan masyarakat yang selama ini adalah bagian dari 'rekayasa'nya,
 dengan tujuan mendapatkan simpati masyarakat lagi. Dan bukan suatu hal
 yang mustahil jika Wiranto sang 'pahlawan' dicalonkan oleh beberapa
 partai dengan dimotori oleh partai-partai 'jadi-jadian' sebagai
presiden
 ke 4. Hal ini yang tidak saya harapkan, karena pendekatan militerisme
 kelihatannya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan demokrasi dan
 ketatanegaraan di Indonesia beberapa bulan terakhir ini. Disamping
itu,
 masih ada pertanyaan lain yang mengganjal, yaitu: apakah ini rekayasa
 Wiranto sendiri atau ada sutradara yang handal di belakangnya?

 Mudah-mudahan Tuhan selalu bersama kita untuk menunjukkan jalan
terbaik
 buat bangsa ini.

 Salam,
 Budi


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: deklarasi API

1999-02-07 Terurut Topik Dodo D.

Salut.!!!

Tindakan yang sangat positif dari pelajar. Mudah2an cepat membawa hasil.




---deddy priadi [EMAIL PROTECTED] wrote:



 Sabtu, 6 Februari 1999
 Peta Situs
 
 Beranda
 Dapur
 Gudang Data
 Kotak Pos
 
 Analisa
 Berita
 The Net
 Wawancara






 Aliansi Pelajar Indonesia
Dideklarasikan, Dukung Gerakan Mahasiswa

 detikcom, Jakarta - Aliansi Pelajar
Indonesia (API) direncanakan akan didekrasikan Sabtu Malam ini
(6/2/1999). Deklarasi itu rencananya akan dilakukan di Apartemen
Casablanca, Kuningan, Jakarta Selatan. API mengharapkan wadah ini
dapat memberantas, setidaknya mengurangi tawuran antar pelajar yang
marak akhir-akhir ini. Humas Api, Saras Dhamantra, kepada detikcom
mengatakan bahwa API telah mendapat dukungan dari ratusan SMU di
kawasan Jabotabek.

 Masalah tawuran antar pelajar tampaknya
akan menjadi agenda utama API. Api menyesalkan terbentuknya citra
pelajar sebagai petarung-petarung jalanan yang hanya bisa mengandalkan
kekuatan fisik. "Orang tawuran kan kalau mati disukurin orang," tutur
Saras. Pelajar Australian International School ini mengatakan bahwa
pada deklarasi malam ini pihaknya akan mempertemukan pihak-pihak yang
selama ini sering berseteru.

 Selain masalah tawuran, API juga
menyatakan mendukung gerakan mahasiswa Indonesia. Saras mengatakan
bahwa API melihat hal yang sama dengan mahasiswa. API juga merasakan
keprihatinan mendalam pada kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini.

 Walaupun API lebih menyukai
gerakan-gerakan yang kooperatif, namun Saras tidak menutup kemungkinan
API akan ikut serta dalam demonstrasi-demonstrasi mahasiswa. "Tidak
menutup kami akan ikut aksi di lapangan," tutur Saras bersemangat.

 Saras sebagai pribadi setuju dengan
pendapat front-front mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Mahasiswa
Bersatu (KMB). KMB hingga saat ini tetap menolak pemerintahan Habibie
dan menolak penyelenggaraan pemilu 1999. KMB menuntut dibentuk
pemerintahan transisi yang menggantikan Habibie sebelum pemilu
dilaksanakan. "Kalau yang melaksanakan pemilu orang-orang lama,
buntutnya akan sama seperti dulu," ujar Saras menyetujui.













HR
!DOCTYPE HTML PUBLIC "-//W3C//DTD W3 HTML//EN"
HTML
HEAD

META content=text/html;charset=iso-8859-1 http-equiv=Content-Type
META content='"MSHTML 4.72.3110.7"' name=GENERATOR
/HEAD
BODY bgColor=#ff
DIV
CENTER!-- AWAL TABEL UTAMA --
TABLE bgColor=#262398 width=640
TBODY
TR
TD
CENTER
PBR!-- AWAL TABLE ATAS --
TABLE border=0 cellSpacing=0 width=600
TBODY
TR
TD!-- LOGO detikcom --IMG border=0 height=60
src="cid:000101be530b$fa13cd60$017f@priadi"
width=152/TD
TD!-- IKLAN --
SCRIPT language=JavaScript1.1
src="../../script/iklan1_indexberita.js"
!--
//--
/SCRIPT
A

href="http://rm.theblackbox.com:8000/RealMedia/ads/click_nx.cgi/www.indonesia.com/detikbertia/"

target=_blankIMG border=0

src="cid:000301be530b$fa1cf520$017f@priadi"/A/TD/TR
TR
FORM action=nowhere
TD bgColor=lime!-- TEKS EDISI --FONT
color=black
size=2BSabtu, 6 Februari 1999/FONT/B/TD
TD align=middle bgColor=limeSELECT name=selList
onchange=pindahURL(this.form)
OPTION selected value=""Peta Situs
OPTION value=""
OPTION value=../../index.htmlBeranda
OPTION value=../../profil.htmlDapur
OPTION
value=../../cgi-bin/search.plGudang
Data
OPTION
value=../../kotakpos.htmlKotak Pos
OPTION value=""
OPTION
value=../../analisa/index.htmlAnalisa
OPTION value=../index.htmlBerita
OPTION value=../../net/index.htmlThe
Net
OPTION

value=../../wawancara/index.htmlWawancara/SELECT
 /TD/FORM/TR
TR
TD vAlign=topBR
CENTERA

href="http://www.detik.com/cgi-bin/tropis-detik.pl"

Re: Sketsa Politik

1999-02-05 Terurut Topik Dodo D.

Posting bung Nasrullah kali ini benar2 menarik, dan menurut saya,
perasaan si suami itu dirasakan pula oleh sebagian besar rakyat
Indonesia yang merdeka sebelum th. 1975.




---Nasrullah Idris [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Seorang wanita bernama Dhora Fransisca berkata kepada suaminya bernama
 Suharjono Prawiro,
 "Loe boleh memiliki saya. Selama itu pula loe harus tetap
memberi
 makanan dan memberi kebebasan kepada gua"
 "Oke deh. Lalu ?", tanya si suami
 "Setelah lima atau sepuluh tahun kemudian, gua boleh kan
memutuskan,
 apakah cerai atau tetap sebagai istri loe?
 "Ha ? Kenapa nggak sekarang saja kita bercerai?"

 ===


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Materi Tarbiyah

1999-02-03 Terurut Topik Dodo D.

Assalamuálaikum Wr. Wb.

Rekan-rekan sekalian,
Saya kok jadi tersenyum sendiri membaca perdebatan yang berkepanjangan
tentang file yang dikirim rekan Basuki yang katanya terlalu besar.
Padahal kalau menurut saya sih simple saja, kalau memang nggak mau
terima file yang terlalu besar, ya nggak usah dibuka, langsung di
delete aja. Kalau mau buka, berarti ya udah siap terima resiko habis
pulsa, habis memory space, buang waaktu dll.

Kesan yang saya tangkap selama beberapa hari saya bergabung dalam
milis ini, sudah semakin berkembang sikap kritis kita dalam melihat
hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Akibatnya, hal-hal yang
kecilpun, yang sebenarnya tidak terlalu penting, bisa menjadi bahan
perdebatan yang panjang. Sudah dua kali saya temukan hal serupa sejak
saya bergabung beberapa hari yang lalu.
Pertama, masalah "perceraian" Tim-Tim dengan Indonesia. Orang yang
pertama kali memakai istilah "perceraian" sebenarnya tidak punya
maksud lain kecuali hanya meminjam istilah untuk menyebut rencana
pemberian kemerdekaan bagi Tim-Tim oleh Indonesia. Tapi kata
"peceraian" ini kemudian berkembang menjadi perdebatan panjang sampai
kepada makna perceraian yang sesungguhnya di dalam Kristen Katolik dan
Protestan. (menarik)
Yang kedua, adalah masalah kiriman file yang terlalu besar dari
seseorang, yang kemudian juga menjadi berkepanjangan sampai akhirnya
kepada kata2 yang agak kasar seperti (maaf) "pantat anjing". Padahal
saya yakin, tidak ada sama sekali maksud dari pengirim file untuk
membuat debat yang berkepanjangan sepertin ini.

Ini menujukkan gejala berkembangnya pandangan kritis kita terhadap
segala sesuatu yang sedang terjadi, sampai pada hal-hal yang kecil.
Hal ini adalah suatu pertanda yang baik, asalkan kita tidak terlalu
terbuai oleh urusan urusan yang kecil sehingga melupakan hal-hal yang
mendasar yang seharusnya lebih membutuhkan perhatian.

Mungkin ini juga yang terjadi pada kalangan elite politik kita
sekarang ini. Semuanya menjadi kritis terhadap gejala politik apapun
yang berkembang di tanah air, sampai-sampai peristiwa apapun di bahas
panjang lebar dan di kaitkan dengan situasi permainan politik di
panggung perpolitikan kalangan atas. Waktu Baramuli membagikan uang,
semua orang sibuk membicarakannya dengan pendapat yang bermacam-macam,
dan tentunya berkaitan dengan politik. Setiap ada kejadian, orang
rame2 memberikan komentar dan ujung2nya mengarah kepada kecurigaan
terhada"p öknum2 tertentu"(istilah jaman ORBA). Seorang tokoh politik
membuat pernyataan, orang lain rame2 memberikan komentar. Dan
lain-laindan lain..lain..
Sayangnya, saya jarang sekali orang membicarakan dengan serius masalah
yang sebetulnya menurut saya sangat mendasar bagi bangsa kita, yaitu
perbaikan taraf hidup masyarakat, perbaikan ekonomi, pengentasan
kemiskinan, dan kerusakan moral anak-anak kita, apalagi membuat
langkah langkah yang konkrit untuk pemecahannya. Mereka yang bermain
di panggung politik, terlalu asyik memainkan peran masing-masing untuk
menarik perhatian penonton supaya dianggap sebagai pemain yang paling
berbakat. Contoh konkrit yang mungkin menyentuh diri kita yang berada
di mailing list ini (termasuk saya) adalah, kita semakin pintar
menilai gejala politik, semakin pintar mengkritik pemerintah, semakin
jago berargumen dan berbicara tentang teori, tetapi saya membayangkan,
seandainya kita di suruh untuk turun ke daerah pedalaman, membantu
peningkatan pendidikan rakyat, saya tidak yakin kalau kita ini akan
dengan suka rela menerimanya.

Inilah yang menurut saya, tidak seharusnya terjadi. Gejala positif
padaa pola pikir kita seharusnya di barengi dengan kepekaan kita
terhadap masalah masalah yang substansial yang terjadi pada masyarakat
secara menyeluruh.

Mudah-mudahanlah, pandangan saya ini salah, dan ada yang bisa
membetulkan.

Wassalamuálaikum Wr. Wb.
_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Because I'm a guy

1999-02-03 Terurut Topik Dodo D.

 TOP TEN REASONS GOD CREATED EVE

10. God worried that Adam would always be lost in the garden because»
men hate to ask for directions.»

9. God knew that Adam would one day need someone to hand him the TV»
remote. (Men don't want to see what's ON  television, they  want
to see WHAT ELSE is on!)»

8. God knew that Adam would never buy a new fig leaf when his seat wore»
out and would therefore need Eve to get one for him.»

7. God knew that Adam would never make a doctor's appointment for»
   himself.»

6. God knew that Adam would never remember which night was garbage
night.

5. God knew that if the world was to be populated, men would never be
 able to handle childbearing.»

4. As "Keeper of the Garden," Adam would never remember where he put
his tools.»

3. The scripture account of creation indicates Adam needed someone to
blame his troubles on when God caught him hiding in the garden.»

2. As the Bible says, "It is not good for man to be alone!"»

1. When God finished the creation of Adam, He stepped back, scratched
His head and said, "I can do better than that."»




---Indi Soemardjan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Because I'm a guy...

 Because I'm a guy, I must hold the television remote control in my
hand
 while
 I watch TV.  If the thing has been misplaced, I'll miss a whole show
 looking
 for it, though one time I was able to survive by holding a calculator.

 Because I'm a guy, when I lock my keys in the car I will fiddle with a
 wire
 clothes hanger and ignore your suggestions that we call a road service
 until
 long after hypothermia has set in.  Oh, and when the car isn't running
 very
 well, I will pop the hood and stare at the engine as if I know what
I'm
 looking at.  If another guy shows up, one of us will say to the other,
 "I used
 to be able to fix these things, but now with all these computers and
 everything, I wouldn't know where to start."  We will then drink beer.

 Because I'm a guy, when I catch a cold I need someone to bring me soup
 and
 take care of me while I lie in bed and moan.  You never get as sick
as I
 do,
 so for you this isn't an issue.

 Because I'm a guy, I can be relied upon to purchase basic groceries at
 the
 store, like milk, or bread.  I cannot be expected to find exotic items
 like
 "Cumin" or "Tofu."  For all I know these are the same thing.  And
never,
 under any circumstances, expect me to pick up anything for which
 "feminine
 hygiene product" is a euphemism.

 Because I'm a guy, when one of our appliances stops working I will
 insist on
 taking it apart, despite evidence that this will just cost me twice as
 much
 once the repair person gets here and has to put it back together.

 Because I'm a guy, I don't think we're all that lost, and no, I don't
 think we
 should stop and ask someone.  Why would you listen to a complete
 stranger--how
 the heck could HE know where we're going?

 Because I'm a guy, there is no need to ask me what I'm thinking about.
 The
 answer is always either sex or football, though I have to make up
 something
 else when you ask, so don't.

 Because I'm a guy, I do not want to visit your mother, or have your
 mother
 come visit us, or talk to her when she calls, or think about her any
 more than
 I have to.  Whatever you got her for mother's day is ok, I don't
need to
 see
 it.  Did you remember to pick up something for my mom, too?

 Because I'm a guy, I am capable of announcing, "one more beer and I
 really
 have to go," and mean it every single time I say it, even when it gets
 to the
 point that the one bar closes and my buddies and I have to go hunt
down
 another.  I will find it increasingly hilarious to have my pals call
you
 to
 tell you I'll be home soon, and no, I
 don't understand why you threw all my clothes into the front yard.
 What's the connection?

 Because I'm a guy, you don't have to ask me if I liked the movie.
 Chances
 are, if you're crying at the end of it, I didn't.

 Because I'm a guy, yes, I have to turn up the radio when Bruce
 Springsteen or
 The Doors comes on, and then, yes, I have to tell you every single
time
 about
 how Bruce had his picture on the cover of Time and Newsweek the same
 day, or
 how Jim Morrison is buried in Paris and everyone visits his grave.
 Please do
 not behave as if you do not find this fascinating.

 Because I'm a guy, I think what you're wearing is fine.  I thought
what
 you
 were wearing five minutes ago was fine, too.  Either pair of shoes is
 fine.
 With the belt or without it looks fine.  Your hair is fine.  You look
 fine.
 Can we just go now?

 Because I'm a guy and this is, after all, the 90's, I will share
equally
 in
 the housework.  You do the laundry, the cooking, the cleaning, and the
 dishes.
 I'll do the rest.


 Helen Alexander
 Student Exchanges and Study Abroad
 Admissions and Registrar's Office
 James Annex


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Ambisi Amien Rais

1999-02-02 Terurut Topik Dodo D.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Thanks Bung Rosadi,
Saya senang membaca ulasan anda yang panjang lebar, tentang masalah
yang saya angkat, yang sebenarnya cuma untuk mengisi kekosongan bahan
diskusi beberapa hari yang lalu. Ternyata masalah yang saya angkat
bisa berkembang menjadi bahan diskusi yang cukup menarik.

Argumen Bung Rosadi juga sekaligus menambahkan apa yang telah saya
diskusikan dengan Bung Ridwan pada topik yang lainnya (Re: Menyikapi
Soeharto).

Wassalam

---Mohammad Rosadi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Assalamualaikum wr.wb

 Alloo bung Bridwan dan bung Dodo..., saya mo ikutan ni..:)

 Saya tertarik sekali mengikuti diskusi anda berdua tentang pak Amien
 Rais. Ada beberapa hal yang mau sampaikan sehubungan dengan diskusi
anda
 tsb. Mudaha-mudahan berguna bagi kita semua.

 Pertama: Menurut hemat saya, tidak selamanya salah seseorang itu masuk
 kedalam pusat kekuasaan, sekalipun kekuasaan tersebut berada ditangan
 orang-orang yang rakus harta dan gila kekuasaan. Adakalanya diperlukan
 orang-orang yang baik dan jujur untuk memberikan sedikit pelita atau
 cahaya ditengah "kegelapan" yang dominan tersebut, agar orang-orang
lain
 yang masih punya iman, tidak terjerumus lebih dalam lagi ke jurang
 kesesatan.Malah akan lebih buruk lagi akibatnya, jika TIDAK ADA lagi
 orang-orang baik dan jujur didalam pusat kekuasaan, yang senantiasa
 memberi contoh dan nasehat yang baik kepada penguasa yang lalim
 sekalipun. Bukankah nantinya sang penguasa akan semakin menjadi
 bertambah buruk dan lalim..??? Hanya mungkin pertanyaannya adalah
sampai
 seberapa jauh orang-orang baik ini bisa mempengaruhi lingkungannya
 (bukannya malah dipengaruhi oleh lingkungannya)? Jika memang
orang-orang
 baik ini dapat meminimalkan pengaruh buruk dari lingkungannya terhadap
 diri dan keluarganya dan tetap konsisten dalam membela kebenaran, saya
 rasa kehadiran mereka ini dipusat kekuasaan akan lebih banyak
manfaatnya
 ketimbang mudharatnya. Kehadiran mereka mungkin  bisa dibaratkan
seperti
 ikan yang tubuhnya tidak ikut asin, walaupun hidup didalam air laut
yang
 asin(mengutip perkataan ulama besar Mesir Sayyid Qutb tentang
kehidupan
 seorang muslim yang baik).

 Kedua: Mengenai pak Amien Rais, saya mencoba melihat beliau sebagai
 seorang manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan.
 Adakalanya beliau memang salah dalam berbuat dan bertindak. Gus Dur
saja
 yang katanya selalu menghindari dan tidak mau masuk kedalam pusat
 kekuasaan, nyatanya seringkali berbuat keliru dan kontroversial,yang
 malah mencerminkan dirinya seolah dekat dengan pusat kekuasaan itu
 sendiri.Sebaliknya kita juga dapat melihat dengan mata telanjang
betapa
 orang-orang baik yang dulu ikut masuk dalam lingkaran
kekuasaan(seperti
 bp. Amien Rais dan bp. Sri Bintang Pamungkas),cukup berani mengoreksi
 dan mengkritik kebijakan-kebijakan rejim Orde baru (baca:Soeharto)yang
 keliru. Disinilah saya menaruh rasa hormat kepada mereka berdua...,
 berani menyuarakan kebenaran secara terang-terangan disaat rejim Orde
 baru SANGAT BERKUASA dahulu, bukannya baru mengkritik dan buka mulut
 SETELAH rejim orba jatuh (seperti yang dilakukan kebanyakan orang saat
 ini, termasuk kita yang ada di Milis ini).

 Ketiga: Kehadiran ICMI memang sulit dipisahkan dari rejim Orde Baru,
 sepertinya juga organisasi-organisasi intelektual non Islam lainnya
 seperti PIKI,Intelektual pancasila, hindu,dsb (saya lupa namanya),
yang
 juga merupakan bentukan rejim ORBA. Saya sendiri melihat bahwa
kehadiran
 para cendikiawan muslim di ICMI sejak dulu TIDAK SELALU menjadi
 "pelayan" rejim Orba, karena di ICMI sendiri berkumpul para
cendikiawan
 dari berbagai latar belakang dan karakter yang berbeda. Disatu sisi di
 ICMI memang terdapat orang-orang yang sikap dan mentalnya seperti
budak
 belian, yang mengikuti apa saja kemauan penguasa kala itu. Namun
disisi
 lain banyak pula anggota ICMI yang punya sikap tegas mengoreksi segala
 penyimpangan yang dilakukan rejim orba(seperti bp.Amien Rais,Sri
Bintang
 Pamungkas,Cak Nur,dll). Jadi kurang bijaksana rasanya jika kita
menilai
 pribadi seseorang berdasarkan bergabung tidaknya seseorang kedalam
ICMI
 atau ke dalam lingkaran kekuasaan mantan presiden Soeharto dahulu.
Masih
 banyak variabel yang harus dimasukkan dalam memberikan penilaian.

 Keempat: Saya ingin mengajak rekan-rekan semua untuk tetap berpikir
dan
 bersikap kritis dalam batas-batas kewajaran. kejadian-kejadian buruk
 yang menimpa bangsa dan negara kita saat ini bukanlah karena kesalahan
 mantan presiden soeharto dan antek-anteknya semata. Kita semua
(kecuali
 bayi yang lahir sesudah tanggal 21 mei 1998 lalu) ikut punya andil
atas
 terjadinya segala macam krisis yang menimpa Indonesia saat ini. Oleh
 karena itu, alangkah lebih bijaksana-nya jika kita menilai seseorang
 TIDAK SEBATAS tindakan atau perbuatannya di masa lalu saja(terutama
saat
 rejim Orba berkuasa), melainkan LEBIH kepada apa yang dilakukan orang
 tersebut saat ini dan di masa mendatang. Kalaulah orang-orang seperti